Download - Refleksi Kasus Dr Wil
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 1/38
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu penyakit infeksi sistemik akut yang banyak dijumpai di berbagai belahan dunia
saat ini adalah demam tifoid yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella typhi.
Di Indonesia demam tifoid lebih dikenal oleh masyarakat dengan istilah penyakit tifus.
Dalam 4 dekade terakhir demam tifoid menjadi masalah kesehatan global bagi
masyarakat dunia. Diperkirakan insidensi penyakit ini mencapai 131! juta kasus di
seluruh dunia dengan angka mortalitas mencapai "## ribu ji$a per tahun. Daerahendemik demam tifoid tersebar di berbagai benua mulai dari %sia& %frika& %merika
Selatan& 'aribia& hingga (ceania. Sebagian besar kasus )*#+, ditemukan di negara
berkembang seperti Bangladesh& Laos& -epal& akistan& India& /ietnam& dan Indonesia.
Indonesia merupakan $ilayah endemik demam tifoid dengan mayoritas angka insidensi
terjadi pada kelompok umur 310 tahun )01+ kasus,. 1& & 3
2unculnya daerah endemik demam tifoid dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi& peningkatan urbanisasi& rendahnya kualitas
pelayanan kesehatan& kurangnya suplai air& buruknya sanitasi& dan tingkat resistensi
antibiotik yang sensitif untuk bakteri Salmonella typhi seperti kloramfenikol& ampisilin&
trimetoprim& dan siprofloksasin. 1
1.. ujuan enulisan
ujuan dari penulisan tutorial ini adalah untuk mengetahui definisi& epidemiologi&
etiologi& patogenesis& manifestasi klinis& diagnosis& diagnosis banding& tatalaksana&
komplikasi& dan prognosis dari demam tifoid.
1
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 2/38
BAB 2
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
-ama -asy$a 5onita
6sia &7 tahun
8enis kelamin perempuan
%lamat 8ln. 9ipto 2angunkusumo : 14
Identitas Orang Tua Pasien
-ama %yah %li
6sia %yah 37 tahun
-ama Ibu Su$arsih
6sia Ibu 3* tahun
Anamnesa :
Keluan utama : Demam
Ri!a"at #en"a$it se$arang :
Demam dialami pasien sejak 1 minggu sebelum ke poliklinik anak :S6D %;S. Demam
dirasakan naik turun. Biasanya suhu dirasakan lebih panas pada malam hari kemudian turun pada
siang hari. 'eluhan ini disertai dengan lidah yang ber$arna putih sejak 1 minggu sebelum ke
poliklinik anak& batuk berdahak yang muncul 1 hari sebelum masuk rumah sakit& 'ejang 1 kali
yang muncul 1 hari sebelum masuk rumah sakit dan muntah 1 kali pada hari ke poli anak.
2untah berisi makanan. asien tidak memiliki keluhan nyeri perut& diare ataupun sulit B%B.
Ri!a"at Pen"a$it Daulu : pasien menderita epilepsi dan serebral palsy yang
sudah dalam fase pengobatan dan fisioterapi
Ri!a"at Pen"a$it Keluarga : tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan
yang sama.
Pemeliaraan Prenatal : selama kehamilan ibu pasien memeriksakan diri di
bidan. Selama hamil ibu pasien sehat. (batobatan
yang dikonsumsi ibu pasien saat itu tablet <at besi
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 3/38
Ri!a"at Kelairan : : asien dilahirkan dengan persalinan spontan di
puskesmas dengan ditolong bidan. 6sia kandungan ibu
saat itu 0 bulan
Ri!a"at Kelairan : : setelah lahir pasien diperiksakan ke puskesmas dan
dokter spesialis anak. 'eadaan anak saat ini sering
kejang dan terlambat perkembangannya
Pertum%uan dan #er$em%angan ana$ :
&a$an &inum ana$ :
BB Lahir 3&1kg engkurap lupa Berdiri tidak bisa
.B Lahir 3# cm ersenyum lupa Berbicara
suku kata
tidak bisa
B.B Sekarang 1 'g Duduk idak bisa 2asuk ' belum sekolah
.B Sekarang *# cm =igi keluar lupa 2asuk SD belum sekolah
2iring " bulan 2erangkak idak bisa Sekarang 'elas
belum sekolah
asien diberikan %SI dari usia #" bulan. Saat ini pasien diberikan susu formula& jenisnya
-utrilon . asien juga diberikan makanan padat berupa nasi.
Imunisasi :
I II III I/ Booster I Booster II
B9= >
olio > > > >9ampak >
3
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 4/38
D > > >
?epatitis B > > >
Pemeri$saan 'isi$
Status Praesens
'esadaran 9omposmentis& 'eadaan umum sakit sedang.
- 1## @Amnt reguler kuat angkat
:: * @Amnt
3!&* 9
BB 1 kg
B *7 cm
Status gi<i =i<i baik
B2I 1"&"
Ke#ala(leer
6mum
Ckspresi sakit sedang
:ambut tidak ada kelainan
'ulit muka tidak terlihat kuning dan tidak pucat
2ata
♣ alpebra edema )A,
♣ 'onjungtia anemis ),
♣ Sclera ikterus ),
♣ upil isokor diameter 3mmA3mm& refleks cahaya )>A>,
?idung
♣ Sumbat ),
♣ Bau ),
♣ -afas cuping hidung ),
eli nga
♣ Bentuk normal
♣ Lubang telinga normal& sekret ),
4
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 5/38
♣ Bau ),
2ulut
♣ Bibir Lembab& pucat ),& sianosis ),
♣ 2ukosa hiperemis )>,& ulkus dengan tepi meninggi dan dasar eritem& nyeri
tekan )>,
♣ Lidah ditutupi selaput putih. 6jung dan tepi lidah kemerahan
♣ onsil membesar ),& hiperemi ),
♣ Earing hiperemis ),
Leher
♣ embesaran 'elenjar limfe ),
♣ rakea deiasi ),
♣ bullneck ),
♣ 'aku 'uduk ),
hora@
9or ulmo
Inspeksi FIktus tidak terlihat
alpasi FIktus teraba di I9S / a@ilaris ant line )s,
erkusi FBatas kanas I9S III arasternal line DG
Batas kiri I9S / cm lat 2idclaicula
line S
%uskultasi F murmur ),& S1 S tunggal reguler&
gallop ),
Inspeksi gerakan napas simetris& retraksi
I9S ), dan :etraksi Suprasternal )>,
alpasi gerakan napas simetris
erkusi sonor
%uskultasi D S D S D S
/es > > :h ;h
> > > >
♣ %bdomen
o Inspeksi Elat& distended ),
o %uskultasi bising usus normal
o erkusi timpani
o alpasi nyeri tekan ),& organomegali ),
E$stremitas:
7
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 6/38
Superior
%kral hangat
Cdema ),
Sianosis ),
9lubbing finger ),
Spastik
Inferior
%kral hangat
Cdema tungkai ),
Sianosis ),
Spastik
Pemeri$saan Penun)ang
♣ Hasil La%*rat*rium
7A*A#17 -ilai -ormal
;B9 7.4## 4.###1#.###
L !3.### 1##.###3##.###
?b 11&0 111"
?t 33&4 3!74
-a 14# 137177
' 3&! 3&" H 7&7
9l 1#3 07 1#*
Ig= Dengue
Ig2 Dengue ube@ est )>, skala 1# • # F negatie
• 4 F ulangi
pemeriksaan 4! hari
kemudian
• 41# F positif
Diagn*sis
Diagn*sis Ker)a : Demam Ti+*id , E#ile#si , -P , st*matitis
Penatala$sanaan
• I/ED D7 -S 17 tpm
• Ij. iamfenikol 3 @ 3##mg
• aracetamol 3 @ 1 cth
• -istatin 3 @ 1 ue
• Depakene @ J cth
• Ij :anitidin @ K amp
"
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 7/38
2.(/(201 2/(/(201 2(/(201
S
Demam )>,& batuk )>,& kejang
kadangkadang& mual ),& muntah
),& B%B dbn
Demam ),& batuk )>,& kejang
4@& mual ),& muntah ),& B%B
dbn
Demam ),& batuk ),& kejang
),& mual ),& muntah ),& B%B
dbn
O
- F 11 @Amenit
:: F 4 @Amenit
F 3!&* 9ᵒ
%nemis ),& ikterus ),:ho ) ,& $he< ),&esikuler )>
>,
B6 )>,& -C ),& organomegali
),
akral hangat&
- F 1#" @Amenit
:: F @Amenit
F 3"&1 9ᵒ
%nemis ),& ikterus ),:ho ),& $he< ),&esikuler
)>>,
B6 )>,& -C ),& organomegali
),
akral hangat
- F 1#4 @Amenit
:: F * @Amenit
F 3" 9ᵒ
%nemis ),& ikterus ),:ho ),& $he< ),&esikuler )>
>,
B6 )>,& -C ),& organomegali
),
akral hangat
A
Demam tyfoid > epilepsi > 9 >
stomatitis
Demam tyfoid > epilepsi > 9
> stomatitis
Demam tyfoid > epilepsi > 9 >
stomatitis
P
• I/ED D7 -S 17 tpm• Ij. iamfenikol 3 @ 3##mg
• aracetamol 3 @ 1 cth
• -istatin 3 @ 1 ue
• Depakene @ J cth
• Ij :anitidin @ K amp
• I/ED D7 -S 17 tpm• Ij. 9eftria@one @ 7## mg
• aracetamol 3 @ 1 cth
• -istatin 3 @ 1 ue
• Depakene @ J cth
• Ij :anitidin @ K amp
• I/ED D7 -S 17 tpm• Ij. 9eftria@one @ 7## mg
• aracetamol 3 @ 1 cth
• -istatin 3 @ 1 ue
• Depakene @ J cth
• Ij :anitidin @ K amp
31(/(201
S
Demam ),& batuk )>,& kejang
kadangkadang& mual ),& muntah),& B%B dbn
O
- F 11" @Amenit
:: F # @Amenit
F 3"&7 9ᵒ
%nemis ),& ikterus ),
:ho ) ,& $he< ),&esikuler )>>,
B6 )>,& -C ),& organomegali ),
akral hangat&
!
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 8/38
A
Demam tyfoid > epilepsi > 9 >
stomatitis
P
• asien ':S
• (bat pulang
• 9hloramphenicol 3 @ 1 cth
• aracetamol 3 @ 1 cth
• Depakene @ J cth
BAB 3
TIN4AUAN PUSTAKA
I. Definisi
Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typhoid fever .
Demam tipoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran
pencernaan )usus halus, dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan
pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.1
II. Cpidemiologi
Demam typhoid terjadi di seluruh dunia& utamnya dinegara berkembang yang kondisi
sanitasinya buruk. Demam typhoid endemic di asia& %frica& %merika Latin& caribean dan
oceania& tapi *#+ kasus berasal dari Bangladesh& china& india& laos -epal& akistan dan
/ietnam. ada -egara tersebut demam typhoid sering terjadi pada daerah yang kumuh.
Demam tifoid menginfeksi hamper 1&" miliar orang dan diperkirakan membunuh sekitar
##.### orang setiap tahunnya. erbandingan penderita perempuan dan lakilaki sebanding.
Demam tifoid sering menyerang anak usia sekolah dan de$asa muda. -amun tidak
dipungkiri angak kejadian pada balita dan bayi juga tinggi )1,.
III. Ctiologi
Demam ifoid adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhi. Ctiologi demam tifoid dan demam paratifoid adalah S. typhi& S. paratyphi %& S.
paratyphi B )S. Schotmuelleri, dan S. paratyphi 9 )S. Hirschfeldii,.
Salmonella typhi sama dengan Salmonella yang lain adalah bakteri =ramnegatif&
mempunyai flagela& tidak berkapsul& tidak membentuk spora fakultatif anaerob.
2empunyai antigen somatik )(, yang terdiri dari oligosakarida& flagelar antigen )?,
yang terdiri dari protein dan enelope antigen )', yang terdiri polisakarida.2empunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar
*
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 9/38
dari dinding sel da dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh
plasmid faktor: yang berkaitan dengan resistensi terhadap multipel antibiotik.1
Salmonella typhi dapat hidup didalam tubuh manusia )manusia sebagai natural
reseroir,. 2anusia yang terinfeksi Salmonella typhi dapat mengekskresikannya
melalui sekret saluran nafas& urin& dan tinja dalam jangka $aktu yang sangat berariasi.
Salmonella typhi yang berada diluar tubuh manusia dapat hidup untuk beberapa minggu
apabila berada didalam air& es& debu& atau kotoran yang kering maupun pada pakaian.
%kan tetapi S. yphi hanya dapat hidup kurang dari 1 minggu pada ra$ se$age& dan
mudah dimatikan dengan klorinasi dan pasteurisasi )temp "39,.1
erjadinya penularan Salmonella typhi sebagian besar melalui minumanAmakanan
yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau pemba$a kuman& biasanya
keluar bersama H sama dengan tinja )melalui rute oral fekal F jalurr orofekal,.
ransimisi dapat melalui makanan atau minuman yang disajikan oleh seorang carier
)orang yang di fesesnya terdapat bakteri salmonella& namun tidak memiliki gejala
demam tifoid,. 'emudian dapat melalui tangan ke mulut setelah menggunakan toilet
yang terkontaminasi dan kurangnya hygiene tangan. Serta transmisi orang yang berasal
dari air yang terkontaminasi )1,.
=ambar .1. 2ikroskopik Salmonella yphi
I/. atogenesis
atogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks yang mengikuti ingesti
organism& yaitu 1, penempelan dan inasi sel sel pada eyer atch& , bakteri bertahan
hidup dan bermultiplikasi dalam makrofag eyer atch& nodus limfatikus mesenterica&
dan organ organ e@tra intestinal sistem retikuloendotelial 3, bakteri bertahan hidup didalam aliran darah& 4, produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar c%2 di dalam
0
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 10/38
kripta usus dan meningkatkan permeabilitas membrane usus sehingga menyebabkan
keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal
2asuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi ke dalam tubuh
manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman
dimusnahkan dalam lambung karena suasana asam di lambung )p? M , banyak yang
mati namun sebagian lolos masuk ke dalam usus dan berkembang biak dalam peyer
patch dalam usus. 6ntuk diketahui& jumlah kuman yang masuk dan dapat menyebabkan
infeksi minimal berjumlah 1#7 dan jumlah bisa saja meningkat bila keadaan lokal pada
lambung yang menurun seperti aklorhidria& post gastrektomi& penggunaan obat obatan
seperti antasida& ?bloker& dan roton ump Inhibitor.
Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus tepatnya di jejenum dan
ileum. Bila respon imunitas humoral mukosa usus )Ig%, kurang baik maka kuman akan
menembus sel sel epitel )sel2 merupakan selnepitel khusus yang yang melapisi eyer
atch& merupakan port de entry dari kuman ini, dan selanjutnya ke lamina propria. Di
lamina propria kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel sel fagosit terutama
makrofag. 'uman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan
selanjutnya diba$a ke peyer patch di ileum distal dan kemudian kelenjar getah bening
mesenterika.
Selanjutnya melalui ductus thoracicus& kuman yang terdapat dalam makrofag ini
masuk ke dalam sirkulasi darah )mengakibatkan bakteremia pertama yang sifatnya
asimtomatik, dan menyebar ke seluruh organ :etikuloendotelial tubuh terutama hati
dan Limpa. Di organ organ :CS ini kuman meninggalkan sel sel fagosit dan
kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya kembali
masuk ke sirkulasi sistemik yang mengakibatkan bakteremia kedua dengan disertaitanda tanda dan gejala infeksi sistemik.
Di dalam hepar& kuman masuk ke dalam kandung empedu& berkembang biak& dan
bersama cairan empedu diekskresikan secara NintermittenO ke dalam lumen usus.
Sebagian kuman dikeluarkan bersama feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi
setelah menembus usus. roses yang sama terulang kembali& berhubung makrofag telah
teraktiasi dan hiperaktif maka pada saat fagositosis kuman Salmonella terjadi
beberapa pelepasan mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala
1#
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 11/38
reaksi inflamasi sistemik seperti demam& malaise& mialgia& sakit kepala& sakit perut&
diare diselingi konstipasi& sampai gangguan mental dalam hal ini adalah delirium. ada
anak anak gangguan mental ini biasanya terjadi se$aktu tidur berupa mengigau yang
terjadi dalam 3 hari berturut turut.1&
Dalam eyer atch makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasi jaringan
)S. typhi intra makrofag menginduksi reaksi hipersensitiitas tipe lambat& hyperplasia
jaringan dan nekrosis organ,. erdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi
pembuluh darah sekitar peyer patch yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasi
akibat akumulasi sel sel mononuclear di dinding usus.
roses patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot&
serosa usus& dan dapat mengakibatkan perforasi. Cndoto@in dapat menempel di reseptor
sel endotel kapiler dengan akibat timbulnya komplikasi seperti gangguan
neuropsikiatrik& kardioaskuler& respirasi& dan gangguan organ lainnya.
eran endotoksin dalam pathogenesis demam tifoid tidak jelas& hal tersebut
terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui
pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari salmonella typhi ini menstimulasi
makrofag di dalam hepar& lien& folikel usus halus dan kelenjar limfe mesenterika untuk
memproduksi sitokin dan <at <at lain. roduk dari makrofag inilah yang dapat
menimbulkan kelainan anatomis seperti nekrosis sel& sistem askuler& yang tidak stabil&
demam& depresi sumsum tulang& kelainan pada darah dan juga menstimulasi sistem
imunologis.1&
11
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 12/38
Bagan .1. atofisiologi Demam ifoid
/. 2anifestasi klinik
2anifestasi klinis pada anak umumnya bersifat lebih ringan& lebih berariasi bila
dibandingkan dengan penderita de$asa. Bila hanya berpegang pada gejala atau tanda
klinis& akan lebih sulit untuk menegakkan diagnosis demam tifoid pada anak& terutama
pada penderita yang lebih muda& seperti pada tifoid kongenital ataupun tifoid pada bayi.
2asa inkubasi ratarata berariasi antara ! H # hari& dengan masa inkubasi
terpendek 3 hari dan terpanjang "# hari. Dikatakan bah$a masa inkubasi mempunyai
1
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 13/38
korelasi dengan jumlah kuman yang ditelan& keadaan umumAstatus gi<i serta status
imunologis penderita.1& 4
;alupun gejala demam tifoid pada anak lebih berariasi& secara garis besar
gejalagejala yang timbul dapat dikelompokkan
Demam satu minggu atau lebih.
=angguan saluran pencernaan
=angguan kesadaran
Dalam minggu pertama& keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut
pada umumnya& seperti demam& nyeri kepala& anoreksia& mual& muntah& diare&
konstipasi. ada pemeriksaan fisik& hanya didapatkan suhu badan yang meningkat.
Setelah minggu kedua& gejalaA tanda klinis menjadi makin jelas& berupa demam remiten&
lidah tifoid& pembesaran hati dan limpa& perut kembung mungkin disertai ganguan
kesadaran dari yang ringan sampai berat.
Demam yang terjadi pada penderita anak tidak selalu tipikal seperti pada orang
de$asa& kadangkadang mempunyai gambaran klasik berupa stepwise pattern& dapat
pula mendadak tinggi dan remiten )30 H 41o 9, serta dapat pula bersifat ireguler
terutama pada bayi yang tifoid kongenital.
Lidah tifoid biasanya terjadi beberapa hari setelah panas meningkat dengan
tandatanda antara lain& lidah tampak kering& diolapisi selaput tebal& di bagian belakang
tampak lebih pucat& di bagian ujung dan tepi lebih kemerahan. Bila penyakit makin
progresif& akan terjadi deskuamasi epitel sehingga papila lebih prominen.
:oseola lebih sering terjadi pada akhir minggu pertama dan a$al minggu kedua.
2erupakan suatu nodul kecil sedikit menonjol dengan diameter H 4 mm& ber$arna
merah pucat serta hilang pada penekanan. :oseola ini merupakan emboli kuman yangdidalamnya mengandung kuman salmonella& dan terutama didapatkan di daerah perut&
dada& kadangkadang di bokong& ataupun bagian fleksor lengan atas.
Limpa umumnya membesar dan sering ditemukan pada akhir minggu pertama
dan harus dibedakan dengan pembesaran karena malaria. embesaran limpa pada
demam tifoid tidak progresif dengan konsistensi lebih lunak.
:ose spot& suatu ruam makulopapular yang ber$arna merah dengan ukuran 1 H 7
mm& sering kali dijumpai pada daerah abdomen& toraks& ekstremitas dan punggung pada
13
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 14/38
orang kulit putih& tidak pernah dilaporkan ditemukan pada anak Indonesia. :uam ini
muncul pada hari ke ! H 1# dan bertahan selama 3 hari.1&3&7
engamatan selama " tahun )10*!100, di LabAS2E Ilmu 'esehatan %nak E'
6nairA:S6 Dr.Soetomo Surabaya terhadap 434 anak berumur 11 tahun dengan
diagnosis demam tifoid atas dasar ditemukannya S.typhi dalam darah dan *7+ telah
mendapatkan terapi antibiotika sebelum masuk rumah sakit serta tanpa
memperhitungkan dimensi $aktu sakit penderita& didapatkan keluhan dan gejala klinis
pada penderita sebagai berikut panas )1##+,& anoreksia )**+,& nyeri perut )40+,&
muntah )4"+,& obstipasi )43+, dan diare )31+,. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
kesadaran delirium )1"+,& somnolen )7+, dan sopor )1+, serta lidah kotor )74+,&
meteorismus )""+,& hepatomegali )"!+, dan splenomegali )!+,.1# ?al ini sesuai
dengan penelitian di :S 'arantina 8akarta dengan diare )30&4!+,& sembelit )17&!0+,&
sakit kepala )!"&3+,& nyeri perut )"#&7+,& muntah )"&3+,& mual )4&11+,&
gangguan kesadaran )34&1+,& apatis )31&7*+, dan delirium )&"3+,.0 Sedangkan
tanda klinis yang lebih jarang dijumpai adalah disorientasi& bradikardi relatif& ronki&
sangat toksik& kaku kuduk& penurunan pendengaran& stupor dan kelainan neurologis
fokal."
/I. emeriksaan penunjang
emeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dibagi
dalam empat kelompok& yaitu
1. emeriksaan darah tepi
ada demam tifoid sering disertai anemia dari yang ringan sampai sedang
dengan peningkatan laju endap darah& gangguan eritrosit normokrom normositer&
yang diduga karena efek toksik supresi sumsum tulang atau perdarahan usus. idak
selalu ditemukan leukopenia& diduga leukopenia disebabkan oleh destruksi leukosit
oleh toksin dalam peredaran darah. Sering hitung leukosit dalam batas normal dan
dapat pula leukositosis& terutama bila disertai komplikasi lain. rombosit
jumlahnya menurun& gambaran hitung jenis didapatkan limfositosis relatif&
aneosinofilia& dapat shift to the left ataupun shift to the right bergantung pada
perjalanan penyakitnya. S=( dan S= seringkali meningkat& tetapi akan
kembali menjadi normal setelah sembuh. 'enaikan S=( dan S= tidak
memerlukan penanganan khusus.
=ambaran sumsum tulang menunjukkan normoseluler& eritroid dan mieloid
sistem normal& jumlah megakariosit dalam batas normal.1&3&7
14
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 15/38
. 6ji serologis
6ji serologis digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis demam
tifoid dengan mendeteksi antibodi spesifik terhadap komponen antigen S. typhi
maupun mendeteksi antigen itu sendiri. /olume darah yang diperlukan untuk uji
serologis ini adalah 13 mL yang diinokulasikan ke dalam tabung tanpa
antikoagulan.
2etode pemeriksaan serologis imunologis ini dikatakan mempunyai nilai
penting dalam proses diagnostik demam tifoid. %kan tetapi masih didapatkan
adanya ariasi yang luas dalam sensitiitas dan spesifisitas pada deteksi antigen
spesifik S. typhi oleh karena tergantung pada jenis antigen& jenis spesimen yang
diperiksa& teknik yang dipakai untuk melacak antigen tersebut& jenis antibodi yang
digunakan dalam uji )poliklonal atau monoklonal, dan $aktu pengambilan
spesimen )stadium dini atau lanjut dalam perjalanan penyakit,.7
Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini meliputi
a, 6ji ;idal
6ji serologi standar yang rutin digunakan untuk mendeteksi antibodi
terhadap kuman S.typhi yaitu uji ;idal. 6ji telah digunakan sejak tahun 1*0".
ada uji ;idal terjadi reaksi aglutinasi antara antigen kuman S.typhi dengan
antibodi yang disebut aglutinin. rinsip uji ;idal adalah serum penderita
dengan pengenceran yang berbeda ditambah dengan antigen dalam jumlah yang
sama. 8ika pada serum terdapat antibodi maka akan terjadi aglutinasi.
engenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer
antibodi dalam serum.
2aksud uji $idal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
penderita tersangka demam tifoid yaituG
1. %glutinin ( )dari tubuh kuman,
. %glutinin ? )flagel kuman,
3. %glutinin /i )simpai kuman,.
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin ( dan ? yang digunakan
untuk diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar
kemungkinan terinfeksi kuman ini.
ada demam tifoid mulamula akan terjadi peningkatan titer antibodi (.
%ntibodi ? timbul lebih lambat& namun akan tetap menetap lama sampai
beberapa tahun& sedangkan antibodi ( lebih cepat hilang. ada seseorang yang
17
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 16/38
telah sembuh& aglutinin ( masih tetap dijumpai setelah 4" bulan& sedangkan
aglutinin ? menetap lebih lama antara 0 bulan H tahun. %ntibodi /i timbul
lebih lambat dan biasanya menghilang setelah penderita sembuh dari sakit. ada
pengidap S.typhi& antibodi /i cenderung meningkat. %ntigen /i biasanya tidak
dipakai untuk menentukan diagnosis infeksi& tetapi hanya dipakai untuk
menentukan pengidap S.typhi.
Di Indonesia pengambilan angka titer ( aglutinin P 1A4# dengan memakai
uji $idal slide aglutination )prosedur pemeriksaan membutuhkan $aktu 47
menit, menunjukkan nilai ramal positif 0"+. %rtinya apabila hasil tes positif&
0"+ kasus benar sakit demam tifoid& akan tetapi apabila negatif tidak
menyingkirkan. Banyak senter mengatur pendapat apabila titer ( aglutinin
sekali periksa P 1A## atau pada titer sepasang terjadi kenaikan 4 kali maka
diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan. %glutinin ? banyak dikaitkan dengan
pasca imunisasi atau infeksi masa lampau& sedang /i aglutinin dipakai pada
deteksi pemba$a kuman S. typhi )karier,. Banyak peneliti mengemukanan
bah$a uji serologi $idal kurang dapat dipercaya sebab dapat timbul negatie
palsu pada kasus demam tifoid yang terbukti biakan darah positif.
%da faktor yang mempengaruhi uji ;idal yaitu faktor yang
berhubungan dengan penderita dan faktor teknis.
Eaktor yang berhubungan dengan penderita& yaitu
1. engobatan dini dengan antibiotik& pemberian kortikosteroid.
. =angguan pembentukan antibodi.
3. Saat pengambilan darah.
4. Daerah endemik atau non endemik.
7. :i$ayat aksinasi.
". :eaksi anamnesik& yaitu peningkatan titer aglutinin pada infeksi
bukan demam akibat infeksi demam tifoid masa lalu atau aksinasi.
Eaktor teknik& yaitu
1. %kibat aglutinin silang.
. Strain Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen.
3. eknik pemeriksaan antar laboratorium.
1"
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 17/38
Beberapa keterbatasan uji ;idal ini adalah
-egatif alsu
emberian antibiotika yang dilakukan sebelumnya )ini kejadian paling
sering di negara kita& demam HQ kasih antibiotika HQ nggak sembuh dalam7 hari HQ tes ;idal, menghalangi respon antibodi.
adahal sebenarnya bisa positif jika dilakukan kultur darah.
ositif alsu
Beberapa jenis serotipe Salmonella lainnya )misalnya S. paratyphi %& B& 9,
memiliki antigen ( dan ? juga& sehingga menimbulkan reaksi silang
dengan jenis bakteri lainnya& dan bisa menimbulkan hasil positif palsu
)false positie,.
adahal sebenarnya yang positif kuman non S. typhi )bukan tifoid,.
b, es 6BCR
es 6BCR merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang
sederhana dan cepat )kurang lebih menit, dengan menggunakan partikel yang
ber$arna untuk meningkatkan sensitiitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan
menggunakan antigen (0 yang benarbenar spesifik yang hanya ditemukan pada
Salmonella serogrup D. es ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut
karena hanya mendeteksi adanya antibodi Ig2 dan tidak mendeteksi antibodi
Ig= dalam $aktu beberapa menit.
;alaupun belum banyak penelitian yang menggunakan tes 6BCR ini&
beberapa penelitian pendahuluan menyimpulkan bah$a tes ini mempunyai
sensitiitas dan spesifisitas yang lebih baik daripada uji ;idal. enelitian oleh
Lim dkk )##, mendapatkan hasil sensitiitas 1##+ dan spesifisitas 1##+.17
enelitian lain mendapatkan sensitiitas sebesar !*+ dan spesifisitas sebesar
*0+.0 es ini dapat menjadi pemeriksaan yang ideal& dapat digunakan untuk
pemeriksaan secara rutin karena cepat& mudah dan sederhana& terutama di
negara berkembang.7
%da 4 interpretasi hasil
Skala 3 adalah -egatif idak menunjukkan infeksi demam tifoid.
Skala 47 adalah ositif Borderline. meragukan Sebaiknya dilakukan
pemeriksaan ulang 37 hari kemudian.
1!
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 18/38
Skala Q " adalah positif. Indikasi kuat infeksi demam tifoid
enggunaan antigen #0 LS memiliki sifat sifat sebagai berikut
Immunodominan yang kuat
Bersifat thymus independent tipe 1& imunogenik pada bayi )antigen /i dan
? kurang imunogenik, dan merupakan mitogen yang sangat kuat terhadap
sel B.
Dapat menstimulasi sel limfosit B tanpa bantuan limfosit sehingga respon
antibodi dapat terdeteksi lebih cepat.
Lipopolisakarida dapat menimbulkan respon antibodi yang kuat dan cepat
melalui aktiasi sel B ia reseptor sel B dan reseptor yang lain. Spesifitas yang tinggi )0#+, dikarenakan antigen #0 yang jarang ditemukan
baik di alam maupun diantara mikroorganisme
'elebihan pemeriksaan menggunakan tes 6BCR
2endeteksi infeksi akut Salmonella
2uncul pada hari ke 3 demam
Sensifitas dan spesifitas yang tinggi terhadap kuman Salmonella
Sampel darah yang diperlukan relatif sedikit
?asil dapat diperoleh lebih cepat
c, 2etode enzyme immunoassay )CI%, D(
6ji serologi ini didasarkan pada metode untuk melacak antibodi spesifik
Ig2 dan Ig= terhadap antigen (2 7# kD S. typhi. Deteksi terhadap Ig2
menunjukkan fase a$al infeksi pada demam tifoid akut sedangkan deteksi
terhadap Ig2 dan Ig= menunjukkan demam tifoid pada fase pertengahan
infeksi. ada daerah endemis dimana didapatkan tingkat transmisi demam tifoid
yang tinggi akan terjadi peningkatan deteksi Ig= spesifik akan tetapi tidak dapat
membedakan antara kasus akut& konalesen dan reinfeksi. ada metode
Typhidot-M ® yang merupakan modifikasi dari metode Typhidot ® telah dilakukan
inaktiasi dari Ig= total sehingga menghilangkan pengikatan kompetitif dan
memungkinkan pengikatan antigen terhadap Ig 2 spesifik.
1*
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 19/38
enelitian oleh ur$aningsih dkk )##1, terhadap #! kasus demam tifoid
bah$a spesifisitas uji ini sebesar !".!4+ dengan sensitiitas sebesar 03.1"+&
nilai prediksi positif sebesar *7.#"+ dan nilai prediksi negatif sebesar 01.""+. 1"
Sedangkan penelitian oleh =opalakhrisnan dkk )##, pada 144 kasus demam
tifoid mendapatkan sensitiitas uji ini sebesar 0*+& spesifisitas sebesar !"."+
dan efisiensi uji sebesar *4+. enelitian lain mendapatkan sensitiitas sebesar
!0+ dan spesifisitas sebesar *0+.
6ji dot CI% tidak mengadakan reaksi silang dengan salmonellosis non
tifoid bila dibandingkan dengan ;idal. Dengan demikian bila dibandingkan
dengan uji ;idal& sensitiitas uji dot CI% lebih tinggi oleh karena kultur positif
yang bermakna tidak selalu diikuti dengan uji ;idal positif. Dikatakan bah$a
Typhidot-M ® ini dapat menggantikan uji ;idal bila digunakan bersama dengan
kultur untuk mendapatkan diagnosis demam tifoid akut yang cepat dan akurat.
Beberapa keuntungan metode ini adalah memberikan sensitiitas dan
spesifisitas yang tinggi dengan kecil kemungkinan untuk terjadinya reaksi silang
dengan penyakit demam lain& murah )karena menggunakan antigen dan
membran nitroselulosa sedikit,& tidak menggunakan alat yang khusus sehingga
dapat digunakan secara luas di tempat yang hanya mempunyai fasilitas
kesehatan sederhana dan belum tersedia sarana biakan kuman. 'euntungan lain
adalah bah$a antigen pada membran lempengan nitroselulosa yang belum
ditandai dan diblok dapat tetap stabil selama " bulan bila disimpan pada suhu
49 dan bila hasil didapatkan dalam $aktu 3 jam setelah penerimaan serum
pasien.7
d, 2etode enzyme-linked immunosorbent assay )CLIS%,
6ji Cn<ymeLinked Immunosorbent %ssay )CLIS%, dipakai untuk
melacak antibodi Ig=& Ig2 dan Ig% terhadap antigen LS (0& antibodi Ig=
terhadap antigen flagella d )?d, dan antibodi terhadap antigen /i S. typhi. 6ji
CLIS% yang sering dipakai untuk mendeteksi adanya antigen S. typhi dalam
spesimen klinis adalah double antibody sandwich CLIS%. 9haicumpa dkk
)100, mendapatkan sensitiitas uji ini sebesar 07+ pada sampel darah& !3+
pada sampel feses dan 4#+ pada sampel sumsum tulang. ada penderita yang
didapatkan S. typhi pada darahnya& uji CLIS% pada sampel urine didapatkan
sensitiitas "7+ pada satu kali pemeriksaan dan 07+ pada pemeriksaan serial
serta spesifisitas 1##+.1* enelitian oleh Eadeel dkk )##4, terhadap sampel
10
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 20/38
urine penderita demam tifoid mendapatkan sensitiitas uji ini sebesar 1##+
pada deteksi antigen /i serta masingmasing 44+ pada deteksi antigen (0 dan
antigen ?d. emeriksaan terhadap antigen /i urine ini masih memerlukan
penelitian lebih lanjut akan tetapi tampaknya cukup menjanjikan& terutama bila
dilakukan pada minggu pertama sesudah panas timbul& namun juga perlu
diperhitungkan adanya nilai positif juga pada kasus dengan Brucellosis.7
e, emeriksaan dipstik
6ji serologis dengan pemeriksaan dipstik dikembangkan di Belanda
dimana dapat mendeteksi antibodi Ig2 spesifik terhadap antigen LS S. typhi
dengan menggunakan membran nitroselulosa yang mengandung antigen S. typhi
sebagai pita pendeteksi dan antibodi Ig2 anti-human immobilized sebagaireagen kontrol. emeriksaan ini menggunakan komponen yang sudah
distabilkan& tidak memerlukan alat yang spesifik dan dapat digunakan di tempat
yang tidak mempunyai fasilitas laboratorium yang lengkap. 7
enelitian oleh =asem dkk )##, mendapatkan sensitiitas uji ini sebesar
"0.*+ bila dibandingkan dengan kultur sumsum tulang dan *".7+ bila
dibandingkan dengan kultur darah dengan spesifisitas sebesar **.0+ dan nilai
prediksi positif sebesar 04."+.# enelitian lain oleh Ismail dkk )##, terhadap
3# penderita demam tifoid mendapatkan sensitiitas uji ini sebesar 0#+ dan
spesifisitas sebesar 0"+.1 enelitian oleh ?atta dkk )##, mendapatkan rerata
sensitiitas sebesar "7.3+ yang makin meningkat pada pemeriksaan serial yang
menunjukkan adanya serokonersi pada penderita demam tifoid. 6ji ini
terbukti mudah dilakukan& hasilnya cepat dan dapat diandalkan dan mungkin
lebih besar manfaatnya pada penderita yang menunjukkan gambaran klinis
tifoid dengan hasil kultur negatif atau di tempat dimana penggunaan antibiotika
tinggi dan tidak tersedia perangkat pemeriksaan kultur secara luas. 7
3. emeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman
Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri S.
typhi dalam biakan dari darah& urine& feses& sumsum tulang& cairan duodenum atau
dari rose spots. Berkaitan dengan patogenesis penyakit& maka bakteri akan lebih
mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada a$al penyakit& sedangkan pada stadium berikutnya di dalam urine dan feses.
#
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 21/38
?asil biakan yang positif memastikan demam tifoid akan tetapi hasil negatif
tidak menyingkirkan demam tifoid& karena hasilnya tergantung pada beberapa
faktor. Eaktorfaktor yang mempengaruhi hasil biakan meliputi )1, jumlah darah
yang diambilG ), perbandingan olume darah dari media empeduG dan )3, $aktu
pengambilan darah.
/olume 1#17 mL dianjurkan untuk anak besar& sedangkan pada anak kecil
dibutuhkan 4 mL. Sedangkan olume sumsum tulang yang dibutuhkan untuk
kultur hanya sekitar #.71 mL. Bakteri dalam sumsum tulang ini juga lebih sedikit
dipengaruhi oleh antibiotika daripada bakteri dalam darah. ?al ini dapat
menjelaskan teori bah$a kultur sumsum tulang lebih tinggi hasil positifnya bila
dibandingkan dengan darah $alaupun dengan olume sampel yang lebih sedikit
dan sudah mendapatkan terapi antibiotika sebelumnya. 2edia pembiakan yang
direkomendasikan untuk S.typhi adalah media empedu ) gall , dari sapi dimana
dikatakan media =all ini dapat meningkatkan positiitas hasil karena hanya S.
typhi dan S. paratyphi yang dapat tumbuh pada media tersebut.
Biakan darah terhadap Salmonella juga tergantung dari saat pengambilan
pada perjalanan penyakit. Beberapa peneliti melaporkan biakan darah positif 4#
*#+ atau !#0#+ dari penderita pada minggu pertama sakit dan positif 1#7#+
pada akhir minggu ketiga. Sensitiitasnya akan menurun pada sampel penderita
yang telah mendapatkan antibiotika dan meningkat sesuai dengan olume darah
dan rasio darah dengan media kultur yang dipakai. Bakteri dalam feses ditemukan
meningkat dari minggu pertama )1#17+, hingga minggu ketiga )!7+, dan turun
secara perlahan. Biakan urine positif setelah minggu pertama. Biakan sumsum
tulang merupakan metode baku emas karena mempunyai sensitiitas paling tinggi
dengan hasil positif didapat pada *#07+ kasus dan sering tetap positif selama
perjalanan penyakit dan menghilang pada fase penyembuhan. 2etode ini terutama
bermanfaat untuk penderita yang sudah pernah mendapatkan terapi atau dengan
kultur darah negatif sebelumnya. rosedur terakhir ini sangat inasif sehingga tidak
dipakai dalam praktek seharihari. ada keadaan tertentu dapat dilakukan kultur
pada spesimen empedu yang diambil dari duodenum dan memberikan hasil yang
cukup baik akan tetapi tidak digunakan secara luas karena adanya risiko aspirasi
terutama pada anak. Salah satu penelitian pada anak menunjukkan bah$a
sensitiitas kombinasi kultur darah dan duodenum hampir sama dengan kultur
sumsum tulang.4&7
1
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 22/38
'egagalan dalam isolasiAbiakan dapat disebabkan oleh keterbatasan media
yang digunakan& adanya penggunaan antibiotika& jumlah bakteri yang sangat
minimal dalam darah& olume spesimen yang tidak mencukupi& dan $aktu
pengambilan spesimen yang tidak tepat.
;alaupun spesifisitasnya tinggi& pemeriksaan kultur mempunyai
sensitiitas yang rendah dan adanya kendala berupa lamanya $aktu yang
dibutuhkan )7! hari, serta peralatan yang lebih canggih untuk identifikasi bakteri
sehingga tidak praktis dan tidak tepat untuk dipakai sebagai metode diagnosis baku
dalam pelayanan penderita.
/II. Diagnosis
Demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan
bahkan asimtomatik. ;alaupun gejala klinis sangat berariasi namun gejala yang
timbul setelah inkubasi dapat dibagi dalam )1, demam& ), gangguan saluran
pencernaan& dan )3, gangguan kesadaran. imbulnya gejala klinis biasanya bertahap
dengan manifestasi demam dan gejala konstitusional seperti nyeri kepala& malaise&
anoreksia& letargi& nyeri dan kekakuan abdomen& pembesaran hati dan limpa& serta
gangguan status mental. Sembelit dapat merupakan gangguan gastointestinal a$al dan
kemudian pada minggu kedua timbul diare. Diare hanya terjadi pada setengah dari
anak yang terinfeksi& sedangkan sembelit lebih jarang terjadi. Dalam $aktu seminggu
panas dapat meningkat. Lemah& anoreksia& penurunan berat badan& nyeri abdomen dan
diare& menjadi berat. Dapat dijumpai depresi mental dan delirium. 'eadaan suhu tubuh
tinggi dengan bradikardia lebih sering terjadi pada anak dibandingkan de$asa. :ose
spots )bercak makulopapular, ukuran 1" mm& dapat timbul pada kulit dada dan
abdomen& ditemukan pada 4#*#+ penderita dan berlangsung singkat )3 hari,. 8ika
tidak ada komplikasi dalam 4 minggu& gejala dan tanda klinis menghilang namun
malaise dan letargi menetap sampai 1 bulan.
=ambaran klinis lidah tifoid pada anak tidak khas karena tanda dan gejala
klinisnya ringan bahkan asimtomatik. %kibatnya sering terjadi kesulitan dalam
menegakkan diagnosis bila hanya berdasarkan gejala klinis. (leh karena itu untuk
menegakkan diagnosis demam tifoid perlu ditunjang pemeriksaan laboratorium yang
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 23/38
diandalkan. emeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis demam
tifoid meliputi pemeriksaan darah tepi& serologis& dan bakteriologis.3&4
/III. Diagnosis Banding
ada stadium dini demam tifoid& beberapa penyakit kadangkadang secara klinis
dapat menjadi diagnosis bandingnya yaitu influen<a& gastroenteritis& bronkitis dan
bronkopneumonia. Sada demam tifoid yang berat& dapat sebagai dignosis banding.1
IR. enatalaksanaan
IR.1. -on 2edika 2entosa
a, irah baring
Seperti kebanyakan penyakit sistemik& istirahat sangat membantu. asien harus
diedukasi untuk tinggal di rumah dan tidak bekerja sampai pemulihan.4
b, -utrisi
emberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein )', rendah serat adalah
yang paling membantu dalam memenuhi nutrisi penderita namun tidak
memperburuk kondisi usus. Sebaiknya rendah selulosa )rendah serat, untuk
mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk penderita demam tifoid& basanya
diklasifikasikan atas diet cair& bubur lunak& tim& dan nasi biasa.
c, 9airan
enderita harus mendapat cairan yang cukup& baik secara oral maupun parenteral.
9airan parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat& ada komplikasi&
penurunan kesadaran serta yang sulit makan. 9airan harus mengandung elektrolit
dan kalori yang optimal. 'ebutuhan kalori anak pada infus setara dengan kebutuhan
cairan rumatannya.
d, 'ompres air hangat
2ekanisme tubuh terhadap kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh
yaitu dengan pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal
ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. 'etika reseptor yang peka
terhadap panas di hipotalamus dirangsang& sistem efektor mengeluarkan sinyal yang
memulai berkeringat dan asodilatasi perifer. erubahan ukuran pembuluh darah
diatur oleh pusat asomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak& diba$ah
3
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 24/38
pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi asodilatasi. erjadinya
asodilatasi ini menyebabkan pembuanganA kehilangan energiA panas melalui kulit
meningkat )berkeringat,& diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga
mencapai keadaan normal kembali. ?al ini sependapat dengan teori yang
dikemukakan oleh %den )#1#, bah$a tubuh memiliki pusat pengaturan suhu
thermoregulator! di hipotalamus. 8ika suhu tubuh meningkat& maka pusat
pengaturan suhu berusaha menurunkannya begitu juga sebaliknya."
IR.. 2edika 2entosa
a, Simptomatik
anas yang merupakan gejala utama pada tifoid dapat diberi antipiretik. Bila
mungkin peroral sebaiknya diberikan yang paling aman dalam hal ini adalah
aracetamol dengan dosis 1# mgAkgAkali minum& sedapat mungkin untuk
menghindari aspirin dan turunannya karena mempunyai efek mengiritasi saluran
cerna dengan keadaan saluran cerna yang masih rentan kemungkinan untuk
diperberat keadaannya sangatlah mungkin. Bila tidak mampu intake peroral dapat
diberikan ia parenteral& obat yang masih dianjurkan adalah yang mengandung
2ethami<ole -a yaitu antrain atau -oalgin.
b, %ntibiotik
%ntibiotik yang sering diberikan adalah 1&3&4
• 9hloramphenicol& merupakan antibiotik pilihan pertama untuk infeksi tifoid feer
terutama di Indonesia. Dosis yang diberikan untuk anak anak 7#1## mgAkgAhari
dibagi menjadi 4 dosis untuk pemberian intraena biasanya cukup 7# mgAkgAhari.
Diberikan selama 1#14 hari atau sampai ! hari setelah demam turun. emberian
Intra 2uskuler tidak dianjurkan oleh karena hidrolisis ester ini tidak dapat
diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri. ada kasus malnutrisi atau
didapatkan infeksi sekunder pengobatan diperpanjang sampai 1 hari. 'elemahan
dari antibiotik jenis ini adalah mudahnya terjadi relaps atau kambuh& dan carier.
• 9otrimo@a<ole& merupakan gabungan dari jenis antibiotika trimetoprim dan
sulfameto@a<ole dengan perbandingan 17. Dosis rimetoprim 1# mgAkgAhari
dan Sulfameto@<a<ole 7# mgAkgAhari dibagi dalam dosis. 6ntuk pemberiansecara syrup dosis yang diberikan untuk anak 47 mgAkgAkali minum sehari diberi
4
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 25/38
kali selama minggu. Cfek samping dari pemberian antibiotika golongan ini
adalah terjadinya gangguan sistem hematologi seperti %nemia megaloblastik&
Leukopenia& dan granulositopenia. Dan pada beberapa -egara antibiotika
golongan ini sudah dilaporkan resisten.
• %mpicillin dan %mo@icillin& memiliki kemampuan yang lebih rendah
dibandingkan dengan chloramphenicol dan cotrimo@a<ole. -amun untuk anak
anak golongan obat ini cenderung lebih aman dan cukup efektif. Dosis yang
diberikan untuk anak 1#### mgAkgAhari dibagi menjadi 4 dosis selama
minggu. enurunan demam biasanya lebih lama dibandingkan dengan terapi
chloramphenicol.
• Sefalosporin generasi ketiga )9eftria@one& 9efota@im& 9efi@ime,& merupakan
pilihan ketiga namun efektifitasnya setara atau bahkan lebih dari
9hloramphenicol dan 9otrimo@a<ole serta lebih sensitie terhadap Salmonella
typhi. 9eftria@one merupakan prototipnya dengan dosis 1## mgAkgAhari I/dibagi
dalam 1 dosis )maksimal 4 gramAhari, selama 7! hari. %tau dapat diberikan
cefota@im 17### mgAkgAhari dibagi dalam 34 dosis. Bila mampu untuk sediaan
er oral dapat diberikan 9efi@ime 1#17 mgAkgAhari selama 1# hari.
ada demam tifoid berat kasus berat seperti delirium& stupor& koma sampai
syok dapat diberikan kortikosteroid I/ )de@ametasone, 3 mgAkg dalam 3# menit
untuk dosis a$al& dilanjutkan 1 mgAkg tiap " jam sampai 4* jam.
6ntuk demam tifoid dengan penyulit perdarahan usus kadang kadang
diperlukan tranfusi darah. Sedangkan yang sudah terjadi perforasi harus segera
dilakukan laparotomi disertai penambahan antibiotika metronida<ol.
R. 'omplikasi
'omplikasi demam tifoid dapat dibagi bagian 4
1. 'omplikasi pada usus halus
a, erdarahan usus
Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan ben<idin.
8ika perdarahan banyak terjadi melena dapat disertai nyeri perut dengan tanda
H tanda renjatan.
b, erforasi usus
7
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 26/38
imbul biasanya pada minggu ketiga atau setengahnya dan terjadi pada bagian
distal ileum. erforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila
terdapat udara dirongga peritoneum yaitu pekak hati menghilang dan terdapat
udara diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat
dalam keadaan tegak.
c, eritonitis
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala akut& yaitu nyeri perut yang hebat& dinding abdomen tegang&
dan nyeri tekan.
. 'omplikasi diluar usus halus
a, Bronkitis dan bronkopneumoniaada sebagian besar kasus didapatkan batuk& bersifat ringan dan disebabkan
oleh bronkitis& pneumonia bisa merupakan infeksi sekunder dan dapat timbul
pada a$al sakit atau fase akut lanjut. 'omplikasi lain yang terjadi adalah abses
paru& efusi& dan empiema.
b, yphoid ensefalopati
2erupakan komplikasi tifoid dengan gejala dan tanda klinis berupa kesadaran
menurun& kejang H kejang& muntah& demam tinggi& pemeriksaan otak dalam
batas normal. Bila disertai kejang H kejang maka biasanya prognosisnya jelek
dan bila sembuh sering diikuti oleh gejala sesuai dengan lokasi yang terkena.
c, 2eningitis
2enigitis oleh karena Salmonella typhi yang lain lebih sering didapatkan pada
neonatusAbayi dibandingkan dengan anak& dengan gejala klinis tidak jelas
sehingga diagnosis sering terlambat. ernyata peyebabnya adalah Salmonella
havana dan Salmonella oranemburg .
d, 2iokarditis
'omplikasi ini pada anak masih kurang dilaporkan serta gambaran klinis tidak
khas. Insidensnya terutama pada anak berumur ! tahun keatas serta sering
terjadi pada minggu kedua dan ketiga. =ambaran C'= dapat berariasi antara
lain sinus takikardi& depresi segmen S& perubahan gelombangan I& %/ blok
tingkat I& aritmia& supraentrikular takikardi.
e, Infeksi saluran kemih
Sebagian kasus demam tifoid mengeluarkan bakteri Salmonella typhi melalui
urin pada saat sakit maupun setelah sembuh. Sistitis maupun pilonefritis dapat
juga merupakan penyulit demam tifoid. roteinuria transien sering dijumpai&
"
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 27/38
sedangkan glomerulonefritis yang dapat bermanifestasi sebagai gagal ginjal
maupun sidrom nefrotik mempunyai prognosis yang buruk.
f, 'arier kronik
ifoid karier adalah seorang yang tidak menunjukkan gejala penyakit demam
tifoid& tetapi mengandung kuman Salmonella typhosa di sekretnya. 'arier
temporer ekskresi S.typhi pada feces selama tiga bulan. ?al ini tampak pada
1#+ pasien konalesen. :elapse terjadi pada 71#+ pasien biasanya 3
minggu setelah demam mengalami resolusi dan pada isolasi organisme memiliki
bentuk sensiitas yang sama seperti semula. Eaktor predisposisi menjadi kronik
karier adalah jenis kelamin perempuan& pada kelompok usia de$asa& dan
cholelithiasis. asien dengan traktus urinarius yang abnormal& seperti
schistosomiasis& mungkin memgeluarkan bakteri pada urinya dalam $aktu yang
lama.
RI. rognosis
rognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi& usia& keadaan
kesehatan sebelumnya& dan ada tidaknya komplikasi. Di negara maju& dengan terapi
antibiotik yang adekuat& angka mortalitas M1+. Di negara berkembang& angka
mortalitasnya Q1#+& biasanya karena keterlambatan diagnosis& pera$atan& dan
pengobatan. 2unculnya komplikasi& seperti perforasi gastrointestinal atau perdarahan
hebat& meningitis& endokarditis& dan pneumonia& mengakibatkan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi.
:elaps dapat timbul beberapa kali. Indiidu yang mengeluarkan S.ser. yphi P 3
bulan setelah infeksi umumnya menjadi karier kronis. :esiko menjadi karier pada anak
H anak rendah dan meningkat sesuai usia. 'arier kronik terjadi pada 17+ dari seluruh
pasien demam tifoid.1
!
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 28/38
BAB 5
PE&BAHASAN
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik& asien %n. -asy$a 5onita umur &7
tahun datang ke oliklinik anka :S6D %;S pada tanggal 7 September #17 dengan
keluhan Demam& Diagnosa asien ini adalah Demam ifoid > 9erebral alsy > Cpilepsi .
Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan hasil dari anamnesa& pemeriksaan fisik& dan
pemeriksaan penunjang.
Kasus Te*ri
8enis kelamin perempuan • erbandingan penderita perempuan
dan lakilaki sebanding.
•
6sia &7 tahun Demam tifoid sering menyerang anak
usia sekolah dan de$asa muda. -amun
tidak dipungkiri angak kejadian pada balita
dan bayi juga tinggi )1,.
*
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 29/38
• Demam sejak 1 minggu Demam
dirasakan naik turun. Suhu naik saat
malam dan turun pada siang hari.
• 'eluhan lainnya adalah
o lidah yang ber$arna putih sejak 1
minggu&
o batuk berdahak yang muncul 1 hari
sebelum masuk rumah sakit&
o 'ejang 1 kali yang muncul 1 hari
sebelum masuk rumah sakit
o muntah 1 kali pada hari ke poli
anak. 2untah berisi makanan.
• asien tidak memiliki keluhan nyeri
perut& diare ataupun sulit B%B.
secara garis besar gejalagejala yang
timbul pada demam tifoid dapat
dikelompokkan
o Demam satu minggu atau lebih.
o =angguan saluran pencernaan
o =angguan kesadaran
ada minggu pertama& keluhan penyakit
infeksi akut pada umumnya& seperti
demam& nyeri kepala& anoreksia& mual&
muntah& diare& konstipasi. Setelah minggu kedua& gejalaA tanda
klinis semakin jelas& yaitu berupa
demam remiten& lidah tifoid& pembesaran
hati dan limpa& perut kembung mungkin
disertai ganguan kesadaran dari yang
ringan sampai berat.
abel 4.1 erbandingan anamnesis teori dan fakta
'asus eori
o 'esadaran 9omposmentis
- 1## @Amnt reguler kuat angkat
:: * @Amnt
3!&* 9
o Lidah ditutupi
selaput putih. 6jung dan tepi
lidah kemerahan
o Ckstremitas
Superior
o %kral hangat
o Spastik )>,
Inferior
Demam mempunyai gambaran klasik
berupa stepwise pattern& dapat pula
mendadak tinggi dan remiten )30 H 41o
9, serta dapat pula bersifat ireguler
terutama pada bayi yang tifoid
kongenital.
Lidah tifoid biasanya terjadi beberapa
hari setelah panas meningkat. Taitu
lidah tampak kering& diolapisi selaput
tebal& di bagian belakang tampak lebih
pucat& di bagian ujung dan tepi lebih
kemerahan. :oseola lebih sering terjadi pada akhir
0
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 30/38
o %kral hangat
o Spastik )>,
o
minggu pertama dan a$al minggu
kedua. 2erupakan suatu nodul kecil
sedikit menonjol dengan diameter H
4 mm& ber$arna merah pucat serta
hilang pada penekanan. terutama
didapatkan di daerah perut& dada&
kadangkadang di bokong& ataupun
bagian fleksor lengan atas.
Limpa umumnya membesar pada akhir
minggu pertama. embesaran limpa
pada demam tifoid tidak progresif
dengan konsistensi lebih lunak.
o :ose spot& suatu ruam makulopapular
yang ber$arna merah dengan ukuran 1 H
7 mm& sering kali dijumpai pada daerah
abdomen& toraks& ekstremitas dan
punggung pada orang kulit putih& tidak
pernah dilaporkan ditemukan pada anak
Indonesia..
abel 4. erbandingan pemeriksaan fisik teori dan fakta
'asus eori
emeriksaan penunjang yang dilakukan
• ;B9 7.4##
• L !3.###
• ?b 11&0
• ?t 33&4
• -a 14#
• ' 3&!
• 9l 1#3
• Ig= dengue
• Ig2 dengue
• ube@ test )>, skala 1#
emeriksaan penunjang dilakukan adalah
emeriksaan darah tepi
o ada demam tifoid sering disertai
o anemia dari yang ringan sampai
sedang dengan peningkatan laju
endap darah&
o leukosit dalam batas normal atau
leukositosis&
o jumlahnya rombosit menurun
6ji Serologis
o 6ji ;idal
Di Indonesia& Banyak senter
berpendapat titer ( aglutinin sekali periksa
3#
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 31/38
P 1A## atau pada titer sepasang terjadi
kenaikan 4 kali maka diagnosis demam
tifoid dapat ditegakkan.
%glutinin ? banyak dikaitkan dengan
pasca imunisasi atau infeksi masa lampau&
sedang /i aglutinin dipakai pada deteksi
pemba$a kuman S. typhi )karier,.
Banyak peneliti mengemukanan bah$a uji
serologi $idal kurang dapat dipercaya
sebab dapat timbul negatie palsu pada
kasus demam tifoid yang terbukti biakan
darah positif.
o es 6BCR
tes ini mempunyai sensitiitas dan
spesifisitas yang lebih baik daripada uji
;idal.
o Skala 3 adalah -egatif Borderline.
idak menunjukkan infeksi demam
tifoid. Sebaiknya dilakukan
pemeriksaan ulang 37 hari
kemudian.
o Skala 47 adalah ositif.
2enunjukkan infeksi demam tifoid
o Skala Q " adalah positif. Indikasi kuat
infeksi demam tifoid
'elebihan pemeriksaan menggunakan tes
6BCR
o 2endeteksi infeksi akut Salmonella
o 2uncul pada hari ke 3 demam
o Sensifitas dan spesifitas yang tinggi
terhadap kuman Salmonella
o Sampel darah yang diperlukan relatif
sedikit
o
?asil dapat diperoleh lebih cepatc, 2etode enzyme immunoassay )CI%,
31
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 32/38
D(
2etode ini digunakan untuk melacak
antibodi spesifik Ig2 dan Ig= terhadap
antigen (2 7# kD S. typhi. Deteksi
terhadap Ig2 menunjukkan fase a$al
infeksi pada demam tifoid akut sedangkan
deteksi terhadap Ig2 dan Ig= menunjukkan
demam tifoid pada fase pertengahan infeksi.
keuntungan metode ini adalah memberikan
sensitiitas dan spesifisitas yang tinggi
dengan kecil kemungkinan untuk terjadinya
reaksi silang dengan penyakit demam lain&
murah )karena menggunakan antigen dan
membran nitroselulosa sedikit,& tidak
menggunakan alat yang khusus sehingga
dapat digunakan secara luas di tempat yang
hanya mempunyai fasilitas kesehatan
sederhana dan belum tersedia sarana biakan
kuman.
d, 2etode enzyme-linked immunosorbent
assay )CLIS%,
6ji Cn<ymeLinked Immunosorbent %ssay
)CLIS%, dipakai untuk melacak antibodi
Ig=& Ig2 dan Ig% terhadap antigen LS (0&
antibodi Ig= terhadap antigen flagella d
)?d, dan antibodi terhadap antigen /i S.
typhi. sensitiitas uji ini sebesar 07+ pada
sampel darah& !3+ pada sampel feses dan
4#+ pada sampel sumsum tulang. ada
penderita yang didapatkan S. typhi pada
darahnya& uji CLIS% pada sampel urine
didapatkan sensitiitas "7+ pada satu kali
pemeriksaan dan 07+ pada pemeriksaan
3
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 33/38
serial serta spesifisitas 1##+.
e, emeriksaan dipstik
6ji serologis dengan pemeriksaan dipstik
mendeteksi antibodi Ig2 spesifik terhadap
antigen LS S. typhi dengan menggunakan
membran nitroselulosa yang mengandung
antigen S. typhi sebagai pita pendeteksi dan
antibodi Ig2 anti-human immobilized
sebagai reagen kontrol. emeriksaan ini
menggunakan komponen yang sudah
distabilkan& tidak memerlukan alat yang
spesifik dan dapat digunakan di tempat yang
tidak mempunyai fasilitas laboratorium
yang lengkap. 6ji ini terbukti mudah
dilakukan& hasilnya cepat dan dapat
diandalkan dan mungkin lebih besar
manfaatnya pada penderita yang
menunjukkan gambaran klinis tifoid dengan
hasil kultur negatif atau di tempat dimana
penggunaan antibiotika tinggi dan tidak
tersedia perangkat pemeriksaan kultur
secara luas.
emeriksaan bakteriologis dengan isolasi
dan biakan kuman
Diagnosis pasti demam tifoid dapat
ditegakkan bila ditemukan bakteri S.
typhi dalam biakan dari darah& urine&
feses& sumsum tulang& cairan duodenum
atau dari rose spots. -amun bakteri akan
lebih mudah ditemukan dalam darah dan
sumsum tulang pada a$al penyakit&
sedangkan pada stadium berikutnya di
dalam urine dan feses.
33
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 34/38
abel 4.3 erbandingan pemeriksaan enunjang teori dan fakta
'asus eori
• I/ED D7 -S 17 tpm
• Ij. iamfenikol 3 @ 3##mg
• aracetamol 3 @ 1 cth
• -istatin 3 @ 1 ue
• Depakene @ J cth
• Ij :anitidin @ K amp
-on 2edika 2entosa
• irah baring
• -utrisi
emberian makanan tinggi kalori dan
tinggi protein )',• 9airan
enderita harus mendapat cairan yang
cukup& baik secara oral maupun
parenteral.
• 'ompres air hangat
2edika 2entosa
a, Simptomatik
anas pada tifoid dapat diberi
antipiretik. aracetamol dengan dosis
1# mgAkgAkali minum& sedapat
mungkin untuk menghindari aspirin
dan turunannya karena mempunyai
efek mengiritasi saluran cerna
b, %ntibiotik%ntibiotik yang sering diberikan
adalah 1&4&7
• 9hloramphenicol& merupakan
antibiotik pilihan pertama Dosis
yang diberikan untuk anak anak 7#
1## mgAkgAhari dibagi menjadi 4
dosis untuk pemberian intraena
biasanya cukup 7# mgAkgAhari.
34
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 35/38
Diberikan selama 1#14 hari atau
sampai ! hari setelah demam turun.
• 9otrimo@a<ole& merupakan
gabungan dari jenis antibiotika
trimetoprim dan sulfameto@a<ole
dengan perbandingan 17. Dosis
rimetoprim 1# mgAkgAhari dan
Sulfameto@<a<ole 7# mgAkgAhari
dibagi dalam dosis. 6ntuk
pemberian secara syrup dosis yang
diberikan untuk anak 47 mgAkgAkali
minum sehari diberi kali selama
minggu..
• %mpicillin dan %mo@icillin&
memiliki kemampuan yang lebih
rendah dibandingkan dengan
chloramphenicol dan cotrimo@a<ole.
-amun untuk anak anak golongan
obat ini cenderung lebih aman dan
cukup efektif. Dosis yang diberikan
untuk anak 1#### mgAkgAhari
dibagi menjadi 4 dosis selama
minggu.
• Sefalosporin generasi ketiga
)9eftria@one& 9efota@im& 9efi@ime,&
merupakan pilihan ketiga namun
efektifitasnya setara atau bahkan
lebih dari 9hloramphenicol dan
9otrimo@a<ole serta lebih sensitie
terhadap Salmonella typhi.
9eftria@one merupakan prototipnya
37
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 36/38
dengan dosis 1## mgAkgAhari
I/dibagi dalam 1 dosis )maksimal
4 gramAhari, selama 7! hari. %tau
dapat diberikan cefota@im 17###
mgAkgAhari dibagi dalam 34 dosis.
Bila mampu untuk sediaan er oral
dapat diberikan 9efi@ime 1#17
mgAkgAhari selama 1# hari.
ada demam tifoid berat kasus berat seperti
delirium& stupor& koma sampai syok dapat
diberikan kortikosteroid I/ )de@ametasone,
3 mgAkg dalam 3# menit untuk dosis a$al&
dilanjutkan 1 mgAkg tiap " jam sampai 4*
jam.
6ntuk demam tifoid dengan penyulit
perdarahan usus kadang kadang diperlukan
tranfusi darah. Sedangkan yang sudah
terjadi perforasi harus segera dilakukan
laparotomi disertai penambahan antibiotika
metronida<ol.
abel 4.3 erbandingan penatalaksanaan teori dan fakta
3"
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 37/38
BAB
PENUTUP
Demam tifoid pada anak disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella typhi yang
ditularkan melalui jalur fecaloral yang mana pada nantinya akan masuk ke saluran cerna dan
melakukan replikasi dapal ileum terminal.
Demam tifoid pada anak memiliki gejala yang cukup spesifik berupa demam&
gangguan gastro intestinal& dan gangguan saraf pusat. Demam yang terjadi lebih dari ! hari
terutama pada sore menjelang malam dan turun pada pagi hari. =ejala gastrointestinal bisa
terjadi diare yang diselingi konstipasi. ada caum oris bisa didapatkan Tifoid Tongue yaitu
lidah kotor dengan tepi hiperemi yang mungkin disertai tremor. =angguan Susunan Saraf usat berupa Sindroma (tak (rganik& biasanya anak sering ngelindur $aktu tidur. Dalam
keadaan yang berat dapat terjadi penurunan kesadaran seperti delirium& supor sampai koma.
Diagnosis cukup ditegakkan secara klinis. emeriksaan penunjang yang dapat
menunjang infeksi Demam ifoid ini adalah Darah Lengkap& 6ji ;idal& atau pemeriksaan
serologi khusus yaitu Ig2 dan Ig= antiSalmonella.
enatalaksanaan penyakit ini meliputi 3 pokok utama yaitu istirahat dengan tirah baring yang cukup& Diet inggi 'alori inggi rotein :endah Serat& dan %ntibiotika yang
memiliki efektiitas yang cukup tinggi terhadap kuman Salmonella typhi.
DA'TAR PUSTAKA
1. Soedarmo& Sumarmo S.& dkk. Demam tifoid. Dalam Buku ajar infeksi U pediatri tropis.
Cd. . 8akarta Badan enerbit ID%I G ##*. h. 33*47.
3!
7/23/2019 Refleksi Kasus Dr Wil
http://slidepdf.com/reader/full/refleksi-kasus-dr-wil 38/38
. a$itro 6C& -ooritry 2& Darmo$ando$o ;. Demam ifoid. Dalam Soegijanto S& Cd.
Ilmu enyakit %nak Diagnosa dan enatalaksanaan& edisi 1. 8akarta Salemba 2edika&
##143.
3. :ichard C. Behrman& :obert 2. 'liegman& %nn 2. %rinG edisi bahasa Indonesia %
Samik ;ahabG Ilmu 'esehatan %nak -elson& ed.17. 8akarta C=9 G ###.
4. %lan :. umbelaka. Diagnosis dan ata laksana Demam ifoid. Dalam ediatrics 6pdate.
9etakan pertamaG Ikatan Dokter %nak Indonesia. 8akarta ##3. h. #.
7. rasetyo& :isky /. dan Ismoedijanto. 2etode diagnostik demam tifoid pada anak.
Surabaya E' 6-%I: G #1#. h. 11#.
". 2ohamad& Eatma$ati. Cfektifitas kompres hangat dalam menurunkan demam pada
pasien Thypoid "bdominalis di ruang =1 Lt. :S6D rof. Dr. ?. %loei Saboe 'ota
=orontalo. #1. Diunduh dari
httpAAjournal.ung.ac.idAfilejurnalA8?S/ol#7-o#1V#*V#1A!VEat$atyV8?S/ol#7-o#1V#
*V#1.pdf. 8anuari #1.