Transcript
Page 1: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI :

MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI

(SUATU TINJAUAN HISTORIS DAN KRITIS TERHADAP FASE-FASE PERJUANGAN HMI)

DALAM MENJAWAB TANTANGAN MASA DEPAN

Oleh :

Prof. Dr. H. Agussalim Sitompul

Dipresentasikan pada Latihan Kader II Tingkat Nasional

Diselenggarakan HMI Cabang Malang Provinsi Jawa Timur

Di Malang

Senin, 20 Juni 2010

Digandakan :

Panitia Latihan Kader II

HMI Cabang Malang

Malang

2010

Page 2: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI :

MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI

(SUATU TINJAUAN HISTORIS DAN KRITIS TERHADAP FASE-FASE PERJUANGAN HMI)

DALAM MENJAWAB TANTANGAN MASA DEPAN

OLEH : Prof. Dr. H. Agussalim Sitompul

I. PENDAHULUAN

Sejarah perjalanan HMI selama 63 tahun pada dasarnya telah melalui dua masa, yaitu

masa dulu dan masa kini. Apabila dikembangkan ditambah dengan masa mendatang, karena

sejarah memang selalu ditandai dengan tiga dimensi waktu yakni masa lalu, masa kini, dan

masa mendatang.

Selama 63 tahun usia HMI, telah menjalani 10 fase perjuangan :

1. Fase konsolidasi spiritual dan proses berdirinya HMI (1946-1947)

2. Fase berdiri dan pengokohan (5 Februari 1947 sampai 30 November 1947)

3. Fase perjuangan bersenjata dan perang kemerdekaan dan menghadapi pengkhianatan

PKI I (1947-1949)

4. Fase pembinaan dan pengembangan organisasi (1950-1963)

5. Fase tantangan I dan menghadapi pemberontakan PKI II (1964-1965)

6. Fase kebangkitan HMI sebagai pejuang orde baru dan pelopor kebangkitan angkatan

’66 (1966-1968)

7. Fase partisipasi HMI dalam pembangunan (1969-sekarang)

8. Fase pergolakan dan pembaharuan pemikiran (1970-1994)

9. Fase reformasi (1995-1999)

10. Fase tantangan II (2000-sekarang)

Kesepuluh fase itu 8 fase di antaranya dapat dilalui dengan baik, walaupun tidak luput

dari berbagai kekurangan maupun kesalahan HMI serta dapat memberikan jawaban dan

kontribusi yang terbaik kepada bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam.

Beberapa faktor pendukung atas keberhasilan antara lain :

1. Karena konsolidasi dan proses berdirinya HMI muncul dan mendapat dukungan dari

bawah, dan dilalui secara bertahap, sehingga menciptakan kondisi objektif untuk

mendirikan HMI dan dapat diterima mahasiswa dan kalangan perguruan tinggi.

2

Page 3: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

2. Karena kehadiran HMI merupakan kebutuhan dan keharusan sejarah. Tantangan yang

muncul sebelum dan sesudah HMI berdiri dapat dilalui dengan penuh dinamika

sehingga kehadiran HMI dapat diterima oleh masyarakat luas, terutama dunia

perguruan tinggi dan kemahasiswaan.

3. Karena keikutsertaan HMI melawan Belanda dan mempertahankan kemerdekaan 17

Agustus 1945 adalah merupakan tugas nasional, yang mendapat dukungan segenap

rakyat Indonesia. Begitu juga perlawanan HMI serta segenap yang anti PKI terhadap

PKI merupakan perang membela agama, nusa dan bangsa Indonesia.

4. HMI telah dapat menjadikan dirinya sebagai aset nasional alat perjuangan bangsa yang

harus dibina dan mendapat respon dari mahasiswa sehingga HMI menjadi organisasi

besar, dengan jumlah pengikut yang besar pula.

5. Orde baru merupakan pintu gerbang memasuki fase dan terase kehidupan baru yang

mendapat dukungan luas dari masyarakat yang mendambakan keadilan dan kebenaran.

6. Karena peranan mahasiswa dalam kehidupan suatu negara yang sedang berkembang

sangat strategis dan dibutuhkan.

7. Karena pemikiran-pemikiran yang disampaikan HMI, sangat relevan dengan kebutuhan

bangsa Indonesia dalam kehidupan.

Perjalanan HMI selama 63 tahun dengan 8 faktor latar belakang berdirinya HMI, tujuan

HMI yang pertama dan terakhir kemudian misi HMI, 7 pemikiran awal HMI telah membawa

dan menciptakan karakter HMI. Karakter HMI adalah potensi yang sejak awal kelahirannya

sudah melekat pada dirinya dan selalu menyertai, menjiwai perjalanan dan perjuangan HMI,

sehingga mampu membiaskan nuansa-nuansa yang selalu aktual. Karakteristik dan jati diri

HMI inilah yang membedakannya dengan organisasi lain.

Berdasarkan berbagai dokumentasi organisasi HMI seperti AD/ART HMI, Nilai-Nilai

Dasar Perjuangan (NDP), tafsir tujuan, tafsir independensi, latar belakang berdirinya HMI,

maka karakteristik HMI mengandung prinsip-prinsip :

1. Berdasarkan Islam yang bersumber pada Alquran dan Assunnah.

2. Berwawasan keindonesiaan dan kebangsaan.

3. Bertujuan terbinanya 5 kualitas insan cita HMI, dengan 17 indikator, serta ditandai 5

ciri kader HMI.

4. Bersifat independen.

5. Berstatus sebagai organisasi mahasiswa yang berorientasi kepada keilmuan.

3

Page 4: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

6. Berfungsi sebagai organisasi kader.

7. Berperan sebagai organisasi perjuangan.

8. Bertugas sebagai pembentuk calon pemimpin bangsa Indonesia.

9. Berkedudukan sebagai organisasi modernis.

Jadi, sejak kelahirannya HMI telah berhasil meletakkan hal-hal yang bersifat

fundamental dan mendasar, sehingga eksistensi dan keberadaan HMI dapat kokoh di tengah-

tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara umumnya, dan di tengah dunia

perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan pada khususnya.

Di pertengahan fase pergolakan dan pembaharuan pemikiran, tepatnya sejak tahun

1980, HMI mulai mengalami kemunduran. Kemunduran itu berlangsung terus secara perlahan

sampai pada fase reformasi (1995-1999), dan sampai sekarang pada fase tantangan II (2000-

sekarang).

Pada fase reformasi, inisiatif pertama tidak muncul lagi dari HMI. Begitu juga kendali

perjuangan tidak dipegang HMI sebagaimana pada masa perjuangan orde baru. Pada fase

tantangan II ini, persoalan yang dihadapi HMI semakin kompleks, sehingga HMI saat ini tidak

bisa berbuat banyak memberikan kontribusinya di tengah-tengah pergulatan dinamika bangsa

dewasa ini. Ini sangat ironis. HMI menghadapi tantangan internal dan eksternal yang sangat

serius. Semestinya HMI senantiasa harus mampu sebagai organisasi perjuangan yang selama

ini dikenal sebagai kader pelopor dan avant garde bangsa memberikan solusi yang tepat dan

cepat terhadap berbagai permasalahan bangsa. Kenyataannya, julukan itu sekarang ini tidak

lagi seperti yang diharapkan. Mengapa hal itu terjadi ? Itulah persoalan besar yang kini

melanda HMI bahkan mungkin untuk masa mendatang.

Maka yang menjadi persoalan adalah :

1. Bagaimana dinamikan perjalanan HMI pada masa dulu ?

2. Bagaimana pula kondisi HMI sekarang ini ?

3. Tantangan apa yang dihadapi HMI ?

4. Agenda-agenda perubahan apa yang perlu dilakukan untuk membangkitkan kembali

HMI?

5. Mengapa HMI perlu mereformasi diri dan membutuhkan pemimpin yang kuat?

6. Bagaimana masa depan HMI ?

Inilah beberapa persoalan pokok yang akan dibahas dalam makalah ini melalui analisis

komparatif HMI masa dulu dan masa sekarang akan jelas terlihat posisi HMI di tengah

4

Page 5: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

dinamika persoalan bangsa dewasa ini bagaimana kondisi antara cita dan realitas yang

sebenarnya. Dengan demikian bagaimana agenda-agenda perubahan yang perlu dilakukan

untuk kebangkitan HMI kembali sehingga dapat muncul dan berjaya seperti pada masa dulu.

II. DINAMIKA PERJUANGAN HMI MASA DULU

Sejarah telah mencatat bahwa sejak lahirnya HMI 5 Februari 1947, 59 tahun yang lalu,

HMI telah menorehkan masa lalu, dengan berbagai hasil sebagai akumulasi dari

perjuangannya. Terlalu banyak dan panjang untuk diungkapkan di sini, berupa keunggulan

dan keberhasilan HMI dalam berbagai aspek, di antaranya adalah :

1. HMI adalah organisasi mahasiswa tertua di Indonesia ini.

2. HMI adalah organisasi mahasiswa terbesar.

3. HMI mempunyai anggota dan alumni yang banyak.

4. HMI telah memberikan andil terbesar bagi pembentukan cendekiawan muslim di

Indonesia.

5. HMI telah memberikan kontribusi penting bagi pembinaan generasi muda di Indonesia.

6. HMI telah memberikan kontribusi positif bagi pembangunan bangsa dengan berbagai

pemikiran.

7. HMI telah memberikan sumbangsihnya yang besar dan nyata untuk mempertahankan

negara proklamasi 17 Agustus 1945.

8. HMI telah memberikan kontribusinya melawan dan berhadapan dengan PKI dan antek-

anteknya, yang berusaha untuk mengkomuniskan Indonesia, sehingga HMI

ditempatkan sebagai musuh utama PKI untuk dibubarkan sebelum meletusnya Gestapu/

PKI 1965.

9. HMI tetap mampu mempertahankan sifat independensinya sejak berdiri hingga

sekarang.

10. HMI memliki sejarah yang jelas. Terdapat 94 buah buku yang menulis khusus tentang

HMI.

11. HMI memiliki aparat yang lengkap yaitu PB, BADKO, Cabang, KORKOM,

Komisariat, Lembaga-Lembaga Kekaryaan, KOHATI yang merata di seluruh

Indonesia.

5

Page 6: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

12. Usia 59 tahun HMI dapat diartikan sebagai petunjuk eksistensi kebenaran, ketahanan,

kekuatan, dan ketepatan konsep perjuangan yang telah dipilih para generasi pendiri

HMI.

13. Eksistensi kebenaran dan ketepatan wawasan HMI telah teruji sekaligus membenarkan

akan makna dan ketepatan dasar dan identitas HMI.

14. Perjalanan kehidupan HMI sejak berdiri hingga sekarang, pada hakikatnya berlangsung

secara dinamis, penuh perubahan dan kelangsungan, pergumulan dan perdamaian,

ketegangan dan ketenangan, konflik dan konsensus.

15. HMI dapat mengembangkan diri sebagai organisasi yang bersifat nasional dan modern.

16. HMI dapat menempa kader-kader yang berwawasan keIslaman, keIndonesiaan,

kemahasiswaan, independen, kepemudaan, keilmuan, pemikir, pejuang, dan pengabdi.

17. HMI dapat memberikan jawaban yang terbaik bagi persoalan bangsa dan bernegara,

dalam perang kemerdekaan ikut melawan dan mengusir penjajah Belanda serta

sumbangannya dalam ikut menumpas pemberontakan PKI di Madiun 1948.

18. HMI tampil sebagai aset nasional dengan berbagai kekuatan dan kelemahan.

19. HMI dapat melakukan alih generasi dengan tertib, walaupun sering ditandai dengan

berbagai kelemahan.

20. HMI banyak dikaji dan diteliti oleh kalangan ilmuan untuk karya tulis seperti skripsi,

tesis, dan disertasi.

21. HMI berhasil mencetak alumni-alumninya yang dapat menduduki berbagai jabatan

dalam negara dan masyarakat walaupun sering timbul masalah.

22. HMI dapat mengembangkan pemikiran-pemikiran yang inovatif.

23. HMI banyak terpublikasi oleh berbagai media, baik melalui saluran resmi maupun yang

dipublikasikan insan pers.

III. KONDISI HMI MASA KINI

Untuk melihat kondisi HMI dewasa ini, seperti ditulis Prof. DR. H. Agussalim

Sitompul, dalam bukunya 44 Indikator Kemunduran HMI, telah mengungkapkan secara

gamblang, kemunduran yang dialami HMI sejak tahun 1980, selama 26 tahun1. Ir. H. Akbar

Tandjung dalam kata Pengantar dalam buku ini mengatakan bahwa kritik-kritik yang

dikemukakan penulis buku ini memang pahit bagi HMI. Akan tetapi hendaknya itu semua

1 Lihat Agussalim Sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI, (Jakarta : Penerbit Misaka Galiza, 2006)6

Page 7: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

dipandang sebagai motivasi bagsi setiap pengurus, aktivis, dan kader HMI dimanapun juga,

untuk bangkit dan berkembang kembali sebagai organisasi kemahasiswaan bernapaskan Islam,

yang berwibawa kuat dan berpengaruh2. Ketua Umum PB HMI, Hasanuddin, dalam kata

sambutan PB HMI mengemukakan bahwa apa yang ditulis di buku ini menunjukkan betapa

banyaknya persoalan yang dihadapi HMI termasuk konflik internal3

Prof. Dr. H. Nurcholish Madjid, memberikan peringatan keras terhadap HMI ketika

menjelang Kongres ke-23 HMI di Balikpapan tahun 2002. Nurcholish dalam peringatan itu

mengatakan bahwa apabila HMI tidak bisa melakukan perubahan, lebih baik membubarkan

diri4. Peringatan itu sebagai shock therapy, dengan harapan, HMI dapat dan mampu

melakukan perubahan terhadap dirinya yang banyak kalangan dipandang bahwa dalam tubuh

HMI ditemukan berbagai kekurangan yang sifatnya negatif.

Kondisi seperti inilah yang menyebabkan munculnya stigma negatif terhadap HMI

yang meliputi berbagai aspek seperti tentang keislaman, keindonesiaan, kemahasiswaan,

keorganisasian, keHMIan, kedipsilinan, kurangnya respon terhadap berbagai masalah yang

berkembang dalam kehidupan berbangsa bermasyarakat, dan bernegara, HMI tidak diminati

lagi oleh mahasiswa, HMI hanya pandai berpendapat, tetapi tidak bisa melakukan perbuatan

nyata (action), HMI sangat lemah dalam hal networking (jaringan), HMI sangat lemah dalam

bidang informasi, publikasi, dokumentasi, banyak anggota HMI tidak memiliki sifat amanah,

pamrih dalam berjuang, kurang dilandasi dengan semangat ikhlas. HMI tidak lulus dalam

sejarah, yaitu dengan adanya organisasi yang menamakan dirinya “HMI-MPO”.

Maka dari kondisi HMI seperti itu, mutlak dilakukan tindakan atau langkah untuk

mengubah stigma negatif HMI itu, dengan berbagai cara dan tindakan nyata. Kalau stigma

negatif HMI tidak segera dilakukan perubahan, maka reputasi HMI pasti akan lebih merosot

dari kondisi yang ada sekarang, yang ditandai 44 indikator kemunduran HMI. Terutama oleh

Pengurus sejak dari PB sampai Komisariat bahkan seluruh anggota HMI, suka tidak suka, mau

tidak mau, harus memiliki kesadaran kolektif, bahwa mengubah stigma negatif HMI harus

dilakukan saat ini juga. Di sini tidak ada tawar-menawar lagi. Apabila HMI terlambat

melakukan perubahan integral, maka dampaknya akan semakin buruk bagi kelangsungan

hidup HMI untuk masa-masa mendatang.

2 Lihat Agussalim Sitompul, 44Indikator Kemunduran HMI, hal XVII3 Lihat Agussalim Sitompul, 44 Indikator Kemunduran HMI, hal XIX4 Lihat Harian Media Indonesia, Jakarta, Jumat 14 Juni 2002

7

Page 8: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

Dari dua citra yang saling bertolak belakang itu, HMI berada di persimpangan sejarah.

Di satu arah dipandang sebagai suatu keberhasilan dan keunggulan HMI yang penuh

romantisme sejarah. Di satu arah lain, HMI mengalami kemunduran, sebagai satu kegagalan

menjalankan peranannya sebagai organisasi perjuangan. Dari dua kasus ini menunjukkan

bahwa perjuangan HMI selama 63 tahun ini tidak semuanya ditandai dengan kesuksesan dan

keberhasilan. Yang menjadi pertanyaan, mengapa terjadi demikian ? Pertanyaan itulah secara

lugas diungkapkan oleh Agussalim Sitompul dalam “44 Indikator Kemunduran HMI”5.

Secara empiris Agussalim Sitompul membeberkan terdapatnya 44 indikator yang

menyebabkan HMI mengalami kemunduran. Semestinya dalam usia HMI 63 tahun, dan telah

memasuki usia 50 tahun kedua (50 tahun pertama 1947-1997, dan usia 50 tahun kedua 1998-

2048), perjalanan perjuangannya semakin mulus dan menanjak, sudah take off. Akan tetapi

yang terjadi justru sebaliknya – HMI mengalami kemunduran.

Kemunduran itu seperti ditulis oleh Didik J. Rachbini, sudah terjadi sejak tahun 19806,

berarti sudah 26 tahun. Seperempat abad lebih HMI tidak dapat mengikuti perkembangan

realitas sosial budaya yang berkembang sangat pesat. Maka HMI terlambat, sebabnya karena

HMI tidak dapat mengadakan penyesuaian-penyesuaian secara struktural. Walaupun HMI ada,

tetapi laksana bergerak di tempat dan sangat lamban memberi respon terhadap setiap

perkembangan yang muncul, dengan bermacam-macam perubahan. Berarti antara

perkembangan masyarakat dan aktivitas HMI tidak seimbang. Apabila ini terjadi, dan

memang sudah terjadi, HMI akan tersingkir dari perubahan yang terus muncul datang silih

berganti. Walaupun HMI ada tetapi berada di pinggir, tidak mampu lagi tampil dalam orbit

yang semestinya, malah dengan keberadaan serta akses yang lemah jika dibandingkan

terhadap supra sistemnya, yaitu masyarakat yang terus berkembang dan mengalami

perubahan. Supra sistemnya yang dimaksud di sini juga adalah gerakan Islam kontemporer

yang juga mengalami perubahan. Gerakan Islam kontemporer juga termasuk dalam sistem

sosial politik yang ada, karena ia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa

Indonesia.

Pada saat itu momentum untuk melihat eksistensi HMI di dalam konteks supra sistem

yang dimaksud dan sistem sosial politik yang ada. Ketika itu, momentum pembangunan sosial

politik maupun ekonomi, tengah berada dalam tingkat intensitas yang tinggi, gerakan Islam

5 Lihat Agussalim Sitompul, 44 Indikator..., tahun 2006.6 Baca Didik J. Rachbini, “HMI dalam Dekade 1980an Sebuah Refleksi Dilematis”, dalam Dies Natalis ke-43 5

Februari 1990, (Jakarta: Penerbit PB HMI, 1990), hlm. 27. 8

Page 9: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

kontemporer ikut mengalaminya. Dalam dekade sekarang maupun dekade-dekade mendatang.

Pergeseran-pergeseran peran dan kekuatan sosial politik, maupun ekonomi, serta gerakan

Islam kontemporer tengah terjadi dengan intensitas yang lebih tinggi dan besar. Maka bagi

organisasi perjuangan seperti HMI, perlu dibina dan dipelihara kesadarannya bahwa segala

sesuatu di luar organisasi tengah mengalami perubahan dengan berbagai konsekuensi dan

pengaruh yang lebih besar. Hal itu perlu dilakukan untuk tetap memulihkan eksistensi maupun

akses HMI untuk suatu perubahan. Perlu disadari oleh HMI, bahwa perubahan-perubahan

yang terjadi dalam masyarakat, bisa merupakan kekuatan untuk mengembangkan organisasi,

akan tetapi bisa juga menjadi ancaman yang potensial, yang mematikan keberadaan HMI,

karena HMI tidak mampu mengimbanginya berupa konsolidasi organisasi sehingga lama

kelamaan kerdil dan akhirnya bisa mati hilang dari peredaran.

Sebuah treatment, dilakukan dalam bentuk suatu kebijaksanaan dan proses rasionalisasi

yang seharusnya menjadi konsekuensi dari adanya kesadaran akan urgennya sebuah

perubahan internal HMI. Akan tetapi terbukti banyak elemen-elemen organisasi yang tidak

siap, baik sumber daya manusianya.7

Berdasarkan sinyalemen itu, HMI sejak tahun 1980-2009, nampaknya banyak

melakukan kesalahan di berbagai hal, yang menyebabkan HMI mengalami kemunduran.

Koreksi dan kritikan terhadap HMI telah banyak dilakukan baik dari dalam maupun dari luar

HMI. Akan tetapi dengan koreksi dan kritikan itu, tidak kunjung terjadi perubahan terhadap

perbaikan HMI yang dilakukan PB HMI. Bahkan 2 periode terakhir, HMI semakin terpuruk

karena terjadi dualisme kepemimpinan dalam tubuh PB HMI (Kholis Malik – Muchlis Tapi-

Tapi 2001-2003, dan Hasanuddin – Syamud Ngabalin 2003-2006). Kondisi seperti itu terjadi

29 tahun – waktu yang cukup lama. Puncak gelombang koreksi dan kritikan tentang terjadinya

kemunduran di tubuh HMI muncul menjelang Kongres ke-25 HMI di Makassar bulan

Februari 2006, yaitu dengan terbitnya karya monumental Agussalim Sitompul “44 Indikator

Kemunduran HMI”. Buku itu telah tersebar luas sejak pra Kongres ke-25 HMI hingga pada

Kongres ke-25 HMI di Makassar. Bahkan di beberapa Cabang, seperti HMI Cabang Medan,

Padangsidimpuan, Lampung, Cirebon, HMI Komisariat PAI Unissula Semarang buku itu telah

dibedah. Sejak itu muncullah kesadaran individual dan kolektif di kalangan HMI bahwa

memang HMI benar-benar mengalami kemunduran, dan diikuti pula kesadaran individual dan

kolektif bahwa dalam tubuh HMI mutlak dilakukan perubahan agar dapat bangkit kembali.

7 Lihat Didik J. Rachbini, Dies Natalis, hlm. 27.9

Page 10: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

Demikianlah gambaran posisi HMI yaitu di antara keberhasilan – dan kemunduran

antara positif – negatif. Akan tetapi apabila dilihat dari waktunya – lebih panjang masa

keberhasilannya, selama 33 tahun. Akan tetapi para pengamat lebih terfokus melihat

kemunduran HMI saja selama 26 tahun, terlebih-lebih apabila yang melihat itu tidak

mengalami masa keberhasilan HMI pada masa-masa sebelumnya.

Maka kondisi HMI yang semakin mundur belakangan ini, adalah satu kewajiban HMI

sebagai ulil albab atau orang yang berpikir untuk mengambil ibrah atau iktibar. Seperti

disebutkan dalam Alquran bahwa dalam membaca peristiwa sejarah yang terdapat dalam

Alquran tidaklah mudah. Karena di dalamnya mengandung ibrah atau lambang-lambang yang

perlu dipahami oleh kalangan albab.8

Begitu juga halnya membaca peristiwa sejarah yang terdapat dalam tubuh HMI

tidaklah mudah. Karena di dalam peristiwa sejarah dalam HMI juga mengandung ibrah atau

lambang-lambang perlu dipahami oleh kalangan albab. Nampaknya para kalangan albab di

HMI terutama para pengurus HMI utamanya PB HMI belum dapat memahami sepenuhnya

tentang ibrah atau lambang-lambang yang menimpa HMI walau sudah terjadi 29 tahun datang

silih berganti tanpa berhenti, berupa peristiwa-peristiwa negatif yang menimpa HMI seperti

pecahnya HMI menjadi dua kubu antara HMI DIPO dan HMI MPO, terjadinya dualisme

kepemimpinan dalam tubuh PB HMI pada dua periode terakhir, adanya indikasi money politic

dalam pemilihan pengurus HMI, kerusakan moral/ akhlak, terdapat para pengurus HMI yang

lalai menunaikan shalat, banyak pengurus HMI yang tidak amanah, jujur, adil, dan ikhlas serta

kasus-kasus negatif lainnya. Dengan demikian peristiwa-peristiwa yang nyata-nyata atau

benar-benar terjadi yang mengandung lambang atau ibrah yang perlu ditangkap maknanya

agar dapat dijadikan contoh untuk hari ini.

Demikianlah halnya, bahwa semua kejadian sejarah yang menimpa HMI yang

menyebabkan kemundurannya, hendaknya dapat dipahami sepenuhnya oleh para pengurus

HMI (albab, yang mengandung lambang atau ibarat sebagai cobaan atau peringatan dari Allah

SWT, yang perlu ditangkap maknanya agar dapat dijadikan contoh untuk hari ini, guna

memperbaiki HMI dari kemundurannya sehingga dapat bangkit kembali. Allah SWT akan

terus menguji dan mendatangkan peringatan kepada HMI apabila kalangan pengurus atau

albab tidak cepat-cepat melakukan perbaikan/perubahan. Para albab atau pengurus dan

segenap anggota, aktivis, dan kader HMI, jangan memandang enteng dan remeh terhadap

8 Alquran surat 12 ayat 111. 10

Page 11: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

semua peringatan Allah SWT berupa kejadian-kejadian sejarah sebagai ibrah atau lambang-

lambang yang perlu dipahami dengan cepat, tepat dan cerdas. Dalam kaitan ini juga Allah

SWT mengingatkan bahwa; wal tandhur nafsun ma qaddamat li ghodin – perhatikanlah

sejarahmu untuk masa depanmu9. Mengapa dengan sejarah sampai dijadikan standar agar

seorang dapat selamat meniti masa depannya. Sejarah ternyata di dalamnya terdapat

pelajaran, peringatan, kebenaran, yang akan mengukuhkan hati manusia10

Manusia sebagai “aktor sejarah” harus disadarkan bahwa dia hidup dalam masyarakat

yang selalu berubah.11 Keyakinan diri terhadap kemampuan untuk maju sering surut, karena

pemahaman terhadap esensi sejarah tugas kehidupannya mulai pudar dari kesadarannya.

Karena itu perlu disadarkan kembali dengan sejarah12, dengan tidak mengambil peristiwa

secara fragmental, melainkan sebagai satu kesatuan sejarah yang universal yang terumuskan

dalam 25 peristiwa sejarah Kerasulan. Pengambilan sebagian hanya memperoleh bahan

mentah sejarah, tetapi bukan hakekat sejarah.

Menoleh kembali ke masa lalu, bertujuan untuk memahami masa yang akan datang,

wal tandhur nafsun ma qaddamat li ghad (perhatikanlah sejarahmu untuk masa

depanmu13, merupakan tiga dimensi waktu yang selalu berkaitan. Menoleh ke masa lalu akan

menemukan “informasi pengalaman yang telah teruji”. Membaca peristiwa kerasulan dalam

Al Quran, berarti memperoleh contoh yang benar yang tidak dapat diragukan lagi.14

Berkaitan dengan tugas manusia sebagai aktor sejarah untuk menciptakan perubahan,

juga ditegaskan Allah SWT dalam Al Quran, “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah

nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah”15

IV. TANTANGAN YANG DIHADAPI HMI

Sebagai organisasi perjuangan, setiap saat HMI dihadapkan kepada berbagai

tantangan yang datang silih berganti tanpa berhenti. Tantangan itupun akan selalu muncul

terlebih-lebih di masa depan, yang bentuk dan wujudnya jauh lebih besar dan berat. Ada 2

tantangan besar yang dihadapi HMI, yaitu tantangan internal dan eksternal.

A. Tantangan internal

9 Alquran surat 59 ayat 18. 10 Alquran surat 11 ayat 22.11 Alquran surat 55 ayat 26. 12 Alquran surat 11 ayat 20. 13 Alquran surat 59 ayat 18. 14 Alquran surat 2 ayat 2. 15 Alquran surat 11 ayat 13.

11

Page 12: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

Kajian tentang HMI saat ini menunjukkan, bahwa kehidupan sekarang dan mandatang,

HMI telah ditantang :

1. Masalah eksistensi dan keberadaan HMI, yang ditandai 40 indikator kemunduran ,

memudar dan mundurnya HMI, seperti diuraikan pada bagian II.

2. Masalah relevansi pemikiran-pemikiran HMI, untuk melakukan perbaikan dan perubahan

mendasar terhadap berbagai masalah yang dihadapi bangsa Indonesia.

3. Masalah peran HMI sebagai organisasi perjuangan yang sanggup tampil dalam barisan

terdepan sebagai avant garde bangsa, dalam melakukan berbagai perubahan yang

dibutuhkan masyarakat.

4. Masalah efektifitas HMI memecahkan masalah yang dihadapi bangsa, karena banyak

organisasi sejenis maupun yang lain, dapat tampil lebih efektif mengambil inisiatif

terdepan memberi solusi terhadap problem yang dihadapi bangsa Indonesia.

Sebagai jawabannya, menuntut pemecahan yang bersifat teoritis dan praktis, akan

tetapi semuanya bersifat konseptual, integratif, dan inklusif. Sebab pendekatan yang tidak

konseptual, parsial, dan eksklusif tidak akan melahirkan jawaban yang efektif. Untuk itu

dibutuhkan ide dan pemikiran dari anggota aktifis, kader, dan pengurus HMI di seluruh

jenjang organisasi.

B. Tantangan eksternal

Berbagai tantangan eksternal juga dihadapkan kepada HMI yang tidak kalah besar dan

rumitnya dari tantangan internal, antara lain :

1. Tantangan menghadapi perubahan zaman yang jauh berbeda dari abad ke-20, yang muncul

pada abad ke-21 saat ini, serta abad Globalisasi.

2. Tantangan terhadap peralihan generasi yang hidup dalam zaman dan situasi berbeda dalam

berbagai aspek kehidupan, khususnya yang dijalani generasi muda bangsa.

3. Tantangan untuk mempersiapkan kader-kader dan alumni HMI, yang akan menggantikan

alumni-alumni HMI yang saat ini menduduki berbagai posisi strategis dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena regenerasi, suka tidak suka, mau tidak

mau pasti berlangsung.

4. Tantangan menghadapi bahaya abadi Komunis.

5. Tantangan menghadapi golongan lain, yang mempunyai missi berbeda dari umat Islam.

6. Tantangan adanya kerawanan aqidah. Abad kejatuhan manusia dari makhluk spritual

menjadi makhluk materialistis adalah akibat munculnya humanisme dalam panggung

12

Page 13: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

sejarah yang ditandai dengan adanya Renaissance. Lewat corong Renaissance ini,

humanisme mempromosikan potensi manusia melebihi batas-batas-batas fitrahnya.

Humanisme memfigurkan manusia sebagai titik pusat alam yang bergerak ke arah

pengukuran manusia sebagai superman. Manusia yang merasa dirinya unggul karena

penemuan sains dan teknologi lewat otaknya, membuat dia bertambah ambisi menaklukkan

alam. Itulah konteks generasi manusia di abad ini yang mengandalkan budi dayanya untuk

merumuskan prinsip-prinsip kehidupan yang tidak bisa dipertahankan, karena paradigma

dan epistemologi yang dipakai sesungguhnya kering sama sekali dari tata nilai spriritual.

Jiwa masyarakat di abad ini tidak bersemi untuk membuahkan perilaku yang harum

sebagai makhluk Tuhan. Semua ini adalah hasil produksi agen humanisme, yakni

sekularisme yang mengemukakan gagasan dimensi pertama dari masyarakat di abad ini,

yaitu kemanusiaan yang tidak bertuhan (humanisme). Dimensi kedua adalah materi yang

tidak bertuhan (materialisme) yang menganggap realitas kehidupan ini cuma materi.

Materialisme ilmiah telah menarik jutaan ilmuwan yang ikut memikirkan konsep-konsep

materialisme untuk dipasarkan dalam masyarakat. Masyarakat model ini begitu tertarik

dengan propaganda kaum materialisme yang menawarkan potensi materi dalam kehidupan

melalui berbagai dimensi kebutuhan. Materialisme telah memprojeksikan diri dalam postur

kapitalisme yang membangun berbagai industri untuk memproduksi macam barang-barang

konsumtif. Lewat promosi efektif, disertai iklan gencar lewat teknologi informasi, manusia

dipaksa membeli. Hal ini berarti mengukukan kapitalisme untuk menghancurkan mental.

Manusia diracuni dengan aneka barang produksi yang sebenarnya tidak primer. Inilah

fenomena kehidupan sosial pada saat ini. Dimensi ketiga, adalah perilaku yang tidak

bertuhan (atheisme) yakni suatu pandangan hidup yang tidak mengakui Tuhan secara

konsepsional, karena Tuhan tidak dapat ditangkap dengan indera dan tidak dapat dirasakan

secara langsung dalam bentuk pengalaman. Tuhan hanya hadir dalam pikiran, tidak

hadir dalam tindakan. Alam dan manusia tidak mampu membuktikan Tuhan secara

ilmiah karena manusia begitu lahir sudah ada alam. Semuanya terjadi karena ada yang

menciptakan. Mati dan hidup cuma sebagai suatu siklus alam yang berputar pada porosnya.

7. Tantangan menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang terus berkembang

tanpa berhenti sejenakpun.

13

Page 14: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

8. Tantangan menghadapi perubahan dan pembaharuan di segala aspek kehidupan manusia

yang terus berlangsung sesuai dengan semangat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

yang sangat kompetitif.

9. Tantangan menghadapi masa depan yang beum dapat diketahui bentuk dan coraknya. Masa

depan tidak mungkin ditolak dan ditangguhkan, karena masa depan tidak mengenal tapal

batas waktu dan perubahan.

10.Kondisi umat Islam Indonesia yang dalam kondisi belum bersatu.

11.Kondisi dan keadaan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan, kepemudaan, yang penuh

dengan berbagai persoalan dan problematika yang sangat kompleks.

Karena itu menghadapi tantangan itu HMI dengan segenap aparatnya harus mampu

menghadapinya, dengan penuh semangat dan militansi yang tinggi. Apakah HMI mampu

menghadapi tantangan itu, sangat ditentukan oleh pemegang kendali organisasi sejak dari PB

HMI, Pengurus Badko, Cabang, Komisariat, Korkom dan Lembaga – lembaga kekaryaan,

serta segenap anggota HMI, maupun alumninya yang tergabung dalam KAHMI sebagai

penerus, pelanjut serta penyempurna mission sacre HMI. Peralihan zaman, peralihan generasi

saat ini sangat menentukan bagi eksistensi HMI di masa – masa mendatang.

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi tantangan frontal itu diperlukan kesadaran dari

angota, kader dan pengurus HMI secara simultan. Untuk menimbulkan kesadaran simultan itu

maka NDP, 5 kualitas insan cita HMI dengan 17 indikatornya, 5 ciri kader HMI, 8 macam

karakter/kekuatan HMI perlu diaktualkan dalam diri masing – masing anggota, kader dan

pengurus. Faktor – faktor tersebut sangat potensial untuk menumbuhkan kesadaran para

anggota, kader dan pengurus asalkan pembelajarannya dilakukan secara terpadu dan intensif.

Dengan demikian pemberdayaan setiap anggota, kader dan pengurus HMI akan tumbuh

dengan subur, sehingga merupakan kekuatan besar dengan semangat kebersamaan untuk

membangun kembali HMI.

Manusia sebagai “aktor sejarah” harus disadarkan bahwa dia hidup dalam masyarakat

yang selalu berubah (Q.S. 55 : 26). Keyakinan diri terhadap kemampuan untuk maju sering

surut, karena pemahaman terhadap esensi sejarah tugas kehidupannya mulai pudar dari

kesadarannya. Karena itu perlu disadarkan kembali dengan sejarah (Q.S. 11:20), dengan tidak

mengambil peristiwa secara fragmental, melainkan sebagai satu kesatuan sejarah yang

universal yang terumuskan dalam 25 peristiwa Sejarah Kerasulan. Pengambilan sebagian

hanya memperoleh bahan mentah sejarah, tetapi bukan hakekat sejarah.

14

Page 15: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

Menoleh kembali ke masa lalu, bertujuan untuk memahami masa yang akan datang,

wal tandhur nafsun ma qaddamat li ghad (perhatikanlah sejarahmu untuk masa depanmu,

(59:18)), merupakan tiga dimensi waktu yang selalu berkaitan. Menoleh ke masa lalu akan

menemukan “informasi pengalaman yang telah teruji”. Membaca peristiwa kerasulan dalam

Al Quran, berarti memperoleh contoh yang benar yang tidak dapat diragukan lagi (Q.S. 2 : 2).

Berkaitan dengan tugas manusia sebagai aktor sejarah untuk menciptakan perubahan,

juga ditegaskan Allah SWT dalam Al Quran, “sesungguhnya Allah tidak akan mengubah

nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah” (Q.S. 11 : 13).16

V. AGENDA-AGENDA PERUBAHAN YANG PERLU DILAKUKAN UNTUK

MEMBANGKITKAN KEMBALI HMI

Seperti ditulis Agussalim Sitompul, bahwa kini HMI menghadapi dua tantangan, yaitu

tantangan internal, dan tantangan eksternal.17 Maka untuk menghadapi tantangan tersebut,

perlu diambil langkah-langkah guna melakukan perubahan revolusioner dalam tubuh HMI.

Berbagai langkah untuk mengubah stigma negatif HMI, harus merupakan perbuatan sadar dari

segenap aparat dan seluruh anggota HMI. Beberapa langkah-langkah pokok dan mendasar

untuk mengubah stigma negatif HMI, antara lain :

1. Memiliki Kesadaran Individual dan Kolektif bahwa HMI Sekarang Mengalami

Kemunduran serta Memiliki Kesadaran bahwa HMI Harus Melakukan Perubahan

agar Bangkit Kembali

Untuk itu dituntut dari segenap anggota, aktivis, kader, dan pengurus HMI, untuk

memiliki kesadaran kolektif bahwa HMI sedang mundur dan harus dibangkitkan kembali

dengan memberi “obat terhadap 44 macam penyakit yang diderita HMI”, sehingga sehat dan

segar bugar kembali seperti masa sehatnya dulu.

2. Mengembalikan Ruh dan Semangat Keislaman dalam HMI serta Anggotanya

Terdapat titik lemah dalam HMI, tentang pengetahuan, pemahaman, penghayatan, dan

pengamalan Islam. Hakekat Islam itu adalah pertama, Iman (6 rukun Iman), 1) percaya

kepada Allah, 2) percaya kepada Nabi dan Rasul Allah, 3) percaya Malaikat Allah, 4) percaya

kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah, 5) percaya kepada hari akhirat, dan 6) percaya

kepada Qadla dan Qadar; kedua, Islam (5 rukun Islam), 1) mengucapkan dua kalimat

16 Ahmad Mansyur Suryanegara, Menemukan Sejarah : Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, (Bandung : Penerbit Mizan, 1995), hlm.

17 Lihat Agussalim Sitompul, 44 Indikator... hlm. 112. 15

Page 16: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

Syahadat, 2) Shalat, 3) Puasa, 4) Zakat, 5) menunaikan ibadah Haji apabila sanggup; ketiga,

Akhlak atau moral. (Sesungguhnya aku diutus kata Nabi Muhammad SAW adalah untuk

memperbaiki akhlak). Ketiga Hakikat agama Islam itu tergambar jelas dalam lambang HMI.

Semestinya pengetahuan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan hakekat Islam itu bagi

setiap anggota HMI harus mendarah daging dan kental, sempurna atau secara kaffah baik yang

menyangkut rukun Iman dengan segala totalitasnya, maupun yang menyangkut rukun Islam

secara totalitas, maupun yang menyangkut masalah akhlaq atau moral. Hakekat Islam yang

meliputi 3 aspek itu harus menjadi sumber inspirasi, sumber motivasi, sumber berbuat dan

bertindak dalam setiap melakukan apapun dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara.

Ruh dan semangat Islam dalam setiap gerak HMI serta segenap anggotanya, secara

positif harus tampil beda dengan anggota organisasi lain. Untuk itu, peningkatan pengetahuan,

pemahaman, penghayatan atau pengamalan ajaran Islam secara kaffah bagi setiap anggota

HMI harus dilakukan dengan agenda-agenda konkrit, seperti melakukan kajian-kajian agama

Islam secara intensif, melakukan pendidikan atau kursus belajar baca Alquran bagi yang

belum bisa baca Alquran, menggiatkan ceramah-ceramah agama dalam setiap rapat dan

pertemuan HMI. Sehingga dengan demikian bagi setiap mahasiswa yang masuk HMI harus

memiliki nilai lebih atau nilai tambah tentang Islam secara utuh dan benar.

Asep Sopyan, ketika mencalonkan diri sebagai Ketua Umum HMI Cabang Ciputat

periode 2003-2004 menulis buku Mengislamkan HMI Meluruskan Niat dalam Berorganisasi.

Yang dimaksud dengan ungkapan “mengislamkan HMI” lebih tepat diartikan dengan

“Melebih Islamkan HMI”. Jika keadaan HMI sekarang ini tidak Islam, dicoba agar

keadaannya lebih dekat kepada Islam. Jika keadaan sekarang sudah agak Islam, diusahakan

agar agaknya itu hilang. Jika keadaan HMI sekarang sudah lumayan Islam, kita ganti kata

lumayannya itu dengan kata cukup, misalnya, Jika HMI sekarang sudah Islam, kita usahakan

agar lebih Islam lagi. Begitu seterusnya proses “evolusi” keislaman HMI, sehingga pada

akhirnya bisa mencapai Islam dalam kategori kaffah (sempurna luar dalam)18.

Keislaman juga merupakan ciri khas HMI, harus tercermin dalam semua sikap dan

perilaku setiap anggota HMI. Nilai-nilai dan semangat Islamiyah haruslah mampu membawah

kita ke arah kemajuan dan kemandirian. Dalam suasana yang sejuk dan nyaman, dan dinamis

nilai keislaman itu hendaknya benar-benar didalami, dihayati dan diamalkan oleh sitiap

18 Asep Sopyan, Mengislamkan HMI Meluruskan Niat dalam Berorganisasi, (Ciputat: Penerbit Ihusaini Press, 2004), hlm. 7.

16

Page 17: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

anggota sehingga menjadi penuntun dalam kehidupan pribadinya sehari-hari, baik dalam

hubungannya dengan Allah SWT maupun dengan sesama umat manusia dan lingkungan alam

sekitarnya. Dengan demikian, setiap langkah dan alunan nafas insan HMI akan senantiasa

berada dalam jalur amar ma’ruf nahimunkar, serta menjunjung tinggi akhlaqul karimah.

Seluruh keluarga besar HMI akan senantiasa terdorong untuk melaksanakan perbuatan yang

serba baik, serba benar dan serba bermanfaat, kapan dan di manapun berada.

Itu berarti apa yang dituntut kepada HMI bukan lagi jawaban lama terhadap persoalan

baru, melainkan kemampuan baru untuk gaung tantangan baru menghadapi perubahan dan

pergantian zaman dan meyongsong masa depan.

3. Membangun dan Meningkatkan Tradisi Intelektual HMI

HMI yang selama ini memiliki tradisi intelektual sangat pekat dan kental, kini telah

memudar, harus dikembalikan posisinya seperti semula. Keunggulan tradisi intelektual HMI

harus dikembalikan, sehingga kiprah HMI di bidang intelektual ini harus dikembangkan dan

ditingkatkan lagi, sehingga reputasi tradisi intelektual HMI baik tingkat lokal, nasional,

maupun internasional dengan bukti nyata. Qua Ilmiah anggota-anggota HMI harus menonjol,

semangat belajarnya harus prima, pemikiran ilmiah dan karya ilmiahnya harus dibina dan

ditingkatkan, sehingga terhindar dari kemiskinan intelektual. Kelulusannya harus mencapai

prestasi yang paling tinggi. Untuk itulah Komisariat sebagai ujung tombak perjuangan HMI

dan pembinaan anggota, harus mengagendakan secara nyata program-program untuk

pembinaan dan peningkatan kualitas keilmuan setiap anggota HMI, sehingga dalam setiap

kesempatan harus mampu merebut dan menguasai ilmu pengetahuan dan dunia intelektual

yang terus berkembang dan maju, tanpa mengenal tapal batas waktu.

4. Mempelajari dan Memperdalam Pengetahuan ke-HMI-an tanpa Batas

Karena tradisi intelektual anggota HMI dengan kunci persoalan utama bahwa “budaya

membaca” di kalangan anggota HMI sangat lemah. Akibatnya, gerak organisasi menjadi

lamban, terjebak rutinitas, bahkan stagnan.

Oleh sebab itu seluruh jajaran HMI, harus mengagendakan untuk meningkatkan

pengetahuan, pemahaman dan penghayatan ke-HMI-an bagi seluruh anggota, dengan

melakukan diskusi-diskusi rutin, kajian intensif, penyediaan buku-buku perpustakaan.

Peningkatan pengetahuan ke-HMI-an ini sebagai prasyarat untuk majunya organisasi dalam

17

Page 18: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

setiap gerakannya. Rendahnya kualitas pengetahuan ke-HMI-an anggota, kader, aktivis,

maupun pengurus sejak dari pengurus komisariat sampai PB HMI ini terjadi turun temurun

selama 26 tahun.

5. Melakukan Pembaharuan dalam Tubuh HMI.

Sesuai dengan tuntutan dan kemajuan zaman serta perubahan yang terus menerus

terjadi, maka pembaharuan dalam tubuh organisasi mutlak dilakukan. Struktur organisasi

harus diperbaharui, sehingga mampu bergerak dengan lincah untuk menjawab tantangan yang

datang silih berganti tanpa henti. Jumlah anggota PB HMI harus dirampingkan, sehingga tidak

menjadi beban tersendiri bagi HMI. Personal PB HMI cukup diambil dari Cabang-Cabang

terdekat dengan kedudukan PB HMI. Tata kerja harus dirasionalkan, sehingga menjadi “rule

of game” yang mampu menggerakkan roda organisasi secara lincah dan dinamis. Lembaga-

lembaga kekeryaan yang tidak memahami tri fungsinya (pendidikan, penelitian, dan

pengabdian kepada masyarakat), mutlak dilakukan reorientasi secara benar dan utuh,

sehingga lembaga kekaryaan betul-betul berfungsi, tidak hanya sekedar pajangan nama dalam

AD/ART HMI.

6. Melakukan Perombakan Perkaderan, Sesuai dengan Tuntutan Kontemporer.

Titik pusat kelemahan HMI saat ini terletak pada kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) yang kurang berkualitas, untuk tidak dikatakan “tidak berkualitas”, baik di kalangan

pengurus, sejak dari PB HMI sampai pengurus Komisariat, maupun anggota-anggotanya.

Turunnya kualitas anggota dan para Pengurus HMI sudah berlangsung secara

berkesinambungan dan turun-temurun selama 26 tahun, 1980-2006. Realitas ini menyebabkan

terdapatnya 44 Indikator Kemunduran HMI. Sesuai dengan fungsi HMI sebagai organisasi

kader, dan merupakan urat nadi kehidupan HMI. Maka pembaharuan perkaderan sesuai

dengan tuntutan kontemporer mutlak dilakukan di sini dan kini, yang meliputi antara lain, 1)

Tujuan dan arah perkaderan, 2) Sistem dan Metode Perkaderan, 3) Pendekatan, 4) Jenjang

Training, 5) Kurikulum dan Silabi Perkaderan, 6) Kompetensi Kader, 7) Tenaga Pengajar

(Instruktur), 8) Sarana dan Prasarana Perkaderan, 9) LPL, 10) Literatur Perkaderan, 11)

Follow Up Perkaderan dan 12) Evaluasi Perkaderan.

7. Mengakhiri dualisme dalam tubuh HMI

Walaupun secara hukum yang berlaku di Republik ini serta konstitusi HMI, bahwa

HMI-MPO secara de jure adalah organisasi yang inkonstitusional. Akan tetapi secara de facto

“HMI MPO” itu ada. Keberadaannnya menimbulkan banyak masalah dalam HMI dan

18

Page 19: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

mengganggu konsolidasi organisasi. Oleh karena itu penyelesaian masalah ini harus dilakukan

dengan tiga tahap. Pertama, dengan kemauan dan kesadaran dari dua HMI harus dilakukan

islah atas kemauan bersama dan diberi batas waktu tiga bulan. Apabila tahap pertama ini tidak

berhasil maka PB HMI menempuh tahap kedua yaitu PB HMI mengirim surat kepada HMI

MPO agar tidak memakai nama dan segala atribut HMI dengan batas waktu 3 bulan. Apabila

tahap kedua belum berhasil maka ditempuh tahap ketiga yaitu mengajukan kasus ini ke

pengadilan sampai tuntas.

8. Menjaga dan memelihara image HMI

Image HMI di mata orang dalam maupun orang luar, terutama mahasiswa baru sebagai

calon anggota harus dijaga sedemikian rupa sehingga HMI dalam pandangan orang dalam

maupun orang luar terhadap HMI harus selalu positif, dengan citra tunggal. Hal-hal yang

dapat merusak image atau citra HMI harus dihindari. Karena berbagai image yang jelek

terhadap HMI sering muncul, menyebabkan orang kurang simpati kepada HMI. Mahasiswa

barupun sering mendapatkan image yang tidak simpatik terhadap HMI mereka tidak memilih

HMI sebagai organisasinya.

Setiap anggota, kader, aktivis, dan pengurus HMI harus dapat menjadikan dirinya

sebagai panutan dan uswatun hasanah dalam hidup dan kehidupannya sehari-hari.

9. Networking

Kelemahan mendasar yang juga dialami oleh HMI hampir di seluruh level struktur

HMI adalah networking. Diakui atau tidak diakui bahwa hari ini HMI tidak bisa jalan

sendirian. HMI membutuhkan patner dalam memainkan peranannya untuk ikut

bertanggungjawab atas terciptanya masyarakat adil makmur dan sejahtera. Oleh karena itu

networking baik bersifat lokal, regional, bahkan internasional adalah satu keharusan.19

10. Membangun, memelihara, dan meningkatkan semangat idealisme perjuangan

pada setiap diri anggota, kader, aktivis, dan pengurus HMI

Setiap anggota, aktivis, kader, dan pengurus HMI, secara proaktif dapat menempatkan

dirinya sebagai subjek (pelaku) terhadap perubahan sosial dalam tubuh HMI, bukan semata-

mata objek. Sikap pragmatisme sedapat mungkin harus dihindari, karena hal itu cenderung

dapat melemahkan semangat idealisme perjuangan.

19 Lihat Sumadi AF, Pengurus Badko HMI Jawa Bagian Barat Periode 1999-2001, Menemukan Kembali Peran Populis HMI : Refleksi Atas Kesaksian, Implementasi, Visi dan Misi HMI, hlm. 3-8.

19

Page 20: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

11. Menegakkan Disiplin

Disiplin yang tinggi sangat diperlukan dari segenap anggota, aktivis, kader, dan

pengurus HMI, dalam kehidupan sehari-hari. Disiplin adalah syarat mutlak untuk mencapai

kemajuan. Tanpa disiplin yang tinggi yang dilakukan dengan penuh kesadaran tidak mungkin

dapat membuat organisasi akan maju dan bertambah baik.

12. Menjadikan HMI Tetap Sebagai Moral Force

Menetapkan dan menerapkan bahwa HMI adalah suatu moral force atau kekuatan

moral. HMI dan segenap anggotanya harus dapat mewarnai setiap lingkungan di mana berada,

sehingga mampu melakukan perubahan dan membuat suasana lingkungan semakin baik.

Tidak boleh terjadi bahwa HMI dan segenap anggota dimanapun berkiprah terkooptasi dengan

lingkungan. Selain HMI sebagai moral force HMI juga merupakan political force.

Lima kualitas insan cita HMI, dengan 17 indikatornya, sebagai tafsiran dari tujuan

HMI sebagai norma yang harus diterapkan oleh anggota HMI pada dirinya masing – masing.

17 indikator itulah yang menghasilkan HMI sebagai moral force atau kekuatan moral.

“Sebagai organisasi mahasiswa, HMI bukan dibentuk sebagai organisasi politik, dan karena itu tidak berorientasi pada politik. Perjuangan HMI adalah perjuangan kebenaran, atau nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian maka HMI tepat disebut sebagai kekuatan moral dan pantulan suara nurani masyarakat. Akan tetapi sebagai organisasi yang telah mengalami perkembangan sedemikian rupa, termasuk persentuhannya dengan dinamika politik bangsa, maka setiap sikap dan perilaku HMI akan tetap mempunyai nilai dan resonansi politis. HMI yang postur awalnya sebagai moral force mau tidak mau juga dihitung sebagai political force. Kondisi demikian menuntut HMI untuk mengaktualisasi potensinya itu, baik moral force maupun political force. Tanpa aktualisasi keduanya, bukan hanya akan mubazir, tetapi juga akan menyebabkan proses pembusukan secara internal. Aktualisasi potensi tersebut tentunya bersifat outward looking, sehingga akan meminimalisir terjadinya konflik internal atau menumpuk kolesterol institusi yang akan membuat kinerja dan kerja-kerja organisasi menjadi lamban. Akan tetapi yang harus ditegaskan bahwa awal keberangkatan HMI adalah sebagai kekuatan moral. Ini yang tidak boleh luntur atau hilang. Artinya setiap bentuk aktualisasi kekuatan politiknya harus tetap dalam kerangka moralitas itu. Bahkan parameter perjuangan HMI tetap pada etika, moralitas dan nilai-nilai kebenaran. Aktualisasi kekuatan politik yang lepas dari kerangka dari moralitas itu tidak dapat dibenarkan”.20

13. HMI Harus Sanggup Melawan Mitos

Banyak julukan yang melekat kepada HMI yang berbau mitos, seperti HMI adalah

organisasi mahasiswa tertua, HMI anggota dan alumni terbanyak, HMI sebagai kader pelopor

atau avant garde bangsa, pewaris intelektual muslim, dan sebangsanya. Julukan itu ada

benarnya, karena memang julukan itu pernah terbukti pada masa-masa dulu. Akan tetapi

20 Baca Anas Urbaningrum “Refleksi Dies Natalis HMI ke-49 : Mempertimbangkan Posisi HMI” dalam Agussalim Sitompul (Editor), hlm.400.

20

Page 21: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

sekarang julukan itu tinggal mitos. Seperti dikatakan oleh Fachry Ali : Bahwa tanpa

menyadari posisi HMI sekarang – lewat refleksi sosiologis – historis yang dipaparkan di

muka, tanpa hasrat untuk menangkap dan mengembangkan kembali secara kreatif tradisi

intelektual yang terwariskan kepadanya, HMI kini dan di masa mendatang, mungkin hanya

tinggal mitos. Mitos hanya berarti suatu bentuk kepercayaan berlebihan tetapi kosong tanpa

isi.

Oleh karena itu demi eksistensi HMI di masa-masa mendatang HMI harus berani dan

sanggup melawan segala bentuk mitos, sebagai hiburan dan racun yang membahayakan, yang

bisa membawa HMI kepada kemunduran bahkan bisa mematikan.

14. Konsolidasi Organisasi sebagai Masalah Besar Sepanjang Masa

Tugas pokok organisasi ada dua, (1) mengumpulkan kekuatan, (2) menggunakan

kekuatan. Untuk mengumpulkan kekuatan suatu organisasi mempunyai panca tugas

organisasi, yaitu (a) memelihara dan menciptakan sumber potensi, (b) mengolah sumber

potensi menjadi potensi, (c) mengolah potensi menjadi kekuatan, (d) memelihara dan

mempertinggi kualitas kekuatan, (e) menyediakan kekuatan yang setiap waktu diperlukan

organisasi, sehingga merupakan kekuatan yang combat ready atau siap pakai. Teori

berorganisasi, bahwa konsolidasi organisasi adalah masalah besar sepanjang masa yang harus

dilakukan secara terus-menerus tanpa berhenti sejenakpun. Kalau berhenti,lama-kelamaan

organisasi menjadi kerdil dan akhirnya mati.21 Maka dengan demikian untuk membangun dan

membangkitkan kembali HMI organisasi yang solid mutlak diperlukan. Kalau organisasi

dalam keadaan centang perenang, tidak mungkin dapat bergerak dan beraktifitas secara

sempurna.

Agenda-agenda di atas mutlak dilakukan di sini dan kini oleh setiap anggota, aktivis,

kader, dan pengurus HMI untuk meningkatkan kualitas diri. Dengan agenda-agenda tersebut

setiap aktivitas yang dilakukan oleh anggota dan pengurus maupun aparat HMI semuanya

akan berdampak, kualitasnya akan nampak. Secara simultan gerakan untuk melakukan

perubahan revolusioner dalam tubuh HMI menghadapi tantangan zaman akan nampak dengan

nyata.

21 Lihat Santo Tukimin dan Moehadi Zainal, Pengantar Administrasi & Organisasi Perjuangan, (Yogyakarta : Penerbit Sinta, 1966), hlm. 10. Lihat pula, Agussalim Sitompul, HMI Dalam Menghadapi Tantangan Gelombang Kebangkitan Intelektual Islam Indonesia II, (Dipresentasikan pada LK II Tingkat Nasional HMI Cabang Jatinangor, tanggal 16 Oktober 1998), (Jatinangor : Digandakan Panitia LK II Tingkat Nasional HMI Cabang Jatinangor, 1998), hlm. 9.

21

Page 22: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

Inilah 14 langkah mendasar yang perlu dilakukan untuk mengubah stigma negatif HMI.

Kelima langkah ini masih bisa dikembangkan sehingga dapat ikut meramu usaha untuk

melakukan perbaikan dan perubahan yang mendasar di HMI. Pelaksanan dari 4 langkah

mendasar tersebut, pendekatannya adalah kualitatif, yaitu mengutamakan kualitas atau mutu.

Kalau agenda-agenda yang dilakukan berkualitas, dan dilaksanakan oleh pengurus yang

berkualitas serta pengorganisasian yang berkalitas maka hasilnya dengan sendirinya pasti

berkualitas. Apabila pendekatan kualitas tersebut dilakukan secara terus-menerus, maka

keseluruhan aktivitas HMI pasti berkualitas.

Selain agenda-agenda di atas, langkah-langkah yang perlu diambil sebagai jawaban

dari berbagai kritik yang merupakan realitas yang harus diterima HMI, setidaknya HMI hari

ini meminjam istilah Syafruddin Azhar, (Kompas, 25 April 2002) bahwa HMI harus mampu

mendeskripsikan lagi perjalanan organisasinya untuk dapat meningkatkan keunggulan

komparatif sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya sekaligus eksis di tengah gerakan –

gerakan sosial masyarakat yang sangat akseleratif. Oleh karena itu dalam konteks ini HMI

harus berupaya keras untuk : 1) Merebut kembali tradisi intelektualisme; yaitu diantaranya

para kader HMI dan pengurusnya harus berprestasi di kampusnya dengan studi tepat waktu

dan menghidupkan kembali kajian – kajian ilmiah; 2) Mengambil peran populis di tengah –

tengah perubahan masyarakat. Hal ini memiliki arti bahwa HMI harus kembali kepada cita –

cita awal berdirinya seperti tertuang dalam tujuan HMI. Insan akademis dalam AD/ART HMI

dijelaskan bahwa seorang kader HMI berpendidikan setinggi – tingginya, berwawasan luas,

berpikir rasional, kritis dan objektif, dan sekaligus bertanggung jawab terciptanya masyarakat

adil makmur dan sejahtera. HMI tidak hanya sekedar bersemedi di kantor – kantornya akan

tetapi HMI bersama rakyat membangun peradaban yang kuat.

Selain hal tersebut di atas dalam situasi yang serba sulit untuk menentukan strategi

gerakan, HMI sebaiknya memilih wilayah transformatif dan missi korektif. Missi transformatif

menekankan pada penyadaran sosial politik dan penularan gagasan dan ide – ide demokrasi

dan hak asasi manusia. Sedangkan korektif menitikberatkan pada koreksi terhadap berbagai

kebijakan dan sikap yang tidak menguntungkan rakyat banyak. HMI dari sosial change

berubah menjadi directing sosial change yaitu pada awalnya HMI adalah sebagai pendobrak

sekarang peran yang dibutuhkan adalah menjadi pengarah perubahan. Untuk mewujudkan

missi tersebut maka yang harus dilakukan HMI :

22

Page 23: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

1) Secara individual kader HMI harus menjadi profil kader modern religius. Menjadi kader

religius modern tentunya harus menggambarkan profile of religious structure yang

menggambarkan personalita seseorang atau manusia yang merupakan internalisasi nilai –

nilai religiositas secara utuh. Oleh karena itu kualifikasi manusia yang modern religius,

terkait dengan banyak faktor di antaranya :

a. Bebas dari kebodohan dan kemiskinan. Kebodohan dan kemiskinan akrab

dengan kesesatan, lebih-lebih dalam masyarakat yang cenderung materialistik,

individualistik, dan hedonistik. Cara-cara memenuhi kebutuhan hidup dan kekuasaan

hidup yang tidak manusiawi telah banyak muncul dalam kehidupan termasuk di

lingkungan HMI. Kebodohan yang dimaksud dapat terjadi pada dimensi pengetahuan,

motivasi, sikap dan perilaku yang membangun keutuhan karakteristik kader HMI.

b. Mencerminkan manusia modern yang berbudaya. Manusia modern religius

ditandai karakteristik tingginya motivasi berprestasi yang diwujudkan dalam perbuatan

nyata dalam bentuk kerja keras, pantang menyerah terhadap hambatan dan kesulitan

kerja, bekerja tuntas tidak lekas puas dan lain – lain.

c. Memiliki motivasi untuk maju; sumber daya manusia yang baik bukanlan

mereka yang tidak memiliki semangat untuk maju dan statis. Profil kader atau institusi

semacam itu tidak akan membawa perkembangan dan kemajuan, bahkan dapat

ditinggalkan zaman.

d. Memiliki paradigma hidup perspektif. Paradigma hidup perspektif dirasa

semakin fungsional untuk menghadapi kehidupan yang sangat cepat berubah. Oleh

karena itu, SDM yang mampu melihat masa depan merekalah akan unggul menghadapi

masa depan.

e. Memiliki potensi sebagai subjek (pelaku) perubahan sosial. Ketergantungan

adalah primordial sosial yang akhirnya akan menjadi beban sosial. Kualifikasi yang

diharapkan adalah yang memiliki kemandirian dalam menghadapi berbagai persoalan,

sebagai subjek dan bukan objek.

f. Memiliki keahlian yang jelas, akan memperjelas peran akan kehidupan bersama.

Keahlian dapat diartikan sebagai sumbangan partisipasi nyata yang dapat diwujudkan

oleh kader. Oleh karena itu antisipasi perubahan keadaan hanya dapat dilakukan oleh

kader dari masyarakat belajar. Masyarakat belajar pada dasarnya dapat dibangun

individu belajar, yang selalu mencermati keadaan, perubahan – perubahan yang terjadi,

23

Page 24: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

kesenjangan yang muncul dan dampak dari perubahan itu, serta alternatif untuk mengisi

kesenjangan tersebut.

g. Memiliki disiplin dan etos kerja yang tinggi. Disiplin merupakan produk dari

kemampuan seseorang untuk memanage diri sendiri baik dalam melakukan kegiatan

individual maupun kegiatan organisasi.

h. Memiliki budaya kerja tuntas. Budaya kerja tuntas adalah cerminan dari sikap

yang profesional.

i. Memiliki komitmen kebersamaan yang tinggi. Optimalisasi pemanfaatan kader

tampak dalam konteks kebersamaan. Kebersamaan mencerminkan keadaan partisipasi

– integratif, artinya peran seorang kader dalam kehidupan masyarakat pada dasarnya

adalah merupakan bagian dari keseluruhan untuk memenuhi kebutuhan keluarga besar

HMI.

2) Dalam konteks institusi HMI ada beberapa agenda yang harus dilakukan sebagai berikut :

a. Studying. Yaitu bahwa HMI harus melakukan proses pengkajian,

penelitian dan pengembangan secara intensif sesuai dengan tuntutan waktu, zaman,

keadaan, tantangan serta kebutuhan cabang-cabang di wilayah aktivitasnya. Proses ini

dapat dilakukan dengan menghidupkan kembali tradisi intelektualisme di kalangan

kader HMI yang sementara ini dianggap telah asing di kalangan kader HMI. Sebab

intelektualisme inilah yang merupakan dasar bagi segenap perubahan yang steril dari

berbagai bentuk intervensi yang merusak citra HMI. Sehingga back to campus dengan

sendirinya dapat diraih.

b. Capacity Building. Potensi dasar yang memungkin HMI eksis adalah

penguatan dan pengembangan SDM HMI. Hari ini HMI hidup di tengah-tengah

perubahan yang sangat akseleratif dan terkadang HMI kewalahan untuk mengikuti serta

mengambil peran di dalamnya. Oleh karena itu pengembangan SDM HMI merupakan

prioritas yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Penguatan SDM HMI yaitu dengan menilik

berbagai aktivitas internal HMI. Perkaderan adalah tugas utama HMI sebelum

melangkah wilayah eksternal yang luas. Kecuali latihan kader I, II dan III di

lingkungan HMI masih terkesan seremonial. Hal ini tercermin bahwa pengorganisasian

aktivitas pasca LK hampir dipastikan tidak termanage dengan baik. Oleh karena itu

bahwa LK bukanlah cerita seorang kualitas kader tetapi justru pendalaman dan karya

nyata dari LK itulah yang penting.

24

Page 25: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

Dan yang perlu diingat konteks penentuan komposisi pengurus juga bukanlah deal –

deal politik yang menjadi ukuran orang pantas tidaknya ia menduduki suatu jabatan.

Akan tetapi kepantasan profesional dan moral adalah ukurannya. Sehingga HMI adalah

bukan seperti partai politik yang hitungannya selalu untung dan rugi bukan kualitas.

c. Voicing. Butir ini terkait erat dengan ada tidaknya eksistensi HMI di

tengah – tengah masyarakat. Voicing adalah dimensi interaksi eksternal HMI. Oleh

karena itu proses studying dan capacity building yang mantap akan menjadikan HMI

mampu berinteraksi secara optimal di wilayah eksternal. Missi as a directing and

social engineer merupakan dimensi penting yang harus diperankan HMI.

d. Networking. Kelemahan mendasar yang juga dialami oleh HMI hampir

di seluruh level struktur HMI adalah networking. Diakui atau tidak bahwa hari ini HMI

tidak bisa berjalan sendirian. HMI membutuhkan partner dalam memainkan perannya

untuk ikut bertanggung jawab atas terciptanya masyarakat adil makmur dan sejahtera.

Oleh karena networking baik bersifat lokal, regional bahkan internasional adalah satu

keharusan.22

VI. HMI PERLU REFORMASI DIRI DAN MEMBUTUHKAN PEMIMPIN

YANG KUAT

Dari berbagai kritik yang merupakan realitas yang harus diterima HMI, setidaknya

HMI hari ini meminjam istilah Syafruddin Azhar, (Kompas, 25 April 2002) bahwa HMI harus

mampu mendeskripsikan lagi perjalanan organisasinya untuk dapat meningkatkan keunggulan

komparatif sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya sekaligus eksis di tengah gerakan –

gerakan sosial masyarakat yang sangat akseleratif. Oleh karena itu dalam konteks ini HMI

harus berupaya keras untuk : 1) Merebut kembali tradisi intelektualisme; yaitu diantaranya

para kader HMI dan pengurusnya harus berprestasi di kampusnya dengan studi tepat waktu

dan menghidupkan kembali kajian – kajian ilmiah; 2) Mengambil peran populis di tengah –

tengah perubahan masyarakat. Hal ini memiliki arti bahwa HMI harus kembali kepada cita –

cita awal berdirinya seperti tertuang dalam tujuan HMI. Insan akademis dalam AD/ART HMI

dijelaskan bahwa seorang kader HMI berpendidikan setinggi – tingginya, berwawasan luas,

berpikir rasional, kritis dan objektif, dan sekaligus bertanggung jawab terciptanya masyarakat

22 Sumadi AF, Menemukan Kembali Peran Populis HMI Refleksi Atas Kesaksian Implementasi Visi dan Misi HMI (Makalah, tahun 2003),hlm.3.

25

Page 26: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

adil makmur dan sejahtera. HMI tidak hanya sekedar bersemedi di kantor – kantornya akan

tetapi HMI bersama rakyat membangun peradaban yang kuat.

Jika disimpulkan semua kritikan terhadap HMI, menunjukkan bahwa kini organisasi

HMI lemah, HMI terpuruk, HMI tinggal mitos, HMI tidak pernah lagi membuahkan karya

yang dapat dibanggakan, bahkan secara ekstrim Nanag Tahqiq mengusulkan supaya HMI

dibubarkan, diganti dengan yang lain. Dalam berbagai hal di tubuh HMI terjadi pembusukan,

seperti pembusukan komisariat, cabang, pembusukan lembaga, pembusukan perkaderan,

pembusukan KOHATI, dan pembusukan aqidah. Di atas realitas seperti itu, maka tidak ada

alternatif lain, HMI harus berani mereformasi diri untuk membangun kembali HMI,

menjemput masa depannya yang lebih baik dari masa lalu. Hal ini nampaknya bukan masalah

sepele, akan tetapi masalah yang sangat mendasar dan mendesak, yang tidak bisa ditawar dan

ditunda lagi. Apabila reformasi diri HMI tidak segera dilakukan, maka HMI akan lebih

terpuruk, dan inilah yang akan mengantarkan HMI, untuk hilang dari peredaran. Di samping

reformasi diri HMI yang mutlak dilakukan, walaupun untuk itu tidak perlu menghadirkan

“HMI Reformasi”, HMI saat ini membutuhkan pemimpin yang kuat. Kuat aqidahnya, kuat

dedikasinya, kuat inisiatifnya, kuat pemikirannya, kuat manajerialnya, kuat komitmennya,

amanah, ikhlas, mempunyai tipe kepemimpinan problem solving, dan lain-lain. Oleh karena

persoalan yang dihadapi HMI dan bangsa Indonesia ke depan di abad ke-21, millenium ketiga,

bukan semakin ringan, akan tetapi justru semakin berat dan kompleks maka pemimpin yang

kuat yang dibutuhkan HMI saat ini adalah sekaliber Lafran Pane, A. Dahlan Ranuwihardjo,

Deliar Noer, Amir Rajab Batubara, Ismail Hasan Metarium, Bintoro Cokroamijoyo, Nursal,

Oman Komaruddin, Syarifuddin Harahap, Sulastomo, Mar’ie Muhammad, Nurcholish

Madjid, Akbar Tanjung.

26

Page 27: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

VII. MASA DEPAN HMI

Seperti disebutkan dalam 44 indikator kemunduran HMI suatu kritik dan koreksi untuk

kebangkitan kembali HMI, bahwa melihat kondisi riil HMI saat ini, serta tantangan internal

maupun eksternal yang dihadapinya sangat kompleks sekali, maka keberadaan HMI di masa

depan ada 3 kemungkinan :

Pertama, HMI akan tetap eksis dan bangkit kembali dari kemunduran dan keterpurukan yang

melandanya selama 29 tahun. Hal itu dapat dicapai apabila HMI mampu melakukan

perubahan, dengan agenda-agenda perubahan.

Kedua, HMI Status Quo. Keadaan HMI akan tetap seperti yang sekarang dengan segala

kekurangan dan kelebihannya. Hal itu terjadi karena HMI enggan melakukan perubahan, dan

tantangan yang dihadapinya pun tidak kunjung terselesaikan. Bahkan kondisi saat ini akan

lebih parah lagi untuk di masa-masa mendatang, apabila HMI tetap merasa dirinya sebagai

organisasi mahasiswa terbesar dan tertua, sebagai kesombongan historis yang kini

menghinggapinya. Lebih dari itu, HMI tidak mau mendengar dan memperhatikan kritik yang

konstruktif baik dari luar maupun dari intern HMI yang banyak dialamatkan pada HMI.

Kritikan dan saran perbaikan itu oleh PB HMI dan cabang-cabang HMI seluruh Indonesia

dianggap angin lalu saja.

Ketiga, HMI akan hilang dari peredaran untuk tidak dikatakan bubar. Hal itu terlihat,

terdapatnya 44 indikator kemunduran HMI, yang hingga kini belum ada tanda-tanda

perubahan ke arah perbaikan yang semestinya sesuai dengan tuntutan kontemporer. Hal ini

lebih diperparah lagi karena saat ini HMI sedang mengalami krisis kepemimpinan, yang

antara lain ditandai dengan pecahnya HMI menjadi dua kubu, pada dua periode terakhir PB

HMI yang masing-masing kelompok mengklaim dirinya yang paling benar. Tentu hal ini tidak

diinginkan oleh HMI sendiri. Akan tetapi mengapa para pemegang kendali pimpinan HMI

saat ini, tidak kunjung mampu melakukan langkah-langkah strategis, sehingga dalam waktu

singkat mampu mencegah HMI dari ancaman bubar.

27

Page 28: REFLEKSI 63 TAHUN PERJUANGAN HMI : MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN ...malang.hmi.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Refleksi-63-Tahun... · MENDIAGNOSA LIMA ZAMAN PERJALANAN HMI ... kontribusi

VIII. KHATIMAH

Dari persoalan-persoalan yang dikemukakan di atas serta analisis komparatif yang telah

dilakukan dapatlah diambil kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :

1. Dinamika perjalanan HMI masa dulu mengalami berbagai

macam rona dan peristiwa dengan prestasi-prestasi yang sangat gemilang.

2. Kondisi HMI sekarang ini sedang memudar dan mengalami

kemunduran yang sangat serius yang ditandai dengan 44 indikator kemunduran HMI.

3. Tantangan yang dihadapi HMI ada dua; 1). Tantangan internal,

dan 2). Tantangan eksternal.

4. Agenda-agenda perubahan yang perlu dilakukan untuk

membangkitkan kembali HMI dalam makalah ini ditawarkan 14 langkah dan agenda-

agenda lain yang sangat strategis.

5. HMI perlu mereformasi diri untuk melakukan perubahan dan

harus dipimpin oleh pemimpin yang kuat.

6. Masa depan HMI ada 3 kemungkinan, 1). Akan tetap eksis, 2).

Status quo, dan 3). Bubar.

Demikianlah pokok-pokok pikiran yang disampaikan untuk dikaji dan dikembangkan

dalam forum dialog di LK II ini.

Alamat : Yogyakarta, 1 Juni 2010

Griya Sakinah, Jl. Pangajapsih No. 5 Penulis

RT 01 RW 08 Sukoharjo, Sanggrahan,

Condongcatur, Depok, Sleman,

Yogyakarta 55283

Rumah : 0274- 44 63 404

HP : 0815 793 6625 Prof. Dr. H. Agussalim

Sitompul

28


Top Related