Download - reaksi tranfusi
REAKSI TRANFUSI
OlehSofyan Aditya S. Ked
13700674
Tranfusi Darah• Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah
atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya.
• Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah.
Macam-macam golongan darah• Golongan darah adalah ciri khusus darah dari
suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah
• Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh)
• Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai.
• Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan Reaksi Transfusi
Gol. darah resipien
Donor harus
AB+ Golongan darah manapun
AB- O- A- B- AB-
A+ O- O+ A- A+
A- O- A-
B+ O- O+ B- B+
B- O- B-
O+ O- O+
O- O-
Tabel kecocokan RBC (6)
Resipien Donor harus
AB AB manapun
A A atau AB manapun
B B atau AB manapun
O O, A, B atau AB manapun
Tabel kecocokan plasma (6)
REAKSI TRANFUSI• Semua kejadian ikutan yang terjadi karena
transfusi darah• Potensi untuk terjadinya komplikasi pada transfusi
darah cukup banyak, namun kebanyakan masalah yang muncul hanya pada pasien yang membutuhkan transfusi berulang atau dalam jumlah besar
• Risiko yang berhubungan dengan transfusi dari komponen spesifik darah cukup rendah. Meskipun demikian, risiko tersebut harus dipertimbangkan dengan keuntungan setiap transfusi dilakukan.
KLASIFIKASI REAKSI TRANFUSI
• Reaksi tranfusi akut (cepat)– Reaksi Imunologi– Reaksi non Imunologi
• Reaksi tranfusi delayed (lambat)– Reaksi Imunologi– Reaksi non Imunologi
Reaksi Imunologi Reaksi Non Imunologi1. Reaksi hemolitik akut2. Reaksi alergi3. Reaksi demam non
hemolitik4. Reaksi anafilaksis5. Kerusakan paru akut
akibat tranfusi
1. Reaksi hemolitik non imun2. Kelebihan beban sirkulasi3. Emboli udara4. Keracunan sitrat5. Gangguan irama jantung6. Trhombo flebritis7. Gangguan hemostatis
REAKSI TRANFUSI AKUT (CEPAT)
Reaksi Hemolitik Akut
• Pemeriksaan teliti pendonor dan resipien• Pada hemolisis intravaskuler yang baru terjadi,
hemoglobulin bebas dapat mewarnai plasma dan urin
• Laboratorium : hemoglobulin bebas, adanya methemalbumin atau haptoglobin serum
• Terapi :– Hentikan tranfusi– Tx simptomp dengan antipiretik/antihistamin iv– Hidrokortison dan epinefrin iv– Infus manitol 10% lanjutbikarbonat natrikus dan
diuretika
Reaksi Alergi• Urtikaria disertai gatal, biasanya timbul segera mulainya
transfusi.• Dapat disertai demam, sakit kepala dan muntah• Edema pada muka, bibir, dan kelopak mata• Edema laring jarang, namun bila timbul merupakan
komplikasi yang berat.• Dapat timbul gejala – gejala asma bronchial.• Jarang terjadi reaksi anafilakik dengan gejala shok, tetapi bila
ada, maka tanda awalnya adalah takikardi, impotensi dan sesak nafas.
• Terapi :– Bila gejala alergi ringan berupa urtikaria, transfusi diperlambat dan
diberikan antihistamin iv. – Bila timbul gejala – gejala berat, transfusi dihentikan dan diberikan
adrenalin, antihistamin dan kortikosteroid.
Reaksi Demam non Hemolitik
• Demam timbul secara tiba – tiba, biasanya ½ - 3 jam mulainya transfusi (Suhu badan sekitar 38° C – 40° C).
• Biasanya disertai menggigil, penderita gelisah, sakit kepala dan disertai mual dan muntah.
• Jarang menimbulkan bahaya pada penderita, kecuali bila penderita dengan keadaan umum buruk.
• Terapi :– Penderita diselimuti– Antipiretik dan antihistamin/kortikosteroid– Sedatif bila gelisah– Tranfusi diperlambat bila tidak ada perbaikan tranfusi
dihentikan
Reaksi Anafilaksis
• Batuk – batuk dengan kesulitan bernafas, disertai bronkospasme.
• Mual, muntah terkadang disertai dengan diare dan dengan abdominal cramps
• Penurunan kesadaran, hipotensi, bradikardi, dan shok.• Tampak beberapa saat setelah diberikannya transfusi.• Terapi :
– Hentikan tranfusi– ABC– Epinepherin (0,4ml dari1:1000solution) sc/im– Berikan cairan koloid– Pemantauan tanda-tanda vital sampai stabil
Kerusakan Paru akut akibat tranfusi
• Berupa respiratory distress berat yang tiba-tiba• Menggigil, panas, nyeri dada, hipotensi dan sianosis• Pmx radiologi nampak edema paru• Dapat terjadi dalam beberapa jam selama transfusi,
awalnya berat dan umumnya akan mereda dalam 48-96 jam dengan bantuan pernafasan, tanpa gejala sisa.
• Terapi :– Tangani edema paru dan hipoksia dengan bantuan
pernafasan– Dosisi tinggi kortikosteroid
Reaksi Hemolitik non imun• Gelisah, takut, rasa sesak, mual, munah, sakit pada region lumbal, kaki dan
prekordial. • Menggigil, demam, takikardi dan shok.• Dapat disusul oliguria dan anuria akibat kegagalan ginjal mendadak.• Dapat timbul gangguan hemostatis berupa perdarahan yang abnormal dari
vena punksi atau luka operasi.• Gejala - gejala setelah melewati fase akut yaitu danya ikterus dan uremia
akibat kegagalan ginjal mendadak.• Terjadinya kegagalan ginjal mendadak dan gangguan hemostatis disebabkan
oleh proses koagulasi intravaskuler (DIC).• Terapi :
– Transfusi segera dihentikan – Ganti dengan darah yang kompatibel atau plasma ekspader untuk mengatasi shok.– Kortikosteroid dan noradrenalin– Untuk merangsang diuresis dapat diberikan manitol atau pemberian diuretika
furosemid dosis tinggi.– Bila ada gangguan hemostatis pengobatan seperti DIC.– Pada penderita yang menetap dengan anuria atau oligouria dirawat dengan
kegagalan ginjal akut.
Kelebihan beban sirkulasi• Seperti gejala dekompensasi kordis mendadak, timbul
selama transfusi atau segera setelah transfusi dihentikan.
• Penderita sesak, ortopnoe, sianosis, batuk – batuk dengan dahak kemerah – merahan.
• Tekanan vena sentralis meningkat.• Pada auskultasi terdengar rhonki basah halus dan
krepitasi.• Terapi :
– Transfusi segera dihentikan dan penderita ditegakkan.– Berikan Diuretika (furosemid iv), Digitalis iv.– Oksigenasi– Torniket keempat ekstremitas dilonggarkan secara bergantian– Phlebotomi.
Emboli Udara
• Sesak nafas, sianosis dan gelisah• Takikardi dan tekanan darah menurun • Syncope terjadi oleh karena adanya tanda-tanda
tersebut dan terjadi begitu cepat sehingga penderita dapat mendadak iskemia serebral.
• Pingsan dan dapat disusul dengan kematian• Terapi :
– Selang segera di klem– Penderita segera dimiringkan ke kiri (jika memungkinkan)
dan kepala direndahkan sedang tungkai ditinggikan dengan demikian udara diharapkan tertahan di ventrikel kanan, tidak ikut aliran darah ke paru.
– Oksigenasi.
Keracunan Sitrat
• Tremor• Perubahan EKG : ST segmen memanjang• Terapi :
– Pemberian glukonas kalsikus 10 % 4 – 8 cc setiap pemberian transfusi 1 unit kolf darah.
Gangguan Irama Jantung
• Pada penderita yang menerima transfusi darah yang masif (cepat dan banyak) dapat timbul gangguan irama jantung yang pada keadaan berat dapat menyebabkan cardiac arrest.
• Terapi :– Berikan obat Anti Aritmia– Apabila terjadi cardiac arrest lakukan resusitasi
jantung – paru– Bila penyebab adalah intoksikasi sitrat lakukan
terapi seperti pada intoksikasi sitrat
Thrombo Flebritis• Merupakan peradangan pada sepanjang
pembuluh darah vena yang digunakan• Biasanya sering timbul pada transfusi yang lama• Walaupun jarang terjadi namun dapat
menyebabkan komplikasi berupa emboli dan/atau sepsis.
• Terapi :– Anti inflamasi, phenylbutazon 3 x 100 mg/hari,
memberikan hasil yang baik.– Antibiotika terutama bila ditakutkan terjadinya
infeksi
Gangguan Hemostatis
• Pada suatu transfusi darah dapat terjadi gangguan hemostatis atau koagulasi yang memberikan gejala-gejala perdarahan
• Terapi :– Pada transfusi yang masif sebaiknya diselingi
pemberian darah segar yang masih cukup mengandung trombosit dan faktor-faktor pembekuan.
– Bila ada tanda-tanda D.I.C, lakukan terapi D.I.C
REAKSI TRANFUSI DELAYED (LAMBAT)
Reaksi Imunologi Reaksi non Imunologi
1. Reaksi hemolitik lambat2. Sensitisasi terhadap antigen
Rhesus D3. Purpura pasca tranfusi
1. Reaksi penularan penyakit2. Hemosiderosis tranfusi
Reaksi Hemolitik Lambat
• Gejala yang timbul dapat berupa Sakit kepala (berdenyut), sakit pinggang, panas, muka kemerahan, kelesuan yang hebat, sakit dada, respirasi menjadi cepat dan pendek, urtikaria, anemia, kadang – kadang hipotensi dan takikardi, dapat pula mengakibatkan gagal ginjal akut.
• Terapi : seperti terapi pada reaksi hemolitik lain
Sensitisasi terhadap antigen Rhesus D• Berupa malaise, ikterus serta demam,
biasanya ringan dan timbul 5-10 hari setelah transfusi
• Syok dan penyulit ginjal jarang terjadi.• Terapi :
– Terapi konservatif– Transfusi lebih lanjut harus ditunda sampai
serologi pasien dapat ditentukan dengan jelas, kecuali bila nyawa pasien terancam
– Simptomatik seperti pada penatalaksanaan reaksi hemolisis yang lain.
Purpura Pasca Tranfusi
• Merupakan pengembangan trombositopeni yang mengancam kehidupan, terjadi pada hari ke 5-10 sesudah transfusi. Ini disebabkan oleh berkembangnya aloantibodi yang ditujukan kepada antigen khusus trombosit.
Reaksi Penularan Penyakit
• Pada darah yang mengalami kontaminasi berat akan menyebabkan sepsi akut dan syok endotoksin dengan didahului demam, menggigil, berkeringat, mual, muntah, takikardi disusul penurunan tekanan darah
• Kematian dapat terjadi sesudah transfusi. Untuk membedakannya secara sederhana :– Ambil darah penderita, diamkan sejenak dan dilihat
bila plasmanya berwarna merah merah oleh adanya hemoglobinemia, berarti adanya hemolysis
– Buat preparat hapus dari sisa darah botol transfusi dan diwarnai menurut gram, bila terlihat kuman berarti darah yang mengalami kontaminasi kuman.
• Diagnosa diperkuat dengan pemeriksaan kultur darah dari sisa darah yang diberikan dan dari darah penderita. Adapun penularan penyakit yang dilaporkan oleh peneliti dan para ahli Hematologi adalah sebagai berikut :– Sebab Viral: Hepatitis (HAV, HBV, HDV, NANB), Cito
Megalo Virus, EBV, AIDS– Sebab Triponema (sifilis)– Sebab Protozoa: Malaria, Chaga’s Disease,
Tryponemiasis, Kala Azar– Sebab Bakterial: Bakteremia, Kontaminasi
(Coliform Sp, Pseudomonas, Proteus).
Terapi :
• Pasien dengan darah terinfeksi mencakup penatalaksanaan syok. Terapi antibiotika yang sesuai harus dimulai segera setelah didiagnosis disebut dan sebelum hasil kultur diketahui.
Hemosiderosis Tranfusi
• Tertimbunnya zat besi dalam jaringan – jaringan yang dapat terjadi pada transfusi yang berulang – ulang pada penderita anemia yang bukan kekurangan besi
• Anak yang menderita talesemia minor merupakan satu-satunya kelompok yang terkena, tetapi cukup banyak anak yang menderita anemia kongenital dan orang dewasa dengan anemia refrakter yang diterapi secara intensif juga beresiko.
• Terapi kelasi besi harus dipertimbangkan untuk semua pasien yang diperkirakan memerlukan pemberian sel darah intensif.
TERIMA KASIH