Download - Radang patofisiologi
KELOMPOK 1 DIANA APRIANI ISMI DESMAWATY MIRA AGUSTINA REZA APRIANTO SHAFA RAFIDA
RADANG
Radang (bahasa Inggris : inflammation) adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen dan alterasi mekanis
dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau inflamasi adalah
satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia (histamin, bradikinin, serotonin, leukotrien, dan
prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator radang di dalam sistem kekebalan untuk
melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi.
Pengertian Radang
Menurut Kamus Kedokteran Dorland:Radang ialah respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu.
Menurut Katzung (2002):Radang ialah suatu proses yang dinamis dari jaringan hidup atau sel terhadap suatu rangsang atau injury (jejas) yang dilakukan terutama oleh pembuluh darah (vaskuler) dan jaringan ikat (connective tissue.
Deskripsi dari reaksi peradangan; merupakan reaksi defensif (pertahanan diri) sebagai respons terhadap cedera berupa reaksi vaskuler, hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis. Peradangan dapat juga dimasukkan dalam suatu reaksi nonspesifik, dari hospes terhadap infeksi.
Hasil reaksi peradangan adalah netralisasi dan pembuangan agen penyerang, penghancuran jaringan nekrosis dan pembentukan perbaikan dan pemulihan pada jaringan tersebut.
Radang mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan terhadap infeksi:
memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk meningkatkan performa makrofaga
menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi
mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak.
Respon peradangan dapat dikenali dari rasa sakit, kulit lebam, demam dll, yang disebabkan karena terjadi perubahan pada pembuluh darah di area infeksi:
Pembesaran diameter pembuluh darah, disertai peningkatan aliran darah di daerah infeksi. Hal ini dapat menyebabkan kulit tampak lebam kemerahan dan penurunan tekanan darah terutama pada pembuluh kecil.
Aktivasi molekul adhesi untuk merekatkan endotelia dengan pembuluh darah.
Kombinasi dari turunnya tekanan darah dan aktivasi molekul adhesi, akan memungkinkan sel darah putih bermigrasi ke endotelium dan masuk ke dalam jaringan. Proses ini dikenal sebagai ekstravasasi.
Penyembuhan seara ideal berusaha memulihkan jaringan asalnya, namun bila tidak mungkin akan terbentuk jaringan parut. Radang ada yang akut dan yang menahun atau radang kronis. Penyebab paling paling umum dari peradangan adalah:
1. Infeksi dari mikroorganisme dalam jaringan atau dari luar jaringan.2. Trauma fisik sering disertai peradangan dalam jarum.3. Cidera kimiawi , radiasi, mekanik, termal yang langsung
merangsang jaringan.4. Reaksi imun menimbulkan respon hipersensitivitas dalam jaringan.
Etiologi Radang
Tanda makroskopik
Radang
• RUBOR
• KALOR
• TUMOR
• DOLOR
• FUNCTION LAESA
Bagian tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
1. Rubor : Warna merah
Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikro sirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut.
2. Kalor : Panas
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37oC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak dari pada ke daerah normal.
Tanda-tanda radang secara makroskopis
3. Tumor : Pembengkakan
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat meradang.
4. Dolor : Rasa nyeri
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang.
5. Function laesa : Gangguan fungsi
Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang. Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradam.
Suatu rangkaian perubahan yang terjadi pada jaringan yang menunjukkan reaksi terhadap suatu kecelakaan atau kejadian, baik secara mekanis, kemis atau oleh bakteri. Reaksi jaringan terhadap setiap kerusakan yang tidak terlalu berat.
Jaringan dapat dirusak oleh infeksi mikroorganisme, trauma , bahkan racun kimiawi dan fisika. Respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi atau mengurung agen pencedera dan jaringan yang cedera.
Mekanisme Radang
JEJAS
Eksudat
Mediator
Reaksi vaskuler
Emigration Leucosite
Radang
• Marginal dan Emigrasi
Sejumlah besar dari eritrosit, trombosit dan lekosit ditinggalkan dan viskositas naik. Sirkulasi didaerah yang terkena radang menjadi lambat. Hal ini meyebabkan leukosit mengalami marginasi yaitu bergerak kebagian arus perifer sepanjang aliran pembuluh darah dan mulai meleat pada endotel. Akibatnya pembuluh darah tampak seperti jalan berbatu, peristiwa ini disebut emigrasi.
• Kemokstasis
Pergerakan leukosit pada interstisial dari jaringan yang meradang, hal ini disebabkan karena adanya sinyal kimia.
• Mediator peradangan
Amina Vasoaktif
Faktor plasma
Metabolit asam arakidonat
• Berbagai macam produk sel
ASPEK SELULER
Reaksi sistemik yang menyertai reaksi lokal pada peradangan
diantaranya adalah Demam. Yang merupakan akibat dari pelepasan zat pirogen endogen
yang berasal dari neutrofil dan makrofag. Selanjutnya zat tersebut akan memacu pusat pengendali suhu tubuh yang ada dihypothalamus.
Perubahan hematologis. Rangsangan yang berasal dari pusat peradangan mempengaruhi proses maturasi dan pengeluaran leukosit dari sumsum tulang yang mengakibatkan kenaikan suatu jenis leukosit, kenaikan ini disebut leukositosis. Perubahan protein darah tertentu juga terjadi bersamaan dengan perubahan apa yang dinamakan laju endap
darah.
Gejala konstitusional. Pada cedera yang hebat, terjadi perubahan metabolisme dan endokrin yang menyolok. Akhirnya reaksi peradangan
local sering diiringi oleh berbagai gejala konstitusional yang berupa malaise, anoreksia atau tidak ada nafsu makan dan ketidakmampuan melakukan sesuatu yang beratnya berbeda-beda bahkan sampai tidak
berdaya melakukan apapun.
JENIS LEUKOSIT DAN FUNGSINYA DALAM PERADANGAN
Granulosit
Netrofil : jumlah banyak pada saat eksudat. Peran fagositosis.
Eosinofil : Memberikan rangsangan respon kemostasis. Menetralkan efek mediator
Basofil : Sumber utama histamin
Granulosit
Monosit Dalam eksudat disebut makrofag
Umumnya terdapat dalam eksudat hanya dalam jumlah yang sangat kecil,meskipu eksudat sudah lama terbentuk yaitu sampai reaksi-reaksi peradangan menjadi kronis.
Melokalisasi dan mengisolasi jaringan yang mengalami jejas melindungi jaringan sekitar yang sehat
Menetralisasi dan inaktifasi zat-zat toksis yang dihasilkan oleh faktor humoral dan enzim
Merusak dan membatasi pertumbuhan mikroorganisme yang menginfeksi
Mempersiapkan daerah yang sakit untuk penyembuhan dan perbaikan.
Fungsi Radang
1. Radang akut
Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang didesain untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan berbagai mikroba yang menginvasi dan memulai proses pembongkaran jaringan nekrotik. Terdapat 2 komponen utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan penampang dan struktural dari pembuluh darah serta emigrasi dari leukosit. Perubahan penampang pembuluh darah akan mengakibatkan meningkatnya aliran darah dan terjadinya perubahan struktural pada pembuluh darah mikro akan memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah. Leukosit yang berasal dari mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan selanjutnya berakumulasi di lokasi cedera.
Jenis-jenis Radang
Menurut Macam Eksudatnya (Radang Akut) :a. Radang serosaEksudat cair terdiri dari : serum/plasma darah dg kadar protein
meningkat. b. Radang Kataral
Eksudat berlendir mukoid/musinous pada sal. Pencernaan & saluran pernapasan. c. Radang Fibranosa
Dengan endapan eksudat anyaman fibrin pada permukaan viseral (pleura, perikardium peritonium). d. Radang Purulenta/supuratif
Dengan eksudat nanah yaitu debris (sel-sel mati) bercampur dengan PMN neutropil hidup & mati.e. Radang (pseudo) membranosa
Dengan endapan jaringan nekrosis yang tersangkut pada anyaman fibrin, melekat pada permukaan jaringan granulasi yang bila dilepaskan perdarahan (terutama pada penyakit difteri tonsil).
2. Radang kronisRadang kronis dapat diartikan sebagai inflamasi
yang berdurasi panjang (berminggu-minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi proses secara simultan dari inflamasi aktif, cedera jaringan, dan penyembuhan. Perbedaannya dengan radang akut, radang akut ditandai dengan perubahan vaskuler, edema, dan infiltrasi neutrofil dalam jumlah besar. Sedangkan radang kronik ditandai oleh infiltrasi sel mononuklir (seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma), destruksi jaringan, dan perbaikan (meliputi proliferasi pembuluh darah baru/angiogenesis dan fibrosis).
(Lanjutan : Radang Kronis)
Radang kronik dapat timbul melalui satu atau dua jalan. Dapat timbul menyusul radang akut, atau responnya sejak awal bersifat kronik. Perubahan radang akut menjadi radang kronik berlangsung bila respon radang akut tidak dapat reda, disebabkan agen penyebab jejas yang menetap atau terdapat gangguan pada proses penyembuhan normal. Ada kalanya radang kronik sejak awal merupakan proses primer. Sering penyebab jejas memiliki toksisitas rendah dibandingkan dengan penyebab yang menimbulkan radang akut. Terdapat 3 kelompok besar yang menjadi penyebabnya, yaitu infeksi persisten oleh mikroorganisme intrasel tertentu (seperti basil tuberkel, Treponema palidum, dan jamur-jamur tertentu), kontak lama dengan bahan yang tidak dapat hancur (misalnya silika), penyakit autoimun. Bila suatu radang berlangsung lebih lama dari 4 atau 6 minggu disebut kronik. Tetapi karena banyak kebergantungan respon efektif tuan rumah dan sifat alami jejas, maka batasan waktu tidak banyak artinya. Pembedaan antara radang akut dan kronik sebaiknya berdasarkan pola morfologi reaksi.
”
“PROSES PENYEMBUHAN
RADANG
”
“