Download - r 1 Askep Sectio Caesarea
SECTIO CAESAREAI. Definisi
Suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (prof. Dr. Hanifa Wilenjoesastro, SPOG, 2000, 133).
Suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intact), (Prof. dr. Abdulbari Saifuddin, SPOG, MPH, 2000, 536).
II. Jenis – jenis operasi sectio caesarea
1.Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
a Sectio caesarea transperitonealis- SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri)Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.Kelebihan :-Mengeluarkan janin dengan cepat-Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik-Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distalKekurangan-Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik-Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan
- SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim)Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cmKelebihan :-Penjahitan luka lebih mudah-Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik-Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke
rongga peritoneum-Perdarahan tidak begitu banyak-Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecilKekurangan :-Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri uterine
pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak- Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
b. SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal2. Vagina (section caesarea vaginalis)Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Sayatan memanjang ( longitudinal )2. Sayatan melintang ( Transversal )3. Sayatan huruf T ( T insicion )
III. Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia )- Fetal distress- His lemah / melemah- Janin dalam posisi sungsang atau melintang- Bayi besar ( BBL ³ 4,2 kg )- Plasenta previa- Kalainan letak- Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul )- Rupture uteri mengancam- Hydrocephalus- Primi muda atau tua- Partus dengan komplikasi- Panggul sempit- Problema plasenta
IV. KomplikasiKemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :1. Infeksi puerperal ( Nifas )- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik2. Perdarahan- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka- Perdarahan pada plasenta bed3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya
V. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada ibu hamil adalah :
a. Pemeriksaan leukosit darah, bila > 15.10³ /mm³, kemungkinan ada infeksi
b. USG: membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak
plasenta, serta jumlah air ketuban.
c. Nilai bunyi jantung, dengan stetoskope laenec atau dengan foetalphone.
KETUBAN PECAH DINI (KPD)
1. DEFINISI
Ketuban pecah dini adalah ketuban pecah sebelum proses persalinan berlangsung (Buku Acuan Kesehatan Maternal dan Neonatal, yayasan Bina Pustaka sarwono Prawiroharjo. Jakarta 2002).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaab pada primi < 3 cm, dan pada multi < 5 cm. (Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH. jilid I ).
Bila periode laten terlalu panjang, dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi yang dapat meningkatkan AKB dan AKI. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric, berkaitan dengan penyulit kelahiran premature, dan terjadinya infeksi khorioamnionitis.
KPD disebabkan oleh karena berkurangnya usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin, dan adanya tanda – tanda persalinan. (Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharko. Jakarta 2002)
2. ETIOLOGI
Sampai saat ini, penyebab dari KPD belum dikethui dengan pasti, namun prinsipnya, berkurangnya kekuatan lternat oleh karena adanya peningkatan tekanan intra uteri, misalnya pada hidramnion dan gemeli.
a. Serviks inkompetenb. Ketegangan Rahim berlebihan : kehamilan ganda , hidroamnionc. Kelainan letak janin dalam Rahim : letak sungsang, letak lintangd. Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAPe. Selaput bawaan dari selaput ketubanf. Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban sehingga memudahkan ketuban pecahg. Sebab primer : adanya pertumbuhan amnion yang kurang baikh. Sebab skunder : misalnya pada ketuban pecah dini (PROM : premature of the membrane)
3. PATOGENESIS
1. Adanya hipermotilasi rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.2. Selaput ketuban terlalu tipis.3. Infeksi lamnionitis / korioamnionitis4. ltern – ltern lain yang merupakan predisposisi ialah : multipara, malposisi, disproporsi, cervic incompetent dll5. KPD artificial (amniotomi), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.Penilaian klinis :· Tentukan pecahnya selaput ketuban. Ditentukan dengan adanya cairan ketuban di vagina, jika tidak ada, dapat dicoba dengan gerakan sedikit bagian bawah janin, atau meminta pasien batuk / mnegejan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dnegan tes lakmus (nitrazin test), merah menjadi biru. Membantu dalam menentukan jumlah cairan ketuban dan usia kehamilan, kelainan janin.· Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan USG· Tentukan ada tidaknya infeksi, tanda – tanda infeksi bila suhu ibu > 38 ° C, air ketuban yang keruh dan berbau. Pemeriksaan air ketuban, dengan test LEA (lekosit esterase), lekosit darah > 15.000 / mm3. janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intra uteri.· Tentukan tanda – tanda inpartu, tentukan adanya kontraksi yang teratur, periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk menilai skor pelvic. (Maternal Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Prawiriharjo. Jakarta 2002)· Memeriksa adanya cairan yang berisi meconeum, vernic kaseosa, rambut lanugo, bila telah terinfeksi berbau.· Inspekulo : lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis cerviks dan apakah ada bagian yang sudah pecah· Periksa PH forniks posterior pada prom PH adalah basa (air ketuban)· Pemeriksaan histopatologi air (ketuban). Aborization dan sitologi air ketuban (synopsis lternati)
4. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala klinis KPD adalah :a. Perut ibu kelihatan kurang membesar.b. Ibu merasa nyeri diperut pada setiap pergerakan anak.c. Persalinan lebih lama dari biasanya.d. Sewaktu HIS akan terasa sakit sekali.
PENGARUH DARI KPD
Pengaruh KPD dibagi menjadi 2, yaitu :1. Pengaruh terhadap janinWalaupun ibu belum menunjukkan gejala infeksi, tetapi pada janin memungkinkan sudah terkena infeksi, karena infeksi intra uterine lebih dahulu terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Selain itu, air ketuban yang keluar terus – menerus akan mempengaruhi suplai makanan dan O2 terhadap janin, sehingga besar kemungkinan akan terjadi infeksi terhadap janin.2. Pengaruh terhadap IbuKarena jalan sudah terbuka, maka dpat terjadi infeksi intranatal, apalagi bila terlalu sering dilakukannya periksa dalam. Selain itu dapat dijumpai infeksi puerperalis (nifas) peritonitis, septicemia, dary labor.Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat, dan nampaklah gejala – gejala infeksi.
PENANGANAN KPDPenanganan KPD dibagi menjadi 2 cara, yaitu :1. Secara konservatif· Rawat di rumah sakit· Berikan antibiotic (ampisillin 4x500 mg / eritromicyn bila alergi terhadap ampicillin) dan metronidazole 2x500 mg selama 7 hari.· Jika umur kehamilan 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar (sampai air ketuban tidak keluar lagi).· Jika umur kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa (-) negative, beri dexamethasone, observasi tanda – tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.· Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), dexamethasone, dan induksi seesudah 24 jam.· Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi.· Nilai tanda – tanda infeksi (suhu naik, leukosit, dan tanda – tanda infeksi intra uterin)· Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan asteroid, untuk memacu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan, periksa kadar lacitin dan spingoielin tiap minggu, dosis dexamethasone 12 mg/hari, dosis tunggal selama 2 hari, dexamethasone IM 5 mg/6 jam/hari sebanyak 4x.· Bila tanda – tanda infeksi, berikan antibiotic dosis tinggi, dan persalinan diakhiri, dengan :· Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan SC· Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan dan lakukan persalinan per vaginam. (Buku Acuan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiriharjo. Jakarta 2002).· Selain itu, penatalaksanaan persalinan dengan KPD dapat dilakukan dengan :
a. Bila anak belum viable, (<36 minggu), penderita dianjurkan untuk istirahat di tempat tidu, dan berikan obat antibiotika profilaksis, spasmolifika, dan robaransia. Dengan tujuan untuk mengundur waktu sampai anak viableb. Bila anak sudah vaibel (>36 minggu), lakukan induksi partus 6 – 12 jam setelah lagpase, dan lakukan antibiotika profilaksis, pada kasus – kasus dimana indukdi partus dengan drip sintosinon gagal, maka lakukan tindakan operatif.Jadi, pada kasus KPD penyelesaian persalinan dapat melalui :a. Partus spontanb. Ekstraksi vakumc. Embriotomi, bila anak sudah meninggald. Sectio sesaria, bila ada indikasi obstetric.(Sinopsis obstetric, Dr. rustam Muchtar. Jilid I)2. Secara aktif
KOMPLIKASI KPD
Komplikasi yang ditimbulkan dari KPD antara lain :1. Komplikasi pada anak IUFD prematuritas2. Komplikasi pada IbuPartus lama dan infeksi, atonia uteri, perdarahan post partum atau infeksi nifas.(Sinopsis Obstetri, Dr. Rustam Muchtar).
PENATALAKSANAAN KPD
Ketuban pecah
< 37 Minggu ≥ 37 Minggu
Infeksi Tidak ada infeksi Infeksi Tidak ada infeksi
Berikan penicillin, gentamicyn, dan metronidazole, lahirkan bayi.
Amoxillin + eritromicyn untuk 7 hari, steroid untuk pematangan paru.
Berikan penicillin, gentamicyn, dan metronidazole, lahirkan bayi
Lahirkan bayi
Antibiotika setelah melahirkan
Profilaksis Infeksi Tidak ada infeksi
Stop antibiotika Lanjutkan untuk 24 jam setelah bebas panas
Tidak perlu antibiotika
Diagnosa Keperawatan
Ø Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan
Ø Resti infeksi b.d destruksi pertahanan terhadap bakteri
Ø Nyeri akut b.d insisi, flatus dan mobilitas
Ø Resti perubahan nutrisi b.d peningkatan kebutuhan untuk penyembuhan luka, penurunan
masukan ( sekunder akibat nyeri, mual, muntah )
XI. Intervensi
DP Tujuan Intervensi Rasional
Ansietas b.d
pengalaman
pembedahan
dan hasil tidak
dapat
diperkirakan
Resti infeksi
b.d destruksi
pertahanan
terhadap
bakteri
Ansietas berkurang
setelah diberikan
perawatan dengan
kriteria hasil :
- Tidak menunjukkan
traumatik pada saat
membicarakan
pembedahan
- Tidak tampak gelisah
- Tidak merasa takut
untuk dilakukan
pembedahan yang sama
- Pasien merasa tenang
Infeksi tidak terjadi
setelah perawatan
selama 24 jam
pertama dengan kriteria
hasil :
- Menunjukkan kondisi
luka yang jauh dari
kategori infeksi
- Albumin dalam
keadaan normal
- Lakukan
pendekatan diri pada
pasien supaya pasien
merasa nyaman
- Yakinkan bahwa
pembedahan
merupakan jalan
terbaik yang harus
ditempuh untuk
menyelamatkan bayi
dan ibu
- Berikan nutrisi
yang adekuat
- Berikan penkes
untuk menjaga daya
tahan tubuh,
kebersihan luka,
serta tanda-tanda
infeksi dini pada
luka
Rasa nyaman
akan
menumbuhkan
rasa tenang, tidak
cemas serta
kepercayaan
pada perawat.
Nutrisi yang
adekuat akan
menghasilkan
daua tubuh yang
optimal
Dengan
adanya
partisipasi dari
pasien, maka
kesembuhan luka
Nyeri akut b.d
insisi, flatus
dan mobilitas
Resti
perubahan
nutrisi b.d
peningkatan
kebutuhan
tubuh untuk
penyembuhan
luka,penurunan
masukan
(sekunder
akibat nyeri,
mual, muntah
- Suhu tubuh pasien
dalam keadaan normal,
tidak demam
Nyeri dapat berkurang
setelah perawatan 1x 24
jam dengan kriteria :
- Pasien tidak
mengeluh nyeri /
mengatakan bahwa nyeri
sudah berkurang
Mendemontrasikan berat
badan stabil atau
penambahan berat badan
progresif kearah tujuan
dengan normalisasi nilai
laboratorium dan bebas
dari tanda malnutrisi
- lakukan pengkajian
nyeri
- lakukan
managemen nyeri
- monitoring
keadaan insisi luka
post operasi
- ajarkan mobilitas
yang
memungkinkan tiap
jam sekali
- kaji status nutrisi
secara continue
selama perawatan
tiap hari, perhatikan
tingkat energi,
kondisi, kulit, kuku,
rambut, rongga
mulut
- tekankan
pentingnya trasnsisi
pada pemberian
dapat lebih
mudah terwujud
Setiap skala
nyeri memiliki
managemen yang
berbeda
Antisipasi
nyeri akibat luka
post operasi
Antisipasi
nyeri akibat luka
post operasi
Mobilitas
dapat
merangsang
peristaltik usus
sehingga
mempercepat
flatus
Memberi
kesempatan
untuk
mengobservasi
penyimpangan
dari norma/ dasar
pasien dan
mempengaruhi
pilihan intervensi
Trasnsisi
pemberian
makan oral lebih
disukai
Pasien perlu
makan per oral
dengan tepat
- beri waktu
mengunyah,
menelan, beri
sosialisasi dan
bantuan makan
sesuai dengan
indikasi
bantuan untuk
menghadapi
masalah
anoreksia,
kelelahan,
kelemahan otot
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito L. J, 2001, Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC
Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC
Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
LEMBAR PENGESAHAN
Tasikmalaya, Juni 2013
CI Ruangan 1 Mahasiswa
Mengetahui Pembimbing Akademik
LAPORAN
PENDAHULUAN
Tentang Post SC
Ruang 1
RSUD TASIKMALAYA
DISUSUN OLEH:
ADE MUHAMAD SOFYAN
NIM : 10SP277001
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS