“QASAM DALAM AL-QUR’AN PRESPEKTIF IBN AL-QAYYIM
AL-JAUZIYYAH
(Telaah kitab at-Tibyân fi Aqsâm Al-Qur’an)”
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Magister Agama
(M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Oleh:
NURSIJA ARIANTI SANGKALA
NIM: 216410662
PROGRAM STUDI ILMU Al-QUR’AN DAN TAFSIR
PASCASARJANA MAGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL-QURAN (IIQ) JAKARTA
2018 M/1439 H
“QASAM DALAM AL-QUR’AN PRESPEKTIF IBN AL-QAYYIM
AL-JAUZIYYAH
(Telaah kitab at-Tibyân fi Aqsâm Al-Qur’an)”
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Magister Agama
(M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Oleh:
NURSIJA ARIANTI SANGKALA
NIM: 216410662
Pembimbing:
Dr. KH. Abdul Muhaimin Zen, MA
Hj. Ade Naelul Huda, Ph. D, MA
PROGRAM STUDI ILMU Al-QUR’AN DAN TAFSIR
PASCASARJANA MAGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL-QURAN (IIQ) JAKARTA
2018 M/1439 H
Motto:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakaL”(QS:
Ali Imrân[3]: 190)
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur selalu penulis panjatkan kepada
Allah, Swt. yang telah memberikan hidayah, dan melimpahkan
segala kenikmatan kepada penulis, Selawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad, Saw. besar harapan syafaat
beliau selalu menyertai penulis dimanapun dan kapanpun. Dan
khususnya, penulis bisa dianggap sebagai umat beliau hingga pada
hari kiamat nanti. Amin.
Dalam rangkaian kalimat singkat ini, penulis hendak
menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan sumbangan pemikiran, maupun bantuan lainnya untuk
penulisan tesis ini. Penulis hanya bisa memohon semoga Allah
memberikan balasan yang setimpal kepada mereka. Adapun ucapan
terimakasih penulis sampaikan khususnya kepada mereka, di
antaranya:
1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA. Selaku Rektor IIQ
Jakarta.
2. Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA. Selaku Direktur
Pascasarjana IIQ Jakarta.
3. Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA. Selaku Kaprodi IAT IIQ
Jakarta.
4. Dr. KH. Abdul Muhaimin Zen, MA, sebagai pembimbing tesis
penulis yang telah memberikan banyak tuntunan untuk menyusun
ii
tesis yang baik dan bermanfaat. Terimakasih atas banyak waktu yang
diluangkan untuk memberikan ilmu kepada penulis.
5. Dr. Hj. Ade Nelul Huda, Ph.D. sebagai pembimbing kedua penulis.
Terimakasih atas arahannya.
6. Semua dosen dan staf akademik yang terlibat dalam pengajaran
maupun administrasi. Terimakasih atas bantuan ilmu yang diberikan
kepada penulis.
7. Orangtua penulis, Bpk. Sangkala dan Ibu Nurdjannah yang tidak
henti-hentinya mendoakan dan menfasilitasi penulis untuk menuntut
ilmu, agar bisa menjadi insan yang bermanfaat di tengah-tengah
ummat. Dan juga ucapan terimakasih kepada bibi-bibi dan
kakak-kakak penulis atas dukungan dan doanya.
8. Kepada guru penulis, ustadzah Kholifah yang selalu mendoakan
dan mendukung penulis untuk menyelesaikan penelitian ini, dan
terimakasih atas asuhan beliau dalam masa perantauan ini.
9. Kepada teman-teman kelas penulis yang selama tiga semester
telah menjadi teman untuk diskusi. Tukar pemikiran dan arisan
bulanan. Semoga tetap terjaga silaturahim kita.
10. Kepada keluarga besar Rumah Qur’an Qonitat-Gaza yang sudah
menyemangati penulis dalam proses penulisan ini. Semoga kita
semua tetap istiqomah dalam menjaga Kalam-Nya.
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis dengan judul “Qasam dalam Al-Qur’an Prespektif Ibn Qayyim Al-
Jauziyyah (Telaah kitab at-Tibyan fi Aqsam Al-Qur’an) oleh Nursija Arianti
Sangkala dengan NIM 216410662 telah diujikan di sidang Munaqasyah
Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ Jakarta) pada tanggal 15
Agustus 2018. Tesis tersebut telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Magister Agama (M.Ag) dalam bidang Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir.
Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA
Ketua Sidang
(....................................)
H. Edward Maofur, MA, Ph.D
Penguji I
(....................................)
Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA
Penguji II
(....................................)
Dr. KH. Abdul Muhaimin Zen, M. Ag
Pembimbing I
(....................................)
Hj. Ade Naelula Huda, MA, Ph.D
Pembimbing II
(....................................)
Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA
Sekretaris
(....................................)
Abstrak
Tesis ini berjudul “Qasam dalam Al-Qur’an Prespektif Ibn al-
Qayyim al-Jauziyyah (Telaah kitab al-Tibyan fi Aqsam Al-Qur’an)”.
Penelitian ini berangkat dari pendapat Ibn al-Qayyim yang menjelaskan
tentang muqsam bih dan muqsam ‘alaih. Ibn al-Qayyim berpendapat bahwa
adakalanya jawâb al-qasam (muqsam ‘alaih) tersembunyi dan sengaja tidak
disebutkan, ini dimaksudkan untuk mengangungkan tema sumpahnya
(ta’zhîm muqsam bih). Hal ini menuai kritik oleh beberapa mufassir yang
tidak menyetujui adanya ta’zhim muqsam bih. Hal ini melatar belakangi
penulis melakukan penelitian ini dengan menganalisis tafsiran Ibnu Qayyim
mengenai ayat-ayat sumpah pada juz 29.
Penelitian ini merupakan kajian pustaka murni, dengan menggunakan
metode analisis data dari berbagai dokumen primer maupun sekunder. Data
primer dari penelitian ini mengambil karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah yang
berjudul al-Tibyân fî Aqsâm Al-Qur’ân. Adapun data sekunder mengambil
data-data yang berkaitan dengan tema kajian ini. Penelitian ini menggunakan
teori Tafsîr Maudhu’i untuk melihat bangunan penafsiran Ibnu Qayyim
terhadap ayat-ayat qasam dalam Al-Qur’an.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang dimaksud oleh Ibn al-
Qayyim bukan pengagungan dari muqsam bih itu sendiri melainkan bukti
atas keagungan atau kebasaran tanda-tanda Allah yang mengandung hikmah
tersendiri dari setiap objek-objek sumpah tersebut. Di dalam muqsam bih
tersebut terdapat tanda-tanda besar atas keagungan Allah sebagai Rabb
ataupun sebagai Ilah.
Abstract
This thesis is entitled "Qasam on Prespective’s Qur’an of Ibn Qayyim
al-Jauziyyah (Study of at-Tibyan fi Aqsam Al-Qur'an’s book)". This research
comes from the opinion of Ibn al-Qayyim who explained about muqsam bih
and muqsam ‘alaih. Ibn al-Qayyim argues that sometimes the answer to Al-
Qasam (Muqsam ‘alaih) is hidden and deliberately not mentioned, this is
intended to glorify the theme of his oath (ta’zhim muqsam bih). This was
criticized by some Interpreters (mufassir) who did not approve the existence
of the muqsam bih. This is the background of the author doing this research
by analyzing Ibn Qayyim's interpretation of "the oath of verses" on section
29 to get the answer of these criticisms.
This research is a pure literature study, used data analysis methods
from both primery and secondary datas . The primary data was taken by Ibn
Qayyim al-Jauziyyah’s book that is entitled al-Tibyân fî Aqsâm Al-Qur'ân.
The secondary data based on collection of datas that related to this study.
This research uses the methode of Tafsir Maudhu'i to see Ibn Qayyim's
interpretation of the verses of qasam in the holy Qur'an.
The results indicate that Ibn al-Qayyim is not the glorification of
muqsam bih itself, but rather the proof of the majesty or greatness of the
signs of Allah which contains its own wisdom from each of the objects of the
oath. In the muqsam bih there are great signs of the majesty of Allah as Rabb
or as a God.
خلاصة
بن القيم الجوزيةان عند القسم فى القرآ
ن (على كتاب التبيان في أقسام القرآ ) دراسة
قال الجواب الذي عن أرآء ابن القيّم،بعض المفسرين تتلخّص ىذه الرسالة عن . ىذه القضية يحذف تارة ولا يراد ذكره بل يراد تعظيم المقسم بو وأنو مماّ يحلف بو
الجوزيةّ بن القيّم الدراسة وىي " تفسير اكخلفية الموضوع التي تدعمني لإختيار ىذه " لمعرفة نقض ذلك.من القرآن 92في آيات القسم فى جزء
ن البيانات التي تم الحصول عليها تحلّل تحليلا إن ىذا البحث بحث مكتبي، ثم إ. أما نآالتبيان في أقسام القر كتاب و المصدر الرئيسي لهذه الدراسة ىو نوعيا،
م . و يستخدلفات العلمية الأخري المتعلقة بموضوع البحثفهي المؤ المصادر الثانويةة عند تفسير آيات بن القيّم الجوزيّ على نظرية اتفسير الموضوعي منهج البحث
ن.القسم في القرآ
بل تبنت من تعظيم المقسم بو شرح ونتيجة لهذه الدراسة تبين أن ابن القيّم لا يأتي ب .ذكر المقسم بو عند العبرة ذكرو الله عظمةلتعظيم خلل ىذه الدراسة
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an merupakan pedoman hidup, pembimbing menuju akhirat,
pengarah bagi jiwa, dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.1
Allah subhanahu wa ta‟ala berfirman:
“Sungguh, Al-Qur‟an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling
lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang
mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang
besar.” (QS. Al Isra‟: [17]: 9)
Akan tetapi, petunjuk Al-Qur‟an tidak akan dapat dipahami kecuali
dengan cara menafsirkan, mempelajari, atau berinteraksi dengannya. Syaikh
Muhammad bin Shâleh al Utsaimin mengungkapkan bahwa para salâful
ummah (ummat terdahulu), mereka mempelajari Al-Quran, karena dengan
cara itulah mereka akan mampu mengamalkan Al-Qur‟an sesuai dengan yang
dikehendaki Allah.2 Begitu juga generasi umat Islam (mutaâkhirîn), yang
mengikuti jejak para salâful ummah. Mereka selalu menekuni Al- Qur‟an dan
mengambil manfaat yang tak kunjung habis, memenuhi keinginan mereka
1 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al Quran, Al Quran dan Terjemahnya,
(Departemen Agama 1986), h.283 2 Muhammad bin Shaleh al Utsaimin, Pengantar Ilmu Tafsir, Terj. Ummu Ismail,
(Darus Sunnah Press, Jakarta, 2004), h. 46
2
dengannya, melalui membaca, mentadabburi, mengamati, menafsirkan, dan
menjelaskan syariat-syariatnya, hidup bersamanya, membicarakan arahan-
arahannya, mengeluarkan simpanan-simpanannya dan memetik buahnya.3
Sejak dahulu Al-Qur‟an telah menantang sebagian manusia yang
masih berada dalam keraguan untuk membuat yang serupa dengannya.4
Tantangan tersebut merupakan respon atas tuduhan-tuduhan mereka terhadap
Al-Qur‟an. Mereka mengatakan bahwa Al-Qur‟an itu hanyalah kebohongan
(ifk) yang telah dibuat-buat oleh Muhammad dengan bantuan dari kaum lain.
Mereka juga mengatakan bahwa Al-Qur‟an itu hanyalah dongeng-dongengan
orang-orang terdahulu (asâtîhr al-awwalîn) yang ditulis, kemudian dibacakan
kepada Muhammad setiap pagi dan petang.5
Mereka juga mengatakan bahwa Al-Qur‟an itu hanyalah khayalan-
khayalan kosong (adhgâhts al-ahlâm)6. Ada pula yang mengatakan bahwa
Al-Qur‟an itu adalah sihir yang dapat mempengaruhi jiwa (sihr yu‟tsar).
Bahkan ia hanyalah perkataan seorang manusia biasa (qaul al-basyar)7.
Namun tudahan-tuduhan tersebut sesungguhnya justru menunjukkan ketidak
mampuan mereka dalam memenuhi tantangan tersebut.
Menurut Quraish Shihab, perkara yang pertama kali ditantangkan
oleh Al-Qur‟an adalah aspek kebahasaannya.8 Hal ini disebabkan karena
bangsa Arab terkenal memiliki keahlian dan tradisi yang kuat dalam bidang
3 Shalah Abdul Fattah al Khalidi, Kunci Berinteraksi dengan al Quran, terj. M.
Misbah, (Robbani Press, Jakarta, 2005), h. 2-3 4 Lihat QS: al-Baqarah[2]: 23, QS: Yunus[10]:38, QS; Hud[11]: 13, dan QS: ath-
Thur[52]: 34 5 Lihat QS: al-Furqan[25]: 4-5
6 Lihat QS: al-Anbiya[21]: 5
7 Lihat QS: al-Muddatstsir[74]: 24-25
8 M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur‟an; Ditinjau dari Aspek, Isyarat Ilmiah, dan
Pemberitaan Ghaib, (Bandung: Mizan, 2003), h. 113
3
bahasa dan sastra, terutama dalam puisi dan retorika.9 Suatu tantangan hanya
berlaku apabila orang yang ditantang mempunyai kemampuan yang sama,
baik dalam hal bentuk maupun tingkatannya, dengan orang yang menantang.
Sebagaimana dikatakan oleh Nasr Hamid Abu Zaid bahwa mukjizat
para nabi selalu sesuai dengan karakteristik kebudayaan di mana ia
diturunkan. Misalnya salah satu mukjizat Nabi Musa as, yang berupa tongkat
yang dapat berubah menjadi ular. Kamampuan seperti itu disesuaikan dengan
karakteristik masyarakatnya ketika itu, di mana mereka sangat ahli dalam
bidang sihir.10
Begitu pula halnya dengan mukjizat Nabi Muhammad saw, yaitu Al-
Qur‟an. Al-Qur‟an sebagai firman Allah diturunkan dengan menggunakan
bahasa Arab yang merupakan salah satu bahasa manusia. Menurut Abdullah
Darraz, sebagaimana dikutip oleh Muhammad al-Ghazali, bahasa Al-Qur‟an
sebenarnya tidak berbeda dengan bahasa orang-orang Arab ketika itu, baik
dari segi kosakata maupun susunannya. Maka sangatlah keliru jika dikatakan
bahwa Al-Qur‟an itu diturunkan dengan kapasitas bahasa yang berada di luar
batas kemampuan bahasa mereka.11
Jika demikian halnya, maka sesungguhnya orang-orang Arab ketika
itu telah mempunyai kemampuan untuk memenuhi tantangan tersebut.
Namun mengapa mereka tidak mampu untuk menandingi keindahan bahasa
Al-Qur‟an dengan kemampuan bahasa yang mereka miliki. Malah sebaliknya
mereka membuat tuduhan-tuduhan palsu terhadap Al-Qur‟an dan Nabi
9 Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna Baru,
2003), jilid 1, h. 51-53 10
Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-Qur‟an; Kritik terhadap Ulumul Qur‟an,
terj. Khoiron Nahdiyyin, (Yogyakarta: LKIS, 2003), h. 170-171 11
Muhammad al-Ghazali, “Mukjizat Al-Qur‟an”, dalam buku Al-Qur‟an dan
Lailatul Qadar, terj. Imron Rasadi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2001), h. 148
4
Muhammad saw, bahkan mereka berusaha untuk membunuhnya.12
Bagaimana mungkin orang-orang Arab yang terkenal dengan keindahan
bahasa dan sastranya itu harus bertekuk lutut dihadapan ayat-ayat Al-Qur‟an
yang dibacakan oleh Nabi Muhammad saw. Inilah salah satu bukti
kemukjizatan Al-Qur‟an dalam aspek kebahasaannya.
Keindahan bahasa Al-Qur‟an telah menarik perhatian para ulama
sepanjang masa. Mereka telah melakukan kajian yang mendalam terhadap
aspek-aspek kebahsaan Al-Qur‟an, baik dari segi diksi, susunan, maupun
gaya bahasanya. Mereka berusaha untuk mengungkapkan karakteristik
bahasa Al-Qur‟an yang membedakannya dari teks-teks yang lain dan
membuatnya lebih unggul. Kemudian mereka menyusun buku-buku tentang
balaghah, I‟jaz, dan hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek kebahasaan
Al-Qur‟an yang luput dari pembahasan mereka.
Akibat pembelajaran yang terus menerus maka muncullah
perkembangan dalam ilmu Al-Qur‟an dan tafsir. Amin al-Khuli mencoba
memetakan kajian-kajian Al-Qur‟an ke dalam dua kategori besar: dirâsat mâ
fî Al-Qur‟ân nafsih dan dirâsât mâ hawl Al-Qur‟ân13
. Kategori yang pertama
menyangkut kajian-kajian yang berkenaan langsung dengan tema-tema dalam
Al-Qur‟an. Termasuk di dalamnya ialah aqsâm Al-Qur‟ân, amsâl Al-Qur‟ân,
jadal Al-Qur‟ân, ilm al-Qirâ‟ât, âm dan khâs. Sementara kategori yang
kedua adalah menyangkut pembahasan-pembahasan mengenai hal-hal luar
(hawl/ekstra teks) yang membantu dalam memahami atau menafsirkan Al-
Qur‟an itu dapat sampai kepada pembacanya. Termasuk di dalamnya adalah
Nâsikh-mansȗkh, ilm al-Munâsabah, Asbâb al-Nuzȗl, dan teori-teori lainnya.
12
Mereka telah menuduh Nabi Muhammad SAW, sebagai seorang penyair (sya‟ir),
penyihir (sahir), pendusta (kadzdzab), pelajar (mu‟allam), dan orang gila (majnun). Lihat
dalam QS: al-Anbiya‟[21]: 5, Shad[38]: 4, dan ad-Dukhan[44]: 14 13
Amin al-Khulli, Manhij al-Tajdīd fi al-Nahw wa al-Balāghah wa al-Tafsīr wa al-
Adab (Kairo: al-Hai‟ah al-Misriyyah al-„Ammah li al Kitb, 1995), h. 233.
5
Tingkat ketaatan setiap individu dalam menerima perintah dan
larangan dari Allah swt adalah berbeda-beda. Jiwa yang condong pada
kebaikan akan mudah menerima segala perintah dan larangan dari Allah swt,
namun jiwa yang condong pada keburukan akan sulit menerima segala
ketentuan Allah SWT, harus menempuh cara yang bisa membuat keingkaran
mereka runtuh agar dapat taat kepada segala perintah dan larangan Allah swt.
Qasam (sumpah) sebagai pengukuhan kalimat yang diselingi dengan bukti
konkrit dan dapat menyeret lawan untuk mengakui apa yang diingkarinya.14
Dalam berkomunikasi dengan orang lain dikehidupan sehari-hari,
apabila seseorang menyampaikan berita kepada orang lain dan si pendengar
ragu-ragu (kurang yakin) dengan berita itu, maka si pembawa berita akan
mengucapkan sumpah untuk meyakinkan si pendengar bahwa berita yang
dibawanya adalah benar. Tujuan lain diucapkannya sumpah adalah untuk
menunjukkan tingkat kepentingan berita yang dibawa.
Allah sering kali menyertakan sumpah pada berita-beritan-Nya dalam
Al-Qur‟an.15
Hal ini membuktikan bahwa Allah sangat menghargai audiens-
Nya agar mereka meyakini apa yang ada dalam Al-Qur‟an. Padahal Allah
sesungguhnya tidak membutuhkan sumpah dalam segala firman-Nya.
Lagipula jika ia seorang mukmin, tentu ia akan meyakini segala informasi
dalam Al-Qur‟an, sebaliknya jika ia kafir, maka apa pula faedah dari sumpah
itu, ia akan tetap kufur terhadap hidayah dan informasi itu.16
Aqsām Al-Qur‟an adalah salah satu aspek kajian Al-Qur‟an yang
penting, cabang dari ulm Al-Qur‟ân yang membahas ayat-ayat Al-Qur‟an
14
Manna Al-Qaththan, Mabahis fi Ulum Alquran, (Cet. X; Kairo: Maktabah
Wahbah, 1997 M/1417 H), h. 284. 15
„Aisyah „Abd al-Rahman, al-I‟jaz al-Bayani li al-Qur‟an wa Masail ibn al-
Azraq.(Kairo: Daral-Ma‟arif), h. 126. 16
Nasharuddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, h. 204
6
yang mengandung sumpah dan bagaiman faedahnya. Salah satu tujuan
diungkapkannya sumpah dalam mengiringi suatu berita adalah untuk
memperlihatkan tentang pentingnya berita tersebut.17
Meskipun Al-Qur‟an
berada atas kebenaran karena berasal dari yang Maha Benar (al-Hâqq)
namun bukan berarti Al-Qur‟an dengan sumpahnya itu ragu-ragu dalam
pemberitaanya, justru Al-Qur‟an menjawab keraguan para lawan bicara
dengan sumpah itu. Bedanya, manusia menggunakannya karena kekurangan
dan keterbatasannya, sulit sekali lepas dari kesalahan.18
Dalam konteks sumpah-sumpah Allah yang terdapat dalam Al-
Qur‟an, Allah bersumpah dengan seluruh isi jagad raya untuk
memberitahukan kepada seluruh manusia bahwa berita yang disampaikan-
Nya adalah benar dan penting. Disamping itu Allah swt hendak menunjukkan
tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya. Allah swt bersumpah tentang
dasar-dasar keimanan yang harus diketahui oleh makhluk, terkadang Allah
bersumpah tentang tauhid (pengesaan Allah), terkadang bersumpah bahwa
Al-Qur‟an adalah haq, bahwa Rasul-Nya adalah haq, terkadang bersumpah
tentang balasan, janji dan ancaman, dan terkadang pula bersumpah tentang
keadaan manusia.19
Kajian Aqsām Al-Qur‟an telah dimulai semenjak abad ke III Hijriyah,
ini ditandai dengan adanya karangan khusus tentang qasam oleh seorang
qurrā‟ ternama Damaskus, Ibn Zikwân20
(242 H) yang berjudul Aqsâm Al-
17
Jalāl al-Din al-Suyuti, Al-Itqan fi Ulum al-Qur‟ān (Beirut: Dār al-Fikr,2008), h.
486. 18
Nasharuddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, h. 203 19
Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah, at-Tibyan fi aqsam Al-Qur‟an (Beirut: Dar al-Fikr),
h.3 20
Abu Umar Abdullah ibn Ahmad ibn Busyair ibn Zikwān al-Dimisyqiy. Lahir
pada tahun 173 H dan wafat pada 242 H. Dia adalah salah satu perowi dari Imam Ibn „Amir
(118 H). Lihat Abdullah al-Qayyum al-Sindi, Shafahāt fi ilm al-Qirā‟at (Makkah
Mukarramah: Maktabah Imdādiyah, 2001), hlm. 231
7
Qur‟ân wa Jawâbuhâ.21
Baru pada Abad ke VIII H, Ibn Al-Qayyim Al-
Jauziyyah (691-751 H) memberikan perhatian terhadap kajian ini dan
menyusunnya dalam kitab khusus yang ia namai al-Tibyān fi Aqsām Al-
Qur‟an.22
Imam al-Suyȗtî hanya menyinggung kitab ini ketika masuk
pembahasan qasam dalam al-Itqân-nya, sehingga para pembaca menganggap
bahwa karangan khusus mengenai qasam Al-Qur‟an hanya itu saja. Atau
barangkali karena pembahasan dalam kitab Ibn Al-Qayyim dianggap telah
matang dan komplit dan menjadi rujukan dominan.
Daya tarik kajaian aqsām Al-Qur‟an tidak berhenti hanya sampai
pada “mata” Ibn Al-Qayyim. Ibn Tūlūn mencoba meringkas karangan Ibn
Al-Qayyim yang dinamainya dengan Khulāshat al-Tibyān fi Aqsām Al-
Qur‟an. Akan tetapi, karangan itu hanya berupa ringkasan dan karangan-
karangan setelahnya oleh pemikir modern-kontemporer hanya sedikit
menyinggung kajian aqsām Al-Qur‟an dalam makalah-makalah atau
pembahasan yang singkat dalam kitab-kitab mereka.23
Sehingga karangan Ibn
Qayyim dianggap sebagai kitab induk dalam kajian aqsām Al-Qur‟an yang
menjadi rujukan para ulama, yang juga dikategorikan sebagai tafsir bercorak
tematis tentang sumpah dalam Al-Qur‟an.
Diakui oleh para ulama bahwa kitab ini sebagai karangan satu-
satunya yang membahas secara komprehensif kajian aqsām Al-Qur‟an.
Mereka merujuk kepadanya dengan antusias dan menemukan banyak hal
yang tersembunyi sehingga tidak berani untuk menandingi pendekatan Ibn
Al-Qayyim.24
.
21
Abdullah ibn Sālim al-Batāti, Asaru Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah wa mā lahiqahā
min „amal al-Tibyān fi Aimān Al-Qur‟an, h. 12. 22
Abdullah ibn Sālim al-Batāti, Asaru Ibn al-Qayyim, h.29-31 23
Abdullah ibn Sālim al-Batāti, Asaru Ibn al-Qayyim, h 26 24
Abdullah ibn Sālim al-Batāti, Asaru Ibn al-Qayyim, h. 55.
8
Salah satu pokok kajian qasam dalam kitab at-Tibyan fi Aqsâm Al-
Qur‟an adalah mengenani muqasm bih dan muqsam „alaih. Dalam kitab al-
Tibyân, Ibn Al-Qayyim menjelaskan mengenai muqsam bih dan muqsam
„alaih. Ibn Al-Qayyim berpendapat bahwa ketika jawâb al-qasam (muqsam
„alaih) tersembunyi dan sengaja tidak disebutkan, ini dimaksudkan untuk
mengangungkan tema sumpahnya (ta‟zhîm muqsam bih).25
Dari penjelasan
Ibnu Qayyim ini memunculkan kritikik dari beberapa mufassir, yaitu:
1. Hamîd al-Dîn al-Farâhi. Menurut Farâhi, ta‟zhim al-muqsam bih
bukan menjadi pokok pembahasan melainkan hanya sisi lain dari
sumpah itu sendiri. Dengan demikian, bukan berarti semua sumpah
Allah itu harus dimaknai dengan pemuliaan dari muqsam bih itu
sendiri.26
2. Dilanjutkan dengan kehadiran „Ā‟isyah „Abd al-Rahman atau lebih
dikenal dengan Bint al-Syati‟ yang tidak memberlakukan ta‟zhîm
muqsam bih. Bint al-Syati‟ memandang bahwa penggunaan qasam
terhadap makhluk memiliki tujuan khusus, yakni berupa pengalihan
perhatian dari hal-hal yang indrawi atau konkrit guna menjelaskan
sesuatu yang abstrak atau gaib.27
Dari kritikan-kritikan tersebut maka sangat sesuailah jika penulis
ingin menyoroti penafsiran Ibn Al-Qayyim dalam kajian qasam dalam Al-
Qur‟an pada kitab tafsir al-Tibyân fî aqsâm Al-Qur‟ân.
Dalam kitab al-Tibyân, Ibn Al-Qayyim mula-mula menjelaskan
kaidah-kaidah dasar tentang kajian qasam. Ia membagi menjadi qasam
25
Lihat Ibn al-Qayyim, al-Tibyān Fi Aqsām al-Qur‟an, h 4 26
Hamîd al-Dîn al-Farâhi, Im’ân fî Aqsâm Al-Qur’ân, (India: Dâr al-mushonnifîn,t.t), h. 12
27 „A‟isyah „Abd al-Rahman, al-Tafsîr al-Bayâni li Al-Qur‟ân al-Karîm, Juz I (Cet.
VII; Kairo: Dar al-Ma‟arif, t.th), h. 166
9
menjadi dua, yaitu mudmar dan zâhir. Ia juga menetapkan lima jenis jawaban
bagi qasam: penetapan tauhid, penetapan akan kebenaran Al-Qur‟an,
kebenaran Rasul, kebenaran hari pembalasan, janji dan ancaman, dan untuk
menetapkan keadaan-keadaaan manusia, baik sifat-sifatnya, akibat dari sifat
manusia atau menjelaskan keadaan jiwa manusia.28
Ibn Al-Qayyim memiliki nama lengkap Syams al-Din Abu „Abd
Allah bin Muhammad bin Abu Bakr bin Ayyub bin Sa‟id bin Hariz al-Zar‟i.
Ayahnya memiliki gelar Al-Qayyim Al-Jauziyyah yang merupakan pengurus
Madrasah Al-Jauziyyah di Damaskus, yang didirikan oleh kakek buuyutnya
Hariz al-Zar‟I, sebuah madrasah beraliran Hanbali. Ia dibesarkan
dilingkungan madrasah dan keilmuan yang memadai. Tak heran ia kemudian
menjadi seorang ahli Fiqh, ahli Usul al-Fiqh, ahli Tafsir, ahli Bahasa Arab
ahli Ilmu Kalam dan Ilmu Hadis.29
Dalam bidang tafsir ia memiliki kitab, al-
Tafsir Al-Qayyim, al-Tibjyan fi al-Amsal al Qur‟an yang membahas
perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur‟an dan al-Tibya fi al-Aqsam al
Qur‟an membahas khusus ayat-ayat sumpah dalam Al-Qur‟an, yang
merupakan objek kajian pada penelitian ini.
Berdasarkan beberapa faktor yang telah penulis paparkan diatas,
maka penulis ingin melakukan penelitian terhadap tafsiran Ibn Al-Qayyim
Al-Jauziyyah terkait dengan penafsiran ayat-ayat sumpah dalam Al-Qur‟an
dengan judul “Qasam dalam Al-Qur‟an Prespektif Ibn Al-Qayyim Al-
Jauziyyah (Telaah kitab at-Tibyan fi Aqsam Al-Qur‟an)”
28
Ibn al-Qayyim, al-Tibyān Fi Aqsām al-Qur‟an, h. 4-7 29
Abu al-Fidā Ibn Hajar al-„Asqalāni, Al-Bidāyah wa Al-Nihayāh Juz 14 (Beirut:
Dar al-Fikr,tt), h.234.
10
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas terlihat beberapa masalah yang
dapat dikaji dalam tema “Qasam dalam Al-Qur‟an Prespektif Ibn Al-Qayyim
Al-Jauziyyah (Telaah kitab at-Tibyan fi Aqsam Al-Qur‟an)”:
1. Definisi qasam
2. Unsur-unsur qasam
3. Kaidah-kaidah qasam
4. Tujuan qasam
5. Perbedaan pendapat para ulama terhadap kedudukan muqsam bih
dalam sebuah sumpah
6. Metodologi penafsiran ayat-ayat qasam yang berbeda-beda
2. Pembatasan Masalah
Mengingat bahwa pembahasan tentang sumpah Allah di dalam Al-
Qur‟an cukup luas, maka pembahasan sumpah Allah akan difokuskan pada:
1. Menelaah pandangan Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah dalam
menafsirkan ayat-ayat qasam pada kitab at-Tibyan fi Aqsam Al-
Qur‟an
2. Menganalisis metodologi penafsiran Ibn Al-Qayyim Al-
Jauziyyah pada kitab at-Tibyan fi Aqsam Al-Qur‟an
Melihat banyaknya ayat-ayat qasam yang terdapat dalam Al-
Qur‟an maka peneliti membatasi pembahasan pada ayat-ayat qasam
yang terdapat dalam juz 29, hal ini dikarenakan muqsam bih pada
ayat-ayat qasam dalam juz 29 lebih beragam jenisnya. Ayat-ayat
qasam yang akan diteliti dalam juz 29 yaitu:
- surah al-Mursalat ayat 1-5 yaitu Allah besumpah dengan malaikat
11
- surah al-Qiyamah ayat 1-2 yaitu Allah bersumpah dengan hari kiamat
dan jiwa manusia
- surah al-Muddatstsir ayat 32-34 yaitu Allah bersumpah dengan bulan,
waktu malam dan subuh
- surah al-Haqqah ayat 38 yaitu Allah bersumpah dengan apa yang
dilihat oleh manusia
- surah al-Ma‟arij ayat 40 yaitu Allah bersumpah dengan tempat terbit
dan terbenamnya matahari
- surah al-Qalam ayat 2 yaitu Allah bersumpah dengan pena (qalm)
3. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, maka hal pokok
yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pandangan Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah dalam
menafsirkan ayat-ayat qasam pada kitab at-Tibyan fi Aqsam Al-
Qur‟an?
2. Bagaimana metodologi penafsiran Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah
pada kitab at-Tibyan fi Aqsam Al-Qur‟an?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pandangan tafsiran Ibn Al-Qayyim Al-
Jauziyyah pada kitab at-Tibyan fi Aqsam Al-Qur‟an
2. Untuk mengetahui metodologi penafsiran Ibn Al-Qayyim Al-
Jauziyyah pada kitab at-Tibyan fi Aqsam Al-Qur‟an
12
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, baik bagi peneliti sendiri maupun kepada pembaca, dan kepada
akademisi juga ummat islam pada umumnya. Secara spesifik penulisan ini
diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Manfaat akademik: memberikan sumbangan ilmiah terhadap
dinamika ilmu pengetahuan yang kian mengembang terutama dalam
bidang tafsir.
2. Manfaat praktis: memberikan informasi kepada umat islam tentang
pandangan dan metodologi penafsiran Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah
terhadap ayat-ayat qasam dalam kitab at-Tibyan fi Aqsam Al-Qur‟an.
E. KAJIAN PUSTAKA
Dalam penelitian literature, penulis menemukan beberapa karya yang
memiliki bahasan tetang sumpah dalam Al-Qur‟an antara lain:
1. Tujuan sumpah-sumpah Allah dalam Al-Qur‟an. Abdul
Hafidh, tahun 2006, tesis program Pasca Sarjana Perguruan
Tinggi Ilmu Al-Qur‟an (PTIQ). Penelitian ini bersifat library
research yang mana semua sumber data yang digunakan berasal
dari bahan tertulis yang berkaitan dengan permasalahan. Untuk
metodologi pendekatannya, Abdul Hafidh menggunakan
pendekatan Tafsir al-Maudhȗ‟î dan juga pendekatan filosofis,
yaitu pembaharuan yang menitik beratkan pada pengungkapan
hikmah dan pokok pikiran yang terkandung dalam satu pernyataan
atau teori. Dalam tesis ini Abdul Hafidh hanya memaparkan
tujuan dan makna sumpah Allah yang terdapat dalam Al-Qur‟an.
Kemudian menjelaskan definisi, urgensi, tujuan dan unsur-unsur
13
sumpah. Kemudian terdapat penjelasan mengenai kolerasi antara
muqsam bih dan muqsam „alaih. Persamaan penulis dengan
penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan metode maudhȗ‟î
dan mebahas unsur-unsur, definisi dan tujana sumpah.
Perbedaaannya, penelitian ini tidak mengkhususkan kepada
pemikiran salah satu tokoh, dan penelitian ini khusus membahas
tujuan sumpah.
2. Sumpah Allah dalam Al-Qur‟an (Telaah terhadap Sumpah
Allah yang berkenaan dengan waktu). Fidatin, Nim:
02.2.00.1.05.01.0142, tahun 2007, tesis Sekolah Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, konsentrasi Tafsir Hadits. Dalam
tesis ini penulis menjelaskan tentang wawasan sumpah dalam Al-
Qur‟an, kata-kata yang mempunyai makna sumpah dalam Al-
Qur‟an adalah qsam, hilf, yamin dan aliyah. Kemudian penulis
menjelaskan unsur-unsur sumpah, macam-macam sumpah dan
tujuan sumpah. Setlah mengkaji secara detai tentang sumpah
dalam Al-Qur‟an, penulis menjelaskan tentang pentingnya
memanfaatkan waktu dalam Islam, sehingga Allah bersumpah
dalam Al-Qur‟an dengan menggunakan waktu.30
Dalam tesis ini
terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan dibahas oleh
penulis, yaitu mengenai sumpah dalam Al-Qur‟an. Dan yang
berbeda dari penulisan ini adalah tesis ini menfokuskan pada
pembahasan sumpah Allah yang berkenaan dengan waktu dan
tidak mengkhususkan pendapat seorang tokoh mufassir,
sementara dalam pembahasan yang ingin dikaji oleh peneliti yaitu
sumpah Allah yang berada dalam juz 29 tanpa membatasi tema
30
Fidatin, Sumpah Allah dalam al-Qur‟an (Telaah terhadap sumpah Allah yang
berkenaan dengan waktu), Tesis Tafsir Hadits Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007, tidak diterbitkan.
14
sumpah tersebut, dan mengkhususkan pada pandangan Ibn Al-
Qayyim Al-Jauziyyah.
3. Qasam dalam Al-Qur‟an (Suatu Tinjauan Uslub Nahwiyah).
Amir, LINGUA vol.9 No.1, Juni 2014. Dalam jurnal ini penulis
menggunakan pendekatan uslub Nahwiyyah, karena istilah Qasam
termasuk juga salah satu bagian dari beberapa uslub yang ada
dalam bahasa Arab atau ilmu Nahwu. Sehingga yang menjadi inti
pembahasan dalam kajian ini adalah berkisar masalah Qasam
yang sangat relevan dengan istilah yang ada dalam ilmu Nahwu.31
Berbeda dengan pembahasan yang akan dikaji oleh peneliti yang
menggunakan pendekatan analisis pemikiran tokoh, yaitu Ibn Al-
Qayyim Al-Jauziyyah terhadap ayat-ayat sumpah yang terdapat
dalam juz 29.
4. Membuka Tabir Sumpah dalam Al-Qur‟an (Studi Analisis
Penafsiran „A‟isyah Bint Al-Syati‟ Tentang Ayat-Ayat
Sumpah). Muhammad Hasdin Has, Vol. 11. No 2 (2016). Dalam
jurnal ini dejelaskan bahwa hakikat qasam dalam al-Tafsir al-
Bayani terdiri dari dua aspek, yaitu etimologi dan terminologi.
Dari segi etimologi qasam bermakna sumpah yang benar berbeda
dengan kata half yang mengandung arti kebohongan sumpah dan
ketidaksungguhan si pengucapnya. Secara terminologi, qasam
adalah gaya bahasa dalam Al-Qur‟an yang menjelaskan makna
sebuah ayat dengan cara penalaran indrawi yaitu pengalihan
perhatian (lafitah) dari sesuatu yang dapat dirasakan (hissi)
kepada sesuatu yang abstrak. Bentuknya ada dua, yaitu sumpah
dengan huruf wau al-qasam dan sumpah dengan huruf la. Fungsi
31
Amir, Qasam dalam al-Qur‟an (Suatu Tinjauan Uslub Nahwiyah), Jurnal
LINGUA vol.9 No.1, Juni 2014
15
qasam dalam al-Tafsir al-Bayani telah beralih dari fungsi asalnya
yakni untuk mengagungkan atau memuliakan objek sumpah
menjadi sebuah retorika bayani yang bertujuan menganalogikan
antara muqsam bih dengan jawab al-qasam.32
Berbeda dengan
pembahasan yang akan dikaji oleh peneliti yang menganalisis
penafsiran Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah terhadap ayat-ayat
sumpah yang terdapat dalam juz 29.
5. Rahasia Sumpah Allah Dalam Al-Qur‟an, karya Hasan
Mansur Nasution, (Jakarta: Khazanah Baru, 2002). Buku ini
membahas sekitar unsur-unsur yang membentuk sumpah dan
menyingkap hikmah dibalik bentuk sumpah Allah dalam Al-
Qur‟an baik yang menggunakan lafadz Uqsimu maupun yang
diawali dengan huruf wawu. Ia tidak banyak membahas
pertentangan para mufassir mengenai komentarnya terhadap
berbagai permasalahan sumpah Allah itu sendiri karena lebih
menitik beratkan pembahasannya pada penafsiran dan hikmah
ayat-ayat sumpah tersebut.33
Perbedaannya dengan pembahasan
yang akan dikaji oleh peneliti yang menganalisis tafsiran Ibn Al-
Qayyim Al-Jauziyyah terhadap ayat-ayat sumpah yang terdapat
dalam juz 29 sedangkan persamaannya adalah sama-sama
membahas hikmah ayat-ayat sumpah.
32
Muhammad Hasdin Has, Membuka Tabir Sumpah dalam al-Qur‟an (Studi
Analisis Penafsiran „A‟isyah Bint Al-Syati‟ Tentang Ayat-Ayat Sumpah), Vol. 11. No 2
(2016) 33
Hasan Mansur Nasution, Rahasia Sumpah Allah Dalam al-Qur‟an, (Jakarta:
Khazanah Baru, 2002)
16
F. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan studi kepustakaan (library
research). Sumber data yang akan dianalisis berasal dari bahan tertulis,
yang berkaitan secara langsung atau tidak langsung dengan tema
pembahasan. Penelitian bersifat kualitatif, yakni penelitian yang
menekankan analisis pada proses penyimpulan dedukatif dan indukatif.
2. Pendekatan Penelitian
Karena obyek penelitian ini adalah ayat-ayat Al-Qur‟an yang
tergelar dalam berbagai surat dan terfokus pada satu tema, maka
penelitian ini menggunakan pendekatan tafsir tematik atau tafsir
maudhu‟i. Pendekatan lain yang akan digunakan adalah pendekatan studi
tokoh yaitu untuk menganalisis biografi dari mufassir tersebut dan
pendekatan historis dimaksudkan untuk mengetahui asbab an-nuzul Al-
Qur‟an karena hal ini akan memberi pengaruh dalam memahami teks Al-
Qur‟an.
3. Sumber Data
Dalam penelitian ini data akan dihimpun dari beberapa sumber
baik sumber primer maupun sekunder. Sumber primer antara lain: Al-
Qur‟an al-Karim yang dalam hal ini merupakan objek kajian utama,
termasuk kitab at-Tibyan fi Aqsam Al-Qur‟an yang merupakan karya
Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah. Juga buku-buku lainnya yang
membahas masalah ulum Al-Qur‟an maupun ilmu Tafsir yang secara
khusus membahas tentang qasam. Adapun sumber sekunder terdapat
pada kitab-kitab hadits dan buku-buku serta jurnal dan disertasi yang
17
memuat tentang penelitian ini sehingga mendukung pemahaman
terhadap bahasan pokok.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penulisan tesis ini
menggunakan metode yang disebut dengan metode dokumentasi yang
mencari data mengenai hal atau variable yang berupa tulisan atau
karya monumental dari seseorang, transkip, jurnal, buku, surat kabar,
dan lain sebagainya.34
Teknik ini merupakan penelaahan dari
referensi-referensi yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian.
5. Metode Analisis Data
Agar analisis data mencapai akurat dan tepat, maka digunakan
metode context analysis atau analisis isi, yakni cara sistematik untuk
menganalisis isi pesan, mengolah pesan dan mempertajam isi pokok
bahasan. Sementara untuk menulis data digunakan analisis tematik
dan analisis isi.
Dalam penelitian ini, metode penulisan yang penulis terapkan
adalah metode penulisan yang terdapat dalam “Buku Panduan
Penulisan Tesis dan Disertasi” yang diterbitkan oleh Program Pasca
Sarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan dan penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, dalam bab ini terdapat beberapa sub bab
yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan
34
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D), (Bandung:Alfabeta,2014) h.329
18
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian,
Sistematika Penulisan, injauan Kepustakaan.
BAB II QASAM DALAM AL-QUR‟AN, dalam bab ini membahas
defenisi qasam, unsur-unsur pembentuk sumpah Allah, macam-macam
sumpah dalam Al-Qur‟an, dan tujuan sumpah Allah.
BAB III IBN AL-QAYYIM AL-JAUZIYYAH DAN KITAB AT-
TIBYAN FI AQSAM AL-QUR‟AN, yang akan membahas Riwayat Hidup
Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah dan Perjalanan Intelektual, Metode dan
Corak Kitab At-Tibyan Fi Aqsam Al-Qur‟an, serta Kelebihan dan
Kekurangan Kitab At-Tibyan Fi Aqsam Al-Qur‟an.
BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN IBN AL-QAYYIM AL-
JAUZIYYAH TERHADAP AYAT-AYAT QASAM DALAM JUZ 29,
yang akan membahas tentang analisis redaksi ayat qasam dalam juz 29
serta penafsiran Ibn Al-Qayyim terhadap ayat-ayat qasam dalam juz 29
pada kitab at-Tibyan fi aqsam Al-Qur‟an.
BAB V PENUTUP Kesimpulan dan Saran
174
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari studi ini diperoleh beberapa temuan yang dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Ibn Qayyim al-Jauziyyah tidak membahas seluruh aspek yang
berkaitan dengan sumpah Allah (qasam). Hal-hal yang telah
dijelaskan dan disepakati oleh para ulama, tidak beliau bahas
kembali secara detail. Misalnya yang berkenaan dengan
pengertian qasam, beliau tidak menyebutkannya secara tegas.
Namun hal itu telah diisyaratkan dalam tujuan qasam yang beliau
berikan. Beliau mengatakan bahwa qasam itu terkadang
dimaksudkan untuk mempertegas sandaran sumpahnya. Dalam
kitab tafsirnya tersebut, beliau hanya membahas tentang isi
sumpah, lafal-lafal sumpah dan sandaran sumpah yang dimana ini
merupakan unsur-unsur sumpah Allah dalam Al-Qur’an.
2. Dalam kitab al-Tibyan fi Aqsam Al-Qur’an, Ibn Qayyim hanya
menafsirkan ayat-ayat yang membicarakan sumpah. Dalam hal ini
beliau menggunakan metode tafsir maudhu’i. dalam menafsirkan
ayat-ayat sumpah Ibn al-Qayyim mengutamakan penafsiran
dengan ayat Al-Qur’an pula, kemudian hadits, dan komentar para
sahabat dan tabi’in beliau paparkan secara rinci kemudian
memilih pendapat yang paling rajih menurut beliau dan
menghindari ra’yu pribadi tanpa dilandasi ilmu atau dalil-dalil
shahih. Penafsiran beliau dapat dimasukkan ke dalam kategori
tafsîr bil ma’tsȗr. Dalam penafsirannya beliau memiliki nuansa
175
ilmiah, khususnya yang berkaitan dengan ilmu astronomi, geologi,
biologi dan kedokteran. Namun penjelasan dari disiplin ilmu
tersebut hanya sebagai penjelasan pelengkap yang bertujuan untuk
menjelaskan bukti-bukti keesaan, kekuasaan dan kebasaraan
Allah.
B. Saran
Penelitian ini merupakan kajian sumpah Allah prespektif Ibnu
Qayyim, oleh karena itu ada beberapa catatan dan harapan yang
diinginkan:
1. Melihat pentingnya unsur-unsur sumpah untuk diketahui maka
disarankan untuk mempelajari dan mengkajinya guna menambah
keimanan kita akan pastinya semua kebenaran yang dibawa oleh
Al-aQur’an,
2. Kajian ini diharapkan dapat memberikan wawasan ilmu bagi
ummat tentang sumpah Allah dan menambah keimanan akan
pentingnya hal-hal yang disumpahi
3. Mengingat masih minimnya kajian tentang sumpah Allah, maka
diharapkan ada kelanjutan kajian kearah yang sempurna.
171
DAFTAR PUSTAKA
‘Abbas, Fadhl Hasan, Ghadzâ al-Janân bi Tsamar al-Jinân Ulȗm Al-Qur’ân, t.tp: Dâr an-
Nafâis, cet. Ke-I, 1427 H/2007 M.
‘Abd al-Rahman, ‘Aisyah, al-I’jaz al-Bayani li al-Qur’an wa Masail ibn al-Azraq.(Kairo:
Daral-Ma’arif)
‘Awad, Mahmud, Para Pemberontak di Jalan Allah; Ibn Hazm, Ibn Taimiyah, Rif’ah
ath-Thahthawi, Jamaluddin al-afghani, Abdullah an-Nadim, terj. Alimi
Abd al-Salman, Abd al-Azhim, Ibn Qayyim al-Jauziyyah, Atsaruhu wa Manhajuhu wa
Ara’uhu fi al-Fiqh wa al-Aqaid wa al-Tashawwuf, h. 78
Abdillah al-Husain bin Ahmad bin Khalawaih, Abu, I’râb Tsalâtsîn Sȗrah min Al-Qur’ân
Al-Karîm, Juz V, Beirut: Dâr asy-Syurȗq, cet. Ke-I, 1414 H/ 1993 M.
Abduh, Muhammad Tafsir Juz ‘Amma, ter. Muhammad Baqir, (Bandung: Mizan, 1999)
Abu Zaid, Bar ibn Abd Allah, Ibn Qayyim, Hayatuhu wa Atsaruh (Riyadh: Dar al Hilal,
1400 H/1980 M),
Adz-Dzahabi, Muhammad Husain, at-Tafsîr wa al-Mufassirȗn, Jilid II, Kairo: Maktabah
Wahbah, t.t.
Ahmad bin Faris bin Zakariyya, Mu’jam Maqâyis al-Lughah, juz.IV, Beirut: Dâr al-Fikr,
t.th
Ahmad, Yusuf Al-Hajj, Mausȗ’ah al-I’jâz al-‘Ilmiy fi Al-Qur’an Al-Karîm wa as-Sunnah
al-Muthahharah, Damaskus: Dâr Ibn Hajar, cet. Ke-II, 1424 H/2003 M
Ahmd, Hanafi, at-Tafsir al-‘ilmî li al-Ayât al-Kauniyyah fi Al-Qur’ân, Kairo: Dâr al-
Ma’ârif, cet. III, t.th
al Khalidi, Shalah Abdul Fattah, Kunci Berinteraksi dengan al Quran, terj. M. Misbah,
(Robbani Press, Jakarta, 2005)
al-‘Asqalāni, Abu al-Fidā Ibn Hajar, Al-Bidāyah wa Al-Nihayāh Juz 14 (Beirut: Dar al-
Fikr,tt), h.234.
al-Akk, Khalid Abdurrahman, Ushūl al-Tafsīr wa Qawā’iduhu (Beirut: Dār al-
Nafāis,1986)
Al-Alusi, Syihabuddin as-Sayyid Mahmud, Rȗh al-Ma’ânî fî Tafsîr Al-Qur’ân al-‘Azhîm,
Jilid XIV, Beirut: Dâr Ihya’ at-Turâts al-‘Arabiy, t.t
172
al-Ashfahani, Ar-Raghib , Mu’jam Mufradat Alfazh al-Qur’an, tahqiq: Nadim Mar’asyli,
(Beirut: Dar al-Fikr, tth)
al-Baidhâwi, As-Syairôzi , Tafsir Baidhâwi, (Beirut: Dârul Kutub, 2006), Jilid 2, h. 556
al-Batāti, Abdullah ibn Sālim, Asaru Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah wa mā lahiqahā min
‘amal al-Tibyān fi Aimān Al-Qur’an
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismai’il, Sahîh al-Buhkâri, Riyadh: Bait al-Afkâr ad-
Dauliyyah, 1419H/ 1998 M.
Al-Fattah, Muhammad Hatta, 40 Sumpah Terdahsyat; Mengungkap Rahasia Ayat-ayat
Sumpah Yang Terdahsyat Di Dalam Al-Qur’an, Jakarta: Mirqat, 2012
al-Hasyimi, Ahmad, Jawahir al-Balaghah fi al-Ma’ani wa al-Bayan wa al-Badi’,
(Beirut: Dar al-Fikr, 1994).
Al-Haufi, Ahmad, Ma’âni as-Samâ’ wa al-Ardh fi Al-Qur’ân, Kairo: Mu’assasah al-
Khalij Al-Arabi, t.th
Al-Humairi al-Yamani, Nasywan bin Sa’id, Syams al-‘Ulȗm wa Dawâ’ Kalâm al-‘Arab
min al-Kulȗm, Tahqîq Husein bin Abdullah al-‘Umri dkk, JUz VIII, Damaskus:
Dâr al-Fikr, 1999
Al-Jauziy, Muhammad, Zaad al-Masir fi ‘Ilmi at-Tafsir, Bairut, Dar al-Kitab al-‘Arabiy,
1422 H
al-Jauziyyah, Ibn Qayyim, Raudhah al-Muhibbin wa Nuzhah al-Muttaqin, (Beirut: Dar
al-Kutub al-Ilmiyyah, tt)
al-Jauziyyah, Ibn Qayyim, at-Tibyan fi aqsam Al-Qur’an (Beirut: Dar al-Fikr),
al-Jauziyyah, Ibn Qayyim, Zadul Ma’ad Bekal Perjalanan Akhirat , Terj. Amiruddin
Jalil,( Griya Ilmu, Jakarta, 2006), h. 16
al-Jawziyyah, Ibn al-Qayyim, I’lam al-Muwaqi’in ‘an Rabb al-‘Alamin (Beirut: Dar al-
Jalil,t.th)
al-Khulli, Amin, Manhij al-Tajdīd fi al-Nahw wa al-Balāghah wa al-Tafsīr wa al-Adab
(Kairo: al-Hai’ah al-Misriyyah al-‘Ammah li al Kitb, 1995),
Al-Mahalli, Jalaluddin, as-Suyuthi, Jalaluddin, Tafsir Jalalain, Kairo, Dar al-Hadits,
Al-Qaththan, Manna, Mabahis fi Ulum Alquran, (Cet. X; Kairo: Maktabah Wahbah,
1997 M/1417 H) Nasharuddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005)
173
Al-Qayyim, al-Jauziyyah, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim, Bairut, Dar wa maktabah al-Hilal,
1410 H
Al-Rawi, Kazim Fathi, Asâlib al-Qasam fi al-Lughah al-‘Arabiyyah, Baghdad:
Mathba’ah al-Jami’ah, 1977
al-Samarqandi, al-Darimi, Sunan al-Darimi, (Kairo: Dar al-Hayyan li al-Turats, 1987)
al-Sindi, Abdullah al-Qayyum, Shafahāt fi ilm al-Qirā’at (Makkah Mukarramah:
Maktabah Imdādiyah, 2001)
al-Suyuti, Jalāl al-Din, Al-Itqan fi Ulum al-Qur’ān (Beirut: Dār al-Fikr,2008)
Amir, Qasam dalam al-Qur’an (Suatu Tinjauan Uslub Nahwiyah), Jurnal LINGUA vol.9
No.1, Juni 2014
Anas, Malik, al-Muwaththa’ (kitab al-Syaib, 1951)
Ar-Razi, Muhammad Fakhruddin, Mafâtih al-Ghaib, Juz XXXI, Beirut: Dâr al-Fikr, cet,
ke-I, 1401 H/1981 M
Ar-Raziy, Fakhru ad-Din, Mafatih al-Ghaib, Bairut, Dar Ihya at-Taratsiy al-‘Arba’iy,
1420 H
ash-Shabuni, Muhammad Ali, Shafwatu at-Tafsir, (Kairo:Darul Fikr, 2001)
as-Salami, Muhammad Mukhtar, al-Qasam fi al-lughah wa fi al-Qur’an, (Kairo: Dar
Arab al-Islami, 1999)
As-Suyuthi, Al-Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an, (Beirut: Mu’assasah al-Kutub ats-Tsaqafiyah,
1996)
as-Suyuthi, Jalal ad-Din, Lubab an-Nuqul fi Asbab an-Nuzul dalam Tafsir Al-Qur’an al-
‘Azhim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1991),
Asy’ari, Ahmad Yasin, Studi Pemikiran Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyyah Tentang Risalah
alQada Umar bin Al-khattab Kepada Abu Musa al-Asy’ari dan Kontribusinya
Terhadap Praktik Peradilan , Tesis, IAIN Walisongo Semarang, 2013, h. 33
Ayazi, Muhammad Ali, al-Mufassirȗn Hayâtuhum wa Manhajuhum, Taheran: Maidân
Hasan Abâd, cet. Ke-I, t.t.
Chirzn, Muhammad, Permata Al-Qur’an, Ypgyakarta: Qirtas, cet. Ke-I, 2003
Dewan Redaksi Islam, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1994)
Dimjati, Djamaluddin, Menyingkap kebenaran Al-Qur’an, Solo: Tiga Serngkai, 2008
174
Fidatin, Sumpah Allah dalam al-Qur’an (Telaah terhadap sumpah Allah yang berkenaan
dengan waktu), Tesis Tafsir Hadits Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007, tidak diterbitkan.
Ghofur, Saiful Amin, Profil Para Mufassir Al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani, 2008.
H.A, Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, Cet. Ke II, 2000
Hamka, Tafsir al-Azhar, (Singapura: Kerjaya Printing Industries, 2003), j. 10, h.7750
Hasdin Has, Muhammad, Membuka Tabir Sumpah dalam al-Qur’an (Studi Analisis
Penafsiran ‘A’isyah Bint Al-Syati’ Tentang Ayat-Ayat Sumpah), Vol. 11. No 2
(2016)
Ibn Katsir, Al-Hafizh, Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim, (kairo: Dar al-Hadits, 2002
Ibn Qayyim al-Jauziyah, Miftah Dar al-Sa’adah wa Mansyur Wilayah al-Ilmu wa al-
Iradah, (Riyadh : Maktabah Riyadh al-Haditsah,tt).
Ibn Qayyim al-Jauziyah, Rislah Tauhid, La Taqfu Ma Laisa Laka Bihi ‘Ilm, Muhaqqiq
Muhammad Afifi, terj. Ibn Ibrahim, (Jakarta : Pustaka Azam, 2001)
Irawan, Prasetyo dkk. Metode Penelitian, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2009), hal.29
Isma’il, Muhammad Bakr , Dirasat fi ‘Ulum Al-Qur’an (Kairo: Dar al-Manar, 1991)
Jamal ad-Din, Abu al-Fadhl, Lisan al-Arab, (Kairo: Dar al-Hadits, 2003
Jar Hijazi, Aud Allah, Ibn Qayyim wa Maufiquhun min Tafkir al-Islam, (Kairo: Dar al-
Thaba’ah al-Muhammadiyah, 1380H/1980 M)
Khatibah, Penelitian Kepustakaan (Jurnal Iqra’, Volume 05. No 01, mei, 2011), hal.38
Mansur, Laily, Ajaran dan Teladan Para Sufi , Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, h.
222
Muhammad ‘Uwaidhah , Kamil, I’lam al-Fuqaha’ wa al-Muhadditsin: al-Imam al-
Hafizh Syams ad-Din Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah (Beirut: Dar al-Kutub al-
‘Ilmiyyah 1994)
Muhammad al-Bakr, Abu Barra’ Yusuf, Terjemah Mu’allif, dalam Ibn Qayyim al-
Jauziyyah, Ahkam al-Zimmah, (Damam Ramadi, 1418 H/1997 M)
Muhammad Amin, Ijtihad Ibn Taimiyah dalam Bidang Fiqih Islam, (Jakarta : INIS,
1991), h. 7-18
175
Munawwir, Ahamd Warson, al-Munawwir : Kamus Arab Indonesia, Surabaya: Penerbit
Pustaka Progessif 1997
n, (Jakarta: Cendikia Sentral Muslim, 2002)
Nashshar, Hussain, I’Jâz Al-Qur’ân; al-Qasam fi Al-Qur’ân al-Karîm, Kairo: Maktabah
ats-Tsaqâfah ad-Dîniyyah, cet. Ke-I, 1421 H/2001 M.
Nasution, Harun, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985)
Nasution, Hasan Mansur, Rahasia Sumpah Allah Dalam al-Qur’an, (Jakarta: Khazanah
Baru, 2002)
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 1995), hlm. 61.
Quthb, Sayyid , Tafsir Fi Zhilal Al-Qur’an, (Kairo: Dar al-Syuruq, 2007), h. 3791
Sabiq, As-Sayyid, Fiqh as-Sunnah, (Kairo: al-Fath al-I’lam al-‘Arabiy, 2004)
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Qur’an al-Karim; Tafsir atas surat-surat Pendek
Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999)
Shihab, Quraish, Lentera Hati, Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan, 1995),
h.28
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D), (Bandung:Alfabeta,2014) h.329
Syarf al-Din, Abd al-Azhim Abd al-Salam Ibn Qayyim al-Jauziyyah, Atsaruhu wa
Manhajuhu wa Ara’uhu fi al-Fiqh wa al-Aqaid wa al-Tashawwuf, (Kairo:
Maktabah al-Kulliyat al-Azhariyaah, 1387 H/1967 M) Dewan Redaksi Islam,
Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1994)
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,1988)
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000)
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al Quran, Al Quran dan Terjemahnya,
(Departemen Agama 1986) Muhammad bin Shaleh al Utsaimin, Pengantar Ilmu
Tafsir, Terj. Ummu Ismail, (Darus Sunnah Press, Jakarta, 2004)
Zamakhsyari, Al-Kasysyaf ‘An Haqaiq Ghawamid at-Tanzil, Bairut, Dar al-Kitab al-
‘Arabiy, 1407 H