DAFTAR PUSTAKA
Chalidah, Ellah Siti, 2005, Terapi Permainan Bagi Anak yang Memerlukan Layanan Pendidikan Khusus, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Delphie, Bandi, 2006, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam Setting Pendidikan Inklusi), Bandung: Refika Aditama.
Delphie, Bandi, 2006, Pembelajaran Anak Tunagrahita (Suatu Pengantar dalam Setting Pendidikan Inklusi), Bandung: Refika Aditama.
Desiningrum, Dinie Ratri, 2016, Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, Yogyakarta: Psikosain.
Dokumen pribadi, 2016, Profil SKh Negeri 01 Kota Serang, Serang: Dokumen pribadi.
Husamah, 2012, Kamus Penyakit Pada Manusia, Yogyakarta: CV Andi Offset.
Karneli, Yeni dan Suko Budiono, 2018, Panduan Penelitian Tindakan Bidang Bimbingan dan Konseling, Bogor: Graha Cipta Media.
Kustawan, Dedy dan Yani Meimulyani, 2013, Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya, Jakarta Timur: PT. Luxima Metro Media.
Lubis, Namora Lumongga, 2011, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Maemunah, Emun, Layanan Konseling Individual Pada Remaja Putus Sekolah, (Skripsi Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten 2017).
Muhtar, Muhammad Yamin, 2016, Aku ABK Aku Bisa Salat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mulyadi, 2016, Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta: Kencana.
Nurihsan, Acmad Juntika, 2012, Strategi Layanan Bimbingan & Konseling, Bandung: Redaksi Refika.
Rahardja, Djadja, 2003, Psikososial Anak Luar Biasa, Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Luar Biasa.
Rohmah, Nikmatur, 2018, Terapi Bermain, Jember: LPPM Universitas Muhammadiyah.
Rustini, Sinto, 2013, Tegak di Atas Kaki, Jakarta: Libri.
Satyanegara dkk, 2010, Ilmu Bedah Saraf, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Suparno, 2007, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Suwandi, Ate dan Asep Hidayat, 2013, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunanetra, Jakarta Timur: PT. Luxima Metro Media.
Tohirin, 2011, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wardani, I.G.A.K, Tati Hernawati dan Astati, 2007, Pengantar Pendidikan Luar Biasa, Jakarta: Universitas Terbuka.
Yusuf, Muri, 2014, Metode Penelitian, Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, Jakarta: Kencana.
Sumber Wawancara
Ernawati. 2018 “Wawancara Tentang Kondisi Anak Tunaganda”. Serang.
N. 2018. “Wawancara Tentang Identitas Anak Tunaganda”. Serang.
S. 2018 “Wawancara Tentang Identitas Anak Tunaganda”. Serang.
YL. 2018 “Wawancara Tentang Identitas Anak Tunaganda”.Serang.
Sadiah. 2018 “Wawancara Tentang Sejarah Singkat SKh Negeri 01 Kota Serang”. Serang.
Sumber Internet
Hardani, Yoga Rahayu. Pelaksanaan Konseling Individu Menggunakan Tekhnik Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) Untuk Meningkatkan Self Confidance Anak Berkelainan Fisik. (Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Raden Intan, 2017). http://repository.radenintan.ac.id/id/eprint/531. Diakses pada 29 September jam 06.00.
Septina, Amanda Dwi dan Karyono (2016). Pengalaman Pengambilan Keputusan Pada Panti Asuhan Cacat Ganda. Jurnal Empati, Vol 5, No. 2. H. 348. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati. Diakses pada hari rabu tanggal 7 November 2018 jam 11.00.
Taurisha, Ike. Penerimaan Orang tua yang Memiliki Anak Tunaganda. (Skripsi Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang, 2011),
http://eprints.umm.ac.id/id/eprint/31904. Diakses pada hari jumat tanggal 28 September 2018 jam 21.00.
Jannah, Dwi Roudlotul Jannah. Terapi Bermain Untuk Meningkatkan Konsentrasi Pada Anak Autis. (Skripsi Fakultas Ushuludin dan Dakwah. Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2017). http://eprints.iain-surakarta.ac.id/id/eprint/2288. Diakses pada hari sabtu tanggal 20 Apriljam 06.00.
Alice Zellawati, Alice (2011). Terapi Bermain Untuk Mengatasi Permasalahan Pada Anak. Jurnal Majalah Ilmiah Informatika Vol. 2, No. 3. H. 170-171. Fakultas Psikologi Universitas AKI.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Responden RA
Pendahuluan
Teknik Attending, Open Question dan Empati
Pada pertemuan pertama dalam proses konseling
individual, yang mana saya melakukan wawancara kepada
orang tua responden RA yang diwakili oleh Ibu N.
Adapun proses attending, open question dan empati pada
Ibu N adalah sebagai berikut:
Konselor : Assalamualaikum…
N : Waalaikum salam, (sambil berjabat
tangan dan mempersilahkan duduk)
Konselor : iya terimakasih Bu! (sambil tersenyum),
(dilanjutkan pertanyaan) bagaimana kabar
Ibu?
N : Alhamdulillah baik.
Konselor : RA bagaimana kabarnya? (menanyakan
kabar kepada responden dengan teknik
attending)
RA : (RA merespon dengan kedipan mata)
Konselor : (Menyampaikan maksud dan tujuan)
N : (Orang tua RA menyetujuinya)
Konselor : (Menanyakan profil responden, mulai dari
nama, usia, tempat tanggal lahir, alamat
dan nama orang tua serta pekerjaannya)
N : (Orangtua RA yang menjawab profil RA)
Konselor : Bagaimana cara komunikasi RA dalam
melaksanakan kegiatan sehari-hari?
N : RA kalau mau BAK BAB ia
dikomunikasikan dengan cara menangis,
kalau mau makan atau minum sudah ada
jadwalnya.
Konselor : Kalau boleh tau, kelainan yang diderita
RA itu apa saja Bu?
N : RA tidak bisa berjalan dan berbicara serta
kecerdasanya tidak seperti anak normal
pada umumnya. Pada awalnya ketika
melakukan terapi RA sudah bisa berjalan
dan sudah bisa naik tangga dengan pelan-
pelan, setelah tidak melakukan terapi
kondisinya mulai menurun.
Konselor : Kapan Ibu mengetahui RA mempunyai
kelambatan dalam perkembangannya?
N : Dari hamil sampai melahirkan tidak ada
masalah yang serius, akan tetapi ketika 10
hari pasca lahiran RA mengalami bilirubin
yang tinggi hingga dirawat sampai usia 2
tahun di Rumah Sakit. Mulai dari situ RA
mengalami kelambatan berjalan.
Konselor : Bagaimana perasaan Ibu ketika
mengetahui RA mengalami kelambatan
dalam perkembangannya?
N : Sedih, bingung ya serba salah harus
bagaimana.
Konselor : Saya dapat merasakan apa yang ibu
rasakan. (empati)
Inti
Teknik Directing (Mengarahkan), Melakukan terapi
Permainan
Dari permasalahan RA tersebut, yang mana
komunikasi yang dilakukan RA masih dengan cara
menangis ketika akan BAK dan BAB, sehingga saya
mencoba untuk membangun komunikasi dengan RA
dengan bantuan jangka panjang.
Konselor : (Memberikan contoh ketika ingin BAB
menepuk pantat. BAK menepuk perut.
Ingin makan dengan simbol tangan
seperti “ok”, yang mana jempol
digerakan seperti akan dimasukan
kedalam mulut. Ingin minum dengan
simbol tangan seperti cangkir.
RA : (RA mengikuti semua gerakan yang
dicontohkan)
K : (Melakukan terapi permainan dengan
bernyanyi sambil bertepuk tangan)
RA : (Merespon dengan ketawa dan gembira)
Konselor : (Melakukan terapi permainan
mengambil benda-benda di keranjang, di
mana konselor meminta responden RA
untuk mengambil alat-alat makan seperti
sendok dan responden mencari alat
tersebut di dalam keranjang).
RA : (RA mengikuti terapi permainan yang
telah diberikan konselor)
2. Responden RAS
Pendahuluan
Teknik Attending dan Open Question
Dalam proses konseling individual pada anak
tunaganda, saya melakukan wawancara langsung kepada
responden RAS dalam pelaksanaan konseling individual
ini. Responden RAS dapat berbicara, akan tetapi, ia masih
memiliki rasa kurang percaya diri. Adapun teknik
attending dan open question yang saya gunakan adalah
sebagai berikut:
Konselor : Assalamualaikum…
RAS : Waalaikum salam (sambil bersalaman)
Konselor : (Mulai memperkenalkan diri)
RAS : (Begitu pun sebaliknya)
Konselor : Bagaimana kabarnya?
RAS : Baik,,
Konselor : Kalau misalnya kakak bertanya
bagaimana kabarnya, jawabnya
Alhamdulillah luar biasa Allahu akbar,
bisa?
RAS : Bisa (dan mulai mengikutinya)
Inti
Teknik Directing (Mengarahkan), Terapi Permainan
RAS memiliki rasa kurang percaya diri, terlihat
ketika mendapatkan tugas dari Ibu/Bapak guru untuk
membacakan puisi untuk acara maulid Nabi Muhammad
SAW. RAS jarang mengikuti latihan yang telah
dijadwalkan oleh pihak sekolah. Sehingga saya
melakukan konseling individual pada responden RAS
Konselor : Hebat RAS diberikan tugas untuk
membaca puisi oleh ibu guru, (memberikan
apresiasi kepada responden). (melanjutkan
pertanyaan) ayo kita mulai latihan
membaca puisinya!
RAS : (diam)
Konselor : Anak cantik harus berani tidak boleh
malu, nanti ketika acara Maulid Nabi,
orang tua RAS melihat RAS naik ke
panggung, mamah RAS pasti bangga. Ayo
latihannya sama kakak, mau?
RAS : Iya ka.
Melatih membaca puisi, dengan suara yang
lantang dan dengan berbagai gerakan.
Konselor : Kita coba latihan di depan teman-teman
kelas ya!
RAS : (geleng-geleng)
Konselor : (membangun semangat). Kakak mau
tanya, RAS sudah besar nanti cita-citanya
mau jadi apa?
RAS : Dokter.
Konselor : Wahhh… pekerjaan yang mulia. Tugas
dokter apa sih?
RAS : Mengobati orang sakit.
Konselor : Dokter orangnya malu-malu tidak kalau
ketemu pasien?
RAS : (senyum)
Konselor : Nah kalau mau jadi dokter harus berani
tidak boleh malu. Siap jadi dokter?
RAS : Siap.
Konselor : Siap untuk latihan di depan teman-teman?
RAS : (senyum)
Konselor : (Memberikan arahan agar responden RAS
tidak malu untuk tampil membacakan puisi
di depan teman-teman kelasnya)
Konselor : Hebat sudah berani. (Memberikan
hiburan) kakak punya nyayian tepuk cinta.
RAS sudah tau?
RAS : Belum.
Konselor : Ayo kita nyanyi sama-sama.(Tepuk cinta,
kesatu aku cinta pada Allah, kedua aku
cinta Rasulullah, ketiga aku cinta pada
ayah dan bunda saudara seiman dan
seagama)
RAS : (Mengikutinya)
Selain melaksanakan kegiatan membaca puisi di
acara Maulid Nabi SAW. Responden RAS diberikan tugas
oleh guru kelas untuk berbelanja kebutuhan membuat
donat di supermarket, hal tersbeut dapat meningkatkan
kepercayaan dirinya.
Konselor : RAS tadi kamu disuruh cari bahan-bahan
apa?
RAS : Gula pasir ka.
Konselor : Sudah dapat gula pasirnya?
RAS : Belum ka.
Konselor : Ayo coba tanya sama pelayannya, dimana
gula pasirnya. (konselor mengarahkan)
RAS : (Mencoba memberanikan diri untuk
menanyakan gula pasir serta membawanya
kepada kasir untuk melakukan tarnsaksi).
Dari berbagai penugasan dan memberikan
motivasi, konselor mulai melakukan terapi permainan
dengan bermain peran.
Konselor : (Melakukan terapi permainan dengan
bermain peran di mana responden menjadi
seorang dokter dan konselor menjadi
pasiennya)
RAS : (RAS mulai mengikuti permainan
tersebut)
3. Responden RSN
Teknik Attending dan Open Question
Dalam proses konseling individual pada anak
tunaganda, saya melakukan wawancara langsung kepada
responden RSN dalam pelaksanaan konseling individual
ini. Responden RSN dapat berbicara, akan tetapi, ia
mempunyai rasa emosional yang tinggi serta kurangnya
tanggung jawab dalam melaksanakan ibadah salat.
Adapun teknik attending dan open question yang saya
gunakan adalah sebagai berikut:
Konselor : Assalamualaikum…
RSN : Waalaikum salam (sambil bersalaman)
Konselor : (Mulai memperkenalkan diri)
RSN : (Begitu pun sebaliknya)
Konselor : Bagaimana kabarnya?
RSN : Baik,,
Konselor : Kalau misalnya kakak bertanya
bagaimana kabarnya, jawabnya
Alhamdulillah luar biasa Allahu akbar,
bisa?
RSN : Bisa (dan mulai mengikutinya)
Inti
Teknik Directing (Mengarahkan), Terapi permainan
RSN memiliki sifat emosional yang tinggi dan
kurang memiliki rasa tanggung jawab dalam
melaksanakan ibadah salat. Hal tersebut dapat saya
ketahui dari orang tua RSN yang mengharapkan anaknya
bisa melakukan ibadah salat seperti anak-anak normal
pada umumnya.
Konselor : Kata Ibu, RSN masih suka marah-marah
ya?
RSN : (senyum dengan malu-malu)
Konselor : Sudah jadi kakak harusnya jangan marah-
marah, nanti adiknya mencontoh yang
tidak baik.
RSN : iya (sambil senyum malu)
Konselor : Coba kakak mau tanya. Allah SWT suka
tidak sama anak yang marah-marah?
RSN : Tidak.
Konselor : Mau dibenci oleh Allah?
RSN : Tidak mau.
Konselor : Kalau tidak mau, tidak boleh marah-
marah. Ketika sedang marah jangan lupa
baca istigfar dan langsung meminta maaf.
(Memberikan penguatan)
Konselor : Siap untuk melaksanakannya?
RSN : Siap.
Melaksanakan terapi permainan dengan
pendekatan konseling individual dalam melaksanakan
ibadah salat kepada responden RSN. Sebelum
melaksanakan ibadah salat, responden RSN diajarkan
dalam tatacara wudu.
Konselor : Sudah tau tatacara wudu dan bacaannya?
RSN : Sudah (dengan suara yang rendah)
Konselor : (Melakukan terapi permainan dengan
bernyanyi tepuk wudu, agar responden
cepat hafal urutan-urutan wudu sambil
bernyanyi)
RSN : (Mulai mengikutinya dengan senang dan
gembira)
Konselor : Sudah hafal doa-doa wudunya?
RSN : Belum.
Konselor : (memberikan pengajaran doa-doa wudu
dari mulai niat sampai doa setelah wudu)
Dilanjut dengan tatacara melaksanakan ibadah
salat yang diawali dengan memutar video berupa gerakan
salat duduk, memasang poster atau gambar gerakan salat
serta bacaannya dan memberikan contoh supaya
responden lebih familier terhadap gerakan-gerakan salat.
LAMPIRAN
Konseling Individual dengan Terapi Permaian pada Responden RA
Konseling Individual dengan Terapi Permainan pada Responden RAS
Melakukan transaksi di supermarket untuk dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri pada responden RAS
Konseling Individual dengan Terapi Permainan pada Responden RSN
Pembelajaran ibadah salat dengan memasang poster atau bacaan salat
Terapi permainan menggambar
Terapi Permainan Olahraga Senam