ANALISIS KEGAGALAN HANDOVER (SAAT PERALIHAN
FREKUENSI) PADA SISTEM Code Division Multiple Access
(CDMA) AREA SEMARANG KOTA
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi strata 1
Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Disusun oleh :
Nama : SUPRI PURWO PUTRO
NIM : 5301401005
Prodi : S-1 Pendidikan Teknik Elektro
Jurusan : Teknik Elektro
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Analisis Kegagalan Handover (saat peralihan frekuensi)
Pada Sistem Code Division Multiple Access (CDMA) Area Semarang Kota”,
telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Teknik
Elektro Universitas Negeri Semarang yang diselenggarakan pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 14 Maret 2006
Ketua Sekretaris
Drs. Djoko Adi Widodo, M. T Drs. Suryono M. TNIP. 131 570 064 NIP. 131 474 228
Pembimbing I Penguji I
Ir. Ulfah Mediaty Arif, M. T Ir. Ulfah Mediaty Arif, M. TNIP. 132 205 929 NIP. 132 3205 929
Pembimbing II Penguji II
Dhidik Prastiyanto S. T, M. T. Dhidik Prastiyanto S. T, M. TNIP. 132 307 268 NIP. 132 307 268
Penguji III
Tatyantoro Andrasto, S. T, M. TNIP. 132 232 153
Dekan
Prof. Dr. Soesanto, M. PdNIP. 130 875 753
iii
ABSTRAK
Bersamaan dengan meningkatnya kebutuhan jasa telekomunkasimengakibatkan alokasi frekuensi yang tersedia semakin padat. Berbagai upayatelah dilakukan untuk memecahkan permasalahan diatas, seperti dengan sistemkomunikasi akses jamak FDMA dan TDMA. Tetapi, kapasitas pemakai yangdimiliki oleh kedua sistem tersebut relatif terbatas. Code Division Multiple Access(CDMA) merupakan teknologi digital selular terbaru menggunakan sistempengkodean yang unik, menjamin keamanan tinggi dan memiliki spektrum yangbesar. Pada komunikasi bergerak, para pelanggan memiliki tingkat mobilitas yangtinggi. Ada kemungkinan pelanggan bergerak dari satu sel menuju sel lain yangmemakai pasangan frekuensi yang berbeda ketika sedang terjadi percakapan.Untuk menjamin bahwa pembicaraan akan terus tersambung diperlukan fasilitashandoff, sehingga pembicaraan dijamin akan terus tersambung tanpa perlumelakukan pemanggilan ulang kembali atau inisialisasi ulang.
Dalam penelitian ini diambil sampel untuk Base Transceiver Station (BTS)Simpang Lima – UNNES, dengan mengambil data Hard Handover dan SoftHandover yang diperoleh dari PT. TELKOM Flexi Semarang. Penelitian inidigunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang terjadi anarajumlah panggilan (call_attempt) terhadap tingkat kegagalan Handover danbesarnya pengaruh tersebut. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini AnalisisRegresi Sederhana dan Analisis Korelasi Sederhana.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapatpengaruh positif dan nyata antara jumlah panggilan (call_attempt) terhadaptingkat kegagalan Hard Handover dan Soft Handover. Pada Hard Handover, ), halini dibuktikan dari perhitungan hasil penelitian yaitu t hitung (5,871) > t tabel(2,306), dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, artinya jika jumlahpanggilan (call_attempt) semakin besar maka tingkat kegagalan (fail) juga akansemakin besar. Hasil perhitungan dalam penelitian menunjukkan nilai rata-ratakegagalan Hard Handover setiap harinya sebesar 50,28 %, hal ini dapatdipengaruhi oleh faktor jumlah call_attempt. Hasil perhitungan dalam penelitianjuga menunjukkan nilai koefisien determinasinya sebesar 0,812, yang berartipengaruh jumlah panggilan (call_attempt) terhadap kegagalan (fail) pada HardHandover sebesar 81,2 % dan sisanya 18,8 % dipengaruhi oleh faktor lain. PadaSoft Handover, hal ini dibuktikan dari perhitungan hasil penelitian yaitu t hitung(4,347) > t tabel (2,306), dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, artinyajika jumlah panggilan (call_attempt) semakin besar maka tingkat kegagalan (fail)juga akan semakin besar. Hasil perhitungan dalam penelitian menunjukkan nilairata-rata kegagalan Soft Handover setiap harinya sebesar 0,34 %, hal ini dapatdipengaruhi oleh faktor jumlah call_attempt. Hasil perhitungan dalam penelitianjuga menunjukkan nilai koefisien determinasinya sebesar 0,702, yang berartipengaruh jumlah panggilan (call_attempt) terhadap kegagalan (fail) pada SoftHandover sebesar 70,2 % dan sisanya 29,8 % dipengaruhi oleh faktor lain.
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
“Tujuan akhir bukanlah segala-galanya, tetapi proses
mencapai tujuanlah yang lebih penting”.
“Jalan terbaik untuk keluar dari kesulitan adalah
menghadapinya dan mengatasinya”
Pengalaman membuat kita dapat mengenali kembali
suatu kesalahan kesalahan ketika kita melakukannya
lagi (Franklin F. Jones).
Kupersembahkan skripsi ini kepada :
∗ Allah Subhanahu wa ta’ala.
∗ Kedua orang tua tercinta.
∗ Kemajuan ilmu pengetahuan di Kampus
Teknik Elektro UNNES.
∗ Almamaterku.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat serta hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS
KEGAGALAN HANDOVER (SAAT PERALIHAN FREKUENSI) PADA
SISTEM CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) AREA
SEMARANG KOTA ”.
Namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa dengan keterbatasan
pengetahuan masih diperlukan sarana dan prasarana untuk untuk kesempurnaan
tulisan ini. Kemudian semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini baik
dalam bentuk moril maupun materiil, terutama kepada :
1) Bapak Drs. Djoko Adi Widodo, M. T, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan kepada penulis
untuk menyusun skripsi ini.
2) Ibu Ir. Ulfah Mediaty Arif, M. T dan Bapak Dhidik Prastiyanto, S. T, M. T,
selaku dosen pembimbing I dan II yang dengan penuh kesabaran telah
membimbing dan memberi pengarahan sehingga tersusun skripsi ini.
3) Segenap bapak/Ibu dosen maupun staf jurusan Teknik Elektro Universitas
Negeri Semarang.
4) Bapak Sutrisno, selaku pembimbing lapangan di PT. TELKOM Flexi
Semarang
5) Bapak, Ibu, adik dan saudara yang telah memberi dukungan baik berupa
materiil maupun spiritual.
vi
6) Bapak Satriyo, Ibu Wiwiek, Raisha, dan Gazza yang telah meberikan bantuan
atau dukungan, dan doanya
7) Teman kuliah PTE angkatan 2001 maupun teman sejawat yang dengan
keberadaannya turut membantu terselesaikannya penyusunan skripsi,
khususnya Eko (mondol’z), Daniel (ponyo), Suhernadi (Bang Syuaib)
Rohmadi (jimad), Patrick, Supriyanto, Teghil, dan Sri Handayani yang saya
cintai dan sayangi.
8) Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan atau dorongan dan doanya bagi penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan, terutama
bagi Universitas Negeri Semarang dan mohon maaf atas segala bentuk
kekurangannya.
Semarang, Februari 2006
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
I. 1 Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
I. 2 Identifikasi Masalah ........................................................... 4
I. 3 Pembatasan Masalah .......................................................... 5
I.4 Rumusan Masalah .............................................................. 5
I. 5 Tujuan Penelitian................................................................ 6
I.6 Manfaat Penelitian.............................................................. 6
I.7 Penegasan Istilah ................................................................ 6
viii
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 9
II. 1 Konsep Selular ................................................................... 9
II. 2 Sifat-sifat Code Division Multiple Access (CDMA) ............ 11
II. 3 Sistem Pancar Terima CDMA ............................................ 14
II. 4 Handover (saat peralihan)................................................... 16
II. 4. 1 Tipe Handover...................................................... 17
II. 4. 2 Soft Handover dan Hard Handover ....................... 19
II. 5 Proses Handover ................................................................ 22
II. 5. 1 Network Controlled Handover (Hard Handover) 23
II. 5. 2 Mobile Controlled Handover (Soft Handover) ... 24
II. 6 Peningkatan Kapasitas dan Handover Overhead ................. 27
II. 7 Perbaikan Performansi karena Soft Handover ..................... 33
II. 8 Faktor Kegagalan Handover pada sistem Code Division
Multiple Access (CDMA) ................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 36
III. 1 Metode Penelitian............................................................... 36
III. 2 Metode Pengumpulan Data................................................. 38
III. 3 Klasifikasi Data .................................................................. 39
III. 4 Metode Analisis Data ......................................................... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 43
IV. 1 Hard Handover Code Division Multiple Access (CDMA)... 43
ix
IV. 1. 1 Analisis Regresi Linier Sederhana........................ 45
IV. 1. 2 Analisis Korelasi Linier Sederhana ..................... 48
IV. 2 Soft Handover Code Division Multiple Access (CDMA) .... 49
IV. 2. 1 Analisis Regresi Linier Sederhana........................ 52
IV. 2. 2 Analisis Korelasi Linier Sederhana ..................... 54
BAB V PENUTUP................................................................................... 57
V. 1 Kesimpulan ........................................................................ 57
V. 2 Saran .................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 59
LAMPIRAN – LAMPIRAN ......................................................................... 60
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. 1 Perkembangan mobile communications .................................. 2
Gambar 1. 2 Perbandingan sistem FDMA, TDMA, dan CDMA ................. 3
Gambar 2. 1 Konsep Selular Code Division Multiple Access (CDMA) ....... 11
Gambar 2. 2 Direct-sequence transmitter ................................................... 14
Gambar 2. 3 Direct-sequence receiver........................................................ 14
Gambar 2. 4 Mekanisme Handover ............................................................ 17
Gambar 2. 5 Fraksi peningkatan kapasitas CDMA dengan Soft Handover .. 29
Gambar 2. 6 Daerah Soft Handover ............................................................ 30
Gambar 2. 7 Contoh threshold Handover ................................................... 30
Gambar 2. 8 Distribusi kumulatif (full rate) kanal forward dengan dan
tanpa proses Soft Handover dari dua sel CDMA..................... 34
Gambar 3. 1 Diagram alir penelitian........................................................... 42
Gambar 4. 1 Grafik pengamatan success & fail pada Hard Handover......... 44
Gambar 4. 2 Grafik linier hubungan pengaruh antara jumlah panggilan
(call_attempt) terhadap tingkat kegagalan .............................. 45
Gambar 4. 3 Grafik polynomial hubungan pengaruh antara jumlah panggilan
(call_attempt) terhadap tingkat kegagalan .............................. 46
Gambar 4. 4 Success Soft Handover ........................................................... 51
Gambar 4. 5 Grafik linier hubungan antara jumlah panggilan (call_attempt)
terhadap tingkat kegagalan ..................................................... 52
Gambar 4. 6 Grafik polynomial hubungan pengaruh antara jumlah panggilan
(call_attempt) terhadap tingkat kegagalan .............................. 53
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2. 1 Pengontrolan daerah Soft Handover menggunakan nilai threshold 31
Tabel 4. 1 Data Kegagalan Hard Handover ................................................. 43
Tabel 4. 2 Data kegagalan Soft Handover.................................................... 50
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data BTS Flexi ......................................................................... 61
Lampiran 2. Coverage Interference ............................................................... 62
Lampiran 3. Data Hard Handover................................................................. 63
Lampiran 3. Data Soft Handover ................................................................... 68
Lampiran 4. Analisis regresi Antara Pengaruh Jumlah panggilan
(call_attempt) terhadap Tingakat Kegagalan Hard Handover.... 78
Lampiran 5. Analisis regresi Antara Pengaruh Jumlah panggilan
(call_attempt) terhadap Tingakat Kegagalan Soft Handover ...... 80
Lampiran 6. Nilai JGK Persamaan Linier dan Polynomial............................. 81
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, penggunaan sistem komunikasi radio berkembang
dengan pesat, seiring dengan peningkatan kebutuhan jasa telekomunikasi
bagi masyarakat modern. Hal ini mengakibatkan alokasi frekuensi radio
yang tersedia semakin lama akan semakin padat. Kondisi demikian ini
akan dapat menyebabkan permintaan hubungan komunikasi yang sangat
besar tidak bisa dilayani melalui jaringan yang berbasis lintas radio.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk memecahkan permasalahan
diatas, seperti dengan sistem komunikasi akses jamak Frequency Division
Multiple Access (FDMA) dan Time Division Multiple Access (TDMA).
Tetapi, kapasitas pemakai yang dimiliki oleh kedua sistem tersebut relatif
terbatas. Dengan adanya kecenderungan umum yang dapat diamati, maka
timbul rencana multiple-access. Dari Frequency Division Multiple Access
(FDMA) menjadi Time Division Multiple Access (TDMA) dan Code
Division Multiple Access (CDMA). Pengembangan TDMA dan CDMA
sebagai jawaban terhadap tantangan dalam dunia telekomunikasi, terutama
dalam pemanfaatan frekuensi secara efisien dan layanan fleksibilitas.
Disamping itu juga mampu untuk mengakomodasi jasa, salah satu yang
utama adalah masa depan komunikasi multimedia. Untuk lebih jelas dalam
2
perkembangan teknologi komunikasi dapat dilihat pada gambar 1. 1
Perkembangan mobile communications :
Sumber : TDD-CDMA for wireless communications.
Gambar 1. Perkembangan mobile communications.
Dalam sistem Frequency Division Multiple Access (FDMA), seorang
pengguna berada pada sebagian dari suatu bidang frekuensi yang mana
memancarkan informasinya dan melihara jangka waktu untuk koneksi.
Dalam sistem Time Division Multiple Access (TDMA), suatu bidang
frekuensi dibagi oleh beberapa pengguna yang menggunakan saluran untuk
transmisi tentang informasi pada interval waktu tertentu. Dalam suatu
sistem Code Division Multiple Access (CDMA), banyak para pemakai
menggunakan bidang frekuensi yang sama, dan dibedakan di penerima
dengan suatu kode penyebaran/spreading yang unik. Hal ini dapat dilihat
pada gambar 1. 2 Perbandingan sistem FDMA, TDMA, dan CDMA :
3
Sumber : TDD-CDMA for wireless communications.
Gambar 1. 2 Perbandingan sistem FDMA, TDMA, dan CDMA.
Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan teknologi digital
selular terbaru menggunakan sistem pengkodean yang unik, menjamin
keamanan tinggi dan memiliki spektrum yang besar.
Pada komunikasi bergerak, para pelanggan memiliki tingkat mobilitas
yang tinggi. Ada kemungkinan pelanggan bergerak dari satu sel menuju sel
lain yang memakai pasangan frekuensi yang berbeda ketika sedang terjadi
percakapan. Untuk menjamin bahwa pembicaraan akan terus tersambung
diperlukan fasilitas Handover, sehingga pembicaraan dijamin akan terus
tersambung tanpa perlu melakukan pemanggilan ulang kembali atau
inisialisasi ulang. Handover merupakan suatu karakteristik dari mobile
networks. Pengaruh dari Handover pada Quality of Service (QoS) adalah
sebanding dengan jumlah intensitasnya. Sel yang kecil dan mobilitas
pemakai yang lebih tinggi meningkatkan intensitas Handover dan
pengaruh pada nilai Quality of Service (QoS) secara signifikan.
4
Akan tetapi mekanisme terjadinya Handover tidak semudah seperti
yang diperkirakan. Terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan
mekanisme Handover gagal. Dengan adanya hal ini peneliti bermaksud
untuk mengetahui bagaimana proses Handover dapat terjadi dan pengaruh
antara jumlah panggilan (call_attempt) terhadap tingkat kegagalan
Handover.
I. 2 Identifikasi Masalah
Handover, yaitu proses otomatis pergantian frekuensi ketika Mobile
Station (MS) bergerak menuju suatu daerah atau sel yang mempunyai
kanal dengan frekuensi berbeda dengan sel sebelumnya, sehingga
komunikasi dapat terus berlangsung tanpa perlu proses inisialisasi ulang.
Pada kenyataannya proses Handover tidak semudah yang
dibayangkan, hanya dengan cara berpindah menyesuaikan dengan
frekuensi sel daerah yang dituju. Tetapi proses Handover harus melalui
berbagai proses, disamping banyak juga faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kegagalan Handover. Hal ini menjadikan suatu
permasalahan tersendiri yang perlu dikaji, sehingga peneliti bermaksud
untuk mengkaji masalah-masalah tersebut. Dengan dapat diketahuinya
permasalahan yang terjadi, maka diharapkan faktor kegagalan pada saat
Handover dapat diketahui dan kegagalan yang terjadi pada saat Handover
dapat ditekan seminimal mungkin.
5
I. 3 Pembatasan Masalah
Banyaknya permasalahan yang terjadi pada Handover (peralihan
frekuensi) sistem Code Division Multiple Access (CDMA) seperti : fading,
interferensi, penetapan jumlah kanal, diversitas, performansi transmisi, dan
sebagainya, maka agar penelitian ini lebih terarah diperlukan adanya
pembatasan masalah.
Adapun dalam penelitian ini, permasalahan akan dibatasi pada
pengaruh jumlah panggilan (call_attempt) terhadap tingkat kegagalan
Handover pada proses Handover. Area yang akan dijadikan sebagai objek
penelitian adalah Base Transceiver Station (BTS) Simpang Lima dan
Universitas Negeri Semarang (UNNES). Penelitian ini dilaksanakan
berdasarkan data-data yang diperoleh di PT. TELKOM Flexi Semarang.
I. 4 Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1) Berapa tinggi pengaruh jumlah panggilan (call_attempt) terhadap
tingkat kegagalan Hard Handover pada sistem Code Division Multiple
Access (CDMA) ?
2) Berapa tinggi pengaruh jumlah panggilan (call_attempt) terhadap
tingkat kegagalan Soft Handover pada sistem Code Division Multiple
Access (CDMA) ?
6
I. 5 Tujuan Penelitian
Beberapa tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian yang
akan dilakukan ini, antara lain :
1) Untuk mengetahui proses terjadinya Handover pada sistem Code
Division Multiple Access (CDMA).
2) Untuk mengetahui pengaruh jumlah panggilan (call_attempt) terhadap
tingkat kegagalan Hard Handover dan Soft Handover.
I. 6 Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang akan
dilakukan ini adalah sebagai berikut :
1) Dapat mengetahui proses terjadinya Handover pada sistem Code
Division Multiple Access (CDMA).
2) Dapat mengetahui pengaruh jumlah panggilan (call_attempt) terhadap
tingkat kegagalan Hard Handover dan Soft Handover.
3) Hasil penelitian ini dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan
bidang elektronika khususnya bidang ilmu komunikasi dalam sistem
selular Code Division Multiple Access (CDMA).
I. 7 Penegasan Istilah
Untuk memberikan gambaran yang jelas serta agar tidak terjadi salah
tafsir dalam penelitian yang berjudul Analisis Kegagalan Handover
(saat peralihan frekuensi) pada Sistem Code Division Multiple Access
7
(CDMA) Area Semarang Kota ini, maka diperlukan penegasan istilah
sebagai berikut :
1) Analisis
Analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991 : 37) adalah
penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan
sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab
duduk perkara dan sebagainya).
Analisis yang dimaksudkan di sini adalah penyelidikan terhadap Handover
(saat peralihan frekuensi) untuk mengetahui proses dan faktor-faktor yang
dapat menyebabkan kegagalan Handover.
2) Kegagalan
Kegagalan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002 : 426) adalah
ketidakberhasilan mengenai sesuatu hal.
3) Handover (saat peralihan frekuensi)
Handover adalah proses otomatisasi pergantian frekuensi ketika Mobile
Station (MS) bergerak ke dalam daerah atau sel yang mempunyai kanal
dengan frekuensi berbeda dengan sebelumnya, sehingga pembicaraan akan
terus berlangsung tanpa perlu melakukan pemanggilan kembali atau
inisialisasi ulang (Gatot Santoso, 2004: 7).
4) Pada sistem Code Division Multiple Access (CDMA)
Sistem Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu
sistem selular digital yang menggunakan pita frekuensi 824-849/869-894
MHz (Hector J. De Los Santos, 2002 : 9).
8
5) Area Semarang Kota
Tempat penelitian yang ditujukan di sini adalah wilayah Semarang Kota,
khususnya mengambil sampel untuk Base Transceiver Station (BTS)
Simpang lima – UNNES.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Konsep Selular
Menurut Gatot Santoso (2004 : 1) ditinjau dari segi daerah
jangkauan (coverage), maka sistem komunikasi bergerak dapat dibedakan
menjadi dua macam :
1) Sistem Konvensional (Large Zone)
Pada sistem ini Base Station (BS) melayani wilayah yang sangat luas
dengan radius 40 km. Keuntungan dari sistem ini adalah relatif mudah
dalam hal switching, charging, dan transmisi. Sedangkan
kekurangannya :
• Kesanggupan pelayanan terbatas
Daya yang dipancarkan harus besar dan antena harus tinggi. Selain
itu area pelayanan dibatasi oleh kelengkungan bumi. Ketika
pelanggan sedang melakukan pembicaraan dan keluar dari suatu
wilayah pelayanan, maka pembicaraan terputus karena tidak
memiliki fasilitas Handover dan harus dilakukan inisialisasi ulang.
• Unjuk kerja pelayanan yang kurang baik
Sistem konvensional ini hanya memiliki jumlah kanal yang sedikit,
sehingga blocking menjadi besar.
10
• Tidak efisien dalam penggunaan bandwidth
Tidak menggunakan pengulangan frekuensi sehingga jumlah kanal
yang dialokasikan pada setiap sel akan sangat kecil.
2) Sistem Selular (Multi Zone)
Dalam sistem ini pelayanan dibagi menjadi daerah-daerah yang lebih
kecil disebut sebagai sel dan setiap sel dilayani oleh sebuah Radio
Base Station (RBS). Antara Radio Base Station (RBS) masing-masing
sel saling terintegrasi dan dikendalikan oleh suatu Mobile Switching
Centre (MSC). Prinsip dasar dari arsitektur sistem selular adalah :
• Pemancar mempunyai daya pancar yang rendah dan cakupan yang
kecil.
• Menggunakan prinsip penggunaan kembali frekuensi (frequency
reuse).
• Pemecah sel (cell splitting) pada sel yang telah jenuh dengan
pelanggan.
Sistem ini memiliki banyak keuntungan dibandingkan sistem
konvensional, yaitu :
• Kapasitas pelanggan lebih besar.
• Efisien dalam penggunaan pita frekuensi karena memakai prinsip
pengulangan frekuensi.
• Kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap kepadatan lalu lintas
atau traffic karena sel dapat dipecah.
• Kualitas pembicaraan baik karena tidak sering terputus.
11
• Kemudahan bagi pemakai.
Konsep sistem selular adalah suatu sistem tanpa kawat (wireless)
yang dirancang dengan pembagian suatu area besar ke dalam beberapa sel
kecil dengan pemancar yang tinggi, pemancar yang rendah pada setiap sel,
dan pengulangan frekuensi dari satu sel ke sel lain setelah melewati
beberapa sel. Desain utama yang digunakan untuk menggunakan kembali
frekuensi yang tersedia adalah pengulangan frekuensi (frequency reuse),
interferensi co-channel, perbandingan carrier to interference, mekanisme
Handover, dan cell splitting.
Sumber : interference analysis and reduction for wireless systems.
Gambar 2. 1 Konsep Selular Code Division Multiple Access (CDMA).
II. 2 Sifat-sifat Code Division Multiple Access (CDMA)
Pada dasarnya sistem selular Code Division Multiple Access
(CDMA) memiliki berbagai sifat, antara lain:
12
1) Multi Diversitas
Diversitas adalah usaha untuk mengurangi fading. Ada tiga tipe
diversitas yang sering digunakan yaitu diversitas waktu, frekuensi, dan
ruang.
2) Daya pancar yang rendah
Disamping peningkatan kapsitas secara langsung, hal lain adalah
menurunnya Eb/E0 yang dibutuhkan untuk mengatasi noise dan
interferensi. Ini berarti penurunan level daya pancar yang dibutuhkan.
3) Keamanan (privacy)
Bentuk pengacakan sinyal pada sistem Code Division Multiple Access
(CDMA) memungkinkan tingka privacy yang tinggi. Meskipun sistem
Code Division Multiple Access (CDMA) sudah memiliki tingkat
privacy yang tinggi, sistem isi masih tetap mungkin untuk
dikembangkan dengan menggunakan teknik pengacakan (encryption)
yang ada.
4) Soft Handover
Soft Handover memungkinkan kedua sel melayani Mobile Station
(MS) secara bersama-sama.
5) Kapasitas
Pada sistem Code Division Multiple Access (CDMA) kapasitas yang
besar diperoleh terutama karena frekuensi yang sama dapat dipakai
oleh semua sel.
13
6) Deteksi Aktivitas Suara
Pada komunikasi full duplex dua arah, aktivitas percakapan (duty
cycle) biasanya hanya sekitar 40 %, sisa waktu lainnya dipakai untuk
mendengar. Karena pada sistem Code Division Multiple Access
(CDMA) semua pengguna memakai kanal yang sama, maka bila ada
pengguna yang tidak sedang berbicara akan menyebabkan
berkurangnya interferensi sekitar 60 %. Hal ini berakibat berkurangnya
daya rata-rata yang dipancarkan oleh Mobile Station (MS).
7) Peningkatan Kapasitas dengan Sektorisasi
Pada sistem Code Division Multiple Access (CDMA) sektorisasi
digunakan untuk meningkatkan kapasitas. Dengan membagi sel
menjadi tiga sektor maka diperoleh kapasitas hampir tiga kalinya.
8) Soft Capacity
Pada sistem Code Division Multiple Access (CDMA), hubungan antara
jumlah pengguna dengan tingkat pelayanan (grade of service) tidak
begitu tajam, sebagai contoh : operator dari sistem dapat mengijinkan
meningkatnya bit error rate sampai batas toleransi tertentu, dengan
demikian terjadi peningkatan jumlah pelanggan yang dapat dilayani
selama jam tersibuk. Kemampuan ini sangat berguna khususnya untuk
mencegah terjadinya pemutusan pembicaran pada proses Handover
karena kekurangan kanal. Pada sistem Code Division Multiple Access
(CDMA), panggilan tetap dapat dilayani dengan peningkatan bit error
rate yang masih dapat diterima sampai panggilan lain berakhir.
14
Menurut Ramjee Prasad dan Marina Ruggieri (2003 : 53),
keuntungan utama dari sistem Code Division Multiple Access (CDMA)
berasal dari kemampuan rata-rata interferensinya. Jumlah interferensi yang
terjadi tidak relevan, seperti halnya pada power tiap-tiap user. Interferensi
adalah penjumlahan sejumlah besar sinyal bertentangan yang memudar
dengan bebas.
II. 3 Sistem Pancar Terima Code Division Multiple Access (CDMA)
Teknik direct-sequence menebarkan spektral sinyal yang
ditransmisikan secara langsung dari sinyal yang tersusun atas deretan acak
semu (pseudorandom sequence). Deretan acak semu (PSG : pseudorandom
generator). Model dasar sistem direct-sequence yang termodulasi BPSK
(Binary Phase Shift Key) ditunjukkan oleh gambar 2. 2 dan gambar 2. 3.
Gambar 2. 2 Direct-sequence transmitter
Gambar 2. 3 Direct-sequence receiver
Sumber : TDD – CDMA for wireless communications.
15
Pada bagian pengirim, sinyal informasi/data biner, dimodulasi secara
BPSK menghasilkan sinyal informasi termodulasi, d(t) yang memiliki laju
data Rm (bit/detik) dimodulasi lagi dengan sinyal biner acak semu
(pseudonoise), a(t), menghasilkan sinyal spektral tersebar x(t). Sinyal a(t)
adalah sinyal pengkode yang memiliki lajubit sinyal pengkode Rc lebih
besar dibandingkan laju data sinyal informasi. Keacakan sinyal a(t)
ditentukan berdasarkan pola pembangkitnya dari pseudorandom. Kode
tersebut bersifat unik dan saling bebas terhadap sinyal informasi atau
terhadap deretan acak semu yang dihasilkannya.
Apabila sinyal pengkode mempunyai lebar pita sebesar Wss dan lebar
pita sinyal informasi termodulasi sebesar Bm maka, lebar pita sinyal spektral
yang ditransmisikan adalah Wss, lebih besar dibandingkan lebar pita sinyal
informasi termodulasi. Sinyal pengkode disebut juga sinyal penebar karena
menebarkan spektral sinyal informasi termodulasi. Proses penebaran
spektral sinyal informasi termodulasi ke seluruh lebar pita sistem dinamakan
spreading. Modulator yang digunakan disebut modulator spreading.
Pada bagian penerima, sinyal yang diterima, y(t) dikalikan kembali
dengan sinyal acak semu yang merupakan salinan dari sinyal a(t) pada
pengirim. Sinyal ini disebut dengan sinyal referensi yang diperoleh dari
proses sinkronisasi kode. Jika diasumsikan proses sinkronisasi terjadi
dengan sempurna maka, a(t) = a (t-δt). Proses mendapatkan kembali sinyal
informasi termodulasi dari sinyal spektral tersebar dinamakan despreading.
Demodulator yang digunakan disebut demodulator spreading. Sinyal d(t)
16
selanjutnya didemodulasi dan difilter untuk memperoleh kembali sinyal
informasi biner.
II. 4 Handover (saat peralihan)
Pada komunikasi yang memiliki tingkat mobilitas yang tinggi, ada
kemungkinan pelanggan bergerak dari satu sel menuju sel lain yang
memakai pasangan frekuensi yang berbeda ketika sedang terjadi
percakapan. Untuk menjamin bahwa pembicaraan akan terus tersambung
diperlukan fasilitas Handover, yaitu proses otomatisasi pergantian frekuensi
ketika Mobile Station (MS) bergerak ke dalam daerah atau sel yang
mempunyai kanal dengan frekuensi berbeda dengan sel sebelumnya,
sehingga pembicaraan dijamin akan terus tersambung tanpa perlu
melakukan pemanggilan ulang atau inisialisasi ulang. Pada gambar 2. 4
menunjukkan bahwa user bergerak dari sel satu ke sel yang lain, channel
frekuensi secara otomatis akan dirubah dari set f1 ke set f2. Handover
adalah proses otomatis, jika kekuatan sinyal jatuh dibawah level threshold.
Hal ini tidak diketahui oleh pemakai karena terjadi dengan sangat cepat
antara 200 – 300 ms. Kebutuhan akan Handover mungkin disebabkan oleh
radio, Operation and Management (O&M), atau oleh traffic. Radio
penyebab utama permintaan Handover. Parameter yang dilibatkan adalah
tingkatan low signal atau high error rate. Ini disebabkan oleh pergerakan
mobile pindah ke suatu sel atau sinyal terhalang oleh suatu objek.
17
Sumber : interference analysis and reduction for wireless systems.
Gambar 2. 4 Mekanisme Handover.
Suatu Handover dilakukan melalui tiga langkah. Mobile Station (MS)
secara terus menerus mengumpulkan informasi level sinyal yang diterima
dari Base Station (BS) yang telah dihubungkan, dan semua Base Station
(BS) yang lain dapat mendeteksi. Informasi ini kemudian merata-rata untuk
menyaring efek fast fading. Data yang telah dirata-rata kemudian dihitung
pada algoritma keputusan, yang memutuskan jika itu meminta Handover ke
stasiun lain. Ketika memutuskan untuk melakukannya, Handover dieksekusi
oleh kedua Base Station (BS) dan Mobile Station (MS).
II. 4. 1 Tipe Handover
Gatot Santoso (2004 : 8) membagi Handover dalam dua tipe,
yaitu :
1) Berdasarkan pada kuat medan.
2) Bedasarkan pada perbandingan Carrier to Interference (C/I).
18
Kriteria Handover berbeda-beda untuk kedua tipe ini, pada
tipe pertama, level threshold kuat medan untuk Handover
-100 dBm dalam sistem yang dibatasi oleh noise. Dan -95 dBm
dalam sistem yang dibatasi oleh interferensi. Pada tipe 2, nilai C/I
pada perbatasan sel untuk proses Handover adalah 18 dBm untuk
mendapatkan kualitas suara yang baik. Kadang-kadang nilai C/I
yang lebih rendah diperlukan untuk alasan kapasitas.
Tipe pertama mudah dilakukan. Penerima pada sel site
mengukur semu kuat medan yang berasal dari Mobile Station
(MS). Kuat sinyal terima ini sudah meliputi interferensi.
Kuat sinyal terima = C + I (2. 1)
Keterangan :
C : daya gelombang pembawa.
I : interferensi.
Misalkan mengatur atau setting level threshold untuk kuat
sinyal terima, karena I kadang-kadang sangat besar, level kuat
sinyal terima tinggi dan jauh diatas level threshold. Dalam situasi
ini kualitas suara cukup baik walaupun kuat medan terima kecil,
tetapi karena kuat sinyal terima kecil, dilakukan Handover yang
tidak perlu. Jadi tipe pertama ini mudah untuk dilaksanakan tetapi
tidak cukup akurat dalam menentukan Handover.
Handover dapat dikontrol dengan menggunakan
perbandingan carrier to interference C/I. Dapat mengatur atau
19
setting level tertentu berdasarkan C/I ini, C menurun sebagai fungsi
dari jarak tetapi I tergantung pada lokasi. Nilai C/I turun sebagai
akibat semakin jauhnya jarak propagasi atau akibat meningkatnya
interferensi. Dalam kedua kasus ini, Handover memang harus
dilakukan. Jadi metode ini lebih akurat jika dibandingkan dengan
metode yang pertama.
II. 4. 2 Soft Handover dan Hard Handover
Menurut Toni Janevski (2003 : 275) ada beberapa
pendekatan desain pada Handover untuk memecahkan beberapa
permasalahan yang mendasar, antara lain :
1) Hard Handover.
Hard Handover merupakan mekanisme yang sederhana
tetapi juga merupakan mekanisme Handover yang paling cepat.
Penyimpangan yang terjadi telah merubah jalur traffic melalui
suatu jalur baru menuju Base Station (BS) yang baru., yang
mana hubungan antara sumber dan penyimpangan tanpa terjadi
perubahan. Sejauh ini telah diasumsikan bahwa penyimpangan
telah ditentukan untuk koneksi yang terjadi. Kelemahan dari
algoritma ini adalah packet loss, packet yang menyangkut
selama terjadi Handover karena akan segera meninggalkan
Base Station (BS) yang lama dan mobile terminal akan
dihubungkan dengan yang baru.
20
2) Soft Handover.
Soft Handover adalah cara yang efektif untuk
meningkatkan kapasitas dan keandalan jaringan Code Division
Multiple Acceess (CDMA). Pada jaringan 2G dan 3G Soft
Handover diperluas oleh macro-diversity. Macro-diversity
menyatakan terminal mobile diijinkan untuk berkomunikasi
dengan Base Station (BS) secara bersama-sama. Seperti halnya
pada Soft Handover komunikasi terminal mobile melalui Base
Station (BS) yang dikenal dengan active set, sedangkan Base
Station (BS) yang berdekatan disebut neighbour Base Station
(BS). Ketika sinyal Base Station (BS) menjadi lebih besar dari
threshold yang mana dikenal sebagai ADD_threshold. Sama
halnya ketika sinyal menjadi lebih rendah dari threshold yang
dikenal dengan DROP_threshold.
Soft Handover memungkinkan kedua sel, baik sel asal
ataupun sel baru untuk melayani Mobile Station (MS) secara
bersama-sama selama transisi Handover. Transisinya adalah
ketika Mobile Station (MS) bergerak dari sel asal ke sel baru
dan akhirnya berada di sel baru. Hal ini dimungkinkan karena
semua sel memakai frekuensi kerja yang sama. Soft Handover
selain mengurangi kemungkinan putusnya pembicaraan juga
menyebabkan proses Handover berjalan dengan halus sehingga
tidak mengganggu pengguna. Dalam sistem analog dan digital
21
TDMA dilakukan pemutusan hubungan sebelum fungsi
switching berhasil dilakukan (break – before – make switching
function) sementara pada Code Division Multiple Access
(CDMA) hubungan dengan sel lama tidak diputuskan sampai
Mobile Station (MS) benar-benar mantap dilayani oleh sel yang
baru (make – before – break switching function).
Setelah sebuah panggilan dilakukan, Mobile Station (MS)
selalu mencek sel-sel tetangga untuk menentukan apakah sinyal
dari sel yang lain cukup besar jika dibandingkan dengan sinyal
dari sel asal. Jika hal ini terjadi, ini merupakan indikasi bahwa
Mobile Station (MS) telah memasuki daerah cakupan sel yang
baru dan Handover dapat mulai dilakukan. Mobile Station (MS)
mengirim pesan (control message) ke Mobile Transmitter
Station Operation (MTSO) yang menunjukkan sinyal dari sel
baru semakin menguat. Mobile Transmitter Station Operation
(MTSO) melakukan Handover dengan menyediakan sebuah
link kepada Mobile Station (MS) melalui sel baru tetapi link
yang lama tetap dipertahankan. Sementara Mobile Station (MS)
berada pada daerah perbatasan antara kedua sel, panggilan
dilayani oleh kedua sel site, hal ini menyebabkan berkurangnya
efek ping – pong atau mengulang permohonan untuk
menangani kembali panggilan diantara kedua sel site. Sel asal
22
akan memutuskan hubungan jika Mobile Station (MS) sudah
sungguh-sungguh mantap dilayani oleh sel yang baru.
II. 5 Proses Handover (peralihan frekuensi)
Salah satu permasalahan berat yang berhubungan dengan Channel
Assignment (CA) adalah mekanisme Handover, yang mana dihubungkan
dengan pergerakan Mobile Station (MS). Handover digambarkan sebagai
perubahan channel radio yang digunakan Mobile Terminal (MT).
Manajemen Handover memungkinkan jaringan untuk memelihara koneksi
dari user yang berpindah . Hal ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu :
inisialisasi, koneksi, dan kontrol data.
Salah satu penyebab terjadinya Handover adalah perubahan kualitas
radio yang lemah dalam suatu lingkungan atau pergerakan Mobile
Terminal (MT). Ketika Mobile Terminal (MT) dalam melayani suatu area,
propagasi dan interferensi mungkin dapat berubah sama seperti saat sel
atau Base Station (BS) berbagai bentuk gelombang yang tidak dapat
mendukung terminal.
Secara umum proses Handover disebabkan oleh penurunan kualitas
link radio atau inisialisasi, dengan cara sistem menyusun channel radio
untuk menghindari kebuntuan. Handover sangat penting pada mobile
network karena arsitektur jaringan selular dibuat untuk memaksimalkan
penggunaan spektrum. Proses Handover dapat diklasifikasikan menjadi
23
Network – Controlled Handover (Hard Handover) dan Mobile –
Controlled Handover (Soft Handover).
II. 5. 1 Network Controlled Handover (Hard Handover)
Di dalam Network – Controlled Handover (Hard Handover)
ketika mobile user bergerak menuju batas tepi sel, jaringan
meminta proses Handover. Gangguan yang dialami oleh user
menyebabkan frekuensi bergeser..
Hard Handover dapat terjadi pada intracell atau intercell,
tergantung apakah channel radio yang baru sama dengan Base
Station (BS) intracell Handover atau Base Station (BS) intercell
Handover. Pada intracell, ini merupakan realokasi bentuk
gelombang di dalam sel yang sama. Pada intercell, merupakan
pengulangan dari suatu sel ke sel tetangga yang mana pada
prinsipnya melibatkan re-execution skema alokasi basic channel.
Mekanisme intercell Handover sering diperagakan sebagai
skema multidiversitas dimana terminal ditugaskan untuk
mengakses dengan cara menerima level sinyal tertinggi. Pada
sistem high – density wireless terjadi pemenuhan area sel akses
secara besar/luas. Level sinyal yang rendah jarang mengalami
masalah, karena dalam keadaan normal beberapa sel akses
menyediakan sinyal yang cukup. Pada kasus ini variasi interferensi
adalah yang paling mungkin penyebab Handover. Mekanisme
24
intercell Handover lebih rumit dibandingkan intracell Handover.
Intercell Handover memindahkan suatu panggilan secara
berkelanjutan dari satu sel ke sel yang lain sebagaimana user
bergarak kearah coverage area yang berdekatan. Masing-masing
Handover memerlukan network resource untuk mengarahkan
panggilan menuju Base Station (BS) berikutnya. Jika Handover
tidak terjadi secara cepat Quality of Service (QoS) mungkin akan
menurun dibawah level yang bisa diterima dan koneksi akan
terputus.
Untuk dapat mengetahui persentase tingkat rata-rata
keberhasilan dari Hard Handover dapat dihitung dengan rumus :
Frq_HoAvr_Succ = x 100% (2. 2)
Call_attempt
Sedangkan untuk mengetahui besarnya kegagalan yang terjadi
pada saat Hard Handover dapat dihitung dengan cara :
Handover fail = call_attempt – freq_Ho (2. 3)
II. 5. 2 Mobile Controlled Handover (Soft Handover)
Soft Handover adalah kemampuan dari suatu Mobile
Terminal (MT) untuk memilih antara sinyal yang diterima secara
seketika dari Base Station (BS) yang berbeda. Soft Handover
mengijinkan suatu Mobile Terminal (MT) untuk berkomunikasi
dengan berbagai Base Station (BS) secara bersama-sama. Ini
25
merupakan salah satu keuntungan yang dimiliki sistem Code
Division Multiple Access (CDMA) dibandingkan dengan Time
Division Multiple Access (TDMA). Soft Handover adalah cara
yang efektif untuk meningkatkan kapasitas (capacity), keandalan
(reliability), dan cakupan (coverage) sistem Code Division
Multiple Access (CDMA).
Dalam Time Division Multiple Access (TDMA) atau
Advanced Mobile Phone System (AMPS), dalam kaitan dengan
penggunaan kembali spektrum, penentuan slot pada channel
frekuensi tidak dapat digunakan pada sel tetangga. Jadi ketika
suatu Mobile Terminal (MT) yang mengalami panggilan bergerak
dari satu sel ke sel yang lain pada saat tertentu harus melakukan
switch diantara sel. Sebaliknya dalam sistem Code Division
Multiple Access (CDMA) semua sel beroperasi pada frekuensi
yang sama. Mobile Terminal (MT) hanya mempunyai penerima
Radio Frequency (RF) tunggal yang mengkonversi Radio
Frequency (RF) menuju ke baseband, tetapi dibalik itu
mempunyai rake receiver dengan berbagai fingers. Ketika semua
sel beroperasi pada frekuensi yang sama, penerima Radio
Frequency (RF) tunggal mengambil semua range yang ada.
Mobile Terminal (MT) kemudian menugaskan finger dari rake
receiver ke berbagai sinyal, dan kemudian digabungkan untuk
menciptakan sinyal penuh menggunakan Mobile Terminal (MT).
26
Kadang-kadang multiple path berasal dari sel yang sama. Tetapi
Soft Handover akan menjadi lebih berguna ketika Mobile Terminal
(MT) berada ditengah jalan antara dua sel. Pada saat terjadi
panggilan Mobile Terminal (MT) tidak hanya menangani
transportasi data yang datang dan pergi dari suatu sel tetapi juga
secara aktif mengamati sel yang lain. Ketika Mobile Terminal
(MT) menemukan sel dengan kekuatan sinyal yang baik kemudian
akan diinformasikan ke sistem sel. Sel sistem mungkin akan
memutuskan untuk mengarahkan panggilan melalui ke dua sel
secara simultan. Spesifikasi yang terjadi mengijinkan Mobile
Terminal (MT) untuk berbicara kepada enam sel secara
bersamaan, meskipun sekarang ini tidak ada Mobile Terminal
(MT) yang mempunyai kemampuan ini. Ada dua kunci untuk
merealisasikan Soft Handover, yaitu :
1) Distribusi data dan seleksi.
Memisahkan salinan data yang sama untuk dikirimkan melalui
Base Station (BS) kepada Mobile Terminal (MT) yang sama
dan sebaliknya.
2) Sinkronisasi isi data.
Jenis data yang tiba dari berbagai Base Station (BS) kepada
Mobile Terminal (MT) pada waktu yang sama harus di salin
data yang sama untuk dikirim Mobile Terminal (MT) agar
dapat dengan tepat di salin menjadi data tunggal. Dalam arah
27
yang berkebalikan hanya satu salinan data yang dikirim oleh
Mobile Terminal (MT) ke berbagai Base Station (BS) harus
diseleksi untuk diserahkan ke berbagai tujuan.
Jadi ketika panggilan dalam sistem Code Division Multiple
Access (CDMA) berlangsung dari satu sel ke sel yang lain, proses
Handover terjadi dalam beberapa tahap. Pertama, telepon
mengirimkan pesan. Kedua, sel dan sistem membawa panggilan itu
kepada ke dua sel. Ketika telepon melanjutkan untuk bergerak,
secepatnya kekuatan sinyal dari kedua sel yang sedang berpindah
akan mengalami drop pada suatu titik dimana tidak mempunyai
manfaat. Selanjutnya sel akan menginformasikan sel sistem
berdasarkan fakta ini dan sistem akan meninggalkan sel yang asli.
Untuk dapat mengetahui persentase tingkat rata-rata
keberhasilan dari Soft Handover dapat dihitung dengan rumus :
(Call_Attempt + Drp_Att) - (Add_Ho + Drp_Ho)Avr_Succ = x 100% (2.4)
Call_Attempt + Drp_Att
Sedangkan untuk mengetahui besarnya kegagalan yang terjadi
pada saat Handover dapat dihitung dengan cara :
Handover fail = call_attempt – add_Ho (2. 5)
II. 6 Peningkatan Kapasitas dan Handover Overhead
Pada sistem Handover yang konvensional suatu panggilan hanya
dilayani oleh satu Base Station (BS) yang dapat menyebabkan suatu
28
panggilan mengalami efek ping – pong, yaitu permohonan untuk
menangani kembali panggilan secara bolak-balik antara dua sel site. Efek
ini dapat menyebabkan kemungkinan suatu panggilan terputus meningkat.
Soft Handover diperkenalkan pada sistem Code Division Multiple Access
(CDMA) yang memungkinkan suatu panggilan ditangani oleh lebih dari
satu Base Station (BS). Soft Handover pada sistem Code Division Multiple
Access (CDMA) dimungkinkan karena semua sel frekuensi kerjanya sama.
Pada sistem Code Division Multiple Access (CDMA) digunakan
penerima rake sebagai diversitas. Sebagai hasil dari diversitas diperoleh
faktor penguatan oleh adanya diversitas yang memungkinkan untuk
mengurangi daya pancar rata-rata pada Base Station dan Mobile Station
tanpa menurunkan kualitas suara. Pada sistem Code Division Multiple
Access (CDMA) pengurangan daya pancar rata-rata berarti penurunan
interferensi yang dialami oleh pengguna lain pada sistem dan akhirnya
meningkatkan kapasitas sistem secara keseluruhan.
Peningkatan kapasitas sistem oleh adanya proses Soft Handover telah
dianalisa. Analisa ini dilakukan dengan menggunakan sebuah antena
omnidirectional dan sel diasumsikan berbentuk heksagonal. Peningkatan
kapasitas dievaluasi dengan membandingkan kontribusi interferensi dari sel
sendiri dan dari sel lain sampai pada lapisan ketiga. Eksponen path loss
dianggap memenuhi hukum fourth power low dimana daya berkurang
menurut faktor empat pada eksponen path loss, asumsi lain adalah distribusi
dari pengguna uniform. Ukuran dari daerah Soft Handover (ditandai dengan
29
dB) seperti digambarkan pada gambar 2. 5. Peningkatan kapasitas sistem
tergantung secara proposional dengan jumlah pengguna yang berada di
daerah Soft Handover dan pengurangan dari daya pancar.
Sumber : Sistem selular CDMA.
Gambar 2. 5 Fraksi peningkatan kapasitas CDMA dengan Soft Handover
Soft Handover pada sistem selular Code Division Multiple Access
(CDMA) dikontrol berdasarkan hasil pengukuran perbandingan sinyal
terhadap noise kanal pilot dari Base Station (BS) yang dilakukan oleh
Mobile Station (MS). Hasil pengukuran ini dibandingkan dengan nilai
threshold T_ADD dan T_DROP, kemudian berdasarkan ukuran waktu
tertentu, suatu Base Station (BS) dihapuskan atau ditambahkan dari daftar
kandidat untuk proses Soft Handover. Daerah Soft Handover ditunjukkan
oleh gambar 2. 6 :
30
Sumber : Sistem selular CDMA
Gambar 2. 6. Daerah Soft Handover
Variasi dari harga threshold T_ADD dan T_DROP akan menentukan
besarnya area yang memungkinkan untuk proses Handover. Untuk lebih
jelas bagaimana pengaruh parameter T_ADD dan T_DROP dapat dilihat
pada gambar 2. 7.
Sumber : Sistem selular CDMA
Gambar 2. 7. Contoh threshold Handover
Selama proses Handover terjadi pertukaran pesan antara Base Station
(BS) dengan Mobile Station (MS). Urut-urutan kejadian selama proses
Handover adalah :
31
1) Bila pilot > T_ADD, Mobile Station (MS) akan melapor ke Base Station
(BS) dan memindahkan pilot ke candidate set.
2) Base Station (BS) mengirimkan arah Handover.
3) Mobile Station (MS) memindahkan pilot ke active set.
4) Bila pilot < T_DROP, Mobile Station akan mengaktifkan Handover
Drop Timer (T_DROP) yang lamanya tergantung pada nilai dari
T_DROP.
5) Bila timer selesai, Mobile Station melaporkannya ke Base Station (BS).
6) Base Station (BS) mengirimkan arah Handover.
7) Mobile Station memindahkan pilo dari active set ke neighbor set.
Tabel 1. Pengontrolan daerah soft Handover menggunakan nilai threshold
T_ADD = T_DROP % daerah soft Handover
-16 dB
-14 dB
-12 dB
-10 dB
55 %
45 %
31 %
23 %
Ketika Mobile Station (MS) memasuki daerah Soft Handover,
panggilan dilayani oleh dua sel site. Hal ini akan memboroskan peralatan
yang ada (hardware overhead) sehingga jumlah pengguna yang dapat
dilayani tidak sama dengan jumlah kanal trafik yang tersedia karena satu
pengguna memakai lebih dari satu kanal traffic. Besarnya hardware
overhead ini tergantung pada besarnya daerah Soft Handover.
32
Pada contoh tabel di atas, dengan asumsi bahwa pada daerah Soft
Handover suatu Mobile Station (MS) akan dilayani oleh dua link, maka
jumlah kanal rata-rata yang dibutuhkan kareana adanya proses Soft
Handover disebut sebagai Handover overhead untuk masing-masing nilai
T_ADD dapat dihitung :
Jumlah kanal kode per MS : user x % daerah bukan handover x link
x % daerah handover (2. 6)
• Untuk T_ADD = -16 dB
Jumlah kanal kode per Mobile Station (MS) : 1 x 0,45 + 2 x 0,55 = 1,55
kanal kode per Mobile Station (MS).
• Untuk T_ADD = -14 dB
Jumlah kanal kode per Mobile Station (MS) : 1 x 0,55 + 2 x 0,45 = 1,45
kanal kode per Mobile Station (MS).
• Untuk T_ADD = -12 dB
Jumlah kanal kode per Mobile Station (MS) : 1x 0,69 + 2 x 0,31 = 1,31
kanal kode per Mobile Station (MS).
• Untuk T_ADD = -10 dB
Jumlah kanal kode per Mobile Station (MS) : 1 x 0,77 + 2 x 0,23 = 1,23
kanal kode per Mobile Station (MS).
Dalam referensi telah dibuktikan bahwa apabila nilai T_ADD dibuat
makin besar maka Handover overhead akan makin kecil. Tetapi untuk
T_ADD yang besar ini availability kanal forward akan menurun dan akan
terdapat kemungkinan tempat-tempat diantara sel tidak akan dapat
33
mendapatkan pelayanan. Pengurangan dari wilayah pencakupan itu
disebabkan oleh meningkatnya persyaratan margin (T_ADD) dan
meningkatnya level dari inerferensi akibat semakin banyak pelanggan yang
berada di luar daerah Soft Handover seperti sudah dijelaskan bahwa
semakin banyak Mobile Station (MS) yang berada di daerah Soft Handover
semakin kecil daya yang dipancarkan sehingga interferensi kecil dan
sebaliknya. Dari hal diatas dapat dilihat pemakaian Soft Handover pada
Code Division Multiple Access (CDMA) akan meliputi trade-off antara
peningkatan overhead sistem dan peningkatan kapasitas sistem.
II. 7 Perbaikan Performansi karena Soft Handover
Performansi transmisi kanal forward dalam bentuk distribusi
kumulatif dari full-rate FER (frame erasure rate) sebagai akibat proses
Soft Handover ditunjukkan oleh gambar 2. 8. Jadi diversitas akibat
hubungan dengan lebih dari satu Base Station (BS) akan meningkatkan
performansi. Performansi ini akan meningakat jika Mobile Station (MS)
menerima sinyal yang sama kuat dari Base Station (BS) tetapi tidak akan
terlalu berarti jika kuat sinyalnya tidak sama kuat. Untuk itu diperlukan
perencanaan yang teliti agar dapat memanfaatkan keuntungan dari Soft
Handover. Pada kanal reverse adanya operasi Soft Handover tidak
mempengaruhi performansi.
34
Sumber : Sistem selular CDMA.
Gambar 2. 8. Distribusi kumulatif (full rate) kanal forward dengan dan
tanpa proses Soft Handover dari dua sel CDMA.
II. 8 Faktor Kegagalan Handover pada sistem Code Division Multiple
Access (CDMA)
Pada saat Handover terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya kegagalan. Faktor-faktor yang menyebabkan
kegagalan Handover antara lain :
• Peningkatan jumlah panggilan (call_attempt).
Jumlah panggilan (call_attempt) yang berlangsung dalam sistem
komunikasi selular dapat mempengaruhi tingkat kegagalan yang
terjadi pada Handover.
• Interferensi.
Gangguan yang disebabkan karena adanya sinyal lain yang tidak
dikehendaki yang frekuensinya sama atau hamper sama dan dayanya
cukup besar yang masuk bersama dengan sinyal yang seharusnya
diterima. Dalam sistem komunikasi selular dapat dimungkinkan terjadi
35
penggunaan frekuensi yang sama pada dua atau lebih kanal. Sehingga
dapat mempengaruhi proses Handover yang berlangsung.
• Propagasi.
Propagasi adalah pelemahan yang diperkirakan akan dialami sinyal
dari Base Station (BS) ke Mobile Station (MS). Hal ini disebabkan
adanya pergerakan dari Mobile Station (MS) yang menyebabkan kuat
sinyal yang diterima Mobile Station (MS) bervariasi.
• Fading
Perubahan kuat sinyal yang terjadi akibat gangguan propagasi, seperti
adanya pemantulan yang disebabkan oleh kontur alam, gedung, rumah,
dan lain-lain.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
III. 1 Metode Penelitian
Berdasarkan tingkat eksplanasi atau tingkat penjelasannya yaitu
bagaimana variabel-variabel yang diteliti itu akan menjelaskan obyek
yang akan diteliti melalui data yang terkumpul, penelitian ini termasuk
penelitian deskriptif dan asosiatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian
yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu
variable atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan
dengan variabel yang lain (Sugiyono, 1998 : 11). Sedangkan penelitian
asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono : 11).
Penelitian yang bersifat deskriptif ingin mencari jawaban dari
pertanyaan dalam permasalahan tentang proses terjadinya Handover dan
pengaruh jumlah panggilan (call_attempt) terhadap tingkat kegagalan
Handover pada sistem Code Division Multiple Access (CDMA).
1) Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian yang digunakan untuk menyusun skripsi ini
dilakukan di salah satu operator Code Division Multiple Access
(CDMA) di wilayah Semarang, yang dilakukan pada :
Tempat : PT. TELKOM Flexi Semarang.
Waktu : 4 – 9 Desember 2005.
37
1) Populasi dan Sampel
Hadi (1993) mendefenisikan populasi sebagai sebuah obyek benda
yang dapat berupa manusia, hewan, gejala maupun peristiwa yang
mempunyai karakteristik tertentu suatu penelitian. Sedangkan menurut
Arikunto (1998), populasi adalah keseluruhan obyek penelitian.
Pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah
keseluruhan obyek penelitian yang dapat berupa benda seperti,
manusia, hewan, dan gejala-gejala, peristiwa ataupun nilai tes.
Penelitian ini populasinya adalah semua Base Transceiver Station
(BTS) yang terdapat di wilayah Semarang kota. Sampel merupakan
bagian dari populasi yang akan mewakili populasi. Berdasarkan
jumlah dari populasi tersebut, kemudian diambil dua Base Transceiver
Station (BTS) yang berdekatan sebagai sampel. Teknik sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengambil data Base
Transceiver Station (BTS) yang sedang mengalami Handover.
2) Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Arikunto, 1998). Variabel yang menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah :
a) Kondisi Base Transceiver Station (BTS) Semarang kota.
• Banyaknya BTS yang ada pada Semarang kota.
• Letak masing-masing Base Transceiver Station (BTS).
• Base Transceiver Station (BTS) yang mengalami Handover.
38
b) Data statistik Base Transceiver Station (BTS) Semarang kota.
• Data call_attempt.
• Data add_Ho.
• Data Handover fail.
• Data success.
III. 2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Keberhasilan pengumpulan data
sangat dipengaruhi meode pengumpulan data yang digunakan. Data yang
terkumpul akan digunakan sebagai bahan analisa yang ditetapkan.
Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan metode :
1) Metode Pengamatan atau Observasi
Metode observasi menurut Sutrisno Hadi (1986) adalah suatu proses
yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses
biologis dan psikologis. Disini penulis langsung mengadakan observasi
atau penelitian pada salah satu operator CDMA yaitu PT. TELKOM
FLEXI Semarang. Dalam observasi ini peneliti memperoleh data
tentang unjuk kerja dari handover yang dapat dilihat dari segi :
• Nilai Handover success dan failure.
Membandingkan nilai dari Handover success dan fail yang terjadi
pada salah satu Base Transceiver Station (BTS).
39
2) Interview atau Wawancara
Menurut Sugiyono (2004 : 130) metode interview/wawancara yaitu
suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mengatakan secara
langsung kepada informan atau responden dengan mendasarkan diri
pada laporan tentang diri sendiri/self report, atau setidak-tidaknya pada
pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.
Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara dengan pegawai
PT. TELKOM FLEXI Semarang, sehingga lebih leluasa menanyakan
sesuatu yang berkaitan dengan objek yang diteliti.
3) Studi Pustaka
Pengertian studi pustaka menurut Sutrisno Hadi (1989:65) yaitu
informasi diperoleh dengan jalan membaca, mencatat secara sistematis
fenomena-fenomena yang dibaca dari sumber tertentu. Penulis
melengkapi dengan membaca dan mempelajari buku-buku serta
referensi yang relevan dengan masalah yang dibahas.
III. 3 Klasifikasi Data
1) Menurut Sumbernya :
• Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya,
diamati dan dicatat untuk pertama kalinya (Marzuki, 1995:55).
Data ini diperoleh dari wawancara, observasi atau penelitian.
40
• Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diselenggarakan sendiri
pengumpulnya oleh peneliti (Marzuki, 1995:56). Data ini diperoleh
dari bahan-bahan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
2) Menurut Jenisnya :
• Data Kualitatif
Yaitu data yang bukan berbentuk bilangan atau angka tetapi dalam
bentuk keterangan atau informasi (Marzuki, 1995:55), jadi data
tersebut tidak dapat diukur secara langsung, data ini diperoleh
dengan cara pengamatan, interview dengan pimpinan maupun
pihak-pihak yang berwenang.
• Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan
(Marzuki, 1995:55). Data ini adalah data yang diperoleh dari
lapangan.
III. 4 Metode Analisis Data
Analisis data dalam suatu penelitian sangat penting, karena dengan
analisis data yang nantinya dapat diambil kesimpulan (Sutrisno Hadi,
1995:466). Menganalisis data, sebenarnya yang diutamakan adalah
mengorganisasi data, namun dalam penelitian ini yang tepenting adalah
mengintepretasikan data. Berdasarkan pengolahan data yang telah melalui
41
data fisik maupun non fisik akan dilakukan intepretasi sehingga mampu
merangkai data-data yang terkumpul secara keseluruhan.
Proses analisis merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas
pertanyaaan, perihal dan rumusan-rumusan yang diperoleh dalam
penelitian. Proses analisa data dalam penelitian ini terdapat beberapa
tahap, yang pertama dilakukan dengan membaca data-data, tabel-tabel
atau angka-angka yang diperoleh. Yang kedua, menganalisis seberapa
besar pengaruh antara jumlah panggilan (call_attempt) terhadap tingkat
kegagalan Handover. Untuk mengetahui lebih jelas tentang diagram alir
penelitian dapat dilihat pada gambar 3. 1.
42
Start
PenelitianPengumpulan dataInterview/wawancara
Data HandoverBTS yang mengalamiHandoverData success dan fail
Tabelkan data
Analisis data
Penyebab kegagalan
Tinjauan pustaka
Kesimpulan
Selesai
Gambar 3. 1 Diagram alir penelitian.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hard Handover Code Division Multiple Access (CDMA)
Dari penelitian yang telah dilakukan di PT. TELKOM Flexi
Semarang, diperoleh data mengenai Hard Handover . Data hasil penelitian
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Kegagalan Hard Handover.
No Harike- BTS Des_BSC Des_BTS Attempt Frq_Ho Fail Avr_Suc Avr_fail
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
2
9
6
8
4
1
7
7
10
5
1
5
4
4
3
0
3
4
6
2
1
4
2
4
1
1
4
3
4
3
50.00
55.55
66.67
50.00
75.00
00.00
42.86
57.14
60.00
40.00
50,00
45,55
33,37
50,00
25,00
100,00
57,24
42,86
30,00
60,00
Sumber : PT. TELKOM Flexi Semarang.
Dari data kegagalan Hard Handover diatas dapat dibuat grafik hubungan
antara success & fail pada Hard Handover yang terjadi pada hari ke-1
sampai hari ke-10 yang ditunjukkan oleh gambar 4. 1 :
44
0102030405060708090
100110
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hari pengamatan
Pers
enta
se (%
)
Avr_successAvr_fail
Gambar 4. 1 Grafik pengamatan success & fail pada Hard Handover
Dari tabel 4.1 dan gambar 4.1 dapat dihitung besarnya nilai rata-rata
success & fail yang terjadi setiap harinya. Besarnya nilai rata-rata success
& fail setiap harinya adalah sebagai berikut :
50,00 + 55,55 + 66,67 + 50,00 + 75,00 + 00,00 + 42,86 + 57,14 + 60,00 + 40,00Success =
10 497,22
= 10
= 49,72 %
50,00 + 45,55 + 33,33 + 50,00 + 25,00 + 100,00 + 57,14 + 42,86 + 40,00 + 60,00Fail =
10502,78
=10
= 50,28 %
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai rata-rata success
yang dialami setiap harinya pada Hard Handover sebesar 49,72 %.
Sedangkan nilai rata-rata kegagalan (fail) yang dialami setiap harinya
sebesar 50,28 %. Sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh pihak
45
PT. TELKOM Flexi Semarang maka, untuk Hard Handover dikatakan
memenuhi standar apabila tingkat success Hard Handover > 50 %.
Apabila tingkat success Hard Handover < 50 % perlu dilakukan
pengamatan dan pengkajian terhadap tingkat kegagalan yang terjadi.
Setelah melakukan pengamatan dan pengkajian dilakukan, diperoleh hasil
apakah Hard Handover yang terjadi hanya sesaat atau berkelanjutan. Jika
terjadi secara berkelanjutan perlu dilakukan terhadap peralatan dan sistem
yang ada agar diperoleh hasil yang optimal.
Sedangkan grafik hubungan antara jumlah kegagalan (call_attempt)
terhadap tingkat kegagalan Handover dapat dilihat pada gambar 4. 2
y = 0,4061x + 0,4667
00,5
11,5
22,5
33,5
44,5
5
1 2 4 5 6 7 7 8 9 10
jumlah panggilan
Tin
gkat
keg
agal
an
kegagalan handover
Linear (kegagalan handover)
Gambar 4. 2 Grafik linier hubungan pengaruh antara jumlah panggilan
(call_attempt) terhadap tingkat kegagalan Hard Handover.
46
y = -0,0227x2 + 0,6561x - 0,0333
00,5
11,5
22,5
33,5
44,5
1 2 4 5 6 7 7 8 9 10
jumlah panggilan
Tin
gkat
keg
agal
an
kegagalan handover
Poly. (kegagalan handover)
Gambar 4. 3 Grafik polynomial hubungan pengaruh antara jumlah
panggilan (call_attempt) terhadap tingkat kegagalan Hard Handover.
Berdasarkan perhitungan Jumlah Gala Kuadrat (lampiran) diperoleh
nilai JGK (Jumlah Gala Kuadrat) yang memiliki tingkat kesalahan yang
kecil adalah grafik linier. Sehingga persamaan yang digunakan adalah
persamaan linier yang terdapat pada grafik linier, yaitu Y = 0,4061x +
0,4667.
IV. 1. 1 Analisis Regresi Linier Sederhana
Untuk mencari pengaruh antara jumlah panggilan
(call_attempt) terhadap tingkat kegagalan Hard Handover
menggunakan analisis statistik yaitu model analisis regresi linier
sederhana dengan perhitungan menggunakan komputer program
SPSS 11.
47
Berdasarkan perhitungan maka langkah selanjutnya adalah
melakukan uji hipotesis nyata tidaknya model regresi linier dengan
mengambil Hipotesis :
H0 : = 0
H1 : 0
Atau dengan kata lain
H0 : Ada pengaruh yang dominan antara interferensi, fading,
propagasi, dan lain-lain terhadap tingkat kegagalan Hard
Handover.
H1 : Ada pengaruh yang dominan antara jumlah panggilan
(call_attempt) terhadap tingkat kegagalan Hard Handover.
Sehingga diperoleh nilai F0 berdasarkan hasil perhitungan SPSS
sebesar 34,473.
Kriteria penolakan :
Tolak H0, jika :
F0 > F 1, n-2
Dengan mengambil taraf signifikansi ( ) sebesar 5 %, maka dari
tabel distribusi F didapat nilai F tabel untuk F0,05, 1, 8 = 5,32.
Dikarenakan 34,473 > 5,32, maka H0 ditolak. Artinya dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan secara linier antara jumlah
panggilan (call_attempt) terhadap tingkat kegagalan Handover.
Berdasarkan gambar 4. 2 diperoleh persamaan regresi linier
sederhana :
48
Y = 0,4061 X + 0,4667
Sedangkan untuk pengujian keberartian koefisien regresi dapat
dilakukan sebagai berikut :
1) Koefisien pertama (konstanta), diperoleh nilai t hitung sebesar
0,585, dengan mengambil hipotesis :
H0 : koefisien regresi tidak signifikan.
H1 : koefisien regresi signifikan.
Dan mengambil taraf signifikansi sebesar 5 %, maka nilai t
tabel atau t0, 0,25, 8 =2,306, sehingga :
Dikarenakan 0,585 < 2,306, maka tidak dapat menolak H0 atau
dengan kata lain konstanta tidak berpengaruh.
2) Koefisien kedua, diperoleh nilai t hitung sebesar 8,372, dengan
mengambil hipotesis :
H0 : koefisien regresi tidak signifikan.
H1 : koefisien regresi signifikan.
Dan mengambil taraf signifikansi sebesar 5 %, maka nilai t
tabel atau t0, 0,25, 8 = 2,306, sehingga :
Dikarenakan 5,871 > 2,306, maka tidak menolak H0 atau
dengan kata lain banyaknya jumlah panggilan (call_attempt)
mempunyai pengaruh yang dominan terhadap tingkat kegagalan
Hard Handover.
49
IV. 1. 2 Analisis Korelasi Linier Sederhana
Untuk mengetahui adanya adanya hubungan antara jumlah
panggilan (call_attempt) dengan tingkat kegagalan Hard Handover
dilakukan perhitungan menggunakan komputer program SPSS 11.
Berdasarkan hasil pehitungan diperoleh nilai r = 0,901, maka
dengan mengambil hipotesis :
H0 : rxy = 0
H1 : rxy = 0
Atau dengan kata lain :
H0 : Korelasi antara dua variabel adalah nol.
H1 : Korelasi antara dua variabel adalah tidak sama dengan
nol.
Sehingga diperoleh nilai t0 berdasarkan rumus :
rxy n-2 t0 = (1-r2
xy)
0,901 8 t0 = = 5,86 1-0,812
Kriteria penolakan :
Tolak H0 jika :
t0 > t /2, v atau t0 < -t /2, v
Dengan mengambil taraf signifikansi ( ) sebesar 5 %, maka dari
tabel distribusi t didapat nilai t tabel untuk t0,025, 8 = 2,306.
50
Dikarenakan 5,868 > 2,306, maka H0 ditolak. Artinya dapat
disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang nyata dan bersifat positif
antara jumlah panggilan (call_attempt) dengan tingkat kegagalan
Hard Handover.
Koefisien determinasinya r2 = (0,901)2 = 0,812. Hal ini
berarti nilai rata-rata kegagalan Hard Handover sebesar 81,2 %
ditentukan oleh banyaknya jumlah panggilan (call_attempt) yang
terjadi, melalui persamaan regresi Y = 0,4061 X + 0,4667. Sisanya
18,8 % ditentukan oleh faktor lain.
IV. 2 Soft Handover Code Division Multiple Access (CDMA)
Dari penelitian yang telah dilakukan di PT. TELKOM Flexi
Semarang, diperoleh data mengenai Soft Handover . Data hasil penelitian
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5 Data kegagalan Soft Handover.
No HariPengamatan BTS Des_BSC Des_BTS Attempt Add_Ho Drp_Att Drp_Ho Fail Avr_Scc
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
26
26
26
26
26
26
26
26
26
26
688
697
706
565
894
548
714
589
721
860
685
694
701
563
888
545
709
586
716
857
475
589
599
203
546
325
567
477
646
695
475
589
599
203
546
325
567
477
646
695
3
3
5
2
6
3
5
3
5
3
99.74
99.76
99.62
99.65
99.58
99.66
99.60
99.72
99.63
99.60
Sumber : PT. TELKOM Flexi Semarang.
51
Dari data kegagalan Soft Handover diatas dapat dibuat grafik
success Soft Handover yang terjadi pada hari pengamatan ke-1 sampai hari
ke-10 yang ditunjukkan oleh gambar 4. 4 :
0102030405060708090
100110
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hari pengamatan
Pers
enta
se (%
)
Avr_failAvr_success
Gambar 4. 4 Success Soft Handover
Dari tabel 4.5 dan gambar 4.3 dapat dihitung besarnya nilai rata-rata
success & fail yang terjadi setiap harinya. Besarnya nilai rata-rata success
& fail setiap harinya adalah sebagai berikut :
99,74 + 99,76 + 99,62 + 99,65 + 99,58 + 99,66 + 99,60 + 99,72 + 99,63 + 99,60Success =
10 996,56
= 10
= 99,66 %
00,26 + 00,24 + 00,38 + 00,35 + 00,42 + 00,34 + 00,40 + 00,28 + 00,37 + 00,40Fail =
103,44
=10
= 0,34 %
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai rata-rata success
yang dialami setiap harinya pada Soft Handover sebesar 99,66 %.
52
Sedangkan nilai rata-rata kegagalan (fail) yang dialami setiap harinya
sebesar 0,34 %. Sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh pihak
PT. TELKOM Flexi Semarang maka, untuk Soft Handover dikatakan
memenuhi standar apabila tingkat success Hard Handover > 90 %.
Apabila tingkat success Hard Handover < 90 % perlu dilakukan
pengamatan dan pengkajian terhadap tingkat kegagalan yang terjadi.
Setelah melakukan pengamatan dan pengkajian dilakukan, diperoleh hasil
apakah Hard Handover yang terjadi hanya sesaat atau berkelanjutan. Jika
terjadi secara berkelanjutan perlu dilakukan terhadap peralatan dan sistem
yang ada agar diperoleh hasil yang optimal.
Sedangkan grafik hubungan antara jumlah kegagalan (call_attempt)
terhadap tingkat kegagalan Soft Handover dapat dilihat pada gambar 4. 5
y = 0,4x + 1,6
0
1
2
3
4
5
6
7
365 548 589 657 667 688 706 714 721 894
Jumlah panggilan
Tin
gkat
keg
agal
an
Kegagalan handover
Linear (Kegagalanhandover)
Gambar 4. 5 Grafik hubungan antara jumlah panggilan (call_attempt)
terhadap tingkat kegagalan Soft Handover.
53
y = 0,0303x2 + 0,0667x + 2,2667
0
1
2
3
4
5
6
7
365 548 589 657 667 688 706 714 721 894
Jumlah panggilan
Tin
gkat
keg
agal
anKegagalan handover
Poly. (Kegagalanhandover)
Gambar 4. 6 Grafik polynomial hubungan pengaruh antara jumlah
panggilan (call_attempt) terhadap tingkat kegagalan Soft Handover.
Berdasarkan perhitungan Jumlah Gala Kuadrat (lampiran) diperoleh
nilai JGK (Jumlah Gala Kuadrat) yang memiliki tingkat kesalahan yang
kecil adalah grafik linier. Sehingga persamaan yang digunakan adalah
persamaan linier yang terdapat pada grafik linier, yaitu Y = 0,4x + 1,6.
IV. 1. 2 Analisis Regresi Linier Sederhana
Untuk mencari pengaruh antara jumlah panggilan
(call_attempt) terhadap tingkat kegagalan Soft Handover
menggunakan analisis statistik yaitu model analisis regresi linier
sederhana dengan perhitungan menggunakan komputer program
SPSS 11 yang diperoleh hasil seperti pada tabel 4.6.
Berdasarkan perhitungan maka langkah selanjutnya adalah
melakukan uji hipotesis nyata tidaknya model regresi linier dengan
mengambil Hipotesis :
54
H0 : = 0
H1 : 0
Atau dengan kata lain
H0 : Ada pengaruh yang dominan antara interferensi, fading,
propagasi, dan lain-lain terhadap tingkat kegagalan Soft
Handover.
H1 : Ada pengaruh yang dominan antara jumlah panggilan
(call_attempt) terhadap tingkat kegagalan Soft Handover.
Sehingga diperoleh nilai F0 berdasarkan hasil perhitungan SPSS
sebesar 18,900.
Kriteria penolakan :
Tolak H0, jika :
F0 > F 1, n-2
Dengan mengambil taraf signifikansi ( ) sebesar 5 %, maka dari
tabel distribusi F didapat nilai F tabel untuk F0,05, 1, 8 = 5,32
Dikarenakan 18,900 > 5,32, maka H0 ditolak. Artinya dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan secara linier antara jumlah
panggilan (call_attempt) terhadap tingkat kegagalan Soft
Handover.
Berdasarkan gambar 4. 4 diperoleh persamaan regresi linier
sederhana :
Y = 0,4 X + 1,6
55
Sedangkan untuk pengujian keberartian koefisien regresi dapat
dilakukan sebagai berikut :
1) Koefisien pertama (konstanta), diperoleh nilai t hitung sebesar
-1,195, dengan mengambil hipotesis :
H0 : koefisien regresi tidak signifikan.
H1 : koefisien regresi signifikan.
Dan mengambil taraf signifikansi sebesar 5 %, maka nilai t
tabel atau t0, 0,25, 8 =2,306, sehingga :
Dikarenakan -1,195 < 2,306, maka tidak dapat menolak H0 atau
dengan kata lain konstanta tidak berpengaruh.
2) Koefisien kedua, diperoleh nilai t hitung sebesar 4,347, dengan
mengambil hipotesis :
H0 : koefisien regresi tidak signifikan.
H1 : koefisien regresi signifikan.
Dan mengambil taraf signifikansi sebesar 5 %, maka nilai t
tabel atau t0, 0,25, 8 = 2,306, sehingga :
Dikarenakan 4,347 > 2,306, maka tidak menolak H0 atau
dengan kata lain banyaknya jumlah panggilan (call_attempt)
mempunyai pengaruh yang dominan terhadap tingkat kegagalan
Soft Handover.
56
IV. 1. 2 Analisis Korelasi Linier Sederhana
Untuk mengetahui adanya adanya hubungan antara jumlah
panggilan (call_attempt) dengan tingkat kegagalan Handover
dilakukan perhitungan menggunakan komputer program SPSS 11.
Berdasarkan hasil pehitungan diperoleh nilai r = 0,838, maka
dengan mengambil hipotesis :
H0 : rxy = 0
H1 : rxy = 0
Atau dengan kata lain :
H0 : Korelasi antara dua variabel adalah nol.
H1 : Korelasi antara dua variabel adalah tidak sama dengan
nol.
Sehingga diperoleh nilai t0 berdasarkan rumus :
rxy n-2 t0 = (1-r2
xy)
0,838 8 t0 = = 4,34 1-0,702
Kriteria penolakan :
Tolak H0 jika :
t0 > t /2, v atau t0 < -t /2, v
Dengan mengambil taraf signifikansi ( ) sebesar 5 %, maka dari
tabel distribusi t didapat nilai t tabel untuk t0,025, 8 = 2,306.
57
Dikarenakan 4,34 > 2,306, maka H0 ditolak. Artinya dapat
disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang nyata dan bersifat positif
antara jumlah panggilan (call_attempt) dengan tingkat kegagalan
Soft Handover.
Koefisien determinasinya t2 = (0,838)2 = 0,702. Hal ini berarti nilai
rata-rata kegagalan Soft Handover sebesar 70,2 % ditentukan oleh
banyaknya jumlah panggilan (call_attempe) yang terjadi, melalui
persamaan regresi Y = 0,4 X + 1,6. Sisanya 29,8 % ditentukan
oleh faktor lain.
59
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat kesimpulan sebagai
berikut :
1) Terdapat pengaruh positif dan nyata antara jumlah panggilan
(call_attempt) dengan tingkat kegagalan (fail) pada Hard Handover
sistem Code Division Multiple Access (CDMA), hal ini dibuktikan dari
perhitungan hasil penelitian yaitu t hitung (5,871) > t tabel (2,306),
dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, artinya jika jumlah
panggilan (call_attempt) semakin besar maka tingkat kegagalan (fail)
juga akan semakin besar.
2) Hasil perhitungan dalam penelitian menunjukkan nilai rata-rata
kegagalan Hard Handover setiap harinya sebesar 50,28 %.
3) Hasil perhitungan dalam penelitian menunjukkan nilai koefisien
determinasinya sebesar 0,812, yang berarti pengaruh jumlah panggilan
(call_attempt) terhadap kegagalan (fail) pada Hard Handover sebesar
81,2 % dan sisanya 18,8 % dipengaruhi oleh faktor lain.
4) Hasil perhitungan dalam penelitian menunjukkan nilai rata-rata
kegagalan Soft Handover setiap harinya sebesar 0,34 %.
5) Terdapat pengaruh positif dan nyata antara jumlah panggilan
(call_attempt) dengan tingkat kegagalan (fail) pada Soft Handover
59
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat kesimpulan sebagai
berikut :
1) Terdapat pengaruh positif dan nyata antara jumlah panggilan
(call_attempt) dengan tingkat kegagalan (fail) pada Hard Handover
sistem Code Division Multiple Access (CDMA), hal ini dibuktikan dari
perhitungan hasil penelitian yaitu t hitung (5,871) > t tabel (2,306),
dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, artinya jika jumlah
panggilan (call_attempt) semakin besar maka tingkat kegagalan (fail)
juga akan semakin besar.
2) Hasil perhitungan dalam penelitian menunjukkan nilai rata-rata
kegagalan Hard Handover setiap harinya sebesar 50,28 %.
3) Hasil perhitungan dalam penelitian menunjukkan nilai koefisien
determinasinya sebesar 0,812, yang berarti pengaruh jumlah panggilan
(call_attempt) terhadap kegagalan (fail) pada Hard Handover sebesar
81,2 % dan sisanya 18,8 % dipengaruhi oleh faktor lain.
4) Hasil perhitungan dalam penelitian menunjukkan nilai rata-rata
kegagalan Soft Handover setiap harinya sebesar 0,34 %.
5) Terdapat pengaruh positif dan nyata antara jumlah panggilan
(call_attempt) dengan tingkat kegagalan (fail) pada Soft Handover
60
sistem Code Division Multiple Access (CDMA), hal ini dibuktikan dari
perhitungan hasil penelitian yaitu t hitung (4,347) > t tabel (2,306),
dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, artinya jika jumlah
panggilan (call_attempt) semakin besar maka tingkat kegagalan (fail)
juga akan semakin besar.
6) Hasil perhitungan dalam penelitian menunjukkan nilai koefisien
determinasinya sebesar 0,702, yang berarti pengaruh jumlah panggilan
(call_attempt) terhadap kegagalan (fail) pada Soft Handover sebesar
70,2 % dan sisanya 29,8 % dipengaruhi oleh faktor lain.
V. 2 Saran
Setelah melihat hasil dari penelitian ini maka, saran yang dapat
diberikan adalah :
1) Dalam rangka meningkatkan layanan (Quality Of Service) kepada
pengguna jasa telekomunikasi, pihak PT. TELKOM Flexi Semarang
sebaiknya mengurangi tingkat kegagalan sekecil mungkin.
2) PT. TELKOM Flexi Semarang sebaiknya juga memperhatikan faktor
lain, seperti letak geografis, alam, cuaca, dan lain-lain agar mekanisme
Handover dapat berjalan secara optimal.
59
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan danKebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka.
Sugiyono, Prof. Dr. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: PT. Rineka Cipta
Wahana komputer & ANDI offset. 2002. 10 Model Penelitian danpengolahannya dengan SPSS 10.01. Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Santoso, Gatot. 2004. Sistem Selular CDMA. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Riaz Ismailzadeh dan Masao Nakagawa. 2003. TDD-CDMA for WirelessCommunications. Norwood: ARTECH HOUSE, INC.
Stavroulakis, Peter. 2003. Interference Analysis and Reduction for WirelessSystems. Norwood: ARTECH HOUSE, INC.
Janevski, Toni. 2003. Traffic Analysis and Design of Wireless IP NetworksNorwood: ARTECH HOUSE, INC.
Burns, Paul. 2003. Software Defined Radio for 3G. Norwood: ARTECHHOUSE, INC.
Ramjee Prasad dan Marina Ruggieri, 2003. Technology Trends in WirelessCommunications. Norwood: ARTECH HOUSE, INC.
Amitava Mukherjee, Somprakash Bandyopadhyay, Debashis Saha. 2003.Location Management and Routing in Mobile Wireless Networks.Norwood: ARTECH HOUSE, INC
Korhonen, Jura. 2003. Introduction to 3G Mobile Communications secondedition. Norwood : ARTECH HOUSE, INC.