i
PROSES PENYELENGGARAAN
KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN
DI DESA JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jurusan / Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Oleh :
Cuk Hanarko
H 0405002
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
PROSES PENYELENGGARAAN
KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN
DI DESA JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR
yang dipersiapkan dan disusun oleh
Cuk Hanarko
H 0405002
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : April 2010 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua
Ir. Sutarto, MSi NIP. 19530405 198303 1 002
Anggota I
Arip Wijianto, SP., MSi NIP. 19771226 200501 1 002
Anggota II
Ir. Supanggyo, MP NIP. 19471007 198103 1 001
Surakarta, April 2010
Mengetahui Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian Dekan
Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat serta hidayahNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Proses
Penyelenggaraan Kegiatan Penyuluhan Pertanian Di Desa Jati, Kecamatan Jaten,
Kabupaten Karanganyar”.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Surakarta.
2. Bapak Dr. Ir. Kusnandar, MSi, selaku Ketua Jurusan/Program Studi
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta
3. Bapak Ir. Sutarto, MSi, selaku pembimbing utama skripsi yang telah
membimbing dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Arip Wijianto, SP., MSi, selaku pembimbing pendamping skripsi yang
telah membimbing dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Ir. Supanggyo, MP selaku dosen penguji tamu yang telah meluangkan
waktu untuk menguji hasil skripsi.
6. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar dan Penyuluh Pertanian
Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar.
7. Perangkat desa dan segenap masyarakat Desa Jati atas kesempatan yang
diberikan untuk melakukan penelitian.
8. Ayah, ibu dan teman–teman yang telah memberikan banyak dukungan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kemajuan di masa mendatang.
Surakarta, April 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii
RINGKASAN ............................................................................................. viii
SUMMARY .................................................................................................. ix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 5
B. Kerangka Berpikir ........................................................................... 21
C. Dimensi Penelitian ........................................................................... 22
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian ................................................................. 25
B. Lokasi Penelitian ............................................................................. 25
C. Teknik Cuplikan (Sampling) ............................................................ 26
D. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 27
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 28
F. Pembuatan Catatan Lapang ............................................................. 29
G. Validitas Data .................................................................................. 29
H. Teknik Analisis Data ....................................................................... 33
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam ................................................................................. 36
B. Tata Guna Lahan Pertanian .............................................................. 36
v
C. Keadaan Penduduk ......................................................................... 37
D. Keadaan Pertanian .......................................................................... 41
E. Profil Singkat Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Jaten ................. 41
F. Gambaran Umum Kelompok Tani Desa Jati .................................. 44
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perencanaan Penyuluhan ................................................................. 47
B. Pelaksanaan Penyuluhan ................................................................ 60
C. Hasil Penyuluhan ............................................................................ 69
D. Evaluasi Penyuluhan ........................................................................ 70
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 74
B. Saran ............................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rincian Triangulasi Data .................................................................... 31 Tabel 2. Rincian Triangulasi Metode ................................................................ 32 Tabel 3. Rincian Triangulasi .............................................................................. 33 Tabel 4. Luas Wilayah Menurut Jenis Lahan Sawah dan Lahan Kering
di Desa Jati Tahun 2009 ..................................................................... 37 Tabel 5. Distribusi penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Jati Tahun
2009 .................................................................................................... 38 Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Jati ............. 39 Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Jati
Tahun 2009 ........................................................................................ 40 Tabel 8. Daftar Kelompok Tani BPP Jaten ....................................................... 42 Tabel 9. Daftar Nama Petugas Penyuluhan Kecamatan Jaten ........................... 43 Tabel 10. Inventaris Barang BPP Kecamatan Jaten .......................................... 43 Tabel 11. Gambaran Umum Kelompok Tani Desa Jati .................................... 44
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir ........................................................................ 21 Gambar 2. Catatan Lapang ............................................................................. 29 Gambar 3. Struktur Organisasi BPP Jaten ............................................................42
viii
RINGKASAN
CUK HANARKO. H0405002. “PROSES PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DI DESA JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR“. Di bawah bimbingan Ir. Sutarto, MSi dan Arip Wijianto, SP., MSi.
Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal yang bertujuan untuk memberikan perubahan terhadap petani dan keluarganya. Dengan adanya perubahan yang terjadi maka diharapkan kesejahteraan akan terwujud. Sehingga hal ini akan mewujudkan pembangunan pertanian yang merata.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses perencanaan penyuluhan pertanian, mengetahui pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian, mengetahui hasil dari penyuluhan pertanian, dan mengetahui proses evaluasi pernyuluhan pertanian yang dilakukan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.
Metode penelitian kualitatif digunakan sebagai metode dasar dari penelitian ini. Jenis dan sumber data menggunakan data primer dan data sekunder. Penentuan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling atau disengaja. Untuk uji validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber dan metode. Sedangkan untuk analisis data melalui proses reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian didapatkan bahwa proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar meliputi perencanaan penyuluhan, pelaksanaan penyuluhan, hasil penyuluhan dan evaluasi penyuluhan. Perencanaan dituangkan dalam rencana kegiatan penyuluh pertanian Desa Jati. Perencanaan dibuat untuk lebih memudahkan dalam pelaksanaan penyuluhan. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Jati telah dilaksanakan rutin setiap bulannya di masing-masing kelompok tani yang ada di Desa Jati serta telah dapat memberikan perubahan bagi kesejahteraan sasaran penyuluhan di Desa Jati. Untuk memudahkan penyuluh dalam pelaksanaan penyuluhan berkelanjutan maka penyuluh di Desa Jati melakukan evaluasi dengan tujuan untuk meninjau ulang masalah apa saja yang belum tercapai sesuai tujuan. Evaluasi yang dilakukan meliputi dua proses yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan dengan mengevaluasi jalannya kegiatan penyuluhan. Evaluasi tersebut dilakukan juga dengan musyawarah antara penyuluh dengan sasaran yang dilakukan saat pertemuan. Sedangkan evaluasi hasil dilakukan oleh penyuluh dengan mengevaluasi dari hasil yang telah dicapai dalam penyuluhan. Hasil penyuluhan yang telah dicapai dituangkan penyuluh dalam laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian.
ix
SUMMARY
CUK HANARKO. H0405002. “PROCESS OF THE
IMPLEMENTATION AGRICULTURAL EXTENSION ACTIVITY IN VILLAGE JATI SUBDISTRICT JATEN REGENCY KARANGANYAR”. Under guidances Ir. Sutarto, MSi and Arip Wijianto, SP., MSi.
Agricultural extension is an non formal education to give a change to the farmers and their family. With the change occurring, it is expected that welfare will be realized. So, it will realize the agricultural development distributed evenly.
This research aims to find out the planning process of agricultural extension, to find out the implementation process of agricultural extension, to find out the result of agricultural extension and to find out the evaluation process held in Village Jati, Subdistrict Jaten, Regency Karanganyar.
The qualitative research method was employed as the basic method in this research. The data used are primary and secondary. The informan was determined using purposive sampling technique. The data validity test was done using source and method triangulations technique. Meanwhile, the data analysis was done through the process of data reduction, display and conclusion drawing.
The research found that the process of implementation of outreach activities conducted in the village of Jati, District Jaten, Karanganyar District includes the extension planning, extension implementation, extension result and extension evaluation. Plan set forth in the plan of agricultural extension activities Jati village. Planning was made to better facilitate the implementation of the extension. Agricultural extension activities in the village of Jati has been carried out routinely every month in each of the existing farmers' groups in the village of Jati and have been able to provide for the welfare change targets in the village of Jati extension. To facilitate the extension implementation of extension education in the village of Jati an evaluation in order to review any issues that have not archieved the purpose. Evaluation includes two of the evaluation process and evaluation process results. The evaluation process is done by evaluating the course of counseling activities. The evaluation was conducted also with the discussion between the instructor with a target made at the meeting. While the evaluation results conducted by trainers with a view of the report of agricultural extension activities.
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian terpenting dari
pembangunan ekonomi, karena pembangunan pertanian merupakan salah satu
pemacu meningkatnya pertumbuhan perekonomian nasional. Pembangunan
ekonomi bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat ke taraf yang
lebih baik. Dalam pembangunan ekonomi ini, sektor pertanian masih
diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam peningkatan
pendapatan nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja dan
penyediaan bahan pangan.
Pertanian merupakan bagian dari perekonomian yang penting di
Indonesia. Mayoritas penduduk Indonesia, yang sebagian besar tinggal di
daerah pedesaan, hingga saat ini masih menyandarkan mata pencahariannya
pada sektor pertanian. Salah satu upaya untuk menciptakan pertanian yang
berhasil adalah melalui kegiatan penyuluhan pertanian.
Penyuluhan akan dikatakan berhasil, apabila telah terjadi perubahan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap dari sasaran sehingga akan tercipta
kesejahteraan bagi sasaran penyuluhan tersebut. Untuk mendukung
terciptanya kegiatan penyuluhan yang berhasil maka perlu dilakukan
persiapan sebelum dilakukan kegiatan penyuluhan. Tidak hanya itu saja, untuk
mendukung kegiatan penyuluhan yang berkelanjutan maka perlu dilakukan
evaluasi terhadap kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan.
Penyuluhan diperlukan guna mensukseskan tercapainya pembangunan
pertanian Indonesia yang menyeluruh. Untuk menciptakan kesuksesan
pembangunan pertanian tersebut, maka penyuluhan pertanian di seluruh
wilayah Indonesia harus dilakukan dengan benar. Semakin banyak penyuluhan
pertanian yang berhasil maka harapan pembangunan pertanian akan mudah
tercapai. Untuk itu perlu proses penyelenggaraan penyuluhan di masing-
1
xi
masing daerah yang sesuai dengan programa penyuluhan yang telah diatur
pemerintah.
Desa Jati merupakan salah satu desa di Kecamatan Jaten yang
melaksanakan kegiatan penyuluhan. Semua desa di Indonesia yang melakukan
penyuluhan pertanian diharapkan akan berhasil menciptakan perubahan demi
tercapainya pembangunan pertanian. Dari hal ini maka Desa Jati merupakan
salah satu desa yang diharapkan dapat menciptakan pembangunan pertanian
yang berhasil. Untuk mendukung tercapainya pembangunan pertanian, maka
penyuluhan pertanian yang berhasil perlu dilaksanakan di Desa Jati. Sehingga
untuk mengetahui keberhasilan penyuluhan di Desa Jati maka perlu diketahui
bagaimana proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan yang dilakukan di
desa tersebut.
B. Perumusan Masalah
Penyuluhan pertanian merupakan salah satu usaha pemerintah untuk
mewujudkan terciptanya pembangunan pertanian. Melalui penyuluhan
pertanian akan tercipta perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan dari
sasaran penyuluhan. Dalam hal ini adalah petani dan keluarganya sehingga
kesejahteraan pun akan dapat dirasakan. Hal ini berarti penyuluhan merupakan
salah satu jalan yang penting dalam rangka mewujudkan pembangunan
pertanian. Untuk itu keberhasilan kegiatan penyuluhan sangat penting untuk
diperhatikan.
Keberhasilan proses penyuluhan dapat tercapai apabila dilakukan
persiapan melalui tahap perencanaan hingga tahap evaluasi. Perencanaan perlu
dilakukan demi suksesnya penyelenggaraan kegiatan penyuluhan, sedangkan
evaluasi diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan hal-hal yang
dirasa masih kurang dalam penyelenggaraan penyuluhan sehingga evaluasi
dilakukan demi keberlanjutan proses kegiatan penyuluhan itu sendiri. Semua
hal tersebut akan tercakup dalam proses penyelenggaraan kegiatan
penyuluhan.
xii
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Jati, Kecamatan Jaten,
Kabupaten Karanganyar. Penyelenggaraan penyuluhan di Desa Jati
dilaksanakan setiap bulan yang masing-masing berbeda tanggal
pelaksanaannya antara kelompok tani yang satu dengan kelompok tani yang
lain. Sehingga untuk memberikan jawaban tentang bagaimana proses
menyelenggarakan kegiatan penyuluhan, maka peneliti berusaha untuk
melakukan penelitian di Desa Jati tentang bagaimana penyelenggaraan
kegiatan penyuluhan pertanian di desa tersebut dilakukan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana perencanaan penyuluhan pertanian yang dilakukan dalam
menyelenggarakan kegiatan penyuluhan di Desa Jati, Kecamatan Jaten,
Kabupaten Karanganyar?
2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Jati,
Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar?
3. Bagaimana hasil dari penyuluhan pertanian di Desa Jati, Kecamatan Jaten,
Kabupaten Karanganyar?
4. Bagaimana evaluasi pernyuluhan pertanian yang dilakukan di Desa Jati,
Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin
dicapai antara lain :
1. Mengetahui perencanaan penyuluhan pertanian yang dilakukan dalam
menyelenggarakan kegiatan penyuluhan di Desa Jati, Kecamatan Jaten,
Kabupaten Karanganyar.
2. Mengetahui pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Jati,
Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.
3. Mengetahui hasil dari penyuluhan pertanian di Desa Jati, Kecamatan Jaten,
Kabupaten Karanganyar.
xiii
4. Mengetahui evaluasi pernyuluhan pertanian yang dilakukan di Desa Jati,
Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar yang
harus ditempuh untuk mendapatkan banyak pengetahuan tentang
bagaimana proses menyelenggarakan kegiatan penyuluhan dari awal
hingga akhir.
2. Bagi penyuluh, dapat sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
langkah dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan.
3. Bagi petani, dapat dijadikan informasi tentang manfaat diadakannya suatu
penyuluhan pertanian.
4. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan informasi untuk meneliti lebih lanjut
mengenai proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan.
xiv
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan Pertanian
Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya sadar dan terencana
untuk melaksanakan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau
kesejahteraan seluruh warga masyarakat untuk jangka waktu panjang yang
dilaksanakan oleh pemerintah yang didukung oleh partisipasi
masyarakatnya, dengan menggunakan teknologi yang terpilih
(Departemen Kehutanan, 1996).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagai buah keberhasilan
pembangunan telah menimbulkan dampak negatif terhadap ketersediaan
sumber daya alam dan kualitas lingkungan. Sebagai gambaran, sektor
pertanian yang bertumpu pada potensi sumber daya alam banyak
mengalami pengurasan sehingga ketersediaan dan kualitas sumber daya
alam makin menurun. Akibatnya, setelah hampir empat dasawarsa
pembangunan berlangsung, kondisi pertanian nasional masih dihadapkan
pada berbagai masalah, antara lain:
1. menurunnya kesuburan dan produktivitas lahan
2. berkurangnya daya dukung lingkungan
3. meningkatnya konversi lahan pertanian produktif
4. meluasnya lahan kritis
5. meningkatnya pencemaran dan kerusakan lingkungan
6. menurunnya nilai tukar, penghasilan dan kesejahteraan petani
7. meningkatnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran di pedesaan
8. terjadinya kesenjangan sosial di masyarakat
Pembangunan yang hanya berorientasi pada percepatan pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan pendapatan telah mengakibatkan dampak
negatif pada ketersediaan sumber daya alam dan kualitas lingkungan
(Saptana dan Ashari, 2007).
5
xv
Pembangunan pertanian bertujuan untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan hal tersebut ada beberapa
strategi pembangunan pertanian yang perlu diperhatikan. Strategi
pembangunan pertanian tersebut adalah :
1. Meningkatkan penyediaan air, benih, agrokimia, kredit, teknologi tepat
guna, jalan, industri pengolahan, penyimpanan, pemasaran,
penyuluhan, pelatihan, keamanan serta menyempurnakan peraturan
pertanahan dan peraturan perundangan lainnya.
2. Mengembangkan usaha agribisnis on dan off farm terutama on farm
agar layak kredit, menyejahterakan, berdaya saing tinggi dan
berkelanjutan.
3. Menghilangkan monopoli, mengatur pembagian kegiatan usaha, serta
membangun kemitraan antara UKM, Koperasi dan Usaha Besar yang
harmonis. Petani sebagai pengusaha kecil dibina agar memiliki
sebagian saham pada perusahaan pertanian besar dan menengah.
4. Memproduktifkan semaksimal mungkin lahan-lahan terlantar dan
mengembangkan lahan kering beririgasi dan lahan rawa pasang surut
agar layak kredit, menyejahterakan, berkelanjutan dan berdaya saing
tinggi.
5. Memperkuat kelembagaan dan organisasi ekonomi petani,
meningkatkan kepastian hukum dan keterbukaan dalam
penyelenggaraan kegiatan pembangunan.
6. Mengembangkan usaha atau industri terutama yang berbasis pertanian
di pedesaan, dekat dengan sumber daya/bahan baku dan menyediakan
”off farm job” di kawasan pertanian.
7. Meneruskan kegiatan transmigrasi dari daerah berlahan sempit ke
daerah berpenduduk jarang dengan sekaligus menerapkan strategi di
atas.
(Wisnusaputra, 2006)
Pembangunan pertanian merupakan salah satu tulang punggung
pembangunan nasional dan implementasinya harus sinergis dengan
xvi
pembangunan sektor lainnya. Pelaku pembangunan pertanian meliputi
departemen teknis terkait, pemerintah daerah, petani, pihak swasta,
masyarakat, dan pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya.
Koordinasi di antara pelaku pembangunan pertanian merupakan kerangka
mendasar yang harus diwujudkan guna mencapai tujuan dan sasaran yang
ditetapkan (Iqbal, 2007).
Mosher (Mardikanto, 1994) menyatakan bahwa pembangunan
pertanian pada hakekatnya merupakan turut campur tangan manusia di
dalam perkembangan tanaman dan atau hewan untuk sebesar-besarnya
kesejahteraannya. Artinya manusia dengan memanfaatkan pengetahuan,
ketrampilan, modal dan kelembagaan yang ada berupaya memanfaatkan
sumberdaya alam, terutama tanaman dan atau hewan untuk terus-menerus
dapat memperbaiki kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
Arti penting dan peranan pertanian bagi pembangunan suatu
bangsa telah ditunjukkan oleh pengalaman nyata beberapa negara di dunia.
Sehingga pembangunan pertanian menjadi suatu hal yang sangat penting,
yang tujuan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Meningkatkan taraf hidup petani, khususnya petani kecil melalui
peningkatan pendapatan dan kegiatan usaha pertaniannya.
2. Meningkatkan kemampuan petani serta daya saing produk dan jasa
pertanian nasional dalam menghadapi persaingan pasar bebas.
3. Mencegah degradasi lingkungan akibat kegiatan pertanian dan
kegiatan sektor lain sehingga dapat menjaga keseimbangan dan
keberlanjutan ekologis.
4. Menjamin ketahanan pangan nasional yang dinamis secara
proporsional, bermutu dan aman.
5. Memanfaatkan sumberdaya alam secara rasional guna menjamin
kegiatan pembangunan pertanian secara berkelanjutan.
(Mangunwidjaja dan Sailah, 2005).
Hadisapoetra (Mardikanto, 2009) dengan tegas menyatakan bahwa
pelaku utama pembangunan pertanian di Indonesia pada dasarnya adalah
xvii
petani kecil, pekebun kecil, peternak skala kecil dan nelayan atau
petambak berlahan sempit.
Mosher dalam Mubyarto (1989) menyatakan bahwa ada lima
syarat yang tidak boleh tidak harus ada untuk adanya pembangunan
pertanian. Syarat-syarat mutlak tersebut adalah :
1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usahatani.
2. Teknologi yang senantiasa berkembang.
3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.
4. Adanya perangsang produksi bagi petani.
5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu.
Disamping syarat-syarat mutlak yang lima itu ada lima syarat lagi
yang adanya tidak mutlak tetapi kalau ada (atau dapat diadakan) benar-
benar akan sangat memperlancar pembangunan pertanian. Yang termasuk
syarat-syarat atau sarana pelancar itu adalah :
1. Pendidikan pembangunan.
2. Kredit produksi.
3. Kegiatan gotong-royong petani.
4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian.
5. Perencanaan nasional pembangunan pertanian.
2. Penyuluhan Pertanian
Salah satu upaya pemerintah untuk mensukseskan jalannya
pembangunan pertanian di Indonesia adalah melalui proses
penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Proses adalah urutan pelaksanaan
atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin
menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang
menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan
yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah
pengaruhnya (Anonima, 2009).
Beberapa pengertian lain dari proses yang disebutkan dalam kamus
besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, proses merupakan runtutan
xviii
perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu. Proses merupakan
rangkaian tindakan, perbuatan, atau pengolahan yang menghasilkan
produk (Departemen Pendidikan Nasional, 2007).
Sedangkan kata penyelenggaraan berasal dari kata selenggara yang
artinya mengurus dan mengusahakan sesuatu (seperti memelihara,
memiara, merawat). Sedangkan penyelenggaraan yaitu pemeliharaan,
pemiaraan, proses, cara, perbuatan menyelenggarakan dalam berbagai arti
(seperti pelaksanaan, penunaian) (Departemen Pendidikan Nasional,
2007).
Extension is an essential pillar for research and development.
However, unfortunately, a somewhat unhealthy perception of extension
prevails in many developing countries, caused by a weak extension lobby,
faulty initial organizational set-up, an inherent lack of trust in extension
by most of the research organizations, and traditionally poor career
development conditions in the profession of extension. Agricultural
research agendas remain largely academic unless extension workers
provide input in terms of the identified and as yet unsolved field problems
of the farmers. Research focuses on the technical aspects for generating
useful technologies, while extension focuses on the acceptance and
adoption of those technologies by users. Applied research institutions need
strong extension services to work in a field problems-oriented mode, and
the extension services need the backstopping of strong applied agricultural
research institutions to effectively serve the farming communities (Qamar,
2005).
Pernyataan Qamar di atas menunjukkan bahwa penyuluhan
merupakan pilar yang amat penting bagi pembangunan. Beberapa persepsi
yang tidak bagus muncul dari beberapa negara berkembang terhadap
penyuluhan. Hal ini karena disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
karena kesalahan dalam membangun organisasi penyuluhan,
ketidakpercayaan antara penyuluhan oleh kebanyakan lembaga atau
organisasi penelitian serta kondisi yang lemah dalam mengembangkan
xix
profesi dari penyuluhan itu sendiri. Lembaga penelitian lebih fokus pada
penciptaan dan pengembangan teknologi atau inovasi, sedangkan
penyuluhan lebih fokus pada adopsi dan penerimaan dari teknologi atau
inovasi tersebut. Sehingga dalam hal ini untuk mewujudkan pembangunan
pertanian yang berhasil, maka lembaga penelitian membutuhkan
penyuluhan sebagai penyalur dari inovasi atau teknologi kepada sasaran
sehingga secara efektif dapat melayani masyarakat petani.
Penyuluhan pertanian sebenarnya memiliki pengertian yang
beragam antara yang satu dengan yang lain. Namun sebenarnya pada
intinya adalah sama. Di dalam UU No 16 Tahun 2006 (Departemen
Pertanian Republik Indonesia, 2006) disebutkan bahwa penyuluhan
pertanian, perikanan, dan kehutanan merupakan proses pembelajaran bagi
pelaku utama agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Jack Ferner (Ibrahim et al., 2003) mengatakan bahwa penyuluhan
pertanian merupakan ilmu terapan yang secara khusus mempelajari teori,
prosedur dan cara yang dapat digunakan untuk menyampaikan teknologi
baru kepada petani melalui proses pendidikan, sehingga petani mengerti,
menerima dan menggunakan teknologi baru untuk memecahkan masalah-
masalah yang dihadapinya.
In the past, extension services, largely public, were equated with
the transfer of agricultural production technology in pre-determined
“packages”. Extension systems are now understood to be much broader
and more diverse, including public and private sector and civil society
institutions that provide a broad range of services (advisory, technology
transfer, training, promotional, and information) on a wide variety of
subjects (agriculture, marketing, social organization, health and
xx
education) needed by rural people to better manage their agricultural
systems and livelihoods (Miller, 2006).
Pernyataan Miller di atas menunjukkan bahwa di masa lalu, jasa
penyuluhan disamakan dengan transfer atau perpindahan teknologi
produksi pertanian ke dalam sebuah paket. Namun sekarang sistem
penyuluhan banyak dipahami oleh berbagai pihak mulai dari umum,
masyarakat sipil dan sektor swasta yang memiliki kebutuhan akan jasa
(penasehat, transfer teknologi, pelatihan, promosi dan informasi) dalam
bidang yang lebih luas (pertanian, pemasaran, organisasi sosial, kesehatan
dan pendidikan) yang dibutuhkan oleh orang-orang pedesaan untuk lebih
baik dalam mengatur sistem pertanian mereka.
The agricultural extension system is one of the primary vehicles for
diffusing technologies and therefore clearly has an important role to play
in the development process. By shifting development paradigm,
experiences in agricultural extension and development have indicated that
traditional approaches will need to transform in order to move toward
sustainability (Allahyari, 2009).
Pernyataan Allahyari di atas menunjukkan bahwa sistem
penyuluhan pertanian merupakan salah satu sarana utama dalam
mendifusikan atau menyalurkan teknologi sehingga memiliki peran
penting dalam proses pembangunan. Dengan bergesernya paradigma
pembangunan, penyuluhan pertanian dalam pembangunan dibutuhkan
untuk menciptakan perubahan ke arah ketahanan.
Fungsi penyuluhan pada hakekatnya adalah memberikan jalan
kepada para petani untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya (cara-
cara dan teknologi baru). Fungsi penyuluh menimbulkan dan merangsang
kesadaran para petani agar dengan kemauan sendiri dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya itu. Fungsi penyuluh lainnya adalah
menjembatani gap antara praktek yang harus dijalankan oleh petani
dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang yang menjadi
kebutuhan para petani tersebut. Penyuluhan dengan penyuluhnya
xxi
merupakan jembatan (penghubung) yang bersifat dua arah (two way
traffic) antara :
a. Pengetahuan yang dibutuhkan para petani dan pengalaman yang biasa
dilakukan para petani.
b. Pengalaman baru dengan para ahli (Dunia Ilmu Pengetahuan), dalam
hal ini para ahli memberikan cara pemecahannya.
(Kartasapoetra, 1991).
Extension is too often merely seen as a vehicle for spreading
scientific and technical progress and technology transfer. Agricultural
extension activity facilitates :
a. Direct exchanges between producers as a way of diagnosing problems,
capitalizing on existing knowledge, exchanging experiences,
disseminating proven improvements, and even fashioning common
projects.
b. Relations between producers and service providers (including public
extension services. Extension services give ongoing support to
producer projects, evolving together with the clients. Extension
provides sources of support, analysis, and methods to producers.
Extension is advisory, not prescriptive.
(Neuchatel Group, 1999).
Neuchatel Group (1999) menyatakan bahwa penyuluhan sering
dipandang sebagai sarana untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan transfer teknologi. Kegiatan penyuluhan pertanian
memudahkan dalam :
a. Pertukaran atau pertemuan langsung antara produsen sebagai jalan
dalam menganalisa masalah, perluasan pengetahuan, pertukaran
pengalaman, peningkatan dan membantu dalam menunjukkan proyek
kepada khalayak umum.
b. Penghubung antara produsen dan jasa pelayanan. Penyuluhan
memberikan jasa pelayanan dalam mendukung proyek dari para
produsen yang menghubungkan langsung dengan klien.
xxii
Hal ini menunjukkan bahwa penyuluh dalam kegiatan penyuluhan dapat
berfungsi sebagai jembatan antara produsen dengan sasaran yaitu
masyarakat petani.
Tyler dalam Mardikanto (1993) menyampaikan tahapan dalam
perumusan programa penyuluhan pendidikan suatu model perumusan
programa penyuluhan terdiri dari atas 5 tahapan yaitu :
a. Pengenalan dan analisis keadaan.
b. Penetapan tujuan program.
c. Penetapan alternatif kegiatan.
d. Penetapan kegiatan yang terpilih.
e. Pelaksanaan kegiatan.
Mereka yang berkecimpung dalam penyuluhan sering disebut
dengan berbagai istilah yaitu “petugas penyuluhan”, “agen penyuluhan”,
atau “pekerja penyuluhan”, “agen penyuluhan” harus dapat menganalisis
situasi yang sedang berkembang agar mereka selalu siap untuk
memberikan peringatan kepada petani secara “tepat waktu”. Agen
penyuluhan dapat membantu petani menentukan tujuannya yang mantap
(Van den Ban dan Hawkins, 2003).
Sebagai agen perubahan, penyuluh memiliki beberapa peran. Ada
dua peran yang berkaitan dengan adopsi inovasi. Pertama, peran
menghubungkan sistem sumber perubahan dengan sistem sasaran
perubahan. Dalam menghubungkan kedua sistem tersebut, penyuluh
menyediakan saluran tempat diluncurkannya inovasi kepada sasaran.
Kedua, sebagai akseleran proses adopsi. Dalam mempengaruhi
pengambilan keputusan adopsi inovasi, yaitu keputusan optional yang
diambil secara individual, keputusan kolektif dan keputusan kekuasaan.
Dasar penggolongan jenis keputusan tersebut adalah proses atau siapa
yang harus berhak mengambil keputusan untuk mengadopsi suatu inovasi.
Keputusan yang diambil secara individual, relaitif lebih cepat daripada
adopsi inovasi yang harus menunggu keputusan kelompok (kolektif) dan
xxiii
lebih cepat lagi daripada keputusan yang hanya berhak diambil oleh
penguasa (Rejeki dan Herawati, 1999).
Penyuluh membantu petani dalam usaha meningkatkan produksi
dan mutu hasil produksinya guna meningkatkan kesejahteraan mereka.
Oleh karena itu para penyuluh mempunyai banyak peran antara lain
penyuluh sebagai pembimbing petani, organisator, dinamisator, pelatih,
teknisi dan jembatan penghubung antara keluarga petani dan instansi
penelitian di bidang pertanian. Penyuluh juga berperan sebagai agen
pembaharu yang membantu petani mengenal masalah-masalah yang
mereka hadapi dan mencari jalan keluar yang diperlukan (Suhardiyono,
1992).
3. Perencanaan Penyuluhan
Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi,
membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana
aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari
semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan
(Anonimb, 2010).
Perencanaan dibuat untuk membantu memilih alternatif yang
paling baik dan paling efisien. Jadi perencanaan merupakan kumpulan dari
pengambilan keputusan. Secara prinsip, perencanaan dilakukan agar setiap
kegiatan memiliki tujuan yang jelas dan ada cara yang paling tepat dan
efisien untuk mencapai tujuan tersebut. Memang, prinsip utama setiap
perencanaan adalah bahwa ia ditujukan untuk pencapaian tujuan.
Perencanaan adalah suatu cara untuk membuat kesalahan di atas kertas.
Perencanaan adalah suatu cara untuk merencanakan perjalanan kita dari
satu tempat ke tempat berikutnya, dari satu kondisi atau keadaan ke
kondisi atau keadaan yang diinginkan (Pratama, 2008).
Perencanaan penyuluhan pertanian merupakan proses kegiatan
yang mengandung pemilihan usaha-usaha yang akan dilakukan di masa
xxiv
mendatang berdasarkan kondisi saat ini yang meliputi identifikasi
masalah-masalah yang dihadapi petani sasaran dan sumberdaya yang
tersedia, penentuan materi penyuluhan, metode penyuluhan, personil,
waktu dan tempat penyuluhan pertanian, implementasi rencana
penyuluhan pertanian, monitor dan mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan
pertanian (Ibrahim et al., 2003).
Pernyataan-pernyataan tentang perencanaan menurut Harold R
Baker (Ibrahim et al., 2003) dijelaskan bahwa elemen-elemen proses
perencanaan penyuluhan pertanian meliputi analisis situasi, identifikasi
kebutuhan sasaran, inventarisasi sumber daya di tingkat petani, pemilihan
metode dan alat bantu penyuluhan, implementasi program serta evaluasi
proses dan hasil.
4. Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan
Pelaksanaan penyuluhan pertanian adalah tindakan-tindakan nyata
dari apa-apa yang telah ditetapkan/dituliskan dalam programa penyuluhan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian perlu
ditentukan materi apa yang perlu disampaikan, dimana penyuluhan
pertanian akan dilaksanakan, kapan penyuluhan pertanian dilaksanakan,
siapa yang melakukan penyuluhan dan bagaimana cara melakukan
(Ibrahim et al., 2003).
Kegiatan penyuluhan pertanian melibatkan dua kelompok yang aktif.
Di satu pihak adalah kelompok penyuluh dan yang kedua adalah kelompok
yang disuluh. Penyuluh adalah kelompok yang diharapkan mampu membawa
sasaran penyuluhan pertanian kepada cita-cita yang telah digariskan.
Sedangkan yang disuluh adalah kelompok yang diharapkan mampu
menerima paket penyuluhan pertanian (Sastraatmadja, 1993).
Penyuluhan dapat berlangsung efektif, oleh karena itu hal yang
harus selalu diutamakan adalah “kejelasan komunikasi”, yang sangat
tergantung ketiga unsur komunikasi yaitu:
xxv
1. Unsur pesan
Pesan berisi hal-hal yang dengan mudah dipahami oleh sasaran, baik
mengenai isi materi, bahasa yang digunakan dan disampaikan pada
waktu dan tempat yang sesuai.
2. Unsur media/saluran komunikasi
Saluran yang digunakan harus terbebas dari gangguan, baik gangguan
teknis (jika menggunakan media massa) ataupun gagasan sosial
budaya (jika menggunakan media antar pribadi).
3. Unsur penyuluh dan sasarannya.
(Departemen Kehutanan, 1996)
Pelaksanaan penyuluhan tidak akan pernah lepas dari metode
penyuluhan. Sastraatmadja (1993) mengungkapkan bahwa yang dimaksud
dengan metode biasanya identik dengan prosedur, tata cara atau aturan
main. Dalam kaitannya dengan kegiatan penyuluhan pertanian, maka yang
disebut dengan metode penyuluhan pertanian adalah aturan main yang
sebaiknya diterapkan guna mewujudkan cita-cita sakral dari penyuluhan
pertanian itu sendiri. Metode penyuluhan pertanian, umumnya akan
berhubungan dengan alat atau sistem apa yang seharusnya dilaksanakan.
Soedarmanto (Ibrahim et al., 2003) mengemukakan bahwa metode
penyuluhan yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Sesuai dengan keadaan sasaran
Apakah sasaran dalam tahap mengenal, menaruh minat, menilai,
mencoba mengadopsi suatu inovasi. Apabila petani sasaran pada tahap
ingin mengetahui dan menaruh minat, metode massal lebih sesuai
digunakan. Apabila petani sasaran pada tahap menilai, mencoba,
metode kelompok lebih sesuai digunakan. Sedangkan apabila dalam
tahap menerapkan maka metode perseorangan paling sesuai
diterapkan.
2. Cukup kuantitas dan kualitas
Artinya penyuluh menguasai banyak metode penyuluhan pertanian
sehingga dapat dilakukan pemecahan masalah-masalah penyuluhan.
xxvi
3. Tepat mengenai sasaran dan waktunya
Tepat sasaran dapat diartikan bahwa penyuluhan pertanian yang
digunakan disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan daya serap
petani sasaran.
4. Materi akan lebih mudah diterima dan dimengerti
Artinya materi penyuluhan harus sederhana dan dapat
dikomunikasikan dengan bahasa petani, sehingga petani sasaran dapat
memahami materi yang disuluhkan.
5. Murah pembiayaannya
Artinya penyuluhan dapat dilaksanakan dengan biaya relatif murah
sehingga dapat terlaksana secara kontinyu dan dapat merespon reaksi
petani dari proses penyuluhan yang dilakukan.
Metode penyuluhan dapat dibagi menjadi beberapa macam.
Berdasarkan media yang digunakan maka metode penyuluhan dapat
dibedakan menjadi tiga antara lain media lisan, media cetak dan media
terproyeksi. Berdasarkan hubungan antara penyuluh dengan sasaran maka
dapat dibedakan menjadi komunikasi langsung dan tidak langsung.
Sedangkan berdasarkan kondisi psiko sosial sasarannya maka metode
penyuluhan dapat dibedakan menjadi pendekatan perorangan, kelompok
dan massal.
Pelaksanaan penyuluhan juga harus memperhatikan teknik
penyuluhan yang akan digunakan. Menurut Mardikanto dan Wijianto
(2005) menyatakan bahwa teknik penyuluhan adalah cara penyuluh untuk
mendekatkan materi dengan sasarannya. Ada banyak beragam teknik
penyuluhan yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan penyuluhan
diantaranya dengan teknik individu kunci, surat-menyurat, kunjungan,
karyawisata, dan juga demonstrasi. Selain itu teknik penyuluhan juga
dapat dibagi lagi menjadi teknik ceramah, teknik kuliah, teknik kursus,
kelompencapir, pameran, pertunjukan, radio, televisi.
xxvii
5. Hasil Penyuluhan
Penyuluhan pertanian menurut Van den Ban dan Hawkins (1999)
berfungsi membantu petani menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan
melakukan perkiraan ke depan, membantu menyadarkan petani terhadap
kemungkinan timbulnya masalah dari analisis tersebut, meningkatkan
pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu masalah serta
membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki
petani, membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan
dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang
ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan,
membantu petani memutuskan pilihan yang tepat yang menurut pendapat
mereka sudah optimal, meningkatkan motivasi petani untuk dapat
menerapkan pilihannya dan membantu petani untuk mengevaluasi dan
meningkatkan ketrampilan dalam membentuk pendapat dan pengambilan
keputusan yang tepat.
Penyuluhan diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap. Pengetahuan dikatakan meningkat bila terjadi
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih
tahu. Ketrampilan dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari yang
tidak mampu menjadi mampu melakukan suatu pekerjaan yang
bermanfaat. Sikap dikatakan meningkat, bila terjadi perubahan dari yang
tidak mau menjadi mau, memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang
diciptakan (Ibrahim et al., 2003).
Seorang penyuluh pada hakekatnya tidak hanya bertugas
menyampaikan pesan, namun harus berinteraksi terus dengan khalayak
sasaran hingga terjadi adopsi inovasi yang berupa perubahan perilaku
dalam pengetahuan, sikap dan ketrampilan dalam mengadopsi inovasi
tersebut (Rejeki dan Herawati, 1999).
xxviii
6. Evaluasi Penyuluhan
Kata evaluasi berasal dari Bahasa Inggris evaluation yang berarti
penilaian atau penaksiran. Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi
merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu
objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan
tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Evaluasi mengandung
pengertian suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu. Evaluasi merupakan serangkaian kegiatan yang sistematis yang
dilakukan dalam rangka untuk mengetahui apakah suatu kegiatan
pendidikan telah berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau belum
(Wakhinuddin, 2009).
Suharsimi Arikunto (Lababa, 2008) evaluasi adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah
menyediakan informasi-informasi yang berguna untuk menentukan
kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.
Stake (Ibrahim et al., 2003) menyatakan evaluasi programa
penyuluhan merupakan proses yang memerlukan pengumpulan, mengolah
dan interpretasi data dalam proses penyuluhan. Secara khusus evaluasi
penyuluhan pertanian dapat didefinisikan sebagai proses pemberian nilai
(scoring) secara terus-menerus dan sistematis terhadap penyuluhan
pertanian. Proses evaluasi meliputi pengembangan kriteria penilaian yang
relevan dengan evaluasi penyuluhan, pengumpulan data dan informasi
yang cukup guna memberikan penilaian terhadap kegiatan penyuluhan
yang dilaksanakan.
Jenis evaluasi yang tepat untuk mengevaluasi penerapan metode
dan teknik penyuluhan adalah evaluasi proses dan hasil.
a. Evaluasi proses yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi
seberapa jauh proses kegiatan yang telah dilakukan sesuai (dalam arti
xxix
kuantitatif ataupun kualitatif dengan proses kegiatan yang seharusnya
dilaksanakan sebagaimana telah dirumuskan dalam programnya).
b. Evaluasi hasil, yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi
tentang seberapa jauh tujuan-tujuan yang direncanakan telah dapat
dicapai, baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif.
(Mardikanto dan Wijianto, 2005).
xxx
B. Kerangka Berpikir
Suatu kegiatan penyuluhan akan dikatakan berhasil apabila telah
terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan sehingga nantinya
diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan dari sasaran penyuluhan.
Untuk itu dalam proses penyelenggaraannya harus memperhatikan beberapa
langkah antara lain proses perencanaan sebelum pelaksanaan, proses jalannya
kegiatan, proses akhir kegiatan dan tahap evaluasi kegiatan. Sehingga hal
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Berpikir Proses Penyelenggaraan Kegiatan Penyuluhan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar
Perencanaan : 1. Analisis situasi dan
khalayak 2. Kebijaksanaan
pemerintah 3. Pembiayaan
penyuluhan. 4. Pemilihan metode,
teknik, alat bantu serta alat peraga penyuluhan. Pelaksanaan penyuluhan :
1. Materi apa yang perlu disampaikan
2. Dimana penyuluhan pertanian akan dilaksanakan
3. Kapan penyuluhan pertanian dilaksanakan
4. Siapa yang melakukan penyuluhan
5. Bagaimana sistem kerja 6. Metode dan teknik penyuluhan.
Hasil penyuluhan : Perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
Evaluasi : 1. Evaluasi proses 2. Evaluasi hasil.
xxxi
C. Dimensi Penelitian
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan awal dari pelaksanaan suatu program.
Perencanaan penyuluhan pertanian merupakan proses kegiatan yang
mengandung pemilihan usaha-usaha yang akan dilakukan di masa
mendatang. Dalam kegiatan perencanaan dapat meliputi :
a. Analisis situasi dan khalayak.
Berfungsi untuk mengetahui karakteristik dari sasaran penyuluhan dan
juga situasi yang berada di sekitar sasaran.
b. Kebijaksanaan pemerintah.
Menentukan kelancaran dari proses jalannya penyelenggaraan
penyuluhan. Kebijakan ini berasal dari pejabat pemerintah setempat
maupun pusat.
c. Pembiayaan penyuluhan.
Merupakan besarnya anggaran atau modal yang digunakan dalam
penyuluhan termasuk sumber dari pembiayaan tersebut.
d. Pemilihan metode, teknik dan alat bantu penyuluhan.
Metode penyuluhan adalah cara penyuluh untuk mendekatkan dirinya
dengan sasaran penyuluhan. Teknik penyuluhan adalah cara penyuluh
untuk mendekatkan materi dengan sasarannya. Sedangkan alat bantu
penyuluhan yaitu alat atau sarana penyuluhan yang diperlukan oleh
seorang penyuluh guna memperlancar proses mengajarnya selama
kegiatan penyuluhan dilaksanakan seperti kurikulum, alat tulis, papan
tulis, lembar persiapan penyuluhan, sarana ruangan dan sarana lain
yang dapat membantu penyuluh tersebut.
2. Pelaksanaan penyuluhan
a. Materi apa yang perlu disampaikan.
Menyangkut program yang akan diberikan dalam suatu kegiatan
penyuluhan pertanian kepada sasaran yang telah disesuaikan dengan
kebutuhan sasaran.
xxxii
b. Dimana penyuluhan pertanian akan dilaksanakan.
Tempat pelaksanaan dari kegiatan penyuluhan itu sendiri. Kegiatan
penyuluhan bisa dilakukan di dalam ruang (rumah) ataupun di luar
ruang (sawah atau lapang).
c. Kapan penyuluhan pertanian dilaksanakan.
Meliputi hari, tanggal, jam diselenggarakannya kegiatan penyuluhan.
d. Siapa yang melakukan penyuluhan.
Petugas penyuluh yang telah ditunjuk untuk melakukan penyuluhan
terhadap sasaran.
e. Bagaimana sistem kerja.
Meliputi kegiatan teori yang dilakukan dengan pemberian materi
terlebih dahulu kepada sasaran. Kemudian praktek pelaksanaan dari
materi yang telah dilaksanakan.
f. Metode dan teknik penyuluhan.
Meliputi metode dan teknik apa yang dipakai dalam pelaksanaan
penyuluhan.
3. Hasil penyuluhan
Penyuluhan yang telah dilakukan diharapkan dapat mewujudkan
perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Pengetahuan dikatakan
meningkat bila terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan yang
sudah tahu menjadi lebih tahu. Sikap dikatakan meningkat, bila terjadi
perubahan dari yang tidak mau menjadi mau, memanfaatkan kesempata-
kesempatan yang diciptakan. Ketrampilan dikatakan meningkat bila terjadi
perubahan dari yang tidak mampu menjadi mampu melakukan suatu
pekerjaan yang bermanfaat.
4. Evaluasi
Ada dua evaluasi antara lain :
a. Evaluasi proses yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi
seberapa jauh proses kegiatan yang telah dilakukan sesuai (dalam arti
kuantitatif ataupun kualitatif dengan proses kegiatan yang seharusnya
dilaksanakan sebagaimana telah dirumuskan dalam programnya).
xxxiii
b. Evaluasi hasil, yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi
tentang seberapa jauh tujuan-tujuan yang direncanakan telah dapat
dicapai, baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif.
xxxiv
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Penelitian kualitatif merupakan penelitian dengan pendekatan
fenomenologis berusaha untuk memahami makna dari berbagai peristiwa dan
interaksi manusia di dalam situasinya yang khusus. Penelitian dengan cara ini
dimulai dengan sikap diam dan terbuka tanpa prasangka. Aritnya peneliti tidak
menganggap dirinya mengetahui makna dari berbagai hal yang terjadi dan ada
pada orang-orang yang sedang dipelajarinya. Sikap diam dan terbuka ini
merupakan usaha untuk bisa menangkap segala kemungkinan (dengan pikiran
tanpa prasangka dan tidak berpikir prodiktif) dari apa yang sedang dipelajari.
Dengan demikian cara fenomenologis menekankan pada berbagai aspek
subjektif dari perilaku manusia supaya dapat memahami tentang bagaimana
dan apa makna yang mereka bentuk dari berbagai peristiwa di dalam
kehidupan mereka sehari-harinya (Sutopo, 2002).
Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural
setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Metode
kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan
penghayatan. Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna
suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut
perspektif peneliti sendiri (Usman dan Akbar, 2008).
B. Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini bertempat di Desa Jati. Desa Jati memiliki
tiga kelompok tani adalah Kelompok Tani Rukun Makarti, Mbangun Coro dan
Rukun Makaryo. Dalam pelaksanaan penyuluhan di tiga kelompok tani di
Desa Jati berbeda-beda tanggal pelaksanaannya dan dilaksanakan setiap bulan.
Untuk Kelompok Tani Rukun Makarti pelaksanaannya setiap tanggal 1,
Kelompok Tani Mbangun Coro setiap tanggal 5 dan Kelompok Tani Rukun
Makaryo setiap tanggal 15. Hal tersebut membuktikan bahwa pelaksanaan
25
xxxv
penyuluhan di Desa Jati rutin dilaksanakan setiap bulannya. Selain itu yang
membuat Desa Jati menjadi desa yang unik dibandingkan dengan desa-desa
lain di Kecamatan Jaten adalah Desa Jati dijadikan sebagai hulu saluran irigasi
di Kecamatan Jaten. Hal ini karena Desa Jati berbatasan langsung dengan
Kecamatan Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo.
C. Teknik Cuplikan (Sampling)
Penelitian kualitatif tidak memilih sampling (cuplikan) yang bersifat
acak (random sampling) yang merupakan teknik sampling yang paling kuat
digunakan dalam penelitian kuantitatif. Teknik cuplikannya cenderung bersifat
“purposive” karena dipandang lebih mampu menangkap kelengkapan dan
kedalaman data di dalam menghadapi realitas yang tidak tunggal. Pilihan
sampel diarahkan pada sumber data yang dipandang memiliki data yang
penting yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Di dalam
menghadapi subjek yang diteliti, peneliti kualitatif tidak memandangnya
sebagai responden tetapi sebagai informan, karena yang terpenting bukan
penelitinya dengan pikiran-pikirannya tetapi informasi yang diberikan oleh
informan (narasumber). Jumlah sampling tidak ditentukan sebab yang penting
bukan jumlahnya tetapi kelengkapan dan kedalaman informasi yang bisa
digali sesuai dengan yang diperlukan bagi pemahaman masalahnya (Sutopo,
2002).
Cuplikan dalam penelitian kualitatif sering juga dinyatakan sebagai
internal sampling. Dalam cuplikan yang bersifat internal, cuplikan diambil
untuk mewakili informasinya dengan kelengkapan dan kedalamannya yang
tidak sangat perlu ditentukan oleh jumlah sumber datanya, karena jumlah
informan yang kecil bisa saja menjelaskan informasi tertentu secara lebih
lengkap dan benar daripada informasi yang diperoleh dari jumlah narasumber
yang lebih banyak yang mungkin kurang mengetahui dan memahami
informasi yang sebenarnya (Sutopo, 2002).
Dalam penelitian kualitatif sampel lebih sering disebut sebagai
informan. Informan dalam penelitian ini antara lain :
xxxvi
1. Anna Maria Handariyati (Koordinator BPP Jaten (penyuluh senior))
2. Indri Saptaningsih (PPL Desa Jati)
3. Mariman Bakri (Petani dan Ketua Kelompok Tani Mbanguncoro)
4. Suyanto (Petani dan Ketua Kelompok Tani Rukun Makaryo)
5. Suwanto (Petani dan Ketua Kelompok Tani Rukun Makarti)
6. Hariyanta (Tokoh Masyarakat dan Kepala Desa Jati)
Informan kunci dalam penelitian ini adalah Ibu Anna Maria
Handariyati. Informan kunci adalah informan awal yang ditentukan oleh
peneliti yang dianggap memiliki pengetahuan lebih dari permasalahan yang
digali. Penentuan informan kunci harus melalui beberapa pertimbangan di
antaranya :
1. Orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi sesuai dengan
permasalahan yang diteliti.
2. Usia orang yang bersangkutan telah dewasa.
3. Orang yang bersangkutan sehat jasmani dan rohani.
4. Orang yang bersangkutan bersifat netral, tidak mempunyai kepentingan
pribadi untuk menjelekkan orang lain.
5. Orang yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang luas mengenai
permasalahan yang diteliti.
(Bungin, 2003).
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung dari
sumbernya. Dalam penelitian ini terdiri dari data yang diperoleh secara
langsung dari informan dengan melakukan wawancara dan observasi.
Data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari data-data tertulis.
Dalam hal ini data sekunder diperoleh dari arsip atau dokumen. Arsip atau
dokumen tersebut dapat diperoleh dari penyuluh yang bertugas di BPP (Balai
Penyuluhan Pertanian) setempat ataupun pejabat pemerintah setempat.
xxxvii
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh
informasi menggunakan 3 cara yaitu:
1. Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik
pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan
dan dicatat secara sistematis serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas)
dan kesahihannya (validitasnya). Keuntungan digunakan observasi yaitu
sebagai alat langsung yang dapat meneliti gejala, observer yang selalu
sibuk lebih senang diteliti melalui observasi daripada diberi angket atau
mengadakan wawancara, memungkinkan pencatatan serempak terhadap
berbagai gejala, karena dibantu oleh observer lainnya atau dibantu oleh
alat lainnya, tidak tergantung pada self-report (Usman dan Akbar, 2008).
2. Wawancara
Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih
secara langsung. Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang yang
diwawancarai disebut interciewee. Wawancara berguna untuk
mendapatkan data dari tangan pertama (primer), pelengkap teknik
pengumpulan lainnya, menguji hasil pengumpulan data lainnya. Teknik
pengumpulan data melalui wawancara mempunyai keuntungan sebagai
berikut salah satu teknik terbaik untuk mendapatkan data pribadi, tidak
terbatas pada tingkat pendidikan, asalkan responden dapat berbicara
dengan baik saja, dapat dijadikan pelengkap teknik pengumpulan data
lainnya, sebagai penguji terhadap data-data yang didapat dengan teknik
pengumpulan data lainnya (Usman dan Akbar, 2008).
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan
data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Keuntungan
menggunakan dokumentasi ialah biayanya relatif murah, waktu dan tenaga
lebih efisien. Sedangkan kelemahannya ialah data yang diambil dari
xxxviii
dokumen cenderung sudah lama. Data-data yang dikumpulkan dengan
teknik dokumentasi cenderung merupakan data sekunder (Usman dan
Akbar, 2008).
F. Pembuatan Catatan Lapangan
Catatan lapangan dibuat untuk memberikan dokumentasi tentang
pengumpulan data. Catatan lapangan dapat mempermudah dalam mengingat
kembali informasi yang didapatkan, cara pandang informan terhadap
informasi yang diberikan, waktu mendapatkan informasi dan peristiwa yang
terjadi pada saat mendapatkan informasi. Catatan lapangan dapat
mempermudah menganalisis keterkaitan antar peristiwa (Strauss dan Corbin,
2003).
Pembuatan catatan lapang dilakukan dengan bantuan kartu catatan
lapang. Bentuk dari catatan lapangan berisi tentang tempat dilakukan
wawancara, informan yang diwawancara, kode atau nomor, hari dan tanggal
pelaksanaan wawancara, waktu, judul, deskripsi wawancara, serta refleksi
peneliti. Sehingga dapat disajikan pada gambar 2:
Gambar 2. Kartu Catatan Lapang
G. Validitas Data
Validitas data merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian.
Data yang telah berhasil dikumpulkan, digali dan dicatat serta harus
Tempat : ………………. Ctt. Lapang no :……….. Informan : ………………. Hr/Tgl : ………. Waktu : ………. Disusun kembali jam : ………. Judul/topik : ………………………. Refleksi peneliti : ………………….. Deskripsi wawancara : ……………. ……………………………………..
xxxix
diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Hal ini karena validitas ini
merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil
penelitian (Sutopo, 2002).
Data yang telah diperoleh kemudian diuji kevaliditasannya dengan
menggunakan teknik triangulasi. Teknik ini menggunakan perbandingan data-
data yang telah diperoleh antara data yang satu dengan yang lainnya.
Triangulasi yaitu teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat
multiperspektif yang artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap
diperlukan tidak hanya satu cara pandang. Terdapat 4 teknik triangulasi yaitu
triangulasi data (sumber), triangulasi metode, triangulasi peneliti dan
triangulasi teori (Sutopo, 2002). Dalam penelitian ini akan menggunakan dua
teknik triangulasi antara lain triangulasi data (sumber), dan triangulasi metode.
Triangulasi sumber merupakan teknik triangulasi yang mana dalam
mengumpulkan data, peneliti harus menggunakan beragam sumber data yang
tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap
kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Tujuannya agar
peneliti memperoleh informasi dari narasumber yang berbeda-beda posisinya,
sehingga informasi dari narasumber yang satu dapat dibandingkan dengan
narasumber yang lain. Sedangkan triangulasi metode adalah suatu teknik
triangulasi dengan cara membandingkan hasil penggalian data dengan
beberapa metode, dalam hal ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi
(arsip). Sehingga lebih rinci dapat disajikan dalam tabel triangulasi pada tabel
1 dan tabel 2 :
xl
Tabel 1. Rincian Triangulasi Data No Data Suyanto Mariman
B Suwanto Hariyanta Indri S Anna
Maria H Kesimpulan
1. Perencanaan Penyuluhan
a. Analisis situasi dan khalayak
b. Kebijaksanaan pemerintah
c. Pembiayaan penyuluhan.
d. Pemilihan metode, teknik, alat bantu serta alat peraga penyuluhan.
2. Pelaksanaan Penyuluhan
a. Materi apa yang perlu disampaikan
b. Dimana penyuluhan pertanian akan dilaksanakan
c. Kapan penyuluhan pertanian dilaksanakan
d. Siapa yang melakukan penyuluhan
e. Bagaimana sistem kerja
f. Metode dan teknik penyuluhan
3. Hasil Penyuluhan 4. Evaluasi Penyuluhan
a. Evaluasi proses
b. Evaluasi hasil.
xli
Tabel 2. Rincian Triangulasi Metode No Data Wawancara Observasi Dokumen Kesimpulan 1. Perencanaan Penyuluhan
a. Analisis situasi dan khalayak
b. Kebijaksanaan pemerintah
c. Pembiayaan penyuluhan.
d. Pemilihan metode, teknik, alat bantu serta alat peraga penyuluhan.
2. Pelaksanaan Penyuluhan a. Materi apa yang
perlu disampaikan b. Dimana penyuluhan
pertanian akan dilaksanakan
c. Kapan penyuluhan pertanian dilaksanakan
d. Siapa yang melakukan penyuluhan
e. Bagaimana sistem kerja
f. Metode dan teknik penyuluhan
3. Hasil Penyuluhan 4. Evaluasi Penyuluhan
a. Evaluasi proses b. Evaluasi hasil.
Data yang diperoleh dari kedua teknik triangulasi di atas kemudian
akan dibandingkan antara triangulasi data dengan triangulasi metode untuk
mendapatkan satu rangkaian informasi yang utuh mengenai proses
penyelenggaraan penyuluhan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten
Karanganyar. Untuk lebih jelasnya disajikan pada tabel 3 :
xlii
Tabel 3. Rincian Triangulasi No Data Triangulasi Data Triangulasi Metode Kesimpulan
1. Perencanaan Penyuluhan a. Analisis situasi dan
khalayak b. Kebijaksanaan
pemerintah c. Pembiayaan
penyuluhan. d. Pemilihan metode,
teknik, alat bantu serta alat peraga penyuluhan.
2. Pelaksanaan Penyuluhan a. Materi apa yang perlu
disampaikan b. Dimana penyuluhan
pertanian akan dilaksanakan
c. Kapan penyuluhan pertanian dilaksanakan
d. Siapa yang melakukan penyuluhan
e. Bagaimana sistem kerja
f. Metode dan teknik penyuluhan
3. Hasil Penyuluhan 4. Evaluasi Penyuluhan
a. Evaluasi proses b. Evaluasi hasil.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data ialah proses pencarian dan penyusunan data yang
sistematis melalui transkrip wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi
yang secara akumulasi menambah pemahaman peneliti terhadap yang
ditemukan. Analisis data merujuk pada pengujian sistematis terhadap sesuatu
untuk menentukan bagian-bagiannya, hubungan di antara bagian-bagian dan
hubungan bagian-bagian itu dengan keseluruhan (Usman dan Akbar, 2008).
Tujuan analisis data ialah untuk mengungkapkan data apa yang masih
perlu dicari, hipotesis apa yang perlu diuji, pertanyaan apa yang perlu dijawab,
metode apa yang harus digunakan untuk mendapatkan informasi baru dan
kesalahan apa yang harus segera diperbaiki. Dalam suatu penelitian kualitatif,
xliii
proses analisis tidak dilakukan setelah data terkumpul seluruhnya, tetapi
dilakukan pada waktu bersamaan dengan proses pengumpulan data. Hal ini
dilakukan karena analisis ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
khusus yang bersifat menyeluruh tentang apa yang tercakup dalam
permasalahan yang sedang diteliti.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini akan mengacu
pada model analisa interaktif (interaktif model of analisis) oleh Miles dan
Huberman, yang terdiri dari tiga komponen analisis data, antara lain:
1. Reduksi data
Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi dilakukan sejak
pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode,
menelusuri tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan lain
sebagainya dengan maksud menyisihkan data/ informasi yang tidak
relevan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengategorisasikan, mengarahkan, membuang data yang
tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga
akhirnya data yang terkumpul dapat diversifikasi.
2. Penyajian data
Adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif.
Penyajian juga dapat berbentuk matriks, grafik, jaringan dan bagan.
Semunya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam
bentuk yang padu dan mudah dipahami.
3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Merupakan kegiatan di akhir penelitian kualitatif. Peneliti harus
sampai pada kesimpulan dan melakukan verifikasi, baik dari segi makna
maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh subjek tempat
xliv
penelitian dilaksanakan. Makna yang dirumuskan dari data harus diuji
kebenaran, kecocokan dan kekokohannya.
(Usman dan Akbar, 2008).
xlv
BAB IV
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam
Desa Jati adalah sebuah desa kecil yang masuk dalam Kecamatan Jaten
Kabupaten Karanganyar dan terletak pada ketinggian 90 meter di atas
permukaan air laut dengan suhu rata-rata 290 C, sehingga Desa Jati termasuk
dalam topografi dataran rendah. Secara keseluruhan Desa Jati memiliki luas
wilayah 265,47 ha, sedangkan batas-batas wilayah yang membatasi Desa Jati
dengan desa lain yaitu:
a. Sebelah Selatan : Kelurahan Suruhkalang
b. Sebelah Timur : Kelurahan Jungke
c. Sebelah Utara : Kelurahan Papahan
d. Sebelah Barat : Kecamatan Mojolaban
Secara administratif Desa Jati terdiri dari 4 kebayanan dengan jumlah
dusun ada 14 Dusun yaitu Dusun Pundak, Dusun Pundungrejo, Dusun Ocak-
Acik, Dusun Banaran, Dusun Mlori, Dusun Jati, Dusun Jetis, Dusun
Sorobaon, Dusun Dukuh, Dusun Gotanon, Dusun Ngentak, Dusun
Karangsono, Dusun Karang Duren dan Dusun Senden. Jarak Desa Jati dengan
pusat pemerintahan kota kecamatan yaitu berjarak 3 kilometer, sedangkan
jarak dengan kota kabupaten yaitu 4 kilometer.
Banyaknya curah hujan yang terjadi di Desa Jati Kecamatan Jaten
Kabupaten Karanganyar adalah 2000 milimeter per tahun. Sedangkan
banyaknya hari hujan di Desa Jati adalah sebanyak 75 hari hujan dan
banyaknya curah hujan banyak terjadi pada bulan Desember-Februari dan
kejadian ini hampir terjadi pada setiap tahunnya, sehingga pada bulan tersebut
termasuk ke dalam musim penghujan.
B. Tata Guna Lahan Pertanian
Luas wilayah lahan pertanian di Desa Jati, Kecamatan Jaten,
Kabupaten Karanganyar adalah 265,47 Ha. Luas lahan tersebut digunakan
36
xlvi
untuk mengusahakan berbagai usahatani. Usahatani di Desa Jati dibedakan
menjadi dua macam yaitu usahatani lahan sawah dan usahatani lahan kering.
Lebih jelasnya dapat disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4. Luas Wilayah menurut Jenis lahan sawah dan lahan kering di Desa Jati Tahun 2009
No Lahan Luas (Ha) Prosentase (%) 1 Lahan Sawah
171,34
64,54
2 Lahan Kering
76,58
28,85
3 Lain-lain 17,55 6,61
Jumlah lahan keseluruhan 265,47 100
Sumber : Monografi Desa Jati Tahun 2009
Tabel 4 menunjukkan bahwa lahan sawah Desa Jati Kecamatan Jaten
Kabupaten Karanganyar seluas 171,34 Ha. Jenis usahatani yang banyak
dilakukan oleh masyarakat Desa Jati adalah bercocok tanam padi. Sedangkan
untuk lahan kering seluas 76,58 Ha. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Desa
Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar merupakan daerah yang
potensial untuk kegiatan usahatani padi. Lahan kering di Desa Jati digunakan
oleh penduduk untuk pekarangan dan juga sebagai tempat bangunan-
bangunan seperti perumahan, gedung sekolah dan bangunan yang lain.
Sedangkan lahan seluas 17,55 Ha digunakan untuk fasilitas umum seperti
jalan, sungai atau tempat pemakaman.
C. Keadaan Penduduk
1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk
mengetahui sex ratio. Adapun keadaan penduduk menurut jenis kelamin
dapat disajikan pada tabel 5.
xlvii
Tabel 5. Distribusi penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Jati Tahun 2009.
No Jenis Kelamin Jumlah 1 Laki-Laki
3.047
2 Perempuan
3.104
Jumlah 6.151
Sumber : Monografi Desa Jati Tahun 2009
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan
sebanya 3.104 jiwa sedangkan untuk penduduk laki-laki berjumlah 3.047
jiwa. Dengan keadaan jumlah penduduk seperti ini maka dapat diketahui
bahwa penduduk perempuan lebih banyak dari pada penduduk laki-laki,
Sex ratio Desa Jati adalah :
Jumlah penduduk laki-laki Sex Ratio = x 100 Jumlah penduduk perempuan
3.047 = x 100
3.104 = 98,16 = 98
Sex ratio sebesar 98 menunjukkan bahwa tiap 100 penduduk
perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki. Hal ini menggambarkan bahwa
jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk
perempuan. Apabila angka SR (Sex Ratio) jauh di bawah 100, dapat
menimbulkan berbagai masalah. Ini berarti di wilayah tersebut kekurangan
penduduk laki-laki akibatnya antara lain kekurangan tenaga kerja laki-laki
untuk melaksanakan pembangunan, atau masalah lain yang berhubungan
dengan perkawinan. Apabila laki-laki lebih sedikit dibandingkan
perempuan ada kemungkinan penduduk ada yang tidak kawin karena
jumlahnya tidak sepadan. Hal ini dapat terjadi apabila suatu daerah banyak
penduduk laki-laki meninggalkan daerah atau kematian banyak terjadi
pada penduduk laki-laki.
xlviii
2. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan di suatu wilayah dapat menggambarkan
kualitas penduduk di wilayah tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan
maka kualitas penduduk akan semakin baik jika diukur dari aspek
pengetahuan. Namun hal ini belum tentu dapat menjamin kesadaran
masyarakat. Apabila tingginya tingkat pendidikan diiringi dengan
kesadaran yang tinggi pula, maka bukan hal yang mustahil jika dapat
mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang semakin baik pula.
Distribusi penduduk Desa Jati menurut tingkat pendidikan dapat dilihat
pada tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Jati
No Uraian Jumlah
1 2 3 4 5 6
Tamatan SD Tamatan SLTP Tamatan SLTA Belum Tamat SD Tamat Akademi/Perguruan Tinggi Tidak Sekolah
2463 1228 1040 690 263
8
Jumlah 5692
Sumber: Monografi Desa Jati Tahun 2009
Tabel di atas menunjukkan bahwa kebanyakan penduduk Desa Jati
rata-rata adalah tamatan SD yaitu sebesar 2463 orang. Sedangkan
penduduk yang tidak sekolah sebanyak 8 orang. Ini menunjukkan bahwa
rata-rata penduduk sudah menempuh jenjang pendidikan meskipun hanya
sampai tingkat SD. Sehingga bisa dikatakan penduduk Desa Jati telah
memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan.
3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Pembangunan daerah merupakan usaha peningkatan pendapatan
dan kesejahteraan warga masyarakat. Dalam upaya pembangunan daerah
salah satunya adalah ketersediaan lapangan pekerjaan. Untuk mengetahui
banyaknya jenis pekerjaan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten
Karanganyar dapat disajikan pada tabel 7.
xlix
Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Jati Tahun 2009
No Mata pencaharian Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Petani Buruh Tani Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Pengangkutan Pegawai Negeri Sipil Pensiunan
203 365 55 158 197 96 43 132 98
Jumlah 1347
Sumber : Monografi Desa Jati Tahun 2009
Tabel 7 diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Desa Jati
Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar bermata pencaharian buruh tani
yaitu 365 orang. Dengan demikian mayoritas penduduk Desa Jati bekerja
di bidang pertanian. Mata pencaharian menunjukkan besarnya sumbangan
pendapatan yang diperoleh penduduk dari kegiatan ekonomi, sehingga
jenis mata pencaharian penduduk hanya semata-mata untuk pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini bila dilihat dari mata pencaharian
penduduk Desa Jati yang sebagian besar sebagai buruh tani maka
penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan tersebut memang semata-mata
hanya cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari saja. Berbeda halnya
dengan petani yang memiliki lahan sawah sendiri yang biasanya
penghasilannya jauh lebih besar dari pada buruh tani sehingga penghasilan
yang didapat pun selain untuk kebutuhan hidup sehari-hari juga bisa
digunakan untuk kebutuhan yang lain seperti meningkatkan potensi
pertanian yang dimiliki atau untuk kebutuhan yang lain.
l
D. Keadaan Pertanian
Penduduk Desa Jati sebagian besar bekerja di sektor pertanian secara
turun temurun. Hasil produksi pertanian di Desa Jati adalah komoditas padi
dengan luas panen 533,10 Ha dapat menghasilkan produksi padi sebanyak
3.411,84 ton. Hal tersebut disebabkan karena lahan sawah yang digunakan
sudah tergolong dalam sawah teknis, sehingga kebutuhan air tanah tetap
terjaga dan dapat dipenuhi sesuai dengan kehendak petani itu sendiri.
E. Profil Singkat Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Jaten
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Jaten merupakan satu diantara 17
BPP yang ada di Kabupaten Karanganyar yang terletak di Kecamatan Jaten,
Kabupaten Karanganyar. Pada mulanya nama BPP Jaten adalah kantor
penyuluhan. Wilayah kecamatan awalnya dibagi menjadi WKPP (Wilayah
Kerja Penyuluhan Pertanian) yang dikoordinatori oleh seorang koordinator
penyuluh lapang. Kemudian berdasarkan UU No 16 Tahun 2006 dan
diperkuat dengan PERDA No 5 Tahun 2009 akhirnya nama kantor
penyuluhan diubah menjadi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP).
BPP Jaten membawahi kelompok tani sebanyak 24 kelompok tani
yang tersebar di delapan desa. Adapun kelompok tani yang ada di wilayah
BPP Jaten dapat disajikan pada tabel 8 :
li
Tabel 8. Daftar Kelompok Tani BPP Jaten
No Nama Luas Sawah Jumlah Anggota Desa
1. Sari Dadi I 66,5 152 Suruh Kalang Sari Dadi II 68,5 148 Sari Dadi III 69,3 164 2. Rukun Makarti 58 164 Jati Mbanguncoro 66 172 Rukun Makaryo 58,7 166 3. Ngudi Rejeki 39 45 Jaten Ngudi Makmur 39 60 Ngudi Subur 35 60 4. Langgeng Mulyo 62 51 Dagen Basuki 42 39 Handoyo Tani 38 74 5. Margo Tani 38 96 Jetis Sumber Rejeki 44 150 Kismo Rejo 45 60 6. Marsudi Tani 60 100 Brujul Subur Makmur 40 120 Sido Makmur 60 98 Ngudi Makmur 40 121 7. Tani Makaryo 60 162 Ngringo 8. Sumber Rejeki I 69 121 Sroyo Sumber Rejeki II 71 142 Sumber Rejeki III 38 67 Sumber Rejeki IV 45 62
Sumber : BPP Jaten 2009 BPP Jaten memiliki struktur organisasi yang terdiri dari koordinator
dan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL). Yang dapat disajikan pada gambar
berikut :
Gambar 3. Struktur Organisasi BPP Jaten
Koordinator BPP Jaten
Penyuluh atau THL
Penyuluh atau THL
Penyuluh atau THL
lii
Koordinator BPP bertugas mengkoordinasi keseluruhan dari kinerja kegiatan
penyuluhan yang diselenggarakan. Penyuluh bersama dengan THL (Tenaga
Harian Lepas) bertugas melaksanakan penyuluhan di wilayah kerja yang telah
ditetapkan. Adapun nama koordinator penyuluh BPP dan petugas penyuluhan
di Desa Jati dapat disajikan pada tabel 9 sebagai berikut :
Tabel 9. Daftar Nama Petugas Penyuluhan Desa Jati Tahun 2009
No Nama Petugas Jabatan Dalam Tim
Jabatan Dalam Dinas
Wilayah Kerja Penyuluh
1. Anna Maria H, STP Koordinator PNS Kec. Jaten 2. Widodo, SP PPL PNS Ds. Nglingo 3. Darwati, SP PPL PNS Ds. Jaten 4. Suranto, SPT PPL PNS Ds. Mbrujul 5. Sadino, STP PPL PNS Kec. Jaten 6. Hariyono PPL THL Ds. Suruhkalang 7. Ikhwan Hadi PPL THL Ds. Ndagen 8. Dwi Hartati PPL THL Ds. Jetis 9. Ir.Tri Susityoatmoko PPL THL Ds. Sroyo 10. Indri Saptaningsih PPL THL Ds. Jati
Sumber : BPP Jaten 2009
BPP Jaten memiliki inventaris atau alat-alat penunjang untuk kegiatan
penyuluhan baik untuk keperluan pribadi bagi penyuluh maupun untuk
kegiatan lapang. Inventaris barang yang ada di kantor BPP Jaten dapat
disajikan pada tabel 10 sebagai berikut :
Tabel 10. Inventaris Barang BPP Kecamatan Jaten Tahun 2009
No Nama Barang Jumlah Asal Pendanaan 1. Meja kantor 5 Dinas Pertanian 2. Almari 1 BPP Jaten 3. Mesin ketik 1 BPP Jaten 4. Data dinding 2 BPP Jaten 5. Jam dinding 1 BPP Jaten 6. Kipas angin 1 BPP Jaten 7. Papan acara 1 BPP Jaten 8. Kaca rias 1 BPP Jaten 9. kursi 10 Kecamatan Jaten 10. Perangkat Uji
Tanah Sawah (PUTS)
1 Pemerintah pusat
Sumber : BPP Jaten 2009
liii
F. Gambaran Umum Kelompok Tani Desa Jati
Kelompok tani merupakan kumpulan petani yang terbentuk
berdasarkan keakraban dan keserasian serta kesamaan kepentingan dalam
memanfaatkan sumber daya pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan
anggotanya. Anggota kelompok tani adalah para petani sebagai pengelola
usaha tani yang terdaftar sebagai anggota kelompok dapat berupa petani
dewasa maupun petani muda. Pada dasarnya kelompok tani ditumbuhkan
berdasarkan wilayah, satu dusun atau lebih yang dapat berupa kelompok
hamparan atau kelompok domisili tergantung dari kondisi penyebaran
penduduk dan lahan usaha taninya di wilayah tersebut. Dalam
pertumbuhannya tersebut perlu diperhatikan kondisi-kondisi kesamaan
kepentingan sumber daya alam, sosial ekonomi, keakraban, saling
mempercayai dan keserasian hubungan antar petani sehingga setiap anggota
kelompok dapat merasakan, memiliki dan menikmati manfaat sebesar-
besarnya apa yang ada dalam kelompok.
Desa Jati memiliki kelompok tani sebanyak tiga kelompok yaitu
Kelompok Tani Mbangun Coro, Kelompok Tani Rukun Makarti dan
Kelompok Tani Rukun Makaryo. Secara umum kelompok tani di Desa Jati
dapat disajikan pada tabel 11.
Tabel 11. Kelompok Tani Desa Jati Tahun 2009
Wilayah Kelompok Tani
Nama Kelompok Tani
Kelas Kelompok Jumlah Anggota
Dusun Jati Dusun Ndukuh Dusun Banaran
Mbangun Coro Rukun Makarti Rukun Makaryo
Madya Lanjut Lanjut
172 164 166
Sumber : BPP Jaten Tahun 2009
Ketiga kelompok tani di Desa Jati didirikan pada tahun 1980.
Pembentukan kelompok tani di Desa Jati pada mulanya dimulai dengan
diadakannya pertemuan-pertemuan biasa antara petani dan masyarakat
setempat. Karena pertemuan-pertemuan yang dilakukan ternyata dirasa sangat
penting. Akhirnya pembentukan pengurus pun dilakukan yaitu sekitar tahun
1980. Dalam pembentukannya akhirnya dipilihlah nama untuk masing-masing
liv
kelompok tani. Pada mulanya eksistensi dari kelompok tani di Desa Jati tidak
begitu jelas. Dalam artian kadang aktif dilakukan penyuluhan atau pertemuan
dan kadang tidak dilakukan sama sekali. Hal ini disebabkan karena
masyarakat belum begitu menganggap penting terhadap manfaat penyuluhan
itu sendiri. Kemudian mulailah ditetapkan jadwal tetap bagi masing-masing
kelompok tani. Untuk lebih jelasnya maka ketiga kelompok tani di Desa Jati
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kelompok Tani Mbangun Coro
Kelompok tani ini berada di Dusun Jati berdiri tanggal 21 Oktober 1980.
Dengan susunan organisasi antara lain :
Pelindung : Hariyanta
Penasehat : Sarimin
Sesepuh : Suparjo, Suwarno
Ketua : Mariman Bakri
Sekretaris : Sumarno, Suwardi
Bendahara : Mulyono, Samadi
Seksi :
- Pengamat Lingkungan : Martosuwiryo
- Wanita tani : Sunarti
- Peternakan/pengairan : Samadi, Wiknyo Suratno, Jumadi
- Penghubung : Suwarto
2. Kelompok Tani Rukun Makarti
Kelompok tani ini berdiri tanggal 25 Februari 1980 bertempat di Dusun
Ndukuh. Dengan kepengurusan antara lain sebagai berikut :
Pelindung : Hariyanta
Penasehat : Sarimin
Ketua : Suwanto
Sekretaris : Wagiman
Bendahara : Sutarman
Seksi :
- Pengairan : Wiyono, Hadi Sukimin
lv
- Peternakan dan perikanan : Suroto, Mitro Suroso
- Penghubung : Suradi, Mitromidi
- Pengamat hama : Citro Rebo, Ngatno
- Wanita tani : Sunarmi, Nunuk
3. Kelompok Tani Rukun Makaryo
Kelompok Tani ini berdiri tanggal 14 Februari 1980 bertempat di Dusun
Banaran. Dengan kepengurusan sebagai berikut :
Pelindung : Hariyanta
Penasehat : Sarimin
Sesepuh : Suwardi
Ketua : Suyanto
Sekretaris : Mulato
Bendahara : Supardi
Seksi :
- Pengairan : Ngatno, Sardi
- Penghubung : Suwarto
- Pengamat hama : Tulus
- Lingkungan : Prasetyono
- Saprodi : Tulus Suroyo
lvi
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perencanaan Penyuluhan
Perencanaan merupakan modal awal dalam setiap pelaksanaan suatu
kegiatan. Dalam setiap kegiatan baik itu kegiatan yang dibuat oleh suatu
individu maupun program yang dikoordinasi secara kelompok, hampir semua
memiliki suatu perencanaan. Meskipun perencanaan tidak secara mutlak harus
dibuat namun untuk mewujudkan hasil yang sesuai dengan tujuan maka
perencanaan menjadi komponen yang tidak mungkin untuk ditinggalkan.
Perencanaan dibuat karena adanya tujuan yang ingin dicapai. Dalam
penyuluhan, tujuan utama yang ingin dicapai adalah menciptakan perubahan.
Baik itu perubahan pengetahuan, sikap maupun ketrampilan dari sasaran.
Namun pada kenyataannya tidaklah mudah untuk menciptakan suatu
perubahan. Perubahan dapat tercapai melalui suatu proses. Begitu juga dengan
keberhasilan penyuluhan pertanian. Penyuluhan yang berhasil harus melalui
tahap yang penting. Diantara tahap-tahap tersebut yaitu tahap perencanaan.
Beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar perencanaan penyuluhan dapat
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan menurut Compton (Ibrahim et
al., 2003) antara lain :
1. Pengembangan programa penyuluhan pertanian merupakan program yang
tidak pernah berakhir, artinya bila suatu program berakhir maka
dilanjutkan dengan penyusunan programa penyuluhan pertanian lainnya
2. Programa penyuluhan pertanian merupakan cara untuk memecahkan
masalah dan memperbaiki kualitas hidup manusia tanpa memperhatikan
darimana sumber programa penyuluhan tersebut berasal.
3. Dengan adanya perencanaan penyuluhan pertanian memungkinkan dipilih,
diorganisir dan diatur sumberdaya pengetahuan, teknologi, personal,
kondisi lingkungan fisik dan metode penyuluhan yang dapat membantu
masyarakat mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
47
lvii
4. Pengetahuan dan ketrampilan tenaga professional perlu diimbangi dengan
pengetahuan dan ketrampilan petani sasaran untuk memperoleh solusi
optimal mengenai masalah-masalah yang dihadapinya.
5. Selain mencapai perubahan yang diinginkan kadang-kadang terdapat
perubahan yang tidak diinginkan. Dengan demikian perencanaan
penyuluhan pertanian harus membantu mengarahkan petani sasaran untuk
memperbaiki perilakunya guna mencapai masa depan yang lebih baik.
6. Perencanaan penyuluhan tidak bersifat kaku dan ketat tetapi diusahakan
fleksibel dan bersifat hati-hati.
7. Masyarakat seringkali dapat menerima pola-pola pemikiran yang baru dan
dapat dikerjakan khususnya bagi seseorang yang memperoleh manfaat dari
penerapan pola-pola pemikiran baru tersebut.
8. Dalam proses belajar seringkali dari perencanaan yang baik dapat dicapai
hasil terbaik dan tidak menutup kemungkinan hasil terbaik ini disebabkan
dari interaksi pada kondisi dan lingkungan yang kondusif dari proses
belajar yang tidak direncanakan.
9. Programa penyuluhan pertanian harus memungkinkan diciptakan
kesempatan-kesempatan dan dorongan-dorongan yang kondusif yang
sportif guna menciptakan usaha-usaha produktif.
10. Pendidikan non formal melalui penyuluhan pertanian harus dapat
bertindak sebagai pemberdayaan untuk meningkatkan kualitas hidup
petani sasaran.
Perencanaan penyuluhan pertanian yang dilakukan di Desa Jati,
Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar meliputi analisis situasi dan
khalayak, kebijakan pemerintah dalam programa penyuluhan, pembiayaan
penyuluhan serta pemilihan metode, teknik dan alat peraga serta alat bantu
penyuluhan.
Tahapan dalam perencanaan
1. Analisis situasi, khalayak dan identifikasi masalah
Analisis situasi dan khalayak sangat penting dilakukan sebelum
dilakukan perencanaan. Analisis situasi dan khalayak merupakan
lviii
identifikasi kondisi sasaran dan lingkungannya. Analisis ini berguna untuk
mengetahui gambaran dari sasaran dan kondisi lingkungan disekitarnya.
Sehingga dari gambaran tersebut akan dapat diidentifikasi masalah apa
saja yang sedang terjadi pada sasaran.
Identifikasi masalah berguna untuk mengetahui secara lebih dalam
masalah apa yang sedang dihadapi. Sehingga dari identifikasi akan dapat
diketahui penyebab serta solusi yang tepat untuk memecahkan masalah
tersebut.
Analisis yang dilakukan di Desa Jati melibatkan tiga komponen
yaitu dari penyuluh, pemerintah setempat, dan petani. Hal ini seperti yang
telah diungkapkan oleh penyuluh Desa Jati yang sekarang menjabat
menjadi Kepala BPP Jati Ibu Anna Maria Handariyati :
”biasanya ya penyuluh, kaurbang karena tugas kaurbang juga
berkaitan dengan pertanian, juga ada masukan dari pengurus
kelompok tani yang melapor jika ada masalah yang perlu
dipecahkan”. (wawancara 15 September 2009).
Proses analisis situasi dan khalayak yang dilakukan di Desa Jati
adalah penyuluh terjun ke lapang untuk melakukan survei dan melakukan
pengamatan tentang kondisi pertanian di desa tersebut. Kemudian akan
didapat informasi tentang masalah yang sedang dihadapi. Namun
terkadang penyuluh mendapatkan informasi tentang masalah tidak hanya
dari survei saja, juga mendapat laporan langsung dari pemerintah desa
setempat yaitu dari Kaur Pembangunan (Kaurbang). Karena fungsi
kaurbang tidak hanya dalam hal pembangunan desa saja namun juga
dalam hal pertanian. Sehingga kaurbang juga sering melakukan analisis
dan pengamatan. Tidak hanya itu informasi yang didapatkan pun bisa
langsung dari laporan petani setempat kepada penyuluh. Sehingga
kesimpulannya ada tiga komponen yang terlibat dalam analisis situasi
khalayak yaitu dari penyuluh, pemerintah desa dan petani. Setelah
informasi tentang permasalahan didapat maka dari pihak penyuluh akan
mencari impact point. Impact point yaitu pokok-pokok permasalahan yang
lix
terjadi di suatu daerah. Setelah didapat impact point kemudian penyuluh
akan melakukan identifikasi masalah yang lebih mendalam guna mencari
sebab dan solusi yang tepat untuk menyelesaikannya.
Pada saat analisis di lapang ternyata hanya didapati penyuluh saja
yang melakukan analisis. Penyuluh melakukan analisis dengan
mengunjungi lokasi. Diawali dari pos penyuluhan desa hingga sampai ke
pos kelompok tani kemudian penyuluh meninjau ke lapang atau sawah
secara langsung. Dalam proses analisis ini, tidak dijumpai kaurbang yang
melakukan analisis seperti yang telah diungkapkan Kepala BPP Jati Ibu
Anna Maria Handariyati di atas. Selain juga tidak menjumpai adanya
petani yang melapor langsung ke penyuluh tentang masalah yang sedang
dihadapi. Biasanya petani mau melapor dari masalah yang dihadapinya
ketika diadakan pertemuan atau pelaksanaan penyuluhan. Sehingga dari
hal tersebut maka dapat diketahui dan disimpulkan bahwasanya
penyuluhlah yang bertugas pokok sebagai analisator utama untuk
melakukan analisa situasi dan khalayak. Sedangkan kaurbang dan petani
hanya membantu penyuluh untuk mempermudah dalam masalah analisis.
Kendala yang dihadapi penyuluh Desa Jati sendiri dalam
melakukan analisis yaitu kurangnya pengalaman dalam praktek di lapang.
Hal ini seperti yang diungkapkan penyuluh baru Desa Jati yang masih
berstatus Tenaga Harian Lepas atau penyuluh kontrak yaitu Indri
Saptaningsih :
”belum begitu banyak pengalaman dalam praktek di lapang”.
(wawancara 27 Agustus 2009).
Dari pernyataan penyuluh Jati di atas bahwa kendala yang dihadapi
adalah kurangnya pengalaman. Hal ini dikarenakan Ibu Indri adalah
penyuluh kontrak atau berstatus Tenaga Harian Lepas yang belum lama
bekerja di Desa Jati. Sedangkan pernyataan dari mantri tani BPP Jaten
yang dulu juga sebagai penyuluh Desa Jati menyatakan bahwa untuk
menganalisis situasi dan khalayak yang sudah dilakukan selama ini tidak
pernah mengalami kendala atau pun permasalahan.
lx
Setelah analisis situasi dan khalayak dilakukan maka kemudian
akan dilakukan identifikasi masalah. Identifikasi masalah bertujuan untuk
mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi dari sasaran penyuluhan
serta mencari solusi untuk pemecahan permasalahannya. Identifikasi
masalah di Desa Jati dilakukan dengan melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner. Hasil yang didapat dari wawancara dengan
kuesioner kemudian diidentifikasi masalah-masalah yang sedang dihadapi.
Masalah yang sudah didapatkan kemudian oleh penyuluh dituangkan
dalam buku harian penyuluh untuk dicari impact pointnya. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan penyuluh dalam mencari solusi
permasalahannya. Penuangan dalam buku harian penyuluh ini hanyalah
bersifat sementara. Selanjutnya setelah penyuluh mendapatkan semua data
tentang permasalahan yang dihadapi (impact point), kemudian dituangkan
ke dalam Rencana Kegiatan Penyuluh Pertanian (RKPP).
RKPP disusun oleh masing-masing penyuluh yang diberi tugas
untuk melakukan penyuluhan di wilayah kerja penyuluhan. Penyusunan
RKPP oleh penyuluh Jati memerlukan waktu kurang lebih satu minggu
untuk penyusunannya. Dalam RKPP berisi tentang point-point diantaranya
keadaan sasaran, permasalahan yang dihadapi, tujuan dari penyuluhan,
metode yang digunakan, sasaran penyuluhan, lokasi penyuluhan, waktu
pelaksanaan dan dana kegiatan penyuluhan. Dari RKPP tersebut maka
kegiatan penyuluhan di Desa Jati akan lebih tersistem dan terarah sesuai
dengan tujuan. Sehingga pencapaian tujuan pun akan lebih mudah.
2. Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah merupakan salah satu aspek yang tidak
kalah penting dalam proses penyelenggaraan penyuluhan. Karena pada
hakekatnya fungsi dari kebijakan itu adalah untuk mengatur dan
mempermudah kegiatan penyuluhan itu sendiri. Pemerintah sendiri
sebenarnya telah mengatur kebijakan untuk penyuluhan itu sendiri yang
tertuang dalam kebijakan penyuluhan. Hal tersebut telah diatur dalam UU
No 16 Tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan
lxi
kehutanan yaitu pada bab IV pasal 6 tentang kebijakan dan strategi. Yang
antara lain berisi sebagai berikut :
a. Kebijakan penyuluhan ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya dengan memperhatikan asas dan
tujuan sistem penyuluhan.
b. Dalam menetapkan kebijakan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), pemerintah dan pemerintah daerah memperhatikan ketentuan
sebagai berikut:
1. Penyuluhan dilaksanakan secara terintegrasi dengan subsistem
pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan; dan
2. Penyelenggaraan penyuluhan dapat dilaksanakan oleh pelaku
utama dan atau warga masyarakat lainnya sebagai mitra
pemerintah dan pemerintah daerah, baik secara sendiri-sendiri
maupun bekerja sama, yang dilaksanakan secara terintegrasi
dengan programa pada tiap-tiap tingkat administrasi pemerintahan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan penyuluhan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
peraturan menteri, gubernur, atau bupati/walikota.
Kebijakan di atas dapat dijadikan patokan bagi semua penyuluh di
seluruh wilayah Indonesia untuk dapat melaksanakan penyuluhan dengan
baik. Hal itu diterapkan pula di Desa Jati. Penyelenggaraan penyuluhan
yang dilaksanakan di Desa Jati tidak lepas dari peran pemerintah setempat.
Program-program penyuluhan yang berasal dari program
pemerintah telah dilaksanakan di Desa Jati. Hal ini seperti program
SLPTT, program SRI, Jajar Legowo maupun program-program yang lain.
Pemerintah sangat mendukung sekali kegiatan penyuluhan yang
diselenggarakan. Hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh salah satu
penyuluh desa Jati yang sudah bertahun-tahun bekerja di Jati yang
sekarang menjadi kepala BPP Jati yaitu Ibu Anna Maria Handariyati :
lxii
”pemerintah desa Jati mendukung sekali bahkan dari pemerintah
desa sudah menganggarkan kelompok tani setiap kelompok taninya
500 ribu”. (wawancara 15 September 2009).
Pemerintah Desa Jati telah menjalin kerjasama dengan penyuluh
setempat untuk mensukseskan jalannya penyuluhan. Penyuluh di Desa Jati
telah bekerjasama dengan pemerintah desa. Dalam perizinannya tidaklah
dibuat surat tertulis atau formal namun hanya melalui pemberitahuan lisan
dari penyuluh kepada kepala desa bahwa akan diadakan penyuluhan.
Seperti yang telah diungkapkan oleh Kepala Desa Jati Bapak Hariyanta :
”dalam hal perizinan hanya melalui informasi lisan saja karena
antara pemerintah desa dengan penyuluh sudah menjadi rekan dan
tidak ada perizinan dalam tulisan resmi”. (wawancara 1
September 2009)
Pelaksanaan penyuluhan di Desa Jati memang telah mendapat
dukungan dari pemerintah setempat baik pemerintah desa maupun pusat.
Hal ini dibuktikan dengan adanya kontribusi dari pemerintah yang
diberikan untuk kegiatan penyuluhan di Desa Jati. Pemerintah Desa Jati
telah menganggarkan dana sebesar Rp. 500.000,- untuk masing-masing
kelompok tani yang nantinya akan masuk ke kas kelompok tani yang
kemudian akan digunakan untuk berbagai hal termasuk pelaksanaan
penyuluhan. Sedangkan dari pemerintah pusat juga telah memberikan
kontribusinya berupa bantuan dana, benih, pupuk bersubsidi, training atau
pelatihan seperti yang telah diungkapkan oleh penyuluh yang membawahi
Desa Jati sendiri yaitu Ibu Indri Saptaningsih :
”biasanya pemerintah memberikan pelatihan (training), proyek-
proyek, serta bantuan lain yang berupa dana, bibit maupun
pupuk”. (wawancara Rabu 27 Agustus 2009).
3. Pembiayaan penyuluhan
Pembiyaan penyuluhan adalah komponen yang tidak bisa
dilepaskan dalam kegiatan penyuluhan. Biaya penyuluhan digunakan
untuk membiayai kegiatan operasional penyuluh serta untuk memenuhi
lxiii
sarana dan prasarana yang sekiranya akan dibutuhkan. Dalam UU No 16
Tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan yaitu pada bab IX pasal 32 tentang pembiayaan telah diatur
tentang masalah pembiayaan penyuluhan yang isinya antara lain :
a. Untuk menyelenggarakan penyuluhan yang efektif dan efisien
diperlukan tersedianya pembiayaan yang memadai untuk memenuhi
biaya penyuluhan.
b. Sumber pembiayaan untuk penyuluhan disediakan melalui APBN,
APBD baik provinsi maupun kabupaten/kota, baik secara sektoral
maupun lintas sektoral, maupun sumber-sumber lain yang sah dan
tidak mengikat.
c. Pembiayaan penyuluhan yang berkaitan dengan tunjangan jabatan
fungsional dan profesi, biaya operasional penyuluh PNS, serta sarana
dan prasarana bersumber dari APBN, sedangkan pembiayaan
penyelenggaraan penyuluhan di provinsi, kabupaten/kota, kecamatan,
dan desa bersumber dari APBD yang jumlah dan alokasinya
disesuaikan dengan programa penyuluhan.
d. Jumlah tunjangan jabatan fungsional dan profesi penyuluh PNS
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didasarkan pada jenjang jabatan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
e. Dalam hal penyuluhan yang diselenggarakan oleh penyuluh swasta dan
penyuluh swadaya, pembiayaannya dapat dibantu oleh pemerintah dan
pemerintah daerah.
Pembiayaan penyuluhan yang ada di Desa Jati juga tidak lepas dari
komponen-komponen yang tertuang dalam UU penyuluhan di atas.
Sumber biaya penyuluhan di Desa Jati berasal dari APBN, APBD serta
dari pihak-pihak luar. Sumber biaya yang berasal dari pemerintah pusat
(APBN) biasanya disalurkan jika ada proyek-proyek atau program-
program penyuluhan yang memang berasal dari pemerintah pusat. Seperti
program SLPHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu),
pemberian pupuk bersubsidi, dan juga bantuan benih. Biaya yang berasal
lxiv
dari pemerintah pusat berupa dana yang kemudian masuk ke kas kelompok
tani Desa Jati. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala BPP Jati Ibu Anna
Maria Handariyati sebagi informan kunci (key informan) :
”dari kas kelompok tani, kas kelompok tani tersebut didapat dari
Anggaran Pemerintah Desa, dari formulator-formulator dan dari
hasil bantuan pemerintah selain itu juga ada dari promosi obat,
pupuk serta dari bantuan pemerintah”. (wawancara 15 September
2009).
Biaya penyuluhan yang bersumber dari pemerintah desa sendiri
diambilkan dari APBD yaitu Pemerintah Desa Jati sudah menganggarkan
dana kepada masing-masing kelompok tani Desa Jati sebesar Rp.
500.000,-. Hal ini diungkapkan oleh kepala desa yang sekaligus menjadi
tokoh masyarakat Desa Jati yaitu Bapak Hariyanta :
”kontribusi dalam penyuluhannya sendiri pemerintah desa hanya
memberikan dana berupa uang rapat yang mana masing-masing
kelompok tani dianggar sebesar Rp. 500.000,-/kelompok tani”.
(wawancara 1 September 2009).
Serta juga diungkapkan oleh informan kunci Ibu Anna Maria Handariyati:
”pemerintah desa Jati mendukung sekali bahkan dari pemerintah
desa sudah menganggarkan kelompok tani setiap kelompok taninya
500 ribu”. (wawancara 15 September 2009).
Sedangkan sumber biaya penyuluhan yang berasal dari pihak-pihak luar
berasal dari penyuluh swasta yang biasanya berasal dari agen obat,
pestisida dan agen-agen yang lain yang biasanya disebut formulator yang
ikut andil bagian dalam penyuluhan di Desa Jati. Seperti yang
diungkapkan Bapak Hariyanta :
”sumber biayanya biasanya dari pemerintah, pihak luar seperti
formulator maupun juga dari kas kelompok tani”. (wawancara 1
September 2009).
Biaya atau dana yang berasal dari pemerintah kemudian nantinya akan
masuk ke dalam kas kelompok tani yang ada di Desa Jati.
lxv
Dilihat dari pembiayaan penyuluhan yang ada di Desa Jati maka
dapat diambil kesimpulan bahwa hampir seluruh biaya yang digunakan
untuk kegiatan penyuluhan ditanggung oleh pemerintah baik pusat
maupun daerah. Sedangkan dari penyuluh sendiri tidak mengeluarkan
biaya untuk kegiatan penyuluhannya sendiri. Sehingga hal ini sesuai
dengan UU No 16 Tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian,
perikanan dan kehutanan yaitu pada bab IX pasal 32 tentang pembiayaan.
Tepatnya pada bagian c yang menyatakan bahwa biaya operasional
penyuluh PNS, serta sarana dan prasarana bersumber dari APBN,
sedangkan pembiayaan penyelenggaraan penyuluhan di provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, dan desa bersumber dari APBD yang jumlah
dan alokasinya disesuaikan dengan programa penyuluhan.
4. Pemilihan metode, teknik, alat bantu serta alat peraga penyuluhan
a. Metode Penyuluhan
Metode merupakan cara penyuluh untuk mendekatkan dirinya
dengan sasaran. Ada banyak ragam metode yang bisa digunakan
penyuluh. Namun metode dapat dibedakan menjadi beberapa
kelompok. Yaitu metode yang berdasarkan media yang digunakan
maka akan meliputi media lisan, media cetak, media terproyeksi.
Berdasarkan hubungan antara penyuluh dengan sasaran maka metode
dapat dibedakan menjadi komunikasi langsung dan tak langsung.
Sedangkan jika dikelompokkan berdasarkan kondisi psiko sosial dari
sasaran maka metode dapat dibedakan menjadi pendekatan
perorangan, kelompok dan massal. Jika dilihat dari hal ini maka
penyuluhan di Desa Jati termasuk ke dalam semua kategori metode
tersebut. Penyuluh desa Jati Ibu Indri Saptaningsih mengungkapkan
bahwa :
”Metodenya menggunakan komunikasi langsung dengan tatap
muka langsung antara penyuluh dengan sasaran. Tekniknya
menggunakan teknik kunjungan dan demonstrasi. Alat
lxvi
peraganya ya leaflet biasanya dari formulator dan dari
penyuluh”. (wawancara 27 Agustus 2009).
Penyuluh menggunakan metode komunikasi langsung. Hal ini
dikarenakan metode ini lebih tepat diterapkan untuk masyarakat Desa
Jati. Dengan komunikasi langsung maka diskusi akan dapat berjalan
antara penyuluh dengan sasaran penyuluhan. Karena penyuluh dan
sasaran dalam hal ini bertatapan secara langsung sehingga umpan balik
akan dapat terjadi secara ringkas dan cepat. Sehingga hal ini telah
memenuhi syarat-syarat metode penyuluhan pertanian yang baik
seperti yang telah diungkapkan oleh Soedarmanto (Ibrahim, et al.,
2003) yaitu sebagai berikut :
1. Sesuai dengan keadaan sasaran, apakah sasaran dalam tahap
mengenal, menaruh minat, menilai, mencoba mengadopsi suatu
inovasi.
2. Cukup kuantitas dan kualitas, artinya penyuluh menguasai banyak
metode penyuluhan pertanian sehingga dapat dilakukan pemecahan
masalah-masalah penyuluhan.
3. Tepat mengenai sasaran dan waktunya. Tepat sasaran dapat
diartikan bahwa metode penyuluhan pertanian yang digunakan
disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan daya serap petani
sasaran.
Dilihat dari teori yang diungkapkan oleh Soedarmanto tersebut,
metode komunikasi langsung yang digunakan di Desa Jati telah sesuai
dengan keadaan sasaran. Selain itu metode yang digunakan juga tepat
mengenai sasaran dan waktunya. Hal ini disesuaikan oleh penyuluh
dengan tingkat pendidikan dan daya serap dari petani Desa Jati. Karena
rata-rata penduduk Desa Jati telah menempuh jenjang pendidikan
meskipun kebanyakan hanya menempuh sampai jenjang SD.
b. Teknik Penyuluhan
Teknik penyuluhan pertanian yang digunakan di Desa Jati
adalah teknik kunjungan dan demonstrasi. Teknik kunjungan
lxvii
dilakukan oleh seorang penyuluh dengan melakukan kunjungan kepada
sasarannya secara perorangan atau kelompok baik di rumah tempat
tinggal atau di tempat mereka melakukan kegiatan sehari-hari.
Penyuluh memilih teknik ini karena teknik itu lebih mudah
diterapkan oleh penyuluh kepada sasaran. Teknik kunjungan dipilih
karena lebih efektif dan efisien karena dengan teknik ini penyuluh bisa
melihat langsung perilaku dari sasaran sehingga dengan teknik ini
diharapkan sasaran telah sampai pada tahapan adopsi menilai.
Penyuluh juga menggunakan teknik demonstrasi. Karena dengan
teknik ini sasaran akan dapat melihat langsung inovasi apa yang ingin
disampaikan oleh penyuluh di lapang. Sehingga sasaran akan menjadi
lebih percaya dan diharapkan cepat terdorong untuk mencoba dan
menerapkannya. Selain itu teknik demonstrasi dilakukan untuk
membuktikan keunggulan dari suatu inovasi serta menunjukkan cara
yang benar yang seharusnya dilakukan.
c. Alat Bantu Penyuluhan
Alat bantu merupakan alat atau sarana yang digunakan oleh
penyuluh guna memperlancar proses mengajarnya selama kegiatan
penyuluhan dilaksanakan. Penggunaan alat bantu penyuluhan di Desa
Jati sendiri oleh penyuluh hanya menggunakan beberapa alat bantu
saja. Penyuluh Desa Jati hanya menggunakan lembar persiapan
penyuluhan, alat tulis, serta sarana ruangan. Lembar persiapan
penyuluhan biasanya oleh penyuluh Desa Jati hanya dituangkan dalam
buku harian penyuluh saja. Alat tulis yang digunakan berupa bolpoin
dan sarana ruangannya menggunakan rumah tempat tinggal dari
sasaran penyuluh. Yang biasanya berada di pos kelompok tani Desa
Jati.
d. Alat Peraga Penyuluhan
Penyuluh menggunakan brosur untuk alat peraganya.
Mardikanto (Mardikanto dan Wijianto, 2005) mengartikan alat peraga
sebagai alat atau benda yang dapat diamati, didengar diraba atau
lxviii
dirasakan oleh indera manusia yang berfungsi sebagai alat untuk
memeragakan dan atau menjelaskan uraian yang disampaikan secara
lisan oleh penyuluh guna membantu proses belajar mengajar sasaran
penyuluhan agar materi penyuluhan lebih mudah diterima dan
dipahami oleh sasaran penyuluhan yang bersangkutan. Brosur
digunakan karena brosur cukup mudah dan murah untuk dibuat. Jika
dilihat dari penggunaan alat peraga untuk penyuluhan di Desa Jati
maka penggunaannya sangat kurang. Brosur digunakan hanya dalam
program-program tertentu atau bahkan brosur diberikan hanya pada
saat formulator datang pada kegiatan penyuluhan dan sedang
mempromosikan produknya. Brosur terkadang dibuat sendiri oleh
penyuluh namun terkadang penyuluh tidak menggunakan brosur sama
sekali.
Jika dilihat dari pernyataan-pernyataan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa metode komunikasi langsung dipakai pada saat
penyuluhan berlangsung. Sedangkan media cetak digunakan saat
penyuluhan dengan menggunakan media brosur. Seperti yang
diungkapkan oleh ketua kelompok tani Rukun Makaryo Bapak Suyanto
saat ditanya tentang media yang digunakan saat penyuluhan yaitu :
”Yang jelas menggunakan leaflet yang biasanya dari sponsor-
sponsor dan juga formulator yang datang”. (wawancara 26
Agustus 2009).
Selain itu diungkapkan juga oleh Ibu Anna yaitu :
”menggunakan penyuluhan dan demplot. Untuk alat bantunya
menggunakan brosur-brosur. Cara menentukannya kita suluhkan
dan kalau ada fasilitas maka akan dilakukan demplot. Sedangkan
untuk alternatif pemilihan metode, tekniknya gak ada. Kendala
yang dihadapi dalam hal ini yang pengennya kami menyuluh
menggunakan LCD namun sampai saat ini belum bisa
terealisasikan karena minimnya fasilitas penyuluhan”. (wawancara
15 September 2009).
lxix
Sedangkan metode yang berdasarkan kondisi psiko sosial sasaran yang
digunakan penyuluh di Desa Jati yaitu dengan melalui pendekatan
kelompok. Ini dibuktikan melalui pertemuan-pertemuan rutin yang
diadakan setiap bulannya yaitu pada saat penyuluhan itu sendiri penyuluh
mendatangi langsung masing-masing kelompok tani.
Perencanaan penyuluhan yang dilakukan penyuluh di Desa Jati
kemudian dituangkan dalam Rencana Kegiatan Penyuluh Pertanian (RKPP)
Desa Jati. Di dalam RKPP tertuang semua point-point perencanaan di atas
yang meliputi analisis keadaan, masalah yang telah diidentifikasi, tujuan
penyuluhan, metode penyuluhan, sasaran penyuluhan, serta dana yang akan
digunakan. Dengan adanya RKPP maka ini mengindikasikan bahwa
perencanaan penyuluhan yang dilakukan penyuluh Desa Jati memang sudah
direncanakan secara matang.
B. Pelaksanaan penyuluhan
Pelaksanaan penyuluhan pertanian merupakan tahapan kedua setelah
dilakukan perencanaan. Pelaksanaan penyuluhan harus disesuaikan dengan
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Keberhasilan dari pelaksanaan
penyuluhan bisa dilihat dari hasil yang akan dicapai setelah sasaran
menerapkan apa yang disampaikan dalam pelaksanaan penyuluhan. Dalam
pelaksanaan penyuluhan pertanian terdapat beberapa komponen yang perlu
diperhatikan. Komponen tersebut antara lain :
a. Materi Kegiatan Penyuluhan
Materi merupakan komponen utama yang wajib dikuasi oleh
seorang penyuluh. Karena dengan materi itulah nantinya seorang penyuluh
bisa memberikan informasi kepada sasaran. Materi penyuluhan sendiri
sebenarnya juga sudah diatur dalam UU No 16 Tahun 2006 pada Bab VII
tentang penyelenggaraan yakni pada bagian ketiga pasal 27 dan 28. Yang
berisi sebagai berikut :
lxx
Pasal 27
1. Materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan
pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan
dan kelestarian sumber daya pertanian, perikanan, dan kehutanan.
2. Materi penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi unsur
pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial
serta unsur ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, ekonomi,
manajemen, hukum, dan pelestarian lingkungan.
Pasal 28
1. Materi penyuluhan dalam bentuk teknologi tertentu yang akan
disampaikan kepada pelaku utama dan pelaku usaha harus mendapat
rekomendasi dari lembaga pemerintah, kecuali teknologi yang
bersumber dari pengetahuan tradisional.
2. Lembaga pemerintah pemberi rekomendasi wajib mengeluarkan
rekomendasi segera setelah proses pengujian dan administrasi selesai.
3. Teknologi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh menteri.
4. Ketentuan mengenai pemberian rekomendasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pemilihan materi penyuluhan di Desa Jati dilakukan oleh penyuluh
berdasarkan hasil dari analisis dan identifikasi situasi dan kondisi yang
telah dilakukan. Seperti yang telah diungkapkan oleh informan kunci Ibu
Anna Maria Handariyati bahwa :
”pemilihan materi disesuaikan dengan analisis terus ditulis di
buku harian penyuluh. Materi hanya dibuat point-pointnya saja
nanti pada saat penyuluhan baru dikembangkan”. (wawancara 15
September 2009).
Selanjutnya materi dituangkan ke dalam tulisan namun hanya
berupa point-point saja yang selanjutnya akan dikembangkan lagi pada
saat penyuluhan berlangsung. Hal ini mengindikasikan bahwa materi tidak
lxxi
harus dituangkan dalam bentuk tulisan secara lengkap. Namun cukup point
penting saja yang dirasa penyuluh penting. Materi disesuaikan dengan
kondisi yang dibutuhkan sasaran saat itu. Materi penyuluhan yang
disuluhkan tidak hanya diambil dari analisis saja atau bersumber dari
sasaran saja. Namun materi juga bisa berasal dari programa penyuluhan
baik dari daerah maupun pusat.
Programa penyuluhan adalah suatu pernyataan tertulis tentang
keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan. Penyusunan programa
penyuluhan untuk penyuluhan di Desa Jati meliputi beberapa tahapan.
Seperti yang telah diungkapkan mantri tani BPP Jaten Ibu Anna Maria
bahwa tahapan tersebut antara lain :
1. Tahap I: Penetapan keadaan
Keadaan, adalah fakta-fakta yang ditunjukkan oleh data pada
saat akan disusunnya suatu program. Data terdiri atas data aktual dan
data potensil. Data aktual merupakan data yang nyata saat itu; Data
potensial merupakan data yang mungkin akan dicapai. Dalam tahap ini
dilakukan dengan melihat potensi sasaran antara lain potensi Sumber
Daya Alam, Sumber Daya Manusia serta program intensifikasi atau
programa penyuluhan yang pernah dilaksanakan.
2. Tahap II: Penetapan masalah
Masalah, adalah faktor-faktor penyebab keadaan tidak
memuaskan. Masalah diidentifikasi dengan menggunakan wawancara
dengan kuesioner yang ditujukan kepada sasaran penyuluhan.
3. Tahap III: Penetapan tujuan
Tujuan, adalah pernyataan pemecahan masalah atau pernyataan
apa yang ingin dicapai. Tujuan ada dua yaitu tujuan program dan
tujuan kegiatan. Tujuan program merupakan pernyataan secara umum
apa yang ingin dicapai, sedangkan tujuan kegiatan merupakan
pernyataan secara khusus apa yang ingin dicapai.
lxxii
4. Tahap IV: Penetapan cara mencapai tujuan
Cara mencapai tujuan adalah penyususnan suatu rencana
kegiatan yang bentuknya berupa sebuah daftar tentang:
a. masalah khusus
b. tujuan kegiatan
c. metode
d. lokasi
e. unit
f. frekuensi
g. volume
Yang penting dalam hal ini adalah penetapan metode penyuluhan
pertanian yang tepat, yang akan digunakan dalam mencapai tujuan.
b. Tempat Pelaksanaan Penyuluhan
Desa Jati merupakan desa yang memiliki 3 kelompok tani.
Sehingga kegiatan penyuluhan dilakukan di 3 kelompok tani tersebut.
Kelompok tani tersebut antara lain Kelompok Tani Mbangun Coro,
Kelompok Tani Rukun Makarti dan Kelompok Tani Rukun Makaryo.
Ketiga kelompok tani tersebut dulunya ditangani oleh penyuluh lapang
yang bernama Ibu Anna Maria Handariyati. Namun sekarang Ibu Anna
telah menjabat menjadi kepala BPP di kecamatan Jaten. Sehingga
sekarang penyuluh yang bertugas khusus di Desa Jati adalah Ibu Indri
Saptaningsih yang merupakan penyuluh kontrak atau Tenaga Harian Lepas
(THL).
Tempat pelaksanaan penyuluhan di Desa Jati dilakukan di dalam
ruangan (in door) dan terkadang dilaksanakan di luar ruang atau di lapang
(out door). Seperti yang telah diungkapkan oleh Ibu Indri Saptaningsih
selaku penyuluh yang sekarang bertugas di Desa Jati :
”penyuluhan biasa dilaksanakan di dalam ruangan di salah satu
rumah pengurus atau anggota kelompok tani namun terkadang
dilaksanakan juga di luar ruangan seperti di sawah. Penyuluhan di
Kelompok Tani Mbangun Coro dilaksanakan di rumahnya Bapak
lxxiii
Mulyono, Kelompok Tani Rukun Makaryo di rumahnya Bapak
Sriyono, sedangkan Kelompok Tani Rukun Makarti di rumah
Bapak Suwanto”. (wawancara 27 Agustus 2009).
Pelaksanaan penyuluhan yang berada di dalam ruang (in door),
tempat pelasanaannya berada di masing-masing pos kelompok tani yang
meliputi 3 dusun antara lain Dusun Jati, Dusun Ndukuh dan Dusun
Pundungrejo. Kelompok Tani Mbangun Coro bertempat di Dusun Jati. Pos
Kelompok Tani Mbangun Coro berada di rumah Bapak Mulyono yang
bertugas sebagai bendahara kelompok tani tersebut. Yang kedua adalah
Dusun Ndukuh yang merupakan tempat bagi Kelompok Tani Rukun
Makarti. Yang pelaksanaannya dilakukan di rumah Bapak Suwanto yang
bertindak sebagai Ketua Kelompok Tani Rukun Makarti. Sedangkan
Kelompok Tani Rukun Makaryo bertempat di Dusun Banaran.
Pelaksanaan kegiatan penyuluhannya dilakukan di rumah Bapak Sriyono.
Tempat pelaksanaannya pun cukup sederhana. Hanya dilakukan di
dalam rumah salah seorang pengurus yang telah ditunjuk serta hanya
menggunakan meja dan kursi-kursi yang disediakan bagi para undangan
dan bagi penyuluh. Dengan disajikan hidangan dan minuman yang
kemudian diselingi dengan penyuluhan yang langsung diberikan oleh
penyuluh setempat. Sedangkan tempat pelaksanaan yang berada di luar
ruangan (out door) dilakukan di sawah. Hal ini dilakukan jika ada proyek
atau program penyuluhan dari pemerintah seperti program Sekolah Lapang
Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).
c. Waktu Pelaksanaan Penyuluhan
Penyuluhan di Desa Jati dilaksanakan setiap bulannya sekali secara
rutin. Masing-masing kelompok tani telah memiliki jadwal penyuluhan
sendiri-sendiri. Untuk Kelompok Tani Mbangun Coro setiap tanggal 5,
Kelompok Tani Rukun Makaryo setiap tanggal 15, sedangkan Kelompok
Tani Rukun Makarti setiap tanggal 1. Namun penetapan waktu tersebut
terkadang bisa berubah sesuai dengan kesepakatan bersama dari penyuluh
dan sasaran. Hal ini bisa terjadi dikarenakan ada kesibukan antara
lxxiv
penyuluh maupun dari pihak sasaran. Seperti yang telah diungkapkan oleh
Ketua Kelompok Tani Rukun Makaryo Bapak Suyanto :
”yang pasti tanggal 15 dalam setiap bulannya kecuali jika ada
kesibukan lain dari penyuluh maupun dari anggota ataupun
pengurus kelompok tani maka acara penyuluhan diundur sesuai
kesepakatan bersama”. (wawancara 26 Agustus 2009).
Juga diungkapkan pula oleh penyuluh Desa Jati Ibu Indri Saptaningsih :
”penyuluhan dilaksanakan setiap bulan masing-masing kelompok
beda tanggalnya. Untuk Kelompok Tani Mbangun Coro setiap
tanggal 5, Kelompok Tani Rukun Makaryo setiap tanggal 15,
sedangkan Kelompok Tani Rukun Makarti setiap tanggal 1. Namun
penetapan tanggalnya terkadang bisa mengalami perubahan jika
ada keperluan yang mendadak dari salah satu pihak baik dari
pihak penyuluh maupun dari kelompok tani”. (wawancara 27
Agustus 2009).
Hal tersebut terjadi saat peneliti melakukan observasi. Pelaksanaan
penyuluhan tidak sesuai dengan penetapan tanggal yang telah ditetapkan
yaitu tanggal 1, 5 dan 15. Peneliti melakukan observasi mulai pada bulan
Agustus tahun 2009. Ternyata didapatkan bahwa penyuluhan di Desa Jati
mengalami kevakuman karena banyaknya kegiatan yang dilakukan
penyuluh dan pejabat pemerintah setempat dalam persiapan menyambut
Hari Ulang Tahun (HUT) RI. Sehingga di bulan Agustus penyuluhan
belum sempat diadakan. Kemudian memasuki bulan September tahun
2009. Penyuluhan pun mengalami kendala dan tidak dilakukan penyuluhan
pula di bulan ini. Hal ini karena di bulan September tahun 2009 bertepatan
dengan Bulan Suci Ramadhan. Sehingga banyak penduduk Desa Jati dan
penyuluh Jati yang berpuasa. Hal ini menjadikan pelaksanaan penyuluhan
diundur sampai Bulan Suci Ramadhan berakhir. Memasuki bulan Oktober
tahun 2009. barulah kegiatan penyuluhan mulai dilaksanakan. Namun
pelaksanaannya pun tidak sesuai dengan penetapan kesepakatan tanggal
yang sudah ditetapkan sesuai dengan rencana kegiatan penyuluhan yaitu
lxxv
setiap tanggal 1, 5 dan 15. Pelaksanaan penyuluhan baru diselenggarakan
pada minggu-minggu terakhir bulan Oktober tahun 2009. Hal ini
dikarenakan dari pihak penyuluh mengalami banyak kesibukan.
d. Petugas Yang Melakukan Penyuluhan
Penyuluh pertanian dalam UU Nomor 16 Tahun 2006 BAB I
tentang ketentuan umum pada pasal 1 nomor 19, 20 dan 21 dibagi menjadi
3 antara lain :
1. Penyuluh pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut penyuluh PNS
adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada
satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk
melakukan kegiatan penyuluhan.
2. Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha
dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang
penyuluhan.
3. Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya
dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau
dan mampu menjadi penyuluh.
Petugas penyuluh yang melakukan penyuluhan di Desa Jati adalah
Penyuluh Pertanian Lapang (PPL). Dimana PPL memiliki tugas yaitu:
1. mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi petani, nelayan dan
keluarganya dalam berusahatani.
2. Menginventarisasi data di wilayah kerjanya yang dapat digunakan
sebagai bahan dasar dalam penetapan materi penyuluhan pertanian.
3. Membantu menyusun programa penyuluhan pertanian
4. Menggali dan mengembangkan sumber daya.
5. Mengembangkan swadaya dan swakarsa petani nelayan dan
keluarganya.
6. Mengikhtiarkan kemudahan bagi para petani, nelayan dan keluarganya
antara lain dalam mendapatkan sarana produksi, kredit dan alat-alat
pertanian.
lxxvi
7. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani, nelayan da
keluarganya dalam penerapan berbagai teknologi produksi, teknologi
pasca panen, teknologi pengolahan hasil, pemasaran serta rekayasa
sosial ekonomi.
8. Menyusun laporan secara periodik pelaksanaan intensifikasi.
PPL sendiri masih dibagi menjadi dua golongan antara lain:
1. PNS
Yaitu tenaga penyuluhan pertanian yang sudah masuk dalam jabatan
Pegawai Negeri Sipil.
2. THL (Tenaga Harian Lepas)/ TBPP (Tenaga Bantu Penyuluh
Pertanian)
Yaitu tenaga penyuluhan pertanian yang masih berstatus kontrak.
PPL yang bertugas di Desa Jati sekarang adalah Ibu Indri
Saptaningsih yang mana statusnya adalah masih sebagai penyuluh kontrak
atau Tenaga Harian Lepas. Sedangkan yang sudah lama bertugas di Desa
Jati adalah Ibu Anna Maria Handariyati yang dulu adalah PPL Desa Jati
namun sekarang telah diangkat menjadi Kepala BPP Jaten.
Pada saat penyuluhan dilaksanakan peneliti menjumpai bahwa
Kepala BPP Ibu Anna Maria masih menemani Ibu Indri sebagai penyuluh
Jati dalam melaksanakan penyuluhannya. Hal ini dikarenakan status Ibu
Indri yang masih dalam kategori penyuluh kontrak dan belum lama
bertugas di Desa Jati. Jadi pengalaman penyuluh dalam hal ini adalah
faktor utama yang mendasarinya. Selain dari pengalaman faktor image
penyuluh di mata petani sasaran juga sangat berpengaruh. Hal ini
diungkapkan oleh beberapa petani di Jati bahwa jika penyuluhan tidak
dihadiri oleh Ibu Anna maka para petani merasa ada yang kurang dan
kurang berani untuk mengungkapkan permasalahannya pada penyuluh
yang lain. Hal ini sangat wajar karena Ibu Anna yang sekarang menjabat
sebagai Kepala BPP Jaten telah menjadi penyuluh di Desa Jati sudah
cukup lama sehingga para petani di Desa Jati lebih terbiasa dengan Ibu
Anna dibanding dengan penyuluh lain.
lxxvii
e. Sistem Kerja Penyuluhan
Sistem kerja penyuluhan di Desa Jati menerapkan teori dan juga
praktek. Teori diberikan pada saat pertemuan penyuluhan berlangsung.
Yaitu pada saat penyuluhan yang dilakukan setiap bulan di masing-masing
kelompok tani. Pemberian teori diberikan kepada sasaran dengan maksud
agar memberikan pemahaman dari materi yang disampaikan. Sehingga
dengan pemberian materi ini diharapkan perubahan pengetahuan dari
sasaran penyuluhan bisa terjadi peningkatan dari yang tidak tahu menjadi
tahu. Selanjutnya untuk lebih memperdalam pemahaman dari teori yang
telah diberikan, maka praktek dari teori tersebut terkadang dilaksanakan di
lapang. Dilakukan praktek jika materi yang disuluhkan memang
diperlukan praktek di lapang untuk lebih memperjelas teori seperti
kegiatan demplot, SLPHT, dan kegiatan lain yang membutuhkan praktek.
Dengan adanya praktek di lapang ini diharapkan akan terjadi perubahan
ketrampilan dari sasaran. Dari yang semula tidak mampu menjadi mampu.
Penentu keberhasilan dari pelaksanaan kinerja penyuluhan di Desa
Jati sendiri tidak lepas dari kemampuan penyuluh itu sendiri. Untuk
menciptakan kemampuan penyuluh yang baik maka di Desa Jati
menerapkan teknik latihan dan kunjungan. Yang mana teknik ini
merupakan transformasi dari sistem latihan dan kunjungan (LAKU) yang
sempat menjadi sistem kerja penyuluhan di masa dulu. Namun sekarang
sistem LAKU sudah tidak digunakan lagi.
Latihan dilaksanakan setiap satu bulan sekali dengan melatih para
penyuluh. Latihan tersebut diberi nama training penyuluh. Trainingnya
diikuti oleh penyuluh-penyuluh dari 5 kecamatan yang dikumpulkan
menjadi satu. Tempat pelaksanaannya berada di BPP Kebakkramat. Untuk
topik yang memutuskan juga dari 5 kecamatan tersebut. Pihak yang
memberikan pelatihan berasal dari tingkat kabupaten BP4K (Badan
Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan). Materi dari
Latihan disesuaikan dengan topic of training yang mana topik tersebut
ditentukan sebelum tahun anggaran baru. Kunjungan yaitu penyuluh
lxxviii
berkunjung setiap minggu dari senin sampai kamis ke kelompok tani atau
GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani). Untuk Kunjungan penyuluh
sekarang berkantor di poslohdes (pos penyuluhan desa) yaitu di Balai
Desa.
C. Hasil Penyuluhan
Penyuluhan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang bertujuan
untuk menciptakan perubahan. Perubahan yang terjadi diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan bagi sasaran penyuluhan. Perubahan tersebut
meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Pengetahuan
dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan
yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Sikap dikatakan meningkat, bila terjadi
perubahan dari yang tidak mau menjadi mau, memanfaatkan kesempatan-
kesempatan yang diciptakan. Ketrampilan dikatakan meningkat bila terjadi
perubahan dari yang tidak mampu menjadi mampu melakukan suatu pekerjaan
yang bermanfaat.
Penyuluhan yang dilakukan di Desa Jati sendiri telah memberikan
perubahan. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang informan yang merupakan
ketua kelompok tani rukun makarti Bapak Suwanto:
”dengan adanya penyuluhan selama ini ya telah ada perubahan. Hasil
produktivitas pun cukup meningkat dibandingkan 3 tahun yang lalu
sebelum ada penyuluhan”. (wawancara 1 September 2009).
Hasil penyuluhan yang telah di capai kemudian oleh penyuluh ditulis
dalam Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Pertanian. Seperti yang telah
diungkapkan oleh informan kunci yaitu Ibu Anna :
”ditulis dalam Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Pertanian. Selain
itu juga dalam pertemuan dirembugkan lagi apa saja yang telah
dicapai dengan sasaran”. (wawancara 15 September 2009).
Laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian merupakan laporan yang dibuat
oleh penyuluh dalam akhir bulan setelah melaksanakan kegiatan penyuluhan.
Dalam laporan hasil kegiatan penyuluhan berisi tentang point-point antara lain
lxxix
kegiatan yang telah dilakukan, waktu pelaksanaan penyuluhan, tempat tujuan
penyuluhan, jumlah kehadiran peserta penyuluhan dan hasil yang telah
dicapai. Laporan hasil dibuat oleh masing-masing penyuluh yang diberikan
tugas menyuluh di wilayah kerja penyuluhan.
Laporan hasil akan memberikan gambaran bagi penyuluh terhadap
perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan dari sasaran penyuluhan.
Pengetahuan dan ketrampilan dari sasaran penyuluhan di Desa Jati oleh
penyuluh dilihat dari hasil yang telah dicapai. Dan hasil dapat tercapai bila
sasaran penyuluhan mau memiliki sikap untuk menerapkan apa yang telah
disampaikan dalam penyuluhan. Apabila hasil yang dicapai telah sesuai
dengan tujuan dari penyuluhan yang ditetapkan maka penyuluh menganggap
telah terjadi perubahan pengetahuan dan ketrampilan dari sasaran penyuluh.
Hal ini karena petani telah mengambil sikap untuk mau menerapkan apa yang
telah disampaikan dalam penyuluhan sehingga hal ini akan mempengaruhi
pengetahuan dari sasaran. Ketrampilan akan dibuktikan pada saat sasaran
melaksanakan kegiatan dari informasi yang telah disampaikan penyuluh.
Ketrampilan sasaran penyuluhan akan meningkat ketika sasaran juga
mempraktekannya di lapang. Jika dilihat dari hasil yang telah dicapai dalam
penyuluhan di Desa Jati maka di Desa Jati telah terjadi perubahan
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hal ini berarti jika dihubungkan dengan
teori maka telah sesuai.
D. Evaluasi Penyuluhan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam suatu pelaksanaan kegiatan.
Evaluasi dibutuhkan untuk perbaikan dari pelaksanaan kegiatan yang telah
dilaksanakan. Dalam penyuluhan, evaluasi dibutuhkan karena kegiatan
penyuluhan dilakukan tidak cukup hanya sekali kegiatan kemudian selesai.
Akan tetapi kegiatan penyuluhan diharapkan dapat dilakukan secara continue
atau berkelanjutan. Sehingga untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan yang
lebih baik di masa mendatang maka evaluasi sangat penting untuk dilakukan.
lxxx
Ceepersad dan Handerson (Ibrahim, et al., 2003) menyebutkan bahwa
ada beberapa alasan yang menyatakan perlunya evaluasi dalam proses
penyuluhan yaitu:
1. Evaluasi memberikan petunjuk dan mengarahkan tindakan-tindakan di
masa yang akan datang. Evaluasi penting dilakukan untuk melihat manfaat
dari implementasi programa penyuluhan secermat mungkin. Evaluasi
formal penyuluhan pertanian dapat mengurangi efek-efek bisa penilaian.
2. Evaluasi dapat membantu pelaksanaan-pelaksanaan proyek yang sedang
berlangsung. Informasi-informasi yang diperoleh dari evaluasi dapat
digunakan untuk memodifikasi atau menyesuaikan bagian-bagian tahapan
programa penyuluhan pertanian.
3. Evaluasi dapat digunakan sebagai dasar perencanaan program di masa
yang akan datang.
4. Evaluasi formal yang terukur secara jelas diperlukan untuk memperoleh
sumber-sumber pembiayaan dari luar.
5. Evaluasi formal menjamin hubungan-hubungan fungsional dengan
lembaga lainnya dapat dilakukan secara lancar.
6. Evaluasi formal sangat diperlukan dalam membuat keputusan secara
sistematis guna mengembangkan sikap profesionalisme penyuluh
pertanian.
Evaluasi dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Yang mana dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Evaluasi Proses
Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan untuk
mengevaluasi seberapa jauh proses kegiatan yang telah dilakukan. Di Desa
Jati, evaluasi proses dilakukan melalui musyawarah antara penyuluh
dengan sasaran yang dilakukan saat pertemuan. Yang dievaluasi dalam
evaluasi proses dalam hal ini adalah mengevaluasi jalannya kegiatan
penyuluhan yang ada di Desa Jati.
Evaluasi dilakukan saat penyuluhan berlangsung. Evaluasi
dilakukan terhadap kegiatan penyuluhan yang telah selesai sebelumnya.
lxxxi
Penyuluh mengevaluasi dari jalannya kegiatan penyuluhan yang telah
berlangsung dengan melihat dari jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan
penyuluhan. Penyuluh menanyakan kepada para petani yang sebelumnya
tidak datang untuk dimintai keterangan alasan kenapa tidak menghadiri
kegiatan penyuluhan. Selain itu evaluasi juga dilakukan pada hasil yang
telah dicapai masing-masing petani peserta penyuluhan yang telah
menerapkan apa yang telah disuluhkan. Seperti diungkapkan oleh PPL
Desa Jati Indri Saptaningsih :
”evaluasi dilakukan dengan bersumber dari laporan dari sasaran
yang kemudian akan dicatat dalam catatan tertulis”. (wawancara
27 Agustus 2009).
Juga diungkapkan oleh salah satu ketua kelompok tani Desa Jati Bapak
Suwanto :
”evaluasi dilakukan saat pertemuan jadi hasil-hasil yang telah
dipraktekkan para petani diulas kembali bagaimana hasilnya.
Selain itu juga ada dokumen tertulis entah dari dinas pertanian
atau penyuluh sendiri”. (wawancara 1 September 2009).
2. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi
tentang seberapa jauh tujuan-tujuan yang direncanakan telah dapat dicapai.
Evaluasi hasil yang dilakukan di Desa Jati dilakukan penyuluh dengan
berpedoman pada laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian yang telah
dibuat oleh penyuluh. Laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian dibuat
berdasarkan laporan tertulis dari sasaran penyuluhan.
Laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian berisi tentang nama
kegiatan atau tema saat penyuluhan, waktu diselenggarakannya
penyuluhan, tempat tujuan, jumlah yang hadir dalam penyuluhan, serta
hasil dari penyuluhan itu sendiri. Dari laporan hasil kegiatan penyuluhan
pertanian itulah, penyuluh akan dapat mengidentifikasi kembali atau
meninjau ulang balik apa saja yang masih kurang atau tidak sesuai dengan
perencanaan dan tujuan penyuluhan. Evaluasi yang didapat kemudian
lxxxii
sebagian dirundingkan kembali dengan sasaran penyuluhan saat pertemuan
berikutnya. Hal itu dilakukan untuk keberhasilan kegiatan penyuluhan
kedepan serta agar masalah-masalah yang belum terselesaikan dapat
dicapai sesuai tujuan. Karena kegiatan penyuluhan di Desa Jati
dilaksanakan secara berlanjut (continue) sehingga kegiatan penyuluhan
yang akan datang diharapkan lebih baik dari kegiatan penyuluhan
sebelumnya.
Jika dilihat dari proses evaluasi di Desa Jati baik evaluasi proses
maupun hasil, maka bisa dikategorikan evaluasi di atas termasuk juga ke
dalam evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Taylor (Ibrahim et al., 2003)
mengungkapkan bahwa evaluasi dibagi menjadi dua yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang
berusaha mengidentifikasi dan memperbaiki pelaksanaan program-
program dalam jangka pendek. Dengan demikian evaluasi ini dilaksanakan
sebelum program tersebut berakhir atau selama program tersebut berjalan.
Hal ini sesuai dengan evaluasi proses dimana penyuluh melakukan
evaluasi terhadap jalannya proses atau programa penyuluhan. Evaluasi
yang dilakukan di Desa Jati sendiri sudah sesuai dengan teori dari evaluasi
ini. Evaluasi sumatif merupakan evaluasi yang ditujukan untuk menilai
hasil akhir dari pelaksanaan program-program penyuluhan. Jadi evaluasi
sumatif dilakukan setelah suatu program telah berkhir. Hal ini juga sesuai
dengan evaluasi hasil yang dilakukan penyuluh di Desa Jati. Penyuluh
mengevaluasi dengan melihat dari hasil yang telah dicapai dari laporan
hasil kegiatan penyuluhan.
Evaluasi dilakukan sendiri oleh penyuluh yang bertugas di Desa
Jati. Sehingga dalam hal ini penyuluh bertindak juga sebagai evaluator.
Evaluasi yang dilakukan di Desa Jati hanya penyuluh catat dalam buku
harian penyuluh saja tidak dituangkan dalam catatan resmi atau formal
khusus laporan evaluasi. Dengan adanya laporan khusus evaluasi,
diharapkan penyuluh akan lebih mudah mengidentifikasi program mana
saja yang belum tercapai sesuai tujuan dari penyuluhan.
lxxxiii
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis hasil dan pembahasan dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Perencanaan penyuluhan pertanian di Desa Jati meliputi analisis situasi
dan khalayak, kebijakan pemerintah dalam kegiatan penyuluhan,
pembiayaan penyuluhan serta pemilihan metode, teknik, alat bantu dan
alat peraga penyuluhan. Kesemua hal tersebut kemudian dituangkan dalam
Rencana Kegiatan Penyuluh Pertanian (RKPP).
2. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Jati dilaksanakan
dengan menggunakan materi yang disesuaikan dengan kondisi lapang
sasaran, tempat pelaksanaanya dilakukan di dalam ruangan (in door)
ataupun di luar ruangan (out door). Penyuluhan dilaksanakan di Kelompok
Tani Mbangun Coro, Rukun Makarti dan Rukun Makaryo. Dan pelaksana
penyuluhannya yaitu dari penyuluh Jati yaitu Ibu Indri dan Kepala BPP
Jaten yaitu Ibu Anna. Metode yang digunakan adalah tatap muka langsung
dan teknik kunjungan dan demonstrasi. Sedangkan alat bantu yang
digunakan yaitu lembar persiapan penyuluh, sarana ruangan dan alat tulis.
Alat peraga yang digunakan adalah leaflet.
3. Penyuluhan pertanian yang dilaksanakan di Desa Jati telah dapat
memberikan perubahan bagi kesejahteraan sasaran penyuluhan di Desa
Jati. Perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dari sasaran
penyuluhan di Desa Jati oleh penyuluh dilihat melalui laporan hasil
kegiatan penyuluhan pertanian yang penyuluh buat di akhir bulan setelah
penyuluhan.
4. Proses evaluasi yang dilakukan di Desa Jati ada dua yaitu evaluasi proses
dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan melalui musyawarah antara
penyuluh dengan sasaran yang dilakukan saat pertemuan. Yang dievaluasi
dalam evaluasi proses dalam hal ini adalah mengevaluasi jalannya
74
lxxxiv
kegiatan penyuluhan yang ada di Desa Jati. Sedangkan evaluasi hasil
dilakukan oleh penyuluh dengan melihat dari laporan hasil kegiatan
penyuluhan pertanian.
B. Saran
1. Pemilihan alternatif metode dan teknik penyuluhan perlu penyuluh
lakukan dan cantumkan dalam rencana kegiatan penyuluh agar apabila
penerapan metode dan teknik ternyata tidak sesuai rencana maka dapat
diganti dengan metode yang lain. Sehingga kegiatan penyuluhan masih
bisa tetap berjalan.
2. Pelaksanaan penyuluhan di Desa Jati akan lebih baik lagi jika pertemuan
penyuluhannya ditingkatkan dari sebulan sekali menjadi satu atau dua
minggu sekali. Hal ini dimaksudkan agar terjadi interaksi yang lebih cepat
sehingga masalah yang dihadapi lebih cepat ditanggapi dan tujuan pun
tercapai.
3. Hasil yang dicapai dalam penyuluhan yang biasanya dituangkan dalam
laporan hasil kegiatan penyuluhan akan lebih baik jika diklasifikasikan
lagi dalam tiga aspek meliputi pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
Sehingga akan memudahkan penyuluh untuk bisa lebih fokus dan terarah
dalam mengidentifikasi hal mana yang belum sesuai tujuan.
4. Dalam proses evaluasi akan lebih baik jika dibuat laporan khusus untuk
evaluasi secara tertulis. Sehingga hal ini akan dapat membedakan antara
laporan hasil kegiatan penyuluhan dan laporan evaluasi. Dengan dibuatnya
laporan evaluasi maka diharapkan nantinya akan dapat diketahui masalah-
masalah atau hal-hal mana saja dari hasil yang kurang memuaskan yang
belum sempat untuk dilakukan evaluasi atau perbaikan dari masalah
tersebut.
lxxxv
DAFTAR PUSTAKA
Allahyari, M.S., 2009. Reorganization of Agricultural Extension toward Green Agriculture. Terdapat pada http://www.google.co.id/url?sa = t&source = web & ct = res & cd = 12&ved = 0 CAoQFjABOAo&url = http%3A%2F%2Fwww.scipub.org%2Ffulltext%2FAJAB%2FAJAB421 05109.pdf&rct=j&q=agriculture+extension+.pdf&ei=836ESWgO9CvrAfV29GJAw&usg=AFQjCNEnvhgtEr58iF4GdnGEtolHERgHhg. Diakses tanggal 24 Februari 2010.
Anonima, 2009. Proses. Terdapat pada http://id.wikipedia.org/wiki/Proses. Diakses tanggal 25 februari 2010.
Anonimb, 2010. Perencanaan. Terdapat pada http://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan. Diakses tanggal 20 April 2010.
Bungin, B., 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Departemen Kehutanan, 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Pusat Penyuluhan Kehutanan Departemen Kehutanan Republik Indonesia bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.
Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2006. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Terdapat pada http://www.deptan.go.id/bpsdm/uu.pdf. Diakses tanggal 5 Desember 2009.
Ibrahim, J.T., A. Sudiyono, dan Harpowo, 2003. Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian. Bayumedia Publishing dan UMM Press, Malang.
Iqbal, M., 2007. Analisis Peran Pemangku Kepentingan dan Implementasinya Dalam Pembangunan Pertanian. Terdapat pada http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3263071.pdf. Diakses tanggal 24 maret 2010.
Kartasapoetra, A.G., 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.
Lababa, D. 2008. Evaluasi Program: Sebuah Pengantar. Terdapat pada http://evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03/evaluasi-program-sebuah-pengantar.html. Diakses tanggal 20 April 2010.
Mangunwidjaja, D. dan I. Sailah, 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya, Bogor.
Mardikanto, T., 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS Press, Surakarta.
lxxxvi
____________, 1994. Bunga Rampai Pembangunan Pertanian. UNS Press, Surakarta.
____________, 2009. Membangun Pertanian Modern. Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press), Surakarta.
Mardikanto, T. dan A. Wijianto, 2005. Metode dan Teknik Penyuluhan. Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian UNS, Surakarta.
Miller, D., 2006. Building a new agricultural research and extension system In afghanistan: initial thoughts. Terdapat pada http://www.google.co.id/ url? Sa = t & source = web & ct = res & cd = 22 & ved = 0CAsQFjABOBQ&url = http % 3A % 2F% 2F www.usaid.gov% 2Flocations%2Fasia%2Fdocuments%2Fcountries%2Fafghanistan%2Framp%2FAgExtension_concepts_Feb142006.pdf&rct=j&q=agriculture+extension+.pdf&ei=0H-ES8mLM8HBrAePt63nAg&usg = AFQjCNfo DwH1 Gh3 bicgo FwMakb06IfHrZg. Diakses tanggal 24 Februari 2010.
Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi III. LP3S, Jakarta.
Neuchatel Group, 1999. Common framework On agricultural extension. Terdapat pada http://www.neuchatelinitiative.net/images/cf_en.pdf. Diakses tanggal 22 Februari 2010.
Pratama, L.H., 2008. Perencanaan. Terdapat pada http://trustco.or.id/perencanaan.htm. Diakses tanggal 20 April 2010.
Qamar, M.K., 2005. Modernizing national agricultural Extension systems: A practical guide for policy-makers of Developing countries. Terdapat pada http :// www. google.co.id / ur l? Sa = t& source = web&ct = res&cd =3&ved = 0CBUQFjAC&ur = ftp%3A%2F % 2Fftp.fao.org % 2Fdocrep %2Ffao % 2F008 % 2Fa0219e%2Fa0219e00.pdf&rct = j&q =agriculture+extension+pdf&ei=fXuES7CrKYW1rAeU_ZiNAw&usg =AFQjCNFynkTpoRsIaR3ChWKIIhg-9ReS7w. Diakses tanggal 24 Februari 2010.
Rejeki, M.C.N.S dan F.A. Herawati, 1999. Dasar-Dasar Komunikasi Untuk Penyuluhan. Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta.
Saptana dan Ashari, 2007. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Melalui Kemitraan Usaha. Terdapat pada http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3264071.pdf. Diakses tanggal 24 Maret 2010.
Sastraatmadja, E., 1993. Penyuluhan Pertanian: Falsafah, Masalah dan Strategi. Penerbit Alumni, Bandung.
Strauss, A. dan J. Corbin, 2003. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif: Tata Langkah dan Teknik-Teknik Teoritisasi Data. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
lxxxvii
Suhardiyono, L., 1992. Penyuluhan: Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Erlangga, Jakarta.
Sutopo, H.B., 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. UNS Press, Surakarta.
Usman, H. dan P.S. Akbar, 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara, Jakarta.
Van den Ban, A.W. dan H.S. Hawkins, 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius, Yogyakarta.
Wakhinuddin, 2009. Definisi Evaluasi (Dalam Konteks Program dan Pendidikan). Terdapat pada http://wakhinuddin.wordpress.com/2009/07/14/definisi-evaluasi. Diakses tanggal 20 April 2010.
Wisnusaputra, H.M., 2006. Pembangunan Pertanian, Pedesaan dan Pendidikan. Yayasan Pangeran Aria Adipati Ewangga, Jakarta.