Download - Prosd Talawi07
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
POTENSI KANDUNGAN MINYAK DALAM ENDAPAN BITUMEN PADAT DAERAH TALAWI, KOTA SAWAH LUNTO
PROVINSI SUMATERA BARAT
Deddy Amarullah Kelompok Program Penelitian Energi Fosil
S A R I
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, pada tahun anggaran 2007 Kelompok Program Penelititan Energi Fosil telah melakukan inventarisasi potensi kandungan minyak dalam endapan bitumen padat didaerah Talawi dan sekitarnya, Kota Sawah Lunto, Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis daerah Talawi terletak pada koordinat antara koordinat 0027’00,00” - 0044’00” Lintang Selatan dan 100038’00” – 100050’00” Bujur Timur.
Secara geologi daerah Talawi termasuk kedalam Cekungan Ombilin yang terbentuk akibat pensesaran bongkah (blok) terhadap batuan dasar. Stratigrafi Tersier Cekungan Ombilin berdasarkan Peta Geologi lembar Solok (PH. Silitonga & Kastowo, 1995) diawali oleh Formasi Brani yang menjememari dengan Formasi Sangkarewang (Eosen-Oligosen), Anggota Bawah Formasi Ombilin (Oligo-Miosen), Anggota Atas Formasi Ombilin (Miosen Awal-Tengah) dan Kelompok Volkanik ( Plio-Plistosen). Sebagai formasi pembawa bitumen padat di Cekungan Ombilin adalah Formasi Sangkarewang.
Didaerah Talawi terdapat 3 (tiga) blok bitumen padat, yaitu Blok Kumbayau, Blok Kolok dan Blok Sapan. Tebal bitumen padat di Blok Kumbayau berkisar antara 30 m- 80 m, panjang sebaran berkisar antara 2000 m – 4000 m, sumberdayanya 351.428.000 ton. Tebal bitumen padat di Blok Kolok berkisar antara 75 m – 125 m, panjang sebaran berkisar antara 3500 m - 4500 m, sumberdayanya 568.095.000 ton. Tebal bitumen padat di Blok Sapan berkisar antara 160 m – 180 m, panjang sebaran berkisar antara 1500 m - 2500 m, sumberdayanya 472.560.000 ton.
Di Kolok Tengah ditemukan sumur bor yang didalamnya terdapat minyak bumi. Dari hasil analisis retort kandungan minyak rata-rata di lokasi bor TL-1 Blok Kumbayau adalah 10,55 l/ton, di lokasi bor TL-2 Blok Sapan adalah 19,13 l/ton dan kandungan minyak pada singkapan KLM-1 Blok Kolok adalah 15 l/ton. Kandungan total organik karbon bitumen padat daerah Sawah Lunto berkisar antara 3,10 l/ton – 5,66 l/ton, angka tersebut mencirikan sebagai batuan induk sangat bagus. Berdasarkan “potential yield” yang umumnya >10 mg/gr termasuk kedalam batuan induk/sumber dengan katagori sangat bagus dan termasuk kedalam batuan induk tipe II. Tmax bitumen padat daerah Sawah Lunto berkisar antara 434oC – 443oC, termasuk kedalam katagori belum matang sampai awal matang. Kandungan ekstrak bitumen dari hasil ekstraksi fraksinasi organik mater (EOM) di lokasi bor TL-1 Blok Kumbayau 2.382 ppm – 2.715 ppm, di lokasi bor TL-2 Blok Sapan 5.665 ppm – 6.039 ppm, sedangkan dari singkapan MLK-4 Blok Kolok adalah 1.343 ppm. Berdasarkan hasil analisis gas chromatography, conto minyak dari lokasi MLO dan conto bitumen padat dari MLK-4 telah mengalami biodegradasi, yang terlihat dari konfigurasi sidikjarinya. Dari rasio pristane dan pythane di TL-1 Blok Kumbayau menunjukan lebih banyak oksigen, sedangkan di TL-2 Blok Sapan lebih reduktif. Dari data biomarker fraksi saturat menunjukan bahwa komposisi sterana conto minyak lokasi MLO lebih dekat dengan conto bitumen padat lokasi TL-1/34.
Sumberdaya minyak daerah sawah Lunto sekitar 309.977.441 Barrel, yang termasuk dalam katagori hipotetik
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
PENDAHULUAN
Dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah dan untuk meningkatkan kegiatan pendataan mengenai potensi sumberdaya energi, Pusat Sumberdaya Geologi Tahun Anggaran 2007 telah melakukan inventarisasi potensi kandungan minyak didalam endapan bitumen padat di daerah Talawi, Kota Sawah Lunto, Provinsi Sumatera Barat. Didaerah tersebut terdapat potensi sumberdaya bitumen padat yang mempunyai peluang untuk dikembangkan menjadi sumberdaya energi alternatif. Maksud dari inventarisasi adalah untuk mendapatkan data bitumen padat dan potensi minyaknya. Tujuannya adalah untuk mengetahui jumlah lapisan bitumen padat, ketebalan serta penyebarannya, yang pada akhirnya dapat membantu korelasi lapisan bitumen padat. Selain itu juga untuk mengetahui sumberdaya bitumen padat dan sumberdaya minyak di daerah tersebut. Daerah inventarisasi termasuk dalam wilayah Kecamatan Talawi, Barangin dan Lembah Segar Kota Sawah Lunto, Provinsi Sumatera Barat. Secara geografis daerah ini terletak diantara koordinat 0027’00,00” - 0044’00” Lintang Selatan dan 100038’00” – 100050’00” Bujur Timur. Lokasi tersebut terletak sekitar 100 km. sebelah timurlaut Kota padang.
GEOLOGI UMUM
Daerah inventarisasi termasuk dalam Peta Geologi Lembar Solok yang dipetakan oleh Silitonga, P.H., dan Kastowo, (1995).
Dalam kerangka geologi regional daerah Talawi termasuk ke dalam Cekungan Ombilin yang terbentuk akibat pensesaran bongkah (blok) terhadap batuan dasar. Pensesaran tersebut terjadi pada Awal Tersier yang menyebabkan terbentuknya struktur “graben”. Selanjutnya bagian-bagian graben ini pada Awal Tersier mulai diisi oleh endapan klastika kasar di bagian pinggir, sedangkan di bagian tengah terbentuk semacam danau yang kemudian diisi oleh endapan klastika halus.
Sedimentasi dalam Cekungan Ombilin telah diketahui secara luas berkat hasil eksplorasi batubara dan pemetaan geologi bersistem untuk seluruh Pulau Sumatra. Cekungan Ombilin terletak pada bagian tengah jalur Pegunungan Barisan yang terbentuk pada Awal Tersier dan mengandung batuan sedimen mencapai ketebalan 4.600 m (Koning, 1985) serta diendapkan pada lingkungan darat atau danau sampai laut dangkal.
P.H. Silitonga dan Kastowo, (1995) di dalam Peta Geologi Lembar Solok membagi batuan Pra-Tersier yang menjadi batuan dasar Cekungan Ombilin menjadi Formasi Kuantan, Formasi Silungkang, Formasi Tuhur, Granit, Diorit dan Granodiorit, sedangkan batuan Tersier yang mengisinya dari bawah keatas dibedakan menjadi Formasi Brani yang menjememari dengan Formasi Sangkarewang, Anggota Bawah Formasi Ombilin, Anggota Atas Formasi Ombilin dan Kelompok Volkanik.
R.P. Koesoemadinata dan Theo Matasak, (1981) menyusun stratigrafi batuan Tersier di Cekungan Ombilin secara berurutan dari bawah keatas adalah Formasi Brani yang menjemari dengan Formasi Sangkarewang, Formasi Sawah Lunto, Formasi Sawah Tambang, Formasi Ombilin dan Formasi Ranau.
Formasi Brani yang menjemari dengan Formasi Sangkarewang menurut P.H. Silitonga dan Kastowo berumur Eosen-Oligosen. sedangkan menurut R.P. Koesoemadinata dan T. Matasak berumur Paleosen.
Selaras diatas Formasi Sangkarewang menurut P.H. Silitonga dan Kastowo adalah Anggota Bawah Formasi Ombilin yang berumur Oligo-Miosen, sedangkan menurut R.P. Koesoemadinata dan T. Matasak adalah Formasi Sawah Lunto yang berumur Eosen dan Formasi Sawah Tambang yang berumur Oligosen.
Selaras diatasnya lagi menurut P.H. Silitonga dan Kastowo adalah Anggota Atas Formasi Ombilin yang berumur Miosen Awal-Tengah, sedangkan menurut R.P. Koesoemadinata dan T. Matasak adalah Formasi Ombilin yang berumur Oligo-Miosen.
Secara tidak selaras diatasnya lagi diendapkan hasil produksi volkanik yang menurut P.H. Silitonga dan Kastowo dinamakan Volkanik tak terpisahkan, Tuf Batuapung dan Tuf Basal sedangkan oleh R.P. Koesoemadinata dan T. Matasak dinamakan Formasi Ranau yang berumur Plio-Plistosen.
Untuk pembahasan geologi bitumen padat daerah Talawi akan mengacu pada strtigrafi berdasarkan P.H. Silitonga dan Kastowo, karena peta geologi yang tersedia adalah peta geologi Lembar Solok yang
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
meliputi daerah Sawah Lunto, disusun oleh P.H. Silitonga dan Kastowo (1995).
Secara umum sebaran formasi batuan di Sawah Lunto membentuk sinklin yang sumbunya berarah baratlaut-tenggara, namun di beberapa tempat terdapat perlapisan batuan yang arah jurusnya tidak sesuai dengan arah jurus yang umum. Hal ini mengindikasikan bahwa di Cekungan Ombilin juga telah terjadi pensesaran.
Umumnya struktur sesar yang terdapat di Sawah Lunto adalah sesar geser dan sesar normal.
GEOLOGI DAERAH INVENTARISASI
Berdasarkan aspek morfologi, daerah inventarisasi dapat dibedakan menjadi 2 (dua) satuan morfologi, yaitu Satuan Morfologi Perbukitan Berlereng Landai yang menempati bagian tengah dan Satuan Perbukitan Berlereng Terjal yang menempati bagian barat serta timur.
Penamaan formasi batuan di daerah inventarisasi mengacu pada stratigrafi berdasarkan P.H. Silitonga dan Kastowo. Stratigrafi Tersier daerah inventarisasi mulai dari yang tertua adalah sebagai berikut;
Formasi Brani terdiri dari konglomerat sisipan batupasir, berwarna abu-abu sampai keungu-unguan, pemilahannya jelek. Tersingkap didaerah Talagogunung dan daerah Rawanmaung. Formasi Brani menjemari dengan Formasi Sangkarewang.
Formasi Sangkarewang merupakan formasi pembawa bitumen padat, terdiri dari serpih yang berselang seling dengan batulanau dan batupasir berbutir halus sampai kasar. Serpih berwarna abu-abu tua kehitam-hitaman sampai kecoklat-coklatan, karbonan, kadang-kadang dijumpai sisipan tipis atau pita-pita batubara. Batulanau berwarna abu-abu sampai abu-abu tua, keras. Batupasir berwarna abu-abu muda, berbutir halus sampai kasar, kadang-kadang konglomeratan sampai breksian, komponennya terdiri dari kuarsa dan feldpar, sub angular sampai sub rounded, di beberapa tempat membentuk “graded bedding”, struktur sedimen yang terlihat adalah “parallel lamination”, “cross bedding”, “covolute” dan “load cast”. Perbandingan antara serpih dan batupasir di daerah Kumbayau sampai Sungai Sangkarewang hampir seimbang, di bagian atas
batupasir lebih dominan kebagian bawah batupasirnya makin kurang. Formasi Sangkarewang dibagian selatan yaitu daerah Sapan sampai Sungai Sumpahan didominasi oleh serpih, sedangkan batupasir halus yang hadir hanya sebagai sisipan saja, selain itu terdapat rekahan-rekahan yang diisi oleh kalsit. Menurut P.H. Silitonga dan Kastowo Formasi Brani dan Sangkarewang berumur Eosen-Oligosen.
Anggota Bawah Formasi Ombilin merupakan formasi pembawa batubara, oleh R.P. Koesoemadinata dan T. Matasak disebut Formasi Sawah Lunto dan Formasi Sawah Tambang. Terdiri dari perulangan batupasir kuarsa yang mengandung mika, konglomerat, serpih dan batubara. Tersingkap di bagian baratlaut dan tenggara daerah inventarisasi, yaitu daerah Koto Gadang, Salak dan Sawah Lunto. Menurut P.H. Silitonga dan Kastowo Anggota Bawah Formasi Ombilin berumur Oligo Miosen.
Anggota Atas Formasi Ombilin terdiri dari lempung dan napal berwarna abu-abu kehijau-hijauan sisipan batupasir, sisipan batupasir, konglomerat dan batupasir tufaan. Tersingkap dibagian timur daerah inventarisasi. Menurut P.H. Silitonga dan Kastowo Anggota Atas Formasi Ombilin berumur Miosen Awal-Tengah.
Bahan Volkanik Tak Terpisahkan terdiri dari aliran lahar, fanglomerat dan endapan koluvium yang bersifat andesitis sampai basaltis. Tersingkap dibagian barat dan baratdaya daerah inventarisasi.
Tuf Batuapung terdiri dari tuf batuapung berwarna putih kekuning-kuningan. Tersingkap didaerah Talawi dan bagian timurlaut daerah inventarisasi.
Tuf Basal terdiri dari tufa lapili, tufa basal dan pecahan lava. Tersingkap dibagian baratlaut daerah inventarisasi, yaitu sekitar daerah Tanjung Emas. Menurut P.H. Silitonga dan Kastowo satuan ini berumur Plio Plistosen.
Dari hasil pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan, daerah inventarisasi membentuk perlipatan yang secara umum sumbunya berarah baratlaut-tenggara. Besar sudut kemiringan lapisan berkisar antara 5o-80o, ditempat-tempat yang sudut kemiringan lapisannya sangat besar dan arah jurusnya sangat menyimpang diperkirakan daerah yang mengalami pensesaran seperti didaerah Ampang Nago. Sesar yang memotong perlapisan batuan adalah sesar normal mendatar yang berarah utara – selatan.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
ENDAPAN BITUMEN PADAT
Sebagaimana telah disebutkan bahwa karakteristik Formasi Sangkarewang dibagian utara dan selatan tidak sama. Untuk daerah utara yaitu yang meliputi Blok Kumbayau sampai Blok Kolok terdiri dari perulangan serpih, batulanau dan batupasir. Makin ke utara lagi yaitu didaerah Ampang Nago kandungan batupasir berbutir kasar lebih mendominasi lagi jika dibandingkan dengan serpih. Dibagian selatan yaitu yang meliputi Blok Sapan kandungan serpih merupakan yang paling dominan sedangkan batupasir hanya sebagai sisipan saja. Berdasarkan singkapan-singkapan yang ditemukan, batas sebaran perulangan serpih batulanau dan batupasir kearah selatan adalah sampai daerah Kolok Mudik. Bitumen padat didalam Formasi Sangkarewang terdapat dalam serpih, batulanau dan batupasir halus.
Blok Kumbayau meliputi daerah Kumbayau, Kebon Tinggi, Sungai Sipang, Sijantang dan Ampang Nago; Dari hasil rekonstruksi singkapan, bitumen padat yang ditemukan didaerah Kumbayau menerus sampai daerah Sungai Sipang, perlapisannya miring kearah baratdaya dengan sudut kemiringan berkisar antara 15o – 60o. Perlapisan bitumen padat didaerah Kumbayau dipisahkan menjadi dua bagian oleh sisipan batupasir berbutir sedang sampai kasar (bukan sebagai bitumen padat) yang tebalnya sekitar 10 mtr. Tebal total perlapisan bagian atas sekitar 60 mtr, apabila perbandingan antara serpih dan batupasir kasar didaerah ini relatif seimbang berarti tebal bitumen padat pada bagian atas sekitar 30 mtr. Tebal total perlapisan bagian bawah sekitar 160 mtr, berarti tebal bitumen padat pada bagian bawah sekitar 80 mtr. Panjang sebarannya kearah jurus diperkirakan sekitar 4.000 mtr; Bitumen padat didaerah KebonTinggi menerus kearah tenggara sampai daerah Sijantang, secara umum perlapisannya miring kearah timurlaut dengan sudut kemiringan berkisar antara 15o - 35o. Berdasarkan arah kemiringannya antara bitumen padat daerah Kumbayau dan Kebon Tinggi membentuk lipatan sinklin. Tebal total perlapisan daerah Kebon Tinggi sekitar 140 mtr, berarti tebal bitumen padatnya sekitar 70 mtr, panjang sebaran kearah jurus diperkirakan sekitar 3.000 mtr; Bitumen padat daerah Ampang Nago
diperkirakan mengalami pensesaran, secara umum lapisannya miring kearah baratdaya dengan sudut kemiringan berkisar antara 60o – 70o. Tebal total lapisan sekitar 150 mtr, berarti tebal bitumen padatnya sepertiga dari 150 mtr yaitu sekitar 50 mtr, panjang sebaran kearah jurus diperkirakan sekitar 2.000 mtr.
Blok Kolok meliputi daerah Sangkarewang dan Kolok, secara umum perlapisan bitumen padat daerah Sangkarewang miring kearah utara dengan sudut kemiringan berkisar antara 5o – 48o. Tebal total lapisan sekitar 250 mtr, berarti tebal bitumen padatnya sekitar 125 mtr, panjang sebaran kearah jurus diperkirakan sekitar 3.500 mtr; Secara umum perlapisan bitumen padat didaerah Kolok miring kearah timurlaut dengan sudut kemiringan berkisar antara 13o – 40o. Tebal total lapisan sekitar 150 mtr, berarti tebal bitumen padat sekitar 75 mtr, panjang sebaran kearah jurus diperkirakan sekitar 4.500 mtr.
Blok Sapan meliputi daerah Sumpahan dan Sapan; Secara umum perlapisan didaerah Sumpahan timurlaut dengan sudut kemiringan lapisan berkisar antara 30o – 65o. Tebal total lapisan sekitar 200 mtr, berarti tebal lapisan bitumen padatnya sekitar 160 mtr, panjang sebaran kearah jurus diperkirakan sekitar 1.500 mtr; Umumnya perlapisan bitumen padat didaerah Sapan miring kearah timurlaut dengan sudut kemiringan lapisan berkisar antara 18o – 35o. Tebal total lapisan sekitar 220 mtr, berarti tebal bitumen padat sekitar 180 mtr, panjang sebaran kearah jurus diperkirakan sekitar 2.500 mtr.
KUALITAS BITUMEN PADAT Dari hasil analisis retort diperoleh kandungan
minyak sebagai berikut, di lokasi bor TL-1 (Blok Kumbayau) kandungan minyak rata-ratanya adalah 10,55 l/ton, di lokasi bor TL-2 (Blok Sapan) adalah 19,13 l/ton, sedangkan hasil analisis retort dari singkapan tidak dirata-ratakan karena dari setiap daerah hanya dianalisis satu conto. Hasil analisis dari singkapan yang paling tinggi adalah dari daerah Kolok yaitu 15 l/ton. Berdasarkan hasil analisis retort menunjukan bahwa kandungan minyak yang paling tinggi didaerah Sawah Lunto adalah di lokasi bor TL-2 (Blok Sapan), yang rata-ratanya 19,13 l/ton. Kandungan minyak pada conto-conto dekat permukaan umumnya lebih kecil jika dibandingkan dengan conto-conto pada bagian yang lebih dalam. Kandungan minyak di lokasi bor TL-1 menurun lagi pada kedalaman 56,18 m – 61,40 m. Dari variasi kandungan minyak pada tiap-tiap
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
conto yang berbeda menunjukan bahwa distribusi kandungan organik secara vertikal tidak merata. Hasil analisis retort dari penyelidik terdahulu ( Syufra dkk, 2001) di Blok Kumbayau mencapai 40 l/ton, Blok Kolok mencapai 64 l/ton dan di Blok Sapan mencapai 52 l/ton.
Dari analisis total organik karbon (TOC) sebanyak 60 conto inti bor secara umum menunjukan kandungan karbon yang tinggi yaitu berkisar antara 3,10 – 5,66 % (tabel 8,9,10), angka tersebut termasuk kedalam katagori batuan induk sangat bagus (very good) sampai istimewa (excelent), karena menurut Peters (1993) kandungan TOC yang termasuk kedalam katagori batuan induk sangat bagus (very good) adalah ≥ 2%.
Berdasarkan kombinasi antara TOC dan pirolisis Rock Eval menunjukan bahwa bitumen padat daerah Talawi merupakan batuan sumber dengan katagori sangat bagus (potential yield > 10mg/gr. Dari plot antara TOC terhadap potential yield (PY) maupun hidrogen index (HI) menunjukan potensi yang sangat bagus (very good) sampai istimewa (excellent).
Hidrogen index yang tinggi yang berkisar antara 358 – 608 menunjukan kerogen tipe II. Untuk batuan induk tipe seperti ini apabila sudah mencapai kematangan thermal akan menghasilkan minyak. Plot antara Tmax dengan hydrogen index (HI) menunjukan bahwa bitumen padat Formasi Sangkarewang sebagai batuan sumber minyak
Angka index produksi (PI) yang rendah (<0,2) mengindikasikan bahwa bitumen padat daerah Talawi merupakan batuan induk yang kematangannya berada pada batas ambang. Dari hasil pirolisis Rock Eval menunjukan angka Tmax 434oC-443oC sedangkan menurut Peters (1993) kematangan terjadi pada temperatur 435oC keatas. Berdasarkan data Tmax tersebut mengindikasikan bahwa batuan induk atau batuan sumber minyak di Talawi termasuk kedalam katagori belum matang sampai awal matang, namun menentukan kematangan berdasarkan Tmax harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena banyak faktor yang mempengaruhinya seperti kandungan mineral, kekayaan bahan organik dan yang lainnya lagi.
Hasil ekstraksi dan fraksinasi (EOM) dari 5 conto bitumen padat berkisar antara 1.342,68 ppm - 6.039,25 ppm. Kandungan ekstrak bitumen paling tinggi terdapat pada conto TL-2/18 dan TL-2/22 yaitu 5.665 ppm dan 6.039 ppm, kandungan ekstrak bitumen pada conto TL-1/23 dan TL-1/34 adalah 2.382 ppm dan 2.715 ppm, sedangkan kandungan ekstrak bitumen pada MLK-4 merupakan yang paling rendah yaitu 1.343 ppm. Data tersebut mencerminkan bahwa peringkat tertinggi sebagai batuan induk atau batuan sumber adalah disekitar daerah lokasi bor TL-2 (Blok Sapan) selanjutnya diikuti daerah sekitar lokasi bor TL-1 (Blok Kumbayau) dan sebagai batuan sumber peringkat paling rendah adalah daerah sekitar MLK-4 (Blok Kolok). Namun conto dari MLK-4 merupakan conto pemukaan, sedangkan yang lainnya berupa conto inti bor dari kedalaman 30 m – 50 m.
Analisis Gas Chromatography (GC) dilakukan terhadap seluruh conto yang diekstraksi dan terhadap 1(satu) conto minyak. Sidikjari hasil gas chromatography dari ekstrak batuan dan minyak dapat dilihat pada gambar 5. Secara umum dapat dilihat bahwa konfigurasi sidikjari n-alkana pada ekstrak batuan (gambar 6 dan 7) menunjukan ciri bimodal (dua gugusan n-alkana) dengan puncaknya pada n-C15 dan n-C27, konfigurasi n-alkana seperti ini biasanya terdapat pada sedimen-sedimen danau atau “lacustrine”. Gugusan n-alkana dari ekstrak bitumen singkapan MLK-4 dan minyak MLO telah berkurang karena telah mengalami biodegradasi.
Rasio antara Pristane dengan Pythane di lokasi TL-1 (TL-1/23, TL-1/34) lebih besar dari rasio di lokasi TL-2 (TL-2/18, TL-2/22), di TL-1 berkisar antara 3,92-4,12 dan di TL-2 berkisar antara 1,92-1,79. Hal ini mengindikasikan bahwa lingkungan pengendapan bitumen padat di lokasi TL-1 lebih banyak mengandung oksigen, sedangkan di lokasi TL-2 lebih reduktif, berarti bitumen padat di lokasi TL-2 diendapkan pada danau bagian dalam dengan kondisi bawah air yang lebih tenang dan rendah oksigen (reduktif), dan lokasi TL-1 diperkirakan diendapkan pada lingkungan yang dangkal atau tepi danau atau dataran lumpur (mud flat) yang banyak berasosiasi dengan oksigen dari udara terbuka.
Rasio CPI (Carbon Preference Index) >>1 seringkali dijumpai pada batuan sedimen berumur muda atau yang masih rendah tingkat kematangan termalnya (Bray & Evans, 1961; Tissot dkk., 1984). Kondisi
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
seperti ini dijumpai pada seluruh conto yang dianalisis yang menunjukkan rasio CPI antara 1,19 dan 1,32, oleh karena itu tingkat kematangan yang cukup untuk membentuk hidrokarbon optimal belum terpenuhi.
Dari data biomarker fraksi saturat terlihat bahwa komposisi sterana conto minyak MLO lebih dekat dengan conto bitumen padat TL-1/34. Namun baik conto minyak MLO maupun conto bitumen padat TL-1/34 dan MLK-4 menunjukan kesamaan bahan organik dan lingkungan pengendapannya yaitu danau atau lacustrine.
Perbedaan tingkat kematangan termal pada ketiga conto yang dianalisis menunjukan bahwa kondisi geologi pada Formasi Sangkarewang tidak sama, walaupun bahan organiknya menunjukan kesamaan yaitu yang berasal dari algal dan tumbuhan darat.
SUMBERDAYA
Batasan perhitungan sumberdaya bitumen padat didasarkan pada kondisi geologinya. Rumus untuk menghitung sumberdaya adalah : Sumberdaya (ton)= Panjang (m) x Tebal (m) x Lebar (m) x Berat Jenis ( ton/m3). Sumberdaya bitumen padat daerah Sawah Lunto adalah 1.392.083.000 ton, yang berdasarkan Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara Standar Nasional Indonesia (SNI) amandemen 1-SNI 135014-1998 dari Badan Standarisasi Nasional, termasuk kedalam sumberdaya hipotetik (“hypothetic”).
Untuk menghitung sumberdaya minyak digunakan beberapa parameter. Dalam perhitungan sumberdaya minyak, kandungan airnya harus dijadikan nol atau biasa disebut “liters per tonne at zero moisture” (LTOM), maksudnya supaya kandungan minyak dalam suatu lapisan bitumen padat pada suatu formasi dapat dengan mudah dibandingkan dengan kandungan minyak dalam lapisan lainnya atau formasi lainnya. Sumberdaya minyak daerah inventarisasi adalah 309.977.441 barrel. Klasifikasi sumberdaya minyak yang dihitung disini masih sulit ditentukan karena belum ada yang bisa dijadikan acuan, tapi untuk saat ini diklasifikasikan kedalam sumberdaya hipotetik.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut 1. Secara geologi daerah Talawi termasuk kedalam
cekungan intramontane yang dinamakan Cekungan Ombilin.
2. Formasi pembawa bitumen padat didaerah Talawi adalah Formasi Sangkarewang yang menurut P.H. Silitonga dan Kastowo (1995) berumur Oligosen.
3. Didaerah Talawi terdapat 3 (tiga) blok bitumen padat, yaitu Blok Kumbayau, Blok Kolok dan Blok Sapan. Tebal bitumen padat di Blok Kumbayau berkisar antara 30 m- 80 m, panjang sebaran berkisar antara 2000 m – 4000 m, sumberdayanya 351.428.000 ton. Tebal bitumen padat di Blok Kolok berkisar antara 75 m – 125 m, panjang sebaran berkisar antara 3500 m - 4500 m, sumberdayanya 568.095.000 ton. Tebal bitumen padat di Blok Sapan berkisar antara 160 m – 180 m, panjang sebaran berkisar antara 1500 m - 2500 m sumberdayanya 472.560.000 ton.
4. Di Kolok Tengah ditemukan sumur bor yang didalamnya terdapat minyak bumi.
5. Berdasarkan hasil analisis retort kandungan minyak rata-rata di lokasi bor TL-1 Blok Kumbayau adalah 10,55 l/ton, di lokasi bor TL-2 Blok Sapan adalah 19,13 l/ton dan kandungan minyak pada singkapan KLM-1 Blok Kolok adalah 15 l/ton.
6. Kandungan total organik karbon bitumen padat daerah Sawah Lunto berkisar antara 3,10 //ton – 5,66 l/ton, angka tersebut mencirikan sebagai batuan induk sangat bagus. Berdasarkan “potential yield” yang umumnya >10 mg/gr termasuk kedalam batuan induk/sumber dengan katagori sangat bagus dan termasuk kedalam batuan induk tipe II
7. Tmax bitumen padat daerah Sawah Lunto berkisar antara 434oC – 443oC, termasuk kedalam katagori belum matang sampai awal matang.
8. Kandungan ekstrak bitumen dari hasil ekstraksi fraksinasi organik mater (EOM) di lokasi bor TL-1 Blok Kumbayau 2.382 ppm – 2.715 ppm, di lokasi bor TL-2 Blok Sapan 5.665 ppm – 6.039 ppm, sedangkan dari singkapan MLK-4 Blok Kolok adalah 1.343 ppm.
9. Berdasarkan hasil analisis gas chromatography, conto minyak dari lokasi MLO dan conto bitumen padat dari MLK-4 telah mengalami biodegradasi, yang terlihat dari konfigurasi sidikjarinya.
10. Dari rasio pristane dan pythane di TL-1 Blok Kumbayau menunjukan lebih banyak oksigen, sedangkan di TL-2 Blok Sapan lebih reduktif.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
11. Dari data biomarker fraksi saturat menunjukan bahwa komposisi sterana conto minyak lokasi MLO lebih dekat dengan conto bitumen padat lokasi TL-1/34.
12. Berdasarkan hasil estimasi sumberdaya batuan daerah Sawah Lunto sekitar 1.392.083.000 ton.
13. Sumberdaya minyak daerah sawah Lunto sekitar 309.977.441 Barrel, yang termasuk dalam katagori hipotetik
DAFTAR PUSTAKA Ilyas Syufra, (2001). Eksplorasi Bitumen Padat
Dengan Outcrop Drilling di daerah Talawi dan sekitarnya, Kodya Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung, Laporan.
Koesoemadinata R. P., & Matasak Th., 1981 ; Stratigraphy and Sedimentation Ombilin Basin Central Sumatera (West Sumatera Province), Proceeding, IPA, Tenth Annual Convention.
Koning T., 1985 ; Petroleum Geology of The Ombilin Intramontane Basin, Proceeding, IPA, Fourteenth Annual Convention.
Peters K. E. and Moldowan J. M., 1993 ; The Biomarker Guide, Interpreting Molecular Fossils in Petroleum and Ancient Seiments, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, N. J.
Silitonga P.H. & Kastowo, 1995 : Peta Geologi Lembar Solok, Sumatera, Peta Geologi bersistem Sumatera, PPPG, Bandung.
Tissot B. P. and Welte D. H., 1984 ; Petroleum Formation and Occurrence, Second Revised and Enlarged Edition, Springer-Verlag, Berlin, Heidelberg, Newyork, Tokyo.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
DAERAH INVENTARISASI
Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Inventarisasi
Tabel 1. Strtigrafi Cekungan Ombilin
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
0°34'00"LS
0°36'00"LS
0°38'00"LS
0°40'00"LS
0°42'00"LS
0°44'00"LS
100°42'00"BT 100°44'00"BT 100°46'00"BT 100°48'00"BT 100°50'00"BT100°40'00"BT
690.000 695.000 700.000
9.940.000
9.935.000
9.930.000
9.925.000
9.920.000
Singkapan Bitumen Padat
Lapisan Bitumen Padat
15
Struktur
Batas Formasi
Sungai
Jalan
K e t e r a n g a n :
Kota / Kampung
Lubang Bor
Garis PenampangA B
Daerah Penyelidikan
LUBUK SIKAPING
BUKITTINGGIPAYAKUMBUH
BATUSANGKAR
SAWAHLUNTOPARIAMAN
PADANG PANJANGLUBUK BASUNG
PADANGSOLOK
PAINAN
SIJUNJUNG
Talawi
D. Singkarak
Silungkang
S. Ombilin
S. LuntoBuo
TanjunggadangPulaupunjung
Terusan
Taratak
Balaisalasa
Indrapura
Tapan
2° LS
1° LS
0° LS
101° BT100° BT
S E L A T M E N T A W
A I
Sasak
Air Bangis
Rao
Kota Tengah
PROV. SUMATERA UTARA
Panti
Pasarontang
Malampah
S. Kampar
S. Manat
Sungaidareh
Kotabaru
PROVINSI RIAU
PROVINSI JAMBI
PETA GEOLOGI DAN SEBARAN BITUMEN PADATDAERAH TALAWI DAN SEKITARNYA
KOTAMADYA SAWAHLUNTO, PROVINSI SUMATERA BARAT
Disusun : Ir. Deddy Amarullah
Digambar : Dede Ibnu
Diperiksa : Ir. Deddy Amarullah
Disetujui : Ir. Sukardjo, M.Sc
Tahun : 2007
No. Peta : 1
PETA INDEK
2 3 4 5 Cm
1 2.5 Km
0 1
0
Skala 1 : 50.000
U
2
Psl
gd
g
g
Ps
Ps
Ps
PCks
Ps
Tob
Ps
qpTRtl
qp
Tmol
Tmol
g
Tob
Tmou
Tmou
Tmol
g
Qpt
S. Sangkarewang
S. Air Batumbuk
S. Om
bilin
S. Sipang
S. Sumpahan
Bt. Ampa
ng Nag
o
TALAWI
Paninjauan
Talagogunung
Sawah Lunto
Sijantang
Sijantang Koto
Padang Arah Koto Alam
Kebon Tinggi
Nanduobalas
Bangkuang
Rawanmaung
Balung
g
g
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERALBADAN GEOLOGI
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGIDAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN
SKR-1248°
20° 5°
15°20°
25°
SKR-4
20°
SKR-320°
SKR-2SKR-1
25°
MLK-320°
MLK-4/5
15°
MLK-1 40°
SAN-225°
KLM-2 25°
SAN-1
18° KBY-115°
SP-235° TG-1
35°
SP-120°
SMP-435°
SMP-540°
SMP-6SMP-3
30°
SMP-265°
PR-140°
PR-230°
SJT-230°
SJT-135°
SJT-328°
SJT-418°
KBY-3 15°
KBY-230°
20°
23°40°
KBY-760°
SJT-5
30°
KBY-9
AN-1A
70°
AN-180°
AN-270°
SKR-11
SKR-10
20°
SKR-6
15°
SKR-5
SKR-9
SKR-7SKR-8
SKR-14
SKR-13GA-1
MLK-2
25°
KL-1
SM-2SM-1
TL-2
65°
AN-3
TL-1
15°
KBY-8KBY-6 KBY-5
KBY-4
TRtl
qp
Anggota Batu Gamping Silungkang
Anggota Batu Gamping Formasi Tuhur
Formasi Brani
Pcks
Formasi Silungkang
Granodiorit
Anggota Atas Formasi Ombilin
Granit
Anggota Bawah Formasi Ombilin
Anggota Filit dan Serpih Formasi Kuantan
Formasi Sangkarewang
Tmou
Tmol
Tos
Ps
gd
Tob
g
Psl
TRtl
Anggota Batu Sabak dan Serpih Formasi TuhurTrts
KBY-3
Sumur Minyak
TL-2
SM-2
Tmol
gTos
TosPslTob
Tos Tos Tmol TosTob
PslTos
Qpt Tos
Tos Tos
S. OmbilinS. Sangkarewang
250
0
-250
250
0
-250
250
0
-250
S. MalakutanS. Ombilin
PENAMPANG GEOLOGISKALA VERTIKAL
HORIZONTAL 1 : 50.000
Keterangan : Sesar
Bagian menjauhBagian mendekat
Bitumen padat dalam F. Sangkarewang (Tos)
Tob
A
C
B
D
E
F
Gambar 2. Peta Geologi dan Sebaran Bitumen Padat Daerah Talawi
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Sample permukaan Sumatra Barat Sample permukaan Sumatra Barat
TOC vs POTENTIAL YIELD TOC vs HYDROGEN INDEX
Tipe: Tipe: Lokasi:Lokasi:
0.1
1.0
10.0
100.0
1000.0
0.1 1.0 10.0 100.0
TOC (wt % rock)
S 1 +
S2 (
Pote
ntia
l Yie
ld) i
n m
g/g
rock
TL-1/9TL-1/23TL-1/34TL-1/42TL-2/5TL-2/18TL-2/22TL-2/30KLM-1SKR-11SJ-1AN-1
20.0
V.G
oo
dFa
irG
oo
dP
oor
Exc
elle
nt
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
0.1 1.0 10.0 100.0
TOC (wt % rock)
Hyd
roge
n In
dex
(HI)
TL-1/9TL-1/23TL-1/34TL-1/42TL-2/5TL-2/18TL-2/22TL-2/30KLM-1SKR-11SJ-1AN-1
Oil
& G
asO
il
Legenda:Legenda:
PoorFair
GoodV. Good
Excellent Poor Fair Good V. Good Excellent
Gambar 3. Plot Antara TOC Terhadap Potential Yield dan Hydrogen Index
Sample permukaan Sumatra BaratTipe: Lokasi:
Oil ZoneImmature Gas Zone
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
390 405 420 435 450 465 480 495 510 525Tmax (0C)
HI (
mg
HC
/g T
OC
)
TL-1/9 TL-1/23TL-1/34 TL-1/42TL-2/5 TL-2/18TL-2/22 TL-2/30KLM-1 SKR-11SJ-1
0.6 iso-reflectance
1.2
TIPE I
TIPE II
TIPE III
Legenda:
Mix
edO
ilG
as
AN-1
Gambar 4. Plot Antara Tmax Dengan Hydrogen Index
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
0
75000
150000
225000
300000
2 6 10 14 18
4000
9000
14000
19000
24000
2 6 10 14 18
Kode Conto
Sidikjari Gas Chromatography
ML
O (M
inya
k)
ML
K-4
Terbiodegradasi Pr/Ph : 4.61 Pr/nC17 : 14.93 Ph/nC18 : 2.33 CPI : -
Pr
PhC17
C18
Pr/Ph : 6.04 Pr/nC17 : 6.06 Ph/nC18 : 1.53 CPI : 1.32
Pr
TerbiodegradasiPh
C27 C28 C29C22 C30C31C32 C16
C17C15 C21C20
C23 C24 C25 C33 C26C19C18C14C13
Gambar 5. Sidikjari Gas Chromatography Ekstrak Bitumen dan Minyak Yang Tersingkap di Permukaan
3000
17500
32000
46500
2 6 10 14 18
0
25000
50000
75000
100000
2 6 10 14
Kode Conto
Sidikjari Gas Chromatography
TL
-1/2
3
TL
-1/3
4
Pr/Ph : 3.92 Pr/nC17 : 2.31 Ph/nC18 : 0.86 CPI : 1.32
Pr
C27 C29
C16 C18C15
PhC19 C24 C25 C26 C28
C13 C14 C20 C21 C22 C23 C30 C31 C32 C17
C33
18
Pr/Ph : 4.12 Pr/nC17 : 1.95 Ph/nC18 : 0.84 CPI : 1.32
Pr C27
C26 C29
C15 C25 C28
C23 C30 C31 C13 C14 C16 C24
C21 C22 C32 C18 C20C17 C19
Ph C33 C11 C12
Gambar 6. Sidikjari Gas Chromatography Ekstrak Bitumen dari Inti Bor TL-1
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
4000
14000
24000
34000
44000
54000
2 6 10 14 18
3000
28000
53000
78000
2 6 10 14
Kode Conto
Sidikjari Gas Chromatography
TL
-2/1
8
TL
-2/2
2
Pr/Ph : 1.92 Pr/nC17 : 2.58 Ph/nC18 : 1.25 CPI : 1.13
PrC27
C26 C29 C31 C32 Ph C23C25 C28
C15 C16 C18 C19 C21 C22 C30C24
C14 C17 C20 C33 C13
C12
C11
18
Pr/Ph : 1.79 Pr/nC17 : 2.14 Ph/nC18 : 1.31 CPI : 1.19
C27
PrC26 C29
Ph C25 C28 C31 C32 C18 C19 C22C15 C21 C23 C24 C30
C13 C16
C17
C20C14
C33 C12
C11
Gambar 7. Sidikjari Gas Chromatography Ekstrak Bitumen dari Inti Bor TL-2