Download - Proposal Program Bermain Ramla
PROPOSAL PROGRAM BERMAIN
Ruang Perawatan II RSUD Syekh Yusuf Gowa 2014
Nama Pasien : An “S”
Usia : 8 Bulan
Diagnosa Medik : GEA
Tingkat Perkembangan
1. Personal Sosial
Teori
Berikut tahap perkembangan sosial dan emosional anak usia 4-8 bulan
yaitu :
a. Bayi memiliki ikatan yang sangat kuat dengan mereka yang sering
mengasuhnya, bayi lebih menyukai pengasuh utamanya, baik itu bundanya
ataupun penagasuh utama lainnya yang mengasuh mereka.
b. Bayi mengenali pengasuh utamanya, keluarganya, dan bayangan dirinya di
cermin.
c. Bayi sudah mengerti ketika mereka terpisah dari pengasuhnya, mereka
akan merasa cemas dan sedih sampai akhirnya menangis.
d. Bayi mulai menunjukkan kecemasan ketika mereka berada di tengah-
tengah orang dewasa yang tidak mereka kenali.
e. Bayi akan marah jika mainan yang dipegangnya direbut darinya.
Kondisi klien saat ini :
a. Klien hanya berbaring di tempat tidur dan kadang digendong ibu atau
neneknya bila menangis.
b. Klien tampak menangis bila ibunya tidak terlihat dalam waktu yang lama.
c. Klien tampak marah dan menangis bila benda yang dipegang dan
dimainkannya diambil.
2. Motorik Kasar
Teori :
Beberapa jenis keterampilan motorik kasar yang sebaiknya harus
sudah dikuasai anak usia 8 bulan yaitu :
a. Meraih benda
b. Bermain dengan jari-jari kaki
c. Memindahkan mainan dari satu tangan ke tangan yang lain
d. Menggerak-gerakkan dan mengocok mainan
e. Menggunakan tangan dan jarinya untuk mengambil benda-benda kecil.
f. Membenturkan kedua benda.
g. Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain.
h. Belajar untuk minum dari cangkir, dan gemetar, memukul-mukul,
menjatuhkan dan mungkin melemparkan benda-benda.
i. Menempatkan ke objek yang lebih besar, bukan hanya melemparkan atau
menjatuhkan mereka. Selain itu, bayi mendapatkan kontrol lebih banyak
dan mampu untuk menangani objek semakin kecil.
Kondisi klien saat ini :
a. Klien nampak meraih benda-benda disekitarnya
b. Klien terlihat sering memainkan jari-jari kakinya
3. Motorik Halus
Teori :
Beberapa jenis keterampilan motorik halus yang sebaiknya harus
sudah dikuasai anak usia 8 bulan yaitu :
a. Tangan jari-jarinya sudah mulai digunakan untuk mengambil benda-
benda kecil.
b. Membenturkan dua benda yang dipegangnya.
c. Jari telunjuknya sudah bisa digunakan dengan lancar untuk menunjuk
ataupun menyentuh sesuatu.
d. Memperlakukan mainannya dengan caranya sendiri misalkan,
menjatuhkan, mendorong, memutar, atau menyobeknya.
Kondisi Klien saat ini :
a. Klien tampak sering memegang dan menggerak-gerakkan benda yang
dipegangnya
b. Klien kemudian melemparkan benda yang dipegangnya bila sudah merasa
bosan.
4. Bahasa
Teori :
Beberapa jenis keterampilan bahasa yang sebaiknya harus sudah
dikuasai anak usia 8 bulan yaitu :
a. Bayi semakin sering mengulangi suara yang sama berulang-ulang,
contohnya suku kata yang sering didengar.
b. Bayi mulai menggumam dengan irama tertentu.
c. Mulai mengenali nama mereka (panggilan mereka).
d. Bayi sudah mulai dapat mengucapkan satu kata tertentu, meskipun masih
belum terlalu jelas.
e. Bayi mulai meniru suara tertentu (bukan meniru pembicaraan), seperti
mengecap-ecap bibir atau mencoba membunyikan lidah (tongue
clicking).
Kondisi Klien saat ini :
a. Klien sering menggumam bila merasa lapar dan marah.
b. Klien menoleh bila namanya dipanggil
Jenis Permainan : Mengenal bunyi, bentuk dan warna
Alat yang digunakan :
1. Mainan bunyi-bunyian
2. Bola warna warni
Aturan Permainan
1. Klien diperdengarkan gemerincing atau bunyi-bunyian
2. Klien diberikan bola warna warni
3. Perawat mencontohkan menggoyangkan permaian gemerincing
4. Klienkemudian dibiarkan meraba dan memegang mainan yang ada
5. Berikan kesempatan anak untuk mengenali bunyi-bunyian dan bentuk serta
mengambil warna-warna bola yang disukai.
6. Perawat mengawasi dan memberikan kata-kata cilukba dan memanggil nama
klien untuk menyemarakkan
7. Perawat dan ibu mengawasi anak untuk tidak memasukkan mainan kedalam
mulut
8. Ibu dan perawat membantu mendekatkan maian yang dilemparkan dan jauh
dari jangkauan klien
9. Biarkan klien asik dengan mainannya hingga merasa bosan
Tujuan Bermain
1. Mengetahui perkembangan motorik kasar dan halus anak
2. Mendorong perkembangan sosial dan emosional anak
3. Mengurangi kebosanan akibat hospitalisasi
Pelaksanaan : Jumat, 08 Agustus 2014
Waktu : 20 menit
Tempat : Ruang Perawatan II Kamar II B di tempat tidur pasien
Peserta : Klien, orang tua klien dan perawat
Pembimbing : Ns. Badollahi, S.Kep.
Observer : Kelompok 1 dan 2 Mahasiswa Ners UIN Alauddin Makassar
Model Permainan
Keterangan :
: Tempat Tidur
: Klien
: Perawat
: Orang tua
: Pemimbing
: Observer
Evaluasi
Rencana evaluasi pada permainan ini yaitu :
1. Klien dapat berespon terhadap bunyi-bunyian
2. Klien mampu memegang dan mengenali bentuk
3. Klien mampu memilih warna bola
4. Klien kembali merasa terhibur dan tidak jenuh
PROPOSAL PROGRAM TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA 8 BULAN DI RUANG PERAWATAN II
RSUD SYEKH YUSUF GOWA
OLEHRAMLA, S.Kep
70500113098
CI LAHAN CI INSTITUSI
PROGRAM STUDI PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR2014
TERAPI BERMAIN
A. Defenisi Bermain
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang
tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan
membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang
bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan
sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela
untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan
hasil akhir (Suhendi, 2001). Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak
dapat melakukan atau mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi
terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan
berperilaku dewasa (Aziz A, 2005). Jadi kesimpulannya bermain adalah cara
untuk memperoleh kesenangan agar anak dapat kreatif dan mengekspresikan
pikiran, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
B. Kategori Bermain
1. Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari anak
sendiri.Contoh: bermain sepak bola.
2. Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu
melakkan aktivitas (hanya melihat). Contoh: Memberikan support.
C. Ciri-ciri Bermain
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu
D. Klasifikasi Bermain Menurut Isi
1. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh
lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara
memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan
dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya,
dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain
air atau pasir
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan
tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya
mengendarai sepeda.
4. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau
ibu.
E. Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial
1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa
orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita
Toddler.
2. Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya
tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh
anak pre school.Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang
sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian
tugas, anak bermain sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi
dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia
sekolah Adolesen.
F. Fungsi Bermain
1. Perkembangan Sensorik Motorik
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu,
misalnya meraih pensil.
2. Perkembangan Kognitif
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan).
3. Kreatifitas
Mengembangkan kreatifitas menoba ide baru misalnya menyusun balok.
4. Perkembangan Sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari
belajar dalam kelompok.
5. Kesadaran Diri (Self Awareness)
Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah
laku terhadap orang lain.
6. Perkembangan Moral
Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman,
menyesuaikan dengan aturan kelompok.Contoh : dapat menerapkan
kejujuran
7. Terapi
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang
tidak enak, misalnya : marah, takut, benci.
8. Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat
mengatakan secara verbal, misalnya : melukis, menggambar, bermain
peran.
G. Tahap Perkembangan Bermain
1. Tahap eksplorasi : Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara
bermain
2. Tahap permainan : Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam
tahap permainan
3. Tahap bermain sungguhan : Anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun : Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan
permainan berikutnya.
H. Defenisi Bermain Bunyi-Bunyian
Bermain bunyi-bunyian dalah permaian menggunakan mainan atau benda
yang mampu mengeluarkan bunyi yang mampu menarik perhatian dan
menstimulasi perkembangan pada anak serta mampu mengurangi kecemasan
dan stres pada anak.
I. Manfaat
1. Membantu mengenalkan anak dan menstimulasi anak akan bunyi-
bunyian.
2. Mengembangkan kemampuan anak dalam memegang, menggenggan
serta mengenali bentuk serta warna.
3. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat
terapeutik (sebagai permainan penyembuh/”therapeutic play”).
4. Anak dapat mengeskpresikan perasaan dan kesenangan anak.
5. Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses
hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak
akurat dan negative.
6. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan
metode penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama
dirawat di rumah sakit.