Download - Proposal Pkm
PROSES KALSINASI BATU KAPUR UNTUK ESTERIFIKASI BIODISEL
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak zaman Mesir kuno, orang-orang Mesir telah banyak memanfaatkan
batuan kapur, diantaranya adalah untuk memplester bangunan tempat
tinggal mereka. Sampai zaman modern sekarang pun, kapur masih
digunakan pemanfaatannya untuk memplester bangunan. Perkembangan
ini secara tidak langsung memperlihatkan adanya peningkatan kebutuhan
akan bahan baku dan penolong bagi perkembangan sektor industri yang
merupakan industri hilir. Stabilitas politik yang baik di indonesia telah
memacu pengembangan sektor industri, konstruksi dan pertanian ketingkat
yang lebih baik. Berdasarkan pertimbangan tersebut diperkirakan prospek
pasar untuk komoditas pasar cukup cerah.
Batu kapur yang terdapat di alam bermacam-macam jenisnya, antara lain :
kalsit (CaCO3), dolomit (CaCO3.MgCO3), magnesit (MgCO3), siderit
(FeCO3), ankerit [Ca2Fe(CO3)4], dan aragonit (CaCO3) yang
berkomposisi kimia sama dengan kalsit tetapi berbeda dalam struktur
kristalnya. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai industri kapur baik
cara pembuatan, jenis-jenis, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan
industri kapur, maka dibuatlah makalah yang berjudul “Industri Kapur”.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah perkembangan industri kapur?
2 Apa yang dimaksud dengan batu kapur?
3 Apa saja bahan baku pembuatan kapur?
1
4 Bagaimana proses pembuatan kapur ?
5 Apa saja jenis-jenis produk kapur?
6 Apa saja manfaat produk yang dihasilkan dari industri kapur?
7 Berapa kapasitas produk yang dihasilkan pada industri kapur di
Indonesia?
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui sejarah perkembangan industri kapur
2. Memahami proses pembuatan kapur
3. Mengetahui jenis-jenis produk industri kapur
4. Mengetahui manfaat produk yang dihasilkan dari industri kapur
5. Mengetahui jumlah kapasitas produk yang dihasilkan industri kapur di
Indonesia
6. Mengetahui keunggulan dan kelemahan pada industri kapur
2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Sejarah perkembangan industri kapur
Kapur termasuk bahan bangunan yang penting, di Indonesia kapur ini juga
sudah lama dikenal sebagai bahan ikat, dalam pembuatan tembok, pilar dan
sebagainya. Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara,
yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu
kapur yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari
pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau
ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang. Batu kapur
dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan hitam,
tergantung keberadaan mineral pengotornya.
Batu kapur yang terdapat di alam bermacam-macam jenisnya, antara lain :
kalsit (CaCO3), dolomit (CaCO3.MgCO3), magnesit (MgCO3), siderit
(FeCO3), ankerit [Ca2Fe(CO3)4], dan aragonit (CaCO3) yang berkomposisi
kimia sama dengan kalsit tetapi berbeda dalam struktur kristalnya.
2.2 Sifat & Kualitas Kapur
CaO:
Berat molekul 56,08
Titik leleh 2843 K
Titik didih 3223 K
3
Ca(OH)2:
Berat Molekul 74,10
Titik Leleh 853 K
Kualitas :
High Calcium Lime 90% CaO
Low Magnesium Lime 5 – 25% MgO
Dolomitic Lime 25 – 45% MgO
Adapun sifat dari batu kapur adalah sebagai berikut :
a. Warna : Putih,putih kecoklatan, dan putih keabuan
b. Kilap : Kaca, dan tanah
c. Goresan : Putih sampai putih keabuan
d. Bidang belahan : Tidak teratur
e. Pecahan : Uneven
f. Kekerasan : 2,7 – 3,4 skala mohs
g. Berat Jenis : 2,387 Ton/m3
h. Bentuk : Keras, Kompak, sebagian berongga.
Berdasarkan proses pengendapannya, batu gamping radiolarit dan batu
karang merupakan batuan sedimen organik. Disamping hal tersebut, batuan
kapur (termasuk di dalamnya stalaktit dan stalakmit yang banyak dijumpai
di gua-gua kapur) menurut proses pengendapannya juga termasuk batuan
sedimen kimiawi (sedimen khemis).
4
Gambar yang tertera di bawah ini merupakan batuan kapur ketika berada
pada tahap awal pembentukannya. Batu Raja merupakan daerah yang
bertopografi karst dengan berbagai gejalanya.Daerah yang batuan induknya
berupa batuan sedimen. Atau yang dikenal sebagai batuan kapur.
Menurut Wardiyatmoko (2006:55) bahwa sedimen pasir gamping kali
pertama terbentuk pada zamam Silur yang berumur antara 360.000.000--
408.000.000tahun yang lalu. Binatang karang berkembang biak dengan
baik, sehingga jasad-jasadnya meninggalkan bekas pada lapisan gamping
yang tebal. Perlu diketahui bahwa pada batuan sedimen banyak ditemukan
fosil.
Menurut seorang pengajar sebuah perguruan tinggi di Surabaya bahwa
batuan kapur yang berkualitas baik, banyak mengandung CaCo3 adalah
batuan kapur yang berwarna putih bersih. Batuan yang demikian ini baik
untuk dijadikan bahan mentah/bahan baku pada industri pembakaran
gamping, bahkan juga industri semen.
5
Cara penambangan yang banyak dilakukan adalah penambangan terbuka
dan/atau dengan membuat lubang-lubang mengangap mirip gua
(penambangan tertutup).Cara penambangan apapun hendaknya harus sangat
mempertimbangkan keselamatan penambang itu sendiri, di samping juga
memperhatikan aspek lingkungan hidup.
2.2 Macam-macam Kapur
Kapur tohor (CaO) adalah hasil dari pemanasan batuan kapur, yang dalam
perdagangan dapat dijumpai bermacam-macam hasil pembakaran kapur ini,
antara lain :Kapur tohor / quick lime ( CaO): yaitu hasil langsung dari
pembakaran batuan kapur yang berbentuk oksida-oksida dari kalsium atau
magnesium.
a. Kapur padam / hydrated lime(Ca(OH)2))
Adalah bentuk hidroksida dari kalsium atau magnesium yang dibuat dari
kapur keras yang diberi air sehingga bereaksi dan
mengeluarkan panas.Digunakan terutama untuk bahan pengikat dalam
adukan bangunan.
Proses “slaking” adalah reaksi CaO dengan air, sebagai berikut :
CaO(p) +H2O Ca(OH)2(p) H=15,9 kcal
Hasilnya dapat berupa serbuk halus (proses kering) atau berupa “slurry’
dalam air (proses basah).
Proses kering yang paling sederhana adalah dengan menyirami lapisan
bongkah-bongkah kapur tohor setebal 15-20 cm di atas lantai
Pencampuran air dengan kapur tohor sebaiknya dilakukan dengan
disertai membalik-balikan bongkah-bongkah tersebut dan dilakukan
penyiraman ulang. Bongkahan itu akan pecah menjadi serbuk kapur
padam
Pabrik gula menggunakan kapur dalam bentuk slurry senhingga
pemadaman kapur tohor tersebut dapat dilakukan dengan air berlebih
(proses basah), yang dapat dilakukan dalam suatu tangki dengan
6
pengadukan yang baik, dan pemisahan-pemisahan kasar yang mengendap
akan lebih mudah dilakukan.
b. Kapur Udara
Kapur padam yang apabila diaduk dengan air setelah beberapa waktu
dapat mengeras di udara karena pengikatan karbon dioksida.
c. Kapur hydraulik
Disini CaO dan MgO tergabung secara kimia dengan
pengotor- pengotor.Oksida kapur ini terhidrasi secara mudah dengan
menambahkan air ataupun membiarkannya di udara terbuka, pada reaski
ini timbul panas.
2.3Proses pembuatan kapur CaO
Proses pembuatan kapur tohor dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:
1. Pembakaran batu kapur dalam tungku batch
2. Proses semi-kontinu dengan menggunakan shaft kiln
A. Proses dengan menggunakan Tungku Pendam (Tungku Batch)
1. Tungku Pendam
Tungku pendam sistem berkala berbentuk silinder yang terpendam dalam
tanah dengan sedikit bagian terbuka untuk pelaksanaan proses pembakaran
adalah penampang tungku pendam berkapasitas 60 ton batu kapur.
7
Dinding tungku pendam dibuat dari susunan batu kuarsa (batu gongsol) atau
jenis batu kali tertentu; dapat juga dibuat dari batu bata biasa. Batu bata
tidak tahan terhadap api reduksi sehingga dinding dari batu bata mudah
rusak.
Pemasukan bahan bakar dilakukan dari bukaan pada dinding yang
berhubungan dengan bukaan tempat juru bakar melakukan tugasnya
memasukkan bahan bakar. Bahan bakar masuk ke dalam rongga di dalam
tungku yang dibuat dari susunan batu kapur yang akan dibakar.
2. Susunan Batu Kapur
Penyusunan batu kapur di dalam tungku pendam merupakan langkah
penting untuk terlaksananya proses pembakaran yang efisien dan merata ke
seluruh umpan batu kapur yang akan dibakar sehingga seluruhnya
terkalsinasi menjadi kapur tohor.
Di bagian dasar disusun batu kapur berukuran besar 20- 30 cm x 30-40 cm.
Susunan ini berfungsi sebagai fondasi untuk menopang susunan batu kapur
selanjutnya sampai ke bagian atas tungku.
Industri pembakaran kapur termasuk industri yang padat energi karena 50-
60% biaya produksinya merupakan biaya energi.
Untuk tungku berisi 100 ton batu kapur memerlukan 50 ton kayu pinus yang
baik (10 truk) untuk pembakaran selama 9-10 hari.
Untuk mengurangi konsumsi kayu dapat digunakan batu bara halus tanpa
melakukan modifikasi tungku. Untuk itu hanya diperlukan peralatan
tambahan yaitu blower dan meja pengumpan batu bara.
Fondasi ini harus cukup kuat dan stabil pada temperatur tinggi
(1000-1200°C) sampai proses pembakaran selesai yaitu sekitar 3-10 hari
masing-masing untuk kapasitas 20 dan 100 ton batu kapur. Untuk ini sifat
fisik batu kapur yang digunakan pada suhu tinggi harus sudah diketahui.
8
Semakin ke atas, batu kapur yang disusun semakin kecil ukurannya dan
susunan dibuat semakin ke tengah dan akhirnya bertemu pada ketinggian ±
1/3 tinggi umpan dari dasar tungku atau 1- 2 m. Terbentuklah sebuah rongga
berbentuk setengah bola.Lubang pengapian dari luar tungku tembus ke
dalam rongga ini. Karena bentuk yang demikian mengakibatkan terciptanya
turbulensi yang tinggi dalam rongga pembakaran ini,
setelah suhu meningkat. Kondisi ini cukup ideal untuk proses pembakaran
batu bara halus.
Dengan penambahan batu bara penggunaan kayu dapat berkurang paling
sedikit setengahnya dan setiap ton batu bara dapat menggantikan 8-10 ton
kayu bakar. Kemudian di permukaan tumpukan batu kapur tersebut ditutup
dengan batu kapur kecil-kecil berukuran 2- 3 cm setebal 5 cm guna
menahan laju panas yang keluar. Selanjutnya proses pembakaran dapat
dimulai.
Susunan Batu Kapur di DalamTungku (dilihat dari atas)
2. Teknik Pembakaran
Pembakaran dimulai dengan api kecil menggunakan kayu bakar untuk
mengeringkan batu kapur. Api dapat dibesarkan setelah batu kapur hampir
kering sehingga uap air tidak terlalu banyak. Banyaknya uap air akan
mengganggu draft (tarikan) sehingga pembakaran kurang lancar, banyak
menghasilkan jelaga yang mengganggu proses pembakaran selanjutnya.
Jika unggun batu kapur sudah hampir kering, draft sudah cukup kuat, api
dapat semakin dibesarkan. Setelah api besar dan stabil, batubara halus dapat
9
dimasukkan. Ukuran butir batu bara halus adalah 30 mesh dan cara
pemasukannya adalah dengan mengalirkannya ke dalam pipa yang ditiup
blower.
Untuk tungku pendam berkapasitas 40 ton batu kapur, dapat digunakan
blower 3 inci 440 watt dan pipa untuk peniupan 4 - 5 inci.
Batu bara halus masuk ke pipa peniupan dari pipa pengumpan. Pemasukan
batu bara halus ke pipa pengumpan untuk kemudian ditiupkan ke dalam
ruang bakar dilakukan dengan sistem pengumpan.
Sistem pengumpan dapat berupa pengumpan ulir (screw feeder) dengan
kecepatan yang dapat diatur atau dapat juga secara manual.
Cara manual dapat dilakukan dengan menyediakan meja dengan lubang di
salah satu sudutnya untuk menyalurkan batu bara di atas meja dengan
mendorong batu bara ke dalam pipa pengumpan dengan tangan melalui
lubang tersebut.
Cara lain dengan menyediakan bejana diatas pipa pengumpan, kemudian
aliran batu bara halus diatur dengan kran pada pipa pengumpan. Untuk
memperlancar aliran batu bara dapat dilakukan dengan memasang kawat
menembus bukaan pada kran dan kawat diputar dengan sebuah motor listrik.
Pipa peniup batu bara dipasang sedemikian rupa sehingga batu bara halus
menyebar secara merata di dalam rongga pembakaran yang berisi kayu
bakar yang sedang terbakar dengan posisi malang melintang. Pemerataan ini
dibantu dengan adanya turbulensi yang tinggi dalam rongga pembakaran.
Turbulensi tercipta karena draft yang kuat dari unggun kapur dan udara luar
masuk ke dalam rongga melalui lubang pengapian yang sempit. Kondisi ini
sangat membantu proses pembakaran batu bara sehingga batu bara dengan
cepat terbakar dan kayu terbakar lebih lambat.
10
Setiap pemasukan satu ton batubara dapat mengurangi penggunaan kayu
bakar sebanyak 8 - 9 ton.Kecepatan pemasukan batubara antara 40 - 60
kg/jam. Kayu bakar juga terus ditambahkan sehingga api dari kayu dan batu
bara berimbang dan dicapai efisiensi pembakaran yang maksimum.
Sketsa Susunan Pengumpan Batu Bara Halus
Penggunaan Pengumpan Batu BaraHalus untuk Pembakar Kapur
Karena pemasukan batu bara secara terus menerus tanpa henti maka
peningkatan suhu juga terus menerus sehingga waktu pembakaran dengan
kombinasi batubara kayu ini lebih singkat dibanding pembakaran dengan
kayu yaitu sekitar 2/3-nya. Untuk perbandingan, dibawah ini adalah hasil
pembakaran 36 ton batu kapur.
Pembakaran dihentikan setelah seluruh muatan batu kapur telah
terkalsinasi.Hal ini dapat diketahui dengan mengukur suhu sekitar 5 cm di
11
bawah permukaan batu kapur.Setelah temperatur bertahan 2 - 3 jam pada
900°C atau lebih maka batu kapur telah terkalsinasi.
Dapat juga dilihat dari penurunan permukaan batu kapur di dalam
tungku.Setelah terkalsinasi volume produk CaO menyusut sehingga
permukaan batu kapur menurun 40 - 80 cm, tergantung kapasitas tungku
dan sifat batu kapur yang dibakar.Trayek suhu pembakaran kapur dengan
kombinasi batu bara-kayu terlihat dalam gambar.
Batu bara muda berkalori rendah, kurang dari 5500 kkal/kg, kurang efektif
untuk digunakan membakar kapur dengan teknik ini. Batu bara ini baik
untuk membakar kapur tanpa campuran kayu dalam tungku pendam yang
dimodifikasi atau tungku tegak dengan pembakar siklon.
Batu bara peringkat lebih tinggi yang bernilai kalor lebih dari 6000 kkal/kg
kurang baik untuk membakar kapur dengan teknik batu bara halus tanpa
campuran kayu dalam tungku tersebut di atas sebab api pembakarannya
dapat mencapai lebih dari 12000C. Panas yang terlalu tinggi mengakibatkan
terjadinya sintering di permukaan kapur tohor (berwarna kehitaman)
sehingga sukar diseduh menjadi Ca(OH)2.
Api di Bagian Atas Tungku pada Temperatur 9000C
12
Suhu di Bagian Atas Tungku pada Pembakaran 36 TonBatu Kapur
selama 47 Jam
13
Urutan pengolahan batu gamping (CaCO3) :
1. Transportasi dari tambang ke penggilingan, biasanya dengan kereta api industri.
2. Penghancuran dan pengaturan besar butil dalam pemecahan rahang atau giratori.
3. Pengayaan untuk memisahkanberbagai ukuran (misalnya, batuan 10 sampai 20 cm berarti bahwa batuan yang ukurannya lebih kecil dari 10 cm dan lebih besar dari 20 cm telah dikeluarkan).
4. Batu-batu besar diangkut dengan gerobak ke tanur vertikal (shaft kiln).5. Batu-batu kecil dibawa ke tanur putar (rotary kiln).6. Batu-batu halus ke pulverisor (penggilingan halus) untuk membuat batu
gamping serbuk utnuk pertanian dan keperluan lain.7. Batu gamping dibakar menurut ukuran masing-masing, di dalam tanur
vertikal untuk membuat gamping bongkahan, atau di dalam tanur putar horizontal untuk membuat gamping serbuk
8. Dilakukan pengemasan terhadap hasil produksi tersebut (CaO)
14
15
Proses Saft Kiln
Proses semi-kontinu dengan menggunakan shaft kiln
Jobong dibuat dari batu tahan api yang diperkuat dengan carbon steel
silinder sedangkan bagian luar dari pasangan batu merah biasa,
tebal dinding bagian bawah kurang lebih 1 meter dan bagian atas kurang
lebih 0,5 meter. Dari 10,5 ton batu kapur mentah perhari atau 438 kg
perjam, pecahan 4 cm sd 15 cm akan dihasilkan kurang lebih 6 ton kapur.
Jobong terdiri dari zona pemanasan, zona kalsinasi, dan zona pendinginan.
Tiga meter bagian atas adalah zona pemanasan awal
(pre heating),pada proses kalsinasi akan mengalami pemanasan. Batuan
kapur dengan ukuran 5 - 7 cm, dibakar di dalam tungku dalam suhu tertentu.
Di sini suhu berkisar dari 900 – 1000’ C dalam waktu 1 - 3 jam.
Reaksi yang berlangsung adalah :
CaCO3 CaO + CO2 H = +44 kkal
16
Kalsinasi
Pada waktu kalsinasi, volumenya menciut, dan pada waktu hidrasi
mengembang. Kalor total yang diperlukan untuk kalsinasi per ton gamping
dapat dibagi atas dua bagian yaitu: kalor sensibel untuk menaikkan suhu
batuan sampai dekomposisiya dan kalor laten disosiasi.
Zona Pendinginan
Setelah proses pembakaran selesai maka mulailah pendinginan kapur tohor
di dalam tungku. Pendinginan ini tidak boleh terlalu lama sebab dapat
mengakibatkan hancurnya kapur tohor yang bersifat higroskopis akan
mempunyai kesempatan untuk menyerap air dari udara bebas.
Pengeluaran Hasil Pembakaran.
Untuk menghindari pengotoran dari abu batubara, maka pada waktu
pengeluaran abu batu bara yang berukuran sangat halus yang terdapat
didasar tungku harus segera dipisahkan dari kapur tohor yang masih
berbentuk bongkah-bongkah. Ini dilakukan pada saat temparatur mulai
menurun ± 400 C.
2.4 Proses Pembuatan kalsium dioksida (Ca(OH)2)
Proses Basah :
Menyiram bongkahan dengan air berlebih dalam tangki berpengaduk
sehingga menjadislurry.
Reaksi :
CaO + H2O Ca(OH)2(p) H = 15,9 Kcal
Penggunaan Ca(OH)2 sebagai pengganti katalis NaOH dalam
proses esterifikasi biosolar.
17
PROSES ESTERIFIKASI BIODISEL
ESTERIFIKASI DALAM INDUSTRI
Esterifikasi dalam industry yang berkembang dengan pesat akhir-akhir ini
adalah esterifikasi minyak nabati menjadi biodiesel. Bertambahnya jumlah
populasi di dunia dan meningkatnya jenis kebutuhan manusia seiring dengan
berkembangnya zaman, mengakibatkan kebutuhan akan energi semakin
meningkat sehingga persediaan energi (khususnya energi dari bahan bakar fosil
yang tidak dapat diperbaharui) semakin menipis, bahkan semakin lama akan
habis. Untuk mengurangi ketergantungan pada sumber bahan bakar fosil
(minyak/gas bumi dan batu bara) sebagai sumber energi yang tidak terbarukan
dengan segala permasalahannya, Bahan bakar fosil mempunyai banyak kelemahan
dalam banyak segi terutama harga yang cenderung naik (price escalation) sebagai
akibat dari faktor-faktor seperti berkurangnya cadangan sementara permintaan
terus meningkat serta dampak lingkungan yang ditimbulkan olehnya yang mana
sangat berpengaruh terhadap pemanasan global (global warming). Indonesia dan
beberapa negara kini berusaha untuk mencari sumber-sumber energi lainnya
sebagai bahan bakar alternatif. Alternatif ini harus mengoptimalkan potensi
sumber daya lokal supaya harganya lebih murah dan terjangkau.
Spesifikasi biodiesel
Biodiesel berbentuk cairan berwarna kuning cerah sampai kuning
kecoklatan. Biodiesel tidak dapat bercampur dengan air, mempunyai titik didih
tinggi dan mepunyai tekanan uap yang rendah. biodiesel terdiri dari senyawa
campuran methyl ester dari rantai panjang asam-asam lemak dari minyak tumbuh-
tumbuhan yang memiliki flash point 150 °C (300 °F), density 0.88 g/cm³,dibawah
density air. Biodiesel tidak memiliki senyawa toksik dan tidak mengandung sulfur
serta biodegradable, sehingga penanganannya jauh lebih mudah dan lebih
sederhana dibandingkan bahan solar minyak bumi
proses pembuatan biodiesel
18
Proses diawalin dengan esterifikasi untuk menghilangkan asam lemak
bebas sekaligus menambah perolehan biodiesel. Reaksi esterifikasi dapat
dilakukan dengan katalis homogen maupun heterogen. Esterifikasi dengan katalis
homogen menghasilkan produk yang bersifat asam sehingga sebelum reaksi
transesterifikasi, kelebihan asam ini harus dinetralkan terlebih dahulu. Penetralan
dapat dilakukan dengan penambahan basa atau menggunakan resin penukar anion.
Penetralan menggunakan basa menghasilkan garam yang dapat menjadi pengotor,
hal ini tidak terjadi pada penetralan menggunakan penukar ion.
Reaksi esterifikasi menghasilkan produk samping berupa air. Air harus
dipisahkan sebelum reaksi transesterifikasi. Pemisahan ini dapat dilakukan dengan
penguapan atau menggunakan absorber.
Umpan masuk reaktor transesterifikasi berupa trigliserida, ester, dan
pengotor. Trigliserida direaksikan dengan metanol menghasilkan ester dan
gliserin. Reaksi transesterifikasi dapat dilakukan dua tahap untuk mendapatkan
konversi tinggi. Pada reaksi dua tahap, pemisahan gliserin dilakukan diantara
kedua reaksi. Pemisahan gliserin ini berguna untuk menggeser kesetimbangan ke
kanan sehingga konversinnya menjadi lebih tinggi.
Reaksi transesterifikasi menghasilkan produk samping berupa gliserin.
Ester dan gliserin tidak saling larut sehingga dapat dipisahkan dengan dekantasi.
Fasa ester dimurnikan lebih lanjut untuk mendapatkan biodiesel yang sesuai
dengan standard mutu yang disyaratkan. Fasa ester masih mengandung pengotor-
pengotor, seperti : sisa katalis, garam, metanol, dan pengotor lainnya. Pemurnian
fasa ester alkil dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pencucian dengan air atau
menggunakan penukar ion.
PRODUKSI BIODISEL UNTUK ESTERIFIKASI BIODISEL
DENGAN CA(OH)2
Salah satu factor keunggulan biodiesel, selain dapat diproses dalam skala
industry besar juga dapat diproses dalam skala kecil/ industry kecil. Untuk
19
mempermudah proses pemahaman dalam hal ini kami mengambil contoh
pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel.
a. Tambahkan bleaching earth ke dalam minyak jelantah sebanyak 5% dari berat
minyak, kemudian aduk hingga merata. Tunggu sekitar 1 jam hingga kotoran
minyak jelantah mengendap, kemudian saring minyak jelantah dengan kertas
saring. Fungsi darii bleaching earth adalah sebagai koagulan, sehingga kotoran
mudah mengendap.
b. Timbang Ca(OH)2 padat sebanyak 1% dari berat minyak jelantah . Ca(OH)2
berfungsi sebagai katalis reaksi trans esterifikasi.
c. Ukur volume methanol yang akan digunakan sebesar 30% dari volume minyak
jelantah.
d. Reaksikan methanol dengan Ca(OH)2, dan diaduk hingga merata.
e. Reaksikan methanol+ Ca(OH)2 dengan minyak jelantah dan dijaga suhunya
sekitar 60-65 C selama 1 jam,aduk secara cepat dengan menggunakan magnetic
stirrer/mixer selama reaksi berlangsung agar reaksinya homogen. Suhu operasi
jangan sampai melebihi 70 C karena reaksi yang terjadi bukan lagi reaksi trans
esterifikasi melainkan reaksi penyabunan.
f. Setelah reaksi terjadi akan terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas adalah Fatty acid
methyl ester (FAME) atau biodiesel, sedangkan lapisan bawah adalah gliserin.
Pisahkan kedua lapisan dengan menggunakan corong pemisah.
g. Cuci biodiesel dengan menggunakan air untuk menghilangkan ekses methanol,
kemudian pisahkan di dalam corong pemisah.
Keuntungan menggunakan biodiesel diantaranya adalah :
a. Merupakan sumber energy biodegradable dan ketersediaan bahan bakunya
terjamin.
b. Cetane number tinggi (bilangan yang menunjukkan ukuran baik tidaknya kualitas
solar berdasar sifat kecepatan bakar dalam ruang bakar mesin).
c. Memiliki viscositas tinggi sehingga mempunya sifat pelumasan yang lebih baik
dari solar, hal ini dapat membantu memperpanjang umur mesin.
20
d. Dapat diproduksi secara local dan skala kecil.
e. Mempunyai kandungan sulfur yang rendah
f. Menurunkan tingkat opasiti asap
g. Menurunkan emisi gas buang
h. Pencampuran dengan petroleum diesel mampu meningkatkan biodegrability
petroleum diesel sampai 500%.
i. Minyak nabati sebagai sumber bahan baku dapat dipenuhi oleh berbagai jenis
tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Diktat Proses industry kimia organic, Dr,Ir, Ismiyati, MT, 2011.
2. Pra perancangan pembuatan biodiesel berbahan baku limbah padatdan limbah cair
kelapa sawit, Meutia Nurfahasdi, Universitas Sumatera Utara, 2009.
3. Status pengembangan industry biodiesel September 2006, symposium Biodiesel
Indonesia.
4. Biodiesel, http://en.wikipedia.org, 05-05-2008
5. Biodiesel, http://biodieselindonesia.com
6. Gambaran sekilas industry kelapa sawit di Indonesia,
www.kemenperin.go.id/.../Paket-Informasi-Komoditi-Minyak-Kelapa..
7. Biodiesel, Prawito, http://chemical-engineer.digitalzones.com/biodiesel.html
8. Esterifikasi, http://en.wikipedia.org/wiki/Esterification#Preparation
9. Reaksi pengesteran (esterifikasi), http://www. Chem-Is-Try.Org
21