Download - Proposal Penelitian Erik
I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan akan bahan bakar minyak (BBM) saat ini semakin
meningkat karena BBM sudah merupakan kebutuhan vital bagi manusia.
Sebagian besar atau bahkan semua teknologi yang digunakan saat ini semakin
langka, Karena kuantitas minyak bumi pada lapisan bumi terus menipis akibat
dari eksploitasi terus-menerus. Satu kelemhan dari minyak bumi membtuhkan
waktu berjuta-juta tahun. Hal tersebut mengakibatkan harga minyak bumi
semakin meningkat (simamora,2008). BBM merupakan sumber energi yang
sangat dibutuhkan bagi masyarakat Indonesia saat ini, semua sektor ekonomi
sangat membutuhkan BBM. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan
kebutuhan strategis bagi masyarakat di Kota baik kebutuhan rumah tangga
maupun pengusaha, demikian juga BBM sangat penting bagi sektor industri
maupun transportasi. Mengingat pentingnya peran BBM dalam kehidupan
masyarakat maka pemerintah melakukan campur tangan dalam penentuan
harga dan sekaligus menjamin ketersediaannya di pasar domestik. Kebijakan
pemerintah tersebut dilakukan dengan cara memberikan subsidi harga untuk
menekan harga BBM agar terjangkau oleh masyarakat luas dan sekaligus
menjaga stabilitas harga. Namun kebijakan pemerintah tersebut
implementasinya tidak seperti yang diharapkan bahkan menimbulkan
permasalahan dalam perekonomian (Ausaid melalui ITS dan TAMF, 2001),
antara lain: Inefisiensi penggunaan BBM . Terjadinya salah sasaran
pemberian subsidi yang seharusnya untuk kelompok berpenghasilan rendah ke
kelompok penghasilan menengah ke atas, Membebani anggaran pemerintah
dalam jumlah yang signifikan. Apabila laju pertumbuhan pemakaian minyak
bumi pada masa mendatang masih sebesar saat ini, diperkirakan Indonesia
akan menjadi net importir pada tahun tahun 2010. Perbedaan yang cukup
besar antara harga BBM domestik dan harga BBM internasional mendorong
terjadinya penyelundupan BBM. Selain itu, perbedaan harga yang menyolok
1
antar produk BBM juga memberikan peluang untuk mengoplos minyak tanah
dengan solar atau bensin.
1.1.2 Fenomena
Di Indonesia fenomena kenaikan harga BBM sudah sering terjadi
dalam beberapa tahun
terakir ini Antara lain pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono
tahun 2004: Rp 1.500 naik jadi Rp 1.810
tahun 2005: Rp 1.810 naik jadi Rp 2.400
tahun 2005: Rp 2.400 naik jadi Rp 4.500
tahun 2008: Rp 4.500 naik jadi Rp 6.000
tahun 2008: Rp 6.000 turun ke Rp 5.500
tahun 2008: Rp 5.500 turun ke Rp 5.000
tahun 2009: Rp 5.000 turun ke Rp 4.500
tahun 2013: Rp.4.500 naik jadi Rp.6.500
Pada tahun 2015, pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo Indonesia
juga dihadapkan
pada kenaikan harga BBM lagi. Kebijkan Presiden ini disebabkan Indonesia
mengalami defisit neraca keuangan sehingga Presiden Joko Widodo harus
membatasi subsidi BBM di Indonesia. Dengan demikian harga BBM pada
tahun 2015 ini Rp 6.500 menjadi Rp 8.500. dengan kenaikan harga BBM ini
membuat resah pengusaha kecil seperti tukang bakso. Dengan kenaikan ini
biaya bahan baku produksi pembuatan bakso akan mengalami kenaikan ini
disebabkan dengan kenaikan BBM ini semua aspek yang menggunakan BBM
akan ikut naik. Sebagai contoh daging di pasar, sayuran, maupun elpiji yang
digunakan untuk memasak proses produksi pembuatan bakso.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak kenaikan BBM terhadap biaya produksi pembuatan
bakso.
2. Bagaimana dampak biaya produksi pembuatan bakso terhadap harga
bakso dan daya beli konsumen.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dampak kenaikan BBM terhadap biaya produksi
pembuatan bakso
2. Untuk mengetahui dampak biaya produksi pembuatan bakso terhadap
harga bakso dan daya beli konsumen.
1.4 manfaat penelitian
1. Secara Teoritis
Secara teoritis kenaikan BBM ini sangat berhubungan dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan mensubsidi
BBM Pemerintah menggunakan angaran APBN untuk membeli minyak
bumi. Dengan menaikan harga BBM Pemerintah bisa menekan
pengeluaran Negara dan sisa angaran akan digunakan suntuk
membangun sarana dan prasarana serta infrastruktur di Indonesia.
2. Secara Praktis
Kenaikan BBM sangat berpengaruh terhadap masyarakat Indonesia
antara lain : kenaikan harga bahan baku, kenaikan harga pangan, dan
kenaikan dari sector non ekonomi. Kenaikan BBM ini membuat
masyarat mulai gelisah, tetapi Presiden sudah meluncurkan program
subsidi bagi masyarakat yaitu BLT dan kartu sehat. Apalagi pada akhir
tahun 2014 ini Pemerintah akan menaikan Upah Minimum Regional
(UMR) hamper 25% dengan ini masyarakat tidak perlu risau akibat
kenaikan aspek ekonomi yang bisa menimbulkan inflasi.Mungkin
dampak untuk pedagang kecil kan menaikan beberapa pesen harga
3
dagangannya untuk mengimbangi kenaikan bahan baku terhadap
kenaikan BBM.
Secara Empiris
Masyarakat harus merelakan kenyataan akan kenaikan harga BBM
di Indonesia. Walaupun masyarakat banyak menolak kenaikan ini melalui
demo, akan tetapi Presiden Jokowi tetap menaikan harga BBM ini
dikarenakan untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Mungkin
dampak ini akan berimbas pada kenaikan harga pangan dan sektor
ekonomi lainnya tetapi akan berlangsung hanya beberapa bulan untuk
menyesuaikan keadaan ini.Setelah dapat bantuan berupa BLT serta kartu
sehat dan pada akhir ini tahun ini akan adanya kenaikan UMR,
kemungkinan masyarakat tidak terlalu meresahkan kenaikan BBM ini.
4
II Kajian Pustaka
Secara teoritis defisit anggran terjadi karena kemampuan
penerimaan negara berupa pajak (T) tidak mencukupi untuk membiayai
pengeluaran negara (G) atau sering disebut terjadi ketidakseimbangan (T<G).
Untuk mengatasi kesenjangan ini dibutuhkan injeksi guna mendorong lajunya
kegiatan perekonomian. Apabila diasumsikan bahwa pengeluaran oleh
penduduk domestik seperti absorpsi (Weiss, 1995). Total pengeluaran untuk
memproduksi barang secara domestik adalah :
E = A + (X - M) …………………………………(1)
Dimana E adalah total pengeluaran, A adalah absorpsi, X adalah ekspor dan M
adalah impor. Secara definisi,
NI = E , NI adalah National Income
Jadi
NI = A + (X – M)
Atau
NI – (X – M) = A …………………………………(2)
Sementara itu absorpsi domestik bisa dibentuk dari konsumsi C, Investasi
I dan pengeluaran pemerintah G, sehingga:
A= C + I + G ……………………………………(3)
5
Total pendapatan masyarakat NI, diperoleh dari konsumsi C, tabungan (S),
dan pajak (T), sehingga:
NI = C + S + T ………………………………….(4)
Sekarang gabungkan persamaan (2), (3) dan (4)
C+S+T – (X-M) = C+I+G
(S-I) +(T-G) = (X-M) ………………………..….(5)
Persamaan (5) menyebutkan bahwa defisit neraca perdagangan sama
dengan selisih antara penerimaan dan pengeluaran pemerintah ditambah
selisih antara tabungan dan investasi. Fokus pada defisit anggaran
pemerintah rupanya sangat tergantung pada besarnya tingkat pengeluaran
pemerintah dan defisit neraca perdagangan serta besarnya pajak yang
merupakan unsure utama penerimaan negara.
Besarnya subsidi yang harus dikeluarkan oleh pemerintah akan
memperparah defisit anggaran.
Kebijakan Stabilisasi.
Fluktuasi dalam keseluruhan perekonomian berasal dari perubahan
penawaran agregat atau permintaan agregat. Para ekonomi menyebut
perubahan eksogen sebagai guncangan (shock) terhadap perekonomian.
Guncangan yang menggeser kurva permintaan agregat disebut guncangan
permintaan (demand shock) dan guncangan yang menggeser kurva
penawaran agregat disebut guncangan penawaran (supply shock ).
Guncangan ini mengurangi kesejahteraan ekonomi dengan mendorong
output dan kesempatan kerja jauh dari tingkat alamiah. Salah satu tujuan
dari model penawaran agregat dan permintaan agregat adalah untuk
menunjukkan bagaimana guncangan menyebabkan fluktuasi ekonomi.
6
Guncangan Permintaan Agregat
Tingkat permintaan agregat yang tinggi mendorong harga dan
upah. Dengan naiknya tingkat harga, kuantitas output yang diminta
menurun dan perekonomian secara bertahap mendekati tingkat produksi
alamiah. Tetapi selama masa transisi ke tingkat harga yang lebih tinggi,
output perekonomian lebih tinggi daripada tingkat alamiyah.
Harga, P LRAS
C
SRAS
A B
AD2
AD1
Y Pendapatan
GAMBAR 1
Guncangan Permintaan
Keterangan:
Kenaikan dalam permintaan agregat. Perekonomian dimulai dalam
ekuilibrium jangka panjang pada titik A. Kenaikan permintaan agregat
menggerakan perekonomian dari titik A ke titik B dimana output berada di
atas tingkat alamiah. Ketika harga naik, output secara berangsur-angsur
7
kembali ketingkat alamiah dan perekonomian bergerak dari titik B ke titik
C.
Guncangan Penawaran Agregat
Guncangan pada penawaran agregat, sebagaimana guncangan dalam
permintaan agregat, bisa menyebabkan fluktuasi ekonomi. Guncangan
penawaran adalah guncangan pada perekonomian yang bisa mengubah
biaya produksi barang serta jasa dan akibatnya, mempengaruhi harga yang
dibebankan perusahaan kepada konsumen. Karena memiliki dampak yang
langsung terhadap tingkat harga, guncangan penawaran kadang-kadang
disebut guncangan harga. Seluruh peristiwa ini adalah guncangan
penawaran yang memperburuk (adverse supply Shock).
Harga, P LRAS
Tingkat Harga, P
B SRAS2
A SRAS1
AD
Y Pendapatan, Y
GAMBAR 2
Guncangan Penawaran
8
Keterangan : Guncangan penawaran yang memperburuk mendorong
biaya dan harga naik. Jika permintaan agregat dipertahankan
konstan, perekonomian bergerak dari titik A ke titik B, yang
menyebabkan Stagflasi
Dalam APBN memuat sisi Penerimaan Negara dan sisi Pengeluaran
Negara. Pada sisi Pengeluaran memuat pos Pengeluaran Rutin dan
Pengeluaran Pembangunan. Pada sisi pos Pengeluaran Rutin terdapat pos
untuk pemberian Subsidi BBM. Jadi pos subsidi BBM pada APBN ini
termasuk pada pos pengeluaran, dengan demikian besarnya subsidi BBM
yang ditanggung pemerintah pada batas-batas tertentu akan sangat
membebani sisi pengeluaran APBN. Namun demikian komitmen
pemerintah tetap mempertimbangkan bahwa BBM sebagai kebutuhan
pokok yang strategis, pemerintah sangat berkepentingan terhadap
terpeliharanya kestabilan harga BBM di dalam negeri.
Kenaikan harga-harga yang dipicu oleh kenaikkan harga BBM akan
menimbulkan cost push inflation. Kenaikan ongkos produksi akan
menimbulkan kenaikan harga output. Hal ini jelas akan menurunkan daya
beli masyarakat, terutama masyarakat yang berpenghasilan tetap serta
masyarakat yang berpenghasilan rendah. Oleh karena itu perlu analisis dan
pertimbangan yang cukup akurat untuk memberikan kebijakan tentang
perubahan harga BBM.
Metode Pengumpulan Biaya Produksi
Dalam pembuatan produksi terdapat dua kelompok biaya yaitu
biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan biaya-
biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk,
sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk kegiatan non produksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan
administrasi dan umum.Secara garis besar cara memproduksi produk dapat
dibagi menjadi dua macam yaitu produksi atas dasar pesanan dan produksi
masa. Perusahaan yang memproduksi berdasarkan pesanan mengunakan
9
metode job order cost method. Metode ini biaya-biaya produksi produksi
dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan cost produksi persatuan produksi
yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan dihitung dengan cara membagi
total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk
dalam pesanan yang bersangkutan.
Dalam perusahaan yang berproduksi massa, menggunakan metode
process cost method. Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumplkan
untuk periode tetentu dan cost produksi per satuan produksi yang
dihasilkan dalam periode tertentu dihitung dengan cara membagi total
biaya produksi untuk periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.
Metode Penentuan Biaya Produksi
Metode penentuan harga produksi adalah cara memperhitungkan
undur-unsur biaya kedalam biaya produksi. Dalam memperhitungkan
unsur-unsur biaya kedalam biaya produksi terdapat dua pendekatan yaitu
full costing dan variable costing.
Full costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam biaya produksi,
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead
pabrik, baik yang variable maupun tetap. Dengan demilian biaya produksi
menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini.
Biaya bahan baku xx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variable xx
Biaya overhead pabrik tetap xx
Biaya produksi xx
10
Variabel Costing
Variabel costing merupakan metode penentuan biaya produksi
yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variable ke
dalam biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variable. Dengan demikian
biaya produksi menurut metode variable costing terdiri atas unsur biaya
produksi bwrikut ini:
Biaya bahan baku xx
BIaya tenaga kerja xx
Biaya overhead pabrik variable xx
Biaya produksi xx
11
III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan dijalan HR. Muhammad. Karena
pada kawasan HR Muhammad terdapat banyak sekali perkantoran dan
pabrik yang didalamnya terdapat banyak sekali penjual bakso keliling
yang sering menetap atau hanya sementara berad disitu. Penelitian lebih
lanjut akan dilaksanakan kurang lebih satu minggu sampai data yang
diinginkan peneliti dapat terpenuhi dengan sempurna. Observasi dan
wawancara dilakukan selama penyusunan proposal penelitian ini
dilakukan dan diselesaikan sampai titik terpenuhinya data atau informasi
yang dibutuhkan oleh peneliti.
Hal serupa yang menjadi pilihan peneliti adalah letak lokasi searah dengan
tempat kerja sehinga jalan yang ditempuh juga mudah sehingga peneliti
masih juga melaksanakan aktivitas kuliah seperti biasanya.
3.2 Tipe dan Dasar Penelitian
a) Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penenelitian kualitati
deskriptif, di mana penelitian tersebut berusaha memberikan gambaran
atau uraian yang bersifat deskriptif mengenai suatu kolektifitas objek yang
diteliti secara sistematis dan aktual mengenai fakta-fakta yang ada.
b) Dasar Penelitian
Dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kasus, yaitu dilakukan secara intensif dalam mendetail dan komprehensif
terhadap objek penelitian guna menjawab permasalahan yang diteliti.
12
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti melakukan proses pengumpulan data
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang sudah dilakukan
sejak awal. Proses pengumpulan data meliputi informan, aktivitas, latar,
atau konteks terjadinya peristiwa. Sebagai “alat pengumpul data”. peneliti
harus pandai-pandai mengelola waktu yang dimiliki, menampilkan diri,
dan bergaul di tengah-tengah masyarakat yang dijadikan subyek
penelitiannya. Dan penelitian kualitatif bukan hanya sekedar terkait
dengan kata-kata, tetapi sesungguhnya yang dimaksud dengan data dalam
penelitian kualitatif adalah segala sesuatu yang dilihat, didengar, dan
diamati.
Adapun proses pengambilan data kualitatif biasanya dilakukan dengan
cara partisipant observation (pangamatan terlibat), yaitu dengan cara
peneliti melibatkan diri dalam kegitan masyarakat yang ditelitinya, sejauh
tidak mengganggu aktifitas keseharian masyarakat tersebut. Pengamat
terlibat merupakan jenis pengamatan yang melibatkan peneliti dalam
kegiatan orang yang bersangkutan dan tidak menyembunyikan diri.
Harapan dilakukannya proses ini adalah peneliti dapat menemukan makna
dibalik penelitian yang dilaksanakannya, baik tentang prilaku ucapan
ataupun simbol-simbol yang ada di masyarakat (Idrus, 2009: 149).
Pada pengumpulan data primer, peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data antara lain:
1. Observasi/ pengamatan
Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan
fenomena yang dilakukan secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan
secara terlibat (partisipatif) ataupun nonpartisipatif. Maksudnya,
pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang melibatkan peneliti
dalam kegiatan orang yang menjadi sasaran penelitian, tanpa
13
mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktivitas yang bersangkutan
dan tentu saja dalam hal ini peneliti tidak menutupi dirinya selaku peneliti
2. Wawancara
Wawancara yang dapat dilakukan meliputi wawancara tak
berencana tak berfokus dan wawancara sambil lalu. Wawancara tak
berfokus adalah pertanyaan yang diajukan secara tidak terstruktur, namun
selalu berpusat pasa satu masalah tententu. Wawancara sambil lalu adalah
wawancara yang tertuju kepada orang-orang terpilih tanpa melalui seleksi
terlebih dahulu secara diteliti, tetapi dijumpai secara kebetulan
(Koentjaraningrat, 1986; Danandjaja, 1988).
3.4 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis secara
kualitatif, di mana data yang didapat dilapangan, diolah kemudian
disajikan dalam bentuk tulisan, dan tabel frekuensi. Menyangkut analisis
data kualitatif, menganjurkan tahapan-tahapan dalam menganalisis data
kualitatif sebagai berikut:
a) Reduksi data, yaitu menyaring data yang diperoleh dilapangan yang
masih ditulis dalam bentuk uraian atau laporan terperinci, laporan tersebut
direduksi, dirangkum, dipilih, difokuskan, pada bantuan program, disusun
lebih sistematis, sehingga mudah dipahami.
b) Penyajian data, yaitu usaha untuk menunjukkan sekumpulan data atau
informasi, untuk melihat gambaran keseluruhan atau begian tertentu dari
penelitian tersebut.
c) Kesimpulan, merupakan proses untuk menjawab permasalahan dan
tujuan sehingga ditentukan saran dan masukan untuk pemecahan masalah
14
Daftar Pustaka
Karseno, A.R. 2005. Statistika Ekonomi II. Jakarta: Karunika
Mulyadi, 2009. Akuntansi Biaya. Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu manajemen YKPN
Mulyadi, 2001. Sistem Akuntansi. Yogyakarta: Salemba Empat
Sawitri, Hendrin Hariati. 2005. Dampak Ekonomi Penghapusan Subsidi BBM
Jakarta: Universitas terbuka
15