Download - proposal pemberdayaan masyarakat
PROPOSAL GERAKAN PEMUDA ANTI ROKOK DI BANJAR DINAS
KAYEHAN, DAWAN KALER, KLUNGKUNG
OLEH :
KELOMPOK IV
D-IV KEPERAWATAN TINGKAT II SEMESTER III
1; Kadek Poni Marjayanti (P07120214026)2; Ayu Indah Agustini (P07120214027)3; Putu Jana Yanti Putri (P07120214028)4; Ni Nyoman Diah Vitri Pradnyaningrum (P07120214029)5; Luh Agustina Rahayu (P07120214030)6; I Gusti Ayu Indah Juliari (P07120214031)7; Ayu Putu Eka Tusniati (P07120214032)8; Ni Putu Ayu Savitri (P07120214033)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES DENPASAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A; Latar Belakang
Dalam Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dijelaskan bahwa
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui proses pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial
budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan. Hal ini sesuai dengan Visi Kementerian Kesehatan yaitu
“Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat” dimana lebih menitikberatkan
kepada upaya preventif dengan melakukan pembinaan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) kepada masyarakat. Dalam usahanya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Kemenkes RI melalui Promosi
Kesehatan menggunakan program yang disebut program Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Salah satu target pembangunan di bidang
kesehatan adalah tercapainya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
pada tingkat rumah tangga dari 50 persen menjadi 70 persen. (Rencana
Strategis Kesehatan: 2010-2014).
Kecamatan Dawan merupakan salah satu wilayah yang telah menjalin
kerjasama dengan Poltekkes Denpasar. Sehingga daerah ini menjadi sasaran
untuk dilakukan intervensi program kesehatan masyarakat terutama program
PHBS pada tatanan rumah tangga. Kecamatan Dawan dipilih sebagai daerah
intervensi dengan Desa Dawan Kaler dan Dawan Klod sebagai desa binaan
Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar dikarenakan Desa Dawan Kaler
dan Dawan Klod merupakan wilayah yang berisiko tinggi menyebarnya
penyakit menular seputar PHBS dan permasalahan kesehatan masyarakat
lainnya.
Banjar Dinas Kayehan adalah satu dari empat banjar yang ada di Desa
Dawan Kaler, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Secara Geografis
batasan-batasannya yaitu di sebelah barat berbatasan dengan Desa Gunaksa,
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Dawan Klod, sebelah Timur
berbatasan dengan Desa Pikat, dan sebelah utara berbatasan dengan Desa
Besan. Jumlah penduduknya adalah 975 jiwa dengan mata pencaharian
sebagian besar penduduk sebagai petani, buruh tani, dan pekerja kasar. Dari
segi pendidikan, tingkat pendidikan masyarakat Banjar Dinas Kayehan rata-
rata adalah SLTA. Sebagian besar masyarakat Banjar Dinas Kayehan
beragama Hindu.
Berdasarkan hasil kegiatan focus group discussion bersama tokoh
masyarakat dan organisasi kepemudaan di Banjar Dinas Kayehan, beberapa
kader mengeluhkan masalah-masalah kesehatan yang dominan dialami
masyarakat di banjar tersebut yakni : 1) kebiasaan merokok di kalangan
remaja, 2) gizi kurang pada usia balita, 3) tidak menggunakan air bersih dan
kekeringan pada waktu-waktu tertentu, 4) kurang efektifnya program
pemberdayaan masyarakat karena masalah dana.
Berdasarkan hasil diskusi yang telah dilakukan bahwa gangguan
kesehatan yang banyak dialami remaja di Banjar Dinas Kayehan berupa
maag dan Asma. Hal ini disebabkan oleh kurang kesadaran dari remaja di
Banjar itu sendiri mengenai bahaya merokok dan alkohol. Namun sejak
diberlakukannya hukum adat di Banjar Dinas Kayehan mengenai peraturan
saat meminum alkohol dengan denda dan sanksi adat yang diberikan. Denda
dan sanksi sosial diberikan kepada warga yang meminum alkohol di Bale
Banjar, di Pos Kamling dan di trotoar. Semenjak diberlakukannya peraturan
tersebut remaja yang meminum alkohol mulai berkurang bahkan tidak ada.
Sedangkan kabiasaan merokok remaja di Banjar Dinas Kayehan hingga saat
ini masih menjadi sorotan karena masih banyak remaja yang merokok yaitu
sekitar 75% adalah laki-laki sedangkan 25% remaja tidak merokok. Kepala
Dusun Banjar Dinas Kayehan mengatakan bahwa sulit untuk melarang dan
menghentikan kebiasaan merokok warganya, selama masih ada pabrik
pedagang yang menjual rokok maka kebiasaan buruk remaja di banjarnya
sulit diatasi. Hal ini menunjukkan permasalahan merokok merupakan masalah
yang paling urgen di wilayah Banjar Kayehan.
Untuk mencegah penyebaran asap rokok yang mengganggu
masyarakat lain dan upaya mencegah bertambahnya penderita asma, Kepala
Dusun mengharapkan bantuan untuk membuat tempat khusus untuk merokok.
Dengan pertimbangan tersebut, maka perlu dilakukan gerakan pemuda anti
rokok sebagai upaya pencegahan rokok di kalangan remaja Banjar Dinas
Kayehan, Dawan Kaler, Klungkung.
B; Tujuan
Tujuan dari diadakannya gerakan pemuda anti rokok di Banjar Dinas
Kayehan yaitu :
1; Menumbuhkan kesadaran remaja Banjar Dinas Kayehan mengenai
dampak buruk akibat mengonsumsi rokok terutama dalam bidang
kesehatan.2; Untuk mewujudkan generasi muda anti rokok di Banjar Dinas Kayehan.3; Untuk mengurangi penderita asma ataupun keluhan penyakit lain akibat
merokok di Banjar Dinas Kayehan.
BAB II
KONSEP TEORI
A; Dasar PemikiranPeraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 Tentang
Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan Presiden Republik Indonesia,
Menimbang :
1 bahwa rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan
mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat, oleh
karena itu perlu dilakukan berbagai upaya pengamanan;
2 bahwa untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan pengamanan rokok bagi
kesehatan dipandang perlu menyempurnakan pengaturan mengenai
pengamanan rokok bagi kesehatan dengan Peraturan Pemerintah;
Mengingat :
1 Pasal 5 ayat (2) Undang Undang Dasar 1945 sebagaimana telah
diubah dengan Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar 1945;
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1; Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu
atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman
Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau
sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa
bahan tambahan.
2; Nikotin adalah zat, atau bahan senyawa pirrolidin yang terdapat
dalam Nikotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya
atau sintetisnya yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan
ketergantungan.
3; Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatika yang bersifat
karsinogenik.
4; Pengamanan rokok adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan
dalam rangka mencegah dan/atau menangani dampak penggunaan
rokok baik langsung maupun tidak langsung terhadap kesehatan.
5; Produksi adalah kegiatan atau proses menyiapkan, mengolah, membuat,
menghasilkan, mengemas, mengemas kembali dan/atau mengubah
bentuk bahan baku menjadi rokok.
6; Iklan rokok, selanjutnya disebut Iklan, adalah kegiatan untuk
memperkenalkan, memasyarakatkan dan/atau mempromosi-kan rokok
dengan atau tanpa imbalan kepada masyarakat dengan tujuan
mempengaruhi konsumen agar menggunakan rokok yang ditawarkan.
7; Label rokok, selanjutnya disebut Label, adalah setiap keterangan
mengenai rokok yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya,
atau bentuk lain yang disertakan pada rokok, dimasukkan ke dalam,
ditempatkan pada, atau merupakan bagian kemasan rokok.
8; Tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi
masyarakat.
9; Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atauyang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber atau sumber-sumber bahaya.
10. Angkutan umum adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat
berupa kendaraan darat, air dan udara.
11; Kawasan tanpa rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang
untuk kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan/atau penggunaan
rokok.
12; Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun tidak.
13; Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang
kesehatan.
Pasal 2
Penyelenggaraan pengamanan rokok bagi kesehatan bertujuan untuk mencegah
penyakit akibat penggunaan rokok bagi individu dan masyarakat dengan :
a; melindungi kesehatan masyarakat terhadap insidensi penyakit yang fatal
dan penyakit yang dapat menurunkan kualitas hidup akibat penggunaan
rokok;
b; melindungi penduduk usia produktif dan remaja dari dorongan
lingkungan dan pengaruh iklan untuk inisiasi penggunaan dan
ketergantungan terhadap rokok;
c; meningkatkan kesadaran, kewaspadaan, kemampuan dan kegiatan
masyarakat terhadap bahaya kesehatan terhadap penggunaan
rokok.
Pasal 3
Penyelenggaraan pengamanan rokok bagi kesehatan dilaksanakan dengan
pengaturan:
a; kandungan kadar nikotin dan tar;
b; persyaratan produksi dan penjualan rokok;
c; persyaratan iklan dan promosi rokok;
d; penetapan kawasan tanpa rokok.
Pasal 4
a; Setiap orang yang memproduksi rokok wajib melakukan pemeriksaan
kandungan kadar nikotin dan tar pada setiap
b; hasil produksinya.
c; Pemeriksaan kandungan kadar nikotin dan tar sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan di laboratorium yang sudah terakreditasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 5
Setiap orang yang memproduksi rokok wajib memberikan informasi kandungan
kadar nikotin dan tar setiap batang rokok yang di produksinya.
Pasal 33
Pembinaan atas penyelenggaraan pengamanan rokok bagi kesehatan
dilaksanakan melalui pemberian informasi dan penyuluhan, dan pengembangan
kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.
Pasal 34
1; Menteri dan Menteri terkait dalam melakukan pembinaan penyelenggaraan
upaya pengamanan rokok bagi kesehatan
dapat :
a; secara sendiri atau bekerja sama menyelenggarakan berbagai kegiatan
untuk pembinaan dalam penyeleng-garaan upaya pengamanan rokok
bagi kesehatan;
b; bekerja sama dengan badan atau lembaga internasional atau organisasi
kemasyarakatan untuk menyelenggara-kan pengamanan rokok bagi
kesehatan;
c; memberikan penghargaan kepada orang atau badan yang telah berjasa
dalam membantu pelaksanaan pengamanan rokok bagi kesehatan.
2; Menteri yang bertanggung jawab di bidang pertanian, mendorong
dilaksanakan diversifikasi tanaman tembakau ke jenis tanaman lain.
3; Menteri yang bertanggung jawab di bidang perindustrian mendorong
dilaksanakan diversifikasi usaha industri rokok ke industri lain.
Pasal 35
1; Menteri dan Menteri terkait melakukan pengawasan atas pelaksanaan
upaya pengamanan rokok bagi kesehatan.
2; Dalam rangka pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) Menteri
dan Menteri terkait dapat mengambil tindakan administratif terhadap
pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi masing-masing.
3; Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat
berupa:
a; teguran lisan;
b; teguran tertulis;
c; penghentian sementara kegiatan;
d; pencabutan izin industri.
Pasal 36
1; Pengawasan terhadap produk rokok yang beredar dan iklan
dilaksanakan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.
2; Dalam rangka pengawasan produk rokok yang beredar dan iklan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan dapat memberikan teguran lisan, teguran tertulis dan/atau
membuat rekomendasi untuk melakukan penghentian sementara kegiatan
atau pencabutan izin industri kepada instansi terkait.
Dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Kawasan
Tanpa Rokok
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1; Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Bali2; Gubernur adalah Gubernur Bali3; Kawasan Tanpa Rokok yang selanjutnya disingkat KTR adalah ruangan
atau area yang dinyatakan dilarangan untuk kegiatan merokok atau
kegiatan memproduksi menjual mengiklankan, dan/atau mempromosikan
produk tembakau.4; Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk
dibakar, dihisap, dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih,
cerutu, atau bentuk lainnya yang dihasilakn dari tanaman Nicotina
Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang
asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan.5; Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok namun terpaksa
menghisap atau menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok.6; Fasilitas pelayanan kesehatana adalah suatau alat atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah atau masyarakat.7; Tempat proses belajar mengajar adalah gedung yang digunakan untuk
kegiatan belajar, mengajar, pendidikn atau peltihan8; Tempat anak bermain adalah cara tertutup maupun terbuka yang
digunakan untuk kegiatan bermain anak-anak.9; Tempat ibadah adalah bangunan atau ruang tertutup yang memiliki ciri-ciri
tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadah bagi para pemeluk
agama masing-masing agama secra permanen, tidak termasuk tempat
ibdah keluarga.
10; Angkutan Umum adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat berupa
kendaraan darat, air, udara biasanya dengan kompensasi. 11; Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha .12; Tempat umum adalah semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh
masyarakat umum atau tempat yang dapat dimanfaatkan bersama-sama
untuk kegiatan masyarakat yang dikelola oleh pemerintah, swasta atau
masyarakat.13; Pengelola, pimpinan atau penanggungjawab gedung adalah orang atau
badan yang karena jabatannya memimpin atau bertanggung jawab atas
kegiatan atau usaha di tempat atau kawasan yang ditetapkan sebagai
kawasan tanpa rokok, baik milik perusahaan maupun swasta.14; Badan adalah sekumpulan orang dan modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan yang
lainnya,badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam
bentuk apapun, fima, kongsi, koperasi, persekutuan, yayasan, organisasi,
massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga dana
pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan lainnya.
Pasal 2
1; Fasilitas pelayanan kesehatan2; Tempat proses belajar mengajar3; Tempat anak bermain4; Tempat ibadah5; Angkutan umum6; Tempat kerja7; Tempat umum
Pasal 3
Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a
meliputi:
1; Rumah sakit2; Rumah bersalin3; Poliklinik4; Puskesmas5; Balai pengobatan
6; Laboratorium7; Posyandu8; Tempat praktek kesehatan swasta
Pasal 4
Tempat proses belajar mengajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b
meliputi :
1; Sekolah2; Perguruan tinggi3; Balai pendidikan dan pelatihan4; Balai latihan kerja5; Bimbingan belajar6; Tempat kursus
Pasal 5
Tempat anak bermain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c meliputi :
1; Kelompok bernain2; Penitipan anak3; Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD )4; Tempat Kanak-kanak
Pasal 12
Setiap pengelola, pimpinan atau penanggung jawab KTR wajib untuk :
a; Melakukan pengawasan internal pada tempat atau lokasi yang menjadi
tanggung jawabnyab; Melarang semua orang untuk tidak merokok di KTR yang menjadi
tanggung jawabnyac; Menyingkirkan asbak atau sejenisnya pada tempat atau lokasi yang
menjadi tanggung jawabnyad; Memasang tanda-tanda dan pengumuman dilarang merokok sesuai
persyaratan di semua pintu masuk utama dan di tempat-tempat yang
dipandang perlu dan mudah terbaca atau didengar baik
Pasal 13
a; Setiap orang dilarang merokok di KTRb; Setiap orang atau badan dilarang mempromosikan, mengiklankan,
menjual atau membeli rokok di KTR.
c; Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan untuk tempat
umum yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur atau Peraturan
Bupati/Walikota.
Pasal 14
1; Masyarakat dapat berperan serta dalam mewujudkan KTR.2; Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksu pada ayat (1) dapat
dilakukan dengan cara : a; Memberikan sumbangan pemikiran dan pertimbangan berkenaan
dengan penentuan kebijakan yang terkait dengan KTRb; Melakukan pengadaan dan pemberian bantuan darana dan prasarana
yang diperlukan untuk mewujudkan KTRc; Ikut serta dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan serta
penyebarluasan informasi kepada masyarakatd; Mengingatkan setiap orang yang melanggar ketentuan pasal 13 e; Melaporkan setiap orang yang terbuktu melanggar Pasal 13 kepada
pimpinan atau penanggung jawab KTR.
Pasal 15
1; Gubernur berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan sebagai
upaya untuk mewujudkan KTR di daerah.2; Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
:a; Sosialisasi dan koordinasib; Pemberian pedomanc; Konsulatasid; Monitoring dan evaluasi
3; Gubernur dapat melimpahkan kewenangan pembinaan dan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pejabat di Lingkungan
Pemerintah Daerah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.4; Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembinaan dan pengawasan
sebagaimana pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Gubernur.
Pasal 16
1; Gubernur melakukan koordinasi dengan Bupati atau Walikota terhadap
pelaksanaan KTR.2; Gubernur melakukan koordinasi dengan seluruh lembaga pemerintah dan
non-pemerintah.
Pasal 17
1; Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah
Pronvinsi berwenang untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran
Peraturan Daerah ini.2; Wewenang sebagimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a; Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan
tentang pelanggaran ketentuan KTR.b; Melakukan pemeriksaan etrhdap orang yang diduga melakukan
pelanggaran ketentuan KTR.c; Meminta keterangan dan barang bukti dari orang sehubungan dengan
pelanggaran ketettuan KTR.d; Melakukan pemeriksaan atas surat atau dokumen lain tentang
pelanggaran ketentuan KTR.e; Melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti dalam
pelanggaran ketentuan KTR.f; Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
pelanggaran ketentua KTR.g; Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang
membuktikan tentang adanya pelanggaran ketentuan KTR.
Pasal 18
1; Setiap orang atau badan yqng melanggar ketentuan pasal 12 dan pasal 13
dipidanan dengan pidana kurungan paling lama 3 bulan atau dengan paling
banyak Rp. 50.000,002; Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat merupakan pelanggaran
B; TemaWujudkan Pemuda Sehat Tanpa Rokok
C; Bentuk/Jenis KegiatanAda berapa strategi dan bentuk pemberdayaan masnyarakat yang dipandang
cukup efektif dan efisien untuk diterapkan dan dikembangkan dalam
pelatihan kader gerakan anti rokok di Banjar Dinas Kayehan. Strategi dan
bentuk –bentuk pemberdayaan tersebut diantarnanya adalah strategi :
1; Penguatan kelompok masyarakat
Pendekatan kelompok adalah strategi pemerdayaan masnyarakat yang
dipandang masih relevan untuk masyarakat di Banjar Dinas Kayehan,
sebab masnyarakat desa yang kebanyakan secara ekonomi, sosial
budaya , dan politik dalam posisi yag relatif lemah akan sulit
memecahkan masalah –masalah yang mereka hadapi secara sendiri-
sendiri. Potensi- potensi yang mereka miliki secara individu meskipun
kecil akan dapat menjadi potensi yang amat berarti manakala
diakumulasikan menjadi kekuatan kelompok. Dan upaya pemerdayaan
akan menjadi terlalu luas dan tidak efektif jika dilakukan secara secara
individual. Karena itu penguatan adalah strategi yang paling efektif dan
efisien dalam upaya pemberdayaan potensi dan kemampuan kemampuan
masnyarakat. Dengan pengutan kelompok ini pula diharapkan
masnyarakat yang lemah akan mempunyai posisi tawarv yang kuat dan
seimbang yang harus berhungan dengan kelompok atau anggota
masnyarakat yang lebih kuat. Pengutan kelompok juga akan
menumbuhkan rasa solidaritas yang tinggi diantara anggota masnyarakat
miskin yang senasib. Melalui pendekatan kelompok juga akan dapat
kebersamaan dan tanggung jawab bersama dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan yang mereka hadapi . apalagi dalam kegiatan
pengelolaan sumber daya alam dan pemukiman desa yang memerlukan
keterlibatan masnyarakat secara keseluruhan. Kepentingan yang menjadi
sasarannya juga merupakan kepentingan masyarakat bukan merupakan
kepentingan orang per individiual. Pendekatan ini bukan berarti menuntut
adanya pembentukan kelompok baru dalam masnyarakat. Tetapi akan
lebih efektif jika memanfaatkan secara maksimal kelompok-kelompok
yang telah ada dan berfungsi di masnyarakat. Seperti kelompok tani,
kelompok keagamaan , dan kelompok kemasnyarakatan lainnya.
2; Penguatan kelembagaan
Selain strategi penguatan kelompok, penguatan kelembagaan juga
merupakan strategi yang cukup efektif dalam pengelolaan sumber daya
alam dan pemukiman desa. Lembaga – lembaga sosial yang ada di
masnyarakat pada prinsipnya merupakan media yang cukup efektif untuk
mengelola masnyarakat dalam melakukan serangkaian program kegiatan.
Upaya pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa tidak bisa
melepaskan diri dari keterlibatan lembaga-lembaga masyarakat setempat
yang ada. Hal ini memang bukan diarahkan untuk membentuk lembaga
baru, tetapi lebih dari sebagai upaya untuk memberdayakan dan
menfungsikan lembaga yang ada agar berfungsi secara maksimal sesuai
dengan karakteristiknya masing- masing. Lembaga – lembaga agama
masnyarakat yang ada bisa berupa lembaga ada bisa berupa lembaga
adat, lembaga keagamaan , lembaga ekonomi , atau bahkan juga lembaga
– lembaga semi pemerintah atau lembaga pemerintah yang ada di desa.
Strategi penguatan kelembagaan ini dimaksudkan agar mekanisme,
proses, dan penetapan aturan-aturan kegiatan yang harus mereka lakukan
mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan
pemantauan dilakukan secara terorganisir melalui institusi yang telah
mereka miliki . pengorganisasian ini penting karena akan dapat
menumbuhkan manajemen program dan kegiatan dengan mekanisme
yang jelas dan baku. Untuk itu mengfungsikan kembali lembaga-
lembaga adat yang selama ini sudah hampir mati atau lembaga- lembaga
soaial kemasnyarakatan lainnya dengan memberikan berbagai input
pembinaan dan pengembangan merupakan satu kesatuan dari program
dan kegiatan. Strategi penguatan kelembagaan ini juga dapat memberikan
peluang kepada
masyarakatuntukmelakukanprosesbelajardalammengorganisirkemampuan
danpotensi yang mereka miliki agar dapat dikembangkan secara
maksimal dalam upaya mengelola sumber daya alam dan pemukiman
desa. Proses belajar ini merupakan bagian tak terpisahkan dari proses
pembangunan pada umumnya , bahkan pada prinsipnya pembangunan itu
merupakan proses sosial learning bagi masnyarakat. Pengutan
kelembagaan juga akan meningkatkan kemampuan dan pososo tawar
warga masnyarakat dalam berinteraksi dengan pihak – pihak lain, baik
dalam interaksi ekonomi , sosial budaya , maupun politik. Selanjutnya
juga dengan penguatan kelembagaan akan meningkatkan rasa percaya
diri masnyarakat dalam mengatasi berbagai permasalah yang mereka
hadapi. Dengan demikian sekaligus akan dapat melindungi masnyarakat
dari tindakan –tindakan phak lain yang dapat merugiakan kepentingan
mereka. Implementasi strategi pengutan kelembagaan ini dianataranya
dapat diwujudkan melalui :
a; Identifikasi lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di di
Banjar Dinas Kayehansesuai sasaran program.
b; Pemberian kesempatan untuk ikut serta terlibat dalam
mempunyai wewenang dalam pengamblan keputusan baik
dalam penambilan keputusan baik dalam penggalian
gagasan , perencanaan , pelaksanaan pemantauan , maupun
evaluasi.
c; Pemberian kesempatan dan kepercayaan unyuk melkukan
penyuluhan , pelatihan dan pengorganisasian terhadap
masnyarakat berkaitan dengan perencanaan pelaksanaan ,
pemantauan dan evaluasi kegiatan secara terarah dan
terencana.
d; Pemberian kesempatan untuk ikut serta merumuskan dan
menetapkan mekanisme , proses, dan aturan- aturan yang
perlu ditaati oleh masnyarakat sesuai dengan budaya , adat
istiadat , dan keyakinan masnyarakat setempat tanpa harus
bertentangan dengan peraturan perundang- undangan formal
yang berlaku.
e; Pemberian kesempatan untuk ikut dalam berbagai pelatihan,
seperti pelatihan kepemimpinan , pengembangan organisasi
dan pelatihan- pelatihan yang berkaitan dengan pemerdayaan
masnyarakat dan pengelolaan sumber daya alam.
3; Pendampingan
Strategi pendampingan merupakan satrategi yang lazim dipakai
dalam program-program pemberdayaan dan pengembangan masyarakat.
Hal ini didasari atas pemikiran bahwa masyarakat terutama masyarakat
terutama masyarakat Desa, secara umum berada dalam kondisi yang
lemah, baik secara ekonomi, sosial budaya, maupun politik. Kondisi yang
demikian itu sering kali menjadi salah satu kendala yang cukup serius
bagi pelaksanaan program-program dan kegiatan pembangunan yang
seharusnya melibatkan pihak masyarakat untuk berpartisipasi secara
aktif. Pendampingan adalah salah satu solusi yang diharapkan dapat
mengatasi kendala tersebut. Melalui pendampingan diharapkan akan
dapat memberikan pembelajaran dan kesadaran kepada masyarakat untuk
mengenali dirinya sendiri, menggali potensi dan kemampuan yang
mereka miliki, mengidentifikasi berbagai kendala dan kelemahan yang
menjadi penghambat, serta merumuskan rencana dan alternative
pemecahan masalah yang perlu mereka ambil. Dengan demikian tugas
utama pendamping adalah menyelenggarakan dialog untuk menggali
kebutuhan-kebutuhan masyarakat, menggali sumber-sumber potensi yang
tersedia, mengidentifikasi spesifikasi masalah yang dapat dipecahkan,
dan mengorganisir masyarakat untuk mengambil keputusan secara tepat.
Harus dapat menempatkan kegiatan pemberdayaan masyarakat sebagai
usaha berencana untuk memungkinkan partisipasi individual dalam
memecahkan berbagai masalah komunitas secara demokratis melalui
pelatihan dan pendidikan pembangunan, yang merupakan proses
pendidikan bertindak, dimana masyarakat disiapkan untuk mewujudkan
tujuan komunitasnya secara demokratis. Sehingga akan lebih berperan
sebagai agen untuk membentuk pengalaman belajar bagi masyarakat
ketimbng hanya sebagai penggerak sasaran program. Dengan demikian
tenaga pendamping yang diperlukan adalah tenaga yang bertindak
sebagai interpriner yang telah terlatih, baik yang direkrut dari dalam
maupun dari luar warga masyarakat setempat. Pilihan antara dari dalam
dan luar masyarakat setempat masing-masing mempunyai kelemahan
dan kelebihan bawaan yang harus menjadi bahan pertimbangan sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
masyarakat yang bersangkutan. Strategi pendampingan merupakan
pilihan strategi yang harus disertai batasan waktu tertentu. Artinya,
bahwa pendampingan kepada masyarakat tidak bisa dilakukan secara
terus menerus sepanjang masa, tetapi dalam jangka waktu tertentu yang
telah ditetapkan berdasarkan ketersediaan sarana pendukung dan
perkiraan kemampuan masyarakat untuk mandiri. Pendampingan
memang tidak dimaksudkan untuk menciptakan ketergantungan, tetapi
justru diharapkan dapat mempercepat proses kemandirian masyarakat.
Karena itu pola dan strategi pendampingan yang dirancang harus mampu
menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam jangka waktu tertentu
disamping mendukung secara langsung proses pencapaian tujuan
kegiatan. Pada prinsipnya strategi pendampingan pemberdayaan
masyarakat merupakan upaya untuk memberikan fasilitas kepada
masyarakat dalam bentuk tenaga pengembang yang mampu
mendampingi masyarakat mengembangkan potensinya secara maksimal
dalam mewujudkan kemandirian. Pendampingan ini bisa dilakukan oleh
tenaga pendamping yang berasal dari dalam masyarakat sendiri maupun
didatangkan dari luar komunitas masyarakat yang bersangkutan. Atau
bisa juga dilakukan oleh aparat pemerintah yang memang khusus
ditugaskan untuk itu, seperti tenaga penyuluh pertanian, penyaji
,penyuluh kesehatan, dan sebagainya. Implementasi strategi
pendampingan ini dapat diwujudkan melalui :
Penyediaan tenaga pendamping yang betul-betul mempunyai
keahlian dalam memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai
kesehatan khususnya bahaya rokok dan sekaligus mempunyai keahlian
dibidang pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
a; Pola pendampingan yang digunakan sedapat mungkin merupakan
pola pendampingan purna waktu, sehingga upaya memfasilitasi
masyarakat masyarakat dapat dilaksanakan secara maksimal dan
intensif. Konsekuensi dari pola pendampingan purna waktu ini adalah
adanya keharusan bagi tenaga pendamping untuk bertempat tinggal
dan hidup bersama-sama masyarakat di Desa tempat tugasnya.
b; Pemberian pembinaan kepada para tenaga pendamping dilakukan
secara periodik dan kontinu dalam jangka waktu tertentu guna
memberikan peluang bagi mereka untuk berkoordinasi dan membahas
bersama persoalan-persoalan yang dihadapi di masyarakat.c; Pemberian tugas dan kewenangan kepada para tenaga pendamping
purna waktu untuk melakukan pengkaderan atau pembinaan guna
mempersiapkan tenaga-tenaga pendamping mandiri yang berasal dari
komunitas masyarakat itu sendiri sehingga tugas pendampingan tetap
dapat dilanjutkan jika masa penugasan mereka selesai.
4; Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Pada prinsipnya proses pemberdayaan masyarakat
merupakan proses pengembangan sumber daya manusia dari
berbagai aspek secara komprehensif dan integratif. Karena itu
pengembangan sumber daya manusia merupakan bagian tidak
terpisahkan dari proses pemberdayaan masyarakat. Pengembangan
sumber daya manusia merupakan upaya untuk mengembangkan
sumber daya insani masyarakat baik yang berkaitan dengan
pengetahuan, sikap, keterampilan, maupun kinerja mereka. Hal ini
merupakan suatu keharusan dalam setiap program pembangunan,
sebab pada hakekatnya pembangunan itu adalah pembangunan untuk
masyarakat yang dilakukan oleh dan dari masyarakat. Strategi
pengembangan sumberdaya manusia ini merupakan strategi yang
mengarah pada penciptaan pra kondisi agar dikemudian hari
masyarakat bisa membangun dirinya sendiri secara mandiri.
Konsekuensi dari penggunaan strategi pengembangan
sumberdaya manusia ini menuntut adanya program-program
kegiatan yang bersifat pendidikan dan latihan secara sistematis.
Program dan kegiatan yang demikian itu membawa konsekuensi
pula terhadap perlunya penyediaan dana dan sarana pendukung yang
tidak sedikit, meskipun hasil dari kegiatan tersebut tidak akan dapat
dinikmati secara langsung dalam waktu dekat. Pengembangan
sumber daya manusia memang merupakan investasi sosial berjangka
panjang yang membutuhkan kesabaran. Apalagi yang menjadi
sasarannya adalah masyarakat pedesaan dengan seperangkat
kekurangan dan kelebihannya. Pada prinsipnya strategi
pengembangan sumber daya manusia merupakan strategi yang
mempunyai sentuhan secara langsung dengan upaya pemberdayaan
masyarakat, upaya pemberdayaan masyarakat itu pada hakekatnya
adalah upaya pengembangan sumber daya manusia. Namun secara
lebih khusus strategi pengembangan sumber daya manusia ini lebih
dititik beratkan pada pengembangan sumber daya insani masyarakat,
baik yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap, keterampilan,
maupun kinerja mereka. Implementasi strategi pengembangan
sumber daya manusia ini dapat diwujudkan melalui :
a; Identifikasi individu ataupun kelompok-kelompok masyarakat
yang mempunyai keterampilan sendiri.
b; Pemberian pendidikan dan pelatihan secara sistematis
mengenai keterampilan khusus yang dibutuhkan sesuai
dengan potensi alam yang ada disekitarnya.
c; Pengiriman kader-kader pembangunan masyarakat atau
generasi muda untuk mengikuti pelatihan keterampilan
mengenai pendidikan budaya antirokok.
D; Target (Indikator Keberhasilan)1; Input
Input meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung
kegiatan pelatihan dan pendidikan Gerakan Pemuda Anti Rokok.a; Pendataan pemuda di Banjar Dinas Kayehan khususnya yang
bersedia, berani, dan mampu untuk menjadi kader-kader dalam
Gerakan Pemuda Anti Rokok di dalam lingkungan masyarakat
yang menjunjung tinggi gerakan anti rokok, sehingga mampu
memberikan pengaruh positif kepada masyarakat di Banjar Dinas
Kayehan. b; Pemuda yang tergabung dalam Gerakan Pemuda Anti Rokok yang
didata 50% dari total jumlah pemuda yang ada di Banjar Dinas
Kayehan.
c; Kondisi tempat (Banjar Dinas Kayehan) dan sarana prasarana
berupa meja, kursi, LCD, konsumsi sudah siap sebelum kegiatan
pendidikan dan penyuluhan dimulai.
2; ProsesProses, meliputi jumlah pelatihan dan pendidikan yang dilaksanakan,
frekuensi pelatihan yang dilaksanakan, jumlah pemuda yang terlibat,
serta proses pelatihan.a; Pemberian pendidikan dan pelatihan kepada pemuda yang
tergabung dalam Gerakan Pemuda Anti Rokok mengenai bahaya
merokok dan gerakan anti rokok di Banjar Dinas Kayehan
dilakukan 2-3 hari dengan masing-masing menghabiskan waktu 2
jam setiap harinya, pemberian pelatihan dan pendidikan dilakukan
dalam waktu seminggu.b; Kegiatan pendidikan dan pelatihan kepada pemuda mengenai
gerakan anti rokok yang dilakukan di Banjar Dinas Kayehan
berjalan lancar dan sesuai dengan rencana awal.c; Jumlah kehadiran Gerakan Pemuda Anti Rokok Banjar Dinas
Kayehan 90% dari total jumlah pemuda yang tergabung dalam
Gerakan Pemuda Anti Rokok yang ada di Banjar Dinas Kayehan.d; Peserta pelatihan menyimak dan mengikuti pendidikan dan
penyuluhan mengenai pemberdayaan Gerakan Pemuda Anti Rokok
dengan tenang, kooperatif dan aktif bertanya jika ada hal yang
kurang jelas.e; Peserta yang mengikuti pendidikan dan penyuluhan mengenai
pemberdayaan Gerakan Pemuda Anti Rokok dari awal kegiatan
dimulai hingga berakhir, tanpa ada peserta yang meninggalkan
tempat penyuluhan sebelum kegiatan berakhir.
3; OutputOutput, meliputi jumlah pemuda yang telah meningkatkan pengetahuan
dan perilakunya tentang kesehatan.a; Dari jumlah peserta yang mengikuti pendidikan dan penyuluhan
mengenai Gerakan Pemuda Anti Rokok, 90% dari jumlah total
kader yang memahami dan mampu memberikan penyuluhan
mengenai gerakan anti rokok kepada masyarakat yang ada di
Banjar Dinas Kayehan lainnya.b; Pemuda mampu mengurangi atau mengubah pola pikir atau
perilaku buruk masyarakat mengenai kebiasaan merokok.
4; OutcomeOutcome dari pemberdayaan Gerakan Pemuda Anti Rokok mempunyai
kontribusi dalam menurunkan angka kesakitan, angka kematian akibat
kebiasaan merokok.a; Masyarakat mulai mengubah dan mengurangi kebiasaan merokok
terutama merokok di tempat-tempat umum.b; Angka kesakitan akibat kebiasaan merokok masyarakat Banjar
Dinas Kayehan terutama sakit pernapasan dan paru-paru
berkurang.c; Angka kematian akibat kebiasaan merokok masyarakat Banjar
Dinas Kayehan berkurang atau tidak ada.
E; Panitia Pelaksana (Terlampir)
F; Biaya/Dana (Terlampir)
G; HarapanSetelah diadakan gerakan anti rokok pada para pemuda Br. Dinas Kayehan
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran pemuda akan bahaya merokok.
Apabila para pemuda Br. Dinas Kayehan sudah memahami dengan baik
pentingnya gerakan anti rokok ini maka diharapkan akan timbul kesadaran
untuk mengurangi konsumsi rokok. Gerakan ini juga diharapkan akan
memberikan perubahan pada kesehatan para remaja di Br.Dinas Kayehan
misalnya berkurangnya penderita asma atau gangguan pernapasan lainnya
yang disebabakan oleh rokok di kalangan remaja serta dapat meningkatkan
derajat kesehatan seluruh remaja yang ada di Br. Dinas Kayehan.
BAB IV
PENUTUP
Demikian gambaran berpikir dan uraian penjelasan mengenai program
Gerakan Pemuda Anti Rokok ini kami sampaikan. Semoga berbagai pihak
khususnya STT Banjar Dinas Kayehan dapat mendukungnya. Untuk tindak lanjut
kegiatan akan dilaksanakan berdasarkan proposal khusus untuk setiap program
yang sudah ditentukan.
Lampiran 1 : Susunan Panitia
SUSUNAN PANITIA PELAKSANA
PROGRAM GERAKAN PEMUDA ANTI ROKOK
DI BANJAR KAYEHAN
TAHUN 2015
Pelindung : I Komang Warta
Penanggung Jawab : I Wayan Yuda Antara
Ketua Pelaksana : Kadek Poni Marjayanti
Sekretaris : I Gusti Ayu Indah Juliari
Bendahara : Luh Agustina Rahayu
Divisi Acara : Ni Nyoman Diah Vitri Pradnyaningrum
Divisi Administrasi dan Kesekretariatan : Putu Jana Yanti Putri
Divisi Perlengkapan dan Dokumentasi : Ayu Putu Eka Tusniati
Divisi Transportasi dan Akomodasi : Ayu Indah Agustini
Devisi Konsumsi : Ni Putu Ayu Savitri
Lampiran 2 : Biaya/Dana
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
PENYULUHAN GERAKAN PEMUDA ANTI ROKOK
DI BANJAR KAYEHAN PADA RABU, 28 OKTOBER 2015
NO RINCIAN PEMBIAYAAN BANYAKNYA RINCIAN DANA1. Administrasi dan Kesekretariatan
a. Print Materi 30 lembar @250 Rp. 7.500b. Jilid Proposal 1 buah Rp. 5.000c. Print Leaftlet 5 buah @3000 Rp. 15.000d. Fotocopy Leaftlet 50 buah @ 200 Rp. 10.000
2. Konsumsia. Snack 100 kotak @ 5000 Rp. 500.000
TOTAL Rp. 537.500
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
KONSELING BAGI PEMUDA PENGGUNA ROKOK
DI BANJAR KAYEHAN PADA JUMAT, 30 OKTOBER 2015
NO RINCIAN PEMBIAYAAN BANYAKNYA RINCIAN DANA1. Administrasi dan Kesekretariatan
a. Print Materi 30 lembar @250 Rp. 7.500b. Jilid Proposal 1 buah Rp. 5.000c. Print Leaftlet 5 buah @3000 Rp. 15.000d. Fotocopy Leaftlet 50 buah @ 200 Rp. 10.000e. Lembar Balik 1 buah Rp. 45.000
2. Konsumsia. Snack 50 kotak @ 5000 Rp. 250.000
TOTAL Rp. 332.500
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
SOSIALISASI PEMBENTUKAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR)
DI BANJAR KAYEHAN PADA KAMIS, 29 OKTOBER 2015
NO RINCIAN PEMBIAYAAN BANYAKNYA RINCIAN DANA1. Administrasi dan Kesekretariatan
a. Print Materi 30 lembar @250 Rp. 7.500b. Jilid Proposal 1 buah Rp. 5.000
2. Konsumsia. Snack 30 kotak @ 5000 Rp. 150.000
TOTAL Rp. 162.500
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
PEMBENTUKAN KELOMPOK PEMUDA ANTI ROKOK
DI BANJAR KAYEHAN PADA SABTU, 31 OKTOBER 2015
NO RINCIAN PEMBIAYAAN BANYAKNYA RINCIAN DANA1. Administrasi dan Kesekretariatan
a. Print Materi 30 lembar @250 Rp. 7.500b. Jilid Proposal 1 buah Rp. 5.000
2. Konsumsia. Snack 100 kotak @ 5000 Rp. 500.000
TOTAL Rp. 512.500
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) MONITORING DAN EVALUASI
KEGIATAN GERAKAN PEMUDA ANTI ROKOK DI BANJAR KAYEHAN
PADA MINGGU, 1 NOVEMBER 2015
NO RINCIAN PEMBIAYAAN BANYAKNYA RINCIAN DANA1. Konsumsi
a. Snack 100 kotak @ 5000 Rp. 500.000TOTAL Rp. 500.000