Download - Proposal Mantap (Repaired)
BAB 1
Latar Belakang
Angka kematian yang tinggi setelah abad yang lalu umumnya mempunyai
3 sebab pokok : masih kurangnya pengetahuan mengenai sebab musabab dan
penanggulangan komplikasi-komplikasi penting dalamkehamilan, persalinan,
serta nifas, kurangnya pengertian dan pengetahuanmengenai kesehatan
reproduksi, dan kurang meratanya pelayanan kebidananyang baik bagi semua ibu
hamil.(Winkjosastro, 2008).
Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan
oleh komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas.
Angka kematian ibu yang begitu besar banyak disebabkan karena kurangnya
pengetahuan mengenai tanda–tanda kehamilan, usia hamil yang terlalu muda atau
terlalu tua, pendidikan yang rendah, pendapatan keluarga yang rendah selain itu
juga aspek medis juga sangat berpengaruh dalam meningkatnya angka kematian
ibu melahirkan, selain itu penyebab kematian ibu yang cukup penting di Indonesia
adalah pre-eklampsia – eklampsia selain pendarahan dan sepsis. Penyakit ini
diklasifikasikan sebagai hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan. Semua orang
yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui keadaannya dan
hanya 61% medikasi.dari penderita yang mendapat medikasi hanya satu pertiga
mencapai target darah yang optimal.
Pada umumnya kurang lebih 80,00% akan berlangsung normal dan hanya
20,00% kehamilan yang disertai penyulit atau berkembang menjadi kehamilan
patologis. Kehamilan patologis sendiri tidak terjadi secara mendadak karena
1
2
kehamilan dan efeknya terhadap organ tubuh berlangsung secara bertahap dan
berangsur-angsur.
Angka Kematian Ibu Hamil di Indonesia masih tinggi. Angka kematian
ibu hamil dan melahirkan yang masih tinggi, yaitu 425/100.000 kelahiran hidup.
Angka itu merupakan angka tertinggi di negara Asia Tenggara bila dibanding
dengan Filipina yang hanya 20/100.000 kelahiran hidup atau Srilangka yang
60/100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian para ibu itu sebagian besar akibat
perdarahan, infeksi dan keracunan kehamilan dalam masa reproduksi (Dougall,
2009). AKI di Provinsi Jawa Timur, pada lima tahun terakhir, dari tahun 2007–
2011, menunjukkan kecenderungan yang meningkat.Laporan Kematian Ibu(LKI)
kab/kota se-Jatim, menunjukkan AKI JawaTimur pada tahun 2009 adalah 90.70
per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2010 adalah 101.40 per 100.000 kelahiran
hidup dan pada tahun 2011adalah 104.3 per 100.000 kelahiran hidup.Angka
tersebut sudah melampaui dari target MDGs sebesar 102 per 100.000 Kelahiran
Hidup.Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten sumenep angka kematian
ibu pada tahun 2010-2013 Berdasarkan data di BPS, angka kematian ibu hamil
relatif kecil, yaitu 2 orang di tahun 2012 dan 2011 serta 3 orang tahun 2010.
Pada umumya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan
kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak
sesuai dengan yang diharapkan sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan
menjadi masalah.Tingginya angka kematian ibu dikarenakan beberapa faktor,
diantaranya perdarahan sebanyak 25,6%, Toxomia Gravidarum (keracunan
kehamilan)sebanyak 16,6% dan infeksi sebanyak 12,5% dari angka
kematian .Secara garis besar penyebab kematian ibu disebabkan oleh “4T” (terlalu
3
muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak) dan “3T” (Terlambat
mengambil keputusan, terlambat untuk dikirim ketempat pelayanan kesehatan dan
terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan) (Subargus. A, 2008).
Kebijakan departemen kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan
AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat pilar safe
motherhood” yaitu:(1)Keluarga berencana, yang memastikan bahwa setiap
pasangan akses ke informasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu
yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan dan anak.(2)Pelayanan antenatal,
untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastiakn bahwa
komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai.
(3)Persalinan yang aman, memastikan bahwa semua penolong persalinan
mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan alat untuk memberikan pertolongan
yang aman dan bersih serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi.
(4)Pelayanan obstetri esensial, memastikan bahwa pelayanan obstetri untuk resiko
tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkannya (Saifuddin,
AB, 2006).
Macam-macam tanda bahaya kehamilan pada trimester 3 adalah
perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat, masalah penglihatan, bengkak
pada muka atau tangan, nyeri abdomen yang hebat, dan bayi kurang bergerak
seperti biasa. (Masdanang, 2008).Berdasarkan latar belakang di atas adabeberapa
faktor yang dapat diidentifikasi tentang resiko tinggi tanda bahaya pada kehamilan
trimester 3, antara lain adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
meliputi:pengetahuan,pengalaman,pendidikan,dan usia.Adapun faktor eksternal
meliputi:peran keluarga, peran petugas dan kebudayaan.
4
Selama pemeriksaan antenatal ibu mungkin akan memberitahukan jika ia
mengalami tanda bahaya kehamilan atau dapat terdeteksi oleh bidan.Bidan harus
waspada terhadap tanda-tanda bahaya dalam kehamilan,tanda-tanda bahaya
ini,jika tidak dilaporkan atau terdeteksi, dapat mengakibatkan kematian ibu pada
setiap kunjungan antenatal.Bidan harus mengajarkan kepada ibu bagaimana
mengenali tanda-tanda bahaya kehamilan dan menganjurkan untuk datang ke
klinik dengan segera jika ia mengalami tanda-tanda bahaya tersebut. Jika bidan
menemukan suatu tanda bahaya kehamilan, maka tindakan selanjutnya adalah
melaksanakan semua kemungkinan untuk membuat suatu diagnosis dan membuat
rencana penatalaksanaan yang sesuai (Kusmiyati, Y, dkk, 2009).
Berdasarkan studi pendahuluan di polindes legung timur kecamatan
batang-batang didapatkan sasaran yang ada pada ibu hamil trimester 1 , 2 dan 3
sebanyak 45ibu hamil,yaitu 14 ibu hamil pada trimester 1, 7 ibu hamil pada
trimester 2 dan 24 ibu hamil pada trimester 3.Dari hasil wawancara terhadap
5(100%) ibu hamil trimester 3, di peroleh data 4 orang (80%) dari ibu hamil
menyatakan tidak tahu tentang tanda bahaya kehamilan pada trimester 3, dan
1orang(20% ) ibu hamil mengatakan tahu tentang tanda bahaya kehamilan pada
trimester 3 dengan membaca buku KIA dan sikap ibu tentang tanda bahaya
kehamilan ibu mengatakan akan segera membawa ke tenaga kesehatan terdekat
apabila ibu mengalami tanda bahaya kehamilan.
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang diatas maka peneliti tertarik
tentang tanda-tanda bahaya pada trimester 3 dipolindeslegung timur
kecamatan batang-batang”.
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas,dan untuk memfokuskan
masalah maka penelitian ini di batasi hanya pada tingkat ‘’pengetahuan ibu
hamil tentang tanda –tanda bahaya pada trimester 3) (pre-eklampsi ,ketuban
pecah dini dan iufd) dipolindes legung timur kecamatan batang batang’’
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda
bahaya pada trimester 3.
1.3.2Tujuan khusus
1. Untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu hamil tentang
tanda bahaya pre-eklampsi di polindes legung timur kecamatan
batang-batang tahun 2013.
2. Untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu hamil tentang
tanda bahaya ketuban pecah dini di polindes legung timur
kecamatan batang-batang tahun 2013
3. Untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu hamil tentang
tanda bahaya IUFD di polindes legung timur kecamatan batang-
batang tahun 2013.
1.4 Manfaat penelitian
6
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Profesi
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan
kebidanan, serta dapat menumbuhkan motivasi bidan untuk bisa berperan aktif
dalam memberikan informasi mengenai tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
trimester 3.
2. Bagi Peneliti
Meningkatkan pengetahuan bagi peneliti sesuai dengan keilmuan yang
didapat selama kuliah untuk mengetahui lebih dalam tentang tanda bahaya
kehamilan pada trimester 3.
3. Bagi Institusi
Dapat memberikan informasi data, sehingga dapat digunakan untuk
menyusun strategi yang tepat dalam mencegah dan meminimalkan tanda gejala
pada ibu hamil.
4. Bagi Ibu Hamil
Dengan adanya penelitian ini diharapkan ibu hamil mempunyai pengetahuan
dan untuk menambah informasi yang baik mengenai bahaya dalam kehamilannya.
Sehingga kemungkinan terjadinya resiko dan komplikasi dalam kehamilan dapat
segera dihindari dan terdeteksi secara dini.
1.4.2 Manfaat Praktis
Bagi tempat penelitian yaitu: memberikan masukan kepada masyarakat untuk
meningkatkan pemahaman ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan pada
trimester 3 di polindes legung timur kecamatan batang-batang
8
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seorang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu, pengindraan terjadi melalui
panca indra yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh mata dan telinga. Pengetahuan adalah hasil
tahu dari manusia, pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori
yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Notoatmojo, (2005)pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan. Karena pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari
pada yang tidak didasari oleh pengetahuan.
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
1. Umur
Usia adalah umur individu yang terpenting mulai saat di lahirkan sampai
berulang tahun. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) adalah lama
waktu hidup atau sejak dilahirkan. Beberapa teori berpendapat bahwa ternyata IQ
seseorang akan menurun cepat sejalan dengan perkembangan usia.
2. Pendidikan
Adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
9
orang tersebut untuk menerima informasi baik dari orang lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan
yang di dapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang
tersebut semakin luas pula pengetahuannya. Pendidikan adalah bimbingan yang
akan diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain oleh cita-cita
tertentu(Nursalam, 2008).
3. Pekerjaan
Adalah suatu yang dilakukan untuk mencari nafkah masyarakat yang sibuk
hanya memiliki sedikit waktu untuk memperoleh informasi, Pekerjaan seseorang
akan mempengaruhi status sosial dan status ekonominya. Semakin mapan
pekerjaan seseorang maka semakin baik status sosialnya dan semakin mapan pula
status ekonominya (nursalam 2008).
2.1.3 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmojo, (2005) pengetahuan yang dicakup didalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :
1. Tahu (Know)
Kemampuan mengetahui merupakan jenjang yang paling rendah dalam
struktur kognitif. Kemampuan mengetahui merupakan kemampuan untuk
mengingat atau menghafal sesuatu yang pernah dipelajari sebelumnya. Hal yang
mendapat penekanan disini adalah pengenalan kembali terhadap sesuatu berupa
fakta, istilah, prinsip, teori, pola, struktur dan lain sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
10
Jenjang kemampuan ini menunjukkan kepada kemampuan berpikir untuk
memahami sesuatu atau bahan ajar yang dipelajari. Dengan kemampuan ini
seseorang menekankan pada pengubahan informasi ke bentuk yang lebih mudah
dipahami. Seseorang menerjemahkan dan mengorganisasikan bahan yang diterima
ke dalam bahasanya sendiri yang menekankan pada pengubahan informasi ke
bentuk yang lebih mudah dipahami.
3. Aplikasi (Aplication)
Kemampuan penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan teori,
prinsip, rumus atau abstraksi dalam situasi tertentu atau dalam situasi yang
kongkrit, maupun pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Kemampuan ini menunjukkan kepada kemampuan untuk menguraikan
suatu keseluruhan atau suatu sistem hubungan ke dalam unsur yang
membentuknya, mengidentifikasi hubungan antara unsur tersebut. Analisis juga
diartikan sebagai kemampuan untuk memilah informasi ke dalam suatu bagian
yang lebih rinci sehingga dapat dikenali fungsi dan kaitannya dengan bagian yang
lebih besar serta organisasi keseluruhan bagian.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk melekatkan atau
menghubungkan suatu bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru,
dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari suatu formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan dan
menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
11
Kemampuan penilaian merupakan jenjang kemampuan kognitif yang
paling kompleks. Tahap kemampuan ini menunjukkan kepada kemampuan untuk
mempertimbangkan suatu ide, situasi, nilai dan metode berdasarkan suatu aturan
atau kriteria tertentu .
2.1.4 Proses Adopsi Pengetahuan
Dari suatu pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
disadari pengetahuan mengungkapkan sebelum orang mengadopsi perilaku baru
di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
1. Awarness (Kesadaran)
Dimana orang menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus atau obyek.
2. Interest (Tertarik)
Subyek mulai tertarik pada stimulus atau obyek tersebut, maka disini sikap
obyek sudah timbul.
3. Evaluation (Evaluasi)
Pertimbangan terhadap baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya, hal ini
berarti sikap respon sudah lebih baik lagi.
4. Trial (Mencoba)
Dimana subyek mulai mencoba melaksanakan sesuatu hal sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus atau obyek.
12
5. Adaptation (Adaptasi)
Subyekmencoba melaksanakan sesuatu sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Penerimaan perilaku baru atau adopsi
yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2005).
Disebutkan pula bahwa pengetahuan merupakan suatu wahana untuk
mendasari seseorang berperilaku secara alamiah, sedangkan tingkatannya maupun
lingkungan pergaulan melalui pengetahuan yang didapatnya akan mendasari
seseorang dalam mengambil keputusan rasional dan efektif untuk kesehatannya.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang untuk mengadaptasikan dirinya
dalam lingkungan inovasi yang baru maka semakin baik pula penerimaannya
2.1.5 Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Cara tradisional atau non ilmiah
Cara ini dipakai untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sebelum
metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis. Cara penemuan
pengetahuan pada periode ini antara lain :
a. Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara ini adalah cara yang paling tradisional, cara ini dipakai sebelum
adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban yang dipakai
13
apabila seseorang menghadapi masalah, upaya pemecahannya dengan mencoba
saja. Cara mencoba ini dilaksanakan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah, apabila kemungkinan tersebut gagal maka dicoba
kemungkinan yang lain, bila kemungkinan kedua gagal maka dicoba
kemungkinan ketiga dan seterusnya sampai masalah itu dapat dipecahkan. Itulah
sebabnya metode ini disebut Trial atau coba dan Error atau gagal atau salah atau
metode cara coba salah.
b. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Kebiasaan yang diwariskan pada keturunannya yang diterima dari
sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan yang mudah
dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama
pemegang pemerintah dan sebagainya.
c. Berdasarkan Pengalaman Sendiri
Pengalaman adalah guru yang terbaik, kalimat tersebut mengandung
maksud pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman, itu
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, oleh sebab itu
pengalaman dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan seperti yang
dihadapi pada masa lalu.
d Melalui Jalan Pikir
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan
jalan pikirannya baik melalui peringatan khusus maupun umum, pernyataan
14
umum disebut induksi, sedangkan pembuatan kesimpulan dan pernyataan umum
ke pernyataan khusus disebut deduksi.
2. Cara Modern dalam memperoleh Kebenaran
Cara modern ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian atau research
methodology. Cara ini dilakukan untuk memperoleh kesimpulan dengan observasi
langsung dan membuat pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan yang
diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yaitu :
1) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada
saat dilakukan pengamatan.
2) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul
pada saat dilakukan pengamatan.
3) Gejala yang muncul bervariasi, yaitu gejala yang tidak tetap pada
kondisi tertentu (Notoatmodjo, 2010).
2.1.6 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat
alat tes atau kuesioner tentang obyek pengetahuan yang mau di ukur, selanjutnya
dilakukan penilaian dimana jawaban benar dari setiap pertanyaan diberi nilai 1
dan jika salah diberi nilai 0. pengolahan dan analisis data dilakukan secara
manual, dengan menggunakan rumus yaitu :
15
P= fn×100 %
Keterangan:
P = Persentase
f = Jumlah jawaban yang benar
n = Jumlah pertanyaan
Selanjutnya prosentase jawaban yang di interpretsikan dalam kalimat
kualitatif dengan cara sebagai berikut:
Baik : Nilai : 76-100%
Cukup : Nilai : 56-75%
Kurang : Nilai : ≤56% (Nursalam, 2008).
2.2 Konsep Dasar Kehamilan
2.2.1 Definisi
Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari
pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati. Yang
menandai awal periode antepartum. (Varney, 2006) Kehamilan adalah suatu
keadaan dimana dalam rahim seorang wanita terdapat hasil konsepsi
(pertemuan ovum dan spermatozoa) (Rustam Mochtar, 1998).Kehamilan
merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang
memiliki organ reproduksi sehat yang telah mengalami menstruasi dan
melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya
16
sehat sangat besar kemungkinanya akan mengalami kehamilan (Mandriwati,
2007).
2.2.2 Proses Kehamilan
Proses kehamilan menurut Rustam Mochtar (1998), adalah :
1. Ovum (Sel Telur)
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi
digenital ridge.
Urutan pertumbuhan ovum (oogenesis):
a. Oogonia
b. Oosit pertama
c. Primary ovarian follicle
d. Liquar folliculi
e.Pematangan pertama ovum
f. Pematangan kedua ovum pada waktu sperma membuahi ovum
2. Spermatozoa (Sel Mani)
Sperma bentuknya seperti kecebong terdiri atas 4 bagian yaitu kepala yang
berisi inti (nukleus), leher, bagian tengah dan ekor yang dapat bergetar sehingga
sperma dapat bergerak dengan cepat, urutan pertumbuhan sperma :
spermatogonium membelah dan spermatosit pertama membelah dua, spermatosit
kedua membelah dua, spermatid tumbuh menjadi spermatozoon.
3. Pembuahan (Konsepsi/Fertilisasi)
17
Pembuahan adalah suatu peristiwa persatuan antara sel mani dengan sel
telur dituba fallopi.Hanya satu sperma yang telah mengalami proses kapasitasi
dapat melintasi zona pellusida masuk ke villetus ovum. Setelah itu zona pellusida
mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui sperma lain. Persatuan ini
dalam prosesnya diikuti oleh persatuan pronuklei, keduanya yang disebut zygot
yang terdiri dari atas acuan genetik dari wanita dan pria.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zygot yang
berjalan lancar dan dalam 3 hari sampai dalam stadium morula. Hasil konsepsi ini
dengan urutan tetap bergerak ke arah rongga rahim. Hasil konsepsi sampailah
dalam kavum uteri dalam peringkat blastula.
4. Nidasi (Implantasi)
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi dalam
endometrium. Blastula diselubungi oleh simpai yang disebut trofoblas, yang
mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai
rongga rahim, jaringan endometrium berada pada masa sekresi. Jaringan
endometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua, yaitu sel-sel besar yang
banyak mengandung glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas.
Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner-cell-mass) akan
mudah masuk kedalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh
dan menutup lagi. Itulah sebabnya pada saat nidasi terjadi sedikit perdarahan
akibat luka desidua (Tanda Hartman). Umumnya nidasi terjadi pada dinding
depan atau belakang rahim (korpus) dekat fundus uteri.
18
Bila nidasi telah terjadi, dimulailah diferensiasi sel-sel blastula. Sel-sel
lebih kecil yang terletak dekat ruang exocoeloma membentuk entoderm dan yolk
sac. Sedang sel-sel yang lebih besar menjadi endoderm dan membentuk ruang
amnion. Maka terbentuklah lempeng embrional (embryonal plate) diantara
amnion dan yolk sac.
Sel-sel trofoblas mesodermal yang tumbuh sekitar mudigah (embrio) akan
melapisi bagian dalam trofoblas. Maka terbentuklah sekat korionik (chorionic
membrane) yang telah menjadi korion. Sel-sel trofoblas tumbuh menjadi 2 lapisan
yaitu sitotrofoblas yang disebelah dalam dan sinsitiotrofoblas yang disebelah luar.
Villi korionik yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh
bercabang-cabang dan disebut korion profundus. Sedangkan yang berhubungan
dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan sehingga akhirnya
menghilang disebut chorion leave.
5. Plasentasi
Pertumbuhan dan perkembangan desidua sejak terjadi konsepsi karena
pengaruh hormon terus tumbuh sehingga makin lama menjadi tebal. Desidua
adalah mukosa rahim pada kehamilan yang terbagi atas :
a. Desidua basalis
Terletak diantara hasil konsepsi dan dinding rahim, disini plasenta
terbentuk.
19
b. Desidua kapsularis
Meliputi hasil konsepsi kearah rongga rahim yang lama kelamaan bersatu
dengan desidua vera kosena obliterasi.
c. Desidua vera
Meliputi lapisan dalam dinding rahim lainnya.
2.3 Tanda-tanda bahaya kehamilan pada trimester 1, 2, dan 3
2.3.1 Pada Trimester I
Trimester I adalah usia kehamilan 1- 3 bulan atau kehamilan berusia 0 - 12
minggu ,salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis
adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/penyakit
yang mungkin terjadi selama hamil muda. Tanda bahaya kehamilan merupakan
suatu kondisi yang dialami oleh wanita hamil, dimana wanita dengan beberapa
masalah tersebut bisa terancam kehamilannya dan persalinan yang berbahaya
(Burns, dkk. 2000 ).Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I meliputi:
1. Perdarahan pervaginam / Perdarahan dari jalan lahir
Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22
minggu.Perdarahan pervaginam dalam kehamilan adalah cukup normal. Pada
masa awal kehamilan, ibu akan mengalami perdarahan yang sedikit (spotting) di
sekitar waktu terlambat haidnya.
Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi dan normal, perdarahan kecil
dalam kehamilan adalah pertanda dari “Friabel cervik”. (Burns, dkk. 2000 ).
20
a. Macam macam perdarahan pervaginam
1) Abortus
Pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu
dan berat janin kurang dari 500 gram. Tanda-tandanya : perdarahan dengan nyeri
abdomen, rasa mulas atau rasa nyeri. Terkadang disertai syok. (Burns, dkk. 2000 )
2) Kehamilan ektopik
Kehamilan di mana implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar
endometrium atau di luar rahim. Tanda-tandanya : perdarahan berwarna coklat tua
dan umumnya sedikit, nyeri perut, uterus terasa lembek.
3) Molahydatidos(Hamil Anggur)
Kehamilan abnormal di mana hampir seluruh vili korialisnya mengalami
perubahan hidrofik.Tanda-tandanya :perdarahan berulang, nyeri perut, tidak
teraba bagian janin, tidak terdengar DJJ janin(Burns, dkk. 2000 )
2. Mual Muntah Berlebihan
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar
dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi
hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari.
Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena
sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang.Pada umumnya
wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual
muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan.. (Sarwono, 2005)
21
3. Sakit Kepala Yang Hebat
Sakit kepala yang bisa terjadi selama kehamilan, dan sering kali
merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang
menunjukan suatu masalah serius dalam kehamilan adalah sakit kepala yang
hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.Terkadang sakit kepala yang
hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatanya menjadi kabur atau
berbayang.Hal ini merupakan gejala dari pre-eklamsia dan ika tidak diatasi dapat
menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian. (Uswhaaya,
2009)
4. Nyeri Perut Yang Hebat
Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang.Hal ini mungkin gejala
utama pada kehamilan ektopik atau abortus. (Saifuddin, 2002). Nyeri abdomen
yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri
abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan
jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa
berarti apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan
preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi plasenta,
infeksi saluran kemih atau infeksi lain.
5. Selaput Kelopak Mata Pucat/ Anemia
Anemia adalah masalah medis yang umum terjadi pada banyak wanita
hamil. Jumlah sel darah merah dalam keadaan rendah, kuantitas dari sel sel ini
tidak memadai untuk memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh bayi.Anemia
22
sering terjadi pada kehamilan karena volume darah meningkat kira kira 50%
selama kehamilan.
Anemia dapat ditangani dengan minum tablet zat besi dan istirahat cukup.
(Curtis, 2000).
6. Demam Tinggi
Ibu hamil menderita deman dengan suhu tubuh lebih 38° C dalam
kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala
adanya infeksi dalam kehamilan.
Demam tinggi dapat ditangani dengan: istirahat baring, minum banyak,
kompres untuk menurunkan suhu. (Saiffudin, 2002: 84)
2.3.2 Tanda Bahaya Trimester II (3 Bulan Kedua / Usia kehamilan 6 Bulan)
Trimester II adalah usia kehamilan 4-6 bulan atau kehamilan berusia 13-28
minggu. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II meliputi:
1. Bengkak Pada Wajah, Kaki dan Tangan
Oedema ialah penimbunan cairan yang berlebih dalam jaringan tubuh, dan
dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan
dan muka.Oedema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa,
sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis pre-eklampsia. Hampir
separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang
biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki.
23
2. Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya
Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22 minggu,
ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum
kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm. (Anonim, 2009).
3. Perdarahan hebat
Perdarahan Masif atau hebat pada kehamilan muda. (Anonim, 2009).
4. Pusing Yang hebat
5.Gerakan bayi berkurang
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6,
beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur,
gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam
periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika berbaring atau
beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Apabila ibu tidak
merasakan gerakan bayi seperti biasa, hal ini merupakan suatu risiko tanda
bahaya. (Anonim, 2009).
2.3.3 Tanda Bahaya Trimester III (pre-eklampsi,kpd dan iufd)
Trimester III adalah usia kehamilan 7-9 bulan atau kehamilan berusia 29-
42 minggu. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II meliputi:
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda – tanda yang mengindikasikan
adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan, yang apabila tidak
24
dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Anonim, 2009).
Tanda bahaya kehamilan dapat mengancam keselamatan ibu dan bayi dalam
kandungan dan dapat menyebabkan komplikasi kehamilan.Tanda bahaya
kehamilan merupakan suatu kondisi yang dialami oleh wanita hamil, dimana
wanita dengan beberapa masalah tersebut bisa terancam kehamilannya dan
persalinan yang berbahaya (Burns, dkk. 2000 ).
Selama kehamilan seorang ibu mengalami perubahan fisik yang menyebabkan
ketidaknyamanan yang normal, dan merupakan bagian dari perubahan yang
terjadi pada tubuh ibu selama kehamilannya. Diperlukan kunjungan ke tenaga
kesehatan agar ibu mendapat banyak informasi tentang kondisi normal ibu hamil
ataupun ketidaknyamanan yang merupakan tanda bahaya dalam
kehamilan.Bahaya kehamilan dapat terdeteksi jika ibu sering memeriksakan
kehamilannya. Karena pada setiap kunjungan antenatal akan diperiksa kondisi ibu
dan janin untuk mengenali tanda bahaya dalam kehamilan tiap trimesternya.
(parenting,2009)
1. Preeklampsi
a. Pengertian preeklampsi
Pre eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria
dan edema yang timbul karena ke hamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola
hidatidosa (prawirohardjo 2005).
Pre eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria
25
dan edema yang kadang-kadang di sertai konvulusi sampai koma, ibu tersebut
tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya
(muchtar, 2011)
b. Etiologi
Penyebab pre eklampsi saat ini tak bisa di ketahui dengan pasti walaupun
penelitian yang dilakukan terhadap penyakit ini suda sedemikian maju. Semuanya
baru di dasarkan pada teori yang yang di hubung-hubungkan dengan kejadian ,
Itulah sebabnya pre eklampsi di sebut juga “ disease of theory”, gangguan
kesehatan yang berasumsi pada teori . adapun teori-teori tersebut antara lain:
1) Peran prostasiklin dan tromboksan
Pada pre elampsi dan eklamsia di dapatkan kerusakan pada endotel
vaskuler, sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI2) yang pada
kehamilan normal meningkat, aktivasi pengumpalan dan fibronolisi, yang
kemudian akan dig anti thrombin dan plasmin. Thrombin akan mengkomsumsi
anti thrombin, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktifasi trombosit memyebabkan
pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga terkadi vasopasme dan
kerusakan endotel(Manuaba,2005)
2) Peran faktor imonologis
Pre eklampsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi
pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat di terangkan bahwa pada kehamilan
pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak
sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Fierle FM (2004)
mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya system imun pada penderita
PE-E.
26
Beberapa wanita dengan PE-E mempunyai kompleks imun dan serum,
beberepa studi juga mendapatkan adanya aktifasi system komplemen pada PE-E
di ikuti proteuri. Sitirat (2005) meyimpulkan meskipun ada beberapa pendapat
menyebutkan bahwa system imun humoral dan aktivas komplemen terjadi pada
PE-E, tetapi tidak ada bukti bahwa system imunologi bisa menyebabkan PE-E.
3) Faktor genetic
Beberapa bukti yang menunjukka peran faktor genetic pada kejadian PE-E
antara lain:
a) Pre eklampsia hanya terjadi pada manusia
b) Terdapat kecendrungan peningkatan frekwensi PE-E
c) Kecendrungan peningkatan frekwensi PE-E pada anak dan cucu ibu hamil
dengan riwayat PE-E dan bukan pada ipar mereka
d) Peran rennin-antigiotensin-aldosteron system (RAAS)
Yang jelas preeklampsi merupakan salah satu penyebab kematian pada
ibu hamil, disamping infeksi dan perdarahan. Oleh sebab itu , bila ibu hamil sudah
ketahuan berisiko, terutama sejak awal kehamilan, dokter kebidanan dan
kandungan akan memantau lebih ketat kondisi kehamilan tersebut.
(Kliman ,2000)
Beberapa penelitian meyebutkan beberapa faktor yang dapat menunjang
terjadinya preeklampsi dan eklampsi, faktor-faktor tersebut antara lain, gizi buruk,
kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim. Faktor terjadinya preeklamsi
umunya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan
kehamilan pada wanita diatas usia 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah
riwayat tekanan darah yang tinggi yang kronis sebelum kehamilan, riwayat
27
mengalami preeklamsi sebelumnya, riwayat preeklamsi pada ibu atau saudara
perempuan, kegemukan, mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing
manis,kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis.
a. Patofisiologi.
Vasokontriksi merupakan dasar pathogenesis PE-E. vasokontriksi
menimbulkan peningkatan total perifer system dan menimbulkan hipertensi.
Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat,
sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriole di sertai pendarahan mikro
pada tempat indotel. Selain itu Hubel(2006) mengatakan bahwa adanya
vasokontriksi arteri spiralis dan menyebabkan terjadinya penurunan perfusi
uteroplasenter yang selanjutnya akan menimbulkan malapdatasi plasenta.
Hipoksia/anoksia jaringan merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak,
sedangkan proses hiperoksidasi itu sendiri memerlukan peningkatan konsumsi
oksidasi, sehingga dengan demikian akan mengganggu metabolisme di dalam sel
periksedase. Lemak adalah hasil proses oksidase lemak tak jenuh yang
menghasilkan hiperoksidase lemak jenuh. Periksidase lemak merupakan radikal
bebas. Apabila keseimbangan antara periksidase terganggu, dimana periksidase
dan oksidan lebih dominan maka akan timbul keadaan yang di sebut stess
oksidatif (Hubel,2006)
Pada PE-E serum anti oksidan kadarnya menurun dan plesenta menjadi
sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil normal,
serumnya mengandung transferring, ion tembaga dan sulfidril yang berperan
sebagai anti oksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam aliran
darah melalui ikantan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai ke semua
28
komponen sel yang di lewati termasuk sel-sel endotel yang akan mengakibatkan
rusaknya sel-sel indotel tersebut. Rusaknya sel-sel indotel tersebut akan
mengakibatkan antra lain: adhesi dan agregasi trombosit, gangguan permeabilitas
lapisan endotel terhadap plasma, terlepasnya ensim lisososom, tromboksan dan
serotonin sebagai akibat rusaknya trombosit, produksi prostasiklin terhenti,
terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan, terjadi hipoksia
plasenta akibat komsumsi oksigen oleh peroksidase lemak. (Hubel ,2006)
b. Jenis-jenis preeklamsi
Menurut Sitirat(2006) ada beberapa jenis preeklamsi yaitu :
1) Preeklampsi Ringan.
Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit
trofoblas. Penyebab pre eklampsia ringan belum diketahui secara jelas. Gejala
klinis pre eklampsia ringan meliputi :
a) Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih; diastol 15 mmHg atau
lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau
lebih atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg; diastol 90 mmHg
sampai kurang 110 mmHg.
b) Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara
kualitatif positif 2 (+2).
c) Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.
29
Pemeriksaan dan Diagnosis pre eklampsia ringan (Sitirat,2006) :
a) Kehamilan lebih 20 minggu.
b) Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2
kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama
dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit).
c) Edema tekan pada tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral, wajah
atau tungkai.
d) Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24 jam, kualitatif (++).
Penatalaksanaan rawat jalan pasien pre eklampsia ringan (Sitirat,2006) :
a) Banyak istirahat (berbaring tidur / mirring).
b) Diet : cukup protein, rendah karbohidraat, lemak dan garam.
c) Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2 mg
per oral selama 7 hari.
d) Roborantia
e) Kunjungan ulang setiap 1 minggu.
f) Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine
lengkap,asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.
Penatalaksanaan rawat tinggal pasien pre eklampsia ringan berdasarkan
kriteria(Sitirat,2006)
a. Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya
perbaikan dari gejala-gejala pre eklampsia.
30
b. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali
berturut-turut (2 minggu)
c. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklampsia berat
d. Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan maka
preeklampsia ringan dianggap sebagai pre eklampsia berat.
e. Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1
minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama
2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan
perawatan rawat jalan.
Perawatan obstetri pasien pre eklampsia ringan (muchtar, 2011) :
a) Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
1) Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan,
persalinan ditunggu sampai aterm.
2) Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama
perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37
minggu atau lebih.
b) Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)
Persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau
dipertimbangkan untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
c) Cara persalinan
Persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu memperpendek
kala II.
31
2) Preeklampsia Berat
a) Pengertian Preeklampsia Berat
Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan
atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. (Notoadmojo (2005)
Gejala dan tanda preeklampsi berat :
Menurut Notoadmojo(2005) ada beberapa gejala dan tanda preeklampsi
berat,yaitu:
(1) Tekanan darah sistolik >160 mmHg
(2) Tekanan darah diastolik > 110 mmHg
(3) Peningkatan kadar enzim hati atau ikterus
(4) Trombosit <100.000/mm3
(5) Oliguria <400 ml/24 jam
(6) Proteinuria >3 gr/liter
(7) Nyeri epigastrium
(8) Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat
(9) Perdarahan retina
(10) Odem pulmonal
b) PenangananPreeklampsiaBerat(PEB)
Perawatan konservatif (usia kehamilan <36 minggu)
(1) Tirah baring.
32
(2) Infus D5:RL = 3:1.
(3) Diet rendah garam dan tinggi protein (diet preeklamsia)
(4) Pasang kateter tetap (bila perlu).
(5) Medikamentosa: - Anti konvulsan MgSO4. - Anti hipertensi Nifedipine10
mg sublingual, dilanjutkan dengan 10 mg q 8 jam.
Kortikosteroid(Oradexon i.m. 2 kali 10 mg) untuk kehamilan
<36minggu.Antibiotikum, diuretikum dan kardiotonikum hanya diberikan
atas indikasi. Perawatan aktif(terminasi kehamilan), yaitu pada keadaan-
keadaan di bawah ini:
(1) Umur kehamilan>36 minggu
(2) Terdapat tanda-tanda impending eklamsia atau eklamsia
(3) Gawatjanin.
(4) SindromaHELLP.
(5) Kegagalan perawatan konservatif, yakni setelah 6 jam perawatan tidak
terliha tanda –tanda perbaikan penyakit.
2. Ketuban Pecah Dini
a. Pengertian Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi
proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang
waktu (Wiknjosastro, 2007). Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban
sebelum proses persalinan berlangsung (Sarwono, 2007).
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan (Sarwono Prawirohardjo, 2008,).Ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum waktunya melahirkan/ sebelum infartu, pada pembukaan< 4 cm
33
(Mansjoer, 2001). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda-tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.
(Manuaba, 2010).
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia
kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari
12 jam sebelum waktunya melahirkan.
b. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum dapat diketahui dan tidak dapat
ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan ada faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun faktor-faktor mana yang
lebih berperan sulit diketahui. Adapun yang menjadi faktor resiko adalah
(Sarwono, 2007) :
1) Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini.
2) Serviks yang inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, curettage).
3) Ketegangan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramion, gameli
4) Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amniosentesis menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini karena
biasanya disertai infeksi.
34
5) Kelainan letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah
yang menutupi pintu atas panggul serta dapat menghalangi tekanan
terhadap membran bagian bawah.
6) Keadaan sosial ekonomi. (Rukiyah, 2010).
c. Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Ketuban Pecah Dini
1) Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu yang penting dalam kehidupan dengan bekerja kita
bisa memenuhi kebutuhan, namun pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan
dapat membahayakan kehamilannya hendaklah dihindari untuk menjaga
keselamatan ibu maupun janin. (Abdul, 2006).
Kejadian ketuban pecah sebelum waktunya dapat disebabkan oleh
kelelahan dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan pelajaran bagi ibu-ibu hamil agar
selama masa kehamilan hindari/kurangi melakukan pekerjaan yang berat (Abdul,
2006). Pekerjaan adalah kesibukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan dan kehidupan keluarga .pekerjaan bukanlah sumber
kesenangan tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan,berulang dan banyak tantangan (Nursalam2002:133). Bekerja pada
umumnya membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak aktivitas yang berlebihan
mempengaruhi kehamilan ibu untuk menghadapi proses persalinanya
2) Paritas
Multigraviditas atau pritas tinggi merupakan salah satu dari penyebab
terjadinya kasus ketuban pecah sebelum waktunya. Paritas 2-3 merupakan paritas
paling aman ditinjau dari sudut kematian. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3)
35
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi, risiko pada paritas 1 dapat
ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi
dapat dikurangi/dicegah dengan keluarga berencana (Wiknjosastro, 2007).
3) Umur
Adalah umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Nursalam 2001:133). Dengan
bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berfikir semakin baik
sehingga akan termotivasi dalam pemeriksaan kehamilam untuk mecegah
komplikasi pada masa persalinan.
4) Riwayat Ketuban Pecah Dini
a) Usia Kehamilan
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur,
hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden
Sectio Caesaria, atau gagalnya persalinan normal. (Nursalam,2001)
Persalinan prematur setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh
persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu
50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan
terjadi dalam 1 minggu. (Nursalam,2001)
36
b) Cephalopelvic Disproportion(CPD)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan
persalinan, tetapi yang tidak kurang penting ialah hubungan antara kepala janin
dengan panggul ibu. Partus lama yang sering kali disertai pecahnya ketuban pada
pembukaan kecil, dapat menimbul dehidrasi serta asdosis,dan infeksi intrapartum
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan cara pemeriksaanyang penting untuk
mendapat keterangan lebih banyak tentang keadaan panggul (Sarwono,2006)
d. Patogenesis
Sarwono (2006), telah menyelidiki hal ini, ternyata ada hubungannya
dengan hal-hal berikut:
1) Adanya hipermotilitis rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban
pecah dini. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, sevisitis, dan
vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini.
2) Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3) Infeksi (amnionitis atau koroamnionnitis)
4) Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah: multifara,malposisi,
cervix incompeten,dan lain-lain.
5) Ketuban pecah dini artifisial(amniotomi),di mana berisi ketuban
dipecahkan terlalu dini.
Kadang-kadang sulit atau meragukan kita apakah ketuban benar sudah
pecah atau belum, apalagi bila pembukaan kanalis servikalis belum ada atau kecil.
37
Cara menentukannya menurut Sarwono (2006) adalah:
1) Memeriksa adanya cairan yang berisi mekoneum,verniks kaseosa,rambut
lanugo atau bila telah terinfeksi berbau.
2) Inspekulo: lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari
kanalis serviks dan apakah ada bagian yang sudah pecah.
3) Gunakan kertas lakmus (litmus) :
a) bila menjadi biru (basa)- air ketuban.
b) bila menjadi merah (merah)- air kemih (urine)
4) Pemeriksaan pH forniks posterior pada KPD pH adalah basa (air
ketuban).
5) Pemeriksaan histopatologi air ketuban.
6) Aborization dan sitologi
7) KPD berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara
pecahnya ketuban dipermulaan dari persalinan disebut periode laten =LP =
lag periode. Muda umur kehamilan makin memanjang LP-nya, sedangkan
lamanya persalinan lebih pendek dari biasa, yaitu pada primi 10 jam dan 6
jam (Sarwono,2006).
8) Pengaruh ketuban pecah dini (KPD)
Menurut Sarwono(2006) pengaruh ketuban pecah dini adalah:
1) Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin
mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi
(aminionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan, jadi akan meninggikan
mortalitas dan mobiditas perinatal.
38
2) Terhadap ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apa lagi
terlalu sering diperiksa dalam, selain itu juga dapat dijumpai infeksi peupuralis
(nifas), peritonitis dan seftikamia, serta dry-labor.
Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan
menjadi lama maka suhu tubuh naik,nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala
infeksi.
Hal-hal di atas akan meninggikan angka kematian dan angka morbiditas pada ibu.
e. Prognosis
Prognosa ketuban pecah dini ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan
komplikasi-komplikasi dari kehamilan (Mochtar, 1998). Prognosa untuk janin
tergantung pada :
1) Maturitas janin: bayi yang beratnya di bawah 2500 gram mempunyai
prognosis yang lebih jelek dibanding bayi lebih besar.
2) Presentasi: presentasi bokong menunjukkan prognosis yang jelek ,
khususnya kalau bayinya premature.
3) Infeksi intra uterin meningkat mortalitas janin.
4) Semakin lama kehamilan berlangsung dengan ketuban pecah , semakin
tinggi insiden infeksi.
Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang
mungkin timbul serta umur dari kehamilan.Janin diusahakan bertahan sampai
minimal 36 minggu kehamilan dan diharapkan janin sudah siap bila terpaksa
39
harus dilahirkan. Kehamilan dengan ketuban pecah dini biasanya berujung kepada
persalinan dengan bantuan atau operasi. Dinding kantung ketuban tidak berisi
pembuluh darah sehingga tidak ada perdarahan ketika pecah. Ketika usia
kehamilan semakin tua, dinding ketuban semakin tipis namun masih cukup kuat
menahan tekanan yang semakin besar dari janin, sampai saat waktu persalinan.
Bahkan ada dinding ketuban yang harus dipecahkan dokter bila saat persalinan
ketuban belum pecah(Sarwono,2006).
Disebut ketuban pecah dini atau premature rupture of membrane, jika
ketuban pecah sebelum benar-benar masuk dalam tahap persalinan. Ada juga yang
disebut preterm premature rupture of membrane, yakni ketuban pecah saat usia
kehamilan belum masa aterm atau kehamilan di bawah 38-42 minggu.
Ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim yang
diproduksi sel-sel trofoblas. Cairan ini merupakan sumber makanan janin dalam
kandungan. Sejak berusia 12 minggu, janin mulai minum air ketuban dan
mengeluarkannya melalui air seni. Cairan itu berada dalam kantung, yang disebut
kantung ketuban, yang terdiri dari jaringan tipis kurang dari 1
milimeter(Sarwono,2006).
Ada beberapa faktor yang membuat ketuban pecah sebelum waktunya
Menurut Sarwono(2006) ada beberapa faktor yang membuat ketuban pecah :
1) lnfeksi yang biasanya berawal dari kemaluan, lalu naik ke mulut rahim,
leher rahim, dan dinding ketuban. Dinding ketuban paling bawah
merupakan bagian yang paling rentan karena mendapat tekanan dari bobot
janin, dan juga yang pertama mendapat infeksi dari kemaluan.
40
2) Gangguan pada leher rahim (cervix incompetence) sehingga dinding
ketuban paling bawah mendapatkan tekanan yang semakin tinggi.
3) Posisi plasenta di bawah. Posisi plasenta yang baik di sebelah atas agak ke
kiri atau kanan sedikit.
4) Tindakan invasif ke leher rahim, misalnya karena pemeriksaan medis atau
upaya pengguguran.
5) Gangguanterhadap jaringan kolagen penyangga dinding
amnion, misalnya kebiasaan merokok dan minum alkohol.
6) Tekanan di dalam rahim meningkat karena cairan ketuban berlebihan,
kehamilan kembar, janin yang besar, atau adanya kelainan anatomis pada
janin.
Pada kasus ketuban pecah dini, dokter akan meminta ibu hamil beristirahat
total. Dokter juga akan memberikan obat untuk mencegah kontraksi sehingga
janin selama mungkin dipertahankan dalam rahim sampai menjelang datangnya
waktu persalinan atau masa aterm.
f. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur,
hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC,
atau gagalnya persalinan normal(Mochtar, 1998).
1) Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode
laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24
41
jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan
dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1
minggu (Sarwono,2006)
2) Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu
terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis.
Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah
dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi
sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
(Sarwono,2006)
3) Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali
pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya
gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin
semakin gawat. (Sarwono,2006)
4) Syndrom deformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin,
serta hipoplasi pulmonal. (Sarwono,2006)
Adapun pendapat yang lain (Mochtar, 1998):
a. Bagi Janin
1) Prematuritas
42
2) Infeksi
3) Semakin lama periode laten, semakin lama kala satu persalinan, maka
semakin besar insiden infeksi
4) Mal presentasi; sering dijumpai pada presentasi bokong
5) Prolaps tali pusat; sering dijumpai, khususnya pada bayi prematur
6) Mortalitas perinatal; semakin lama periode laten semakin tinggi
mortalitasnya
b. Bagi Ibu
1) Partus Lama
2) Adanya inkoordinasi kontraksi otot rahim akibat dari induksi persalinan
dengan oksitosin sehingga menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim
untuk meningkatkan pembukaan atau pengusiran janin dari dalam
rahim.
3) Perdarahan post partum
4) Adanya penggunaan narkosa pada penanganan ketuban pecah dini
dengan tindakan induksi
5) Atonia Uteri
6) Bila pada saat ketuban pecah servik belum matang atau belum
membuka sehingga akan memperlama proses persalinan dan
menyebabkan kelelahan pada ibu yang berakibat pada lemahnya
kontraksi uterus.
7) Infeksi Nifas
8) Adanya infeksi intra partum akibat ketuban pecah lebih dari 6 jam.
43
g. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini
Penatalaksanaan ketuban pecah dini yang dapat dilaksanakan oleh
seorang bidan :
1. Bidan
Bidan sebagai tenaga medis terlatih yang ditempatkan ditengah masyarakat
seyogyanya bertindak konservatif artinya tidak terlalu banyak melakukan
intervensi. Dengan akibat tingginya angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi-
janin, maka sikap yang paling penting adalah melakukan rujukan. Sehingga
penanganan ketuban pecah dini mendapat tindakan yang tepat (Manuaba, 1998)
2. Dirumah Sakit
Dalam menghadapi ketuban pecah dini, diperlukan Komunikasi,
Informasi, Motivasi (KIM) terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat
pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan
untuk menyelamatkan ibu dan mungkin mengorbankan janinnya(Manuaba, 1998)
1) Pada bayi matur
Penatalaksanaan pada bayi matur:
a) Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur, khususnya maturitas
paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang
sehat (Manuaba, 1998)
b) Pemberian antibiotik profilaksis, spasmolitika dan roboransia dengan
tujuan untuk mengundur waktu sampai anak viable (Moctar, 1998)
44
c) Waktu terminasi pada kehamilan akan dapat dianjurkan selang waktu 6
jam sampai 24 jam, bila tidak terjadi his spontan (Manuaba, 1998)
d) Bila anak sudah viable (lebih 36 minggu), lakukan induksi partus 6-12 jam
lag phase dan berikan antibiotika profilaksis, bila dengan induksi partus
atau drip sintosinon gagal lakukan tindakan operatif (Moctar, 1998)
e) Disamping itu hal-hal yang perlu diperhatikan selama dalam menolong
pasien antar lain bersih penolong, bersih alat-alat yang digunakan serta
bersih tempat / lingkungan disekitar klien atau dikenal dengan istilah 3B
(tiga bersih)
f) Jadi penyelesaian ketuban pecah dini menurut Moctar, 1998 adalah
sebagai berikut :
(1) Partus spontan
(2) Ekstraksi vakum
(3) Ekstraksi forcep
(4) Embriotomi bila anak sudah meninggal
(5) Seksio cesarean bila ada indikasi obstetric
3. Intra Uterin Fetal
a. Pengertian Intra Uterin Fetal (IUFD)
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan
sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. (Sarwono :
2005)
Kematian janin dalam kandungan / IUFD adalah kehamilan yang terjadi
saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran
500 gram atau lebih. (dr. Nasdaldy,2004)
45
Kehamilan janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin setelah 20
minggu kehamilan tetapi sebelum permulaan persalinan. (Hacker : 2001)
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam
kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal
deadth (IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun
sesudah kehamilan 20 minggu
Sebelum 20 minggu :
Kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus.bila
hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim
disebut missed abortion.
Sesudah 20 minggu
Biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu
dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka
terjadi kematian dalam rahim.
b. Patofisiologi
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUFD) karena beberapa factor
antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,hal tersebut menjadi
berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi
kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat
mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia adalah
kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin adalah
46
irefersibel. Kerja organ – organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan
pertumbuh janin ( IUGR).
c. Etiologi
Penyebab dari kematian janin intra uterine yang tidak dapat diketahui
sekitar 25-60%, insiden meningkat seiring dengan peningkatan usia kehamilan.
Pada beberapa kasus yang penyebabnya teridentifikasi dengan jelas, dapat
dibedakan berdasarkan penyebab dari faktor janin, maternal dan patologi dari
plasenta (Kliman, 2000).
1) Faktor Ibu (High Risk Mothers)
a) Status social ekonomi yang rendah
b) Tingkat pendidikan ibu yang rendah
c) Umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun
d) Paritas pertama atau paritas kelima atau lebih
e) Tinggi dan BB ibu tidak proporsional
f) Kehamilan di luar perkawinan
g) Kehamilan tanpa pengawasan antenatal
h) Ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
i) Ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik
seperti bayi lahir mati
j) Riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu
2) Faktor Janin (High Risk Infants)
a) Bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital
b) Bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
47
c) Postmatur
d) Prematur
e) Perdarahan otak
3) Faktor yang berhubungan dengan kehamilan
a) Plasenta previa
b) Preeklamsi / eklamsi
c) Polihidramnion dan oligohidramnion
d) Inkompatibilitas golongan darah atau Inkompatability rhesus
e) Kehamilan lama
f) Kehamilan ganda
g) Infeksi
h) Diabetes
i) Genitourinaria
j) AIDS
k) Perdarahan post partum
l) Shipilis
m) Nefritis kronis
n) Penyakit jantung
o) Penyakit paru atau TBC
p) Abrupsio plasenta
4) Faktor Tali Pusat
a) Prolapsus tali pusat
b) Lilitan tali pusat
c) Vassa praevia
48
d) Tali pusat pendek
Menurut Botefilia(2006), Spesialis Kebidanan dan Kandungan Rumah
Sakit Persahabatan, Jakarta, ada beberapa faktor yang menyebabkan kematian
janin dalam kandungan, antara lain:
1) Hipertensi atau tekanan darah tinggi
2) Preeklampsia dan eklampsia
3) Perdarahan
Waspada jika ibu mengalami perdarahan hebat akibat plasenta previa
(plasenta yang menutupi jalan lahir) atau solusio plasenta (terlepasnya plasenta
dari tempat implantasinya di dalam uterus sebelum bayi dilahirkan). Otomatis Hb
janin turun dan bisa picu kematian janin.
4) Kelainan kongenital bayi
Yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni
akumulasi cairan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga
dada bisa menyebabkan hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat
akibat dari banyaknya cairan dalam jantung sehingga tubuh bayi mengalami
pembengkakanatau terjadi kelainan pada paru-parunya
5) Ketidakcocokan golongan darah ibu dan janin
Terutama pada golongan darah A, B, O. Kerap terjadi golongan darah anak
A atau B, sedangkan Moms bergolongan O atau sebaliknya. Pasalnya, saat masih
dalam kandungan darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila
49
darah janin tidak cocok dengan darah ibunya,maka ibu akan membentuk zat
antibody.
6) Janin yang hiperaktif
Gerakan janin yang berlebihan, apalagi hanya pada satu arah saja, bisa
mengakibatkan tali pusat yang menghubungkan ibu dengan janin terpelintir.
Akibatnya, pembuluh darah yang mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi
melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tak hanya itu, tidak menutup
kemungkinan tali pusat tersebut bisa membentuk tali simpul yang mengakibatkan
janin menjadi sulit bergerak. Hingga saat ini kondisi tali pusat terpelintir atau
tersimpul tidak bisa terdeteksi. Sehingga, perlu diwaspadai bilamana ada gejala
yang tidak biasa saat hamil.
7) Gawat janin
Bila air ketuban habis otomatis tali pusat terkompresi antara badan janin
dengan ibunya. Kondisi ini bisa mengakibatkan janin ‘tercekik’ karena suplai
oksigen dari Moms ke janin terhenti. Gejalanya dapat diketahui melalui
cardiotopografi (CTG). Mula-mula detak jantung janin kencang, lama-kelamaan
malah menurun hingga di bawah rata-rata.
8) Postterm
Kehamilan lebih dari 42 minggu.Jika kehamilan telah lewat waktu,
plasenta akan mengalami penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan
kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi
sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru
50
janin. Hal ini bisa dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga bisa
dilihat arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan
harus segera dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan
pada awal kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG.
9) Infeksi saat hamil
Saat hamil sebaiknya menjaga kondisi tubuh dengan baik guna
menghindari berbagai infeksi bakteri atau virus. Bahkan, demam tinggi pada ibu
bisa mengakibatkan janin tidak tahan akan panas tubuh ibunya.
Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat
kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui
otopsi bayi. Jarang dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam
kandungan. Selain biayanya mahal, juga sangat berisiko. Karena harus mengambil
air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko besar janin terinfeksi, bahkan
lahir prematur.
Untuk menentukan stillbirth dapat ditentukan melalui :
1) Tidak merasakan gerakan janin selama 3 hari.
2) Tidak ada pembesaran perut, ukuran uterus mengecil dibandingkan
dengan ukuran seharusnya.
3) Bagian – bagian janin teraba
4) Tanda – tanda kehamilan berhenti
5) Berat badan ibu menurun.
6) Pemeriksaan HCG urine menjadi negative
51
7) USG : tidak terlihat DJJ dan nafas janin, badan dann tungkai janin
tidak terlihat bergerak, terlihat kerangka yang bertumpuk. Tidak
terlihat struktur janin, terlihat penumpukan tulanh tengkorak, dan
reduksi cairan yang abnormal.
d. Dampak IUFD
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak
membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya
kelainan darah (hipo-fibrinogenemia) akan lebih besar karena itu pemeriksaan
pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan.
Bila terjadi fibrinogenemia., bahayanya adalah perdarahan post partum. Terapinya
adalah dengan pemberian darah segar atau fibrinogen.
Dampak lainnya yaitu, Trauma emosional yang berat menjadi bila antara
kematian janin dan persalinan cukup lama, dapat terjadi infeksi bila ketuban
pecah, dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2
minggu.
e. Jenis Kematian Janin
Di bagi menjadi 4 golongan:
1) Golongan l : Kematian sebelum masa hamil mencapai 20 minggu penuh.
2) Golongan ll : Kematian sesudah ibu hamil 20 minggu hingga 28 minggu.
3) Golongan lll :Kematian sesudah kehamilan lebih dari 28 minggu (Late
Fetal Death).
4) Golongan lV : Kematian yang tidak dapat di golongkan pada kertiga
golongan diatas.
52
f. Jenis – jenis Pertolongan Persalinan untuk Janin Mati
1) Pertolongan persalinan dengan perforasi kronioklasi
Perforasi kronioklasi merupakan tindakan beruntun yang dilakukan pada
bayi yang meninggal di dalam kandunagan untuk memperkecil kepala janin
dengan perforation dan selanjutnya menarik kepala janin ( dengan kranioklasi)
tindakan ini dapat dilakukan pada letak kepala oleh letak sungsang dengan
kesulitan persalinan kepala.Dngan kemajuan pengawasan antenatal yang baik dan
system rujukan ke tempat yang lebih baik , maka tindakan proferasi dan
Kraioklasi sudah jarang dilakukan. Bahaya tindakan proferasi dan kraniioklasi
adalah perdarahan infeki, trauma jalan lahir dan yang paling berat ruptira
uteri( pecah robeknya jalan lahir).
2) Pertolongan persalinan dengn dekapitasi
Letak lintang mempunyai dan merupakan kedudukan yang sulit untuk
dapat lahir normal pervaginam. Gegagalan pertolongan pada letak lintang
menyebabkan kematian janin, oleh karena itu kematian janin tidak layak dilkukan
dengan seksio sesaria kecuali pada keadaan khusus seperti plasenta previa totalis,
kesempitan panggul absolute. Perslinan di lakukan dengan jalan dekapitasi yaitu
dengan memotong leher janin sehingga badan dan kepala janin dapat di lahirkan.
3) Pertolongan persalinan dengan eviserasi
Eviserasi adalah tindakan operasi dengan mengeluarkan lebih dahulu isi
perut dan paru (dada) sehingga volume janin kecil untuk selanjutnya di lahirkan.
Eviserasi adalah operasi berat yang berbahaya karena bekerja di ruang sempit
untuk memperkecil volume janin bahaya yang selalu mengancam adalah
53
perdarahan,infeksi dan trauma jalan lahir dengan pengawasan antalnatal yang
baik, situasi kehamilan dengan letek lintang selalu dapat di atasi dengan versi luar
atau seksio sesaria.
4) Pertolongan persalinan dengan kleidotomi
Kleidotomi adalah memotong tulang klavikula (tulang selangka) sehingga
volume bahu mengecil untuk dapat melahirkan bahu. Kleidotomi masih dapat
dilakukan pada anak hidup, bila diperlukan pada keadaan gangguan persalinan
bahu pada anak yang besar.
54
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual adalah suatu teori yang menjelaskan keterkaitan
antar variabel baik variabel yang di teliti maupun yang tidak di teliti, kerangka
konsep akan menghubungkan hasil penemuan dengan teori. (Nursalam,2008)
Keterangan :
: Tidak diteliti
: Diteliti
Sumber: . (Nursalam,2008)
Bagan 3.1 kerangka konseptual gambar pengetahuan ibu hamil tentang tanda- tanda bahaya pada trimester 3
Dari kerangka konsep di atas dapat di jelaskan bahwa keberhasilan
pengetahuan ibu tentang tanda –tanda bahaya pada kehamilan dipengaruhi oleh
beberapa factoryaitu pendidikan, pekerjaan, usia, tempat tinggal atau lingkungan,
informasi dan pelayanan kesehatan. Dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti
tentang pendidikan, pekerjaan dan usia. pengetahuan ibu hamil tentang tanda-
Faktor internal Faktor eksternal
3. pelayanan kesehatan
2. Informasi
1. Tempat tinggal1. pendidikan
2. pekerjaan
Pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya pada trimester 3
Tingkat pengetahuan 1. Baik 75-100%2. Cukup 56-75%3. Kurang <56
3. usia
54
55
tanda bahaya pada kehamilan trimester III. sehingga dapat disimpulkan tingkat
pengetahuan dengan kategori baik, cukup, kurang. (Nursalam,2008)
56
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara yang akan dilakukan dalam proses
penelitian ( Hidayat A,2008). Pada bab ini akan diuraikan tentang metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian meliputi desain penelitian, kerangka
kerja, populasi, sample, besar sample dan tehnik sampling, variable penelitian dan
definisi operasional, instrument penelitian dan tehnik pengumpulan data, tempat
dan waktu penelitian, metode pengolahan data dan analisa data, etika penelitian,
keterbatasan penelitian
4.1 Desain penelitian
Desain penelitian adalah bentuk rancangan yang digunakan dalam
melkukan prosedur penelitian (Hidayat A ,2008).Dalam penelitian ini tipe
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptifdimana penelitian hanya
bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang
terjadi (alimul aziz,2008) . Pada penelitian ini adalah deskriptif dimana hanya
untuk mendapatkan gambaran pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya
pada trimester 3.Dilihat dari waktu penelitian Jenis penelitian yang di gunakan
adalah cros sectional yaitu metode penelitian yang melakukan pengamatan dalam
waktu bersamaan pada waktu tertentu atau dalam satu kali pada satu saat.
56
57
4.2 Kerangka kerja
Kerangka kerja merupakan langkah yang akan dilakukan dalam penelitian
yang berbentuk kerangka atau alur penelitian mulai dari desain penelitian hingga
analisis data ( Hidayat A, 2008)
Gambar 3.1. Kerangka Kerja Penelitian Gambaran Pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya pada trimester 3 di polindes legung timur kecamatan batang-batang.
Populasi
Semua wanita hamil trimester 1 , 2 ,dan 3 di polindes legung timur kecamatan batang-batang.
N= 45
Sampel
Hanya wanita hamil trimester 3 di polindes legung timur kecamatan batang-batang.
n= 24
Sampling
Consecutif
Variabel
Pengetahuan
Pengumpulan Data
Kuesioner
Kesimpulan&
Saran
Analisa Data
Tabulasi
58
4.3 Identifikasi variabel
Variabel penelitian adalah karakteristik yang memberikan nilai yang
berbeda terhadap suatu benda, manusia dan lainnya (Nursalam, 2008).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini semuanya adalah satu
variable karena penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Variabel penelitian
ini adalah pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya pada trimester 3 di
polindes legung timur kecamatan batang-batang.
4.4 Definisi operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variable secara operasional
berdasarkan karateristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap objek atau fenomena (Hidayat
A, 2007).
N
oVariabel
Definisi
OperasionalIndikator Alat Ukur Skala kriteria
1 Pengetahuan
ibu tenang
tanda-tanda
bahaya pada
trimester3
Pengetahuan
ibu/pemahaman
ibu tentang
tanda-tanda
bahaya pada
trimester3
Pengetahuan ibu
Tentangtanda-
tanda bahaya
Pengertian
1..Macam”tanda
bahaya pada
trimester 3
2.Tanda
dan .gejala
3.pencegahan
Kuesioner Ordinal 1. Baik
(76-100%)
2. Cukup
(56-75 %)
3. Kurang
(≤56%).
Tabel 4. 4.1 Definisi Operasional Gambaran Pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tandabahaya pada trimester 3.
59
4.5Sampling desain
4.5.1 Populasi
Menurut Hidayat A (2008) populasi adalah seluruh subjek atau objek
dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini
adalah Seluruh ibu hamil trimester 1 , 2, dan 3 di legung timur kecamatan batang-
batang sebanyak 45 orang
4.5.2 Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakterstik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat A,, 2008).Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester 3 di legung timur
kecamatan batang-batang sebanyak 24 orang
1. Kriteria sampel
Kriteria sampel adalah Kriteria yang dapat dimasukkan atau layak untuk
diteliti.
Kriteria Inklusi adalah karasteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target terjangkau yang akan diteliti ( Nursalam 2008). dalam penelitian
ini adalah :
a. Responden yang bisa baca tulis
b. Responden yang bersedia untuk di teliti
c. Responden yang bertempat tinggal di legung timur
60
Kriteria Ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan sesuatu yang
memenuhi kriteria inklusi (Nursalam, 2008). dalam penelitian ini adalah :
a. Responden yang usia kehamilannya kurang dari 7 bulan.
b. Responden yang tidak hamil.
c. Responden yang masih remaja dan belum menikah.
4.5.3 Tehnik Pengambilan Sampel ( Sampling )
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi (Nursalam,2008). Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan Consecutif sampling dimana setiap subjek mempunyai kriteria
tertentu (sugiyono 2010)
4.6Instrumen Penelitian dan Tehnik Pengambilan Data
4.6.1 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data,
instrumen penelitian ini dapat berupa : kuisioner atau daftar pertanyaan, formulir,
observasi, wawancara formuliryang berkaitan dengan pencatatan data dan
sebagainya (Hidayat A,2008).Padapenelitian ini penulis menggunakan instrumen
penelitian angket yang berisi kuisioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang
tersusun dengan baik.
4.6.2 Tehnik Pengumpulan Data
1. Proses pengumpulan data
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mendapat pengantar dari
universitas wiraraja program DIII kebidanan sebagai tempat belajar. Setelah
mendapat surat pengantar untuk survei awal ke desa legung timur kecamatan
61
batang-batang, Peneliti menyiapkan informed concent sebagai salah satu langkah
untuk memberikan penjelasan maksud dan tujuan serta sekaligus bukti partisipasi
dari responden untuk penelitian ini. Selanjutnya peneliti datang langsung untuk
memberikan kuesioner pada responden untuk diisi dan selama pengisian peneliti
mengawasi serta mengingatkan responden untuk mengisi semua pertanyaan pada
kuisoner kemudian mengumpulkan data yang diperoleh dari responden di legung
timur kecamatan batang-batang Instrumen pengumpulan data.
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data yang dilaksanakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner tipe closed ended atau multiple choice yang
disebarkan pada responden. Kuesioner merupakan pengumpulan data secara
formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam,
2008).
4.7 Tempat dan Waktu Penelitian
4.7.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di desa Legung timur Kecamatan Batang-batang.
4.7.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai Februari sampai april 2014
4.8 Metode Pengolahan Data dan Analisa Data
4.8.1 Metode Pengolahan Data
Data yang terkumpul melalui Koesioner yang ditanyakan kepada
responden. Setelah terkumpul dilakukan pengolahan data dengan menggunakan
langkah sebagai berikut : (notoatmojo ,2010)
62
1. Editing
Setelah jawaban responden terkumpul, segera memeriksa kembali semua
data yang telah terkumpul, untuk mengecek kembali apakah semua skala sudah
diisi sesuai dengan petunjuk, kemudian memisahkan subyek penelitian yang tidak
sesuai dengan kriteria inklusi.dan apabila ada data atau informasi yang tidak
lengkap tidak mungkin dilakukan wawancara ulang akan tetapi kuisoner
dikeluarkan atau dropp out Coding
Coding adalah merupakan kegiaan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.memberikan kode tertentu pada
hasil penelitian sesuai dengan variabel yang ada.
2. Scoring
Untuk penilaianPengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya trimester
3.dilakukan dengan cara memberikan nilai 1 dari setiap jawaban benar dan untuk
jawaban salah diberi skor 0, pada pertanyaan yang diajukan.
3. Tabulating
Tabulasi data dilakukan dengan menghitung frekuensi dari data
pengetahuan tersebut, kemudian hasil penelitian dimasukkan ke dalam tabel
distribusi frekuensi sesuai dengan tujuan penelitian .
63
4.8.2 Tehnik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam suatu
penelitian, karena dengan analisis data dapat mempunyai arti atau makna yang
dapat berguna untuk memecahkan masalah penelitian .
Pengetahuan :
Untuk mengukur pengetahuan, alat ukur yang digunakan adalah kuisinoer
yang diberikan kepada responden, bila jawaban benar mendapat nilai 1, dan bila
jawaban yang diberikan salah mendapat nilai 0. pengolahan dan analisis data
dilakukan secara manual, dengan menggunakan rumus yaitu :
P= fn×100 %
Keterangan:
P = Persentase
f = Jumlah jawaban yang benar
n = Jumlah pertanyaan
Kemudian hasil prosentase pada Pengetahuan dengan menggunakan
kriteria kualitatif yaitu: (Nursalam,2008)
Baik (76 – 100 %).
Cukup (56 – 75 %).
Kurang (≤56%).
64
Hasil pengelolaan data dibuat dalam bentuk prosentase kemudian
diinterpretasikan dengan menggunakan skala sebagai berikut:
100 % : Seluruhnya
76-99% : Hampir seluruhnya
51-75% : Sebagian besar
50% : Setengahnya
26-49% : Hampir setengahnya
1-25% : Sebagian kecil
0% : Tidak satupun
4.9 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti melibatkan obyek manusia maka
tidak boleh bertentangan dengan etika agar hak responden dapat terlindungi.Untuk
melaksanakan penelitian ini, perlu adanya pengantar dari Direkturuniversitas
wiraraja program DIII kebidanan, kemudian di berikan ke pemilik polindes
legung timur kecamatan batang-batang untuk mendapatkan persetujuan.
Kemudian kuesioner diberikan kepada subjek yang akan diteliti dengan
menekankan masalah etik, meliputi :
4.9.1 Lembar Persetujuan Pada Responden(Informed Consent)
Informed consentmerupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuannya agar subjek
mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Informed
consentdiberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden.
65
4.9.2 Tanpa nama(Anonymity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan mencamtumkan
nama subjek pada lembar pengumpulan data atau kuesioner yang diisi oleh
subjek, lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.
4.9.3 Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya
(Hidayat, A, A 2003). Danhanya dipublikasikan dalam bentuk laporan sebagai
tugas akhir pada program studi D III Kebidanan.
66
DAFTAR PUSTAKA
Bima. 2008. www. Preeklamsia Bima’s 22. Com. Retrieved at March 24,2008.
Mochtar, Rustam. 2006. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta, EGC
Mochtar, Rustam. 2006. Sinopsis Obstetri Jilid II. Jakarta, EGC
Manuaba, I, Gde, Bagus. 2004. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan,
EGC.Jakarta
Notoatmodjo. 2005. Metode Penelitian Kebidanan & Tehnik Analisa
Data,Salemba Medika. Jakarta.
Notoatmodjo.2005. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta, EGC.
Prawirohardjo, Sarwono.2001.Ilmu Kebidanan.Jakarta, YBPSP
Prawirohardjo, S 2004. Ilmu Kebidanan. Jakarta, YBP-SP.
Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta, YBP-SP.
Prawirohardjo, S (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta, YBP-SP.
Wiknjosastro, Hanifaa. 2006. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka
SarwonoPrawirohardjo. Jakarta.
67
KUISIONER MULTIPLE CHOICE
Perdarahan
1. Apakah Perdarahan dalam kehamilan merupakan salah satu tanda bahaya kehamilan?
a) Iya ,karena perdarahan apapun pada kehamilan merupakan tanda bahayab) Tergantung penyebabnya bahaya atau tidak.c) Tidak , karena perdarahannya hanya sedikit dan tidak
bergumpal2. Apakah Perdarahan pada hamil tua dapat membahayakan keselamatan ibu dan
bayi dalam kandungan?.a) Tidak karena kehamilannya sudah cukup bulan b) Iya, jika perdarahanya banyak dan bergumpalc) Sangat berbahaya karena perdarahan tersebut bias mengancam ibu dan
bayinya
3. Apakah Ibu hamil yang mengalami perdarahan dapat memeriksakan kehamilannya pada dukun beranak terdekat.?
a) Iya karena dukun hampir sama dengan bidanb) Tidak boleh seharusnya di periksakan ke bidan/ dokterc) Boleh , asalkan tidak boleh dipijat
Preeklampsi/Eklampsi
4. Apakah Bengkak dikaki,tangan dan wajah atau sakit kepala kadang kala disertai kejang merupakan hal yang biasa dalam kehamilan.?
a) Hal ini yang tidak biasa dan sangat berbahaya pada kehamilanb) Hal yang tidak berbahaya dan sangat biasa terjadi pada kehamilanc) Hal yang sangat wajar terjadi pada kehamilan tua
5. jika ada Bengkak dan sakit kepala pada ibu hamil apakah bisa membahayakan keselamatan ibu dan bayi dalam kandungannya?
a) Bisa membahayakan karena hal itu adalah tanda pre eklampsi.b) Akan membahayakan jika ada perdarahanc) Tidak munkin berbahaya karena hal itu masih wajar
6. Jika ibu mengalami pusing disertai kaki, tangan dan wajah ibu bengkak dan terkadang disertai kejang, apakah ibu harus diperiksakan ke bidan.?
a) Iya , karena jika di biarkan keadaanya akan fatalb) Lebih baik langsung di bawa ke rumah sakitc) Di bawa ke dukun beranak saja
68
Demam tinggi
7. Apakah Demam tinggi merupakan gejala tanda bahaya kehamilan.?
a) Iya , karena demam tinggi merupakan tanda” adanya infeksib) Tidak berbahaya karena bisa di sembuhkan dengan minum obat c) Demam tinggi Sangat tidak berpengaruh pada kehamilannya
8. Apakah Demam tinggi tidak mengganggu keadaan janin yangdikandung?
a) Demam tinggi Tidak mengganggu janinnya hanya menggangggu ibunya
b) Sangat mengganggu ibu dan janin yang di kandungnyac) Tidak akan menggangu karena tidak ada kaitannya sama sekali
9. Apakah Demam tinggi dapat sembuh dengan sendirinya.?
a) Iya, karena itu adalah penyakit biasab) Tidak bisa sembuh jika tidak d obatic) Hanya perlu minum obat penurun panas.
Ketuban Pecah Dini
10. Apakah Jika ibu mengalami keluar air dari jalan lahir yang banyak tanpa disertai mulas merupakan tanda tanda akan melahirkan.?
a) Tidak, karena jika akan melahirkan ibu keluar air ketuban dan disertai rasa mulas
b)c) Tidak
11. Apakah Jika ibu mengalami pengeluaran air dari jalan lahir yang banyak yang ibu lakukan pergi ke bidan atau dokter?
a) Benar ,karena ada kemungkinan ibu akan segera melahirkan.b) Seharusnya di istirahat saja di rumah.c) SeHarusnya di bawa ke dukun beranak
12.Apakah Keluar air ketuban yang dikatakan berbahaya terjadi saat akan melahirkan?
a) Tidak berbahaya karena proses melahirkan di tandai dengan pecahnyna air ketuban
b) Berbahaya jika air ketuban keluar lebih dari 12jm tapi bayi belum lahir
c) Sangat berbahaya karena akan timbul infeksi
69
Janin dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
13. Jika Janin dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak apakah merupakan hal yang biasa dalam kehamilan.?
a) Tidak biasa karena jika terjadi seperti maka ada sesuatu yang berbahaya dalam kehamilannya.
b) Hal itu merupakan hal biasa yang terjadi dalam kehamilan trimester 3
c) Akan berbahaya jika di sertai perdarahan.
14. Apakah Ibu perlu memeriksakan kandungan ke bidan atau jika merasakan janinnya tidak bergerak.?
a) Ibu perlu membawa ke bidan agar bisa di tangani secepatnya.b) Sebaiknya Tidak usah di bawa ke bidanc) Boleh di bawa ke dukun jika tidak ada perdarahan
15. Apakah Jika janin dalam kandungan gerakannya lemah atau tidak bergerak ibu meminta pertolongan kepada dukun bayi.?
a) Seharusnya membawa ke bidan agar bisa di tangani secepetnyab) Ibu boleh membawa ke dukun jika bayinya bergerak sedikitc) Jika gerakannya sedikit di bawa ke dukun jika tidak ada gerakan
sama sekali di bawa ke bidan.
Jangan lupa kunci jawabannya di lampirkan
71
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth.Calon Responden
Di Tempat
Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa program studi DIII
Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja Sumenep :
Nama : Astri Nur Azizah
NIM : 711.6.1.0004
Bersama ini peneliti mengajukan permohonan kepada saudara atas berkenannya
menjadi responden penelitian sebagai tugas akhir Program Studi Diploma III
Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja Sumenep dengan judul
penelitian “Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya pada
trimester 3di Legung Timur Kecamatan Batang -Batang”, jawaban yang akan
diberikan dijamin kerahasiaan sepenuhnya. Oleh sebab itu, Peneliti mohon agar
ibu memberikan jawaban sesuai dengan apa yang ibu kehendaki.
Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat bebas, artinya anda bebas untuk ikut
atau tidak, tanpa sangsi apapun. Atas perhatian dan kesediaan anda peneliti
mengucapkan terima kasih.
Peneliti
Astri Nur Azizah
72
PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk turut
berpartisipasi sebagai responden pada penelitian yang dilaksanakan oleh
mahasiswa :
Nama : Astri Nur Azizah
NIM : 711.6.1.0004
Dengan judul penelitian “Gambaran Pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda
bahaya pada trimester 3 di Legung Timur Kecamatan Batang-Batang”.
Responden
_________________