Download - proposal kompetensi audit
PROPOSAL SKRIPSI
“PENGARUH KOMPETENSI AUDIT TERHADAP PENINGKATAN KINERJA
APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) DI LINGKUNGAN
PEMERINTAH KOTA MALANG MALANG”
OLEH:
MUHAMMAD YUSUF SUNARYO PUTRA
1
BAB I
LATAR BELAKANG
Pada dasarnya pihak internal maupun pihak eksternal pemerintah kabupaten
atau kota membutuhkan laporan keuangan untuk mengakomodir rangkaian
informasi keuangan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif dalam pengambilan
keputusan yang baik. Sedangkan menurut FASB, ada dua karakteristik terpenting
yang harus ada dalam laporan keuangan yakni relevan (relevance) dan dapat
diandalkan (reliable). Karena kesulitan pengukuran karakteristik tersebut
dibutuhkanlah jasa pihak lain yaitu auditor independen bisa dari internal kantor
(dalam hal ini APIP) atau bisa juga akuntan publik, yang fungsinya untuk memberi
jaminan bahwa laporan keuangan tersebut memang relevan dan dapat diandalkan.
Dibutuhkannya akuntan dimana merupakan profesi yang keprofesionalismenya
sangat diperlukan dalam melaksanakan tugas auditnya, auditor internal (dalam hal
ini APIP) harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan
dan standar pelaporan. Dimana standar umum merupakan cerminan kualitas pribadi
yang harus dimiliki oleh seorang APIP yang mengharuskan APIP untuk memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit.
Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur APIP
dalam hal pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama
melakukan audit serta mewajibkan APIP untuk menyusun suatu laporan atas
laporan keuangan yang diauditnya secara keseluruhan.
Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan
serius dan sistematis. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tataran
eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus memiliki komitmen bersama untuk
menegakkan good governance dan clean government. Beberapa hal yang terkait
2
dengan kebijakan untuk mewujudkan good governance pada sektor publik antara
lain meliputi penetapan standar etika dan perilaku aparatur pemerintah, penetapan
struktur organisasi dan proses pengorganisasian yang secara jelas mengatur
tentang peran dan tanggung jawab serta akuntabilitas organisasi kepada publik,
pengaturan sistem pengendalian organisasi yang memadai, dan pelaporan
eksternal yang disusun berdasarkan sistem akuntansi yang sesuai dengan standar
akuntansi pemerintahan.
Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good
governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena
beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di Indonesia
ternyata disebabkan oleh buruknya pengelolaan (bad governance) dan buruknya
birokrasi.
Terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya kepemerintahan
yang baik (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan.
Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak di luar eksekutif, yaitu
masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk mengawasi
kinerja pemerintahan. Pengendalian (control) adalah mekanisme yang dilakukan
oleh eksekutif untuk menjamin bahwa sistem dan kebijakan manajemen
dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
Sedangkan pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pihak yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi professional untuk
memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Salah satu unit yang melakukan audit/pemeriksaan terhadap pemerintah
daerah adalah inspektorat daerah. Inspektorat daerah mempunyai tugas
menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan tugas lain
yang diberikan kepala daerah, sehingga dalam tugasnya inspektorat sama dengan
auditor internal.
Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang
merupakan bagian dari organisasi yang diawasi (APIP). Fungsi auditor internal
adalah melaksanakan fungsi pemeriksaan internal yang merupakan suatu fungsi
3
penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi
kegiatan organisasi yang dilakukan. Selain itu, auditor internal diharapkan pula
dapat lebih memberikan sumbangan bagi perbaikan efisiensi dan efektivitas
dalam rangka peningkatan kinerja organisasi. Dengan demikian auditor internal
pemerintah daerah memegang peranan yang sangat penting dalam proses
terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah.
Peran dan fungsi Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota secara umum diatur
dalam pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri No 64 Tahun 2007. Dalam pasal
tersebut dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan
pemerintahan, Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota mempunyai fungsi sebagai
berikut: pertama, perencanaan program pengawasan; kedua, perumusan kebijakan
dan fasilitas pengawasan; dan ketiga, pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan
penilaian tugas pengawasan.
Berkaitan dengan peran dan fungsi tersebut, Inspektorat Kota Malang
sebagaimana yang diatur mempunyai tugas pokok membantu Kepala Daerah dalam
menyelenggarakan Pemerintah Daerah di bidang pengawasan. Tugas pokok
tersebut adalah untuk: pertama, merumuskan kebijaksanaan teknis di bidang
pengawasan; kedua, menyusun rencana dan program di bidang pengawasan;
ketiga, melaksanakan pengendalian teknis operasional pengawasan; dan keempat,
melaksanakan koordinasi pengawasan dan tindak lanjut hasil pengawasan.
Struktur organisasi Inspektorat Kota terdiri dari Inspektur, Sekretariat,
Inspektur Pembantu Wilayah (Irban), dan kelompok jabatan fungsional. Namun
demikian, saat ini struktur kelompok jabatan fungsional belum sepenuhnya terisi
karena masih kurangnya jumlah pegawai yang kompeten pada Inspektorat Kota
Malang. Dengan demikian, audit yang dilaksanakan oleh aparat Inspektorat Kota
Malang saat ini masih menjadi sorotan, karena masih banyaknya temuan audit yang
tidak terdeteksi oleh aparat inspektorat sebagai auditor internal, akan tetapi
ditemukan oleh auditor eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
4
Audit pemerintahan merupakan salah satu elemen penting dalam penegakan
good government. Namun demikian, praktiknya sering jauh dari yang
diharapkan. Dijelaskan bahwa terdapat beberapa kelemahan dalam audit
pemerintahan di Indonesia, di antaranya tidak tersedianya indikator kinerja yang
memadai sebagai dasar pengukur kinerja pemerintahan baik pemerintah pusat
maupun daerah dan hal tersebut umum dialami oleh organisasi publik karena output
yang dihasilkan yang berupa pelayanan publik tidak mudah diukur. Dengan kata lain,
ukuran kualitas audit masih menjadi perdebatan.
Kompetensi audit yang dimiliki APIP berfungsi untuk menemukan dan
melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi Pemerintah Kota Malang Malang.
Probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis
APIP dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi
APIP. Dengan kata lain, kompetensi dan independensi dapat mempengaruhi kualitas
audit.
Selain keahlian audit, seorang APIP juga harus memiliki independensi dalam
melakukan audit agar dapat memberikan pendapat atau kesimpulan yang apa
adanya tanpa ada pengaruh dari pihak yang berkepentingan (BPKP, 1998).
Pernyataan standar umum kedua SPKN adalah: “Dalam semua hal yang berkaitan
dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas
dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi
yang dapat mempengaruhi independensinya”.
Dengan pernyataan standar umum kedua ini, organisasi pemeriksa dan para
pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya
sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi
dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak
memihak oleh pihak manapun. Kompetensi merupakan standar yang harus dipenuhi
oleh seorang APIP untuk dapat melakukan audit dengan baik.
Namun, belum tentu APIP yang memiliki kompetensi akan memiliki
komitmen untuk melakukan audit dengan baik. Hanya dengan adanya motivasi
5
maka seseorang akan mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan
dan memenuhi standar yang ada. Dengan kata lain, motivasi akan mendorong
seseorang, termasuk APIP, untuk berprestasi, komitmen terhadap kelompok serta
memiliki inisiatif dan optimisme yang tinggi. Hal-hal diataslah yang melatarbelakangi
pelaksanakan penelitian dengan judul: “PENGARUH KOMPETENSI AUDIT
TERHADAP PENINGKATAN KINERJA APARAT PENGAWASAN INTERN
PEMERINTAH (APIP) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG
MALANG”
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hal-hal yang mendasari
Adapun kesimpulan terdahulu oleh Muhammad Taufiq (2010) menyebutkan:
1. Kompetensi, independensi, dan motivasi secara simultan berpengaruh terhadap
kualitas audit yang dilaksanakan oleh aparat Inspektorat.
2. Kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit, sehingga semakin
baik tingkat kompetensi, maka akan semakin baik kualitas audit yang
dilakukannya.
3. Independensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit,
sehingga independensi yang dimiliki aparat inspektorat tidak menjamin apakah
yang bersangkutan akan melakukan audit secara berkualistas.
4. Motivasi berpengaruh positif terhadap kualitas audit, sehingga semakin baik
tingkat motivasi, maka akan semakin baik kualitas audit yang dilakukannya.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh kesimpulan penelitian yaitu,
kompetensi audit berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kinerja APIP.
Sedangkan Independensi APIP tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit. Namun secara keseluruhan Kompetensi audit dan Independensi APIP
berpengaruh terhadap kualitas hasil kinerja APIP.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Kompetensi Audit
Arens (2008) mengemukakan bahwa:“Auditing is accumulation and evaluation of
evidence about information to determine andreport on the degree of correspondence
between the information and established criteria. Auditing should be done by a
7
competent, independent person”. Sedangkan menurut Mulyadi (2002) adalah suatu
proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan
tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-
hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Audit merupakan suatu proses
untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan
para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan
pengesahan terhadap laporan keuangan. Para penggguna laporan keuangan
terutama para pemegang saham (dalam hal ini Pemerintah Kota Malang Malang)
akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh APIP
mengenai pengesahan laporan keuangan Pemerintah Kota Malang. Hal ini berarti
APIP mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan
Pemerintah Kota Malang. Oleh karena itu, kompetensi audit merupakan hal penting
yang harus dipertahankan oleh para APIP dalam proses pengauditan.
Dari pengertian tentang kualitas audit di atas bahwa APIP dituntut oleh pihak yang
berkepentingan dengan Pemerintah Kota Malang untuk memberikan pendapat
tentang kewajaran pelaporan keuangan yang disajikan sehingga dapat menjalankan
kewajibannya ada tiga komponen yang harus dimiliki APIP yaitu kompetensi
(keahlian), independensi, dan due professional care. Tetapi dalam menjalankan
fungsinya, APIP sering mengalami konflik kepentingan dengan SKPD Pemerintah
Kota Malang ataupun pihak-pihak terkait dengan Pemerintah Kota Malang tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, maka APIP memiliki posisi yang strategis baik di mata
pemakai laporan keuangan dalam hal ini Pemerintah Kota Malang. Selain itu
pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan yang besar terhadap hasil
pekerjaan APIP dalam mengaudit laporan keuangan. Kepercayaan yang besar dari
pemakai laporan keungan auditan dan jasa yang diberikan APIP mengharuskan
APIP memperhatikan kualitas audit yang dilakukannya. Untuk dapat memenuhi
kualitas audit yang baik maka APIP dalam menjalankan profesinya sebagai
pemeriksa internal harus berpedoman pada kode etik akuntan, standar profesi dan
standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. Setiap audit harus
8
mempertahankan integritas dan objektivitas dalam melaksanakan tugasnya dengan
bertindak jujur, tegas, tanpa pretensi sehingga dia dapat bertindak adil, tanpa
dipengaruhi atau permintaan pihak tertentu untuk memenuhi kepentingan
pribadinya.
Seorang APIP dalam menjalankan tugasnya harus memegang prinsip-prinsip profesi
diantaranya:
1. Tanggung jawab profesi.
Setiap APIP harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya.
2. Kepentingan publik.
Setiap APIP berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.
3. Integritas.
Setiap APIP harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan intregitas
setinggi mungkin.
4. Objektivitas.
Setiap APIP harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional.
Setiap APIP harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati, kompetensi
dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan
dan ketrampilan profesional.
6. Kerahasiaan.
9
Setiap APIP harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan audit dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut
tanpa persetujuan.
7. Perilaku Profesional.
Setiap APIP harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar Teknis.
Setiap APIP harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan.
Selain itu APIP juga harus berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Standar Akuntansi Publik (SAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), dalam hal ini adalah standar auditing.
2.2.2 Standar Auditing
Standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia mengharuskan APIP
menyatakan apakah, menurut pendapatnya, laporan keuangan disajikan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan jika ada,
menunjukkan adanya ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya (IAI).
Arens (2008) menyatakan bahwa standar auditing merupakan pedoman umum
untuk membantu APIP memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam audit atas
laporan keuangan historis. Standar ini mencakup pertimbangan mengenai kualitas
professional seperti kompetensi dan independensi, persyaratan pelaporan, dan
bukti.
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
adalah sebagai berikut (IAI) :
10
2.2.2.1 Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai APIP.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh APIP.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, APIP wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2.2.2.2 Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
2.2.2.3 Standar Pelaporan
1. Laporan APIP harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan APIP harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansidalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan APIP.
4. Laporan APIP harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian
tidak dapat diberikan.
11
2.2.3 Kompetensi
Pernyataan standar umum pertama dalam SPKN adalah: “Pemeriksa secara kolektif
harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas
pemeriksaan”. Dengan Pernyataan Standar Pemeriksaan ini semua organisasi
pemeriksa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan
dilaksanakan oleh para pemeriksa yang secara kolektif memiliki pengetahuan,
keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut.
Oleh karena itu, organisasi pemeriksa harus memiliki prosedur rekrutmen,
pengangkatan, pengembangan berkelanjutan, dan evaluasi atas pemeriksa untuk
membantu organisasi pemeriksa dalam mempertahankan pemeriksa yang memiliki
kompetensi yang memadai.
Trotter (1986) dalam Saifuddin (2004) mendefinisikan bahwa seorang yang
berkompeten adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan
dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat
kesalahan. Lee dan Stone (1995), mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian
yang cukup yang secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara
objektif. Adapun Bedard (1986) mengartikan keahlian atau kompetensi sebagai
seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang luas yang
ditunjukkan dalam pengalaman audit.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi APIP adalah
pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan APIP untuk dapat
melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. Dalam standar audit
disebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh orang yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis cukup sebagai APIP. Dengan demikian, APIP belum memenuhi
persyaratan jika ia tidak memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai dalam
bidang audit. Dalam audit pemerintahan, APIP dituntut untuk memiliki dan
meningkatkan kemampuan atau keahlian bukan hanya dalam metode dan teknik
audit, akan tetapi segala hal yang menyangkut pemerintahan seperti organisasi,
fungsi, program, dan kegiatan pemerintah.
12
Kompetensi yang diperlukan dalam proses audit tidak hanya berupa penguasaan
terhadap standar akuntansi dan auditing, namun juga penguasaan terhadap objek
audit. Selain dua hal di atas, ada tidaknya program atau proses peningkatan
keahlian dapat dijadikan indikator untuk mengukur tingkat kompetensi APIP.
2.2.4 Motivasi
Motivasi sebagai keinginan di dalam seseorang yang mendorong untuk bertindak.
Sedangkan atau bisa juga diartikan sebagai proses atau faktor yang mendorong
seseorang untuk bertindak atau berperilaku dengan cara tertentu yang prosesnya
mencakup: pengenalan dan penilaian kebutuhan yang belum dipuaskan, penentuan
tujuan yang akan memuaskan kebutuhan, dan penentuan tindakan yang diperlukan
untuk memuaskan kebutuhan.
Dari berbagai jenis teori motivasi, teori yang sekarang banyak dianut adalah teori
kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan manusia pada hakikatnya adalah
untuk memenuhi kebutuhannya. Ahli yang mencoba merumuskan kebutuhan
manusia, di antaranya adalah Abraham Maslow. Maslow telah menyusun “tingkatan
kebutuhan manusia”, bahwa:
1. Manusia adalah “ binatang yang berkeinginan”;
2. Segera setelah salah satu kebutuhannya terpenuhi, kebutuhan lainnya akan
muncul;
3. Kebutuhan-kebutuhan manusia nampak diorganisir ke dalam kebutuhan yang
bertingkat- tingkat;
4. Segera setelah kebutuhan itu terpenuhi, maka mereka tidak mempunyai
pengaruh yang dominan, dan kebutuhan lain yang lebih meningkat mulai
mendominasi.
Maslow merumuskan lima jenjang kebutuhan manusia, diantaranya:
1. Kebutuhan mempertahankan hidup (Physiological Needs). Manifestasi kebutuhan
ini tampak pada tiga hal yaitu sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan ini
merupakan kebutuhan primer untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan biologis.
13
2. Kebutuhan rasa aman (Safety Needs). Manifestasi kebutuhan ini antara lain
adalah kebutuhan akan keamanan jiwa, di mana manusia berada, kebutuhan
keamanan harta, perlakuan yang adil, pensiun, dan jaminan hari tua.
3. Kebutuhan social (Social Needs). Manifestasi kebutuhan ini antara lain
tampak pada kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain (sense of
belonging), kebutuhan untuk maju dan tidak gagal (sense of achievement),
kekuatan ikut serta (sense of participation).
4. Kebutuhan akan penghargaan/prestise (esteem needs), semakin tinggi status,
semakin tinggi pula prestisenya. Prestise dan status ini dimanifestasikan dalam
banyak hal, misalnya mobil mercy, kamar kerja yang full AC, dan lain-lain.
5. Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja (self actualization), kebutuhan ini
bermanifestasi pada keinginan mengembangkan kapasitas mental dan kerja
melalui seminar, konferensi, pendidikan akademis, dan lain-lain.
Sehubungan dengan audit pemerintah, terdapat penelitian mandiri mengenai
pengaruh rewards instrumentalities dan environmental risk factors terhadap motivasi
partner APIP untuk melaksanakan audit pemerintah. Penghargaan (rewards) yang
diterima APIP pada saat melakukan audit pemerintah dikelompokkan ke dalam dua
bagian penghargaan, yaitu penghargaan intrinsik (kenikmatan pribadi dan
kesempatan membantu orang lain) dan penghargaan ekstrinsik (peningkatan karir
dan status). Sedangkan faktor risiko lingkungan environmental risk factors terdiri dari
iklim politik dan perubahan kewenangan.
2.3 Hubungan Antar Variabel
2.3.1 Hubungan Variabel Kompetensi Terhadap Kinerja APIP
Kualitas audit merupakan kemungkinan APIP menemukan serta melaporkan
pelanggaran pada sistem akuntansi pemerintah daerah dengan berpedoman pada
standar akuntansi dan standar audit yang telah ditetapkan.
Kompetensi Audit adalah kemampuan APIP untuk mengaplikasikan pengetahuan
dan pengalaman yang dimilikinya dalam melakukan audit sehingga APIP dapat
melakukan audit dengan teliti, cermat, intuitif, dan obyektif. Oleh karena itu, dapat
14
dipahami bahwa audit harus dilaksanakan oleh orang yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis cukup sebagai APIP. APIP dituntut untuk memiliki dan
meningkatkan kemampuan atau keahlian bukan hanya dalam metode dan teknik
audit, akan tetapi segala hal yang menyangkut pemerintahan seperti organisasi,
fungsi, program, dan kegiatan pemerintah.
2.3.2 Hubungan Variabel Kompetensi Audit Terhadap Kinerja APIP Yang
Dimediasi Oleh Variabel Motivasi
Sebagaimana dikatakan oleh Goleman (2001), hanya motivasi yang akan membuat
seseorang mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan
memenuhi standar yang ada. Jika kompetensi audit yang cukup telah dimiliki oleh
APIP, harus dijadikan sebagai dorongan atau motivasi dalam memenuhi kualitas
audit. Dengan kata lain, motivasi akan mendorong seseorang, termasuk APIP yang
memiliki ilmu audit yang kompeten, untuk berprestasi, komitmen terhadap kelompok
serta memiliki inisiatif, dan optimisme yang tinggi, akan meningkatkan kinerja secara
pasti. Respon atau tindak lanjut yang tidak tepat terhadap laporan audit dan
rekomendasi yang dihasilkan akan dapat menurunkan motivasi aparat untuk
menjaga kualitas audit. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa kompetensi
audit berpengaruh positif signifikan terhadap peningkatan kinerja audit APIP
yang di mediasi oleh motivasi.
BAB III
15
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu kegiatan yang menggunakan metode yang
sistematis untuk memperoleh data yang meliputi pengumpulan data, pengolahan
data, dan analisis data.
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Inspektorat Pemerintah Kota Malang Malang. Pemilihan
Kota Malang sebagai lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa masih
diperlukannya upaya peningkatan kualitas audit Inspektorat Pemerintah Kota Malang
Malang sehingga dapat berguna untuk membangun Kota Malang yang kebetulan
merupakan kota kelahiran penulis.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi
Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau
orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang
peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Ferdinand,
2006). Adapaun Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparat Inspektorat
Kota Malang yang ikut dalam tugas pemeriksaan. Alasan pemilihan inspektorat Kota
Malang sebagai lokasi penelitian adalah karena kualitas audit yang dilaksanakan
oleh aparat Inspektorat Kota Malang saat ini masih menjadi sorotan masyarakat.
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut ( Sugiyono, 2002 ). Karena jumlah populasi kurang dari 100
responden, maka metode pemilihan sampel yang digunakan adalah metode
sensus, yaitu penyebaran kuesioner dilakukan pada semua populasi.
16
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data kualitatif, yaitu data
yang diperoleh dari Inspektorat dalam bentuk informasi yang bukan dalam bentuk
angka-angka. Data kualitatif ini seperti sejarah berdirinya dan struktur organisasi.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya. Data
primer secara khusus dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data
primer biasanya diperoleh dari survei lapangan yang menggunakan semua metode
pengumpulan data ordinal (Sugiyono, 2002). Dalam penelitian ini digunakan
kuisioner (angket).
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan secara tidak langsung dari
sumbernya. Data sekunder biasanya telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul
data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Sugiyono, 2002). Data
penelitian ini data sekunder yang diperoleh dari jurnal, skripsi, dan buku-buku
referensi.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Terdapat dua cara untuk mengumpulkan data yang akan diperlukan untuk
melakukan analisis dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang
17
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk
dijawab. Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data primer yang
digunakan dalam penelitian ini.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data yang diberikan oleh Pemerintah Kota Malang
Malang, seperti struktur organisasi dengan cara dokumentasi.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert
adalah skala yang berisi 5 tingkat preferensi jawaban dengan pilihan sebagai berikut
:
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Kurang setuju
4 = Setuju
5 = Sangat setuju
3.5 Metode Analisis
Dalam suatu penelitian, jenis data dan hipotesis sangat menentukan dalam
ketepatan pemilihan metode analisis. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini
maka digunakan beberapa metode analisis data sebagai berikut :
3.5.1 Uji Instrumen
Instrumen penelitian merupakan media dalam pengumpulan data.
Kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban responden konsisten saat diajukan
pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda. Untuk menguji kualitas data yang
18
diperoleh dari penerapan instrumen, maka diperlukan uji validitas, dan uji
reliabilitas dengan penjelasan sebagai berikut:
3.5.2 Uji Validitas
Uji validitas adalah untuk mengetahui sah tidaknya instrumen kuisioner yang
digunakan dalam pengumpulan data. Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui
apakah item-item yang tersaji dalam kuesioner benar-benar mampu
mengungkapkan dengan pasti apa yang akan diteliti (Ghozali, 2006).
Sebagaimana dikutip oleh Sugiyono (2008), Masrun menjelaskan bahwa dalam
memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, item yang mempunyai korelasi
positif dengan skor total menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas
yang tinggi. Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi Pearson Moment antara
masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk. Suatu butir pertanyaan
dikatakan valid jika nilai korelasi item butir dengan skor total signifikan pada tingkat
signifikansi 0,01 dan 0,02.
3.5.3 Uji Reliabilitas
Suatu kuesioner dikatakan handal atau reliabel jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji Reliabilitas
dimaksudkan untuk menguji konsistensi kuesioner dalam mengukur suatu
konstruk yang sama atau stabilitas kuesioner jika digunakan dari waktu ke waktu.
Uji reliabilitas dilakukan dengan metode internal consistency.
Kriteria yang digunakan dalam uji ini adalah One Shot, artinya satu kali pengukuran
saja dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lainnya atau dengan
kata lain mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Statistical Product and
Service Solution (SPSS) memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji
statistik Cronbach Alpha (α). Jika nilai koefisien alpha lebih besar dari 0,60 maka
disimpulkan bahwa intrumen penelitian tersebut handal atau reliable.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A. Wahidin., Sriyunianti, F., Septriani, Y. 2011. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Pemeriksa terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan dalam Pengawasan Keuangan Daerah. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, (Online) Vol. 6, Hal. 63-73, (http://ojs.polinpdg.ac.id/index, diakses 6 Juli 2015.
Aji, B. Bayu. 2010. Analisis Dampak dari Locus of Control pada Tekanan Kerja, Kepuasan Kerja, dan Kinerja Auditor Internal. Skripsi Undip, (Online), (http://eprints.undip.ac.id/22947, diakses 5 Juli 2015).
Ayuningtyas, Harvita Y. dan Pamudji, S. 2012. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit. Diponegoro JournaL of Accounting, (Online), Vol.2, No. 1, (http://eprints.undip.ac.id/36161, diakses 20 Juni 2015)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar.
Ikhsan, Arfan dan Ishak, Muhammad. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba Empat.
Irawati, ST. Nur. 2011. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Makassar. Skripsi Unhas. Makassar: Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.
Kharismatuti, Norma. 2012. Pengaruh Kompetensi dan Independensi TerhadapKualitas Audit dengan Etka Auditor sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Undip, (Online), (http://eprints.undip.ac.id/35828, diakses 20 Mei 2015).
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal. 2004. Standar Profesi Audit Internal. Jakarta: YPIA
Mangkunegara, A. Prabu. 2000. Kinerja. Wikipedia Bahasa Indonesia (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Kinerja, diakses 24 Mei 2015).
Mulyadi. (1998). Auditing Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat.
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis: untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Online), (http://kamusbahasaindonesia.org/pengalaman, diakses 27 Mei 2015)
20
Robbins Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi Edisi Kesepuluh. Jakarta: PT Indeks.
Sekaran, Uma, dan B. Roger. 2009. Research Methods for Business: a skill building approach.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
PerMenPAN Nomor: PER/220/M.PAN/7/2008 Tahun 2008
Albrecht, W.Steve, Fraud Examination,Thomson South‐Western,2002
Arens, Alvin A. dan James K. Loebbecke. 2007. Auditing: Integrated Approach. New Jersey: Prentice Hall.
Association of Certified Fraud Examiners. 2007. Fraud Examiners Manual, The Association of Certified Fraud Examiners, Inc.
Bologna, Jack. 1993, Handbook of Corporate Fraud.Boston; Butterworth‐Heinemann.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.2003. Kumpulan Modus Operandi Kasus yang Berindikasi Merugikan Keuangan Negara. Jakarta: Deputi Bidang Investigasi
O’Gara, John D. 2004. Corporate Fraud: Case Studies in Detection and Prevention. New Jersey: John Wiley & Sons Inc.
21