Download - Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
1/27
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
2/27
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
3/27
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
4/27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Permasalahan permukiman kumuh di Indonesia kini telah bermetamorfosis
menjadi sebuah masalah utama yang harus diprioritaskan penanganannya. Hal ini
dikarenakan banyaknya permasalahan-permasalahan baru yang bermunculan dari
keberadaan permukiman kumuh tersebut. Pasalnya fakta yang terjadi di lapangan
bahwa permukiman kumuh tersebut didominasi oleh masyarakat dengan ekonomi
rendah yang selanjutnya menyebabkan banyak terjadinya penyimpangan sosial dan
ekonomi di daerah tersebut. Hal tersebut diperparah oleh minimnya fasilitas sarana
dan prasarana lingkungan di daerah permukiman kumuh tersebut yang kemudian
menimbulkan kehidupan masyarakat dengan gaya hidup yang tidak sehat. Pada
akhirnya lingkungan tersebut bercampur antara masyarakat dengan gaya hidup yang
tidak sehat dan penyimpangan sosial yang terjadi ditengah masyarakat tersebut. Hal
tersebut sebenarnya dapat dibenahi melalui hal-hal kecil terlebih dahulu yang
kemudian menjadi budaya sehingga menimbulkan dampak positif yang besar untukpermukiman kumuh tersebut.
Pemerintah tentunya tidak hanya tinggal diam mengenai permasalah
permukiman kumuh di Indonesia yang menurut data identifikasi Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mencapai 38.431 ha permukiman kumuh
yang terdapat pada 4.108 kawasan di seluruh Indonesia. Telah banyak program yang
dilakukan pemerintah melalui berbagai instansi pemerintah. Salah satunya adalah
program 100-0-100 yang saat ini sedang menjadi fokus pemerintah melalui
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 100 berartikan Indonesia
100% bebas akses air minum pada tahun 2019, 0 berartikan 0% permukiman kumuh
pada tahun 2019, dan 100 yang terakhir berartikan Indonesia 100% bebas akses
sanitasi pada tahun 2019. Ketiga rangkaian program tersebut kemudian dijadikanacuan bagi Indonesia agar tercipta perencanaan dan pembangunan yang terarahkan.
Dalam melaksanakan program tersebut tentunya pemerintah membutuhkan pelibatan
peran aktif masyarakat dan peran multisektor. Proposal ini merupakan salah satu
peran dan upaya masyarakat dalam menangani permukiman kumuh yang tentunya
akan berkaitan erat dalam menyukseskan program 100-0-100 pemerintah. Hal
tersebut saling berkaitan karena ketika kita berbicara 0%permukiman kumuh, maka
akses sanitasi dan air bersih menjadi satu dalam perencanaannya untuk menciptakan
lingkungan dan permukiman yang yang berkelanjutan.
1.2. Rumusan Masalah
Sesuai peta rencana tata ruang Kota Semarang tahun 2011-2031, KelurahanTanjung Mas ditetapkan sebagai kawasan transportasi. Penetapan tersebut sesuai
dengan letak geografis Tanjung Mas yang berbatasan dengan Laut Jawa. Namun jika
melihat fakta di lapangan, kawasan Tanjung Mas kini telah menjadi kawasan
permukiman kumuh dengan kepadatan penduduk dan bangunan yang sangat tinggi.
Fungsi kawasan transportasi yang telah ditetapkan pemerintah kini sudah beralih
fungsi menjadi kawasan permukiman dan pusat perekonomian masyarakat sekitar.
Munculnya tata guna lahan baru yaitu industri dan tambak menjadi salah satu faktor
yang mendukung terciptanya permukiman tersebut. Hal tersebut terjadi karena potensi
wilayah Tanjung Mas itu sendiri yang berdekatan dengan laut. Sayangnya, potensi
dan meningkatnya aktivitas masyarakat yang menimbulkan kepadatan penduduk
tersebut tidak diiringi dengan sarana dan prasarana yang memadai di kelurahanTanjung Mas. Akibatnya banyak warga yang membangun bangunan liar tanpa
1
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
5/27
memperhatikan perizinan yang ditetapkan pemerintah, mulai dari ketentuan
keteraturan bangunan, kepadatan bangunan, hingga kelayakan bangunan. Kemudian
hal tersebut disusul dengan minimnya penyediaan infrastruktur pendukung seperti
sarana persampahan dan jaringan jalan. Minimnya infrastruktur yang tersedia juga
diperparah oleh budaya buruk masyarakat dalam hal penggunaan, pengelolaan dan
pemeliharaan sarana permukiman di Kelurahan Tanjung Mas. Salah satu faktor yangmenyebabkan budaya buruk tersebut adalah karena minim bahkan nyaris tidak
adanya sarana persampahan yang terdapat di daerah Tanjung Mas yang selanjutnya
menimbulkan perilaku tidak sehat di tengah-tengah masyarakat. Sampah rumah
tangga yang seharusnya dibuang dan dikelola dengan benar tidak dilakukan oleh
warga sekitar. Mereka membuang sampah rumah tangga tersebut pada tiap sela
antar rumah dan bukan pada tempat yang seharusnya. Hal-hal kecil diataslah yang
kemudian menjadi masalah utama yang menjadikan daerah Tanjung Mas menjadi
kawasan permukiman kumuh. Sehingga perlu ada prioritas penanganan untuk
membenahi masalah-masalah kecil diatas yang kemudian menjadi masalah utama
agar menghasilkan dampak positif yang besar dan membawa pengaruh positif bagi
aktivitas warga di dearah permukiman kumuh Tanjung Mas.
1.3. Tujuan dan Sasaran
1.3.1. Tujuan
Pemberian arahan penanganan permukiman kumuh Kelurahan Tanjung Mas
berdasarkan aspek kebutuhan masyarakat sekitar yang diprioritaskan penangannya
melalui inovasi pengelolaan sampah berbasis edukasi masyarakat.
1.3.2. Sasaran
1. Identifikasi potensi dan masalah kawasan permukiman kumuh Kelurahan
Tanjung Mas
2. Identifikasi kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendukung permukiman
lainnya di Kelurahan Tanjung Mas3. Analisis kondisi eksisting sarana persampahan Kelurahan Tanjung Mas
4. Analisis perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga
5. Arahan kebijakan pemberdayaan masyarakat sebagai aktorutama dalam
proses perencanaan, pengelolaan dan pemeliharaan sarana persampahan
berbasis edukasi masyarakat.
1.4. Ruang Lingkup
1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian
Tanjung Mas merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan
Semarang Utara Kota Semarang. Kelurahan ini terletak di 6o
5 7o
10LS dan 109o
35110050 BT. Kelurahan dengan luas 323.782 ha ini memiliki jumlah penduduk 30.649
jiwa . Di Kelurahan Tanjung Mas terdapat pelabuhan Tanjung Mas yang merupakan
salah satu akses transportasi di Kota Semarang.
2
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
6/27
Adapun batas-batas administratif Kelurahan Tanjung Mas adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kecamatan Semarang Timur
Sebelah Timur : Kelurahan Bandarharjo
Sebelah Barat : Kecamatan Genuk
1.4.2. Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi pada penelitian kali ini adalah identifikasi dan analisis
penyelesaian permasalahan permukiman kumuh Kelurahan Tanjung Mas
berdasarkan aspek kebutuhan masyarakat di sekitas sana dalam segi sarana dan
prasarana penunjang kualitas permukimah kumuh yang diprioritaskan
penanganannya. Analisis ini merupakan alat yang bertujuan untuk memberikan
arahan prioritas penanganan permukiman kumuh Kelurahan Tanjung Mas
berdasarkan aspek-aspek kualitas dan kuantitas penyediaan sarana dan prasarana
permukiman di wilayah eksisting.
Sumber : BAPPEDA Kota Semarang
Peta 1.1Peta Administratif Kelurahan Tanjug Mas
3
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
7/27
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1. Tata Guna Lahan
Tata Guna lahan yang terdapat di Kelurahan Tanjung Emas, adalah sebagai berikut :2.1.1. Industri
Tata guna lahan untuk industri ini adalah tata guna lahan yang
penggunaannya paling luas di Kelurahan Tanjung Emas yaitu 297,14 ha
2.1.2. Permukiman
Kondisi permukiman Kelurahan Tanjung Emas tidak teratur, padat dan jauh
dari kata layak. Sehingga hal tersebut menimbulkan image kumuh yang melekat
pada Kelurahan Tanjung mas. Luas Permukiman di Tanjung Emas yaitu 81,32 ha
2.1.3. Pergudangan
Adapun fungsi kawasan pergudangan yang terdapat di kelurahan Tanjung
Emas yaitu sebagai tempat penyimpanan dan gudang barang hasil proses transportasi
di pelabuhan Tanjung Mas. Luas penggunaan lahan untuk pergudangan yaitu 38,04ha.
2.1.4. Perkantoran
Perkantoran yang ada di Kelurahan Tanjung Emas ialah sebagai sarana
pendukung kegiatan ekonomi dan pelayanan masyarakat. Luas lahan untuk
perkantoran yaitu 2,33 ha
2.1.5 Terminal
Terminal yang berada di
Kelurahan Tanjung Emas berfungsi
sebagai penghubung antara Kota
Semarang dengan daerah lain di Pulau
Jawa yang dimana penetapannyasesuai dengan RTRW Kota Semarang.
Sumber : Dokumentasi Kelompok
Gambar 1.2Kondisi Permukiman Kelurahan Tanjung Mas
Sumber : Analisis Kelompok
Peta 2.2Peta Tata Guna Lahan
4
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
8/27
2.2. Sarana Persampahan
Sebagai kelurahan yang berada di kota besar, Tanjung Mas tentu memiliki
permasalahan yang sama dengan kelurahan lain. Salah satunya ialah masalah
persampahan. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut kelurahan tentu dituntut
untuk menyediakan sarana persampahan yang memadai untuk warganya. Namun,
jika ditinjau pada kondisi lapangan, Kelurahan tanjung Mas belum memiliki saranapersampahan yang memadai. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya sampah yang
menumpuk bukan pada tempatnya. Di kelurahan Tanjung Mas juga banyak ditemukan
tempat-tempat yang tidak seharusnya digunakan untuk penampungan sampah namun
digunakan sebagai tempat pembuangan sampah oleh warga sekitar. Selain lahan
kosong, warga juga menggunakan celah-celah antar bangunan untuk dijadikan tempat
pembuangan sampah. Hal ini tentu saja sangat mengganggu kenyamanan warga dan
berpotensi menimbulkan wabah penyakit.
Menumpuknya sampah bukan
pada tempatnya dikarenakan masih belum
adanya TPS yang dapat dijangkau
masyarakat. .Kondisi tersebut tentusangat meprihatinkan, mengingat sarana
persampahan merupakan salah satu
sarana vital bagi kehidupan warga
kelurahan. Jumlah sampah yang
terkumpul di kelurahan tanjung Mas setiap
harinya sekitar 12,3 ton/harinya, jumlah ini
terkumpul dari 30,649 orang penduduk
kelurahan tanjung Mas.
2.3. Kondisi BangunanKondisi bangunan merupakan salah satu
indikator penentu suatu wilayah dikatakan sebagai
pemukiman yang baik atau tidak. Kondisi bangunan
di Kelurahan tanjung Mas terbilang tidak teratur dan
cenderung tidak tertata dengan baik. Hal ini
menunjukan bahwa kurangya perencanaan
pembangunan dari segi bangunan di kawasan
tersebut. Dari segi kepadatannya, bangunan di
kelurahan tanjung Mas terbilang sangat padat dan
penuh, hal ini dikarenakan terbatasnya lahan yang
dapat dibangun di sana.Kondisi bangunan di Kelurahan Tanjung Mas
juga cenderung kecil dan lokasinya berdekatan satu
sama lainnya. Hal tersebut tentu saja menjadikan
Kelurahan Tanjung Mas terlihat kumuh karena
bangunannya yang tidak tertata dengan baik.
Sumber : Dokumentasi Kelompok
Gambar 2.2Kondisi Persampahan Permukiman
Sumber : Dokumentasi Kelompok
Gambar 3.2
Kondisi Bangunan Permukiman
5
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
9/27
2.4. Jaringan Jalan
Jaringan jalan merupakan salah satu unsur terpenting bagi suatu wilayah,
karena jaringan jalan merupakan penyokong utama kegiatan warga sehari-hari.
Jaringan jalan juga merupakan salah satu penunjang bagi perkembangan suatu
daerah. Jaringan jalan yang baik tentu akan menunjukan kualitas yang baik dari suatu
daerah. Jalan lingkungan yang baik tentu sangat dibutuhkan agar memudahkanmobilitas masyarakat dalam kegiatan sehari-hari. Kondisi aksebilitas atau jalan
lingkungan di Kelurahan tanjung Mas masih sangat buruk, hal tersebut dikarenakan
belum tersedianya jalan lingkungan yang layak. Terutama di kawasan padat
penduduk, banyak sekali jalan-jalan lingkungan yang sempit dan kondisinya rusak.
Jalan lingkungan yang rusak dan tidak layak ini sangat menyulitkan masyarakat dalam
beraktifitas. Selain itu, jalan lingkungan yang rusak dan sempit juga tentu menjadi
salah satu faktor yang menyebabkan imagekumuh melekat pada kelurahan Tanjung
mas.
Kondisi yang sangat memprihatinkan ini tentu saja harus segera diatasi agar
masyarakat Tanjung Mas bisa memiliki akses jalan yang nyaman sehingga dapat
memudahkan kegiatan mereka sehari-hari. Dengan tingkat kepadatan yang tinggiyaitu sekitar 9,459 jiwa per kilometer, kalurahan Tanjung Mas tentu seharusnya
memiliki akses jalan yang layak dan mampu mewadahi seluruih warganya.
6
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
10/27
BAB III
ANALISIS
3.1. Analisis Korelatif Tata Guna Lahan
Sesuai dengan peta rencana tata ruang Kota Semarang, daerah Tanjung Masmerupakan daerah peruntukkan transportasi. Namun banyak hal yang perlu dianalisis
mengapa kawasan di sekitar Kelurahan Tanjung Mas kini telah berubah menjadi
kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan yang tinggi dan kumuh, Salah satu
alat analisis yang dipakai adalah analisis korelatif antara Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Semarang yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan tata guna lahan
eksisting dan potensi daerah di Kelurahan Tanjung Mas. Sehingga nantinya akan
diketahui penyebab munculnya permukiman-permukiman kumuh dan masalah-
masalah baru yang ditimbulkan.
Penetapan peruntukan kawasan Tanjung Mas sebagai kawasan transportasi
pada hakikatnya sudah sesuai jika dilihat dari letak Tanjung Mas itu sendiri yang
berada di utara Semarang dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Namunkarena letak Tanjung Mas yang berbatasan dengan laut tersebutlah menyebabkan
munculnya perekonomian baru yang disusul dengan bertambahnya kegiatan aktivitas
manusia yang tentunya akan mempengaruhi kondisi fisik lingkungannya. Dilihat dari
peta tata guna lahan eksisting, dapat dilihat bahwa banyak terdapat industri,
perdagangan dan jasa yang bermunculan di wilayah tanjung mas. Mata pencaharian
yang paling mendominasi di Kelurahan Tanjung Mas berdasarkan data Badan Pusat
Statistik Semarang Utara dalam Angka adalah buruh dan nelayan. Sehingga tak salah
jika salah satu kegiatan yang paling mendominasi adalah kegiatan para nelayan yang
pada akhirnya memberikan dampak munculnya tambak. Begitu juga dengan
keberadaan industri yang menyebabkan banyak penduduk di Kelurahan Tanjung Mas
berbondong-bondong menjadi buruh industri. Keberadaan industri, tambak dan profesinelayan ini tentunya akan diiringi dengan meningkatnya populasi penduduk yang
bertempat tiggal di daerah Tanjung Mas. Akibatnya tingkat kepadatan, keteraturan,
dan kelayakan bangunan menjadi tidak terkontrol.
Sumber : Analisis Kelompok
Peta 3.2Peta Analisis Korelatif RTRW Kota Semarang dan Tata Guna Lahan Eksisting
7
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
11/27
Pemerintah tentunya tidak salah dalam melakukan penetapan kawasan
Tanjung Mas yang tidak diperuntukkan untuk kawasan permukiman. Karena dalam
melakukan penetapan suatu kebijakan, pemerintah pasti sudah memperhitungkan
segala aspek yang menyangkut hal tersebut agar tidak memberikan dampak negatif
nantinya. Aspek geologi contohnya, aspek geologi tentunya sangat berpengaruh
dalam penetapan suatu kawasan. Karena ketika melakukan suatu pembangunandiperlukan informasi tentang aspek geologi seperti tanah, batuan, dan hidrologi yang
terdapat di kawasan tersebut agar tidak menimbulkan dampak-dampak yang
berbahaya nantinya.
3.2. Analisis Deskriptif Sarana dan Prasarana
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa meningkatnya tingkat
populasi dan kepadatan bangunan dan penduduk di Kelurahan Tanjung Mas yang
tidak diiringi dengan penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung
menimbulkan banyak permasalahan dan membuat Kelurahan Tanjung Mas mejadi
kawasan permukiman kumuh. Sarana dan prasarana yang diidentifikasi untuk
kebutuhan analisis di Kelurahan Tanjung Mas hanya 3 yang digunakan, yaitu sarana
persampahan, kondisi fisik bangunan, dan jaringan jalan. Hal ini didasarkan pada hasilpenelitian dan survey dengan melihat kondisi sarana dan prasarana yang ada. Analisis
deskriptif ini digunakan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas dari sarana dan
prasarana yang ada di permukiman kumuh Kelurahan Tanjung Mas dan sebagai
bahan analisis untuk mengetahui kebutuhan prioritas warga di kawasan permukiman
kumuh Kelurahan Tanjung Mas.
3.2.1. Analisis Deskriptif Sarana dan Prasarana Persampahan
Sarana persampahan bagi sebuah permukiman merupakan salah satusarana yang sangat berpengaruh dalam penentuan kualitas lingkungan. Tidakhanya kualitas dari sarana persampahan itu sendiri, tetapi juga kuantitas daripersebaran TPS-TPS di wilayah tertentu. Analisis ini menggunakan analisisdeskriptif dari wilayah Tanjung Mas itu sendiri dan analisis perbandingan daripenyediaan sarana persampahan di dua kelurahan yang kedua lokasinya tidakterlalu jauh. Yaitu Kelurahan Karangayu dengan Kelurahan Tanjung Mas yangselanjutnya dijadikan bahan analisis perbandingan.
Tidak
terlayani
Tidak tersedia sarana
persampahan
Sumber : Analisis Kelompok
Peta 4.3
Peta analisis TPS dan sarana persampahan
8
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
12/27
Sesuai dengan kondisi eksisting sarana persampahan yang terdapat
pada peta analisis TPS, terlihat bahwa di Kelurahan Tanjung Mas pada RT 1-
6 tidak terdapat sarana persampahan seperti TPS dan jaringan pengangkut
persampahan di daerah tersebut. Hal tersebut dibenarkan oleh RT, RW dan
Ketua KSM setempat yang telah diwawancara sebelumnya mengenai tidak
adanya sarana persampahan di lingkungannya. Hal tersebut membuat sungai-sungai dan sela-sela tiap rumah sekitar menjadi tempat atau sarana
pembuangan sampah mereka. Sedangkan untuk TPS yang tersedia hanya
terdapat di dua tempat di Kelurahan Tanjung Mas bersama jaringan
pengangkutnya. Namun melihat kondisinya di lapangan, hal tersebut kurang
layak untuk disebut sebagai sebuah sarana persampahan. Hal tersebut
dikarenakan pada TPS tersebut tidak ada pengelolalaan dan pengelola yang
menjaga dan mengawasi selayaknya sebuah sarana. sarana tersebut
dibiarkan begitu saja dan hanya ada pemulung yang peduli pada sampah -
sampah tersebut. sarana
tersebut lebih cocok disebut
sebuah lahan kosong arealpembuangan sampah warga
secara sembarang. Kemudian
jika dilihat dari lokasi TPS
tersebut, penetapan lokasi
tersebut jauh dari kata sesuai
dan strategis. Dapat dilihat pada
peta analisis bahwa jaringan
pengangkut hanya menjangkau
lokasi-lokasi dengan kondisi
jalan dan jaringan jalan yang memadai. Sementara mayoritas kondisi jalan di
wilayah tersebut merupakan jalan lingkungan dengan kondisi yang rusak.Sehingga bagi warga-warga yang tidak tersentuh sarana persampahan, lahan
atau tempat yang mereka jadikan sarana persampahan adalah lingkungan
mereka sendiri.
pAnalisis selanjutnya yang dilakukan adalah analisis perbandingan
mengenai sarana TPS dan jaringan pengangkutannya. Pada peta analisis
perbandingan dapat dilihat bahwa di Kelurahan Karangayu terdapat sarana
TPS dan jaringan pengangkut yang memadai. Hal tersebut menyebabkan
kondisi lingkungan di Kelurahan tersebut jauh lebih layak dari Kelurahan
Tanjung Mas. Yang dimana letak kedua kelurahan tersebut hanya terpisah
oleh beberapa kelurahan saja namun memiliki kondisi yang berbeda.
Sumber : Dokumentasi Kelompok
Gambar 4.3Gambar Kondisi Eksisting Sarana TPS
Sumber : Analisis Kelompok
Peta 5.3Peta Analisis Perbandingan
9
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
13/27
Alhasil timbul pemikiran mengenai keseriusan pemerintah dalam
menangani kondisi lingkungan permukiman kumuh seperti contoh kasus di
atas. Pemerintah pada umumnya bersama para stakeholder lainnya sudah
banyak melakukan program-program yang bermisikan perbaikan lingkungan.
Namun berdasarkan riwayat pembinaan dan program yang dilakukan
pemerintah selama ini di kelurahan Tanjung Mas, belum ada program ataupembinaan yang membahas mengenai perbaikan sarana persampahan.
Pemerintah lebih fokus pada relokasi warga ke rusun yang berada tidak jauh
dari sana dan program peninggian bangunan dan jalan.
3.2.2. Analisis Deskriptif Kondisi Fisik Bangunan
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum sebenarnya sudah
mengeluarkan kebijakan tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung yang berisikan syarat dan materi teknis pendirian bangunan.
Persyaratan tata bangunan dan lingkungan yang diatur menurut Peraturan
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum Nomor 29 Tahun 2006
antara lain peruntukkan lokasi dan intensitas bangunan gedung, arsitekturbangunan gedung, pengendalian dampak lingkungan, rencana tata bangunan
dan lingkungan (RTBL), dan pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau
di bawah tanah, air dan/atau prasarana/sarana umum. Jika dibaca lebih detail
mengenai persyaratan tersebut secara satu persatu sebenarnya sudah banyak
kriteria atau persyaratan dari tata bangunan di Kelurahan Tanjung Mas yang
tidak memenuhi persyaratan. Salah satunya adalah peruntukkan lokasi yang
merujuk pada pedoman RTRW Kota Semarang yang telah dijelaskan pada
analisis tata guna lahan sebelumnya bahwa adanya ketidaksesuaian antara
penetapan kawasan sesuai RTRW dengan tata guna lahan eksisting di
Kelurahan Tanjung Mas.
Seperti terlihat padapeta kondisi eksisting di
bawah ini, yakni terdapat
salah satu kriteria
permukiman kumuh yaitu
mengenai keteraturan
bangunan, kepadatan
bangunan hingga kelayakan
bangunan yang tidak
diperhatikan oleh warga
sekitar. Perizinan mengenai
pendirian bangunan puntidak diindahkan oleh para
warga disekitar sana.
Kebijakan Pemerintah dalam
RTRW pada dasarnya sudah tepat dalam memperuntukan kawasan Tanjung
Mas bukan untuk kawasan permukiman, karena aspek geologi di wilayah
eksisting menyebutkan bahwa sangat dekatnya lokasi permukiman tersebut
dengan laut mengakibatkan banyak rumah yang mengalami amblesan karena
penurunan muka tanah dan bahaya abrasi pantai yang dapat dilihat pada
gambar kondisi eksisting bangunan Kelurahan Tanjung Mas. Para warga di
Sumber : Analisis Kelompok
Peta 6.3
Peta Kondisi Eksisting Bangunan
10
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
14/27
sekitar pantai tersebut pun harus
sering meninggikan rumah mereka
tersebut jika tidak mau rumah
mereka hilang akibat amblesan
yang terjadi. Menurut hasil penelitian
tim geologi lingkungan UNDIPmenyebutkan bahwa penurunan
permukaan tanah yang terus
menerus ini menyebabkan warga
melakukan penimpunan untuk
mempertinggi permukaan tanah
yang turun tersebut. Penurunan
permukaan tanah ini disebabkan karena pengambilan air tanah yang berlebih
sehingga porositas dari aquifer menjadi turun. Hal ini menyebabkan peresapan
air menjadi berkurang dan air berkumpul di permukaan. Selain itu juga karena
seringnya angkutan barang yang melintas dan melebihi muatan, sehingga
jalan tertekan ke dalam permukaan tanah.
3.2.3. Analisis Deskriptif Jaringan Jalan
Sebagai salah satu kriteria dan indikator dalam penentuan suatu
kualitas permukiman, kualitas dan kuantitas jaringan jalan tentunya sangat
berpengaruh dalam menciptakan suatu permukiman menjadi kumuh atau
tidak. Indikator yang dilihat adalah jangkauan jaringan jalan dan kualitas
jaringan jalan itu sendiri. Setelah melakukan survey dan identifikasi di
Kelurahan Tanjung Mas, dapat dianalisis kondisi jaringan jalan tersebut
apakah kondisi tersebut memberikan dampak terhadap kualitas lingkungannya
atau tidak. Dapat dilihat pada gambar
kondisi eksisting jaringan jalan,terlihat bahwa mayoritas jalan yang
terdapat di Kelurahan Tanjung Mas di
beberapa gang rumah kondisinya
sangat sempit dan jauh dari kata
layak. Hal tersebut juga terjadi di
beberapa gang yang sama. Dapat
dilihat pada peta analisis jaringan
jalan, di sejumlah gang yang
berdekatan terdapat jaringan jalan
yang sama sempitnya. Jalan yang sempit dan jauh dari kata layak dari standar
lebar jalan ini terjadi karena banyaknya bangunan yang didirikan tanpa melihatlahan yang diapakai untuk dibangun tersebut. Lahan yang dipakai mayoritas
merupakan jalan umum yang seharusnya digunakan untuk aksesbilitas warga
melakukan kegiatan sehari-hari. Kondisi dari jalan tersebut pun belum diaspal
dan hanya sekedar jalan lingkungan yang terkesan apa adanya.
Ironisnya, ada fenomena yang terlihat sangat kontras perbedaannya di
salah satu gang di RW 16 Kelurahan Tanjung Mas. Gang tersebut memiliki
kondisi jalan yang bagus (dibeton) dan susunan bangunan yang berdiri pun
tidak memakan jalan lingkungannya. Padahal lokasi RW atau gang tersebut
berada diantara RW dan gang-gang lain yang kondisinya sama-sama
memprihatinkan. Hal tersebut terjadi karena di gang tersebut pernah diadakan
kegiatan kerja sama antara para stakeholder bersama program CSR yangtelah dilaksanakan pihak swasta dan juga peran para mahasiswa dalam
Sumber : Dokumentasi Kelompok
Gambar 5.3
Gambar Kondisi Rumah yang Ambles
Sumber : Dokumentasi Kelompok
Gambar 6.3
Gambar Kondisi Jaringan Jalan
11
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
15/27
rangka meningkatkan kualitas permukiman
berupa perbaikan jalan dan bangunan.
Sayangnya, tidak semua RW dan gang-
gang yang ada di Kelurahan Tanjung Mas
yang tersentuh oleh CSR atau instansi
terkait dalam rangka perbaikan lingkungan.Keberadaan fenomena ini seharusnya
dapat menjadi tamparan bagi Pemerintah
maupun para stakeholder lainnya agar
terus berlomba-lomba dalam perbaikan
dan penanganan permukiman kumuh.
Sumber : Dokumentasi Kelompok
Gambar 7.3
Gambar Kondisi Lingkungan RW 16
12
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
16/27
BAB IV
INOVASI
4.1. PembahasanSetelah melakukan analisis didapat dua masalah utama yang menjadikan
kawasan permukiman Kelurahan Tanjung Mas menjadi kawasan permukiman kumuh.
Kedua masalah tersebut adalah masalah pengelolaan persampahan yaitu minimnya
jaringan persampahan dan TPS yang tersedia dan kondisi bangunan di kawasan
permukiman dengan tingkat kepadatan tinggi yang diiringi dengan ketidakteraturan
dan ketidaklayakan bangunan. Pada masalah kepadatan bangunan, hasil dari analisis
yang telah dilakukan berdasarkan aspek geologi menyebutkan bahwa cara
penyelesaian permasalahan tersebut hanyalah relokasi bangunan yang sukar untuk
dilakukan. Karena jika dilakukan relokasi, maka Pemerintah harus merelokasi pula
lahan mata pencaharian para warga tersebut yaitu laut. Sehingga prioritas penangan
permukiman kumuh di Kelurahan Tanjung Mas berdasarkan aspek kebutuhanmasyarakat dalam segi sarana dan prasarana permukiman yang dapat direncanakan
dan dilakukan adalah dengan penyediaan, pengelolaan, dan pemeliharaan sarana
persampahan berbasis edukasi masyarakat melalui peran multi sektor.
4.1.1. Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
a. Pemberdayaan Persampahan Masyarakat (PPM)
Sesuai hasil analisis di permukiman kumuh Kelurahan Tanjung Mas,
disebutkan bahwa masalah minim dan buruknya sistem penyediaan dan
pengelolaan persampahan yang nyaris tidak ada merupakan masalah utama yang
harus diprioritaskan penangannya. PPM yaitu Pemberdayaan Persampahan
Masyarakat merupakan salah satu inovasi yang dihadirkan untuk menyelesaikan
masalah persampahan tersebut yang saat ini difokuskan pada wilayah penelitianyaitu kawasan permukiman kumuh Kelurahan Tanjung Mas.
PPM memberikan ide mengenai program pemberdayaan masyarakat dalam
melakukan pengelolaan persampahan di wilayah permukiman Kelurahan Tanjung
Mas. Pengelolaan persampahan yang dimaksud yaitu mulai dari pengumpulan,
pemilahan, pengolahan (Reuse dan Recycle), pengangkutan hingga pembuangan
sampah yang dimana perencanaan, pembangunan, dan operasionalnya dikelola
oleh masyarakat itu sendiri. Sehingga hal tersebut menjadi sebuah sistem dan
jaringan yang saling berkesinambungan. Tetapi pemerintah dan para stakeholder
lainnya tetap menjadi ketua dari penyelenggaraan program ini. Hal tersebut
dikarenakan masyarakat hanya menjadi eksekutor dan pengelola yang dimana
biaya dan penyediaan dari kebutuhan sarana persampahannya tetap berada di
tangan pemerintah bersama para stakeholder lainnya.
Program PPM merupakan program yang terinspirasi dari beberapa program
pemerintahan mengenai pemberdayaan masyarakat dalam aspek perbaikan
lingkungan seperti Sanimas dan STBM. Salah satu contohnya adalah Sanimas
yang telah diterapkan di Pengelolaan IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah)
komunal Lenteng Agung. Di lokasi sanimas tersebut terdapat pemberdayaan
masyarakat sebagai aktor utama dalam pengelolaan air limbah di wilayah
permukimannya. Tetapi pada program tersebut sarana yang dikelola masih
sebatas sarana pengelolaan air limbah dan belum menyentuh sarana
persampahan. Sedangkan STBM yaitu Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
dengan 5 indikator yang salah satunya adalah Pengelolaan Sampah Masyarakat
hanya mengatur tentang pengelolaan sampah rumah tangga dalam lingkup rumah
13
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
17/27
tangga itu sendiri dan belum mengatur tentang pengelolaan sampah rumah tangga
pada lingkup susunan perumahan yang kemudian disebut permukiman.
Adapun alur dari program PPM ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini yang
dimana Pemerintah tetap menjadi bagian teratas sebagai pihak penyedia dan
masyarakat menjadi eksekutor dan pengelola. Hal-hal yang perlu diperhatikan
berdasarkan hasil survey mengenai program Sanimas di IPAL Komunal LentengAgung dalam melakukan program pemberdayaan peran masyarakat adalah
masalah kelembagaan, struktur kepengurusan dan dana operasional. Ketiga
komponen tersebut merupakan komponen utama yang harus dibuat terstruktur
dengan metode mufakat dari hasil musyawarah bersama sehingga program PPM
tersebut dapat menjadi program yang berkelanjutan.
b. Program SKS (Siswa Kelola Sampah)
Program SKS merupakan program pengelolaan sampah kering yang dapat
diolah dan digunakan kembali berbasis edukasi yang melibatkan peran aktif siswa
SD yang berada di Kelurahan Tanjung Mas.Inovasi ini adalah inovasi pendukung
dari inovasi utama dari program PPM dalam rangka menurunkan angka sampah
yang tidak terkelola di lapangan. Inovasi ini merupakan inovasi penyempurnaan
dari program yang hampir sama yang pernah tim kelompok ajukan kepada pihak
PU mengenai sedekah sampah. Inovasi ini tercipta dari hasil analisis yang
menyatakan bahwa masalah persampahan merupakan masalah utama mengenai
lingkungan yang ada di Kelurahan Tanjung Mas yang kemudian dikorelasikan
dengan potensi Kelurahan Tanjung Mas yang dimana salah satu potensinyaadalah banyaknya siswa SD yang bersekolah di sekitar sana akibat meningkatnya
Pemerintah & Stakeholder
Penyediaan Lahan TPS dan
Sarana Persampahan
Masyarakat
Pemberdayaan Peran Masyarakat
Pengumpulan Pemilahan Pengolahan Pengangkutan
Pembuangan
Mahasiswa dan Instansi Terkait
Penyuluhan Program PPM
Penyuluhan program 3R
Penyuluhan tentang penggunaan
sampah rumah tangga
PemeliharaanPenggunaanan
Sumber : Analisis Kelompok
Gambar 8.4Alur Program PPM
14
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
18/27
populasi penduduk yang jika dibandingkan dengan kelurahan lain di Kecamatan
Semarang Utara, Tanjung Mas memiliki siswa SD terbanyak sebesar 2.977 siswa.
Tujuan utama dari SKS ini adalah mengurangi pembuangan secara langsung
sampah kering yang dapat diolah dan menyadarkan masyarakat pada tiap rumah
tangga akan pentingnya pilah dan pilih sampah dan 3R (Reuse, Reduce, dan
Recycle) sampah melalui edukasi yang dilakukan para anaknya yang bersekolahdasar. Tujuan yang pertama yaitu mengurangi pembuangan secara langsung
sampah kering yang dapat diolah, hal ini dilakukan dengan cara melibatkan peran
aktif siswa SD dan kerja sama dengan pihak sekolah di SD-SD yang berada di
Tanjung Mas. Untuk memahami prosedur kerja sama tersebut, maka kita harus
mengerti bagaimana pelibatan peran siswa SD tersebut. Berikut alur dari pelibatan
peran siswa SD tersebut.
Dari alur di atas, dapat dilhat bahwa pelibatan peran siswa dimulai dari
pemilahan sampah di rumah hingga pengolahan sampah di sekolah. Sedangkan
kerja sama dengan pihak sekolah yang dimaksudkan sebelumnya adalah kerja
sama dalam pengumpulan sampah yang bisa dijual, penentuan waktu pengolahan
sampah di satu minggu, peran guru sebagai pembina dalam pengelolaan sampah
(seperti pembuatan kerajinan tangan) dan proses penjualan atau pemanfaatan
kembali hasil pengolahan tersebut untuk kebutuhan sekolah itu kembali seperti
sarana dan prasarana sekolah dan sebagainya. Hal selanjutnya yang perlu
diketahui adalah proyeksi presentase sampah kering yang berkurang dari
kegiatan SKS yang dapat dilihat tabel perhitungan proyeksi penurunan jumlah
sampah kering.
Para siswa
melakukan
pemilihan sampah
kering di tiap
rumah
Sampah kering yang
dihasilkan tersebut
dibawa dan disetor
ke pihak sekolah
Kegiatan tersebut
dilakukan setiap hari dan
dikumpulkan di sekolah
untuk diakumulasikanper minggu
Kegiatan pengolahan
(Reuse dan Recycle)
sampah pada setiap
minggu di Sekolah
Hasil dari pengolahan
(selama satu bulan) dapat
dijual dan dimanfaatkan
kembali untuk kebutuhan
Sekolah
Sumber : Analisis KelompokGambar 9.4
Alur Program SKS
15
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
19/27
Tabel 1.IVTabel Proyeksi Penurunan Jumlah Sampah Kering
DATA JUMLAH
Jumlah penduduk KelurahanTanjung Mas
30.649 Jiwa
Sampah total yang dihasilkan 369 ton/bulanSampah kering yang dihasilkan 103,32 ton/bulanJumlah siswa SD di KelurahanTanjung Mas
2.977 siswa
Jumlah sampah kering yangterkumpul dan terolah olehpara siswa
4,465ton/bulan
Presentase berkurangnyasampah kering
4,3%
Keterangan : 0,4kg/orang/hari (Dirjen Cipta Karya, 2012)
Sampah kering 28% (Kertas 13%, metal 5,8%, plastik 6,4%, kaca
2,8%) Asumsi minimal sampah kering yang dikumpul 1,5kg/siswa/bulan
Sumber : Dari berbagai sumber
Presentase berkurangnya sampah kering sebanyak 4,3% tersebut masih
sebatas pada lingkup kelurahan. Namun jika program ini dapat diterapkan di
semua SD yang ada di Indonesia maka akan banyak sampah kering yang
terproyeksikan pengurangannya. Tentunya dengan kerja sama multisektor yaitu
antara Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan Dinas Pendidikan
agar tercipta program SKS yang berkelanjutan.
Tujuan lain yang diharapkan dari penerapan program SKS ini adalah
meningkatnya tingkat kesdaran masyarakat pada tiap rumah tangga akan
pentingnya pilah dan pilih sampah dan 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle)sampah melalui edukasi secara tidak langsung yang telah dilakukan para anaknya
yang melaksanakan program SKS. Sehingga pengelolaan sampah pada tiap
rumah tangga nantinya menjadi lebih tertata dan baik. Dimulai dari lingkup terkecil
yang kemudian akan memberikan efek yang besar dan berpengaruh dalam
perbaikan kualitas persampahan permukiman Kelurahan tanjung Mas.
Kesimpulan
Pada akhirnya, segala program yang telah pemerintah keluarkan dalam hal
penanganan permukiman kumuh di Indonesia kembali lagi pada masyarakat yang
menghuni permukimannya tersebut. Aktifitas dan gaya hidup mereka lah yang
menjadi faktor utama yang menentukan kualitas permukiman wilayahnya.
Program 100-0-100 yang dikeluarkan pemerintah tentunya tidak semata-mata
menjadi sebuah harapah, hal tersebut merupakan sebuah cita-cita dan target
perencanaan yang harus bisa dilakukan oleh Indonesia. Peran masyarakat,
swasta dan mahasiswa tentunya akan akan selalu mendukung program tersebut
agar tercipta arti kemerdekaan sesungguhnya di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
16
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
20/27
LAMPIRAN
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
21/27
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
22/27
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
23/27
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
24/27
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
25/27
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
26/27
-
7/24/2019 Proposal Inovasi Penanganan Permukiman Kumuh
27/27