Download - Proposal Cara Merawat BBL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Strategi pembangunan nasional adalah pembangunan berwawasan
kesehatan untuk mencapai Indonesia Sehat 2010. Strategi ini harus diikuti
dengan pembangunan sumber daya manusia berkualitas, yang bercirikan
manusia sehat, cerdas, produktif, dan mandiri. Upaya ini harus dimulai
sedini mungkin yaitu sejak manusia itu masih berada dalam kandungan, bayi
dan semasa balita.
Setiap tahun diperkirakan delapan juta bayi lahir meninggal pada
bulan pertama setelah kelahiran dan sekitar 80 persen kematian neonatal ini
terjadi pada minggu pertama. Sebagian besar dari kematian ini terjadi di
negara berkembang, termasuk Indonesia. Angka kematian bayi di Indonesia
menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007 sebesar 26,9 per 1000
kelahiran hidup. Tingginya kematian bayi pada usia hingga satu tahun
menunjukkan masih rendahnya status kesehatan ibu dan bayi baru lahir,
rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya
pada masa persalinan dan segera sesudahnya, serta perilaku ibu hamil dan
keluarga serta masyarakat yang bersifat negatif bagi perkembangan
kehamilan sehat, persalinan yang aman dan perkembangan dini anak.
Perawatan bayi baru lahir yang baik dan benar merupakan salah
usaha untuk mendukung upaya penurunan kematian bayi. Perawatan bayi
baru lahir merupakan bagian perawatan maternal. Bayi baru lahir akan
menjadi orang yang berdiri sendiri yang membutuhkan perhatian,
perawatan dan pengawasan yang baik (Manuaba, 2002). Perawatan bayi
baru lahir berkembang sejalan dengan pengetahuan bahwa bayi adalah
lemah dan tidak berdaya, membutuhkan panas tubuh ekstra, dan merupakan
periode hidup yang berbahaya sehingga harus mendapatkan perlindungan,
pengaturan lingkungan dibawah pengawasan yang konstan (Hamilton,
2000).
Infeksi pada talipusat atau tetanus neonatorum merupakan salah satu
contoh dari perawatan bayi baru lahir yang kurang baik. Di negara-negara
berkembang seperti Indonesia, tetanus neonatorum menyebabkan kematian
bayi yang cukup tinggi karena pemotongan tali pusat masih banyak
menggunakan alat-alat tradisional. Masuknya kuman tetanus Clostridum
tetani sebagian besar melalui tali pusat. Masa inkubasinya sekitar 3 – 10
hari dan semakin pendek masa inkubasinya maka penyakit akan semakin
fatal. Tetanus neonatorum menyebabkan kerusakan pada pusat motorik,
jaringan otak, pusat pernafasan dan jantung (Manuaba, 2002).
Sebagian besar ibu yang mempunyai bayi merasa takut dan malas
untuk merawat tali pusat yang tampak tidak menarik apalagi bila bayi baru
berumur beberapa hari dan tali pusat masih basah. Selain itu dalam
budaya masyarakat kita masih banyak ditemui mitos-mitos tentang
perawatan talipusat bayi yang beresiko terhadap terjadinya infeksi pada
talipusat. Salah satunya adalah anjuran untuk menempelkan uang logam
diatas pusat bayi setelah talipusatnya puput, tujuannya adalah agar pusat
bayi tidak menonjol (bodong). Kemudian masih banyak masyarakat kita
yang melakukan hal yang dapat mengakibatkan talipusat terinfeksi,
contohnya talipusat bayi yang dibubuhkan dengan kopi dan air jeruk yang
muda agar talipusat cepat mengkerut dan kering.
Tindakan pencegahan aseptik yang baik hendaknya perlu
diperhatikan pada perawatan dini tali pusat. Yang paling penting dalam
perawatan tali pusat adalah hygiene perawatan yang baik, terutama
mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi. Suatu cara
pencegahan lain yang merupakan prosedur rutin adalah mengoleskan
ujung tali pusat dan kulit abdomen disekitarnya dengan antiseptik dalam
hal ini povidone iodine. Dengan cara ini maka populasi bakteri pada
daerah tempat masuknya infeksi pada bayi sangat menurun terutama
kuman patogennya (Yu dan Monintja, 1997).
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
baik individu, kelompok, masyarakat dikelompokan menjadi 4 yaitu
lingkungan (environment), perilaku (behavior), pelayanan kesehatan
(health services), dan keturunan (hereditas) (Blum, 1974 dalam
Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan dan motivasi adalah salah satu unsur
perilaku manusia dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan.
Pengetahuan dapat dikatakan sebagai pengalaman yang mengarah pada
kecerdasan serta akan meningkatkan minat dan perhatian. Pengetahuan
merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indera yang
dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan
informasi dan keterampilan (Hidayat, 2003). Semakin tinggi tingkat
pengetahuan individu tentang masalah kesehatan akan sangat membantu
dalam penanganan/pencegahan terjadinya masalah kesehatan tersebut
(Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan uraian tersebut, maka menarik dilakukan penelitian mengenai
hubungan motivasi dan tingkat pengetahuan terhadap perawatan bayi baru
lahir dengan perawatan talipusat oleh ibu di wilayah kerja Puskesmas Gadang
Hanyar Banjarmasin Tahun 2010.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut : “Apakah ada hubungan motivasi dan pengetahuan
tentang perawatan bayi baru lahir dengan perawatan talipusat oleh ibu di
wilayah kerja Puskesmas Gadang Hanyar Banjarmasin Tahun 2010 ?”.
C. Tujuan Penelitan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan motivasi dan pengetahuan tentang
perawatan bayi baru lahir dengan perawatan talipusat oleh ibu di wilayah
kerja Puskesmas Gadang Hanyar Banjarmasin Tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi motivasi ibu tentang perawatan bayi baru
lahir di wilayah kerja Puskesmas Gadang Hanyar Banjarmasin
b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang perawatan bayi baru
lahir di wilayah kerja Puskesmas Gadang Hanyar Banjarmasin
c. Mengidentifikasi perawatan talipusat bayi baru lahir oleh ibu di
wilayah kerja Puskesmas Gadang Hanyar Banjarmasin
d. Menganalisis hubungan motivasi tentang perawatan bayi baru lahir
dengan perawatan talipusat oleh ibu di wilayah kerja Puskesmas
Gadang Hanyar Banjarmasin.
e. Menganalisis hubungan pengetahuan tentang perawatan bayi baru lahir
dengan perawatan talipusat oleh ibu di wilayah kerja Puskesmas
Gadang Hanyar Banjarmasin.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Bagi Ibu
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
perawatan bayi baru lahir khususnya perawatan bayi baru lahir.
2. Bagi Ilmu dan Profesi Kebidanan
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap
pengembangan ilmu kebidanan serta merupakan informasi yang berharga
bagi profesi bidan dalam memberikan asuhan dan pendidikan kesehatan
tentang perawatan bayi baru lahir khususnya perawatan tali pusat bayi
baru lahir
3. Bagi Puskesmas
Penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi terhadap
pelayanan yang telah diberikan khususnya dalam memberikan asuhan dan
dan pendidikan kesehatan tentang perawatan bayi baru lahir khususnya
perawatan tali pusat bayi baru lahir
4. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan serta dapat
dijadikan referensi bagi mahasiswa lain yang ingin melakukan penelitian
lanjutan.
5. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan sebagai sarana dalam mengembangkan
dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama pendidikan
dengan kenyataan yang ada di lapangan dan pengalaman yang sangat
berguna dalam memberikan asuhan kebidanan kepada ibu serta untuk
menambah wawasan dalam pembuatan karya tulis ilmiah.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori
2.1.1. Relaksasi Napas Dalam
Relaksasi adalah teknik yang dilakukan untuk merangsang nyeri
pada thalamus yang dihantarkan ke cortex cerebri. Teknik relaksasi
merupakan teknik yang bersifat modulasi psikologis nyeri. Teknik
relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa
keuntungan, antara lain (7) :
a. Menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan nyeri atau stres
b. Menurunkan nyeri otot
c. Menolong individu untuk melupakan rasa nyeri
d. Meningkatkan periode istirahat dan tidur
e. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain dan
f. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat
nyeri
Relaksasi napas dalam merupakan salah satu teknik
nonfarmakologi yang dapat meningkatkan kenyamanan ibu saat bersalin
dan mempunyai pengaruh pada koping yang efektif terhadap pengalaman
persalinan. Relaksasi napas dalam selama proses persalinan bertujuan
untuk mempertahankan komponen sistem saraf simpatis dalam keadaan
homeostasis sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah, mengurangi
kecemasan dan ketakutan agar ibu dapat beradaptasi dengan nyeri selama
jalannya proses persalinan (4).
Menurut Priharjo, R (8), ada empat komponen utama dari tehnik
relaksasi yaitu :
a. Lingkungan yang tenang, menghindarkan sebanyak mungkin
kebisingan dan gangguan –gangguan.
b. Posisi yang nyaman
c. Sikap yang dapat diubah, mengosongkan semua pikiran-pikiran dari
alam sadar.
d. Keadaan mental yang baik, memusatkan perhatian pada suara, kata-
kata, ungkapan, imaginasi, objek atau pola napas untuk merubah
pikiran-pikiran secara internal menjadi pikiran yang lebih dapat
diterima).
Stewart (1976) menganjurkan beberapa teknik relaksasi napas
dalam untuk mengatasi nyeri yaitu sebagai berikut (8) :
a. Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru.
b. Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi
kendor dan rasakan betapa nyaman hal tersebut.
c. Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu.
d. Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan-
lahan, pada saat ini biarkan telapak kaki relaks.
e. Ulangi langkah tersebut dan konsentrasikan fikiran pada lengan, perut,
punggung dan kelompok otot-otot lain
f. Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan.
Bila nyeri menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan
cepat.
Sementara Penny, S (9) menganjurkan agar saat persalinan, tenaga
kesehatan mampu mengajarkan dua pola napas yaitu lambat dan dangkal
untuk mengurangi nyeri persalinan. Pola napas lambat hendaknya dimulai
pada persalinan ketika wanita tidak dapat berjalan atau berbicara saat
kontraksi tanpa menahan napas selama puncak kontraksi. Ajarkan ibu
untuk menghembuskan napas secara total, perlahan dan dapat didengar
selama kontraksi. Sedangkan pola napas dangkal dijadikan cadangan
untuk suatu saat dalam persalinan aktif. Ajarkan untuk bernapas lebih
dangkal dan lebih cepat, tetapi tetap dalam kecepatan yang ibu merasa
nyaman sepanjang kontraksi. Petugas dapat mengatur napas ibu dengan
gerakan tangan atau kepala yang berima, dan bicara menenangkannya dan
sesuai dengan irama napas.
Berdasarkan teori-teori tersebut, maka disusunlah langkah-langkah
pelaksanaan relaksasi napas dalam selama jalannya proses persalinan
sebagai berikut (7) :
1. Hal-hal yang perlu dilakukan saat relaksasi napas dalam
a. Pasien dalam keadaan tenang
b. Tenangkan pikiran
c. Lingkungan yang tenang
2. Persiapan pasien
a. Beritahu klien tentang prosedur yang akan dilakukan
b. Beri posisi yang nyaman
c. Beri tahu klien untuk menenangkan perasaannya
3. Penatalaksanaan
a. Beritahu klien tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan
b. Ciptakan lingkungan yang tenang
c. Usahakan klien tetap rileks dan tenang
d. Anjurkan klien menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan
udara melalui hitungan 1 - 3
e. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil
membiarkan tubuh menjadi kendor
f. Anjurkan bernafas beberapa kali dengan irama normal
g. Klien menarik nafas lagi dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan
h. Membiarkan telapak tangan dan kaki kendor
i. Usahakan agar klien tetap konsentrasi
j. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
k. Anjurkan pada klien untuk mengulangi prosedur hingga nyeri
terasa berkurang
l. Rapikan klien kembali
1.2.2. Nyeri Persalinan
The International Associat ion for the Study of Pain (IASP) tahun
1979 memberikan batasan tentang nyeri adalah sebagai suatu pengalaman
perasaan dan emosi yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan
kerusakan sebenarnya ataupun yang potensial dari pada jaringan (2).
Nyeri sebagai keadaan penderitaan seseorang yang menderita nyeri
atau kehilangan, suatau keadaan distres berat yang mengancam keutuhan
seseorang (4). Nyeri merupakan tanda penting terhadap adanya gangguan
fisiologi. Nyeri secara umum dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang rasa
tidak nyaman, baik ringan maupun berat (8).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial.
Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan
beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat
mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu
penyakit manapun (10).
Dari definisi-definisi tersebut maka dapat ditarik beberapa
pengertian antara lain :
a. Nyeri adalah perasaan inderawi yang tidak menyenangkan,
artinya unsur utama yang harus ada untuk disebut nyeri, adalah rasa
tidak menyenangkan. Tanpa unsur itu, tak dapat dikategorikan sebagai
nyeri, walaupun sebaliknya, tidak semua yang tidak menyenangkan
dapat disebut sebagai nyeri.
b. Nyeri merupakan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan, artinya persepsi nyeri seseorang ditentukan oleh
pengalamannya dan status emosionalnya. Persepsi nyeri sangat bersifat
pribadi dan subjektif. Oleh karena itulah maka, suatu rangsang yang
sama dapat dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda, bahkan
suatu rangsang yang sama dapat dirasakan berbeda oleh satu orang
karena keadaan emosionalnya yang berbeda.
c. Nyeri terjadi akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata
(pain associated with actual tissue damage). Nyeri yang demikian
disebut sebagai nyeri akut (acute pain) yang diharapkan menghilang
seirama dengan proses penyembuhannya. Nyeri yang demikian inilah
yang banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Nyeri dapat juga terjadi oleh suatu rangsang yang cukup kuat
yang berpotensi merusak jaringan. Nyeri yang demikian disebut
sebagai nyeri fisiologik (physiological pain) yang fungsinya untuk
membangkitkan refleks proteksi guna mencegah terjadinya kerusakan
jaringan lebih lanjut.
e. Nyeri dapat juga terjadi tanpa adanya kerusakan jaringan, tetapi
tergambarkan seolah-olah terdapat kerusakan jaringan yang hebat
(pain described interm such damage). Nyeri yang terakhir ini justru
timbul setelah penyembuhan usai, dan jika berlangsung lebih dari
3 bulan digolongkan sebagai nyeri kronik (chronic pain).
Menurut Hutajulu (2), nyeri pada persalinan ada dua macam yaitu :
nyeri rahim-mulut rahim dan nyeri perineal. Nyeri rahim-mulut rahim
adalah perasaan subjektif, terdapat pada kala I persalinan. Sejalan dengan
meningkatnya kontraksi rahim yang menyebabkanteregangnya bagian
bawah rahim terjadinya pembukaan mulut bawah rahim dan iskemia otot
rahim secara progresif, sehingga meningkat pula rasa nyeri. Nyeri paling
hebat dirasakan pada fase akhir persalinan ketika pembukaan mulut rahim
dan kekuatan kontraksi rahim mencapai maksimal. Nyeri parineal terdapat
pada kala II persalinan dan saat melahirkan, sebagai akibat meregangnya
jaringan vagina, vulva dan perineum.
Rangsang nyeri persalinan disalurkan melalui dua jalur utama.
Serabut sarafsensorik rahim dan mulut rahim berjalan bersama saraf
simpatis rahim memasuki sumsum tulang belakang melalui saraf thorakal
10, 11 dan 12. Karena itu nyeri rahim terutama dirasakan pada dermatom
thorokal 10, 11 dan 12. Nyeri perineal disalurkan melalui persarafan
sensorik nervus pudendus yang memasuki susunan saraf pusat melalui
syaraf sakral 2, 3 dan 4. Karena itu nyeri perineal dirasakan pada
dermatom sakral 2, 3 dan 4. Rangsang nyeri pada persalinan ini juga
mempengaruhi susunan saraf otonom, sistim kardiovaskular, pernafasan
dan otot rangka.
Gambar 2.1
Pernafasan dan jalur rasa nyeri selama persalinan (2)
Rasa nyeri pada alat-alat tubuh didaerah pelvis, terutama pada
daerah traktus genitalia interna disalurkan melalui susunan saraf simpatik
menyebabkan kontraksi dan vasokonstriksi. Sebaliknya saraf parasimpatik
mencegah kontraksi dan menyebabkan vasodilatasi. Oleh karena itu
efeknya terhadap uterus yaitu bahwa simpatik menjaga tonus uterus,
sedangkan saraf parasimpatik mencegah kontraksi uterus, jadi
menghambat tonus uterus. Pengaruh dari kedua jenis persarafan ini
menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang intermitten. Rangkaian
susunan saraf simpatik daerah pelvik terdiri dari tiga rangkaian, yaitu
rantai sakralis, pleksus haemorhoidalis superior, dan pleksus hipogastrika
superior (2).
Nyeri persalinan dirasakan selama kala pembukaan dan makin
hebat dalam kala pengeluaran. Pada wanita yang baru pertama sekali
bersalin, kala pembukaan berlangsung kira-kira 13 jam dan kala
peneluaran kira-kira 1 ½ jam. Pada wanita yang pernah melahirkan maka
kala pembukaan berlangsung lebih singkat yaitu sekitar 7 jam dan kala
pengeluaran sekitar ½ jam.
Gambar 2. 2
Kala pembukaan pada primi dan multi gravida
menurut Friedman (2)
Intensitas nyeri yang dirasakan bergantung pada beberapa faktor
seperti: Intensitas dan lamanya kontraksi rahim, besarnya pembukaan
mulut rahim, regangan jalan lahir bagian bawah, umur, paritas, besarnya
janin, dan dan keadaan umum pasien. Pasien yang bersalin pertama kali
pada usia tua umumnya mengalami persalinan yang lebih lama dan lebih
nyeri dibandingkan dengan pasien muda. Intensitas kontraksi rahim pada
persalinan yang pertama cenderung lebih tinggi pada awal persalinan. Juga
pada kemacetan persalinan akibat janin yang besar atau jalan lahir yang
sempit pasien mengalami rasa nyeri yang lebih hebat dari pada persalinan
normal. Kelelahan dan kurang tidur berpengaruh juga terhadap toleransi
pasien dalam menghadapi rasa nyeri. Ranta dalam penelitiannya terhadap
70 wanita para 2 - 5 dan 70 wanita grandemultipara, mendapatkan bahwa
nyeri persalinan pada awal kala I lebih berat pada primigravida
dibandingkan pada kala II, nyeri persalinan lebih berat pada
grandemultigravida.
Reaksi pasien terhadap rasa nyeri pada persalinan berbeda-beda.
Hal ini antara lain tergantung dari sikap dan keadaan mental pasien,
kebiasaan dan budaya. Mengalihkan perhatian seperti mendengar musik,
bercakap-cakap sering digunakan untuk mengurangi reaksi terhadap rasa
nyeri. Keletihan, kekhawatiran, dan ketakutan akan rasa nyeri dapat
meningkatkan rasa nyeri yang dialami seorang ibu selama persalinan
sehingga menjadi tak tertahankan. Peristiwa berat ringannya rasa nyeri
yang dialami seorang ibu dibanding ibu yang lain atau oleh seorang ibu
dari satu persalinan di banding persalinan berikutnya berbeda-beda. Jika
seorang ibu mudah mengeluh rasa nyeri akan sulit dilakukan dan pasien
akan semakin merasa nyeri tak tertahankan.
Lingkaran rasa nyeri tersebut akan sulit diputuskan karena reaksi
stress yang kuat dan berkelanjutan sehingga akhirnya akan berdampak
negatif terhadap ibu dan janinnya. Terapi obat-obatan penghilang stress
(anxiolitic) seperti diazepam atau golongan benzodiazepin menyebabkan
kelemahan otot pada bayi baru lahir. Felman et al, Pada penelitiannya
tentang pengalaman ibu melahirkan, menemukan bahwa lebih dari 12 %
ibu-ibu yang pernah melahirkan mengatakan bahwa melahirkan adalah
pengalaman yang sangat tidak menyenangkan dalam hidupnya.
Nyeri dan ketakutan menimbulkan stress. Stress berakibat
meningkatnya sekresi adrenalin. Salah satu efek adrenalin adalah kontraksi
pembuluh darah sehingga suplai oksigen dan janin menurun. Penurunan
aliran darah juga menyebabkan melemahnya kontraksi rahim dan
berakibat memanjangnya proses persalinan.
Semua efek tersebut diatas berpotensi membahayakan ibu dan
janinnya, khususnya ibu dan janin dengan resiko tinggi. Karena alasan
tersebut diatas, penanggulangan nyeri persalinan bukan hanya untuk
kenikmatan saja tetapi menjadi kebutuhan yang mendasar untuk
memutuskan lingkaran nyeri dan segala akibat yang ditimbulkannya.
Hiperventilasi dapat dicegah, alkalosis respiratorik dapat dihindari,
kejadian asidosis metabolik dapat diturunkan dan akhirnya melahirkan
akan merupakan suatu pengalaman yang menyenangkan (2).
Pengukuran secara kuantitatif rasa nyeri pada persalinan mulai
dikembangkan untuk memperoleh penanganan yang tepat. Untuk
mengukur intentitas rasa nyeri ini biasanya digunakan (2) :
a. Alat Dolorimeter dari Hardy-Wolff-Goodell
Alat ini bekerja dengan memproduksi rangsangan panas pada
kulit yang diukur selama 3 detik. Intensitas rangsangan memberikan
rasa hangat dan dapat dicatat pada alat Dolorimeter sebagai ambang
rasa sakit. Jika kita meningkatkan rangsangan sebanyak dua kali lipat,
akan mengakibatkan rasa nyeri yang hebat, dan pada alat Dolorimeter
akan tercatat sebesar 10,5 dols. Tingkat panas ini sebanding dengan
rasa nyeri yang ditimbulkan akibat luka bakar tingkat tiga. Intensitas
panas yang diberikan mulai dari nilai ambang nyeri hingga terjadi rasa
nyeri yang hebat yaitu pada sekitar 10,5 dols, diberi satuan dalam
milikalori. Selama persalinan, pengukuran intensitas rasa nyeri ini
dilakukan selama kontraksi uterus berlangsung atau segera sesudah
selesai kontrksi. Hasil yang diperoleh dalam satuan milikalori
disesuaikan pada skala alat dolorimeter, sehingga intensitas rasa sakit
dalam satuan dols dapat diperoleh.
b. Gaston Johansson pain O Meter dan Gaston Johansson pain O meter
visual analog scale
Alat ini dapat mengukur kualitas dan intensitas nyeri pada kala
I, II, dan III. Gaston, Hudson, Sittner (1998) pada penelitiannya
menggunakan Gaston Johansson pain O meter pada 33 persalinan,
selama tiga fase dari persalinan (pembukaan 2 - 4, 5 - 7, 8 - 10).
Mereka menemukan bahwa intesitas nyeri paling tinggi berada pada
fase III (pembukaan 8 - 10) dan pada saat partus.
c. Visual Analog Scale (VAS)
Skala analogi visual (VAS) sangat berguna dalam mengkaji
intensitas nyeri. Skala ini berbentuk garis horizontal sepanjang 10 cm
dan ujungnya mengindikasikan nyeri yang berat. Pasien diminta untuk
menunjuk titik pada garis yang menunjukkan letak nyeri terjadi
disepanjang rentang tersebut. Ujung kiri biasanya menandakan tidak
ada atau tidak nyeri, sedangkan ujung kanan biasanya menandakan
berat atau nyeri yang paling buruk. Untuk menilai hasil, sebuah
penggaris diletakkan sepanjang garis dan jarak yang dibuat pasien pada
garis dari "tidak ada nyeri" diukur dan ditulis dalam centi meter.
Skala intensitas nyeri deskriptip sederhana
Tidak ada Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri
nyeri ringan sedang hebat sangat paling
Skala intensitas nyeri numerik 0 - 10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak ada Nyeri Nyeri paling
nyeri sedang hebat
Gambar 2.3
Visual Analog Scale (VAS) (10)
d. Skala Penilaian Verbal
Suatu penilaian subjektif dengan memberikan skor pada nyeri
yang dirasakan para pasien yaitu : skor 1 apabila tidak mengeluh sakit
dan tenang; skor 2 bila mengeluh sakit tapi tenang; skor 3 bila
mengeluh sakit dan gelisah dan skor 4 bila sangat kesakitan dan sangat
gelisah.
Manajemen nyeri persalinan dapat dilakukan baik secara
farmakalogi dan non farmakologi yaitu sebagai berikut :
a. Farmakologi
Pemberian analgetik berfungsi untuk mengganggu penerimaan
nyeri dan interpretasinya dengan menekan fungsi thalamus dan kortek
serebri. Nyeri dapat ditanggulangi dengan memberikan obat-obatan
yang berfungsi untuk mengganggu penerimaan/stimuli nyeri dan
interpretasinya dengan menekan fungsi thalamus dan kortek serebri
antara lain dengan pemberian analgetik, anestesi, jenis narkotika, dan
sedative, dengan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (2) :
1). Aman bagi ibu dan anak
2). Tidak mempengaruhi sistim pernafasan, jantung dan pembuluh
darah
3). Tidak mempengaruhi perjalanan persalinan;
4). Tidak mempengaruhi bayi selama dalam rahim dan setelah lahir
5). Tanpa efek samping yang berbahaya.
b. Non farmakologi
Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk
memandang obat sebagai satu-satunya metode untuk menghilangkan
nyeri. Namun begitu, banyak aktivitas keperawatan non farmakologi
yang dapat membantu dalam menghilangkan nyeri. Meskipun pada
beberapa laporan anekdot mengenai ketidakefektifan tindakan-
tindakan ini, diantaranya yang belum dievaluasi melalui penelitian
riset yang sistematik. Metode pereda nyeri non farmakologi biasanya
mempunyai resiko yang sangat rendah. Meskipun tindakan tersebut
bukan merupakan pengganti untuk obat-obatan, tindakan tersebut
mungkin dipelukan atau sesuai untuk mempersingkat episode nyeri
yang berlangsung hanya beberapa detik atau menit. Dalam hal ini,
terutama saat nyeri hebat yang berlangsung berjam-jam atau berhari-
hari, mengkombinasikan teknik non farmakologi dengan obat-obatan
mungkin cara yang paling efektif untuk menghilangkan nyeri.
1). Sentuhan terapeutik.
Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat
mempunyai keseimbangan energi antara tubuh dengan lingkungan
luar. Orang sakit berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan
memberikan sentuhan pada klien, diharapkan ada transfer energi
dari perawat ke klien (11).
2). Akupresur.
Akupresur disebut juga akupunktur tanpa jarum, atau pijat
akupunktur. Teknik ini menggunakan tenik penekanan, pemijatan,
dan pengurutan sepanjang meridian tubuh atau garis aliran energi.
Teknik akupresur dapat menyebabkan pelepasan endorphine,
memblok reseptor nyeri ke otak, menyebabkan dilatasi serviks dan
meningkatkan efektifitas kontraksi uterus. Metode akupresur
merupakan tindakan yang mudah dilakukan, memberi kekuatan
pada wanita saat melahirkan dan mendorong keterlibatan pasangan
lebih dekat dalam proses persalinan dan pendidikan antenatal (1)
3). Guided imagery.
Meminta klien berimajinasi membayangkan hal-hal yang
menyenangkan, tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan
yang tenang serta konsentrasi dari klien. Apabila klien mengalami
kegelisahan, tindakan harus dihentikan. Tindakan ini dilakukan
pada saat klien merasa nyaman dan tidak sedang nyeri akut (10).
4). Distraksi.
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri
ringan sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV atau
pertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi
sentuhan (massage, memegang mainan), distraksi intelektual
(merangkai puzzle, main catur) (10).
5). Relaksasi.
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri
dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Ada
banyak bukti yang menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam
meredakan nyeri punggung. Beberapa penelitian, telah
menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri
pasca operasi. Ini mungkin karena relatif kecilnya otot-otot skeletal
dalam nyeri pasca operatif atau kebutuhan pasien untuk melakukan
teknik relaksasi tersebut agar efektif. Pasien yang sudah
mengetahui tentang teknik relaksasi mungkin hanya diingatkan
untuk menggunakan teknik tersebut untuk menurunkan atau
mencegah meningkatnya nyeri.
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen
dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan
matanya dan bernapas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang
konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan
lambat bersama setiap inhalasi dan ekhalasi. Pada saat petugas
mengajarkan teknik ini, akan sangat membantu bila menghitung
dengan keras bersama pasien pada awalannya. Periode relaksasi
yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan
ketegagan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang
meningkatkan nyeri (4).
6). Anticipatory guidance.
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan
dengan nyeri. Contoh tindakan : sebelum klien menjalani prosedur
pembedahan, perawat memberikan penjelasan/informasi pada klien
tentang pembedahan, dengan begitu klien sudah punya gambaran
dan akan lebih siap menghadapi nyeri (11).
7). Hypnobirthing
Hypnobirthing merupakan teknik untuk mencapai relaksasi
mendalam, menggunakan pola pernapasan lambat, fokus, tenang
dan dalam keadaan sadar sepenuhnya. Hypnobirthing merupakan
metode yang mengajarkan pada ibu bersalin memahami dan
melepaskan fear-tansion-pain-syndrome (sindrom takut-tegang-
nyeri) yang menyebabkan kesakitan dan ketidaknyamanan selama
persalinan. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena hipnotis yang
digunakan lebih menekankan pada penanaman sugesti saat otak
telah berada dalam kondisi rileks. Jadi lebih pada penanaman
mindset ibu bahwa persalinan adalah bukan peristiwa yang
menyakitkan.
Hypnobirthing efektif dalam meredakan nyeri atau
menurunkan jumlah analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut
dan kronis. Mekanisme bagaimana kerjanya hipnosis tidak jelas
tetapi tidak tampak diperantari oleh sistem endorphin. Keefektifan
hipnosis tergantung pada kemudahan hipnotik individu. Pada
beberapa kasus hipnosis dapat efektif pada pengobatan pertama;
keefektifannya meningkat dengan tambahan sel hipnotik
berikutnya (12).
8). Biofeedback.
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan
individu informasi tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk
melatih kontrol volunter terhadap respon tersebut. Terapi ini efektif
untuk mengatasi ketegangan otot dan migren, dengan cara
memasang elektroda pada pelipis (11).
9). Stimulasi kutans.
Stimulasi saraf transkutan (TENS) menggunakan unit yang
dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit
untuk menghasilkan sensasi kesemutan , menggetar pada area
nyeri. TENS telah digunakan baik pada nyeri akut dan kronik.
TENS diduga dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi
reseptor tidak nyeri (non-nosiseptor) dalam area yang sama seperti
pada serabut yang menstrasmisikan nyeri. Mekanisme ini sesuai
dengan teori nyeri gate control. Reseptor tidak nyeri diduga
memblok transmisi sinyal nyeri ke otak pada jaras asendens saraf
pusat. Mekanisme ini akan menguraikan keefekitan stimulasi kutan
saat digunakan pada araea yang asama seperti pada cedera. Cara ini
bisa melepaskan endorfin, sehingga bisa memblok stimulasi nyeri.
Bisa dilakukan dengan massage, mandi air hangat, kompres
dengan kantong es dan stimulasi saraf elektrik transkutan (11).
2.2. Landasan Teori
Landasan teori dalam penelitian ini mengacu pada konsep teoritis
tentang manajemen nyeri persalinan menurut Hutajulu, P (2), Brunner &
Suddarth (10), dan Perry & Potter (11) yaitu sebagai berikut :
Gambar 2.4
Bagan Kerangka Teori Penelitian (2, 10, 11)
Manajemen Nyeri SecaraNon Farmakologi
4. Sentuhan terapeutik5. Akupresur6. Guided Imagery7. Distraksi8. Relaksasi9. Anticipatory guidance10. Hypnobirthing11. Biofeedback12. Massage
Manajemen Nyeri Secara Farmakologi
1. Analgetik / sedativa2. Anestesi3. Antispasmodik NYERI
PERSALINAN
2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka teori tersebut, maka disusunlah kerangka
konseptual penelitian sebagai tuntunan untuk memecahkan masalah
penelitian dan untuk merumuskan hipotesis yaitu sebagai berikut :
Keterangan :
= Diteliti
= Tidak diteliti
Gambar 2.5
Bagan Kerangka Konsep Penelitian
NYERI PERSALINAN
Manajemen Nyeri Secara Farmakologi
1. Analgetik / sedativa2. Anestesi3. Antispasmodik
Sentuhan terapeutikAkupresurGuided ImageryDistraksiAnticipatory guidanceHipnotisBiofeedbackMassageRelaksasi Napas Dalam
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep yang ada, maka disusun suatu
hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian
yaitu sebagai berikut : “Ada pengaruh relaksasi napas dalam terhadap
tingkat nyeri persalinan ibu inpartu fase aktif di Bidan Praktek Swasta Desa
Tanjung Rema Darat Kecamatan Martapura tahun 2009”.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain eksperimental, dengan model
pendekatan pre – post test dalam satu kelompok (one group pre test-post test
design) yang menghubungkan sebab akibat dengan cara melibatkan satu
kelompok subyek (13).
3.2. Subjek Penelitian
3.2.1. Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu inpartu di bidan
praktek swasta Desa Tanjung Rema Darat Kecamatan Martapura pada
periode tahun 2009.
3.2.2. Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah ibu inpartu di bidan praktek
swasta Desa Tanjung Rema Darat Kecamatan Martapura pada periode Mei
2009 dan memenuhi kriteria inklusi penelitian.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
1. Ibu bersedia bersedia menjadi responden.
2. Ibu inpartu dalam fase aktif
3. Ibu dengan kesadaran penuh
Pengambilan sampel pada pada penelitian ini dilakukan secara
Purposive sampling .
3.3. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah berupa
Visual Analog Scale (VAS) dan lembar observasi untuk mengetahui tingkat
nyeri persalinan.
3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.4.1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah perbedaan tingkat nyeri
persalinan pada ibu inpartu fase aktif antara sebelum dan sesudah
intervensi relaksasi napas dalam.
3.4.2. Definisi Operasional Penelitian
Tabel 3.1. Definisi Operasional Penelitian
Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Perbedaan
Tingkat Nyeri
Suatu kegiatan
untuk mengetahui
Visual Analog
Scale (VAS)
Rasio 1 – 10
pada VAS
Persalinan
pada ibu
inpartu fase
aktif
ungkapan perasaan
yang tidak
menyenangkan
pada diri ibu
inpartu sebagai
akibat kontraksi
rahim selama
menjalani
persalinan sebelum
dan sesudah
diberikan intervensi
relaksasi napas
dalam
3.5. Prosedur penelitian
Prosedur penelitian ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1. Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti mengajukan surat permohonan
untuk mendapatkan rekomendasi dari Akademi Kebidanan Martapura .
2. Permintaan ijin penelitian kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Banjar dan Kepala Puskesmas Martapura.
3. Setelah mendapatkan persetujuan instansi, kemudian peneliti
melakukan penelitian yang sesuai dengan prinsip-prinsip etis penelitian
yaitu meminta persetujuan kepada responden, menjelaskan maksud dari
penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah
pengumpulan data.
4. Pengumpulan data dimulai dengan melakukan pengamatan dan
pengukuran tingkat nyeri (VAS) terlebih dahulu sebelum diberikan
perlakuan (relaksasi napas dalam). Setelah diberi perlakuan dilakukan
pengamatan dan pengukuran tingkat nyeri lagi.
5. Setelah data terkumpul, kemudian peneliti melakukan tahap
pengolahan dan analisis data dengan menggunakan uji statistik untuk
selanjutnya disajikan dalam bentuk sebuah laporan penelitian.
3.6. Tekhnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut :
a. Editing yaitu mengoreksi jawaban yang telah diberikan responden,
apabila ada data yang salah/kurang segera dilengkapi.
b. Coding yaitu pemberian kode pada atribut variabel penelitian untuk
memudahkan dalam pengolahan data
c. Tabulasi data yaitu pengelompokan data dalam suatu data tertentu
menurut sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.
d. Entry data yaitu memasukkan data dalam variabel sheet dengan
bantuan komputer (14).
3.7. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis perbedaan tingkat nyeri persalinan pada ibu
inpartu fase aktif antara sebelum dan sesudah intervensi relaksasi napas
dalam maka dilakukan Uji Beda Dua Mean Berpasangan atau Uji T
Dependen (Paired Sample) dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisis ini
menggunakan bantuan program statistik komputer.
3.8. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.8.1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Bidan Praktek Swasta Desa
Tanjung Rema Darat Kecamatan Martapura.
3.8.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini secara keseluruhan mulai dengan pembuatan
proposal sampai selesainya penulisan hasil penelitian adalah dari bulan
Maret 2009 sampai dengan Juli 2009. Adapun rencana jadwal pelaksanaan
dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Rencana Jadwal Pelaksanaan Penelitian
NOURAIAN
KEGIATAN
BULAN
Maret‘0
8April’08 Mei’09
Juni’09 Juli’09
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A Persiapan
1 Pengajuan judul
2 Studi
pendahuluan
3 Penyusunan
proposal
4 Konsultasi
proposal
5 Sidang proposal
6 Revisi proposal
B Pelaksanaan
7 Pengumpulan
Data
8 Pengolahan data
C Penyelesaian
9 Penyusunan KTI
10 Konsultasi KTI
11 Sidang KTI
12 Revisi KTI
13 Pengumpulan
3.9. Rencana Biaya Penelitian
Rencana biaya penelitian secara keseluruhan seperti tergambar pada
tabel 3.3. dibawah ini :
Tabel 3.3. Rencana biaya penelitian
NO KEGIATAN JUMLAH BIAYA
1 Biaya persiapan
a. Bahan dan perizinan
b. Survei awal
Rp. 100.000,-
Rp. 100.000,-
2 Biaya operasional Rp. 500.000,-
3 Pembuatan laporan Rp. 500.000,-
TOTAL Rp. 1.200.000,-
DAFTAR PUSTAKA
1. Yuliatun, L. Teknik Akupresur pada Nyeri
Persalinan. (online) ( http://www. nursingeducate.com )
diakses 25 Nopember 2008
2. Hutajulu, P. (2003). Pemberian Valemat Bromida
dibandingkan dengan Hyoscine untuk mengurangi nyeri persalinan. (online).
(http://usu digital library) diakses tanggal 20 Maret 2008
3. Purnama, D. (2008). Pengaruh Teknik Relaksasi
Bernafas Terhadap Respon Adaptasi Nyeri Pada Pasien Inpartu Kala I
(online). (http://www.one.indoskripsi.com) diakses
25 Nopember 2008
4. Mander, R. Nyeri Persalinan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2004
5. Nurhaska, A. Pengaruh pijat usap (massage
rubbing) punggung terhadap tingkat nyeri persalinan ibu inpartu fase aktif
pada BPS di wilayah kerja Puskesmas Landasan Ulin Banjarbaru. Karya
Tulis Ilmiah. Akademi Kebidanan Martapura. 2008
6. Rif’ah. Hubungan Tingkat Nyeri Persalinan dengan
Motivasi Ibu Post Partum Untuk Melakukan Mobilisasi Dini di wilayah kerja
Puskesmas Martapura Tahun 2008. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Kebidanan
Martapura. 2008
7. Anonim. (2008). Prosedur dan SAP Relaksasi
Napas Dalam. (online). (http://www.elearning.unej.ac.id). diakses 25
Nopember 2008
8. Priharjo, R. Perawatan Nyeri. Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1999
9. Penny, S. Buku Saku Persalinan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
2005
10. Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jilid 8. Vol.1, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta
11. Perry & Potter, (2006). Fundamental Perawatan,
Edisi IV, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
12. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Edisi Revisi. Penerbit Salemba Medika. Jakarta. 2008
13. Hastomo, SP. Analisis Data Kesehatan. Penerbit UI
Press. Jakarta. 2007
PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth
Ibu Calon Responden
Di – Tempat
Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Akademi Kebidanan
Martapura, saya akan melakukan penelitian tentang “ Pengaruh relaksasi napas
dalam terhadap tingkat nyeri persalinan ibu inpartu fase aktif di Bidan Praktek
Swasta Desa Tanjung Rema Darat Kecamatan Martapura Tahun 2009”.
Untuk keperluan tersebut saya mohon kesedian ibu untuk menjadi
responden dalam penelitian ini. Jawaban ibu di jamin kerahasiannya.
Demikian permohonan, atas bantuan dan partisipasinya disampaikan
terima kasih
Martapura, ..................2009
Peneliti
MUDHIA LESTARI
NIM. 032401S06034
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Setelah saya membaca maksud dan tujuan dari penelitian ini maka saya
menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
No. Responden :
Tanggal :
Tanda tangan :
FORMAT PENGUMPULAN DATA
Judul Penelitian : PENGARUH RELAKSASI NAPAS DALAM
TERHADAP TINGKAT NYERI PERSALINAN IBU
INPARTU FASE AKTIF DI BIDAN PRAKTEK
SWASTA DESA TANJUNG REMA DARAT
KECAMATAN MARTAPURA TAHUN 2009
Kode Responden :
Tanggal Pengisian : ....................2009
A. Karakteristik Responden
KARAKTERISTIK RESPONDEN Diisi Peneliti
1. Umur
a. ≤ 20 tahun
b. 21 - 25 tahun
c. 26 - 30 tahun
d. 31 - 35 tahun
e. > 35 tahun
2. Tingkat
Pendidikan
a. Tidak Sekolah
a. SD / sederajat
b. SMP / sederajat
c. SMA / sederajat
d. D. III / Sarjana
3. Pekerjaan
a. Ibu Rumah Tangga
b. Bekerja
4. Paritas
a. Ke - 1
b. Ke - 2
c. Ke - 3
d. Lebih dari 3
B. Tingkat Nyeri Persalinan (VAS)
Petunjuk :
Ibu diminta untuk menunjuk titik pada garis yang menunjukkan letak nyeri
yang terjadi disepanjang rentang garis.
Skala intensitas nyeri numerik 0 - 10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak ada Nyeri Nyeri paling
nyeri sedang hebat
C. Identifikasi Tingkat Nyeri Persalinan
Sebelum dan Sesudah Intervensi Relaksasi Napas Dalam
No
Tingkat Nyeri
Sebelum Intervensi
( Skala 1 – 10 )
Tingkat Nyeri
Sesudah Intervensi
(Skala 1 – 10)
Ket
D. Pelaksanaan Relaksasi Napas Dalam
No KEGIATANPELAKSANAAN
YA TIDAK
1 Persiapan pasien
a. Beritahu klien tentang prosedur yang akan
dilakukan
b. Beri posisi yang nyaman
c. Beri tahu klien untuk menenangkan
2
perasaannya dan tetap rileks .
Penatalaksanaan
a. Anjurkan klien menarik nafas dalam dan
mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan 1 - 3
b. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui
mulut sambil membiarkan tubuh menjadi
kendor
c. Anjurkan bernafas beberapa kali dengan
irama normal
d. Klien menarik nafas lagi dan
menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan
e. Membiarkan telapak tangan dan kaki
kendor
f. Usahakan agar klien tetap konsentrasi
g. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah
yang nyeri
h. Anjurkan pada klien untuk mengulangi
prosedur hingga nyeri terasa berkurang
i. Rapikan klien kembali