PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI
PADA PONDOK PESANTREN AS-SALAFIYAH
DESA CICANTAYAN CISAAT
SUKABUMI
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
ABDUL BASIT
NIM. 103 053 028 732
Pembimbing
Dr. Sihabudin Noor, MA
NIP. 150 281 998
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
ABSTRAK
Nama : Abdul Basit
NIM : 103053028732
Skripsi ini berjudul “Program Pemberdayaan Ekonomi pada Pondok
Pesantren As-Salafiyah Desa Cicantayan Cisaat Sukabumi” dibawah
bimbingan Dr. Sihabuddin Noor, MA.
Pesantren adalah merupakan tempat mencetak umat yang beriman dan
bertaqwa, tempat menuntut dan memperdalam ilmu agama, beribadah, umat yang
beragama dan sholeh dalam kehidupan masyarakat, menjadi umat yang bertaqwa
dan berteguh, memiliki pesantren bukan hanya yang terlihat bangunannya saja
tanpa berdampak bagi umat.
Agar kebersamaan dalam perjuangan bisa termanifestasi, persamaan
persepsi perjuangan dan strategi merupakan suatu yang harus dikerjakan. Pesantren merupakan salah satu sarana yang paling tepat untuk melakukan hal itu,
karena pesantren memiliki kedudukan yang paling dalam masalah ini, yakni sarana mencetak umat beragama shaleh dalam kehidupan masyarakat.
Pondok Pesantren As-Salafiyyah adalah salah satu pondok pesantren yang berada di daerah Sukabumi merupakan wujud nyata dari perbedaan jaman serta
kebutuhan akan beragama yang baik hadir di tengah-tengah masyarakat yang berkomunitas sebagai petani.
Pendirian pondok pesantren As-Salafiyyah, menjawab keluhan masyarakat akan minimnya lapangan kerja yang berada di daerah tersebut. Karena dengan
adanya pondok pesantren As-Salafiyyah ini, masyarakat yang minim akan
pengalaman bekerja dan tidak mempunyai riwayat hidup mampu memiliki
penghasilan tetap dengan bekerja di pondok pesantren ini dengan lapangan usaha
yang telah disediakan oleh pimpinan pondok pesantren As-Salafiyyah ini yaitu
KH. Ahmad Makki.
Dengan penempatan pondok pesantren pada pusat aktivitas ini diharapkan
dapat membantu masyarakat sekitar yang berkekurangan, khususnya para janda-
janda miskin dan para pengangguran yang tidak mempunyai pekerjaan tetap agar
mempunyai penghasilan dan memiliki kegiatan tetap dikarenakan bekerja di
pondok pesantren As-Salafiyyah ini.
Keunikan pondok pesantren As-Salafiyyah dalam program pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar yang kurang mampu adalah program percetakan kitab
kuning, pembudidayaan ikan hias, dan program santunan rutin untuk masyarakat sekitar, banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar pondok pesantren
ini.
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya Saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata Satu (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penulisan ini telah Saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti karya Saya merupakan jiplakan dari hasil karya
orang lain, maka Saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Februari 2009
Abdul Basit
\
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah Swt, atas segala nikmat dan rahmat
yang telah dianugerahkan-Nya hingga skripsi ini dapat Penulis selesaikan sebagai
salah satu syarat untuk mencapai Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos I).
Salawat berserta salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Nabi
Besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu
setia kepadanya. Karena beliaulah yang telah membawa ummat dari jaman
Jahiliyah menuju jaman Islamiyah.
Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itulah
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Murodi MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
2. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA dan Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku
Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah yang telah banyak
memberikan kemudahan dan nasehat yang berharga.
3. Dr. Sihabuddin Noor, MA, selaku Dosen Pembimbing Skripsi Penulis yang
tiada hentinya memberikan bimbingan serta dukungan sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
4. Seluruh staf Perpusatakan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi yang telah memberikan fasilitas referensi.
5. Seluruh ustadz dan ustadzah Pondok Pesantren as-Salafiyah terutama pada
Pimpinan PonPes KH. Ahmad Makki yang telah memberikan izin serta
waktunya.
6. Kedua orangtua Penulis, Bapak Sopandi dan Ibu Dedeh yang telah
memberikan doa serta dukungan penuh pada Penulis.
7. Teman special H. Samsir Alamsyah S.Sos.I, yang telah banyak membantu
Penulis.
8. Teman sekelas Penulis, Minang Firmansyah, S.Sos.I, Abdul Rahmatsyah,
S.Sos.I, Topik, Linda, Umi, S.Sos.I, Putri S.Sos.I, M. Yusuf S.Sos.I, serta
Alm. M. Sidup dan juga semua teman seangkatan Penulis 2003 di Jurusan
Manajemen Dakwah.
Penulis hanya bisa berdoa semoga kebaikan yang telah mereka berikan
mendapat imbalan yang setimpal dari Allah Swt. Akhirnya Penulis hanya bisa
berharap mudah-mudahan karya tulis ini menambah khazanah intelektual
pembaca. Amin.
Jakarta, 26 Februari 2009
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1
B. Batasan dan Perumusan Masalah............................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................ 8
D. Metodologi Penelitian............................................................. 9
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 12
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................ 15
A. Program................................................................................. 15
1. Pengertian Program............................................................ 15 2. Macam-macam Program .................................................... 15
3. Tujuan Program ................................................................. 16 B. Pemberdayaan........................................................................ 17
1. Pengertian Pemberdayaan .................................................. 17 2. Tahap-tahap Pemberdayaan ............................................... 20
3. Proses Pemberdayaan......................................................... 21
C. Ekonomi ................................................................................ 22
1. Pengertian Ekonomi........................................................... 22
2. Peran Ekonomi .................................................................. 23
D. Pondok Pesantren................................................................... 25
1. Pengertian Pondok Pesantren ............................................. 25
2. Komponen-komponen Pondok Pesantren ........................... 27
3. Tipe-tipe Pondok Pesantren................................................ 29
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN AS-SALAFIYAH
CISAAT SUKABUMI ............................................................... 32
A. Sejarah Berdirinya .................................................................. 32
B. Visi dan Misi........................................................................... 34
C. Letak Geografis....................................................................... 35
D. Struktur Organisasi ................................................................. 36
E. Aktivitas.................................................................................. 38
BAB IV ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI
PADA PONDOK PESANTREN AS-SALAFIYAH ................. 40
A. Analisa Program Pemberdayaan Ekonomi Pada Pondok Pesantren
as-Salafiyah ........................................................................... 40 1. Program Percetakan ........................................................... 42
2. Program Kolam Ikan.......................................................... 47
3. Program Tahunan............................................................... 48
B. Faktor Penghambat dan Pendukung........................................ 49
1. Faktor Penghambat ............................................................ 49
2. Faktor Pendukung .............................................................. 50
BAB V PENUTUP.................................................................................. 51
A. Kesimpulan............................................................................. 51
B. Saran-saran ............................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 53
LAMPIRAN ................................................................................................ 55
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara umum dapat dilihat bahwa pada saat ini kondisi rakyat Indonesia
sedang dihadapkan pada berbagai macam persoalan yang berantai. Seolah tidak
diketahui pangkal dan kapan akan berkunjung, salah satu dari sekian banyak
persoalan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah kemiskinan.
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 ditandai dengan
menurunnya nilai tukar rupiah, berkurangnya pendapatan dalam negeri, turunnya
minat investasi, pengangguran yang semakin besar akibat pekerja yang di PHK
dan angkatan kerja baru yang tidak terserap, lonjakan jumlah penduduk miskin
mencapai 79,4 juta jiwa dan secara makro pembangunan merosot dengan laju
pertumbuhan 13,68% dan laju inflasi 77,68%.1
Menurut para pemikir penyebab krisis yang terjadi di Indonesia
merupakan kesalahan pemerintah dalam menetapkan mengambil kebijakan-
kebijakan. Hal ini disebabkan; Pertama, kebijakan ekonomi yang mengejar
pertumbuhan dengan menciptakan "penghela ekonomi", yaitu sekelompok elit
yang mendapat berbagai fasilitas dan privilese untuk tumbuh meraksasa.2
Para pengusaha inilah yang diharapkan akan memperbesar pertumbuhan
ekonomi yang kemudian dibagikan kepada masyarakat melalui mekanisme tricle
1 Bambang Ismawan, Pemberdayaan Masyarakat yang Berkesinambungan, (Jakarta :
Diktat Pelatihan Yayasan Bina Swadaya), h. 1 2 Ibid., h. 2
down effect. Kebijakan ini sendiri juga telah diterapkan oleh beberapa Negara lain.
Pada Negara-negara tersebut fasilitas dan privelese diberikan dalam jangka waktu
tertentu dan kemudian sebagai konpensasi atas segala yang telah diterima para
penghela ekonomi tersebut akan dikenai pajak progresif. Pajak progresif ini
kemudian digunakan untuk mendukung sektor ekonomi menengah dan kecil.
Tetapi hal serupa tidak terjadi di Indonesia, di Indonesia para penghela ekonomi
terus mendapatkan berbagai fasilitas dan privelese tanpa batas bahkan sektor
ekonomi menengah dan kecil disubordinasikan oleh mereka. Secara keseluruhan
struktur ekonomi yang terbentuk menjadi rapuh karena fundamen (dasar) ekonomi
tidak tersebar luas akan tetapi sangat terbatas pada sekelompok elit yang sangat
tergantung pada berbagai fasilitas.
Kedua, terjadinya perubahan basis ekonomi pada pertengahan tahun 80-an.
Pada periode ini basis pertumbuhan ekonomi berpindah dari pertanian kepada
broad-based industry dan hi-tech industry. Pada kenyataannya kedua jenis
industri ini lebih menekankan pengembangan industri-industri berbasis inpor (foo
loose industry) yang bersumber dari relokasi industri atau perluasan pasar industri
negara lain.
Hasil akhir dari perubahan basis ini adalah diabaikannya sector pertanian
sehingga swasembada pangan yang pernah dicapai menjadi hancur, petani
menjadi tumbal dalam proses industrialisasi, dan rapuhnya sector industri karena
tidak terjadi proses deepening.3
3 Ibid. h. 2
Selain itu kemiskinan biasanya terjadi karena individu tidak mampu
memberdayakan kemampuannya secara maksimal untuk mencapai kesejahteraan
dalam kehidupannya secara mandiri.
Proses pemberdayaan pada intinya adalah ditujukan guna membantu klien
yang memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan
yang akan dilakukan yang terkait dengan kemapuan diri mereka, termasuk
mengurangi efek hambatan pribadi dan social dalam melakukan kegiatan. Hal ini
dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk
menggunakan daya yang masyarakat miliki antara lain, melalui daya dari
lingkungannya sendiri.4
Kemiskinan yang diderita oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas
muslim tidak hanya masalah kecerdasan, tetapi juga masalah keahlian hidup,
karena keahlian dapat membuat masyarakat atau orang menjadi survive dalam
menjalani hidup dan mencapai apa yang mereka inginkan, begitu juga sebaliknya,
tanpa keahlian hidup mereka tidak akan mendapatkan peluang untuk
memenangkan kompetisi hidup yang semakin keras.5
Dengan demikian dapat dipahami bahwa kemiskinan lebih cenderung
diakibatkan karena individu atau masyarakat tidak mampu memberdayakan
potensi yang dimiliki secara maksimal, pada hakekatnya kemiskinannya tidak
sendirinya menimbulkan keresahan, tetapi ia akan meresahkan apabila secara
kontras berhadapan langsung dengan kemewahan. Para ilmuan social menyebut
4 Isbandi Rukmiyanto, Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas Pengantar Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta : Fakultas Ekonomi UI, 2001),
h. 32 5 Nanih Mahendrawati dan Agus Ahmad Syafe’i, Pengembangan Masyarakat Islam,
(Bandung : Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-1, h. 66.
situasi tersebut sebagai "deprivation", deprivasi selalu menimbulkan keresahan
social atau social unres yang pada gilirannya akan menimbulkan disintegrasi
social.6
Dalam ajaran Islam ada dua tata hubungan yang harus dipelihara oleh
umatnya yaitu hablum minalllah dan hablum minannaas, hubungan tersebut
dilambangkan dengan tali, karena ia menunjukan ikatan atau hubungan antara
manusia dengan Tuhan dan antara manusia dengan masyarakat di sekitar
lingkungannya termasuk dirinya sendiri. Islam agama yang diturunkan Allah
SWT guna membawa misi untuk menjadi rahmat bagi sekalian makhluk terutama
manusia, yang memberikan pelajaran berharga dari setiap firman-firman-Nya.
Salah satu diantaranya adalah apa yang termaktub pada Al-Qur'an surat Al-
Baqarah ayat 177 yang berbunyi :
Artinya : "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu
suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah SWT, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang
miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-
minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shala,t dan menunaikan
zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang
6 Jalaluddin Rahmat, Islam Aktual, Refleksi Sosial Seseorang Cendikiawan Muslim,
(Bandung : Mizan, 1999), Cet. Ke-2, h. 232-233
yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa."
(Q.S. Al-Baqarah: 177).
Firman di atas menggambarkan bahwa Agama Islam sebagai agama yang
memuat dan mengandung ajaran yang bersifat universal, dalam ayat tersebut
diperintahkan bagaimana seorang memiliki harta harus memberikan bantuan atau
menyalurkan sebagian hartanya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan
peminta-minta dan perintah untuk mengeluarkan zakat. Dalam firman ini jelas
bahwa ajaran Islam pada hakikatnya mengandung unsure pemberdayaan dan
pengentasan kemiskinan yaitu melalui perintah wajib zakat.
Krisis ekonomi, diperparah lagi dengan banyak terjadinya berbagai macam
bencana, semakin menambah berat beban masyarakat yang hidup di bawah garis
kemiskinan. Pemutusan hubungan kerja (PHK) banyak terjadi, melambungnya
harga bahan pangan yang kian hari kian meningkat mengakibatkan masayrakat
tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak.
Kemiskinan yang melanda apabila terus dibiarkan dan tidak dicarikan
jalan keluarnya sangat potensial sekali memicu terjadinya berbagai dampak dan
akibat sampingan seperti tindakan kriminalitas penodongan, perampokan bahkan
pembunuhan. Hal ini disebabkan karena banyaknya pengangguran, anak-anak
yang putus sekolah karena tidak mampu membayar biaya pendidikan yang tinggi,
sekolah hanya milik orang kaya yang punya banyak uang, sedangkan yang
keluarganya secara ekonomi tidak memadai hanya berada dibatas harapan dan
putus asa. Kondisi seperti ini sangat memilukan, terlebih di negeri yang subur
namun banyak sekali rakyatnya yang hidup dibawah garis kemiskinan, sangat
ironis memang kata pepatah "tikus mati kelaparan di lumbung padi". Tetapi
memang itulah yang tengah terjadi di negeri ini.
Bangsa Indonesia yang penduduknya mayoritas adalah umat Islam secara
ekonomi terlihat begitu rapuh. Hal ini tidak lain karena umat Islam itu sendiri
belum menjalankan hidup secara Islami. Seperti membiasakan hidup hemat, tidak
konsumtif, memaksimalkan potensi yang dimiliki (produktif), lingkungan yang
edukatif, dan menuntut penguasaan life skill (keahlian hidup), juga pengembangan
dan pemberdayaan masyarakat dari berbagai segi kehidupan.
Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan akhir-akhir ini mulai
menerapkan metodologi membangun karakter (character building), membawa
angina segar bagi masyarakat. Bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan
(transfer of knowledge) akan tetapi membekali santri dan anak didik untuk
mampu memberdayakan diri sendiri dan masyarakat sekitar, bukan hanya dari
sector pendidikan tetapi juga sector yang lainnya. Peran Pondok Pesantren harus
sanggup membangun individu (charcter building) santri untuk membangun
kelompok (social) yang mempunyai potensi kuat dalam mengisi pembangunan
negeri ini.
Dengan konsepsi yang demikian itu, pondok pesantren merupakan
lembaga pendidikan yang ideal, terutama karena didalamnya memuat konsep
pendidikan yang integralistik, pragmatic, dan selain itu peranan pesantren sebagai
lembaga penguat ekonomi kerakyatan yang mempunyai akar budaya yang sangat
kental dilingkungan masyarakat.
Pesantren harus mampu menempatkan dirinya sebagia transformasi,
motivator dan inovator. Kehadiran pesantren dewasa ini telah memainkan
perannya sebagai fungsi itu meskipun boleh dikata dalam taraf yang perlu
dikembangkan lebih lanjut. Sebagai salah satu komponen masyarakat, pesantren
memiliki kekuatan dan "daya tawar" untuk melakukan perubahan-perubahan yang
berarti. Komponen masyarakat yang bukan hanya melakukan perubahan dalam
sector pendidikan akan tetapi sector yang lebih luas lagi, seperti pengembangan
usaha milik pesantren, dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan berbasis pesantren.
Salah satu pesantren yang memiliki program pemberdayaan masyarakat miskin
adalah Pondok Pesantren As-Salafiyyah yang berlokasi di jalan Babakan Tipar
Desa Cicantayan Cisaat Sukabumi.
Untuk mengetahui lebih lanjut dan berpijak pada latar belakang masalah di
atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap masalah
tersebut yang dituangkan dalam penulisan skripsi dengan judul: "Program
Pemberdayaan Ekonomi Pada Pondok Pesantren As-Salafiyyah Desa
Cicantayan Cisaat Sukabumi".
B. Batasan dan Perumusan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan tidak melebar maka penulis membatasi
penelitian ini pada kegiatan Program Pemberdayaan Ekonomi yang dilakukan
oleh pihak Pondok Pesantren As-Salafiyyah, rumusan masalahnya sebagai
berikut:
1. Apa yang dilakukan oleh Pondok Pesantren As-Salafiyyah Sukabumi
dalam upaya melakukan program pemberdayaan ekonomi di Pesantren as-
Salafiah?
2. Apa saja yang menjadi factor penghambat dan pendukung dari upaya
tersebut?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan permasalahan di atas dapatlah diketahui bahwa
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan oleh pihak
Pondok Pesantren As-Salafiyyah dalam upaya melakukan program
pemberdayaan terhadap ekonomi pesantren.
b. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi factor penghambat dan
pendukung dari kegiatan tersebut.
2. Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat guna dijadikan bahan masukan
bagi instansi atau lembaga yang bergerak dibidang pemberdayaan
ekonomi.
b. Dengan mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang ditemukan
dalam melakukan upaya pemberdayaan terhadap masyarakat diharapkan
dapat dijadikan bahan analisis sehingga memudahkan dalam mengambil
tindakan dan langkah-langkah yang lebih efektif dan tepat sasaran dalam
upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat.
D. Metodologi Penelitian
1. Dasar Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, pendekatan ini
dimaksudkan untuk menggambarkan suatu kenyataan empiris yang terjadi, dalam
hal ini penelitian menjelaskan langkah-langkah dan bentuk-bentuk kegiatan oleh
Pondok Pesantren As-Salafiyyah Sukabumi dalam menjalankan program
pemberdayaan ekonomi masyarakat. Sedangkan metode yang digunakan adalah
metode kualitatif. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku
yang dapat diamati.7
2. Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada Pondok Pesantren As-Salafiyyah yang
berlokasikan di Jalan Babakan Tipar Desa Cicantayan, Kec. Cisaat, Sukabumi.
Adapun alasan memilih lokasi tersebut adalah :
a. Karena letak Pondok Pesantren mudah di jangkau oleh peneliti.
b. Karena masyarakat di sekitar Pondok Pesantren As-Salafiyah
masih banyak yang bertaraf ekonomi lemah.
7 Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya 2000), h. 3
Adapun tehnik pengambilan sample yang digunakan adalah tehnik random
sampling dimana peneliti mengambil sebagian populasi sebagai sample yang
berjumlah 20 Kepala Keluarga.
3. Jenis Data
Jenis data yang dipergunakan dan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
jenis data kualitatif. Penelitian kualitatif cenderung dilakukan dengan jumlah
kasus sedikit. Satu kasus tunggal pun dapat dipakai, bila secara potensial memang
sangat sulit bagi peneliti untuk memperoleh kasus lebih banyak, dan bila dari
kasus tunggal itu memang diperlukan banyak informasi yang sangat mendalam.8
4. Sumber Data
Sumber data adalah subjek utama dalam meneliti masalah di atas untuk
memperoleh data-data yang konkret. Adapun sumber data dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Sumber Data Primer
Yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah
(pengasuh/pimpinan) Ro'is pesantren dan orang-orang kepercayaan
pesantren atau orang yang dipercaya oleh pimpinan pesantren
untuk mengelola program-program pesantren dalam pemberdayaan
masyarakat sekitar pesantren yang menjadi objek pemberdayaan
pesantren.
b. Sumber Data Sekunder
8 Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Prilaku Manusia, (LPSP3,
Fak. Psikologi UI, 2001), h. 56
Data sekunder adalah buku-buku dan dokumen-dokumen tertentu
dari berbagai literature yang berhubungan dan terkait dengan
penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan
cara berkomunikasi langsung atau tidak langsung yaitu dengan mempergunakan
teknik sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang diarahkan pada
kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang
muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam
hubungan tersebut.9 Yang diobservasi adalah program-program
pesantren yang berkaitan dengan pemberdayaan ekonomi
masyarakat.
b. Wawancara
Wawancara adalah situasi antar pribadi bertatap muka ketika
seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan
dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang diwawancarai
atau responden. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara tak berstruktur ketika melakukan wawancara
dengan penanggung jawab program pemberdayaan yang dilakukan
9 Fred N. Kerlinger, Asas-Asas Penelitian Baharigural, (Yogyakarta : UGM Press, 2000),
h. 770
oleh pihak pesantren, dan wawancara berstruktur ketika peneliti
melakukan wawancara dengan masyarakat yang diberdayakan.
6. Analisa Data
Dalam menganalisa data pada penelitian kualitatif dengan menggunakan
system katagorisasi, dilanjutkan dengan penapsiran data yang salah satu tujuannya
adalah deskriptif analitik, yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis
membaca, mempelajari, memahami, dan kemudian menguraikan semua data yang
diperoleh, lalu analisis komparatif sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian.10
Adapun dalam teknik penulisan dan transliterasi menggunakan buku
"Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta", terbitan UIN Press, Jakarta tahun 2004.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, sebelum penulis mengadakan penelitian lebih
lanjut kemudian menyusunnya menjadi karya ilmiah, maka langkah awal yang
penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu terhadap skripsi-skripsi terdahulu
yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Maksud
pengkajian ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang
tidak sama atau berbeda dengan penelitian dari skripsi-skripsi sebelumnya.
Adapun setelah peneliti mengadakan suatu kajian kepustakaan, penulis
tidak menemukan judul dan objek skripsi yang sama. Penulis menemukan judul
10
Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda Karya, 2000), h.
197-198
skripsi dari Abdul Fikri jurusan Manajemen Dakwah yang membahas tentang
"Pola Pendayagunaan Dana Zakat Pada BAZDA Kota Tangerang Dalam Upaya
Pemberdayaan Usaha Ekonomi Lemah". Judul dan objek penelitian tersebut
sangat jauh berbeda dengan yang penulis teliti, hanya dalam dalam kata
pemberdayaannya saja yang sama. Kemudian penulis menemukan judul skripsi
dari Siti Marfu’ah Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam yang membahas
tentang "Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat oleh Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM)". Judul dan objek penelitian ini pun berbeda namun pembahasannya
hampir sama yaitu membahas tentang pemberdayaan ekonomi masyarakat, karena
penulis juga banyak membahas masalah pemberdayaan ekonomi masyarkat.
F. Sistematika Penulisan
Penyajian dalam skripsi ini dijabarkan atas lima bab, dimana antara bab
yang satu dengan bab yang lainnya saling berkaitan dan masing-masing bab terdiri
dari sub-sub bab. Untuk lebih jelas berikut adalah sistematikanya :
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis, terdiri dari Pengertian Manajemen, unsur-
unsur manajemen, pengertian pemberdayaan, bentuk-bentuk
pemberdayaan, pengertian manajemen pemberdayaan, tahap-
tahap pemberdayaan masyarakat, proses pemberdayaan
masyarakat, sekilas pengertian ekonomi, dan pengaruh
kemiskinan terhadap berbagai aspek kehidupan.
BAB III : Gambaran Umum Pondok Pesantren As-Salafiyyah, sejarah
berdirinya, visi dan misi berdirinya, struktur organigram
Pondok Pesantren As-Salafiyyah, dan sekilas deskriptif
program-program pemberdayaan yang dilakukan oleh Pondok
Pesantren As-Salafiyyah Sukabumi.
BAB IV : Analisis Manajemen Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di
Pondok Pesantren As-Salafiyyah Sukabumi, bentuk program
pemberdayaan ekonomi masyarakat, factor penghambat dan
pendukung program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang
dilakukan oleh Pondok Pesantren As-Salafiyyah.
BAB V : Penutup terdiri dari: kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PROGRAM
1. Pengertian Program
Program adalah rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha (dulu
ketatanegaraan, perekonomian, dsb) yang akan dijalankan.11
Program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
seseorang atau sekelompok organisasi, lembaga, bahkan negara. Jadi
seseorang, sekelompok organisasi, lembaga bahkan negara memiliki suatu
program. Suharsimi Arikunto, mengungkapkan sebagai berikut:12
Program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
untuk mencapai kegiatan tertentu.
2. Macam-macam Program
Macam atau jenis program dapat beragam wujud, jika ditinjau dari
berbagai aspek, program ditinjau dari:
a. Tujuan, ada yang bertujuan mencari keuntungan, maka ukurannya adalah
seberapa banyak program tersebut telah memberikan keuntungan, dan jika
program tersebut bertujuan sukarela, maka ukurannya adalah seberapa
banyak program tersebut bermanfaat bagi orang lain.
11
Tim Penyusun Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 702 12
Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1998),
h. 34
b. Jenis, ada program pendidikan, program pemberdayaan, program koperasi,
program kemasyarakatan, dan sebagainya. Klasifikasi tersebut tergantung
dari isi program yang bersangkutan.
c. Jangka waktu, ada program jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang.
d. Keluasan, ada program sempit dan ada program luas.
e. Pelaksanaannya, ada program kecil dan ada program besar.
f. Sifatnya, ada program penting dan ada program kurang penting.13
3. Tujuan Program
Tujuan adalah sasaran atau maksud yang harus dicapai dalam proses
pelaksanaan kegiatan yang direncanakan. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto sebagai berikut:14
Tujuan program merupakan suatu yang pokok dan harus dijadikan pusat
perhatian oleh evaluator. Jika suatu program memiliki tujuan yang tidak
bermanfaat maka program tersebut tidak perlu dilaksanakan.
Tujuan program dibagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan
khusus.
Tujuan umum biasanya menunjukkan output dari program jangka panjang,
sedangkan jangka khusus outputnya jangka pendek.15
13
Ibid, h. 2 14
Ibid, h. 35 15 Ibid. h. 45
B. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah suatu usaha jangka panjang untuk
memperbaiki proses pemecahan masalah dan melakukan pembaharuan.
Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai perubahan kearah yang lebih baik
dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya
meningkatkan tarap hidup ketingkat yang lebih baik. Pemberdayaan adalah
meningkatkan kemampuan dengan rasa percaya diri untuk menggunakan daya
yang dimiliki, tentunya dalam menetukan tindakan ke arah yang lebih baik
lagi.16
Dalam pandangan Islam, agama adalah pemberdayaan,
pemberdayaan harus merupakan gerak tanpa henti. Istilah pemberdayaan
adalah terjemah dari istilah asing "empowermen". Secara leksikal
pemberdayaan berarti penguatan. Sedangkan secara teknis istilah
pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya diserupakan dengan istilah
pengembangan dan istilah ini dalam batasan-batasan tertentu dapat
dipertukarkan. Imang Mansyur Burhan mendefinisikan pemberdayaan umat
atau masyarakat adalah: sebagai upaya membangkitkan potensi umat Islam
kearah yang lebih baik dalam kehidupan sosial, politik maupun ekonomi.17
Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang ini tidak
mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan,
16
Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, (Yogyakarta: UGM Press 1999), h.
15 17 Ibid, h. 42
dengan kata lain memberdayakan adalah meningkatkan kemapuan dan
meningkatkan kemandirian masyarakat.18
Setelah melihat berbagai pendapat dari para ahli mengenai
pemberdayaan, penulis mencoba mengambil suatu kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan pemberdayaan adalah:
a. Pemberdayaan adalah pengembangan diri atau masyarakat dari
keadaan yang tidak berdaya menjadi berdaya.
b. Pemberdayaan adalah upaya meningkatkan kemapuan dan
kemandirian masyarakat.
c. Pemberdayaan adalah suatu proses perubahan dengan waktu yang
cukup panjang dilakukan secara continue untuk menuju kearah
yang lebih baik.
Sedangkan masyarakat biasa diartikan kelompok manusia yang
saling berinteraksi yang memiliki prasarana untuk mencapai tujuan
bersama. Masyarakat adalah tempat melihat dengan jelas proyeksi individu
sebagai keluarga, keluarga sebagai prosesnya, masyarakat hasil dari
proyeksi tersebut.19
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang saling terkait oleh
sistem, adat istiadat, ritus-ritus serta hukum khas dan hidup bersama.
18
Gunawan Sumodiningrat, Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, (PT.
Bina Rena Pariwara), Cet. Ke-2, h. 165 19
Murtada Mukhtshari, Masyarakat dan Sejarah, (Bandung: Mizan, 1995) cet. Ke-5, h.
15
Masyarakat adalah yang terdiri dari individu-individu yang hidup secara
berkelompok.20
Dari kedua definisi tentang pemberdayaan dan masyarakat secara
terpisah maka secara sederhana pemberdayaan masyarakat adalah :
"Bagaiamana mengembangkan keadaan atau situasi dari tidak berdaya
menjadi berdaya ke arah yang lebih baik kepada individu yang hidup
secara bersama".21
Pemberdayaan masyarakat dapat juga diartikan sebagai suatu
gerakan yang dirancang untuk meningkatkan tarap hidup keseluruhan
masyarakat, atau juga diartikan proses perubahan yang dilakukan secara
terus menerus oleh individu untuk menuju kearah yang lebih baik.22
Pemberdayaan yang terjadi pada masyarakat bukanlah suatu
proses yang berhenti pada satu titik tertentu, tetapi merupakan suatu upaya
kesinambungan untuk meningkatkan daya yang ada.
Upaya pemberdayaan yang dilakukan pada masyarakat tentunya
tidak sepenuhnya berjalan dengan mulus, dalam pelaksanaannya ada
beberapa kendala yang akan dihadapi salah satunya adalah kepribadian
individu-individu dari sistem sosial.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat
adalah proses pengembangan, peningkatan tarap hidup masyarakat menuju
20
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : Rajawali Press, 1987), Cet. Ke-1, h.75
21
Darmansyah, Ilmu Sosial Dasar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h. 801 22
Isbandi Rukmiyanto, Pemberdayaan dan pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, Pengantar Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2001),
h. 36
arah yang lebih baik atau melakukan perubahan kepada masyarakat agar
keluar dari kehidupan yang membelenggunya seperti kemiskinan dan
keterbelakangan.
2. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat
Upaya untuk memberdayakan masyarakat terdiri dari tiga tahapan
yaitu:
a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat itu berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan
bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi (daya)
yang dapat dikembangkan.
b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Dalam
rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata, serta
pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat
masyarakat semakin berdaya dalam memanfaatkan peluang.
c. Memberdayakan juga mengandung arti menanggulangi.23
Ada tiga tahapan dalam pemberdayaan yaitu :
a. Pemberdayaan pada mitra ruhaniyyah, degradasi moral atas
pergeserannilai masyarakat Islam saat ini sangat mengguncang
masyarakat Islam. Kepribadian kaum muslimin terutama generasi
muda begitu gampang terbawa arus kebudayaan negatif barat, hal ini
juga diperparah dengan gagalnya pendidikan agama. Untuk keluar dari
23Ibid, h. 164
masalah ini masyarakat Islam harus berjuang keras mendisain
kurikulum yang benar-benar berorientasi pada pemberdayaan total
ruhaniyah Islamiyah yang tidak bertentangan dengan perjuangan
kebenaran ilmiyah dan kemodernan.
b. Pemberdayaan Intelektual, umat Islam yang berada di Indonesia
bahkan dimana pun sudah terlalu jauh tertinggal dalam kemajuan dan
penguasaan teknologi. Untuk itu diperlukan berbagai upaya
pemberdayaan intelektual sebagai sebuah perjuangan besar.
c. Pemberdayaan ekonomi, masalah kemiskinan menjadi demikian
identik dengan masyarakat Islam. Dan pemecahannya merupakan
tanggung jawab masyarakat Islam itu sendiri. Situasi ekonomi
masyarakat Islam Indonesia bukan untuk diratapi melainkan untuk
dicari jalan keluarnya. Untuk keluar dari himpitan ekonomi ini
diperlukan perjuangan yang besar dan gigih dari setiap komponen
umat, bahwa seorang manusia harus mampu menguasai life skill atau
keahlian hidup.24
3. Proses Pemberdayaan Masyarakat
Proses pemberdayaan masyarakat terdiri atas lima tahapan yaitu :
a. Menghadirkan kembali pengalaman yang dapat memberdayakan
dan tidak memberdayakan.
24
Nanih Mahendrawati dan Agus Ahmad Syafe'1, Pengembangan Masyarakat Islam,
(Bandung: Rosda Karya 2001), Cet. Ke-1, h. 25
b. Mendiskusikan mengapa terjadi pemberdayaan dan tidak
pemberdayaan.
c. Mengidentifikasi masalah.
d. Mengidentifikasi basis daya yang berguna.
e. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan
mengimplementasikannya.25
Dari uraian di atas bahwa pemberdayaan yang terjadi pada
masyarakat, bukanlah suatu proses yang berhenti pada suatu titik tertentu
tetapi lebih merupakan sebagai upaya kesinambungan untuk meningkatkan
daya yang ada.
C. EKONOMI
1. Pengertian Ekonomi
Pada awalnya kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos
dan Nomos. "Oikos" artinya rumah, tempat tinggal atau lingkungan hidup.
Sedangkan "Nomos" artinya aturan, norma-norma atau ilmu. Jadi ekonomi
adalah ilmu yang mengatur rumah tangga, tempat tinggal atau lingkungan
hidup. Jadi ekonomi berarti pengetahuan tentang peristiwa dan persoalan yang
berkaitan dengan usaha manusia secara perorangan (pribadi), kelompok
(keluarga, suku, bangsa, organisasi) dalam memenuhi kebutuhan yang tidak
terbatas yang dihadapkan pada sumber yang terbatas.26
25
Ibid, h. 55 26
L.T. Sianturi dan H.K.A Moyoto, Ekonomi dan Koprasi, (Jakarta: Gunung Mulia
1992), h. 4
Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari usaha-usaha individu dalam
ikatan pekerjaan dalam kehidupannya sehari-hari.27
Berdasarkan beberapa definisi tentang ekonomi di atas, penulis
berpendapat bahwa ekonomi adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia
dalam mengatur rumah tangga, tempat tinggal, dan lingkungan untuk
memenuhi lingkungan hidup.
2. Peran Ekonomi Dalam Kehidupan
Sejak manusia hidup, tumbuh dan bergaul timbullah satu masalah
yang harus dipecahkan bersama yaitu bagaimana manusia memenuhi
kebutuhan hidup mereka masing-masing. Karena kebutuhan seseorang tidak
mungkin dapat dipenuhi oleh dirinya sendiri karena makin luas pergaulan
mereka makin bertambah kuatlah antara satu sama lainnya untuk memenuhi
kebutuhan itu.
Kebutuhan perekonomian manusia telah dihadapi sepanjang zaman
dengan berbagai kesibukan. Kesibukan manusia ditunjukan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya yang beraneka ragam. Contohnya pada manusia primitif
mereka hidup dari hasil mengambil ikan, hasil buruan, bertani, dan mengambil
hasil hutan yang diperlukan, dengan alat sederhana mereka memenuhi
kebutuhan untuk diri sendiri dan hidup dalam lingkungan. Tetapi sekarang
kesibukan manusia terdapat disegala lapangan dan berbagai macam kegiatan
27
Muhammad Al-assal Fathi dan Muhammad Abdul Karim, Sistem, Prinsip, dan Tujuan
Ekonomi Islam, (Pustaka Setia 1999), Cet, Ke-1, h. 10
seperti menjual sayur, bertani, supir, pegawai kantor, guru, dokter dan lain-
lainnya.
Majunya pengetahuan tekhnologi sangat memungkinkan terbukanya
lapangan usaha baru. Terbukanya lapangan usaha baru itu akan menambah
keanekaragaman kebutuahan manusia. Dalam kehidupan perekonomian,
manusia selalu merasa hidup kekurangan, hal ini sangat nyata terlihat dari
kesibukan manusia yang tiada henti dalam berbagai lapangan usaha. Perasaan
hidup yang selalu berkekurangan ini mendorong manusia untuk melakukan
berbagai macam tindakan yang disebut sebagai tindakan ekonomi. Tindakan
ekonomi adalah segala usaha atau kegiatan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.28
Dengan demikian jelaslah bahwa semua segi kehidupan manusia
perlu dilakukan berbagai macam tindakan ekonomi agar tercapai kebutuhan
yang diinginkan. Dalam hal bukan kebutuhan hal hidup seseoorang saja yang
dipenuhi, tetapi kebutuhan hidup bersama, yaitu : masyarakat, Negara dan
akhirnya kebutuhan internasional yang meliputi kebutuhan manusia sedunia.
Dengan demikian sangatlah jelas bahwa urgensi dari ekonomi itu
sendiri atau berhubungan dengan uang yang semuanya itu sangat dicintai dan
berkuasa atas manusia. Ekonomi sumber segala pekerjaan, pusat dari susunan
alam dan dengan ekonomi pula manusia mencapai tingkat yang paling tinggi
dari kemajuan dan kebahagiaan.
28 L.T. Sianturi dan H.K.A Moyoto, Ekonomi dan Koprasi, h. 3
D. PONDOK PESANTREN
1. Pengertian Pondok Pesantren
Secara etimologi pondok pesantren berasal dari dua kata, yaitu :
pondok dan pesantren. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
pondok dapat diartikan sebagai "tempat belajar agama Islam".29 Di dalam
kamus Al-Munir kata pondok berasal dari bahasa arab, yaitu: (Funduuq)
yang berarti: hotel atau penginapan".30
Sedangkan kata pesantrren dapat
didefinisikan sebagai "asrama tempat suci atau tempat murid-murid belajar
mengaji".31
Sedangkan secara terminologi pondok pesantren adalah
"lembaga dakwah yang mewujudkan proses pendidikan Nasional".32
Pesantren sebagai lembaga pendidikan nasional umat islam untuk
mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan
ajaran islam dengan memberikan tekanan pada keseimbangan antara aspek
ilmu dan aspek perilaku. Pesantren dipimpin oleh seorang Kyai yang
bertanggungjawab atas seluruh proses pendidikan dalam pesantren.33
Mastuhu mendefinisikan pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional
Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan
29 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), h. 695 30
Ahmad Warsan Al-Munawar, Al-Munir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progrisif, 1997), h. 1073.
31 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar, h. 667
32 Nurcholis Majid, Merumuskan Kembali Tujuan Pondok Pesantren Dalam Pergaulan
Dunia Pesantren, (Jakarta: P3M, 1985), h. 3 33
Djohan Effendi, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka,
1990), Cet. Ke-1, h. 187
mengamalkan ajaran Islam dengan menekan pentingnya moral keagamaan
sebagai pedoman sehari-hari.34
Dari definisi-definisi diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa
pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Isalm yang didalamnya
terdapat murid yang disebut santri dan dipimpin oleh seorang Kyai.
2. Komponen-komponen Pondok Pesantren
Untuk lebih mendekatkan pemahaman terhadap pesantren pada
pembahasan ini akan dikemukakan komponen-komponen pondok
pesantren. Pesantren itu terdiri dari lima elemen pokok, yaitu: Kyai, santri,
masjid, pondok dan pengajaran kitab-kitab klasik.35
a. Kyai: Istilah kyai, Bindere, nun, ajengan dan guru adalah sebutan yang
semula diperuntukan bagi para ulama tradisional dipulau jawa.
Walaupun sekarang Kyai sudah digunakan secara umum bagi semua
ulama baik tradisional maupun modern, dipulau jawa maupun diluar
pulau jawa.
Kyai dapat juga dikatakan Tokoh non formal yang ucapan-ucapan dan
seluruh prilakunya akan dicontoh oleh komunitas disekitarny. Kyai
berfungsi sebagai sosok model atau teladan yang baik tidak saja bagi
santrinya, tetapi juga bagi seluruh komunitas disekitar pesantren.36
34
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), h. 6 35
Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1984), Cet. Ke-3, h. 18 36
Yasmadi, Moderenisasi Pesantren, Kritikan Nurcholis Majid Terhadap Pendidikan
Islam Tradisional, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. H. 61
a. Santri: Santri sebagai elemen kedua dari kultur pesantren yang
merupakan unsur pokok yang tidak kalah pentingnya dari keempat unsur
lain. Biasanya santri terdiri dari dua kelompok. Pertama, Santri mukim:
Ialah santri yang berasal dari daerah jauh dan menetap dalam pondok
pesantren. Kedua Santri kalong: Ialah santri-santri yang berasal dari
daerah-daerah sekitar pesantren dan biasanya mereka tidak menetap
dalam pesantren, mereka pulang kerumah masing-masing setiap selesai
mengikuti suatu pelajaran di pesantren.37
b. Masjid: Masjid sebagai unsur ketiga ialah sebagai pusat kegiatan ibadah
dan belajar mengajar. Masjid merupakan sentral sebuah pesantren karena
disinilah pada tahap awal bertumpu seluruh kegiatan dilingkungan
pesantren, baik yang berkaitan dengan ibadah, shalat berjama'ah, dzikir,
wirid, do'a, i'tikaf, dan juga kegiatan belajar mengajar.38
c. Pondok: pondok adalah asrama bagi para santri merupakan ciri khas tradisi
pesantren, yang membedakannya dengan sistem pendidikan lain. Ada
tiga alasan utama kenapa pesantren harus menyediakan asrama bagi para
santri, pertama: Kemasyhuran seorang Kyai dan kedalaman
pengetahuannya mengali ilmu dari kyai tersebut dengan baik dan teratur
serta dalam waktu yang lama, para santri harus menetap di pondok.
Kedua: mayoritas pesantren berada di desa-desa dimana tidak ada
perumahan yang cukup untuk menampung para
37
Nurcholis Majid, Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta: Paramadina,1997), Cet. Ke-
1, h. 52 38 Yasmadi, Modernisasi Pesantren, h. 64
d. santri, dengan demikian perlu adanya asrama khusus untuk
menampungnya. Ketiga : ada sikap timbal balik antara kyai dan santri,
para santri menganggap kyai seolah-olah sebagai bapaknya sendiri dan
juga sebaliknya. Sikap timbal balik ini menimbulkan keakraban dan
kebutuhan untuk saling terus menerus satu sama lainnya.39
e. Pengajaran kitab-kitab klasik: penggalian khazanah budaya Islam
melalui kitab-kitab klasik salah satu unsur yang terpenting dari
keberadaan sebuah pesantren dari yang membedakannya dengan
lembaga pendididkan lainnya. Pesantren sebagai lembaga pendididkan
Islam tradisional tidak dapat diragukan lagi berperan sebagai pusat
transmisi ilmu-ilmu ke Islaman, terutama yang bersipat kajian-kajian
klasik. Maka pengajaran kitab-kitab klasik telah menjadi karakteristik
yang merupakan ciri khas dari proses belajar mengajar di pesantren.40
3. Tipe-Tipe Pondok Pesantren
Berdasarkan keputusan Menteri Agama RI nomor 3/1979, ada empat
tipe pondok pesantren, yaitu : A, B, C, dan D. Pertama, pondok pesantren
tipe A, ialah pondok pesantren dimana para santri belajar dan bertempat
tinggal bersama dengan guru (kyai), kurikulumnya terserah pada para
kyainya, cara memberi pelajaran individual dan tidak menyelenggarakan
madrasah untuk belajar.
39
Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren, h. 18 40
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam, Studi Kritis dan Refleksi Historis,
(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), h. 108
Kedua, pondok pesantren tipe B, ialah pesantren yang mempunyai
madrasah dan kurikulum, pengajaran dan kyai dilakukan dengan cara studium
general, pengajaran pokok terletak pada madrasah yang di selenggarakannya.
Kyai memberikan pelajaran secara umum kepada para santri pada waktu yang
telah ditentukan, para santri tinggal disitu dan mengikuti pelajaran-pelajaran
dari kyai disamping mendapatkan ilmu pengtahuan agama dan umum di
madrasah.
Ketiga, pondok pesantren tipe C, yaitu: pondok pesantren yang fungsi
utamanya hanya sebagai tempat tinggal atau asrama, santri-santrinya belajar di
madrasah atau sekolah-sekolah umum, fungsi kyai disini sebagai pengawas,
pembina mental, dan pengajar agama.
Keempat, pondok pesantren tipe D, yaitu: pondok pesantren yang
menyelenggarakan sistem pondok sekaligus sistem sekolah madrasah.41
Adapun pondok pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan,
lembaga sosial, juga berfungsi sebagai pusat penyiaran agama Islam yang
mengandung kekuatan resistensi terhadap dampak modernisasi, sebagaimana
telah diperankan pada masa lalu dalam menentang penetrasi kolonisme
walaupun dengan cara uzlah atau menutup diri.42
Fungsi lainnya yaitu sebagai instrument untuk tetap melestarikan
ajaran-ajaran Islam di bumi nusantara, karena pesantren mempunyai pengaruh
yang kuat dalam membentuk dan memelihara kehidupan nasional, kultural,
41
Departemen Agama RI, Pola Pengembangan Pondok Pesantren, (Proyek Peningkatan
Pondok Pesantren, 2000), h. 14 42
M. Dawan Raharjo, Perkembangan Masyarakat Islam dalam Persepektif Pesantren
dan Pergaulan Dunia Pesantren, (Jakarta: P3M, 1985), h. vii
keagamaan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu antara fungsi poindok
pesantren dengan lembaga lainnya tidak bisa dipisahkan yakni untuk
meneruskan dan mensukseskan pembangunan nasional, karena pendidikan
dinegara kita diarahkan agar terciptanya manusia yang bertaqwa, mental
membangun dan memiliki keterampilan serta berilmu pengetahuan sesuai
dengan perkembangan zaman.
BAB III
GAMBARAN UMUM
PONDOK PESANTREN AS-SALAFIYAH CISAAT SUKABUMI
A. Sejarah Berdirinya
Pesatnya perkembangan media informasi yang berteknologi tinggi
telah menjangkau berbagai lapisan masyarakat tak terkecuali anak-anak. Tak
jarang muatan di dalamnya meninabobokan anak-anak di usia dini untuk
mengkonsumsinya, sehingga dapat dipastikan mental spiritual meeka telah
terkontaminasi dengan media hiburan yang mungkin tanpa bimbingan dan
pengawasan dari kedua orang tua. Orang tua bekerja keras diluar rumah demi
masa depan keluarga terutama anak-anaknya, sementara tak banyak waktu
bagi kedua orang tua untuk menumbuh kembangkan mental spiritual anak
mereka, sehingga sudah seyogyanya sebuah lembaga pendidikan mulai
memperhatikan masa depan anak-anak, yaitu dengan mendirikan
Pesantren As-Salafiyah mulai dirintis pada tahun 1942 oleh Mama
K.H. Abdullah Mahfudz (alm). Dulu nama pesantren ini adalah "Miftahul
"Ulum" tetapi lebih ngetrend dengan sebutan pesantren babakan, dan para
santrinya adalah warga masyarakat yang berada disekitar daerah sukabumi,
ketika nama beliau mulai dikenal dan para santri diluar kota mulai
berdatangan, pada tahun 1969 K.H. Abdullah Mahfudz meninggal dunia,
sehingga pada waktu itu terjadi kepakuman, barulah pada tahun 1977 tongkat
kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya yaitu K.H. Ahmad Makki, gerakan
pertama nama pesantren Babakan Tipar beliau ganti menjadi Pesantren As-
Salafiyah.
Kata As-Salafiyah diambil dari dalil yang artinya setiap kebaikan yang
menyelamatkan kita diakhirat haruslah mengikuti jejak Ulama Salaf. Dan
akhirnya Pesantren Babakan Tipar ini dikenal menjadi Pesantren As-Salafiyah
pada tahun itu juga bersama istrinya yang bernama HJ. Imas Syihabul Millah
beliau membangun pesantren putri pertama di Kota Sukabumi, dikenal
dengan nama Asrama Putri As-Salafiyah.43
Penyelenggaraan pendidikan non formal metodologi salafiyah. Dari
tahun ketahun terus dikembangkan dan ditingkatkan sehingga meliputi
berbagai fan ilmu (Al-Qur'an, Qiroat dan tajwid, Tafsir, Hadist, Tauhid,
Fiqih, Akhlaq, Nahwu Shorof, Mantiq, Falaq, Arud, Bilaghah dan Tasauf,.
Dengan pembagian kelas ibtida, Ausath dan Ulya, dan menggunakan sistem
atau metode Balagan, Sorogan, takhfidz dan Hafalan, Diskusi dan Praktik.44
Untuk lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia, Mama KH. Ahmad
Makki berinisiatif menerbitkan kitab terjemah dan penjelasan kitab-kitab
kuning, adapun tujuannya adalah membantu mempermudah para santri dalam
mengkaji kitab kuning. Alhamdulillah hasil terbitan As-salafiyah sudah
diterima oleh masyarakat diwilayah Jawa Barat, Banten, DKI, Lampung dan
lain-lain.
43
KH. Ahmad Makki, Ketua Umum, Wawancara Pribadi, (Pondok Pesantren As-
Salafiyah, Sukabumi, 25 Januari 2008) 44
Ust. Sufri. S.H.I, Bid Pendidikan, Wawancara Pribadi, (Pondok Pesantren As-
Salafiyah Sukabumi, 25 januari 2008)
B. VISI DAN MISI PONDOK PESANTREN AS-SALAFIYAH
Pondok Pesantren As-salafiyah merupakan pondok pesantren yang
bertanggung jawab terhadap pembinaan masyarakat yang berada di wilayah
kota suka bumi khususnya dan umumnya masyarakat Indonesia. Banyak
potensi yang dimiliki pondok Pesantren As-Salafiyah baik berupa fisik
maupun SDM, diantarannya: bangunan permanen dua tingkat, Masjid, kamar
tidur kobong atau aula, kamar mandi, pengaturan makan secara kolektif
(kost), jasa pencucian, masing-masing kamar memiliki satu pengawas
Asatidz/dzah. Intinya berdakwah mengembangkan syiar Islam sebagai mana
yang di perintahkan Allah dan Rasul-Nya.
Visi Pondok Pesantren as-Salafiyah adalah terwujudnya generasi
muda Islam yang berkualitas dan berakhlakul karimah
Sedangkan misi pondok pesantren As-Salafiyah adalah membentuk
santriwan dan santriwati yang mempunyai kepribadian yang berakhlakul
karimah, mempunyai keilmuan yang luhur, dan akhlaq yang adi luhung.
Melayani masyarakat dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
keagamaan dan duniawi, menyelenggarakan berbagai kegiatan sosial dan
pemberdayaan masyarakat dan menjadi pihak yang ikut aktif dalam gerakan
bersama seluruh komponen masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas
moral bangsa.45
45
Ust. Abdul Azis, Rois A'm, Wawancara Pribadi, (Pondok pesantren As-Salafiyah
Sukabumi, 25 Januari 2008)
Dengan kata lain adalah mensejahterakan masyarakat Kota Sukabumi
khususnya dan umumnya masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang taat
dan patuh terhadap ajaran Islam, dan menjalani kehidupan sehari-hari dengan
syariat Islam.
C. LETAK GEOGRAFIS
Letak Pondok Pesantren As-Salafiyah ini, di pinggir jalan utama yang
menuju ke Kota Sukabumi yang berdampingan dengan beberapa pondok
pesantren yang juga sudah kenamaan di Kota Sukabumi, seperti Pondok
Pesantren Al-Masturiyah dan Pondok Pesantren Sunanul Huda.
Pondok Pesantren As-Salafiyah luas areanya sekarang ini kurang lebih
2 hektar dengan berlokasi strategis kebeberapa tempat lembaga pendidikan
umum, baik yang mau sekolah SD, SMP, SMU, ALIYAH dan Perguruan
tinggi, Pesantren As-Salafiyah ini juga berada di jalur transit dan jalan ke
Jakarta, sehingga sangat mudah untuk mencapai lokasi.
Dari segi bangunan, Pondok Pesantren As-Salafiyah mempunyai
bangunan yang cukup baik, karena sekelilingnya terdapat persawahan yang
terbentang luas. Segala usia khususnya usia SD dan SMP, disiapkan bangunan
dengan nama Asrama Insan Kamil As-Salafiyah 1, juga menerima santri
putra-putri yang ingin sekolah di luar, dengan segala persyartan yang tentunya
sudah diatur oleh pihak Pesantren.
Pondok PesantrenAs-Salafiyah yang mempunyai bangunan permanen
dua tingkat yang terdiri dari beberapa kamar (kobong) dan aula tempat para
santri menuntut ilmu agama, tak ketinggalan pula fasilitas kamar mandi yang
terdiri dari beberapa ruangan agar para santri dapat bergantian atau bersama-
sama melakukan kebersihan dengan tanpa ada rasa kecemburuan.
D. Stuktur Organisasi
Dari sega bahasa, stuktur dapat berarti cara bagaimana sesuatu disusun
atau di bangun. Sedangkan organisasi dapat berarti susunan atau aturan dari
berbagai bagian, Sehingga merupakan kesatuan yang terarur dan tersusun.46
Struktur organisasi dalam sebuah lembaga, termasuk pondok pesantren
As-Salafiyah, dimaksudkan sebagai kerangka untuk mengetahui ruang
lingkup, jalur kondisi, kegiatan dan fungsi-fungsi yang dijalankan masing-
masing bagian yang ada dalam struktur organisasi yang bersangkutan.
Soetmina mengatakan bahwa: Struktur organisasi ialah suatu kerangka
yang menunjukan semua tugas kerja untuk mencapai tujuan organisasi,
hubungan antara fungsi-fungsi tersebut, serta wewenang dan tanggung jawab
setiap anggota organisasi yang melakukan tiap-tiap tugas kerja tersebut".47
Organisasi adalah merupakan kerja sama diatara beberapa orang untuk
mencapai tujuan dengan mengadakan pembagian dan peraturan kerja yang
menjadi ikatan kerja sama dalam organisasi itu demi mencapai tujuan secara
efektif dan efisien'.48
46
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1994/ 1995), Cet. Ke-3, h. 860 47
Soetmina, Perpustakaan, Kepustakawan dan Pustakawan, (Yogyakarta: Kanisus,1992),
Cet. Ke-1, h. 57 48
Ek. Imam Munawir, Asa-Asas Kepemimpinan Dalam Islam, (Surabaya: Usaha
Nasional), h. 96
Berangkat dari kutipan diatas, Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
struktur organisasi dimaksudkan sebagai kerangka kerja sama diantara orang-
orang yang akan bertindak, menyusun tenaga kerja dan tugas-tugas dan
menyusun bagian-bagian sedemikian rupa dengan panuh rasa tanggung jawab
sehingga dalam sistem organisasi, apa yang dicita-citakan dapat terwujud.
Untuk mencapai misi yang diemban dalam pengurus pondok pesantren
As-Salafiyah maka disusunlah sebuah struktur dalam rangka pembagian kerja
untuk orang-orang yang tepat, sehingga pada gilirannya tujuan dapat tercapai
secara baik.
Adapun Stuktur dan susunan pengurus Pondok Pesantren As-Salafiyah
adalah sebagai berikut:
STAF ORGANISASI AS-SALAFIYAH
Sumber: Pondok Pesantren As-Salafiyah
E. AKTIVITAS PONDOK PESANTREN AS-SALAFIYAH
Dalam keseharian santri belajar untuk hidup disiplin dal keperibaian
dan belajar, maka pihak pesantren membuat schedule kegiatan harian dan
ROIS A'M
Ust. Abdul Aziz
WAKIL ROIS
Ust. Iwan Mulyawan S. Sos. I
BENDAHARA
Ust. Asep Abdul Rohim
SEKRETARIS
Ust. Iwan Miftahul Bisri, S. Pd. I
PENDIDIKAN
Ust. Sofyan Sauri
Ust. Wahyu Hidayatullah
Ust. Sufrihatin, S. H. I
PENDIDIKAN
Ust. Sofyan Sauri
Ust. Wahyu Hidayatullah
Ust. Sufrihatin, S. H. I
KEBERSIHAN
Ust. Harun Kabir
Ust. Ismatullah
KEAMANAN
Ust. Deden M
Ust. Khoerul Bahri
kegiatan mingguan. Untuk kegiatan harian santri diajarkan pengajian kitab
kuning setiap habis shalat lima waktu.
Adapun kegiatan mingguan:
1. Malam Minggu : Latihan Muhadoroh
2. Minggu Pagi : Olah raga / Kerja bakti
3. Minggu Siang : Istirahat
4. Malam Kamis : Riyadoh
5. Malam Jum'at : Barjanji / Marhaba'an
6. Jum'at Subuh : Ziarah
7. Jum'at Sore : Latihan Marawis
Sumber : Pondok Pesantren As-Salafiyah
BAB IV
PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI PADA
PONDOK PESANTREN AS-SALAFIYYAH SUKABUMI
A. Analisa Program Pemberdayaan Ekonomi Pada Pondok Pesantren As-
Salafiyyah Sukabumi
Pemberdayaan sebagaimana diungkapkan T. Hani Handoko,
merupakan suatu usaha jangka panjang untuk memperbaiki proses pemecahan
masalah dan melakukan pembaharuan. Pemberdayaan dapat juga diartikan
sebagai perubahan kepada arah yang lebih baik dari tidak berdaya menjadi
berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya meningkatkan tarap hidup
ketingkat yang lebih baik. Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan
dengan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki, tentunya
dalam menentukan tindakan ke arah yang lebih baik lagi.
Pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horizon pilihan
bagi masyarakat, dalam upaya pendayagunaan potensi, pemanfaatan yang
sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat
diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat
memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pilhan-pilihan.49
Selain itu pemberdayaan atau pengembangan juga berarti
menciptakan kondisi semua orang yang lemah dapat menyumbang
49
Nanih Mahendrawati dan Agus Ahmad syafe’i, Pengembangan Masyarakat Islam,
(Bandung : Rosda Karya, 2001), Cet. Ke-1, h. 42
kemampuannya secara maksimal untuk mencapai tujuannya. Pemberdayaan
dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu bersenyawa dalam
masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan,
dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan mendirikan
masyarakat.50 Pemberdayaan menurut pengertiannya adalah suatu usaha untuk
meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang (masyarakat), agar dari segi
kehidupan ekonomimya dapat sedikit meningkat dibandingkan dengan yang
sebelumnya.
Merujuk kepada definisi tersebut di atas jelas bahwa program-
program kegiatan Pondok Pesantren As-Salafiyyah yang telah dijalankan
dengan signifikan dan sejalan terhadap pengembangan dan pemberdayaan
ekonomi masyarakat, program-program yang telah berjalan di Pondok
Pesantren As-Salafiyyah adalah sebagai berikut:
1. Percetakan
2. Kolam Ikan Hias
3. Santunan Tahunan kepada masyakat yang tidak mampu.
Program-program ini telah lama di kembangkan atau dijalankan di
Pondok Pesantren As-Salafiyyah. Sebagaimana kata KH. Ahmad Makki
selaku ketua umum Pondok Pesantren As-Salafiyyah bahwasanya percetakan
dan pembudidayaan ikan sangat membantu masyarakat sekitar Pondok
50
Bambang Ruditi (ed), Akses Peran Serta Masyarakat : Lebih Jauh Memahami
Community Development, (Jakarta : ICDS, 2003), h. 153
Pesantren ini dalam mensejahterakan kehidupannya sehari-hari, terutama bagi
masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan tetap atau mata pencaharian.51
Pesantren Assalafiyah adalah salah satu pondok pesantren yang ada
di Indonesia ini yang berupaya untuk memberdayakan masyarakat sekitar.
Karena kehidupan di sekitar Pondok Pesantren Assalafiyah masih sangat
sederhana, banyak pengangguran, belum lagi perempuan renta yang berjuang
sendirian di dunia ini demi menghidupi seluruh keluarganya dikarenakan sang
suami pergi ataupun telah tiada. Untuk itu KH. Ahmad Makki selaku
pimpinan Pondok Pesantren Assalafiyah berusaha keras agar dapat
memberdayakan masyarakat sekitar.
1. Program Percetakan
Berawal pada tahun 1988 dari kebiasaannya yang suka menulis, KH.
Ahmad Makki mencoba mengeluarkan beberapa kitab karangannya sendiri,
yang pada waktu itu beliau cetak di daerah Jakarta. Adapun kitab yang beliau
keluarkan diantaranya adalah Al-Fiyah, Zohar Tauhid, dan Hidayatul Azkiya.
Dari ketiga kitab cetakan beliau ini banyak permintaan masyarakat agar lebih
di perbanyak cetakannya. Adapun tujuan awal KH. Ahmad Makki
mengeluarkan cetakan ini adalah untuk para santri yang bermukim di
Pesantren Assalafiyah supaya para santri dapat lebih mudah dalam
mempelajari ilmu-ilmu yang ada di Pondok Pesantren.
51
KH. Ahmad Makki, Ketua Umum, Wawancara Pribadi, Pesantren As-Salafiyyah
Sukabumi, 25 Januari, 2008.
Pada tahun 1994, KH. Ahmad Makki mendirikan sendiri percetakan
di Pondok Pesantren. Yang kemudian terkenal dengan percetakan Al-Makki.
Jadi yang pada awalnya beliau hanya mengarang kitab dan mencetaknya di
luar atau di orang lain, sekarang beliau dapat mengarang kitab dan
mencetaknya sendiri di Pondok Pesantren Assalafiyah52.
Uniknya yang bekerja di percetakan ini diperuntukan khusus bagi
masyarakat sekitar, yang belum mempunyai pekerjaan tetap terutama wanita
yang berstatus janda yang juga tidak mempunyai pekerjaan tetap. Walaupun
lokasinya berada di dalam komplek pesantren, para santri tidak berkenan atau
tidak di perbolehkan untuk bekerja di percetakan ini. Namun hasil dari
percetakan itu setelah menggaji karyawannya dana yang masuk ataupun
penghasilan dari percetakan itu sepenuhnya di salurkan ke Pesantren. Jadi
selama ini dari mulai pembangunan pesantren sampai mensejahterakan para
santrinya KH. Ahmad Makki memperoleh dana dari hasil percetakan, dan
tidak memberatkan sedikitpun kepada santri. Santri disini di khususkan hanya
mencari ilmu saja.
Adapun pekerja atau karyawan yang bekerja di percetakan yang
sekarang dikenal dengan percetakan al-Makki ini berjumlah kurang lebih 50
orang dan kesemuanya itu adalah orang-orang sekitar Pondok Pesantren As-
Salafiyyah yang mempunyai potensi dan kemampuan untuk bekerja dan
merekapun kebanyakan para wanita yang sudah tidak mempunyai suami,
namun tidak sedikit pula para pekerja yang masih muda, mereka yang tidak
52
KH. Ahmad Makki, Ketua Umum, Wawancara Pribadi, (Pesantren As-Salafiyyah
Sukabumi, Januari, 2008).
mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup untuk bisa bekerja di
perusahaan atau di pabrik-pabrik sekitar wilayah Sukabumi.
Dengan adanya program percetakan ini pemberdayaan ekonomi
masyarakat yang dilakukan di Pondok Pesantren As-Salafiyyah ini sangat
jelas terasa kepada seluruh masyarakat yang berada disekitar pondok
dikarenakan kesulitan ekonomi yang mereka rasakan dapat berkurang. Dengan
adanya percetakan ini pula masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari.
Hasil karya ataupun terbitan percetakan ini sudah sangat terkenal di
beberapa Propinsi di Indonesia, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Adapun yang sampai ke luar pulau Jawa yaitu Sumatra dan Sulawesi.
Bahkan sudah sampai ke luar negeri seperti Malaisyia dan Brunaidarussalam.
Dengan banyaknya permintaan masyarakat akan cetakan kitab kuning yang
dilakukan di Pondok Pesantren As-Salafiyah ini membuat pemberdayaan
masyarakat sekitar pondok menjadi semakin berkembang pesat.
Hasil dari percetakan al Makki ini adalah sebagai berikut :
DAFTAR KITAB DAN HARGA
Penerbit Assalfiyyah Sukabumi Jabar telp. (0266) 239624
No. Nama Kitab Harga Satuan (Rp) Isi hal
1. Pj. Almarjan Fii Tauhiidhih Tijan 23.000 229
2. Tj. Bidayatul Hidayah 25.000 250
3. Tj. Bulughul Marom jilid 1 34.000 342
4. Tj. Bulughul Marom jilid 2 37.000 374
5. Pj. Burdah 31.000 313
6. Tj. Faidhul Qodir tt berbagai ukuran 14.000 121
7. Tj. Fathul Mu'in jilid 1 29.000 272
8. Tj. Fathul Mu'I jilid 2 30.000 295
9. Pj. Fathul Qorib jilid 1 31.000 314
10. Pj. Fathul Qorib jilid 2 32.000 317
11. Pj. Hadist Arba'in 19.000 188
12. Pj. Hikam jilid 1 26.000 257
13. Pj. Hikam jilid 2 22.000 222
14. Pj. Hisnus Sunnah jilid 1 22.000 217
15. Pj. Hisnus Sunnah jilid 2 25.000 254
16. Pj. Hidayatul Adzkiya 30.000 222
17. Tj. Irsyadul Ibad jilid 1 27.000 217
18. Tj. Irsyadul Ibad jilid 2 35.000 254
19. Tj. Irsyadul Ibad jilid 3 29.000 298
20. Tj. Irsyadul Ibad jilid 4 24.000 262
21. Pj. Jurumiyah 22.000 352
22. Pj. Jauharotu Tauhid 29.000 288
23. Tj. Kasyifatus Saja jilid 1 30.000 300
24. Tj. Kasyifatus Saja jilid 2 25.000 249
25. Tj. Kasyifatus Saja jilid 3 25.000 255
26. Tj. Kasyifatus Saja jilid 4 25.000 247
27. Tj. Kafayatul Awam 14.000 119
28. Pj. Mu'awanah jilid 1 21.000 210
29. Pj. Mu'awanah jilid 2 20.000 204
30. Pj. Muchtarul Ahaadist 31.000 313
31. Tj. Nashoihul Diniyah jilid 1 27.000 264
32. Tj. Nashoihul Diniyah jilid 2 29.000 288
33. Tj. Nashoihul Diniyah jilid 3 31.000 312
34. Tj. Nashoihul Ibad jilid 1 30.000 302
35. Tj. Nashoihul Ibad jilid 2 28.000 280
36. Pj. Peranan Mantiq dan Ushul fiqh 15.000 124
37. Tj. Riyadul Badi'ah/Safinatun naja 20.000 196
38. Pj. Su'bul Iman 19.000 184
39. Tj. Tafsir Zalalaein jilid 1 32.000 320
40. Tj. Tafsir Zalalaein jilid 2 32.000 322
41. Tj. Tafsir Zalalaein jilid 3 27.000 270
42. Tj. Tafsir Zalalaein jilid 4 34.000 340
43. Tj. Tafsir Zalalaein jilid 5 36.000 360
44. Tj. Tafsir Zalalaein jilid 6 34.000 340
45. Tj. Tafsir Zalalaein jilid 7 34.000 340
46. Tj. Tafsir Zalalaein jilid 8 31.000 305
47. Tj. Tafsir Zalalaein lengkap jilid 1 44.000 320
48. Tj. Tafsir Juz Amma 34.000 264
49. Tj. Tafsir Yasin 20.000 195
50. Tj. Ta'limul Muta'alim 16.000 157
51. Pj. Ta'limul Muta'alim jilid 1 20.000 184
52. Pj. Ta'limul Muta'alim jilid 2 30.000 302
53. Tj. Taqrib 16.000 145
54. Tj. Tasyriful Uzza (Kaelani) 28.000 272
55. Tj. Uqudulujein 24.000 236
56. Tj. Ushfur 23.000 223
Jumlah Total 1.501.000
Sumber: Pondok Pesantren As-Salafiyyah, Januari 2008.
2. Program Kolam Ikan
Lingkungan Pondok yang terletak di pinggir perkampungan yang
berbatasan dengan persawahan dan perkebunan, dan dikelilingi dengan kolam
atau tambak ikan ini dapat pula memberdayakan masyarakat sekitar. Dengan
adanya kolam ikan yang mengelilingi Pondok pesantren di budidayakan
dengan memelihara ikan hias dan ikan air tawar. Yang keseluruhannya
dikelola oleh ketua yayasan namun para pekerjanya kebanyakan dari
masyarakat sekitar yang setiap hari memberi makan, membersihkan dan
mengembang biakkan ikan-ikan tersebut
Selain dengan percetakan Pondok Pesantren As-Salafiyyah
memberdayakan masyarakat sekitar dengan jalan membuka lapangan usaha
bagi siapa saja masyarakat yang tidak mempunyai mata pencaharian, yaitu
dengan cara menjadikan kolam ikan sebagai lapangan usaha bagi masyarakat
sekitar. Namun program kolam ikan ini dikhususkan bagi kaum lelaki saja.
Program kolam ikan ini sangat membantu masyarakat yang
mayoritas bekerja sebagai petani. Dengan adanya kolam ikan ini masyarakat
sekitar memiliki kemampuan atau potensi untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Sebagaimana penghasilan kolam ikan ini.53
3. Program Tahunan
Program ini merupakan program yang dirancang oleh Pondok
Pesantren As-Salafiyyah, guna memberdayakan masyarakat sekitar. Selain
mereka di pekerjakan di percetakan dan dikolam ikan, merekapun di beri
santunan setiap tahunnya. Menurut Ust. Supriyatin, banyak warga sekitar yang
tidak bekerja di percetakan dan kolam ikan tetapi mereka tetap di berdayakan
dengan cara : Pengajian rutin mingguan, untuk bapak-bapak itu bertepatan hari
Jum'at pagi, sedangkan bagi Ibu-ibu itu hari Rabu pagi, yang bertempat di
Pesantren As-Salafiyyah. Adapun bentuk program tahunannya selain
pengajian rutin yaitu: bantuan berupa bahan makanan, pakaian, dan dana yang
berupa uang tahunan dari hasil zakat percetakan dan kolam ikan54
.
Banyak para warga masyarakat sekitar yang sangat antusias
mengikuti program mingguan, bulanan bahkan tahunan ini, dikarenakan
53
Ust. Mumuh, Rois 'Am, Wawancara Pribadi, (Pesantren Assalfiyyah Sukabumi, 25
Januari, 2008). 54
Ust. Supriyatin, Wawancara Pribadi, (Pesantren Assalafiyah Sukabumi, 25 Januari
2008).
mereka merasa diberdayakan dengan adanya program-program ini. Selain
menambah khazanah keilmuan, mereka pun dibekali dengan masukan-
masukan yang bersifat membangun. Yang tadinya tidak mempunyai
pengetahuan tentang percetakan merekapun mengetahuinya.
Oleh karena itu masyarakat sekitar pondok pun sangat terbantu akan
kebutuhan kehidupannya sehari-hari. Baik berupa kebutuhan ekonomi maupun
kebutuhan yang lainnya seperti kepribadian yang baik, tenggang rasa
kesesama tetangga, dan timbal balik kepesantren.
Banyak para warga masyarakat yang sengaja memberikan sedekah
kepada para santri berupa makanan, tempat dan lain-lainnya, itu semata-mata
karena ingin timbal balik kepada pesantren yang telah memberdayakan atau
mensejahterakan kehidupannya sehari-hari.
B. Faktor Penghambat dan Pendukung
Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan ada
beberapa hal yang menjadi factor penghambat dan factor pendukung Pondok
Pesantren As-Salafiyyah dalam mengaplikasikan pemberdayaan terhadap
ekonomi masyarakat antara lain:
1. Faktor Penghambat
a. Pemahaman yang rendah akan manfaat kegiatan yang ditawarkan
oleh Pondok Pesantren As-Salafiyyah hal yang paling mendasar
disebabkan karena kurangnya kesadaran dan rendahnya tingkat
pendidikan.
b. Tingkat pendidikan yang rendah, sehingga menyulitkan terhadap
upaya mensosialisasikan program-program yang telah dirancang.
Solusi yang telah diupayakan oleh pondok pesantren adalah ingin
membantu masyarakat yang berkekurangan dalam masalah
perekonomian dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
c. Kurangnya potensi dan SDM yang mahir dalam melakukan
berbagai program yang telah di rencanakan oleh pondok pesantren.
2. Faktor Pendukung
Sedangkan faktor pendukung pada program kegiatan yang dilakukan
pondok pesantren adalah:
a. Telah tersedianya infrastruktur, seperti mesin percetakan, gedung
yang cukup luas, kolam yang banyak dan luas, kantor, kendaraan
operasional dan lain-lain.
b. Kebutuhan masyarakat akan penghasilan usaha guna memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.
c. Adanya koordinasi yang baik antara masyarakat sekitar dengan
pondok pesantren sehingga terjalin hubungan yang erat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pondok Pesantren As-Salafiyah bukan saja sebagai lembaga pendidikan
Islam yang mencetak generasi muda yang dibekali dengan pengetahuan
agama an sich, akan tetapi pondok pesantren As-Salafiyah – sebagai
lembaga sosial – telah melakukan beberapa upaya pemberdayaan
masyarakat, maupun dari segi ekonomi dan kreativitas masyarakat. Upaya
pemberdayaan yang dilakukan oleh pondok pesantren As-Salafiyah,
seperti; program percetakan kitab kuning, pembudidayaan ikan hias, dan
program santunan untuk masyarakat sekitar, banyak memberikan
kontribusi bagi masyarakat sekitar pondok pesantren.
2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program pemberdayaan
yang dilakukan oleh Pondok Pesantren As-Salafiyyah adalah; yang
menjadi faktor pendukung yaitu, sudah tersedianya sumber daya manusia
(SDM) dari pondok untuk melakukan pembinaan, telah tersedianya
sumberdana (sudah adanya donatur tetap), telah tersedianya infrastuktur
seperti kendaraan operasional, kantor, mesin dan sebagainya. Sedangkan
yang menjadi faktor penghambat adalah; kurangnya kesadaran masyarakat
akan potensi yang dimiliki, pemahaman yang rendah terhadap manfaat
kegiatan yang ditawarkan oleh Pondok Pesantren As-Salafiyyah, tingkat
pendidikan yang rendah, sehingga menyulitkan terhadap upaya sosialisasi
program-program yang telah dirancang.
B. Saran-Saran
1. Sebagian besar kita kurang pandai memanfaatkan waktu dan potensi yang
ada, sehingga kita cenderung hidup dalam kondisi yang apa adanya tanpa
adanya kemajuan dan menciptakan kondisi kehidupan yang lebih berarti.
Untuk itu semoga kita mampu mengisi waktu dengan kegiatan-kegiatan
dan hal-hal yang bermanfaat dalam upaya meningkatkan ekonomi
masyarakat.
2. Bagi Pondok Pesantren As-Salafiyyah semoga dapat mempertahankan
dan terus meningkatkan program-program dan profesionalitas yang sudah
dibangun.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Abu, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta : PT. Rieneka Cipta, 1991, Cet. Ke-2
Al-Assal, Muhammad, Ahmad dan Karim, Abdul, Muhammad, Fathi, Sistem,
Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam, Pustaka Setia, 1999, Cet. Ke-1
Asiba’i, Husni, Mustafa, Kehidupan Sosial Menurut Islam, Bandung: CV. Diponorogo, 1993, Cet. Ke-4
Darmansyah, Ilmu Sosial Dasar, Surabaya: Usaha Nasional, 1986.
Dawan, M. Raharjo, Perkembangan Masyarakat Islam dalam Persepektif
Pesantren dan Pergaulan Dunia Pesantren, Jakarta: P3M, 1985.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1988
Departemen Agama RI, Pola Pengembangan Pondok Pesantren, Proyek
Peningkatan Pondok Pesantren, 2000
Dhofier, Zamaksyari, Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES, 1984
Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang. Yogyakarta: UGM Press, 1999
Effendi, Djohan, Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990, Cet. Ke-1
Ismail, Faisal, Paradigma Kebudayaan Islam, Studi Kritis dan Refleksi Historis,
Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997
Kartono, Kartini, Patologi Sosial, Jakarta: Rajawali Press, 1988, Cet. Ke-2
Kerlinger N Fred., Asas-Asas Penelitian Baharigural, Yogyakarta : UGM Press,
2000
Mahendrawati, Nanih, M.Ag, dan Syafe’I, Ahmad, Agus, M.Ag, Pengembangan
Masyarakat Islam, Bandung: Rosda Karya, 2001, Cet. Ke-1
Majid, Noerkholis, Merumuskan Kembali Tujuan Pondok Pesantren dalam
Pergaulan Dunia Pesantren, Jakarta: P3M, 1985
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994
Moeloeng, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya,
2000
Muchtarom, Zeni, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, Yogyakarta: Alami Press,
1996, Cet. Ke-1
Mukhtshari, Murtada, Masyarakat dan Sejarah, Bandung: Mizan, 1995
Munawir, Warsan, Ahmad, Kamus Arab Indonesia Al-Munawir, Krapyak
Yogyakarta: 1984
Poerwandari, Kristi, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia, LPSP3, Fak. Psikologi UI, 2001
Primantoro, Bambang, Pemberdayaan Masyarakat yang Berkesinambungan,
Jakarta: Diklat Penelitian Yayasan Bina Swadaya
Rakhmat, Jalaluddin, Islam Aktual, Refleksi Cendikiawan Muslim, Bandung:
Mizan, 1999, Cet. Ke-2
Resohadiprojo, Sukanto, Dasar-Dasar Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 2000
Rukmiyanto, Isbandi, Perkembangan dan Pemberdayaan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas, Pengantar Pemikiran dan Pendekatan Praktis,
Jakarta: Fak. Ekonomi UI, 2001
Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia,
1998, Cet. Ke-7
Sianturi, L.T dan Moyoto, H.K.A, Ekonomi dan Koperasi, Jakarta: Gunung Mulia, 1992
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, 1987,
Cet. Ke-1
Sumodiningrat, Gunawan, Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan
Masyarakat, PT. Bina Rena Pariwara, Cet. Ke-2
Syani, Abdul, Manajemen Organisasi, Jakarta: Bina Aksara, 1992
Yasmadi, Moderenisasi Pesantren, Kritikan Nurcholis Majid Terhadap
Pendidikan Islam Tradisional, Jakarta: Ciputat Press, 2002