Download - Profil Kesehatan Kab. Cirebon 2011
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Indikator kinerja pembangunan di suatu wilayah berkaitan dengan
pembangunan sumber daya manusia ditetapkan oleh UNDP (United Nations
Development of Population) yaitu dengan sebutan HDI (Human Development Index)
atau IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Aspek kesehatan terkait dengan IPM ini,
indikator utama yang diukur adalah Angka Harapan Hidup. Angka harapan hidup
dipengaruhi oleh Angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) dan
faktor-faktor lain berkaitan erat dengan resiko kematian seperti Angka Kematian Ibu
(AKI), Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian Kasar (AKK).
Berikut adalah trend peningkatan IPM Kabupaten Cirebon dibandingkan
dengan IPM Jawa Barat.
Sumber : BPS (dalam RKPD BAPPEDA)
63,97 64,58
66,3267,3 67,71
68,37 68,8969,9 70,3 70,71 70,71 70,71
71,64 72,08
58
60
62
64
66
68
70
72
74
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
IPM
Grafik 1.1. IPM Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat Tahun 2004-2010
Kab Cirebon Jawa Barat
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 2
Keberhasilan pembangunan di suatu negara dan wilayahnya tidak terlepas dari
pembangunan di bidang kesehatan, sejalan dengan target Sasaran Pembangunan
Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) terdapat 5 (lima) dari 8 (delapan)
diantaranya merupakan sasaran pembangunan kesehatan.
Fokus prioritas Pembangunan Kesehatan menurut pemaparan Menteri
Kesehatan dalam Simposium Nasional (JHCC,2010) adalah: 1. Peningkatan
kesehatan ibu, bayi dan balita; 2. Perbaikan status gizi masyarakat; 3. Pengendalian
penyakit menular serta penyakit tidak menular; 4. Penyehatan lingkungan; 5.
Pemenuhan, pengembangan, dan pemberdayaan SDM kesehatan; 6. Peningkatan
ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan; 7. Mutu dan penggunaan obat
serta pengawasan obat dan makanan; 8. Pengembangan sistem Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas); 9. Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan
bencana dan krisis kesehatan; dan 10. Peningkatan pelayanan kesehatan primer,
sekunder dan tersier.
Pemerintah Kabupaten Cirebon menetapkan roadmap pembangunan
kesehatan yang terangkum dalam Rencana Strategis 2010-2014 dengan menetapkan
Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan. Visi Pemerintah Kabupaten Cirebon adalah
“Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Cirebon yang Sehat Produktif dan
Mandiri”. Pembangunan kesehatan dijabarkan lagi dalam kegiatan-kegiatan yang
lebih rinci yang terangkum dalam Rencana Kerja (renja).
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon adalah kumpulan data dan informasi
tentang kesehatan yang merupakan hasil pembangunan kesehatan. Selain data-data
di bidang kesehatan juga menampilkan data-data yang terkait seperti demografi,
lingkungan fisik dan sosial ekonomi. Data dan informasi ini sangat diperlukan dalam
rangka penyusunan perencanaan dan sebagai acuan pengambilan kebijakan di
bidang kesehatan.
1.2. TUJUAN
Tujuan Umum :
Memberikan gambaran informasi derajat kesehatan yang menyeluruh
dalam rangka meningkatkan kemampuan manajeman secara berhasil guna
dan berdaya guna.
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 3
Tujuan Khusus :
1. Diperolehnya data/informasi umum dan lingkungan yang meliputi
lingkungan fisik, biologis, perilaku kesehatan masyarakat, data demografi
dan sosial ekonomi.
2. Diperolehnya data/informasi tentang upaya kesehatan yang meliputi
cakupan kegiatan dan sumber daya kesehatan.
3. Diperolehnya data/informasi status kesehatan masyarakat yang meliputi
angka kematian dan angka kesakitan.
4. Tersedianya informasi sumber pembiayaan pembangunan kesehatan.
5. Tersedianya informasi sarana kesehatan rujukan bagi kasus komplikasi
baik pemerintah ataupun swasta.
6. Tersedianya data dan informasi pencapaian kegiatan program kesehatan.
7. Tersedianya data/informasi untuk penyusunan Perencanaan
Pembangunan Kesehatan.
1.3. SISTIMATIKA PENYAJIAN
Sistimatika penulisan Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2011 terdiri
atas 6 (enam) bagian atau bab dan penutup. Isi masing-masing bab diuraikan sebagai
berikut :
Bab I. Pendahuluan .
Bagian ini memaparkan tentang latar belakang, maksud dan tujuan disusunnya
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon dan sistimatika penyajian serta uraian
singkatnya.
Bab II. Gambaran Umum
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Cirebon. Selain uraian
tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya juga mengulas
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lain seperti
kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan.
Bab III. Situasi Derajat Kesehatan
Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka
kesakitan, dan angka status gizi masyarakat.
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 4
Bab IV. Situasi Upaya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan
kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan
kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan
kefarmasian, dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dan situasi bencana. Upaya
pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator
kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan
kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Kabupaten Cirebon.
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan
Bagian ini menyajikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan
pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.
Bab VI. Kesimpulan
Bab ini berisi sajian tentang hal-hal penting yang disimak dan ditelaah lebih
lanjut dari profil kesehatan. Keberhasilan-keberhasilan dan kekurangan-kekurangan
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Lampiran.
Seluruh tabel data Profil sesuai Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 5
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 Gambaran Umum Wilayah
Kabupaten Cirebon terletak di sebelah Timur Jawa Barat berbatasan dengan
Provinsi Jawa Tengah, secara administratif terletak di wilayah 3 (tiga) Cirebon
(Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka,
dan Kabupaten Kuningan). Luas wilayah 990,36 km2, secara Geografis terletak antara
108040’-108048’ Bujur Timur dan 6030’–7000’ Lintang Selatan dengan jarak terjauh
Barat-Timur 54 km2 dan Utara-Selatan 39 km2.
Disamping berbatasan dengan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah,
Kabupaten Cirebon berbatasan dengan beberapa kabupaten, yaitu :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Indramayu
2. Sebelah Barat Laut berbatasan dengan wilayah Kabupaten Majalengka
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kuningan
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kab. Brebes (Jawa Tengah)
Pada tahun 2006 Kabupaten Cirebon mengalami pemekaran wilayah dari 37
kecamatan menjadi 40 kecamatan, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun
2006 tentang Pembentukan dan Penataan Kecamatan.
Wilayah kecamatan sepanjang jalur pantai utara (Pantura) merupakan daerah
pantai dengan ketinggian antara 0 - 10 meter di atas Permukaan Laut (dpl),
sedangkan wilayah kecamatan yang terletak di bagian Selatan merupakan daerah
perbukitan dengan ketinggian antara 11 - 130 meter dpl.
Berdasarkan tipologi desa, dari 424 desa/kelurahan (diantaranya terdapat 12
kelurahan) mayoritas merupakan desa persawahan (179 desa), desa perdagangan
dan jasa (188 desa), desa nelayan (15 desa), desa perkebunan (4 desa), dan desa
industri (32 desa).
Kabupaten Cirebon bercuaca panas, kondisi ini dipengaruhi oleh keadaan
alamnya yang sebagian besar merupakan daerah pantai, hanya sebagian kecil di
bagian selatan merupakan daerah perbukitan. Keadaan hidrografi, dilalui 18 aliran
sungai, semuanya berhulu di bagian selatan dan bermuara ke Laut Jawa. Sebagian
besar sungai–sungai ini dipergunakan masyarakat untuk keperluan pengairan,
persawahan dan sebagian kecil untuk keperluan mandi, cuci dan kakus (MCK).
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 6
2.2 KEADAAN PENDUDUK
2.2.1 Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Cirebon tahun 2011 menurut hasil Suseda BPS
Kabupaten Cirebon sebanyak 2.246.811 jiwa dengan rincian laki-laki 1.153.329 jiwa,
perempuan 1.093.482 jiwa.
Berikut adalah grafik pertumbuhan penduduk dari tahun 2007 sampai dengan
2011. Dari Tahun 2007-2009 dan tahun 2011 menurut sumber Survei Sosial Ekonomi
Daerah (SSED) Bapeda Kabupaten Cirebon, dan data jumlah penduduk tahun 2010
merupakan hasil sensus penduduk (BPS Kabupaten Cirebon)
Sumber : Buku SSED Kab. Cirebon, Bappeda
Tinggi atau rendahnya angka pertumbuhan penduduk secara umum
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan
perpindahan penduduk (migrasi). Upaya yang dilakukan untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk antara lain program Keluarga Berencana dan peningkatan
pelayanan kesehatan masyarakat yang diarahkan guna menekan kesakitan, kematian
dan sekaligus untuk mengendalikan tingkat kelahiran serta penciptaan lapangan kerja
dalam rangka pengendalian migrasi.
Gambaran pertumbuhan penduduk secara lebih jelas lima tahun terakhir dapat
dilihat pada tabel berikut :
21442162
2226
2066
2246
1950
2000
2050
2100
2150
2200
2250
2300
2007 2008 2009 2010 2011
Jiw
a d
lm R
ibuan
Grafik 2.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Cirebon
Tahun 2007 - 2011 (Dalam Ribuan Orang)
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 7
Tabel 2.1
Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Cirebon
Tahun 2007 – 2011
Uraian 2007 2008 2009 2010*) 2011
Jumlah Penduduk 2.143.545 2.161.929 2.226.392 2.066.313 2.246.811
Pertumbuhan 0,42 0,86 2,98 -7,2
Kelahiran 40,651 40.993 48.415
CBR 19,00 19,12 23,43
Kematian 27.218 27.452 14.051
CDR 12,72 12,80 6,8
Pertumbuhan alami 0,63 0,63 1,54
Nett-Migration -0,21 0,23 1,35
Sumber : BPS dalam SSED Kabupaten Cirebon 2011
*) Sensus Penduduk Tahun 2010
Umur dan jenis kelamin sangat berperan dalam membentuk karakteristik
kependudukan, kondisi tersebut berkaitan erat dengan sosial ekonomi dan upaya
pembangunan yang akan dilakukan. Tingkat kelahiran berpengaruh besar terhadap
struktur penduduk muda, yang terkait dengan angkatan kerja dan menyangkut
besarnya beban yang harus ditanggung oleh pembangunan.
Secara rinci struktur penduduk menurut umur di Kabupaten Cirebon terlihat
sebagai berikut :
Tabel 2.2
Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Cirebon Tahun 2007 – 2011
Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur 2007 2008 2009 2010*) 2011
1. Muda ( 0 – 14 th) 643.557 647.852 668.105 603.330 637.603
2. Produktif (15 – 64) 1.409.531 1.422.017 1.464.212 1.365.501 1.500.289
3. Tua ( > 65 Th ) 90.457 92.060 94075 97.482 108.919
Jumlah 2.143.545 2.161.929 2.226.392 2.066.313 2.246.811
Sumber : SSED Bapeda 2009 & 2011, *) Sensus Penduduk 2010, BPS
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 8
Struktur penduduk Kabupaten Cirebon tahun 2011 terdiri dari penduduk muda,
dengan prosentase kelompok muda 28,53 % dari Jumlah penduduk keseluruhan,
sedangkan penduduk produktif sebesar 66,99 % dan penduduk tua sebesar 4,48 %.
Struktur penduduk dapat menggambarkan permasalahan kesehatan, dan sosial
ekonomi yang ada di suatu wilayah. Berikut gambaran struktur penduduk Kabupaten
Cirebon Tahun 2010.
Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010, BPS (Th. 2011 tidak ada data per jenis kelamin)
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat perkembangan angka
sex ratio. Perkembangan sex ratio di Kabupaten Cirebon selama lima tahun terakhir
dijelaskan dalam grafik.
Sumber : Statistik Sosial Ekonomi Penduduk Kab. Cirebon Tahun 2009, Bapeda, dan Sensus
Penduduk 2010, BPS
95.933101.878
112.354106.014
92.41399.352
91.30382.733
69.64056.267
47.53636.790
24.76141.623
9103495036
10709596457
8159891036
8338176100
6624155348
4728934021
2722155859
-150000 -100000 -50000 0 50000 100000 150000
0-45-9
10-1415-1920-2425-2930-3435-3940-4445-4950-5455-5960-64
65+
Grafik 2.2. Struktur Penduduk Kabupaten Cirebon Tahun 2010
Perempuan Laki-laki
101,75 101,48
100,64
105,05 105,05
98
100
102
104
106
2007 2008 2009 2010 2011
Grafik 2.3Sex Ratio Penduduk Kabupaten Cirebon
Tahun 2006 - 2010
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 9
Umur dan jenis kelamin mempunyai pengaruh terhadap komposisi demografi
dan sosial ekonomi masyarakat, hal ini harus dicermati karena tidak hanya
menyangkut angkatan kerja namun juga menyangkut pelayanan kesehatan baik jenis,
kualitas dan kuantitasnya.
2.2.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Persebaran dan kepadatan penduduk di Kabupaten Cirebon tidak merata.
Sebagian besar penduduk banyak di wilayah kecamatan yang merupakan daerah
perkotaan. Wilayah kecamatan yang memiliki penduduk terbanyak antara lain
Kecamatan Sumber, Astanajapura, Babakan dan Pabedilan, dan yang paling sedikit
adalah kecamatan Karangwareng dan Pasaleman dengan wilayah sebagian besar
adalah pedesaan dan pesawahan. Sedangkan menurut kepadatan, Kecamatan Weru,
Kedawung dan Plered merupakan kecamatan terpadat dan Kecamatan Pasaleman
dan Kapetakan merupakan kecamatan yang paling rendah kepadatannya. Kepadatan
penduduk merupakan faktor risiko terjadinya penyebaran penyakit menular berbasis
lingkungan baik lingkungan fisik, biologi, dan lingkungan sosial.
Kondisi persebaran penduduk terjadi pemusatan penduduk di Kecamatan
Weru, Kedawung, Plered, Tengah Tani dan Plumbon, hal ini disebabkan karena
wilayah tersebut merupakan daerah pusat industri dan kerajinan rumah tangga.
Kepadatan penduduk secara relatif mengalami kenaikan, dapat digambarkan
dalam grafik berikut.
Sumber : SSED Tahun 2009-2011, Bapeda dan Sensus Penduduk 2010, BPS
1950
2000
2050
2100
2150
2200
2250
2300
2007 2008 2009 2010 2011
2164 2183
2248
2086
2268
Grafik 2.4.Kepadatan Penduduk Kabupaten Cirebon per Km2
Tahun 2007 - 2011
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 10
2.2.3 Angka Kelahiran Kasar (CBR) dan Angka Kesuburan (TFR)
Angka kelahiran yang tinggi terkait erat dengan tingkat pengetahuan dan
kesadaran masyarakat. Pada akhirnya hal ini akan menjadi bahan pertimbangan
dalam peningkatan program atau upaya kesehatan.
Angka kesuburan (Total Fertility Rate) mengalami peningkatan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 2.3.
Angka Kesuburan Total (TFR) dan Angka Kelahiran
Kasar (CBR) di Kabupaten Cirebon
Tahun 2005 – 2011
Tahun TFR CBR
2005 2,27 20,02
2006 2,23 19,21
2007 19,00
2008 19,12
2009
2010 23,43
2011 Sumber; Situasi SDM Kab. Cirebon Tahun 2008, Bapeda, CBR 2010 (BPS)
2.3 KEADAAN EKONOMI
2.3.1. Tingkat Pendapatan/Tingkat Pengeluaran
Tingkat pendapatan merupakan salah satu indikator yang sering digunakan
untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Namun demikian pada
kenyataannya data mengenai pendapatan sangat sulit diperoleh baik melalui survey
ataupun sensus, terutama dalam pelaksanaan teknis wawancara di lapangan (Situasi
SDM 2008). Sehingga biasanya data “pendapatan” diperoleh dengan pendekatan
melalui data “pengeluaran”. Tahun 2011 Pendapatan (pengeluaran) rata-rata per
kapita sebulan untuk jumlah total konsumsi (Makanan dan Bukan Makanan) adalah
Rp. 452.486, (Asumsi satu tahun sebesar Rp 5.429.832). Data 2010 tidak tersedia
(SSED, BAPPEDA 2011).
Perkembangan tingkat pendapatan penduduk selama sebulan dapat dilihat
pada grafik berikut :
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 11
Sumber : SSED, BAPPEDA 2011.
Berdasarkan jenis lapangan kerja/usaha penduduk Kabupaten Cirebon di atas
10 tahun terbanyak adalah sektor perdagangan 227.949 jiwa (27,64 %) dan pertanian
119.158 jiwa (14,45 %).
2.3.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi
Indikator yang menunjukkan naik tidaknya produk yang dihasilkan oleh seluruh
kegiatan ekonomi di daerah disebut Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE). Indikator ini
biasanya digunakan untuk menilai sejauh mana keberhasilan pembangunan suatu
daerah dalam periode waktu tertentu. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten
Cirebon dalam kurun waktu 2003 – 2007 mengalami pertumbuhan rata-rata mencapai
angka 4,86 % per tahun. LPE dalam (%) tahun 2003 sebesar 4,04 %, tahun 2004
sebesar 4,67 %, tahun 2005 sebesar 5,06 %, tahun 2006 5,14 % dan tahun 2007
sebesar 5,37 %. (Sumber : BPS Kab. Cirebon dalam RPJMD Kab. Cirebon 2009-
2014). Tahun 2010 LPE Kabupaten Cirebon mencapai 5,21 % (BPS dalam
Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2012).
2.3.3. Penduduk Miskin
Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Cirebon tahun 2008 menurut Dinas
Kependudukan & Pencatatan Sipil sebanyak 1.263.756 jiwa (57,64 %). Sedangkan
0
100
200
300
400
500
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
225 234248 260 273
452
Grafik 2.5Perkembangan Pendapatan Penduduk
Kabupaten Cirebon per Kapita Selama SebulanTahun 2005 - 2009 (dalam ribuan rupiah)
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 12
data per kecamatan tidak tersedia. Belum ada update data jumlah penduduk miskin
yang terbaru.
2.4 KEADAAN PENDIDIKAN
2.4.1. Kemampuan Membaca/Menulis
Tingkat pendidikan dapat dilihat dari sisi kemampuan penduduk dalam
membaca dan menulis (melek huruf). Dalam periode tahun 2005 – 2011 angka melek
huruf Kabupaten Cirebon mengalami kenaikan. Untuk dapat jelasnya dapat dilihat
dalam tabel 2.4. Pada tahun 2009 angka melek huruf pada usia 10 (sepuluh) tahun
ke atas sebesar 92,9 %.
Tabel 2.4
Penduduk Usia 10 Tahun Ke atas Kab. Cirebon
Menurut Kemampuan Membaca/Menulis Tahun 2007 – 2011
Kemampuan
Membaca/Menulis 2007 2008 2009 2010*) 2011*))
Laki-Laki
Dapat
Tidak Dapat
Perempuan
Dapat
Tidak Dapat
Laki2-Perempuan
Dapat
Tidak Dapat
702.058
48.853
646.383
102.694
1.348.441
151.547
712.719
44.498
658.677
98.183
1.371.396
142.681
854.085
45.289
805.199
102.111
1.659.284
147.400
882.194
80.470
792.160
124.522
1.674.354
204.992
785.804
30.751
708.307
65.935
1.494.111
96686
Sumber : SSED Tahun 2009-2011, BAPPEDA,
*) penduduk 5 tahun ke atas, SP 2010 BPS
*))penduduk 15 tahun ke atas, SSED 2011(BAPPEDA,BPS)
2.4.2 Tingkat Pendidikan Penduduk
Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan dapat memberikan gambaran
mengenai seberapa besar ketersediaan sumber daya manusia dalam tahun yang
bersangkutan. Untuk lebih jelasnya struktur penduduk menurut tingkat pendidikan
dapat dilihat dalam tabel berikut.
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 13
Tabel 2.5.
Distribusi Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas
Kabupaten Cirebon Menurut Pendidikan Tahun 2011
Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah
Tdk/Blm Pernah Sekolah 35.226 78.570 113.796
Tdk/Blm Tamat SD/MI 240.164 231.667 471.831
SD/MI 323.994 300.064 624.058
SLTP 164.246 143.295 307.541
SLTA 141.186 107.653 248.839
Perguruan Tinggi 36.443 26.922 63.365
Jumlah 941.259 888.171 1.829.430
Sumber : SSED 2011, BAPPEDA,BPS
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 14
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
3.1 UMUR HARAPAN HIDUP
Umur Harapan Hidup (UHH) atau Angka Harapan Hidup (AHH) sebagai salah
satu indikator untuk mengukur keberhasilan pembangunan dari bidang kesehatan
khususnya. Umur harapan hidup ini dipengaruhi oleh angka kematian dan angka
kesakitan. Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Cirebon tahun 2010 adalah 65,29
(Sumber BPS dalam RKPD Bappeda). Kecenderungan peningkatan angka harapan
hidup (AHH) dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Grafik 3.1.
Angka Harapan Hidup Kabupaten Cirebon dan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2006 - 2010
Sumber : BPS & Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Peningkatan Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan indikator penting dalam
mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan. Pemerintah beserta jajarannya
harus lebih bekerja keras untuk meningkatkan angka harapan hidup masyarakatnya.
Menurut hasil penghitungan BPS, AHH Kabupaten Cirebon tahun 2010 sebesar 65,29.
AHH Provinsi Jawa Barat 68,00 (tahun 2009).
64,8 64,92 65,05 65,17 65,29
67,4 67,6 67,8 68
63
64
65
66
67
68
69
2006 2007 2008 2009 2010
Kab. Crb Prov. Jabar
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 15
3.2 KEMATIAN
3.2.1 Kematian Bayi
Berdasarkan hasil Susenas BPS Tahun 1980 AKB Kabupaten Cirebon masih
cukup tinggi yaitu 118 per 1000 kelahiran hidup, tetapi dalam kurun waktu sepuluh
tahun yaitu pada tahun 1990 AKB turun menjadi 71,59 per 1000 kelahiran hidup. Dan
sepuluh tahun kemudian berdasarkan hasil Susenas 2000 AKB Kabupaten Cirebon
adalah 56,27 per 1000 kelahiran hidup dengan perincian AKB laki-laki 62,84 % dan
AKB perempuan 49,71 %.
Berikut adalah grafik trend AKB Kabupaten Cirebon dari tahun 2005 dengan
sumber data dari BPS Provinsi Jawa Barat.
Grafik 3.2
Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Cirebon Tahun 2005 - 2010
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat,2009, *)Sensus Penduduk 2010, BPS Kab Cirebon
Menurut hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 oleh BPS Jumlah kematian
bayi sejak Januari 2009 sebanyak 965 bayi dengan jumlah kelahiran pada kurun
waktu yang sama sebanyak 48.415 bayi, sehingga Angka Kematian Bayi sebesar
19,93 per 1000 KH.
Berdasarkan laporan rutin dari fasilitas kesehatan (Service Based) jumlah
kematian bayi di Kabupaten Cirebon 5 tahun ke belakang adalah sebagai berikut :
40,87 40,26 39,3838,51
118
71,59 53,05 51,44 50,91 50,32
50,35
19,93*)
1980 1990 2005 2006 2007 2008 2009 2010
JawaBarat Kab. Cirebon
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 16
Tabel 3.1
Jumlah Kematian bayi dan Kelahiran Hidup di Kabupaten Cirebon
Tahun 2007 - 2011
Jumlah 2007 2008 2009 2010 2011
Kematian Bayi 413 332 329 230 222
Kelahiran Hidup 41.684 43.434 42.802 44.313 43.831
Per 1000 KH 9,91 7,64 7,69 5,19 5,06
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Cirebon ,2011
Dari tabel di atas terlihat jumlah kematian bayi tahun 2007 – 2011 mengalami
penurunan bersamaan dengan kenaikan jumlah kelahiran hidup dari tahun ke tahun.
Hal ini disebabkan adanya hasil yang berarti dalam upaya penurunan kematian bayi .
Jumlah kematian bayi ini merupakan data berdasarkan pelaporan dan pelacakan yang
dilakukan oleh bidan desa di wilayah kerjanya bukan merupakan hasil dari survey.
Pada Tahun 2011 Jumlah kematian bayi yang terlapor di puskesmas
sebanyak 222 dari 43.831 kelahiran hidup (5,06 per 1000 KH) dengan rincian
penyebab kematian yaitu Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) 80 ( %), Asfiksia 62
( %), kelainan kongenital 17 ( %), Tetanus Neonatorum 1 (satu) dan penyebab lain 62.
Berikut adalah grafik penyebab kematian bayi tahun 2010 hasil pencatatan dan
pelaporan di Puskesmas.
BBLR83
37%
Asfiksia63
28%
Infeksi7
3%
Kel Sal Cerna3
1%
Pneumonia146%
Ikterus2
1%
Diare8
4%
Masalah Laktasi2
1% Kel kongenital178%
TN1
1%
Lain-lain22
10%
Grafik 3.3Jumlah Kematian Bayi Menurut Penyebab Tahun 2011
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 17
Berdasarkan laporan kematian di rumah sakit di Kabupaten Cirebon tanpa
membedakan pasien dalam dan luar wilayah, penyeban kematian pada bayi polanya
cenderung sama dari tahun ke tahun yaitu didominasi Asfixia dan BBLR. Sedangkan
pada usia bayi 1 (satu) bulan sampai dengan satu tahun penyebab kematian lima
terbesar tergambar dalam grafik berikut.
3.2.2 Kematian Balita (AKABA)
Angka kematian balita di Indonesia terakhir dari hasil SDKI pada tahun 2002-
2003 yaitu 46 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian balita di Kabupaten Cirebon
(sumber : Estimasi BPS Provinsi Jawa Barat) data Tahun 2006-2008 berturut-turut
yaitu : 17,97 per 1000 KH; 17,71 per 1000 KH; dan 17,43 per 1000 KH.
AKABA Kabupaten Cirebon jika dibandingkan dengan AKABA provinsi Jawa
Barat masih lebih tinggi. AKABA Provinsi Jawa Barat tahun 2006-2008 berturut-turut
adalah 11,73 per 1000 KH; 11,41 per 1000 KH; dan 11,09 per 1000 KH. Berikut
adalah grafik Angka kematian Balita (AKABA) menurut estimasi BPS Provinsi Jawa
Barat :
Diare & GE21%
Bronchopneumonia18%
Febris Convulsion16%
Meningitis10%
Lain-lain23%
Sepsis12%
Grafik 3.4 Penyebab Kematian Bayi 29 hari - 1 di Rumah Sakit di
Kabupaten Cirebon Tahun 2011
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 18
Berdasarkan data yang terlaporkan jumlah kematian Anak Balita (Umur 12–
59 bl) pada tahun 2011 sebanyak 35 orang atau 256 orang kematian balita (balita
dibawah lima tahun)
Lima penyebab kematian balita (umur 1-4 tahun) terbesar di rumah sakit di
Kabupaten Cirebon adalah Diare dan Gastroenteritis 14,8 %, Sepsis 14,8 %,
Meningitis 11 %, Encephalitis 11 %, Pneumonia dan Bronchopneumonia 7,4 %. Angka
ini tanpa mebedakan pasien dalam dan luar wilayah Kabupaten Cirebon.
3.2.3 Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR)
menggambarkan angka kematian ibu karena kehamilan, persalinan dan masa nifas
pada tiap 100.000 kelahiran hidup dalam wilayah dan waktu tertentu. Angka ini
memberikan gambaran status gizi dan kesehatan ibu, kondisi sosial ekonomi,
kesehatan lingkungan dan tingkat pelayanan kesehatan terutama pelayanan
kesehatan maternal (kesehatan ibu hamil, melahirkan dan ibu nifas).
Angka kematian ibu di Provinsi Jawa Barat berdasarkan hasil SKRT tahun
1992 adalah 425 per 100.000 kelahiran hidup, dari hasil survei tersebut diketahui
jumlah kematian ibu terbesar terjadi pada saat melahirkan. Sedangkan berdasarkan
SKRT Tahun 1995 AKI Nasional 373 per 100.000 Kelahiran Hidup. Menurut pemetaan
AKI di Jawa Barat berdasarkan Survei AKI 2003 BPS Provinsi Jawa Barat
0
5
10
15
20
2006 2007 2008
17,9717,71
17,43
11,7311,41 11,09
Grafik 3.5 Angka Kematian Balita Tahun 2006 - 2008
Kab. Cirebon Provinsi Jawa Barat
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 19
menunjukkan AKI terbesar di wilayah Pantura dan Cirebon (Indramayu, Cirebon,
Majalengka dan Kuningan) sebesar 366,80 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan
yang terkecil di Bandung Raya dan Bodebek (Bogor, Depok dan Bekasi) yaitu 296,17
per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKI Provinsi Jawa Barat 2003 sebesar
321,15 per 100.000 kelahiran (Profil Kesehatan Jawa Barat 2007).
Berdasarkan pelaporan puskesmas jumlah kematian ibu maternal (ibu hamil,
melahirkan dan ibu nifas) yang terlaporkan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2
Jumlah Kematian Ibu maternal dan Kelahiran Hidup di Kabupaten Cirebon
Tahun 2007 – 2011
Jumlah 2007 2008 2009 2010 2011
Kematian Ibu 62 66 51 49 46
Kelahiran
Hidup
41.684 43.434 42.802 44.313 43.831
Berdasarkan penyebabnya, kematian ibu/maternal dari tahun ke tahun selalu
didominasi oleh perdarahan, eklampsi dan infeksi. Berikut trend jumlah kematian ibu
berdasarkan penyebab.
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011
1316
9 10
5
1114
1921
15
53
5
13
33 33
1816 15
0
5
10
15
20
25
30
35
2007 2008 2009 2010 2011
Grafik 3.6 Jumlah kematian Ibu Maternal berdasarkan penyebab
Tahun 2007-2011
Perdarahan Eklamsi Infeksi Lain-lain
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 20
Dari grafik di atas terlihat penyebab kematian lain-lain selalu terbanyak, karena
merupakan akumulasi dari beberapa macam jenis penyebab kematian seperti penyakit
jantung, partus lama dan penyebab lain yang jumlahnya tidak dominan. Perdarahan
sebagai penyebab paling dominan sampai dengan tahun 2008. Setelah tahun 2008,
penyebab eklampsi selalu paling dominan. Hal ini dimungkinkan karena adanya
peningkatan kemampuan penanganan kasus perdarahan oleh petugas kesehatan dan
atau sarana kesehatan, sehingga terjadi penurunan jumlah kasus perdarahan. Untuk
mencari penyebab tingginya eklampsi hal ini perlu penelitian lebih lanjut.
Upaya untuk menurunkan kematian ibu dilakukan secara komprehensif
melalui berbagai program yang digulirkan oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini
Kementrian Kesehatan dan Pemerintah Provinsi yang diimplementasikan oleh
Pemerintah daerah khususnya Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit serta LSM/NGO.
Program Jampersal (jaminan persalinan), BOK (Bantuan Operasional Kesehatan),
Program PONED dan PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar dan
Komprehensif) dan Program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival).
Semua program-program diatas merupakan upaya dalam menurunkan angka
kematian ibu dan bayi.
3.2.4 Kematian Kasar (AKK)
Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate (CDR) Kabupaten Cirebon dari
tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 cenderung stabil. Berturut turut dari tahun
Tahun 2004-2008 AKK Kabupaten Cirebon adalah 19,95 per 1000 penduduk, 20,02
per 1000 penduduk, 19,21 per 1000 penduduk, 19,00 per 1000 penduduk, 19,12 per
1000 penduduk. (Situasi SDM 2008, Bapeda). Data CDR tahun 2009 dan 2010 belum
tersedia.
Penyebab kematian di rumah sakit berdasarkan golongan umur produktif
muda 5-44 tahun 2011, 5 (lima) penyebab tertinggi adalah Head Injury/Cedera Kepala
(19,2 %), Stroke Hemoragic (8,5 %), Gagal Jantung (6,7%), Sepsis (6,7 %), Gagal
ginjal (5,8 %). Penyakit-penyakit seperti stroke dan jantung merupakan penyakit yang
sangat dipengaruhi oleh life style atau gaya hidup seperti pola makan, olahraga dan
lain-lain. Sedangkan pada usia lanjut lebih dari 64 tahun penyakit penyebab kematian
di rumah sakit terbesar adalah Stroke dan Gangguan pada Jantung (Heart Desease).
Dari tahun ke tahun pola penyakit penyebab kematian di rumah sakit relatif sama baik
usia produktif maupun pada usia lanjut.
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 21
3.3 KESAKITAN
Angka kesakitan penduduk Kabupaten Cirebon tahun 2008 sebesar 29,51 %
(Situasi SDM Tahun 2008, BAPPEDA). Tahun 2009 dan 2010 tidak ada data. Tahun
2011 sebesar 25,07 % (SSED 2011). Angka kesakitan ini secara umum yang
didapatkan keluhan kesehatan secara umum. Berikut adalah grafik angka kesakitan
Kabupaten Cirebon :
Sumber : Situasi SDM Kabupaten Crebon 2008, Bapeda.
3.3.1 Pola Penyakit Rawat Jalan di Puskesmas
Pola penyakit di masyarakat dapat terlihat melalui 10 (sepuluh) besar penyakit.
Sepuluh besar penyakit ini diperoleh dari laporan penyakit pada pelayanan rawat jalan
di Puskesmas. Berikut adalah sepuluh besar penyakit tersebut
19,61 24,0126,75
28,94 29,51
0
5
10
15
20
25
30
35
2004 2005 2006 2007 2008
Grafik 3.7Perkembangan Angka Kesakitan di Kabupaten Cirebon Tahun
2004-2008
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 22
Tabel 3.3
Sepuluh Penyakit Tertinggi di Puskesmas
Kabupaten Cirebon Tahun 2011
No. Penyakit KASUS BARU %
1 ISPA tidak Spesifik 192.551 10,9
2 Nasopharingitis akut 188.103 10,6
3 Myalgia 130.115 7,4
4 Diare & Gastroenteritis 81.613 4,6
5 Eksema Dermatitis tdk Spesifik 76.033 4,3
6 Tukak Lambung 56.806 3,2
7 Hipertensi Primer 54.980 3,1
8 Gastroduodenitis tdk spesifik 51.981 2,9
9 Faringitis akut 49.209 2,8
10 Konjungtivitis 46.771 2,6
Lain-lain 841.633
JUMLAH 1.769.795 100
Sumber : Laporan SP3 tahun 2011, Dinkes Kabupaten Cirebon
Pola penyakit 10 (sepuluh) besar di puskesmas relatif tidak berubah dari tahun-
tahun sebelumnya yang didominasi oleh penyakit infektif berbasis lingkungan seperti
ISPA dan Diare. Hal ini menunjukkan belum ada perubahan yang nyata dari perilaku
hidup masyarakat. Karena penyakit-penyakit tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan dan determinannya seperti perilaku dan kesadaran masyarakat terhadap
pola hidup bersih dan sehat.
Pola penyakit rawat jalan berdasarkan penggolongan umur dibedakan
berdasarkan karakteristik masing-masing umur yaitu kelompok umur 0 – 28 hari,
29 hari - < 1 tahun, 1 – 4 tahun, 5 – 44 tahun, 45 – 64 tahun dan 65 tahun ke atas.
Pola penyakit di pelayanan rawat jalan puskesmas pada kelompok umur
neonatal (0-28 hari) yang menempati lima penyakit tertinggi yaitu ISPA tidak spesifik
43,9 %; Diare dan gastroenteritis 10,5 %; Common Cold 8,9 %; Pneumonia 3,7 %,
dan gangguan pada kulit dan jaringan subkutan 2,2 %
Pola penyakit pada umur anak balita 1 – 4 tahun dapat dilihat pada lima besar
penyakit di rawat jalan puskesmas yaitu ISPA tidak spesifik 26,8 %, Nasopharingitis
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 23
akut 19,7 %, Diare & Gastroenteritis 11,9 %, Eksema 5,7 %, dan Gangguan lain pada
kulit dan jaringan subkutan 4,5 %.
Pada tahun 2011 lima penyakit tertinggi pada kelompok umur yaitu 5 – 44
tahun 2011 di pelayanan rawat jalan Puskesmas yaitu Nasopharyngitis akut 14,19 %,
ISPA tidak spesifik 7,9 %, Eksema (Dermatitis tidak spesifik) 4,8 %, Myalgia 4,7 % dan
Gangguan pada kulit dan jaringan subkutan 4,0 %. Tidak ada perubahan berarti jika
dibandingkan dengan tahun 2010. Kelima urutan penyakit sama hanya nominal yang
berbeda. Pada usia 5-44 tahun penyakit masih didominasi dengan penyakit Infeksi
Saluran Nafas Atas Akut (ISPA).
Pada kelompok umur pra usila (usia lanjut) yaitu umur 45-60 tahun, pola
penyakit di rawat jalan puskesmas masih tetap dengan pola yang sama yaitu Myalgia,
Nasopharyngitis akut, hipertensi, tukak lambung (Gastritis) dan ISPA tidak spesifik.
Pada kelompok umur Usila hampir sama dengan kelompok pra usila:
Tabel 3.4
Pola Penyakit Penderita Rawat Jalan Di Puskesmas
Umur 60 + tahun Di Kabupaten Cirebon
Tahun 2011
NO Nama Penyakit Penderita
Jumlah %
1 Myalgia 42.310 16,8
2 Nasopharyngitis Akuta (Common Cold) 29.377 6,9
3 Tukak Lambung 21.176 4,7
4 Gastroduodenitis tdk spesifik 12.648 3,4
5 Eksema/Dermatitis lain tdk spesifik 11.620 3,1
6 Gangg lain pd kulit & Jaringan subkutan 11.261 2,5
7 Neuralgia & Neuritis 8.816 2,2
8 Diare & Gastroenteritis 8.068 2,0
9 Asma 6.707 1,4
10 Gangguan mata & adneksa lainnya 6.559 1,1
Lain-lain 116.752 56,0
JUMLAH 208.292 100
Sumber : Laporan SP3 Puskesmas Tahun 2011, Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 24
3.3.2 Pola Penyakit di Rumah Sakit
Pola penyakit pada pasien di instalasi rawat inap rumah sakit golongan umur 0
– 28 hari dengan lima kasus terbanyak tahun 2011 Diare & Gastroenteritis 21,9 %,
Asfiksia 17,9 %, Sepsis Neonatorum 12,5 %, Bronchopneumonia 11,6 %, dan Bayi
Premature 4,5 %. Tahun 2010 Kasus Asfixia terbanyak disusul Diare dan
Gastroenteritis, hal ini menunjukkan pola tidak berbeda jauh.
Pada golongan umur 1 – 4 tahun, lima penyakit tertinggi di instalasi rawat inap
rumah sakit yaitu Diare & Gastroenteritis 26,22 %, Febris Convulsion 18,68 %, urutan
ketiga Bronchopneumonia 10,62 %, Demam Berdarah Dengue 7,78 %, dan ISPA 7,41
%. Pola penyakit rawat inap di rumah sakit pada golongan umur 5-44 tahun adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.5
Pola Penyakit Rawat Inap di Rumah Sakit Kelompok Umur 5-44 Tahun
di Kabupaten Cirebon Tahun 2011
No Penyakit %
1 Head Injury 9,65
2 DHF 7,39
3 Gastroenteritis 7,02
4 Stroke 5,72
5 Typhoid Fever 4,78
6 Diabetes Militus 3,24
7 Gastritis 2.77
8 TB Paru 2,57
9 Bronchopneumonia 2,66
10 Anemia 2,13
Lain-lain 41,06
Laporan rumah sakit 2011
Dari tabel diatas terlihat kasus tertinggi di instalasi rawat inap adalah Head
Injury (cedera kepala). Ini sangat dipengaruhi oleh kasus kecelakaan yang tinggi yang
ditangani di rumah sakit di jalur Pantura Utama (By Pass). Pada kelompok umur 5 –
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 25
44 tahun merupakan kelompok umur produktif muda. Yang dapat kita cermati adalah
pada kelompok umur ini kasus Stroke dan Diabetes Militus masuk ke dalam urutan 10
besar. Hal ini menunjukkan adanya gaya hidup yang tidak sehat seperti pola makan
tidak seimbang dan kebiasaan berolahraga.
Pola penyakit pada kelompok pra usila (45 – 64 tahun) dan usila (65 tahun
keatas) pada instalasi rawat jalan maupun rawat inap tidak jauh berbeda. Beberapa
penyakit yang selalu berada di peringkat teratas yaitu Hipertensi, Stroke, Gastritis,
Diabetes Militus dan Gagal jantung.
3.3.3 Kejadian Luar Biasa
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu desa
atau kelurahan dalam waktu tertentu. Pada tahun 2011 di Kabupaten Cirebon ada 56
Kejadian Luar Biasa yang mencakup delapan jenis penyakit yang dikategorikan KLB.
Tabel 3.6
Kejadian Luar Biasa
Di Kabupaten Cirebon Tahun 2011
No Jenis Penyakit Jml Desa
terserang
Jumlah
Penderita
Jumlah
Kematian
CFR
(%)
1 Tetanus Neonatorum 2 2 1 50,0
2 AFP 20 21 0 0
3 Campak 13 151 0 0
4 Rubella 4 13 0 0
5 Keracunan 11 80 0 0
6 Chikungunya 24 575 0 0
7 Filariasis 5 5 0 0
8 Diare 1 21 0 0
Sumber : Surveilance Dinas Kesehatan Kab. Cirebon 2011
Tahun 2011 ditemukan 56 Kejadian Luar Biasa (KLB) yang telah ditangani
dalam kurun waktu 1 x 24 jam setelah diterima laporan, diantaranya;
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 26
1. KLB Tetanus Neonatorum (TN) ditemukan 2 (dua) kasus, di Desa
Tawangsari puskesmas Astanalanggar dan Desa Kecomberan puskesmas
Talun dengan CFR 50%.
2. Penemuan kasus AFP (suspek polio) ditemukan 21 kasus. Hasil
laboratorium menunjukan semua kasus bukan virus polio liar. Tahun 2011
target penemuan kasus AFP kabupaten Cirebon; 14 kasus. AFP rate
mencapai 3/100.000 penduduk usia 0-15 tahun.
3. KLB Campak ditemukan 7 (tujuh) kejadian luar biasa, tersebar di 6
puskesmas. Jumlah penderita Campak 151 kasus, tidak ada yang
meninggal. Konfirm laboratorium KLB Campak hasilnya positif (+) menderita
Campak, ditangani oleh tim surveilans puskesmas dan kabupaten.
4. KLB Rubella, ditemukan KLB rubella (konfirm) di puskesmas Gunung jati,
jumlah penderita 13 orang dengan kematian 0 orang.
5. KLB Keracunan Makanan, ditemukan 11 kejadian, di 8 (delapan)
puskesmas. Jumlah penderita keracunan 80 orang dengan kematian 0
orang.
6. KLB Chikungunya, ditemukan 29 kejadian luar biasa Chikungunya (suspek)
tersebar di 18 puskesmas, jumlah penderita 575 orang dengan jumlah
kematian 0 orang.
7. KLB Filariasis, ditemukan 5 (lima) kasus Filariasis (klinis) tersebar di 5 (lima)
puskesmas, dengan jumlah kematian 0 orang.
8. KLB Diare, ditemukan KLB diare di Desa Palimanan Barat puskesmas
Gempol dengan jumlah penderita 21 orang dan kematian 0 orang.
3.3.4 Penyakit Menular
AFP (Acute Flacid Paralysis) dan Polio
Surveilance AFP merupakan bagian dari program Eradikasi Polio yang
bertujuan memantau adanya penyebaran virus polio liar di suatu wilayah.
Survey AFP sendiri pada intinya adalah pengamatan yang dilakukan terhadap
semua kelumpuhan yang sifatnya mendadak serta bukan karena ruda paksa,
seperti kelumpuhan pada poliomyelitis dan terjadi pada anak-anak usia kurang
dari 15 tahun dalam upaya menemukan virus polio liar. Tahun 2011 ini AFP
Rate (Non Polio) sebesar 3,29 per 100.000 penduduk usia kurang dari 15
tahun.
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 27
Sesuai ketentuan WHO penemuan kasus AFP setiap tahun ditargetkan
> 2 / 100.000 penduduk usia < 15 tahun. Tahun 2011 ditemukan 21 kasus
AFP. Berdasarkan golongan umur, kasus AFP banyak terjadi pada anak balita
(1-4 tahun) 33.33% dan anak usia 10-15 thn (33,33%) dengan perbandingan
jenis kelamin pria (66,67%) lebih banyak dari wanita (28,57%). Dari status
imunisasinya 38.09% kasus sudah mendapatkan imunisasi rutin polio lengkap
pada saat bayi (4 kali). Dari semua kasus 33,33% orang tua tidak dapat
mengingat berapa kali mendapatkan imunisasi Polio. Saat dilakukan kunjungan
ulang 60 hari, 56.25% kasus sudah tidak mengalami kelumpuhan 25% masih
lumpuh dan 18,75% (3 kasus) meninggal. Dari hasil pemeriksaan laboratorium
Bio Farma 75% tidak ditemukan virus polio liar (virus folio liar (-)) dalam
specimen yang diperiksa, 4 (empat) kasus diantaranya (25%) ditemukan NPEV
(Non Polio Entero Virus).
Tuberculosis Paru (TB Paru)
Jumlah kasus baru Tuberculosis Paru tahun 2011 sebanyak 1.485
kasus. Angka Insiden sebesar 66,1 per 100.000 penduduk, pada laki-laki
sebesar 73,4, perempuan 58,3 per 100.000 penduduk. Angka kematian akibat
Tuberculosis Paru sebesar 0,58 per 100.000 penduduk dengan rincian
berdasarkan gender pada laki-laki sebesar 0,8 dan perempuan 0,4 per 100.000
penduduk. Angka penemuan kasus TB Paru sebesar 57,55 %. Succses Rate
(SR) sebesar 96,22 %. Angka ini ini peroleh dari penjumlahan angka
kesembuhan dan angka pengobatan lengkap. Angka kesembuhan 87,72 %.
(Lampiran Tabel 11-12)
Jumlah kasus Tuberculosis Paru BTA positif (+) dan diobati tahun 2010
sebanyak 1.919 dari kasus suspek sebanyak 18.840. Penderita yang sembuh
tahun 2010 sebesar 80,5 %. Tahun 2009 ditemukan sebanyak 1.915 kasus dari
18.592 suspek TB Paru. sedangkan BTA negatif (-) dengan hasil rontgen (+)
sebanyak 2.179 kasus. Angka kesembuhan sebesar 83,2 %. Tahun 2008
Jumlah kasus Tuberculosis Paru BTA (+) 1.384 kasus, dan BTA (-) sebanyak
831 kasus . Kasus TB Suspek 12.000. Angka kesembuhan TBC Paru yang
melakukan pengobatan tahun 2008 sebesar 86,3 %. Terjadi peningkatan
penemuan kasus TBC BTA (+) dari tahun 2008 sampai tahun 2011.
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 28
Program penanggulangan TBC Paru dilakukan melalui penemuan
kasus oleh petugas surveilance Puskesmas dan pengobatan penderita dibantu
petugas Pengawas Minum Obat (PMO). Program penyuluhan kepada
penderita dan keluarga untuk menghambat penularan.
Penumonia
Trend jumlah kasus pneumonia yang ditemukan dapat dilihat pada
grafik berikut :
HIV/AIDS dan Penyakit Menular Seksual (PMS) lainnya
Penyakit menular seksual (PMS) dahulu dikenal penyakit kelamin
adalah penyakit kelamin yang ditularkan melalui hubungan seksual (dapat
melalui vagina, anus dan mulut). Beberapa penyakit kelamin yang dapat
ditularkan lewat hubungan seksual antara lain Sifilis, Gonorrhoe, klamida,
chankroid, limfogranuloma venereum, genitalis dan lain-lain. Sedangkan
untuk penyakit HIV/AIDS merupakan pintu masuknya.
HIV/AIDS
HIV adalah Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang
menurunkan kekebalantubuhmanusia dan temasuk retrovirus, virus ini dapat
ditemukan dalam cairan tubuh seperti darah, cairan mani, cairan vagina dan air
susu ibu.
12958
14407
13752
14287
12000
12500
13000
13500
14000
14500
15000
2008 2009 2010 1011
Grafik 3.8Jumlah Kasus Pneumonia pada Balita yang Ditemukan
Tahun 2008- 2011
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 29
AIDS adalah Acquires Immune Deficiency Syndrome, yaitu sekumpulan
gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebelan tubuh. AIDS
disebabkan oleh infeksi HIV, sehingga akan timbul berbagai penyakit infeksi
oportunistik seperti TB, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, saluran
pencernaan, otak dan kanker.
Data kasus HIV/AIDS tahun 2011 jumlah Kasus kumulatif yang ada
ditemukan di Kabupaten Cirebon sebanyak 557 terdiri dari dalam wilayah 249
(44,70%) kasus dan luar wilayah 308 (55,30%) kasus. Pada tahun 2011
penemuan kasus baru HIV khusus warga Kabupaten Cirebon sebanyak 12
orang.
Apabila dilihat trend perkembangan penemuan kasus HIV/AIDS per
tahun terjadi peningkatan, karena dengan peningkatan pelaksanaan Mobile
VCT di daerah Hotspot resiko penularan.Selain hal itu juga dengan terus
meningkatkan kerja sama dengan LSM peduli HIV/AIDS seperti PKBI,
Komunal, dan SERMUT yang di koordinir oleh KPA.
Klinik VCT ini baru tersedia di Puskesmas Kedawung dan Plumbon
yang dibiayai oleh Global Fund, sehingga terasa sangat kurang jika
dibandingkan dengan penyebaran penyakit HIV-AIDS yang sudah menyebar
hampir di setiap kecamatan. Tentunya hal ini akan menjadi perhatian pihak
Dinas Kesehatan untuk segera menambah Klinik VCT di wilayah dengan
penyebaran yang cukup tinggi.
Sumber : Seksi Pemberantasan Dinas Kesehatan Kab. Cirebon
3 06
23
7 513
35 38
59
47
12
0102030405060708090
100
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Grafik 3.9Trend Peningkatan Penemuan Kasus Kasus HIV/AIDS
Warga Kabupaten Cirebon
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 30
Angka ini hanya yang terlaporkan (ditemukan). Penyakit ini memiliki
sifat fenomena “gunung es”. Sesungguhnya angka yang diketahui ini hanya
merupakan sebagian kecil dari yang kenyataan sesungguhnya seperti puncak
gunung es yang terlihat di lautan.
Penyakit menular seksual lainnya
Berdasarkan pelaporan di Puskesmas Tahun 2011 penyakit PMS
lainnya sebanyak 180 terdiri dari 121 penderita laki-laki dan perempuan 59
kasus.
Diare
Tahun 2011 kasus diare yang ditemukan dan ditangani sebanyak
101.892 kasus atau 114 % dari jumlah perkiraan kasus 89.312. Sebanyak
57.749 kasus diantaranya terjadi pada balita. Pada tahun 2010 diare pada
balita sebanyak 66.603 kasus. Incidence Rate pada tahun 2011 sebesar 423
per 1000 jumlah penduduk dengan angka CFR 0 (nol). Berikut adalah trend
kejadian diare di Kabupaten Cirebon dari tahun 2007 sampai 2011.
Sumber : Seksi Pemberantasan, Dinas Kesehatan Kab. Cirebon tahun 2011.
Dari grafik 3.10 menunjukkan tidak ada perubahan yang sangat nyata
pada angka kejadian diare ini. Trend angka IR diare relatif tidak terjadi
penurunan ataupun peningkatan yang sangat ekstrim.
Banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah khususnya Dinas
Kesehatan. Penyuluhan tentang PHBS (perilaku hidup bersih sehat), gerakan
43,2537,4
50,5542,3
36,1
0
10
20
30
40
50
60
2007 2008 2009 2010 2011
Grafik 3.10Kejadian (Incidence Rate) Diare
di Kabupaten Cirebon Tahun 2007-2011
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 31
pembiasaan cuci tangan dengan benar, gerakan ODF atau Open Defecation
Free (bebas buang air besar di tempat terbuka), selain itu pemantauan kualitas
air bersih, kualitas makanan minuman olahan dan lain-lain. Hal-hal tersebut itu
dilakukan karena dapat mengurangi faktor resiko terjadinya penularan atau
penyebaran kasus diare.
Kusta
Tahun 2011. Ditemukan kasus Kusta tipe MB (Multy Basiller) sebanyak
285 dengan rincian laki-laki 192 kasus dan perempuan 93 kasus. Pada Kusta
tipe PB (Pausy Basiller) sebanyak 35 kasus dengan rincian berdasarkan
gender laki-laki sebanyak 15 kasus dan perempuan 20 kasus.
Tabel 3.7
Jumlah Kasus Baru Kusta, CDR dan Prevalensi
Tahun 2008 - 2011
Tahun 2008 2009 2010 2011
Kasus MB 183 224 191 285
Kasus PB 24 19 1 35
CDR per 100.000 pddk 11,45 10,99 9,39 14,2
Prevalensi per 10.000 pddk 0,97 1,04 1,42
Kusta tipe MB lebih mudah terjadi penularan sehingga kasusnya jauh
lebih banyak.
Difteri, Pertusis dan Tetanus
Tahun 2011 tidak ditemukan adanya kasus Difteri dan Pertusis. Kasus
Tetanus Non Neonatorum di puskesmas tidak ditemukan. Untuk kasus di
rumah sakit tidak ada pelacakan berdasarkan pasien wilayah Kabupaten
Cirebon.
Tetanus Neonatorum (TN)
Analisis situasi kasus Tetanus Neonatorum di Kabupaten Cirebon tahun
2011 diketahui berjumlah 2 kasus dengan jumlah meninggal 1 orang (CFR 50
%). Dari analisis kasus-kasus TN, semua kasus melakukan kunjungan
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 32
kehamilan (Ante Natal Care) kurang dari 4 kali. Padahal idelanya dilakukan 15
kali kunjungan pemeriksaan selama kehamilan. Faktor risiko lainnya, meskipun
dilakukan persalinan oleh tenga kesehatan, akan tetapi perawatan tali pusat
dilakukan oleh dukun tidak terlatih.
Berdasarkan analisa hasil pelacakan petugas surveilnce disimpulkan :
1. Sebagian besar kasus TN, pada saat kehamilan melakukan pemeriksaan,
hanya frekuensinya sangat jauh dari standar. Hal ini disebabkan
rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan
kehamilan.
2. Sosialisasi petugas kesehatan tentang pelayanan kesehatan rendah
3. Kemauan msyarakat untuk melakukan pemeriksaan pasca persalinan
masih rendah
4. Kinerja bidan dalam APN perlu ditingkatkan.
5. Kepercaaan masyarakat terhadapdukun/paraji masih tinggi, karena
meskipun persalinan ditolong oleh nakes sudah bagus tapi perawatan tali
pusat masih dilakukan oleh dukun , sehingga perlu ditingkatkan kemitraan
antara dukun dan bidan.
Campak dan Rubella
Pada tahun 2011 jumlah total kasus Campak (Klinis) sebanyak 318
kasus dengan angka kematian (Case atality Rate/CFR) adalah 0 (nol).
Incidence Rate sebesar 14,15 per 100.000 penduduk. Berdasarkan golongan
umur, penderita campak klinis di Kabupaten Cirebon masih didominasi oleh
kelompok umur 5-14 tahun, 139 orang (43,71%) dan kelompok umur 1-4 tahun,
136 orang (42,27%). Penentuan diagnosa Campak di Puskesmas dilakukan
oleh dokter. Jumlah Kasus Campak positif (confirmasi labaoratorium) sebanyak
61 kasus.
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 33
Sumber : Laporan Seksi Pengawasan Penyakit 2011
Selama tahun 2011 di wilayah Kabupaten Cirebon terjadi 7 KLB
Campak klinis dan terjadi satu KLB Rubella di Puskesmas Gunung Jati. Secara
lebih jelas sebaran lokasi KLB Campak dapat dilihat pada peta berikut ini :
Gambar 3.1
Pemetaan KLB Campak di Kabupaten Cirebon
Tahun 2011
41
28
1624
33
55
18
7 9
20
46
21
0102030405060
jan feb mar apr may jun jul aug sep oct nov dec
Grafik 3.11Jumlah Kasus Baru Penyakit Campak (Klinis)
Tahun 2011
KLB Campak KLB Rubella KLB Campak (Klinis)
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 34
Tahap pemberantasan Campak saat ini adalah Eradikasi, pada tahap
ini tidak ditemukan lagi virus campak, cakupan imunisasi sudah tinggi dan
melaksanakan surveilans ketat berbasis kasus individu (Cass Based Measles
Surveilans) dengan konfirmasi laboratorium. Target CBMS adalah 20% dari
jumlah kasus Campak tahun sebelumnya, Tahun 2010 jumlah kasus campak
258 kasus, sehingga target CBMS tahun 2011 adalah 52 kasus, pencapaian
73,08% atau 38 kasus. Hasil pemeriksaan laboratorium kasus Campak CBMS
diketahui 18 kasus campak (47,37%), 13 kasus Rubella (34,21%), 5 kasus
negatif (13,16%) dan 2 kasus equivocal (5,26%).
Dengue Hemoragic Fever (DHF)
Kabupaten Cirebon merupakan daerah endemis DHF atau Demam
Berdarah (DBD). Setiap tahun jumlah kasus relatif selalu tinggi. Jumah
penderita DHF atau DBD tahun 2011 sebanyak 180 kasus. Mengalami
penurunan dari tahun 2011 sebanyak 722 kasus. Distribusi penyebaran kasus
DBD tahun 2011 hampir di seluruh kecamatan terdapat kasus kecuali
Gegesik.
Berikut adalah kasus DBD pada 6 (enam) tahun terakhir.
Tabel 3.8
Jumlah Penderita penyakit Demam Berdarah Dengue,
Incidence Rate dan Case fatality Rate di Kabupaten Cirebon
Tahun 2006-2011
Tahun Jumlah
Penderita
Incidence Rate
/100.000 pddk
Jumlah
Kematian
Case Fatality
Rate (%)
2006 1524 71,39 62 4,06
2007 1027 47,91 35 3,41
2008 824 38,51 16 1,94
2009 1.028 46,48 23 2,24
2010 722 31,71 25 3,46
2011 180 8,86 1 0,50
Sumber : Seksi Pemberantasan Penyakit Dinkes Kab. Cirebon. 2011
Sumber: Lap. Campak Kab. Cirebon 2011
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 35
Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya angka kesakitan penyakit
demam berdarah antara lain karena kepadatan vektor penular (nyamuk aedes
aigypti), mobilitas penduduk, peningkatan kepadatan penduduk, kurangnya
keberhasilan program pemberantasan sarang nyamuk di masyarakat (PSN).
Trend penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau DHF dalam 9
(Sembilan) tahun terakhir di Kabupaten Cirebon dapat terlihat dalam grafik
berikut ini :
Sumber : Bidang P2P 2011 & Profil Kesehatan Jawa Barat
Grafik 3.11 menunjukkan bahwa trend kejadian DBD dalam sepuluh
tahun terakhir terjadi kenaikan kejadian dari tahun 2002 sampai dengan tahun
2006 kemudian terjadi penurunan kembali sampai dengan tahun 2011. Jumlah
kejadian penyakit DBD sebanyak 180.
Sedangkan angka CFR (angka kematian) penyakit DBD semakin turun.
Hal ini dapat diasumsikan bahwa penurunan CFR seiring kenaikan Angka
Kejadian atau Incidence Rate (IR) menunjukan adanya penanganan yang
semakin baik pada penderita DBD sehingga tidak terjadi peningkatan kematian
karena DBD. Disisi lain peningkatan Angka kejadian DBD dapat
dimungkinkannya karena adanya peningkatan mobilitas penduduk dan
peningkatan kepadatan penduduk, yang tidak diimbangi dengan peningkatan
upaya pencegahan seperti pemberantasan sarang nyamuk penular DBD.
0
20
40
60
80
100
'02 '03 '04 '05 '06 '07 '08 '09 10 11
Grafik 3.12Angka Kesakitan (Incidence Rate) dan Case Fatality Rate
(CFR) Penyakit DBD di Kabupaten Cirebon Tahun 2002-2011
IR Kab Cfr Kab IR Prop Jabar Cfr Jabar
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 36
Untuk pola tahunan kejadian penyakit DBD di Kabupaten Cirebon dapat
terlihat dalam grafik berikut :
Sumber data : Subdin P3M Dinkes Kab Cirebon tahun 2011.
Dari grafik 3.12 terlihat bahwa kasus DBD pada tahun 2011 mengalami
pola yang sama dengan tahun-tahun sbelumnya hanya jumlah kasus
mengalami penurunan. Di bulan-bulan Desember dan Januari tidak ada
peningkatan kasus yang ekstrim seperti biasanya.
Berdasarkan kelompok umur, penderita DBD 1 – 4 tahun 13 %, 5-15
tahun 42 %, 15-44 tahun 30 % dan > 44 tahun 24 %. Kasus paling tinggi pada
usia 5-15 tahun. Usia tersebut merupakan anak sekolah, diasumsikan
penularan DBD dapat terjadi di tempat-tempat umum dan salah satu tempat
yang potensial yaitu di sekolah. Hal ini juga dikaitkan dengan puncak aktivitas
vector DBD dalam hal ini nyamuk Aedes Aegypti dalam menularkan virus
Jan Feb Mar April Mei Jun Juli Agt Sep Okt Nop Des
2009 21 10 10 13 11 89 66 37 23 35 36 69
2010 14 79 77 85 72 50 35 37 27 24 42 47
2011 30 24 21 17 20 15 15 1 12 4 8 13
0
50
100
150
200
250
Grafik. 3.13Situasi Kasus DBD Bulanan Tahun 2009-2011
2009 2010 2011
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 37
dengue yaitu pada pagi dan sore hari, dengan demikian kemungkinan besar
penularan DBD terjadi pada lingkungan sekolah dan sekitarnya.
Chikungunya
Penyakit chikungunya atau sering disebut dengan demam Chik adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh Alva Virus yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Gejala utamanya adalah
demam tinggi yang timbul mendadak, nyeri persendian, bercak kemerahan
pada kulit, dan nyeri otot dengan masa inkubasi sekitar 2 sampai 4 hari.
Kasus Chikungunya mulai muncul di pertengahan tahun 2007. Trend
berdasarkan jumlah kasus akumulasi dalam setahun dapat dilihat dalam grafik
berikut :
Trend kasus bulanan menyerupai penyakit Demam Berdarah Dengue
yang selalu meningkat pada akhir dan awal tahun berikutnya bersamaan
dengan musim hujan. Berdasarkan jumlah kejadian luar biasa (KLB),
jumlahnya terus mengalami kenaikan dari 3 (tiga) tahun terakhir.
183
652
130
728
575
0
200
400
600
800
2007 2008 2009 2010 2011
Grafik 3.14Jumlah Kasus Chikungunya
di Kabupaten Cirebon Tahun 2007-2011
Kasus Chukungunya
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 38
Sumber : Seksi Pengawasan Penyakit, 2011
Malaria
Kabupaten Cirebon bukan merupakan daerah endemis malaria. Kasus
malaria positif seluruhnya merupakan kasus import dari luar daerah.
Kasus malaria positif tahun 2008 berjumlah 13 kasus, sedangkan klinis
sebanyak 96 kasus. Angka kesakitan penyakit malaria positif di Kabupaten
Cirebon 0,83 per 100.000 penduduk. Tahun 2009 sampai dengan 2011 hanya
ditemukan satu kasus positif malaria import.
Filariasis
Tahun 2011 ditemukan ada 5 (lima) kasus diduga Filariasis. Setelah
pemeriksaan hanya ada 3 (tiga) kasus baru posistif Filariasis. Jumlah total
kasus komulatif yang ada sebanyak 12 penderita.
Flu Burung (Avian Influensa/AI)
Dari hasil observasi kasus flu burung di Kabupaten Cirebon selama
tahun 2011 diketahui terdapat satu KLB Flu Burung (suspek). Kasus observasi
diduga flu burung terdapat di desa Serang Wetan Puskesmas Gembongan.
kasus bersumber dari laporan petugas baik bidan desa, petugas surveilans
maupun petugas PDSR (Partisipatori Diseases Surveilans Respon). Koordinasi
8
23
29
0
5
10
15
20
25
30
35
2009 2010 2011
Grafik 3.15Jumlah KLB Chikungunya (Klinis) di Kabupaten Cirebon
Tahun 2009 - 2011
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 39
dengan Dinas Peternakan dan tingkat Kecamatan sudah berjalan dengan baik.
Berdasarkan hasil Rapid tes oleh Dinas Peternakan diketahui Positif AI pada
unggas. Setelah dilakukan observasi pada populasi/warga yang pernah kontak
dengan unggas di wilayah KLB, ternyata hasil observasi tidak ditemukan kasus
AI pada manusia.
Pengamatan penyakit AI dengan melakukan system kewaspadaan dini
terhadap penyakit H1N1. Mengingat perkembangan penyakit tersebut cukup
pesat, dilakukan pengamatan terhadap tempat-tempat umum jual beli unggas,
tempat berkumpulnya orang banyak, seperti sekolah.
3.3.5 Penyakit Tidak Menular
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menunjukkan penyakit tidak menular
merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Dari 10 (sepuluh besar penyakit
penyebab tertinggi kematian 6 (enam) diantaranya adalah penyakit tidak menular
(PTM). Stroke merupakan penyebab tertinggi (15,48 %), disusul Tuberculosis ( 7, 5%),
Hipertensi (6,8 %), Cedera (6,5 %), Perinatal (6,0 %) Diabetes Militus (5,7 %), tumor
(5,7 %), penyakit jantung ischemic (5,1 %), dan penyakit saluran nafas bawah (5,1 %).
Kondisi tersebut menujukan PTM merupakan masalah serius yang harus mendapat
prioritas dalam pengendalian. Pada Riset Kesehatan 2010 tidak lebih diarahkan pada
indikator MDG,s, sehingga data PTM tidak dibahas. Hasil Riskesdas 2010 juga hanya
dianalisis samapi tingkat provinsi.
Hipertensi
Berdasarkan Laporan Bulanan Penyakit ( SP3-LB1) di Puskesmas Tahun 2011
jumlah kasus baru Hipertensi Primer (Essensial) sebanyak 54.980. Sedangkan
hipertensi Sekunder kasus baru sebanyak 5.107. berdasarkan golongan umur
penderita hipertensi terbanyak proporsinya pada kelompok umur 45 – 54 tahun
(24,45 %). Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, prevalensi penyakit
hipertensi di Kabupaten Cirebon berdasarkan pengukuran langsung sebesar
31,4 %, menurut diagnose tenaga kesehatan sebesar 8,3 %, Berdasarkan
diagnose atau dengan gejala 8,5 %. Menurut hasil Riset tersebut berdasarkan
umur semakin tinggi golongan umur semakin tinggi angka prevalensinya.
Berdasarkan jenis kelamin prevalensi hipertensi pada perempuan lebih tinggi
dibandingkan pada laki-laki.
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 40
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
Berdasarkan pola penyakit di puskesmas tidak ditemukan penyakit
jantung dan pembuluh darah.
Pada instalasi rawat inap di rumah sakit penyakit jantung dan pembuluh
darah ditemukan pada golongan umur 5 – 44 tahun penyakit Stroke 5,72 %
dan Hipertensi 1,24 %. Pada umur 45-64 tahun yaitu Hipertensi sebesar 1,64
% pada urutan kelima, dan Stroke Non Haemoragic sebesar 1,09 urutan
kedelapan.
Menurut hasil Riskesdas 2007 prevalensi Stroke di Kabupaten Cirebon
hasil diagnose tenaga kesehatan sebesar 7,9 % dan berdasarkan diagnose
dan gejala sebesar 10,9 %. Prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnose
tenaga kesehatan 0,9 % dan 14,9 % berdasarkan diagnose dan gejala.
Berdasarkan golongan umur semakin naik golongan umur semakin tinggi
prevalensinya. Dari hasil riset tersebut juga menunjukan prevalensi pada
perempuan lebih tinggi dari laki-laki. Berdasarkan tingkat pendidikan
prevalensi tertinggi pada kelompok tamat perguruan tinggi. Hasil Riskesdas
2010 tidak menggambarkan prevalensi penyakit lingkup kabupaten/kota.
Penyakit Gangguan Jiwa
Tahun 2011 ditemukan 9.819 kunjungan gangguan jiwa dari total
kunjungan rawat jalan puskesmas 2.403.359 kunjungan rawat jalan total (0,40
%) mengalami penurunan dari tahun 2010 (4 %). Berdasarkan kunjungan di
rumah sakit penyakit gangguan jiwa 2,27 % dari total kunjungan.
Hasil Riskesdas 2007 prevalensi gangguan mental emosional di Kabupaten
Cirebon sebesar 29, 8 % lebih tinggi dari Prevalensi Jawa Barat yaitu 20 % dan
nasional 11, 6 %. Kabupaten tertinggi di Jawa Barat yaitu Purwakarta 31,9 %.
Menurut hasil Riskesdas 2007 prevalensi gangguan mental emosional
berdasarkan golongan umur semakin tinggi usianya makin tinggi
prevalensinya. Menurut jenis kelamin prevalensi pada perempuan lebih tinggi
dari laki-laki. Berdasarkan tingkat pendidikan makin rendah tingkat pendidikn
makin tinggi prevalensinya.
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 41
Kesehatan gigi dan mulut
Menurut pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas tahun 2011
pelayanan tumpatan gigi tetap sebanyak 12.295 dan( 7.172), pencabutan gigi
tetap sebanyak 14.046 (8.878). Tahun 2010. Tahun 2009 pelayanan tumpatan
gigi tetap sebanyak 6.685 relatif tetap dari tahun sebelumnya yaitu 6.529,
pencabutan gigi tetap sebanyak 26.795, jauh meningkat dari tahun 2008 yaitu
11.029, berdasarkan hasil pemeriksaan gigi pada anak sekolah dasar
sebanyak 17.952 sebanyak 12.716 (70,83 %) perlu mendapatkan perawatan.
Angka ini relatif tinggi sehingga perlu ada penanganan dalam upaya kesehatan
gigi dan mulut yang dilakukan sejak usia dini. Dari pencatatan di pelayanan BP
Gigi di puskesmas tahun 2010 pada golongan umur 5-44 tahun pada urutan ke
duabelas penyakit gusi jaringan periodontal(2,32 %), urutan ketigabelas
penyakit pulpa dan jaringan periapikal (2,18 %), urutan ke limabelas gangguan
gigi dan jaringan penunjang (1,86 %) dan urutan ke sembilanbelas Karies Gigi
(1,11 %). Hasil Riskesdas 2007 menunjukan Pevalensi penduduk Kabupaten
Cirebon bermasalah gigi-mulut sebesar 28,5 %, yang menerima perawatan
dari tenaga medis 38,8 %, dan hilang seluruh gigi asli sebesar 0,6 %.
Sedangkan prevalensi Jawa Barat yang bermasalah gigi-mulut 25,3 %, yang
menerima perawatan 33,1 %. Kabupaten Cirebon menempati angka tertinggi di
Jawa Barat untuk Prevalensi yang menerima perawatan gigi-mulut oleh tenaga
kesehatan.
4.4. Status Gizi
Status gizi merupakan faktor penting dalam membentuk Sumber Daya Manusia
yang bermutu. Status gizi merupakan indikator dari derajat kesehatan suatu bangsa.
Oleh karena itu upaya dalam peningkatan gizi masyarakat, khususnya pada kelompok
rentan yaitu bayi, balita, ibu hamil dan menyusui/nifas mendapat prioritas
pembangunan kesehatan. Namun demikian status gizi masyarakat secara umum
yaitu usia anak sekolah, usia reproduksi juga perlu diperhatikan.
4.4.1 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Bayi dengan berat badan saat lahir kurang dari 2,5 kg dikategorikan bayi
dengan berat badan lahir rendah. Kondisi bayi dengan berat badan lahir rendah ini
dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu faktor ibu seperti penyakit, komplikasi pada
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 42
kehamilan, usia ibu dan paritas serta kebiasaan ibu. Faktor lainnya faktor janin dan
faktor lingkungan.
Tahun 2011 dari jumlah Bayi Lahir Hidup yang ditimbang 43.831 sebanyak
1.186 bayi (2,7%) adalah BBLR. Hal ini terjadi penurunan dari tahun 2010 sebesar
2,29 % atau 98 dari 44.313 bayi lahir hidup. Tahun 2009 1.113 (2,60 %) dari 42.802
kelahiran hidup, dengan jumlah yang hidup 1005 dan yang meninggal 108. Tahun
2008 jumlah BBLR sebanyak 1.126 (2,59 %) dari kelahiran hidup sebanyak 43.434.
4.4.2. Status Gizi Balita
Pengukuran status Gizi dilakukan pada saat Bulan Penimbangan Balita
serentak pada bulan Agustus. Untuk menilai status gizi balita diukur berdasarkan
umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Variable BB dan TB disajikan dalam
bentuk tiga indicator antropomentri, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi
badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
Berdasarkan hasil penimbangan pada balita di BPB (Bulan Penimbangan
Balita) tahun 2011, dengan standar Berat Badan per Umur (BB/U) diperoleh angka
Gizi Buruk sebanyak 2.613 (1,55 %) dari bayi yang ditimbang, Gizi Kurang 17.357
(10,31 %), Gizi baik 146.231 (86,86 %) dan Gizi baik 2.147 (1,28 %).
Pada standar BB/TB tahun 2011 jumlah balita sangat kurus sebanyak 380
(0,23 %), Balita kurus 7.901 (4,69 %), Balita normal 155.618 (92,44 %) dan Balita
kategori gemuk 4.446 (2,64 %).
Berikut adalah trend ststus gizi balita di Kabupaten Cirebon.
Sumber : Laporan tahunan Seksi Gizi tahun 2011
0
1
2
3
2007 2008 2009 2010 2011
2,091,89
2,181,68 1,55
0,830,73 0,6
0,52 0,23
Grafik 3.16Status Gizi Buruk berdasarkan standar BB/U dan BB/TB di
Kabupaten Cirebon Tahun 2007 - 2011
BB/U BB/TB
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 43
Menurut hasil Riskesdas tahun 2007 Prevalensi Balita menurut status gizi
(BB/U) yaitu Gizi Buruk : 4,6 %, Gizi Kurang : 17,6 %, Gizi Baik 75,6 %, dan Gizi lebih
2,2 %. Prevalensi gizi buruk +gizi kurang di Kabupaten Cirebon menurut riset tersebut
belum mencapai target perbaikan gizi pada RPJM (nasional) yaitu 15 % dan target
MDG’s untuk Indonesia sebesar 18,5 %. Data Riskesdas Tahun 2010 tidak ada
penggambaran berdasarkan lingkup wilayah Kabupaten/Kota.
4.4.3 Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi pada ibu hamil sangat penting karena berhubungan secara tidak
langsung dengan indikator kesehatan. Status gizi pada ibu hamil antara lain dilihat dari
kadar Hemoglobin dalam darah dan pengukuran lingkar lengan atas untuk melihat
apakah ibu hamil termasuk kategori KEK (Kurang Energi Kronik) atau bukan. Standar
kadar Hemoglobin yang harus dicapai oleh ibu hamil adalah > 11 gr %, sedangkan
standar lingkar lengan lebih dari sama dengan 23,5 cm.
Tahun 2011 Jumlah estimasi Sasaran Ibu hamil 54.452. Jumlah ibu hamil
dengan Lingkar Lengan (LILA) kurang dari 23,5 cm sebanyak 3.053 (5,6 %).
Dibandingkan tahun sebelumnya terjadi penurunan. Pada pemeriksaan kadar
Haemoglobin tahun 2011 jumlah ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11 gr %
sebanyak 6.751 (12,39 %). Angka ini juga mengalami penurunan dibandingkan
dengan tahun 2010. Untuk membandingkan pada tahun 2010 Sasaran ibu hamil
55.178, yang LILA kurang dari 23,5 cm sebanyak 3.260 (5,9 %), sedangkan dari
pemeriksaan kadar hemoglobin pada ibu hamil, yang kadar HB kurang dari 11 gr %
sebanyak 8.174 (14,8 %).
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 44
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
4.1 Pelayanan Kesehatan
4.1.1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Cakupan kunjungan K1 yaitu Kunjungan/kontak pertama kali ibu hamil dengan
tenaga kesehatan tanpa melihat umur kehamilan, baik di dalam maupun di luar
gedung puskesmas seperti Posyandu, Polindes, Kunjungan Rumah, Rumah Sakit,
Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta di wilayah kerja Puskesmas, untuk
mendapatkan pelayanan antenatal. Pelayanan kesehatan ibu hamil pada saat
kunjungan pertama (K1) mendapatkan pelayanan antenatal minimal 7 T (timbang,
tensi, tinggi fundus, tablet Fe dan Imunisasi Tetanus Toxoid, temu wicara, test
laboratorium sederhana).
Tahun 2011 cakupan K1 mencapai 96 % dari jumlah estimasi sasaran ibu
hamil keseluruhan sebesar 54.452. Angka ini mengalami kenaikan dari tahun lalu.
Peningkatan ini tidak lepas dari peningkatan kinerja petugas yang terus dilakukan
evaluasi dan peningkatan kemampuan.
Pelayanan K4 yaitu pelayanan pada ibu hamil minimal 4 kali memeriksakan
kehamilannnya yaitu 1 kali trimester II dan 2 kali pada trimester III dengan memenuhi
kriteria 5 T. Trend pencapaian pelayanan kesehatan ibu hamil pada 6 (enam) tahun
terakhir dapat dilihat pada grafik berikut.
Sumber : Bidang Kesehatan Keluarga, 2011
84,3 84,3 86,9 95,8 93,8 96
75,4 76,74 79,72 85,1 84,8 94,63
0
50
100
150
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Grafik 4.1Cakupan K1 dan K4 di Kabupaten Cirebon
Tahun 2006 - 2011
K1 K4
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 45
Berdasarkan grafik terlihat adanya kecenderungan peningkatan dalam
pelayanan kesehatan ibu hamil (K1 dan K4). Berdasarkan target Standar Pelayanan
Minimal (SPM) indikator K4 tahun 2011 (menurut angka Kabupaten) sebesar 85,8 %.
Artinya tahun 2011 ini cakupan melampaui target yang ada.
Cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan Tahun 2011 mencapai 85,12
% mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 81,27 %. Target yang
ditetapkan Kabupaten pada SPM indikator Persalinan oleh tenaga kesehatan tahun
2011 sebesar 79,5 %, hal ini berarti cakupan sudah jauh melampaui target. Banyak
hal yang telah dilakukan dalam upaya peningkatan cakupan program ini antara lain
kemitraan tenaga kesehatan dengan dukun, pendekatan terhadap ibu hamil dengan
mengadakan kelas ibu hamil dan lain-lain. Hal ini tidak terlepas dengan adanya dana
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
Sumber : Seksi Kesehatan Keluarga Tahun 2011
Penanganan pada ibu hamil resiko tinggi atau yang mengalami komplikasi
cakupan melampaui dari jumlah estimasi sasaran yang ditetapkan sebesar 111,4 %.
Target yang ditetapkan sebesar 65 % pada tahun 2011. Hal ini menunjukan adanya
kinerja yang baik dalam upaya penanganan kesehatan ibu.
Cakupan pemberian imunisasi pada ibu hamil yang ke 1 (TT-1) mencapai 89,7
%. Jika dibandingkan dengan cakupan K1 sebesar 96 % ada kesenjangan yang cukup
besar. Hal ini semestinya tidak terjadi karena pemberian TT-1 diberikan pada saat
pelayanan kunjungan pertama (K1). Beberapa kemungkinan masih adanya kelompok
69,2 70,770,75
79,01 81,2785,12
0
20
40
60
80
100
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Grafik. 4.2 Cakupan Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan
Kabupaten Cirebon Tahun 2006 - 2011
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 46
masyarakat yang menolak dilakukan imunisasi K1. Cakupan TT-2 plus sebesar 91,72
%, ada kesenjangan dengan besarnya cakupapan K4 yang mencapai 96 %.
Kekurangan asupan zat besi pada ibu hamil bisa berakibat buruk bagi ibu dan
janin. Penanganan defisiensi zat besi dengan pemberian suplemen tablet besi dan
efektif untuk meningkatkan kadar Fe/besi dalam jangka waktu pendek. Cakupan
pemberian tablet besi pada ibu hamil yang mendapatkan 90 tablet Fe tahun 2011 Fe I
(30 tablet) sebsar 93,92 % naik dari tahun 2010 sebesar 91,94 %, dan Fe III (90 tablet)
sebesar 87,37 % mengalami kenaikan dari tahun 2010 sebesar 84,43 %. Target
pemberian 90 tablet besi pada ibu hamil sebesar 80 %.
Pemberian tablet besi juga dilakukan pada ibu menyusui atau ibu nifas, karena
masih sangat diperlukan bagi ibu dan bayinya. Pada kenyataanya pemberian tablet
Fe pada ibu hamil sudah dilakukan dengan baik, akan tetapi belum dilakukan upaya
tindak lanjut dalam memastikan dikonsumsi atau tidak tablet tersebut.
Cakupan pelayanan kesehatan pada ibu nifas (kunjungan ibu nifas) tahun 2011
mencapai 83,36 %. Pencapaian ini sudah mencapai target yang ditetapkan pada
tahun yang sama sebesar 82,5 %. Cakupan pemberian Vitamin A pada ibu nifas
mencapai 86,8 %.
Cakupan neonatal resiko tinggi yang ditangani mencapai 56,31 % pada tahun
2011. Jika dibandingkan dengan target sebesar 80 %, hal ini belum mencapai target.
Cakupan kunjungan Neonatal (KN1) mencapai 88,31 %, angka ini sudah mencapai
target yang ditetapkan yaitu sebesar 82,60 %. Sedangkan kunjungan neonatal
lengkap (KN3) sebesar 87,40 %. Cakupan pada kasus gizi buruk yang mendapatkan
perawatan mencapai 100 % (453 kasus).
Upaya pelayanan kesehatan balita untuk meningkatkan status gizi diantaranya
adalah pemberian Vitamin A. Pada tahun 2011 cakupan pemberian Vitamin A pada
anak balita (12-59 bulan) sebesar 81,87 %, hal ini masih dibawah target sebesar 96
%.
4.1.2 Program Imunisasi
Imunisasi merupakan cara yang efektif dalam pencegahan penyakit-penyakit
tertentu yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Program imunisasi dilakukan
pada bayi dan ibu hamil, WUS dan anak sekolah tingkat dasar.
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 47
Imunisasi dasar lengkap yang dilakukan pada bayi adalah 1 dosis BCG, DPT
1, DPT 2 dan DPT 3, Polio 1 sampai 4 dan Hepatitis B 1 sampai 4, dan 1 dosis
Campak. Sedangkan imunisasi pada ibu hamil yaitu imunisasi Tetanus Toxoid atau
disingkat TT. Pada ibu hamil dilakukan imunisasi 2 kali selama kehamilan yaitu TT 1
dan TT 2 untuk mencegah penyakit tetanus neonatorum pada bayi yang akan
dilahirkan. Imunisasi pada anak sekolah meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak dan 2
dosis TT.
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI) adalah
Desa/Kelurahan dimana > 80 % dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah
mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Tahun 2011 cakupan UCI
mencapai 78,07 %, belum mencapai target dari target 85 %.
Berikut di bawah ini adalah grafik pencapaian UCI Desa berdasarkan
beberapa jenis vaksin dan gabungan tahun 2009 -2011.
Grafik 4.3
Cakupan UCI Puskesmas Berdasarkan Vaksin di Kabupaten Cirebon
Tahun 2009 - 2011
Sumber: Laporan Bidang P3M Seksi Pencegahan, 2011
BCG DPTHB3 POLIO4 CAMPAK KOMPOSIT
2009 87,7 79,0 79,7 79,2 61,1
2010 86,1 82,1 69,8 79,7 63,7
2011 93,4 82,1 81,8 86,8 78,1
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
80,0
90,0
100,0
Cak
up
an (
%)
Grafik 4.4. Pencapaian Desa UCI di Kabupaten Cirebon Tahun 2009-2011
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 48
Cakupan TT 1+ pada tahun 2011 adalah 97,84% sedangkan target yang
harus dicapai adalah 95%. Sebagian besar Puskesmas (42 Puskesmas, 75%) sudah
mencapai target. Cakupan TT 2+ pada tahun 2011 adalah 92,04% sedangkan target
yang harus dicapai adalah 90%. Hanya 31 Puskesmas (53,6%) yang mencapai
target.
4.1.3 Pelayanan Keluarga Berencana
Berdasarkan sumber pelayanan alat kontrasepsi Keluarga Berencana (KB) di
Puskesmas, Cakupan KB Peserta KB Baru adalah 14,23 %. Sedangkan peserta KB
Aktif 74,52 % dari Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) 409.144. Berdasarkan data
dari Badan Pemeberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB)
Kabupaten Cirebon cakupan peserta KB baru tahun 2011 sebesar 18,44 %, cakupan
peserta KB aktif sebesar 75,12 % dari jumlah PUS 431.854.
4.1.4 Pelayanan Kesehatan Usila
Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut (Usila) mencapai 28,17 % masih jauh dari
target tahun 2011 sebesar 71 %.
4.1.5 Pelayanan Kesehatan Anak Sekolah
Upaya pelayanan kesehatan pada anak sekolah ada beberapa kegiatan yang
dilakukan diantaranya penjaringan kesehatan pada siswa kelas 1 SD, program UKGS
(Usaha Kesehatan Gigi di Sekolah), Pelatihan dokter kecil dan lain-lain.
Tahun 2011 cakupan penjaringan siswa kelas 1 (satu) SD / sederajat mencapai
97,2 %, hal ini berarti belum mencapai dari target yang ditetapkan 98 %. Diharapkan
kedepan dapat mencapai target seiring dengan adanya dana Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK) yang didalamnya termasuk untuk kegiatan penjaringan anak
sekolah.
Upaya pelayanan kesehatan gigi di sekolah dengan beberapa kegiatan seperti
pemeriksaan (screening), kegiatan sikat gigi masal, penyuluhan kesehatan gigi dan
lain-lain. Kegiatan sikat gigi masal di sekolah sebanyak 84,76 %. Jumlah sekolah yang
mendapat pelayanan kesehatan gigi sebanyak 99,7 %. Cakupan pemeriksaan gigi
pada murid SD mencapai 45,85 % dari target yang ditetapkan 40 %. Cakupan anak
SD yang mendapat perawatan gigi dan mulut mencapai 28,91 %. Beberapa indikator
ini belum ditetapkan targetnya dalam indikator kinerja utama. Sehingga tidak dapat
dibandingkan tingkat keberhasilannya.
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 49
4.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
4.2.1 Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
Menururt data Riskesdas 2007 persentase rumah tangga yang mempunyai
kemudahan akses ke pelayanan kesehatan dengan jarak < 1 km sebesar 76 %, dan
74,9 % rumah tangga membutuhkan waktu < 15 menit untuk mencapai pelayanan
kesehatan terdekat.
A. Fasilitas Kesehatan Dasar
Selain menurut data survei (Community Based) hasil Riskesdas, gambaran
akses dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan juga dapat diperoleh
berdasarkan Pencatatan dan Pelaporan di Puskesmas (Facility Based).
Pemanfaatan masyarakat terhadap sarana pelayanan kesehatan dasar dapat
dilihat dari jumlah kunjungan ke Pusat Kesehatan Masyarakat dan jejaringnya yaitu
Pustu, Pusling dan Poskesdes. Tahun 2011 jumlah kunjungan ke puskesmas
sebanyak 2.403.359 kunjungan. Perkembangan jumlah kunjungan ke Puskesmas
dapat dilihat dalam grafik berikut.
Sumber : SP3
Pemanfaatan fasilitas rawat inap di Puskesmas Perawatan tahun 2011
sebanyak 7.073 pasien dirawat.
2000
26592811 2741
2403
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
2007 2008 2009 2010 2011
Grafik. 4.5. Jumlah Kunjungan Puskesmas
di Kabupaten Cirebon Tahun 2007-2011
Kunjungan ( dalam ribuan)
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 50
Pemanfaatan pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin dilihat dari jumlah
kunjungan rawat jalan Peserta Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin).
Kunjungan peserta Jamkesmas tahun 2011 di pelayanan rawat jalan sebanyak
440.226 kunjungan, dan rawat inap 1.465 pasien. Jumlah keluarga miskin di
Kabupaten Cirebon sebanyak1.263.756 jiwa dengan jumlah yang terdaftar memiliki
kartu Jamkesmas sebanyak 816.993 jiwa (64 %).
B. Pelayanan Kesehatan Rujukan
Ada 7 (tujuh) rumah sakit di Kabupaten Cirebon. Yaitu dua rumah sakit umum
pemerintah daerah, satu rumah sakit khusus paru milik Pemerintah Provinsi Jawa
Barat, dan empat rumah sakit umum swasta.
Berdasarkan hasil pendataan tahun 2011 jumlah tempat tidur di RS Pemerintah
dan Swasta keseluruhan ada 1.072 buah. Rumah sakit yang paling banyak jumlah
tempat tidurnya yaitu Rumah Sakit Arjawinangun sebanyak 263 buah. Kemudian
rumah RSUD Waled sebanyak 240 buah tempat tidur dan Rumah sakit Mitra Plumbon
200 buah. Rumah Sakit Waled merupakan Rumah Sakit Tipe B, sedangkan lainnya
tipe C.
Pemakaian tempat tidur secara umum (Bad Occupancy Rate/BOR) rata-tata di
rumah sakit seluruh Kabupaten Cirebon pada tahun 2011 yaitu 61,3 %, mengalami
kenaikan dari tahun 2010 yaitu sebesar 60,3 %. Persentase pemakaian tempat tidur
terbesar di rumah sakit Mitra Plumbon yaitu 78,6 %, disusul rumah sakit Waled 71,5
%. RS. Sumber Waras sebesar 66,6 %.
Length of Stay (LOS) atau lama rawat di rumah sakit terbesar di Rumah Sakit
Paru Sidawangi sebesar 5,8 hari. Rata-rata LOS di Kabupaten Cirebon yaitu 3,6 hari.
Jumlah pasien rawat jalan dari keseluruhan rumah sakit pemerintah di
Kabupaten Cirebon tahun 2011 sebanyak 215.110 kunjungan, angka ini menurun dari
tahun 2010 sebanyak 220.130. Sedangkan jumlah pasien rawat inap di rumah sakit
tahun 2011 sebanyak 58.815 terjadi penurunan dari tahun 2010 sebanyak 139.846.
4.2.2 Jaminan Pelayanan Kesehatan
Jumlah penduduk di kabupaten Cirebon yang memiliki jaminan pemeliharaan
kesehatan pra bayar (asuransi kesehatan) belum dapat diketahui secara pasti.
Beberapa data pendukung seperti kepesertaan Askes, Jamsostek dan Asuransi
Swasta lainnya tidak diketahui datanya.
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 51
Jaminan pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang tercover dalam
Jamkesmas sebanyak 816.993 jiwa (64,6 %) dari 1.263.756 jiwa maskin yang ada.
Adapun masyarakat yang tidak tercover dalam Jamkesmas dijamin dalam Jaminan
Kesehatan untuk Maskin dari Daerah (Jamkesda).
4.3 Perilaku Hidup Masyarakat
Upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada masyarakat
diupayakan dengan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dengan
kegiatan penyuluhan luar gedung. Dalam pemantauannya dilakukan pendataan PHBS
kepada masyarakat oleh petugas kesehatan.
Berdasarkan pelaporan dari puskesmas persentase rumah tangga yang
dipantau (disurvey) perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tahun 2011 sebanyak
352.160 rumah tangga atau 68 % dari jumlah sasaran rumah tangga yang ada. Dari
352.160 yang disurvey 178.794 (50,8 %) rumah tangga dinyatakan berperilaku hidup
bersih dan sehat. Target Cakupan Rumah tangga PHBS tahun 2011 ditetapkan
sebesar 56,6 %. Hal ini berarti masih ada kesenjangan yang masih harus terus dicapai
dengan cara meningkatkan penyuluhan.
4.4 Penyehatan Lingkungan
Upaya peningkatan kesehatan lingkungan diawali dengan pematauan atau
pemeriksaan kualitas sarana kesehatan lingkungan di masyarakat antara lain cakupan
rumah sehat, cakupan rumah bebas jentik nyamuk, cakupan keluarga yang memiliki
jamban sehat, cakupan keluarga yang memiliki tempat sampah sehat, cakupan
keluarga yang memiliki sarana pembuangan air limbah (SPAL) sehat dan cakupan
tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan yang sehat. Selain itu juga
pembinaan institusi tentang kesehatan lingkungannnya.
Pada tahun 2011 berdasarkan pelaporan dari puskesmas yang telah
melakukan inspeksi/pemeriksaan pada sarana dasar kesehatan lingkungan di
masyarakat. Cakupan rumah sehat mencapai 73,45 % dari target sebesar 61,1 %.
Cakupan rumah bebas jentik nyamuk mencapai 89,53 %. Cakupan keluarga dengan
sumber air minum terlindung sebesar 100 %. Cakupan keluarga yang memiliki jamban
sehat sebesar 65,32 % dari target sebesar 73 %. Cakupan keluarga memiliki tempat
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 52
sampah sehat sebesar 48,89 %. Cakupan keluarga yang memiliki SPAL sehat sebesr
53,18 %. Cakupan TUPM sehat 78,3 % dan cakupan institusi yang dibina kesehatan
lingkungannya sebesar 68,45 %.
Beberapa indikator kesehatan lingkungan di atas ada yang belum ada
ditetapkan target pencapaiannya dalam Indikator Kinerja Utama (IKU). Cakupan
rumah sehat sudah mencapai target namun demikian tetap perlu upaya peningkatan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan. Karena beberapa
penyakit yang menempati rangking sepuluh besar di sarana rawat jalan puskesmas
merupakan penyakit-penyakit infeksi yang berbasis lingkungan seperti ISPA, diare dan
penyakit kulit.
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 53
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
5.1. Sarana Kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Cirebon tersebar di seluruh wilayah
yaitu 56 puskesmas terdiri dari 8 (enam) puskesmas dengan tempat perawatan (DTP),
dan 48 Puskesmas non DTP, 2 (dua) Rumah Sakit Pemerintah, 4 (empat) Rumah
Sakit Umum Swasta dan 1 (satu) Rumah Sakit Khusus Paru (Milik Pemerintah daerah
Provinsi Jawa Barat).
Jumlah Puskesmas pembantu 66 (enam puluh enam) buah. Puskesmas Keliling
(Pusling) roda empat ada 59 di puskesmas dan di Dinas Kesehatan ada 3 ambulance
dan 2 buah pusling. Total ada 64 tidak termasuk kendaraan operasional/kendaraan
dinas untuk para pimpinan. Di setiap Puskesmas terdapat Pusling roda empat 1 (satu)
buah, dan ada 4 puskesmas DTP dengan 2 (dua) buah Pusling.
Sarana pelayanan kesehatan lain dengan kepemilikan swasta, rumah bersalin ,
Balai Pengobatan swasta , praktek dokter swasta, dan lain-lain. Sarana kesehatan
swasta yang memiliki izin tahun 2011 dapat dilihat di tabel berikut :
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 54
Tabel 5.1
Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta yang Berizin
Di Kabupaten Cirebon Tahun 2011
No
Sarana Kesehatan
Jumlah
Yang memiliki izin
% sarkes
memiliki izin
1 Klinik Utama 3 1 33,33
2 Klinik Pratama 0 0 100
3 Praktek dokter umum 285 285 100
4 Praktek dokter gigi 43 43 100
5 Praktek dokter spesialis. 72 72 100
6 Praktek bidan swasta 640 640 100
7 RS Umum 6 4 66,67
8 Apotek 98 98 100
9 Toko obat 5 5 100
Jumlah 1.152 1.149 99,74
Sumber : Bidang Yankesfar 2011,Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon
Puskesmas sebagai ujung tombak dalam pemberian pelayanan kesehatan
diupayakan dapat menjangkau masyarakat di semua wilayah dengan berbagai
kondisi. Puskesmas-puskesmas yang disesuaikan dengan kondisi daerah antara lain
puskesmas keliling, puskesmas perawatan, dan puskesmas pembantu. Ada juga
Poskesdes (Pos Kesehatan Desa) yang disediakan tempatnya oleh masyarakat yang
sudah menjalankan program Desa Siaga Sehat. Rasio Puskesmas terhadap
penduduk 1 : 40.121, rasio Puskesmas pembantu terhadap penduduk 1 : 18.614, dan
rasio Puskesmas keliling terhadap penduduk 1 : 38.081. Rasio puskesmas terhadap
penduduk yang ideal adalah 1 banding 25.000 sampai dengan 30.000. Jika rasio di
atas masih belum memadai, maka adanya pustu dapat menutupi kekurangan tersebut.
Namun demikian standar Puskesmas dan Pustu berbeda sehingga diharapkan
kedepannya suatu saat rasio ideal tersebut dapat terpenuhi.
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 55
Selain sarana kesehatan kepemilikan pemerintah dan swata, sarana kesehatan
yang kegiatannya bersumber daya masyarakat dengan difasilitasi oleh Dinas
Kesehatan yaitu posyandu 2.509 buah, Pos Kesehatan Desa 397 buah dan pos
kesehatan pesantren 9 buah.
5.2. Tenaga Kesehatan
Pengelompokan tenaga kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Tenaga medis, meliputi dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi.
2. Tenaga keperawatan, meliputi perawat dan bidan
3. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.
4. Tenaga kesehatan masyarakat terdiri dari, epidemiolog kesehatan, entomolog
kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator
kesehatan dan sanitarian.
5. Tenaga gizi, meliputi nutrisionis dan dietisien.
6. Tenaga keterapian fisik, meliputi fisioterapis, okuterapis, dan terapis wicara.
7. Tenaga keteknisan medis, meliputi radiografer, radioterafis, teknisi gigi, teknisi
elektromedis, analis kesehatan, refraksionis oftisien, otorik prostetik, teknisi
transfusi dan perekam medis.
Data tenaga tahun 2011 diperoleh dari hasil pendataan tenaga di Dinas
Kesehatan dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yaitu Puskesmas, UPT Kesehatan
Lingkungan (UPTKL), Laboratorium Kesehatan Daerah dan Rumah Sakit Pemerintah
dan Swasta.
Tahun 2011 jumlah tenaga kesehatan (SDM Kesehatan) yang ada di sarana
kesehatan yaitu rumah sakit pemerintah dan swasta, Dinas Kesehatan dan UPT
Puskesmas dan UPT Laboratorium Kesehatan Daerah dan UPT Kesehatan
Lingkungan baik PNS, PTT, Kontrak dan Sukwan seluruhnya ada 3.584 orang.
Berdasarkan kategorinya tenaga kesehatan di Kabupaten Cirebon yang ada di
sarana kesehatan (Dinas Kesehatan, Puskesmas, UPT Laboratorium, UPT Kesehatan
Lingkungan dan Rumah Sakit pemerintah dan swasta) adalah sebagai berikut :
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 56
Tabel 5.2
Jumlah Tenaga Kesehatan Per-Kategori Tenaga yang bekerja
di Sarana Kesehatan Di Kabupaten Cirebon
Tahun 2011
No Kategori Tenaga Jumlah Persentase
1 Medis (dokter) 330 9,2
2 Keperawatan (perawat dan bidan) 2.627 73,3
3 Kefarmasian 223 6,2
4 Kesehatan Masyarakat 70 2,0
5 Tenaga Sanitasi 109 3,0
6 Gizi 79 2,2
7 Keterapian fisik 18 0,5
8 Teknis medik 128 3,6
JUMLAH 3.584 100.0
Sumber: Pendataan tenaga di Dinas Kesehatan, Puskesmas & UPT lainnya, Rumah Sakit
pemerintah dan swasta Tahun 2011.
Ratio tenaga kesehatan terhadap penduduk berdasarkan jumlah penduduk
Kabupaten Cirebon tahun 2011 yaitu 2.246.811 adalah sebagai berikut :
Ratio Tenaga Medis (Dokter umum, Spesialis dan dokter gigi) adalah 1 banding
6.808 penduduk (Standar 1 : 4.167 penduduk). Meskipun belum mencapai
keadaan ideal tapi terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya.
Ratio Perawat (jumlah : 1.708) adalah 1 banding 1.315 penduduk. (Standar 1 :
1.725). terjadi peningkatan kuantitas dari tahun sebelumnya dan sudah mencapai
kondisi ideal.
Ratio Bidan (jumlah 918) adalah 1 banding 2.447 penduduk (Standar : 2.500
penduduk). Rasio penduduk dengan jumlah tenaga bidan hampir mencapai
standar. Hal ini berarti hampir terpenuhinya kebutuhan tenaga bidan secara
kuantitas yang melayani masyarakat di Kabupaten Cirebon. Akan tetapi kuantitas
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 57
saja belum cukup jika tidak ditunjang kualitas dan kecakapan dari tenaga bidan
tersebut.
Persebaran tenaga kesehatan menurut unit kerja dapat dilihat di tabel
berikut :
Tabel 5.3
Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja
Di Kabupaten Cirebon Tahun 2011
No
.
Tenaga Kesehatan Puskesmas Rumah
Sakit
Sarkes
lain
Dinkes
1 Medis 138 185 0 7
2 Keperawatan
(perawat dan bidan)
1.587 1.023 2 15
3 Kefarmasian 86 128 0 9
4 Kesehatan
Masyarakat & Sanitasi
109 30 7 33
5 Gizi 44 31 0 4
6 Keterapian fisik 0 18 0 0
7 Teknis medik 27 92 9 0
Jumlah 1.991 1.507 18 68
Sumber: Pendataan tenaga di Dinas Kesehatan, Puskesmas & UPT lainnya, Rumah Sakit
pemerintah dan swasta Tahun 2011.
Secara keseluruhan terdapat peningkatan jumlah tenaga kesehatan yang
ada di sarana kesehatan sehingga rasio terhadap penduduk menjadi terpenuhi.
5.3. Pembiayaan Kesehatan
Pencapaian visi dan misi pembangunan kesehatan dapat tercapai jika
didukung dengan pembiayaan yang memadai dan manajemen yang benar. Sumber
biaya berasal dari; APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN, BLN dan PHLN.
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 58
Pembiayaan kesehatan digunakan di berbagai unit kegiatan pemerintah yang
berhubungan dengan upaya kesehatan yaitu Dinas Kesehatan, Puskesmas dan
Rumah Sakit Pemerintah.
Berikut adalah Alokasi dan realisasi penggunaan dana kesehatan dari berbagai
sumber pada tahun 2011 :
Tabel 5.4
Anggaran Kesehatan Menurut Sumber Dana
Tahun 2011
No Sumber Dana Alokasi Realisasi %
Sumber : Subag Program Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, 2011.
*) APBD Kabupaten (tdk termasuk Bantuan Gubernur dan DAK )
**) APBD Provinsi (Bantuan Gubernur) masuk
***) APBN terdiri dari dana DAK (masuk dalam DPA), Jamkesmas dan
Jampersal dan Tugas Pembantuan (BOK)
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 59
Total biaya kesehatan di Kabupaten Cirebon termasuk pembiayaan di rumah
sakit tahun 2011 dari berbagai sumber yang terdata sebesar Rp 294.830.898.493,-,
Anggaran kesehatan perkapita Tahun 2011 sebesar Rp. 131.221,9, mengalami
kenaikan dari tahun 2010 yaitu sebesar Rp.108.306,9,-. Sedangkan anggaran
kesehatan bersumber murni dari APBD Kabupaten di Dinas Kesehatan dan rumah
sakit pemerintah tanpa Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bantuan Gubernur
(Ban-Gub) sebesar Rp. 244.206.130.243,- . Ada biaya kesehatan yang bersumber dari
Provinsi yaitu Dana Bantuan Gubernur (Ban-Gub) dan Dana Alokasi Khusus (DAK)
dari pusat yang dimasukkan ke dalam APBD Kabupaten (Kas Daerah) dan terdapat
dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Kabupaten. Selain dana yang masuk
ke kas daerah ada juga dana kesehatan dari sumber lain yang turun ke Kabupaten
tetapi tidak masuk ke kas daerah seperti Dana Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas dan Jampersal) dan Tugas Pembantuan (TP) di Rumah Sakit, dan
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).
Biaya kesehatan dari APBD Kabupaten yang masuk dalam DPA termasuk dari
Murni dari Pendapatan Asli Daerah, Bantuan Gubernur (Ban-Gub) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK). Berikut alokasi biaya kesehatan dalam DPA APBD Kabupaten yang
dialokasikan ke Dinas Kesehatan, RSUD Waled dan RSUD Arjawinangun, terhadap
APBD Kabupaten secara keseluruhan dari tahun 2006.
Tabel 5.5
Alokasi Anggaran Kesehatan (dalam APBD Kabupaten) Terhadap Total APBD
Tahun 2004-2011
Sumber: BAPPEDA 2011.
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 60
(APBD Kesehatan : Alokasi anggaran dalam DPA termasuk DAK dan Ban-Gub dari Dinas
Kesehatan, dan Rumah Sakit Pemerintah).
Menurut Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009 bahwa Kebijakan
Anggaran Kesehatan 5 % dari pusat dan 10 % dari provinsi dan daerah. Pada tahun
2011 terjadi kenaikan proporsi alokasi untuk anggaran kesehatan dalam APBD
Kabupaten Cirebon. Alokasi anggaran kesehatan dalam APBD ini termasuk
didalamnya sumber dana dari APBD Provinsi (Bantuan Gubernur) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) dari Pusat yang sudah dimasukkan dalam Kas Daerah.
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon 2011 61
BAB VI
KESIMPULAN
Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2011 ini merupakan
paparan tentang situasi keadaan umum dan derajat kesehatan, situasi upaya
kesehatan dan situasi sumber daya kesehatan.
Situasi geografis, sosial, ekonomi dan budaya di Kabupten Cirebon
besar pengaruhnya terhadap kondisi kesehatan mayarakat. Begitu pula
perilaku masyarakat yang dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan budaya
yang ada di mayarakat. Oleh karena itu pembangunan kesehatan semata-mata
bukan merupakan tanggung jawab pemerintah khususnya Dinas Kesehatan
namun dibutuhkan upaya terpadu dari masyarakat dan pemerintah baik Dinas
Kesehatan sebagai leading sektornya juga instansi–instansi lain yang terkait.
Sebagai contoh upaya perbaikan gizi masyarakat, peningkatan daerah bebas
rawan gizi dibutuhkan kerjasama terpadu dari berbagai instansi seperti Dinas
Pertanian, Perikanan, Badan Pemberdayaan Mayarakat dan instansi lain.
Permasalahan paling penting yang masih ada dalam upaya
pembangunan kesehatan yaitu masih tingginya kematian ibu dan bayi. Jika
upaya penurunan angka ini hanya dari aspek kesehatan saja, hal ini tidak
akan tercapai. Aspek edukasi pada masyarakat, aspek ekonomi masyarakat
yang mempengaruhi status gizi ibu hamil, bayi dan balita sangat penting dan
merupakan bagian tak terpisahkan. Aspek edukasi dan ekonomi dalam upaya
pemecahan masalah ini tidak akan mungkin dilaksanakan tanpa kepedulian
semua pihak terkait dari Pemerintah Daerah.
Profil kesehatan ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi untuk
pembangunan kesehatan yang sudah dilakukan dan merupakan sebagai
bahan pertimbangan dan acuan untuk pembangunan selanjutnya khususnya
dalam mencapai visi pembangunan kesehatan Kabupaten Cirebon.
Harapan kami akan adanya saran dan kritik yang dapat memperbaiki
keberadaan Profil di tahun selanjutnya, dan mohon adanya kerjasama yang
baik bagi semua pihak yang diperlukan kontribusi datanya dalam penyusunan
profil kesehatan tahunan ini.