Download - Presus Morbili

Transcript

PRESENTASI KASUSMORBILI

Moderator:dr. D.F. Amirani, Sp A

Tutor:dr. Erita Ilyas, Sp A

Disusun oleh:Julius Tanaca20110710058

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPANRUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTOJAKARTAPeriode 26 Mei 2015 s/d 8 Agustus 2015

Table of ContentsLEMBAR PENGESAHAN2KATA PENGANTAR3BAB I4STATUS PASIEN4I. IDENTITAS41.1 IDENTITAS PASIEN41.2. IDENTITAS ORANG TUA4II. ANAMNESA5III. PEMERIKSAAN FISIK103.1Pemeriksaan Umum103.2Status Generalis11IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG14V. RESUME14VI. DIAGNOSA BANDING15VII.DIAGNOSA KERJA15VIII. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG15IX. PENATALAKSANAAN15X. PROGNOSIS16FOLLOW UP HARIAN17BAB II22TINJAUAN PUSTAKA22DEFINISI22EPIDEMIOLOGI22ETIOLOGI23PATOLOGI24PATOGENESIS24DIAGNOSIS28DIAGNOSIS BANDING129KOMPLIKASI29PENATALAKSANAAN31PENCEGAHAN33PROGNOSIS34BAB III35ANALISA KASUS35DAFTAR PUSTAKA37

LEMBAR PENGESAHAN

Presentasi Kasus dengan Judul:Morbili

Diajukan sebagai salah satu syarat kegiatan Kepaniteraan Klinik di bagianIlmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Periode 26 Mei 2015 s/d 8 Agustus 2015

Disusun oleh:Julius Tanaca 20110710058

Telah disetujui dan dipresentasikan,Jakarta, 16 Juni 2015

Moderator:

dr. D.F. Amirani, Sp A

KATA PENGANTARPuji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul Morbili ini dalam waktu yang ditetapkan. Laporan Kasus ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto pada periode 26 Mei 2015 s/d 8 Agustus 2015 Dengan disusunnya Laporan Kasus ini, besar harapan penulis agar dapat memberikan beberapa gambaran umum kepada pembaca mengenai morbili khususnya bagi para dokter umum. Laporan Kasus ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, dengan rendah hati penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada: 1. dr. D.F. Amirani, Sp A, selaku moderator presentasi kasus2. dr. Erita Ilyas, Sp A, selaku tutor penulisan laporan kasus ini.3. Segenap staf Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSPAD Gatot Soebroto.4. Pasien dan keluarga pasien, sebagai sumber pembelajaran ilmu.5. Orang tua kami yang selalu mendoakan, memberi motivasi, dan semangat dalam penyusunan laporan kasus ini.Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kelemahan yang terdapat dalam penulisan laporan kasus ini. Oleh karena itu kritik dan saran diharapkan oleh penulis untuk perbaikan penulisan selanjutnya. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

Penulis

BAB ISTATUS PASIENinsolubleI. IDENTITAS1.1 IDENTITAS PASIENNama: An. I. BJenis kelamin: Laki - lakiTempat dan tanggal lahir : 31 Mei 2013Umur: 2 Tahun 1 BulanAlamat: BogorNo. rekam medis : 434116Tanggal masuk rumah sakit: 28 Mei 2015 pukul 08.00 WIB

1.2. IDENTITAS ORANG TUAData Orang TuaAyahIbu

NamaTn. JNy. S

Umur35 tahun30 tahun

Perkawinan ke11

PendidikanD3 D3

PekerjaanWirausahaIbu rumah tangga

AgamaIslamIslam

Suku BangsaJawaJawa

Hubungan pasien dengan orang tua adalah anak kandung.

II. ANAMNESAAlloanamnesa dengan ibu pasien pada tanggal 28 Mei 2015 pukul 14.00 WIB.Keluhan utama:DemamKeluhan tambahan:Batuk, flu, nyeri menelan, sariawan, susah untuk makan, diare, dan timbul bercak kemerahan pada waja, tubuh,tangan dan kaki.Riwayat Penyakit Sekarang:Pasien seorang anak laki laki berusia 2 tahun 1 bulan dengan berat badan 11 kg datang ke RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya 4 hari sebelum masuk rumah sakit pasien merasakan demam sepanjang hari, dan menurut orang tua pasien panas pasien semakin meningkat, tetapi orang tua pasien tidak mengukur suhu tubuh pasien. Orang tua pasien sudah pernah membawa pasien ke puskesmas dan diberikan obat racikan, tetapi demam hanya turun sementara. Demam tidak disertai mengigil dan tidak disertai nyeri sendi, mimisan, gusi berdarah ataupun tanda perdarahan lainnya. Keluhan kejang, penurunan kesadaran dan sesak nafas pada pasien juga disangkal oleh orang tua pasien. Demam disetai dengan gejala batuk dan flu yang dirasakan bersamaan dengan demam pada hari pertama, Pasien mengakui batuknya tidak berdahak, dan flu pasien mengeluarkan sektret kental berwarna putih. Orang tua pasien mengakui adanya nyeri telan pada pasien tetapi orang tua pasien mengeluhkan pasien susah untuk makan dikarenakan banyak sariawan di dalam mulut pasien. Pasien juga mengalami diare dimana konsistensi buang air besar pasien cair dan berwarna kuning kehijauan tidak disertai darah, sebanyak 3 kali dalam sehari. Pada saat pasien dirawat di bangsal anak, hari ke 5 pasca demam pasien, pasien mengeluhkan adanya bercak kemerahan yang disertai gatal muncul pertama kali di di pundak kemudian perlahan lahan menyebar ke daerah wajah, leher, badan, tangan dan kaki pasien. Pasien menyangkal ada riwayat alergi terhadap makanan maupun obat obatan. Riwayat penggunaan obat jangka panjang juga disangkal. Orang tua pasien mengakui bahwa 7 hari sebelum pasien sakit, kakak pasien juga mengeluhkan keluhan yang sama dan didiagnosa oleh dokter penyakit campak.

Riwayat Penyakit Sebelumnya Berdasarkan pernyataan orangtua, pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Tidak ada riwayat penyakit demam lama disertai gangguan pencernaan. Tidak ada riwayat demam berdarah. Tidak ada riwayat minum obat yang membuat buang air kecil menjadi merah. Tidak ada riwayat penyakit yang diderita sejak lahir seperti penyakit jantung bawaan, kelainan darah atau keganasan. Tidak ada riwayat kehilangan darah seperti kecelakaan atau operasi. Tidak ada riwayat alergi obat ataupun makanan.Riwayat Penyakit keluargaOrangtua pasien mengatakan bahwa kakak pasien memiliki keluhan serupa dengan pasien dan di diagnosa oleh dokter penyakit campak, 7 hari sebelum pasien timbul demam. Tidak ada riwayat penyakit kronis maupun riwayat penyakit keganasan pada anggota keluarga lainnya.Riwayat Kehamilan Ibu Pasien merupakan anak pertama dari ibu P3G3A0 dengan usia kehamilan 40 minggu. Ibu pasien mengatakan telah melakukan pemeriksaan kehamilan rutin ke bidan puskemas dengan jumlah 1 kali saat trimester pertama, 1 kali saat trimester kedua dan 2 kali saat trimester ketiga. Selama kehamilan ibu mengaku dalam kondisi sehat, tidak mengonsumsi obat-obatan, tidak pernah minum minuman beralkohol, dan tidak merokok. Riwayat abortus dan lahir mati tidak ada

Riwayat kelahiranTempat lahir:Puskesmas bogorPenolong:Bidan Cara persalinan:SpontanBerat lahir:3.150 gramPanjang lahir:57 cmMasa gestasi:Cukup bulanKeadaan bayi setelah lahir:Langsung menangis, bergerak aktif, warna kulit tubuh tampak kemerahanNilai APGAR:Orang tua pasien tidak mengingatKelainan bawaan:Tidak adaKesan: riwayat kelahiran baik.Riwayat ImunisasiJenis ImunisasiIIIIIIIVVVI

BCG2 bulan

DPT2 bulan4 bulan6 bulan18 bulan

PolioSaat lahir2 bulan4 bulan6 bulan18 bulan

Hepatitis BSaat lahir1 bulan6 bulan

CampakPasien belum pernahvaksin

Kesan: imunisasi dasar lengkap tapi belum ada imunisasi untuk campak dan tidak ada imunisasi tambahanRiwayat Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak Perkembangan Psikomotor Tengkurap: 5 bulan Duduk:7 bulan Berdiri: 9 bulan Berjalan :12 bulan Bicara:12 bulan Belajar makan minum sndiri: 16 bulan Gangguan perkembangan mental/emosi :Tidak ada Kesimpulan : Perkembangan dan pertumbuhan anak sesuai umurRiwayat Makanan Usia( bulan )ASI / PASIBuah / BiskuitBubur susuNasi tim

0-2ASI-/---

2-4ASI-/---

4-6ASI-/---

6-8ASI + Susu formulaBiskuit Bubur susu-

8-10ASI + Susu formulaBiskuitBubur susuNasi Tim

10-12ASI + Susu formulaBiskuitBubur susuNasi Tim

Kesan : asupan makanan cukup.Pola MakanJenis makananFrekuensi

Nasi3 kali sehari dimana 1 kali makan 1 piring / setengah centong nasi

SayuranSayur sayuran jarang dikarenakan anak tidak suka

Daging2 x seminggu dimana 1 kali makan 1 potong/1x makan

Ikan1 x seminggu dimana 1 kali makan 1 potong / 1 x makan

Telur3 x sehari dimana 1 kali makan 1 butir/1x makan

Tahu2-3x seminggu dimana 1 kali makan 1potong/1xmakan

Tempe3 x sehari dimana 1 kali makan 1potong/1xmakan

Susu2 xsehari dimana 1 kali minum 200 ml susu, 3 sendok susu bubuk

Kesan : Kualitas dan kuantitas makan pasien cukup.Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita PenyakitUsiaPenyakitUsia

Diare-Morbili-

Otitis-Parotitis-

Radang paru-Demam berdarah-

Tuberkulosis-Demam tifoid-

Kejang-Cacingan-

Ginjal-Alergi-

Jantung-Pertusis-

Darah-Varicella-

Difteri-Biduran-

Asma-Kecelakaan-

Penyakit kuning-Operasi-

Batuk berulang-Lain-lain-

Riwayat keluargaNoUmurJenis KelaminHidupLahir MatiAbortusMati (sebab)Keterangan

16 tahunPerempuanYa---Sehat

24 tahunPerempuanYa---Sakit

32 tahun 1 bulanLaki Lakiya---Sakit (pasien)

Corak reproduksi: P3G3A0.Anggota keluarga lain yang serumah:Orang tua, dua kakak kandung Status rumah tinggal: Rumah milik keluarga.Keadaan rumah:Ventilasi baik, pencahayaan baik, rumah dibersihkan 1 kali sehari.Keadaan lingkungan:Perumahan warga padat, tidak banjir, sanitasi kurang baik.

III. PEMERIKSAAN FISIK3.1 Pemeriksaan UmumDilakukan pada tanggal 28 Mei 2015, pukul 14.00 WIB. Keadaan umum: Tampak sakit sedang Kesadaran:Compos mentis Tanda-Tanda Vital: Frekuensi nadi : 96 x / menit, reguler, equal, isi cukup Frekuensi nafas : 23 x / menit, regular, tipe pernapasan abdominotorakal Suhu tubuh : 39,3 C

Antropometri: Tinggi badan : 82cm Berat badan : 11 kg

Berat badan ideal menurut usia:11 kg Tinggi badan ideal menurut usia:87 cm Status Gizi ( menurut grafik NCHS - WHO ) :BB/U= 11 x 100% = 100 % 11TB/U=82 x 100 % = 94.2% 87BB/TB= 11 x 100% = 100 % 11Kesan status gizi : gizi baik.

3.2Status GeneralisDilakukan pada tanggal 28 Mei 2015, pukul 14.00 WIB.Kelenjar getah bening :Tidak teraba kelenjar getah bening pada leher, kelenjar oksipital, submandibula, supraklavikula, ketiak, lipat paha, maupun kelenjar getah bening di daerah lain.

Kepala :Bentuk kepala normocephal dengan ubun-ubun besar sudah menutup. Rambut hitam, terdistribusi merata, tidak mudah dicabut.

Wajah :Raut muka pasien baik dan tidak terdapat kelainan facies. Kulit wajah pasien tampak ruam kemerahan makulopapularMata :Mata tampak sembab, kemerahan dan terdapat sekret dikedua mata, palpebra tidak edem, konjungtiva hiperemis, sclera tidak ikterik, pupil bulat isokhor, reflex cahaya langsung dan tidak langsung positif pada kedua pupil, lensa jernih, tidak ada kelainan pada bola mata maupun penglihatan pasien.

Telinga :Bentuk daun telinga normotia. Liang telinga didapati lapang, tidak nampak adanya secret maupun serumen.

Hidung :Bentuk hidung normal, tampak adanya secret berwarna putih, kental.Tidak tampak nafas cuping hidung.

Mulut :Bibir kering, tidak sianosis. Mukosa mulut banyak stomatitis , lidah tidak kotor ,tidak tremor, gusi tenang. Faring hiperemis, tonsil tidak tampak hiperemis dengan T1-T1. Tampak koplik spot.

Leher :Pada leher tidak terdapat kelainan bentuk, kelenjar tiroid tidak teraba,. Trakea terdapat di tengah. Pergerakan leher bebas. Terlihat ruam kemerahan mukopapular pada pundak.

Thoraks :Bentuk dada normochest. Terlihar ruam kemerahan makulopapular. Tidak ditemukan adanya krepitasi maupun benjolan. Tulang-tulang iga intak dan sela iga dalam batas normal. Venektasis tidak ada.

Paru : Pada inspeksi tampak gerakan nafas simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, tidak ada bagian yang tertinggal, tidak tampak retraksi Pada palpasi didapatkan vocal fremitus kanan dan kiri sama, ICS kanan dan kiri sama Pada perkusi didapatkan suara sonor pada seluruh lapang paru Pada auskultasi didapatkan suara nafas vesikuler di kedua lapang paru kiri sama dengan kanan, tidak ditermukan wheezing,tidak ditemukan ronkhi.Jantung : Inspeksi : Iktus kordis tidak nampak Palpasi : iktus kordis tidak teraba Perkusi : Batas jantung kanan:ICS V linea parasternal sinistra Batas jantung kiri:ICS V linea midclavicula sinistra Batas pinggangjantung :ICS linea midclavicula sinistra Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, tidak ada murmur, tidak ada gallopAbdomen : Inspeksi : Tampak datar dan ruam kemerahan mukapapular , tidak tampak kuning, tidak ada distensi abdomen, tidak ada pelebaran pembuluh darah, tidak tampak gambaran usus, pergerakan usus maupun benjolan. Auskultasi:Bising usus positif normal. Perkusi:Timpani pada seluruh lapang abdomen Palpasi:Supel, turgor kulit baik, tidak ada nyeri tekan, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, ginjal tidak teraba

Genitalia EksternaTidak ada kelainan bentuk, lubang uretra, penis, testis, skrotum dalam batas normal. Perkembangan pubertas : rambut pubis belum tumbuh

Ekstremitas :Akral hangat, tidak ada edema, tidak ada sianosis, tonus otot baik, kulit tampak ruam kemerahan makulopapular dikeempat ekstremitas, telapak tangan kanan dan kiri tidak pucat, telapak kaki kanan dan kiri tidak pucat, panjang simetris, clubbing finger tidak ada.KulitTurgor baik di keempat ektremitas, ikterik tidak tampak, sianosis tidak ada, eritema palmaris tidak ada, perfusi kurang dari 3 detik, tampak ruam makulopapular diseluruh tubuh.

Pemeriksaan NeurologisRefleks Fisiologis Refleks Biseps :++/++ Refleks Triseps :++/++ Refleks Patella :++/++ Refleks Achilles :++/++ Refleks Patologis Refleks Hoffmann-Trommer : -/- Refleks Babinski : -/- Refleks Oppenheim: -/- Refleks Chaddock: -/-

Tanda Rangsang Meningeal Kaku Kuduk : - Brudzinski I:-/- Brudzinski II: -/- Kernig sign: -/- Laseque sign:-/-

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGJenis PemeriksaanHasilNilai Rujukan

HEMATOLOGI

Hb13.113 - 18 gr/dl

Ht4140 - 52%

Eritrosit4,94,3 6,0 juta/L

Leukosit41604.800 10.800/L

Trombosit215.000150.000 -400.000/L

MCV8180 96 fL

MCH2927 32 pg

MCHC3532 36 gr/dL

V. RESUMEPasien anak laki laki berumur 2 tahun 1 bulan dengan berat badan 11 kg datang ke RSPAD Gatot Soebroto, dengan keluhan utama febris sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya 4 hari sebelum rumah sakit pasien merasakan febris sepanjang hari, dan menurut orang tua febris semakin tinggi.Pasien juga mengeluhkan adanya batuk dan flu dimana gejala dirasakan bersamaan dengan demam pasien. Pasien mengakui flu pasien mengeluarkan sekret kental berwarna putih. Pasien juga mengeluhkan adanya odinofagi dan stomatitis pada mulut pasien yang menyebabkan pasien susah untuk makan. Pasien juga mengalami diare dimana konsistensi air besar pasien cair dan berwarna kuning kehijauan sebanyak 3 kali dalam sehari. Pada saat pasien dirawat hari ke 5 pasca demam, orang tua pasien mengeluhkan munculnya ruam yang terlihat awalnya di pundak pasien kemudian perlahan lahan menyebar ke daerah wajah, leher, badan, dan ekstremitas pasien. Orang tua pasien telah membawa pasien ke puskesmas dan mendapatkan obat racikan tetapi obat hanya menurunkan demam pasien sementara. Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya tapi di keluarga kakak pasien mengalami keluhan serupa 7 hari sebelum keluhan pasien timbul. Riwayat imunisasi dasar pasien tidak lengkap, tersisa imunisasi campak yang belum didapatkan oleh pasien.Dari hasil pemeriksaan fisik, ditemukan terdapat peningkatan suhu tubuh pasien sebesar 39,3C. Pada wajah, leher, thoraks, abdomen tampak ruam kemerahan makulopapular Pada mata pasien tampak kemerahan dan konjungtiva pasien hiperemis.VI. DIAGNOSA BANDING Morbili Rubella Eksantema subitum

VII.DIAGNOSA KERJAMorbili VIII. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan diff count Kadar elektrolit darah Analisis gas darahIX. PENATALAKSANAANNonfarmakologi : Tirah baring Isolasi Diet makanan lunak (ML) 1100 kalori kcal, terdiri dari karbohidrat 550 kcal, protein 385 kcal, lemak 165 kcal

Farmakologi : IVFD D5 saline 1050 cc/24 jam Paracetamol 110 mg syrup 3 x 1 PO Vitamin A 100.000 IU 1 x 1 PO

X. PROGNOSISQuo ad vitam :ad bonamQuo ad functionam :ad bonam Quo ad sanationam : ad bonam

FOLLOW UP HARIANTanggalFollow UpTerapi

29/05/15

S : Orangtua pasien mengatakan bahwa pasien masih demam tapi sudah mulai turun dibandingkan kemarin.. Nafsu makan masih belum membaik. Mual muntah tidak ada. Nyeri perut tidak ada. Batuk masih ada, tidak berdahak. Masih terdapat pilek tapi sudah berkurang. Mata masih merah. BAB masih cair berwana kuning kehijauan, BAK normalO : KU : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis (GCS=15)Frekuensi nadi :91x/mnt Frekuensi nafas :22x/mnt Suhu :37,80C Kepala : normocephal Mata : palpebra tidak edema, konjungtiva tampak hiperemis, sklera tidak ikterik, terdapat secret dikedua mata THT : liang telinga lapang, tidak ada pernafasan cuping hidung, terdapat sekret hidung berwarna putih dan kental, faring tampak hiperemis, tonsil T1-T1 Mulut : mukosa bibir kering, lidah bersih dan tidak terdapat perdarahan gusi, dalam mulut tampak stomatitis dan ad koplik spot Leher : tidak terdapat pembesaran KGB Thorak : simetris, tidak ada retraksi Jantung : BJ I dan II murni, reguler, tidak ada murmur dan gallop Paru : Suara nafas vesikuler kanan dan kiri, tidak ada ronchi dan wheezingAbdomen: datar, bising usus positif normal, tidak terdapat ascites, hepar dan lien tidak teraba dan tidak ada nyeri tekan.Ekstremitas: akral hangat, CRT < 3 detik, tidak ada edema dan sianosis.Kulit : terdapat ruam makulopapularA : Morbili IVFD D5 saline 1050 cc/24 jam Paracetamol 110 mg syrup 3 x 1 PO Vitamin A 100.000 IU 1 x 1 PO Diet makanan lunak kalori 1100 kcal

30/05/15

S : Orangtua pasien mengatakan bahwa pasien masih demam tapi sudah mulai turun dibandingkan kemarin.. Nafsu makan masih belum membaik. Mual muntah tidak ada. Nyeri perut tidak ada. Batuk masih ada, tidak berdahak. Masih terdapat pilek tapi sudah berkurang. Mata masih merah. BAB masih cair berwana kuning kehijauan, BAK normalO : KU : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis (GCS=15)Frekuensi nadi :86x/mnt Frekuensi nafas :26x/mnt Suhu :37,50C Kepala : normocephal Mata : palpebra tidak edema, konjungtiva tampak hiperemis, sklera tidak ikterik, terdapat secret dikedua mata THT : liang telinga lapang, tidak ada pernafasan cuping hidung, terdapat sekret hidung berwarna putih dan kental, faring tampak hiperemis, tonsil T1-T1 Mulut : mukosa bibir kering, lidah bersih dan tidak terdapat perdarahan gusi, dalam mulut tampak stomatitis dan ad koplik spot Leher : tidak terdapat pembesaran KGB Thorak : simetris, tidak ada retraksi Jantung : BJ I dan II murni, reguler, tidak ada murmur dan gallop Paru : Suara nafas vesikuler kanan dan kiri, tidak ada ronchi dan wheezingAbdomen: datar, bising usus positif normal, tidak terdapat ascites, hepar dan lien tidak teraba dan tidak ada nyeri tekan.Ekstremitas: akral hangat, CRT < 3 detik, tidak ada edema dan sianosis.Kulit : terdapat ruam makulopapularA : Morbili IVFD D5 saline 1050 cc/24 jam Paracetamol 110 mg syrup 3 x 1 PO Vitamin A 100.000 IU 1 x 1 PO Diet makanan lunak kalori 1100 kcal

31/05/15

S : Orangtua pasien mengatakan bahwa pasien demam sudah tidak ada. Nafsu makan masih belum membaik. Mual muntah tidak ada. Nyeri perut tidak ada. Batuk masih ada, tidak berdahak. Masih terdapat pilek tapi sudah berkurang. Mata masih merah. BAB masih cair berwana kuning kehijauan, BAK normalO : KU : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis (GCS=15)Frekuensi nadi :91x/mnt Frekuensi nafas :20x/mnt Suhu :37,30C Kepala : normocephal Mata : palpebra tidak edema, konjungtiva tampak hiperemis, sklera tidak ikterik, terdapat secret dikedua mata THT : liang telinga lapang, tidak ada pernafasan cuping hidung, terdapat sekret hidung berwarna putih dan kental, faring tampak hiperemis, tonsil T1-T1 Mulut : mukosa bibir kering, lidah bersih dan tidak terdapat perdarahan gusi, dalam mulut tampak stomatitis dan ad koplik spot Leher : tidak terdapat pembesaran KGB Thorak : simetris, tidak ada retraksi Jantung : BJ I dan II murni, reguler, tidak ada murmur dan gallop Paru : Suara nafas vesikuler kanan dan kiri, tidak ada ronchi dan wheezingAbdomen: datar, bising usus positif normal, tidak terdapat ascites, hepar dan lien tidak teraba dan tidak ada nyeri tekan.Ekstremitas: akral hangat, CRT < 3 detik, tidak ada edema dan sianosis.Kulit : terdapat ruam makulopapularA : Morbili IVFD D5 saline 1050 cc/24 jam Paracetamol 110 mg syrup 3 x 1 PO Diet makanan lunak kalori 1100 kcal

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI Campak adalah suatu penyakit infeksi virus akut menular, ditandai oleh tiga stadium: (1) stadium masa tunas sekitar 10-12 hari, (2) stadium prodromal dengan gejala pilek dan batuk yang meningkat dan ditemukan enantem pada mukosa pipi (bercak Koplik), faring dan peradangan mukosa konjungtiva, dan (3) stadium akhir dengan keluarnya ruam mulai dari belakang telinga menyebar ke muka, badan, lengan dan kaki.1

EPIDEMIOLOGIAngka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih tinggi sekitar 3000-4000 per tahun demikian pula frekuensi terjadinya kejadian luar biasa tampak meningkat dari 23 kali per tahun menjadi 174. Namuncase fatality rate telah dapat diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%. Transmisi campak terjadi melalui udara, kontak langsung maupun melalui droplet dari penderita saat gejala yang ada minimal bahkan tidak bergejala. Penderita masih dapat menularkan penyakitnya mulai hari ke-7 setelah terpajan hingga 5 hari setelah ruam muncul. Biasanya seseorang akan mendapat kekebalan seumur hidup bila telah sekali terinfeksi oleh campak.2Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) campak menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak usia 1- 4 tahun (77%). Menurut kelompok umur kasus campak yang rawat inap di rumah sakit selama kurun waktu 5 tahun (1984-1988) menunjukkan proporsi yang terbesar dalam golongan umur balita dengan perincian 17,6% berumur < 1 tahun, 15,2% berumur 1 tahun, 20,3% berumur 2 tahun, 12,3% berumur 3 tahun dan 8,2% berumur 4 tahun.1Pengalaman menunjukkan bahwa epidemik campak di Indonesia timbul secara tidak teratur. Di daerah perkotaan epidemik campak terjadi setiap 2-4 tahun. Wabah terjadi pada kelompok anak yang rentan terhadap campak, yaitu di daerah dengan populasi balita banyak mengidap gizi buruk dan daya tahan tubuh yang lemah. Telah diketahui bahwa campak menyebabkan penurunan daya tahan tubuh secara umum, sehingga mudah terjadi infeksi sekunder atau penyulit. Penyulit yang sering dijumpai adalah bronkopneumonia (75,2%), gastroenteritis (7,1%), ensefalitis (6,7%) dan lain-lain (7,9%).1ETIOLOGI Virus campak merupakan virus RNA familiparamyxoviridaedengan genusMorbili virus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan virus Parainfluenza dan Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring, darah dan urin paling tidak selama masa prodromal hingga beberapa saat setelah ruam muncul. Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur kamar selama 3-5 hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu dalam temperatur 35C, beberapa hari pada suhu 0C, dan tidak aktif pada pH rendah.3Measles, virus RNA beruntai tunggal negative yang berenvelope, merupakan anggota genus Morbilivirus dari family Paramyxoviridae. Hanya ada satu serotype. Virus ini mengkode enam protein structural, termasuk dua glikoprotein transmembran, fusi (F), dan hemaglutinin (H), yang memfasilitasi perlekatan ke sel penjamu dan masuknya virus. Antibodi terhadap F dan H bersifat memberikan perlindungan.4

Gambar 1. Morbilivirus

Genus Morbilivirus terdiri dari virus campak (rubeola) pada manusia dan virus canine distemper, virus rindepest pada lembu, dan morbilivirus akuatik yang menginfeksi mamalia laut. Virus virus tersebut secara antigen terkait satu sama lain tetapi tidak dengan anggota genus lain. Protein F banyak terdapat pada morbilivirus, sedangkan protein H menunjukkan variabilitas yang lebih luas. Virus campak mempunyai hemaglutinin tapi tidak memiliki aktivitas neuramidase. Virus campak menginduksi pembentukan inklusi intranuklear, sedangkan paramiksovirus yang lain tidak. 5PATOLOGI Lesi pada campak terutama terdapat pada kulit., membran mukosa nasofaring, bronkus, saluran pencernaan, dan konjungtiva. Di sekitar kapiler terdapat eksudat serosa dan proliferasi dari sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear. Karakteristik patologi dari Campak ialah terdapatnya distribusi yang luas dari sel raksasa berinti banyak yang merupakan hasil dari penggabungan sel. Dua tipe utama dari sel raksasa yang muncul adalah (1) sel Warthin-Findkeley yang ditemukan pada sistem retikuloendotel(adenoid, tonsil, appendiks, limpa dan timus) dan (2) sel epitel raksasa yang muncul terutama pada epitel saluran nafas. Lesi di daerah kulit terutama terdapat di sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Terdapat reaksi radang umum pada daerah bukal dan mukosa faring yang meluas hingga ke jaringan limfoid dan membran mukosa trakeibronkial. Pneumonitis intersisial karena virus campak menyebabkan terbentuknya sel raksasa dari Hecht. Bronkopneumonia yang terjadi mungkin disebabkan infeksi sekunder oleh bakteri.6PATOGENESISCampak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi utama infeksi virus campak adalah epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi virus pertama pada saluran nafas sangat minimal. Kejadian yang lebih penting adalah penyebaran pertama virus campak ke jaringan limfatik regional yang menyebabkan terjadinya viremia primer. Setelah viremia primer, terjadi multiplikasi ekstensif dari virus campak yang terjadi pada jaringan limfatik regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh. Multiplikasi virus campak juga terjadi di lokasi pertama infeksi.Selamalimahingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang ekstensifdan menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit, konjungtiva, dan saluran nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi organ lainnya dapat terinfeksi pula. Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan virus dalam darah, saluran nafas, dan organ lain mencapai puncaknya dan kemudian jumlahnya menurun secara cepat dalam waktu 2 hingga 3 hari. Selama infeksi virus campak akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel, monosit, dan makrofag.6Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media, dan lainnya. Dalam keadaan tertentu, adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak. 3Tabel 1. Patogenesis infeksi campak tanpa penyulitHariManifestasi

0Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring atau kemungkinan konjungtivaInfeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus

1-2Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional

2-3Viremia primer

3-5Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh

5-7Viremia sekunder

7-11Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran nafas

11-14Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain

15-17Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang

Sumber :Feiginet al.2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases5thedition

MANIFESTASI KLINISInfeksi pada pejamu yang tidak kebal hampir selalu simptomatik. Setelah masa inkubasi sekitar 8-12 hari, penyakit campak biasanya berlangsung selama 7-11 hari (dengan fase prodromal 2-4 hari diikuti oleh fase erupsi 5-8 hari).5

Gambar 2. Karakteristik campak

Demam timbul secara bertahap dan meningkat sampai hari kelima atau keenam pada puncak timbulnya ruam. Kadang kurva suhu menunjukkan gambaran bifasik, ruam awal pada 24-48 jam pertama diikuti dengan turunnya suhu tubuh sampai normal selama periode satu hari, kemudian diikuti dengan kenaikan suhu tubuh yang cepat mencapai 400C pada waktu ruam sudah timbul diseluruh tubuh. Pada kasus yang tanpa komplikasi, suhu tubuh turun mencapai suhu normal.7Fase prodormal ditandai dengan demam, bersin, batuk, hidung berair, amta merah, bercak Koplik, dan limfopenia. Batuk dan koriza menggambarkan reaksi inflamasi berat yang mengenai mukosa saluran pernapasan. Demam dan batuk menetap hingga muncul ruam dan kemudian menghilang dalam 1-2 hari. Konjungtivitis umumnya disertai fotofobia.5Dua hari sebelum ruam timbul, gejala Kopliks spotyang merupakan tanda patognomonis dari penyakit campak, dapat dideteksi. Lesi ini telah dideskripsikan oleh Koplik (1896) sebagai suatu bintik berbentuk tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, pada pertengahannya didapatkan noda berwarna putih keabuan. Timbulnya Kopliks spot hanya berlangsung sebentar kurang lebih 12 jam, sehingga sukar terdeteksi dan biasanya luput pada waktu dilakukan pemeriksaan klinis.7

Gambar 3. Kopliks spot

Ruam timbul pertama kali pada hari ketiga sampai keempat dari timbulnya demam. Ruam dimulai sebagai erupsi makulopapular eritematosa, dan mulai timbul pada bagian atas samping leher, daerah belakang telinga, perbatasan rambut di kepala dan meluas ke dahi. Kemudian menyebar ke bawah ke seluruh muka dan leher dalam waktu 24 jam. Seterusnya menyebar ke ekstremitas atas, dada, daerah perut dan punggung, mencapai kaki pada hari ketiga. Bagian yang pertama kena mengandung lebih banyak lesi. Setelah tiga atau empat hari, lesi tersebut berubah menjadi berwarna kecoklatan. Hal ini kemungkinan sebagai akibat dari perdarahan kapiler, dan tidak memucat dengan penekanan. Dengan menghilangnya ruam, timbul perubahan warna dari ruam menjadi berwarna kehitaman atau lebih gelap. Dan kemudian disusul dengan timbulnya deskuamasi berupa sisik berwarna keputihan.7

Gambar 4. Ruam Makulopapular pada Campak

Campak yang termodifikasi biasanya terjadi pada individu dengan imunitas yang belum sempurna, misalnya bayi dengan antibody maternal residual. Masa inkubasi memanjang, gejala prodormal menghilang, bercak Koplik biasanya tidak muncul, dan ruam ringan.5

DIAGNOSISDiagnosis campak dapat dibuat berdasarkan kelompok gejala klinis yang sangat berkaitan, yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk dan demam tinggi dalam beberapa hari, diikuti timbulnya ruam yang memiliki cirri khas, yaitu diawali dari belakang telinga kemudian menyebar ke muka, dada tubuh, lengan dan kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh dan selanjutnya mengalami hiperpigmentasi dan mengelupas. Pada stadium prodromal dapat ditemukan enantema di mukosa pipi yang merupakan tanda patonomonis campak (bercak Koplik). Menentukan diagnosis juga perlu ditunjang data epidemiologi. Tidak semua kasus manifestasinya sama dan jelas. Sebagai contoh, pasien yang mengidap gizi kurang, ruamnya dapat sampai berdarah dan mengelupas atau bahkan pasien sudah meninggal sebelum ruam timbul. Pada kasus gizi kurang juga dapat terjadi diare yang berkelanjutan.1Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagnosis campak dapat ditegakkan secara klinis sedangkan pemeriksaan penunjang hanya membantu, seperti pada pemeriksaan sitologik ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan pipi, dan pada pemeriksaan serologi didapatkan IgM spesifik. Campak yang bermanfestasi tidak khas disebut campak atipikal.1Campak yang khas dapat didiagnosis berdasarkan latar belakang klinis, diagnosis laboratorium mungkin diperlukan pada kasus campak atipikal dan termodifikasi.51. Deteksi AntigenAntigen campak dapat dideteksi langsung pada sel epitel dalam secret repirasi dan urin. Antibodi terhadap nukleoprotein bermanfaat karena merupakan protein virus yang paling banyak ditemukan pada sel terinfeksi2. Isolasi dan Identifikasi virusApusan nasofaring dan konjungtiva, sampel darah, secret pernapasan, serta urin yang diambil dari pasien selama masa demam merupakan sumber yang sesuai untuk isolasi virus. Virus campak tumbuh lambat, efek sitopatik yang khas (sel raksasa multinukleus yang mengandung badan inklusi intranuklear dan intrasitoplasmik) terbentuk dalam 7-10 hari. Namun isolasi virus sulit secara teknik.3. SerologiPemastian infeksi campak secara serologis tergantung pada peningkatan titer antbodi empat kali lipat antaraserum fase-akut dan fase konvalensi atau terlihatnya antibody IgM spesifik campak di dalam spesimen serum tunggal yang diambil antara 1 dan 2 minggu setelah awitan ruam. ELISA, uji HI dan tes Nt semuanya dapat digunakan untuk mengukur antibodi campak, walaupun ELISA merupakan metode yang paling praktis. Bagian utama respons imun ditujukan untuk melawan nucleoprotein virus. Pasien dengan panensefalitis sklerosa subakut menunjukkan respon antibodi yang berlebihan, dengan titer 10-100 kali lipat lebih tinggi dari peningkatan titer yang terlihat dalam serum konvalensi yang khas.

DIAGNOSIS BANDING11. Rubella2. Demam skarlatina3. Ruam akibat obat-obatan4. Eksantema subitum5. Infeksi Stafilokokus

KOMPLIKASICampak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih kecil.8 Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri. Beberapa penyulit campak adalah1 :1. Laringitis akutLaringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas, yang bertambah parah saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan distress pernapasan, sesak, sianosis dan stridor. Ketika demam turun keadaan akan membaik dan gejala akan menghilang.2. BronkopneumoniaDapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri. Ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi napas, dan adanya ronkhi basah halus. Saat suhu turun, jika disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akan hilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut sampai beberapa hari. Apabila suhu tubuh tidak juga turun dan gejala saluran napas masih berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang mengadakan invasi pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus. Gambaran infiltrate pada foto toraks dan adanya leukositosis dapat meneggakan diagnosis. Di negara sedang berkembang dimana malnutrisi masih menjadi masalah, penyulit pneumonia bakteri biasa terjadi dan dapat menjadi fatal bila tidak diberi antibiotik.3. Kejang demamKejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam saat ruam keluar.4. EnsefalitisMerupakan penyulit neurologis yang paling sering terjadi, biasanya terjadi pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus campak, dengan mortalitas antara 30-40%. Terjadinnya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun invasi langsung virus campak kedalam otak. Gejala ensefalitis dapat berupa kejang, letargi, koma dan iritabel. Keluhan nyeri kepala, frekuensi napas meningkat, twitching, disorientasi juga dapat ditemukan. Pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan pleositosis ringan, dengan predominan sel mononuclear, peningkatan protein ringan, sedangkan kadar glukosa dalam batas normal.5. SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis)Subacute Sclerosing Panencephalitis merupakan kelainan degeneratif susunan saraf pusat yang jarang disebabkan oleh virus campak yang persisten. Kemungkinan untuk menderita SSPE pada anak yang sebelumnya pernah menderita campak adalah 0,6-2,2 per 100.000 infeksi campak. Risiko terjadi SSPE lebih besar pada usia yang lebih muda, dengan masa inkubasi rata-rata 7 tahun. Gejala SSPE didahului dengan gangguan tingkah laku dan intelektual yang progresif, diikuti oleh inkoordinasi motorik, kejang umumnya bersifat mioklonik. Laboratorium menunjukkan peningkatan globulin dalam cairan serebrospinal, antibody terhadap campak dalam serum (CF dan HAI) meningkat (1:1280). Tidak ada terapi untuk SSPE. Rata-rata jangka waktu timbulnya gejala sampai meninggal antara 6-9 bulan.6. Otitis mediaInvasi virus kedalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang telinga biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus akan terjadi otitis media purulenta. Dapat pula terjadi mastoiditis.7. EnteritisBeberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret pada fase prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus kedalam sel mukosa usus. Dapat pula timbul enteropati yang menyebabkan kehilangan protein (protein losing enteropathy).8. KonjungtivitisPada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai dengan adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia. Kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus campak atau antigennya dapat dideteksi pada lesi konjungtiva pada hari-hari pertama sakit. Konjungtivitis dapat memburuk dengan terjadinya hipopion dan panoftalmitis hingga menyebabkan kebutaan. Dapat pula timbul ulkus kornea.9. Sistem kardiovaskularPada EKG dapat ditemukan kelainan berupa perubahan pada gelombang T, kontraksi premature aurikel dan perpanjangan interval A-V. perubahan tersebut bersifat sementara dan tidak atau hanya sedikit mempunyai arti klinis.PENATALAKSANAANPengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 100.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.6Indikasi rawat inap (di ruang isolasi) bila hiperpireksia (suhu >39,0C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau adanya komplikasi.8

1. Tatalaksana campak tanpa komplikasi9 Pada umumnya tidak memerlukan indikasi rawat inap Terapi vitamin ABerikan 50.000 IU (jika umur anak < 6 bulan), 100.000 IU (usia 6-11 bulan), atau 200.000 IU (usia 12 bulan 5 tahun) diberikan secara oral pada semua anak. Jika anak menunjukkan gejala pada mata akibat kekurangan vitamin A atau dalam keadaan gizi buruk, vitamin A diberikan 3 kali (hari 1, hari 2, dan 2-4 minggu setelah dosis kedua). Perawatan penunjangJika demam beri paracetamol. Berikan dukungan nutrisi dan cairan sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu, untuk konjungtivitis ringan dengan cairan mata yang jernih, tidak perlu diberikan pengobatan. Jika mata bernanah, bersihkan mata dengan kain katun yang telah direbus dalam air mendidih, atau lap bersih yang direndam dalam air bersih. Oleskan salep mata kloramfenikol atau tetrasiklin, 3 kali sehari selama 7 hari. Jangan menggunakan salep steroid. Kemudian jaga kebersihan mulut, beri obat kumur antiseptic bila pasien dapat berkumur. Kunjungan ulangMinta ibu untuk segera membawa anaknya kembali dalam waktu dua hari untuk melihat apakah luka pada mulut dan sakit mata anak sembuh, atau apabila terdapat tanda bahaya.2. Tatalaksana campak dengan komplikasi1Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit yang timbul, yaitu : BronkopneumoniaDiberikan antibiotic ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam dosis intravena dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari intravena dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat peroral. Antibiotik diberikan tiga hari demam reda. Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji tuberkulin dilakukan setelah anak sehat kembali (3-4 minggu kemudian) karena uji tuberkulin biasanya negatif pada saat anak menderita campak. Gangguan reaksi delayed hypersensitivity disebabkan oleh sel limfosit-T yang terganggu fungsinya.

EnteritisPada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis + dehidrasi. Otitis mediaSeringkali disebabkan oleh infeksi sekunder, sehingga perlu diberikan antibiotik kotrimoksazol-sulfametoksazol (TMP 4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis). EnsefalopatiPerlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga kebutuhan untuk mengurangi edema otak, disamping pemberian kortikosteroid. Perlu dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.

PENCEGAHANPencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur 9 bulan atau lebih.1

Imunisasi CampakTahun 1954, Peenles dan Enders pertama kali berhasil mengembangbiakkan virus campak pada kultur jaringan. Virus campak tersebut berasal dari darah kasus campak bernama David Edmoston. Saat ini ada beberapa macam vaksin campak : (1) monovalen, (2) kombinasi vaksin campak dengan vaksin Rubela (MR), (3) kombinasi dengan mumps dan rubella (MMR), (4) kombinasi dengan mumps, rubella, dan varisela (MMRV).7Di Indonesia, sejak tahun 2004 imunisasi campak juga diberikan 2 kali, yang pertama pada umur 9 bulan dan yang kedua pada program BIAS pada umur 6-7 tahun. Imunisasi tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan imunodefisiensi primer, pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ, pengobatan imunosupresif jangka panjang atau anak immunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak yang terinfeksi HIV tanpa imunosupresi dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak, bisa mendapat imunisasi campak. 7

Dosis dan Cara Pemberian7 Dosis vaksin campak sebanyak 0,5 ml Pemberian diberikan pada umur 9 bulan, secara subkutan tapi dapat juga diberikan secara intramuscular Imunisasi campak diberikan lagi pada saat masuk sekolah SD (Program BIAS)

PROGNOSISCampak merupakan penyakitself limitingsehingga bila tanpa disertai dengan penyulit maka prognosisnya baik. Baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila ada komplikasi.Pada anak yang sehat, mortalitas jarang terjadi kecuali pada pasien immunocompromised (HIV) atau pada malnutrisi, terutama defisiensi vitamin A. mortalitas tertinggi didapat pada anak berusia dibawah 2 tahun.4

BAB IIIANALISA KASUS

Pada pasien ini ditegakkan diagnosis morbili berdasarkan ditemukannya keluhan demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit pada anamnesa. Demam Sepanjang hari dan demam dirasakan terus semakin meningkat . Pada saat dirawat di rumah sakit pasien mengeluhkan keluhan ruam kemerahan diseluruh tubuh yang diawali dari wajah dan disertai mata merah. Keluhan demam juga disertai dengan batuk dan pilek. Hal ini sesuai dengan manifestasi klinis dari morbili yaitu flu dan mata meradang disertai batuk dan demam tinggi dalam beberapa hari, diikuti timbulnya ruam yang memiliki ciri khas, yaitu diawali dari belakang telinga kemudian menyebar ke muka, dada, tubuh, lengan dan kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh. Berdasarkan anamnesis juga didapatkan faktor risiko penularan dari kakak pasien yang mengalami keluhan serupa 7 hari sebelum keluhan pasien timbul.Pada pemeriksaan fisik di temukan peningkatan suhu yaitu 39,30C. pada pemeriksaan mata ditemukan mata tampak merah dan konjungtiva tanmpak hiperemis dan dari hidung terdapat lendir berwarna kental berwarna putih. Pada pemeriksaan mulut didapatkan stomatitis dan koplik spot, faring hiperemis dan pada pemeriksaan kulit ditemukan ruam makulopapular diseluruh tubuh, mulai dari wajah, dada, abdomen dan keempat ekstremitas.Sehingga dapat disimpulkan pada pasien ini terdapat kelompok gejala klinis dari morbili 3C (cough, coryza, conjungtivitis), disertai demam dan timbul ruam makulopapular yang khas pada morbili.

Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini :1. Tirah baring2. Pemberian cairan dan kaloriPada pasien ini kebutuhan cairan disesuaikan dengan berat badan pasien. Bedasarkan rumus pemberian cairan rumatan diberikan 1050 cc/hari untuk pasien dengan berat badan 10 kg. cairan yang diberikan pada pasien ini adalah D5 salin. Sedangkan pemberian makanan pada pasien ini adalah diet Lunak dengan penghitungan kalori sebagai berikut:RDA kalori=100 kcal x 11 kg = 1100 kaloriPemberian kalori tersebut terdiri dari 50% karbohidrat, 15% lemak dan 35% protein.3. Pemberian antipiretik bila diperlukanPada pasien ini diberikan paracetamol 110 mg 3 x 1 syrup (PO) jika suhu lebih dari 37,50C. Paracetamol termasuk golongan antipiretik-analgetik yang memiliki efek sebagai penurun panas dan penghilang nyeri. Hal ini sesuai diberikan pada pasien ini karena terdapat peningkatan suhu tubuh4. Pemberian vitamin APada pasien ini diberikan vitamin A 100.000 IU 1x1 PO, hal ini sesuai dengan kepustakaan vitamin A 100.000 IU diberikan secara oral. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.

Prognosis quo ad vitam bonam karena penyakit pada pasien saat ini tidak mengancam nyawa.Pada quo ad functionam bonam karena pada pasien ini, organ-organ vital masih berfungsi dengan baik. Pada quo ad sanationam bonam karena menurut kepustakaan pasien yang pernah mengalami morbili sekali akan mendapatkan kekebalan seumur hidup teradap morbili.

DAFTAR PUSTAKA

1. Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo, Herry Garna, et al. 2012. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI2. Rampengan, T.H. 2007. Penyakit Infeksi Tropis pada Anak. Edisi 2. Jakarta: EGC3. Soegeng Soegijanto. 2002.Campak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis.EdisiI.Jakarta: Balai Penerbit FKUI4. Gillespie, Stephen, Kathleen Bamford. 2009. At a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi. Edisi 3. Erlangga Medical Series5. Brooks, Geo F, Janet S. Butel, et al. 2008. Jawetz, Melnick, and Adelberg Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Jakarta: EGC6. Cherry J.D. 2004.Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan (eds) Textbook of Pediatrics Infectious Disease. 5thedition. Vol 3.Philadelphia. Saunders. p.2283 22987. Soegijanto, Soegeng, Harsono Salimo. 2011. Campak dalam Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Edisi 4. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia8. Pudjiadi, Antonius H, Badriul Hegar, et al. 2009. Campak dalam Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI9. World Health Organisation. 2008. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

37


Top Related