Download - Preskes Presbo Dr.abkar 2011
Presentesasi Kasus
PRESBO PADA SECUNDIGRAVIDA HAMIL ATERM
Disusun oleh :
Mujahidah Husna G0005017
Adelia Hanung P. G0007026
Cupuwatie Cahyani G0007053
Primadiati Nickyta S. G0007131
Afifah Nur Rasyidah G0007180
Pembimbing :
Dr. dr. Abkar Raden, Sp.OG(K)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2011
ABSTRAK
Seorang G2P1A0 35 tahun, UK 37 minggu dengan riwayat fertilitas dan
riwayat obstetri baik, janin tunggal, intra uterin, memanjang, presbo, punggung di
kanan, bagian bawah janin sudah masuk panggul, HIS (+), DJJ (+), portio tidak
teraba, pembukaab lengkap, eff : 100%, bokong turun di Hodge III, kulit ketuban
(+), sakrum di jam 12, air ketuban (-).
Pada pemeriksaan dalam didapatkan Vulva/ uretra tenang, dinding vagina
dalam batas normal, portio membuka lengkap, eff = 100%, presentasi bokong,
bokong turun di Hodge III, penunujuk di jam 12, Kantung ketuban (+), Air
ketuban (-), jernih, tidak berbau, Sarung tangan lendir darah (+), nitrazin test (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, compos
mentis, dan gizi kesan cukup. Tekanan darah 110/70 mmHg, Rr = 22x/menit, N =
80x/menit, Suhu = 36,60 C. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb
14,7g/dl; Hct 44,1%; AE 4,79.106/uL; AL 7,2.103/uL; AT 343.103/uL; GDS 89
mg/dL; ureum 31 mg/dL; Creatinin 1,1 mg/dL; dan HbsAg (-).
Dalam kasus ini pasien didiagnosis kala II presbo pada sekundigravida
hamil aterm. Pasien dipondokkan ke bangsal dan dilakukan pimpinan persalinan
dengan perasat bracht, serta dipersiapkan untuk resusitasi janin.
BAB I
PENDAHULUAN
Malpresentasi dapat mengakibatkan timbulnya penyebab kematian
perinatal termasuk diantaranya adalah kelainan presentasi bokong, kejadian
hipoksia dan trauma lahir pada perinatal sering ditemui pada kasus persalinan
dengan malpresentasi yaitu pada presentasi bokong. Prevalensi dari presentasi
bokong kira-kira 15% pada usia kehamilan 30 minggu dan 3% pada saat matur.
Kematian perinatal langsung yang disebabkan karena persalinan presentasi
bokong sebesar 4-5 kali dibanding presentasi kepala. Sebab kematian perinatal
pada persalinan presentasi bokong yang terpenting adalah prematuritas dan
penanganan persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau
perdarahan di dalam tengkorak. Trauma lahir pada presentasi bokong banyak
dihubungkan dengan usaha untuk mempercepat persalinan dengna tindakan-
tindakan untuk mengatasi macetnya persalinan.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan kelainan letak presentasi bokong,
diantaranya paritas ibu dan bentuk panggul ibu. Angka kejadian presbo jika
dihubungkan dengan paritas ibu maka kejadian terbanyak adalah pada ibu dengan
multigravida dibanding pada primigravida, sedangkan jika dihubungkan dengan
panggul ibu maka angka kejadian presbo terbanyak adalah pada panggul sempit,
dikarenakan fiksasi kepala janin yang tidak baik pada PAP.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PRESENTASI BOKONG
Definisi
Presentasi Bokong merupakan letak memanjang dengan bokong sebagai
bagian yang terendah sehingga kepala berada di fundus uteri dan bokong
berada di bagian bawah kavum uteri (Martohoesodo, 2002).
Etiologi
Secara garis besar penyebab letak sungsang berasal dari faktor janin
(kembar, hidrosefalus, anensefali, oligohidramnion dan polihidramnion) dan
faktor ibu (uterus abnormal / uterus bikornus, uterus kendor, plasenta previa,
plasenta di fundus). (Martohoesodo, 2002)
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32
minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin
bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri
dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. (Wiknjosastro H,
2002)
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan
jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai
terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati
ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang
lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti
mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih
tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan
dalam presentasi kepala. (Wiknjosastro H, 2002)
Karena berbagai sebab yang belum diketahui begitu jelas, menjelang
kehamilan aterm, kavum uteri telah mempersiapkan janin pada posisi
longitudinal dengan presentasi belakang kepala. Presentasi bokong umumnya
terjadi pada akhir trimester kedua kehamilan atau mendekati aterm.
(Martohoesodo, 2002)
Faktor predisposisi untuk presentasi bokong selain usia kehamilan
adalah relaksasi uterus yang dapat disebabkan oleh multiparitas, bayi multipel,
hidramnion, oligohidramnion, hidrosefalus, anensefalus, presentasi bokong
sebelumnya, anomali uterus dan berbagai tumor dalam panggul juga pada
plasenta yang terletak didaerah kornu fundus uteri. (Martohoesodo, 2002)
Diagnosis
Diagnosis presentasi bokong dan variannya dapat diketahui melalui
pemeriksaan palpasi abdomen. Manuver Leopold perlu dilakukan pada setiap
kunjungan perwatan antenatal bila umur kehamilannya ≥34 minggu. Untuk
memastikan dapat dilakukan pemeriksaan dalam vagina dan / pemeriksaan
USG.( Sarwono, 2008) Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus tidak
dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni kepala, dan kepala teraba di
fundus uteri. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi
kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah
kepala. (Wiknjosastro H, 2002)
Dengan perasat Leopold didapatkan; Leopold I : Kepala janin yang
keras dan bulat dengan balotemen menempati bagian fundus uteri. Leopold II :
Teraba punggung berada satu sisi dengan abdomen dan bagian-bagian kecil
berada pada sisi yang lain. Leopold III : Bokong / kaki janin teraba di atas
pintu atas panggul selama engagement belum terjadi. (Martohoesodo, 2002)
Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain
daripada kehamilannya yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan
gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin pada
umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus.
(Wiknjosastro H, 2002). Sedangkan bila ada engagement kepala janin, denyut
jantung janin terdengar dibawah umbilikus. (Martohoesodo, 2002)
Pemeriksaan dalam dapat mengetahui bokong dengan pasti, kita harus
meraba os sacrum, tuber ossis ischii, anus. Pemeriksaan penunjang dilakukan
apabila masih ada keraguan harus dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan ultrasonografik atau M.R.I. (Magnetic Resonance Imaging).
(Martohoesodo, 2002)
Klasifikasi . (Angsar M.D, 2000)
1. Presentasi bokong murni (Frank Breech)
Yaitu fleksi ekstremitas bawah pada sendi paha dan ekstensi lutut sehingga
kaki terletak berdekatan dengan kepala.
2. Presentasi bokong lengkap (Complete Breech)
Yaitu satu atau kedua lutut lebih banyak dalam keadaan fleksi dari pada
ekstensi.
3. Presentasi bokong tidak lengkap (Incomplete Breech)
Yaitu satu atau kedua sendi paha tidak dalam keadaan fleksi dan satu atau
kedua kaki atau lutut terletak dibawah bokong, sehingga kaki atau lutut
bayi terletak paling bawah pada jalan lahir,terdiri dari :
a) Letak kaki :
1) Kedua kaki terletak dibawah = letak kaki sempurna
2) Hanya satu kaki terletak dibawah = letak kaki tak sempurna
b) Letak lutut :
1) Kedua lutut terletak paling rendah (letak lutut sempurna)
2) Hanya satu lutut terletak paling rendah (letak lutut tak sempurna)
Penanganan
Waktu kehamilan (Rustam Mochtar, 1998)
Jika kausa dapat disingkirkan, tak ada kontra-indikasi maka lakukan
versi luar. Mengenai versi luar ini ada yang berpendapat tidak usah dilakukan
karena kita jangan menyalahi hukum alam “Jangan berbuat lebih pandai dari
hukum alam”. Versi luar ialah tindakan dari luar yang dikerjakan dengan dua
tangan untuk merubah/ memperbaiki presentasi janin. Waktu persalinan
lakukan versi luar bila syarat dipenuhi dan tak ada kontraindikasi.
Penanganan dalam persalinan (Angsar M.D, 2000)
Jenis pimpinan persalinan pada presentasi bokong, antara lain :
1. Persalinan pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam,
persalinan pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Persalinan spontan (spontaneous breech)
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara yang
lazim dipakai disebut cara BRACHT.
1) Tahap pertama : fase lambat, lahirnya bokong sampai dengan
umbilikus, spontan
2) Tahap kedua : fase cepat, lahirnya umbilikus sampai mulut
3) Tahap ketiga : fase lambat, lahirnya mulut sampai kepala.
Tehnik : Hiperlordosis badan bayi
b. Ekstraksi Parsial / EP (Manual aid / partial breech extraction)
Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan
sebagian lagi dengan tenaga penolong.
Indikasi :
1) Bila pertolongan cara bracht gagal
2) Elektif, karena sejak semula direncanakan pertolongan dengan
manual aid.
Tahapan dalam manual aid;
1) Tahap pertama : lahirnya bokong sampai umbilikus, spontan
2) Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan dengan tenaga penolong
baik secara klasik (Deventer), Mueller atau Lovset.
3) Tahap ketiga : Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit-
smellie), Najouk, Wigand Martin-Winckel, Prague terbalik atau
dengan cunam piper.
c. Ekstraksi Total / ET (Total breech extraction)
Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. Cara
ini dilakukan hanya bila terjadi fetal distress atau ada indikasi untuk
menolong persalinan dengan ekstraksi total.
2. Persalinan perabdominam (Sectio Cesaria / SC).
Persalianan presentasi bokong dengan Sectio Cesaria merupakan cara yang
terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan
presentasi bokong secara pervaginam, memberi trauma yang sangat berarti
bagi janin, yang gejala-gejalanya akan tampak pada waktu persalinan
maupun dikemudian hari. Namun hal ini tidak berarti bahwa semua
presentasi bokong harus harus dilahirkan secara perabdominam.
Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bawa presentasi bokong
harus dilahirkan secara perabdominam, antara lain;
1. Primigravida tua,
2. Nilai sosial janin tinggi,
3. Riwayat persalinan yang buruk,
4. Ketuban pecah > 12 Jam
5. Preterm sudah inpartu
6. Cacat rahim (bekas SC)
7. Tafsiran berat janin pada primi > 3500g, pada multi >4000g
8. Plasenta previa
9. Presentasi lutut/kaki
10. Kepala dalam posisi hiperekstensi
11. IUGR
12. Dicurigai terdapat kesempitan panggul
13. Prematuritas.
14. Nilai Zatuchi-Andros kurang atau sama dengan 3
Skore Zatuchi-Andros
Tindakan :
- Skore <3 : Seksio sesar
- Skore = 4 : Reevaluasi kalau tetap 4 lakukan seksio sesar
- Skore .>5 Pervaginam (Cunningham, 1997)
KeteranganN i l a i
0 1 2
Paritas Nulipara Multipara
Umur kehamilan > 39 minggu 38 minggu <37 minggu
Taksiran berat janin 3630 g 3629 –3176 g <3175 g
Pernah presentasi bokong Belum pernah Pernah 1 kali Pernah 2 kali
Penurunan (station) - 3 - 2 > - 1
Pembukaan < 2 cm 3 cm > 4 cm
Komplikasi
Pada letak sungsang yang persisten, meningkatnya komplikasi berikut
harus diantisipasi : (Cunningham FG,2001) (Wiknjosastro H, 2002)
1. Morbiditas dan mortalitas perinatal dari persalinan yang sulit.
2. Berat badan lahir yang rendah pada persalinan preterm, hambatan
pertumbuhan, atau keduanya.
3. Prolaps tali pusat atau Plasenta previa.
4. Kelainan fetus, neonatus, dan bayi.
5. Anomali uterus dan tumor.
6. Multipel fetus
7. Intervensi operatif, khususnya seksio sesarea.
Prognosis
Baik ibu maupun janin dengan letak sungsang memiliki risiko yang
lebih besar dibandingkan dengan letak kepala. Pada persalinan sungsang yang
sulit terdapat peningkatan risiko maternal. Manipulasi secara manual dalam
jalan lahir akan memperbesar risiko infeksi pada ibu. Berbagai perasat intra
uteri, khususnya dengan segmen bawah uterus yang sudah tipis, atau persalinan
after coming head lewat serviks yang belum berdilatasi lengkap, dapat
mengakibatkan ruptura uteri, laserasi serviks ataupun keduanya. Tindakan
manipulasi tersebut dapat pula menyebabkan pelebaran luka episiotomi dan
robekan perineum yang dalam. Anestesi yang memadai untuk menimbulkan
relaksasi uterus yang nyata dapat pula mengakibatkan atonia uteri yang
selanjutnya diikuti oleh perdarahan postpartum dari tempat implantasi plasenta.
Meskipun demikian, secara umum prognosis bagi ibu yang bayinya dilahirkan
dengan ekstraksi bokong bagaimanapun juga lebih baik bila dibandingkan pada
tindakan seksio sesarea.
Bagi janin, prognosisnya kurang menguntungkan dan akan semakin
serius dengan semakin tingginya bagian presentasi pada awal dilakukannya
ekstraksi bokong. Di samping peningkatan risiko terjadinya ruptura tentorium
dan perdarahan intraserebral, yang menyertai persalinan sungsang, angka
mortalitas perinatal juga meningkat akibat semakin besarnya kemungkinan
terjadinya trauma lain pada saat dilakukan ekstraksi. Fraktur humerus dan
klavikula tidak selalu dapat dihindari ketika dilakukan pembebasan lengan, dan
fraktur femur dapat terjadi dalam pelaksanaan ekstraksi bokong pada
persalinan frank breech yang sulit. Kalau bayi ditarik keluar secara paksa lewat
panggul yang sempit, fraktur kompresi berbentuk sendok atau fraktur
tengkorak yang sebenarnya, dengan akibat yang umumnya fatal, bisa saja
terjadi. Kadang-kadang leher bayi sendiri dapat patah kalau pada waktu
ekstraksi digunakan tenaga yang besar. Lebih lanjut, prolapsus funikuli pada
presentasi bokong tak lengkap jauh lebih sering dijumpai bila dibandingkan
pada presentasi verteks, dan komplikasi ini selanjutnya akan memperburuk
prognosis bagi bayi. (Cunningham FG,2001) (Wiknjosastro H, 2002)
B. SECUNDIGRAVIDA
Secundigravida adalah seorang wanita yang hamil kedua kali.
C. HAMIL ATERM
WHO (1979) membagi umur kehamilan dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Pre term : kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 hari)
2. Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu
lengkap (259 hari sampai 293 hari).
3. Post term : 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari atau lebih)
BAB III
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 35 tahun
Alamat : Palang 2/15 Wonorejo, Karanganyar
Pekerjaan : Penjahit
Status Perkawinan : Kawin
Nama Suami : Tn. J
Pekerjaan Suami : Buruh
Agama : Islam
HPMT : 10 Juli 2010
HPL : 17 April 2010
UK : 37 minggu
Tanggal Masuk : 2 April 2011
No CM : 01059317
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Letak sungsang
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Datang seorang G2P1A0 dengan keluhan letak sungsang. Pasien
merupakan rujukan dari bidan dengan diagnosis G2P1A0 hamil 38
minggu, inpartu dengan KPD. Pasien merasa hamil 9 bulan, gerakan
janin masih dirasakan, kenceng-kenceng sudah dirasakan, air ketuban
belum dirasakan keluar, lendir darah sudah dirasakan keluar.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi Obat : Disangkal
Riwayat Operasi : Disangkal
Riwayat Mondok di RS : Disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi Obat : Disangkal
E. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Lama Haid : 6 hari
Siklus Haid : 28 hari
F. Riwayat Fertilitas : baik
G. Riwayat Obstetri
I. Perempuan, 10 tahun, 2400 gram, lahir di bidan, partus spontan
II. Hamil sekarang
H. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali dengan suami sekarang selama 12 tahun
I. Riwayat KB : Tidak KB.
J. Riwayat Ante Natal Care (ANC) :
Teratur, pertama kali periksa ke bidan pada usia kehamilan 2 bulan. Pasien
periksa ke bidan 1 bulan sekali sampai usia kehamilan 6 bulan, dialnjutkan
periksa dua keli sebulan sampai usia 8 bulan. Setelah itu periksa 1 minggu
sekali.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Interna
Keadaan Umum : baik, compos mentis, gizi kean baik.
Tanda Vital : Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,6° C
Kepala : Mesocephal
Mata : Conjungtiva pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Leher : KGB tidak membesar, glandula thyroid tidak
membesar, JVP tidak meningkat.
Thorak : Gld. Mammae dalam batas normal, areola
mammae hiperpigmentasi (+)
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / sonor
Auskultasi : SD vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen : Inspeksi : Dinding perut > dinding dada,
stria gravidarum (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar tidak membesar,
lien tidak membesar.
Perkusi : Timpani pada daerah bawah processus
xyphoideus, redup pada daerah uterus
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Ekstremitas : Oedem (-/-)
Genital : Perdarahan (-), lendir (-), massa (-)
B. Status Obstetri
Kepala : Mesocephal
Mata : Conjunctiva anemis ( - / - ) sklera ikterik ( - / - )
Wajah : Kloasma Gravidarum ( + )
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax : Glandula mammae hipertrofi (+), areola mammae
hiperpigmentasi (+)
Abdomen : Dinding perut > dinding dada, striae gravidarum (+)
Genital eksterna : Vulva/uretra tenang,lendir darah (+), peradangan(-),
tumor(-)
Palpasi
Pemeriksaan Leopold
Leopold I : teraba bagian yang keras dan bulat kesan kepala
Leopold II : di sebelah kanan teraba bagian keras, rata, memanjang,
kesan punggung.
Leopold III : teraba bagian lunak kesan bokong
Leopold IV : Menunjukan bagian bokong yang sudah masuk pintu atas
panggul.
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intrauterine,
memanjang, punggung di kanan, presentasi bokong, bagian
bawah janin sudah masuk panggul. TFU: 33 cm ~TBJ 3300
gr, His (+) 5x/ 10 menit/ 40-50 detik/ kuat.
Ekstremitas : Oedema (-) akral dingin (-)
Auskultasi
DJJ (+) 12-12-13/ 13-13-13/ 12-11-12/ reguler.
Pemeriksaan Dalam:
VT : Vulva/ uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio
membuka lengkap, eff = 100%, presentasi bokong, bokong turun di Hodge
III, penunujuk di jam 12, Kantung ketuban (+), Air ketuban (-), jernih,
tidak berbau, Sarung tangan lendir darah (+), nitrazin test (-).
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 2 April 2011 :
Hb : 14,7 g/dl Ureum : 31 mg/dl
Hct : 44,1 % Creatinin : 1,1 mg/dl
Eritrosit : 4.790.000/µL Na : 144 mmol/L
Leukosit : 7.200 /µL K : 5,7 mmol/L
Gol Darah : O Cl : 110 mmol/L
GDS : 89 mg/dL HBsAg : negatif
Trombosit : 343.000 /µL
V. KESIMPULAN
Seorang G2P1A0 35 tahun, UK 37 minggu dengan riwayat fertilitas dan
riwayat obstetri baik, janin tunggal, intra uterin, memanjang, presbo,
punggung di kanan, bagian bawah janin sudah masuk panggul, HIS (+), DJJ
(+), portio tidak teraba, pembukaan lengkap, eff : 100%, bokong turun di
Hodge III, kulit ketuban (+), sakrum di jam 12, air ketuban (-).
VI. DIAGNOSIS
Kala II presbo pada sekundigravida hamil aterm
VII. PROGNOSIS
Dubia
VIII. PENATALAKSANAAN
- Mondok Bangsal
- Pimpin persalinan dengan perasat bracht
- Siapkan resusitasi janin
IX. FOLLOW UP
1. Laporan Pimpinan persalinan cara bracht
Kala II :
Bokong masuk ke dalam rongga panggul dengan garis pangkal paha
melintang atau miring. Setelah menyentuh dasar panggul terjadi putaran
paksi dalam, sehingga di pintu bawah panggul garis panggul paha
menempati diameter anteposterior dan trokhanter depan berada dibawah
simpisis. Kemudian terjadi fleksi lateral pada badan janin, sehingga
trokhanter belakang melewati perineum dan lahirlah seluruh bokong
diikuti oleh kedua kaki. Setelah bokong lahir terjadi putaran paksi luar
dengan perut janin berada di posterior yang memungkinkan bahu melewati
pintu atas panggul dengan garis terbesar bahu melintang atau miring.
Terjadi putaran paksi dalam pada bahu, sehingga bahu depat berada
dibawah simfisis dan bahu belakang melewati perineum. Pada saat tersebut
kepala masuk ke dalam rongga panggul dengan sutura sagistalis melintang
atau miring. Di dalam rongga panggul terjadi putaran paksi dalam kepala,
sehingga muka memutar ke posterior dan oksiput ke arah simfisis. Dengan
suboksiput sebagai hipomoklion, maka dagu, mulut, hidung, dahi dan
seluruh kepala lahir berturut-turut melewati perineum.
Lahir bayi ♂ BB 2800 gram, LD 32 cm, LK 34 cm, AS 7-8-9.
Kala III : lahir plasenta, ukuran 20 x 20 x 1,5 cm, berbentuk cakram, kesan
lengkap.
Lama Persalinan Jumlah perdarahan
Kala I Kala II 20 cc
Kala II 15 menit Kala III 50 cc
Kala III 10 menit Kala IV 15 cc
__ jam 25 menit 85 cc
2. Tanggal 3 April 2011
Keluhan : -
Keadaan umum : baik, compos mentis, gizi cukup
Vital sign : TD = 120/80mmHg Rr = 20x/menit
N = 80x/menit Suhu = 36,60C
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Thorax : Cor/Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-)
Genital : darah (-), lochia (+)
Dx : post partus cara bracht atas indikasi presbo pada
sekundigravid h.aterm
Tx : Pos partus spontan DPH I
Cefadroxil 2 x 500 mg
Metilergometrin 3 x 0,125 mg
As. Mefenamat 3 x 500 mg
3. Tanggal 4 April 2011
Keluhan : -
Keadaan umum : baik, compos mentis, gizi cukup
Vital sign : TD = 120/70mmHg Rr = 20x/menit
N = 80x/menit Suhu = 36,60C
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Thorax : Cor/Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-)
Genital : darah (-), lochia (+)
Dx : post partus cara bracht atas indikasi presbo pada
sekundigravid h.aterm
Tx : Post partus spontan DPH II
Cefadroxil 2 x 500 mg
Metilergometrin 3 x 0,25 mg
As. Mefenamat 3 x 500 mg
4. Tanggal 5 April 2011
Keluhan : -
Keadaan umum : baik, compos mentis, gizi cukup
Vital sign : TD = 120/70mmHg Rr = 20x/menit
N = 80x/menit Suhu = 36,70C
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Thorax : Cor/Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-)
Genital : darah (-), lochia (-)
Dx : post partus cara bracht atas indikasi presbo pada
sekundigravid h.aterm
Tx : Partus spontan spontan DPH III
Cefadroxil 2 x 500 mg
Metilergometrin 3 x 0,25 mg
As. Mefenamat 3 x 500 mg
BAB IV
ANALISIS KASUS
Presentasi Bokong merupakan letak memanjang dengan bokong sebagai
bagian yang terendah sehingga kepala berada di fundus uteri dan bokong berada
di bagian bawah kavum uteri.
Diagnosis presentasi bokong dilakukan dengan palpasi dengan perasat
Leopold didapatkan; Leopold I : Kepala janin yang keras dan bulat dengan
balotemen menempati bagian fundus uteri. Leopold II : Teraba punggung berada
satu sisi dengan abdomen dan bagian-bagian kecil berada pada sisi yang lain.
Leopold III : Bokong janin teraba sudah masuk pintu atas panggul.
Kehamilan cukup bulan (hamil aterm) dalam persalinan ditegakkan dari
anamnesis bahwa penderita merasa umur kehamilannya sudah 37 minggu.
Pemeriksaan fisik kasus ini pada palpasi abdomen sesuai dengan
pernyataan di atas, yaitu teraba janin tunggal, intra uterin, memanjang, punggung
di kanan, presentasi bokong.
Penanganan pada kasus presentasi bokong dapat pervaginam ataupun per
abdominal. Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bawa presentasi
bokong harus dilahirkan secara perabdominal, antara lain; primigravida tua, nilai
sosial janin tinggi, riwayat persalinan yang buruk, ketuban pecah > 12 jam,
preterm sudah inpartu, cacat rahim (bekas SC), tafsiran berat janin pada primi >
3500g, pada multi >4000g, Plasenta previa, presentasi lutut/kaki, kepala dalam
posisi hiperekstensi, IUGR, dicurigai terdapat kesempitan panggul, prematuritas.
Penanganan kasus ini yaitu partus pervaginam atas indikasi pasien sudah
mengalami pembukaan lengkap, tanpa ada indikasi untuk dilakukan persalinan
perabdominal.
DAFTAR PUSTAKA
Angsar,M.D., Setjalilakusuma,L., 2000. Persalinan sungsang, dalam Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, , hal;104-122
Cunningham FG Mac Donal P.C. William Obsetric, Edisi 18, Appletion & Lange, 1998 : 881-903
.Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JH, Wenstrom KD.
2001. Breech Presentation and Delivery in William Obstetrics, 21st edition. New York: Mc Graw Hill Company,: 509-535
Martohoesodo,S., Hariadi,R., 2002. Distokia karena kelainan letak serta bentuk janin, dalam Ilmu Kebidanan Edisi III, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, , hal;595-636
Wiknjosastro H. 2002. Patologi Persalinan dan Penanganannya dalam Ilmu Kebidanan, edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka,: 607-622