Download - preskas undip

Transcript
Page 1: preskas undip

1

LAPORAN KASUS

SEORANG ANAK LAKI-LAKI 11 BULAN DENGAN BRONKIOLITIS DAN GIZI BAIK

Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan SeniorBagian Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Oleh :

SITI YUSNIA W N

22010110200146

Pembimbing : dr. Diah Astika R

Penguji : dr. Gatot Irawan Sarosa, SpA

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG2011

Page 2: preskas undip

1

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Siti Yusnia W N

NIM : 22010110200146

Bagian : Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas : Kedokteran

Universitas : Diponegoro

Judul : Seorang Anak Laki-laki 11 Bulan dengan

Bronkiolitis dan Gizi Baik.

Penguji : dr. Gatot Irawan Sarosa, SpA

Pembimbing : dr. Diah Astika R

Semarang, 21 Mei 2011

Penguji Pembimbing

dr. Gatot Irawan Sarosa, SpA dr. Diah Astika R

Page 3: preskas undip

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Kasus “Seorang Anak Laki-laki 11

bulan dengan Bronkiolitis, dan Gizi Baik” ini dapat penulis selesaikan.

Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas dan syarat dalam menempuh

kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro Semarang.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. dr. Gatot Irawan Sarosa, SpA selaku penguji

2. dr. Diah Astika R, selaku pembimbing

Akhir kata, penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi yang

memerlukan.

Semarang, Mei 2011

Penulis

SITI YUSNIA W N

2

Page 4: preskas undip

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii

DAFTAR ISI .............................................................................................................iv

BAB I ................................................................................................................. 1

A. PENDAHULUAN................................................................................ 1

B. TUJUAN ..................................................................................................... 2

C. MANFAAT ............................................................................................... 2

BAB II. PENYAJIAN KASUS ................................................................................ 3

A. IDENTITAS PENDERITA ......................................................................... 3

B. DATA DASAR ........................................................................................... 3

C. DIAGNOSIS BANDING ............................................................................13

D. DAFTAR MASALAH ................................................................................13

E.

PENATALAKSANAA

N............................................................................ 13

F. CATATAN KEMAJUAN .................................................................... 15

BAB III. PEMBAHASAN........................................................................................ 19

A. DIAGNOSIS……………………………………………………………… 19

I. BRONKIOLITIS.................................................................................... 19

II. GIZI BAIK............................................................................................ 23

B. PENGELOLAAN………………………………………………………… 24

C. PROGNOSIS .............................................................................................. 27

D. BAGAN PERMASALAHAN…………………………………………….. 29

BAB IV. RINGKASAN................................................................................ ........... 30

BAB V. LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH…………………………………….31

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 37

3

Page 5: preskas undip

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan penyebab utama

kesakitan dan kematian balita di Indonesia. Tergolong ke dalam ISPA adalah

Bronkiolitis yang secara anatomik merupakan salah satu ISPA bawah.1,2

Bronkiolitis diartikan sebagai penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada

saluran nafas kecil (bronkioli). Sering terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun

dengan insiden tertinggi umur 2-8 bulan1. Respiratory Syncytial Virus merupakan

agen penyebab pada 50 – 90 % kasus, sisanya oleh virus para influenza, mikoplasma,

adenovirus dan virus lainnya. Infeksi primer oleh bakteri penyebab belum

dilaporkan.1-4 Perbandingan insiden antara laki-laki dan wanita sekitar 1,5 : 1. Lebih

sering mengenai kelompok sosial ekonomi rendah, keadaan tempat tinggal yang

penuh sesak dan lingkungan perokok. Penularannya dapat melalui droplets, kontak

dengan benda yang telah terkontaminasi seperti pakaian, perabot atau infeksi

nosokomial.5

Walaupun gejala bronkiolitis dapat menghilang dalam waktu 1 – 3 hari, pada

beberapa kasus dapat lebih berat, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Mortalitasnya kurang dari 1 %, biasanya meninggal karena jatuh dalam keadaan

apnu yang lama, asidosis respiratorik yang tidak terkoreksi, atau karena dehidrasi

yang disebabkan oleh takipnu dan kurang makan - minum. Disamping itu dapat pula

memberikan dampak jangka panjang berupa batuk berulang, mengi, hiperreaktivitas

bronkus sampai beberapa tahun, bronkiolitis obliterasi, dan sindrom paru hiperlusen

unilateral (Swyer-James Syndrome).6

Berikut ini laporan kasus mengenai bronkiolitis dengan gizi baik pada

seorang anak lai-laki berumur 11 bulan yang dirawat di IRNA C1L1 HND RSUP Dr.

Kariadi Semarang dari tanggal 19 April 2011.

4

Page 6: preskas undip

B. TUJUAN

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis dan

mengelola penderita dengan bronkiolitis dan gizi baik, sekaligus mencoba

membandingkan tindakan yang diberikan berdasarkan kepustakaan yang ada,

sehingga dapat mengarah kepada penatalaksanaan yang lebih tepat dan rasional.

C. MANFAAT

Laporan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa kedokteran untuk belajar

mendiagnosis dan mengelola penderita bronkiolitis dengan gizi baik

5

Page 7: preskas undip

6

BAB II

PENYAJIAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : By. Rasya Aditya Putra

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 11 bulan/ 1 Mei 2010

Alamat : Sapta Marga III Gabeng RT 07/01, Kecamatan Tembalang,

Semarang

Masuk RSDK : 19 April 2011, pukul 01.20 WIB

Keluar RSDK : 22 April 2011, pukul 13.00 WIB

No CM : 6596561

IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Tn S

Umur : 26 tahun

Pendidikan : STM

Pekerjaan : Pegawai swasta

Nama Ibu : Ny A

Umur : 21 tahun

Pendidikan : SMK

Pekerjaan : Tidak bekerja

B. DATA DASAR

1. Anamnesis

Alloanamnesis dengan orangtua penderita tanggal 19 April 2011 pukul 14.00 WIB

Keluhan utama : sesak nafas

a. Riwayat penyakit sekarang :

± 3 hari anak batuk (+), dahak (+) tidak dapat dikeluarkan, pilek (+), sesak (-),

ngik-ngik (-), demam (+) anget-anget, bintik-bintik merah seperti digigit nyamuk

(-), gusi berdarah (-), mimisan (-), keluar cairan dari telinga (-), nyeri tekan

belakang telinga (-), nyeri telan (-), muntah 1x/hari setelah batuk ± @2 sendok

Page 8: preskas undip

makan, berisi dahak (+) warna putih encer (+) bercampur susu, BAB dan BAK

tidak ada kelainan, anak masih bermain seperti biasa, makan dan minum tidak

terganggu.

± 1 hari anak masih batuk dan makin bertambah parah, dahak tidak dapat

dikeluarkan, sesak (+), ngik-ngik (+), sesak tidak berkurang dengan perubahan

posisi dan cuaca (+), dan tidak bertambah saat bermain, biru-biru disekitar mulut

(-), demam (+) tidak tinggi terus menerus, bintik-bintik merah seperti digigit

nyamuk (-), gusi berdarah (-), mimisan (-), keluar cairan dari telinga (-), nyeri

tekan belakang telinga (-), nyeri telan (-), anak rewel (+), muntah 1x/hari 2-3

sendok makan berisi dahak kental warna putih dan susu, nafsu makan dan minum

susu anak terganggu, buang air besar dan buang air kecil tidak ada kelainan,

kemudian dibawa ke puskesmas Ngesrep diberi obat kotrimoksazol dan surat

pengantar ke RSDK, karena batuk yang terus bertambah dan disertai sesak, anak

kemudian dibawa ke RSDK.

b. Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat alergi telur (+)

Riwayat tersedak sebelumnya disangkal

Riwayat sesak sebelumnya dan nafas berbunyi (mengi) disangkal.

Riwayat bepergian ke daerah endemis malaria (-)

Tidak pernah sakit batuk lama, tidak ada riwayat sering berkeringat malam

hari, tidak ada keluhan berat badan turun atau sulit naik.

Riwayat ruam /alergi susu saat bayi disangkal.

Riwayat batuk/bersin saat pagi hari/subuh (-)

c. Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini atau batuk-batuk lama.

Ayah pasien alergi telur (+), ayah perokok aktif (+).

Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini.

Riwayat asma pada anggota keluarga disangkal.

Lingkungan : memelihara binatang (+), karpet (-).

7

Page 9: preskas undip

d. Riwayat sosial ekonomi :

Ayah bekerja sebagai pegawai swasta. Ibu tidak bekerja. Menanggung 1 orang.

Penghasilan per bulan Rp 1.000.000. Biaya pengobatan ditanggung jamkesmas.

NO Kriteria BPS Untuk Menentukan Rumah Tangga Miskin Ya Tidak1 Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 perorang √2 Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah, bambu, kayu murahan √3 Jenis dingding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas

rendah/tembok tanpa diplester√

4 Tidak memilki fasilitas buang air besar/bersama dengan rumah tangga lain

5 Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik √6 Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak

terlindung/sungai/air hujan√

7 Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah

8 Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam/satu kali dalam seminggu √9 Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun √10 Hanya sanggup makan hanya satu/dua kali dalam sehari √11 Tidak sanggup membayar pengobatan dipuskesmas/poliklinik √12 Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas

lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan atau pekerjaan lainya dengan pendapatan dibawah Rp 600.000 perbulan

13 Pendidikan tertinggi kepala keluarga : tidak bersekolah/tidak tamat SD/hanya SD

14 Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp 500,0000, seperti sepeda motor kredit/nonkredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainya.

Kesan : sosial ekonomi kurang.

e. Riwayat pemeliharaan antenatal :

Periksa kehamilan di bidan sebanyak 6 kali, penyakit kehamilan disangkal, obat-

obatan yang diminum berupa vitamin, tablet tambah darah, dan mendapat

imunisasi TT 2 kali.

f. Riwayat persalinan.

No Kehamilan dan Persalinan Tgl lahir

Laki-laki lahir dari seorang ibu G1P0A0 20 tahun, umur kehamilan 9 bulan, lahir spontan, langsung menangis, biru-biru (-), ditolong bidan, berat lahir 3500 gram. Panjang badan lahir 49 cm

01/05/2010

8

Page 10: preskas undip

g. Riwayat pemeliharaan post natal :

Pemeliharaan postnatal di posyandu, keadaan anak sehat.

h. Riwayat keluarga berencana :

Ibu mengikuti program KB suntik 3 bulan. Sikap terhadap KB yakin dan percaya.

i. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita

Morbili belum pernah Diare (+)Pertusis belum pernah Kejang belum pernahVarisela belum pernah Kecacingan belum pernahDifteri belum pernah Disentri basiler belum pernahMalaria belum pernah Disentri amuba belum pernahTetanus belum pernah Demam tifoid belum pernahOperasi belum pernah Fraktur belum pernahPneumonia belum pernah Tuberkulosis belum pernahBronkitis belum pernah Alergi obat/makanan belum pernahTBC belum pernah Hepatitis belum pernahBatuk (+) Pilek (+)

j. Riwayat imunisasi :

BCG : 1 kali, umur 1 bulan, skar positif.

Polio : 4 kali, umur 0,2,4,6 bulan.

Hepatitis : 3 kali, umur 2,4,6 bulan.

Dipteri : 3 kali, umur 2,4,6 bulan

Pertusis : 3 kali, umur 2,4,6 bulan

Tetanus : 3 kali, umur 2,4,6 bulan

Campak : 1 kali, umur 9 bulan

Kesan : vaksinasi dasar lengkap.

k. Riwayat makan dan minum :

Umur 0 – 1 bulan : Anak mendapat Asi sesuai kemauan bayi (dihentikan

karena asi tidak keluar dan puting susu yang datar)

Umur 0 – 6 bulan : Anak diberi SGM 1 10-12x/hari @ 90 cc (3 sendok

takar habis) sesuai keinginan anak

9

Page 11: preskas undip

Umur 6 bulan- sekarang : Anak diberi susu SGM II 8-10x sehari @ 120 cc -

habis dan bubur susu 3 x sehari @ ½ mangkuk kecil -

habis.

Umur 6 - 8 bulan : Anak diberi bubur susu ½ bungkus 3x/hari habis.

Umur 8- sekarang : Anak diberikan nasi tim 3x/hari ½ mangkuk kecil +

ati/ayam/tahu/tempe + sayur

Buah : pisang, jeruk, pepaya (mulai diberikan umur 4 bulan

2x @2-3 sedok teh habis)

Kesan : kualitas dan kuantitas cukup, ASI tidak eksklusif, dan penyapihan dini.

l. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak :

Pertumbuhan :

Berat badan lahir 3500 gram, panjang badan lahir 49 cm, lingkar kepala

waktu lahir tidak tahu.

Berat badan bulan lalu 8 kg. Berat badan sekarang 8,3 kg, panjang badan

sekarang 71 cm, lingkar kepala 52 cm (mesosefal).

10

Page 12: preskas undip

Kesan : Gizi baik, perawakan normal, arah pertumbuhan sesuai garis pertumbuhan

Perkembangan :

NO KPSP Pada Anak Umur 12 Bulan Ya Tidak1 Jika anda bersembunyi di belakang sesuatu/dipojok, kemudian muncul

dan menghilang secara berulang-ulang dihadapan anak,apakah ia mencari anda atau mengharapakan anda mucul kembal?

2 Letakan pensil di telapak tangan bayi. Coba ambil pensil tersebut dengan perlahan-lahan. Sulitkah anda mendapatkan pensil itu kembali?

3 Apakah anak dapat berdiri selama 30 detik atau lebih dengan berpegangan pada kursi/meja?

4 Apakah anak dapat mengatakan 2 suku kata yang sama, misalnya:”ma-ma”. “da-da”, “pa-pa’. jawab YA bila ia mengeluarkan salah satu suara tadi.

5 Apakah anak dapat mengangkat badanya ke posisi berdiri tanpa bantuan anda?

11

Page 13: preskas undip

6 Apakah anak dapat membedakan anda dengan orang yang belum ia kenal? Ia akan menunjukan sikap malu-malu atau ragu-ragu pada saat permulaan bertemu dengan orang yang belum dikenalnya?

7 Apakah anak daoat mengambil benda kecil seperti kacang atau kismis, dengan meremas di antara ibu jari dan jarinya?

8 Apakah anak dapat duduk sendiri tanpa bantuan? √9 Sebutkan 2-3 kata yang dapat ditiru oleh anak (tidak perlu kata-kata yang

lengakap).Apakah ia mencoba meniru menyebutkan kata-kata tadi?√

10 Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan dua kubus yang ia pegang?

Kesan : perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembanganya

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada tanggal 19 April 2011 , pukul 14.30 WIB di ruang HND C1L1

Seorang anak laki-laki, umur 11 bulan, berat badan 8,3 kg, panjang badan 71 cm.

Kesan umum : sadar, tampak sesak , tidak sianosis , ada napas spontan , adekuat.

Tanda vital : Nadi : 124 x/menit, isi dan tegangan cukup.

RR : 55 x/menit

Suhu : 37C

Kepala : mesosefal, lingkar kepala 45 cm.

ubun-ubun besar datar dan belum menutup.

Rambut :hitam, tidak mudah dicabut.

Mata : konjungtiva palpebra anemis (-), sklera tidak ikterik, pupil isokor

diameter 2 mm/2 mm, reflek cahaya (+) N / (+) N. reflek kornea

+N/+N, reflek bulu mata +N/+N.

Hidung : nafas cuping hidung (-), tidak ada sekret.

Telinga : tidak ada sekret .

Mulut : bibir tidak sianosis, selaput lendir tidak kering, lidah tidak kotor,

gusi tidak berdarah, gigi incicvus sudah tumbuh.

Tenggorok : T1-1, faring tidak hiperemis.

Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

Kulit : tidak ikterus

Dada : simetris, ada retraksi epigastrial.

Paru depan : I : simetris, statis, dinamis.

12

Page 14: preskas undip

Vesikuler, ST (+)

Vesikuler, ST (+)

Vesikuler ST (+)

Pa : stem fremitus kanan = kiri

Pe : sonor seluruh lapangan paru

A : suara dasar vesikuler normal

suara tambahan : ronkhi basah (-)/(-)

wheezing (+)/(+)

hantaran (+)/(+)

eksperium memanjang (+)/(+)

Paru belakang: I : simetris, statis, dinamis.

Pa : stem fremitus kanan = kiri

Pe : sonor seluruh lapangan paru

A : suara dasar vesikuler normal

suara tambahan : ronkhi basah (-)/(-)

wheezing (+)/(+)

hantaran (+)/(+)

Eksperium memanjang (+)/(+)

paru depan paru belakang

Jantung : I : sulit dinilai

Pa : sulit dinilai

Pe : sulit dinilai

A : suara jantung I-II normal, tidak ada bising, tidak ada gallop,

irama reguler, frekuensi jantung 120 x / menit, M1>M2,

A1<A2, P1<P2.

Abdomen : I : datar, tidak ada venektasi.

Pa : datar, lemas, tidak nyeri tekan.

Hepar : tidak teraba

Lien : tidak teraba

13

Page 15: preskas undip

Pe : timpani, pekak sisi (+) normal, tidak ada pekak alih.

A : bising usus (+) normal.

Alat kelamin : laki-laki, testis (+) 2 buah, epispadi (-), hipospadia (-), fimosis (-),

hiperemis (-)

Ekstremitas : superior inferior

Sianosis (-)/(-) (-)/(-)

Oedem (-)/(-) (-)/(-)

Akral dingin (-)/(-) (-)/(-)

Cap. refill <2’’ <2’’

Reflek fisiologis (+)N/(+)N (+)N/(+)N

Reflek patologis (-)/(-)

Clonus (-)/(-)

Kekuatan 555 555

Tonus (+)N/(+)N (+)N/(+)N

Kelainan lain :

Tidak ada

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah (tanggal 19 April 2011)

Hemoglobin : 12,4 gram /dl

Hematokrit : 36,6 %

Eritrosit : 4,87 juta/mm3

Lekosit : 14 ribu/mm3

Trombosit : 549 ribu/mm3

MCV : 75,2 femtoliter

MCH : 25,4 pikogram

MCHC : 33,8 gr/dl

Kesan : Trombositosis

Preparat darah hapus (tanggal 20 April 2011) :

Eosinofil : 3 %

Basofil : 0 %

14

Page 16: preskas undip

Batang : 0 %

Segmen : 28 %

Limfosit : 65 %

Monosit : 3 %

AMC 1%

Sistem eritropoetik : anisositosis ringan (+), Mikrosit (+), poikilositosis

ringan (+), tear drop sell (+), pear shape sell (+),

ovalosit (+), sferosit (+).

Sistem granulopoetik : jumlah tampak normal, limfosit teraktivasi (+).

Sistem trombopoetik : jumlah meningkat, bentuk normal.

Kesan : Gambaran infeksi virus.

d. X-foto thorak : (tanggal 19 April 2011)

Cor : CTR 47%, retrocard dan retrosternal space tidak menyempit.

Pulmo : Corakan vaskular meningkat

Tampak bercak pada perihiler dan parakardial kanan

Hilus kanan kiri tampak menebal

Hemidiafragma kanan setinggi kosta 9 posterior

Sinus kostofrenikus kanan dan kiri lancip

Kesan :

Cor dalam batas normal

Gambaran bronkopneumonia dengan penebalan hilus kanan kiri,

proses spesifik belum dapat disingkirkan

e. Pemeriksaan lain

Scoring TB :

Kontak TB 0

Uji tuberkulin 0

Gizi 0

Demam 0

Batuk 0

Pemb.nnll 0

Pemb. Sendi 0

15

Page 17: preskas undip

Foto thoraks 1

Total 1

C. DIAGNOSIS

Diagnosis Banding

1. Assesment : IRA

DD/ Atas

Bawah

DD/ Bronkopneumonia

Bronkiolitis

2. Gizi baik.

Diagnosis Sementara

1. Bronkiolitis

2. Gizi baik

D. DAFTAR MASALAH

No. Masalah Aktif Tgl No. Masalah Pasif Tgl

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Batuk8

Pilek8

Demam tidak tinggi8

Sesak nafas8

Wheezing8

Retraksi dada8

Trombositosis8

Bronkiolitis

Gizi baik

19/04/11

19/04/11

19/04/11

19/04/11

19/04/11

19/04/11

19/04/11

19/04/11

19/04/11

1. Sosial ekonomi

kurang

19/04/11

E. PENATALAKSANAAN

1. Ass : Bronkiolitis

Dx : S : Sesak napas, panas nglemeng, ngik-ngik, tarikan dinding dada

O : darah rutin, preparat darah hapus, diff count, gambaran darah

tepi

16

Page 18: preskas undip

Rx : - O2 masker 5 liter/menit

- Infus 2A1/2 N 480/20/5 tetes mikro/menit

Kebutuhan 24 jamCairan

830 cc

Kalori

990 kkal

Protein

19,8 g

2A ½ N 480 cc 81,6 -

3x lunak

5x 120 cc susu

300 cc

600 cc

1100

393

39

11,4

JUMLAH

% AKG

1380 cc

(166%)

1584 kkal

(160%)

50,4 g

(230%)

- Peroral : - Parasetamol 100 mg bila t ≥38 °C

- Ambroxsol 3 x 4 mg

- Nebulizer : pulmicort ½ respul

Nacl 0,9% 4 cc

(pkl 04.00, 08.00, 16.00 22.00)

Mx : Pengawasan keadaan umum, tanda vital, distress respirasi, dan

pengawasan jalan napas ( isap lendir jika perlu)

Ex : a. Penjelasan kepada keluaraga tentang penyakit, prosedur pengobatan

serta prognosis penderita

b. Edukasi mengenai perlunya menjaga kebersihan lingkungan rumah

dan badan penderita

c. Edukasi tentang penghindaran dari asap rokok serta kurang nya

ventilasi udara dirumah

17

Page 19: preskas undip

F. CATATAN KEMAJUAN

Tanggal Pemeriksaan Fisik Laboratorim, Konsul Assesment Terapi, Program19-4-2011 Keluhan

Keadaan umum

Pemeriksaan Fisik TV : nadi RR Suhu

Kepala

Mata

HidungMulut

TenggorokLeherThorak

JantungPulmo

Abdomen

HeparLienEkstremitas

Sesak napas (+),batuk (+)sadar,kurang aktif, sianosis(-),napas spontan(+) , adekuat

124x/menit, i/t cukup55 x/menit37C

Mesosefal, LK:45 cm, UUB datar, belum menutupKonjungtiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-), Nafas cuping (-), sekret (+)Bibir sianosis (-), selaput lendir kering (-), lidah kotor (-)T1-1, faring hiperemis (-)Simetris, pembesaran limfonodi (-).Simetris, statis, dinamis, retraksi epigastrial (+).BJ I-II normal, bising (-), gallop(-)SD vesikuler, ronkhi basah halus (-/-), wheezing (+/+), suara hantaran (+/+), eksperium memanjang (+)/(+)Datar, lemas, venektasi (-), bising usus (+) normal. tak teraba. tak teraba. Sup Inf

Sianosis -/- -/-Akral dingin -/- -/-

Capillary refil < 2 II < 2 II

Laboratorium Darah :Hb : 12,4 g / dl Ht : 36,6 % Eritrosit : 4.870.000/ mm3 Lekosit : 14.000 / mm³ Trombosit : 549.000 /mm³MCV : 75,2 femtoliterMCH : 25,4 picogramMCHC : 33,8 gr/dl

Pemeriksaan darah hapus :-Sistem eritropoetik : anisositosis

ringan (+), poikilositosis ringan(+), tear drop sell (+), pear shape sell (+), ovalosit (+), sferosit (+).

-Sistem granulopoetik : jumlah tampak normal, limfosit teraktivasi (+)

-Sistem trombopoetik : jumlah meningkatl, bentuk normal.

Pemeriksaan x-photo thorak :-Cor : CTR < 47%, retrocard dan retrosternal

space tidak menyempit.-Pulmo : - Corakan vaskular meningkat

- Tampak bercak pada perihiler dan parakardial kanan

- Hilus kanan kiri tampak menebal- Hemidiafragma kanan setinggi

kosta 9 posterior- Sinus kostofrenikus kanan dan

kiri lancip

O2 masker 5 liter/menitInfus 2A1/2 N 480/20/5 tetes mikro/ menit

Peroral : - Paracetamol 4-6 x100 mg jika t ≥38.50C - Ambroxsol 3 x 4 mg Nebulizer : pulmicort ½ respul Nacl 0,9% 4 cc

( pkl 04.00, 08.00, 16.00 22.00)

Diet : 3 x Diet lunak 5 x 120 cc SGM II

Program :- Pengawasan keadaan umum, tanda

vital. - Pengawasan jalan napas- Pengawasan distress respirasi.- Isap lendir teratur jika perlu

Scoring TB :Kontak TB 0Uji tuberkulin 0Gizi 0Demam 0Batuk 0Pemb.nnll 0Pemb. Sendi 0Foto thoraks 1 Total 1

Page 20: preskas undip

Tanggal Pemeriksaan Fisik Laboratorim, Konsul Assesment Terapi, ProgramRefleks Reflek Fisiologi s + / + + /+

ReflekPatologis -/- Clonus -/-Kekuatan 555 555Tonus +N/+N +N/+N

Kesan : Cor : tidak membesar. Pulmo : Gambaran

bronkopneumonia dengan penebalan hilus kanan kiri, proses spesifik belum dapat disingkirkan

Assesment : Bronkiolitis

Gizi baik20-4-2011 Keluhan:

Keadaan umum

Pemeriksaan Fisik

TV: Nadi RR Suhu

Kepala

Mata

HidungMulut

TenggorokLeher

Thorak

JantungPulmo

Abdomen

Hepar

Sesak napas (+) menurun, batuk(-)sadar, aktif, napas spontan, adekuat(+), sianosis (-).

120/menit, i/t cukup35x/menit36,5ºC

Mesosefal, LK:45 cm, UUB datar, belum menutupKonjungtiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-), Nafas cuping (-), sekret (-)Bibir sianosis (-), selaput lendir kering (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-)T1-1 ,faring hiperemis (-) Simetris, pembesaran limfonodi (-). Simetris,statis, dinamis, retraksi epigastrial (+).BJ I-II normal, bising (-), gallop(-)SD vesikuler, ronkhi basah halus (-/-), wheezing (-/-), suara hantaran (+/+)

Datar, lemas, venektasi (-), bising usus (+) normal.Tak teraba.

Assesment : Bronkiolitis Gizi baik

O2 nasal 2 liter/menit jika perluInfus 2A1/2 N 480/20/5 tetes mikro/ menit

Peroral : - Paracetamol 4-6 x100 mg jika t ≥38.50C - Ambroxsol 3 x 4 mg Diet : 3 xDiet lunak 5 x 120 cc SGM IINebulizer : pulmicort ½ respul Nacl 0,9% 4 cc ( pkl 04.00, 08.00, 16.00 22.00

Program :- Pengawasan keadaan umum, tanda

vital. - Pengawasan jalan napas- Pengawasan distress respirasi.- Isap lendir teratur jika perlu- Preparat darah hapus, diff.count,

gambaran darah tepi

- Naik C1L2

Page 21: preskas undip

Tanggal Pemeriksaan Fisik Laboratorim, Konsul Assesment Terapi, ProgramLienEkstrmitas

Tak teraba. Sup Inf Sianosis - / - - / -Akral dingin - / - - / -Capillary refil < 2 II < 2 II Reflek fisiologis + / + + / + Reflek patologis - / - - / - Clonus -/-Kekuatan 555 555Tonus +N/+N +N/+N

21-4-2011 Keluhan: Keadaan umum

Pemeriksaan Fisik

TV: Nadi RR Suhu

Kepala

Mata

HidungMulut

TenggorokLeherThorak

Jantung Pulmo

Abdomen

Batuk (-), sesak (-)sadar, aktif, napas spontan, adekuat(+), sianosis (-).

110/menit, i/t cukup30x/menit36,8ºC

Mesosefal, LK:45 cm, UUB datar, belum menutupKonjungtiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-), Nafas cuping (-), sekret (-)Bibir sianosis (-), selaput lendir kering (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-)T1-1 ,faring hiperemis (-) Simetris, pembesaran limfonodi (-).Simetris, statis, dinamis, retraksi suprasternal (-), intercostal (-),epigastrial (-).BJ I-II normal, bising (-), gallop(-)SD vesikuler, ronkhi basah halus (-/-), wheezing (-/-), suara hantaran (-/-)datar, lemas, venektasi (-),

Assesment : Bronkiolitis Gizi baik

O2 nasal 2 liter/menit jika perlustopInfus 2A1/2 N 480/20/5 tetes mikro/ menit

stop Peroral : - Paracetamol 4-6 x 100 mg jika t ≥38,50

Diet : 3 x Diet lunak 5 x 120 cc SGM II

Program :- Pengawasan keadaan umum, tanda

vital. - Pengawasan jalan napas- Pengawasan distress respirasi.- Rencana pulang

Page 22: preskas undip

Tanggal Pemeriksaan Fisik Laboratorim, Konsul Assesment Terapi, Program

HeparLienEkstremitas

bising usus (+) normal. tak teraba. tak teraba Sup Inf Sianosis -/- -/-Akral dingin -/- -/-Capillary refil < 2 II < 2 II Reflekfisiologis + / + + /+ Reflekpatologis -/- -/- Clonus -/-Kekuatan 555 555Tonus +N/+N +N/+N

Page 23: preskas undip

BAB III

PEMBAHASAN

A. DIAGNOSIS

1. BRONKIOLITIS

Defenisi

Bronkiolitis diartikan sebagai penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada

saluran nafas kecil (bronkioli) yang sering terjadi pada anak di bawah 2 tahun dengan

insiden tertinggi umur 2-8 bulan.1-4

Etiologi

Respiratory Syncytial Virus merupakan agen penyebab pada 50 – 90 %

kasus, sisanya oleh virus para influenza, mikoplasma, adenovirus dan virus lainnya.

Infeksi primer oleh bakteri penyebab belum dilaporkan.1,-4,7

Patofisiologi

Secara harfiah pernafasan berarti pergerakan oksigen dari atmosfir menuju

ke sel-sel dan keluarnya karbondioksida dari sel-sel ke udara bebas. Jika hal ini

diuraikan lagi akan terbagi menjadi pernafasan eksternal (difusi oksigen dan

kabondioksida melalui mambran kapiler alveoli) dan pernafasan internal (rekasi-

reaksi kimia intraseluler dimana oksigen dipakai dan karbondioksida dihasilkan

sewaktu sel memetabolismekan karbohidrat dan substansi lain untuk membangkitkan

ATP dan pelepasan energi).8

Setelah melewati hidung dan faring, udara didistribusikan kedalam paru

melalui trakea, bronkus dan bronkioli. Satu masalah yang paling penting pada semua

jalan pernafasan adalah memelihara agar tetap terbuka, sehingga aliran udara keluar

masuk alveoli berjalan lancar. Cincin kartilago pada trakea dan bronkus berfungsi

untuk mempertahankan rigiditas dan menjaga terjadinya kolap. Adapun bronkiolus

dindingnya hanya terbentuk oleh otot polos dan diameternya sangat kecil yaitu 1 –

1,5 mm, sehingga mudah terjadi obstruksi baik oleh proses inflamasi maupun spasme

otot itu sendiri.8

Patofisiologi bronkiolitis berawal dari invasi virus pada percabangan

bronkus kecil, menyebabkan nekrosis epitel yang kemudian berproliferasi

Page 24: preskas undip

Infeksi virus dari saluran pernafasan bagian bawah

UdemKerusakan epitelHipersekresi

Obstruksi saluran nafas kecil

Atelektasisdan hiperinflasi

Penurunan kompliansi paru

Peningkatan kerja pernafasan

Kelelahan otot pernafasan Hipoksemi

Hiperkarbi

Apneu AsidosisSyok

Henti nafas dan jantung

23

membentuk sel yang kuboid atau gepeng tanpa silia. Rusaknya sel epitel bersilia

menyebabkan gangguan mekanisme pertahanan lokal. Jaringan peribronkial

mengalami infiltrasi lekosit, sel plasma dan makrofag, dan sebagian limfosit

bermigrasi diantara sel epitel sehingga timbul udem, akumulasi mukus dan debris

seluler hingga terjadi obstruksi lumen bronkiolus.9

Resistensi aliran udara meningkat pada fase inspirasi maupun fase ekspirasi.

Tetapi karena radius saluran napas kecil selama fase ekspirasi, maka terdapat

mekanisme klep hingga udara akan terperangkap dan menimbulkan hiperinflasi dada.

Atelektasis dapat terjadi bila obstruksi total dan udara diserap. Proses patologik ini

mengganggu pertukaran udara di paru, menyebabkan ventilasi berkurang dan

hipoksemia. Sebagai kompensasi frekuensi napas akan meningkat. Umumnya

hiperkapnia tidak terjadi kecuali pada penyakit yang sangat berat. Penyembuhan

terjadi secara bertahap. Regenerasi lapisan basal mulai hari ke 3 – 4 dan regenerasi

silia terjadi setelah 15 hari.9

Skema 1. Patofisiologi Bronkiolitis

Dasar Diagnosis

Page 25: preskas undip

24

a.Anamnesis

Pada bayi dengan bronkiolitis biasanya mempunyai riwayat terpajan pada anak

yang lebih tua atau orang dewasa yang mempunyai penyakit pernafasan ringan

pada minggu sebelum mulainya penyakit. Bayi mula-mula menderita penyakit

infeksi ringan pada saluran pernafasan disertai batuk pilek untuk beberapa hari,

biasanya tanpa kenaikan suhu atau hanya subfebril. Anak mulai mengalami sesak

napas, makin lama makin hebat, pernapasan dangkal dan cepat dan disertai

dengan serangan batuk. Pada kasus ringan gejala menghilang dalam 1 – 3 hari.

Pada penyakit yang lebih berat gejala-gejala dapat berkembang dalam beberapa

jam dan perjalanan penyakit menjadi berlarut-larut.1-4

b.Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik, anak nampak gelisah, sesak napas, napas cepat dan

dalam (60-80x/menit), napas cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut,

retraksi otot pernapasan akibat penggunaan otot-otot asesoris pernafasan karena

paru terus-menerus terdistensi oleh udara yang terperangkap. Overinflasi paru

dapat mengakibatkan hati dan limpa teraba di bawah tepi kosta. Pada perkusi

terdengar suara hipersonor. Ronki basah halus dapat terdengar pada akhir inspirasi

dan awal ekspirasi. Fase ekspirasi pernafasan diperpanjang dan mengi/wheezing

dapat terdengar. Pada sebagian besar kasus berat, suara pernafasan hampir tidak

dapat didengar bila obstruksi bronkiolus hampir total.1-5

c.Pemeriksaan X-foto thorax

Pemeriksaan X-foto thorax mungkin masih normal atau menunjukkan

adanya hiperinflasi paru (hiperaerasi) dengan diafragma datar dan kenaikan

diameter anteroposterior pada foto lateral. Nampak penebalan peribronkial pada

50 % kasus, area konsolidasi pada 25 % kasus, dan area kolaps segmen atau lobar

pada 10 %, atau ditemukan bercak-bercak pemadatan akibat atelektasis sekunder

tehadap obstruksi atau inflamasi alveolus. Pneumonia bakteri secara dini tidak

dapat disingkirkan dengan hanya pemeriksaan radiologik saja.1-6

d.Pemeriksaan Penunjang Lainnya

Page 26: preskas undip

25

Lekosit dan hitung jenis biasanya dalam batas normal. Limfopenia yang sering

ditemukan pada penyakit virus lain jarang ditemukan pada bronkiolitis. Uji faal

paru menunjukan peningkatan Functional Residual Capacity, bertambahnya

tahanan paru dan turunnya compliance. Setelah 4 – 5 hari fungsi paru membaik

dan setelah 10 hari tahanan paru dan compliance kembali normal. Analisis gas

darah menunjukan PaO2 rendah sedangkan PaCO2 normal atau meningkat. Derajat

peningkatan PaCO2 tidak berhubungan dengan beratnya penyakit. Biakan

nasofaring menunjukkan flora bakteri yang normal. Virus dapat diperagakan pada

sekresi nasofaring dengan deteksi antigen (misalnya ELISA) atau dengan

biakan.1-6

Pada penderita ini data-data yang mendukung diagnosis bronkiolitis adalah

riwayat batuk yang makin lama makin berat, ada panas subfibril, sesak, tetapi

tidak tampak sianosis dan ada riwayat mengi.

Pemeriksaan fisik didapatkan dispenu dengan frekuensi pernafasan 55x

/menit, suhu 37 oC, terdapat retraksi epigastrial. Pada auskultasi paru terdapat

wheezing, hantaran, eksperium memanjang. Pada pemeriksaan laboratorium

terdapat trombositosis, lekosit dan hitung jenis terdapat kesan limfosit teraktivasi

dan gambaran infeksi virus.

Adapun hasil pemeriksaan X-foto thorax memberikan gambaran corakan

bronkovaskuler yang meningkat, dan tampak bercak perihiller dan parakordial

kanan. Hal ini kurang sesuai untuk bronkiolitis yang ditandai dengan hiperaerasi

paru dan peningkatan diameter anteroposterior pada foto lateral serta diafragma

lebih rendah.3,4

Diagnosis banding yang paling lazim dari bronkiolitis adalah asma bronkiale

dan bronkopneumoni yang disertai dengan overinflasi paru. Wujud lain yang

dapat dirancukan dengan bronkiolitis adalah gagal jantung kongestif, pertusis,

kistik fibrosis, benda asing di trakea dan keracunan organofosfat.3

Diagnosis banding asma bronkiale dapat disingkirkan atas dasar bahwa pada

penderita ini tidak dijumpai keadaan yang mendukung asma berupa : riwayat

atopy pada keluarga , serangan/episode sesak yang berulang-ulang, mulainya

mendadak tanpa infeksi yang mendahului, ekspirasi yang sangat memanjang.

Page 27: preskas undip

26

Asma juga jarang terjadi pada umur kurang dari satu tahun dan memberikan

respon yang baik terhadap suntikan adrenalin atau albuterol aerosol.3,4

Sedangkan diagnosis banding bronkopneumoni memang cukup sulit, apalagi

didukung dengan gambaran X-foto thorax, namun keadaan klinis dan laboratoris

tidak mendukung ke arah bronkopneumoni, yaitu pada bonkopneumoni panasnya

tinggi, dari auskultasi paru didapatkan ronki basah halus nyaring, jarang atau tidak

dijumpai wheezing maupun eksperium memanjang. Derajat sesaknya juga sesuai

dengan temuan klinis (banyaknya infiltrat paru), sedangkan penderita ini terjadi

sesak tanpa sianosis. Bronkopneumoni tidak berespon terhadap pemberian

kortikosteroid.3

Pemeriksaan penunjang lain pada penderita ini belum diperlukan. Analisa gas

darah (BGA) tidak dilakukan dengan alasan sudah terjadi perbaikan klinis

setelah pemberian nebulizer . Deteksi agen penyebab dengan serologi masih

jarang dilakukan. Demikian pula screening tuberkulosis dengan PPD 5 TU atau

BCG tes tidak dilakukan karena anamnesis maupun pemeriksaan fisik tidak

mendukung.

2. GIZI BAIK

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai interaksi antara masukan makanan

dan kemampuan tubuh untuk menggunakannya. Status gizi dipengaruhi oleh

faktor eksternal berupa diet, obat-obatan, lingkungan, penyakit dan faktor

internal termasuk genetik, riwayat kehamilan, etnik dan lain-lain.12

Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan : 12

a. Anamnesis untuk menilai masukan diet.

b. Klinis dengan menilai ada tidaknya tanda-tanda kurang gizi.

c. Penilaian antropometri atau Z score yang disesuaikan dengan standar

tertentu (WHO/NCHS)

d. Pemeriksaan laboratorium dengan melihat kadar hemoglobin, protein,

dan kolesterol.

Page 28: preskas undip

27

Menurut Z score, penderita ini termasuk gizi baik karena diadapatkan score

WAZ = -1,6 SD, WHZ = -0,5SD, HAZ = 1,4 (masih didalam rentang -2<x<2).

B. PENGELOLAAN

Guna mencapai hasil pengobatan yang optimal, maka pengelolaan terhadap

penderita haruslah bersifat menyeluruh, meliputi aspek keperawatan,

medikamentosa, dietetik, dan edukatif. Pembahasan di bawah ini dimaksudkan

untuk pengelolaan bronkiolits. Adapun trombositosis tidak dilakukan

pengelolaan khusus karena diperkirakan hal ini akibat dari infeksi akut

bronkiolitis sehingga penanganannya dengan mengobati penyebabnya. Terapi

bronkiolitis dapat bersifat simtomatis/suportif maupun kausatif. Namun pada

umumnya, terapinya bersifat suportif.

1. Aspek Keperawatan.

Indikasi rawat inap pada penderita ini adalah didapatkannya tanda-tanda

distres respirasi. Pada bronkiolitis terjadi obstruksi jalan nafas kecil yang salah

satunya disebabkan akumulasi mukus yang berlebihan, sehingga perlu dilakukan

intervensi sebagai berikut : 13,14,15

- Mengatur posisi kepala dan dada sedikit terangkat 10 – 30 derajat sehingga

leher agak terekstensi

- Membersihkan jalan nafas dengan suction (penghisap lendir) secara teratur.

- Pemberian oksigen.

- Monitoring keadaan umum, tanda vital dan komplikasi yang mungkin terjadi

perlu dilakukan secara intensif. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan

proses infeksi dapat diatasi dengan :

o Memberikan kompres dingin pada dahi dan atau ketiak, apabila suhu

> 38 0 Celcius perlu diberi antipiretik.

o Memberikan pakaian yang mudah menyerap keringat.

Page 29: preskas undip

28

2. Aspek Medikamentosa

a. Suportif / Simtomatis : 1,3,4,13,15

Oksigen yang dilembabkan, kecepatan aliran 1 – 2 liter/menit atau

konsentrasi 28 % , bertujuan untuk mengatasi hipoksemia, mengurangi

kehilangan air insensibel akibat takipnu, mengurangi dispnu, menghilangkan

kecemasan dan kegelisahan. Jika keadaannya lebih berat, oksigen sebaiknya

diberikan dengan konsentrasi 40 % menggunakan head box yang dipantau

dengan pulse oximetri, dan kemudian konsentrasi oksigen diturunkan sesuai

perbaikan saturasinya. Penderita ini tidak terdapat sesak nafas yang hebat,

tidak sampai sianosis, sehingga diberikan oksigen 28% dengan masker atau

nasal canul.

Menjamin hidrasi yang adekuat melalui cairan parenteral maupun enteral

untuk mengimbangi pengaruh dehidrasi akibat takipnu. Penderita ini selama

sakit makan dan minumnya berkurang, sehingga diberi cairan parenteral

berupa infus 2A ½ N 480/20/5 tetes mikro/menit.

Pemberian kortikosteroid sampai saat ini masih kontroversial. Umumnya

diberikan pada kasus yang gawat / kritis.Titik tangkap kortikosteroid adalah

sebagai anti inflamasi sehingga dapat meringankan obstruksi pada bronkioli.

Obat yang dipilih adalah deksametason inisial 0,5 mg/KgBB, dilanjutkan 0,5

mg/KgBB/hari dibagi 3 – 4 dosis, atau hidrokortison 5 – 10 mg/KgBB/hari

tiap 6 – 8 jam sampai klinis membaik.

Penderita ini datang dengan distres respirasi, maka diberikan kortikosteroid

nebulizer pulmicort ½ respul.

Antipiretik diberikan bila suhu ≥ 38 0 Celcius

Obat mukolitik dipertimbangkan pemberiannya dalam kaitannya dengan

adanya hipersekresi mukus. Penderita ini diberi ambroksol 3 x 4 mg.

Ambroksol adalah suatu benzylamin derivat vasicine, berguna dalam

meningkatkan sekresi mukus dan mengurangi viskositas/kekentalannya serta

memperbaiki transport mukosilier.

b. Kausatif : 3,4,14,15

Page 30: preskas undip

29

Obat anti virus Ribavirin (virazol), suatu nukleotida sintetis, telah digunakan

di luar negeri sebagai terapi spesifik. Pemberiannya secara inhalasi terus-

menerus 12 – 20 jam/hari selama 3 – 5 hari, cukup efektif mengurangi gejala

bronkiolitis jika diberikan sedini mungkin (pada awal perjalanan infeksi).

Namun dalam suatu penelitian melaporkan bahwa pemberian ribavirin tidak

begitu menurunkan lama rawat inap di rumah sakit dan angka mortalitas.

Pengaruh jangka lama masih belum diketahui. Karenanya, penggunaannya

hanya terindikasi pada bayi yang amat sakit atau pada bayi berisiko tinggi,

seperti bayi dengan penyakit jantung kongenital sianotik, displasia

bronkopulmoner berat, atau immunodefisiensi berat. Penderita ini tidak

diberikan.

Antibiotika sebenarnya tidak mempunyai nilai terapeutis, tetapi karena sulit

dibedakan dengan pneumonia bakteri, antibiotika tetap diberikan secara

empris, terutama pada keadaan umum yang kurang membaik dan kecurigaan

adanya infeksi sekunder. Biasanya diberikan ampisilin 100 mg/kgBB/24 jam,

dalam 4 dosis atau eritromisin 50 mg/kgBB/24 jan dalam 4 dosis. Pada

penderita ini tidak diberikan.

3. Aspek Dietetik.

Status gizi penderita ini baik. Pemberian diet disesuaikan dengan kebutuhan

gizinya. Berat badan penderita 8300 gram, suhu 370 Celcius.

Kebutuhan cairan selama 24 jam sebesar 100 cc x 8,3 kg = 830 cc. Kebutuhan

kalori sebesar 990 kkal, sedangkan proteinnya 19,3 gram. Kebutuhan ini dicukupi

dengan pemberian infus 2A ½ N, diet lunak, dan susu SGM II.

Tabel 4. Kecukupan gizi penderita hari ke-1

Kebutuhan 24 jam Cairan Kalori Protein

830 cc 990 kkal 19,8 gram

Infus 2A ½ N 480cc 81,6 kkal -

5x120cc SGM II 600 cc 393 kkal 11,4gr

Diet lunak 300 cc 1100 kkal 39 gr

Jumlah 1380 1584,6 50,4

Page 31: preskas undip

30

Prosentase AKG 166 % 160 % 250 %

4. Aspek Edukatif

Peranan edukasi sangat penting dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas

akibat penyakit yang diderita serta mencegah kekambuhan di masa mendatang.

Edukasi yang diberikan meliputi upaya preventif, promotif dan rehabilitatif.

a. Preventif. 14,15

Menjaga higiene dan sanitasi lingkungan rumah, serta kebersihan

bahan/alat-alat makan.

Menghindari kontak dengan penderita batuk, pilek dan perokok.

Mencegah terjadinya penyebaran nosokomial dengan memperhatikan teknik

asepsis dalam merawat penderita.

b. Promotif.14

Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara menjaga kualitas dan kuantitas

makanan agar tetap sesuai dengan angka kecukupan gizi, baik bagi ibu

maupun penderita, serta melakukan imunisasi sesuai jadwal.

Segera membawa ke tempat pelayanan kesehatan jika anak sakit.

Menciptakan rumah yang sehat dengan memperbaiki ventilasi dan merubah

perilaku hidup sehat yang masih kurang.

c. Rehabilitatif.14

Melakukan latihan pengeluaran lendir saluran pernafasan dengan postural

drainase (penderita dalam posisi tengkurap dan dilakukan masase/tepuk-

tepuk pada punggung).

Melakukan mobilisasi terhadap penderita secara bertahap.

C. PROGNOSIS

Pada penderita ini, prognosis untuk kehidupannya (quo ad vitam) adalah ad

bonam, karena walaupun datang dengan distres respirasi, dapat ditangani dengan

segera dan tepat, sehingga masa-masa kritisnya terlewati. Sedangkan prognosis

Page 32: preskas undip

31

untuk kesembuhan (quo ad sanam) adalah ad bonam, dikarenakan pengelolaan

terhadap penderita rasional dan menyeluruh meliputi aspek keperawatan,

medikamentosa, dietetik dan edukatif.

Infeksi bronkiolitis akut berat pada bayi bisa berkembang menjadi asma.

Ehlenfield dkk mengatakan jumlah eosinofil pada saat bronkiolitis lebih banyak

pada bayi yang nantinya akan menderita mengi pada usia 7 tahun, yaitu median

98 sel/mm3. Adanya eosinofilia dimungkinkan bahwa mengi akan berlanjut pada

masa kanak-kanak. Kriteria yang menjadi faktor risiko asma adalah

didapatkannya 2 faktor risiko mayor atau 1 faktor resiko mayor + 2 faktor risiko

minor. 1,15

- Faktor risiko major yaitu asma pada orang tua dan eksema pada anak.

- Faktor risiko minor adalah Rinitis alergi, mengi diluar selesma dan eosinofilia.

Pada pasien ini kemungkinan belum bisa berkembang menjadi asma. Hal

ini dapat disebabkan karena hanya memenuhi 1 kriteria minor yaitu pasien

mengalami riwayat wheezing pada usia < 2 tahun.

Faktor resiko gejala yang berulang sehingga kemungkinan dapat

berkembang menjadi asma : sosial ekonomi yang rendah, lingkungan rumah yang

tidak sehat, jumlah anggota keluarga yang besar tinggal dalam 1 rumah, ayah

seorang perokok aktif dan anak tidak mendapatkan ASI sejak lahir karena puting

susu terbenam.

.

Page 33: preskas undip

D. BAGAN PERMASALAHAN

Infeksi saluran pernapasan bagian bawah

Asuh

Asih

Asah

Preventif

Promotif

Rehabilitatis

Tumbuh kembang optimal

Lingkungan : -Kebersihan -Higiene sanitasi

Perilaku:- Pendidikan orang tua- Kebiasaan makan makanan kurang bernilai gizi- Pelayanan tentang kesehatan

Bayi laki-laki, umur 11 bulan

Bronkiolitissesakbatuk pilekmengi

Retraksi

Page 34: preskas undip

33

BAB IV

RINGKASAN

Pada tulisan ini dilaporkan kasus seorang anak dengan bronkiolitis dan

gizi baik dengan pembahasan, diagnosis, pengelolaan dan prognosisnya.

Telah dilaporkan seorang anak laki-laki, 11 bulan, BB 8300 gram, PB 71

cm. Pada anamnesis didapatkan bahwa anak mengalami batuk dan sesak yang

dalam 3 hari terus bertambah.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan anak sadar, tampak sesak, tidak ada

sianosis, napas spontan adekuat. Anak panas nglemeng, laju pernapasan

meningkat, retraksi epigastrial. Pada pemeriksaan paru didapatkan suara hantaran,

wheezing, eksperium memanjang di kedua lapangan paru. Pemeriksaan jantung

dan lain-lain dalam batas normal.

Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan gambaran trombositosis

dan limfosit teraktivasi. Gambaran X-foto thorak menunjukan jantung tidak

membesar dan gambaran bronkopneumonia dengan penebalan hilus kanan kiri,

proses spesifik belum dapat disingkirkan. Pada pemeriksaan antropometri dengan

Z score, anak digolongkan sebagai gizi baik

Berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan yang dilakukan, anak

didiagnosis bronkiolitis.

Pengelolaan pada penderita ini secara umum terdiri dari keperawatan,

medikamentosa dan pemberian diet. Selama perawatan didapatkan perbaikan

keadaan umum penderita. Edukasi diberikan pada keluarga penderita mengenai

segala usaha untuk mencegah kemungkinan timbulnya penyakit yang sama atau

penyakit yang lainnya.

Page 35: preskas undip

34

BAB V

LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH

Anamnesa keadaan rumah dilakukan pada tanggal 1 Mei 2011 pukul 14.00 WIB.

1. Keadaan rumah

Status : rumah milik kakek penderita

Ukuran : 45 m2

Halaman : 4,5 m2

Teras : 4,5 m2, bersih

Dinding : kayu

Lantai : tanah

Ruangan : 1 ruang tamu ukuran 3 x 5 m, 3 buah ruang tidur masing-

masing ukuran 2 x 2,5 m, 1 ruang makan 2 x 2,5 m,1 dapur

ukuran 2 x 2,5 m, 1 kamar mandi sekaligus WC ukuran 2 x

2,5 m.

Ventilasi : cukup memadai, sirkulasi udara berasal dari pintu depan,

pintu belakang dan jendela yang hanya ada di bagian

depan rumah, kamar mempunyai jendela

Pencahayaan : cukup kecuali untuk ruang tidur pencahayaan kurang.

Kebersihan : lantai disapu satu kali sehari

Kesan : bersih.

Sumber listrik : PLN, 700 Watt

Sumber air : sumur gali milik tetangga, kualitas air baik, warna jernih

Tempat sampah : ada di belakang rumah dan dibakar tiap hari

2. Kebiasan Sehari-hari

Anak diasuh oleh ibu, dan nenek penderita. Makanan dan minuman dimasak

dahulu sebelum dimakan. Alat makan dicuci bersih dengan sabun. Makanan di

meja ditutup dengan tudung saji. Ganti pakaian 1x sehari dan pakaian kotor dicuci

tiap hari sekali. Rumah disapu 1 kali sehari.

Page 36: preskas undip

35

3. Lingkungan

Rumah penderita terletak di Tembalang Semarang. Jarak antar rumah berjauhan.

Sekitar rumah kotor dan sangat berdebu. Selokan dapat mengalir dengan lancar

Jalanan di depan rumah adalah jalan aspal kecil dan sering dilalui motor, dengan

lebar 3 m.

4. Denah Rumah

5. Keadaan Anak

Seorang anak laki-laki, umur 12 bulan, berat badan 8,5 g, panjang badan 71 cm.

Keluhan : -

Kesan umum : sadar, tidak tampak sesak , tidak sianosis , ada napas spontan ,

adekuat.

Tanda vital : Nadi : 126 x/menit, isi dan tegangan cukup.

RR : 30 x/menit

Suhu : 36,8 C

Kepala : mesosefal, lingkar kepala 45 cm,

ubun-ubun besar datar dan belum menutup

Rambut : hitam, tidak mudah dicabut.

Page 37: preskas undip

36

Mata : konjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil

isokor diameter 2 mm/2 mm, reflek cahaya (+) N / (+) N, reflek

kornea +N/+N, reflek bulu mata +N/+N.

Hidung : nafas cuping hidung tidak ada, tidak ada sekret.

Telinga : tidak ada sekret .

Mulut : bibir tidak sianosis, selaput lendir tidak kering, lidah tidak kotor,

gusi tidak berdarah, gigi belum tumbuh.

Tenggorok : T1-1, faring tidak hiperemis.

Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

Kulit : tidak ikterus

Dada : simetris, tidak ada retraksi

Paru depan : I : simetris, statis, dinamis.

Pa : stem fremitus kanan = kiri

Pe : sonor seluruh lapangan paru

A : suara dasar vesikuler normal

suara tambahan : ronkhi basah halus (-)/(-)

wheezing (-)/(-)

hantaran (-)/(-)

ekspirium memanjang (-)

Paru belakang: I : simetris, statis, dinamis.

Pa : stem fremitus kanan = kiri

Pe : sonor seluruh lapangan paru

A : suara dasar vesikuler normal

suara tambahan : ronkhi basah halus (-)/(-)

wheezing (-)/(-)

hantaran (-)/(-)

ekspirium memanjang (-)

Jantung :I : sulit dinilai

Pa : sulit dinilai

Pe : sulit dinilai

Page 38: preskas undip

37

A : suara jantung I-II normal, tidak ada bising, tidak ada gallop,

irama reguler, frekuensi jantung 120 x / menit, M1>M2,

A1<A2, P1<P2.

Abdomen : I : datar, tidak ada venektasi.

Pa : datar,lemas, tidak nyeri tekan.

Hepar: tidak teraba

Lien : tidak teraba

Pe : timpani, pekak sisi (+) normal, tidak ada pekak alih.

A : bising usus (+) normal.

Alat kelamin : laki-laki, testis (+) 2 buah, epispadi (-), hipospadia (-), fimosis (-),

hiperemis (-)

Ekstremitas : superior inferior

Sianosis (-)/(-) (-)/(-)

Oedem (-)/(-) (-)/(-)

Akral dingin (-)/(-) (-)/(-)

Cap. refill <2’’ <2’’

Reflek fisiologis (+)N/(+)N (+)N/(+)N

Reflek patologis (-)/(-) (-)/(-)

Clonus (-)/(-)

Kekuatan 555 555

Tonus (+)N/(+)N (+)N/(+)N

Kelainan lain :

Tidak ada

Page 39: preskas undip

38

FOTO-FOTO HASIL KUNJUNGAN RUMAH

Page 40: preskas undip

39

Page 41: preskas undip

40

DAFTAR PUSTAKA

1. Sidhartani M. Bronkiolitis. Dalam : Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi

pertama. Jakarta: UKK Respirologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia,

2008: 333-347

2. Wastoro D. Infeksi pernafasan akut pada anak. Dalam : Kuliah pulmonologi

tahun 1996. Semarang. Bagian IKA FK UNDIP. 1996 : 1 – 8

3. Staf Pengajar FK UI. Bronkiolitis akut. Dalam : Buku kuliah ilmu

kesehatan anak jilid 3. Jakarta. Bagian IKA FK UI. 1991 : 1233 – 1234

4. Trastotenojo MS, Sidhartani M, Wastoro D. Pulmonologi anak. Dalam :

Hartantyo I, Susanto R, Tamam M dkk editor. Pedoman pelayanan medik

anak edisi kedua. Semarang. Bagian IKA FK UNDIP. 1997 : 83 – 85

5. Mansjoer, Suprohaita, dkk. Bronkiolitis akut. Dalam : Kapita selekta

kedokteran jilid 2. Jakarta. Media Ausculapius FK UI. 2000 : 468 – 469

6. Orenstein DM. Bronkiolitis. Dalam : Behrman, Kliegman, Arvin editor.

Nelson, ilmu kesehatan anak edisi 15. Jakarta. EGC. 2000 : 1484 – 1486

7. McIntosh K. Virus sinsitial respiratori. Dalam : Behrman, Kliegman, Arvin

editor. Nelson, ilmu kesehatan anak edisi 15. Jakarta. EGC. 2000 : 1112 –

1114

8. Guyton. Buku ajar fisiologi kedokteran jilid II edisi 7. Jakarta. EGC.

1994 : 158 – 159

9. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi jilid II edisi 4. Jakarta. EGC. 1995 :

645 – 648

10. Soemantri AG, Tamam M. Hematologi – Onkologi . Dalam : Hartantyo I,

Susanto R, Tamam M dkk editor. Pedoman pelayanan medik anak edisi

kedua. Semarang. Bagian IKA FK UNDIP. 1997 : 149 – 172

11. Camitta BM. Anemia. Dalam : Behrman, Kliegman, Arvin editor. Nelson,

ilmu kesehatan anak edisi 15. Jakarta. EGC. 2000 : 1680 – 1682

12. Widiharto J. Hubungan antara kelengkapan imunisasi dengan ISPA, diare

akut, dan status gizi. Semarang. FK UNDIP. 1999 : 5 – 31

Page 42: preskas undip

41

13. Bagian/SMF IKA FK UNDIP. Prosedur tetap algoritma pengelolaan

penderita bayi/anak per sub bagian. Semarang. FK UNDIP. 1997 : 33

14. Sidhartani M. Bronkiolitis. Dalam : Riwanto I, Sidartani M editor.

Penatalaksanaan terpadu sesak nafas. Semarang. Badan Penerbit UNDIP.

1998 : 52 – 57

15. J.Zorc Joseph, Caroline Breese Hall. Bronchiolitis: Recent Evidence On

Diagnosis And Management. Official journal of the American of

Pediatric.125(2). 2010. 342-349

Availabel from : http://pediatrics.aappublications.org/content/125/2/342.full


Top Related