Download - Presentasi Re Emerging Disease
Re emerging disease
Oleh :1.Mariana Inri 11020031702.Arlia syintia putri 11020050313.Dara indah permatasari 11020050524.Deddy ang 11020050555.Dessy 6.Lutfi aditya 11020051457.Ivana utami 11020051318.Meri wulansari 11020051549.Meyti 10.Anna yuliana 1102006042 11.Eliyah
Re-emerging Disease
• Re-emerging Disease (resurging disease) : wabah penyakit
menular yang muncul kembali setelah penurunan yang signifikan
dalam insiden dimasa lampau.
• Atau dengan kata lain re-emerging adalah penyakit infeksi
sebelumnya pernah dikenal, kemudian hilang tetapi muncul
kembali dengan tampilan lebih virulen dan pola epidemilogik.
Faktor yang mempengaruhi :
AGENT
• Evolution of pathogenic infectious agents (microbial adaptation & change)
• Development of resistance to drugs • Resistance of vectors to pesticides
HOST• Human demographic change (inhabiting new
areas)• Human behaviour (sexual & drug use)• Human susceptibility to infection
(Immunosuppression)• Poverty & social inequality
ENVIRONMENT
• Climate & changing ecosystems• Economic development & Land use
(urbanization, deforestation)• Technology & industry (food processing &
handling)
Faktor yang mempengaruhi :
• Evolusi dari microbial agent seperti variasi genetik, rekombinasi, mutasi dan adaptasi
• Hubungan microbial agent dengan hewan perantara (zoonotic encounter)
• Perubahan iklim dan lingkungan• Perubahan prilaku manusia seperti penggunaan pestisida,
penggunaan obat antimikrobial yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan penggunaan vaksin.
• Pekembangan industri dan ekonomi• Perpindahan secara massal yang membawa serta wabah penyakit
tertentu (travel diseases)• Perang seperti ancaman penggunaan bioterorisme atau senjata
biologis.
Re emerging disease
• Malaria • Antharx • Rabies dan infeksi lyssavirus• Marbug virus• Bovine tuberculosis• Brucella • Plaque• leptospirosis
MALARIA
Sekitar 350-500 juta orang terinfeksi dan lebih dari 1 juta kematian setiap tahun, terutama di daerah tropis dan di Afrika di bawah gurun Sahara termasuk Indonesia bag
Timur
Penemu atas penyebab malaria: seorang dokter militer Prancis Charles Louis Alphonse Laveran dpt Penghargaan
Nobel untuk Fisiologi dan Medis pada 1907.
Penyakit infeksi menular oleh parasit dari genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk anopheles
ETIOLOGI
Plasmodium adalah parasit yang termasuk vilum Protozoa, kelas
sporozoa.
Plasmodium adalah parasit yang termasuk vilum Protozoa, kelas
sporozoa.
Plasmodium vivax : malaria vivax (malaria tertiana ringan).
Plasmodium vivax : malaria vivax (malaria tertiana ringan).
Plasmodium malariae : malaria
kuartana
Plasmodium malariae : malaria
kuartana
Plasmodium falcifarum : malaria falsifarum (malaria tertiana berat), malaria pernisiosa dan
Blackwater faver.
Plasmodium falcifarum : malaria falsifarum (malaria tertiana berat), malaria pernisiosa dan
Blackwater faver.
Plasmodium malariae : malaria
kuartana
Plasmodium malariae : malaria
kuartana
Sifat P. falciparum P. vivax P. ovale P. malariae
Daur praeritrosit 5,5 hari 8 hari 9hari 10-15 hari
Hipnozoit - + + -
Jumlah merozoit hati 40.000 10.000 15.000 15.000
Daur eritrosit 48 jam 48 jam 50 jam 72 jam
Eritrosit yg dihinggapi Muda dan normosit Retikulosit dan normosit Retikulosit dannormosit muda
Normosit
Pembesaran eritrosit - ++ + -
Titik-titik eritrosit Maurer Schuffner Schuffner (james) Ziemann
Pigmen Hitam Kuning tengguli Tengguli tua Tengguli hitam
Jumlah merozoit 8 – 24 12 – 18 8 – 10 8
Daur dalam nyamuk pada 27°C
10 hari 8-9 hari 12-14 hari 26-28 hari
BEBERAPA SIFAT PERBANDINGAN DAN DIAGNOSTIK PADA EMPAT SPESIES PLASMODIUM PADA MANUSIA
JENIS MALARIA
Malaria tertiana (paling ringan), yg disebabkan Plasmodium vivax gejala demam dpt
terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dpt terjadi selama dua minggu stlah infeksi).
Malaria tertiana (paling ringan), yg disebabkan Plasmodium vivax gejala demam dpt
terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dpt terjadi selama dua minggu stlah infeksi).
Malaria kuartana disebabkan Plasmodium malariae, masa inkubasi lebih lama
daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi.
Gejala kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari.
Malaria kuartana disebabkan Plasmodium malariae, masa inkubasi lebih lama
daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi.
Gejala kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari.
Demam rimba (jungle fever), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika,
disebabkan plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering
menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau dan kematian.
Demam rimba (jungle fever), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika,
disebabkan plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering
menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau dan kematian.
Malaria pernisiosadisebabkan oleh Plasmodium vivax, gejala dapat timbul sangat
mendadak, mirip Stroke, koma disertai gejala malaria yang berat.
Malaria pernisiosadisebabkan oleh Plasmodium vivax, gejala dapat timbul sangat
mendadak, mirip Stroke, koma disertai gejala malaria yang berat.
JENIS
MALARIA
PATOLOGI
Perjalanan penyakit malaria terdiri atas serangan demam yang disertai oleh gejala lain
dan diselingi oleh periode bebas penyakit.
Ciri khas demam malaria adalah periodisitasnya.
Ciri khas demam malaria adalah periodisitasnya.
CARA PENULARAN
SIKLUS HIDUP PLASMODIUM DALAM TUBUH MANUSIA
SIKLUS HIDUP PLASMODIUM DALAM TUBUH MANUSIA
GEJALA KLINIS
demam secara periodik berhubungan dengan waktu
pecahnya sejumlah skizon matang dan keluarnya merozoit yang
masuk dalam aliran darah (sporulasi)
demam secara periodik berhubungan dengan waktu
pecahnya sejumlah skizon matang dan keluarnya merozoit yang
masuk dalam aliran darah (sporulasi)
Dimulai dengan gejala prodromal yaitu lesu, sakit kepala, tidak nafsu makan, kadang-kadang disertai
dengan mual dan muntah
STADIUM:menggigil,puncak demam,berkeringat
DEMAM
gejala khas terutama pada malaria yang
menahun.
gejala khas terutama pada malaria yang
menahun.
Perubahan limpa biasanya disebabkan oleh kongesti, tetapi kemudian
limpa berubah warna menjadi hitam, karena pigmen yang ditimbun dalam eritsosit yang
mengandung kapiler dan sinusoid
Pada malaria menahun jaringan ikat bertambah tebal, sehingga limpa
menjadi keras.
SPLENOMEGALI
Derajat anemia tergantung pada spesies
parasit yang menyebabkannya
Derajat anemia tergantung pada spesies
parasit yang menyebabkannya
Jenis anemia pada malaria adalah hemolitik, normokrom dan
normositik.
Pada serangan akut kadar hemoglobin turun secara mendadak.
Anemia terutama tampak jelas pada malaria falsiparum dengan
penghancuran eritrosit yang cepat dan hebat dan pada
malaria menahun.
ANEMIA
Gejala klasik, biasanya ditemukan pada
penderita yang berasal dari daerah
non endemis malaria atau yang belum
mempunyai kekebalan (immunitas); atau yang pertama kali menderita
malaria
Gejala klasik, biasanya ditemukan pada
penderita yang berasal dari daerah
non endemis malaria atau yang belum
mempunyai kekebalan (immunitas); atau yang pertama kali menderita
malaria
Tiga stadium berurutan :menggigil (selama 15-60 menit), terjadi setelah pecahnya sizon dalam eritrosit dan keluar zat-zat antigenik yang menimbulkan mengigil-dingin.demam (selama 2-6 jam), timbul setelah penderita mengigil, demam dengan suhu badan sekitar 37,5-40 derajad celcius, pada penderita hiperparasitemia (lebih dari 5 persen) suhu meningkat sampai lebih dari 40 derajad celcius.berkeringat (selama 2-4 jam), timbul setelah demam, terjadi akibat gangguan metabolisme tubuh sehingga produksi keringat bertambah. Kadang-kadang dalam keadaan berat, keringat sampai membasahi tubuh seperti orang mandi. Biasanya setelah berkeringat, penderita merasa sehat kembali.
GEJALA
Gejala malaria dalam program pemberantasan malaria :DemamMenggigilBerkeringatDapat disertai dengan gejala lain: Sakit kepala, mual dan muntah. Gejala khas daerah setempat: diare pada balita (di Timtim), nyeri otot atau pegal-pegal pada orang dewasa (di Papua), pucat dan menggigil-dingin pada orang dewasa (di Yogyakarta).
Gejala malaria dalam program pemberantasan malaria :DemamMenggigilBerkeringatDapat disertai dengan gejala lain: Sakit kepala, mual dan muntah. Gejala khas daerah setempat: diare pada balita (di Timtim), nyeri otot atau pegal-pegal pada orang dewasa (di Papua), pucat dan menggigil-dingin pada orang dewasa (di Yogyakarta).
Gejala malaria berat atau komplikasi,:
gejala malaria klinis ringan diatas dengan disertai salah satu gejala di bawah ini :Gangguan kesadaran (>30 menit)Kejang, beberapa kali kejangPanas tinggi diikuti gang kesadaranMata kuning dan tubuh kuningPrdrhan hidung,gusi/ sal pcernaanJumlah kencing kurang (oliguri)Warna urine seperti I tuaKlemahan (tdk bs duduk/berdiri)Nafas sesak
Gejala malaria berat atau komplikasi,:
gejala malaria klinis ringan diatas dengan disertai salah satu gejala di bawah ini :Gangguan kesadaran (>30 menit)Kejang, beberapa kali kejangPanas tinggi diikuti gang kesadaranMata kuning dan tubuh kuningPrdrhan hidung,gusi/ sal pcernaanJumlah kencing kurang (oliguri)Warna urine seperti I tuaKlemahan (tdk bs duduk/berdiri)Nafas sesak
GEJALA
MANIFESTASI KLINIK
MANIFESTASI KLINIKMalaria ringan atau tanpa komplikasiMalaria ini umumnya disertai gejala dan tanda klinis yang ringan terutama sakit kepala, demam, menggigil dan mual serta tanpa kelainan fungsi organ. Kadang-kadang dapat disertai dengan sedikit penurunan trombosit dan sedikit peningkatan bilirubin serum.
Malaria berat atau dengan komplikasiMalaria berat adalah malaria falsiparum yang cenderung menjadi fatal atau malaria dengan komplikasi Patofisiologi malaria berat sangat kompleks dan tergantung pada sistim organ yang terkena.
ANTHRAX
• Penyakit menular akut atau perakut pd hewan ternak (pemamah biak, kuda, babi dll), disertai demam tinggi
• Sinonim → radang limpa, malignant pustule, woolsorters` disease, miltvuur, malignant edema, ragpicker disease
• Bacillus anthracis → Indonesia : Teluk Betung (1884)• Endemis → DKI Jakarta, Ja-Bar, Ja-Teng, Yogyakarta,
NTB, NTT, Sum-Bar, Jambi, Sul-Teng, Sul-Sel dan Papua (DEPKES RI, 2004).
ETIOLOGIBacillus anthracis• batang, lurus dgn ujung siku-siku, berkapsul (jar. Tubuh)• bersifat gram (+), Uk. ≥1 mikron dan panjang ≥3 mikron dan
tidak dapat bergerak• bersifat aerob → spora (tanah → puluhan thn)• Bentuk spora lebih tahan terhadap suhu pasteurisasi, oleh
macam-macam desinfektan atau proses pembusukan dibandingkan bentuk vegetatif B. anthracis
CARA PENULARAN
• inhaled anthrax → spora terhirup dan masuk ke dalam saluran pernapasan
• cutaneous anthrax (95%) → spora mel. kulit yang terluka
• gastrointestinal anthrax → daging dari hewan yang dikonsumsi tidak dimasak dengan baik, sehingga masih megandung spora dan termakan.
GEJALA KLINIS• Dalam ≥ 24 jam → demam ≥ 400C• Cutaneus anthrax → Masa inkubasi ± 2-5 hari → gatal, kemudian
melepuh yang jika pecah membentuk keropeng hitam di tengahnya → bengkak & nyeri
• GI anthrax → mual, muntah darah, diare disertai darah, nyeri epigastrium
• Inhalation anthrax → batuk, sesak napas• Meningitis anthrax → sakit kepala dan kejang
PENGOBATAN• Antibiotik → penisilin → akan menghentikan
pertumbuhan dan produksi toksin • Antitoksin → mencegah pengikatan toksin
terhadap sel• Terapi tambahan : sedation• Jika toksin sudah menyebar dalam PD dan
telah menempel pada jaringan → tidak dapat dinetralisasi → risiko kematian
PENCEGAHAN• cuci tangan sebelum makan• hindari kontak dengan hewan atau manusia yang
sudah terjangkit anthrax• beli daging dari rumah potong hewan yang resmi• masaklah daging dengan sempurna• hindari menyentuh cairan dari luka anthrax• melaporkan secepat mungkin bila ada
masyarakat yang terjangkit anthrax• bagi peternak atau pemilik hewan ternak,
upayakan untuk menvaksinkan hewan ternaknya
RABIESRABIES
Rabies ?
RABIES : adalah suatu penyakit infeksi, akut menyerang S.S.P. dan biasanya berakibat fatal
Termasuk : “penyakit Zoonosis”
“Penyakit yang dapat ditularkan dari “Hewan” yang menderita Rabies pada manusia”
• melalui gigitan / jilatan* 90% oleh karena anjing
Epidemiologi
• Seluruh dunia, kecuali Antartika• Lebih dari 30.000 kasus per tahun• Terbanyak di Asia tenggara, Philipina• Akhir tahun 1977, 5 Propinsi di Indonesia bebas historis
rabies, yaitu Kalimantan Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, Maluku dan Irian Jaya.
• Data tahun 2001menunjukkan terdapat 7 provinsi yang bebas rabies adalah Jawa tengah, Jawa timur, Kalimantan Barat, Bali, NTB, Maluku dan Irian Jaya.
• Data terakhir pada tahun 2004, di Ambon, Maluku jumlah orang yang meninggal akibat rabies tercatat 21 orang
Epidemiologi
CARA PENULARAN RABIES :
1. Gigitan / jilatan binatang yang terkena rabies2. “Exposure laboratorium”
Suntikan Gigitan hewan percobaan
3. Mucosa conjunctiva (di Laboratorium) cara menggosok bola mata
4. Inhalasi aerosol5. Transplasental tidak terjadi
VIROLOGI :
• Famili : Rhabdoviridae, genus Lyssavirus, dgn 7 genotype sudah teridentifikasi
• Bentuk seperti peluru• Virus neurotropik = saraf• Single-strand RNA• Panjang : 120 – 200 nm• Diameter : 100 – 150 nm• Envelope (+)
Virus ini akan cepat mati, oleh karena :
• Sinar UV• Sinar matahari• Asam kuat & Basa kuat• Ion-ion Mg
PATOGENESIS
Gigitan
anjing
(Rabies)
Suntikan
LUKA
S.S.P
Jaringan tubuh / Kelenjar ludah
* Untuk virus Rabies tidak terjadi “viremia”
Manusia
Susunan saraf sensoris
Susunan saraf perifer
(Replikasi)
GEJALA KLINIS :
I. Periode inkubasi : Sangat bervariasi (± 18-90 hari) tergantung : jumlah virus, lokasi gigitan dan
keadaan umum penderitaII. Phase Prodromal : malaise, mual, pusing demam rasa semutan / tidak enak (rasa nyeri)
pada luka gigitanBerlangsung 2-10 hari
III. Phase Neurologik Akut cemas rangsang sensoris
(peka terhadap sentuhan) kemudian terjadi “stadium Eksitasi” = tonus-otot meningkat sehingga timbul gejala-gejala : - Hiperhidrosis- Hipersalivasi- Hiperlakrimasi
Pada stadium eksitasi timbul suatu fobi HIDROFOBI (takut air)
IV. KOMA meninggaloleh karena spasme otot-otot pernafasan
PERAWATAN / PENCEGAHANPerawatan - Luka gigitan / jilatan dicuci dengan sabun atau detergen, kemudian disiram
dengan alkohol 40-70% (jauh dari R.S.)- Luka dalam dicuci alkohol diberi lokal anaestesi disayat X sekitar gigitan
dicuci dengan H2O2 3%Kemudian ditutup kasa steril tanpa dijahit + “desinfectans”Diberi ATS (Anti Tetanus Serum) / AntibiotikDiberi H.I.S. (Hiper Immune Serum) -(serum antibodi Rabies) – (imunisasi pasif) (WHO)
Pencegahan 1. Oleh karena penularannya melalui gigitan anjing (90%) Vaksinasi Hewan Peliharaan2. Vaksinasi manusianya untuk pekerja-pekerja Laboratorium Rabies / Pemburu (Pre-
Exp. Imun)Di USA banyak kasus Rabies diperoleh pada pemburu oleh karena gigitan hewan liar di hutan
3. Pencatatan & PelaporanPada kasus-kasus gigitan hewan
4. Bila ada orang digigit anjing Observasi* Jangan dibunuh keperluan Tx
Tx / Diteruskan / stop a.d. ada / tidak negri-bodies pada anjing
PENGOBATAN
• VAR = Vaksin Anti Rabies• (masa tunas yang panjang)
Jenis VAR :I. NTV = Neurotropic Vaccine (jaringan otak) - SMB (suckling mouse brain) (Biofarma) mencitII. Non NTV 1. Duck Embryo Vaccine 2. TCV (HDCRV = Human Diploid Cell Rabies Vaccine)
• ES: NTV : Encephalitis AllergicaJenis HDCRV lebih aman daripada NTV
DefinisiLEPTOSPIROSISDef :Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang
disebabkan oleh mikroorganisme leptospira.Etiology:Leptospira, anggota dari ordo Spirochaetales.
Leptospira yang menularkan penyakit termasuk kedalam spesies Leptospira interrogans
Transmisi : - kontak urin,darah hewan terinfeksi - Kontak langs. dgn lingkungan
(tanah/air) yg terkontaminasi Tahan hidup ditanah/air lama (musim hujan banjir) • Masa inkubasi – biasanya 10 hari, dengan rentang 4-
19 hari.
Manifestasi KlinisManifestasi Klinis
Leptospirosis mempunyai 2 fase:1.Fase septicemia atau fase
leptospiraemania Septik (4-7 hari) Leptospira (-) darah.Lcs Gejala:
- Demam tinggi disertai menggigil - Mialgia (betis,pinggang abdomen)
- Mual dan Muntah - Mata foto fobia,merah pada
konjungtiva - limpadenofati,splenomegali,ruam
kulit
2.Fase Imun Meningkatnya titer antibodi leptospira Leptospiuria Gejala:
- Demam - meningitis aseptik - Gangguan fungsi ginjal
- Ikterik
Diagnosis• Anamnesis : - Kontak dengan binatang/tanah/air yg terkontaminasi dengan urin hewan - Demam,mengigil,mialgia,nyeri kepala - Ikterik - Mata Merah pada konjungtiva - Ggn ginjal - Meningitis
• Laboratorium- Leptospira (+) dari cairan tubuh (pasti) - Kenaikan titer antibodi
• Pengobatan - ampisilin/amoksilin 7 hari • Prognosis - Baik - tergantung virulensi & daya tahan - anak > tua - ikterus (+) † 15 -40 %
Plague/PES(Sampar)
Plague/PES(Sampar)
Pes (sampar), merupakan penyakit yang terdaftar dalam Karantina International, dan masih merupakan masalah kesehatan yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) atupun wabah.Selain itu pes juga dikenal dengan nama Pesteurellosis atau Yersiniosis/Plague
• Definisi :Pes merupakan penyakit Zoonosa terutama pada tikus dan rodent lain dan dapat ditularkan kepada manusia•Etiologi:Kuman/BAKTERI Yersinia pestis(Pasteurella pestis), bakteri yersinia : - Berbentuk batang
- Gram negatif•Reservoir utama dari penyakit pes adalah hewan - hewan rodent (tikus,kelinci)Cara penularan : Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada rodent.Kuman-kuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit,dapat ditularkan ke hewan lain atau manusia, apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang mengandung kuman pes tadi, dan kuman-kuman tersebut akan dipindahkan ke hewan tikus lain atau manusia dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan.
1. \
2.
3.
4.
5.
6.
TIKUS HUTAN PINJAL MANUSIA
TIKUS HUTAN MANUSIA
TIKUS RUMAH PINJAL MANUSIA
TIKUS HUTAN PINJAL TIKUS
RUMAH MANUSIA PINJAL
MANUSIA PINJAL MANUSIA MANUSIA
MANUSIA DROPLET MANUSIA
VEKTOR PES- Vektor pes adalah pinjal.-Di Indonesia saat ini ada 4 jenis pinjal yaitu :
1. Xenopsylla cheopis 2. culex iritans3. Neopsylla sondaica4. Stivalus cognatus
MASA INKUBASIMasa inkubasi untuk penyakit pes bubo adalah 2-6 hari, sedang masa inkubasi untuk pes paru paru adalah 2-4 hari
Gejala Klinis :Pes Bubo :
• Demam tinggi.• Tubuh menggigil.• Nyeri otot.• Sakit Kepala hebat.• Pembengkakan kelenjar lipat paha,ketiak,dan leher (bubo sebesar buah duku bentuk oval dan lunak,serta nyeri).• Pembengkakan kelenjar limpa.• Serangan tiba-tiba
Pes Pneumonik :• Batuk hebat.• Berbuih air liur berdarah.• Susah bernafas.• Sesak nafas.
PENGOBATAN1. Tersangka pes :
a) Tetracycline 4x250 mg biberikan selama 5 hari berturut-turut atau b) Cholamphenicol 4x250 mg diberikan selama 5 hari berturut-turut
2. Untuk Penderita Pes : Streptomycine 3gr/hari (IM) selama 2 haridosis dikurangi menjadi 2gr/hari selama 5 hari
Setelah panas hilang dilanjutkan dengan pemberian : a) Tetracycline 4-6 gr/hari selama 2 hari kemudian
2 gr/hari selama 5 hari, atau b) Chlomphenicol 6-8 gr/hari selama 5 hari kemudian
2 gr/hari selama 53. Untuk pencegahan terutama ditujukan pada:
a) Penduduk yang kontak (serumah) dengan pendeita pes bobo. b) Seluruh penduduk desa/dusun/RW jika ada penderita pes paru
dianjurkan adalah dengan pemberian Tertracycline500mg/hari selama 10 hari berturut-turut.
PENCEGAHAN1. Penempatan kandang ternak di luar rumah.2. Perbaikan konstruksi rumah dan gedung-gedung
sehingga mengurangi kesempatan bagi tikus untuk bersarang (rat proof).
3. Membuka beberapa buah genting pada siang hari atau memasang genting kaca sehingga sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah sebanyak-banyaknya.
4. Lantai semen. 5. Menyimpan bahan makanan dan makanan jadi di
tempat yang tidak mungkin dicapai atau mengundang tikus.
6. Melaporkan kepada petugas Puskesmas bilamana menjumpai adanya tikus mati tanpa sebab yang jelas (rat fall).
7. Tinggi tempat tidur lebih dari 20 cm dari tanah
BrucellosisBrucellosis
• Brucellosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri genus Brucella dan dikategorikan oleh OFFICE INTERNATIONAL DES EPIZOOTIES (OIE) sebagai penyakit zoonosis (ALTON et al., 1988)
• Brucella abortus, B. melitensis, B. suis dan B. canis adalah strain yang patogen terhadap manusia.
PENDAHULUAN• Hewan yang terinfeksi kuman Brucella dapat
mengalami abortus, retensi plasenta, orchitis dan epididimitis serta dapat mengekskresikan kuman ke dalam uterus dan susu .Penularan penyakit ke manusia terjadi melalui konsumsi susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi atau melalui membrana mukosa dan kulit yang luka . Berat ringan penyakit tergantung strain Brucella yang menginfeksi.
BRUCELLOSIS DI INDONESIA
• brucellosis di Indonesia hanya dikenal oleh masyarakat sebagai penyakit reproduksi menular pada sapi, yang mengakibatkan terjadinya abortus pada sapi bunting yang terinfeksi . Sedangkan,brucellosis sebagai penyakit zoonosis belum banyak diketahui oleh masyarakat.
Gejala klinis• Masa inkubasi brucellosis pada manusia umumnya berkisar
1 - 2 bulan dan kemudian penyakit dapat bersifat akut atau kronis.
• Brucellosis yang bersifat akut ditandai dengan gejala klinis : demam yang intermiten, sakit kepala, arthralgia, myalgia,
orchitis (epididimitis) pada laki-laki dan abortus spontan pada wanita hamil .
Brucellosis kronis dapat menimbulkan : sacroilitis, hepatitis, endocarditis, colitis dan meningitis . Kematian akibat brucellosis pada manusia biasanya terjadi
karena adanya komplikasi endocarditis yang disebabkan oleh infeksi B. melitensis dengan angka kejadian mencapai 80%.
Penularan penyakit
• Cara penularan brucellosis pada manusia dapat melalui konsumsi susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi .
• Penularan brucellosis melalui aerosol, kontaminasi kulit yang luka dan membran mukosa biasanya terjadi pada pekerja rumah potong hewan dan peternak . Dokter hewan biasanya dapat tertular ketika melakukan vaksinasi dengan vaksin B. abortus dan B.melitensis ke hewan . Sedangkan, pekerja laboratorium mikrobiologi dapat terekspos secara aerosol pada waktu memproses spesimen .
Diagnosis• Gambaran klinis dan lesi yang ditimbulkan oleh infeksi
brucellosis pada manusia sering kali sulit dikenali sehingga peneguhan diagnosis harus didukung dengan uji secara laboratorium (SANTINI et al ., 1994 MADKOUR, 1989).
• Isolasi bakteri dari darah masih merupakan metode standar yang digunakan untuk diagnosis tetapi metode ini hanya efektif selama fase akut(KOLMAN et al., 1991) .
• Diagnosis brucellosis secara serologis dengan enzyme immunoassay banyak digunakan secara luas . Terdeteksinya antibodi IgA dan IgG dalam darah merupakan indikasi terjadinya infeksi aktif dalam tubuh
Terapi
• Pengobatan brucellosis harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan relapsis,Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik seperti doksisiklin, streptomisin dan rifampisin setiap hari selama minimal 6 minggu (WHO, 1986).
MARBURG VIRUSMARBURG VIRUS
Yaitu penyakit yang ditandai dengan gejala akut yang parah dan diikuti :
• demam mendadak• kelemahan• nyeri otot• sakit kepala serta faringitis• muntah• diare dan ruam makulopapuler• sering diikuti dengan diatesa hemoragia disertai• kerusakan hati• gagal ginjal• kerusakan otak berat
Hasil pemeriksaan laboratorium :• Limfopeni• Trombositopenia• peningkatan kadar transaminase (AST lebih
banyak daripada ALT)• kadang diikuti hiperamilasemia. Selanjutnya
sekitar 25% kasus primer dari Marburg virus berakibat fatal; CFR infeksi Ebola di Afrika berkisar antara 50-90%.
• Selanjutnya sekitar 25% kasus primer dari Marburg virus berakibat fatal; CFR infeksi Ebola di Afrika berkisar antara 50-90%.
Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan : • Elisa terhadap antibodi Ig G (adanya antibodi
lg M sebagai tanda infeksi baru) :– dengan tes Elisa dapat dideteksi antigen dalam
darah, serum atau organ homogenitas• PCR dengan tes IFA menggunakan antibodi
monoklonal dapat ditemukan antigen virus didalam sel hati; dengan isolasi virus pada kultur sel pada marmut.
• Virus kadang-kadang dapat dilihat dengan preparat irisan hati dengan menggunakan Electron Microscope (EM)
• Diagnosa postmortem melalui uji Immunohistochemical dari biopsi kulit yang difiksasi dengan formalin dapat juga dilakukan
• Tes IFA terhadap antibodi sering salah terutama dalam survei serologis untuk membuktikan adanya infeksi masa lalu
• Pengamanan terhadap masyarakat, petugas dan staf laboratorium dari infeksi Ebola harus benar-benar dilakukan (BSL-4= Biosafety Level-4), oleh karena virus ini sangat menular dan berbahaya.
2. PENYEBAB PENYAKIT• Virion Marburg berdiameter 80nm dengan panjang 790 nm
sedangkan virion Ebola berdiameter 80 nm dengan panjang 970 nm termasuk filoviridae. Dengan ukuran yang lebih panjang, struktur yang berhubungan dengan virion yang berbentuk aneh, bercabang, melingkar mencapai panjang sampai 10 nm.
• Virus Marburg memiliki antigen berbeda dengan Ebola. Strain Ebola dari Republik Demokratik Kongo (Zaire), Pantai Gading, Gabon dan Sudan menyebabkan penyakit pada manusia. Strain keempat dari Ebola yaitu Reston dapat menyebabkan penyakit perdarahan fatal pada primata, namun infeksi dapat terjadi juga pada manusia dengan gejala yang asimtomatik.
3. RESERVOIR• Belum diketahui dan masih dalam penelitian yang
ekstensif.
4. CARA PENULARAN
• Penularan dari orang ke orang dapat terjadi karena kontak langsung melalui darah, sekret, organ dan semen yang terinfeksi. Risiko penularah tertinggi terjadi selama stadium lanjut dari penyakit pada saat penderita muntah, diare, atau mengalami perdarahan. Sedangkan risiko selama masa inkubasi adalah rendah. Pada kondisi alami penularan melalui udara pada manusia belum pernah dilaporkan. Infeksi nosokomial sering terjadi; sebagai gambaran semua penderita Ebola (Zaire) terjadi karena terpajan alat suntik dan jarum yang tercemar dan semua penderita meninggal.
• Penularan melalui semen pernah ditemukan setelah 7 minggu si
penderita sembuh. • Masa inkubasi 3 – 9 hari untuk virus Marburg
LyssavirusLyssavirus• Genus virus yang termasuk dalam virus rabies dan terkait virus
yang menginfeksi hewan pengerat serta mamalia (Rabies) .• Morfologi :
Virus memiliki bentuk heliks atau kubik simetris . lyssaviruses memiliki partikel infeksius didalam nukleus . Ini adalah ciri dari plant-infecting virus . Human-infecting virus lebih sering berbentuk kubik simetris dan polyhedra . Strukturnya terdiri dari sebuah envelope , lapisan luar berduri berupa glikoprotein dan lapisan tengah terdiri dari matriks protein , dan lapisan yang lebih dalam terdiri dari kompleks ribonucleocapsid , yang terdiri dari genom terkait dengan protein lainnya .
MORFOLOGI
KLASIFIKASI• Genus Lyssavirus dalam keluarga Rhabdoviridae terdiri dari klasik virus
Rabies (RABV; genotipe 1) dan setidaknya ada enam garis-keturunan genetik tambahan yang berbeda genotipe virus. Genetika virus ini terdiri dari , rantai RNA: nucleoprotein, phosphoprotein, matriks protein, glikoprotein dan RNA polimerase (Tordo, 1996). Genus Lyssavirus termasuk: Lagos bat virus (genotipe 2), Mokola virus (genotipe 3), Duvenhage virus (genotipe 4),European bat lyssavirus 1 dan 2 (EBLV-1 dan 2, genotipe 5 dan 6) dan Australian bat lyssavirus (genotipe 7) (Bourhy et al., 1993). Anggota dari genus ini dapat ditempatkan ke dalam dua kelompok yang luas. Genotipe 1, 4, 5, 6 dan 7 milik phylogroup I, sementara genotipe 2 dan 3 ditempatkan di phylogroup II pada dasar dari urutan glikoprotein.
GEJALA
Gejala dari lyssavirus meliputi : • Sakit kepala • Demam • Mati rasa • Kelemahan otot • Pingsan • koma
Lyssavirus bisa menjadi fatal ,dilaporkan terdapat dua kematian di australia sejak virus itu pertama kali ditemukan .
TRANSMISI
• Lyssavirus ditularkan melalui gigitan , goresan atau percikan darah atau urin dari hewan yang terinfeksi melalui mata , mulut atau hidung seseorang .
IMUNISASI
• Immunisasi dengan vaksin rabies yang dapat mencegah penyakit . vaksinasi terdiri dari tiga suntikan vaksin rabies secara intramuskular di bahu . dosis yang kedua diberikan tujuh hari setelah suntikan pertama dan kemudian yang ketiga diberikan 21 hari dari yang pertama. Booster tambahan mungkin diperlukan oleh orang yang memiliki kebiasaan kontak langsung dengan kelelawar. Tes darah setiap dua tahun harus dilakukan untuk memeriksa apakah booster diperlukan .
PENATALAKSANAAN
• Mencuci luka dengan air dan sabun • Segera mengobati dengan lima dari dosis vaksin rabies ( hari
ke- 0 ) dan pada hari ke- 3 , 7 , 14 dan 28 jika orang tersebut belum di vaksinasi sebelumnya. jika orang yang telah divaksinasi , sebelumnya mereka hanya membutuhkan dua dosis vaksin rabies ( hari ke- 0 ) dan pada hari ke- 3 . Ditambah dengan imunoglobulin rabies ( untuk memberikan tambahan perlindungan ) , jika tidak divaksinasi sebelumnya
TUBERKULOSIS PADA SAPI, SUATU PENYAKIT ZOONOSIS
TUBERKULOSIS PADA SAPI, SUATU PENYAKIT ZOONOSIS
Penyebab • Tuberkulosis sapi disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis var. bovis (M. bovis) • Merupakan penyakit infeksius,menular dan menahun.• Spesies bakteri ini merupakan bagian dari Mycobacterium
tuberculosis complex, dapat menginfeksi ternak sapi, dan lainnya, hewan liar dan manusia (zoonosis).
Transmisi • Patogen tuberkulosis dapat ditularkan ke hewan lain dan manusia.• Melalui sekresi pernafasan dan ekskresi.• Manusia dapat tertulari M. bovis melalui saluran pencernaan.
Gejala klinis :• temperatur fluktuatif, anoreksia, bobot hidup
turun, pembengkakan kelenjar limfoglandula, batuk-batuk dan frekuensi pernafasan naik.
• Lesi patologik anatomik terbentuknya granuloma (tuberkel) yang melokalisir bakteri penyebab, terutama pada organ paru-paru dan limfoglandula,
• Lesi granuloma biasanya berbentuk nodul kecil atau tuberkel berwarna kekuningan, perkejuan-perkapuran
Patogenesis tuberkulosis sapi terdiri dari dua tahapan yaitu: • masa infeksi primer (pada semua jenis hewan) • masa reinfeksi (hanya pada sapi).Diagnosis • tuberkulosis pada sapi hidup dapat dilakukan secara
serologik dan secara bakteriologik adanya bakteri M. bovis pada sampel sekresi dan ekskresi.
• Pada hewan yang mati dapat dilakukan pemeriksaan secara PA dan histopatologik untuk melihat adanya lesi limfogranuloma
Pencegahan • infeksi M. bovis pada manusia adalah dengan
melakukan pasteurisasi pada susu sapi sebelum dikonsumsi.
• Tindakan eradikasi biasanya diawali dengan uji tuberkulinasi secara berulang, uji menyeluruh sehingga seluruh sapi diketahui status kesehatannya: bebas tuberkulosis, atau
• Jika ditemukan reaktor positif tuberkulosis, maka segera dimusnahkan