Download - Praktikum Kimia - Laporan Korosi
LAPORAN PENGAMATAN
KOROSI
Oleh:
Aficena Himdani Ilmam A (02)
Irsyad Azhar (15)
Meirsa Sawitri Hayyusari (19)
Riksa Rizki Zetta Adeli (24)
Riska Dewi Noviana (25)
XII IPA 5
SMA Negeri 1 Jember
Tahun Pelajaran 2013/2014
KOROSI
I. Tujuan : Mempelajari proses korosi pada besi
II. Dasar Teori`
Korosi merupakan proses perubahan logam menjadi senyawanya,
terutama terjadi dalam lingkungan yang mengandung air, atau peristiwa
teroksidasinya suatu logam oleh gas oksigen di udara.
Salah satu contoh korosi adalah yang terjadi pada besi, atau biasa disebut
dengan karat. Besi yang mengalami korosi membentuk karat dengan rumus
Fe2O3.XH2O. Pada proses pengamatan, besi (Fe) bertindak sebagai pereduksi
danOksigen (O2) yang terlarut dalam air bertindak sebagai pengoksidasi.
Persamaan reaksi pembentukan karat :
Anode : Fe2+ + 2e- → Fe
Katode : 2H2O → O2 + 4H+ + 4e-
Karat disebut sebagai autokatalis karena karat yang terjadi pada logam
akan mempercepat proses pengaratan berikutnya. K o r o s i adalah kerusakan atau
degradasi lo g a m akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat
di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi
yang paling lazim adalahperkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen
(udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau
karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3. nH2O, suatu zat padat yang
berwarna coklat-merah. Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi,
bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami
oksidasi.
Fe(s) → Fe2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari
besi itu yangbertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 4H+(aq) + 4e → 2H2O(l)
atau
O2(g) + 2H2O(l) + 4e → 4OH -(aq)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk
ion besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, , yaitu karat
besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan
bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor,
misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu. Korosi dapat juga
diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara
kimia a t a u elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan
bahwa korosi adalah kebalikan dari proses e k s t r a k s i logam dari bijih m in
e r a ln y a. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam
bentuk senyawa besi oksida a t a u besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah,
akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan b a ja a t a u b a
ja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan
yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Deret Volta d a n hukum Nernst akan membantu untuk dapat
mengetahui kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung
pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan
oksida dapat menghalangi beda p o t e n s ia l terhadap e le k t ro d a lainnya yang
akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.
Penyebab Korosi
Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi
kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam
bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi
tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat
korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri
atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa an-organik maupun organik.
Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses
korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat memeprcepat proses
korosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut.
Proses Terjadinya Korosi
Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan – bahan logam
yang pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang
kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang paling umum, yaitu
kerusakan logam besi dengan terbentuknya karat oksida. Dengan demikian, korosi
menimbulkan banyak kerugian. Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi
logam menjadi ion dengan melepaskan elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses
katodik yang mengkonsumsi electron tersebut dengan laju yang sama : proses katodik
biasanya merupakan reduksi ion hydrogen atau oksigen dari lingkungan sekitarnya.
Untuk contoh korosi logam besi dalam udara lembab
Dampak Dari Korosi
Karatan adalah istilah yang diberikan masyarakat terhadap logam yang
mengalami kerusakan berbentuk keropos. Sedangkan bagian logam yang rusak dan
berwarna hitam kecoklatan pada baja disebut Karat. Secara teoritis karat adalah istilah
yang diberikan terhadap satu jenis logam saja yaitu baja, sedangkan secara umum istilah
karat lebih tepat disebut korosi. Korosi didefenisikan sebagai degradasi material
(khususnya logam dan paduannya) atau sifatnya akibat berinteraksi dengan
lingkungannya. Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah
dan berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau
dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya
sehingga memperlambat proses perusakannya. Dilihat dari aspek elektrokimia, korosi
merupakan proses terjadinya transfer elektron dari logam ke lingkungannya. Logam
berlaku sebagai sel yang memberikan elektron (anoda) dan lingkungannya sebagai
penerima electron (katoda). Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi
adalah reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-ion
dengan melepaskan elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda terjadi reaksi,
dimana ion-ion dari lingkungan mendekati logam dan menangkap elektronelektron yang
tertinggal pada logam. Dampak yang ditimbulkan korosi sungguh luar biasa.
Berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, Amerika Serikat
mengalokasikan biaya pengendalian korosi sebesar 80 hingga 126 milyar dollar per
tahun. Di Indonesia, dua puluh tahun lalu saja biaya yang ditimbulkan akibat korosi
dalam bidang indusri mencapai 5 trilyun rupiah. Nilai tersebut member gambaran kepada
kita betapa besarnya dampak yang ditimbulkan korosi dan nilai ini semakin meningkat
setiap tahunnya karena belum terlaksananya pengendalian korosi secara baik bidang
indusri. Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian
tidak langsung. Kerugian langsung adalah berupa terjadinya kerusakan pada peralatan,
permesinan atau stuktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa
terhentinya aktifitas produksi karena terjadinya penggantian peralatan yang rusak akibat
korosi, terjadinya kehilangan produk akibat adanya kerusakan pada kontainer, tanki
bahan bakar atau jaringan pemipaan air bersih atau minyak mentah, terakumulasinya
produk korosi pada alat penukar panas dan jaringan pemipaannya akan menurunkan
efisiensi perpindahan panasnya, dan lain sebagainya. Berdasarkan kondisi
lingkungannya, korosi dapat diklasifikasikan sebagai korosi basah yaitu korosi yang
terjadi dilingkungan air, korosi atmosferik yang terjadi di udara terbuka dan korosi
temperatur tinggi yaitu korosi yang terjadi dilingkungan bertemperatur diatas 500oC.
Mencegah Terjadinya Korosi
Prinsip sederhananya adalah ”menutup” jalan masuk dan kontak antara
permukaan besi dengan air dan udara. Caranya bisa bermacam-macam, misal dengan cara
pengecatan, dan melapisi besi dengan bahan lain misal chrom, nekel (misal pada pelg
roda sepeda kamu), penyepuhan atau galvanisasi. Ada juga logam yang dibentuk dari
campuran besi sedemikian rupa namun tetap kuat yang disebut dengan STAINLESS
STELL atau baja tahan karat, biasanya digunakan untuk pisau, alat dapur dan atau alat-
alat kedokteran/kesehatan. Cara lainnya adalah dengan apa yang diesbut dengan
PROTEKSI KATODIK, yaitu melindungi benda besi dari karat dengan menjadikannya
benda itu sebagai KATODA, secara sederhana bisa dijelaskan bahwa sebatang besi akan
lebih mudah terkena karat dibandingkan tembaga, maka dengan "menempelkan"
besi pada sebuah tembaga, maka karat yang muncul akan "terserap" menuju besi,
bukannya tembaga. Cara ini biasanya digunakan untuk jalur pipa yang panjang, menara
tinggi, dan juga mulai dikembangkan dalam teknologi pencegah karat di kendaraan
mobil. Coba deh lihat menara menara antena, terbuat dari besi kan? Lalu kenapa mereka
tidak bisa berkarat? Betul, setiap beberapa waktu selalu di cat ulang, tidak menyisakan
tempat bagi udara dan air bertemu dengan permukaan besi membentuk karat.
III. Alat dan Bahan
- Alat
1. 4 Tabung reaksi
2. 4 Paku
3. Pipet
- Bahan
1. Larutan CH3COOH
2. Larutan HCl
3. Air kran
IV. Cara Kerja
VI. Pembahasan
Dari data tersebut kita melakukan percobaan dengan memberi perlakuan yang
berbeda pada 4 buah paku. Paku yang pertama kita letakkan pada tabung reaksi tanpa
diberi perlakuan (hanya paku). Paku yang kedua kita letakkan pada tabung rekasi dan kita
tambahkan air. Paku ketiga kita letakkan pada tabung raeaksi dan kita tambahkan larutan
asam cuka. Sedangkan paku keempat kita letakkan pada tabung reaksi juga kemudian kita
tambahkan larutan HCl.
Setelah itu kita diamkan paku tersebut selama 30 menit. Setelah 30 menit kita
dapatkan perubahan perubahan, yaitu pada HCl paku terlihat penuh gelembung-
gelembung pada setiap sisi paku. Pada paku yang ada di dalam larutan asam cuka mulai
terlihat gelembung-gelembung kecil tetapi sangatlah sedikit dibandingkan dengan
gelembung-gelembung yang ada pada paku yang diberi larutan HCl. Kemudian pada
paku yang diberi air hanya terlihat beberapa gelembung pada paku. Dan paku terakhir
yang tidak diberikan perlakuan tidak bisa dilihat secara jelas perubahan yang terjadi.
Hal ini dikarenakan larutan yang bersifat asam merupakan faktor yang membuat
peristiwa korosi pada paku (besi) terjadi. Selain itu air juga berpengaruh dalam korosi air,
begitupula udara. Namun, larutan yang bersifat asam cenderung mempercepat dalam
proses pengkorosian pada besi sehingga pada HCl dan asam cuka terihat banyak
Fe + HCl
Muncul banyak gelembung
Fe + H2O
Muncul beberapa gelembung
gelembung, yang menunjukkan ada proses korosi pada paku. Meskipun pada asam cuka
gelembung lebih sedikit dari paku yang diberi larutan HCl. Air juga mempercepat
korosi , akan tetapi lebih lambat di bandingkan dengan larutan yang bersifat asam. Udara
juga salah satu factor terjadinya korosi namun membutuhkan waktu yang lumayan lama
dibandingkan yang lain, dalam proses korosi. Sehingga perubahannya pun tidak dapat
dilihat dalam waktu hanya 30 menit saja. Berbeda denga ketiga tabung lain yang
ditambahkan larutan, lebih terlihat perubahannya dengan indikasi adanya gelembung–
gelembung yang menandakan terjadi proses korosi.
VII. Kesimpulan
Korosi dapat terjadi karena berinteraksi dengan udara, larutan asam, dan air dan
lain-lainnya yang menyebabakan proses korosi menjadi lebih cepat dari biasanya. Udara
mengkorosi paku dengan membutuhan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan
larutan asam, dan air. Akan tetapi yang paling korosif adalah larutan asam yang memiliki
derajat keasaman yang tinggi. Dapat kita lihat hanya dalam waktu yang tidak terlalu lama
reaksi pengkorosian sudah Nampak dengan indikasi munculnya gelembung-gelembung
pada seluruh sisi paku. Sehingga larutan yang sangat tinggi keasamannya sangatlah
bersifat korosif pada besi.
VIII. Saran
Untuk percobaan
Jangan gunakan paku yang terlalu besar. Karena akan lebih mudah melihat perubahan
pada paku yang lebih kecil. Karena larutan tidak dibuat dalam jumlah banyak untuk
percobaan ini. Jadi lebih baik paku kecil.
Untuk Umum