Download - prakerin 1

Transcript
Page 1: prakerin 1

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sesuai dengan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bahwa, lulusan SMK

diharapkan menjadi peserta didik yang siap pakai di masyarakat. Di dalam kurikulum sekolah

ditetapkan bahwa untuk mewujudkan program tersebut maka peserta didik diharuskan mengikuti

dan melaksanakan Prakerin (Praktek Kerja Industri) yang didukung oleh sarana dan prasarana

yang penting, diantaranya adalah apotek.

Hal tersebut diatas sesuai dengan Kepmendiknas RI Nomor 323/U/1997, tentang

Penyelenggaraan Sistem Ganda (PSG) pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Penyelenggaraan Sistem Ganda (PSG) adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan

keahlian profesional yang memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di

sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja di dunia

kerja, yang terarah untuk mencapai tingkat keahlian profesional tertentu.

Secara umum, ruang lingkup kegiatan Penyelenggaraan Sistem Ganda (PSG) ini meliputi

pelaksanaan di sekolah dan dunia usaha atau dunia industri (DU/DI). Sekolah membekali siswa

dengan materi pendidikan umum (normatif), pengetahuan dasar penunjang (adaptif), serta teori

dan keterampilan dasar kejuruan (produktif). Selanjutnya, Dunia Usaha atau Dunia Industri

(DU/DI) diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan keahlian profesi bagi

para siswa peserta Penyelenggaraan Sistem Ganda (PSG) melalui program khusus yang

dinamakan Praktek Kerja Industri (Prakerin).

Page 2: prakerin 1

Selanjutnya, sarana utama dari kegiatan penyelenggaraan praktek di Dunia Usaha atau

Dunia Industri (DU/DI) ini disamping keahlian profesional, siswa juga diharapkan dapat

meningkatkan kualitas sesuai tuntutan kebutuhan Dunia Usaha atau Dunia Industri (DU/DI),

yang meliputi : etos kerja, kemampuan, motivasi, disiplin dan sebagainya. Untuk mengetahui

perkembangan para siswa peserta prakerin di Dunia Usaha atau Dunia Industri (DU/DI) tersebut,

maka diperlukan satu perangkat yang dapat memberikan informasi tentang kualifikasi dan jenis

kegiatan siswa yaitu Jurnal Kegiatan Siswa.

B.     Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan praktek kerja industri antara lain sebagai berikut :

1.      Salah satu syarat dapat mengikuti Ujian Nasional (UN);

2.      Membandingkan dan menerapkan pengetahuan akademis yang didapat dengan maksud untuk

memberi kontribusi pengetahuan pada dunia kerja yang akan dihadapi secara jelas dan konsisten,

dengan komitmen yang tinggi;

3.      Mendapat bekal pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang pengelolaan dan

pelaksanaan pelayanan farmasi sebelum memasuki dunia kerja yang sesungguhnya; dan

4.      Lebih mampu memahami konsep-konsep non teknis dan non akademis di dunia kerja nyata.

C.    Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan Praktek kerja industri (prakerin) ini dilaksanakan pada tanggal 1 Juli samapai 06

September 2013 di Apotek Medika Utama, yang beralamat di Jalan Mesjid Agung Nomor 34

Tasikmalaya. Tlp. (0265) 332622.

Adapun jadwal pelaksanaan praktek kerja industri di Apotek Medika Utama pada hari senin

sampai hari sabtu dan dibagi ke dalam dua shift, yaitu :

Page 3: prakerin 1

Shift pagi, jam 07.00-14.00 WIB;

Shift siang, jam 14.00-21.00 WIB.

Kecuali hari Sabtu jadwal prakerin shift pagi jam 07.00-14.00 WIB, dan shift siang jam

14.00-20.00 WIB.

Pergantian shift dilakukan seminggu sekali pada setiap hari Rabu.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.    Pengertian Apotek

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang

Pekerjaan Kefarmasian Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

kefarmasian oleh Apoteker.

Yang dimaksud Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu

sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluranan

obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta

pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

B.     Tugas dan Fungsi Apotek

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009, tentang tugas dan fungsi apotek

adalah :

1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker;

2. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian;

Page 4: prakerin 1

3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi, antara lain obat,

bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetik; dan

4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan,

penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas

resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat

tradisional.

C.    Tugas dan Fungsi Apoteker di Apotek

Dalam Undang-Undang (UU) Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 telah diatur tentang peranan

profesi apoteker, yakni pembuatan, termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

pelayanan informasi obat serta pengembangan obat dan obat tradisional.

Di dalam dunia kesehatan, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

mengucapkan sumpah jabatan apoteker berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Pekerjaan kefarmasian

mencakup hal-hal yang tergantung pada seorang apoteker yang menjalankan profesinya sebagai

apoteker.

Setiap apotek harus memiliki seorang Apoteker yang bertugas sebagai penanggungjawab

apotek. Apoteker mempunyai peran sebagai berikut :

1.         Pelayanan

Adapun tugas apoteker dalam bidang pelayanan adalah sebagai berikut :

a.         Membaca resep dengan teliti, meracik obat dengan cepat, membungkus dan menempatkan obat

dalam wadah/bungkus yang cocok dan memeriksa serta memberi etiket dengan teliti; dan

Page 5: prakerin 1

b.        Memberikan informasi/konsultasi tentang obat kepada pasien, tenaga kesehatan masyarakat.

c.         Skrinning/pembacaan resep : seperti nama dokter, alamat, SIP, tanggal penulisan, paraf/tanda

tangan, dan lain-lain.

d.        Sebagai tenaga promosi dan edukasi, melakukan :

1). Swa medikasi (dengan medication record).

2). Penyebaran brosur, poster tentang kesehatan.

e.         Sebagai tenaga pelayanan residensi (home care), untuk penyakit kronis (dengan medication

record).

2.         Manager

Apoteker sebagai manager mempunyai tugas :

a.         Menyusun prosedur tetap.

b.        Mengelola obat, Sumber Daya Manusia (SDM), peralatan dan uang di apotek.

c.         Mengelola sumber daya (resources) di apotek secara efektif dan efisien.

d.        Membuat prosedur tetap untuk masing–masing pelayanan.

D.    Tugas dan Kewajiban Tenaga Teknis Kefarmasian

Kewajiban Tenaga Teknis Kefarmasian menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1332/Menkes/X/2002, adalah sebagai berikut :

1.         Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standar profesinya yang dilandasi

pada kepentingan masyarakat serta melayani penjualan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter.

2.         Memberi Informasi

Page 6: prakerin 1

Adapun tugas dan fungsi Tenaga Teknis Kefarmasian dalam bidang pelayanan informasi antara

lain :

a. Yang berkaitan dengan penggunaan/pemakaian obat yang diserahkan kepada pasien.

b. Penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas permintaan masyarakat.

Informasi yang diberikan harus benar, jelas dan mudah dimengerti serta cara

penyampaiannya disesuaikan dengan kebutuhan, selektif, etika, bijaksana dan hati-hati.

Informasi yang diberikan kepada pasien sekurang-kurangnya meliputi:

1). Cara pemakaian obat;

2). Cara penyimpanan obat;

3). Jangka waktu pengobatan; dan

4). Makanan/minuman/aktifitas yang hendaknya dihindari selama terapi dan informasi lain yang

diperlukan.

3.         Menghormati hak pasien dan menjaga kerahasian identitas serta data kesehatan pribadi pasien.

4.         Melakukan pengelolaan apotek meliputi :

a.         Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan

penyerahan obat dan bahan obat; dan

b.        Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan sediaan farmasi lainnya.

5.         Memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) yang dikeluarkan

pejabat yang berwenang.

E.     Syarat Berdirinya Apotek

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002,

tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 992/Menkes/Per/X/1993,

Page 7: prakerin 1

tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek Menteri Kesehatan, pasal 6,

dinyatakan bahwa:

1. Untuk mendapatkan izin Apotek, Apoteker atau Apoteker yang bekerjasama dengan pemilik

sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk

sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

2. Sarana Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi

lainnya di luar sediaan farmasi.

3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.

Adapun fasilitas yang harus dimiliki oleh apotek, yaitu :

a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien;

b. Tempat untuk menyediakan informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi

informasi;

c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta

lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien;

d. Ruang racikan;

e. Tempat pencucian alat atau keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien; dan

f. Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan

barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya

yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah

ditetapkan.

F.     Tenaga Kefarmasian

Page 8: prakerin 1

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009, Tentang

Pekerjaan Kefarmasian Pasal 33, dikatakan bahwa yang termasuk kedalam tenaga kefarmasian

terdiri dari :

1.         Apoteker

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan

sumpah jabatan Apoteker. Di dalam mengemban tugasnya apoteker dapat mengangkat seorang

apoteker pendamping yang memiliki SIPA.

2.         Tenaga Teknis Kefarmasian

Tenaga Teknis kefarmasian terdiri dari : Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis

Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.

G.    Penggolongan Obat

Mengingat peredaran obat saat ini jumlahnya lebih dari 5000, maka perlu mengenal

penggolongan obat yang beredar. Penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan

dan ketepatan penggunaan serta pengamanan pendisribusian.

Pengertian tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 917/Menkes/Per/X/1993 yang kini telah mengalami perbaikan dengan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000.

Page 9: prakerin 1

Penggolongan obat terdiri dari :

1.         Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter, tidak

termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras, obat bebas terbatas, dan sudah

terdaftar di Depkes RI .

Contoh obat bebas antara lain :

a.         Minyak kayu putih;

b.        Obat batuk hitam;

c.         Obat batuk putih;

d.        Tablet paracetamol;

e.         Tablet vitamin C, B kompleks, E, dan lain-lain.

Penandaan obat bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI No. 2380/A/SK/VI/1983, tentang

tanda khusus untuk obat bebas dan obat bebas terbatas.

Adapun tanda khusus untuk obat bebas yaitu bulatan berwarna hijau dengan garis tepi warna

hitam, seperti terlihat pada gambar berikut dibawah ini :

Gambar 2.1

Penandaan Obat Bebas

2.         Obat Bebas Terbatas

Page 10: prakerin 1

Obat bebas terbatas atau obat yang masuk dalam daftar “W”, menurut Bahasa Belanda “W”

singkatan dari ”Waarschuwing” yang artinya peringatan. Jadi maksudnya adalah obat yang pada

penjualannya disertai dengan tanda peringatan.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI, yang menetapkan obat-obatan ke dalam daftar

obat “W” memberikan pengertian bahwa obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat

diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter, bila penyerahannya memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

a.         Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya atau pembuatnya;

b.        Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan tanda peringatan yang

tercetak sesuai dengan contoh.

Tanda peringatan tersebut berwarna hitam, berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm, dan memuat

pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :

P No 1 : Awas! Obat Keras

Bacalah aturan memakainya

Contoh :

1)        Anti Histamin

Page 11: prakerin 1

Sediaan anti histaminum yang nyata-nyata dipergunakan untuk obat tetes hidung/semprot

hidung.

2)        Chloroquinum

Sediaan chloroquinum atau garamnya yang dihitung sebagai basa tidak lebih dari 160 mg setiap

takaran dalam kemasan tidak melebihi 4 tablet tiap wadah atau 60 ml tiap botol.

3)        Sulfaguanidum, phtalylsulfathiazolum dan succinylsulfa thiazolum.

Tablet yang mengandung tidak lebih dari 600 mg zat berkhasiat setiap tabletnya dan tidak lebih

dari 20 tablet setiap bungkus atau wadah.

P No 2 : Awas! Obat Keras

Hanya untuk kumur jangan ditelan

Contoh :

1)        Kalii Chloras dalam larutan

2)        Zincum, obat kumur yang mengandung persenyawaan Zincum.

P No 3 : Awas! Obat Keras

Hanya untuk bagian luar dari badan

Contoh :

1)        Air Burowi.

2)        Mercurochromun dalam larutan.

P No 4 : Awas! Obat Keras

Hanya untuk dibakar

Contoh :

Rokok dan serbuk untuk penyakit bengek untuk dibakar yang mengandung Scopolaminum.

P No 5 : Awas! Obat Keras

Page 12: prakerin 1

Tidak boleh ditelan

Contoh :

1)        Amonia 10% kebawah.

2)        Sulfanilamidum steril dalam bungkusan tidak lebih dari 5 mg bungkusnya.

P No 6 : Awas! Obat Keras

Obat wasir, jangan ditelan

Contoh :

Suppositoria untuk wasir.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/83, tanda khusus untuk

obat bebas terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam, seperti

terlihat pada gambar berikut dibawah ini :

 

Gambar 2.2

Penandaan Obat Bebas Terbatas

3.         Obat Keras

Obat keras atau obat daftar G menurut Bahasa Belanda ‘G” singkatan dari “Gevaarlijk”

yang artinya berbahaya, maksudnya obat dalam golongan ini berbahaya jika pemakaiannya tidak

berdasarkan resep dokter.

Page 13: prakerin 1

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan/memasukkan obat-obatan ke

dalam daftar obat keras, memberikan pengertian obat keras adalah obat-obat yang ditetapkan

sebagai berikut :

a.         Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh pembuat disebutkan bahwa obat itu hanya boleh

diserahkan dengan resep dokter.

b.        Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk dipergunakan secara

parenteral, baik dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek

rangkaian asli dari jaringan.

c.         Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah dinyatakan secara tertulis

bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia.

d.        Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras, obat itu sendiri dalam substansi dan semua

sediaan yang mengandung obat itu, terkecuali apabila di belakang nama obat disebutkan

ketentuan lain, atau ada pengecualian Daftar Obat Bebas Terbatas.

Contoh obat keras :

a.         Acetanilidum;

b.        Andrenalinum;

c.         Antibiotika;

d.        Anthistaminika;

e.         Apomorphinum, dan lain-lain.

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

02396/A/SK/VIII/1986, tentang tanda khusus Obat Keras daftar G adalah “lingkaran bulat

berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi”,

seperti yang terlihat pada gambar berikut di bawah ini :

Page 14: prakerin 1

Gambar 2.3

Penandaan Obat Keras

4.         Obat Wajib Apotek (OWA)

Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di apotek tanpa

resep dokter. Pada penyerahan obat wajib apotek ini terhadap apoteker terdapat kewajiban-

kewajiban sebagai berikut :

a.         Memenuhi ketentuan dan batas tiap jenis obat perpasien yang disebutkan dalam obat wajib

apotek yang bersangkutan;

b.        Membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan; dan

c.         Memberikan informasi meliputi dosis, dan aturan pakai, kontra indikasi, efek samping, dan lain-

lain yang perlu diperhatikan oleh pasien yang bersangkutan.

Dalam peraturan ini disebutkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dirasa perlu ditunjang dengan

sarana yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional. 

Peningkatan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional dapat dicapai melalui

peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan disertai dengan informasi yang tepat sehingga

menjamin penggunaan yang tepat dari obat tersebut.

Oleh karena itu, peran Apoteker di Apotek dalam pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi

dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada masyarakat perlu ditingkatkan dalam rangka

peningkatan pengobatan sendiri. 

Page 15: prakerin 1

Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masyarakat, maka obat-obat

yang digolongkan dalam OWA adalah obat yang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang

diderita pasien. Antara lain : obat antiinflamasi (asam mefenamat), obat alergi kulit (salep

hidrokotison), infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin), antialergi sistemik (CTM), obat KB

hormonal.

Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat diserahkan:

a.         Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun

dan orang tua di atas 65 tahun;

b.        Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit;

c.         Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga

kesehatan;

d.        Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia; dan

e.         Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk

pengobatan sendiri.

Disini terdapat daftar obat wajib apotek yang dikeluarkan berdasarkan keputusan Menteri

Kesehatan. Sampai saat ini sudah ada 3 daftar obat yang diperbolehkan diserahkan tanpa resep

dokter.

Peraturan mengenai Daftar Obat Wajib Apotek tercantum dalam :

a.         Keputusan Menteri Kesehatan nomor 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek,

berisi Daftar Obat Wajib Apotek No. 1.

Contoh :

Page 16: prakerin 1

1)        Obat kontrasepsi : Linestrenol (satu siklus);

2)        Obat saluran cerna : Antasid dan Sedativ/Spasmodik (20 tablet);

3)        Obat mulut dan tenggorokan : Salbutamol (20 tablet).

b.      Keputusan Menteri Kesehatan nomor 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib

Apotek No. 2

Contoh :

1)        Bacitracin Cream (1 tube);

2)        Clindamicin Cream (1 tube);

3)        Flumetason Cream (1 tube).

c.       Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib

Apotek No. 3

Contoh :

1)        Ranitidin;

2)        Asam Fusidat;

3)        Alupurinol.

5.         Obat Golongan Narkotika

Pengertian narkotika menurut undang Undang Nomor 35 Tahun 2009, adalah zat atau obat

yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan ke dalam

golongn I, II, dan III.

a.         Narkotika Golongan I

Page 17: prakerin 1

Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi

sangat tinggi yang dapat mengakibatkan ketergantungan.

Contoh narkotika golongan I : Opium, heroin, dan kokain.

b.        Narkotika Golongan II

Narkotika golongan II ini berkhasiat untuk pengobatan yang dapat digunakan sebagai

pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu

pengtahuan serta mempunyai potensi tinggi yang mengakibatkan ketergantungan.

Contoh narkotika golongan II : morfin, dan petidin.

c.         Narkotika Golongan III

Narkotika golongan III ini berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan yang

mengakibatkan ketergantungan.

Contoh narkotika golongan III : codein, dan etilmorfin.

Penandaan obat narkotika seperti yang terlihat pada gambar berikut di bawah ini :

Gambar 2.4

Penandaan Obat Narkotika

6.         Obat Psikotropika

Pengertian obat psikotropika menurut Undang Undang Nomor 6 Tahun 2009, adalah zat

atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui

Page 18: prakerin 1

pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas

mental dan perilaku.

Psikotropika termasuk dalam golongan obat keras, sehingga dalam kemasannya memiliki

tanda yang sama seperti obat keras. Sedangkan, obat narkotika memiliki tanda berupa lambang

medali berwarna merah.

Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam Undang Undang ini adalah psikotropika yang

mempunyai potensi sindroma ketergantungan, yang menurut Undang Undang tersebut dibagi ke

dalam 4 (empat) golongan yaitu :

a.         Psikotropika Golongan I

Psikotropika golongan I tidak digunakan untuk tujuan pengobatan, tetapi digunakan untuk

ilmu pengetahuan dengan potensi ketergantungan yang sangat kuat.

Contoh psikotropika golongan I: Lisergida (LSD), MDMA (Metilen Dioksi Meth

Amfetamin).

b.        Psikotropika Golongan II

Psikotropika golongan II berkhasiat untuk terapi, tetapi dapat menimbulkan ketergantungan.

Contoh psikotropika golongan II : ampetamina, pantobarbital, dan butalbital.

c.         Psikotropika Golongan III

Psikotropika golongan III mempunyai efek ketergantungan sedang dari kelompok hipnotik

sedatif.

Contoh Psikotropika golongan III : alprazolam, diazepam, penobarbital.

d.        Psikotropika Golongan IV

Psikotropika golongan IV mempunyai efek ketergantungan yang sangat ringa. Contoh

Psikotropika golongan IV : lorazepam, mazindol.

Page 19: prakerin 1

Untuk psikotropika penandaan yang dipergunakan sama dengan penandaan untuk obat

keras, hal ini karena sebelum diundangkannya UU RI No. 5 Tahun 1997, tentang psikotropika,

maka obat-obat psikotropika termasuk obat keras yang pengaturannya ada dibawah Ordonansi

Obat Keras 1949 Nomor 419, hanya saja karena efeknya dapat mengakibatkan sidroma

ketergantungan sehingga dulu disebut Obat Keras Tertentu, sehingga untuk psikotropika

penandaannya ialah lingkaran bulat berwarna merah, dengan huruf K berwarna hitam yang

menyentuh garis tepi yang berwara hitam, seperti yang terlihat pada gambar berikut di bawah

ini :

 

Gambar 2.5

Penandaan Obat Psikotropika

H.    Pengelolaan Obat di Apotek

1.         Perencanaan

Agar proses perbekalan farmasi atau obat yang ada di Apotek menjadi lebih efektif, efisien

dan sesuai dengan anggaran yang tersedia maka harus memperhatikan faktor-faktor sebagai

berikut :

a.         Pemilihan pemasok, yang harus diperhatikan antara lain :

1)        Legalitas pemasok (PBF);

2)        Service, yang meliputi : ketepatan waktu, barang yang dikirim, ada atau tidak adanya diskon,

layanan obat ED, dan tenggang waktu penagihan;

3)        Kualitas obat, perbekalan farmasi lain;

4)        Ketersediaan obat yang dibutuhkan; dan

Page 20: prakerin 1

5)        Harga obat.

b.        Ketersediaan barang atau perbekalan farmasi, yang harus diperhatikan antara lain : Sisa stok,

rata-rata pemakaian obat dalam satu periode pemesanan, frekuansi pemakaian, dan waktu tunggu

pemesanan, pemilihan metode perencanaan. Adapun metode perencanaan, yaitu :

1)        Metode Konsumsi

Memperkirakan penggunaan obat berdasarkan pemakaian sebelumnya sebagai dasar perencanaan

yang akan datang.

2)        Metode Epidemiologi

Berasarkan penyebaran penyakit yang paling banyak terdapat di daerah sekitar Apotek.

3)        Metode Kombinasi

Mengkombinasikan antara metode konsumsi dan epidemiologi.

4)        JIT (Just In Time)

Membeli obat pada saat dibutuhkan.

2.         Pengadaan dan Pemesanan

Pengadaan dilakukan untuk mengetahui persediaan yang dibutuhkan apotek untuk

melayanai pasien. Persediaan yang habis dapat dilihat di gudang atau Kartu Stock Gudang,

sehingga jika barang habis dapat dilakukan pemesanan. Persiapan pengadaan dilakukan dengan

cara mengumpulkan data barang-barang yang akan dipesan dari buku defecta termasuk obat-obat

baru yang ditawarkan supplier.

Pemesanan dapat dilakukan jika persediaan barang habis, yang dapat dilihat dalam Buku

Defecta. Pemesanan dapat dilakukan langsung ke PBF melalui telepon maupun dipesan melalui

salesman yang datang ke apotek.

Page 21: prakerin 1

Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP). SP minimal dibuat dua

lembar (untuk Supplier dan arsip Apotek) dan ditandatangani oleh Apoteker. Surat pesanan

pembelian narkotika dibuat 4 (empat) lembar (untuk PBF Kimia Farma, Dinas Kesehatan

Profinsi, BPOM, dan Arsip apotek). Narkotika (satu SP hanya untuk satu jenis obat),

Psikotropika (satu SP bisa untuk lebih dari satu macam obat).

3.         Penerimaan

Setelah menerima barang kiriman, penerima barang atau tenaga teknis kefarmasian harus

mencocokkan barang dengan faktur dan SP (Surat Pesanan) lembar kedua mengenai jumlah,

nama obat, harga satuan, dan perhitungan harga.

Apabila ada obat yang mendekati ED (Expire Date), maka harus dicatat dalam buku

tersendiri dan urutan tanggalnya diurutkan oleh tenaga teknis kefarmasian.

Selanjutnya dilakukan pencatatan dengan cara dicatat dalam buku pembelian barang, setelah

faktur selesai diinput dengan rincian sebagai berikut: nama PBF, nama obat, nomer batch,

tanggal ED, jumlah harga satuan, potongan harga, jumlah harga, nomor urut, dan tanggal

penerimaan.

Untuk teknis pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau kredit, tergantung dari jenis obat

serta perjanjian dengan pihak distributor. Untuk obat narkotika harus dibayar secara COD (Cash

On Delivery). Pembayaran dilakukan jika sudah jatuh tempo dan faktur dikumpulkan tiap

debitur. Masing-masing dibuatkan bukti kas keluar serta cek dan giro, kemudian diserahkan

kebagian keuangan untuk ditandatangani sebelum dibayar kepada supplier.

4.         Penyimpanan

Page 22: prakerin 1

Apotek harus memiliki perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan farmasi, seperti :

botol dengan ukuran tertentu, jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan, lemari dan rak

penyimpanan obat, lemari pendingin untuk menjamin mutu perbekalan farmasi tersebut.

Penyusunan dan penyimpanan obat atau barang dapat dilakukan berdasarkan kelas terapetik

(farmakologis), alfabetis, FIFO (First In First Out), FEFO (first Exspire First Out), dan bentuk

sediaan.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

a.         Bahan yang mudah terbakar sebaiknya disimpan terpisah dari bahan yang lainnya;

b.        Narkotika disimpan dalam lemari khusus; dan

c.         Obat-obatan yang memerlukan kondisi tertentu, seperti insulin, vaksin, perlu disimpan dalam

lemari pendingin.

5.        Pendistribusian

a.         Pelayanan Non Resep

Pelayanan Obat Non Resep merupakan pelayanan kepada pasien yang ingin melakukan

pengobatan sendiri, dikenal dengan swamedikasi.

Obat untuk swamedikasi meliputi obat-obat yang dapat digunakan tanpa resep dokter yang

meliputi :

1)        Obat Wajib Apotek (OWA);

2)        Obat Bebas Terbatas; dan

3)        Obat Bebas.

Obat wajib apotek terdiri dari kelas terapi oral kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut

serta tenggorokan, obat saluran nafas, obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, anti

parasit dan obat kulit topical.

Page 23: prakerin 1

Prosedur penjualan obat bebas atau obat yang dibeli tanpa resep dokter mempunyai aturan

yang berbeda dengan penjualan obat menggunakan resep dokter, adapun prosedur penjualan

obat bebas adalah sebagai berikut:

1)        Setiap pembelian obat bebas diberikan tanda bukti transaksi penjualan berupa kuitansi penjualan

rangkap 3 dan diberi nomor, tanggal, nama barang, banyak harga satuan dan jumlah;

2)        Bukti transaksi tersebut digunakan untuk membayar pada kasir sejumlah kuitansi. Tembusan 1

(satu) dipegang sebagai arsip kasir setelah diberi stempel lunas;

3)        Asli dan tembusan 2 (dua) diserahkan kepada pelayan apotekuntuk pengambilan barang, setelah

tembusan 2 (dua) dan asli diberi tanda barang telah diambil. Tembusan 2 (dua) sebagai arsip

pelayanan apotek yang menyerahkan barang;

4)        Bon yang asli dan obat-obatan bebas diserahkan kepada pasien.

b.        Pelayanan Obat dengan Resep

Pelayanan resep sepenuhnya tanggung jawab APA (Apoteker Pengelola Apotek). Apoteker

tidak diizinkan untuk mengganti obat yang ditulis dalam resep dengan obat lain. Dalam hal

pasien tidak mampu menebus obat yang ditulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan

dokter untuk pemilihan obat yang lebih terjangkau .

Pelayanan resep didahului proses skrinning resep yang meliputi pemeriksaan kelengkapan

resep, keabsahan dan tinjauan kerasionalan obat. Resep yang lengkap harus ada nama, alamat

dan nomor ijin praktek dokter, tempat dan tanggal resep, tanda R/pada bagian kiri untuk tiap

penulisan resep, nama obat dan jumlahnya, kadang-kadang cara pembuatan atau keterangan lain

(iter, prn, cito) yang dibutuhkan, aturan pakai, nama pasien, serta tanda tangan atau paraf dokter.

Tinjauan kerasionalan obat meliputi pemeriksaan dosis, frekuensi pemberian, adanya medikasi

Page 24: prakerin 1

rangkap, interaksi obat, karakteristik penderita atau kondisi penyakit yang menyebabkan pasien

menjadi kontraindikasi dengan obat yang diberikan.

Adapun prosedur dalam penjualan obat dengan resep dokter:

1)        Resep yang diterima dari pasien diberi harga sambil mengontrol ketersediaan obat dan

diserahkan kembali kepada pasien;

2)        Pasien membayar ke kasir sejumlah harga obat yang akan diambil sesuai dengan resep tersebut

dan ditandai jumlah yang akan diambil serta diberi nomor urut resep dan catat nama, umur,

alamat pasien dengan lengkap di belakang resep;

3)        Resep yang sudah lunas diserahkan kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang bertugas untuk:

a)        Menghitung komposisi obat;

b)        Menyiapkan etiket;

c)        Menyiapkan obat/bahan baku obat;

d)       Meracik obat sesuai ketentuan yang berlaku;

e)        Pengemasan obat yang sudah selesai diracik.

4)        Obat yang sudah selesai diracik dan dikemas kemudian dikontrol kembali. Adapun hal yang

harus diperhatikan ialah:

a)        Resep obat yang sesuai dengan nama pasien;

b)        Komposisi obat dan perhitungan dosis;

c)        Kelengkapan bahan obat yang sudah diracik.

5)        Penyerahan obat oleh petugas yang ditentukan dengan kontrol yang ketat antara nomor dan

nama pasien harus sesuai;

6)        Paraf pasien yang telah mengambil obat tersebut;

Page 25: prakerin 1

7)        Resep yang sudah dikerjakan dilampirkan dengan kalkulasi perhitungan harga pokok obat + laba

+ uang resep (rangkap dua);

8)        Resep yang sudah dikerjakan dengan kalkulasi harga obat, disimpan secara teratur sesuai

tanggal, bulan dan tahun.

9)        Kalkulasi harga pokok obat diserahkan ke bagian pembukuan untuk dicatat.

6.        Pelaporan

a.         Pelaporan dan Pemusnahan obat narkotika

Undang Undang Nomor 22, Tahun 1997, Pasal 11 Ayat 2, menyatakan bahwa importer,

eksportir, pabrik obat, pabrik farmasi, PBF, apotek rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan,

dokter, lembaga ilmu pengetahuan, wajib membuat, menyampaikan pelaporan berkala pada

setiap bulannya, dan paling lambat dilaporkan tanggal 10 bulan berikutnya. Laporan ini

dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan ke BPOM Provinsi

setempat, Dinas Kesehatan Provinsi, dan sebagai arsip di apotek yang bersangkutan.

Pemusnahan obat narkotika Pada pasal 9 Permenkes RI Nomor 28/Menkes/Per/1978,

disebutkan bahwa Apoteker Pengelola Apotek (APA) dapat memusnahkan narkotika yang rusak,

kadaluarsa, atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan bagi pelayanan kesehatan dan atau

untuk pengembangan. Apoteker atau dokter yang memusnahkan narkotika harus membuat berita

acara pemusnahan narkotika, yang memuat :

1)        Tempat dan waktu (jam, hari, dan tahun);

2)        Nama pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika;

3)        Nama, jenis, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan;

4)        Cara memusnahkan; dan

5)        Tanda tangan dan identitas lengkap penanggungjawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan.

Page 26: prakerin 1

Kemudian berita acara tersebut dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan RI, BPOM

setempat, dan Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, dan Dinas Kesehatan Provinsi.

b.        Pelaporan dan pemusnahan obat psikotropika

Apotek wajib membuat dan meminta catatan kegiatan yang berhubungan dengan

psikotropika secara berkala sesuai dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997, Pasal 33 Ayat

1, dan Pasal 34, Tentang Psikotropika. Laporan tersebut dilaporkan kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan tembusan ke BPOM Provinsi setempat, Dinas Kesehatan Provinsi, dan

sebagai arsip. Dan dilaporkan maksimal pada tanggal 10 pada bulan berikutnya. Pemusnahan

obat psikotropika Menurut pasal 53 Undang Undang Nomor 5 tahun 1997, tentang psikotropika,

pemusnahan psikotropika dilakukan apabila :

1)        Berhubungan dengan tindak pidana;

2)        Kadaluarsa; dan

3)        Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau pengembangan

ilmu kesehatan.

Pemusnahan psikotropika dilakukan oleh orang atau badan yang bertanggungjawab atas

produksi dan peredaran psikotropika yang langsung disaksikan oleh pejabat yang berwenang dan

membuat berita acara pemusnahan, yang memuat :

1)        Hari, tanggal, bulan, dan tahun;

2)        Nama pemegang izin khusus (APA/Dokter);

3)        Nama saksi (satu orang dari pemerintah dan satu orang dari badan atau instansi yang

bersangkutan);

4)        Nama dan jumlah psikotropika yang dimusnahkan;

5)        Cara pemusnahan; dan

Page 27: prakerin 1

6)        Tanda tangan penanggung jawab apotek/pemegang izin khusus/dokter pemilik psikotropika dan

saksi-saksi.

I.       Perlengkapan Apotek

Perlengkapan apotek adalah semua peralatan yang digunakan untuk melaksanakan

pengelolaan apotek.

Apotek harus memiliki perlengkapan, antara lain:

1.         Alat administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kuitansi, salinan resep dan lain-lain;

2.         Buku standar farmakofe Indonesia, ISO, MIMS, DPHO, serta kumpulan peraturan perundang-

undangan yang berhubungan dengan apotek;

3.         Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika, dan bahan beracun;

4.         Wadah pengemas dan pembungkus, etiket, dan plastik pengemas; dan

5.         Alat pembuangan, pengolahan, dan peracikan, seperti lemari obat, dan lemari pendingin.

  BAB III

KEGIATAN PRAKERIN

A.    Sejarah Apotek Medika Utama

Apotek Medika Utama berdiri pada tanggal 19 April 2010, yang dikelola oleh seorang PSA

(Pemilik Sarana Apotek) yang bernama Ibu Mariam Ell Farikha YL, S.Si.,Apt dan seorang APA

(Apotek Pengelola Apotek) yang bernama Anggi Eriawan, S.Farm.,Apt dengan nomor SIPA

(Surat Izin Praktek Apoteker) : 19851112/STPA-32.78/2013/1035.

Apotek Medika Utama memiliki lokasi yang sangat strategis, yakni di Jalan Mesjid Agung

Nomor 34 Tasikmalaya telepon : 0265-332622, sehingga dapat terjangkau oleh konsumen atau

pasien dari masyarakat Kota Tasikmalaya maupun masyarakat Kabupaten Tasikmalaya.

Page 28: prakerin 1

Apotek Medika Utama telah memiliki Standar Kualifikasi dalam bidang apotek, sehingga

mampu memberikan konstribusi dalam bentuk pelayanan yang memadai kepada semua

konsumen atau pasien, hal tersebut dapat kita lihat dari beberapa faktor pendukung yang dimiliki

oleh Apotek Medika Utama, yakni dari sisi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), seperti

halnya karyawan atau tenaga kerja yang profesional dalam pelayanan, dari sisi letak geografis

yang berada di tengah-tengah kota dan mudah dijangkau oleh masyarakat luas, dan stok obat-

obatan, baik obat generik maupun obat paten dalam bentuk sediaan tablet, sirup, cream/salep,

suppositoria, injeksi, kapsul, dan lain-lain.

Apotek Medika Utama juga melakukan kegiatan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

sediaan farmasi serta perbekalan-perbekalan kesehatan lainnya. Apotek Medika Utama juga

disertai dengan membuka praktek dokter dan masing-masing mempunyai spesialisasi tertentu,

yang terdiri dari :

1.      dr. H. Pandji Purnama K., Sp.A (dokter spesialis anak);

2.      dr. H. Dadan Resmana, Sp.PD.FINASIM (dokter spesialis penyakit dalam/Internis);

3.      dr. H. Rudy Suradi, Sp.S (dokter spesialis saraf);

4.      dr. Deri Indirawati, Sp.OG (dokter spesialis kandungan);

5.      dr. H. Reiza Farza, Sp.B.,MH.Kes (dokter spesialis bedah); dan

6.      drg. Tritania Ambarwati (dokter gigi).

B.     Pengelolaan/Manajemen Apotek Medika Utama

Dalam hal pengelolaan apotek, Apoteker Pengelola Apotek (APA) Medika Utama mengatur

sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kerja sama yang baik dengan Pemilik Sarana Apotek

(PSA).

Page 29: prakerin 1

Di Apotek Medika Utama tersedia fasilitas yang memadai, hal ini dapat terlihat dari adanya

peralatan-peralatan yang lengkap, serta pengelolaan tempat berupa kebersihan yang tetap terjaga

untuk melakukan kegiatan peracikan obat dan kegiatan-kegiatan yang lainnya.

Apotek Medika Utama dikelola oleh seorang Apoteker yang dibantu oleh 18 orang Tenaga

Teknis Kefarmasian, mulai dari pengadaan, penyimpanan, peracikan pendistribusian atau

penyerahan perbekalan farmasi, serta penanggungjawaban sepenuhnya dalam pelayanan resep

dokter yang sudah tersedia di Apotek Medika Utama.

Di dalam kegiatan kefarmasian dilingkungan Apotek Medika Utama telah sesuai dengan

peraturan yang berlaku, baik dilihat dari segi tata pengelolaannya, ataupun yang lainnya.

Untuk menjamin mutu kerja yang prima dan prefesional dalam hal jam kerja di Apotek

Medika Utama meggunakan sistem shift, yaitu :

1.         Shift pagi, mulai dari pukul 06.00 sampai 14.00 WIB; dan

2.         Shift siang, mulai dari pukul 14.00 sampai 21.00 WIB.

Kegiatan kefarmasian yang dilakukan di Apotek Medika Utama telah sesuai dengan

peraturan yang berlaku, dan dilihat dari segi pengelolaannya Apotek Medika Utama merupakan

Apotek yang melayani penjualan tunai.

Apotek Medika Utama mempunyai sarana dan prasarana yang mampu memenuhi standar

kualifikasi, yaitu dengan bangunan yang mempunyai dua lantai. Adapun di lantai pertama

terdapat : Ruang Praktek dokter, Ruang Tunggu, Tempat Pelayanan, Tempat Komputerisasi dan

Pengerjaan Resep, Tempat Display Obat, Toilet, Kantin, Labolatorium, Mushola, Lemari

pendingin, Tempat Cuci, Tempat Penyimpanan kapsul, Meja Racik, Lemari Narkotika dan

Psikotropika, serta Meja Informasi. Dan di lantai kedua terdapat : Gudang, Ruang Ahli Gizi,

Ruang Adminstrasi, Ruang Tunggu Medref/sales, Meja Komputer, Meja Penyimpanan Faktur,

Page 30: prakerin 1

dan Lemari Display Obat. Untuk denah apotek Medika Utama serta fasilitas tempat

penyimpanan obat terdapat dilampiran 2 halaman 79.

C.    Struktur Organisasi Apotek Medika Utama

Apotek Medika Utama dikelola olah seorang PSA (Pemilik Sarana Apotek) yang bernama

Ibu Mariam Ell Farikha YL, S.Si.,Apt dan dipimpin oleh seorang APA (Apoteker Pengelola

Apotek) yang bernama Bapak Anggi Eriawan, S.farm.,Apt. Adapun yang menjadi tugas APA

sebagai pemimpin ialah melakukan kegiatan pengawasan fisik apotek dan pengawasan

administrasi terhadap semua kegiatan yang terjadi di Apotek Medika Utama baik dalam bidang

pelayanan obat atau dalam bidang kegiatan perbekalan farmasi yang lainnya. Bagian

administrasi, bagian penjualan yang terdiri dari kasir, Tenaga Teknis Kefarmasian, juru resep,

dan juru racik. Selain itu, terdapat juga petugas umum yang bertugas untuk menjaga kebersihan,

keamanan, dan keperluan mendadak yang diperlukan di Apotek Medika Utama. Adapun bagan

struktur organisasi Apotek Medika Utama ada dalam lampiran 3 halaman 81.

D.    Pengelolaan Obat di Apotek Medika Utama

Pengelolaan obat di Apotek Medika Utama, meliputi : perencanaan, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian, dan pelaporan. Hal tersebut akan dijelaskan lebih rinci di bawan

ini :

1.         Perencanaan

Perencanan adalah suatu proses kegiatan pengadaan obat dan menentukan jumlah obat.

Perencanaan penting dilakukan untuk menginpentarisir semua kebutuhan obat, selain itu tujuan

dari perencanaan ialah :

a.         Untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai dengan kebutuhan;

b.        Untuk menghindari kekosongan obat;

Page 31: prakerin 1

c.         Untuk meningkatkan penggunaan obat secara rasional; dan

d.        Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

Selanjutnya, pencatatan perencanaan obat yang akan dipesan dicatat dalam buku yang

dinamakan buku defecta.

Apotek Medika Utama melakukan pemeriksaan barang secara berkala setiap satu minggu

dua kali yaitu pada Hari Selasa dan Kamis sebelum dilakukan pemesanan barang/obat yang

dilakukan oleh petugas khusus bagian gudang. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari

kekosongan barang atau obat yang berada di Apotek Medika Utama.

2.         Pengadaan

Pengadaan adalah suatu proses untuk pengadaan obat yang dibutuhkan di unit pelayanan

kesehatan atau dapat pula dikatakan sebagai kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah

direncanakan.

Tujuan dari pengadaan adalah supaya tersedianya obat sejenis dalam jumlah yang tepat

dengan mutu yang tinggi dan dapat diperoleh dalam waktu yang tepat.

Proses pengadaan barang di Apotek Medika Utama terlebih dahulu dilakukan pengecekan

barang. Pengecekan barang dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian dan disetujui oleh

Apoteker. Apabila barang tersebut hampir habis atau telah habis, maka Tenaga Teknis

Kefarmasian (biasanya bagian gudang) akan mencatatnya dalam buku defecta, kemudian

dipesankan kepada PBF yang datang langsung ke apotek dengan memberikan Surat Pesanan

Obat yang telah ditandatangani oleh Apoteker.

Selanjutnya, pemesanan obat di Apotek Medika Utama dilakukan secara langsung kepada

distributor (PBF) atau dapat pula dipesan melalui telepon untuk obat yang dibutuhkan cito. Surat

pesanan narkotika dan psikotropika mempunyai format yang berbeda dengan surat pesanan yang

Page 32: prakerin 1

biasa digunakan untuk pemesanan obat non narkotika dan non psikotropika. Surat pesanan untuk

obat narkotika dan psikotropika berisi nama apoteker, alamat rumah apoteker, jumlah dan jenis

obat yang dipesan. Surat pesanan obat narkotika sebanyak 4 (empat) rangkap. Lembar pertama

berwarna putih diperuntukkan untuk PBF, lembar kedua berwarna biru diperuntukkan untuk

Dinas Kesehatan setempat, lembar ketiga berwarna pink diperuntukkan untuk BPOM setempat,

dan terakhir warna kuning diperuntukkan untuk arsip apotek. Beda halnya dengan surat pesanan

untuk obat psikotropika dipesan dengan menggunakan surat pesanan khusus yang terdiri dari 2

(dua) rangkap. Dalam satu surat pesanan tersebut dapat dipesan beberapa jenis obat psikotropika.

Adapun kegiatan pembelian barang atau obat di Apotek Medika Utama dilakukan dengan

cara sebagai berikut :

a.         Pembelian Rutin

Pembelian rutin adalah pembelian yang biasa dilakukan Apotek Medika Utama kepada

distributor (PBF) setiap dua kali dalam satu minggu.

b.        Pembelian Mendesak (MB-Mohon Beli)

Pembelian mendesak dilakukan apabila obat yang dibutuhkan oleh pasien tidak

tersedia/kosong di Apotek Medika Utama, sedangkan kebutuhan obat tersebut harus tersedia

dengan segera.

c.         Konsinyasi

Konsinyasi merupakan barang yang dititipkan oleh perusahaan tertentu kepada Apotek

Medika Utama untuk dijual, apabila terdapat barang yang terjual atau laku maka Apotek Medika

Utama harus membayar barang tersebut ke PBF, akan tetapi apabila tidak laku terjual maka

Page 33: prakerin 1

barang tersebut dikembalikan lagi ke distributor dan apotek tidak perlu membayar barang

tersebut. Pengadaan sangat penting dilakukan demi tersedianya barang atau obat dengan jenis

dan jumlah yang sesuai dan bermutu tinggi pada saat akan diperlukan. Konsinyasi biasanya

dilakukan untuk obat-obatan yang masih promosi.

3.         Penerimaan

Penerimaan barang yang datang dari distributor akan diperiksa terlebih dahulu oleh petugas

yang ada di gudang. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan faktur kemudian untuk

disesuaikan dengan surat pesanan, dan barang yang datang.

Faktur terdiri dari empat (4) rangkap, dua (2) rangkap sebagai arsip Apotek Medika Utama,

dan dua (2) rangkap lagi termasuk faktur asli yang telah ditandatangani dan diberi stempel

dikembalikan kepada distributor (PBF) sebagai tanda terima dan faktur asli akan digunakan

sebagai alat tagihan. Untuk pembayaran faktur di Apotek Medika Utama dilaksanakan pada

setiap Hari Kamis. Seluruh bayaran yang sudah diterima disimpan dalam tempat dan disesuaikan

kemudian dimasukkan ke dalam data komputer. Apabila terdapat barang yang tidak sesuai

dengan surat pesanan, maka barang akan dikembalikan atau diretur ke distributor (PBF) yang

bersangkutan dengan bukti surat pesanan yang ada.

4.         Penyimpanan

Sesudah barang diterima dari PBF, maka barang atau obat tersebut diinput oleh Tenaga

Teknis Kefarmasian bagian administrasi kemudian disimpan sesuai dengan tempatnya, yaitu

gudang, ruang racikan, dan tempat penjualan bebas.

Penyimpanan obat atau barang di Apotek Medika Utama dilakukan berdasarkan bentuk

sediaan, golongan dan diurutkan secara alfabetis. Hal ini penting untuk mempermudah didalam

proses pencarian obat.

Page 34: prakerin 1

Untuk penyimpanan obat generik dan antibiotik disimpan di rak tersendiri untuk

memudahkan pengambilan. Untuk obat yang bersifat termolabil disimpan dalam lemari

pendingin, untuk obat bebas dan obat bebas terbatas disimpan di etalase berdasarkan farmakologi

dan bentuk sediaan serta ditata dengan rapih. Sedangkan, untuk obat-obatan yang termasuk ke

dalam golongan narkotika dan psikotropika disimpan secara terpisah dari obat yang lainnya yaitu

di dalam Lemari khusus berukuran 40x80x100 cm, mempunyai dua pintu yang dilengkapi

dengan 2 kunci yang berbeda. Orang yang mempunyai wewenang memegang kunci lemari

narkotika adalah apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang dipercaya.

5.         Pendistribusian

Pendistribusian di Apotek Medika Utama menggunakan sistem FIFO (First In First Out)

dan FEFO (First Expire First Out). Setiap pengeluaran barang dicatat atau diinput ke dalam

komputer, sehingga dapat memudahkan dalam pemeriksaan barang bila terjadi kehilangan.

Kemudian, barang yang sudah mendekati expire dipisahkan di tempat tertentu.

a.         Pelayanan Non Resep

Pelayanan Obat Non Resep merupakan pelayanan kepada pasien yang ingin melakukan

pengobatan sendiri, dikenal dengan swamedikasi.

Obat untuk swamedikasi meliputi obat-obat yang dapat digunakan tanpa resep yang meliputi

:

1)        Obat Wajib Apotek (OWA);

2)        Obat Bebas Terbatas; dan

3)        Obat Bebas.

Page 35: prakerin 1

Obat wajib apotek terdiri dari kelas terapi oral kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut

serta tenggorokan, obat saluran nafas, obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, anti

parasit dan obat kulit topical.

b.        Pelayanan Obat dengan Resep

Pelayanan resep sepenuhnya tanggung jawab APA (Apoteker Pengelola Apotek). Apoteker

tidak diizinkan untuk mengganti obat yang ditulis dalam resep dengan obat lain. Dalam hal

pasien tidak mampu menebus obat yang ditulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan

dokter untuk pemilihan obat yang lebih terjangkau .

Pelayanan resep didahului proses skrinning resep yang meliputi pemeriksaan kelengkapan

resep, keabsahan dan tinjauan kerasionalan obat. Resep yang lengkap harus ada nama, alamat

dan nomor ijin praktek dokter, tempat dan tanggal resep, tanda R/pada bagian kiri untuk tiap

penulisan resep, nama obat dan jumlahnya, kadang-kadang cara pembuatan atau keterangan lain

(iter, prn, cito) yang dibutuhkan, aturan pakai, nama pasien, serta tanda tangan atau paraf dokter.

Tinjauan kerasionalan obat meliputi pemeriksaan dosis, frekuensi pemberian, adanya medikasi

rangkap, interaksi obat, karakteristik penderita atau kondisi penyakit yang menyebabkan pasien

menjadi kontra indikasi dengan obat yang diberikan.

6.         Pelaporan

Adapun kegiatan administrasi yang berhubungan dengan kegiatan di Apotek Medika Utama,

yaitu :

a.         Pengarsipan

Pada kegiatan pengarsipan resep, dilakukan supaya suatu saat pasien yang membutuhkan

data mengenai resep pasien secara mendesak, maka pihak Apotek Medika Utama sudah

menyediakan data tersebut yang dibutuhkan oleh pasien yang bersangkutan.

Page 36: prakerin 1

Selain mengarsipkan resep Apotek Medika Utama juga melakukan pengarsipan faktur-faktur

pembelian dari distributor dan pengarsipan Surat Pesanan.

b.        Pelaporan Narkotika dan psikotropika

Laporan narkotika dan psikotropika dilakukan dengan cara online setiap bulannya, namun

sebelum aturan tersebut diberlakukan, laporan narkotika dan psikotropika diberikan kepada

Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya pada setiap bulan laporan dibuat dalam dua (2) rangkap,

rangkap pertama diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, dan rangkap kedua

diserahkan kepada BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan).

BAB IV

PEMBAHASAN

Kegiatan Prakerin di Apotek Medika Utama dimulai dari tanggal 1 Juli sampai 6 September

2013. Apotek Medika Utama melakukan kegiatan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi

serta perbekalan-perbekalan kesehatan lainnya. Selain itu, Apotek Medika Utama membuka

enam praktek dokter, yaitu :

1.      dr. H. Pandji Purnama K., Sp.A (dokter spesialis anak);

Untuk pasien dokter spesialis anak, dibatas sampai usia 14 tahun dan biasanya menggunakan

hampir seluruhnya obat dalam bentuk racikan.

2.      dr. H. Dadan Resmana, Sp.PD.FINASIM (dokter spesialis penyakit dalam/Internis);

3.      dr. H. Rudy Suradi, Sp.S (dokter spesialis saraf);

4.      dr. Deri Indirawati, Sp.OG (dokter spesialis kandungan);

5.      dr. H. Reiza Farza, Sp.B.,MH.Kes (dokter spesialis bedah); dan

6.      drg. Tritania Ambarwati (dokter gigi).

Page 37: prakerin 1

Selama penulis melaksanakan Praktek Kerja Industri (Prakerin) di Apotek Medika Utama

banyak kegiatan yang dilakukan, yaitu meliputi:

1.      Memperkenalkan diri kepada karyawan Apotek Medika Utama

Perkenalan dilaksanakan pada pertemuan pertama atau hari pertama Prakerin. Dalam perkenalan

dijelaskan identitas masing-masing karyawan beserta tugas dan fungsinya. Kemudian dilanjutkan

dengan perkenalan dari peserta prakerin, sekaligus pembagian tugas dan shift peserta prakerin.

2.      Pengenalan fasilitas Apotek

Didalam pengenalan fasilitas Apotek Medika Utama, peserta Prakerin mengunakan metode

observasi engan cara melihat langsung pada fasilitas apotek yang dipandu oleh petugas. Adapun

beberapa fasilitas yang ada dapat dilihat pada lampiran 4 (empat) halaman 82.

3.      Pengenalan tata letak obat

Tata letak obat di Apotek Medika Utama diantaranya menggunakan sistem FIFO (First In First

Out), FEFO (First Expire First Out), alfabetis, bentuk sediaan, ukuran kemasan serta golongan

obat.

4.      Belajar membaca resep dokter

Apotek Medika Utama mempunyai enam praktek dokter, dan setiap dokter menggunakan jenis

obat yang berbeda, maka secara otomatis peserta prakerin harus mampu membaca resep dari

masing-masing dokter dengan cara membiasakan membaca resep dengan atau tanpa bimbingan

karyawan apotek.

5.      Mengerjakan resep dan membantu pelayanan dalam resep

Didalam mengerjakan resep dan membantu pelayanan resep, peserta Prakerin dilibatkan

langsung dalam proses terebut. Misalnya, menulis etiket, menyiapkan obat, membagi,

Page 38: prakerin 1

membungkus serta mengapsul obat, apabila sediaan obat yang diminta adalah serbuk atau

pulveres.

6.      Menulis copy resep dan Menulis salinan kuitansi

Penulisan copy resep dilakukan apabila pasien membeli obat setengah atau sebagian dari jumlah

obat yang tertulis dalam resep. Tujuannya, supaya pasien dapat menebus atau membeli obat yang

tidak dibeli dikemudian hari. Sedangkan salinan kuitansi dilakukan apabila pasien meminta

kuitansi atas pembelian tersebut, biasanya digunakan untuk bukti pengobatan keperusahaan,

Askes dan lain sebagainya.

7.      Melayani pembeli

Melayani pembeli biasa dilakukan di etalase atau di tempat penjualan obat bebas. Namun, di

Apotek Medika Utama peserta Prakerin tidak diperkenankan berada di bagian pelayanan

pembelian kecuali apabila pelayanan resep sudah habis atau hampir habis. Tujuannya, supaya

tidak terjadi kesalahan yang patal atas pelayanan yang diberikan.

8.      Menyetok obat

Menyetok obat dilakukan rutin setiap minggu, untuk memastikan stok fisik dengan stok

komputer dalam jumlah yang sama. Namun, untuk jenis obat tertentu biasanya di stok secara

khusus dengan cara langsung mencatat setiap kali ada pembelian atau pengeluaran karena sering

terjadi kekeliruan dalam perhitungan.

9.      Merekap faktur

Merekap faktur dilakukan untuk faktur yang telah diinput oleh bagian administrasi. Faktur ditulis

dalam buku pembelian kemudian dimasukan kedalam komputer dengan format yang sama.

Adapun sub-sub yang terdapat dalam buku pembeliaan yaitu: Nomor, tanggal terima faktur,

Page 39: prakerin 1

tanggal faktur, nama PBF, nomor faktur, nama barang, tanggal kadaluarsa (expire date), nomor

batch, quantity, harga satuan faktur, jumlah harga, diskon, PPN (Pajak Penambahan Nilai), total

harga, tanggal jatuh tempo dan keterangan.

A.    Alur Pelayanan Farmasi di Apotek Medika Utama

1.         Alur Pemesanan Barang

Sebelum melakukan pemesanan obat atau barang di Apotek Medika Utama, maka dilakukan

terlebih dahulu pengecekan obat yang kosong oleh petugas yang bersangkutan. Kemudian ditulis

di buku defecta. Kemudian, dipindahkan kedalam surat pesanan yang diserahkan kepada PBF

atau distributor yang lainnya.

Dalam pemesanan barang di Apotek Medika Utama, selalu memperhatikan jumlah dan

macam obat yang dibutuhkan serta mengutamakan pemesanan untuk supplay obat bagi dokter-

dokter praktek di Apotek Medika Utama. Dalam pemesanan obat narkotika dilakukan dengan

menggunakan Surat Pesanan (SP) khusus untuk narkotika yang dibuat dalam 4 rangkap, untuk

arsip apotek, PBF, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, dan satu lembar lagi untuk BPOM

(Badan Pengawasan Obat dan Makanan).

Untuk pesanan psikotropika dilakukan dengan cara membuat Surat Pesanan oleh Tenaga

Teknis Kefarmasian. Surat Pesanan ini dibuat rangkap dua, untuk arsip dan PBF. Adapun bagan

alur pemesanan barang terdapat dilampiran 1 nomor 4.a (empat) halaman 59.

2.      Alur Penerimaan Barang

Setelah melakukan pemesanan barang atau obat, maka pihak PBF akan mengirimkan barang

sesuai dengan Surat Pesanan (SP).

Page 40: prakerin 1

Penerimaan barang di Apotek Medika Utama disertai dengan faktur pengiriman barang.

Pada saat barang diterima, tenaga teknis kefarmasian akan melakukan pengecekan untuk

disesuaikan antara faktur, Surat Pesanan, dan barang, baik dari jumlah, jenis barang, dan tanggal

kadaluarsanya. Kemudian ditandatangani oleh Asisten Apoteker. Adapun bagan alur penerimaan

barang terdapat dilampiran 5 halaman 83.

3.      Penyimpanan Barang

Penyimpanan obat atau barang di Apotek Medika Utama dilakukan berdasarkan bentuk

sediaan dan diurutkan secara alfabetis, dan menurut jenis sediaannya, seperti tablet, kapsul,

injeksi, sirup, suppositoria, salep dan lain-lain.

Penyimpanan ini dilakukan supaya memudahkan dalam proses pengambilan obat,

mempermudah dalam proses pengecekan obat, dan tentunya lebih dapat mempercepat proses

pelayanan terhadap konsumen ataupun pasien. Adapun bagan alur penyimpanan barang terdapat

dilampiran 1 nomor 4.b halaman 59.

4.      Alur Pelayanan Resep

a.       Resep Datang

Ketika di apotek ada pasien datang membawa resep, maka pihak apotek  (biasanya bagian

kasir) menyambut pasien dan mempersilahkan pasien untuk menunggu sebentar.

b.      Pemberian Harga

 Untuk pemberian harga Apotek Medika Utama menggunakan cara komputerisasi, apabila

pemberian harga telah selesai maka petugas kasir akan memanggil pasien dan menyebutkan

harga obat dari resep tersebut. Apabila pasien setuju dengan harga yang kita berikan, maka akan

Page 41: prakerin 1

segera dilakukan penyiapan/peracikan obat. Namun, permasalahan terjadi apabila pasien sensitif

terhadap harga, sehingga pasien tidak setuju dengan harga yang diajukan. Maka penanganannya

adalah mengajukan obat alternatif dengan jenis, jumlah, jumlah item dan harga sesuai

kemampuan pasien.

Disinilah terkadang akan muncul copy resep. Karena dengan copy resep ini pasien bisa

menebus setengah obatnya terlebih dahulu, baru setelah itu, bisa ditebus waktu berikutnya.

Disinilah juga terkadang ada pergantian obat paten satu dengan obat paten satunya yang lebih

murah atau pergantian obat paten menjadi obat generik. Setelah pasien setuju dengan harga obat

yang diberikan, maka tahap selanjutnya adalah penyiapan/peracikan obat.

c.         Penyiapan/Peracikan Obat

Tahap yang dilakukan pada penyiapan/peracikan obat antara lain : penyiapan/peracikan,  dan

penyerahan obat ke pasien. Yang melakukan tahapan ini tidak harus apoteker, bisa tenaga ahli

kesehatan seperti Tenaga Teknis Kefarmasian, ataupun tenaga terlatih lainnya.

1)        Peracikan

Dalam peracikan, dilakukan kegiatan penimbangan obat, pencampuran obat apabila obat

perlu dicampur (dijadikan serbuk, cairan, dan lain-lain), kemudian pengemasan setelah obat

berhasil dibuat dan tahap selanjutnya adalah pemberian etiket.

Yang harus diperhatikan adalah tahap ini harus jelas prosedurnya, ada Prosedur tetap

(Protap)/Standar Operasional Prosedur (SOP) dengan memperhatikan tahap tahap kritikal seperti

dosis yang harus tepat, pencampuran yang harus tepat. Etiket pun harus jelas dan dapat dibaca

serta mudah dipahami. Pengemasan pun harus rapi dan dapat menjaga kualitas dari obat tersebut.

d.        Skrinning Resep

Page 42: prakerin 1

Selanjutnya petugas kasir memberikan resep kepada petugas pembaca resep (harus apoteker

dan tenaga teknis kefarmasian) segera melakukan skrinning resep. Skrinning resep ini antara lain

skrinning administratif, skrinning farmasetis, dan skrinning klinis.

1)        Skrinning administratif

Berguna untuk menghindari kesalahan penulisan resep maupun pemalsuan resep.

Yang dianalisis dalam skrinning ini antara lain ada tidaknya maupun keaslian dari :

a)        Ada tidaknya nama, SIP dan alamat dokter;

b)        Ada tidaknya dan logis tidaknya tanggal penulisan resep;

c)        Ada tidaknya tanda tangan/paraf dokter penulis resep;

d)       Ada tidaknya nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien (jika perlu);

e)        Benar salahnya nama obat, sesuai tidaknya potensi obat, dosis, jumlah yang diminta; dan

f)         Jelas tidaknya cara pemakaian untuk pasien.

2)        Skrinning farmasetis

Yakni menyesuaian dengan kondisi pasien tentang  : bentuk sediaan, apakah cocok

digunakan pasien, apakah dosis sesuai dengan umur, dan berat badan pasien. Sesuai disini

maksudnya dapat menyelesaikan masalah terapi pasien.

Disini akan dilakukan perhitungan apakah dosis tersebut over dosis atau tidak, potensi obat,

cocok tidak khasiatnya dengan penyakit yang diderita pasien, stabilitas, apakah apabila obat ini

digunakan dalam bentuk sediaan tertentu (misal cair), apakah stabil atau tidak inkompatibilitas,

apakah obat satu berinteraksi dengan obat yang lainnya ketika dicampur/ketika dibuat, apakah

Page 43: prakerin 1

rusak atau tidak cara dan lama pemberian apakah dapat menyebabkan kenyamana pada pasien

atau tidak.

3)        Skrining klinis

adanya alergi, efek samping, interaksi obat, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-

lain). Disini juga yang harus benar-benar dicatat adalah cara pemakaian obat, cara penyimpanan

obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari

selama terapi, sehingga nanti bisa disampaikan pada saat konseling. Apabila tahap skrinning ini

bermasalah, maka kita harus dapat mencari solusinya lalu memberikan solusi itu kepada dokter.

Adapun bagan alur pelayanan resep terdapat di lampiran 1 nomor 8 (delapan) halaman 60.

e.         Penyerahan obat ke pasien

Sebelum obat diserahkan ke pasien, maka harus dilakukan pengecekan kembali terhadap

kesesuaian antara obat dengan etiket, obat dengan resep.

BAB V

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari hasil pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) yang dilaksanakan di Apotek

Medika Utama Kota Tasikmalaya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan, yaitu :

1.         Apotek merupakan suatu sarana yang memiliki peranan penting dalampelayanan kefarmasian

serta tanggung jawab moral dan etika profesi.

2.         Tugas dan Fungsi Apotek yaitu :

a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker;

b. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian;

Page 44: prakerin 1

c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi, antara lain obat,

bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetik; dan

d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan,

penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas

resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat

tradisional.

3.         Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan

sumpah jabatan Apoteker. Didalam mengemban tugasnya apoteker dapat mengangkat seorang

apoteker pendamping yang memiliki SIPA.

4.         Apotek Medika Utama Tasikmalaya yaitu salahsatu sarana tempat dilakukannya pekerjaan

kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat.

5.         Pemesanan dan pengadaan sediaan farmasi di Apotek Medika Utama dilakukan dengan

membuat surat pesanan kepada PBF dan berbagai distributor lainnya, surat pesanan tersebut

dibuat berdasarkan kebutuhan dan memprioritaskan pada obat yang laku keras (fast moving).

6.         Apotek Medika Utama melakukan pelayanan obat dengan resep dan non resep.

7.         Apotek Medika Utama belum pernah melakukan pemusnahan sediaan farmasi dan resep.

B.     Saran

1.         Tetap pertahankan pelayanan yang prima dan berkualitas;

2.         Diharapkan untuk lemari tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika dikunci rapat supaya

lebih aman.

3.         Penambahan fasilitas ruangan untuk tempat penyimpanan resep dan faktur supaya terpisah dari

tempat penyiapan atau peracikan obat

Page 45: prakerin 1

Top Related