Download - PRAK 3 Mortum
LAPORAN PRAKTIKUM
MORFOLOGI TUMBUHAN
( AKKC 224 )
TATA LETAK DAUN, RUMUS DAUN DAN DIAGRAM DAUN
Dosen Pengasuh
Drs. Adria R. Adrak
Dra. Sri Amintarti, M.Si
Asisten
Erliani S.Pd
Laili Ni’mah
Oleh
Kelompok III
Hadi Siswanto
(A1C209210)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
MARET 2010
PRAKTIKUM III
Topik : Tata Letak Daun, Rumus Daun, Bagan dan Diagram Daun
Tujuan : Mengenal beberapa tata letak daun pada batang,
menentukan rumus daun serta menggambar bagan dan
diagram daun.
Hari / Tanggal : Selasa, 23 Maret 2010
Tempat : Laboratorium Biologi FKIP UNLAM Banjarmasin
I. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat :
1. Lup 4. Jangka dan Busur
2. Baki/ nampan
3. Alat tulis
Bahan-bahan :
1. Ranting Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis )
2. Ranting Alamanda (Allamanda cathartica L. )
3. Tumbuhan Pandan ( Pandanus sp )
4. Tumbuhan Bayam ( Amaranthus spinosus L.)
5. Tanaman Pepaya ( Carica papaya L.)
II. CARA KERJA
I. Mengamati duduk daun pada ranting, cabang atau batang ( tunggal
tersebar, tunggal berseling, berhadapan, berseling berhadapan, berkarang,
roset batang, roset akar, monospirostik, dan trispirostik ).
II. Menentukan rumus daun :1/2, 2/5, 3/8, dst.
III. Menggambar Bagan dan diagram daun.
III. DASAR TEORI
Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada cabang atau
batangngnya , ada kalanya daun berjejal-jejal pada suatu bagian batang,
yaitu pada pangkal atau bagian ujungnya. Umumnya daun-daun pada batang
terpisah-pisah denagn suatu jarak yang nyata. Jika untuk untuk mencapai
daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi
batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah b, juga
dinamakan rumus daun atau disvergensi.
Pecahan a/b selanjutnya dapat menunjukan sudut antara dua daun
berturut-turut, jika diproyeksikan pada bidang datar. Jarak antara kedua daun
berturut-turut pun tetap dan besarnya adalah a/b × 3600, yang disebut sudut
divergensi. Ternyata didapati pecahan a/b dapat terdiri dari pecahan 1/2, 1/3,
2/5, 3/8, 5/13, 8/21, dan seterusnya. Untuk menjelaskan tata letak daun dapat
dilakukan dengan membuat bagan tata letak daun dan diagram tata letak
daunnya.
A. Bagan Tata Letak Daun
Untuk membuat bagan tata letak daun, batang tumbuhan
digambar sebagai silender dan padanya digambar membujur ortostik-
ortostiknya, demikian pula pada buku-buku batangnya.
B. Diagram Tata Letak Daun
Untuk membuat diagram tata letak daun, batang tumbuhan harus
dipandang sebagai kerucut memanjang dengan buku-bukunya sebagai
lingkaran-lingkaran sempurna. Jika diproyeksikan pada bidang datar,
maka buku-buku tersebut akan menjadi lingkaran-lingkaran yang
konsentris dan puncak kerucut akan menjadi titik pusat lingkaran-
lingkaran tadi.
C. Spirostik dan Parastik
Pada suatu tumbuhan, garis-garis ortostik yang biasanya tampak
lurus ke atas, dapat mengalami perubahan-perubahan arahnya karena
pengaruh macam-macam faktor. Perubahan sangat karekteristik adalah
ortostik menjadi garis spiral yang tampak melingkar batang pula. Dalam
keadaan yang demikian, spiral genetik sukar ditentukan dan tampaknya
letak daun pada batang mengikuti ortostik yang telah berubah menjadi
garis spiral tadi, yang diberi nama lain spirostik.
Bagian tumbuhan yang letak daunnya cukup rapat, daun-daunnya
seakan-akan mengikuti garis spiral ke kiri atau ke kanan. Garis spiral
dengan arah putaran ke kiri dan ke kanan menghubungkan daun-daun
yang menurut kearah samping ( mendatar, horizontal ) mempunyai jarak
terdekat. Setiap daun mempunyai tetangga yang terdekat. Satu ke kiri
dan satunya lagi ke kanan. Dari sudut satu pula tampak ada spiral ke kiri
dan ke kanan. Garis-garis itu disebut parastik.
IV. HASIL PENGAMATAN
1. Ranting Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
Keterangan :
1. Akar 3. Tangkai daun
2. Daun 4. Batang
Rumus daunnya 2/5 × 3600 = 1440
Diagram tanaman Bayam dengan Sudut divergensi 2/5 × 3600 = 1440
Bagan tata letak daun bayam dengan rumus 2/5 dan sudut divergensi 144
Diagram tata letak daun bayam dengan rumus 2/5 dan sudut divergensi 144
Berdasarkan Literatur :
Sumber :http://www.mobot.org/gardeninghelp/plantfinder/pibd.asp?week=2007_38
2. Ranting Alamanda (Allamanda cathartica L.)
Keterangan:
1. Batang
2. Daun
3. Akar
Berdasarkan literatur :
Sumber :
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e2/Allamanda_cathartica_1.jpg/800px-Allamanda_cathartica_1.jpg3. Tumbuhan Pandan ( Pandanus sp )
Keterangan :
1. Batang
2. Daun
3. Akar
Berdasarkan literatur :
Sumber :
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.comp.nus.edu.sg/~dpuk/pix/2003_02_22/103_0337.JPG&imgrefurl=http://onokinegrindz.typepad.com/ono_kine_grindz/2005/09/shf_serikaya_eg.html&h=1200&w=1600&sz=911&hl=id&start=12&tbnid=koMLjAetheZqM:&tbnh=113&tbnw=150&prev
4. Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
Keterangan :
1. Akar 3. Tangkai daun
2. Daun 4. Batang
Rumus daunnya 2/5 × 3600 = 1440
Diagram daun kembang sepatu dengan Sudut divergensi 2/5 × 3600 = 1440
Bagan tata letak daun kembang sepatu dengan rumus 2/5 dan sudut
divergensi 144
Diagram tata letak daun bayam dengan rumus 2/5 dan sudut divergensi 144
Berdasarkan literatur :
Sumber : http://fleurs.cirad.fr/var/fleurs/storage/images/a/amaranthus_spinosus/6907-1-fre-FR/amaranthus_spinosus_reference.jpg
5. Tanaman Pepaya ( Carica papaya L. )
Keterangan :
1. Akar
2. Batang
3. Tangkai daun
4. Bekas tangkai daun
Rumus tata letak daun 3/8, sudut divergensi 3/8 x 360 = 135
Bagan tata letak daun pepaya dengan rumus 3/8 dan sudut divergensi 135
Diagram tata letak daun pepaya dengan rumus daun 3/8 dan sudut divergensi 135
Berdasarkan literatur :
Sumber :
http://pharm1.pharmazie.uni-
greifswald.de/allgemei/koehler/koeh-
029.jpg
V. ANALISIS DATA
1. Kembang sepatu ( Hibiscus rosa-sinensis )
Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman kembang sepatu di dapatkan tata
letak daun yang berseling sehingga dapat ditentukan rumus daunnya. Adapun
rumus daun pada tanaman kembang sepatu adalah 2/5, yaitu untuk mencapai daun
yang tegak lurus dengan daun permulaan, garis spiral (spiral genetik) mengelilingi
batang sebanyak 2 kali dan jumlah daun yang dilewati oleh garis spiral tersebut
sebanyak 5 daun. Jika diproyeksikan pada bidang datar, maka antara dua daun
berturut-turut dapat di cari jarak sudutnya, besar sudut antara dua daun tanaman
bayam (sudut divergensi) yaitu :
2/5 x 3600 = 1440
Klasifikasi menurut (Cronquist, 1981):
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Subclassis : Dillenidae
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Species : Hibiscus rosa-sinensis L.
2. Alamanda (Allamanda cathartica L.)
Berdasarkan hasil pengamatan pada ranting alamanda, dapat terlihat
bahwa tata letak daunnya adalah berkarang (folia verticillata), yang dimaksud
dengan tata letak daun berkarang adalah pada tiap-tiap buku batang terdapat lebih
dari dua daun. Tumbuhan yang memiliki tata letak daun berkarang tidak dapat
ditentukan rumus daunnya, tetapi pada duduk daun yang seperti ini dapat
diperhatikan adanya ortostik-ortostik yang menghubungkan daun-daun yang tegak
lurus satu sama lain.
Klasifikasi :
Divisio : Magnoliophyta
Subdivisio : Magnoliopsida
Classis : Asteridae
Ordo : Gentinales
Familia : Apocynaceae
Genus : Allamanda
Species : Allamanda cathartica L
(Sumber: Cronquist, 1981)
3. Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.)
Berdasarkan hasil pengamatan, tanaman Pandan bertipe spirostik sehingga
spiral genetiknya sukar untuk ditentukan. Suatu spirostik ini terjadi karena
pertumbuhan batangnya tidak lurus tetapi memutar. Akibatnya ortostiknya pun
ikut memutar dan berubah menjadi spirostik ini. Dalam keadaan seperti ini tidak
dapat ditentukan rumus daunnya. Pandan memperlihatkan 3 spirostik.
Klasifikasi :
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Sub classis : Arecidae
Ordo : Pandanales
Familia : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Species : Pandanus sp
(Sumber: Cronquist, 1981)
4. Tumbuhan Bayam ( Amaranthus spinosus L. )
Tanaman bayam merupakan tanaman yang tumbuh liar di pekarangan rumah
maupun di tempat-tempat yang biasanya tanahnya berpasir. Batang basah dan
berair berbentuk bulat dan mempunyai permukaan batang yang licin, tangkai daun
silinder, sisi agak pipih, daun menebal pada pangkalnya. Arah tumbuh batang
tegak lurus dan tiper percabangannya adalah monopodial yaitu batang pokok
tampak jelas karena lebih besar dan lebih panjang. Sifat batangnya sirus pendek
yaitu cabang-cabang kecil dengan ruas pendek selain daun. Helaian daun bulat
telur dengan susunan tulang daun menyirip, pangkal daun tumpul dengan ujung
daun yang agak membulat sedangkan tepi daunnya rata.
Berdasarkan hasil pengamatan, daun pada tanaman bayam letaknya berselang-
seling dan pada setiap buku-buku batang tanaman ini hanya terdapat satu daun.
Oleh karena itu rumus daun tanaman ini dapat dicari. Tumbuhan bayam
mempunyai rumus daun (divergensi) 2/5, yaitu untuk mencapai daun yang tegak
lurus dengan daun permulaan, garis spiral (spiral genetik) mengelilingi batang
sebanyak 2 kali dan jumlah daun yang dilewati oleh garis spiral tersebut sebanyak
5 daun.
Jika diproyeksikan pada bidang datar, maka antara dua daun berturut-turut
dapat di cari jarak sudutnya, besar sudut antara dua daun tanaman bayam (sudut
divergensi) yaitu :
2/5 x 3600 = 1440
Klasifikasi (Menurut Cronquist:1981)
Divisio : Magnoliophyta
Classic : Magnoliopsida
Subclassis : Caryophyllidae
Ordo :Caryophyllales
Familia : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Species : Amaranthus spinosus L.
5. Tanaman Pepaya ( Carica papaya L. )
Berdasarkah hasil pengamatan, daun pada tanaman papaya letaknya tersebar
(folia sparsa) dan pada setiap buku-buku batang tanaman ini hanya terdapat satu
daun. Oleh karena itu rumus daun tanaman ini dapat dicari. Rumus daun
(divergensi) tanaman ini adalah 3/8, yaitu untuk mencapai daun yang tegak lurus
dengan daun permulaan, garis spiral (spiral genetik) mengelilingi batang sebanyak
3 kali dan jumlah daun yang dilewati oleh garis spiral tersebut sebanyak 8 daun.
Jika diproyeksikan pada bidang datar, maka antara dua daun berturut-turut
dapat di cari jarak sudutnya, dan besar sudut antara dua daun tanaman papaya
(sudut divergensi) yaitu :
3/8 x 3600 = 1350
Klasifikasi :
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnolipsida
Sub classis : Dilleniidae
Ordo : Violales
Familia : Caricaceae
Genus : Carica
Species : Carica papaya L.
(Sumber: Cronquist, 1981)
VI. KESIMPULAN
1. Tata letak daun tanaman Kembang Sepatu ( Hibiscus rosa-sinensis )adalah
berseling sehingga dapat ditentukan rumus daunnya yaitu 2/5 ddan sudut
devergensinya adalah 1440
2. Tata letak daun tanaman Pepaya ( Carica papaya L. ) adalah tersebar
dengan rumus daun 3/8 dengan sudut divergensinya 1350.
3. Pada tanaman Alamanda (Allamanda cathartica L.) memiliki daun yang
berkarang sehingga tidak dapat ditentukan rumus daunnya.
4. Sedangkan pada tumbuhan Pandan ( Pandanus sp ) tidak dapat ditentukan
rumus daunnya karena pertumbuhan batangnya tidak lurus melainkan
memutar. Pandan memperlihatkan 3 spirostik.
5. Tanaman Bayam mempunyai tata letak daun tersebar dengan rumus daun 2/5
artinya dalam 2 lingkaran yang mengelilingi batang terdapat 5 helaian daun,
dengan sudut divergensinya 1440.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Adrak, Adria R dan Sri Amintarti M.Si. 2008. Penuntun Praktikum Morfologi Tumbuhan. FKIP UNLAM Banjarmasin.
Dasuki, U. A. 1994. Sistematik Tumbuhan Tinggi. ITB: Bandung.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University: Yogyakarta.
Anonim : http://www.mobot.org/gardeninghelp/plantfinder/pibd.asp?
week=2007_38 Tanggal akses 27 maret 2010
Anonim :
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/e/e2/Allamanda_cathartica_1.jpg/800px-Allamanda_cathartica_1.jpg Tanggal akses 27 maret 2010
Anonim :
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.comp.nus.edu.sg/~dpuk/pix/2003_02_22/103_0337.JPG&imgrefurl=http://onokinegrindz.typepad.com/ono_kine_grindz/2005/09/shf_serikaya_eg.html&h=1200&w=1600&sz=911&hl=id&start=12&tbnid=koMLjAetheZqM:&tbnh=113&tbnw=150&prev Tanggal akses 27 maret 2010
Anonim :
http://fleurs.cirad.fr/var/fleurs/storage/images/a/amaranthus_spinosus/6907-1-fre-FR/amaranthus_spinosus_reference.jpg Tanggal akses 27 maret 2010
Anonim :
http://pharm1.pharmazie.uni-greifswald.de/allgemei/koehler/koeh-029.jpg
Tanggal akses 27 maret 2010