POLIGAMI TANPA IZIN ISTRI J>ERTAMA
MENURUT PERSFEKTIF HUKlfM ISLAM
DAN UU NO. 1 TAHUN 1974
Oleh:
ISLAMIYAH
, PROGRAM STUD I PERADILAN AGAMA JURUSAN AKIIW AL AL-SY Al(HSIIIYYAII FAKUL T AS SY ARI' AH DAN HUKUM UIN
SY ARIF I-IIDA YA TULLAH JAKARTA
1427 II I 2006 M
PfcNGESAHAN PANITIA U.JIAN SKRIPSI
Skripsi yang be1::udul "POLIGAMI TANPA IZIN ISTRI PERTAMA
MENURUT PERSFEKTIF llUKUM ISLAM DAN UNDANG··UNDANG NO. 1
TAHUN 1974" telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan
Hukum Jmusan Ahwal Sy<tkhshiyyah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Juli 2006 Skripsi telah diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar strata satu (SI) pada Jurusim Ahwal
Syakhshiyyah.
Jakarta, 20 Juli 2006 M Mengesahkan, Dck1r7
:J1~
Prof. DR. H. MUHAM1'.'1AD AMIN SUMA, SH., MA., MM NIP. 150 050 917
Panitia Siclang Munaqasyah
Ketua Dra.l lj. Halirnah Ismail NIP. \50 075 192
Sekretaris Drs. Asep Syarifuddin Hiclayat, SFLMH NIP .150 262 877
Pengt\ji l Dr. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag NIP.150 275 509
Penguji 11 : Ors. Asep Svarifudclin Hiclayat, SH.,MH NIP. I 50 262 877
Pembimbing: Dra.Hj. Haiimah Ismail NIP.150 075 l 92
POLIGAMI T,ANP;\ IZIN ISTRI PERTAMA. MENURUT PRESFEKTIF 1-IUIZUM ISLAM DAN
UNDANG-UNDANG NC).1TAHUN1974
Skripsi
Diajukan l\.epada Fakultas Syari'ah clan Ht!l(Um
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai
Gelar Smjana Hukurn !slam
Oleh:
Is!amivah
NilVI: 202044101195
Di Bawah Birnbingan
·;/ ., y<\
A117· ' /' _/ , j \._J /"-- /" I i .,
_// ~{,(: - v I l I
Dni: Hj/Hathnah Ismail NIP: 150 075 192
"
PROGRAM STUDI PERADILAN AGAMA
, JURUSAN AL AKHW AL AL SY AKHSIYYAH
FAKULTAS SY ARI' AH DAN HUKUIVI
UIN SY ARIF HIDA YA TULLAH
JAKARTA
1427H I 2006 lVl
KATA PENGANTAR
Syukur Al-hamclulillah. saya ucapkan kepacla Allah SWT, yang telah
111c111bcri rahmat serta jalan yang lurus yang telah clibcrikan kepacla penulis atas
_ .nikn1at clan karunia-Nya. yang tel ah n1enciptakan 1nanusia yang beraneka ragan1
discnai clengan kclengkapan akal pikiran. sehingga menjadi makhluk kreatif, inovatif
clan 111an1pu 111e111ahan1i serta 1nenga1nalkan norn1a ajaran aga1na (lslan1), sehingga
penulis clapat menyelesaikan skripsi ini yang be1judul. "Poligami Tanpa Izin Istri
Pcrtama Mennrut Prcspcktif Hukum Islam Dan Undang-Undang No.I Talnm
1974" Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan baginda Nabi MuhaF1111ad
S,\ W. yang telah 111e111bawa pclita kehidup&n di alam ini sehingga beliau mampu
incngangkat dan 1nengantarkan dcrajat 1nanusia dari lcn1bah kenistaan ke len1buh
ke111uliaan. Bcscrta kcluarga, para sahnbat dan seluruh pengikutnya hingga akhir
zan1an.
f'enulis yakin bahwa penulis skripsi ini tidak akan selesai tanpa clukungan
clan kontribusi dari bcrbagai pihak, baik materil maupun moril dari semua pihak. Oieh
karena itu. JJenulis rnengucapkan terirnah kasih terutama pada orang tua tercinta,
Ayahanda H. Drs. Rahrnatullah dan lbunda l-lj. Salamah, yang telah memberikan
nasehat, motivasi, juga spirit tiada henli dan bosan terutama selama mengenyam
pendidikan SI di U!N Jakarta. Sernoga Allah mernberikan balasan yang setirnpai
kepada mereka, serta keluarga penulis yang lain.
besar dari Allah. l(ritik dan saran konstruktif sangat penulis harapkan guna
menyempurnakan skripsi ini.
Scn1oga segala bantuan clan saran clan dorongan baik rnoril rnaupun 1nateril dari
".:1m1a pihak yang telah membantu penulis memperoleh balasan yang lebih besar
d"ri i\llah. l<rirtik dan saran konstruktil. sangat pcnulis harapkan gti.rn
menyenpurnakan skripsi ini.
Penulis
Jakai1a, Rajab 1427 H Juli 2006 M
DAFTAR ISi
KATA PENGANTAR
DAFTAR !SI iv
BAB! PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................... .J
B. Pembatasan clan Perumusan Masai ah ............................................ . 5
C. Tqjuan clan Kegunaan Penelitian ...................................... 6
D. Metocle Penelitian clan Tt~juan Penelitian ........................................ 7
F Sistematika l'enulisan...... ... .. . . . ... . . . . ... . . . . .... .. . . . .. ... . . . .. ... 8
BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG POLIGAMI ... ..... ... .... .. . .?.
A. Pengertian poligan11 clan clasar hukumnya ................................... :.. 9
13. Ketentuan- ketentuan cliperbolehkannya berpoligarni ..................... 20
C. Poliga111i dalam konsep Islam.......................................................... 21
BAB III. KETENTUAN POLIGAMI TANPA IZIN ISTRI PERT AMA ..... 27
A. Pandangan lsla111 tentang Berpoliga111i..................... ........................ 27
13. Ketentuan Undang-undang No. I Tahun 1974 tentang Polig3mi.. 31
C. Analisis Poligami 111enurut Huku111 Islam
dan Ul.J No. I Tahun 1974 ............................................................... 38
BAB IV l;ENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 59
B. Saran-saran.................................................................................... 61
DAFT AR PUST AKA.......................................................................................... 61
BAB I
PENDAHULUAN
.-\. Latar Bclakang Masalah
Perkawinan merupakan aspek penting clalam aJaran Islam. Di clalam al-
Qur'<m banyak sekali ayat-ayat yang berbicara soal perkawinan, baik yang
memakai kata nikah (berhimpun), maupun menggunakan kata zawwaja
(berpasangan). Keseluruhan ayat itu memberikan tuntunan kepacla manusia
bagaimana scharusnya menjalani perkawinan agar perkawinan itu clapat menjadi
jembatan yang menghantarkan manusia laki-laki clan perempuan, mcnuju
kehiclupan sakinah (cl<tmai, tenang, clan bahagia) yang cliridhoi Allah. Untuk itu
Islam merumuskan sejumlah ketentuan yang harus clipeclomani, rneliputi tata cara
seleksi suami atau istri, peminangan, penentuan mahar, cam ijab kabul, hubungan
suami istri, serta pengaturan hak-hak clan kewajibannya clalam berumah tangga:
Secara istilah perkawinan aclalah ikatan lahir batin antara seorang pria '
clangan seorang wanita sebagai suami istri clengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia clan kekal berclasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa1•
Dan ini menganclung pengertian bahwa pernikahan aclalah suatu akacl suci yang '
menganclung serangkai pe1janjian di antara clua belah pihak, yakni suami clan
istri. Maka Keclamaian suami istri sangat bergantung pada pemenuhan ketentuan-
1 l(etcntuan U1nun1 Undang~Undang No.1 tahun 1974
2
kctcntuan dalam pc1janjian tcrscbut. Al-Qur'an bahkan menyebut perrikahan itu
scbagai 111its11qa11 glwli::h11 (pc1janjian yang kokoh), seperti termaktub pada ayat
berikut.
i\rtinya: "liaguimana ku11111 aku11 111e11ga111bi! malwr yang telah kumu berika;1 padu istri11111, padaha! ka11111 le/ah bergaul (bercampw) dengan yang lain sebuga;. s11u111i islri. Dan 111ereku (is1ri-islri11111) le/ah mengambil perjanjian yang kua/." (Q.S. An-Nisa/4/2 I).
Di antara mufassir menyebutkan bahwa yang dirnabud dengan pe1janjian
yang kokoh dalam ayat tersebut dcialah perjanjian yang telah diambii Allah dari
para suami, sesuai bunyi ayat 231 surat al-Baqarah: "istri harus diperlakukan
de11gu11 huik, telupijika tidak hendaknya diceraikan dengan haik p11!11."
Ayat itu hanya menegaskan hanya ada dua pilihan bagi suami yaitu bidup
bersama istri dan mcrnperlakukannya dengan cam yang baik atau menceraikannya
dengan cam yang baik pula. Oleh karenanya setiap laki-laki seharusnya
rnenyatakan janji akan berlaku baik pada saat melangsungkan pernikahan, dengan
rnengucapkan janji setia sebagai berikut: "saya be1janji kepada Allah bahwa saya
ukan menggau/i istri saya dengan cara yang sopan, dan kalau tidak, saya akan
menceraikannya dengan cara yang sopan pula. "
Salah satu bentuk perkawinan yang sering menjadi perbincangan dalam
masyarakat muslim adalah poligami. Di satu sisi ada pihak yang menolak
3
poligami. clengan alasan yang bermacam-macam baik yang bersifat normatif,
psikologis clan selalu clikaitkan dengnn keticlak aclilan jencler, clan di sisi lain acla
juga yang menerirna poligami sebagai scsuatu yang cliclukung sebagai jalan
alternatif guna rncnyclesaikan pcrnrnsalahan perselingkuhan. clan prostitusi.
Karena hukum alam betjalan berdasarkan keseimbangan pasangan yang
scmpurna. dalatn hal ini /\1-Quran rncttjclaskan scbagai bcrikut:
,,,,.. ,.. ) .:; ,.. .' ~ : ,.. .. )
( 1- °': 0 ' I c::.i \;1~01 ) 0.J):i:; ~ ~.J.> 1~;\,_';.. ~ JS~·~ ,, ,, ,..
Artinya:
··Da11 segala sernatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingal kebesaran Allah". (Q.S. Azcl-Zariyat/ 51: 49)
Namun clemikian. ini bukan berarti persamaan clalam jumlah, melainkan
kccocokan clalam tipe. climana setiap pasangan pasti memenuhi peranan
alarniahnya clalam kehiclupan. Seiring dengan bertambah majunya kebudayaan
clan rnakin pesatnya pertambahan jumlah j iwa manusia, maka masalah Poligami
clan nikali sirri merupakan dua hal yang ticlak bisa dipisah-pisahkan, karena hal
itu sering kali kita clengar bahwa "kebanyakan orang yang berpoligami (berislri ·
lebih clari satu) pasti rnelakukan nikah sirri (tanpa adanya perizinan dari istri
pertarna)", karena ha! tersebut clilakukan mengingat muclahnya cara itu dilakukan
clan tidak bertentangan dengan agama, seperti clalam firman-Nya;
4
-"} ~ ) / / ~/ /: } ~) # J'
e'.~3 2:o~3 ~ ~u1 ~ fJ ~u,, l: \9~1.' ~q1 1) ~ ~I~ ~l 3 ,,,,,, ,, _,,,, //
(1 :t /~WI) ...
Artinya: "Da11 jika kamu takut tidak akan dapal berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan ya11g yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanitall'anita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga a/au empat ... " (Q.S. An-Nisa/4:3)
Praktek poligami dengan jalan nikah sirri ini merupakan ha! yang paling
sering clilakukan, karena kebanyakan para suami yang tidak ingin mengambil
resiko yang lebih tinggi, biasany'1 jika melalui proseclur yang acla, jarang sekali
suarni berhasil berpoligarni, ha! ini clisebabkan terlalu rumitnya proseclur
berpoligami. Mungkin yang terberat adalah minta izin dari istri, sebab rata-rata
seorang istri tidak mau dirinya dimaclu clan mungkin si istri malah minta dicerai.
Maka dari pennasa!ahan di alas penulis tertarik untuk membahasny,1 clalam
bcntuk skripsi dcngan judul "Poligami Tanpa Izin Istri Pcrtama Menurut
Pcrspcktif Hukum Islam clan Undang-Undang No. 1Tahun1974''.
Aclapun alasan penulis mengambil judul ini antara lain:
I. Adanya para suami yang melakukan poligami tanpa adanya izin clari istri yang
pcrtan1:::L
2. Banyaknya jumlah wanita dibanding laki-laki sehingga laki-laki kemungkinan
mempunyai istri lebih clari satu.
5
3. Kcsanggupan laki-laki untuk berketurunan lebih besar ketimbang wanita,
sebab laki-laki telah memiliki pcrsiapan seksual sejak akil baligh sa~npai tua,
sedang perernpuan dalarn masa haid tidak rnemilikinya, dimana masa haid ini
datang clatang setiap bulan yang ternponya tcrkaclang sampai sepuluh hari,
begitu juga pacla masa nifas, hamil clan menyusui. Kesanggupan perempuan
untuk rnelahirkan anak berakhir sekitar urnur l'!mpat puluh lima tahun, sedang
clipihak laki masih subur sampai dengan lebih enam puluh tahun. Oleh
karcnanya dalarn kondisi scpcrti ini rnanakah jalan kcluar yang lcbih baik,
ketika istri ticlak lagi mampu menjalankan tugasnya sebagai istri, apakah jalan
!uar seperti jalan hewan yang di murkai Allah, ataukah poligami yang suclah
jelas diriclhoi Allah.
4. Beratnya persyaratan untuk berpoligami yang menyebabkan rnereka
mengambil nikah sirri sebagai jalan yang terbaik clan aman dari perbuatnn
yang kotor clan hina.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
I. Pembatasan Masalah
Untuk memuclahkan daiain pembahasan skripsi ini, maka penulis membatasi
pembahasan skripsi hanya sekitar perizinan suami yang berpoligami kepada
istri pertama menurut perspektif hukurn Islam clan Unclang-unclang No. I
tahun 1974.
6
1 Perurnusan Masalah
a. Bagaimana panclangan hukurn Islam clan hukum positif terhaclap
poligan1i?
b. Apakah persyaratan iz111 suam1 yang mgm berpoligami kepacla istri
pertama yang terclapat di clalam Unclang-Unclang Perkawinan,' sesum
dcngan hukum Islam')
C. Tujuan dan Kcgnnaan Pcnclitian
Aclapun tujuan clari penelitian ini aclalah scbagai berikut:
1. Untuk rnengetahui penger'.ian poligarni clan clasar hukurnnya
2. Untuk mengetahui lebih clalam akan poligami rnenurut hukum Islam .. \fan
hukurn Positi f.
Mengenai rnanfaat dari pcnclitian ini, secara teoritis untuk memperkaya
khazanah kcilnrnan di lingkungan Universitas Islam Negeri Symif Hidayatullah
Jakarta, khususnya Fakultas Syari'ah clan Hukum. Seclang manfaat secara praktis
aclalah untuk mcngetahui lebih detail akan pengertian poligami beserta clasar
hukumnya, baik hukum Islam ataupun hukmn positif.
D. Mctodologi Pcnclitian dan Tujuan Pcnclitian
1. tvletodologi Penulisan Skripsi
7
Sebagai suatu karya ihrnah, maka skripsi ini diclasari pada informasi
informasi cbn data-data yang akurat. Dan untuk mt:ndapatkan data-data
tersebut. penulis rnenggunakan Metode Penelitian Pustaka (Librwy Reseach),
ha! ini dirnaksudkan untuk mernperoleh data primer clan skunder, yaitu
penulis mcngadakan penelitian dengan cara rnembaca, mengumpulka11 data
yang diperlukan serta inforrnasi yang dikumpulkan dari buku-buku, rnajalai1
clan buletin yang ada kaitannya dengan tujuan dari penulisan skripsi ini.
Adapun teknis yang diperlukan penulis dalam menyusan penulisan
karya ilrniah ini rnenggunakan buku "Pcdoman Penulisan Skripsi" Fakultas
Syariah clan I lukurn UJN SyariC I lidayatullah .Jakarta. Dengan catatan bahwa
semua teks undang-undang meskipun kurang dari enam baris cliketik satu
spasi, clernikian juga te1:jemahan langsung clari bahasa Arab.
2. Tujuan dari penulisan skripsi aclalah :
a. Agar kita dapat memahami sekaligus menclapatkan kedudukan hukum
yang pasti tentang perizinan berpoligami baik clari hukum Islam maupun
hukum positif.
b. Agar kita rnemaharni pengertian poligami dalam dua tinjauan, yaitu
tinjauan hukum Islam clan Tinjauan hukum positif yang menerangkan
tentang izin poligami.
8
E. Sistematilrn Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, maka masa!ah yang akan
clibahas secarn garis besar dibagi mcnjadi empat bab. Adapun keempat bab itu
jika dirinci adalah scbagai berikut:
Perlama, adalah Pendahuluan. Pada bab pendahuluan ini clikemukakan
hal-hal yang menyangkut latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, metocle clan tujuan penelitian serta sistematika penulisan.
Kedua, tinjauan umum tentang poligami, clan di dalamnya membahas
pcngertian poligami clan dasar hukumnya clisenai ketcntuan-ketentuan umum
cliperbolehkannya poligami, clan poligami menurut konsep Islam
Ke1iga, ketentuan poligami tanpa izin istri pertama. Dan yang clibahas di
dalmnnya adalah panclangan ulama tcntang poligami, ketentuan Unclang-undang
No. I tahun I 974 tcntang poligami dan discrlai clcngan analisa poligami menurut
hukum Islam clan Undang-undang No. I tahun 1974.
Keempat, merupakan b;:ib penutup clari isi skripsi ini yang merupakan .basil
akhir dari tinjauan tiap-tiap bab yang kemuclian dirangkurn clalam kesimpulan.
Bab ini tcrdiri clari sub judul kesimpulan, saran-saran clan claftar pustaka serta
lampiran-lampiran.
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG POLIGAMI
A. Pcngcrtian Poligami tlan Dasar I-lukumnya
I. Pcngcrtian Poligami
18
Kata poliga111i berasal dari bahasa Yunani yaitu kata "poly" atau "po/us"
yang berarti banyak clan "gamaei" atau "gamos" yang berarti kawin atau
perkawinan. Kalau kedua kata tersebut cligabungkan menjadi poligami maka
artinya aclalah ··perkawinan yang banyak" atau dengan ungkapan lain adalah
"suatu perkawinan yang lebih clari satu orang". 1
Seclangkan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia clisebutkan bahwa
pengertian poligami adalah "lkatan perkawinan yang salah satu pihak
memiliki atau mengawini beberapa lawan jenis dalam waktu yang bersamaan
dan berpoligami berarti menjalankan (melakukan) poligami".2
Pengertian poligami secara urnm11 yang berlaku di masyarakat sekarang
ini adalah poligami dalam arti seorang suami mempunyai istri lebih dari satu.
Dernikian juga Syayuti Thalib rnemberi arli kata poligami sama dcngan
pol(garni yaitu seorang summ beristri lebih dari seorang wanita dalam satu
1 l-lu1naicli "ratnpangsara, Hakikal Poliga111i da/0111 !sla111, Usaha Nasional, hal. 12
2 Ka11111s Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud. (Jakarta; Balai Pustaka, 1996), cet. Ke-·7, h.
10
\\aktu yang scuna. Untuk menghindari te1:jadinya salah pengertian poligami
clan poligini. Sedangkan poligini merupakan suatu sistcm perkawinan yang
mernbolehkan seorang pria rnengawini beberapa wanita dalam satu waktu
yang bersan1aan.
2. Dasar Hukum Poligami
hal.169
Dan untuk mcngetahui kcdudukan hukum poligarni dalam Islam maka
disini penulis utarakan clalil-clalil naqli ataupun aqli beserta beberapa pendapat
ulama. Dalam surat An-Nisa ayat tiga Allah berfirman:
: ) ,, ,, ~ / / : j ~) ,,, )~
~ 0 Ll1 ~ ~ ~\k ~ \?-s::;\, Jt11 c} ~;;; ui ~ 0l3 ,, ,.. ,.. ~ / ,, ,, /
) ) / ,- / ,, / } ,; ~ ) D ,.. /}
J;I ~::, ~~.~ & ~_JI tJ>.9 \i~ UI ~·· 0~ ~~j 2:.>U~j ,, / / ~
) / -;;,.
('I : i./ •L.:.11) . ~~: UI Artinya: "Dan jika kamu takut tidak rt!wn dapal her/aku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maim kawini!ah wanila-wanila (lain) yang kamu senangi: dua, tiga a/au empat. Kemudian jika takut tidak akan berbua/ adi/, maka kawinkanlah seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak herbual aniaya". ( Q. S. An-Nisa/4:3)
Dan firman Allah :
3 Syayuti Thalib, f!uklun Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta, Bina Aksara, l 981 ), cet. Ke-1,
11
;; ) ) ,, ) / /
p,1§'~ }- :... )
~_:, ~~G
1\rtinya: '"Doll ko11111 seku/i-lwli ridak aka11 dapul herlaku adil i'erhadap istri-islrimu, wu/uupun killllll sa11gar ingin berbur demikian, karena itu janganlah kamu terla/11 cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kam11 biarkan yang laill rerlwt11llg-kat11llg Dall jika kamu mengadakan perbaikan .. dan meme/ihara diri, maka sesungguhnyo Allah lvfaha Pengampun /agi Maha Penyayang". (Q. S. An-Nisa/4: 129).
Dalam Al-Quran hanya clua ayat di atas yang clengan tegas menerangkan
tentang hukum poligami. Pada ayat pertama merupakan clalil syar'i yang
menyatakan clibolehkannya poligami clalarn ha! ini syeh Khallaf menyatakan
di clalam bukunya Nur mill Al-Quran, menjelaskan tentang keterkaitan ayat )
sebagai berikut:
a. Pada waktu itu banyak para pengasuh anak yatim yang mengawini anak
asulmya. Namun mereka berbuat dzalim clalmn pemberian mahar, ·
bahkan ada di antara mereka yang ticlak membayar mahar sama sekali.
Dengan demikian mereka telah melanggar kewajiban yang ditentukan
Allah. Setelah Allah memberikan larangan keras terhadap mereka ai;ar
ticlak memnkan harta anak yatim, clan Allah menjelaskan bahwa
12
perbuatan itu rnerupakan dosa besar. Lalu rnereka takut dan khwatir
akan tidak berbuat adil dalam rnengawini anak-anak asuhnya. Kepada
mereka ini Allah rnenegaskan: ''Jika kamu takut tidak berbuat adil
clalam mengawini wanita-wanita yaim yang berada clalam
tanggunganya, maka kawinkanlah olehmu wanita-wanita Jain yang
bukan yatim clua, tiga atau empat.
b. Banyak wali atau pengasuh anak-anak yatim yang memakan. harta
mereka seeara sewenang-wenang. Hal demikian untuk memcnuhi
kebutuhan mereka untuk mengambil sitri sebanyak-banyaknya (tanpa
batas) karena harta mereka sencliri tidak mencukupinya. Kepada mereka
ini Allah menegaskan: "Jika kamu khawatir akan tidak berbuat adil
terhaclap anak-anak yatim, maka hentikan saja perbuatanmu, mcrnrnpas
harta anak yatim untuk rn~rnperbanyak istri. Bagirnu cukup beristri dua,
tiga, atau cmpat. Dan jika kamu khawatir tidak berbuat adil diantara
rnereka. rnaka cukuplah untukmu satn istri saja". Penafsiran ini
diriwayatkan oleh lbnu Abbas.
c. Ketika Allah rnelarang mernakan harta anak yatim dan ia mencatat
perbuatan itu sebagai dosa besar, maka takutlah para wali dan pengsuh
anak yatim untuk berbuat dzalirn terhadap mereka yang berada dalam
lindungannya. Kepacla mereka ini Allah menegaskan: "Jika kamu takut
berbuat dzalim terhadap anak-anak yatim dan istr:i-istrimu yang banyak
13
tanpa batas, 111aka cukuplah bagi111u mengaw1m dua,tiga atau en:pat
orang wanita yang kamu cintai. Dan jika kanrn takut akan tidak berlaku
adil diantara mcreh., maka cukuplah untukmu scorang istri saja. Sebab
orang yang tc1:jcbak c!alam tidak keclzaliman hams berusaha
membebaskan cliri dari lingkaran kedzaliman itu. Penafsiran ini
cliriwayatkan c!ari Sa'icl Jbn Zubair, Al-Sanda clan Qatadah. Dan
menurut mufasir agung Jbn .farir penafsiran ini yang lebih tepat dan
clapat diterima clibanding lainya.4
Dan clalam ha! ini para ulama masih berbecla pendapat clalam menanggapi
clua ayat tersebut. Secara global poligami clapat dikelompokan meujacli clua
katagori. Pertama kelompok ulama yang melarang poligami, clan kedua ialah
kelompok ulama yang memperbolehkan poligami.
Menurut penclapat pertama maksucl dua ayat cliatas menunjukan
clilarangnya yoligami. Sebab ayat pcrtama (i:h.1:,i 1),,;; JI ~ 0~)
memperbolehkan poligami clengan syarat berlaku aclil terhadap wanita-wanita
yang menjacli istri. Seclangkan ayat kedua ( 1)) .C:....:11 ~,;; 1),,;; 011:,::v ; :)) , ,
~/-) Menerangkan bahwa s~orang tic!ak c!apat berbuat ac!il, kendatipun ia
berkeinginan untuk itu. Dengan dernikian ibadah al-taaddut pac!a ayat pertama
•1 Abdulta\vab I-laikal, Rahasia Perka\vinan Rasu/u//ah Poliga111i dalan1 Islan1 vs. Monogc1111i
--/Jara!, (Jakarta: CV, Pedon1an I!n1u Jaya, 1993) Cet. I, ha!. 23
14
tidak rnungkin terjadi. Sebab sesorang menurut nash ayat kedua tidak akun
mampu berbuat aclil. Untuk itu, clapat clisimpulkan bahwa poligami hukumnya
haran1 n1enurut nash dua ayat di atas.5
Namun pendapat ini dikcritik oleh kelompok ulama yang membolehkan
poligami, bahwasanya pendapat itu ticlak bersandar clengan pacla dalil naqli
dan aq Ii yang kuat. Kalau tidak karena khwatir bahwa pendapat itu akan
mcnyesatkan orang awmn, kami pcrlu memuat pendapat itu clalam tulisan ini,
ha! tersebut karena pendapat tersebut yang menyatakan bahwa clua ayat
tersebut mengharamkan poligami tidak bersandar kepacla Al-Quran itu
sendiri. Tampaknya tidak ada pendapat yang scrupa clengan pendapat pertama
tadi baik dari ulama tcrchhulu ataupun ulama belakangan. Untuk itu karni
perlu P1cmbuktikan kelemahan pendapat tersebut sebagai beriknt:
I. Sifot adil yang menjadi syarat bolehnya laaclclud al-zaujah atau
bcrpoligami dalam ayat pcrtama bukanlah sifat aclil yang acla dalam
ayat kedua, dimana setiap orang tidak mampu untuk
melaksanakannya. Adil dalam ayat pertama aclalah adil yang dapat
clilakukan (te1:jangkau), seperti menyamakan rumah, nafkah, dan
giliran meginap. Di sini adil merupakan suatu tanggung jawab dan
suatu perintah yang harus direalisasikan. Seperti dalam pembagian
waktu menginap haruslah sama, ha! ini dapat kita ketahui
5 Ibid., hal. 15.
15
sebagai1m111a yang dikatakan oleh Ummu Salamah, "setelah
Rasulullah mengawiniku. Beliau menetap di rnmahku selama tiga
hari. l3elim1 bersabda: "sekarang sudah tidak ada lagi kehinaan atas
keluargamu pacla dirimu. Apabila kamu menghandaki, aku akan
rnemberi bagian 7 hari kepadamu, aku pun akan memberi bagian
tujuh hari kepada istri-istriku yang lain"6
Dan masalah pembagian naikahpun harus benar-benar clilakukan
secara adil. Namun bukan berarti bagi seorang laki-laki harus
memberi jumlah harta bencla yang sama terhadap istri-istrinya.
Pembagian atau pemberian nafkah ini harus clisesuaikan clengan
konclisi yang acla. Pernberian nafkah kepacla seorang istri yang hiclup
clengan clua orang anak harus lebih banyak clibanclingkan clengan istri
yang belurn punya anak clan hiclup di clesa. Sebab tingkat kebutuhan
mereka ticlaklah sama. Karena rnakna aclil clalam hal ini bisa juga
diartikan dengan meletakkan/111enge1jakan sesuatu pacla tempatnya
yang sesuai ( dengan kebutuhan).
3. Sedangkan aclil pada ayat keclua, climana tidak seorangpun yang
mampu melakukannya aclalah aclil yang bersifat "maknawi" ia hanya
berkaitan dengan getaran jiwa (curahan kasih sayang) clan beracla di
luar kemarnpuan manusia. Karena itu, aclil yang keclua ini bukanlah
6 Khalilah Marhiyanto. Ro111antika Perkawinan, (Gresik, Putra Pelajar, 2000), cet. I, hal.76.
16
suatu tanggung jawab clan bukan pula suatu "laklif' karena hati atau
ji\va buk;.111 punya n1a11usia, n1elainkan n1ilik yang Maha Kuasa, ia
dapat menggetarkan kemana sajajika ia berkehendak.
4. Dalam ayat keclua, setelah ayat ( 1Jl3 rLll ~)i! ljl~ ~) 1:;.jF;',,.~ ;)3
~:Y,.) Allah menyambung dengan ayat ( LAi~~,-m J;JI JS \~!)_4~ Ll~
~LS), Sambungan ini bertujuan untuk menunjukan bahwa aclil
yang ticlak dapat dijangkau oleh rnanusia aclalah adil clalam arti al-hub
al-<1alby, yakni einta sejati yang tentu saja tidak clapal dibagi-bagi.
Syekh Abu Bahr bin al-Arabi berpenc!apat, bahwa ticlak seorang pun
yang clapat rnengenclalikan kecenclrungan hatinya, karena sepenuhnya
ia beracla clalarn kekuasaan Ilahi. 7
Sec!angkan rnenurut Puspo tafsir yang menolak poligami lantaran ayat l 29 surat an-Nisa yang berkenaan clengan adil tidal- dapat dilaksanakan, itu scmata-mata telah mcngorupsi sebagian ayat ilu karcna biasanya yang disan1pnikan hanya san1pai kalin1at, " ... clan sekali-kuli kumu lidak akan ber/aku adil /erhadap islri-islrimu, meskip1111 kamu ingin melakukannya. " Padahal masih ac!a kelanjutannya yaitu, "karena itu, janganlah kamu ter/alu condong (kepada yang kam11 cintai) sehingga yang lain kamu biarkun lerkalung-katung . .Jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara (dari kernrungan}, ses11ngg11hnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang". 8 Oleh karenanya adanya ayat 129 surat An-Nisa sebagai
peringatan bagi orang yang ingin melaksanakan poligami agar selalu
7 Doi, A. Rah1nan I. Per!jelasan Lengkap Huk11111-l-!ukun1 Allah (Syariah), Op,C'it., h. 195
8 Nurbowo Apiko Joko M., fndahnya Poligan1i Pengalan1an Keluarga Sakinah Puspo /Vordoyo, (Jakarta: Senayan Abadi Publishing), h. 53.
17
berlaku aclil. Dan karena bcrlaku adil itu sangatlah sulit maka ayat ini
rnengajarkan untuk ticlak lebih ccnclerung kepada salah satu dari istri-
istri mercka, artinya lebih menghinclari clari oifat cenderung kepada
seseornng karena vang dcrnikin itu lebih mudah dilakukan clan lebih
ringan problcrnatika berpoligami.
Dan j ika dalarn kchidupan bcrkcluarga te1:jadi lebih cendrung kcpacla
seorang istri dibandingkan dengan istri yang lainnya, Hal ini tentu
tidak senganja dilakukan oleh suami. Sedangkan larangan untuk tidak
tcrlau cenclcrung clapat clipahami bahwa sebagian kecenderungan
clapal dimaaflrnn, karena tidak acla kemampuan untuk mengendalikan
melainkan Allah.
Rasulullah sendiri yang merupakan contoh teladan bagi orang .Islam
pernah menjelaskan bahwa beliau telah berlaku adil terhadap istri-istri
bcliau dcngan scgala ha!, kecuali cinta kasihnya yang lebih cenderung
kepada Aisah r.a. karena itu Rasulullah berdoa:
Artinya:
7 Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Bogor: Prenada Media, 2003), Cet, L h, 133
18
Rasulullah SA \V selalu 111ec1bagi giliran sesama istrinya dengan adil dan beliau pernah berclo'a:"Ya Ji1ha11, i11ilah hagia11k11 yang dapal aku ke1jakan karena itu i'll/!,kau 111encelakakanku ten/an,f!, a1Ja J'a11J.; kau kuasai se(/a11gkall uku !itlok 111t'JJ.~1u1sui11yo, .'lhu /)u1ul herkata )'an.~ clin1aks11cf cfengan e11p;ka11 kzu1sai teloj1i uku rh/ak n1enguasai _vaitu hali. ( I-I.Ft. Abu Daud, tunnudzi, Nasa' i dan ibnu 1-libban)
5. l)alan1 surat 1-\n-Nisa ayat 23 c~l:... ~~ L~ J1_;;:.\1\::;.1~ 0\j) Allah
telah melarang poligami atas perempuan yang bersaudara. Dan
Rasulullah pun telah melarang tegas seseorang untuk mengawini
seseorang wanita clan bibinya sekaligus, baik bibi dari garis ayah
maupun bibi dari garis ibu. Dari ayal dan hadis ini kita clapat pahami
bahwa larangan untuk memperistri wanita clan bibinya dalam satu
waktu tidak clibolehkan.
6. Rasulullah saw, menjelaskan dalam Al-Quran baik melalui perbuatan
ataupun perkaatan. Beliau adalah pesuruh Allah, yang bertugas
menyampaikan barang yang halal clan haram, namun beliau
berpoliga111i. Lalu apa ko111entar clari orang yang melarang poligami 0
Aclakah rnereka akan 111engatakan bahwa Nabi tclah menyirnpang dari
nash Al-Quran, khususnya clua ayat (yang menurut mereka) melarang
poligami? Ataukah mereka ticlak paham makna keclua ayat tersebut.
Menanggapi kenyataan itu, mereka menyatakan bahwa hal itu bersifat
"khusushiyah", artinya hanya khusus untuk Nabi.. Paclahal yang benar
khusushiayah untuk nabi bukan terletak pacla bolelmya berpoligami
melainkan terletak pada kesempatan yang cliberikan kepad Nabi
mengambil istri lebih clari empat orang, Dan kenyataannya bahwa para
sahabat Nabi (kebanyakan) berpoligami clan Nabi sencliri hanya
19
memcrintahkan untuk mcngambil empat saJa bagi mereka yang
mempunyai islri lebih clari itu.
Kcbolchan berpoligami itu tanpa acla batasannya clan hanya
bcrgantung pada kesanggupan. Alasan yang clipegang oleh golongan
ini ialah sebagai berikut: Firman Allah aclalah
n1utlak. tanpa ada b;,1tasun i>enyebutan bilangnn berupa n1asna, sulasu
clan ruba'a ticlak menganclung ma11rnm mukhalafah. Penyebutan ini
hanya sckcdar untuk menghilangkan kebingungan mukhatab .. yang
rrnmgkin menyangka bahwa rnenikah lebih clari seorang wanita ticlak
clibolchkan.
Abu Daucl meriwayatkan clari Haris bin Qois :
/ / "' ,, ) ~ ,, // / / ,, ,.. / /'
rt..,:} .,_;~ 1~ I J.o ~~ ;ilE :::., 'f » ;_;'....; '-~ \.:; 0 ;_.,::, ~L\ : J t; / .'/// 'l"" ,,.,..
\.r~t; J,J ~Jb-".I oLu) ~) ~~;;-1 J~ / /
8 A. Rahmanu, Penjelasan lengkap H11k11111-H11k11111 Allah, (Jakarta: Media Syari'ah, 1999), cet. Ke- I. 29
20
Artinya: "Haris hin Qais berka!a "aku memeluk Islam sedang aku memiliki delapan orang islri. alw mengadukan ha/ i/11 kepada Nabi saw, lalu heliau berkula 'pilihlah empat islri saja dari mereka "'. (HR. AbL1 Daud).
Kalau di lihat dari segi bahasa, maka ayat pertama di atas diketahui
bahwa ayat ini memperbolehkan seorang laki-laki untuk beristri tidak
lebih dari cmpat orang. Karena huruf wawu pada ayat ini berfungsi
sebagai badct! (ganti), artinya nikahilah tiga orang, kalau tidak dua
orang, dan cn1pat orang kalau bukan tiga orang. 10
B. Ketentuan-Ketentuan Diperbolehkannya Berpoligami
Kalau kita tengok kembali masalah hukum perkawinan maka kita akan
mendapatkan lima hukum tentang perkawianan yaitu wajib, sunnah, makruh,
mubah clan haram. Begitu juga clengrin masalah poligami, diperlakukan halnya
dengan hukurn nikah. dinrnna hukumnya tcrgantung pada konclisi seorang laki-
laki (kebutuhannya terhaclap poligami, clan kemampuannya memenuhi hak-hak
istrinya).
Pacla clasarnya. poligami itu hukumnya mubah (boleh) seperti yang
diisyaratkan oleh ayat tcrsebut clfiatas. Ayat ini menjelaskan kehalalan poligami
dengan syarat dapat berlaku adil. Jika syarat ini tidak dapat clipenuhi, dimana
'0 Abi Abdullah Muhammad lbnu Ahmad Al-Anshori Qurthuby, Al-Jami' Li Ahkam Al
Quran, vol 5, ha! 12.
21
scornng suami balrna ia akan te1jatuh kcpacla kezaliman dan menyakiti istri-
istrinya. clan tidak dapat memenuhi hak-hak mereka yang aclil, maka poligami
menjacli haram . .lika ia merasa kemungkinan besar menzalimi salah satu istrinya,
maka poligami menjacli makruh. Namun jika ia yakin akan te1jatuh kepada
perbuatan zina j ika tidak berpoligmi, maka poligami menjacli wajib atasnya. 11
Syarat-syarat Poligan1i
1. Maksimal empat orang. Islam hanya membolehkan seorang laki-laki
melakukan poligami dengan empat orang istri seperti yang telah clijclaskan
di clepan.
2. Adil terhaclap semua istri. Allah sv,;t telah memerintahkan lelaki yang ingin
bcrpoligami agar selalu berlaku ac!il clengan firman-Nya:
' / ~ ):
('f/ t.:~WI) ... f~G' \JI~ ~\P-0?· · " ... Kemudian jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka (kawinlah) seorang saja. "(QS. 4:3) ·
C. Poligami dalam Konsep Islam
Ketika Al-Quran turun, ada laki-laki bcristri sepuluh orang, clan Al-Quran
tidak melarang mercka berpolig2.!11i, namun tidak pula memberikan kebebasan
kepada mcreka secara mutlak. Sebab bila mcreka dilarang untuk berpoligami
11 H. l-Ia1jani 1-lefni, Le, (ed), Jvfe111aluuni Keadi/an Dalan1 Poliga111i, Jakarta, PT. Global tvledia Cipta Pub!ising, 2003, hal. 33.
maka larangan terscbut berlawanan dengan tuntutan fitrah manusia dan konclisi
di111<1n<1 rncreka hidup. Semenlara bila diberi kebebasan tanpa batas, rnaka
pnligarni akan berlangsung bukan untuk kemaslahatan akan tetapi hanya sekedar
untuk mengikuti h<ma nal'su belaka.
!:;Jam aclalah at11nm hidup yang telah disesuaikan clengan tuntutan clan
kcperl uan n1a11us1a pada sctiap zan1an clan ten1pat, aturan realitas yang
111cnyangku1 derajat 1nanusia n1cncapai tingkatan terhor1TH1t dan n1t!lia. Islan1
111c1H.!idik n1anusia agar tidak lunduk kcpadu ha\Va nafsu dan hartn. nan1un tidak
pula rnengingkari aclanya tuntutan nafau clan fitrahnya.
Agarna Islam telah rnengikis kekacauan yang te1jadi pada ummat terdahulu
di mana poligami ticlak dibatasi oleh jumlah tertantu. Ketika Islam datang, para
lelaki kabilah Tsaqif banyak mern;liki l 0 orang istri, mereka adalah Mas'udbin
i\lu'tib, i'vfas'ud bin 'i\mr bin 'Urnair. 'Unvah bin Mas'ucl, Sufyan bin Ahclullah,
(ilrnlian bin Salamah. clan i\hu ·t.qil Mas·ucr bin 'Arir bin Mu'tib. Lalu Islam
rnernbatasinya hanya ernpat istri sa,1a. sehingga kctika masuk Islam clan syariat
poligami tel ah diturunkan, CJhilan, Sufyan. dan 'i\qil memilih empat orang istri
n1creka dan 111enccraikan enan1 orang yang lain. Sedangkan 'Ur\vah n1asuk Islarn
lalu wafat sebelum syu•·iat poligami diturunkan. 12
12 Arij' Abdurrahn1an As-Sanan, Ale111aha111i Keaclilan Dalan1 Foliga1ni, Jakarta : PT. Cllobal!nedia Cipta Publishing, 2003, h. 25
Oleh karenanya Islam memberikan aturan-aturan hukum agar kita tidak
terlena dalam perrnasalahaan. Seperti dalam sebuah negara atau tiap kelompok
masyarakat yang memiliki perbandingan jurnlah antara pria dan wanita yang
didominasi oleh kaum wanita, malrn pada rnasalah ini biasanya tidak akan
terlcpas dari tiga kernungkinan:
I. Setiap pria hanya boleh rncnikah dcngan seorang wanita secara sah, dan
membiarkan percmpuan lainnya clalam keaclaan rnenclerita kerena harus
rnengisi hidupnya jauh dengan laki-laki.
Setiap pria 111enikah clengan seornng perempuan secara sah. Sernentara wanita
lainnya dia gauli dengan secara ticlak sah. Mereka bergaul clengan earn yang
cliharamkan dan tentu mereka ticlak akan menclapatkan kebebasan hiclup
sebagai n1ana !ayak11ya suan1i istri.
3. Bagi pria yang 111a111pu, rncnikah dcngan lcbih dari scorang istri, schingga
wanita lain pun clapat rnengenal clan menclapat perlindungan laki-laki juga
mengenal dirinya scbagai seorang istri yang nrnlia. Tanpa ada perbuatan yang
memalukan atau mclakukan perbuatan yang diharamkan.
Maka pacla permasalahan pertama akan terlihat bahwa wanita ditempatkan
pada posisi yang berlawanan pacla fitrahnya karena mereka harus menjauh
clari pasangan hidupnya yang seharusnya justru saling memerlukan antara satu
sama lain. Walaupun acla sebagian wanita yang menyibukkan cliriny2 dengan
beke1ja atau clengan kesibukan-kesibukan lainnya yang cliperkirakaq clapat
24
mcngatasi masalah kesencliriannya tanpa menikah, l.crnyata itu hanyalah
sebuah teori saja clan jauh clari kcnyataan, karena hal t~rsebut memang sangat
berlawanan dengan fitrah manusia. Manusia sendiri tercliri dari jasacl, aka!,
ruh clan naluri. Scmua unsur ini memcrlukan kesehatan clan ketenangan.
Seperti halnya laki-laki yang memerlukan pekeijaan clan mcnikmati hasil
beke1ja, clan percmpuan pun bigitu sangat memerlukan ketentrarnan hiclup
dalam bcrumah tangga. Sebab laki-laki clan pcrempuan cliciptakan dari satu
jiwa yang sama. Bila seorang wanita berkata, "saya suclah merasa senang
clengan cara 111enyencliri ini. Saya lebih memilih menyencliri claripacla harus
menikah clengan seorang yang tel ah beristri." Kalan pernyataan ini betul-betul
keluar clari hati nuraninya tanpa terbebani apapun, untuk hal ini mi.mgkin
clapat diterima. Hanya perlu diingat bahwa wanita seperti ini dapat clihitung
dengan jari knrena Allah telah menciptakan segala sesuatu berpasarigan dan
bila scsuatu itu dijauhkan dari pasangannya akan te1jaclilah kejanggalan. Hal
ini sesuai clengan llnnan Tuhan,
) ~· / J
~_;J;.; ~ ~3 ~\ ~3 :;,~~\
Artinya: "'lvfaha Suci Zal yang le/ah menciplakan pasangan-pasangan semuanya clari apa yang cli111mb11hka11 bumi clan clari cliri mereka (manusia) sencliri clan dari apa yang tidak mereka ketahui". (Q.S. Yasiin/36:36)
Allah telah mcmberi malarn sebagai pasngan siang, terang bagi gelap,
langit bagi bumi. tumbuhan pun selau menjaga kelestarian hidupnya dengan
berpasangan, bahkan sampai atom pun sclalu sclalu dikelilingi pasangan
elektron clan pruton. Sungguh luar biasa bila ada seorang wanita sanggup hidup
menyendiri.
Alternatif kedua sangat berlawanan dengan kehidupan normal karena akan
mengotori kehidupan yang sesuai dengan tuntutan fitrah manusia. Dengan cara
ini berarti membiarkan kaum pria hidup bebas dengan sembarang wanita,
berlawanan dengan akhlak Islami, rnerusak moral manusia secara umum, serta
membuat kehidupan mayarakat keru!i dengan berbagai kotoran kemaksiatan.
Cara seperti ini akan mengahancurkan derajat manusia sebagai makhluk yar;g
mulia menjacli makhluk terkutuk yang lebih hina dari binatang, terlebih
khususnya bagi hak wanita clari yang mulia menjacli pada tempat yang terhina.
Kendati beberapa wanita tuna susila mengatakan bahwa pola hiclup yang
cligelutinya membuatnya mendapat kepuasan, pernyatan tersebut hanyalah
langkah untuk mcnutupi rasa malu saja, sementara hatinya akan berkata,
"sampai kapan aku mcmiliki claya tarik bagi laki-laki hiclung belang? Bila
usiaku suclah lanjut clan ticlak lagi punya daya tarik, apa yang mesti aku lakukan
untuk mengisi kehiclupan? Bisakah aku menclapat nikmat hiclup menggendong
anak dan be1jalan bersamanya?" Sungguh kesenangan ticlak clapat clicapai
clengan banyak uang. Apalah arti banyak harta kalau perasaan tidak tcrpenuhi,
26
kchormatan cliinjak-injak clan pergaulan sangat terbatas. Dan masih banyak lagi
pcrtanyaan lain yang lidak aLan 1ncndapat ja\vaban tanpa pcrnikahan yang sah.
lronisnya justru alternatif seperti ini yang sering menclapat clukungan clari
bcrbagai pihak.
Dan pacla pilihan yang ketiga yang clapat memenuhi tuntutan fitrah manusia
dan rcalitas kehidupan rnanusia. lnilah yang sesuai dengan syariat Islam.
Schingga istri yang pertama tetap terpilihara sebagaimana mestinya sebagai
istri. Dia clapat bcrgaul sebagai seorang ibu bersama ibu-ibu lainnya. Tanpa
clihadapkan kepada suatu beban apapun. Dan dia dapat rneningkatkan kwalitas
taqwanya clengan cam yang telah clilaluinya clan sesuai dengan kehidupan nyata.
BAB III
KETENTUAN POLIGAMI TANPA IZIN ISTRI PERTAMA
A. Pandangan Islam Tentang Berpoligami
Pada saat bclakangan 1111 ada bcbcrapa pernikir yang menyatakan
keharanrnn poligami. Seperti yang diutarakan oleh Aminah Wadud Muhsin
(fe111inis Muslim) yang 111enolak poligami, menurutnya tidak ada satu argumenpun
yang dapat 111cnyatakan poligarni absah untuk clilakukan, termasuk yang
menyandarkan argurncntasinya pada al-Quran.
Menurutnya, ada alasan-alasan yang sering dikemukakan yaitu pertama
linansiaL dalam mengahadapi masalah ekonomi seperti pengangguran, pria yang
1na1npu sebaiknya rncnghiclupi lchih dari satu orang istri. Sehingga jelas wanita
dipandang sebagai bcban finansial, bisa bereproduksi tapi tidak produktif. Tdapi
saat ini argumentasi tidak dapat lagi digunakan, karena sudah bayak wanita
111e111pu beke1ja clan ticlak memerlukan dukungan pna. Malah clalam tingkat
tcrtcntu, pcluang untuk bcke1jajauh lcbih bcsar claripada pria. Kedua alasan yang
dikemukakan adalah karena istri tidak memiliki anak. Alasan ini juga digunakan
olch UUP clan KHL padahal tidak satupun ayat yang mcnyatakan alasan ini dapat
digunakan sebagai alasan poligami. Kendatipun kcinginan memiliki anak sesuatu
yang alamiah, maka cara mengasuh anak-anak yatim clan terlantar aclalah cara
yang dibenarkan al-Quran clan bukan dcngan melakukan poligami. 'Ketiga
poligami bukan !1anya tak terc»:;llim dalam al-Quran, tapi jelas mcrupakan
28
tindakan non Qurani, yang berupa rnenclukung nafsu tak terkendali kaum pria,
jika kcbutuhan seksLwl seorang pria ticlak dapat dipenuhi clengan seorang istri, ia
memiliki dua orang istri. 1
Selain Aminah yang tidak n1embolehkan praktek poligami, ada juga yang
membolehkan seperti Muhammad Daucl Ali, menurutnya dalam rangka mengatasi
masalah izin berpoligami clari Pengadilan Agama ticlak boleh clianggap sebagai
syarat syah perkawinan yang keclua. Cukuplah dinggap sebagai syarat yang harus
dipenuhi dalam rangka melindungi kaum wanita clan anak-anak. Maka dari
melihat proseclur pelaksanaan poligami di alas akan tampak dengan jelas
semangat kehati-hatian yang cliclukung oleh unclang-undang. Ini pula yang
membeclakannya clengan fikih Jsbm yang memberi kelonggaran berpoligami.
Sebenarnya aturan-aturan yang sangat rinci tersebut clirnaksudkan agar izin
poligami tersebut ticlak menimbulkan ekses negatif atau dalam bahasu hukum
Islam tidak menimbulkan kemafsaclatan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Seba\aiknya yang ingin diwujuclkan dalarn aturan-aturan tersebut menciptakan
kernashlahatan bagi istri-istri clan anak-anak.
Begitu juga dengan Al-Jahrani, Irnamuddin Husain berpendapat bahwa ,
poligami clibolehkan da\arn al-Quran bahkan di clalam syariat poligami, bukan
hanya terkandung hikrnah telapi \ebih clari itu ada pesan-pesan slrategis yang
I Atninah Wadud rvtuhsin, rvauita di rlalcuu Al-Qur'an, Bandung: Pustaka Sahnan, 1994, hal. 113-114
29
dapat diaktualisasikan untuk kebahagiaan manusia. Baginya poligami memiliki
nilai sosial ekonomis untuk mengangkat harkat dan martabat wanita. Untuk itu
Islam telah mengsyariatkan poligami Jengkap dengan adap yang harus dijunjung
tinggi bagi setiap laki-laki yang akan berpoligami.2 Muhammad Quraish Shihab
setelah mengkaji clan rnenganalisi surah al-Nisa' ayat/4;3 menyimpulkan tentang
kebolehan poligami dan kcboiehannya dapat diberlakukan dalam kondisi clarurat
clengan pcrsyaratan yang cukup berat.3 Penclapat ini memanclang bahwa
kcbolehan berpoligarni terbatas kepada empal wanita.
Menurut J umhur ulama. Alasan yang clipegang oleh golongan ini ialah
firman Allah clalam surnl an-Nisaa ayal 3.l-Iuruf wau ( JI) dalam kata wa sulasa
clan wa ruba'a mencmpati a tau bermakna huruf ( _ii) yang artinya "atau", jadi huruf
wau disini tidak cliartikan menurut arti aslinya yaitu "dan". Demikian juga arti
masna, sulasa, clan ruba'a dimaksuclkan clisini clengan arti clua' tiga dan empat.
Arti ini tidak menurul arti aslinya yaitu clua-dua, tiga-tiga clan empat-empat. . .
Menyimpang clari arti asli, memang clibolehkan manakala ada qarinalmya, yang
menjadi qarinah disini sebuath hadis abi sebagai berikut.4
' Jmamnucldin Husain, Satu lstri fok Cukup, (Jakarta : Khazanah, 2003), h.85-106.
3 M. Quraish Shihab, Wall'asan Al-Quran; Ta/sir Maudhu 'i, at as Berbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1996), h. 199.
4 ibid. Ibharim Hosen, Fiqh Pcrbandingan Maslah penikahan, hal.140
30
Para 111ufosir yang telah cliscbut di alas, scpakat kcbolehan poligami hanya saja
dalan1 kcadaan yang !uar hiasa dan hcnar-hcnar luar biasa.selain itu keliarusan
berlaku adii adalah syarat yang tak bisa dita\var-ta\var lagi bagi ora11g yang ingin
hcrpoligami. Lebih dari itu sernua, rnotivasi poliga111i, kendati ticlak memungkiri
hal-hal yang bersifm biologis, haruslah mengutamakan rnotivasi sosial untuk
n1cn1bantu para janda dengan anak-anaknya serta gadis-gadis yatin1 yang
membutuhkan pcrtolongan.
Dan walau dala111 keadaan apapun poligami tetap saJa menjadi bahan
pcrdebatan. Na111un yang jelas poligami rncrupakan syariat agama yang
kebcradaannya ada dalam Qur'an, terlcpas bagaimana ayat tersebut cliterepkan.
Tinggal lagi masalalrnya dalam konclisi yang bagaimana clan oleh siapa. syariat
poligami itu dapat dilaksanakan.
Jika sescorang 111c111iliki kesanggupan unluk beristri lebih dad .sorang
merupakan kebutuhan clirinya agar ia clapat memeliharn mur'ah clan juga
dimotivasi untuk 111e111bantu, selama ia dapat berlaku aclil, maka boleh melakukan
poligami. Sebaliknya jika orang ticlak memiliki syarat-syarat yang pas, maka
poligami merupakan ha! yang harus dihinclari, dengan demikian, sebenarnya
poligami merupakan suatu yang amat pribacli dan konclisional.
31
B. Ketentuan Undang-Undang No. l Tahun 1974 Tcntang Poligami
Pada hakekatnya Undang-Undang Perkawinan di Indonesia menganut asas
rnonogarni seperti yang te11era dalam pasal 3 ayat (!) "Pada asasnya dalarn suatu
pcrka,vinan sescorang pria hanya bolch n1e1npunyai seorang istri, seorang \Vanita
hanya boleh rnempunyai seorang suami". namun pada bagian lain dinyatakan
bahwa clalarn kcaclaan tenemu poligarni dibenarkan, tentunya dengan alasan-
alasan yang kuat serta dengan persyaratan yang ~<etat. Berarti dengan kata lain
asas yang dianut oleh unclang-unclang perkawinan sebenarnya bukanlah berasas
nwnogarni mutlak mclainkan monogarni terbuka, artinya masih acla pintu untuk
bcrpoligami untuk dalam keadaan tertentu.
J)i san1ping itu lc111banga poliga111i tidak sc1nata-n1ata ke\vcnangan penuh
sumni tetapi atas dasar izin clari hakim (pengaclilan) seperti yang terterah clalarn
pasal 3 ayat 2 yang harus rnelibatkan Pengacli!an Agama scbagai institusi. ,yang
cukup penting untuk mengabsahkan kebolehan poligami bagi seseorang.
Oleh karenanya dalarn mcmbuat undang-unclan.g poligami sangat
mcngeclepankan nilai keaclilan, seperti dalam pasal 4 ayat (I) clan (2)
rnenerangkan yaitu, (I) clalam ha! seorang suami akan beristri lebih clari seorang
sebagaimana tersebut dalam pasal 3 ayat 2 unclang-undang ini, maka ia wajib
rnengajukan permohonan kcpacla Pengaclilan di claerah tempat tinggalnya. Dan (2)
pengaclilan dimaksucl clalam ayat ( l) pasal ini hanya memberikan izin kepada
suami yang akan beristci lebih dar! ,,eorang apabila:
a. Istri tidak dapat mcnjalankan kewajibannya sebagai istri. b. Istri mendapat cacat baclan atau penyakit yang tidak dapat clisembuhkan. c. lstri tidak dap;1t melahirkan kcturunan.
"7 _,_
Dcngan clcmikian jclaslah bahwa hukum tentang poligami suclah jelas
menunjukjkan pada nilai-nilai kcadilan, artinya di clalam unclang-unclang itn
tcrdapat pcraturan yang tidak memberikan kebcbasan kepacla para suami terhadap
kaum wanita untuk bcrpoligami mclainkan harus aclanya izin clari pengaclilan, ha!
itu dimaksudkan demi menjaga kcutuhan keluarga di dalam pelaksanaan hak clan
kc\vajihan antara SLH1111i istri serta anak-anak n1crcka.
Walaupun demikian tampaknya alasan-alasan diatas benmansa fisik kecuali
alasan yang ketiga, terkesan karena seorang suami tidak rnemperoleh kepuasan
yang maksimal clari istrinya, maka alternatifnya adala.h poligami. Namun
dcmikian ternyata unclang-unclang pcrkawi1nn juga memuat syarat-syarat untuk
kebolehan poligarni seperti yang terterah clalam pasal 5 ayai: I UUP, syarat-syarat
yang clipenuhi bagi seorang suami yang ingin melakukan poligami ialah:
a. Adanya persctujuan clari istri/islri-istri b. Aclanya kepastian bahwa suami rnarnpu rncnjamin keperluan-keperluan hiclup
istri-istri dan anak-anak rnercka c. Aclanya jarninan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri clan anak
anak mereka.
Unt~1k membeclakan persyaratan yang acla di pasal 4 clan pflsal 5 adalah, pacla
pasal 4 clisebut persyaratan alternatif artinya salah satu cliantara persyaratan (poin
a, b, atau c) harus ada unluk mengajukan permohonan poligami. Sedangkan pasal
5 aclalah persyarntan kunrnlatif dimana scluruh pcrsyaratan harus dapat dipenuhi
suan1i yang akan n1elakukan poliga111i.
Pacla pasal 5 ayat (2) kernbali ditegaskan "pcrsetujuan yang clirnaksud pada
ayat (I) huruf a pasal ini tidak diperlukan bagi seorang suami apabila istri-istrinya
ticlak mungkin dimintai persetujuannya dan tidak dapal menjadi pihak menjadi
pihak dalam perjanjian. atau apabila ticlak ada kabar dari istrinya selama kurang-
kurnngnya 2(dua) tahun, atau sebab-scbab lainnya yang per.lu mendapat penilnian
dari l,lakin1 Pengadilan··.>
Menyangkut proseclur melaksanakan poligami aturannya dapat dilihat dalam
PP No. 9/1975. Pada pasal 40 dinyatakan:
Apabila seorang suami bermaksud untuk beristri lebih dari :;eorang maka ia wajib mengajukan permohonan secara te1 tulis kepada pengadilan.
Sedangkan tugas pengadilan di atur di dalam pasal 41 PP No 911975 sebagai
berikut:
Pengadilan memeriksa sebagai berikut: u. Ada atau tidaknya alasan yang memzmgkinkan seorang suami kawin lagi. h. Ada a/au tidak adanya persetujuan dari istri, baik persetujuan lisan maupwz
/ertulis, apabi!a persetujuan itu mernpakan persetujuan lisan, persetujuan ilu han1s diucapkan di depan sidang pengadilan.
c. Ada a/au tidak adanya kemampuan suami untuk menjamin kehidupan istriislri dan anak-anuk, dengan me111perlilzatkan: i. 'surat keterangan mengenai penghasilan suami yang ditandatangani oleh
bendahara tempat bekerja; a/au ii. Surat keterangan pajak penghasilan; a/au iii. Surat keterangan lain yang dapat diterima oleh pengadilan
An1iur Nurddin, Azhari Ak1nal 1'arigan, f/11k11111 Perdata /slant di Indonesia, (Jakarta l1tl'll<uln tvlcdia. 200•1), h. J(i4
34
d . . ·ldu urm1 lidak udanya jaminun balnrn suami akan berlaku adil /erhadap islri-isrri dun anak-wwk mereku dengan pemyataan a/au janji dari suami .mng di/mar d11/u111 henruk yang dilelapk1111 1111111k it11.
lkrikutnya pada pasal 42 juga dijelaskan keharusan pengadilan
111c111anggil par~1 istri untuk 111en1bcrikan penjelasan atau kcsaksian. Di dalarn
pasal ini juga clijelaskan bahwa pengaclilan cliberi waktu selama 30 hari untuk
rncrneriksa pcrrnohonan poligami sctclah cliajukan oleh suami lengkap clengan
persyaratannya.
Pengadilan Agarna rncmiliki wewenang untuk mernberikan izin kepada
seseorang untuk mclakukan poligami. Hal ini clinyatakan clalam pasal 43 yang
bcrbunyi:
Apabila Pengudilan berpendapal bahwa cukup alasan bagi pemohon 1111/uk heristri lebih dari seorang, maka Pengadi/an memberilwn putusan yang berupa izin 1111t11k beristri lebih dari seorang.
lzin Pcngadilan Agarna tampaknya sangat menentukan, sehingga di
clalam pasal 44 clijclaskan babwa Pcgawai Pcncatat clilarang untuk melakukan
pencatatan perkawinan seorang suami yang akan beristri lebih clari satu ·
sebelum adanya izin dari Pengadilan. Sehingga clalam pasal 45 cliatur tentang
ketentuan piclananya seperli dalam ayat (I) pasal ini yang maksuclnya
menghukum dengan dencla setinggi-tingginya Rp. 7.500,- bagi seseor~ng
yang ingin mengadakan pernikahan clan ia ticlak memberitalmkan ke-KUA
atau tidak melaksanakan akad nikah clihaclapan pegawai pencatat akta nikah
clan bagi yang berpoligami ticlak mengajukan permohonan ke Pengaclilan
35
Agama. Begitu j11ga hukuman ini berlaku bagi pegawai pencatat nikah yang
melanggar atauj ika tidak melaksanakan tugasnya sepe1ii mestinya.
Poligami dalam KHI (Kompilasi Hukum Islam)
Dalam perspcktif KHI aturan poligami tidak jauh berbeda dengan UUP
No. I Th. 74. rnasalah poligami diatur pada bab IX clcngan juclul Beristri lebih
dari satu orang yang diungkap dari pasal 55 sampai 59. pada pasal 55
111enyatakan :
I.
')
' .' .
Beristri lebih clari satu orang pada waktu yang bersamaan, terbatas hanya sampai empat istri. Syarat utama bcristri lebih dari satu orang, suami hams mampu berl.aku aclil terhadap istri-istri clan anak-anaknya. Apabila syarat utama yang clisebut pada ayat (2) tidak mungkin dipenuhi. suan1i dilarang beristri lcbih clari satu orang.
Lebih Ian.jut dalam KH I pasal 56 dijclaskan:
I. Suami yang hendak beristri lebih dari satu orang hams mendapat izin dari Pengaclilan Agama.
') Pengajuan izin permohonan yang climaksuclkan pacla ayD.t (!) clilakulrnn mcnurut tata cara sebagaimana cliatur clalam bab VIII PP No. 9 Tahun 1975.
3. Perkawinan yang clilakukan pacla istri keclua, ketiga atau keempat tanpa izin clari Pengaclilan Agama, ticlak mempunyai kekuatan hukum.
Kemuclian clalam hal Pengadilan clapal memberi izin seorang suami untuk
berpoligami j ika keaclaan suami scsuai clengan pasal 57 :
a. Istri ticlak clapat menjalankan kewajibmmya sebagai istri; b. lstri mendapat cacat baclan atau penyakit yang ticlak clapat clisembuhkan; c. lstri tidak clapat melahirkan keturunan.
36
Tampaknya pasal 57 Kl-II di atas, Pengaclilan Agama hanya memberikan
12111 kepac!a suami yang akan bcristri lebih c!ari satu orang apabila terc!apat
alasan-alasan sebagaimana cliscbut c!alam pasal 4 UUP. Jac!i pac!a clasarnya
pengadilan clapat rnemberi izin kepacla seorang suami untuk beristri lebih clari
satu orang apabila clikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
Dalam pasal 58 (I) "Sclain syarat utama yang di scbut dalam pasal 55
aynt 2 maka unluk mempcrolch izin Pengadilan Agama harus pula dipenuhi
syarat-syarat yang telah clitcntuknn pada pasal 5 UUP No. 1 Talmn 1974
yaitu:
a. Adan ya persetuj uan istri.
b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamia keperluan hidup istri
istri clan anak-anak mereka.
(2) Dengan ticlak mengurangi ketentuan pasal 41 huruf b Peraturan
Perncrintah No. 9 Tahun 75, pasetujuan istri atau istri-istri dapat djberikan
secara tertulis atau dengan lisan, tetapi sekalipun telah ada persctujuan tertulis
atau dengan lisan, tetapi sekalipun telah ada persetujuan tetulis, persetujuan
ini dipertegas dengan persetujuan lisan istri pada siclang Pengadilan Agama.
Dai1 clalam ayat (3) pada pasal ini lebih memberikan gambaran dari pasal 5
ayat (I) huruf a UU No.1 Th. 74 "ticlak diperlakukan bagi seorang suarni
apabila istri atau istri-istrinya tidak mungkin dimintai persetujuaannya clan
ticlak clapat menjadi pihak clalam pe1janjian atau tidak acla kabar dari istri atau
37
istri-istrinya sekL;rang-kurungnya 2 tahun atau karena sebab lain yang pelu
mcnclapat penilaian hakim."
Selanjutnya pacla pasal 59 juga digambarkan betapa besarnya
kewenangan Pcngadilan Agarna clalarn mernberikan keizinan. Sehingga bagi
istri yang ticlak rnau rnernberikan persetujuan kepacla suaminya untuk
berpoligarni, pcrsetujuan itu dapat cliambil alih oleh Pengaclialan Agama ..
Lcbih lcngkapnya pasal tcrscbut bcrbunyi:
Dala111 ha/ islri ridak mau 111emberika11 persell!juaan, dan permohonan izin 1111/uk berislri lebih dari sa/u orang berdasarkan alas salah satu alasan yang diatur da/am pa.ml 55 ayal (2) dan 57, Pengadilan Agama dapat 111enetapkan tenlang pemberian izin setelah memeriksa dan mendengar istri yang bersangkutan di persidangan Pengadi/an Agama, dan terhadap penetapan ini istri a/au suami dapal 111engajukc111 banding a/au kasasi.
Masalah enggannya istri mernberikan persetujuan clapat saja te1jadi
walaupun ada alasan yang digunakan suarni seperti salah satu alasan yang
terdapat pacla pQsal 57, namun tidak jelasnya ukuran alasan tersebut, salah
satu contoh, tuduhan suam1 bahwa istrinya tidak clapat menjalankan
kewajibannya sebagai seorang istri, kemuclian si istri dapat menyangkal
bahwa ia tclah menjalankan tugasnya clengan bnik. Akibatnya bisa saja te1jadi
perclebatan clan si istri tetap ticlak mau memberikan persetujuan, maka dalam , '
kasus ini Pengaclilan Agama dapat memberikan penetapan keizinan tersebut.
Pacla ha! ini tampak posisi wanita sangat lcmah.
38
Walaupun demikian, tcrlcpas clari kritik yang muncul berkenaan clengan
beberapa persoalan poligami. clari penjelasan di atas dapat clisimpulkan bahwa
l Jndang-undang J>c:rka\vinan Indonesia ten tang po!igan1i, pada dasarnya telnh
rnengatur agar laki-laki yang melakukan bcrpoligarni adalah laki-laki yang
benar-benar rnampu dalam ekonomi sehingga ia dapat memberikan kehidupan
bagi istri-istri clan anak-anak mercka berupa (sanclang, pangan clan papan) clan
selain itu suami haruslah bcrsikaf adil terhadap semua keluarganya (istri-istri
dan anak-anaknya) schingga dcngan dcn1ikian istri-isLri dan anak-anaknya
tidak terlantarkan. Juga UUP Indonesia dengan pasal-parnlnya terlihat
berusaha menghargai istri, ha! ini terbukti bahwa seorang suami yang ingin
beristri lebih clari scorang haruslah meminta persetujuan dari istrinya.
Seclangkan Pengadilan Ag::una menjacli satu-satunya lembaga. yang
rnempunyai otoritas untuk mengabsahkan pebuatan poligami.
C. Analisis Poligami menu rut Hukum Islam dan UU No. 1 Tahun 1974
Sewaktu Islam clatang, poligami suclah umum clilakukan orang. Bahkan
poligami kala itu, merupakan poligami clalam bentuknya yang mutlak tanpa batas.
Kemucl!an Islam meneari sintesa yaitu suatu pandangan yang tidak berlebihan dan
ticlak pula me!ampaui batas. Islam ticlak membiarkan poligami clalam bentuknya
yang mutlak atau membuangnya sama sekali. Tetapi Islam membatasinya, baik
secara kuantitatif rnaupun kualitatif. Sehingga poligarni dengan segala
39
ketentuannya clapat menjacli rahmat kepacla setiap orang clan dapat menJaga
keutuhan rumah tangga clan masyarakat.mengapa Islam ticlak melarang poligami?
jawabannya, jika Islam melarang poligami, maka akan menimbulkan clampak
ncgatif yang cukup fatal terhaclap kaum wanita, kehiclupan rumah tangga clan
masyarakat yang sulit diatasi. Satu-satunya earn yang dapat dilakukan aclalah
memperkecil clampak negatif itu, clengan memberikan beberapa ketentuan clan
ctika Islam yang berkaitan dcngan poligami.
Praktek poligami Rasulallah merupakan poligarni clalam perspektif Islam
karcna Rasulallah adalah panutan yang clitiru oleh umatnya. Ticlak seclikit pula
orang Islam yang kcliru memaharni praktek poligami nabi. Ada anggapan, aabi
berpoligami clengan tujuan memuaskan nafsu seksualnya seperti kebanyakan yang
dilakukan oleh orang-orang pada un1u111nya. Paclahal dari isteri-isteri Rasul, hanya
Aisyah yang masih gad is ketiku di nikahi, selainnya aclalah para janda tua. Maka
clari itulah kckeliruan ini harus cliluruskan, karena poligarni nabi sering clijadikan
dalil pembenaranbagi kebolehan poligami clalam masyarakac musiim.
Nabi pertama kali menikah pacla usia 25 talmn kepada Siti khadijah binti
Khualid yang usianya lebih tua clari nabi, yaitu 40 tahun. Setelah clua tahun
khaclijah wafat, nabi menikah clengan Sauclah binti Zam'ah clan tidak berapa lama
kemuclian nabi menikah lagi dengan Aisyah binti Abu Bakar. Setelah Aisyah,
nabi berturut-turut menikahi Hafsah binti Umar, Ummu Salamah, Ummu
Habibah, Zainab binti Zashy, Zainr.b binti Khuzaimah, Juairiyah binti Harits, clan
Safiyyah binti Huyay.
40
Dr. Abbas Akkad rnencrangkan sebagai berikut: Poligami sampai sembilan
orang rnerupakan suatu ha! yang bersifat khususiyah bagi nabi. Poligami
dcrnikian sudah dilakukan nabi sebelum adanya hukum taqyid yang membatasi
empat orang isteri bagi semua muslirn, selain nabi. Karena khususiyah itu erat
kaitannya sebagai clakwah nabi.
Dengan clemikian dapat clikatakan bahwa motivasi yang menclasari setiap
perkawinan nabi Muhammad adalah "lslamisasi" yang merupakan tugas utama
nabi. Ekspresi dakwah tercermin clalam segala kreatifitas nabi, baik berupa
pcrkataan maupun perbuatan. Dm; motivasi cliatas, terbawa pula motivasi lain,
seperti politik sosial kemanusiaan clan akhlak yang kesenmanya dapat dilakukan
clengan cara berclakwah.
Dalam a!-Qur'an, poligami dibatasi hanya sampai empat dalam waktu
bersamaan clan mengharuskan adanya keadilan terhadap isteri-isterinya.
Dalam hal ini Imam tvfustafa Al-Maraghi berpendapat :
"Perasaan takut untuk tidak bisa berbuat adil clapat clirasakan clengan kepastian · clan juga bisa clengan keragu-raguan. Laki-laki yang cliperbolehkan menikah Jebih clari satu isteri hanyalah orang yang yakin clirinya dapat berbuat aclil terhadap isteri-isteri Jainnya. Keyakinan clalarn hal ini ticlak boleh dieampuri dengan rasa ragu."
'fujuan utama dalam perkawinan Islam aclalah untuk menciptakan suatu
keluarga yang sejahtera dimana suami clan isteri serta anak-anaknya hiclup clalam
keclamaian, kasih sayang, keharmonisan sebagaimana yang telah clitetapkan
dalarn al-Qur'an clan dicontohkan olch Rasul.
41
Para ulama liqh bcrpendapat bahwa aclil terhadap para isteri adalah dalam
ha! memberikan nalkah hidup, sclain berupa makan dan minum, meliputi juga
pakaian clan rumah tinggaL Sebab orang hiclup perlu rumah untuk bertecluh,
I . I . 6 pa (a Jan untu ( n1enutup1 aurat.
Secara umum panclangan Islam terhaclap poligami terbuka untuk orang
yang mampu mclakukannya, tctapi scbaliknya, jika orang itu ticlak akan mampu
untuk memberi nalkah atau keadilan, maka Islam melarnngnya karena dengan ·
poligami ticlak akan menclatangkan kemaslahatan. Lain halnya dengan poligami
yang clicontobkan oleb Rasulallah yang memang ada unsur politik yang mungkin
hanya berlaku pacla masa lalu, seperti Rasulallah harus menikahi Ummu Salamah,
karena melalui pernikahannya, Rasulallah SAW juga berhasil mereclam
pennusuhan gembong kabilah Arab. lni merupakan cerminan dari esensi
pol igami Rasulallah untuk kernaslahatan.
I. SyaraL-syarat poligami
Dcngan adanya poligami, bukan bcrarti kcbebasan :>cpcnuhnya ada pada
pihak laki-laki, ha! ini harus memperhatikan hak isteri, selain itu poligami bukan
lagi masalah suami semata, tetapi pihak pemerintah ptm ikut serta dalam
mengatur jalannya poligami. Karena jika tidak ada izin Pengadilan Agama,
perkawinan itu clianggap liar. Dengan clemikian, persyaratan poligmni hams :
:· J-lun1aidi Tata Paguarsa, Hakikat Poliga111i Dalan1 lslcun, (Surabaya : Usaha Nasional,' 200 I), h. 23.
42
I. Ada pcrsetujuan islcri
f\fa111pu bcrlaku adil
3. ;\da kcn1an1pua11 untuk n1cajan1in kehidupan.
Kcnyataan pada 111asyarakat Indonesia khususnya pada daerah yang tingkat
perekonomiannya tinggi khususnya atau yang tingkat ekonominya rendah
sckalipun sering 1L'1jadi polignn1i, n1crcka n1cnganggap bah\va poii'gan1i
merupakan jalan untuk mencari dan mengumpulkan kekayaan, karena banyak
anak kekayaan pun akan bertambah, pemikiran sepcrti ini masih melekat pada
masyarakat yang tingkat pencliclikannya rendah, lebih berbahaya lagi seorang lalci-
laki yang mempunyai seorang isteri. tetapi mempunyai wanita-wanita simpanan
( tidak kawin secara sah ). atau memilih wanita-wanita yang bebas lepas seperti
\Vanita tuna susila.
Agar tidak te1jadi perselisihan dalam rumah tangga, maka Islam
menganjurkan pada pihak suami yang henclak melakukan poligami agar menclapat
persetujuan clari i;;teri. fvlen,;e1;ai keadilan dalam poligami ruang lingkupny'a ticlak
banya pacla materi semata, melainkan pacla rasa kasih sayang pun harus
cliperhatikan karena tujuan clalam mernbina rumah tangga yang harmonis yaitu
clengan menanamkan rasa rahmat antara suami isteri. ,
Kaum laki-laki harus memclihara istcri-isterinya clengan cara yang ai;lil.
lmplikasinya jelas langsung clan benar. Para isteri harus cliperiakukan clengan cara
yang sebaik-baiknya. Bahkan bila seora:1g laki-laki sudah merasa bosan clengan
isterinya atau tidak menyukainya lagi, clia ticlak cliperbolehkan melakukannya
43
sccara tidak baik. scbab bisa jacli, meskipun dia ticlak menyukai salah satu
sifatnya, c!ia mcnemukan sifat-sifat lain yang baik clan yang mengimbangi sifat
yang tidak clisukainya itu. Bila seorang laki-laki yang merniliki isteri lebih dari
satu mcncurahkan rasa cintanya lebih bcrat kepac\a salah seorang diantara mereka,
tetapi secara \ahiriah c\ia harus memperlakukan semuanya secara baik tanpa
meningga\kan sama sckali salah scorang diantara kecluanya .. Sebagaimana firman
Allah SWT. Dalam surat an-Nisa ayat 19
) ,
( \ '\: 1..: •WI) ... O;,_,:".'.:\'.
Artinya :
Jungan kamu tinggalkan dia (isterimu) suma seka/i dan kamu biarkcm dia terombang-ambing tidak menen/11 (Q. S. An-Nissa/4: 19)
Karena itu laki-laki tidak bokh rncnyatakan kcccnderungan cintanya kepada
salah scorang di antara mcrcka sccara mcnco\ok schingga mcnimbulkan
kecernburuan dm) sakit hati clan kemuclian menimbulkan permusuhan di antara
para istcri itu.
Berclasarkan ha\ tcrscbut, para ulama telah menetapkan persyaratan berikut
dibawah ini bila seorang laki-laki ingin menikah lebih dari seorang isteri
cliantaranya :
Dia harus merniliki kemampuan clan kekayaan yang cukup untuk membiayai
berbagai kebutuhan para isteri yang clinikahinya.
585
44
Dia harus 111c111pcrlakukan istcrinya semua dengan adil, setiap isteri
diperlakukan sec ma sa111a dalam mcmenuhi hak mereka. 7
Jika suami khawatir ia akan berbuat zalim dan tidak mampu memenuhi
scmua hak mereka. maka ia haram melakukan poligami. Dila ia hanya sanggup
memenuhi hak-hak isterinya hanya tiga orang, maka ia haram menikahi isteri
untuk yang keempatnya.
Dalam hal ini maka keadilan yang bersifot naluri terhadap isteri-isteri yang
lainnya harus cliperhatikan scbab cinta itu bcrada clalam genggaman Allah tetapi
manusia yang menjalankannya. Sebagaimana Hadits nabi SAW.
Artinya: Dari Abu Hurairnh ra. Sesungguhnya Nabi SAW bersabda : Barang siapa yang mempunyai dua orang isleri, la/11 memberatkan kepada salah satunya, maka ia akan datang pada Hari Kiamat dengan balnmya miring (HR. Abu Daud dan Turmudzi dan Nassai dan !/mu Huban.I
Hadits tersebut sebagai clalil, sesungguhnya wajib atas suami penyamaan
antara ~1eberapa isterinya clan haram baginya cenderung kepada salah satu
isterinya.
7 Ibid. x Abu Bakar t'vluhanunad, Te1:Je111ah S'uhu!ussalan1, (Surabaya: al-Ikhlas, 1995), cet.ke l, Ii.
45
Suami harus bcrlaku adil tcrhaclap isteri-isterinya clalam bal urusan pangan,
pakaian, tempat tinggal, giliran masing-masing isteri clan lainnya yang bersifat
kcbenclaan, tan pa 111c111 bedakan istcri yang kaya clengan isteri yang mi skin, yang
berasal clari keturunan tinggi clengan yang berasal clari keturunan bawah. Jika
111asing-masing istcri rncrnpunyai anak yang jumlahnya berbeda, atau jumlahnya
sama tctapi biaya pcndidikannya bcrbcda, tcntu saja clalam hal ini seorang suami
liarus mampu mcnjai pcrtimbanga•1 clalam memberikan keaclilan agar ticlak te1jacli
kccemburuan terhadap istcri-isteri yang lain. 9
Batasan Poligan1i
Sebagaimana telah clijelaskan cliatas, bahwa clalam poligami harus dapat
berlaku ac!il, karena keaclilan merupakan syarat utama dalam poligami. Begitu
pun dengan batas istcri yang dipoligami hanya sampai empat orang saja. Hal ini
rncrupakan ketentuan yang diatur clalam al-Qur'an dan Sunah.
Al-Qur'an tidak melarang pol;gami tetapi hanya meluruskan dan membatasi
poligami yang .biasa dilakukan orang. Batasan yang cliberikan al-Qur'an
rncncakup chm hal.
Pertama, batasan yang bersifot kuantitati±: yaitu bahwa poligami ticlak
dibenar\rnn lebih dari empat orang isteri. Batasan kuantitatif ini menjacli syarat
sahnya nikah. Barang siapa rnengawini wanita untuk clijadikan isteri yang kelima
atau ke enam dan seterusnya, malrn perkawinannya dipandang ticlak sah dan mesti
difasakh.
9 Abdur Rahman Ghazaly, MA, Fiqh Munakahat, (Bogar: Kencana, 2003 ), cet.ke I, h.132
46
Kedua, batasan yang bersifat kualitatiL Jelasnya poligami dapat dilakukan
dengan eatatan berlaku adil. Batasan kualitatif ini tidak me11jadi sarat sahnya
nikah. Barang siapa mengawini wanita sebagai isteri kedua., ketiga atau keempat,
sedang ia khawatir untuk berbuat dzalirn, rnaka pcrkawinannya tetap dipandang
sah. I-Ian ya ia bcrclosa jika benar-benar berbuat lalim.
Poligmni hanya dipcrbolehkan cmpat orang isteri saja. Sebagaimana Hadits
Nabi SAW.
Artinya: Te/ah A1enceritakan kepada Kami Hannad, telah mencerilakan kepada kami ahduh dari Said bin Abi Aruhah dari lvfa 'mur, dari al- Zuhri dari Salim bin .·lhdu/lah dari lbnu Umar, bahwasannya Ghailan al-Tsaqafiy masuk Islam dan ht me111iliki sep11/uh orang isteri pada 111asa jahiliyah, maka masuk Islam ( isteriisterinya) beser/anya, maka nabi SAW memerintahkan kepadanya untuk memilih empat orang dari merelw (i.1·/eri-isrer(va). (HR. Al- Turm11dzi ).
1-laclits cliatas menjelaskan seorang suami hanya boleh menikahi empat ·
orang wanita saja. ltupun dengan catatan harus menjaga keaclilan clan
kesejahteraan clalam keluarga. Aclapun hikmah clengan clibatasi empat orang istcri
aclalah agar seorang isteri sekurang-kurangnya dalam empat malam mendapat satu
10 Abu Isa Muhammad bin Isa al-Saurah, Swum al-T11rm11dzi, (Beirut: Dar alfikr, I 994), h.368.
'" "-'
47
kali giliran, dan disisi lain dikhawalirkan akan terjadi aniaya dalam rumah tangga
sehingga akan membawa clampak negatif dalam perkawinan.
Selain itu, jika Islam melarang poligami maka akan fonbul clampak negalif
yang cukup fatal terhadap kaum wanita, kehidupan rmnah tangga dan
masyaarakat yang sulit cliatasi. Satu-satunya cara untuk memperkecil dampak
negatif itu, dengan earn memberikan beberapa ketentuan dan bntasan dalam
poligami. Dalam al-Qur'an Surat al-Baqarah ayat 185 Allah Berfirman:
Artinya: Allah 111e11ghe11daki ke11111rahan bagimu dan Allah tidak menghendaki kes11lita11 hagi11111.(Q.S al-Baqarah/2: 185)
Ayat diatas diketahui bahwa Allah tidak akan melarang sesuatu yang
diperlukan clalam kcadaan terpaksa, atau sesuatu yang menarik kemaslahatan,
baik kcmaslahatan umum maupun kemaslahatan khusus. artinya Allah ticlak akan
memberikan kesulitan cliluar kemampuan clan kemaslahatan bagi manusia karena
manusia mempunyai kodrat yang berbecla, misalnya ada laki-laki yang memiliki
daya seknya tinggi schingga tid«k cukup hanya seorang isteri atau ia ingi.n
rnenclapatkan kcturunan yang banyak. 11 Hal ini lebih mulia melakukan poligami ,
claripada hams mencari jalan lain yang tidak sejalan dengan syari'at Islam.
11 Abdutta\vab I~laikali Rahasia Perka111ina11 Rasula//ahi (Jakarta: Pedon1an Ihnu Jaya, 1988), h.
48
Scmakin banyak seorang laki-laki mcmpunyai isteri maka semakin berat
bcban yang akan ia hadapi baik beban berupa materi maupun moril. Knr-·ena
seorang suami adalah kcpala dalam keluarga sehingga harus mampu menjadikan
kL'luarganya sclan1at dari scgaln bahaya agar 111cncapai kebahngiaan clan
kcharmonisau dalam rumah tangga.
Poligami adalah salah satu bentuk perkawinan yang secara Yuridis Formal
diperkenankan atau diakui eksistensinya bagi rakyat Indonesia yang beragama
Islam. Sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor: I Tahun 1974
pasal 3, 4 clan 5. Dan sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor: I Tahun
1974, telah ditentukan beberapa syarat yang hams dipenuhi oleh seorang suami
untuk melakukan poligami, antara lain harus rnenclapatkan izin clari istrinya.
Ketentuan Unc!ang-Undang No. I Tahun 1974 yang dijaclikan pertimbangan
hukum dalam perkara permohonan izin melakukan poligami di Pengadilan
Agama Jakarta Timur menurut penelitian penulis, yaitu:
a. Pasal 4 ayat l Undang-Undang Nomor: 1 Tahun 1974
Pengadilan yang dimaksudkan dalam ayat I pasal 4 tcrsebut hanya
mernberikan 12111 kepada suami yang akan beristri lebih clari seseorang
apabila:
a. Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai lstri
b. lstri mcndapatkan cacat baclan atau penyakit yang ticlak dapat
discrnbuhkan
49
c. lstri ticlak dapat melahirkan keturunan
Scorang istr! scjak dinikahi olch suaminya maka ia mempunyai kewajiban
kewajiban tertentu yang harus cli!aksanakan sebagai istri, clan kewajiban istri
lcrsebut sccarn umum yaitu untuk mernbina keluarga yang sehat clan
mempersiapkan gencras1 yang sholeh. Selanjutnya mengenai ruang lingkup
kewajibn istri tersebut clalam hukurn Islam meliputi:
I. lstri berkcwf,jiban memenuhi kcbutuhan biologis suarni sehingga suarni
rnerasa tentram dalarn perkawinannya.
lstri wajib bertcmpat tinggal bersama suami dirumah yang telah disecliakan
suan11.
3. lstri v.ajib taat kepada perintah-perintah suami sepanjang perintah-perintah
tersebut tidak melanggar perintah Allah.
4. Istri wajib bercliam diri clirumah, clan tidak keluar kecuali clengan izin suami.
5. Istri tidak menerima masuk scorang tamu laki-laki yang bukan nrnhrimnya
kecuali dengan izin suami.
Pelanggaran atas kelima kcw"jiban tersebut oleh si istri menurut hukum
pcrkawinan Islam, Undang-unclang No. I Tahun 1974 Juncto pasal 19 peraturan
pemerirltah No. 9 Tahun 1975 suclah merupakan siqoq yang clapat dijaclikan
alasan oleh suami untuk menjatuhkan talaq atau melakukan poligami terhadap
istrinya.
50
Selanjutnya tentang alasan rnengajukan perrnohonan 12111 poligami yang
didasarkan pada ketentuan pasal 4 ayat 2 Undang-undang No. Tahun 1974,
yaitu: ''lstri rncndapatkan cacat badan atau penyakit yang ticlak dapat
disembuhkan. " alasan ini juga telah diakui oleh hukum perkawinan Islam yang
mengatakan:
"Apabila ada seorang istri yang menderita sakit sehingga tidak mampu meiayani
suarninya rnaka untuk rnemungkin suarni agar dapat rnemenuhi hasrat atau
tuntutan biologisny<t untuk rnelakukan poligarni." 12
b. Pasal 5 ayat I Unclang-undang No. I Tahun 1974
Syarat-syarat untuk rnelakukan poligarni yang telah cliatur dalam pasal 5 ayat
I Unclang-unclang No. I Tahun 1974 yang berbunyi: untuk dapat mengajukan
Perrnohonan kepada pengadilan sebagairnana dimaksucl clalam pasal 4 ayat I
Undang-unclang No. I Tahun l 974, harus clipenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Aclanya persetujuan dari istri-istri
b. Adan ya jarninan bahwa suarni dapat menjamin keperluan-keperluan hidup
istri-istri dan anak-anaknya kelak
, c. Aclanya jaminan bahwa suami akan berlaku adi! te,rhadap Istri-istri clan
am;k-anak rnereka.
L: Ah1nad Azhar Basyir, M. A, liukun1 Perka1vinan /slan1, (Yogyakarta: Universitas Islan1 Indonesia, I 980), h. 35
51
Mcnurut Al-Qur'an Surat An Nisa' ayat 3 cliatas secara umum telah sering
clijaclikan dalil olch sebagian umat islam clalam menhalalkan kehendak clari
suarni untuk melakukan poligami. Disamping itu telah menggunakan Undang-
unclang No. I Tahun 1974 sebagai sanclaran hukumnya, juga telah mengambil
sanclaran hukum pacla ketentuan ayat diatas.
Manusia sebagai makhluk yang berakal, maka mereka dibebani rasa
tanggung jawab sebagai kewajib<in yang merupakan suatu kompensasi dari hal-
ha! yang mereka miliki dan manusia sebagai subjek hukum selain itu kehiclupan
rnanusia diatur oleh syariat agarna clan cliatur oleh hukum-hukum yang mengatur
prikehiclupan manusia itu sendiri.
Scbagai makhluk yang sernpurna, rnanusia rncrnpunyai kewajiban clan
tanggung jawab lebih berat, ticlak hanya yang bersifat umum, hal-hal yang
berhubungan clcnga11 scksualitas antara keclua insan yang berlainan jenis haruslah
cliatur clalarn suatu hukurn yang clisebut. dengan lrnkum perkawinan. Hukum inilah
yang mengatur seluk beluk ikatan antara laki-laki dan perempuan baik jasinani
rnaupun rohani agar hubungan mercka teratur clan tidak menjadi liar, dan cliikuti
oleh suatu tanggung jawab clan mcnghormati harkat, martabat clan nilai-nilai
I . 13 .:.en1antl-S1aan.
Dari segi yuriclis konstitusional di Indonesia tentang perkawinan diatur
dalam unclang-unclang perkawinan No. 111974 clalam pasal 1 yang menyebutkan
"Hasbi Ash Shidiqy, Al- Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1956), h. 562
bahwa perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suarni isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia_dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Masalah pcrkawinan ticlak lerlcpas dnri rnasalah hubungan seksua!itas antara
laki-laki clengan perempuan, karena perkawinan merupakan lembaga yang
rnengatur hubungan seksual secara sah dan halal.
Sebagaimana ketentuan yang diatur dabn UU No. I Tahun 1974 tentang
perkawinan menjelaskan :
I. Hak Melakukan Perbuatan Hukum
Mengenai pihak-pihak yang cliatur di dalam UU No. I Tahun 1974
selain suami tidak dijelaskan. Jika suami yang henclak melakukan poligami
harus mendapatkan persetujuan isteri-isterinya tetapi ha! ini ticlak menjadi
kewajiban untuk suami apabilr. isteri/isteri-isterinya tidak mau dimintai izin
persetujuan. Sebagaimanu yang tercantum dalam pasal 5 ayat 2 yang berbunyi
Persetujuan yang dimaksucl pada ayat (1) lmruf a pasal ini tidak
diperlukan bagi seorang suami apabila isteri/isteri-isterinya tidak mungkin
dim_intai persetujuannya, atau apabila ticlak ada kabar dari isterinya selama
sekurang-kurangnya dua tahun atau karena sebab-sebab lainnya yang perlu
mendapat penilaian dari hakim pengaclilan.
Menurnt Pro/Dr. Hazairin "bahwa da/am pasal 5 (2) dikatakan telah te1:jadi kontrudiksi dihidang /111kwn puhlik. Kontradiksi 1111 limbul akib111 penyimpangan dari asas-asas itu setiap orang berhak memasukkan
53
pemwhonan sipil kepada hakim. Hakim dapal menolak atau mengahulkan pem1oho11a11 itu selams dengan hukum yang ber!aku. Jika hak memasukkan permohonan i/11 dihatasi de11gm1 kehemlak at au perse/ufuan pi/wk lain, malw logikwmya adalah bahwa yang dimohonkan itu menyinggung sesualu !wk kepentingan pi/wk lain, maka pihak lain ilu wajib diikulsertakan dalam prnses per111oho111111 agar didengar kehendak, perse/1y·uan atau keberallln
' I . " I./ 1nenge11a1 ]Jer1no 1011a11 1/u.
Mengenai persetujuan clalam ha! poligami terscbut maka ticlak hanya
nienjacli instansi rcmerintah tetapi JUga harus
rnempertimbangkan bagain1ana pihak yang bersangkutan . (isteri)
mengeluarkan hak-hakny~.
Dalam melakukan perbuatan hukum, laki-laki clan perempuan
rnempunyai kecluclukan yang sama, begitu pula clalam kehiclupan rumah
tangga. Hal ini cliatur clalam unclang-unclang No. 111974 Bab VI Pasal 31,
yang berbunyi sebagai berikut :
a. 1-lak clan kecludukan isteri adalah seimbang clengan hak clan keduclukan suan1i dnlan1 kchidupan ru1nah tangga dan pergaulan hidup ber~:an~;1
clabm masyarakat. b. Masing-masing pihak berhak melakukan perbuatRn hukum. c. Suami aclalah kepala keluarga clan isteri aclalah ibu rumah tangga. 15
Dalam hubungan seksualitas seorang laki-laki sering merasa ticlak ada
puasnya sehingga timbul rasa jemu terhaclap isterinya clan menginginkan
pas~ngan yang barn, clalam keaclaan seperti ini faktor internal clan eksternal
yang terclapat pacla clirinya biasanya lemah, memang tingginya kesaclaran
terhaclap agama sangat menentukan sehingga ticlak te1jerumus pacla perbuatan
14 I~Iazairin, Tinjauan J\1/engenai Undang-undang Perkcnvinan, (Jakarta : Tintan1as, 1986 ), h. 39 " Ibid
54
yang terccla. Banyak laki-laki yang bcrnial ingin poligami baik secara terang-
tcrnngan alau tanpa sepengatahuan isterinya atau biasa disebut nikah dibawah
tangan. Poligami scperti ini dapat clibenarkan menurut syariat Islam nmmm
tidak dijamin kcabsahannya menurut hukum pcrkawinan yang berlaku.
Sebe/11111 1111da11g-1111da11g perkawinan dikod[/ikasikan masalah monogami 111er11paka11 s11a111 masa/ah yang banyak diperhitungkan. Terlebih /agi ketika sua/11 ra11cm1ga11 undang-undang tentang perkawinan dius11lkan 1mtl'k meniadi 11nda11g-11mla11g. Alasa/11h ini menimli suatu perbincangan yang r1111wi diuntura 111u.rnlah lainnya. Kemudiun monogami me1?iudi asas d11/am s11a111 perkaH'inan dengan suatu pengecualian yang ditujukan kepada 'orang yang 111e11w·111 h11k11m a/au agama mengizinkan seorang suami bo/eh beristeri I I '/ f , I 6 e Jf 1 c arz seorang;. :lrso Sustroatmoio. mengatakan balnl'{/ seperti juga perceraian, malw poligami 111ernpalw11 momok yang ditakuti o/eh kaum wanita. Pelaksanaan poligami tanpa peraturan yang ketal te/ah menimb11lka11 akibat-akibat yang serius dalam rnmah tangga. Relasi antara isteri tua dan muda 111e1?jadi tegang sementara huhungan cmtara anak-anak yang ber/ainan ibu meniurus kepada pertenta11gw1 upabila seorang bapak te!ah meninggal dunia.
Syarat-syarat melakukan poligami
Proseclur poligami telah cliatur dalam UU Perkawinan clan peraturan
lainnya. Pasal 40 PP No.9 Tahun 1975 menyebutkan " Apabila suami
bermaksucl untuk bcristeri lcbih dari seorang, rnaka ia wajib mengajukan
perrnohonan secara tertulis kepada pengadilan''.
Dalam KHI cliatur yaitu pada pasal 56 :
1. Suami yang hendak beristeri lebih clari satu orang harus mendapat izin clari Pengadilan Agarna.
2. Pengajuan permohonan izin dimaksud pacla ayat (l) dilakukan menurut tata earn sebagaimana diatur clalam Bab VIII PP No. 9 Tahun 1975.
3. Perkawinan yang dilakukan dengan isteri kedua, ketiga atau keempat tan pa izin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai kekeuatan lrnkurn.
"' K. Wantjik Saleh, Huk11111 Perkawi11a11 /11do11esia, (Jakarta : Widjaya, 1980), cet.ke 6, h. 22
55
Dalam ayat (2) pasal 58 KHI ditegaskan :
Dengon tidak meng11rangi kete11111u11 pu.rn/ 41 hunrlb PP No.9 Tahun 1975, perse1l1jua11 isteri otau isteri-isteri dapal diberikan secarci tertulis atau dengan /isan, lelapi sekalipun te/ah ada persetujuan tertulis, persell!iuan ini dipertegas dengan persetzljuan lisan isteri pada sidang Pengadilan Agama.
Setelah pcrmohonan tersebut lengkap, maka pengadilan melakukan
pemcriksaan mengenai hal tersebut Pern.turan Pemerintah No.9 Tahm1 I 975
Pasal 42 mcngatur:
I. Pcngadilan harus memanggil dan mendengar isteri yang bersangkutan. 2. Pemeriksaan pengadilan dilakukan oleh hakim selambat-lambatnya 30
(tiga puluh) hari setelah diterimanya surat permohonan serta lampiranlampirannya.
Apabila karena suatu ha! lain seperti si isteri atau isteri-isteri tidak
mungkin diminta persetujuannya atau tidak dapat menjadi pihak dalarn
perjanjian Undang-undang Perkawinan pasal 5 ayat (2) menegaskan:
Pcrsetujuan yang dimaksud pada ayal (1) hurnf a pasal ini tidak
clipcrlukan bagi scorang suami apabila isteri alau isteri-isterinya clan ticlak
dapat rncnjadi pihak dalam pe1janjian, atau apabila ticlak ada kabar dari isteri-
isterinya sekurang-kurangnya (2) dua tahun, atau karena sebab-sebab Jainnya
yan!? perlu mendapat penilaian dari hakim pengadilan (lihat juga pasal 58 ayat
30 Kl-II)
Apabila pengadilan berpendapat bahwa cukup alasan bagi pemohon
untuk beristeri lebih dari seorang, maka pengadilan memberikan putusannya
yang berupa izin untuk beristeri Jebih dari seorang (pasal 43 PP No. 9 Tahun
56
1975) . .Jadi pada dasarnya pengadilan clapat memberi izin kepacla seorang
suami untuk bcristeri lebih dari seorang apabila dikehenclaki oleh pihak-pihak
yang bersangkutan (pasal 3 ayat (2) \JU No. 1 Tahun 1974).
Dalarn ha! isteri tidak rnau rnernberikan persetujuan clan permohoiian
izin untuk beristcri alas salah satu alasan yang diatur dalarn pasal 55 ayat (2)
dan 57. Pengadilan Agarna dapat rnenetapkan pemberian izin setelah
rnemeriksa dan rnendengar isteri-isteri yang bersangkutan di persidangan
Pengadilan Agarna, dan terhadap penetapan ini isteri atau suami dapat
mengajukan banding atau kasasi (pasal 59 KHI).
Apabila keputusan hakim yang rnempunyai kekuatan hukum tetap izin
pengaclilan ticlak cliperoleh, rnaka rnenurut ketentuan pasal 44 PP No. 9 Talmn
1975, Pegawai Pencatat Nikah clilarang untuk melakukan pencatatan
pertaining seorang suarni yang akan beristeri lebih d.ari seorang sebelmn
aclanya izin pengadilan seperti yang climaksud dalam pasal 43 (PP No. 9
Tahun 1975)'. 17
Sebagaimana lazirnnya sesuatu yang diawali clengan permohonan dari
pihak yang berkepentingan diberikan suatu penetapan, bukanlah suatu
putusan. Jacli jelas bahwa pemberian izin untuk berpoligami aclalah berupa
perrnohonan, maka izin tersebut clituangkan cl::ilam bentuk penetapan. Dalam
ha! ini jika isteri tidak haclir dalam persiclangan, sementara clalam lampiran
17 Rid\van Syahroni, Perkcnvinan dan Penceraian Bagi PNS, (Jakarta: PT. Melton Putra, 1986), eel. ke I, h.27
57
pcnnohonan telah ada persetujuan secara tertulis dan alasan yang
dikcrnukakan olch pcmohon telah cukup, maka pengaclilan clapat menctapkan
tentang pemberian izin untuk beristeri lagi. Keticlak hacliran seorang isteri
dalam sir.Jang pcmeriksaan patut clicluga isteri mempunyai kelemahan secarn
psykologis ha! tcrscbut tidak 111au di bicarakan cliclepan orang lain atau karena
malu.
Dalam ha! isteri ticlak mau mcmberikan izin atau persetujuan clan
permohonan untuk poligami berdasarkan pasal 55 (a) clan 57 telah cukup,
maka pengadilan agama dapat menetapkan tentang pemberian izin setelah
memeriksa clan menclengar isteri dipersidangan. Dalam penetapan ini isteri
atau suami dapat mengajukan banding atau kasasi.
Dalam proses izin berpoligami, pihak instansi akan mempertimbangkan
alasan-alasan yang clikemukakan oleh suami, jika alasannya tepat maka ada
kemungkinan untuk dikabulkan, namun sebaliknya jika permohonannya ticlak
melalui proseclur yang telah ditetapkan oleh undang-undang suami ticlak ada
harapan permohonannya dikabulkan. Dengan adanya permintaan suami untuk
berpoligami berarti acla sesuatu yang menghambat hubungan dalam rumah
ta~1gganya, hal tersebut bukan dikarenakan konflik namun kekurangan yang
terclapat clalam diri isteri dalam mewujudkan hak suami.
Undang-undang tersebut tujuannya mengatur perkawinm1 poligami
secara tertur berdasarkan hukum, bukan mempersulit. Namun ditengah-tengah
masyarakat memandang bahwa dengan adanya UU No. 1/1974 memperketat
'··
58
masalah seputar perkawinan dengan mengatur kebebasan yang biasa
dilakukan oleh suami, seperti pelaksanaan poligarni. Sehingga mereka
mencari alternatif untuk rnelakukan perkawinan kedua kalinya tanpa melalui
perkawinan yang resmi atau tidak dicatatkan.
A. Kcsimpulan:
BABIV
PENUTUP
I. Pada dasarnya, poligami itu hukumnya rnubah (boleh) seperti yang
diisyanitkan oleh ayat tcrsebut di atas. Ayat ini rnenjelaskan kehalalan
berpoligami dengan syarat dapat berlaku adil. Jika syarat ini tidak dapat
dipenuhi, maka hukurn berpoligami rnenjadi haram.Pada hakekatnya Undang
Undang Perkawinan di Indonesia menganut asas monogarni seperti yang
tertera dalarn pasal 3 ayat (I) "Pada asasnya dalarn suatu perkawinan
seseorang pria hanya boleh 1m:111punyai seorang istri, seorang wanita hanya
boleh mernpunyai seorang suarni", namun pada bagian lain dinyatakan bahwa
dalam keadaan tertentu poligami dibenarkan, tcntunya dengan alasan-alasan
yang kuat serta lengkap dengan persyaratan- persyaratan. Berarti dengan kata
lain asas yang dianut oleh undang-undang perkawinan sebenarnya bukanlah
berasas monogarni mutlak rnelainkan rnonogarni terbuka, artinya rnasih ada
pintu untuk berpoligarni untuk dalarn keadaan tertentu.
2. Ada kesesuaian antara hukurn Islam dan hukurn positif diclalarnnya, rnisalnya
Undang-undang poligami terdapat mengedepankan nilai keadilan, seperti
dalam pasal 4 ayat (I) dan (2) menerangkan yaitu, (I) dalam ha! seorang
suarni akan beristri Jebih dari seorang sebagairnana tersebut dalam pasal 3
ayat 2 undang-undang ini, malrn ia wajib mengajukan permohonan kepada
I ...
60
Pengadilan di daerah tempat tinggalnya. Dan (2) pengadilan dimaksud dalam
ayat (I) pasal ini hanya memberikan izin kepada suarni yang akan beristri
lebih dari seorang apabila:
a. lstri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri.
b. lst'ri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
c. lstri tidak dapat melahirkan keturunan.
B. Saran-saran
I .Hukurn Islam sudah jelas memberi persyaratan bagi orang yang berpoligami
dengan ketentuan yang detail dan jelas, jika di Indonesia di.perkuat oleh hukurn
positif UU No. I Tahun 1974.
2. Hendaknya seorang suarni apabila ingin melakukan poligami hendaknya
rnohon izin kepada sang istri.
3. Hendaknya sang istri juga mernberikan kelonggaran terhadap suami jika istri
tersebut tidak · rnarnpu memberikan keturunan dan alas kekurangannya itu,
rnisalnya seorang istri rnendapat cacat fisik atau penyakit yang tidak dapat di
sembuhkan malrn se0rang istri tidak dapat mempunyai keturunan.
DAFT AR PUST AKA
Al-Qur'an al-Karim
Abi, Muhammad Abdullah Ibnu Ahmad Al-Anshori Qurthuby, Al-Jami' Li Ahkam Al-Quran
Bakar, Abu Muhammad, Te1jemah Subulussalam, Surabya, al-lkhlas, 1995, cet.ke I
Sanan, As, Ai-ij' Abdurrahman, Memahami Keadilan Dalam Poligami, Jaka1ta, .PT. Globalmedia Cipta Publishing, 2003
Basyir, Ahmad Azhar, M. A, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 1980
Depag R.l. , al-Qur'an dan terjemahnya, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2005
Engineer, Asgar Ali, Pembebasan Perempuan, Yogyakarta, Lkis, 2003
Ghazaly, Abdur Rahman, Fiqh Munakahat, Bogor : Kencana, 2003 , cet.ke I
1-laikal, Abduttawab, Rahasia Perkawinan Rasulallah, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1988
............ , Rahasia Perkawinan Rosulullah Poligami da/am L~/am vs. Jvfonogami Baral, Jakaita : CV, Pedoman Ilmu Jaya, 1993, Cet. I
Hasbi Ash Shidiqy, Al- Islam, Jakmta: Bulan Bintang, 1956
Hazairin, Tinjauan Mengenai Undang-undang Perkawinan, Jakarta : Tintamas, 1986
Hefni, Ha1jani, (ed), Memahami Keadilan Dalam Poligami, Jakarta : PT. Global Media Cipta Publising, 2003
J Humaidi Tatapangsara, Hakikat Poligami dalam Islam, Usaha Nasional
I ...
Husain, lm;unnuddin, Satu Istri Tak Cukup, Jakarta: Khazanah, 2003
Komus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud, Jakaita: Balai Pustaka, 1996), eel. Ke-7
Ketentuan Umum Undang-Undang No. I tahun 1974
Marhiyanto, Khalilah, Romantika Perkawinan, Gresik : Putra Pelajar, 2000
Muhsin, Aminah Wadud, Wanita di da/am Al-Qur 'an, Bandung : Pustaka Salman, 1994
62
Nurbowo Apiko Joko M., lndahnya Poligami Pengalaman Keluarga Sakinah P11spo Wardoyo, Jakarta: Senayan Abadi Publishing
Nurddin. Amiur, Azhari Akmal Tarigm:, Hukum Perdata Islam di Indonesia, hkarta: Prenada Media, 2004
Paguarsa, Humaidi Tata, Hakikat Poligami Dalam Islam, Surabaya: Usaha Nasional, 2001 .
Saleh, K. Wantjik, Hukwn Perkawinan Indonesia, Jakarta : Widjaya, 1980, cet.ke 6
Shihab. M. Quraish, vVawasan Al-Quran; Tafsir Maudhu 'i, atas Berbagai Perso<1ian Umat, Bandung: Mizan, 1996
Syahroni, Ridwan, Perkawinan dan Penceraian Bagi PNS, Jakarta PT. Meltoi1 Putra, 1986, cet. ke I
JThalib, Syayuti, Hukwn Kekeluargaan Indonesia, Jakaiia: Bina Aksara, 1981, cet. Ke-I