POLA REKRUITMEN KEPALA SEKOLAH DI ERA OTOMI DAERAH
OLEH
TATANG SUNENDAR ISKANDAR(Widyaiswara LPMP Jabar)
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan yang mengemban misi tertentu dalam
rangka menggapai visi tertentu. Secara umum, misi sekolah adalah melakukan proses edukasi,
transformasi, dan sosialisasi peserta didik. Sedangkan visi sekolah secara umum adalah
terbentuknya satuan pendidikan yang mampu menghantarkan peserta didik sehingga siap
mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan berikutnya dan hidup di masyarakat..
Sebagai sebuah institusi pendidikan, sekolah merupakan sistem sosial yang kompleks,
terdiri dari serangkaian kompenen, dalam bentuk raw input dan proses. Ada tiga macan masukan
sekolah. Pertama, masukan mentah (raw input), yaitu peserta didik. Kedua, masukan intrumental
(instrumental input), yaitu kurikulum, personil sekolah, sarana dan prasarana sekolah, dan uang.
Ketiga, masukan lingkungan (environmental input), yaitu orang tua siswa dan masyarakat pada
umumnya. Sedangkan proses sebagai komponen di sekolah berupa proses pendidikan dan
pembelajaran yang menghantarkan peserta didik sebagai masukan mentah menjadi keluaran yang
siap mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya dan hidup di masyarakat. Oleh karena sekolah
melibatkan aneka ragam komponen, tidak hanya barang dan uang melainkan juga personil atau
manusia, tidak hanya kompenen internal melainkan juga komponen eksternal, maka sekolah
merupakan sistem sosial yang kompleks.
Kompleksitas sekolah sebagai satuan sistem pendidikan menuntut adanya seorang kepala
sekolah yang profesional, yaitu kepala sekolah yang kompeten dalam menyusun perencanaan
pengembangan sekolah secara sistemik; kompeten dalam mengkoordinasikan semua komponen
sistem sehingga secara terpadu dapat membentuk sekolah sebagai organisasi pembelajar yang
efektif; kompeten dalam mengerahkan seluruh personil sekolah sehingga merela secara tulus
bekerja keras demi pencapaian tujuan institusional sekolah; kompeten dalam melakukan
pembinaan kemampuan profesional guru sehingga mereka semakin terampil dalam mengelola
proses pembelajaran; dan kompeten dalam melakukan monitoring dan evaluasi sehingga tidak
satu komponen sistem sekolah pun tidak berfungsi secara optimal, sebab begitu ada satu saja
diantara seluruh komponen sistem sekolah yang tidak berfungsi secara optimal akan mengganggu
pelaksanaan fungsi komponen-komponen lainnya. Sistem pada hakikatnya merupakan
keseluruhan komponen yang saling berkaitan dan berpengaruh satu sama lainnya. Dengan kata
- 1 -
lain, Kompleksitas sekolah sebagai satuan sistem pendidikan menuntut adanya seorang kepala
sekolah yang memiliki kompetensi manajerial dan supervisi
Tuntutan terhadap perlunya kepala sekolah yang profesional akhir-akhir ini semakin kuat,
seiring dengan digalakkannya manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (School Based
Quality Improvement) yang lebih populer dikenal kalangan kepala sekolah dengan Manajemen
Berbasis Sekolah (school based management). Sebagaimana telah ditegaskan di dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tepatnya
pasal 51 ayat (1) bahwa Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah/madrasah. Penerapan manajemen berbasis sekolah di sebuah sekolah
adanya seorang kepala sekolah yang tidak saja memiliki kompetensi manajerial dan supervisi,
melainkan juga kompetensi kewirausahaan, yaitu menciptakan inovasi yang berguna bagi
pengembangan sekolah, bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi
pembelajar yang efektif, memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sebagai pemimpin satuan pendidikan, pantang menyerah dan selalu mencari
solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah, dan memiliki naluri
kewirausahaan dalam pengelola kegiatan produksi/jasa sekolah sebagai sumber belajar siswa.
Disamping itu dengan terbitnya peraturan menteri pendidikan Nasional Nomor 28 tahun
2010 tentang tugas penugasan guru sebagai kepala sekolah menjawab.fenomena yang terjadi
sejalan dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2003 tentang otonomi daerah
sehinga disparitas pengadaan kepala sekolah sangat beragam. Sehingga disparitas mutu Kepala
sekolah sangat beragam pula padahal Kepala Sekolah memegang peran strategis pada
pengembangan sekolah (Good Teachers + Good Principal = Good School) dan Kepemimipinan
merupakan on-going process
D.Fakta fakta yang terjadi dalam Pengadaan Kepala Sekolah di Era Otonomi Daerah
Dengan ditetapkanyanya Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2005 , pemerintah kabupaten/Kota
mempunyai kewenangan yang sangat penuh dalam pola rekrutmen kepala sekolah sehingga
pengadaan kepala sekolah yang seharusnya identik dengan tiga aktivitas yang secara sekuensial
berurutan, yaitu penetapan formasi, rekrutmen, dan seleksi calon penempatan dan pleatihan kepala
sekolah. Banyak yang tidak dilaksanakan dengan konsisten mengingat :
1. Jabatan Kepala sekolah dijadikan suatu aset politik untuk melanggengkan kekuasaan
Bupati/Walikota
2. Kurangnya akuntabilitas publik sehingga pola rekutmen kepala sekolah tidak ada yang
mengontrol
3. Prinsip-prinsip Pengadaan Kepala Sekolah tidak dilakukan secara profesional, yaitu
dengan memegang teguh prinsip-prinsip manajerial, demokratis, obyektif, terbuka,
yuridis, dan ilmiah. Kurang diperhatikan
- 2 -
4. Proses Pengadaan Kepala Sekolah tidak dilakukan berdasarkan sekuensial yang
baku , tetapi tergantung selera dan kemauan kepala dearah pengadaan kepala
sekolah merupakan proses mendapatkan calon kepala sekolah yang paling memenuhi
kualifikasi dalam rangka mengisi formasi kepala sekolah pada satuan pendidikan tertentu.
Sebagai sebuah proses, pengadaan kepala sekolah secara profesional melalui langkah-
langkah: (1) penetapan formasi kepala sekolah, (2) rekrutmen calon kepala sekolah, (3)
seleksi calon kepala sekolah, dan (4) pengangkatan calon kepala sekolah menjadi kepala
sekolah. Seleksi kepala sekolah melalui seleksi administratif, seleksi akademik, uji
kompetensi, dan uji akseptabilitas. Proses pengadaan kepala sekolah tidak dilakukan
hanya mengandalkan pada kedekatan dan Tim Sukses Bupati/walikota
5. Kurang diperhatikannya Persyaratan kepala sekolah dengan merujuk kepada Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah. .
6. Pengadaan Kepala Sekolah merupakan salah satu kegiatan dalam menajemen
kepegawaian sekolah yang dilakukan untuk mengisi formasi jabatan Kepala Sekolah.
Seleksi calon kepala sekolah dilakukan untuk mengisi kebutuhan (lowongan) yang
tersedia dalam rangka menjamin terselenggaranya proses pendidikan dan pembelajaran
yang efektif dan efesien di sekolah namun tidak dilakukan penetapan kepala
sekolahsesuai dengan kompetensi yang dimilikinya mengingat hanya berdasarkan selera
walikota/bupati saja
7. Tidak dlakukannya Prinsip-prinsip Rekrutmen Rekrutmen calon Kepala Sekolah
dilakukan Rekrutmen calon Kepala Sekolah dilakukan secara terbuka melalui surat kabar
lokal dalam rangka memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua guru
yang memenuhi kualifikasi tetapi hanya berdasarkan kedekatan dan formasi yang
tertutup.
8. Pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah bagi yang Guru memenuhi
syarat, sesuai dengan Permendikanas Nomor 13 tahun 2007 diwajibkan mengikuti
Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah di lembaga tertentu yang ditunjuk oleh
Direktorat Jenderal Pembinaan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas.
Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah diselenggarakan untuk menghasilkan
lulusan yang memiliki kompetensi-kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan,
supervisi, dan sosial yang berguna dalam melaksanakan tugas kepala sekolah.tidak
dilakukan sehingga kepala sekolah yang baru diangkat di era otonomi daerah
berdasarkan data yang di peroleh hampir 60 % kepala sekolah kurang memahami
kompetensi manajerial, 55 % kurang memahami kompetensi supervisi akademik ( LP2KS
Pemetaan Kepala Sekolah 2010 )
9. Pengangkatan sebagai kepala sekolah pada satuan pendidikan ditetapkan melalui surat
keputusan bupati/walikota. Pada fase ini merupakan faktor dominan peran walikota
- 3 -
merupakan orang orang yang layak di angkat, khususnya tim sukses.contoh kasus terjadi
di Kota Cimahi Kepala sekolah diangkat dari pejabat Dinas pendidikan menjadi kepala
SMA dan SMP yang tidak ada latar belakang guru.Kasus kab karawang dan Kab
bekasi,Kab Indramatyu mengganti seluruh kepala Sekolah SD,SMP,SMA maupun SMK
dengan dalih periodesasi tanpa ada analisis yang memadai
PERSPEKTIF KEPMENDINAS NO 28 TAHUN 2010
Sejalan teori yang di kemukan oleh Randall dan Cassteter dalam pola rekutmen kepala
sekolah Kemetrian pendiidkan Nasional Republik Indonesia Menerbitkan Peraturan Menteri
Nomor 28 tahun 2010 tentang peugasan guru sebgai kepala sekolah, adapun sekuensial
tersebut diapat iuraikan sebagai berikut Ini.
A. Pengertian Pengadaan Kepala Sekolah
Pengadaan kepala sekolah merupakan proses mendapatkan calon kepala sekolah yang
paling memenuhi kualifikasi dalam rangka mengisi formasi kepala sekolah pada satuan
pendidikan tertentu. Sebagai sebuah proses, pengadaan kepala sekolah dilakukan melalui
serangkaian tahapan kegiatan, mulai dari penetapan formasi kepala sekolah sampai pada seleksi
calon kepala sekolah dan diakhiri dengan pengangkatan kepala sekolah. Pengadaan kepala
sekolah juga dapat diartikan sebagai proses rekrutmen dan seleksi calon kepala sekolah yang
paling memenuhi kualifikasi dalam rangka pengisian formasi kepala sekolah. Oleh karena itu
pengadaan kepala sekolah identik dengan tiga aktivitas yang secara sekuensial berurutan, yaitu
penetapan formasi, rekrutmen, dan seleksi calon kepala sekolah.
B. Tujuan Pengadaan Kepala Sekolah
Pengadaan Kepala Sekolah dilakukan dalam rangka mendaptakan calon kepala sekolah yang
paling berkualitas, yaitu memiliki kompetensi-kompetensi kepribadian, manajerial,
kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
C. Prinsip-prinsip Pengadaan Kepala Sekolah
Pengadaan Kepala Sekolah dilakukan secara profesional, yaitu dengan memegang teguh pronsip-
prinsip manajerial, demokratis, obyektif, terbuka, yuridis, dan ilmiah.
1. Dengan prinsip manajerial, pengadaan Kepala Sekolah dilakukan memalui
perencanaan yang matang dan proses yang sistematis.
2. Dengan prinsip demokratif, seleksi calon kepala sekolah dapat diikuti oleh semua
guru yang memenuhi kualifikasi tanpa memandang jenis kelamin, suku, agama, dan ras.
- 4 -
3. Dengan prinsip obyektif, seleksi calon kepala sekolah dilakukan secara jujur, baik
dalam seleksi administratif, seleksi akademik, uji kompetensi, maupun uji akseptabilitas
4. Dengan prinsip terbuka, seleksi calon kepala sekolah dilakukan secara transparan,
baik dalam penetapan formasi, proses rekrutmen, proses seleksi, proses uji kompetensi,
maupun uji akseptabilitas.
5. Dengan prinsip yuridis, seleksi calon kepala sekolah dilakukan dengan memegang
teguh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Dengan prinsip ilmiah, seleksi calon kepala sekolah dilakukan seleksi calon kepala
sekolah.
D. Tanggung Jawab Pengadaan Kepala Sekolah
Sejalan dengan Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
pengadaan kepala merupakan tanggung jawab Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Oleh karena
itu pengadaan kepala dengan segala prosesnya dikoordinasikan oleh Kepala Kantor Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota. Dalam rangka itu,
PERSYARATAN UNTUK MENJADI KEPALA
Sebelum dijelaskan tentang proses pengadaan kepala sekolah, terlebih di dalam bab ini
dijelaskan persyaratan-persyaratan untuk dapat melamar dan diangkat menjadi kepala
sekolah, dengan merujuk kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah. Peraturan menteri tersebut memuat tentang standar
kualifikasi dan standar kompetensi kepala sekolah dan Peraturan Menteri Nomor 28 tahun
2010 pasal 2 adalah :.
A. KUALIFIKASI
1. Kualifikasi Umum
(1) Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV)
kependidikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi.
(2) Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun.
(3) Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun menurut
jenjang sekolah masing-masing, kecuali di TK/RA memiliki pengalaman
mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di TK/RA.
(4) Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi PNS dan bagi non-PNS
disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga
yang berwenang.
2. Kualifikasi Khusus
- 5 -
a. Kepala
1) Berstatus sebagai guru
2) Memiliki sertifikat guru
3) Memiliki sertifikat kepala yang diterbitkan oleh lembaga yang ditunjuk dan
ditetapkan Pemerintah.
b. Kepala SMK
1) Berstatus sebagai guru
2) Memiliki sertifikat guru
3) Memiliki sertifikat kepala yang diterbitkan oleh lembaga yang ditunjuk dan
ditetapkan Pemerintah
B. KOMPETENSI
NO
.
DIMENSI
KOMPETENS
I
KOMPETENSI
1 Kepribadian 1.1. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan
akhlak mulia bagi komunitas di satuan pendidikannya.
1.2 Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin
1.3 Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah
1.4 Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
1.5 Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah
1.6 Memiiki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan
2 Manajerial 2.1 Menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan
2.2 Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan
2.3 Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah secara optimal
2.4 Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi pembelajar yang
efektif
2.5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran
- 6 -
NO
.
DIMENSI
KOMPETENS
I
KOMPETENSI
siswa
2.6 Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara
optimal
2.7 Mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan secara optimal
2.8 Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide,
sumber belajar, dan pembiayaan sekolah
2.9 Mengelola kesiswaan dalam rangka penerimaan siswa baru, penempatan siswa, dan
pengembangan kapasitas siswa
2.10 Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan
tujuan pendidikan nasional
2.11. Mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel,
transparan, dan efisien.
2.12 Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah.
2.13 Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan
kegiatan kesiswaan di sekolah
2.14 Mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan program dan
pengambilan keputusan
2.15 Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan
manajemen sekolah
2.16 Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah
dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.
3 Kewirausahaa
n
3.1 Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah
3.2 Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang
efektif
3.3 Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sebagai pemimpin satuan pendidikan
3.4 Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi
kendala yang dihadapi sekolah
3.5 Memiliki naluri kewirausahaan dalam pengelola kegiatan produksi/jasa
sekolah sebagai sumber belajar siswa
4 Supervisi 4.1 Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme
- 7 -
NO
.
DIMENSI
KOMPETENS
I
KOMPETENSI
guru.
4.2 Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan
teknik supervisi yang tepat.
4.3 Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
5 Sosial 5.1 Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah
5.2 Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
5.3 Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain
PENETAPAN FORMASI KEPALA SEKOLAH
Sebagaimana telah dikemukakan di dalam bab II, bahwa langkah pertama dalam proses
pengadaan Kepala adalah penetapan formasi Kepala Sekolah. Pengadaan Kepala Sekolah
merupakan salah satu kegiatan dalam menajemen kepegawaian sekolah yang dilakukan untuk
mengisi formasi jabatan Kepala Sekolah. Seleksi calon sekolah dilakukan untuk mengisi
kebutuhan (lowongan) yang tersedia dalam rangka menjamin terselenggaranya proses pendidikan
dan pembelajaran yang efektif dan efesien di sekolah.
A. Pengertian Formasi
Formasi Kepala Sekolah adalah kebutuhan akan sejumlah orang yang memenuhi kualifikasi
tertentu sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan untuk mengisi lowongan
kepala sekolah. Penetapan formasi Kepala sekolah adalah proses identifikasi dan penetapan
kebutuhan (lowongan) kepala sekolah, baik yang sedang terjadi maupun kemungkinanya terjadi
dalam satu tahun mendatang.
B. Target Akhir Penetapan Formasi
Target akhir penetapan formasi kepala sekolah adalah deskripsi ragam, jumlah,
kualifikasi, dan kompetensi Kepala Sekolah yang dibutuhkan dalam rangka mengisi
lowongan kepala sekolah
1. Ragam Kepala Sekolah .
2. Jumlah Kepala Sekolah yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan yang ada.
3. Kualifikasi Kepala
- 8 -
C. Dasar Penetapan Formasi
Penetapan formasi tersebut didasarkan pada need assessment kepala sekolah. Penetapan
formasi kepala sekolah didasarkan pada identifikasi kebutuhan kepala sekolah dalam rangka
mengisi lowongan kepala sekolah. Tersedianya lowongan Kepala Sekolah dapat disebabkan oleh:
1. Adanya seorang kepala sekolah dimutasi menjadi Kepala sekolah di sekolah lain
2. Adanya seorang kepala sekolah yang dipromosikan untuk menduduki jabatan tertentu
3. Adanya seorang kepala sekolah yang diberhentikan karena habis masa jabatannya
4. Adanya seorang kepala sekolah yang diberhentikan karena menjalani masa pensiun
5. Adanya seorang kepala sekolah yang diberhentikan karena mengundurkan diri.
6. Adanya seorang kepala sekolah yang diberhentikan karena faktor tertentu
7. Adanya seorang Kepala Sekolah yang meninggal dunia.
8. Adanya penambahan unit sekolah baru
9. Perlunya membantu penempatan seorang Kepala Sekolah Sekolah di sekolah yang
diselenggarakan oleh masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan
D. Langkah-langkah Penetapan Formasi
Analisis formasi jabatan Kepala Sekolah dilaksanakan melalui tahapan kegiatan sebagai
berikut:
Penetapan formasi Kepala dilaksanakan melalui tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. Pengawas melakukan identifikasi lowongan dan kemungkinan lowongan Kepala
dalam wilayah kepengawasannya dan menyampaikan hasilnya kepada Kepala Dinas
Kabupaten/Kota
b. Kepala Dinas Kabupaten/Kota menghimpun data lowongan dan kemungkinan
lowongan Kepala di wilayahnya dari para pengawas sekolah.
c. Berdasarkan data lowongan yang diperoleh dari para pengawas, Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota menetapkan formasi jabatan kepala wilayahnya.
E. Penetapan Jumlah Formasi
Melalui proses penetapan formasi sebagaimana telah dijelaskan di atas, Kabupaten/Kota
mengusulkan formasi untuk disahkan oleh Kepala Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
Format pengesahan ketetapan formasi kepala sekolah
REKRUTMEN CALON KEPALA SEKOLAH
Sebagai langkah kedua dalam pengadaan kepala sekolah adalah rekrutmen calon kepala
sekolah. Jadi, begitu Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menetapkan jumlah formasi kepala
sekolah sebagaimana diusulkan, langkah selanjutnya dapat segera melakukan rekrutmen calon kepala
sekolah.
- 9 -
A. Pengertian Rekrutmen
Rekrutmen merupakan proses mencari, menemukan, dan menarik para pelamar untuk
dipekerjakan dalam dan oleh suatu lembaga. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dijelaskan
bahwa rekrutmen calon kepala sekolah adalah serangkaian aktivitas untuk mencari dan memikat
guru-guru yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan untuk menjadi kepala
sekolah sebagaimana dijelaskan di dalam Bab III. Aktivitas rekrutmen dimulai dari saat pencarian
guru-guru yang memiliki kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah dan berakhir tatkala guru-
guru yang memiliki kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah tersebut melamar menjadi kepala
sekolah.
B. Tujuan Rekrutmen
Tujuan rekrutmen calon kepala sekolah adalah untuk mendapatkan persediaan sebanyak
mungkin guru-guru yang melamar menjadi kepala sekolah, sehingga panitia seleksi akan
mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk melakukan pilihan terhadap calon pekerja yang
dianggap memenuhi standar kualifikasi dan kompetensi. Hasil akhir rekrutmen adalah
sekumpulan guru yang pelamar dan mengikuti seleksi calon kepala sekolah. .
C. Prinsip-prinsip Rekrutmen
B. Rekrutmen calon Kepala Sekolah dilakukan secara rutin pada awal tahun berdasarkan hasil
analisis dan penetapan formasi jabatan Kepala Sekolah
C. Rekrutmen calon Kepala Sekolah dilakukan secara proaktif dalam rangka mendaptakan guru
yang paling menjanjikan untuk menjadi Kepala Sekolah. Rekrutmen calon kepala sekolah
hendahnya dilakukan melalui proses pencarian secara aktif kepala semua guru yang
dipandang memiliki kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah, sehingga guru-guru yang
memiliki kualifikasi dan kompetensi yang paling menjanjikan banyak melamar dan mengikuti
seleksi calon kepala sekolah.
D. Rekrutmen calon Kepala Sekolah dilakukan secara terbuka melalui surat kabar lokal dalam
rangka memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua guru yang memenuhi
kualifikasi.
D. Langkah-langkah Rekrutmem
Rekrutmen calon kepala sekolah dapat dilakukan melalui (1) pemberitahuan (pengumuman)
akan adanya formasi kepala sekolah; (2) pemberian fasilitasi pendaftaraan kepada semua guru
untuk mendaftarkan diri menjadi calon kepala sekolah; dan (3) rekapitulasi semua guru yang
mendaftarkan diri menjadi calon kepala sekolah.
1. Pemberitahuan Adanya Formasi Kepala Sekolah
- 10 -
Sebagai langkah pertama rekrutmen calon kepala sekolah adalah pemberitahuan akan adanya
formasi Kepala Sekolah. Pada langkah ini PPKS menginformasikan kepada semua guru
bahwa sedang ada formasi atau lowongan kepala sekolah dan mengundang mereka untuk
melamar atau mendaftarkan diri dalam rangka mengisi lowongan kepala sekolah tersebut.
Ada berbagai aneka ragam teknik pemberitahuan akan adanya formasi kepala sekolah,
diantaranya yang dapat digunakan adalah:
a. Penerbitan pengumuman tertulis untuk dikirimkan kepala semua sekolah agar
disampaikan kepada semua guru yang di sekolah yang bersangkutan.
b. Pencetakan dan pendistribusian brosur dan panflet untuk ditempel di papan pengumuman
sekolah
c. Pemberitahuan melalui surat kabar lokal
d. Pemberitahuan melalui radio dan televisi lokal.
e. Pemberitahuan melalui webbsite.
Apapun teknik pemberitahuan yang digunakan, yang penting adalah bahwa dalam
pemberitahuan tersebut dikemas sedemikian rupa yang membuat guru yang membaca dan
mendengarnya tertarik untuk melamar menjadi kepala sekolah. Demikian pula, apapu teknik
pemberitahuan yang digunakan, yang penting dalam pemberitahuan tersebut dijelaskan
minimal tentang jenis dan jumlah formasi kepala sekolah, lokasi sekolah yang memiliki
formasi, kualifikasi umum dan khusus pendaftar, tugas pokok dan fungsi kepala sekolah,
tunjangan struktural kepala sekolah, batas akhir dan tempat penyerahan formulir pendaftaran,
tatacara pendaftaran, dokumen-dokumen, borang portofolio, dan foto yang harus dilampirkan
bersama formulir pendaftaran.
2. Pemberian Fasilitasi Pendaftaraan
Sebagai langkah kedua rekrutmen kepala sekolah adalah pemberian fasilitasi kepada guru-
guru yang memenuhi syarat untuk melamar guna mengikuti seleksi calon Kepala Sekolah.
Pada langkah ini menerima pendaftaran semua guru yang berminat untuk menjadi kepala
sekolah. Semua guru yang melamar diminta mengisi Format Aplikasi Pendaftaran Calon
Kepala Sekolah sebagaimana yang dilampiri dengan:
a. Portololio kinerja pelamar selama menjadi guru,
guru inti, guru tutor, guru pemandu, dan wakil kepala sekolah.
b. Fotokopi Surat Akta lahir
c. Fotokopi KTP
- 11 -
d. Fotokopi SK pengangkatan pertama sebagai guru
yang diregalisir
e. Fotokopi SK kepangkatan terakhir yang diregalisir
f. Fotokopi Ijasah dan transkrip pendidikan terakhir
g. Surat keterangan berbadan sehat
h. Surat keterangan berkelakuan baik .
i. Foto berwarna berukuran 4 X 6 sebanyak 6
lembar.
j. Aneka ragam piagam perhargaan dan surat
keterangan yang menunjukkan prestasi dalam bidang pendidikan maupun non-
pendidikan.
3. Rekapitulasi
Sebagai langkah ketiga dalam proses rekrutmen calon kepala sekolah adalah rekapitulasi
semua guru yang mengajukan lamaran atau mendaftarkan diri untuk menjadi kepala sekolah.
Begitu ada seorang guru yang melamar, PPKS dapat sesegera mungkin mencatatnnya dalam
Format Daftar Pelamar Kepala Sekolah Hal-hal yang perlu dicapat antara lain, nama lengkap,
NIP, alamat rumah, alamat sekolah, usia, masa kerja, pangkat, pendidikan terakhir, dan
seluruh kelengkapan yang dilampirkan pelamar.
SELEKSI CALON KEPALA SEKOLAH
Sebagai langkah keempat dalam pengadaan kepala sekolah adalah seleksi calon kepala
sekolah. Begitu masa pendaftaran calon kepala sekolah berakhir, PPKS sesegera mungkin menyusun
daftar pelamar atau calon kepala sekolah. Kemudian dilanjutkan dengan seleksi calon kepala sekolah
melalui teknik seleksi yang profesional sehingga terpilih calon kepala sekolah yang betul-betul
kompeten dalam mengelola satuan pendidikan..
A. Pengertian Seleksi Calon Kepala Sekolah
Seleksi dapat diartikan sebagai sebuah proses pemilihan pelamar untuk mendapatkan calon yang
the most qualified and outstanding
B. Fungsi Seleksi Calon Kepala Sekolah
Seleksi calon kepala sekolah dilakukan sebagai fungsi penjaminan dan pengendalian
profesionalisme kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan. Dengan fungsi penjaminan,
seleksi calon kepala sekolah yang profesional dapat memberikan jaminan bagi dimilikinya kepala
- 12 -
sekolah yang mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsi secara efektif dan efisien. Dengan
fungsi pengendalian, seleksi calon kepala sekolah yang profesional dapat dihindari kemungkinan
adanya kepala sekolah yang tidak berkualitas di masa yang akan datang.
C. Proses Seleksi Calon Kepala Sekolah
Dalam rangka mendapatkan calon kepala sekolah yang betul-betul berkualitas, ada dua seleksi
yang harus dilakukan, yaitu seleksi administrasi dan seleksi akademik.
1. Seleksi administratif dilakukan untuk megukur sejauhmana guru-guru yang melamar
jadi kepala sekolah memenuhi tuntutan kualifikasi untuk menjadi kepala sekolah sebagaimana
ditelah dirinci di dalam
2. Sedangkan seleksi akademik dilakukan dengan dua teknik sebagai berikut:
1. Penilaian prestasi kerja pelamar sebagai guru lima tahun terakhir melalui penilaian
portofolio. Jadi, setelah pelamar lulus seleksi administratif, pelamar diminta menuliskan
seluruh prastasi kerjanya sebagai guru dalam lima tahun terakhir pada borang portofolio.
Hal yang harus dituliskan meliputi:
1. Merancang pembelajaran secara lengkap, baik dan berdasarkan konsep-konsep
inovatif
2. Melaksanakan evaluasi dan analisis hasil evaluasi belajar
3. Melakukan penelitian tindakan kelas atau pengembangan komponen-komponen
pembelajaran, seperti: metode, media,instrumen penilaian,strategi percepatan
pembelajaran yang telah diujicobakan berkali-kali dalam rangka pemecahan masalah
dan atau pengembangan pembelajaran inovati
4. Memiliki kelebihan jam mengajar
5. Memiliki jam mengganti mengajar
6. Membawa dan melatih delegasi siswa untuk mengikuti berbagai lomba
7. Membawa dan melatih delegasi siswa untuk mengikuti berbagai lomba DAN
MERAIH JUARA (1,2,3 harapan 1,2 dan 3
8. Membawa dan melatih delegasi siswa untuk mengikuti berbagai lomba DAN
MERAIH JUARA SERTA TERPUBLIKASIKAN DI SURAT KABAR
9. Menduduki jabatan struktural (Kinerja kepemiminan
10. Menjadi koordinator unit kerja, penanggung jawab ruanga
11. Menjadi Panitia Kegiatan
12. Menulis karya ilmiah yang memuat gagasan, hasil penelitian tindakan kelas, survey,
dan evaluasi di bidang pendidika
13. Mensosialisasikan/menyeminarkan modul/diktat/pedoman/buku sesama teman guru
dalam pertemuan resmi yang didesain oleh sekolah
14. Telah menyelesaikan pendidikan formal untuk peningkatan profesi
- 13 -
15. Mengikuti seminar dan dipresentasikan di depan guru
16. Mengikuti pelatihan
17. Aktif sebagai anggota Assosiasi Profesi yang relevan Tiap tahun
18. Menjadi anggota Pengembang
19. Aktif dalam organisasi kemasyarakatan
Semua kinerja pelamar yang yang dituliskan di dalam borang portofolionya diperiksa,
bukti fisiknya diverivikasi, diskor, dan ditetapkan apakah guru yang sedang melamar
menjadi kepala sekolah betul-betul memiliki kinerja baik selama menjadi guru dalam
lima tahun terakhir. Rincian penilaian prestasi kerja pelamar dan alternatif pemberian
skornya dapat dilihat pada lampiran 6.1.
2. Tes inventori potesnya kememimpinan pelamar. Tes Inventori Guru Berpotensi
Kepala Sekolah (IGBKS) adalah suatu proses pengukuran potensi yang kemungkinan
dimiliki seorang guru yang melamar untuk menjadi kepala sekolah pada satuan
pendidikan. IGBKS dapat juga diartikan sebagai suatu proses melihat apakah seorang
guru memiliki potensi untuk dikembangkan dalam rangka memenuhi standar kompetensi
Kepala Sekolah, sehingga dapat dengan mudah dibina, baik dalam bentuk pendidikan
prajabatan kepala sekolah, maupun melalui pemberian pengalaman menjadi wakil kepala
sekolah, sehingga akhirnya siap menjadi Kepala Sekolah yang profesional.
Ada lima instrumen yang digunakan dalam mengiventori guru berpotensi Kepala
Sekolah, yaitu:
1. Instrumen tes kecerdasan intelektual
2. Instrumen tes kecerdasan emosioal
3. Instrumen pengukuran bakat dan minat jabatan kepemimpinan guru
4. Instrumen Potensi Pengendalian Konflik
Tes dapat diselenggarakan sendiri, namun dalam keterbatasan sumber daya manusia,
dapat mengundang tenaga profesional, baik atas nama perorangan maupun lembaga yang
ditunjuk melalui prosedur pengadaan yang sesuai dengan peraturan perundang-ungdangan
pengadaan barang dan jasa yang berlaku
Pelamar yang lulus penilaian prestasi kerja (portofolio) dan tes dapat mengikuti tes
akademik berikutnya, yaitu uji kompetensi kekepalasekolahan yang sebelumnya
diwajibkan mengikuti program pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah.
3. Uji Kompetensi
Setelah lulus mengikuti seorang calon kepala sekolah diwajibkan mengikuti uji
kompetensi. Uji kompetensi diharapkan memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas
serta memenuhi pula unsur kepraktisan. Untuk itu dikembangkan berbagai teknik dan
instrumen untuk mengukur semua kompetensi kekepalasekolah yang merujuk kepada
- 14 -
Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah. Uji
kompetensi dilakukan oleh lembaga yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Pemerintah
sebagai lembaga sertifikasi Kepala Sekolah. Uji kompetensi melipuji uji kompetensi
kepriadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Calon kepala sekolah yang
lulus uji kompetensi mendapatkan sertfikifat Kepala Sekolah sebagai bukti kelayakan
guru atau calon kepala sekolah untuk menjadi kepala sekolah. Sertifikat Kepala Sekolah
hanya diterbitkan lembaga yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Pemerintah sebagai
lembaga sertifikasi Kepala Sekolah
Sertfikat Kepala Sekolah berlaku dalam masa lima tahun. Bilamana guru pemegang
sertifikat belum juga menjadi kepala sekolah sampai tahun keempat sejak mendapatkan
sertifikat, maka yang bersangkutan diwajib memperbaharui sertifikatnya melalui proses
uji kompetensi, tanpa terlebih dahulu mengikuti program pendidikan dan pelatihan calon
kepala sekolah.
Dalam uji kompetensi tersebut, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota memberikan
fasilitasi kepada guru-guru untuk mengikuti program pendidikan dan pelatihan calon
Kepala Sekolah yang diakhiri dengan uji kompetensi.
1) Pengertian
Pendidikan dan pelatihan calon Kepala Sekolah merupakan proses pemberian
fasilitasi kepada guru potensial (lulus seleksi administrasi dan akademik sebagai
proses seleksi calon kepala sekolah) untuk mendapatkan pengalaman belajar teoretik
maupun praktis dalam mengelola satuan pendidikan yang diakhiri dengan uji
kompetensi. Bagi Kepala Sekolah yang lulus uji kompetensi tersebut diberi
pangakuan formal yang berfungsi sebagai suatu jaminan tertulis atas kompetensinya
dalam pengelolaan sekolah dan kepadanya diberi sertifikat sebagai bukti kelayakan
untuk menjadi kepala sekolah. Sertfikat tersebut berlaku dalam masa lima tahun.
Bilamana guru pemegang sertifikat belum juga menjadi kepala sekolah sampai tahun
keempat sejak mendapatkan sertifikat, maka yang bersangkutan diwajib
memperbaharui sertifikatnya melalui proses uji kompetensi (tanpa terlebih dahulu
mengikui program pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah).
2) Tujuan Program Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah
Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah diselenggarakan dengan tujuan
mencetak calon kepala sekolah qualified, yaitu memiliki kompetensi kepala sekolah
sebagaimana dijabarkan di dalam sehingga mampu dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsi kekekepalasekolahan.
3) Peserta Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah
- 15 -
Menurut pasal 7 Permendikanas No 28/2010 peserta Pelatihan dan Pendidikan Calon
Kepala Sekolah adalah guru yang telah lulus seleksi administrasi yang dipersyaratkan
untuk menjadi kepala dan lulus
4) Proses Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepalaa Sekolah
Proses Pendidikan dan Pelatihan Calon kepala Sekolah ditempuh melalui: (1)
pendaftaran oleh guru dengan cara mengisi formulir aplikasi guru yang dilampiri
dengan hasil pemerikasaan hasil seleksi administrasi, hasil penilaian portofolio, hasil
inventori potensi guru; dan hasil penilaian portofoliao; (2) pemeriksaan seluruh
kelengkapan pendaftraan pendidikan dan pelatihan (3) pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan calon kepala sekolah dengan sistem 900 jam ; (6) uji kompetensi; dan (7)
penerbitan sertifikat.
a) Sebagai langkah pertama untuk mengikuti program
sertifikasi kekepalasekolahan adalah pendaftaran. Dalam hal ini melallui fasilitasi
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten/Kota, guru melakukan pendaftaran
untuk ikut sertifikasi, dengan mengisi formulir aplikasi program sertifikasi
dengan melampirkan:
1. Fotokopi kartu penduduk
2. Fotokopi SK
pengangkatan kali pertama
3. Fotokopi SK kenanikan
pangkat terakhir
4. Fotokopi ijasah
pendidikan terakhir
5. Surat keterangan berbadan
sehat dari dokter
6. DP3 tiga tahun terakhir
untuk melihat bahwa guru yang sedang mendaftar program sertfikasi
memiliki dedikasi yang tinggi, berkepribadian yang luhur, kesetiaan kepada
bangsa dan negara.
7. Surat keterangan dari
Kepala Dinas Pendidikan, bahwa guru yang sedang mendaftar program
sertifikasi tidak dikekenai hukuman disiplin atau tidak dalam proses
pemeriksaan pelanggaran disiplin (surat keterangan dari Kepala Dinas
Kabupaten Kota).
- 16 -
8. hasil pemerikasaan hasil
seleksi administrasi, hasil penilaian portofolio, hasil inventori potensi guru;
dan hasil penilaian portofoliao.
b) Pemeriksaan kelengkapan pendaftaran
Sebagai langkah kedua proses pendidikan dan pelatihan calon Kepala Sekolah
adalah pemeriksaan seluruh berkas pendaftaran dengan seluruh kelengkapannya.
Hal-hal yang diperiksa adalah:
1. Usia
2. Masa kerja sebagai Kepala Sekolah
3. Pangkat terakhir
4. Pendidikan terakhir
5. Kesehatan
6. Kelengkapan DP3 tiga tahun terakhir
7. Surat keterangan dari Kepala Dinas Pendidikan, bahwa guru
yang sedang mendaftar program sertifikasi tidak dikekenai hukuman disiplin
atau tidak dalam proses pemeriksaan pelanggaran disiplin.
8. Hasil pemerikasaan hasil seleksi administrasi, hasil penilaian
portofolio, hasil inventori potensi guru; dan hasil penilaian portofoliao
c) Pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah
Guru yang mendaftarkan diri dan memenuhi syarat, diwajibkan mengikuti
Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah di lembaga tertentu yang
ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pembinaan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Depdiknas. Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah
diselenggarakan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi-
kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial yang
berguna dalam melaksanakan tugas kepala sekolah.
Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah merupakan prasyarat yang harus
diikuti calon kepala sekolah sebelum mendapatkan seritifikat profesi kepala
sekolah. Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah merupakan pendidikan
profesional yang menggabungkan pengetahuan akademik/teori dan keterampilan
praktis yang diperlukan dalam mendukung kompetensi. Proporsi teori dan
praktek 50:50 persen. Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah dirancang
dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, (teori dan praktek) sesuai dengan tingkat
kompetensi masing-masing calon.
- 17 -
4. Uji Akseptabilitas
Uji akseptabilitas dikenakan kepada setiap calon Kepala Sekolah yang telah lulus uji
kompetensi kepala sekolah. Uji akseptabilitas merupakan uji keterterimaan calon kepala
sekolah yang telah lulus seleksi administrasi, seleksi akademik, uji kompetensi di sekolah
dimana calon kepala sekolah akan bertugas jadi kepala sekolah
1) Pelaksanaan Uji Akseptabilitas
Uji akseptabilitas diselenggarakan dalam bentuk pemaparan makalah oleh calon Kepala
Sekolah di hadapan sejumlah panelis. Makalah disusun oleh calon kepela sekolah,
memuat pendahuluan, visi dan misi sekolah, rencana jangka panjang (4 tahun), rencana
jangka pendek (1 tahun), rencana implementasi rencana jangka pendek, dan rencana
anggaran pendapatan belanja sekolah.
2) Unsur Penelis
Penelis beranggotakan minimal 3 orang yang secara keseluruhan mewakili Badan
Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan.
3) Tempat dan Waktu Pelaksanaan Uji Akseptabilitas
Uji akseptabilitas dapat diselenggarakan di Kantor Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD), Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, atau Kantor Badan Kepegawaian
Daerah, atau tempat lain yang layak.Uji akseptabilitas diselenggarakan minimal 60
menit untuk setiap calon Kepala Sekolah, terdiri dari 20 menit presentasi makalah oleh
calon kepala sekolah, dan 40 menit dialog dan tanyajawab antara penelis dengan calon
Kepala Sekolah.
4) Penilaian dalam Uji Akseptabilitas
Aspek-aspek penilaian dalam uji akseptabilitas calon Kepala sekolah meliputi aspek
kualitas makalah dan kualitas presentasi makalah. Penilaian kualias makalah terdiri dari
penilaian-penilaian kemampuan mengungkap dan menganalisis masalah, orisinalitas
dan obyektifitas analisis, Kontinuitas pembahasan antar bagian, dan kerangka pikir.
Penilaian kualitas presentasi terdiri dari penilaian-penilaian kemampuan menyajikan
materi secara sistematis, kemampuan mempertahankan gagasan di hadapan penguji,
konsistensi pengungkapan gagasan/masalah dengan tulisan dalam makalah,
kemampuan mengendalikan emosi dalam menanggapi sanggahan.
PENGANGKATAN
Bagi peserta yang telah dinyatakan lulus dan diterima diajukan kepala dinas pendidikan kepada
bupati/walikota untuk diangkat menjadi kepala sekolah pada satuan pendidikan.
- 18 -
1. Berdasarkan hasil uji akseptabilitas, mengajukan daftar nama calon kepala sekolah yang
lulus uji akseptabilitas untuk diangkat sebagai kepala sekolah pada satuan pendidikan
2. Daftar naman calon kepala sekolah ditandatangani disahkan oleh Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota
3. Daftar nama calon kepala sekolah yang lulus uji akseptabilitas diajukan kepala dinas
pendidikan kepada bupati/walikota untuk selanjutnya dilakukan proses pengangkatannya
4. Pengangkatan sebagai kepala sekolah pada satuan pendidikan ditetapkan melalui surat
keputusan bupati/walikota.
PEMBAHASAN
Penyiapan kepala sekolah hendaknya ditangani secara serius. Memetik pengalaman
dari bagaimana Inggris menyiapkan kepala sekolahnya, mereka sampai mendirikan perguruan
tinggi yang khusus dimaksudkan menyiapkan kepala sekolah yang dapat mendorong
terjadinya perubahan demi meningkatkan efektifitas sekolah melalui kegiatan school
improvement. College yang didirikan pemerintah Inggris itu diberi nama National College
for School Leadership (NCSL) yang diketahui telah memberikan layanan frencaise ke
beberapa negara di Timur Tengah untuk penyiapan kepala sekolah mereka secara efektif.
Penyiapan calon kepala sekolah ditangani oleh college ini berlangsung sekitar antara 6 bulan
sampai dengan 2 tahun bergantung dari pengalaman masing-masing calon dalam school
leadership di sekolah mereka. Kegiatan pelatihan melibatkan pengalaman merancang School
Improvement dan melaksanakannya secara nyata di sekolah untuk mendapat penilaian akan
keberhasilannya ditambah praktek di sekolah lain untuk mendapat pengalaman atmosfer
sekolah yang berbeda. Setelah menyelesaikan pendidikan di NCSL baru orang baru
mempunyai hak untuk menjadi calon kepala dengan memegang sertifikat National
Qualification for Headship. Hanya orang yang sudah memiliki sertifikat ini orang boleh
mengikuti seleksi kepala sekolah.
Begitu pula di singapura penyiapan kepala sekolah di kelola oleh Nanyang
Eduactional institut ( NIE) dimana calon kepala sekolah di gembleng dalam waktu enam
bulan sampai mendapatkan sertifikat kelayakan menjadi kepala sekolah, juga di malayasia
ada lembaga Institut Aminudin Baki (IAB) yang mempunyai tugas untuk melatih dan
menggembleng para calon kepala sekolah sejak dari seleksi admintrasi, pelatihan sampai
rekomendasi penetapan calon kepala sekolah layaknya di tempat di sekolah yang sesuai
dengan karekteristiknya. Maka dari itu untuk seleksi kepala sekolah di Indinesia hendanya
mengacu pada pola sebagai berikut
- 19 -
Sebagaimana telah ditegaskan di atas, bahwa pengadaan kepala sekolah
merupakan proses mendapatkan calon kepala sekolah yang paling memenuhi kualifikasi
dalam rangka mengisi formasi kepala sekolah pada satuan pendidikan tertentu. Sebagai
sebuah proses, pengadaan kepala sekolah secara profesional melalui langkah-langkah: (1)
penetapan formasi kepala sekolah, (2) rekrutmen calon kepala sekolah, (3) seleksi calon
kepala sekolah, dan (4) pengangkatan calon kepala sekolah menjadi kepala sekolah.
Seleksi kepala sekolah melalui seleksi administratif, seleksi akademik, uji kompetensi,
dan uji akseptabilitas. Proses pengadaan kepala sekolah dapat dilihat pada gambat 2.1.
Gambar 2.1 Proses Pengadaan Kepala Sekolah
Dari proses diatas dilakasakan secara terbuka,objeketif dan berkesinambungan, hal ini akan
mendapatkan calon kepala sekolah yang betul betul terbuka dan peserta yang gugur di tengah
proses merasakan betul betul berjalan secara akuntabel.
Terbitnya permendiknas Nomor 28 tahun2010 memberi harapan baru bagi guru yang mempunyai
potensi untuk menjadi kepala sekolah, secara objketif sepanjang pemerintah kab/kota dapat
mengimplementasikan dengan objkektif dan konsisten.
KESIMPULAN
Tiap sekolah perlu dipimpin oleh kepala sekolah dengan kemampuan yang sesuai
dengan tuntutan kerja. Proses seleksi terdiri dari tiga tahap yaitu 1) fase preseleksi, 2) fase
seleksi dan 3) fase pasca seleksi. Dalam tiap-tiap fase tersebut terdapat prinsip-prinsip yang
harus diperhatikan dan dilaksanakan. Kepatuhan terhadap prinsip-prinsip seleksi akan
memberikan keuntungan dan manfaat yang besar bagi organisasi khususnya berkaitan dengan
- 20 -
+SELEKSI ADMINISTRASI
Pengisian Formulir Aplikasi
Pengisian Portofolio
Kinerja Guru
SELEKSI AKADEMIK Penilaian
portofolioInventori
Potensi Kepemimpinan
Gugur
DIKLAT CAKEP 100
JAM(Diakhiri
dengan uji kompeensi
PENEMPATAN
FORMASI -
+ UJI AKSEPTA-
BILITAS
- - -
+ +
Gugur Gugur Gugur
manajemen sumber daya manusia seperti 1) efektifitas biaya, 2) pengurangan pemborosan
dan 3) minimalisasi masalah-masalah pasca ditugaskan.
Dalam seleksi Kepala Sekolah berusaha menyelaraskan kepribadian, minat, pilihan,
karakteristik, keterampilan, pengetahuan dan kemampuan individu dengan tuntutan kerja.
Untuk itu dilakukan pengumpulan informasi tentang pelamar. Metode yang digunakan untuk
memperoleh informasi dalam seleksi bervariasi tergantung pada jenis pekerjaan dimana
pelamar diseleksi. Banyaknya metode yang digunakan tergantung pada jenis tugas kerja,
rasio seleksi, biaya yang dikeluarkan dibandingkan dengan keuntungannya, dan tingkat
validitas dan realibilitas test yang digunakan. Informasi dari berbagai tes/prediktor inilah
yang memberikan kepada selektor gambaran kualifikasi pelamar yang selanjutnya digunakan
sebagai dasar pertimbangan dalam memutuskan untuk mempekerjakan atau tidak pelamar.
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Michael (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Elex Media Koputindo.
Castetter, William B. (1996). The Human Resource Function in Educational Administration, New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Hasibuan, Malayu SP. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mangkunegara, Anwar Prabu (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Rosdakarya.
Schuler, Randal S. & Susan E.Jackson (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad 21. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Schuler, Randall S. (1987). Personnel and Human Resource Management. New York: West Publishing Company.
Siagian, Sondang P. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
DR. H TATANG SUNENDAR ISKANDAR MSi , Nip 196000816186031003, Pembina Utama Muda/ holongan 4 c
- 21 -