LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Danu Kusuma
Nomor mahasiswa : 028114047
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Uji Angka Lempeng Total (ALT) dalam Jamu Gendong Beras Kencur yangBeredar di Tiga Pasar Tradisional di Kotamadya Yogyakarta
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 11 Februari 2008
Yang menyatakan
Danu Kusuma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) DALAM JAMU GENDONG BERASKENCUR YANG BEREDAR DI TIGA PASAR DI KOTAMADYA
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:Danu Kusuma
NIM : 028114047
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat-tempatkamu ingin pergi.
Jadilah seperti yang kamu inginkan,karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untukmelakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.
Masa depan yang cerah berdasarkan pada masa lalu yang telah dilupakan.Kamu tidak dapat melangkah dengan baik dalam kehidupanmu
sampai kamu melupakan kegagalanmu dan rasa sakit hati.
Doa memberikan kekuatan pada orang yang lemah,membuat orang tidak percaya
menjadi percaya dan memberikan keberanianpada orang yang ketakutan
Janganlah berputus asa. Tetapi kalau anda sampai beradadalam keadaan putus asa,berjuanglah terus meskipun dalam keadaan putus asa.
PPeerrsseemmbbaahhaann kkeeppaaddaa
MMaammaa,, PPaappaa,, AAjjeenngg ddaann
“seseorang” yang selalu menjadi motivasi
TTeemmaann--tteemmaann ddaann AAllmmaammaatteerrkkuu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas berkat dan kuasa-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Uji Angka Lempeng
Total Jamu dalam Gendong Beras Kencur yang Beredar di Tiga Pasar Tradisional di
Kotamadya Yogyakarta.”Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis telah menerima banyak bantuan
dari berbagai pihak, baik berupa bimbingan, saran, dukungan, dan kritikan. Penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Yustina Sri Hartini M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dan saran hingga terselesaikannya skripsi ini.
2. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si, selaku dosen penguji skripsi yang telah
memberikan saran, kritik, dan bimbingan.
4. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si, selaku dosen penguji skripsi yang telah
memberikan saran, kritik, dan bimbingan.
5. Ibu Dra. Rini Astuti M.Si, Apt selaku Kepala Bidang Pengawasan Mikrobiologi,
Balai Besar POM Yogyakarta yang telah membantu dalam menyelesaikan
penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
6. Mbak Has dan seluruh staf Laboratorium Mikrobiologi Balai Besar POM
Yogyakarta atas bimbingan dan kerjasamanya.
7. Seluruh staf Laboratorium Farmasi Universitas Sanata Dharma atas bimbingan
dan saran.
8. Teman-teman kelompok penelitian : Agustinus Daru, dan Theodorus Haryu, atas
kerjasama, bantuan, dukungan, dan saran selama penelitian dan penyusunan
skripsi ini.
9. Teman-teman, atas persahabatan, bantuan, dukungan, dan kerjasama selama
penulis menempuh kuliah.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian penelitian ini.
Akhir kata, “tidak ada gading yang tak retak”, penulis menyadari bahwa
penelitian ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini dari para pembaca.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 20 Januari 2008
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
INTISARI
Jamu gendong merupakan salah satu jamu dalam bentuk cairan minum yangsangat digemari masyarakat. Departemen Kesehatan (Depkes) RI dalam KeputusanMenteri Kesehatan RI No : 55/Menkes/SK/I/2000 menyatakan bahwa obat tradisionalharus memenuhi persyaratan mutu kefarmasian. Dengan persyaratan mutu tersebutdapat diharapkan adanya obat tradisional dengan dosis yang diketahui danterulangkan, termasuk untuk keamanan dan kemanfaatannya. Salah satu parameterstandar mutu bahan baku obat tradisional adalah uji Angka Lempeng Total, yangdigunakan untuk menetapkan angka bakteri aerob mesofil dalam sediaan jamugendong beras kencur.
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancanganpenelitian deskriptif komparatif. Penelitian ini dilakukan untuk menghitung AngkaLempeng Total dalam jamu gendong beras kencur yang beredar di tiga pasar diwilayah kotamadya Yogyakarta, yaitu pasar Karangwaru, pasar Pingit, and pasarKranggan.
Data yang diperoleh berupa data kuantitatif yang dianalisis dengan caraperhitungan Angka Lempeng Total. Angka Lempeng Total yang diperbolehkanberdasarkan Metode Analisis Pusat Pengujian Obat dan Makanan (PPOMN) Nomor95/MIK/00 tidak lebih dari 104 koloni/mL. Dari data kuantitatif 5 sampel dan 3 kalireplikasi yang dilakukan diperoleh jumlah koloni Sampel 1 = 14x104 koloni/mL;82x104 koloni/mL; 74x104 koloni/mL, Sampel 2 = 13x103 koloni/mL; 14x105
koloni/mL; 14x103 koloni/mL, Sampel 3 = 13x106 koloni/mL; 66x106 koloni/mL;89x106 koloni/mL, Sampel 4 = 64x103 koloni/mL; 33x103 koloni/mL; 99x103
koloni/mL, Sampel 5 = 50x106 koloni/mL; 25x104 koloni/mL; 42x105 koloni/mL.Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa jamu gendong beras kencur yang
beredar di 3 pasar di kotamadya Yogyakarta tidak memenuhi syarat yang ditentukanoleh Departemen Kesehatan RI.
Kata kunci : Jamu gendong beras kencur, Angka Lempeng Total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
Jamu gendong is one of jamu in a diluted form which is most delighted. Forreaching the requirement of traditional medicine which can be use in the medicalservice, The Departement of Health of Indonesian require a traditional medicine tofulfill the pharmacy quality requirement by passing the clinical testing phase. Byimplementating this quality requirement, it is expected that a traditional medicine in adefined dosage can be reproduced by considering its safety an efficacy are available.One of the parameter of standard of the quality of raw material for traditionalmedicine is this Total Plate Count, which used to count aerobic mesophilic bacteria inJamu Gendong Beras Kencur.
This research was non experimental with descriptive and comparativeresearch design. This research purpose was to count the Total Plate Count of Jamugendong beras kencur which were distributed in Three Traditional Markets inYogyakarta. There are pasar Karangwaru, pasar Pingit, and pasar Kranggan.
The obtained data was quantitative which were analyzed by applying thecomputation of the Total Plate Count. The Total Plate Count allowed by the Methodof Analysis Center Examination of Drug and Food No. 95/MIK/00 not greater 104
colony / mL. From quantitative data of 5 sample and 3 times replication which wereimplementated it was found that : the amount of colony of Sample 1 = 14x104 colony/ mL; 82x104 colony / mL; 74x104 colony / mL, Sample 2 = 13x103 colony / mL;14x105 colony / mL; 14x103 colony / mL, Sample 3 = 13x106 colony / mL; 66x106
colony / mL; 89x106 colony / mL, Sample 4 = 64x103 colony / mL; 33x103 colony /mL; colony 99x103 / mL, and Sample 5 = 50x106 colony / mL; 25x104 colony / mL;42x105 colony / mL
Based on the findings above, it can be concluded that Jamu gendong beraskencur which were Distributed in Three Traditional Markets in Yogyakarta not fulfillthe Indonesian Departement of health requirement.
Keyword : Jamu gendong beras kencur, Total Plate Count
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 Januari 2008
Penulis
Danu Kusuma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
PRAKATA ........................................................................................................... v
INTISARI ............................................................................................................ vii
ABSTRACT .......................................................................................................... viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. ix
DAFTAR ISI........................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1. Permasalahan .............................................................................................. 3
2. Keaslian Penelitian.................................................................................... 3
3. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
a. Manfaat Teoritis.................................................................................... 4
b. Manfaat praktis ........................................................................................... 4
B. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ................................................................ 5
A. Obat Tradisional ............................................................................................. 5
B. Jamu Gendong ................................................................................................ 6
C. Pengeringan .................................................................................................... 9
D. Sterilisasi ........................................................................................................ 10
E. Media ............................................................................................................. 14
F. Penghitungan Angka Lempeng Total (ALT) .................................................... 17
G. Landasan Teori.......................................................................................... 21
H. Hipotesis.................................................................................................... 22
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 23
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................ 23
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................................... 23
C. Subjek dan Bahan Penelitian..................................................................... 24
D. Alat Penelitian........................................................................................... 24
E. Tata Cara Penelitian .................................................................................. 25
1. Pengambilan Sampel........................................................................... 25
2. Persiapan dan Homogenisasi Sampel.................................................. 25
3. Cara Pembuatan Media ....................................................................... 25
4. Uji Angka Lempeng Total .................................................................. 26
5. Perhitungan koloni .............................................................................. 27
F. Analisis Data.............................................................................................. 29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 30
A. Pengumpulan Sampel Jamu Gendong Beras Kencur................................ 30
B. Sterlisasi Alat ............................................................................................ 32
C. Sterilisasi Media........................................................................................ 33
D. Homogenisasi Sampel............................................................................... 34
E. Pengenceran .............................................................................................. 35
F. Uji ALT..................................................................................................... 35
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 48
A. Kesimpulan ............................................................................................... 48
B. Saran.......................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 49
LAMPIRAN......................................................................................................... 52
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar Media Plate Count Agar (PCA) ........................................................ 38
2. Gambar Blanko standar PCA dan Letheen broth (LB) ................................... 40
3. Gambar Blanko standar PCA ......................................................................... 41
4. Gambar Blanko standar PCA dan Pepton Dilution Fluid (PDF) .................... 41
5. Gambar Hasil pengujian ALT dari 9 seri pengenceran................................... 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Hasil Perhitungan ALT pada Pengambilan Sampel Periode Pertama
dari 5 Penjual setelah Pengamatan 24 jam, dan Setelah 48 jam ........... 42
Tabel II. Hasil Perhitungan ALT pada Pengambilan Sampel Periode kedua dari
5 Penjual setelah Pengamatan 24 jam, dan Setelah 48 jam .................. 43
Tabel III. Hasil Perhitungan ALT pada Pengambilan Sampel Periode Ketiga
dari 5 Penjual setelah Pengamatan 24 jam, dan Setelah 48 jam .......... 44
Tabel IV. Perhitungan Angka Lempeng Total Jamu Gendong dari 5 Produsen
di Kotamadya Yogyakarta Hasil Penelitian Sylvia Tahun 2005............ 46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Hasil Pengujian ALT....................................................................... 52
Lampiran 2 :Laporan Hasil Pengujian dari Balai POM........................................ 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Masyarakat di Indonesia lazim menggunakan obat tradisional atau yang
disebut jamu, dengan memanfaatkan kekayaan alam di Indonesia. Obat tradisional
perlu dikembangkan dan dimanfaatkan. Pengembangan obat tradisional perlu
dilakukan dengan tepat sehingga keamanan dan khasiatnya secara medik dapat
dipertanggungjawabkan.
Jamu sudah dikenal di Indonesia khususnya di Jawa sebagai perawatan
kesehatan sehari-hari, maupun sebagai sarana pemulih kesehatan bila sembuh dari
sakit, dengan demikian penggunaan jamu sejak dahulu kala bermanfaat untuk
preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Penggunaan jamu telah berakar
sedemikian kuatnya dalam masyarakat Indonesia dari dahulu hingga sekarang,
meskipun sejak seabad yang lalu pendidikan kedokteran dengan obat-obatan
modern telah dikenal di Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO),
kira-kira 80% dari penduduk dunia yang berjumlah 4 miliar penduduk percaya
manfaat tumbuh-tumbuhan untuk kesehatan dan kebugaran tubuh, dan masyarakat
modern pun akhirnya juga memakai bahan-bahan alam segar untuk suplemen,
makanan, minuman, dan sarana kecantikan dan penampilan bagi pria dan wanita.
Pada umumnya khasiat dari jamu tidak dapat langsung dirasakan. Cara kerjanya
bertahap dengan pemakaian yang terus-menerus (Soedibyo, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Jamu gendong merupakan salah satu jamu dalam bentuk cairan minum
yang sangat digemari masyarakat. Jamu gendong dijual dalam botol dan
diletakkan dalam keranjang yang digendong di punggung belakang menggunakan
kain. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
246/Menkes/Per/V/1990 tentang izin usaha industri obat tradisional dan
pendaftaran obat tradisional pasal 3 ayat 1 bahwa “Obat tradisional yang
diproduksi, diedarkan di wilayah indonesia maupun diekspor terlebih dahulu
harus didaftarkan sebagai persetujuan Menteri”, dan ayat 2 “Dikecualikan dari
ketentuan ayat (1) adalah obat tradisional hasil produksi : industri obat tradisional
dalam bentuk gendong, pilis, tapel, parem, usaha jamu racikan dan usaha jamu
gendong. Berdasarkan peraturan tersebut sediaan jamu gendong beras kencur
belum terdaftar dalam persetujuan Menteri, ini berarti standarisasi obat tradisional
jamu gendong beras kencur belum dilakukan sehingga jaminan keamanan untuk
sediaan tersebut belum ada, dan perlu dilakukan pengujian mutu bahan baku obat
tradisional.
Salah satu parameter standar mutu bahan baku obat tradisional adalah uji
cemaran mikroba dengan uji Angka Lempeng Total. Dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor : 661/Menkes/SK/VII/1994 Tentang persyaratan Obat
tradisional, jamu gendong yang termasuk dalam cairan obat dalam mengandung
Angka Lempeng Total tidak lebih dari 104 (Anonim, 2000).
Angka Lempeng Total (ALT) merupakan metode penghitungan jumlah
mikroba hidup yang paling sensitif untuk menentukan mikroba karena beberapa
hal yaitu, hanya sel yang masih hidup yang dapat dihitung, beberapa jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
mikroba dapat dihitung sekaligus, dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi
mikroba karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari suatu mikroba yang
mempunyai penampakan pertumbuhan spesifik (Fardiaz, 1992).
1. Permasalahan
a. Berapakah jumlah Angka Lempeng Total (ALT) pada jamu gendong yang
beredar di tiga pasar di Kotamadya Yogyakarta?
b. Apakah jumlah cemaran mikroba pada jamu gendong yang beredar di
pasar di kotamadya Yogyakarta melebihi batas yang telah ditentukan,
yaitu 104 koloni/ml?
2. Keaslian Penelitian
Pada tahun 2005 pernah dilakukan pengujian cemaran bakteri dan cemaran
kapang/khamir pada produk jamu gendong di Daerah Istimewa Yogyakarta oleh
Sylvia Tunjung Pratiwi (2005). Penelitian tentang pemeriksaan Angka Lempeng
Total dalam jamu gendong Beras Kencur yang beredar di tiga pasar pada tahun
2007, belum pernah dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, meliputi :
a. Manfaat teoritis : memberikan informasi terhadap perkembangan obat
tradisional khususnya jamu gendong.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
b. Manfaat praktis : dapat memberikan data tentang pemeriksaan Angka
Lempeng Total dalam jamu gendong yang beredar di Kotamadya
Yogyakarta.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum : memberikan evaluasi bahwa pada jamu gendong tidak
boleh mengandung Angka Lempeng Total melebihi batas yang ditetapkan
Departemen Kesehatan RI.
2. Tujuan khusus : untuk memeriksa jumlah Angka Lempeng Total dalam
jamu gendong yang beredar di tiga pasar di kotamadya Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Obat Tradisional
Kecenderungan masyarakat untuk back to nature dengan indikasi utama
peningkatan kebutuhan produk-produk konsumsi untuk kesehatan dari bahan alam
merupakan peluang besar bagi pengembangan tanaman obat dan obat tradisional
Indonesia.
Obat Tradisional atau lebih dikenal dengan nama jamu atau obat asli
Indonesia (OAIN) sudah dikenal sejak zaman nenek moyang kita dan tumbuh
berkembang sejalan dengan perkembangan yang terjadi di negara kita. Oleh
karena itu, jamu merupakan warisan nenek moyang yang perlu dikembangkan
utamanya untuk menunjang upaya meningkatkan kesehatan masyarakat baik
digunakan untuk ujuan pencegahan (preventif), peningkatan (promotif), maupun
pengbatan kuratif. Obat tradisional juga digunakan daam usaha perawatan
kecantikan dan kosmetik.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan, obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (Anonim, 1994a).
Obat tradisional Indonesia yang telah menjadi bagian integral dari
kehidupan bangsa Indonesia diinginkan untuk dapat dipakai dalam sistem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
pelayanan kesehatan. Untuk itu harus sesuai dengan kaidah pelayanan kesehatan
yaitu secara medis harus dapat dipertanggungjawabkan. Guna mencapai hal itu
perlu dilakukan pengujian ilmiah tentang khasiat, keamanan dan standar
kualitasnya (Soegihardjo,2002).
Tidak seperti produk farmasi konvensional, yang biasanya dapat dibuat
dari bahan sintetis dengan teknik dan prosedur pembuatan yang dapat diproduksi
ulang, produk obat herbal dibuat dari bahan tumbuhan asal yang dapat
terkontaminasi dan terurai, serta memiliki komposisi dan sifat yang bervariasi.
Selain itu, dalam pembuatan dan pengawasan mutu produk herbal, prosedur dan
teknik yang sering digunakan memiliki perbedaan mendasar dari yang digunakan
pada produk farmasi konvensional. Pengawasan bahan awal, penyimpanan, dan
pengolahan dianggap sangat penting karena sifat banyak produk obat herbal yang
sering kompleks dan variabel serta jumlah dan kuantitas kecil dari penetapan
bahan aktif yang terdapat di dalamnya (Anonim, 2007).
B. Jamu Gendong
Jamu gendong merupakan salah satu ramuan tradisional yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, digunakan baik untuk memelihara
kesehatan, meningkatkan kesehatan mempertahankan kesehatan, ataupun
mengobati penyakit. Konsumennya sangat luas mulai dari ibu rumah tangga,
pekerja kantor, serta buruh pabrik dan bangunan. Dibuat dan dijajakan oleh ibu-
ibu muda yang bersolek, memakai batik dan kebaya dengan sebuah bakul sarat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
botol-botol berisi racikan obat tradisional tersandang dengan selendang lusuh di
punggungnya ( Kodim, 2000 ).
Usaha jamu gendong adalah usaha peracikan pencampuran pengolahan
dan pengedaran obat tradisional dalam bentuk cairan, pilis, parem, tapel, tanpa
penandaan dan atau merk dagang serta dijajakan untuk langsung digunakan.
Penjual jamu gendong menjajakan dari pintu ke pintu dengan membawa
jamu perasan, pilis dan parem. Sering kali juga membawa jamu dari pabrik.
Perbedaan jamu gendong dan jamu bagolan adalah jamu gendong menjual barang
jadi, sedangkan jamu bagolan menjual barang setengah jadi, yaitu berupa ramuan
yang sudah ditumbuk kemudian diracik dengan menambah air matang, disaring,
dan hasilnya siap diminum. Dalam rumah tangga pekerjaan jamu gendong sering
dilakukan oleh ibu rumah tangga dengan skala yang lebih kecil untuk keperluan
sendiri dengan ramuan yang lebih sederhana. Sebagai alat penumbuk digunakan
pipisan dan gandhik, yaitu alat penumbuk yang dibuat dari batu, disamping
digunakan lumping dan alu. Bahan baku ramuan jamu terdiri dari bahan segar dan
bahan kering atau simplisia, yang diperoleh dari pedagang simplisia pasar
(craken). Hingga kini jamu digunakan oleh penduduk pedesaan maupun
perkotaan. Dalam rumah tangga ibu-ibu sering membuat ramuan dengan tujuan
untuk memelihara kebugaran dan kecantikan baik berupa minuman maupun
bedak, pilis, atau param (Soegihardjo,2002).
Penggunaan jamu gendong biasanya berdasarkan kebiasaan turun-temurun
secara umum, sudah diketahui manfaat jamu gendong, namun secara tertulis
belum banyak mengidentitfikasikan khasiat dan manfaatnya. Pemanfaatan jamu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
gendong lebih banyak sebagai upaya promotif dan preventif kesehatan
(Handayani & Suharmiati, 2001).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar produk jamu gendong yang
dihasilkan aman dikonsumsi oleh masyarakat adalah (Prabowo, 2001).
a. Bahan baku (simplisia) :
Bahan baku yang digunakan tidak boleh tercemar oleh cemaran fisik,
mikroba dan senyawa kimia beracun (insektisida).
b. Air yang dipergunakan
Air yang sehat adalah yang tidak tercemar secara fisik, oleh organisme
merugikan, dan tidak tercemar senyawa beracun tidak berbau, tidak
berwarna dan tidak keruh.
c. Alat yang digunakan
Agar jamu yang dihasilkan mempunyai keamanan, maka harus dibuat
menggunakan peralatan yang bersih dan tidak mencemari jamu.
d. Kebersihan dan perilaku penjual
Perilaku merupakan pangkal terjadi kondisi bersih atau kotor. Bakteri
yang umum terdapat dalam air adalah Pseudomonas, Micrococcus,
Bacillus, Streptococcus, Enterococcus, dan Escherichia (Anonim,
1985).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
D. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak sehingga dapat disimpan lebih lama. Penurunan mutu atau kerusakan
simplisia dapat dihambat dengan pengurangan kadar air dengan tujuan untuk
penghentian reaksi enzimatik. Kandungan air dalam simplisia pada kadar tertentu
dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan mikroba lainnya. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar air
kurang dari 10% (Anonim, 1994b).
Pengeringan yang tepat meliputi dua masalah utama yaitu pengaturan suhu
dan pengaliran udara yang teratur. Cara pengeringan yang paling sederhana
dilakukan adalah pengeringan di bawah sinar matahari. Simplisia yang
dikeringkan dengan cara ini adalah yang berasal dari dari akar, rimpang, kulit, dan
biji-bijian. Keuntungan dari cara pengeringan ini adalah biaya yang murah, tetapi
mempunyai kekurangan yaitu suhu dan kelembaban tidak dapat dikontrol, serta
waktu yang relatif lebih lama. Waktu pengeringan tergantung cuaca dan intensitas
penyinaran, serta mudah terkontaminasi oleh mikroba dari luar, serta pengaruh
sinar ultraviolet yang dapat merusak kandungan kimia dari simplisia.
Cara pengeringan yang lain adalah dengan menggunakan pengering
mekanis (oven) yang menggunakan tambahan panas. Pengeringan dengan panas
buatan ini memberikan beberapa keuntungan yaitu : tidak tergantung cuaca, tidak
memerlukan tampat yang luas, kondisi pengeringan dapat dikontrol sehingga
pengeringan dapat rata pada tiap bagian dari simplisia. Pengeringan dengan alat
pengering mekanis akan mendapatkan hasil yang lebih baik bila kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
pengeringan ditentukan dengan tepat dan selama pengeringan dikontrol dangan
baik (Anonim, 1994b).
D. Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan-
bahan dari segala bentuk kehidupan, terutama mikroba. Macam sterilisasi yang
digunakan tergantung pada macam sifat dan bahan. Cara umum yang dipakai
untuk sterilisasi, yaitu :
1. Sterilisasi dengan panas
Penggunaan panas merupakan cara termudah untuk mensterilkan bahan, dengan
syarat bahwa bahan tersebut tahan terhadap pemanasan. Suhu 121oC selama 15
menit digunakan untuk mematikan spora. Uap harus dipertahankan pada tekanan
15 lb/sq di atas tekanan atmosfer untuk memperoleh suhu 121oC (Jawetz dkk,
1996). Sterilisasi ini dibedakan menjadi 2, yaitu : sterilisasi panas lembab dan
sterilisasi panas kering (Hadioetomo, 1985).
Disebut sterilisasi panas lembab, bila digunakan bersama-sama dengan uap air dan
sterilisasi panas kering, bila tanpa kelembaban. Panas lembab sangat efektif
meskipun pada suhu yang tidak begitu tinggi, karena ketika uap air berkondensasi
pada bahan-bahan yang disterilkan, dilepaskan panas sebanyak 686 kalori per
gram uap air pada suhu 121oC. Panas ini mendenaturasikan atau
mengkoagulasikan protein pada organisme hidup dan dengan demikian
mematikannya. Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklav atau
sterilisator uap yang mudah diangkat dengan menggunakan uap air jenuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
bertekanan dengan suhu 121oC selama 15 menit. Sterilisasi basah dapat digunakan
untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus oleh uap air dan tidak
rusak bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar 110oC sampai 121oC. Bahan-
bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini antara lain medium biakan, air
suling, alat-alat gelas, biakan yang akan dibuang, medium tercemar dan bahan-
bahan dari karet (Hadioetomo, 1985). Beberapa cara pemanasan basah dapat
membunuh mikroba karena panas basah dapat menyebabkan denaturasi protein,
termasuk enzim-enzim di dalam sel (Fardiaz,1992).
Ada empat hal yang harus diingat bila melakukan sterilisasi basah: (1)
sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan betul-betul
dari ruang sterilisator; (2) semua bagian bahan yang disterilkan harus terkena uap,
karena itu tabung dan labu kosong harus diletakkan dalam posisi tidur agar udara
tidak terperangkap didasarnya; (3) bahan-bahan yang berpori atau yang berbentuk
cair harus permeabel terhadap uap; (4) suhu sebagaimana yang terukur oleh
termometer harus mencapai 121oC dan dipertahankan setinggi itu selama 15 menit
(Hadioetomo,1985)
Dibandingkan dengan panas lembab, panas kering kurang efisien dan
membutuhkan suhu lebih tinggi serta waktu yang lebih lama untuk sterilisasi.
Karena bentuk kehidupan yang paling tahan panas, yaitu endospora bakteri,
berperilaku seakan-akan tidak mengandung kelembaban, maka panas kering harus
mencapai suhu 166oC–175oC untuk dapat mematikannya. Sterilisasi panas kering
dapat diterapkan pada apa saja yang tidak menjadi rusak, menyala, hangus, atau
menguap pada suhu setinggi itu. Bahan-bahan yang biasa disterilkan dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
ini antara lain pecah belah seperti pipet, tabung reaksi, cawan petri, bahan dari
kaca, botol sampel, juga peralatan jarum suntik, dan bahan-bahan yang tidak
tembus uap seperti gliserin, minyak, vanilin, dan bahan-bahan berupa bubuk.
Bahan-bahan yang harus disterilkan harus dilindungi dengan cara membungkus,
menyumbat, atau menaruhnya dalam suatu wadah tertutup untuk mencegah
kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven (Hadioetomo,1985).
2. Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi)
Sterilisasi ini digunakan untuk mensterilkan medium laboratorium dan
larutan-larutan yang sangat peka terhadap panas atau relatif tidak tahan terhadap
pemanasan. Dengan cara ini larutan atau suspensi dibebaskan dari semua mikroba
hidup dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang
sedemikian kecil (0,45 atau 0,22 mikron) sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih
besar tertahan di atasnya, sedangkan filtratnya ditampung di dalam wadah yang
steril(Hadioetomo, 1985).
3. Sterilisasi dengan bahan kimia
Pelaksanaanya dilakukan dengan menggunakan gas atau cairan pembunuh
mikroba yang secara khusus diterapkan untuk bahan yang tidak tahan pemanasan,
sediaan atau barang yang jika dipanaskan sekali atau berulang kali sedikit banyak
akan mengalami perubahan. Sterilisasi secara kimia dapat menggunakan etilen
oksida, asam perasetat, dan formaldehide (Hadioetomo, 1985).
a. Alkohol. Senyawa dalam struktur R-CH2OH ( di mana R berarti “gugus
alkil”) bersifat racun terhadap sel pada konsentrasi yang relatif tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Pada konsentrasi yang biasa dipakai (70 % larutan dalam air) alkohol
bekerja sebagai denaturan protein
b. Fenol. Fenol dan banyak senyawa fenol merupakan zat anti mikroba yang
kuat. Pada konsentrasi yang biasa digunakan (larutan dalam air 1-2%),
fenol dan derivatnya menyebabkan denaturasi protein.
c. Ion logam berat. Air raksa, tembaga, dan perak dalam bentuk garam
bersifat denaturan protein pada konsentrasi tinggi. Ion-ion ini biasanya
digunakan pada konsentrasi yang sangat rendah, ion-ion bekerja dengan
bergabung pada gugus sulfhidril.
d. Unsur pengoksida. Unsur pengoksida kuat menyebabkan sel-sel tidak aktif
karena gugus sulfhidril bebas dioksidasi.
e. Unsur pengalkil. Sejumlah unsur bereaksi dengan senyawa dalam sel
untuk menggantikan atom hidrogen labil dengan gugus alkil. Dua unsur
jenis ini yang biasa digunakan untuk tujuan disinfeksi ialah formaldehida
dan etilen oksida.
f. Detergen. Permukaan antara selaput mengandung lipid pada sel bakteri
dan perbenihan cair yang mengelilinginya menarik suatu golongan
senyawa aktif permukaan tertentu, yaitu senyawa yang sekaligus memiliki
gugus yang dapat larut dalam lemak dan larut dalam air (Jawetz dkk,
1996).
4. Sterilisasi dengan radiasi
Sinar matahari yang dipancarkan langsung pada sel vegetatif mikroba
dapat menyebabkan kematian pada sel tersebut, sedangkan sporanya lebih tahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
terhadap sinar matahari. Aktivitas bakterisida dari sinar matahari disebabkan oleh
sinar ultraviolet dari spektrum sinar. Sinar ultraviolet yang dipancarkan dari
lampu uap merkuri sering digunakan untuk menyinari ruangan sehingga
mengurangi kontaminasi mikroba di udara. Radiasi ultraviolet menyebabkan
kesalahan dalam replikasi DNA dan mempunyai aktivitas mutagenik pada sel-sel
hidup. (Fardiaz,1992)
E. Media
Untuk menumbuhkan suatu mikroba, diperlukan suatu substrat makanan
yang biasa disebut media, yang mengandung unsur-unsur makanan yang
diperlukan oleh mikroba tersebut. Unsur-unsur makanan itu dapat berupa garam-
garam anorganik seperti protein, asam amino, dan vitamin-vitamin yang
diperlukan untuk pertumbuhan.
Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam media
diperlukan persyaratan tertentu, yaitu :
1. Bahwa didalam media harus terkandung semua unsur hara yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembang biakan mikroba.
2. Bahwa media harus mempunyai tekanan osmosa, tekanan permukaan, dan
pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba.
3. Bahwa media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami
mikroba yang dimaksud, tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak
diharapkan.
(Jawetz, et al., 1996),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Beberapa media diramu oleh ahli mikrobiologi untuk menjaring dan
membedakan mikroba. Kelompok media biakan ini disebut media selektif dan
diferensial. Media selektif adalah media biakan yang mengandung paling sedikit 1
bahan yang menghambat perkembangbiakan mikrobayang tidak diinginkan, dan
membolehkan perkembangbiakan mikroba tertentu yang ingin diisolasi. Bahan
yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroba adalah antibiotik seperi
streptomycin, dan penicillin, bahan kimiawi seperti Na-azide atau zat warna
kristal violet dan malakit hijau.
Media diferensial diramu agar dapat membedakan kelompok mikroba
tertentu dapat tumbuh pada media biakan. Media diferensial biasanya
mengandung bahan kimia yang dapat digunakan oleh kelompok mikroba tertentu.
Bila berbagai kelompok mikroba tumbuh pada media diferensial, maka dapat
dibedakan kelompok mikroba berdasarkan perubahan pada media biakan atau
koloninya.
Konsistensi medium bermacam macam. Medium cair seperti kaldu nutrien
dapat digunakan untuk pembiakan organisme dalam jumlah besar, penelahaan
fermentasi, dan uji lain. Medium padat digunakan untuk mengamati morofologi
koloni dan mengisolasi biakan murni. Bahan pemadat yang paling umum
digunakan adalah agar-agar, walaupun bisa digunakan gelatin dan silika gel.
Medium setengah padat kegunaannya untuk menguji motilitas dan kemampuan
fermentasi. Dalam medium setengah padat mengandung gelatin atau agar dalam
konsentrasi yang lebih kecil dibanding pada medium padat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Media yang mengandung zat zat kimia tertentu yang dapat menghambat
pertumbuhan satu kelompok bakteri atau lebih tanpa menghambat pertumbuhan
organisme yang diinginkan disebut media selektif contohnya Saboroud’s glucose
agar. Media yang mengandung zat-zat kimia tertentu yang memungkinkan
pengamat membedakan berbagai tipe bakteri, contohnya eosin methylene blue
agar disebut media differensial(Hadioetomo,1985).
Media umum adalah media yang dapat digunakan untuk menumbuhkan
dan mendeteksi sebagian besar organisme aerob maupun fakultatif anaerob.
Media diperkaya adalah media yang dapat menumbuhkan suatu mikroba dengan
baik karena mengandung bahan tambahan tertentu. Media khusus adalah media
yang dibuat dengan bahan tambahan khusus yang bertujuan untuk mengisolasi
mikroba patogen tertentu tapi tidak ditemukan pada media umum atau pada media
diperkaya(Murray,1999).
Media biakan yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri terdapat dalam
bentuk padat, semi padat, dan cair. Media padat diperoleh dengan menambahkan
agar, dan agar berasal dari ganggang merah. Agar digunakan sebagai bahan
pemadat karena tidak diuraikan oleh mikrooganisme, dan membeku pada suhu
45oC. Kandungan agar sebagai bahan pemadat dalam media adalah 1,5 sampai 2%
(Bibiana, 1994).
a. Plate Count Agar
Plate Count Agar digunakan untuk penghitungan jumlah mikroba
dalam susu, juga digunakan untuk penghitungan jumlah mikroba dalam air,
makanan dan produk susu serta spesimen lain. Plate Count Agar berisi digesti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
pankreatik kasein,ekstrak ragi dan glukosa yang penting untuk pertumbuhan
dari mikroba yang ditumbuhkan(Atlas,1997)
b. Pepton water
Medium ini digunakan dalam uji indol. Untuk memperoleh satu
liter media dibuat dengan cara melarutkan 15 gram bahan dalam satu liter
aquadest lalu dimasukkan dalam tabung reaksi. Sterilisasi dengan autoklaf
selama. 15 menit dengan suhu 121○C (Atlas,1997).
F. Penghitungan Angka Lempeng Total (ALT)
Analisa kuantitatif, mikroba-mikroba tidak dapat dihitung secara tepat
dengan pemeriksan mikroskopik kecuali bila sekurang-kurangnya ada 100 juta
(108)sel untuk setiap ml.Air dalam alam jarang mengandung lebih dari 105 sel
untuk tiap ml. karena metode yang digunakan adalah perhitungan pada lempeng
perbenihan. Sejumlah tertentu air yang akan diperiksa diencerkan secara berturut-
turut, kemudian 1 ml dari tiap larutan tersebut ditanamkan pada pada lempeng
agar-agar nutrien dan koloni-koloni yang kemudian tumbuh dihitung. Karena
hanya sel-sel yang hanya sanggup membentuk koloni saja yang dihitung maka
metode ini dikenal pula sebagai “perhitungan sel hidup”.
Untuk menentukan jumlah bakteri dapat digunakan beberapa cara, antara lain :
a. Jumlah bakteri secara keseluruhan (total cell count). Pada cara ini dihitung
semua bakteri baik yang hidup maupun yang mati. Pada penghitungan
dengan cara ini dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Menghitung langsung secara mikroskop. Pada cara ini dihitung jumlah
bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Untuk ini digunakan kaca obyek
khusus yang bergaris(Petroff-Hauser) berbentuk bujur sangkar. Jumlah
cairan yang terdapat antara kaca obyek dan kaca penutup mempunyai
volume tertentu, sehingga satuan isi yang terdapat dalam bujur sangkar juga
tertentu.
Pembesaran yang digunakan untuk melihat bakteri membatasi
volume cairan yang diperiksa. Hanya cairan yang mengandung jumlah
bakteri yang tinggi yang dapat menggunakan cara ini. Selain menghitung
secara langsung dengan mata, dapat pula digunakan alat penghitung
elektronik coulters counter. Dengan alat ini dihitung semua benda yang
memiliki ukuran diameter 30µm, sehingga cairan yang akan dihitung
jumlah bakterinya haruslah benar-benar hanya mengandung bakteri
(Lay,1994).
Pada penghitungan dengan metode ini hasil pengenceran dari
bahan tidak ditanam dalam cawan berisi media, tetapi diteteskan dalam
ruang penghitung, yaitu kaca obyek khusus yang selanjutnya dilihat di
bawah mikroskop terhadap sel mikroba yang terdapat dalam kolom-kolom
penghitung. Misalnya didapatkan jumlah yang terhitung 12 sel, maka
penghitungan jumlah sel adalah : 12 x 25 x 50 x 103 = 1,5 x 107 sel/ml
di mana 12 = jumlah sel yang terhitung, 25 = jumlah kotak pada ruang
penghitung yang dipergunakan untuk menghitung, 50 = volume tiap-tiap
kotak, dan 103 = pengenceran sampel. Penghitungan dengan metode ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
mempunyai keuntungan yaitu semua sel bakteri yang hidup maupun mati
dapat dihitung. Adapun kerugian dari metode ini yaitu kesalahan
menghitung akan didapat kalau sistem pengencerannya tidak homogen
lagi.
Menghitung dengan cara kekeruhan. Cara ini menggunakan alat
spektrofotometer. Dasar teknik ini adalah banyaknya cahaya yang
diabsopsi sebanding dengan banyaknya sel bakteri pada batas-batas
tertentu. Jumlah mikroba dalam suspensi dapat ditentukan dengan
menentukan kerapatan optik. Pengukuran kerapatan optik menggunakan
kolorimeter yang membiaskan cahaya dengan gelombang tertentu.
Gelombang cahaya melewati suspensi biakan dan banyaknya cahaya yang
ditransmisikan setelah melewati suspensi diukur. Jumlah cahaya yang
ditransmisikan setelah melewati suspensi biakan berbanding terbalik
dengan jumlah mikroba dan jumlah cahaya yang diabsorpsi. Jumlah
cahaya yang diabsorpsi tergantung pada bentuk dan besar sel.
Spektrofometer dapat mengukur kepekatan sel dari suspensi dalam
%T (transmitance) atau OD(jumlah cahaya yang diabsorpsi dan
disebarkan). Dalam mikrobiologi digunakan OD sebagai satuan hitungan,
karena OD sebanding dengan kepekatan sel dalam suspensi biakan
(Lay,1994)
b. Jumlah bakteri yang hidup (viable count). Cara ini hanya menggambarkan
jumlah sel yang hidup, sehingga dikatakan lebih tepat bila dibandingkan
dengan cara total cell count. Pada metode ini diasumsikan bahwa setiap sel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
mikroba hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi 1 koloni setelah
diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah
masa inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan
perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroba dalam suspensi tertentu
(Hadioetomo,1985). Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari 1 sel
mikroba, karena beberapa mikroba tertentu cenderung untuk berkelompok
atau berantai. Bila ditumbuhkan pada media dan lingkungan yang sesuai
kelompok bakteri ini hanya akan menghasilkan 1 koloni. Berdasarkan hal
tersebut seringkali digunakan istilah colony forming units (CFU) untuk
menghitung jumlah mikroba hidup. Sebaiknya hanya lempeng agar yang
mengandung 30-300 koloni saja yang digunakan dalam perhitungan.
Lempeng agar dengan koloni >300 sulit untuk dihitung sehingga
kemungkinan kesalahan perhitungan sangat besar. Pengenceran sampel
akan membantu untuk memperoleh penghitungan jumlah yang benar,
namun pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempeng agar
dengan jumlah koloni yang rendah(<30 koloni). Lempeng demikian tidak
absah secara statistik untuk digunakan dalam perhitungan (Lay,1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
h. Landasan Teori
Penggunaan jamu gendong biasanya berdasarkan kebiasaan turun-temurun
secara umum, sudah diketahui manfaat jamu gendong, namun secara tertulis
belum banyak mengidentifikasikan khasiat dan manfaatnya. Pemanfaatan jamu
gendong lebih banyak sebagai upaya promotif dan preventif kesehatan
(Handayani & Suharmiati, 2001).
Dalam pembuatan jamu belum ada standarisasi, sehingga ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan agar produk jamu gendong yang dihasilkan aman
dikonsumsi oleh masyarakat adalah (Prabowo, 2001).
a. Bahan baku (simplisia) :
Bahan baku yang digunakan tidak boleh tercemar oleh cemaran fisik,
mikroba dan senyawa kimia beracun (insektisida).
b. Air yang dipergunakan
Air yang sehat adalah yang tidak tercemar secara fisik, organisme
merugikan, dan tidak tercemar secara senyawa beracun tidak berbau,
tidak berwarna dan tidak keruh.
c. Alat yang digunakan
Agar jamu yang dihasilkan mempunyai keamanan, maka harus dibuat
menggunakan peralatan yang bersih dan tidak mencemari jamu.
d. Kebersihan dan perilaku penjual
Perilaku merupakan pangkal terjadi kondisi bersih atau kotor. Bakteri
yang umum terdapat dalam air adalah Pseudomonas, Micrococcus,
Bacillus, Streptococcus, Enterococcus, dan Escherichia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Angka Lempeng Total, yang merupakan metode perhitungan jumlah
mikroba hidup yang paling sensitif untuk menentukan mikroba karena beberapa
hal yaitu hanya sel yang masih hidup yang dapat dihitung, beberapa jenis mikroba
dapat dihitung sekaligus, dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba,
karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari suatu mikroba yang
mempunyai penampakan pertumbuhan spesifik.
i. Hipotesis
Pembuatan jamu gendong beras kencur yang beredar dipasaran tidak
terstandarisasi dapat menimbulkan Angka Lempeng Total yang melebihi batas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan
penelitian deskriptif dan komparatif.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas : jamu gendong beras kencur yang beredar di
tiga pasar di kodya Yogyakarta.
b. Variabel tergantung : Angka Lempeng Total (ALT)
c. Variabel pengacau terkendali : sterilisasi media, sterilisai alat,
media yang digunakan, waktu inkubasi 18 –48 jam, suhu
inkubasi.
2. Definisi operasional :
a. Jamu gendong beras kencur yang digunakan adalah jamu beras
kencur dalam bentuk cairan yang diramu dan dijual dengan
wadah botol plastik maupun plastik yang dijual di tiga pasar di
kotamadya Yogyakarta.
b. Jamu beras kencur adalah jamu yang dibuat dengan bahan
utama kencur dan beras
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
c. Tiga pasar di Kotamadya Yogyakarta : Pasar Karangwaru,
pasar Kranggan, pasar Pingit.
d. Angka Lempeng Total adalah jumlah bakteri aerob mesofil
dalam tiap 1 ml sampel jamu gendong beras kencur.
e. Mesofil adalah kelompok mikroba yang hidup pada suhu 20°C-
40°C.
C. Subyek dan Bahan Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek uji yang digunakan untuk penelitian ini adalah cemaran mikroba
jamu gendong. Jamu gendong ini diperoleh dari tiga pasar yang ada di Kotamadya
Yogyakarta, yaitu Pasar Karangwaru, pasar Kranggan, pasar Pingit.
2. Bahan Penelitian
Ekstrak Jamu gendong , media Plate Count Agar (PCA) + Triphenyl Tetrazolium
Chloride (TTC), pereaksi Pepton Dilution Fluid (PDF).
D. Alat Penelitian
Blender/ stomacher, Autoklaf, Inkubator, cawan petri, waterbath, alat
hitung koloni, pipet ukur, stomacher, Laminar Air Flow (LAF), Mikropipet,
Bunsen, alat-alat gelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
E. Tata cara penelitian
1. Pengambilan sampel
Sampel diperoleh dari beberapa penjual jamu di pasar di kotamadya
Yogyakarta yaitu pasar Karangwaru, pasar Pingit, dan pasar Kranggan.
2. Persiapan dan homogenisasi sampel
Penanganan wadah/ kemasan
Wadah terbuat dari plastik bagian wadah yang akan dibuka dibersihkan
dengan kapas beralkohol 70%, kemudian dibuka secara aseptik didekat
nyala api Bunsen.
Dengan cara aseptik dipipet 10 ml cuplikan, ke dalam wadah steril
yang sesuai ditambahkan 90 ml LB kemudian dihomogenkan dengan
stomacher sehingga diperoleh suspensi pengenceran 1:10
3. Cara Pembuatan Media
a. Plate Count Agar (PCA),
22,5 gram PCA dilarutkan dalam 2 liter air suling, dipanaskan sampai
mendidih (sambil diaduk), dinginkan hingga 45-60oC. Tuangkan
dalam wadah yang lebih kecil, sterilkan pada suhu 121oC selama 15
menit dengan autoklaf, pH akhir 7,0.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
b. Pepton Dilution Fluid (PDF),
1 gram peptone dilarutkan dalam 1 liter air suling dan diukur pH 7,0 +
1. didisikan ke dalam labu dengan volume tertentu, kemudian
disterilkan dengan autoklaf 121oC selama 15 menit.
c. Letheen broth (LB),
37,8 gram LB dilarutkan dalam air 1 liter air suling dan diukur pH 7,2
+ 2. didisikan ke dalam labu dengan volume tertentu, kemudian
disterilkan dengan autoklaf 121oC selama 15 menit.
4. Uji Angka Lempeng Total
Disiapkan 5 buah tabung atau lebih yang masing-masing telah diisi
dengan 9 ml pengencer PDF. Dari hasil homogenisasi pada penyiapan
contoh dipipet pengenceran 10-1 sebanyak 1 ml ke dalam tabung yang
berisi pengencer PDF pertama hingga diperoleh pengenceran 10-2 dan
dikocok hingga homogen. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-6
atau sesuai dengan yang diperlukan. Dibuat pengenceran dipipet 1 ml
ke dalam cawan petri dan dibuat duplo. Ke dalam tiap cawan petri
dituangkan 15-20 ml media PCA (45 + 1oC). Segera cawan petri
digoyang dan diputar sedemikian rupa hingga suspensi tersebar merata.
Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer dibuat uji kontrol
(blangko). Pada satu cawan hanya diisi 1 ml pengencer dan media.
Setelah media memadat, cawan petri diinkubasi pada suhu 35-37oC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
selama 24-48 jam dengan posisi terbalik. Jumlah koloni yang tumbuh
diamati dan dihitung.
5. Cara Perhitungan Koloni
1. Dipilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan
jumlah koloni antara 30-300. Jumlah koloni rata-rata dari kedua
cawan dihitung lalu dikalikan dengan faktor pengencerannya. Hasil
dinyatakan sebagai Angka Lempeng Total dalam tiap gram contoh.
2. Bila salah satu dari cawan Petri menunjukkan jumlah koloni 30
atau lebih dari 300 koloni, dihitung jumlah rata-rata koloni,
kemudian dikalikan dengan faktor pengencerannya. Hasil kali
dinyatakan sebagai Angka Lempeng Total dalam tiap ml /gram
contoh.
3. Jika terdapat cawan-cawan dari dua tingkat pengenceran yang
berurutan menunjukkan jumlah koloni antara 30-300, maka
dihitung jumlah koloni dari masing-masing tingkat pengenceran
kemudian dikalikan dengan factor pengencerannya. Apabila hasil
perhitungan pada tingkat yang lebih tinggi diperoleh jumlah
koloni rata-rata lebih besar dari 2 kali jumlah koloni rata-ratapada
pengenceran dibawahnya, maka Angka Lempeng Total dipilih dari
tingkat pengenceran yang lebih rendah ( misal pada pengenceran
10-2 jumlah koloni rata-rata 140, pada pengenceran 10-3 jumlah
koloni rata-rata 32, maka dipilih jumlah koloni140x102 ).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Bila hasil perhitungan pada tingkat pengenceran lebih tinggi
diperoleh jumlah koloni rata-rata kurang dari 2 kali jumlah koloni
rata-rata pada pengenceran dibawahnya, maka Angka Lempeng
Total dihitung dari rata-rata jumlah koloni kedua tingkat
pengenceran tersebut ( Misal pada pengenceran ( 10-2 jumlah
koloni rata-rata 293, pada pengenceran 10-3 jumlah koloni rata-rata
41, maka Angka Lempeng Total adalah 22 10x2,35110x2
410293
).
4. Bila tidak satupun koloni dalam cawan maka angka lempeng total
dinyatakan sebagai < dari 1 dikalikan faktor pengenceran terendah.
5. Jika seluruh cawan menunjukkan jumlah koloni lebih dari 300,
dipilih cawan dari tingkat pengenceran tetinggi kemudian dibagi
menjadi beberapa sektor (2,4 atau 8) dan dihitung jumlah koloni
dari satu sektor. Angka Lempeng Total adalah jumlah koloni
dikalikan dengan jumlah sektor, kemudian dihitung rata-rata dari
kedua cawan dan dikalikan dengan factor pengenceran
6. Jika jumlah koloni rata-rata dari 1/8 bagian cawan lebih dari 200
maka angka lempeng total dinyatakan lebih besar dari 200 x 8
dikalikan faktor pengenceran.
7. Perhitungan dan pencatatan hasil angka lempeng total hanya ditulis
dalam dua angka. Angka berikutnya dibulatkan ke bawah bila
kurang dari 5 dan dibulatkan dibulatkan ke atas bila lebih dari 5.
Sebagai contoh 523 x 103 dibulatkan menjadi 52 x 104 untuk 83,6 x
103 dibulatkan menjadi 84 x 103.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
8. Jika dijumpai koloni “spreader” meliputi seperempat sampai
setengah bagian cawan, maka dihitung koloni yang tumbuh di luar
daerah “spreader”. Jika 75% dari seluruh cawan mempunyai koloni
“spreader” dengan keadaan seperti diatas maka dicatat sebagai
“Spr”. Untuk keadaan ini harus dicari penyebabnya dan diperbaiki
cara kerjanya pengujian diulang.
9. Jika dijumpai koloni spreader tipe rantai, maka tiap satu deret
koloni yang terpisah dihitung sebagai satu koloni, dan bila dalam
kelompok spreader terdiri dari beberapa rantai, maka tiap rantai
dihitung sebagai 1 koloni.
F. Analisis Data
Setelah jumlah koloni dihitung dan dikalikan dengan faktor
pengencerannya maka didapat angka lempeng total, kemudian dibandingkan
dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
661/Menkes/SK/VII/1994 tentang persyaratan obat tradisional mengenai batas
angka lempeng total tidak boleh lebih dari 104 koloni/ml.Dari perbandingan
tersebut dapat diketahui apakah sediaan jamu gendong beras kencur memenuhi
persyaratan permenkes atau tidak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengambilan Sampel Jamu Gendong Beras Kencur
Pengambilan sampel jamu gendong dilakukan dengan mengambil sampel 5
penjual jamu gendong dari 3 pasar di wilayah DIY. Pengambilan sampel dengan
random sampling tidak mungkin dilakukan, meskipun demikian, juga karena
untuk mengidentifikasi satu persatu anggota populasi menghadapi kesulitan,maka
yang paling mudah pengambilan sampel menggunakan metode convenience
sampling, yaitu mengambil anggota populasi yang mudah ditemukan saja,
memang dalam sampel yang non random ketepatan untuk mencerminkan
populasinya kurang akurat atau dapat menimbulkan bias, tetapi karena
populasinya tidak homogen dan sulit diidentifikasi, maka digunakan metode ini.
Pengambilan sampel dilakukan pada 3 pasar yaitu pasar Kranggan, pasar Jetis,
pasar Karangwaru. Pengambilan sampel berdasarkan tipe penelitian, untuk
penelitian deskriptif sampel dapat diambil 10% dari seluruh populasi. Menurut
data pasar yang diperoleh dari dinas pasar di DIY, jumlah populasi pasar di DIY
adalah 30. Masing-masing pasar diambil sampel sebanyak 3 kali pada waktu yang
berbeda dengan selang waktu 1 minggu, tujuannya adalah untuk mengetahui
keseragaman sediaan jamu gendong beras kencur yang diuji.
Jamu merupakan ramuan tradisional yang sangat umum ditemukan di
Indonesia yang digunakan baik sebagai tambahan/ suplemen sehari-hari maupun
sebagai "obat" untuk berbagai macam penyakit. Khusus bagi. Golongan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
masyarakat menengah-bawah, jamu masih kerap menjadi pilihan pertama untuk
mengatasi gangguan kesehatan sehari-hari. Tidak semua jamu-jamuan di
Indonesia masuk ke dalam daftar Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM).
Jamu gendong, yang pembuatannya dilakukan langsung oleh si penjual jamu
yang turun-temurun.
Jamu beras kencur dikatakan oleh sebagian besar penjual jamu sebagai
jamu yang dapat menghilangkan pegal-pegal pada tubuh. Dengan membiasakan
minum jamu beras kencur, tubuh akan terhindar dari pegal-pegal dan linu yang
biasa timbul bila bekerja terlalu payah. Selain itu, banyak pula yang berpendapat
bahwa jamu beras kencur dapat merangsang nafsu makan, sehingga selera makan
meningkat dan tubuh menjadi lebih sehat. Dalam pembuatan jamu beras kencur,
terdapat beberapa variasi bahan yang digunakan, namun terdapat dua bahan dasar
pokok yang selalu dipakai, yaitu beras dan kencur. Kedua bahan ini sesuai dengan
nama jamu, dan jamu ini selalu ada meskipun komposisinya tidak selalu sama di
antara penjual jamu. Bahan-bahan lain yang biasa dicampurkan ke dalam racikan
jamu beras kencur adalah biji kedawung, rimpang jahe, biji kapulogo, buah asam,
kunci, kayu keningar, kunir, jeruk nipis, dan buah pala. Sebagai pemanis
digunakan gula merah dicampur gula putih dan seringkali mereka juga
mencampurkan gula buatan. Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda,
yaitu direbus dan dibiarkan sampai dingin, kemudian disediakan sesuai
kebutuhan. Mula-mula beras disangan, selanjutnya ditumbuk sampai halus.
Bahan-bahan lain sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk menggunakan
lumpang dan alu besi atau batu. Kedua bahan ini kemudian dicampur, diperas, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
disaring dengan saringan atau diperas melalui kain pembungkus bahan. Sari
perasan bahan dicampurkan ke dalam air matang yang sudah tersedia, diaduk rata.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol. Dilihat dari proses pengolahan
yang sederhana tersebut banyak sekali kemungkinan adanya kontaminasi bakteri.
Pengambilan sampel dengan cara aseptis sebisa mungkin dilakukan untuk
menghindari kontaminasi pada saat mengambil, membawa dan memindahkannya.
Sampel diambil menggunakan plastik steril untuk menghindari adanya
kontaminasi pada saat membawa, serta menggunakan es batu untuk menjaga agar
suhu tetap dingin, tujuannya adalah untuk memperlambat pertumbuhan mikroba,
meskipun beberapa jenis mikroba tertentu, yaitu kelompok psikrofilik dan
mesofilik dapat tumbuh pada suhu dingin. Yang termasuk ke dalam psikrofil
adalah bakteri, ragi, dan jamur yang dapat tumbuh pada kisaran suhu 0oC hingga
20oC. Suhu pertumbuhan optimum organisme adalah adalah dibawah 15oC, dan
dapat tumbuh meskipun lambat pada suhu 0oC. Patogen mesofilik dapat bertahan
pada kondisi pendinginan. Mesofil dapat tumbuh dengan baik pada suhu 20-45oC
dengan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 30-40oC.
B. Sterilisasi alat
Sebelum digunakan alat harus disterilisasi terlebih dahulu. Alat disterilisasi
dengan panas kering, menggunakan oven karena dengan panas uap hanya efektif
apabila uap berhubungan kontak dengan permukaan yang akan disterilkan, panas
kering membutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk keefektifan penuh daripada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
sterilisasi uap, Gelas, botol, pipa, pipet yang sudah bersih tidak disterilkan di
dalam autoklaf, karena barang-barang tersebut akan tetap basah sehabis sterilisasi.
Alat-alat dari gelas dimasukkan di dalam oven kering selama 2 –3 jam pada
temperatur 160o –170o C; hal ini bergantung kepada banyak sedikitnya muatan
yang dimasukkan dalam oven. Kapas masih dapat bertahan dalam oven kering
selama waktu dan pada temperatur seperti tersebut di atas. Alat-alat yang belum
bersih dan belum kering tidak boleh dimasukkan dalam oven kering, karena dapat
timbul bercak-bercak bekas air yang dapat mengganggu pada saat penelitian.
C. Sterilisasi Media
Media yang akan disterilkan ditempatkan di dalam autoklaf ini selama 15
sampai 20 menit; hal ini bergantung kepada banyak sedikitnya barang yang perlu
disterilkan. Setelah pintu autoklaf ditutup rapat, barulah kran pada pipa uap
dibuka, dan temperatur akan terus menerus naik sampai 121o C. Biasanya autoklaf
sudah diatur demikian rupa, sehingga pada suhu tersebut, tekanan ada sebesar 15
lbs (pounds) per inch persegi yang berarti 1 atmosfer per 1 cm2. Perhitungan
waktu 15 atau 20 menit itu dimulai semenjak termometer pada autoklaf menunjuk
121oC. Setelah selesai autoklaf tidak boleh langsung dibuka, karena jika
dilakukan, maka isi botol yang ada di dalam autoklaf akan meluap. Sebaiknya
ditunggu hingga manometer menunjukkan 0, barulah autoklaf kita buka.
Pendinginan dilakukan sedikit demi sedikit. Jika media mengandung vitamin,
gelatin atau gula, maka setelah sterilisasi dalam autoklaf, media tersebut haruslah
segera didinginkan sesudahnya dikeluarkan dari autoklaf. Perlakuan ini perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
untuk menghindarkan terurainya zat-zat tersebut. Media yang sudah steril dapat
disimpan dalam almari es.
D. Homogenisasi Sampel
Persiapan dan homogenisasi sampel meliputi cara persiapan contoh obat
tradisional untuk memperoleh distribusi bakteri secara merata didalam contoh
yang diuji. Media yang digunakan dalam homogenisasi sampel adalah Letheen
broth. Letheen broth mengandung Peptic digest of animal , Beef extract, NaCl,
TweenTM80, Lechitin.
Wadah terbuat dari plastik bagian wadah yang akan dibuka dibersihkan
dengan kapas beralkohol 70%, fungsi alkohol adalah sebagai disinfektan, kerja
germisida alkohol adalah denaturasi protein, konsentrasi alkohol yang paling
efektif bergantung pada jumlah kelembaban yang ada, dalam etil alkohol larutan
70% merupakan konsentrasi yang paling efektif. Setelah di bersihkan dengan
alkohol kemudian dibuka secara aseptik didekat nyala api Bunsen.
Dengan cara aseptik dipipet 10 ml cuplikan, ke dalam wadah steril yang sesuai
ditambahkan 90 ml LB kemudian dihomogenkan dengan stomacher sehingga
diperoleh suspensi pengenceran 10-1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
E. Pengenceran
Fungsi dari pengenceran adalah untuk mempermudah penghitungan jumlah
koloni, dan untuk mendapatkan jumlah koloni antara 30-300, karena jika tidak
dilakukan pengenceran, koloni bakteri sangat pekat dan tidak dapat dihitung.
Disiapkan 5 buah tabung yang masing masing telah diisi dengan 9 ml Pepton
Dilution Fluid (PDF), untuk membuat seri pengenceran sekaligus sebagai nutrisi
bagi bakteri karena mengandung pepton. Pepton ialah protein yang terdapat pada
daging, pada air susu, pada kedelai, dan pada putih telur. Pepton mengandung
banyak N2, sedang kaldu berisi garam-garam mineral dan lain-lainnya lagi, jadi
sedikit asam atau netral, keadaan yang demikian ini sesuai bagi kebanyakan
bakteri. Cara pembuatannya adalah satu gram pepton dilarutkan dalam 1 liter air
suling, dan diukur pH 7,0 + 1, jika pada saat pembuatan PDF didapatkan pH yang
sedikit asam maka perlu ditambahkan beberapa tetes basa kuat KOH. PDF yang
sudah disterilkan didiinginkan sampai dengan suhu kamar kemudian digunakan
sesuai kebutuhan. PDF yang sudah disterilkan, jika tidak digunakan simpan pada
suhu kamar.
F. Uji Angka lempeng Total (ALT)
Uji ALT adalah penghitungan jumlah mikroba dengan cara viable count atau
disebut juga sebagai standard plate count didasarkan pada asumsi bahwa setiap
sel mikroba hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah
diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah masa
inkubasi, jumlah mikroba yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dugaan dari jumlah mikroba dalam suspensi tersebut. Penghitungan jumlah
mikroba hidup adalah jumlah minimum mikroba. Hal ini disebabkan koloni yang
tumbuh pada lempengan agar merupakan gambaran mikroba yang dapat tumbuh
dan berbiak dalam media dan suhu inkubasi tertentu. Prinsip dari uji Angka
Lempeng Total (ALT) adalah pertumbuhan mikroba aerob mesofilik setelah
contoh diinkubasikan dalam media agar pada suhu 35°C ± 1°C selama 24 jam 48
jam ± 1 jam mikroba ditumbuhkan pada suatu media agar, maka mikroba tersebut
akan tumbuh dan berkembang biak dengan membentuk koloni yang dapat
langsung dihitung.
Uji angka lempeng total dapat digunakan dalam pemeriksaan cemaran
mikroba pada bahan baku obat dengan anggapan bahwa setiap sel mikroba yang
hidup pada bahan tersebut akan tumbuh menjadi 1 koloni setelah diinkubasikan
dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah masa inkubasi jumlah
koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah
mikroba pada bahan tersebut. Metode ini hanya digunakan untuk perhitungan
terhadap mikroba yang hidup, yang memungkinkan sel yang hidup dapat
membentuk koloni pada kondisi percobaan yang sesuai, oleh karena itu metode ini
disebut viable count atau standard plate count. Karena pertumbuhan koloni dan
jumlah koloni yang teramati yang dipergunakan dalam perhitungan jumlah, maka
satuan yang digunakan adalah satuan colony forming units (CFU/ml) atau
koloni/ml. Untuk perhitungan jumlah mikroba hidup, sebaiknya pada metode ini
hanya lempeng agar yang mengandung jumlah koloni antara 30–300 koloni saja
yang diambil untuk perhitungan. Lempeng agar yang mengandung jumlah koloni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
lebih dari 300 koloni akan sangat sulit untuk dihitung, sehingga kemungkinan
kesalahan perhitungan sangat besar yang akhirnya akan mengurangi keabsahan
penelitian. Pengenceran sampel akan akan membantu dalam memperoleh
perhitungan yang benar, namun pengenceran yang terlalu tinggi akan
menghasilkan jumlah koloni yang rendah (< 30 koloni). Pada jumlah koloni yang
terlalu rendah tersebut perhitungan statistik menjadi tidak sah karena terjadi
perbedaan mencolok dan tidak bisa digunakan untuk perhitungan. Bila pada
seluruh seri pengenceran tidak terdapat jumlah koloni yang memenuhi persyaratan
30-300 koloni, maka tata cara perhitungannya menggunakan cara yang tertulis
pada tata cara analisis hasil.
Pada pengujian ini akan diketahui jumlah cemaran bakteri pada sediaan
jamu gendong di tiga pasar di DIY. Pengujian cemaran bakteri dari sampel jamu
gendong beras kencur dengan metode uji angka lempeng total dilakukan sebanyak
3 kali pengambilan sampel, masing-masing sampel dilakukan replikasi duplo,
sebanyak 1 ml suspensi hasil pengenceran sampel dituang ke dalam cawan petri.
Ke dalam setiap piring petri tersebut dituangkan media Plate Count Agar (PCA)
steril yang telah dicairkan dengan temperatur media berkisar pada 40oC. Plate
Count Agar (PCA), (gambar. 1). Pembuatannya Bahan-bahan dilarutkan dalam air
suling dan dipanaskan sampai mendidih (sambil diaduk) dinginkan hingga suhu
45-60o C. dituang dalam cawan petri sterilkan pada suhu 121o C selama 15 menit
dengan autoklaf dan pH akhir 7,0. Media yang baru disterilkan didinginkan
sampai pada suhu 44-45o C kemudian digunakan sesuai dengan kebutuhan, media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
yang telah disterilkan jika tidak digunakan disimpan pada suhu 5-15o C, jika akan
digunakan lagi dipanaskan lagi dengan penangas air.
Gambar. 1 Media Plate Count Agar (PCA)
Tetrazolium chloride (TTC) ditambahkan ke dalam agar. Untuk menandai
kehadiran bakteri di dalam agar dengan warna merah. Warna merah adalah hasil
dari metabolisme bakteri. TTC menerima elektron dari bakteri. Ketika dioksidasi,
TTC dapat larut dan tanpa mewarnai. ketika direduksi, TTC berwarna merah dan
membentuk endapan yang tidak dapat larut( tidak menyebar di luar agar). berarti
di mana terdapat warna merah maka di sana terdapat koloni. Warna yang merah
bukan ciri khas bakteri tersebut. Hal itu disebabkan oleh pengurangan
Tetrazolium Klorida secara kimiawi sebagai hasil metabolisme hasil bakteri.
Cawan petri selanjutnya diinkubasi pada temperatur 35-37oC selama 24-48
jam dalam posisi terbalik. Penghitungan jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada
media dilakukan sesuai cara penghitungan yang ditetapkan dalam prosedur
operasional baku pengujian mikrobiologi oleh balai POM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Metode yang digunakan adalah metode uji angka lempeng total, prosedur
kerja menggunakan MA PPOMN Nomor : 95/MIK/00, metode ini digunakan
untuk menetapkan angka bakteri aerob mesofil yang terdapat dalam sediaan obat
tradisional.
Dalam rangkaian pemeriksaan terhadap bahan baku obat dan dalam
menjamin mutu kualitas, dan manfaat dari bahan baku obat sebelum dikatakan
boleh diproses lebih lanjut, maka salah satu parameter yang harus dipenuhi adalah
pemeriksan bahan baku dari cemaran mikroba. Departemen Kesehatan
menyarankan bahwa baku obat boleh positif mengandung cemaran mikroba tetapi
sampai batas tertentu, dan tidak boleh mengandung cemaran patogen
Supaya mikroba yang tumbuh pada cawan Petri adalah benar merupakan
cemaran yang berasal dari suspensi serbuk bahan, maka teknik aseptis dalam
laboratorium merupakan hal yang sangat penting, ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mengurangi resiko masuknya cemaran dari luar antara lain
mensterilisasikan bahan dan alat yang dipakai dalam penelitian, penggunaan
laminar air flow (LAF), dan pembuatan blangko dari media dan pengencer yang
dipakai dalam penelitian agar memastikan cemaran tidak berasal dari media dan
pengencer. Pada sterilisasi media, media yang tahan panas disterilkan dalam
autoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC. Pada keadaan suhu seperti ini maka
bakteri thermofil yang tahan terhadap suhu sampai 80oC sekalipun akan mati.
Setelah dituang dalam cawan Petri, dibiarkan beberapa saat supaya
memadat, kemudian dibalik dan diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24-48 jam.
Cawan petri harus dibalik supaya uap air yang terkondensasi pada tutup cawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
tidak menetes pada media yang dapat mengacaukan perhitungan koloni, karena
koloni tidak memisah. Suhu inkubasi pada 35-37oC karena sebagian besar bakteri
terutama golongan mesofil mempunyai suhu optimum pertumbuhan sekitar 20-
40oC.
Setelah diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 35-37oC, koloni bakteri
yang tumbuh dapat dihitung. Sebagai blanko digunakan media PCA, PCA+LB,
PCA+PDF, dan dipakai untuk mengurangi angka lempeng total jika terdapat
kontaminasi pada media.
Gambar 2. Blanko Standard Plate Count Agar dan Letheen broth
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Gambar 3. Blanko Standard Plate Count (SPC) agar
Gambar 4. Blanko Standard Plate Count (SPC) dan Pepton Dilution Fluid
Dari penghitungan jumlah koloni bakteri kemudian dipilih koloni seri
pengenceran yang memiliki jumlah 30-300 koloni, dan dihitung sesuai dengan
cara penghitungan ALT menurut MA PPOMN Nomor : 95/MIK/00. Dari
perhitungan ALT diperoleh hasil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel I. Hasil Perhitungan ALT pada Pengambilan Sampel Periode Pertama
dari 5 Penjual setelah Pengamatan 24 jam, dan Setelah 48 jam
Kode sampel Jumlah koloni pada
Pengamatan ke 1
(24 jam)
Jumlah koloni pada
Pengamatan ke 2
(48 jam)
ALT
(koloni/ml)
34/T/S/07 I. 159 x10-3
II. 36 x 10-4
I. 270 x 10-3
II. 119 x 10-4
14 x 104
35/T/S/07 15 x 10-3 26 x 10-3 13 x 103
36/T/S/07 4 x 10-6 25 x 10-6 13 x 106
37/T/S/07 20 x 10-3 127 x 10-3 64 x 103
38/T/S/07 187 x 10-5 207 x 10-5 10 x 106
Keterangan : Kode sampel melambangkan penjual jamu gendong beras kencur
Hasil pengujian Angka Lempeng Total pada pengambilan sampel periode
pertama, cemaran bakterinya melebihi batas yang dipersyaratkan Departemen
Kesehatan RI. Pada sampel 34/T/S/07 terdapat cawan dari dua tingkat
pengenceran yang berurutan menunjukkan jumlah koloni 30 –300, digunakan
cara perhitungan koloni no.3, dihitung jumlah koloni dari masing-masing tingkat
pengenceran kemudian dikalikan dengan faktor pengencerannya. Dari perhitungan
yang lebih tinggi didapatkan jumlah koloni rata-rata lebih besar dari 2 kali jumlah
koloni rata-rata dibawahya sehingga dipilih jumlah koloni 270 untuk menghitung
angka lempeng total.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tabel II. Hasil Perhitungan ALT pada Pengambilan Sampel Periode Kedua
dari 5 Penjual setelah Pengamatan 24 jam, dan Setelah 48 jam
Kode sampel Jumlah koloni pada
Pengamatan ke 1
(24 jam)
Jumlah koloni pada
Pengamatan ke 2
(48 jam)
ALT
(koloni/ml)
39/T/S/07 123 x 10-4 163 x 10-4 82 x 104
40/T/S/07 3 x 10-4 282 x 10-4 14 x 105
41/T/S/07 9 x 10-6 132 x 10-6 66 x 106
42/T/S/07 4 x 10-3 65 x 10-3 33 x 103
43/T/S/07 18 x 10-4 50 x 10-4 25 x 104
Keterangan : Kode sampel melambangkan penjual jamu gendong beras kencur
Pada pengambilan sampel periode kedua dengan prosedur pengujian yang
sama, pada 5 penjual jamu gendong beras kencur yang sama, kelima sampel jamu
gendong beras kencur di tiga pasar di Kotamadya Yogyakarta juga menunjukkan
nilai angka lempeng total melebihi batas yang telah ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan yaitu 104, tetapi ALT yang ditunjukkan berbeda bermakna dengan pada
saat pengambilan sampel pertama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel III. Hasil Perhitungan ALT pada Pengambilan Sampel Periode Ketiga
dari 5 Penjual setelah Pengamatan 24 jam, dan Setelah 48 jam
Kode sampel Jumlah koloni pada
Pengamatan ke 1
(24 jam)
Jumlah koloni pada
Pengamatan ke 2
(48 jam)
ALT
(koloni/ml)
44/T/S/07 128 x 10-4 148 x 10-4 74 x 104
45/T/S/07 235 x 10-2 272 x 10-2 14 x 103
46/T/S/07 35 x 10-6 177 x 10-6 89 x 106
47/T/S/07 82 x 10-3 198 x 10-3 99 x 103
48/T/S/07 29 x 10-5 83 x 10-5 42 x 105
Keterangan : Kode sampel melambangkan penjual jamu gendong beras kencur
Pada pengambilan sampel periode ketiga dengan prosedur pengujian yang
sama, pada 5 penjual jamu gendong beras kencur yang sama, kelima sampel jamu
gendong beras kencur di tiga pasar di Kotamadya Yogyakarta juga menunjukkan
nilai angka lempeng total melebihi batas yang telah ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan yaitu 104. ALT yang ditunjukkan berbeda bermakna dengan pada saat
pengambilan sampel pertama dan kedua, Angka Lempeng Total dalam jamu
gendong beras kencur dari seorang penjual bisa berbeda untuk setiap kali
penjualan. Hal ini bisa berarti tidak adanya keseragaman dalam sediaan.
Dari ketiga data hasil uji angka lempeng total diatas yang sangat tinggi
menunjukkan kurangnya kebersihan penjual. Dalam koloni yang teramati
kemungkinan juga ada bakteri patogen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Seri pengenceran yang digunakan untuk menghitung jumlah koloni
berbeda-beda tergantung pada kepekatan cemaran mikroba dari masing-masing
sampel, dari tabel dapat dilihat bahwa sampel 45/T/S/07pengambilan sampel
ketiga, pada seri pengenceran 10-2 sudah dapat dihitung koloninya, tetapi ada
beberapa sampel yang hingga seri pengenceran 10-6 baru dapat dihitung jumlah
koloninya.
Gambar.5 Hasil dari pengujian angka lempeng total, dengan 9 seri pengenceranKeterangan : (1). Seri pengenceran 10-1, (2) seri pengeceran 10-2, (3) seri pengeceran
10-3, (3) seri pengeceran 10-3, (4) seri pengeceran 10-4, (5) seripengeceran 10-5, (6) seri pengeceran 10-6, (7) seri pengeceran 10-7, (8)seri pengeceran 10-8, (9) seri pengeceran 10-9
Angka lempeng total (ALT) dari sejumlah sampel jamu yang diperiksa
melebihi batas cemaran mikroba,di mana batas cemaran yang dipersyaratkan
untuk sediaan tersebut sebesar 104 koloni/ml.
Pada Tahun 2005 pernah dilakukan penelitian ALT pada jamu gendong oleh
Sylviana Tunjung Pratiwi pada 5 produsen jamu gendong di Kotamadya
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel IV. Perhitungan Angka Lempeng Total Jamu Gendong dari 5
Produsen di Kotamadya Yogyakarta Hasil Penelitian Sylvia
Tahun 2005
Rerata Sampel (CFU) / mlProdusen1 2 3
A 1.993.000* 220.200 1.798.000*B 2.138.500* 1.806.000* 1.536.500*C 1.061.500* 184.050 138.700D 133.450 128.600 170.750E 146.500 168.050 144.700
Keterangan * : melebihi ambang batas kontaminasi bakteri standar SNI 19-2897-1992 sebesar< 106 CFU /ml
Dalam penelitian Sylvia tahun 2005 meyatakan bahwa produsen-produsen
jamu gendong di DIY terkontaminasi oleh bakteri dengan jumlah kontaminan
yang melebihi ambang batas konsumsi, yaitu sebesar <106 CFU (Colony Forming
Unit) per ml untuk bakteri. Hasil penghitungan angka lempeng total dibandingkan
dengan standar uji cemaran mikroba SNI 19-2897-1992. Penelitian yang kami
lakukan mengacu kepada Permenkes RI tentang persyaratan obat tradisional yang
menyatakan bahwa angka lempeng total tidak boleh lebih dari 104 koloni/ml.
Jumlah cemaran melebihi batas, hal ini terjadi kemungkinan karena
beberapa faktor, antara lain kondisi air cuci, peralatan yang digunakan, debu,
wadah yang digunakan kurang bersih, faktor lingkungan pasar yang mempunyai
sanitasi buruk, kebiasaan pedagang, dan simplisia yang digunakan. Untuk
mencegah hal tersebut sebaiknya pedagang menggunakan air panas untuk
mencuci alat, menggantinya apabila kotor dan pedagang mencuci tangan lebih
dulu sebelum menyajikan jamu, karena ada beberapa penjual jamu yang meramu
jamunya ditempat berjualan, sedangkan tangannya kontak dengan pembeli.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Perhitungan cemaran bakteri dengan menghitung ALT mempunyai
beberapa kelemahan :
1. Hasil perhitungan tidak menunjukan jumlah sel yang sebenarnya,
karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni.
2. Media dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai
yang berbeda.
3. Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada media padat dan
membentuk koloni yang kompak dan jelas dan tidak menyebar.
4. Memerlukan persiapan dan waktu yang relatif lama
Keberadaan mikroba pada makanan penting artinya karena mikroba
tersebut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada makanan atau dapat
memproduksi toksin (racun) yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia.
Misalnya, 10 sel bakteri Escherichia coli yang bersifat sangat membahayakan
(extreme virulent) apabila termakan dapat menyebabkan hemorrhagic colitis yang
ditandai dengan gejala diare berdarah, dehidrasi moderat, dan sakit perut yang
parah (Taufik, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Cemaran mikroba pada jamu gendong beras kencur yang dijual di 3 pasar
di kotamadya Yogyakarta dengan pengujian ALT
Sampel 1 = 14x104 koloni/mL; 82x104 koloni/mL; 74x104 koloni/mL,
Sampel 2 = 13x103 koloni/mL; 14x105 koloni/mL; 14x103 koloni/mL,
Sampel 3 = 13x106 koloni/mL; 66x106 koloni/mL; 89x106 koloni/mL,
Sampel 4 = 64x103 koloni/mL; 33x103 koloni/mL; 99x103 koloni/mL,
Sampel 5 = 50x106 koloni/mL; 25x104 koloni/mL; 42x105 koloni/mL
2. Kelima sampel tersebut mengandung cemaran bakteri melebihi 104
koloni/ml. Jamu gendong beras kencur yang beredar dipasar tercemar oleh
bakteri dan melebihi batas yang telah ditentukan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
B. Saran
1. Perlu adanya standarisasi dalam pembuatan sediaan obat tradisional jamu
gendong, dengan cara dipublikasikan ke pihak yang berwenang yaitu
BPOM agar dapat ditindak lanjuti dengan pengawasan dan pembinaan
dalam pembuatan jamu gendong.
2. Perlu diadakannya pengujian mutu pada sediaan obat tradisional lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, jilid I Departemen KesehatanRepublik Indonesia, Jakarta, hal 55.
Anonim, 1994a, Peraturan Perundang-undangan Obat Tradisional, jilid I, 29-46,1-5, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1994b, Teknologi Pengeringan Simplisia Untuk Pedesaan, ProsidingSymposium Penelitian Bahan Obat Alami, VII, 79-78, Balai PenelitianTanaman Rempah dan Obat, Bogor.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, jilid IV, 847, Departemen KesehatanRepublik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2000a, Parameter Terstandar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, 28-30,64-65, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2000b, Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional, 1-12, 27-37,,Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2007, Pemastian Mutu Obat Kompendium Pedoman dan Bahan-BahanTerkait GMP dan Inspeksi, vol. 2, diterjemahkan oleh Fabiola C.R.Hutabarat , 93,144-148, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Atlas, R.M., 1997, Handbook of Microbiological Media, 2nd edition, 207, 497,506, 796, CRC Press Inc, New York.
Atlas M.R, 1997, Principles of Microbiology, 2nd Wm. C. Brown PublisherKentucky, USA.
Bonang, G., & Koeswardono, S., 1982, Mikrobiologi Kedokteran untukLaboratorium dan Klinik Bagian Mikrobiologi, Fakultas KedokteranUniversitas Atmajaya, Jakarta.
Dwijoseputro, D, 1978, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Penerbit Djambatan, Jakarta.
Fardiaz, S, 1992, Mikrobiologi Pangan, 118-129, Gramedia Media Utama,Jakarta.
Hadioetomo, R.S., 1985, Mikrobiologi Dasar dan Praktek-teknik dan ProsedurDasar Dalam Laboratorium, 42-46, Gramedia, Jakarta.
Handayani,L., & Suharmiati, 2001, Bahan Baku, Khasiat, dan Cara PengolahanJamu Gendong, 284, Medika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, Penterjemah : Badan LitbangKehutanan Jakarta, jilid II, Departemen Kehutanan, Jakarta.
Hugo, W.B., and Russel E.D, 2000, Pharmaceutical Microbiology, BlackwellScience Ltd, Oxford.
Jawetz, E.J.I., Melnick and Adelberg, E. A, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Hal234-240, 286-290, Diterjemahkan oleh Nugroho, E., dan Maulany EdisiXX, EGC, Jakarta.
Jawetz, E.J.I., Melnick and Adelberg, E. A, 1995, Mikrobiologi Untuk ProfesiKesehatan, 118, Diterjemahkan oleh Tonang, A. Edisi XVI, EGC, Jakarta.
Johnson A.G., 1993, Mikrobiologi dan Imunologi, diterjemahkan oleh YunusE.S., Binarupa Aksara, Jakarta.
Jutono, Soedarsono, J., Hartadi, S., Suhadi, S. K. Dan soesanto, 1980, PedomanPraktikum Mikrobio;ogi Umum, 60-70, Departemen MikrobiologiFakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Kodim, N., 2000, Kontaminasi Mikroorganisme pada Jamu Gendong, 416,Medika.
Koneman, E.W., 1997, Colour Atlas And Textbook of Diagnostic Microbiology,5th edition, Walter Kluer, Company, USA.
Lay, B.W., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, edisi I, 47-54, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Murray, P. R., 1999, Manual of Clinical Microbiology, 7th edition, 1688-1700,aditors Ellen Jo Baron, Michael A. Pfaller, Fred C. Tenover, Robert H.Yolken, American Society for Microbiology, 1325 Massachusetts Avenue,Washington D. C. 20005.
Makfoeld, D., 1994, Mikotoksin Pangan, PAU Pangan dan giziUniversitas GadjahMada, Yogyakarta.
Pelczar MJ & Chan, E.C.S., 1986, Dasar-dasar Mikrobiologi, 132-155,diterjemahkan oleh Ratna Siti Hadioetomo, Penerbit UniversitasIndonesia, Jakarta.
Prabowo, A., 2001, Tanaman Obat dan Manfaatnya, disampaikan dalampenyuluhan obat tradisional.
Soedibyo, M., 1998, Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaanya, 1-11,Balai Pustaka, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Soegihardjo, C. J., 2002, Perkembangan Obat Tradisional dan Pembuatan ObatTradisional, 6-7, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta.
Sevilla, G.S., 1993, Pengantar Metode Penelitian, Penerbit Universitas Indonesia,Jakarta.
Sylvia, 2005, Pengujian Cemaran Bakteri dan Cemaran Kapang/Khamir padaProduk Jamu Gendong di Daerah Istimewa Yogyakarta,http://eprints.ums.ac.id/journal/index.php?t=pharmacon&v=2005v6n1.Diakses tanggal 2 November 2006.
Taufik, 2004 Amankah Makanan yang Disimpan Dingin?, http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0104/11/1002.htmDiakses 2 November 2006.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Lampiran 1 : Catatan Pengujian ALT
Sampel : Jamu Gendong Beras Kencur I nomor sampel 34/T/S/07Tanggal Pengujian : 4 April 2007
Penimbangan Sampel : 10 mlPengenceran : 90 ml LBMedia/ Suhu : PCA/ 35-37o C
Perhitungan Untuk Sampel 34/T/S/07
I. 1000x2
270135.000 koloni/ml
II. 000.10x2
119595.000 koloni/ml
Perbandingan = 1:4ALT = 135.000 koloni/ml 14 x 104 koloni/ml
Syarat : < 104 koloni/mlKesimpulan : TMS
Inkubasi PengamatanTanggal Volumepengenceran
Media
Suhu(oC)
Waktu(jam)
I II Total
04-04-07 10-1 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~04-04-07 10-2 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~04-04-07 10-3 PCA 35-37o C 24 75 84 15904-04-07 10-4 PCA 35-37o C 24 17 19 3604-04-07 10-5 PCA 35-37o C 24 0 0 004-04-07 10-6 PCA 35-37o C 24 0 0 004-04-07 10-7 PCA 35-37o C 24 0 0 004-04-07 10-8 PCA 35-37o C 24 0 0 004-04-07 10-9 PCA 35-37o C 24 0 0 0
04-04-07 10-1 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~04-04-07 10-2 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~04-04-07 10-3 PCA 35-37o C 48 131 139 27004-04-07 10-4 PCA 35-37o C 48 59 60 11904-04-07 10-5 PCA 35-37o C 48 1 1 204-04-07 10-6 PCA 35-37o C 48 0 0 004-04-07 10-7 PCA 35-37o C 48 0 0 004-04-07 10-8 PCA 35-37o C 48 0 0 004-04-07 10-9 PCA 35-37o C 48 0 0 0
Blangko- Media- Pengencer
PCAPCA+PDFPCA+LB
35-37o C35-37o C35-37o C
000
000
000
000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Catatan Pengujian ALT
Sampel : Jamu Gendong Beras Kencur II nomor sampel 35/T/S/07Tanggal Pengujian : 4 April 2007
Penimbangan Sampel : 10 mlPengenceran : 90 ml LBMedia/ Suhu : PCA/ 35-37o C
Perhitungan Untuk Sampel 35/T/S/07
1000x2
2613.000 koloni/ml
ALT = 13 x 103 koloni/ml
Syarat : < 104 koloni/mlKesimpulan : TMS
Inkubasi PengamatanTanggal Volumepengenceran
Media
Suhu(oC)
Waktu(jam)
I II Total
04-04-07 10-1 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~04-04-07 10-2 PCA 35-37o C 24 159 ~ ~04-04-07 10-3 PCA 35-37o C 24 8 7 1504-04-07 10-4 PCA 35-37o C 24 0 0 004-04-07 10-5 PCA 35-37o C 24 0 0 004-04-07 10-6 PCA 35-37o C 24 0 0 004-04-07 10-7 PCA 35-37o C 24 0 0 004-04-07 10-8 PCA 35-37o C 24 0 0 004-04-07 10-9 PCA 35-37o C 24 0 0 0
04-04-07 10-1 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~04-04-07 10-2 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~04-04-07 10-3 PCA 35-37o C 48 13 13 2604-04-07 10-4 PCA 35-37o C 48 2 2 404-04-07 10-5 PCA 35-37o C 48 0 0 004-04-07 10-6 PCA 35-37o C 48 0 0 004-04-07 10-7 PCA 35-37o C 48 0 0 004-04-07 10-8 PCA 35-37o C 48 0 0 004-04-07 10-9 PCA 35-37o C 48 0 0 0
Blangko- Media- Pengencer
PCAPCA+PDFPCA+LB
35-37o C35-37o C35-37o C
000
000
000
000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Catatan Pengujian ALT
Sampel : Jamu Gendong Beras Kencur III nomor sampel 36/T/S/07Tanggal Pengujian : 4 April 2007
Penimbangan Sampel : 10 mlPengenceran : 90 ml LBMedia/ Suhu : PCA/ 35-37o C
Perhitungan Untuk Sampel 36/T/S/07
000.000.1x2
2512.500.000 koloni/ml
ALT = 13 x 106 koloni/ml
Syarat : < 104 koloni/mlKesimpulan : TMS
Inkubasi PengamatanTanggal Volumepengenceran
Media
Suhu(oC)
Waktu(jam)
I II Total
04-04-07 10-1 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~04-04-07 10-2 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~04-04-07 10-3 PCA 35-37o C 24 59 64 12304-04-07 10-4 PCA 35-37o C 24 3 6 904-04-07 10-5 PCA 35-37o C 24 2 2 404-04-07 10-6 PCA 35-37o C 24 0 0 004-04-07 10-7 PCA 35-37o C 24 0 0 004-04-07 10-8 PCA 35-37o C 24 0 0 004-04-07 10-9 PCA 35-37o C 24 0 0 0
04-04-07 10-1 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~04-04-07 10-2 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~04-04-07 10-3 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~04-04-07 10-4 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~04-04-07 10-5 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~04-04-07 10-6 PCA 35-37o C 48 13 12 2504-04-07 10-7 PCA 35-37o C 48 1 1 204-04-07 10-8 PCA 35-37o C 48 0 0 004-04-07 10-9 PCA 35-37o C 48 0 0 0
Blangko- Media- Pengencer
PCAPCA+PDFPCA+LB
35-37o C35-37o C35-37o C
000
000
000
000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Catatan Pengujian ALT
Sampel : Jamu Gendong Beras Kencur IV nomor sampel 37/T/S/07Tanggal Pengujian : 4 April 2007
Penimbangan Sampel : 10 mlPengenceran : 90 ml LBMedia/ Suhu : PCA/ 35-37o C
Perhitungan Untuk Sampel 37/T/S/07
000.1x2
12763.500 koloni/ml
ALT = 64 x 103 koloni/ml
Syarat : < 104 koloni/mlKesimpulan : TMS
Inkubasi PengamatanTanggal Volumepengenceran
Media
Suhu(oC)
Waktu(jam)
I II Total
04-04-07 10-1 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~04-04-07 10-2 PCA 35-37o C 24 147 151 29804-04-07 10-3 PCA 35-37o C 24 10 10 2004-04-07 10-4 PCA 35-37o C 24 1 0 104-04-07 10-5 PCA 35-37o C 24 0 0 004-04-07 10-6 PCA 35-37o C 24 0 0 004-04-07 10-7 PCA 35-37o C 24 0 0 004-04-07 10-8 PCA 35-37o C 24 0 0 004-04-07 10-9 PCA 35-37o C 24 0 0 0
04-04-07 10-1 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~04-04-07 10-2 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~04-04-07 10-3 PCA 35-37o C 48 61 66 12704-04-07 10-4 PCA 35-37o C 48 3 4 704-04-07 10-5 PCA 35-37o C 48 0 0 004-04-07 10-6 PCA 35-37o C 48 0 0 004-04-07 10-7 PCA 35-37o C 48 0 0 004-04-07 10-8 PCA 35-37o C 48 0 0 004-04-07 10-9 PCA 35-37o C 48 0 0 0
Blangko- Media- Pengencer
PCAPCA+PDFPCA+LB
35-37o C35-37o C35-37o C
000
000
000
000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Catatan Pengujian ALT
Sampel : Jamu Gendong Beras Kencur V nomor sampel 38/T/S/07Tanggal Pengujian : 4 April 2007
Penimbangan Sampel : 10 mlPengenceran : 90 ml LBMedia/ Suhu : PCA/ 35-37o C
Perhitungan Untuk Sampel 38/T/S/07
000.000.1x2
20710.350.000 koloni/ml
ALT = 10 x 106 koloni/ml
Syarat : < 104 koloni/mlKesimpulan : TMS
Inkubasi PengamatanTanggal Volumepengenceran
Media
Suhu(oC)
Waktu(jam)
I II Total
04-04-07 10-1 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~04-04-07 10-2 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~04-04-07 10-3 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~04-04-07 10-4 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~04-04-07 10-5 PCA 35-37o C 24 100 87 18704-04-07 10-6 PCA 35-37o C 24 10 9 1904-04-07 10-7 PCA 35-37o C 24 0 0 004-04-07 10-8 PCA 35-37o C 24 0 0 004-04-07 10-9 PCA 35-37o C 24 0 0 0
04-04-07 10-1 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~04-04-07 10-2 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~04-04-07 10-3 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~04-04-07 10-4 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~04-04-07 10-5 PCA 35-37o C 48 107 100 20704-04-07 10-6 PCA 35-37o C 48 10 13 2304-04-07 10-7 PCA 35-37o C 48 0 0 004-04-07 10-8 PCA 35-37o C 48 0 0 004-04-07 10-9 PCA 35-37o C 48 0 0 0
Blangko- Media- Pengencer
PCAPCA+PDFPCA+LB
35-37o C35-37o C35-37o C
000
000
000
000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Catatan Pengujian ALT
Sampel : Jamu Gendong Beras Kencur VI nomor sampel 39/T/S/07Tanggal Pengujian : 12 April 2007
Penimbangan Sampel : 10 mlPengenceran : 90 ml LBMedia/ Suhu : PCA/ 35-37o C
Perhitungan Untuk Sampel 39/T/S/07
000.10x2
163815.000 koloni/ml
ALT = 82 x 104
Syarat : < 104 koloni/mlKesimpulan : TMS
Inkubasi PengamatanTanggal Volumepengenceran
Media
Suhu(oC)
Waktu(jam)
I II Total
12-04-07 10-1 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~12-04-07 10-2 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~12-04-07 10-3 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~12-04-07 10-4 PCA 35-37o C 24 55 68 12312-04-07 10-5 PCA 35-37o C 24 4 4 812-04-07 10-6 PCA 35-37o C 24 0 2 212-04-07 10-7 PCA 35-37o C 24 0 0 012-04-07 10-8 PCA 35-37o C 24 0 0 012-04-07 10-9 PCA 35-37o C 24 0 0 0
13-04-07 10-1 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~13-04-07 10-2 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~13-04-07 10-3 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~13-04-07 10-4 PCA 35-37o C 48 78 85 16313-04-07 10-5 PCA 35-37o C 48 6 7 1313-04-07 10-6 PCA 35-37o C 48 0 2 213-04-07 10-7 PCA 35-37o C 48 0 0 013-04-07 10-8 PCA 35-37o C 48 0 0 013-04-07 10-9 PCA 35-37o C 48 0 0 0
Blangko- Media- Pengencer
PCAPCA+PDFPCA+LB
35-37o C35-37o C35-37o C
000
000
000
000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Catatan Pengujian ALT
Sampel : Jamu Gendong Beras Kencur VIII nomor sampel40/T/S/07Tanggal Pengujian : 11 April 2007
Penimbangan Sampel : 10 mlPengenceran : 90 ml LBMedia/ Suhu : PCA/ 35-37o C
Perhitungan Untuk Sampel 40/T/S/07
000.10x2
2821.410.000 koloni/ml
ALT = 14 x 105 koloni/ml
Syarat : < 104 koloni/mlKesimpulan : TMS
Inkubasi PengamatanTanggal Volumepengenceran
Media
Suhu(oC)
Waktu(jam)
I II Total
11-04-07 10-1 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~11-04-07 10-2 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~11-04-07 10-3 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~11-04-07 10-4 PCA 35-37o C 24 1 2 311-04-07 10-5 PCA 35-37o C 24 0 1 111-04-07 10-6 PCA 35-37o C 24 0 0 011-04-07 10-7 PCA 35-37o C 24 0 0 011-04-07 10-8 PCA 35-37o C 24 0 0 011-04-07 10-9 PCA 35-37o C 24 0 0 0
12-04-07 10-1 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~12-04-07 10-2 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~12-04-07 10-3 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~12-04-07 10-4 PCA 35-37o C 48 143 139 28212-04-07 10-5 PCA 35-37o C 48 3 3 612-04-07 10-6 PCA 35-37o C 48 0 0 012-04-07 10-7 PCA 35-37o C 48 0 0 012-04-07 10-8 PCA 35-37o C 48 0 0 012-04-07 10-9 PCA 35-37o C 48 0 0 0
Blangko- Media- Pengencer
PCAPCA+PDFPCA+LB
35-37o C35-37o C35-37o C
000
000
000
000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Catatan Pengujian ALT
Sampel : Jamu Gendong Beras Kencur VI nomor sampel 41/T/S/07Tanggal Pengujian : 11 April 2007
Penimbangan Sampel : 10 mlPengenceran : 90 ml LBMedia/ Suhu : PCA/ 35-37o C
Perhitungan Untuk Sampel 41/T/S/07
000.1000x2
13266.000.000 koloni/ml
ALT = 66 x 106 koloni/ml
Syarat : < 104 koloni/mlKesimpulan : TMS
Inkubasi PengamatanTanggal Volumepengenceran
Media
Suhu(oC)
Waktu(jam)
I II Total
11-04-07 10-1 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~11-04-07 10-2 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~11-04-07 10-3 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~11-04-07 10-4 PCA 35-37o C 24 39 37 7611-04-07 10-5 PCA 35-37o C 24 13 28 4111-04-07 10-6 PCA 35-37o C 24 5 4 911-04-07 10-7 PCA 35-37o C 24 0 0 011-04-07 10-8 PCA 35-37o C 24 0 0 011-04-07 10-9 PCA 35-37o C 24 0 0 0
12-04-07 10-1 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~12-04-07 10-2 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~12-04-07 10-3 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~12-04-07 10-4 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~12-04-07 10-5 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~12-04-07 10-6 PCA 35-37o C 48 66 66 13212-04-07 10-7 PCA 35-37o C 48 1 1 212-04-07 10-8 PCA 35-37o C 48 0 0 012-04-07 10-9 PCA 35-37o C 48 0 0 0
Blangko- Media- Pengencer
PCAPCA+PDFPCA+LB
35-37o C35-37o C35-37o C
000
000
000
000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Catatan Pengujian ALT
Sampel : Jamu Gendong Beras Kencur IX nomor sampel 42/T/S/07Tanggal Pengujian : 11 April 2007
Penimbangan Sampel : 10 mlPengenceran : 90 ml LBMedia/ Suhu : PCA/ 35-37o C
Perhitungan Untuk Sampel 42/T/S/07
1000x2
6532.500 koloni/ml
ALT = 33 x 103 koloni/ml
Syarat : < 104 koloni/mlKesimpulan : TMS
Inkubasi PengamatanTanggal Volumepengenceran
Media
Suhu(oC)
Waktu(jam)
I II Total
11-04-07 10-1 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~11-04-07 10-2 PCA 35-37o C 24 ~ 251 ~11-04-07 10-3 PCA 35-37o C 24 2 2 411-04-07 10-4 PCA 35-37o C 24 0 0 011-04-07 10-5 PCA 35-37o C 24 0 0 011-04-07 10-6 PCA 35-37o C 24 0 0 011-04-07 10-7 PCA 35-37o C 24 0 0 011-04-07 10-8 PCA 35-37o C 24 0 0 011-04-07 10-9 PCA 35-37o C 24 0 0 0
12-04-07 10-1 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~12-04-07 10-2 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~12-04-07 10-3 PCA 35-37o C 48 34 31 6512-04-07 10-4 PCA 35-37o C 48 1 0 112-04-07 10-5 PCA 35-37o C 48 0 0 012-04-07 10-6 PCA 35-37o C 48 0 0 012-04-07 10-7 PCA 35-37o C 48 0 0 012-04-07 10-8 PCA 35-37o C 48 0 0 012-04-07 10-9 PCA 35-37o C 48 0 0 0
Blangko- Media- Pengencer
PCAPCA+PDFPCA+LB
35-37o C35-37o C35-37o C
000
000
000
000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Catatan Pengujian ALT
Sampel : Jamu Gendong Beras Kencur X nomor sampel 43/T/S/07Tanggal Pengujian : 25 April 2007
Penimbangan Sampel : 10 mlPengenceran : 90 ml LBMedia/ Suhu : PCA/ 35-37o C
Perhitungan Untuk Sampel 43/T/S/07
000.10x2
50250.000 koloni/ml
ALT = 25 x 104 koloni/ml
Syarat : < 104 koloni/mlKesimpulan : TMS
Inkubasi PengamatanTanggal Volumepengenceran
Media
Suhu(oC)
Waktu(jam)
I II Total
25-04-07 10-1 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~25-04-07 10-2 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~25-04-07 10-3 PCA 35-37o C 24 58 89 14725-04-07 10-4 PCA 35-37o C 24 6 12 1825-04-07 10-5 PCA 35-37o C 24 2 1 325-04-07 10-6 PCA 35-37o C 24 0 0 025-04-07 10-7 PCA 35-37o C 24 0 0 025-04-07 10-8 PCA 35-37o C 24 0 0 025-04-07 10-9 PCA 35-37o C 24 0 0 0
26-04-07 10-1 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~26-04-07 10-2 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~26-04-07 10-3 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~26-04-07 10-4 PCA 35-37o C 48 22 28 5026-04-07 10-5 PCA 35-37o C 48 5 6 1126-04-07 10-6 PCA 35-37o C 48 0 0 026-04-07 10-7 PCA 35-37o C 48 0 0 026-04-07 10-8 PCA 35-37o C 48 0 0 026-04-07 10-9 PCA 35-37o C 48 0 0 0
Blangko- Media- Pengencer
PCAPCA+PDFPCA+LB
35-37o C35-37o C35-37o C
000
000
000
000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Catatan Pengujian ALT
Sampel : Jamu Gendong Beras Kencur XI nomor sampel 44/T/S/07Tanggal Pengujian : 25 April 2007
Penimbangan Sampel : 10 mlPengenceran : 90 ml LBMedia/ Suhu : PCA/ 35-37o C
Perhitungan Untuk Sampel 44/T/S/07
000.10x2
148740.000 koloni/ml
ALT = 74 x 104 koloni/ml
Syarat : < 104 koloni/mlKesimpulan : TMS
Inkubasi PengamatanTanggal Volumepengenceran
Media
Suhu(oC)
Waktu(jam)
I II Total
25-04-07 10-1 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~25-04-07 10-2 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~25-04-07 10-3 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~25-04-07 10-4 PCA 35-37o C 24 60 68 12825-04-07 10-5 PCA 35-37o C 24 11 18 2925-04-07 10-6 PCA 35-37o C 24 0 0 025-04-07 10-7 PCA 35-37o C 24 0 0 025-04-07 10-8 PCA 35-37o C 24 0 0 025-04-07 10-9 PCA 35-37o C 24 0 0 0
26-04-07 10-1 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~26-04-07 10-2 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~26-04-07 10-3 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~26-04-07 10-4 PCA 35-37o C 48 65 83 14826-04-07 10-5 PCA 35-37o C 48 11 18 2926-04-07 10-6 PCA 35-37o C 48 0 0 026-04-07 10-7 PCA 35-37o C 48 0 0 026-04-07 10-8 PCA 35-37o C 48 0 0 026-04-07 10-9 PCA 35-37o C 48 0 0 0
Blangko- Media- Pengencer
PCAPCA+PDFPCA+LB
35-37o C35-37o C35-37o C
000
000
000
000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Catatan Pengujian ALT
Sampel :Jamu Gendong Beras Kencur XII nomor sampel 45/T/S/07Tanggal Pengujian : 25 April 2007
Penimbangan Sampel : 10 mlPengenceran : 90 ml LBMedia/ Suhu : PCA/ 35-37o C
Perhitungan Untuk Sampel 45/T/S/07
100x2
27213.600 koloni/ml
ALT = 14 x 103 koloni/ml
Syarat : < 104 koloni/mlKesimpulan : TMS
Inkubasi PengamatanTanggal Volumepengenceran
Media
Suhu(oC)
Waktu(jam)
I II Total
25-04-07 10-1 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~25-04-07 10-2 PCA 35-37o C 24 150 85 23525-04-07 10-3 PCA 35-37o C 24 25 24 4925-04-07 10-4 PCA 35-37o C 24 1 3 425-04-07 10-5 PCA 35-37o C 24 0 0 025-04-07 10-6 PCA 35-37o C 24 0 0 025-04-07 10-7 PCA 35-37o C 24 0 0 025-04-07 10-8 PCA 35-37o C 24 0 0 025-04-07 10-9 PCA 35-37o C 24 0 0 0
26-04-07 10-1 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~26-04-07 10-2 PCA 35-37o C 48 150 122 17226-04-07 10-3 PCA 35-37o C 48 26 26 5226-04-07 10-4 PCA 35-37o C 48 3 3 626-04-07 10-5 PCA 35-37o C 48 0 0 026-04-07 10-6 PCA 35-37o C 48 0 0 026-04-07 10-7 PCA 35-37o C 48 0 0 026-04-07 10-8 PCA 35-37o C 48 0 0 026-04-07 10-9 PCA 35-37o C 48 0 0 0
Blangko- Media- Pengencer
PCAPCA+PDFPCA+LB
35-37o C35-37o C35-37o C
000
000
000
000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Catatan Pengujian ALT
Sampel : Jamu Gendong Beras Kencur XIII no. sampel 46/T/S/07Tanggal Pengujian : 25 April 2007
Penimbangan Sampel : 10 mlPengenceran : 90 ml LBMedia/ Suhu : PCA/ 35-37o C
Perhitungan Untuk Sampel 46/T/S/07
000.1000x2
17788.500.000 koloni/ml
ALT = 89 x 106 koloni/ml
Syarat : < 104 koloni/mlKesimpulan : TMS
Inkubasi PengamatanTanggal Volumepengenceran
Media
Suhu(oC)
Waktu(jam)
I II Total
25-04-07 10-1 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~25-04-07 10-2 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~25-04-07 10-3 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~25-04-07 10-4 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~25-04-07 10-5 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~25-04-07 10-6 PCA 35-37o C 24 18 17 3525-04-07 10-7 PCA 35-37o C 24 0 0 025-04-07 10-8 PCA 35-37o C 24 0 0 025-04-07 10-9 PCA 35-37o C 24 0 0 0
26-04-07 10-1 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~26-04-07 10-2 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~26-04-07 10-3 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~26-04-07 10-4 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~26-04-07 10-5 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~26-04-07 10-6 PCA 35-37o C 48 95 82 17726-04-07 10-7 PCA 35-37o C 48 8 9 1726-04-07 10-8 PCA 35-37o C 48 0 0 026-04-07 10-9 PCA 35-37o C 48 0 0 0
Blangko- Media- Pengencer
PCAPCA+PDFPCA+LB
35-37o C35-37o C35-37o C
000
000
000
000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Catatan Pengujian ALT
Sampel : Jamu Gendong Beras Kencur XIV no. sampel 47/T/S/07Tanggal Pengujian : 25 April 2007
Penimbangan Sampel : 10 mlPengenceran : 90 ml LBMedia/ Suhu : PCA/ 35-37o C
Perhitungan Untuk Sampel 47/T/S/07
1000x2
19899.000 koloni/ml
ALT = 99 x 103 koloni/ml
Syarat : < 104 koloni/mlKesimpulan : TMS
Inkubasi PengamatanTanggal Volumepengenceran
Media
Suhu(oC)
Waktu(jam)
I II Total
25-04-07 10-1 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~25-04-07 10-2 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~25-04-07 10-3 PCA 35-37o C 24 30 52 8225-04-07 10-4 PCA 35-37o C 24 0 0 025-04-07 10-5 PCA 35-37o C 24 0 0 025-04-07 10-6 PCA 35-37o C 24 0 0 025-04-07 10-7 PCA 35-37o C 24 0 0 025-04-07 10-8 PCA 35-37o C 24 0 0 025-04-07 10-9 PCA 35-37o C 24 0 0 0
26-04-07 10-1 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~26-04-07 10-2 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~26-04-07 10-3 PCA 35-37o C 48 102 96 19826-04-07 10-4 PCA 35-37o C 48 1 0 126-04-07 10-5 PCA 35-37o C 48 0 0 026-04-07 10-6 PCA 35-37o C 48 0 0 026-04-07 10-7 PCA 35-37o C 48 0 0 026-04-07 10-8 PCA 35-37o C 48 0 0 026-04-07 10-9 PCA 35-37o C 48 0 0 0
Blangko- Media- Pengencer
PCAPCA+PDFPCA+LB
35-37o C35-37o C35-37o C
000
000
000
000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Catatan Pengujian ALT
Sampel : Jamu Gendong Beras Kencur XV nomor sampel48/T/S/07Tanggal Pengujian : 25 April 2007
Penimbangan Sampel : 10 mlPengenceran : 90 ml LBMedia/ Suhu : PCA/ 35-37o C
Perhitungan Untuk Sampel 48/T/S/07
000.100x2
834.150.000 koloni/ml
ALT = 42 x 105 koloni/ml
Syarat : < 104 koloni/mlKesimpulan : TMS
Inkubasi PengamatanTanggal Volumepengenceran
Media
Suhu(oC)
Waktu(jam)
I II Total
25-04-07 10-1 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~25-04-07 10-2 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~25-04-07 10-3 PCA 35-37o C 24 ~ ~ ~25-04-07 10-4 PCA 35-37o C 24 175 123 29825-04-07 10-5 PCA 35-37o C 24 19 10 2925-04-07 10-6 PCA 35-37o C 24 3 1 425-04-07 10-7 PCA 35-37o C 24 0 0 025-04-07 10-8 PCA 35-37o C 24 0 0 025-04-07 10-9 PCA 35-37o C 24 0 0 0
26-04-07 10-1 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~26-04-07 10-2 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~26-04-07 10-3 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~26-04-07 10-4 PCA 35-37o C 48 ~ ~ ~26-04-07 10-5 PCA 35-37o C 48 51 32 8326-04-07 10-6 PCA 35-37o C 48 5 3 826-04-07 10-7 PCA 35-37o C 48 0 0 026-04-07 10-8 PCA 35-37o C 48 0 0 026-04-07 10-9 PCA 35-37o C 48 0 0 0
Blangko- Media- Pengencer
PCAPCA+PDFPCA+LB
35-37o C35-37o C35-37o C
000
000
000
000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 2 : Laporan Pengujian Dari Balai Pom Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul ”Uji Angka Lempeng Total
Jamu Gendong Beras Kencur yang Beredar di Tiga Pasar
di Kotamadya Yogyakarta” bernama Danu Kusuma.
Lahir di Yogyakarta tanggal 6 Juli 1984, merupakan putra
pertama dari pasangan Sutarno dan Dartini Pendidikan
formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah: SD
Deresan I (1990-1996), melanjutkan ke SLTP Negeri 11
Yogyakarta (1996-1999). Penulis melanjutkan pendidikan
menengah umum di SMU Bopkri 2 Yogyakarta (1999-2002). Penulis kemudian
melanjutkan studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun
2002.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI