Transcript

Persyaratan Keselamatan Untuk Keselamatan Reaktor Riset

Terjemahan dokumen IAEA DS272: Safety

Requirements on Safety of Research Reactors

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

Revisi Juli 2005

The International Atomic Energy Agency (IAEA) makes no warranty and assumes no responsibility for the accuracy or quality or authenticity of

workmanship of the translation/publication/printing of this document/publication and adopts no liability for any loss or damage consequential or otherwise

howsoever caused arising directly or indirectly from the use there of whatsoever and to whomsoever

International Atomic Energy Agency (IAEA) tidak menjamin dan tidak bertanggung jawab atas ketepatan dan kualitas atau orisinalitas dari

penerjemahan/penerbitan/pencetakan dokumen/publikasi ini dan tidak bertanggung jawab atas kerugian atau kerusakan yang ditimbulkan sebagai

akibat dari pemanfaatannya atau sebaliknya secara langsung atau tidak langsung untuk apapun dan oleh siapapun

Saran, kritik dan koreksi sangat kami harapkan Redaksi: Hendriyanto Haditjahyono

Pusat Pendidikan dan Pelatihan – BATAN [email protected]

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 1 Lingkup 2 Pendekatan Gradasi 3 Struktur 3 2. TUJUAN, KONSEP DAN PRINSIP KESELAMATAN 5 Tujuan Keselamatan 5 Konsep dan Prinsip Keselamatan 6 Konsep Pertahanan Berlapis 6 Infrastruktur Legislatif dan Regulasi 8 Manajemen Keselamatan 9 Verifikasi Keselamatan 10 Aspek Teknis dari Keselamatan 11 3. SUPERVISI REGULATORI 15 Umum 15 Infrastruktur Hukum 15 Badan Pengawas 15 Proses Perizinan 16 Umum 16 Laporan Analisis Keselamatan 16 Tinjau Ulang dan Pengkajian oleh Badan Pengawas 17 Kriteria Penerimaan 18 Inspeksi dan Penegakan Aturan 19 4. MANAJEMEN DAN VERIFIKASI KESELAMATAN 19 Tanggung Jawab Organisasi Pengoperasi 19 Jaminan Kualitas 20 Verifikasi Keselamatan 22 5. EVALUASI TAPAK 24 Evaluasi Awal dan Seleksi Tapak 24 Kriteria Umum Untuk Evaluasi Tapak 25 Kejadian Meteorologi Ekstrim dan Jarang 26 Banjir 27 Bahaya Geoteknik 27 Bahaya Eksternal Terinduksi Manusia 28 Persyaratan Khusus Untuk Karakterisasi Daerah Yang

Dipertimbangkan 28

Pemantauan Bahaya 29 6. RANCANGAN 30 Filosofi Rancangan 30 Persyaratan Umum Rancangan 32 Persyaratan Khusus Rancangan 44 7. OPERASI 55 Kelengkapan Organisasi 55 Pelatihan, Penyegaran dan Kualifikasi 59 Batas dan Kondisi Operasi 59 Komisioning 61

Prosedur Pengoperasian 63 Inspeksi, Pengujian dan Perawatan Periodik 64 Manajemen Teras dan Penanganan Bahan Bakar 65 Keselamatan Terhadap Kebakaran 66 Rencana Kedaruratan 66 Proteksi Fisik 68 Rekaman dan Laporan 68 Pemanfaatan dan Modifikasi Reaktor 69 Proteksi Radiasi 70 Pengkajian Keselamatan dan Aspek Terkait Penuaan 73 Pemadaman Berkepanjangan 73 8. DEKOMISIONING 74 Lampiran. Kejadian Pemicu Terpostulasi Untuk Reaktor Riset (Terseleksi)

76

Daftar Pustaka 78 Tambahan I: Fungsi Keselamatan Untuk Reaktor Riset (Terseleksi) 80 Tambahan II: Aspek Operasional Reaktor Riset Yang Perlu Perhatian Khusus

82

Glosarium 84

1

1. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

1.1. Publikasi Persyaratan Keselamatan ini, dikembangkan dalam program

IAEA bertajuk Keselamatan Reaktor Riset, merupakan revisi dua dokumen

standar keselamatan yang diterbitkan dalam bentuk IAEA Safety Series

sebelumnya1. Publikasi sekarang ini merevisi dan memperbarui isi kedua

dokumen terdahulu tersebut.

1.2. Publikasi Persyaratan Keselamatan ini memantapkan persyaratan-

persyaratan untuk semua area keselamatan reaktor riset, dengan penekanan

khusus pada persyaratan untuk rancangan dan operasi2. Mengikuti permintaan

dari pengguna akhir (terutama dari Negara Anggota dengan program reaktor

nuklir daya terbatas) untuk memiliki publikasi tunggal tersendiri, publikasi ini

juga mencakup persyaratan untuk supervisi regulatori, manajemen, verifikasi

keselamatan, jaminan kualitas dan evaluasi tapak3.

1.3. Sejumlah persyaratan untuk keselamatan reaktor riset nuklir sama atau

mirip dengan persyaratan untuk reaktor daya nuklir. Dalam pandangan

perbedaan terpenting di antara keduanya dan di antara berbagai tipe reaktor

1 INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Code on the safety of Nuclear Research

Reactors: Design, Safety Series No. 35-S1, IAEA, Vienna (1993); Code on the safety of Nuclear

Research Reactors: Operation, Safety Series No. 35-S2, IAEA, Vienna (1993) 2 Area penting keselamatan reaktor riset mencakup semua aktivitas yang dilakukan untuk

mencapai tujuan perancangan dan konstruksi atau modifikasi. Hal ini termasuk perawatan,

pengujian dan inspeksi, penanganan bahan bakar dan penanganan bahan radioaktif

(mencakup juga produksi radioisotop), penginstalasian, pengujian dan operasi piranti

eksperimen, penggunaan berkas neutron, kegiatan penelitian dan pengembangan dan

pendidikan dan latihan menggunakan sistem reaktor riset, dan aktivitas terkait lain. 3 Area tapak adalah area geografis yang melingkupi fasilitas terotorisasi, dan yang di dalamnya

manajemen fasilitas terotorisasi dapat melakukan tindakan darurat. Batas tapak adalah batas

area tapak. Penapakan (evaluasi tapak) adalah proses seleksi tapak cocok untuk fasilitas,

termasuk pengkajian yang diperlukan dan definisi dasar desain terkait.

2

riset4, persyaratan-persyaratan ini seyogyanya diterapkan sesuai dengan

bahaya potensial terkait dengan reaktor melalui cara pendekatan gradasi (lihat

paragraf 1.11 – 1.14), sehingga menjamin keselamatan dalam rancangan dan

operasi reaktor riset.

TUJUAN

1.4. Tujuan utama publikasi Persyaratan Keselamatan ini adalah memberikan

dasar untuk keselamatan dan dasar untuk pengkajian keselamatan pada

semua tahap dalam masa hidup reaktor riset. Tujuan lain adalah memantapkan

persyaratan-persyaratan dalam aspek-aspek yang terkait dengan supervisi

regulatori, manajemen keselamatan, evaluasi tapak, perancangan, operasi dan

dekomisioning.

1.5. Persyaratan teknis dan administratif untuk keselamatan reaktor riset

ditetapkan sejalan dengan tujuan tersebut di atas. Publikasi Persyaratan

Keselamatan ini dimaksudkan untuk digunakan oleh organisasi yang terikat

dalam evaluasi tapak, perancangan, pabrikasi, konstruksi, operasi dan

dekomisioning reaktor riset, demikian pula oleh Badan Pengawas.

LINGKUP

1.6. Persyaratan yang ditetapkan dalam publikasi Persyaratan Keselamatan ini

dapat dipakai untuk evaluasi tapak, perancangan, operasi dan dekomisioning

reaktor riset, termasuk fasilitas perangkat kritis dan juga dapat diterapkan

reaktor riset yang telah ada sejauh dapat dipraktekkan. Fasilitas perangkat

subkritis tidak tercakup dalam persyaratan ini.

4 Reaktor riset adalah reaktor nuklir yang digunakan terutama untuk pembangkitan dan

penggunaan fluks neutron dan radiasi pengion untuk keperluan riset, produksi isotop dan

keperluan lain, selain pembangkitan energi listrik. Dalam konteks publikasi Persyaratan

Keselamatan ini, istilah reaktor riset juga mencakup fasilitas eksperimen dan perangkat kritis.

3

1.7. Untuk maksud publikasi ini, reaktor riset adalah reaktor nuklir yang

terutama digunakan untuk pembangkitan dan penggunaan radiasi untuk

maksud penelitian dan pengembangan, seperti produksi radioisotop. Definisi ini

mengesampingkan reaktor nuklir yang dipergunakan untuk produksi listrik,

propulasi kapal, desalinasi atau pemanas distrik. Istilah itu melingkupi inti

(teras) reaktor, piranti eksperimen5 dan semua fasilitas lain yang relevan baik

dengan reaktor atau pun piranti eksperimen terkait yang terletak pada tapak

reaktor. Tindakan keselamatan tambahan mungkin diperlukan dalam beberapa

kasus, seperti dinyatakan dalam paragraf 1.9.

1.8. Persyaratan yang ditetapkan dalam publikasi Persyaratan Keselamatan ini

membentuk dasar keselamatan reaktor riset dengan potensi bahaya ke publik

dan lingkungan terbatas.

1.9. Reaktor riset dengan tingkat daya melebihi beberapa puluh megawatt,

reaktor cepat dan reaktor yang menggunakan piranti eksperimen seperti untai

tekanan dan temperatur tinggi, sumber neutron dingin dan sumber neutron

panas mungkin menyaratkan aplikasi standar reaktor daya dan/atau tindakan

keselamatan tambahan (misalnya dalam kasus reaktor yang digunakan untuk

pengujian bahan berbahaya). Untuk fasilitas-fasilitas semacam ini, standar yang

harus diterapkan, ekstensi aplikasinya dan setiap tindakan keselamatan

tambahan yang dibutuhkan disyaratkan untuk diajukan oleh oraganisasi

pengoperasi dan menjadi bahan persetujuan oleh Badan Pengawas.

1.10. Semua persyaratan yang ditetapkan di sini seyogyanya diterapkan kecuali

jika hl itu dapat dibenarkan bahwa, untuk reaktor riset tertentu, beberapa

persyaratan mungkin dapat diabaikan. Untuk setiap kasus tersebut, persyaratan

yang diabaikan harus diidentifikasi, dengan pertimbangan asal dan magnitud

yang mungkin dari bahaya yang ditampilkan oleh reaktor riset bersangkutan

dan aktivitas yang dilakukan. Paragraf 1.14 menetapkan faktor yang perlu

5 Piranti eksperimen adalah piranti yang dipasang di dalam atau di sekitar reaktor untuk

menggunakan fluks neutron dan radiasi pengion dari reaktor untuk penelitian, pengembangan,

produksi radioisotop atau kegunaan lain apapun.

4

dipertimbangkan dalam memutuskan apakah beberapa persyaratan tertentu

yang ditetapkan di sini dapat diabaikan.

PENDEKATAN GRADASI

1.11. Reaktor riset digunakan untuk tujuan khusus dan variatif, seperti

penelitian, pelatihan, produksi radioisotop, radiografi neutron dan pengujian

bahan. Tujuan-tujuan tersebut memerlukan fitur desain dan rejim operasi yang

berbeda. Karakteristik desain dan operasi reaktor riset dapat bervariasi secara

signifikan karena penggunaan piranti eksperimen dapat berpengaruh pada

kinerja reaktor. Selain itu, fleksibilitas dalam penggunaannya mensyaratkan

pendekatan berbeda-beda untuk mengelola dan mencapai keselamatan.

1.12. Kebanyakan reaktor riset memiliki potensi bahaya yang kecil pada

masyarakat dibandingkan dengan reaktor daya, tetapi mereka mungkin memiliki

bahaya potensial lebih pada operator.

1.13. Lingkup, ekstensi dan rincian analisis keselamatan untuk reaktor riset

dengan daya rendah mungkin kurang dibanding yang disyaratkan untuk reaktor

riset dengan daya tinggi karena skenario kecelakaan tertentu mungkin tidak

berlaku atau mungkin membutuhkan analisis yang terbatas. Sebagai contoh,

penelaahan kecelakaan kehilangan air pendingin mungkin berbeda secara

signifikan bergantung pada daya dan rancangan reaktor. Paragraf 6.72-6.78

menetapkan persyaratan untuk linngkup, faktor dan proses yang

dipertimbangkan dalam analisis keselamatan.

1.14. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memutuskan apakah

persyaratan tertentu yang ditetapkan di sini dapat diabaikan dalam menerapkan

pendekatan gradasi mencakup:

(a) daya reaktor;

(b) suku sumber;

(c) jumlah dan pengayaan bahan fisil dan bahan dapat fisi;

5

(d) elemen bahan bakar bekas, sistem tekanan tinggi, sistem pemanasan

dan penyimpanan bahan dapat bakar, yang mungkin mempengaruhi

keselamatan reaktor;

(e) tipe elemen bahan bakar;

(f) tipe dan massa moderator, reflektor dan pendingin;

(g) besarnya reaktivitas yang dapat diintrodusir dan laju introduksinya,

kendali reaktivitas, fitur keselamatan melekat dan tambahan;

(h) kualitas struktur sungkup atau cara pengungkungan lain;

(i) penggunaan reaktor (piranti eksperimen, uji, eksperimen fisika reaktor);

(j) penapakan;

(k) kedekatan jarak dengan kelompok populasi.

STRUKTUR

1.15. Publikasi Persyaratan Keselamatan ini mencakup semua tahapan-

tahapan penting dalam masa hidup fasilitas reaktor riset, dari evaluasi tapak

hingga perancangan dan konstruksi, komisioning, operasi, termasuk

penggunaan dan modifikasi6, dan dekomisioning. Publikasi ini terdiri dari

delapan bagian, satu lampiran dan dua tambahan.

1.16. Bagian 2 memperkenalkan tujuan keselamatan umum, konsep dan prinsip

keselamatan instalasi nuklir dengan penekanan pada aspek keselamatan

radiasi dan keselamatan nuklir untuk reaktor riset. Pustaka [1] menguraikan

lebih lengkap isi Bagian ini .

1.17. Bagian 3 berhubungan dengan persyaratan umum untuk supervisi

regulatori sejauh hal itu relevan dengan reaktor riset, termasuk yang

berhubungan dengnan tahapan proses pelisensian untuk reaktor riset. Bagian

6 Modifikasi adalah perubahan yang dikehendaki atau penambahan pada konfigurasi reaktor

yang ada, dengan kemungkinan menimbulkan implikasi pada keselamatan, diharapkan

memungkinan untuk melanjutkan operasi reaktor. Hal ini mungkin melibatkan sistem

keselamatan, item atau sistem yang terkait keselamatan, prosedur, dokumentasi atau kondisi

operasi.

6

ini diurai lebih lengkap dalam publikasi Persyaratan Keselamatan lain dan

Panduan Keselamatan [2-7].

1.18. Bagian 4 berhubungan dengan persyaratan untuk topik yang berkaitan

dengan manajemen keselamatan, termasuk jaminan kualitas dan verifikasi

keselamatan. Bagian ini melingkupi aspek keselamatan umum instalasi nuklir

dan didasarkan pada standar keselamatan IAEA dan publikasi lain yang terkait

dengan keselamatan [1,7-10].

1.19. Bagian 5 menetapkan persyaratan yang berhubungan dengan evakuasi

dan seleksi tapak reaktor dan berhubungan dengn evaluasi tapak baru dan

tapak reaktor yang ada. Bagian ini didasarkan pada publikasi Persyaratan

Keselamatan Evaluasi Tapak untuk Instalasi Nuklir [11].

1.20. Bagian 6 menetapkan persyaratan untuk rancangan yang aman dari

semua tipe reaktor riset dengan pertimbangan seperti dinyatakan pada paragraf

1.97.

1.21. Bagian 7 menetapkan persyaratan untuk operasi aman reaktor riset,

termasuk komisioning, perawatan, penggunaan dan modifikasi. Persyaratan

dalam bagian ini ditampilkan secara rinci dari sudut pandang kondisi khusus

operasi reaktor riset dan kepentingan dari organisasi pengoperasi dan badan

pengawas. Bagian ini didasarkan pada pustaka [12-19] dan the Code on the

Safety of Research Reactors: Operation, Safety Series No. 35-S2, IAEA,

Vienna (1993).

1.22. Bagian 8 menetapkan persyaratan untuk komisioning reaktor riset yang

aman dengan dasar pustaka [16].

1.23. Lampiran memberikan daftar kejadian awal terpostulasi terseleksi yang

perlu dipertimbangkan dalam analisis keselamatan reaktor riset.

7 Bagian ini didasarkan pada Standar Keselamatan yang telah direvisi, Code on the safety of

Research Reactors: Design, Safety Series No. 35-S1, IAEA, Vienna (1993).

7

1.24. Akhirnya, dua tambahan memberikan daftar fungsi keselamatan sistem

keselamatan dan item terkait keselamatan lain yang biasanya tercakup dalam

rancangan reaktor riset, dan contoh aspek operational yang perlu mendapat

perhatian khusus.

2. TUJUAN, KONSEP DAN PRINSIP KESELAMATAN

2.1. Publikasi dasar-dasar keselamatan untuk keselamatan instalasi nuklir

diberikan secara lengkap dalam pustaka [1], sedang proteksi radiasi dan

keselamatan sumber radiasi pada pustaka [20]. Dalam dokumen tersebut

diberikan tujuan, konsep dan prinsip yang mendasari persyaratan untuk

meminimalkan risiko yang terkait dengan instalasi nuklir.

TUJUAN KESELAMATAN

2.2. Terdapat tiga tujuan keselamatan instalasi nuklir: yang pertama bersifat

umum, sedang yang dua lainnya merupakan pelengkap dan berhubungan

dengan proteksi radiasi dan aspek teknis dari keselamatan. Paragraf berikut ini

ditulis ulang dari pustaka [1].

“203. Tujuan Keselamatan Nuklir Umum: Melindungi individu, masyarakat

dan lingkungan dari kerusakan atau akibat buruk lain dengan menyiapkan

dan menjaga sistem pertahanan yang efektif di dalam instalasi nuklir

terhadap bahaya radiologis.

“204. Tujuan Keselamatan Nuklir Umum tersebut didukung oleh dua Tujuan

Keselamatan pelengkap yang berhubungan dengan proteksi radiasi dan

aspek teknis. Ketiganya saling terkait: aspek teknis bersama-sama dengan

tindakan administratif dan prosedural menjamin pertahanan terhadap

bahaya akibat radiasi pengion.

8

“205. Tujuan Proteksi Radiasi: Menjamin bahwa pada semua keadaan

operasi, paparan radiasi di dalam instalasi atau akibat pelepasan bahan

radioaktif dari instalasi yang telah direncanakan tetap dijaga di bawah batas

ditetapkan dan serendah yang dapat dicapai secara masuk akal serta

menjamin mitigasi konsekuensi radiologis akibat kecelakaan apapun.

“206. Tujuan Keselamatan Teknis: Mengambil tindakan praktis yang

secara teknis dapat dilakukan untuk mencegah kecelakaan di dalam

instalasi dan memitigasi konsekuensi seandainya kecelakaan terjadi;

menjamin dengan keyakinan tinggi bahwa untuk semua kemungkinan

kecelakaan yang dipertimbangkan dalam desain instalasi, termasuk yang

berkemungkinan sangat kecil, setiap konsekuensi radiologis akan kecil dan

di bawah batas ditetapkan; dan menjamin bahwa kemungkinan terjadinya

kecelakaan dengan konsekuensi radiologis serius adalah sangat rendah.

“207. Tujuan Keselamatan mensyaratkan bahwa instalasi nuklir dirancang

dan dioperasikan sedemikian sehingga menjaga semua sumber paparan

radiasi di bawah kendali teknis dan administratif yang ketat. Namun, Tujuan

Proteksi Radiasi tidak menutup adanya paparan terbatas ke masyarakat

atau pelepasan sejumlah bahan radioaktif dari instalasi yang secara legal

diizinkan selama operasi normal. Paparan dan pelepasan seperti itu

bagaimanapun juga harus dikendalikan secara ketat dan harus sesuai

dengan batas operasional dan standar proteksi radiasi.”

2.3. Meskipun berbagai tindakan telah dilakukan untuk membatasi paparan

radiasi dalam semua keadaan operasi pada tingkat serendah yang dapat

dicapai dan juga telah ada tindakan untuk meminimumkan kemungkinan

kecelakaan yang berakibat pada lepas kendali terhadap sumber radiasi,

kebolehjadian kecelakaan tetap saja ada, meskipun sangat-sangat kecil. Oleh

karena itu, tindakan mitigasi terhadap konsekuensi kecelakaan tetap harus pula

disiapkan. Tindakan tersebut di antaranya: fitur keselamatan terekayasa,

prosedur dalam-tapak yang ditetapkan oleh organisasi pengoperasi; dan

mungkin juga tindakan intervensi luar-tapak yang ditetapkan oleh otoritas

berwenang untuk mitigasi paparan radiasi jika kecelakaan terjadi.

9

KONSEP dan PRINSIP KESELAMATAN

2.4. Filosofi keselamatan yang diikuti untuk mencapai tujuan keselamatan

seperti dinyatakan dalam paragraf 203-205 pustaka [1] berhubungan dengan

konsep pertahanan berlapis (defence in depth) dan prinsip-prinsip keselamatan.

Prinsip keselamatan mencakup tiga area: pertahanan berlapis, persoalan

manajemen dan teknis. Ketiganya memandang tentang implementasi konsep

pertahanan berlapis, pembentukan infrastruktur legislatif dan regulatori, adopsi

tindakan-tindakan untuk manajemen dan verifikasi keselamatan, serta

pemakaian prinsip teknis dalam rancangan dan sepanjang masa hidup

instalasi. Berikut ini adalah rangkuman konsep dan prinsip keselamatan yang

menjadi dasar persyaratan untuk menjamin keselamatan reaktor riset dan

pendahuluan bagian-bagian dalam publikasi ini yang menetapkan persyaratan-

persyaratan keselamatan untuk reaktor riset.

KONSEP PERTAHANAN BERLAPIS8

2.5. Konsep pertahanan berlapis, seperti yang diaplikasikan dalam semua

aktivitas untuk keselamatan, baik organisasional, perilaku atau berhubungan

dengan rancangan, menjamin bahwa mereka memiliki sediaan tumpang-tindih

sedemikian sehingga jika sebuah kegagalan terjadi, hal itu akan dideteksi dan

dikompensasi atau dikoreksi dengan tindakan-tindakan yang tepat. Konsep

pertahan berlapis dielaborasi dalam pustaka [21, 23]. Dalam desain dan operasi

instalasi, aplikasi konsep pertahanan berlapis memberikan proteksi bertingkat

terhadap berbagai variasi transien, kejadian operasi terantisipasi dan

kecelakaan, termasuk yang diakibatkan oleh kegagalan komponen atau

tindakan manusia di dalam instalasi, maupun kejadian yang berasal dari luar

instalasi.

8 Konsep diadaptasi untuk reaktor riset dari Safety on Nuclear Power Plants: Design, Safety

Standard Series No. NS-R-1 [22].

10

2.6. Aplikasi konsep pertahanan berlapis dalam perancangan reaktor riset

memberikan seri tingkat pertahanan (fitur melekat, peralatan dan prosedur)

yang ditujukan untuk pencegahan kecelakaan dan menjamin proteksi yang

tepat dalam hal pencegahan tersebut gagal. Meskipun demikian, pertahanan

berlapis harus diaplikasikan dengan pertimbangan pendekatan gradasi seperti

dinyatakan dalam Bab 1 dan dengan kenyataan bahwa kebanyakan reactor

riset dengan daya rendah tidak cocok untuk aplikasi tingkat pertahanan kelima

atau bahkan tingkat keempat.

Tingkat pertahanan pertama bertujuan untuk mencegah terjadinya deviasi dari

operasi normal dan mencegah kegagalan sistem. Tujuan ini mengarahkan pada

persyaratan bahwa instalasi nuklir harus dirancang, dikonstruksi, dioperasikan

secara konservatif sesuai dengan tingkat kualitas dan praktek rekayasa yang

tepat, seperti misalnya penerapan redundansi, independensi dan keragaman.

Untuk mencapai tujuan tersebut, perhatian yang cermat harus dilakukan untuk

memilih program perhitungan komputer untuk perancangan dan bahan-bahan,

dan mengendalikan pabrikasi komponen, konstruksi, operasi dan perawatan

instalasi nuklir.

Tingkat pertahanan kedua bertujuan untuk mengendalikan (dengan deteksi dan

intervensi) deviasi dari keadaan operasi, seperti mencegah kejadian

operasional terantisipasi berkembang menjadi kondisi kecelakaan. Tujuan ini

didasarkan pada kesadaran terhadap fakta bahwa beberapa kejadian awal

terpostulasi mungkin terjadi pada suatu waktu selama masa hidup reaktor

meski telah dilakukan tindakan kehati-hatian untuk mencegahnya. Tingkat

pertahanan ini memerlukan tersedianya peralatan atau sistem spesifik, seperti

ditentukan dari analisis keselamatan, dan definisi prosedur pengoperasian

untuk mencegah atau meminimalkan kerusakan yang diakibatkan dari kejadian

awal terpostulasi tersebut.

Untuk tingkat pertahanan ketiga diasumsikan bahwa meskipun

kebolehjadiannya sangat kecil, eskalasi kejadian operasi terantisipasi atau

kejadian awal terpostulasi tertentu mungkin tidak dapat dihentikan oleh tingkat

pertahanan kedua, sehingga kejadian yang lebih serius dapat berlangsung.

11

Kejadian yang kecil kemungkinannya ini diantisipasi di dalam dasar rancangan

reaktor riset yang bersangkutan, fitur keselamatan melekat, desain gagal-aman,

peralatan dan prosedur tambahan disediakan untuk mengendalikan

konsekuensinya dan untuk mencapai kondisi yang stabil dan dapat diterima

menyusul kecelakaan seperti itu. Hal ini menjadi dasar persyaratan bahwa fitur

keselamatan terekayasa harus disediakan. Peralatan ini harus mampu

membawa reaktor riset ke keadaan terkendali dan selanjutnya ke keadaan

padam aman serta menjaga paling tidak satu barier untuk mengungkung bahan

radioaktif.

Tujuan tingkat pertahanan keempat berkaitan dengan kecelakaan yang

melampaui dasar rancangan (beyond design basis accident), dan untuk

menjamin bahwa pelepasan bahan radioaktif dijaga serendah mungkin. Tujuan

terpenting pada tingkat pertahanan ini adalah perlindungan fungsi

pengungkungan. Tujuan ini dapat dicapai dengan prosedur dan tindakan

pelengkap untuk mencegah perkembangan kecelakaan, dan dengan mitigasi

konsekuensi dari beberapa kejadian BDBA9 terseleksi, selain dari prosedur

darurat dan tindakan intervensi. Perlindungan yang diberikan oleh cara-cara

pengungkungan dapat didemonstrasikan dengan menggunakan metode

estimasi terbaik.

Tingkat pertahanan kelima dan terakhir disiapkan untuk mengantisipasi

pelepasan bahan radioaktif akibat kondisi kecelakaan yang mengakibatkan

kegagalan fungsi kungkungan. Hal ini menuntut penyediaan pusat

pengendalian darurat yang diperlengkapi secara mencukupi dan rencana

tanggap darurat dalam-tapak dan luar-tapak.

2.7. Konsep pertahanan berlapis diaplikasikan terutama berdasarkan hasil

analisis keselamatan dan penggunaan praktek rekayasa berdasarkan penelitian

dan pengalaman operasional. Analisis ini diterapkan dalam perancangan untuk

9 Istilah “kecelakaan parah” atau “manajemen kecelakaan”, seperti didefinisikan dalam Safety

Standards Series No. NS-R-1 [22], tidak digunakan dalam publikasi Persyaratan Keselamatan

ini

12

menjamin bahwa tujuan keselamatan telah terpenuhi. Hal ini dapat pula

mencakup review kritis sistematik tentang bagaimana cara struktur, sistem dan

komponen instalasi nuklir dapat mengalami kegagalan serta mengidentifikasi

konsekuensi kegagalan tersebut. Oleh karena itu, analisis keselamatan

memeriksa: (1) semua mode operasional normal yang direncanakan dalam

instalasi nuklir; dan kinerjanya pada (2) kejadian operasional terantisipasi, (3)

kondisi kecelakaan dasar rancangan (DBA) dan (4) sekuensi kejadian yang

dapat menggiring pada kondisi kecelakaan melampaui dasar rancangan

(BDBA). Persyaratan untuk analisis keselamatan dalam perancangan diberikan

pada paragraf 6.72 – 6.78. Analisis ini dikaji secara independen oleh organisasi

pengoperasi oleh badan pengawas (paragraf 2.8-2.10).

INFRASTRUKTUR LEGISLATIF dan REGULATORI

2.8. Untuk instalasi nuklir yang telah dibangun, dalam operasi atau

direncanakan untuk dibangun (atau dalam modifikasi), infrastruktur hukum

disyaratkan untuk dibentuk guna memberikan regulasi terhadap aktivitas dalam

bidang nuklir dan untuk penunjukan secara jelas tentang tanggungjawab

terhadap keselamatan. Pemerintah bertanggungjawab untuk mengadopsi

undang-undang yang menunjuk tanggung jawab utama keselamatan pada

organisasi pengoperasi dan membentuk badan pengawas yang

bertanggungjawab atas sistem perizinan (lihat Glosari), untuk pengendalian

regulatori aktivitas nuklir dan untuk penegakan regulasi. Prinsip-prinsip ini

dituangkan dalam Bagian 3 (prinsip 1 hingga 3) dari Safety of Nuclear

Installation [1] dan dikutip di bawah ini:

(1) “Pemerintah harus membentuk kerangka legislatif dan hukum untuk

regulasi instalasi nuklir. Dalam kerangka tersebut, harus ada pemisahan

tanggung jawab yang jelas antara badan pengawas dan organisasi

pengoperasi.

(2) “Tanggung jawab utama untuk keselamatan diberikan pada organisasi

pengoperasi.

(3) “Badan pengawas harus benar-benar independen terhadap organisasi

atau badan yang ditugasi untuk promosi atau untuk menggunakan

13

energi nuklir. Badan pengawas harus memiliki tanggung jawab dalam

perizinan, inspeksi dan penegakan hukum dan harus memiliki

kewenangan, kompetensi dan sumber daya mencukupi untuk

menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Badan pengawas

harus tidak mendapat tanggung jawab lain yang akan merancukan atau

bertentangan dengan tanggung jawabnya dalam keselamatan”.

2.9. Persyaratan umum untuk memenuhi prinsip-prinsip tersebut diberikan

dalam Legal and Governmental Infrastructure for Nuclear, Radiation,

Radioactive Waste and Transport Safety [2]. Publikasi Persyaratan

Keselamatan ini menetapkan persyaratan-persyaratan untuk pengembangan

infrastruktur hukum dalam menetapkan badan pengawas dan tindakan lain

untuk mencapai pengendalian regulatori yang efektif atas fasilitas dan aktivitas

nuklir. Fasilitas dan aktivitas tersebut mencakup reaktor nuklir daya

(Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, PLTN) dan reaktor nuklir lain seperti halnya

reaktor riset (lihat Glosari). Persyaratan tersebut juga berlaku untuk infrastruktur

pemerintahan dan hukum secara umum dalam hal keselamatan reaktor riset

selama seleksi tapak, perancangan, konstruksi, komisioning, operasi,

pemanfaatan, modifikasi dan dekomisioning.

2.10. Pengendalian dari aspek regulasi terhadap keselamatan dilaksanakan

terutama melalui penerbitan dokumen lisensi (izin) resmi dari pemerintah,

biasanya per tahapan kegiatan, yang berisi otorisasi untuk melaksanakan

kegiatan (proyek) reaktor riset dan memberikan kondisi-kondisi bagi pemegang

lisensi10 (lihat Glosari). Tugas utama badan regulasi adalah memutuskan

apakah permohonan lisensi dapat dikabulkan atau tidak. Keputusan itu diambil

berdasarkan hasil review dan penilaian proposal yang diajukan oleh organisasi

pengoperasi. Salah satu cara yang dilakukan oleh organisasi pengoperasi

untuk menunjukkan bahwa persyaratan keselamatan telah dipenuhi adalah

melalui informasi yang termuat dalam Laporan Analisis Keselamatan (LAK).

10 Pemegang lisensi adalah pemegang lisensi terkini yang dikeluarkan oleh badan pengawas

yang menjamin otorisasi untuk melaksanakan aktivitas tertentu terkait dengan fasilitas reaktor

riset. Pemohon menjadi pemegang lisensi setelah menerima lisensi dari badan pengawas.

14

Informasi yangtermuat dalam LAK juga merupakan dasar utama bagi badan

pengawas untuk memutuskan perizinan instalasi nuklir dan merupakan

persyaratan bagi instalasi nuklir untuk diizinkan dan diinspeksi. Isi LAK mungkin

berbeda di antara Negara Anggota tergantung pada sistem perundangan dan

hukum yang khas di Negara Anggota tersebut. Bagian 3 menetapkan

persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyiapan, penyampaian dan evaluasi

informasi yang ada di dalam LAK. Dalam persyaratan tersebut dinyatakan

bahwa kedalaman informasi dalam LAK harus sesuai dengan bahaya potensial

yang terkait dengan instalasi nuklir dimaksud dan tahapan dari proses

perizinannya. Panduan untuk memenuhi persyaratan tersebut diberikan dalam

Safety Assessment of Research Reactors and Preparation of the Safety

Analysis Report [7].

MANAJEMEN KESELAMATAN

2.11. Manajemen keselamatan berhubungan dengan semua prinsip

manajemen pada umumnya, termasuk manajemen personil, yang menjadi

dasar untuk tindakan yang disyaratkan dalam menjamin dipertahankannya

keselamatan pada tingkat yang dapat diterima sepanjang masa hidup instalasi,

termasuk dekomisioning. Titik mula manajemen keselamatan adalah manajer

senior pada semua organisasi terkait. “Prinsip-prinsip manajemen keselamatan

berlaku secara luas untuk semua organisasi. Jadi, praktek-praktek yang

diuraikan untuk organisasi pengoperasi berlaku, sejauh relevan, untuk

organisasi lain yang memiliki tanggung jawab keselamatan” (pustaka [1],

paragraf 402). Prinsip manajemen keselamatan diberikan pada Bagian 4

(Prinsip 4 hingga 8) pustaka [1] dan dikutip di bawah ini:

(1) “Organisasi yang terlibat dalam aktivitas yang penting untuk

keselamatan harus menetapkan kebijakan yang memberikan hal-hal

terkait dengan keselamatan prioritas tertinggi, dan harus menjamin

bahwa kebijakan tersebut diterapkan dalam sebuah struktur manajerial

yang memberikan secara jelas pembagian tanggung jawab dan jalur

komunikasi.

15

(2) “Organisasi yang terlibat dalam aktivitas yang penting untuk

keselamatan harus menetapkan dan menerapkan program jaminan

kualitas yang tepat [lihat catatan kaki 14] yang diberlakukan sepanjang

masa hidup instalasi, dari penapakan dan perancangan hingga

dekomisioning.

(3) “Organisasi yang terlibat dalam aktivitas yang penting untuk

keselamatan harus menetapkan bahwa tersedia sejumlah staf yang

secara tepat dilatih dan diberi kewenangan untuk bekerja dengan

prosedur yang telah disetujui dan divalidasi.

(4) “Kemampuan dan keterbatasan kinerja manusia harus dipertimbangkan

dalam semua tahapan kegiatan sepanjang masa hidup instalasi.

(5) “Rencana kedaruratan untuk situasi kecelakaan harus disiapkan dan

diujicobakan secara tepat oleh semua organisasi terkait. Kemampuan

untuk menerapkan rencana kedaruratan harus dipersiapkan sebelum

beroperasinya instalasi.”

2.12. Manajemen keselamatan dalam instalasi dapat berjalan efektif jika

organisasi pengoperasi menerapkan dan mengembangkan budaya

keselamatan pada tingkat yng tinggi. Budaya keselamatan akan berpengaruh

pada tindakan dan interaksi semua individu dan organisasi yang terlibat dalam

aktivitas yang berkaitan dengan teknologi nuklir. Konsep budaya keselamatan

diuraikan dalam pustaka [8] yang menetapkan kondisi dalam tiga tingkatan: (a)

pada tingkat kebijakan; (b) untuk manajer; dan (c) untuk individu. Prinsip lain

yang ada dalam paragraf 2.11 mengacu pada tanggung jawab yang lain dari

organisasi pengoperasi terhadap keselamatan. Persyaratan umum dan khusus

dalam kaitan dengan organisasi dan tanggung jawab, pelatihan pegawai, faktor

manusia dan kesiapsiagaan kedaruratan untuk reaktor riset ditetapkan di

bagian 4 dan 7.

2.13. Persyaratan-persyaratan umum untuk memenuhi prinsip dalam program

jaminan kualitas ditetapkan dalam IAEA Code and Safety Guides on Quality

Assurance for Safety in Nuclear Power Plants and Other Nuclear Installations

[9] (lihat catatan kaki 14). Sementara beberapa persyaratan ini dituliskan dalam

16

bagian 4, publikasi Persyaratan Keselamatan ini juga mencakup persyaratan

khusus jaminan kualitas untuk reaktor riset nuklir.

2.14. Pencegahan kecelakaan merupakan prioritas pertama bagi perancang

reaktor dan organisasi perngoperasi. Walau demikian, kecelakaan dapat saja

terjadi, meskipun probabilitasnya sangat kecil. Oleh karena itu, organisasi

pengoperasi harus menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk menyediakan

prosedur efektif dan rencana serta kesiapsiagaan kedaruratan guna mengatasi

kecelakaan tersebut. Kemampuan untuk menerapkan rencana kedaruratan

harus dilatih secara teratur pada tingkat yang diperlukan untuk menjamin

kesiapsiagaan organisasi pengoperasi. Persyaratan untuk rencana kedaruratan

diberikan pada bagian 7.

VERIFIKASI KESELAMATAN

2.15. Prinsip verifikasi keselamatan dinyatakan dalam pustaka [1] (prinsip 24

dan 25) yang dikutip di bawah ini:

(1) (24)”Organisasi pengoperasi harus melakukan verifikasi dengan cara

analisis, pengamatan, pengujian dan inspeksi untuk memastikan

bahwa kondisi fisik instalasi dan operasinya berlangsung sesuai

dengan kondisi dan batas operasi, persyaratan keselamatan dan

analisis keselamatan.

(2) (25)”Pengkajian ulang keselamatan instalasi secara sistematik

sesuai dengan persyaratan regulatori harus dilaksanakan sepanjang

masa hidup operasionalnya, dengan pertimbangan atas pengalaman

pengoperasian dan informasi keselamatan terbaru yang signifikan

dari semua sumber relevan”.

2.16. Kegiatan dalam pengkajian periodik sistematik mencakup, antara lain

tinjau ulang periodik seperti tinjau ulang kaji-diri dan peer review11 untuk

11 Peer review adalah satu tinjau ulang (review) yang dilakukan oleh sebuah tim pakar

independen dengan kompetensi dan pengalaman teknis dalam bidang yang dievaluasi.

17

mengonfirmasi bahwa LAK dan dokumen terkait lain (seperti dokumen untuk

batas dan kondisi operasional (BKO), perawatan dan pelatihan) untuk instalasi

tetap sahih; atau, jika perlu, untuk membuat perbaikan. Dalam tinjau ulang

tersebut, efek kumulatif modifikasi, perubahan prosedur, penuaan komponen,

penggunaan umpan balik dari pengalaman operasi dan perkembangan teknis

perlu diperhatikan dan hal itu perlu diverifikasi bahwa SSK dan perangkat lunak

terseleksi memenuhi persyaratan. Persyaratan spesifik tentang topik-topik

tersebut untuk reaktor riset ditetapkan pada bagian 4 (untuk lingkup dan

kegunaan umum) dan 7 (untuk masalah operasional).

ASPEK TEKNIS dari KESELAMATAN

2.17. Terdapat berbagai prinsip teknis yang penting untuk keberhasilan

penerapan teknologi keselamatan pada instalasi nuklir. Prinsip-prinsip tersebut

dinyatakan dalam bagian 5 (paragraf 9-23) pustaka [1] dan berkaitan dengan:

seleksi dan evaluasi tapak (prinsip 9); perancangan dan konstruksi (prinsip 10-

15); komisioning (prinsip 16); operasi dan perawatan (prinsip 17-21);

pengelolaan limbah radioaktif dan dekomisioning instalasi nuklir (prinsip 22-23).

Paragraf berikut ini merangkum prinsip-prinsip tersebut:

2.18. Dari bagian 5 pustaka [1]

(1) “Seleksi tapak harus mempertimbangkan fitur relevan yang akan dapat

mempengaruhi keselamatan instalasi, atau dipengaruhi oleh instalasi,

dan kelayakan pelaksanaan rencana kedaruratan. Semua aspek harus

dievaluasi untuk proyeksi masa hidup instalasi dan di evaluasi ulang

seperlunya untuk menjamin kemamputerimaan secara

Penghakiman didasarkan pada kombinasi kepakaran anggota tim. Tujuan, lingkup dan ukuran

tim tinjau ulang disesuaikan dengan topik tinjau ulang. Satu tinjau ulang bukan suatu inspeksi

atau audit terhadap standard tertentu, akan tetapi merupakan pembandingan secara

komprehensif antara praktek yang diterapkan oleh organisasi pengoperasi dengan praktek-

praktek yang secara internasional telah diterima dengan baik, dan dengan pertukaran

pertimbangan pakar.

18

berkesinambungan atas keselamatan faktor-faktor yang terkait dengan

tapak.”

Tapak potensial harus dievaluasi untuk faktor-faktor yang berkaitan dengan

alam dan ulah manusia yang akan berdampak negatif terhadap keselamatan

instalasi. Sebaliknya, pengaruh instalasi ke populasi sekitar dan ke lingkungan,

seperti akibat penggunaan tanah dan air, harus juga dievaluasi. Dasar seleksi

tapak untuk reaktor riset bergantung pada banyak hal, termasuk pada

rancangan reaktor dan pemanfaatannya sesuai yang direncanakan. Beberapa

reaktor riset daya rendah mungkin hanya menuntut batasan-batasan tapak

yang minimal. Reaktor riset yang dirancang untuk mencapai tingkat daya

signifikan dan untuk digunakan pengujian eksperimental ekstensif akan

memerlukan persyaratan tapak dan rancangan yang lebih ketat, seperti

ditetapkan dalam pustaka [1]. Persyaratan umum dan khusus untuk memenuhi

prinsip-prinsip di atas ditetapkan pada bagian 5 publikasi ini.

2.19. Prinsip-prinsip untuk perancangan dan konstruksi instalasi nuklir

ditetapkan pada bagian 5 pustaka [1] dan dikutip ulang di bawah ini:

(1) “Rancangan harus menjamin bahwa instalasi nuklir sesuai untuk operasi

yang andal, stabil, dan mudah dikelola. Sasaran utama adalah

pencegahan kecelakaan.

(2) “Rancangan harus mencakup aplikasi prinsip pertahanan berlapis

secara tepat sehingga terdapat beberapa tingkat perlindungan dan

barier ganda untuk mencegah pelepasan bahan radioaktif, dan untuk

menjamin bahwa kegagalan atau kombinasi kegagalan yang dapat

mendorong pada konsekuensi radiologis signifikan memiliki

kemungkinan yang sangat kecil.

(3) “Teknologi yang diterapkan dalam rancangan harus teruji atau

terkualifikasi dengan pengalaman atau pengujian atau keduanya.

(4) “Pertimbangan secara sistematik terhadap faktor manusia dan antar

muka mesin-manusia harus dicakup dalam semua tahap perancangan

dan dalam pengembangan persyaratan operasional terkait.

19

(5) “Paparan radiasi ke pekerja tapak dan pelepasan bahan radioaktif ke

lingkungan harus dibuat oleh design sehingga serendah mungkin dapat

dicapai secara masuk akal.

(6) “Pengkajian keselamatan komprehensif dan verifikasi independen harus

dilaksanakan untuk memastikan bahwa rancangan instalasi akan

memenuhi tujuan dan persyaratan keselamatan, sebelum organisasi

pengoperasi menyelesaikan permohoanan izin ke badan pengawas.”

2.20. Untuk menyesuaikan dengan tujuan keselamatan dinyatakan dalam

paragraf 2.2, rancangan dan konstruksi instalasi nuklir harus menjamin: (a)

batasan paparan radiasi, pelepasan radioaktif dan produksi limbah radioaktif

dalam semua keadaan operasional, sejauh mungkin dapat dicapai secara

masuk akal; (b) pencegahan kecelakaan yang dapat memberi dampak pada

pekerja tapak, masyarakat dan lingkungan; dan (c) pembatasan dan mitigasi

konsekuensi kecelakaan jika itu hal terjadi. Sebagai kinsekuensi, rancangan

harus menggunakan atau menerapkan:

(a) komponen, sistem dan struktur dengan keandalan tinggi;

(b) pertimbangan khusus untuk meminimalkan paparan radiasi ke

pekerja;

(c) klasifikasi struktur, sistem dan komponen (SSK), termasuk

perangkat lunak dan item yang penting untuk keselamatan lain,

secara tepat dengan dasar keutamaan pada keselamatannya;

(d) kriteria kegagalan tunggal untuk menjamin bahwa tidak ada

kegagalan tunggal atau tindakan perawatan tunggal atau tindakan

manusia tunggal yang lain yang dapat menggagalkan fungsi

keselamatan;

(e) fitur untuk meminimalkan kemungkinan kegagalan bersumber dari

sebab sama dengan cara independensi, separasi fisik dan

keberagaman peralatan;

(f) teknologi yang teruji, atau terkualifikasi oleh pengalaman atau

pengujian atau keduanya, dan yang memenuhi aturan atau kriteria

konservatif dengan marjin keselamatan yang tepat;

(g) fitur keselamatan melekat dan terekayasa yang tepat;

20

(h) konsep rancangan gagal-aman sepanjang dapat diaplikasikan.

Beberapa item di atas, seperti (e), (f), (g) dan (h), mungkin tidak dapat berlaku

untuk peralatan eksperimental. Rancangan juga harus mempertimbangkan

kemampuan kinerja personil pengoperasian dan perawatan. Perhatian pada

faktor manusia akan menjamin bahwa instalasi bersifat toleran terhadap

kesalahan manusia. Di antara elemen yang tepat untuk meminimalkan

kesalahan manusia adalah: aplikasi secara sistematik prinsip-prinsip ergonomi

pada sistem rekayasa yang relevan; penyediaan kendali otomatis, sistem

peringatan dini dan proteksi; eliminasi tindakan manusia yang merancukan

keselamatan; tampilan data secara jelas; dan komunikasi yang andal (lihat juga

paragraf 2.23).

2.21. Konstruksi instalasi harus dimulai hanya setelah organisasi pengoperasi

telah puas melalui cara verifikasi bahwa hal-hal utama yang terkait dengan

keselamatan dalam rancangan telah diselesaikan; dan setelah badan

pengawas puas, melalui cara tinjau ulang dan pengkajian, atas kecukupan

analisis keselamatan yang dilaporkan, dan kecukupan program pengaturan,

prosedur dan jaminan kualitas yang diusulkan untuk menerapkan rancangan

dalam konstruksi. Dalam konteks ini, yang bertanggung jawab untuk menjamin

bahwa konstruksi sejalan dengan rancangan dan dengan program jaminan

kualitas tetap berada pada organisasi pengoperasi. Persyaratan umum dan

khusus untuk aspek-aspek teknis rancangan dan konstruksi reaktor riset

dicakup dalam bagian 6.

2.22. Organisasi pengoperasi harus menetapkan organisasi yang tepat dan

cukup untuk mengoperasikan instalasi nuklir yang harus melaksanakan proses

komisioning secara tepat. Kegunaan komisioning adalah untuk

mendemonstrasikan bahwa spesifikasi rancangan instalasi telah dipenuhi dan

bahwa instalasi yang telah diselesaikan dapat melayani secara memuaskan.

Dari bagian 5 pustaka [1]:

(1) “Persetujuan khusus dari badan pengawas harus diperoleh sebelum

dimulainya operasi normal dengan dasar analisis keselamatan yang

21

tepat dan program komisioning. Program komisioning harus memberikan

bukti bahwa instalasi telah dikonstruksi secara konsisten berdasarkan

persyaratan rancangan dan keselamatan. Prosedur pengoperasian

harus divalidasi sejauh dapat dipraktekkan sebagai bagian dari program

komisioning dengan partisipasi dari calon staf pengoperasi.”

Persyaratan yang berkaitan dengan program komisioning reaktor riset diberikan

pada bagian 7.

2.23. Prinsip untuk operasi dan perawatan instalasi nuklir ditetapkan dalam

bagian 5 pustaka [1] dan ditulis ulang di bawah ini:

(1) “ Sekumpulan batas dan kondisi operasional yang diturunkan dari

analisis keselamatan, pengujian dan sederetan pengalaman operasional

harus didefinisikan untuk mengidentifikasi batas-batas aman untuk

operasi. Analisis keselamatan, batas dan prosedur pengoperasian harus

direvisi sepanjang diperlukan jika instalasi dimodifikasi.

(2) “Operasi, inspeksi, pengujia dan perawatan serta fungsi pendukung

harus dilaksanakan oleh sejumlah cukup personil yang diberi wewenang

dan dilatih secara cukup sesuai dengan prosedur yang disetujui.

(3) “Dukungan rekayasa dan teknis dengan kompetensi di semua disiplin

yang penting untuk keselamatan harus tersedia selama masa hidup

instalasi.

(4) “Organisasi pengoperasi harus menetapkan prosedur terdokumentasi

dan disetujui sebagai dasar respon operator terhadap kejadian

operasional terantisipasi dan kecelakaan.

(5) “Organisasi pengoperasi harus melaporkan insiden yang signifikan

untuk keselamatan kepada badan pengawas. Organisasi pengoperasi

dan badan pengawas harus menetapkan program pelengkap untuk

menganalisis pengalaman operasi guna menjamin bahwa pengalaman

tersebut telah dipelajari dan dilaksanakan berdasarkannya. Pengalaman

seperti itu harus dibagi dengan badan nasional dan internasional lain.”

22

Operasi instalsi harus dikendalikan sesuai dengan sekumpulan BKO,

diturunkan dari analisis keselamatan, yang mengidentifikasi batas operasi

aman. Dukungan teknis berkompeten untuk operasi instalasi harus tersedia.

Operasi instalasi harus dilaksanakan oleh personil yang diberi wewenang dan

dilatih secara cukup sesuai dengan prosedur operasi tertulis dan teruji untuk

operasi normal dan kejadian operasional terantisipasi. Sebuah program jaminan

kualitas (lihat catatan kaki 14) harus ditetapkan. Prosedur untuk mengelola

kecelakaan harus tersedia di tempat. Instalasi harus secara teratur diinspeksi,

diuji dan dirawat sesuai dengan program yang telah disetujui yang diterapkan

mengikuti prosedur untuk menjamin bahwa SSK senantiasa tersedia dan dapat

dioperasikan sesuai keinginan dan mereka dijaga kemampuannya untuk

memenuhi tujuan rancangan dan persyaratan analisis keselamatan. Sebuah

program untuk pemanfaatan dan modifikasi instalasi secara aman harus

tersedia. Tinjau ulang periodik harus dilakukan untuk menjamin bahwa LAK,

BKO dan prosedur pengoperasian tetap sahih, dengan pertimbangan isu

operasional terkini seperti hal-hal yang terkait dengan penuaan, pengalaman

operasi dan standar keselamatan yang tengah dipakai. Paparan radiasi pada

personil tapak dan pelepasan bahan radioaktif ke lingkungan harus

diminimalkan dan dikendalikan sejauh dapat dicapai secara masuk akal.

Organisasi pengoperasi harus menetapkan sebuah program untuk

pengumpulan dan analisis pengalaman operasi. Informasi yang signifikan untuk

keselamatan harus didiseminasikan kepada semua pihak terkait. Persyaratan

umum dan khusus untuk operasi dan perawatan reaktor riset nuklir diberikan

pada bagian 7.

2.24. Prinsip-prinsip pengelolaan limbah radioaktif dan untuk dekomisioning

instalasi nuklir diberikan pada bagian 5 pustaka [1] dan dikutip di bawah ini:

(1) “Pembangkitan limbah radioaktif, dalam hal aktivitas dan volume, harus

dipertahankan sekecil mungkin yang dapat dipraktekkan dengan

tindakan-tindakan perancangan yan gtepat dan praktek pengoperasian.

Pengolahan limbah dan penyimpanan interim harus dikendalikan secara

ketat konsisten dengan persyaratan untuk pembuangan akhir aman.

23

(2) “Rancangan sebuah instalasi dan program dekomisioning harus

mempertimbangkan kebutuhan untuk membatasi paparan selama

dekomisioning hingga serendah mungkin yang dapat dicapai secara

masuk akal. Sebelum aktivitas dekomisioning dimulai, program

dekomisioning harus disetujui oleh badan pengawas.”

Persyaratan umum dan panduan untuk manjemen limbah dan dekomisioning

instalasi nuklir ditetapkan dalam berbagai dokumen IAEA Safety Standards.

Prinsip, konsep dan tujuan manajemen limbah radioaktif ditetapkan dalam

pustaka [17]. Persyaratan untuk pembuangan bahan radioaktif dan

pembuangan limbah radioaktif, termasuk dekomisioning, ditetapkan dalam

pustaka [14]. Panduan pendukung diberikan pada pustaka [13, 16]. Persyaratan

khusus untuk manajemen limbah radioaktif dan untuk hal yang berhubungan

dengan dekomisioning reaktor riset dicakup dalam bagian 7 dan 8.

3. SUPERVISI REGULATORI

UMUM

3.1. Bagian ini memberikan persyaratan yang berkaitan dengan aspek umum

dari infrastruktur pemerintahan dan hukum untuk keselamatan reaktor riset.

Persyaratan yang berlaku untuk supervisi regulatori fasilitas nuklir diberikan

dalam pustaka [2]. Panduan untuk bagaimana memenuhi persyaratan tersebut

diberikan dalam Safety Guide terkait [3-6].

INFRASTRUKTUR HUKUM

3.2. Pemerintah harus menjamin tersedianya infrastruktur hukum yang cukup

dan dasar regulatori untuk mengkaji keselamatan reaktor riset. Pemerintah

bertanggung jawab untuk mengadopsi legislasi yang diperlukan yang akan

menunjuk tanggung jawab utama keselamatan pada organisasi pengoperasi.

“Rejim regulatori harus terstruktur dan diberi sumber sesuai dengan besarnya

24

potensi dan sifat bahaya yang dikendalikan” (pustaka 2, paragraf 2.1). Legislasi

ini harus memberikan penetapan dan penjagaan badan pengawas “yang harus

independen terhadap organisasi atau badan yang ditugasi untuk promasi

teknologi nuklir atau bertanggung jawab atas fasilitas atau aktivitas” (pustaka

[2], paragraf 2.2(2)),

BADAN PENGAWAS

3.3. Supaya efektif, badan pengawas harus dibentuk dengan kekuatan hukum

dan kewenangan yang sah yang diperlukan untuk menjamin bahwa badan

pengawas dapat melaksanakan tanggung jawabnya dan memenui fungsinya.

Kekuasaan seperti itu pada umumnya mencakup otoritas untuk meninjau ulang

dan mengkaji informasi terkait keselamatan yang disampaikan oleh organisasi

pengoperasi selama proses perizinan dan untuk menerapkan aturan yang

relevan (misalnya dengan menerbitkan, mengamandemen atau mencabut

lisensi atau kondisi lisensi), termasuk melaksanakan inspeksi dan audit,

mengambil tindakan penegakan dan memberikan informasi kepada otoritas

berkompeten lain atau publik dengan informasi secara tepat.

PROSES PERIZINAN

Umum

3.4. Proses perizinan mungkin bervariasi di antara Negara Anggota tetapi

dalam semua kasus tahap-tahap utama proses perizinan untuk reaktor riset

nuklir harus mencakup regulasi:

(a) evaluasi tapak;

(b) perancangan dan konstruksi;

(c) komisioning;

(d) operasi, termasuk pemanfaatan dan modifikasi12;

(e) dekomisioning

12 Meskipun pemanfaatan dan modifikasi reaktor riset adalah aktivitas yang normalnya tercakup

dalam operasi, keduanya dapat dipertimbangkan sebagai tahapan terpisah dalam proses

perizinan karena impilkasi keselamatannya memerlukan sejumlah besar kegiatan tinjau ulang

dan pengkajian yang diulang beberapa kali selama masa hidup reaktor.

25

3.5. Proses perizinan adalah proses berjalan, dimulai dari tahap evaluasi tapak

berlanjut hingga dan mencakup dekomisioning reaktor riset. Sementara proses

perizinan bervariasi di antara Negara Anggota, tindakan perizinan formal

pertama adalah pemberian wewenang (otorisasi) konsep keselamatan dan

rancangan serta penerbitan lisensi konstruksi untuk tapak yang dievaluasi.

Dalam beberapa kasus, hanya diterbitkan satu lisensi tunggal untuk proyek,

tetapi ada berbagai kondisi disertakan pada lisensi tersebut untuk pengendalian

sepanjang urutan tahap-tahap dalam proyek itu (lihat lampiran dalam pustaka

[6]). Meski adanya perbedaan dalam praktek-praktek di masing-masing negara,

demonstrasi rinci tentang keselamatan dalam bentuk LAK, yang mencakup

analisis keselamatan secara lengkap, harus disampaikan koleh organisasi

pengoperasi ke badan pengawas. LAK harus ditinjau ualng dan dikaji oleh

badan pengawas sebelum proyek diotorisasi untuk dilanjutkan pada tahap

berikutnya. Hubungan erat antara badan pengawas dan organisasi pengoperasi

harus dipertahankan selama keseluruhan proses supervisi regulatori untuk

instalasi yang ditinjau.

Laporan Analisis Keselamatan

3.6. LAK harus disiapkan oleh organisasi pengoperasi untuk pembenaran tapak

dan rancangan dan harus menjadi dasar untuk operasi reaktor riset secara

aman. LAK adalah ikatan yang penting antara organisasi pengoperasi dan

badan pengawas karena LAK merupakan dokumen utama untuk perizinan

reaktor. LAK harus diperbarui selama masa hidup operasi reaktor dengan dasar

pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dan sesuai dengan persyaratan

regulatori. Panduan lebih lanjut dalam hal penyiapan dan pengkajian LAK

ditampilkan dalam pustaka [7].

3.7. LAK harus memberikan uraian rinci tentang tapak reaktor, reaktor,

peralatan eksperimental dan semua fasilitas yang lain dan aktivitas yang

memiliki pengaruh pada keselamatan. LAK harus memberikan uraian rinci

tentang prinsip keselamatan umum dan kriteria yang diterapkan pada

26

rancangan untuk perlindungan reaktor, personil pengoperasi13, masyarakat dan

lingkungan. LAK harus menganalisis sekuensi kecelakaan dan harus

menguraikan fitur keselamatan yang diterapkan pada rancangan untuk

menghindari atau meminimalkan kemungkinan terjadinya kecelakaan, atau

untuk memitigasi konsekuensinya melalui prosedur perancangan dan

pengoperasian.

3.8. LAK harus menjadi dasar untuk menetapkan BKO reaktor. LAK juga harus

memberikan rincian seperti bagaimana organisasi pengoperasi bermaksud

untuk mengorganisir dan menjalankan operasi dan seperti program jaminan

kualitas (lihat catatan kaki 14) untuk semua tahap dalam hidup reaktor,

termasuk perancangan dan konstruksi. LAK juga harus memberikan rincian

rencana kedaruratan dalam reaktor riset.

3.9. Di luar item yang dibicarakan pada paragraf 3.7 dan 3.8, LAK harus

mencakup informasi tambahan seperti yang ditetapkan dalam legislasi nasional

dan oleh badan pengawas. Panduan tentang informasi yang harus dicakup

dalam LAK pada umumnya ditampilkan pada pustaka [7]. Tingkat kerincian

informasi yang ditampilkan dalam LAK harus ditentukan sesuai dengan jenis,

karakteristik (rancangannya, daya dan tingkat pemanfaatan) dan tapak reaktor.

Untuk reaktor yang memiliki tingkat daya lebih tinggi, skenario kecelakaan pada

umumnya menuntut uraian yang lebih rinci baik untuk tapak maupun fitur

keselamatan untuk perlindungan terhadap setiap pelepasan bahan radioaktif

yang signifikan ke lingkungan. Untuk beberapa reaktor (misalnya perangkat

kritis atau reaktor daya rendah) persyaratan untuk analisis keselamatan

mungkin kurang ekstensif (lihat juga paragraf 1.13). Meskipun demikian, karena

LAK adalah satu-satunya dokumen komprehensif yang dibuat terkait dengan

keselamatan fasilitas, setiap topik yang dibahas pada paragraf 3.6-3.8 harus

dipertimbangkan dalam LAK.

13 Personil pengoperasi mencakup manajer reaktor, supervisor, operator, staf perawatan dan

staf proteksi radiasi.

27

3.10. LAK harus menyitir literatur teknik dalam bentuk acuan yang mungkin

diperlukan untuk proses tinjau ulang dan pengkajian mendalam. Bahan acuan

tersebut harus tersedia untuk badan pengawas dan harus tidak merupakan

bahan terklasifikasi atau terbatas sehingga menghalangi pelaksanaan tinjau

ulang dan kajian secara memadai.

Tinjau Ulang dan Pengkajian oleh Badan Pengawas

3.11. Suatu tinjau ulang dan pengkajian informasi (biasanya dalam bentuk LAK)

yang dikeluarkan oleh organisasi pengoperasi sebagai pendukung aplikasi

lisensi harus dilaksanakan oleh badan pengawas untuk menentukan apakah

fasilitas yang diusulkan dapat ditempatkan, dikonstruksi, dikomisioning,

dioperasikan, digunakan, dimodifikasi dan didekomisioning tanpa risiko

radiologis berlebihan bagi personil dalam tapak, masyarakat dan lingkungan.

Tinjau ulang dan pengkajian harus dilaksanakan sesuai dengan tingkat bahaya

yang terkait dengan reaktor riset (lihat juga paragraf 1.11-1,14). Dalam

kerangka tujuan umum ini, tinjau ualng dan pengkajian harus memiliki tujuan

khusus sebagai berikut:

(a) Untuk menentukan apakah tapak memadai untuk tipe, daya dan

penggunaan fasilitas reaktor riset yang diusulkan.

(b) Untuk menentukan sebelum konstruksi apakah rancangan fasilitas yang

diusulkan (sistem atau modifikasi) memenuhi persyaratan badan

pengawas dan untuk memperkuat persyaratan atau kondisi lanjut lain

yang mungkin dianggap perlu oleh badan pengawas.

(c) Untuk menentukan apakah pemohon izin memiliki kemampuan,

kenadalan, sumber daya, struktur organisasi dan personil berkompeten

untuk memenuhi persyaratan regulatori; khususnya, apakah personil

yang harus terlisensi untuk bekerja di fasilitas telah menerima pelatihan

secara tepat dan cukup dan telah pula memiliki lisensi.

(d) Untuk menentukan apakah konstruksi tetap konsisten dengan

persyaratan badan pengawas.

(e) Untuk menentukan apakah program komisioning telah cukup dan

apakah hasilnya sesuai dengan yang dimaksud dalam rancangan.

28

(f) Untuk menentukan apakah BKO, termasuk tindakan yang perlu

dilakukan ketika batas keselamatan atau kondisi pembatasan dilanggar,

dibenarkan dan konsisten dengan persyaratan regulatori dan apakah

tingkat keselamatan yang memadai dapat dijamin.

(g) Untuk menentukan apakah operasi, pemanfaatan, dan prosedur untuk

modifikasi fasilitas memenuhi persyaratan badan pengawas.

(h) Untuk menentukan apakah prosed dekomisioning yang diusulkan

memenuhi persyaratan regulatori.

(i) Untuk menjamin bahwa semua aktivitas perancangan dan operasional

dilaksanakan dengan cara yang memudahkan proses dekomisioning.

(j) Untuk menjamin bahwa instrumen finansial untuk dekomisioning

tersedia.

(k) Untuk menentukan apakah laporan rangkuman periodik dan laporan

insiden telah sesuai dengan persyaratan regulatori.

(l) Untuk menentukan apakah pengkajian ulang keselamatan yang

sistematik telah cukup komprehensif dan apakah telah ada

pertimbangan tentang pengalaman operasi dan informasi terkait

keselamatan terbaru.

3.12. Jadwal untuk penyampaian dokumen untuk bahan tinjau ulang dan kajian

yang menetapkan tahapan yang tepat dalam proses perizinan disetujui sejak

awal.

Kriteria Penerimaan

3.13. Setiap negara harus mengembangkan pendekatannya sendiri tentang

kriteria penerimaan bergantung pada infra struktur regulatori dan hukum.

Kriteria penerimaan yang dipilih dengan dasar prinsip perancangan dan

pengoperasian yang aman harus tersedia pada organisasi pengoperasi.

Inspeksi dan Penegakan Aturan

3.14. Paragraf 5.12 dan 5.13 pada pustaka [2] menetapkan persyaratan umum

untuk inspeksi dan penegakan aturan.

29

3.15. Badan pengawas harus menetapkan program inspeksi yang terencana

dan sistematik. Lingkup program dan frekuensi inspeksi harus sesuai dengan

bahaya potensial dari reaktor riset bersangkutan.

3.16. Jika ada bukti penyimpangan dari tingkat keselamatan, atau dalam hal

pelanggaran serius yang menurut pertimbangan badan pengawas dapat

berakibat pada bahaya radiologis yang nyata bagi pekerja, masyarakat atau

lingkungan, badan pengawas harus meminta organisasi pengoperasi untuk

menghentikan aktivitasnya dan melakukan tindakan lanjut yang diperlukan

untuk mengembalikan keadaan pada tingkat keselamatan yang semestinya.

Dalam kasus kejadian berkelanjutan, terus-menerus atau ketidaksesuaian

serius, badan pengawas harus langsung meminta organisasi pengoperasi untuk

menghentikan aktivitasnya dan mungkin menangguhkan atau bahkan

menganulir kewenangan organisasi pengoperasi.

4. MANAJEMEN DAN VERIFIKASI KESELAMATAN

TANGGUNG JAWAB ORGANISASI PENGOPERASI

Umum

4.1. Organisasi pengoperasi harus menjadi pihak yang memiliki tanggung jawab

utama atas keselamatan reaktor riset sepanjang masa hidup reaktor tersebut,

dari awal proyek yang berupa evaluasi dan pemilihan tapak, perancangan dan

konstruksi, hingga komisioning, operasi, pemanfaatan, modifikasi dan

dekomisioning. Untuk menjamin kesungguhan dan kepedulian pada semua

tingkat pegawai dalam pencapaian dan penjagaan keselamatan, maka

organisasi pengoperasi harus:

30

(a) menetapkan dan mengimplementasi kebijakan keselamatan dan

menjamin bahwa hal-hal yang terkait dengan keselamatan mendapat

prioritas tertinggi;

(b) secara jelas mendefinisikan tanggungjawab dan akuntabilitas sesuai

dengan jalur kewenangan dan jalur komunikasi organisasi;

(c) menjamin bahwa organisasi memiliki staf yang telah menempuh

pendidikan dan latihan pada semua tingkat yang tepat;

(d) mengembangkan prosedur dan menerapkan secara tegas prosedur

untuk semua aktivitas yang mempengaruhi keselamatan, menjamin

bahwa manajer dan supervisor memelopori dan mendukung praktek

keselamatan yang baik sekaligus memperbaiki praktek keselamatan

yang buruk;

(e) melakukan tinjau ulang, pemantauan dan audit semua hal yang

berkaitan dengan keselamatan secara teratur serta melakukan tindakan

perbaikan secara teapt jika diperlukan;

(f) berkomitmen pada budaya keselamatan melalui pernyataan kebijakan

keselamatan dan tujuan keselamatan yang disiapkan dan

didiseminasikan ke serta dipahami oleh seluruh pegawai.

Fungsi dan tanggung jawab organisasi pengoperasi untuk menjamin

keselamatan dalam setiap tahap di atas diberikan pada paragraf 2.11-2.23 dan

juga di bagian 4 ini. Persyaratan khusus diberikan pada bagian 5 (lihat paragraf

5.2, 5.40), bagian 6 (paragraf 6.4), bagian 7. Persyaratan untuk penyiapan

dekomisioning diberikan pada bagian 8 (lihat paragraf 8.7).

Interaksi Antara Badan Pengawas dengan Organisasi Pengoperasi

4.2. Organisasi pengoperasi harus mendomenstrasikan pada badan pengawas

bahwa tanggung jawabnya terhadap keselamatan pada semua tahap dalam

masa hidup reaktor akan dilaksanakan. Setiap kali memasuki perubahan

tahapan, organisasi pengoperasi harus menyampaikan bukti berupa laporan

terperinci, yang mencakup analisis keselamatan, untuk ditinjau ulang dan dikaji

oleh badan pengawas sebelum proyek diizinkan untuk dilanjutkan pada tahap

berikutnya.

31

4.3. Organisasi pengoperasi harus menyampaikan kepada badan pengawas

setiap informasi yang disyaratkan tepat waktu. Organisasi pengoperasi harus

bertanggung jawab untuk melakukan pengaturan dengan penjual guna

menjamin ketersediaan setiap informasi yang diminta oleh badan pengawas.

Organisasi pengoperasi juga harus bertanggung jawab menerangkan pada

badan pengawas setiap informasi baru yang berkaitan dengan reaktor riset dan

setiap adanya perubahan terhadap informasi yang telah dikirim sebelumnya.

4.4. Format dan isi dokumen yang disampaikan kepada badan pengawas oleh

organisasi pengoperasi untuk mendukung aplikasi lisensi harus didasarkan

pada persyaratan yang diberikan pada paragraf 3.6-3.10. Badan pengawas

dapat meminta informasi tambahan, tergantung pada praktek-praktek regulatori

di masing-masing Negara Anggota.

JAMINAN KUALITAS14

4.5. Pembuatan, manajemen, pelaksanaan dan evaluasi program jaminan

kualitas untuk reaktor riset dan eksperimen terkait merupakan hal yang sangat

penting untuk menjamin keselamatan. Organisasi pengoperasi harus

membentuk dan mengimplementasikan kinerja berbasis program jaminan

kualitas untuk reaktor riset pada tahap-tahap evaluasi tapak, perancangan,

konstruksi, komisioning, operasi, pemanfaatan, modifikasi dan dekomisioning.

Secara khusus, semua aktivitas operasional yang berkaitan dengan

keselamatan , seperti disebutkan dalam Tambahan II, termasuk dekomisioning,

harus dicakup oleh persyaratan jaminan kualitas yang tepat.

14 IAEA saat ini tengah merevisi standar keselamatan dalam area jaminan kualitas yang telah

diterbitkan sebelumnya sebagai Safety Series No. 50-C/SG-Q (1996). Revisi publikasi

Persyaratan Keselamatan akan mencakup manajemen sistem untuk proteksi dan keselamatan

dalam fasilitas nuklir dan dalam aktivitas yang melibatkan penggunaan radiasi pengion. Istilah

“manajemen sistem” telah diadopsi dalam draft revisi untuk menggantikan istilah “jaminan

kualitas” dan “program jaminan kualitas”. Perubahan ini melingkupi semua aspek manajemen

fasilitas nuklir seperti reaktor riset, dan membawa keselamatan, kesehatan, lingkungan serta

persyaratan jaminan kualitas bersama dalam satu sistem terpadu.

32

4.6. Organisasi pengoperasi harus mengembangkan program jaminan kualitas

untuk semua tahap dalam masa hidup reaktor riset pada waktu yang konsisten

dengan jadwal pelaksanaan aktivitas terkait. Khususnya, aktivitas untuk

investigasi tapak, yang pada umumnya dimulai jauh sebelum pembentukan

proyek, harus dicakup oleh program jaminan kualitas.

4.7. Persyaratan-persyaratan untuk program jaminan kualitas telah dibuat dan

tujuan, prinsip serta panduan diberikan pada pustka [9]. Tujuan, prinsip dan

panduan seperti tercantum pada pustaka [9] harus dipertimbangkan dalam

penyiapan program jaminan kualitas untuk reaktor riset dengan cara

pendekatan gradasi berdasarkan keutamaan setiap item pada keselamatan,

layanan dan proses. Pendekatan gradasi harus duadopsi untuk mencerminkan

perbedaan-perbedaan dalam aplikasi persyaratan jaminan kualitas untuk

reaktor riset. Ekstensi rincian program jaminan kualitas yang disyaratkan untuk

reaktor riset atau eksperimen tertentu harus didasarkan pada bahaya potensial

reaktor atau eksperimen tersebut (lihat paragraf 1.11, 1.14) dan harus

memenuhi persyaratan badan pengawas. Panduan lebih lanjut untuk

pendekatan gradasi untuk program jaminan kualitas diberikan pada pustaka

[10].

4.8. Program jaminan kualitas harus ditinjau ulang dan disetujui pada tingkat

manajemen yang tepat dalam organisasi pengoperasi dan harus disampaikan

kepada badan pengawas. Penyediaan program jaminan kualitas harus

didasarkan pada tiga prinsip fungsional:

(a) Manajer menyiapkan rencana, arahan, sumber daya dan dukungan

sehingga tujuan keselamatan dapat tercapai.

(b) Pegawai melaksanakan pekerjaan sehingga tujuan tercapai.

(c) Kajian independen dilaksanakan oleh pegawai atau badan di luar

organisasi pengoperasi untuk mengevaluasi efektivitas proses

manajemen dan kinerja pekerjaan.

Manajemen

33

4.9. Manajemen harus memberikan dan memperlihatkan dukungan untuk

implementasi program jaminan kualitas yang efektif dalam semua area

pekerjaan. Aspek manajemen dalam program jaminan kualitas harus

mencakup:

(a) pernyataan kebijakan organisasi tentang jaminan kualitas;

(b) struktur organisasi;

(c) tanggung jawab fungsional;

(d) persyaratan untuk pelatihan, kualifikasi dan sertifikasi;

(e) tingkat kewenangan dan antar muka di antara pihak yang mengelola,

melaksanakan dan mengevaluasi keberhasilan pekerjaan.

Pelaksanaan

4.10. Pada semua tahap sepanjang masa hidup reaktor riset, pekerjaan harus

direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan,

standar, spesifikasi, prosedur dan kendali administratif. Item dan layanan yang

penting untuk keselamatan harus dispesifikasikan dan dikendalikan untuk

menjamin penggunaannya, perawatannya dan konfigurasinya secara baik.

4.11. Item dan layanan yang dibeli harus dijamin memenuhi persyaratan yang

ditetapkan dan berfungsi sesuai spesifikasi. Pemasok harus dievaluasi dan

diseleksi berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Persyaratan untuk melaporkan

penyimpangan dari spesifikasi pengadaan harus ditentukan dalam dokumen

pengadaan. Bukti bahwa item dan jasa yang dibeli memenuhi spesifikasi

pengadaan harus tersedia untuk keperluan verifikasi sebelum item tersebut

digunakan atau jasa tersebut diberikan.

Pengkajian

4.12. Manajemen pada semua tingkat harus secara periodik mengkaji proses

yang menjadi tanggung jawabnya untuk menentukan efektivitas dalam

pencapaian tujuan keselamatan nuklir. Kelemahan-kelemahan dalam proses

harus diidentifikasi dan diperbaiki.

34

4.13. Pengkajian independen harus dilakukan atas nama manajemen untuk

mengukur efektivitas proses manajemen dan keberhasilan pekerjaan yang

dilakukan, untuk memantau kualitas item dan jasa, dan untuk mendorong

perbaikan. Personil yang melaksanakan pengkajian independen harus bukan

personil yang secara langsung terlibat dalam pekerjaan yang dikaji.

VERIFIKASI KESELAMATAN

Pengkajian Keselamatan

Organisasi pengoperasi harus melakukan pengkajian keselamatan

komprehensif untuk mengonfirmasi bahwa persyaratan desain yang ditetapkan

di awal proses desain telah dipenuhi. Dasar pengkajian ini adalah data dari

analisis keselamatan (lihat paragraf 2.7) dan informasi dari sumber lain seperti

hasil riset serta pengalaman operasional sebelumnya. Pengkajian keselamatan

ini harus menjadi bagian dari proses perancangan, dengan iterasi yang

dilakukan antara aktivitas perancangan dan aktivitas analitis konfirmatif dan

dengan peningkatan dalam lingkup dan tingkat kerincian pengkajian

keselamatan sejalan perkembangan perancangan. Berbagai metode telah

dikembangkan untuk mengkaji apakah tujuan keselamatan terpenuhi. Panduan

lebih lanjut dalam pemenuhan persyaratan tersebut diberikan dalam pustaka

[7]. Pengkajian keselamatan harus dilakukan sepanjang masa hidup reaktor

dan hal itu harus dilakukan sesuai dengan besar potensi dan karakteristik

bahaya yang terkait dengan fasilitas atau aktivitas tertentu (lihat paragraf 5.7

pada pustaka [2]).

Panitia Keselamatan

4.15. Satu atau lebih grup penasihat reaktor atau penitia keselamatan yang

independen terhadap manajer reaktor15 harus dibentuk untuk memberikan

15 Manajer reaktor adalah anggota manajemen reaktor padanya diberikan tanggung jawab dan

wewenang langsung untuk operasi reaktor riset secara aman oleh organisasi pengoperasi dan

35

saran kepada organisasi pengoperasi dalam hal: (a) aspek yang relevan

dengan keselamatan reaktor dan keselamatan penggunaannya, dan (b)

pengkajian keselamatan dalam hal rancangan, komisioning dan operasional.

Salah satu penitia juga harus memberikan saran kepada manajer reaktor (lihat

juga paragraf 7.25, 7.26). Anggota grup seperti itu harus pakar dalam bidang

yang berbeda yang terkait dengan operasi dan perancangan reaktor.

Disarankan pula untuk melibatkan pakar dari luar (dari luar organisasi

pengoperasi) dalam panitia keselamatan. Tergantung dari kompleksitas operasi

yang harus dilakukan pada reaktor riset, satu dari kelompok penasehat dapat

berasal dari luar organisasi pengoperasi. Fungsi, komposisi dan tolok ukur

panitia tersebut harus didokumentasikan dan, jika disyaratkan, disampaikan ke

badan pengawas. Daftar item yang harus ditinjau ulang oleh panitia

keselamatan harus juga ditetapkan. Daftar seperti itu harus mencakup antara

lain data sebagai berikut:

(a) usul perubahan BKO yang tertera dalam lisensi untuk fasilitas;

(b) usul pengujian baru, eksperimen, peralatan, sistem atau prosedur yang

memiliki kaitan signifikan dengan keselamatan;

(c) usul modifikasi pada item yang penting untuk keselamatan dan

perubahan dalam eksperimen yang berimplikasi pada keselamatan;

(d) pelanggaran BKO, kondisi dalam lisensi dan prosedur yang penting

akibatnya pada keselamatan;

(e) rancangan elemen bahan bakar nuklir16, termasuk komposisi kimianya,

dan elemen pengendali reaktivitas;

(f) kejadian yang harus dilaporkan atau yang telah dilaporkan ke badan

pengawas;

(g) tinjau ulang periodik tentang kinerja operasi dan kinerja keselamatan

fasilitas;

(h) laporan pelepasan rutin bahan radioaktif ke lingkungan;

yang tugas utamanya mencakup pelaksanaan tanggung jawab tersebut (lihat paragraf 7.1,

7.11). 16 Elemen bahan bakar nuklir adalah elemen yang berisi bahan nuklir fisil dan dapat-fisi yang

digunakan dalam teras reaktor riset dengan tujuan pembangkitan neutron.

36

(i) laporan dosis radiasi personil di fasilitas dan masyarakat.

Pengkajian-diri dan peer review

4.16 Dalam rangka penerapan prinsip-prinsip verifikasi keselamatan (lihat

paragraf 2.15-2.16) organisasi pengoperasi harus melaksanakan tinjau ulang

komprehensif secara periodik tentang persoalan yang berkaitan dengan operasi

dan aktivitas terkait keselamatan. Strategi tinjau ulang dan faktor keselamatan

yang dievaluasi harus disetujui atau disepakati oleh badan pengawas. Tinjau

ulang terutama akan ditujukan untuk mengidentifikasi dan memecahkan

problem yang berhubungan dengan keselamatan dan kinerja serta untuk

meningkatkan keselamatan, jika perlu (lihat juga paragraf 7.108-7.110).

5. EVALUASI TAPAK

EVALUASI AWAL dan SELEKSI TAPAK

Tujuan

5.1. Tujuan keselamatan utama pada tahap evaluasi tapak untuk reaktor riset

adalah perlindungan publik dan lingkungan terhadap konsekuensi radiologis

pelepasan bahan radioaktif pada operasi normal dan saat kecelakaan. Untuk

itu, informasi harus dikumpulkan secara lengkap dan rinci untuk mendukung

analisis keselamatan dan menunjukkan bahwa fasilitas reaktor riset akan dapat

dioperasikan secara aman pada tapak yang dipilih. Untuk reaktor riset dengan

daya rendah, jumlah rincian yang harus diberikan dapat dikurangi secara

signifikan di bawah yang dipersyaratkan untuk reaktor daya menengah dan

tinggi (lihat juga paragraf 1.11-1.14). Hasil-hasil evaluasi tapak harus

didokumentasikan dan dilaporkan secara cukup rinci untuk memudahkan tinjau

ulang oleh badan regulasi. Informasi itu menjadi bagian pertama dari dokumen

Laporan Analisis Keselamatan (LAK).

37

5.2. Evaluasi tapak harus menetapkan batas area tapak (lihat Glosari) yang ada

di bawah kendali organisasi pengoperasi, dan hak hukumnya di dalam area

tersebut. Setiap aktivitas yang tidak terkait dengan operasi reaktor riset tetapi

diizinkan dalam batas tapak harus dievaluasi dan diberikan alasan

pembenarannya. Dalam evaluasi kecocokan suatu tapak tertentu untuk reaktor

riset yang akan dibangun, karakteristik tapak yang memiliki pengaruh pada

aspek keselamatan reaktor harus diinvestigasi dan dikaji oleh organisasi

pengoperasi. Tujuan pengkajian tersebut adalah untuk menunjukkan

bagaimana karakteristik tapak itu akan mempengaruhi kriteria rancangan dan

kriteria operasi fasilitas serta untuk menunjukkan ketepatan karakteristik tapak

dalam hal dampaknya terhadap keselamatan.

5.3. Dalam mengevaluasi kecocokan tapak untuk reaktor riset, beberapa aspek

berikut perlu diperhatikan:

(a) efek kejadian eksternal yang mungkin berlangsung di dalam area tapak

(kejadian dapat berasal dari alam atau akibat perbuatan manusia);

(b) karakteristik tapak dan lingkungannya yang dapat mempengaruhi

perpindahan bahan radioaktif terlepas ke manusia;

(c) densitas populasi dan distribusi populasi serta karakteristik yang lain di

tepi tapak yang mungkin akan terpengaruh oleh tindakan darurat dan

kebutuhan untuk evaluasi risiko pada individu dan populasi;

(d) fasilitas nuklir lain di dalam tapak;

(e) kemampuan pembuangan panas akhir di dalam tapak.

5.4. Jika evaluasi tapak untuk kelima faktor di atas, termasuk perubahan yang

diperkirakan, mengindikasikan bahwa tapak tidak dapat diterima dan

kekurangan-kekurangan tapak tersebut tidak dapat dikompensasi dengan cara

melengkapi fitur rancangan tertentu, tindakan perlindungan tapak atau prosedur

administratif, tapak harus diputuskan tidak cocok. (Fitur rancangan dan

tindakan perlindungan tapak merupakan cara yang paling disukai untuk

mengkompensasi kekurangan).

KRITERIA UMUM UNTUK EVALUASI TAPAK

38

5.5. Karakteristik tapak yang berpengaruh pada keselamatan reaktor riset harus

diinvestigasi dan dikaji. Karakteristik lingkungan di daerah tersebut yang

mungkin terpengaruh oleh konsekuensi radiologis potensial akibat pelepasan

bahan radioaktif dari reaktor dalam kondisi normal dan kecelakaan harus

diinvestigasi. Semua karakteristik tersebut harus dipantau dan diamati

sepanjang masa hidup reaktor.

5.6. Bahaya yang bersumber dari kejadian eksternal (atau kombinasi kejadian)

harus diseleksi untuk dipertimbangkan dalam desain reaktor. Kombinasi

kejadian eksternal dengan kejadian operasional terantisipasi atau kondisi DBA

harus dipertimbangkan untuk kasus-kasus pada saat kejadian operasional

ternatisipasi atau DBA disebabkan oleh kejadian eksternal dan pada saat

diperlukan untuk mempertimbangkan kejadian eksternal yang berlangsung

lama (seperti banjir) atau kejadian yang pemulihannya memerlukan waktu lama.

5.7. Dalam analisis kecocokan tapak, pertimbangan harus diberikan pada hal-

hal seperti penyimpanan dan transpor bahan bakar segar, bahan bakar bekas

dan limbah radioaktif.

5.8. Potensi interaksi antara efluen nuklir dan non-nuklir, seperti interaksi panas

atau kimia pada bahan radioaktif di dalam efluen cair, perlu dipertimbangkan.

5.9. Untuk setiap tapak yang diusulkan, konsekuensi radiologis potensial harus

dievaluasi untuk penduduk di daerah itu, baik untuk operasi normal maupun

kecelakaan, termasuk keadaan yang mengharuskan dilakukannya tindakan

darurat

5.10. Tapak yang diusulkan harus diinvestigasi secara cukup untuk hal-hal yang

menyangkut semua karakteristik tapak yang dapat mempengaruhi

keselamatan, baik secara alami maupun kejadian yang terinduksi oleh manusia.

5.11. Informasi dan catatan pra-sejarah, sejarah dan instrumental, sejauh dapat

diterapkan, tentang kejadian dan kedahsyatan fenomena alam penting maupun

39

kejadian akibat perbuatan manusia di daerah tersebut harus dikumpulkan dan

dianalisis secara teliti untuk memperoleh data yang andal, akurat dan lengkap.

5.12. Dalam mengevaluasi tapak untuk konsekuensi radiologis yang mungkin

pada keadaan operasional maupun kecelakaan yang dapat mendorong

dilakukannya tindakan kedaruratan, estimasi yang tepat perihal pelepasan

bahan radioaktif yang potensial dan yang diharapkan, dengan pertimbangan

rancanagn reaktor dan fitur keselamatan, harus dilakukan. Estimasi ini harus

dikonfirmasi ketika rancangan dan fitur keselamatannya telah ditetapkan.

5.13. Daerah tapak yang diusulkan harus dipelajari untuk evaluasi distribusi

populasi saat ini dan proyeksi di masa datang karena hal tersebut dapat

mempengaruhi konsekuensi pelepasan bahan radioaktif ke individu atau

populasi secara keseluruhan (lihat juga paragraf 5.37). Jika perlu, tindakan

yang tepat harus diambil untuk menjamin bahwa risiko keseluruhan yang terkait

dengan reaktor riset diusulkan pada tapak tetap rendah.

5.14. Sebelum konstruksi reaktor riset dimulai, harus dikonfirmasi bahwa tidak

ada masalah besar yang harus diantisipasi dalam penyusunan rencana

kedaruratan luar-tapak yang dilakukan sebelum reaktor beroperasi (lihat juga

Lampiran).

Gempa Bumi

5.15. Ancaman bahaya pada tapak akibat gempa bumi yang dipicu oleh

pergerakan tanah harus dikaji, dengan pertimbangan karakteristik

seismotektonik daerah tersebut dan kondisi khusus tapak. Berbagai metode

dapat dipergunakan untuk menentukan bahaya gempa bumi. Ketidakpastian

dalam metode harus dipertimbangkan dalam mendapatkan parameter

pergerakan tanah sebagai dasar rancangan.

5.16. Ekstensi dan tingkat kedalaman investigasi tapak untuk menentukan

parameter pergerakan tanah sebagai dasar rancangan akan tergantung pada

instalasi yang akan dibangun. Untuk instalasi yang lebih kecil dengan potensi

40

konsekuensi radiologis ke masyarakat minimal, lebih dikehendaki (dan efektif-

biaya) untuk membatasi investigasi tapak dan cenderung menggunakan nilai

konservatif untuk parameter dasar rancangan. Konservatisme diperlukan

karena pada umumnya ketidakpastian lebih besar ketika investigasi kurang

rinci.

Patahan Permukaan

5.17. Jika ada bukti patahan permukaan atau jika ada bukti yang kurang cukup

bahwa patahan permukaan tidak terjadi di daerah yang dipelajari, fenomena ini

harus diinvestigasi. Jika tapak berada di zona patahan permukaan yang

memiliki potensi pergerakan tanah relatif pada atau dekat permukaan tanah

(yaitu jika patahan dapat terjadi) yang signifikan, tapak harus dinyatakan tidak

cocok kecuali jika analisis rinci membuktikan bahwa solusi rekayasa akan dapat

mengatasinya.

KEJADIAN METEOROLOGI EKSTRIM DAN JARANG

Nilai Ekstrim Fenomena Meteorologis

5.18. Fenomena meteorologi berikut harus didokumentasikan dalam periode

waktu yang cukup untuk mengevaluasi nilai ekstrimnya: angin, hujan, salju,

temperatur tinggi dan rendah dan badai. Luaran evaluasi tapak harus diuraikan

dengan cara yang cocok untuk tujuan perancangan.

Kejadian Meteorologi Jarang

Tornado

5.19. Potensi terjadinya tornado dan lemparan benda yang mengikutinya harus

dievaluasi untuk daerah yang dimaksud, bersama-sama dengan ancaman

bahaya akibat fenomena tersebut.

41

Siklon tropis

5.20. Potensi terjadinya siklon tropis dan lemparan benda yang mengikutinya

harus dievaluasi untuk daerah yang dimaksud, bersama-sama dengan

ancaman bahaya akibat fenomena tersebut.

BANJIR

Banjir akibat presipitasi dan sebab lain

5.21. Potensi terjadinya banjir akibat hujan dan air tinggi yang mempengaruhi

keselamatan riset reaktor harus dievaluasi untuk daerah tersebut.

5.22. Untuk tapak yang berada di daerah pantai, potensi banjir akibat kombinasi

laut pasang, tekanan atmosfer sangat rendah, efek angin dan ombak seperti

yang diakibatkan oleh siklon, harus dievaluasi.

Ombak

5.23. Potensi terjadinya tsunami yang dapat mempengaruhi keselamatan

reaktor riset harus divaluasi untk daerah itu.

Banjir dan ombak yang disebabkan oleh kegagalan struktur pengendalian

air

5.24. Informasi yang berkaitan dengan struktur aliran hulu untuk pengendalian

air harus dievaluasi guna menentukan apakah reaktor riset mampu bertahan

terhadap efek kegagalannya.

BAHAYA GEOTEKNIK

Ketakstabilan kemiringan

5.25. Potensi terjadinya ketakstabilan kemiringan (seperti longsor tanah,

bebatuan dan runtuhan salju) yang dapat mempengaruhi keselamatan reaktor

riset harus dievaluasi untuk tapak dan daerah di dekatnya.

42

Kolaps, subsidens atau pengangkatan permukaan tapak

5.26. Potensi terjadinya kolaps, subsidens atau pengangkatan permukaan

tapak harus dievaluasi.

Pencairan tanah

5.27. Potensi terjadinya pencairan bahan di bawah permukaan tanah pada

tapak yang diusulkan harus dievaluasi.

Sifat bahan fondasi

5.28. Karakteristik geoteknik bahan bawah permukaan tanah dan

ketidakpastiannya harus diinvestigasi dan profil tanah pada tapak harus disusun

dalam bentuk yang cocok untuk dipergunakan dalam perancangan.

Fenomena alam penting lain dan kondisi ekstrim

5.29. Data historis tentang fenomena yang mempunyai potensi pengaruh

terhadap keselamatan reaktor riset, seperti data volkanologi, angin kuat,

frekuensi dan kedahsyatan petir, badai pasir, hujan besar, salju, es, harus

dikumpulkan dan dievaluasi.

BAHAYA EKSTERNAL TERINDUKSI MANUSIA

Tumbukan pesawat terbang

5.30. Potensial untuk tumbukan pesawat terbang harus dievaluasi, termasuk

tumbukan, kebakaran dan ledakan pada tapak, dengan pertimbangan

karakteristik lalu lintas udara saat ini dan akan datang, lokasi dan tipe bandar

udara, dan karakteristik pesawat terbang, termasuk pesawat terbang dengan

izin khusus untuk terbang di atas atau dekat dengan fasilitas seperti pesawat

terbang dan helikopter pemadam kebakaran.

43

Ledakan kimiawi

5.31. Aktivitas di daerah tapak yang melibatkan penanganan, pemrosesan,

pengangkutan dan penyimpanan bahan kimia yang potensial menyebabkan

ledakan atau pembangkitan awan gas yang mampu menimbulkan deflagrasi

atau detonasi, harus diidentifikasi.

Kejadian terinduksi manusia penting lain

5.32. Setiap fasilitas di daerah yang berdekatan dengan tapak yang

menyimpan, memroses, mengangkut atau menangani bahan dapat terbakar,

toksik, korosif atau radioaktif yang dapat mempengaruhi keselamatan reaktor,

harus diidentifikasi.

PERSYARATAN KHUSUS UNTUK KARAKTERISASI DAERAH YANG

DIPERTIMBANGKAN

Dispersi bahan radioaktif di atmosfer

5.33. Deskripsi meteorologi untuk daerah tapak, termasuk parameter

meteorologi dasar dan fenomena, harus disiapkan. Data untuk paling tidak satu

tahun representatif harus ditampilkan, bersama-sama dengan setiap data lain

yang mungkin tersedia dari sumber lain. Data yang terkumpul harus

merepresentasikan secara teapt kondisi meteorologi lokal. Ekstensi data

tersebut untuk representasi karakteristik meteorologi jangka panjang di daerah

tersebut harus diindikasikan. Informasi ini dapat diperoleh dengan

membandingkan data untuk tapak dengan data jangka panjang dari stasiun

meteorologi di daerah sekitar.

5.34. Dengan dasar data yang diperoleh dari investigasi di daerah termaksud,

dispersi setiap bahan radioaktif melalui atmosfer yang mungkin harus dikaji.

Dispersi bahan radioaktif melalui air permukaan

44

5.35. Deskripsi karakteristik hidrologi permukaan di area, termasuk karakteristik

utama badan air, baik alami maupun buatan, dan data tentang penggunaan air

di area harus dipersiapkan. Suatu evaluasi terhadap impak yang mungkin

akibat kontaminasi air permukaan, harus dilaksanakan.

Dispersi bahan radioaktif melalui air tanah

5.36. Deskripsi hidrologi air tanah di area, termasuk karakteristik formasi mata

air dan interaksinya dengan air permukaan serta data tentang penggunaan air

di area harus dipersiapkan. Suatu evaluasi terhadap impak yang mungkin

akibat kontaminasi air tanah, harus dilaksanakan.

Distribusi populasi

5.37. Distribusi populasi di daerah tapak harus ditentukan. Khususnya,

informasi tentang distribusi saat ini dan yang akan datang, termasuk populasi

menetap dan tak menetap, di daerah sekitar tapak harus dikumpulkan.

Informasi tersebut harus dijaga terbaru sepanjang masa hidup reaktor.

Distribusi populasi perlu digunakan untuk evaluasi tapak berkaitan dengan

impak pelepasan bahan radioaktif pada masyarakat.

Pemanfaatan tanah dan air

5.38. Pemanfaatan tanah dan air di daerah tapak harus diidentifikasi untuk

mengkaji efek keberadaan reaktor riset yang diusulkan dan khususnya untuk

penyiapan encana kedaruratan. Kajian harus mencakup tanah dan air yang

dipergunakan oleh penduduk atau yang melayani keperluan habitat dalam

rantai makanan.

Radioaktivitas latar

5.39. Sebelum komisioning reaktor riset, radioaktivitas latar di atmosfer,

hidrosfer, litosfer dan biota harus ditentukan untuk memungkinkan evaluasi

45

secara berkelajutan dalam hal efek reaktor riset terhadap radioaktivitas

lingkungan.

PEMANTAUAN BAHAYA

5.40. Karakteristik bahaya yang bersumber dari alam dan manusia, begitu pula

kondisi demografi, meteorologi dan hidrologi yang relevan dengan reaktor riset

harus dipantau sepanjang masa hidup reaktor, dimulai saat dimulainya

konstruksi dan berlanjut hingga dekomisioning.

6. RANCANGAN

FILOSOFI RANCANGAN

Umum

6.1. Reaktor rsiet harus dirancang sedemikian sehingga tujuan keselamatan

(lihat paragraf 2.2) dapat tercapai. Persyaratan rancangan umum dalam bagian

ini harus diterapkan pada semua tipe reaktor riset. Selain itu, satu kumpulan

persyaratan rancangan khusus harus diterapkan secara tepat untuk rancangan

SSK untuk tipe reaktor tertentu.

6.2. Penerapan persyaratan tersebut adalah sebuah proses interaktif dan harus

diterapkan dalam semua fase perancangan, dengan pertimbangan hasil

analisis keselamatan yang mengikutinya (lihat juga paragraf 2.7 dan 6.72-6.78).

6.3. Perancang reaktor harus mempertimbangkan tidak hanya desain reaktor itu

saja, tetapi juga fasilitas terkait yang mempunyai pengaruh terhadap

keselamatan. Selain itu, perancang reaktor harus juga mempertimbangkan efek

rancangan reaktor terhadap fasilitas yang berhubungan dengan reaktor serta

implikasi rancangan pada semua tahapan sepanjang masa hidup reaktor

46

tersebut (misalnya, dalam hal kondisi layanan, medan elektromagnetik dan

interferensi lain).

6.4. Tercapainya sebuah rancangan yang aman memerlukan adanya hubungan

dan komunikasi yang sangat erat antara perancang dan organisasi

pengoperasi. Perancang harus mengatur penyiapan, presentasi dan

penyerahan dokumen rancangan secara berurutan kepada organisasi

pengoperasi untuk digunakan dalam penyiapan LAK. Rancangan reaktor harus

dikembangkan secara paralel dengan penyusunan LAK (lihat paragraf 3.6-

3.10).

6.5. Mode operasi (misalnya operasi berdasar permintaan bukan operasi

kontinyu, operasi pada berbagai tingkat daya, operasi dengan berbagai

konfigurasi teras dan operasi dengan berbagai jenis bahan bakar) akan

memiliki implikasi yang signifikan terhadap rancangan sistem keselamatan, juga

akan memerlukan pengambilan pertimbangan yang hati-hati atas stabilitas

reaktor pada tingkat daya operasi yang berbeda.

Pertahanan Berlapis

6.6. Konsep pertahan berlapis (lihat paragraf 2.5-2.7) harus diaplikasikan dalam

rancangan untuk memberikan perlindungan gradasi (pembungkus) terhadap

berbagai kondisi transien, termasuk kejadian transien yang disebabkan oleh

kegagalan peralatan atau kesalahan manusia dan dari kejadian internal

maupun eksternal yang dapat mengarah pada kecelakaan dasar desain (desain

basis accident, DBA). Secara khusus, aspek-aspek berikut perlu

dipertimbangkan dalam rancangan:

(a) Penggunaan marjin rancangan yang konservatif, implementasi program

jaminan kualitas (lihat catatan kaki 14) dan organisasi aktivitas

pengawasan.

(b) Penyediaan barier fisik berlapis terhadap pelepasan bahan radioaktif dari

reaktor. Contoh barier tersebut adalah: matriks bahan bakar, kelongsong

bahan bakar, sistem pemindah panas primer, kolam dan gedung reaktor.

47

Rancangan juga harus memberikan jaminan efektivitas barier ini,

pengawasan dan perlindungannya.

(c) Aplikasi kriteria kegagalan tunggal (single failure) dengan cara menjamin

pemenuhan fungsi dasar keselamatan berikut:

• Memadamkan reaktor dan mempertahankan reaktor dalam

kondisi padam-aman pada semua keadaan operasional ataupun

DBA;

• Menyediakan pemindahan panas yang cukup setelah reaktor

padam, secara khusus di dalam teras, termasuk kondisi DBA;

• Mengungkung bahan radioaktif untuk mencegah atau memitigasi

pelepasan tak terencana ke lingkungan

(d) Penggunaan rencana kedaruratan dalam-tapak dan luar-tapak yang

ditujukan untuk memitigasi konsekuensi pada masyarakat dan

lingkungan dalam kejadian yang mengakibatkan pelepasan efluen bahan

radioaktif dalam jumlah besar ke lingkungan17.

6.7. Aplikasi konsep pertahanan berlapis menuntut keberadaan peralatan,

terdiri atas sistem keselamatan dan item atau sistem terkait keselamatan, dan

prosedur untuk mencegah dan mengendalikan deviasi dari keadaan

operasional dan mencegah serta memitigasi kondisi kecelakaan, atau untuk

menjamin perlindungan yang tepat dalam kejadian kegagalan pencegahan.

Peralatan ini, dan secara khusus peralatan yang digunakan untuk penerapan

tingkat 2-4 paragraf 2.6, yang pada umumnya terdiri dari sistem keselamatan

dan fitur keselamatan terkeayasa, harus memenuhi persyaratan khusus.

6.8. Tiga fungsi keselamatan dasar yang disebutkan pada paragraf 6.6(c) –

yang pada prinsipnya adalah pemadaman reaktor, pendinginan, khususnya

teras reaktor, dan mengungkung bahan radioaktif – harus dipenuhi dengan

menyatukan kombinasi yang tepat antara fitur keselamatan melekat (inherent

safety) dan keselamatan pasif, sistem keselamatan dan fitur keselamatan

17 Implementasi rencana tanggap darurat mungkin menuntut perancang untuk membuat

penyediaan rancangan yang tepat (lihat paragraf 6.30 dan 6.31).

48

terekayasa ke dalam rancangan serta penerapan prosedur administratif selama

masa hidup reaktor. Salah satu contoh keselamatan melekat adalah pemilihan

bahan dan geometri yang dapat memberikan koefisien reaktivitas negatif

serentak.

Fungsi Keselamatan

6.9. Fungsi keselamatan adalah fungsi karakteristik esensial yang terkait

dengan SSK yang menjamin bahwa keselamatan reaktor, seperti dinyatakan

pada paragraf 6.6(c). Fungsi keselamatan harus tepat untuk rancangan reaktor

tertentu. Pada operasi normal, perlatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan

fungsi keselamatan adalah sistem pengoperasian. Pada umumnya, sistem ini

harus dilengkapi dengan fitur keselamatan terekayasa lain untuk melaksanakan

fungsi mereka dalam mengantisipasi kejadian operasional terantisipasi dan

dalam DBA.

6.10. Dalam merancang sistem keselamatan, termasuk fitur keselamatan

terekayasa, yang digunakan untuk mencapai ketiga fungsi keselamatan dasar –

pemadaman reaktor, pendinginan, khususnya teras reaktor, dan mengungkung

bahan radioaktif – kriteria kegagalan tunggal harus diaplikasikan, keandalan

tinggi harus dijamin dan kelengkapan untuk mempermudah inspeksi rutin,

pengujian dan perawatan harus disediakan.

Kriteria Penerimaan dan Aturan Rancangan

6.11. Sejalan dengan paragraf 3.13, kriteria penerimaan harus ditetapkan untuk

keadaan operasional dan untuk DBA. Pada khususnya, DBA yang

dipertimbangkan dalam rancangan harus diidentifikasi untuk tujuan penetapan

kriteria penerimaan. Untuk rancangan SSK, kriteria penerimaan dapat

digunakan dalam bentuk aturan rancangan rekayasa. Aturan ini mencakup

persyaratandalam code and standards yang ditetapkan secara nasional atau

internsional. Badan pengawas harus meninjau ulang kriteria penerimaan.

49

PERSYARATAN UMUM RANCANGAN

Klasifikasi Struktur, Sistem dan Komponen (SSK)18

6.12. SSK dan perangkat lunak untuk sistem kendali yang penting pengaruhnya

pada keselamatan harus ditentukan dan diklasifikasikan menurut fungsi dan

tingkat keutamaannya pada keselamatan. Dasar klasifikasi SSK dan perangkat

lunak tersebut harus dinyatakan dan persyaratan rancangan harus dipenuhi

mengikuti klasifikasi keselamatannya.

6.13. Metode klasifikasi keutamaan keselamatan SSK, termasuk perangkat

lunak, harus didasarkan pada metode deterministik, jika diperlukan, dilengkapi

dengan metode probabilistik dan pembenaran rekayasa, dengan pertimbangan

fungsi keselamatan dan konsekuensi kegagalannya. Rancangan antar muka

yang tepat di antara SSK yang berbeda kelas harus dibuat untuk menjamin

bahwa kegagalan SSK yang berkelas lebih rendah tidak mengakibatkan

kegagalan sistem atau item yang memiliki kelas keselamatan lebih tinggi.

Aturan Dasar (Codes) dan Standar

Aturan dasar dan standar (codes and standards) yang berlaku untuk SSK harus

diidentifikasi dan penggunaannya harus sesuai dengan klasifikasinya (lihat

paragraf 6.12 dan 6.13). Khususnya, jika aturan dasar dan standar yang

berbeda digunakan untuk item yang berbeda (misalkan untuk sistem pemipaan

dan elektrik), konsistensi di antara mereka harus diperlihatkan.

18 Klasifikasi ini mencerminkan keutamaan dari SSK untuk keselamatan nuklir. Kegunaannya

adalah untuk menetapkan gradasi aplikasi persyaratan rancangan dan persyaratan jaminan

kualitas. Terdapat kemungkinan klasifikasi atau kategorisasi SSK yang lain berdasarkan aspek

lain (misalkan, kategorisasi SSK untuk aspek seismik)

50

6.15. Untuk SSK yang tidak dapat tepat dirancang dengan aturan dasar dan

standar yang ada, maka pendekatan yang diturunkan dari aturan dasar dan

standar yang ada untuk peralatan yang mirip dapat dilakukan. Dalam hal

ketiadaan aturan dasar dan standar seperti itu, maka hasil-hasil eksperimen,

pengujian, analisis atau kombinasinya dapat diterapkan tetapi, dan hasil

berdasarkan pendekatan ini harus dijustifikasi.

Dasar Rancangan

Semua tantangan yang mungkin dihadapi selama masa operasi reaktor riset

harus dipertimbangkan dalam proses perancangan. Tantangan ini mencakup

kondisi dan kejadian yang dapat diperkirakan yang terkait dengan setiap

tahapan kegiatan, kondisi operasi dan kecelakaan, karakteristik tapak,

persyaratan rancangan, batas parameter, mode operasi dan sebagainya.

Permintaan terhadap rancangan berdasarkan tantangan tersebut harus

menentukan dasar rancangan fasilitas reaktor riset. Kemampuan fasilitas

reaktor yang diinginkan untuk tetap bertahan menghadapi tantangan tersebut,

tanpa adanya pelampauan batas kewenangan, harus dispesifikkan dalam dasar

rancangan.

Kejadian Awal Terpostulasi dan DBA

6.17. Tantangan dapat terjadi pada setiap tingkat pertahanan berlapis.

Kemungkinan ini harus dikenali dalam rancangan dan tindakan perancangan

harus dilakukan untuk menjamin bahwa fungsi keselamatan tercapai dan tujuan

keselamatan dipenuhi. Tantangan-tantangan terhadap pertahanan berlapis

tersebut dikenal sebagai kejadian awal terpostulasi. Kejadian awal terpostulasi

harus diseleksi secara tepat untuk tujuan analisis (lihat Lampiran). Harus

diperlihatkan bahwa kejadian awal terpostulasi yang dipilih telah dapat

mencakup semua kondisi kecelakaan yang diyakini mewakili kejadian

terpenting pengaruhnya pada keselamatan reaktor riset. Secara khusus, DBA

harus diidentifikasi.

51

Karakteristik Terkait Tapak

6.18. Berbagai interaksi yang mungkin antara fasilitas reaktor riset dan

lingkungan harus dipertimbangkan dalam rancangan, termasuk aspek yang

berhubungan dengan populasi, meteorologi, hidrologi, geologi dan seismologi.

Layanan luar-tapak yang memiliki kaitan dan ketergantungan dengan

keselamatan fasilitas dan perlindungan masyarakat, seperti listrik, komunikasi,

pasokan air serta layanan polisi dan pemadam kebakaran harus

dipertimbangkan.

Kejadian Internal

6.19. Analisis terhadap kejadian awal terpostulasi harus dilakukan untuk

menetapkan semua kejadian internal yang mempengaruhi keselamatan fasilitas

reaktor riset. Kejadian-kejadian ini dapat mencakup juga kegagalan atau

kesalahan fungsi peralatan.

6.20. Potensi bahaya kejadian internal seperti penggenangan, timbulnya

lontaran benda (missile generation), lecutan pipa, tumbukan semburan atau

pelepasan cairan dari sistem yang gagal atau dari instalasi lain di dalam tapak

harus dipertimbangkan dalam rancangan fasilitas reaktor riset. Tindakan

pencegahan dan mitigatif yang tepat harus disediakan untuk menjamin bahwa

keselamatan nuklir tidak dapat dikompromikan. Beberapa kejadian eksternal

dapat memicu kejadian kebakaran internal atau banjir atau timbulnya lontaran

benda. Hubungan kejadian ekstrnal dan internal seperti itu harus juga

dipertimbangkan dalam rancangan.

Kejadian Eksternal

6.21. Dasar rancangan untuk kejadian eksternal yang dipicu oleh kejadian alam

dan manusia harus ditentukan. Kejadian yang dipertimbangkan dalam

rancangan ini harus mencakup kejadian yang telah diidentifikasi dalam evaluasi

tapak (lihat bagian 5). Perhatian khusus dapat diberikan pada bahaya gempa

bumi (lihat paragraf 5.15, 5.16 dan 5.17), termasuk dengan kemungkinan

52

melengkapi fasilitas reaktor riset dengan sistem deteksi seismik yang dapat

mengaktuasi sistem pemadaman reaktor otomatis jika nilai yang ditentukan

terlampaui.

Kebakaran dan Ledakan

6.22. Selain harus sesuai dengan persyaratan keselamatan yang ditetapkan,

SSK yang penting untuk keselamatan reaktor harus dirancang dan ditempatkan

sedemikian sehingga meminimalkan pengaruh kebakaran dan ledakan. Analisis

bahaya kebakaran dan dan analisis bahaya ledakan harus dilakukan untuk

menentukan tingkat barier kebakaran yang diperlukan dan cara perlindungan

pasif dan separasi fisik terhadap kebakaran dan ledakan. Rancangan harus

mencakup kelengkapan untuk mencegah atau membatasi pembentukan

atomsfey yang eksplosif. Sistem deteksi apai dan sistem pemadam kebakaran

dengan kemampuan sesuai harus disediakan.

6.23. Sistem pemadam kebajaran harus dapat diaktifkan secara otomatik jika

diperlukan. Sistem pemadam kebakaran harus dirancang dan ditempatkan

sedemikian untuk menjamin bahwa kegagalannya atau operasinya secara tak

dikehendaki tidak akan melumpuhkan secara signifikan kemampuan SSK yang

penting untuk keselamatan, dan tidak secara simultan mempengaruhi sistem

redundan dan selanjutnya membuat tindakan yang telaj disesuaikan dengan

kriteria kegagalan tunggal menjadi tidak efektif lagi. (lihat paragraf 6.36-6.38).

6.24. Bahan tak dapat-bakar atau penunda api atau penghalang panas harus

digunakan kapan pun memungkinkan di seluruh fasilitas reaktor riset,

khususnya di lokasi seperti gedung reaktor dan ruang kendali. Gas dan cairan

dapat bakar dan bahan yang dapat dibakar yang dapat menghasilkan atau

menyumbang terbentuknya campuran eksplosif harus dijaga sesedikit mungkin

dan harus disimpan dalam fasilitas yang memadai untuk melindungi segregasi

substansi bereaksi.

6.25 Kemampuan fasilitas menjalankan fungsi keselamatan pemadaman,

pengambilan panas, pengungkungan bahan radioaktif dan pemantauan status

53

fasilitas harus tetap dipertahankan. Kemampuan tersebut harus dipertahankan

dengan cara menerapkan bagian-bagian redundan (rangkap), sistem yang

beragam, pemisahan fisik dan rancangan untuk operasi gagal-aman

sedemikian sehingga tujuan berikut dapat dicapai:

• mencegah kebakaran dan ledakan;

• mendeteksi dan memadamkan secara cepat begitu kebakaran terjadi,

sehingga dapat membatasi kerusakan yang diakibatkannya;

• Pencegahan penyebaran api yang tidak dapat dipadamkan dan api yang

dipicu oleh ledakan sehingga meminimalkan pengaruhnya pada kinerja

fungsi penting fasilitas.

Batas Rancangan Untuk Parameter

6.26. Batas rancangan semua parameter yang relevan harus ditetapkan untuk

semua kondisi operasi reaktor dan untuk DBA.

6.27. Perbandingan sekuensi kejadian harus dilakukan untuk mengidentifikasi

nilai parameter yang paling signifikan. Nilai parameter yang dipilih sebagai

batasan, dengan marjin masuk akal (reasonable), harus digunakan di dalam

rancangan masing-masing komponen dan sistem, termasuk piranti

eksperimental.

Rancangan Untuk Kondisi Operasional

6.28. Reaktor riset harus dirancang untuk dapat dioperasikan secara aman di

dalam rentang nilai berbagai parameter yang ditentukan sebelumnya sesuai

persyaratan dan batasan untuk semua kondisi operasi dengan tetap memenuhi

tujuan proteksi radiasi. Persyaratan yang berkaitan dengan penggunaan reaktor

yang telah direncanakan, termasuk persyaratan kestabilan daya, harus

diperhitungkan dalam rancangan. Rancangan harus sedemikian sehingga

tanggapan reaktor dan sistem yang menyertai terhadap rentang kejadian yang

lebar, termasuk kejadian operasional terantisipasi, akan tetap memungkinkan

54

operasi yang aman atau, jika perlu, pengurangan daya tanpa membutuhkan

intervensi tingkat pertahanan berlapis yang lebih tinggi dari tingkat pertama

atau, paling tinggi, kedua.

6.29. Persyaratan dan pemabatasan yang dinyatakan pada paragraf 6.28 harus

menjadi dasar BKO. Rancangan harus memberikan kemudahan penetapan

BKO.

Rancangan Untuk Kondisi Kecelakaan

6.30. Ketika tindakan serentak diperlukan untuk menanggapi kejadian awal

terpostulasi, rancangan reaktor harus menyediakan cara pemicuan sistem

keselamatan otomatik. Menyusul DBA, sangat mungkin diperlukan tindakan

operator untuk menjaga kestabilan reaktor dalam jangka panjang dan

mengambil tindakan untuk mmebatasi pelepasan bahan radioaktif. Rancangan

harus mempertimbangkan untuk mengurangi sebanyak mungkin tuntutan pada

tindakan operator, khususnya dalam kondisi DBA.

6.31. Item yang penting untuk keselamatan harus dirancang untuk bertahan

dari efek kondisi beban yang dan lingkungan yang ekstrim (misalnya temperatur

ekstrim, kelembaban, tingkat radiasi) yang muncul dari DBA. Kondisi

pemadaman stabil jangka panjang menyusul suatu kecelakaan dapat berbeda

dari kondisi awal pemadaman. Rancangan harus menyiapkan cara untuk

membawa ke kondisi pemadaman stabil jangka panjang, termasuk dengan

penyediaan koefisien daya negatif.

Fitur Keselamatan Terekayasa

6.32. Fitur keselamatan terekayasa adalah sistem keselamatan yang

disediakan untuk membatasi atau memitigasi konsekuensi kejadian operasi

terantisipasi dan DBA. Contoh fitur keselamatan terekayasa adalah sistem

pendinginan teras darurat (emergency core cooling system, ECCS) dan sistem

pengungkung (khususnya, sistem ventilasi darurat). Persyaratan khusus untuk

sistem tersebut dan fitur pelengkapnya sitetapkan pada paragraf 6.115-6.130.

55

Fitur keselamatan terkeyasa lain, seperti sistem pemadaman kedua, struktur

sungkup atau sistem yang lain, harus juga dirancang sesuai dengan

persyaratan-persyaratan tersebut.

6.33. Perlunya fitur keselamatan terekayasa harus ditentukan dari hasil analisis

keselamatan. Kecelakaan yang harus dapat ditanggulangi oleh fitur

keselamatan terekayasa tertentu harus dispesifikkan dan analisis harus

diberikan untuk memperlihatkan bahwa fitur atau sistem dapat memenuhi

persyaratan. Sistem dan subsistem yang penting untuk operasi fitur

keselamatan terekayasa harus disediakan (misalkan sistem pasokan catu daya

darurat untuk sistem pendinginan teras darurat).

6.34. Dasar rancangan dan berbagai mode operasi fitur keselamatan

terekayasa harus ditentukan secara rinci termasuk kondisi ekstensi operasi

otomatik fitur keselamatan terekayasa dan jaminan kondisi operasi manual

dapat dikalahkan. Beberapa hal berikut harus dipertimbangkan dalam

rancangan fitur keselamatan terekayasa:

(a) Keandalan komponen, independensi sistem, redundansi, karakteristik

gagal-aman, keragaman dan pemisahan fisik sistem redundan.

(b) Penggunaan bahan yang mampu bertahan dalam kondisi DBA (misalkan

dalam hubungan dengan tingkat radiasi atau dekomposisi radiolitik).

(c) Kemudahan untuk inspeksi, pengujian periodik dan perawatan (termasuk

dalam kondisi DBA) untuk meyakinkan bahwa fitur keselamatan

terekayasa tetap berfungsi atau dalam kondisi siaga untuk

melaksanakan fungsinya serta akan efektif dan andal pada saat diminta.

Rancangan Untuk Keandalan

6.35. Untuk menjamin keandalan kinerja fungsi keselamatan suatu sistem atau

komponen keselamatan, maka batas ketaktersediaan maksimum diizinkan

harus ditetapkan. Tindakan-tindakan susulan harus digunakan, jika perlu dalam

kombinasi, untuk mencapai dan mempertahankan keandalan yang disyaratkan,

sesuai dengan keutamaan fungsi keselamatan yang harus dilaksanakan oleh

56

SSK. Pertimbangan harus diberikan pada sistem perangkat lunak maupun

perangkat keras.

Redundansi dan Kriteria Kegagalan Tunggal

6.36. Prinsip redundansi harus diaplikasikan sebagai satu prinsip perancangan

penting untuk memperbaiki keandalan sistem yang penting untuk keselamatan.

Rancangan harus meyakinkan, dengan dasar analisis, bahwa tidak ada

kegagalan tunggal yang dapat mengakibatkan sistem tersebut kehilangan

kemampuan untuk menjalankan fungsi keselamatannya.

6.37. Kumpulan peralatan ganda yang tidak dapat diuji secar individual harus

tidak dipandang sebagai redundan.

6.38. Tingkat redundansi yang diadopsi harus mencerminkan potensi

kegagalan tak terdeteksi yang dapat mengurangi keandalan. Kegagalan yang

mungkin terjadi harus dipertimbangkan tak terdeteksi jika tidak ada pengujian

atau metode inspeksi yang dapat dilakukan terhadap sistem atau komponen

yang bersangkutan. Untuk kegagalan yang tak terdeteksi, kegagalan harus

dianggap untuk terjadi kapan pun atau metode lain harus diterapkan, seperti

pengawasan item acuan, metode kalkulasi tervalidasi dan penggunaan marjin

konservatif19.

Keragaman

6.39. Keragaman diterapkan pada sistem atau komponen redundan yang

melakukan fungsi keselamatan yang sama dengan cara menyatukan ke dalam

sistem dan komponen prinsip berbeda sebagai berikut:

(a) prinsip operasi yang berbeda

19 Marjin keselamatan adalah perbedaan antara batas keselamatan dan batas operasional.

Kadang-kadang dinyatakan sebagai perbandingan kedua nilai tersebut.

57

(b) kondisi pengoperasian yang berbeda

(c) produk dari pabrik yang berbeda

6.40. Prinsip keragaman dapat diterapkan untuk meningkatkan keandalan dan

sekaligus mengurangi kegagalan akibat sebab yang sama. Prinsip keragaman

harus diterapkan setiap kali dapat diterapkan, setelah pertimbangan

kelemahannya dalam hal kerumitan pengoperasian, perawatan dan pengujian

sistem yang berbeda.

Independensi

6.41. Prinsip independensi (misalnya isolasi fungsional dan pemisahan fisik

dengan cara meletakkan pada jarak yang tidak berdekatan, penggunaan barier

fisik atau tata letak khusus untuk komponen reaktor) harus diaplikasikan secara

tepat untuk meningkatkan keandalan sistem, khususnya terhadap kegagalan

dengan sebab sama.

Rancangan Gagal-Aman

6.42. Prinsip gagal-aman harus dipertimbangkan dan harus diadopsi dalam

rancangan sistem dan komponen yang penting untuk keselamatan secara

tepat: sistem di dalam fasilitas reaktor riset harus dirancang untuk dapat menuju

ke kondisi aman tanpa memerlukan tindakan yang perlu dipicu, jika sistem atau

komponen gagal.

Kemudahan Untuk Pengujian dan Perawatan

6.43. Item reaktor yang penting untuk keselamatan harus dirancang dan diatur

tata letaknya sedemikian sehingga item tersebut dapat diinspeksi, diuji dan

dirawat secara baik, sebelum komisioning dan secara periodik, sesuai dengan

tingkat kepentingannya terhadap keselamatan. Tata letak reaktor harus

sedemikian sehingga kegiatan-kegiatan tersebut mudah dilakukan dan tanpa

58

bahaya paparan radiasi berlebihan kepada personil yang melaksanakan tugas.

Jika pada komponen tidak dapat diberikan akses untuk inspeksi yang memadai,

kemungkinan kegagalan tak terdeteksinya harus dipertimbangkan dalam

analisis keselamatan.

Rancangann Untuk Komisioning

6.44. Rancangan harus mempertimbangkan fitur untuk memudahkan proses

komisioning reaktor. Fitur rancangan tersebut dapat mencakup fasilitas untuk

mengoperasikan reaktor dengan teras transisi bergeometri berbeda yang

mungkin memerlukan pendinginan sirkulasi paksa.

Kelengkapan untuk Inspeksi, Pengujian dan Perawatan

6.45. Rancangan reaktor harus dibuat sedemikian sehingga memungkinkan

dilakukannya pengujian fungsi dan inspeksi sistem secara tepat untuk

menjamin bahwa sistem akan melakukan fungsi keselamatan sesuai keandalan

yang disyaratkan. Hal ini terutama penting untuk komponen pasif dan untuk

sistem yang kemampuan fungsinya tidak dapat diverifikasi karena tidak

diperlukan dalam operasi rutin. Faktor penting yang perlu dpertimbangkan

adalah kemudahan untuk melakukan pengujian dan inspeksi, derajat

pencerminan pengujian dan inspeksi pada kondisi riil, dan kebutuhan untuk

mempertahankan kinerja keselamatan selama pengujian. Jika dimungkinkan,

perlu dipasang sirkuit pengujian tersendiri pada sistem elektrik dan elektronik.

6.46. Kelengkapan untuk akses, perisai, penanganan jarak jauh, tingkat radiasi

setelah iradiasi dan dekontaminasi harus dibuat dalam rancangan untuk

menjaga dosis radiasi dan pengambilan bahan radioaktif serendah dapat

dicapai secara masuk akal selama perawatan. Bahan-bahan harus dipilih untuk

meminimumkan tingkat aktivasi pada item yang terekspos oleh fluks neutron

tinggi.

6.47. Kelengkapan harus disediakan pada rancangan untuk memudahkan

inspeksi rutin selama operasi (in-service) dengan bantuan teknik uji tak-tusak

59

yangtepat untuk menentukan kondisi SSK yang kemungkinan mengalami

korosi, erosi, kelelahan atau efek penuaan yang lain.

Rancangan Untuk Rencana Kedaruratan20

6.48. Pencakupan fitur rancangan khusus untuk memudahkan rencana

kedarurata harus dipertimbangkan, bergantung pada potensi bahaya yang ada

di reaktor. Kebutuhan fitur desain seperti itu dapat ditentukan dengan

melakukan analisis BDBA. Hasil yang dapat diterima harus didasarkan sejauh

mungkin pada asumsi realistik atau pendekatan terbaik, metode dan kriteria

analitik. Dalam hal ini, tidak dibutuhkan melibatkan penggunaan praktek

rekayasa yang konservatif sifatnya. Reaktor riset harus memiliki sejumlah

koridor penyelamatan dalam jumlah yang cukup, ditandai secara jelas, dengan

penerangan, ventilasi dan layanan gedung lain yang penting untuk

penggunaannya secara aman. Jalur penyelamatan tersebut harus memenuhi

standar dan persyaratan internasional tentang pembagian daerah radiasi dan

proteksi kebakaran serta persyaratan nasional yang relevan untuk keselamatan

industri dan proteksi fisik.

6.49. Sistem alarm dan peralatan komunikasi yang sesuai harus disediakan

sehingga semua personil yang berada di failitas reaktor riset dan dalam-tapak

dapat menerima peringatan dan instruksi, walaupun dalam kondisi kecelakaan.

Ketersediaan sistem komunikasi yang diperlukan untuk keselamatan dalam

fasilitas reaktor riset harus dijamin setiap saat. Alat komunikasi tersebut harus

tersedia di ruang kendali dan juga ruang kendali tambahan, jika ada21.

Persyaratan iniharus dipertimbangkan dalam rancangan dan dalam keragaman

cara komunikasi yang dipilih untuk digunakan.

Rancangan Untuk Dekomisioning

20 Diskusi lebih jauh tentang pelaksanaan sekuensi analisis keselamatan, lihat paragraf 7.72-

7.78. 21 Diskusi lebih lanjut tentang ruang kendali tambahan, lihat paragraf 6.144.

60

6.50. Dalam rancangan raktor dan peralatan eksperimennya, harus

dipertimbangkan hal-hal yang memudahkan pelaksanaan dekomisioning.

Dalam kaitan ini, perhatian harus ditujukan untuk menjaga paparan radiasi pada

pekerja dan masyarakat selama dekomisioning tetap serendah mungkin yang

dapat dicapai secara masuk akal dan untuk menjamin proteksi lingkungan

secara cukup dari bahaya kontaminasi radioaktif. Untuk memenuhi hal ini dalam

rancangan, beberapa hal berikut harus dipertimbangkan:

(a) Pemilihan bahan yang meminimalkan aktivasi dan mempermudah

proses dekontaminasi;

(b) Optimasi tata letak fasilitas dan akses untuk mempermudah

pemindahan komponen besar dan pemisahan serta penanganan

komponen yang teraktiviasi;

(c) Pemrosesan dan penyimpanan limbah radioaktif

6.51. Sebagai tambahan, rincian yang lengkap tentang persyaratan rancangan

dan informasi yang terkait tapak dan rancangan dan konstruksi akhirnya,

seperti karakterisasi radiologis latar, gambar seperti-terbangun (as-built

drawing) yang terkait dengan tata letak fasilitas, perpipaan dan pengabelan,

harus tetap dijaga sebagai informasi penting untuk dekomisioning. Panduan

lanjut untuk mendukung persyaratan ini diberikan pada pustaka [16].

Rancangan Untuk Proteksi Radiasi

6.52. Berdasarkan pada program proteksi radiasi yang konsisten dan sesuai

dengan tujuan proteksi radiasi (lihat paragraf 205 pustaka [1], disitir pada

paragraf 2.2), dalam semua kondisi operasi dan DBA, sediaan yang cukup

harus diberikan dalam rancangan perisai, ventilasi, filtrasi dan sistem peluruh

bahan radioaktif (seperti delay chamber), instrumentasi pemantauan radiasi dan

bahan radioaktif terbawa udara baik di dalam maupun di luar area terkontrol.

6.53. Nilai dosis yang digunakan untuk tujuan rancangan harus ditetapkan

dengan marjin yang cukup untuk menjamin bahwa batas yang diizinkan tidak

terlampaui. Perisai, ventilasi, filtrasi dan sistem peluruhan di reaktor dan

61

fasilitas yang menyertai harus dirancang untuk mengizinkan adanya

ketidakpastian dalam praktek operasi dan pada semua kondisi operasional

serta DBA.

6.54. Bahan struktur, khususnya yang berada di dekat teras(seperti penopang

teras, kisi-kisi dan tabung-tabung pemandu), harus dipilih secara cermat

sehingga mampu membatasi dosis radiasi pada pekerja selama operasi,

inspeksi, pengujian dan perawatan serta dekomisioning, selain juga untuk

memenuhi fungsi lain bahan-bahan tersebut. Pengaruh radionuklida (,isalnya

16N, 3H, 41Ar, 24Na, 60Co) yang dibangkitkan dari aktivasi neutron dalam

sistem peroses reaktor harus dipertimbangkan secara serius dalam

menyediakan kelengkapan untuk proteksi radiasi bagi masyarakat dalam dan

luar-tapak.

6.55. Rancangan harus memasukkan setiap kelengkapan yang diperlukan

untuk memisahkan bahan sesuai dengan karakteristik radiologis, fisis dan

kimiawinya, untuk memudahkan penanganannya dan untuk melindungi pekerja

dan masyarakat melalui pengendalian akses. Hal ini harus dipenuhi dengan

menetapkan zona-zona di dalam fasilitas (dalam area terkontrol dan

tersupervisi) (lihat Glosari) yang diklasifikasi berdasarkan pada potensi

bahayanya. Zona tersebut harus secara jelas didefinisikan dan ditandai. Jika

perlu, permukaan zona dirancang secara tepat untuk memudahkan

dekontaminasi.

6.56. Rancangan harus mencakup perisai yang tidak hanya untuk reaktor tetapi

juga peralatan eksperimen dan fsilitas terkait (misalkan, tabung berkas, tabung

pengarah partikel atau fasilitas radiografi neutron atau terapi tangkapan boron)

dan kelengkapan harus disediakan untuk pemasangan perisai yang diperlukan

pada pemanfaatan reaktor atau sumber radiasi lain di masa datang. Analisis

bahaya dan pengaturan perisai harus diberikan perhatian serius terutama

dalam penggunaan berkas tabung dan peralatan eksperimen lain.

6.57. Sistem ventilasi dengan filtrasi memadai harus diberikan untuk dapat

digunakan baik pada kondisi operasional maupun DBA. Untuk banyak reaktor

62

riset, sistem ventilasi tersaring adalah penting untuk memenuhi fungsi

pengungkungan bahan radioaktif (lihat paragraf 6.120-6.130).

6.58. Proteksi dan keselamatan harus dioptimasi dengan cara penyediaan

memadai dalam rancangan dan tata letak reaktor beserta peralatan

eksperimennya serta fasilitas untuk membatasi paparan dan kontaminasi dari

semua sumber. Kelengkapan seperti itu harus mengikutkan rancangan SSK

yang tepat untuk membatasai paparan selama inspeksi, pengujian dan

perawatan, untuk memberikan perisai terhadap radiasi langsung dan

terhambur, dan untuk memberikan cara pemantauan dan pengendalian akses

ke reaktor beserta fasilitas dan peralatan eksperimennya.

6.59. Kelengkapan harus disediakan dalam rancangan untuk menangani limbah

radioaktif yang dibangkitkan dari reaktor riset. Kelengkapan harus dibuat untuk

fasilitas dekontaminasi personil dan peralatan dan untuk menangani limbah

radioaktif yang timbul dari aktivitas dekontaminasi.

Rancangan Untuk Proteksi Fisik

6.60. Kelengkapan harus diberikan dalam rancangan fasilitas reaktor riset untuk

mencegah masuknya seseorang yang tidak memiliki otoritas ke dalam tapak

atau gedung dalam tapak. Tujuan utama pertimbangan ini adalah mencegah

pencurian atau pemindahan tak berizin bahan nuklir atau terjadinya sabotase.

Faktor Manusia dan Pertimbangan Ergonomika

6.61. Faktor manusia merupakan aspek penting dalam desain reaktor riset

karena keadaan reaktor sering berubah dan operator atau personil lain memiliki

akses yang mudah menuju teras reaktor atau fasilitas eksperimen yang terkait

dengan reaktor. Faktor manusia dan antarmuka manusia-mesin harus

dipertimbangkan secara sistematik sejak tahap awal perancangan dan

sepanjang proses perancangan.

63

6.62. Oleh karena fleksibilitas yang disyaratkan untuk reaktor riset itulah, maka

perlu dipertimbangkan aspek keselamatan fasilitas reaktor riset dari sisi

prosedur dan kendali administratif. Pertimbangan khusus harus diberikan dalam

perancangan untuk menjamin bahwa, jika keterkaitan dengan prosedur dan

kendali administratif diperlukan, pengendalian seperti itu layak. Prosedur

administratif dapat mencakup aturan pengoperasian dalam bentuk BKO yang

diperoleh dari rancangan reaktor dan analisis keselamatn.

6.63. Pertimbangan khusus harus diberikan pada faktor manusia dan prinsip

ergonomika dalam rancangan ruang kendali dan sistem reaktor sesuai

kebutuhan. Operator harus dilengkapi dengan tampilan yang jelas dan sinyal

audio untuk parameter yang penting untuk keselamatan. Tindakan keselamatan

sejauh mungkin dirancang otomatik sehingga tindakan operator yang harus

tepat waktu tidak diperlukan. Rancangan harus sedemikian sehingga

meminimukan tuntutan pada operator sehingga mendorong keberhasilan

tindakan operator. Terkait pula dengan faktor manusia, adanya sistem saling-

kunci (interlok) dan kendali akses terstruktur (seperti kunci dan kata sandi

(passwords)) harus dipertimbangkan dalam rancangan.

6.64. Dalam kaitan dengan tampilan instrumen dan alarm serta informasi lain

secara visual, rancangan harus mendorong keberhasilan tindakan operator

dalam keterbatasan ketersediaan waktu, kondisi fisik lingkungan dan

kemungkinan tekanan psikologis pada operator.

Sediaan Untuk Pemanfaatan dan Modifikasi

6.65. Reaktor riset memang ditujukan agar memiliki fleksibilitas yang tinggi

sehingga dapat berada dalam bermacam-macam keadaan selama operasinya.

Perhatian khusus harus diambil dalam rancangan sehubungan dengan

pemanfaatan dan modifikasi reaktor untuk menjamin bahwa konfigurasi reaktor

dapat diketahui secara pasti setiap waktu. Terlebih, pertimbangan khusus harus

diberikan pada perlengkapan eksperimen sebab:

(a) dapat menimbulkan bahaya secara langsung;

64

(b) dapat menimbulkan bahaya secara langsung dengan mempengaruhi

operasi reaktor;

(c) dapat meningkatkan bahaya akibat kejadian awal yang ditimbulkan dari

konsekuensi kegagalan dan efeknya pada sekuensi kejadian.

6.66. Setiap modifikasi yang diusulkan pada eksperimen atau reaktor yang

dapat mempengaruhi keselamatan harus dirancang dengan menerapkan

prinsip keselamatan yang paling tidak sama dengan rancangan reaktornya

sendiri (lihat paragraf 7.88 dan pustaka [15]). Secara khusus, peralatan

eksperimen harus diranang dengan standar yang sama dengan standar yang

digunakan di reaktor, dipilih dengan bahan yang kompatibel dengan bahan

yang digunakan di reaktor, termasuk dalam hal integritas strukturnya dan

sediaan untuk proteksi radiasi. Adanya bahan radioaktif atau panas yang

dibangkitkan oleh peralatan eksperimen juga harus dipertimbangkan dengan

baik.

6.67. Jika peralatan eksperimen tersebut harus menembus batas reaktor, maka

alat tersebut harus dirancang dengan tetap menjaga fungsi kungkungan dan

perisai radiasi reaktor. Sistem proteksi untuk peralatan eksperimen harus

dirancang untuk melindungi keduanya, peralatan dan reaktor.

Seleksi dan Penuaan Bahan

6.68. Pada tahap perancangan, pemilihan bahan harus sudah dipertimbangkan

dengan marjin keselamatan yang cukup untuk mengantisipasi efek penuaan.

Jika tidak tersedia data sifat bahan yang cukup, maka program inspeksi dan

pengujian periodik harus disiapkan dan hasil-hasil yang diperoleh dari program

kegiatan itu harus digunakan untuk meninjau ulang kemampuan rancangan

pada interval yang tepat. Ada kemungkinan persyaratan untuk menyediakan

dalam rancangan pemantauan bahan yang sifat mekaniknya mungkin berubah

selama operasi akibat berbagai faktor seperti tegangan korosi dan radiasi.

Faktor keselamatan dapat diperbaiki dengan seleksi bahan yang memiliki

kekuatan tinggi dan titik leleh tinggi.

65

6.69. Untuk menjamin semua item yang penting bagi keselamatan

melaksanakan fungsi keselamatannya, marjin yang tepat harus diberikan dalam

rancangan untuk mempertimbangkan efek penuaan dan degradasi potensial

terkait usia. Efek penuaan harus dipertimbangkan dalam semua keadaan,

termasuk periode perawatan dan pemadaman.

6.70. Kelengkapan harus disediakan untuk keperluan pemantauan, pengujian,

pengambilan sampel dan inspeksi yang ditujukan guna deteksi, pengkajian,

pencegahan dan mitigasi efek penuaan.

Kelengkapan Untuk Pemadaman Berkelanjutan

6.71. Banyak reaktor riset yang dibiarkan pada kondisi padam dalam rentang

waktu yang panjang untuk berbagai tujuan, misalnya modifikasi atau persiapan

dekomisioning. Persiapan dengan penyediaan perlengkapan harus sudah

diberikan sejak perancangan untuk menjaga bahan bakar nuklir, pendingin

reaktor ata moderator, untuk inspeksi, pengujian periodik dan perawatan SSK

yang relevan. Perhatian khusus harus diberikan pada racun neutron berumur

panjang yang akan mempengaruhi awal pengoperasian kembali reaktor.

Analisis Keselamatan

6.72. Analisis kecelakaan harus dilakukan terhadap rancangan reaktor riset. Di

dalam analisis tersebut harus tercakup analisis tanggapan reaktor terhadap

suatu rentang berbagai kejadian awal terpostulasi (seperti kesalahan fungsi

atau kegagalan peralatan, kesalahan operator atau kejadian eksternal) yang

dapat membuat timbulnya kejadian operasi terantisipasi atau kondisi

kecelakaan (lihat juga pustaka [7]). Hasil-hasil analisis ini harus dipergunakan

untuk dasar rancangan item yang penting dalam keselamatan dan seleksi BKO

reaktor. Analisis juga harus digunakan secara tepat dalam pengembangan

prosedur operasi, program inspeksi dan pengujian berkala, praktek

penyimpanan catatan, jadwal perawatan, usulan modifikasi dan rencana

kedaruratan.

66

6.73. Lingkup analisis keselamatan mencakup:

(a) karakterisasi kejadian awal terpostulasi;

(b) analisis sekuensi kejadian dan evaluasi konsekuensi kejaidan awal

terpostulasi;

(c) pembandingan hasil analisis dengan kriteria penerimaan radiologik dan

batas desain;

(d) pembuktian bahwa tindakan yang dilakukan pada kejadian operasi

terantisipasi dan dan DBA adalah dapat dilakukan dengan car tanggap

otomatik sistem keselamatan yang dikombinasi dengan tindakan

operator yang telah direncanakan;

(e) penentuan BKO untuk operasi normal

(f) analisis sistem keselamatan dan fitur keselamatan terekayasa;

(g) analisis perlengkapan pengungkungan

6.74. Untuk setiap kejadian awal terpostulasi, informasi yang bersifat kualitatif

maupun kuantitatif tentang aspek-aspek berikut perlu dipertimbangkan dalam

evaluasi:

(a) parameter input, kondisi awal, kondisi batas, asumsi, model dan

program perhitungan komputer yang digunakan;

(b) sekuensi kejadian dan kinerja sistem reaktor;

(c) sensitivitas terhadap mode kegagalan tunggal dan kegagalan sebab-

sama;

(d) sensitivitas terhadap faktor manusia;

(e) analisis transien;

(f) identifikasi kondisi kerusakan;

(g) pelepasan produk fisi potensial dan paparan radiasi;

(h) penentuan karakteristik sumber produk fisi (source terms);

(i) evaluasi konsekuensi radiologis

Untuk setiap sekuensi kejadian yang dipertimbangkan, persyaratan yang

diperuntukkan bagi sistem keselamatan dan sistem operasi lain untuk

difungsikan melebihi operasi normalnya pada kondisi DBA harus diidentifikasi.

67

Kejadian-kejadian ini pada umumnya dievaluasi dengan metode deterministik.

Sebagai pelengkap evaluasi dapat digunakan teknik probabilistik. Hasil-hasil

analisis pelengkap ini memberikan input untuk desain sistem keselamatan dan

batasan fungsinya.

6.76. Ketika memang diperlukan, analisis harus mencakup pertimbangan yang

berkaitan dengan peralatan eksperimental dengan penekanan pada aspek

keselamatan peralatan tersebut sendiri dan efeknya terhadap keselamatan

reaktor (lihat pustaka [15]).

6.77. Kemamputerapan metode analisis harus diverifikasi.

6.78. Hasil-hasil analisis keselamatan reaktor tersebut, termasuk pengaruh

gangguan proses terantisipasi dan kegagalan komponen terpostulasi serta

kesalahan manusia (kejadian awal terpostulasi), harus dituangkan dalam

dokumen LAK untuk evaluasi kemampuan reaktor dalam mengendalikan atau

mengakomodasi situasi dan kegagalam seperti itu.

PERSYARATAN KHUSUS RANCANGAN

Teras Reaktor dan Sistem Kendali Raktivitas

Teras Reaktor dan Rancangan Bahan Bakar

6.79. Pertimbangan yang tepat dari aspek neutronik, termohidraulik, mekanik,

bahan, kimia dan iradiasi yang berhubungan dengan reaktor secara

keseluruhan harus diambil dalam rancangan elemen dan perangkat bahan

bakar, reflektor dan komponen teras lain.

6.80 Analisis harus dilakukan untuk memperlihatkan bahwa batas dan kondisi

iradiasi yang diinginkan (seperti kerapatan fisi, fisi total pada akhir masa hidup,

fluens neutron) dapat diterima dan tidak akan menimbulkan kerusakan serius

atau pembengkakan (swelling) pada elemen bahan bakar. Batas atas

terantisipasi untuk deformasi yang diperkirakan mungkin terjadi harus

68

dievaluasi. Analisis ini harus didukung dengan data eksperimental atau

pengalaman iradiasi. Rancangan bahan bakar harus mempertimbangkan

persyaratan yang terkait dengan aspek pengelolaan elemen teriradiasi untuk

jangka panjang.

6.81. Semua konfigurasi teras reaktor yang diperkirakan dari teras awal hingga

teras setimbang untuk berbagai jadwal pengoperasian harus dipertimbangkan

dalam rancangan.

6.82. Teras reaktor (yaitu elemen bahan bakar, reflektor, geometri kanal

pendinginan, piranti iradiasi dan bagian penopang) harus dirancang untuk

mempertahankan seluruh parameter lebih rendah dari batas yang ditentukan

dalam semua keadaan operasional. Dalam rancangan harus disediakan sistem

pemantauan integritas bahan bakar. Jka terjadi kegagalan bahan bakar,

investigasi harus dilakukan untuk mengidentifikasi elemen bahan bakar yang

rusak. Batas yang diizinkan harus tidak terlampaui (lihat juga paragraf 7.96-

7.102) and jika perlu reaktor harus dipadamkan dan bahan bakar yang rusak

harus ditarik ke luar teras.

6.83. Teras reaktor harus dirancang sedemikian sehingga kerusakan bahan

bakar dalam kondisi DBA, jika terjadi, harus tetap dipertahankan dalam batas

yang dapat diterima.

6.84. Teras reaktor, termasuk elemen bahan bakar, mekanisme pengendalian

reaktivitas22 dan peralatan eksperimen, harus dirancang dan dibuat sedemikian

sehingga batas rancangan maksimum yang diizinkan yang ditetapkan untuk

semua kondisi operasi tidak dilampaui. Batas rancangan harus telah

mempertimbangkan marjin, misalnya marjin untuk ketidakpastian dan toleransi

rekayasa, yang tepat.

22 Mekanisme pengendalian reaktivitas adalah piranti dalam semua jenis untuk mengendalikan

reaktivitas, termasuk batang pengatur, batang atau pelat kendali, dan piranti untuk

mengendalikan ketinggian moderator.

69

6.85. Teras reaktor harus dirancang sedemikian sehingga reaktor dapat

dipadamkan, didinginkan dan dijaga dalam kondisi subkritis dengan marjin yang

memadai untuk kondisi operasi dan DBA. Keadaan reaktor harus dikaji untuk

kondisi BDBA terseleksi.

6.86. Jika memungkinkan, rancangan teras reaktor perlu memanfaatkan

karakteristik keselamatan melekat untuk meminimumkan konsekuensi kondisi

kecelakaan (yang diakibatkan oleh transien dan instabilitas).

Sistem Kendali Reaktivitas

6.87. Tersedianya reaktivitas negatif yang cukup dalam alat pengendali

reaktivitas harus dipertimbangkan untuk menjamin reaktor dapat dibawa ke

kondisi subkritis dan dipertahankan dalam keadaan subkritis dalam semua

keadaan operasional dan kondisi DBA. Reaktivitas negatif tersebut harus

mempertimbangkan pula adanya peralatan eksperimen yang memberikan

kontribusi reaktivitas positif tertinggi. Desain pengendali reaktivitas juga harus

mempertimbangkan keusangan dan efek iradiasi, seperti fraksi bakar,

perubahan sifat fisika dan produksi gas.

6.88. Laju pertambahan reaktivitas positif maksimum yang diizinkan oleh sistem

kendali reaktivitas atau oleh sebuah eksperimen harus ditentukan dan harus

dibatasi pada nilai yang dijustifikasi dalam LAK.

6.89. Harus ditunjukkan dalam rancangan bahwa sistem pengendali reaktivitas

akan berfungsi secara baik dalam semua kondisi operasi dan terjaga

kemampuan pemadamannya dalam kondisi DBA, termasuk dalam hal

kegagalan sistem itu sendiri.

Sistem Pemadaman Reaktor

6.90. Paling tidak satu sistem pemadaman otomatik harus dimasukkan dalam

desain. Adanya sistem pemadaman kedua yang independen mungkin

70

diperlukan, tergantung pada karakteristik reaktor dan harus dipertimbangkan

secara serius.

6.91. Efektivitas, kecepatan tindak dan marjin pemadaman23 sistem

pemadaman reaktor harus sedemikian sehingga batas dan kondisi yang

ditentukan dapat dipenuhi.

6.92. Tidak ada satu kegagalan tunggal pun dalam sistem pemadaman yang

mampu mencegah sistem memenuhi fungsi keselamatannya ketika diperlukan

(misalkan dengan batang kendali yang paling reaktif terkunci pada posisi

tertarik penuh dari teras).

6.93. Satu atau lebih sistem yang dipicu secara manual untuk keperluan

pemadaman darurat mungkin juga diperlukan dan ini harus didasarkan pada

pertimbangan matang.

6.94. Instrumentasi harus disediakan dan pengujian harus dilakukan untuk

menjamin bahwa cara pemadaman selalu dalam keadaan siaga pada suatu

kondisi reaktor. Untuk sistem kendali reaktivitas digital berbasis komputer,

verifikasi dan validasi perangkat lunaknya harus dilakukan.

Sistem Proteksi Reaktor

6.95. Sistem proteksi reaktor harus dirancang untuk bekerja secara otomatik

dan independen terhadap sistem yang lain. Sebagai tambahan, sinyal trip

reaktor manual harus disediakan sebagai input untuk sistem proteksi reaktor.

23 Marjin pemadaman adalah reaktivitas negatif yang diberikan sebagai tambahan reaktivitas

negatif yang diperlukan untuk mempertahankan reaktor dalam kondisi subkritis tanpa batas

waktu, dengan piranti kendali paling reaktif dipindahkan dari teras dan dengan semua

eksperimen yang dapat dipindah atau diubah selama operasi dalam kondisi mereka yang paling

reaktif.

71

6.96. Sistem proteksi reaktor harus mampu memicu secara otomatik tindakan

protektif yang diperlukan untuk keseluruhan rentang kejadian awal terpostulasi

dengan tujuan menghentikan kejadian tersebut secara aman. Kesalahan fungsi

(kegagalan tunggal) bagian dari sistem perlu dipertimbangkan dalam

memperkirakan kemampuan sistem. Dalam beberapa kasus, tindakan operator

secara manual mungkin dapat dipertimbangkan sebagai cukup andal jika

kondisi berikut dipenuhi:

(a) tersedia waktu yang cukup;

(b) informasi telah diproses dan ditampilkan secara tepat;

(c) diagnosis sederhana dan tindakan telah didefinisikan secara jelas;

(d) operator tidak terbebani secara berlebihan.

6.97. Perlu dipertimbangkan kemampuan untuk menginisiasi pemadaman

reaktor dari sebuah lokasi yang jauh.

6.98. Sistem proteksi reaktor harus dirancang dengan cara yang sedemikian

sehingga tindakan otomatik yang diperlukan, sekali diinisiasi, tidak ada tindakan

manual yang dapat membatalkan atau menghalanginya dan tidak ada tindakan

manual yang diperlukan dalam periode pendek menyusul sebuah kecelakaan.

Tindakan protektif, sekali dipicu secara otomatik oleh sistem proteksi reaktor,

harus diproses hingga selesai. Tindakan otomatik oleh sistem proteksi reaktor

seperti tersebut harus tidak dapat kembali-sendiri (self-resetting) dan

pengembalian ke operasi harus dilakukan secara sengaja oleh tindakan

operator.

6.99. Kemungkinan pelangkaun saling-kunci dan trip sistem proteksi reaktor

harus dievaluasi secara hati-hati dan cara yang tepat untuk melindungi sistem

saling-kunci dan trip yang penting untuk keselamatan dariterlangkaui secara

tidak sengaja harus disiapkan.

6.100. Rancangan sistem proteksi raktor harus menggunakan prinsip

redundansi dan independensi yang cukup untuk menjamin bahwa tidak ada

kegagalan tunggal yang dapat mengakibatkan kehilangan sistem protektif

72

otomatik. Teknik perancangan seperti sifat gagal-aman dan keragaman harus

digunakan sepanjang dapat diterapkan untuk mencegah kehilangan fungsi

proteksi reaktor. Tindakan protektif otomatik yang tepat harus diinisiasi secara

otomatik.

6.101. Sistem proteksi reaktor harus dirancang untuk membawa reaktor ke

keadaan aman dan mempertahankannya dalam kondisi aman meskipun jika

sistem proteksi reaktor mengalami kegagalan sebab sama (misalkan kegagalan

perangkat keras atau kegagalan akibat penuaan atau faktor manusia).

6.102. Semua komponen sistem proteksi reaktor harus mampu diuji fungsinya.

6.103. Harus dijamin dalam rancangan bahwa set-points dapat ditetapkan

dengan marjin antara titik picu dan batas keselamatan sedemikian sehingga

tindakan yang dipicu oleh sistem proteksi reaktor akan dapat mengendalikan

proses sebelum batas keselamatan dicapai. Beberapa faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam penetapan marjin adalah:

(a) akurasi instrumen;

(b) ketidakpastian dalam kalibrasi;

(c) penyimpangan instrumen;

(d) waktu tanggap sistem dan instrumen.

6.104. Jika sistem berbasis komputer digunakan untuk sistem proteksi reaktor,

persyaratan di bawah ini harus diterapkan:

(a) perangkat keras dan lunak berkualitas tinggi harus digunakan;

(b) proses pengembangan keseluruhan, termasuk pengendalian, pengujian

dan komisioning perubahan desain harus secara sistematik

didokumentasikan dan dapat ditinjau ulang;

(c) untuk memastikan keandalan sistem berbasis komputer, pengkajian

sistem tersebut harus dilakukan oleh ahli yang independen terhadap

perancang dan pemasoknya.

73

6.105. Bila integritas sistem berbasis komputer tidak dapat diperlihatkan

dengan tingkat kepercayaan tinggi, cara berbeda untuk menjamin pemenuhan

fungsi proteksi (misalkan dengan sistem analog) harus diberikan.

Sistem Pendingin Reaktor dan Sistem Terkait

Sistem Pendingin Reaktor

6.106. Sistem pendingin reaktor harus dirancang untuk menyediakan

pendinginan teras reaktor secara cukup dengan marjin yang dapat diterima dan

dibuktikan.

6.107. Sistem yang mengungkung pendingin reaktor harus dirancang untuk

memungkinkan dilakukannya pengujian dan inspeksi sehingga kemungkinan

kebocoran, keretakan yang dapat berkembang cepat dan rusak getas dapat

dideteksi. Pertimbangan harus diberikan pada rancangan untuk memperoleh

karakteristik yang menjamin propagasi keretakan yang lambat. Konsep multi

barier dapat diadopsi (misalkan, sistem pendinginan primer mungkin

dikungkung secara penuh dalam blok kolam atau dalam rancangan khusus

untuk mengatasi kebocoran yang mungkin).

6.108. Pada rancangan reaktor dengan pendingin air, perhatian khusus harus

ditujukan untuk mencegah ketaktergenangan teras. Fitur khusus, seperti

penetrasi di atas teras, lubang sifon atau sistem pengisolasi yang dapat

mencegah hilangnya pendingin dari teras, perlu digunakan. Rancangan dan

pembuatan sistem tersebut harus dijamin berkualitas tinggi dan ditambah

dengan kemudahan diinspeksi, diuji dan redundan.

6.109. Pembatas pendingin reaktor harus dirancang untuk memudahkan pra-

layan (pre-service) dan inspeksi dalam-layanan (in service) serta pengujian.

6.110. Jka sistem terpisah dikehendaki untuk pendinginan teras setelah reaktor

padam, sistem yang memadai dan andal, sebagai tambahan untuk sistem

pendinginan primer, harus disediakan untuk memindahkan panas residual.

74

6.111. Untuk sistem reaktor yang menggunakan flapper24 atau sistem ekivalen

untuk pendinginan sirkulasi alamiah, dan hal itu merupakan bagian dari sistem

keselamatan (atau dipertimbangkan sebagai fitur keselamatan terekayasa),

sejumlah piranti redundan harus digunakan (dalam penerapan kriteria

kegagalan tunggal), termasuk piranti untuk verifikasi fungsi dan memberikan

sinyal ke sistem proteksi reaktor.

6.112. Pendinginan reaktor jangka panjang harus disediakan dengan kinerja

perpindahan panas yang andal dari bahan bakar ke pembuangan panas akhir.

6.113. Jika sistem dua fluida yang beroperasi pada tekanan yang berbeda

dihubungkan, maka ada dua pilihan, yaitu keduanya harus dirancang untuk

bertahan pada tekanan lebih tinggi, atau kelengkapan harus disediakan untuk

menghilangkan kemungkinan tekanan rancangan sistem yang beroperasi pada

tekanan lebih rendah terlampaui, dalam asumsi terjadinya kegagalan tunggal.

6.114. Reaktor harus dilengkapi dengan sistem pemantauan dan pengendalian

sifat (misalnya pH dan konduktivitas) pendingan dan/atau moderator reaktor,

dan untuk memindahkan substansi radioaktif, termasuk produk fisi, dari

pendingin reaktor.

Sistem Pendinginan Teras Darurat

6.115. Jika dipersyaratkan, sistem pendinginan teras darurat harus disediakan

untuk mencegah kerusakan bahan bakar dalam kecelakaan kehilangan air

pendingin. Jenis kecelakaan apa yang harus ditangani oleh sistem pendinginan

teras darurat harus diidentifikasi dan dianalisis untuk memperlihatkan bahwa

sistem mampu memenuhi persyaratan tersebut.

24 Flapper adalah katup pasif yang membuka ketika aliran lebih rendah dari nilai yang

ditetapkan untuk memungkinkan pembentukan sirkuit sirkulasi alam dalam hal kehilangan aliran

paksa.

75

6.116. Sistem pendinginan darurat tersebut harus mampu mempertahankan

temperatur teras dalam batas-batas keselamatan yang diizinkan untuk jangka

waktu yang cukup panjang.

6.117. Sistem pendinginan teras darurat harus mampu mencegah kerusakan

yangsignifikan pada bahan bakar untuk rentang kecelakaan kehilangan air

pendingin yang ditetapkan dalam dasar rancangan (yaitu, pada kondisi DBA,

kerusakan bahan bakar dan pelepasan bahan radioaktif harus dijaga dalam

batas yang diizinkan). Prosedur khusus untuk pendinginan teras pada kondisi

BDBA harus dipertimbangkan.

6.118. Sistem pendinginan teras darurat harus dirancang dengan keandalan

yang cukup untuk memenuhi persyaratan pada paragraf 6.35-6.43. Sistem

harus dirancang sesuai funsi yang dikehendaki pada kejadian kegagalan

tunggal apa pun.

6.119. Sistem pendinginan teras darurat harus dirancang untuk memudahkan

inspeksi periodik komponen dan harus dirancang untuk kemudahan pengujian

fungsi dalam rangka verifikasi kinerja.

Pengungkungan

6.120. Cara-cara pengungkungan25 harus dirancang untuk menjamin bahwa

pelepasan bahan radioaktif (produk fisi dan produk aktivasi) menyusul sebuah

25 Pengungkungan adalah fungsi pengikatan bahan radioaktif dalam reaktor nuklir sehingga

mencegah atau memitigasi pelepasannya secara tak dikehendaki. Pengungkungan adalah satu

fungsi keselamatan dasar yang dipersyaratkan untuk memenuhi dalam mode operasi normal,

kejadian operasional terantisipasi, kecelakaan dasar rancangan dan, sejauh dapat

dipraktekkan, dalam kecelakaan di luar dasar rancangan (lihat pustaka [22], paragraf 4.6).

Fungsi pengungkungan pada umumnya dipenuhi oleh beberapa barier mengitari bagian utama

reaktor nuklir yang berisi bahan radioaktif (lihat paragraf 2.19, 6.6). Untuk reaktor riset, gedung

reaktor adalah barier terakhir untuk menjamin pengungkungan. Pertimbangan dapat diberikan

pada penggunaan struktur lain (misalkan blok reaktor dalam reaktor riset tertutup penuh) untuk

memberikan pengungkungan yang secara teknis layak. Untuk kebanyakan rancangan reaktor

76

kecelakaan yang melibatkan kerusakan teras, tidak melampaui batas yang

dapat diterima. Cara pengungkungan ini dapat berupa barier fisik yang

menyelubungi bagian utama reaktor riset yang berisi bahan radioaktif. Barier

fisik seperti itu harus dirancang agar mampu mencegah atau memitigasi

pelepasan bahan radioaktif tak terencana baik dalam kondisi operasi maupun

DBA. Pada umumnya, termasuk dalam sistem pengungkungan ini adalah

gedung reaktor dan item yang lain. Item yang lain tersebut dapat berupa sumur

atau tangki penampung luapan, sistem ventilasi darurat biasanya dengan

filtrasi, piranti isolasi pada tempat penetrasi barier, dan satu titik pelepasan

yang biasanya pada bagian yang ditinggikan.

6.121. Cara-cara pengungkungan harus dirancang dengan keandalan yang

cukup untuk memenuhi persyaratan dalam paragraf 6.32-6.34.

6.123. Agar pengungkung berfungsi secara benar, tekanan di dalam barier

harus ditetapkan pada tingkat yang akan mencegah pelepasan bahan radioaktif

tak terkendali ke lingkungan. Pada penetapan tekanan ini, variasi kondisi

atmosfer (misalkan kecepatan angin dan tekanan atmosfer) harus

dipertimbangkan.

6.124. Dalam rancangan cara pengungkungan, pengaruh kondisi ekstrim

(misalkan ledakan dalam barier) dan kondisi lingkungan akibat kecelakaan,

termasuk kondisi yang timbul dari kejadian eksternal dan internal didaftar pada

Lampiran, sejauh itu relevan (misalkan kondisi kebakaran dan kenaikan

tekanan yang mengikuti) harus dipertimbangkan sesuai dengan dasar

rancangan.

6.125. Barier harus dirancang dengan marjin yang tepat untuk tekanan tertingi

yang diperkirakan melalaui hitungan dan beban temperatur pada kondisi DBA.

nuklir besar, struktur kuat yang melingkupi reaktor adalah barier terakhir yang memberikan

pengungkungan. Struktur seperti itu disebut struktur sungkup atau secara singkat sungkup.

Sungkup juga melindungi reaktor dari kejadian eksternal dan memberikan perisai radiasi dalam

keadaan normal dan kecelakaan.

77

6.126. Setiap penetrasi yang melalui barier harus mampu ditutup secara

otomatik dan andal jika kondisi DBA berlangsung (termasuk kondisi-kondisi

yang mengakibatkan kenaikan tekanan), sehingga kebocoran dari barier dapat

dikendalikan untuk mencegah pelepasan bahan radioaktif ke lingkungan.

6.127. Kelengkapan yang memungkinkan pengujian kinerja awal dan periodik

dengan tujuan pemeriksaan laju kebocoran udara dan kinerja operasional

sistem ventilasi harus dimasukkan dalam rancangan.

6.128. Ketika pengungkungan bergantung pada efisiensi filter, perlengkapan

harus disediakan untuk pengujian periodik efisiensi filter secara in-situ

6.129. Untuk struktur dan komponen yang melaksanakan fungsi

pengungkungan, penutup atau pelapisannya harus dipilih secara selektif dan

metode penerapannya harus dipastikan untuk menjamin pemenuhan fungsi

keselamatannya dan meminimumkan interferensi dengan fungsi keselamatan

yang lain dalam hal penutup atau pelapis tersebut rusak.

6.130. Untuk reaktor riset yang memiliki bahaya potensial lebih besar,

pertimbangan harus diberikan pada kelengkapan struktur pengungkung untuk

menjamin bahwa dalam kondisi DBA, termasuk kejadian internal dan eksternal,

setiap pelepasan bahan radioaktif akan dijaga lebih rendah dari batas yang

diizinkan. Prosedur khusus harus disiapkan untuk mitigasi konsekuensi BDBA

terseleksi.

Peralatan Eksperimental

6.131. Peralatan eksperimen harus dirancang sedemikian sehingga tidak

memberi pengaruh buruk bagi keselamatan reaktor dalam setiap keadaan

operasi. Secara khusus, peralatan eksperimen harus dirancang sedemikian

sehingga operasi atau kegagalannya tidak akan berakibat pada perubahan

reaktivitas reaktor yang tidak dapat diterima, pada pengurangan kapasitas

pendinginan atau pada paparan radiasi yang tidak dapat diterima.

78

6.132. Dasar rancangan jarus ditetapkan untuk setiap piranti eksperimental baik

yang terkait langsung maupun tidak dengan reaktor. Timbunan bahan radioaktif

di dalam piranti eksperimen dan juga potensi pembangkitan atau pelepasan

energi harus dipertimbangkan. Analisis keselamatan juga harus dilakukan,

termasuk analisis kerusakan yang menyebabkan kerusakan piranti eksperimen

oleh kejadian awal terpostulasi pada reaktor.

6.133. Jika piranti keselamatan disambungkan dengan sistem proteksi reaktor,

piranti tersebut harus dirancang untuk mempertahankan kualitas sistem

proteksi reaktor. Kemungkinan interaksi yang bersifat merusak harus dikaji.

6.134. Jika diperlukan untuk keselamatan reaktor dan keselamatan eksperimen,

rancangan harus menyiapkan sistem pemantauan parameter eksperimen yang

tepat di ruang kendali dan harus mencakup fitur keselamatan spesifik, jika

perlu, untuk sistem reaktor, untuk alat eksperimen dan untuk fasilitas terkait

yang lain, seperti ruang perlindungan yang berisi peralatan eksperimental yang

menyimpan sejumlah energi.

6.135. Persyaratan untuk penggunaan yang aman dari peralatan eksperimen

dan persyaratan untuk memutuskan peralatan dan eksperimen mana yang

harus disampaikan ke badan pengawas harus dimasukkan dalam BKO. Kondisi

batas dan BKO untuk keselamatan operasi (lihat paragraf 7.35) harus disiapkan

dan disatukan secara tepat dalam BKO reaktor riset. Rencana dekomisioning

awal harus disiapkan. Panduan lanjut tentang keselamatan piranti

eksperimental diberikan dalam pustaka [15].

Instrumentasi dan Kendali

6.136. Reaktor harus dilengkapi dengan instrumentasi yang cukup untuk

memantau operasi dan sistem proses dalam operasi normal serta merekam

semua variabel yang penting untuk keselamatan. Selain itu, reaktor harus

dilengkapi dengan pengendali yang tepat, baik manual maupun otomatik, untuk

mempertahankan parameter dalam rentang operasi yang telah ditentukan.

79

Reaktor juga harus dilengkapi dengan indikator yang cukup dan instrumen

perekam untuk memantau parameter reaktor terpenting selama dan menyusul

kejadian operasi terantisipasi atau bahkan DBA. Instrumentasi ini juga harus

memadai untuk keperluan tanggap darurat.

6.137. Seleksi dan penataan instrumentasi dan cara tampilan harus dirancang

dengan pertimbangan prinsip ergonomik, untuk memungkinkan operator

memahami informasi dan mengambil tindakan keselamatan yang tepat,

sehingga mengurangi kemungkinan kesalahan operator. Pengaturan letak pada

umumnya dipusatkan pada suatu ruang kendali utama dilengkapi dengan

peralatan tepat. Tindakan yang tepat harus diambil untuk melindungi penghuni

ruang kendali ini selama kejadian operasional terantisipasi dan kecelakaan.

6.138. Jika rancangan sedemikian sehingga sistem yang penting untuk

keselamatan tergantung pada kinerja sistem berbasis komputer, standar dan

praktek yang tepat untuk pengujian dan pengembangan perangkat keras dan

lunak harus ditetapkan dan diadopsi sepanjang masa hidup sistem. Untuk

sistem instrumentasi dan kendali digital berbasis komputer, verifikasi, validasi

dan pengujian perangkat lunak harus dimungkinkan untuk dilakukan.

6.139. Tingkat keandalan yang disyaratkan harus sesuai dengan keutamaan

keselamatan sistem. Tingkat keandalan yang disyaratkan harus dicapai dengan

suatu strategi yang komprehensif yang menggunakan berbagai cara (termasuk

rejim analisis dan pengujian yang efektif) pada tiap tahap pengembangan

sistem dan strategi validasi untk memastikan bahwa persyaratan rancangan

sistem telah terpenuhi. Kondisi penggunaan peralatan dan penyimpanannya

serta efek faktor lingkungan (misalkan kelembaban, temperatur ekstrim, medan

elektromagnetik) harus dipertimbangkan dalam analisis keandalan.

6.140. Tingkat keandalan yang diasumsikan dalam analisis keselamatan untuk

sistem berbasis komputer harus mencakup konservatisme untuk

mengkompensasi kompleksitas melekat teknologi dan konsekuensi kesulitan

dalam analisis.

80

6.141. Dalam rancangan sistem instrumentasi dan kendali, kelengkapan harus

disediakan untuk startup sumber neutron dan instrumentasi yang didedikasikan

untuk startup pada saat sistem dibutuhkan. Persyaratan ini harus dipenuhi

untuk semua aktivitas komisioning dan setelah pemadaman yang panjang.

6.142. Sistem alarm audio dan visual harus disediakan untuk indikasi dini

perubahan kondisi operasi reaktor yang dapat mempengaruhi keselamatannya.

6.143. Rancangan harus mencakup perlengkapan secukupnya untuk inspeksi,

pengujian dan perawatan instrumentasi terkait keselamatan.

6.144. Jika dirasa perlu, ruang kendali tambahan yang terpisah dan independen

secara fungsi dari ruang kendali utama harus dibuat dimana staf dapat

mengoperasikan reaktor dalam kejadian darurat. Informasi tentang parameter

yang penting dan kondisi radiologis dalam fasilitas serta lingkungannya harus

disediakan dalam ruang kendali tambahan. Sistem yang dirancang untuk tujuan

tersebut harus dipertimbangkan sebagai sistem terkait keselamatan..

Sistem Proteksi Radiasi

6.145. Sistem proteksi radiasi harus disediakan dalam fasilitas reaktor riset

untuk menjamin pemantauan yang mencukupi baik pada kondisi operasi, DBA

maupun bahkan BDBA, yang mencakup:

(a) alat ukur laju dosis stasioner untuk memantau laju radiasi lokal di tempat

yang secara rutin ditempati oleh pekerja dan di tempat lain (misalkan

tabung berkas) dimana tingkat radiasi dapat sering berubah.

(b) Alat ukur laju dosis radiasi stasioner untuk mengindikasikan tingkat

radiasi secara umum di beberapa tempat yang tepat dalam hal kejadian

operasi terantisipasi, DBA dan, sepanjang dapat dipraktekkan, BDBA.

(c) Pemantau untuk mengukur aktivitas radioaktif di atmosfer di area yang

secara rutin dihuni oleh pekerja dan di tempat dimana tingkat aktivitas

radioaktif di udara dapat mencapai batas yang memerlukan tindakan

protektif.

81

(d) Peralatan dan laboratorium stasioner untuk menentukan konsentrasi

radionuklida tertentu dalam sistem proses fluida dan di dalam sampel

gas dan cairan yang diambil dari fasilitas reaktor riset atau lingkungan di

sekitar reaktor dalam kondisi operasi, DBA atau BDBA.

(e) Peralatan stasioner untuk memantau efluen sebelum atau selama

pelepasannya ke lingkungan.

(f) Piranti untuk mengukur kontaminasi radioaktif permukaan.

(g) Instalasi dan peralatan yang diperlukan untuk mengukur dosis dan

kontaminasi pekerja.

(h) Pemantau radiasi di pintu masuk dan titik keluar-masuk yang lain dari

fasilitas untuk bahan radioaktif yang dipindahkan dari gedung reaktor

tanpa izin atau oleh kontaminasi tak dikehendaki.

6.146. Seperti disyaratkan, instrumentasi disebutkan di atas harus digunakan

untuk memberikan indikasi di dalam ruang kendali dan posisi pengendalian

yang tepat dalam semua keadaan operasional, DBA dan BDBA.

6.147. Tindakan harus diambil untuk mencegah penyebaran kontaminasi

radioaktif dengan cara sistem pemantauan yang memadai (lihat juga paragraf

7.72-7.78).

6.148. Sebagai tambahan untuk pemantauan di dalam fasilitas, jika diperlukan,

dipasang juga sistem pemantauan di perbatasan fasilitas untuk menentukan

konsekuensi radiologi ke lingkungan.

Sistem Penyimpanan dan Penanganan Bahan Bakar

6.149. Rancangan reaktor riset harus mencakup perlengkapan untuk

penanganan dan penyimpanan bahan bakar segar dan teriradiasi secara aman.

6.150. Rancangan harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai

dengan jumlah bahan bakar bekas yang harus ditampung. Hal ini harus sesuai

dengan program manajemen teras dan pemindahan bahan bakar dari fasilitas

serta harus sesuai pula dengan persyaratan yang ditetapkan pada paragraf

82

6.154, dan kondisi batas terdokumentasi untuk operasi aman dan pengujian

periodik seperti yang ditetapkan pada BKO dan LAK (lihat paragraf 7.35).

6.151. Rancangan harus mencakup kelengkapan untuk pengambilan bahan

bakar dari teras secara aman pada setiap saat.

6.152. Implikasi penyimpanan bahan bakar teriradiasi jangka panjang harus

dipertimbangkan dalam rancangan.

6.153. Sistem penanganan dan penyimpanan bahan bakar segar dan teriradiasi

(bekas) harus dirancang untuk:

(a) mencegah timbulnya kritikalitas yang tak dikehendaki;

(b) memungkinkan proses inspeksi dan pengujian periodik;

(c) meminimalkan kehilangan atau kerusakan bahan bakar;

(d) mencegah jatuhnya benda berat yang tak dikehendaki di atas bahan

bakar;

(e) memungkinkan penyimpanan bahan bakar yang rusak;

(f) menyediakan sistem proteksi radiasi;

(g) menyediakan fasilitas untuk memantau kondisi kimiawi dan aktivitas

medium penyimpanan;

(h) menyediakan proteksi fisik terhadap tindak pencurian dan sabotase;

(i) mencegah beban tegangan pada bahan bakar dengan tingkat yang tidak

dapat diterima;

(j) mengidentifikasi setiap elemen bahan bakar.

6.154. Sistem penanganan dan penyimpanan bahan bakar teriradiasi harus

dirancang dengan mempertimbangkan kecukupan pengambilan panas baik

dalam kondisi operasi normal maupun DBA.

Sistem Pasokan Daya Listrik

6.155. Dasar untuk sistem catu daya normal dan darurat harus ditentukan.

Ketersediaan sistem pasokan daya listrik yang andal untuk fungsi-fungsi

83

penting (misalkan sistem proteksi reaktor, sistem pendinginan, sistem proteksi

radiasi, komunikasi, proteksi fisik, sistem instrumentasi, penerangan darurat

dan ventilasi darurat) dalam kondisi DBA harus dicakup dalam dasar

rancangan.

6.156. Pertimbangan harus diberikan terhadap kebutuhan pasokan daya tak

terputus.

6.157. Ketersediaan sistem catu daya listrik darurat dengan keandalan yang

cukup harus dipertimbangkan untuk menjamin ketersediaan daya listrik darurat

ketika itu diperlukan untuk sistem yang penting bagi keselamatan.

6.158. Periode maksimum ketaktersediaan catu daya listrik AC dan DC harus

ditentukan dan dibuktikan bahwa hal itu dapat diterima.

6.159. Dalam rancangan sistem catu daya listrik darurat, persyaratan beban

inisiasi berbagai item peralatan yang dilayani oleh sistem harus diperhitungkan.

6.160. Cara yang tepat untuk menguji kemampuan fungsi sistem catu daya

listrik darurat harus diberikan dalam rancangan.

6.161. Dalam pemilihan ataupun pembuatan jalur kabel listrik, mekanisme

kegagalan sebab-sama seperti kebakaran atau interferensi listrik harus

dipertimbangkan, dan solusi yang tepat (seperti redundansi, pemisahan atau

pemilihan bahan yang tepat) harus diadopsi dalam rancangan.

Sistem Limbah Radioaktif

6.162. Rancangan dan operasi (lihat paragraf 7.104) reaktor riset harus

sedemikian sedemikian sehingga dapat meminimalkan pembangkitan limbah

radioaktif. Sistem pengolahan limbah radioaktif harus mencakup perlengkapan

pemantauan dan pengendalian untuk mempertahankan pelepasan bahan

radioatif serendah yang dapat dicapai secara masuk akal dan lebih rendah dari

batas yang diizinkan.

84

6.163. Perlengkapan untuk mengurangi paparan radiasi ke pekerja dan ke

lingkungan, misalnya sistem peluruhan dan perisai radiasi, harus

dipertimbangkan dalam rancangan.

6.164. Cara yang tepat untuk mengukur pembuangan ke lingkungan, seperti

sistem sampling dan pemantauan efluen radioaktif, harus dipertimbangkan

dalam rancangan

6.165. Cara-cara untuk penanganan, pengumpulanm oemrosesan,

penyimpanan, pengambilan daei tapak dan pembuangan limbah radioaktif,

sesuai dengan keperluan, harus disediakan dalam rancangan. Jika limbah

radioaktif cair yang harus ditangani, kelengkapan harus tersedia untuk

pendeteksian kebocoran dan pengambilan kembali limbah.

6.166. Sistem untuk penanganan limbah radioaktif padat atau terkonsentrasi,

termasuk penyimpanan di dalam tapak untuk periode waktu yang masuk akal,

harus diberikan dalam rancangan.

Gedung dan Struktur

6.167. Gedung dan struktur yang penting dalam hubungannya dengan

keselamatan harus dirancang untuk semua kondisi operasi reaktor, termasuk

DBA dan jika mungkin BDBA. Meskipun demikian, item-item ini mungkin

merupakan fitur keselamatan terekayasa yang harus memenuhi persyaratan

khusus seperti disebutkan pada paragraf 6.32-6.34.

6.168. Gedung dan struktur yang penting untuk keselamatan juga harus

dirancang sehingga dapat mempertahankan tingkat radiasi dan pelepasan

radioaktif di dalam dan luar-tapak serendah mungkin dan tetap lebih rendah

dari batas yang diizinkan dalam keadaan operasional dan DBA.

6.169. Persyaratan derajat ketakbocoran/kekedapan gedung reaktor atau

gedung dan struktur lain yang berisi bahan radioaktif dan persyaratan untuk

85

sistem ventilasi harus ditentukan sesuai dengan hasil analisis keselamatan

reaktor dan penggunaannya.

Sistem Bantu

6.170. Kegagalan sistem bantu apa pun, meskipun sistem ini bukan merupakan

bagian penting dari keselamatan, harus tidak mengacaukan keselamatan

reaktor. Tindakan yang memadai harus diambil untuk mencegah pelepasan

bahan radioaktif ke lingkungan dalam kejadian kegagalan setiap sistem bantu

yang berisi bahan radioaktif.

6.171. Dimana perlu untuk keselamatan reaktor riset dan fasilitas terhubung,

kelengkapan sistem komunikasi yang memadai diperlukan.

7. OPERASI26

KELENGKAPAN ORGANISASI

Struktur dan Tanggung Jawab Organisasi Pengoperasi

7.1. Organisasi pengoperasi harus membentuk struktur manajemen reaktor

riset yang tepat dan harus menyediakan semua keperluan infrastruktur untuk

pelaksanaan operasi reaktor. Organisasi untuk operasi reaktor (manajemen

26 Operasi mencakup semua aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan perancangan dan

konstruksi atau modifikasi suatu reaktor riset nuklir. Hal ini mencakup: perawatan, pengujian,

dan inspeksi; penanganan bahan bakar dan bahan radioaktif, termasuk produksi radioisotop;

pemasangan, pengujian dan operasi piranti eksperimental; penggunaan berkas neutron;

penggunaan sistem reaktor riset untuk penelitian dn pengembangan dan pendidikan dan

pelatihan; dan aktivitas terkait lain.

86

reaktor27) harus mencakup manajer reaktor dan personil pengoperasi.

Organisasi pengoperasi harus menjamin bahwa semua kelengkapan yang

dibutuhkan untuk semua fungsi yang berhubungan dengan operasi dan

penggunaan fasilitas reaktor riset secara aman, seperti inspeksi, pengujian dan

perawatan periodik, proteksi radiasi, jaminan kualitas dan layanan pendukung

yang sesuai.

7.2. Organisasi pengoperasi harus bertanggung jawab secara keseluruhan

terhadap keselamatan reaktor riset, yang harus tidak didelegasikan. Manajer

reaktor harus memiliki tanggung jawab langsung dan kewenangan yang

diperlukan untuk operasi reaktor riset secara aman. Meskipun demikian, badan

pengawas harus memegang kewenangan untuk melarang aktivitas tertentu

atau untuk mensyaratkan pertimbangan ulangnya jika hal itu memang

dipandang perlu. Untuk itu, sistem untuk tinjau ulang dan pelaporan kejadian

abnormal harus dibentuk.

7.3. Organisasi pengoperasi harus menetapkan fungsi dan tanggung jawab

posisi-posisi kunci dalam organisasi untuk operasi reaktor. Khususnya,

organisasi pengoperasi harus membentuk jalur otoritas dan komunikasi secara

jelas antara manajer reaktor, panitia keselamatan, kelompok proteksi radiasi,

kelompok perawatan, personil jaminan kualitas dan pelaksana eksperimen.

7.4. Organisasi pengoperasi harus menentukan posisi staf yang mensyaratkan

lisensi atau sertifikat dan harus memberikan pelatihan yang memadai sesuai

dengan persyaratan badan pengawas (lihat juga paragraf 7.11-7.27).

Khususnya, manajer reaktor, supervisor dan operator reaktor harus memegang

lisensi atau sertifikat yang dikeluarkan oleh otoritas yang tepat.

7.5. Organisasi pengoperasi harus menetapkan dan menerapkan program

proteksi radiasi untuk menjamin bahwa semua aktivitas yang melibatkan

paparan radiasi atau potensi paparan telah direncanakan, disupervisi dan

27 Manajemen reaktor terdiri dari anggota organisasi pengoperasi yang memiliki tanggung

jawab dan otoritas untuk mengendalikan fasilitas operasi reaktor riset.

87

dijalankan untuk mencapai tujuan yang disebutkan pada paragraf 7.93-7.107.

Secara khusus, organisasi pengoperasi harus menjamin bahwa tindakan yang

mencukupi tersedia untuk memberikan perlindungan terhadap bahaya radiasi

yang timbul dari proyek penggunaan atau modifikasi reaktor (lihat juga paragraf

7.42-7.50).

7.6. Organisasi pengoperasi harus memegang tanggung jawab keseluruhan

untuk penyiapan dan penyelesaian secara memuaskan program komisioning

(lihat paragraf 7.42-7.50).

7.7. Organisasi pengoperasi harus menyiapkan dan mengeluarkan spesifikasi

dan prosedur, khususnya untuk pengadaan, pemuatan, pemanfaatan,

pengambilan, penyimpanan, pemindahan dan pengujian bahan bakar,

komponen teras dan bahan fisil segar atau teriradiasi.

7.8. Dalam tahap pengoperasian reaktor riset, organisasi pengoperasi harus

mengenal dengan baik proyek dekomisioning pada reaktor sejenis untuk

memudahkan pengkajian kompleksitas dan biaya dekomisioning akhir

reaktornya sendiri. Sebelum dekomisioning, organisasi pengoperasi harus

menyiapkan rencana rinci untuk menjamin keselamatan selama dekomisioning

nantinya.

7.9. Organisasi pengoperasi harus menyiapkan laporan rangkuman periodik

yang berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan seperti

disyaratkan oleh badan pengawas dan harus menyampaikan laporan tersebut

ke panitia keselamatan dan ke badan pengawas.

7.10. Organisasi harus bertanggungjawab untuk menjamin hal-hal berikut:

(a) Rancangan yang memungkinkan reaktor riset dioperasikan secara aman

dan reaktor dibangun sesuai dengan rancangan yang telah disetujui.

(b) LAK disiapkan dan dipertahankan terkini.

(c) Proses komisioning membuktikan bahwa persyaratan perancangan telah

dipenuhi.

88

(d) Program proteksi radiasi disusun dan diterapkan.

(e) Prosedur kedaruratan telah ditetapkan dan diterapkan.

(f) Reaktor riset selalu dioperasikan dan dirawat sesuai dengan persyaratan

keselamatan oleh personil terkualifikasi secara tepat dan personil yang

berpengalaman.

(g) Personil dengan tanggung jawab terkait dengan pengoperasian yang

aman telah dilatih secara mencukupi, dan program pelatihan dan

penyegaran ditetapkan, diterapkan dan dijaga tetap terkini serta secara

periodik dikaji ulang untuk verifikasi efektivitasnya (lihat juga paragraf

7.27-7.28).

(h) Fasilitas dan layanan tersedia secara cukup selama operasi.

(i) Informasi tentang kejadian yang dapat dilaporkan, termasuk setiap

pengkajian kejadian itu dan tindakan perbaikan yang dimaksudkan,

disampaikan ke badan pengawas.

(j) Budaya keselamatan ditumbuhkembangkan dalam organisasi untuk

menjamin bahwa sikap personil dan tindakan serta interaksi semua

individu dan organisasi benar-benar kondusif untuk operasi yang aman

(lihat paragraf 2.11-2.14).

(k) Program jaminan kualitas (lihat catatan kaki 14) yang tepat tersedia dan

diterapkan (lihat paragraf 2.21 dan 4.5-4.13).

(l) Manajemen reaktor diberi kewenangan dan sumber daya yang cukup

untuk dapat memenuhi tugasnya secara efektif.

(m)Reaktor riset dioperasikan dan dipertahankan sesuai BKO dan prosedur

operasi (lihat paragraf 7.29-7.41 dan 7.51-7.55).

(n) Bahan fisil dan radioaktif yang digunakan atau dibangkitkan harus

terkendali.

(o) Pengalaman operasi, termasuk pengalaman operasi pada reaktor yang

mirip, secara hati-hati dipelajari untuk mengetahui tanda-tanda pemicu

kecenderungan ke kondisi yang berlawanan dengan keselamatan,

sehingga tindakan perbaikan dapat dilakukan sebelum kondisi buruk

yang lebih serius muncul dan pengulangan kejadian dapat dicegah.

Personil Pengoperasi

89

7.11. Organisasi pengoperasi harus menunjuk tanggung jawab langsung dan

kewenangan operasi reaktor yang aman kepada manajer reaktor. Tugas utama

manajer reaktor harus mencakup pengejawantahan tanggung jawab tersebut

(lihat paragraf 7.2). Manajer reaktor harus memiliki tanggung jawab

keseluruhan untuk semua aspek operasi, inspeksi, pengujian dan perawatan

periodik serta penggunaan dan modifikasi reaktor.

7.12. Manajer reaktor harus secara jelas mendokumentasikan tugas, tanggung

jawab, pengalaman diperlukan dan persyaratan pelatihan untuk personil

pengoperasi, dan jalur komunikasinya. Personil lain yang terlibat dalam operasi

atau pemanfaatan reaktor (misalkan personil pendukung teknis dan pelaksana

eksperimen) harus juga memiliki tugas, tanggung jawab dan jalur komunikasi

yang terdokumentasi secara jelas.

7.13. Manajer reaktor harus menentukan persyaratan minimum untuk

rekruitmen personil dengan berbagai disiplin yang diperlukan untuk

keselamatan operasi pada semua kondisi operasi reaktor. Persyaratan ini

termasuk jumlah personil dan tugasnya. Personil yang diberi tugas sebagai

supervisi langsung trhadap operasi harus secara jelas diidentifikasi setiap saat.

Ketersediaan staf yang akan diperlukan untuk berperan pada saat kondisi

kecelakaan juga diidentifikasi.

7.14. Manajer reaktor harus bertanggung jawab dalam menjamin bahwa

personil yang dipilih untuk operasi reaktor telah diberi pelatihan dan

penyegaran yang diperlukan untuk operasi yang aman dan efisien dan

pelatihan dan penyegaran tersebut dievaluasi secara benar. Harus ada

pelatihan yang diikuti yan gberhubungan dengan prosedur baik dalam kondisi

operasional maupun kecelakaan (lihat paragraf 7.51-7.55).

7.15. Meskipun telah ada personil proteksi radiasi independen (lihat paragraf

7.22), personil pengoperasi, termasuk personil pendukung teknis dan

pelaksana eksperimen, harus diberikan pelatihan proteksi radiasi yang sesuai.

90

7.16. Program rinci mengenai operasi reaktor dan eksperimen menggunakan

reaktor harus disiapkan sebelumnya dan harus disetujui oleh manajer reaktor.

7.17. Manajer reaktor harus bertanggung jawab atas aktivitas yang terkait

dengan manajemen teras, penanganan bahan bakar serta penanganan bahan

fisil lain.

7.18. Manajer reaktor harus secara periodik melakukan tinjau ulang atas

operasi reaktor, termasuk eksperimen, dan mengambil tindakan perbaikan yang

diperlukan dalam hal terjadi masalah yangteridentifikasi. Manajer reaktor harus

memperoleh saran dari panitia keselamatan atau harus mengundang penasihat

untuk meninjau ulang isu keselamatan penting yang muncul dalam komisioning,

operasi, inspeksi, pengujian dan perawatan periodik, dan modifikasi reaktor dan

eksperimen.

7.19. Personil pengoperasi harus mengoperasikan fasilitas sesuai dengan BKO

dan prosedur yang telah disetujui (lihat paragraf 7.29-7.41 dan 7.51-7.55).

Jumlah dan jenis personil pengoperasi yang diperlukan akan tergantung pada

aspek rancangan reaktor, seperti tingkat daya, siklus tugas dan penggunaan.

7.20. Setiap operator reaktor yang berlisensi atau yang memiliki kewenangan

harus memiliki kewenangan untuk memadamkan reaktor jika ada alasan

keselamatan.

7.21. Kelompok perawatan harus ditetapkan oleh organisasi pengoperasi untuk

menerapkan program inspeksi, pengujian dan perawatan periodik seperti

disebutkan pada paragraf 7.56-7.66. Pada beberapa reaktor riset, supervisor

dan operator reaktor dilatih untuk melakukan tugas ini.

Personil Proteksi Radiasi

7.22. Kelompok proteksi radiasi harus ditetapkan untuk menyiapkan dan

menerapkan program proteksi radiasi dan menyarankan kepada manajer

91

reaktor dan organisasi pengoperasi terhadap hal yang berhubungan dengan

proteksi radiasi. Hal ini didiskusikan pada paragraf 7.93-7.107.

Personil Pendukung Tambahan

7.23. Organisasi pengoperasi harus menyediakan personil teknis tambahan

seperti staf untuk pelatihan, staf keselamatan dan kimiawan reaktor.

7.24. Organisasi pengoeprasi harus mengatur penyediaan asistensi oleh

personil kontraktor sejauh diperlukan.

Panitia Keselamatan

7.25. Panitia Keselamatan yang bertugas memberikan pertimbangan kepada

manajer reaktor (lihat paragraf 4.15) harus memberikan penilaian terhadap

persoalan keselamatan yang disampaikan oleh manajer reaktor. Secara

khusus, Panitia Keselamatan harus melakukan tinjau ulang terhadap

kecukupan dan keselamatan eksperimen dan modifikasi yang diusulkan dan

harus memberikan rekomendasi tindakan kepada manajer reaktor. (Lihat juga

paragraf 4.15 dan 7.18)

7.26. Apapun pertimbangan Panitia Keselamatan, manajer reaktor (lihat

paragraf 7.15) harus memiliki kewenangan untuk menolak atau menunda

pelaksanaan eksperimen atau modifikasi yang oleh manajer reaktor dipandang

tidak aman dan harus menyampaikan usulan eksperimen tersebut ke otoritas

yang lebih tinggi untuk mendapatkan tinjau ulang tambahan.

PELATIHAN, PENYEGARAN DAN KUALIFIKASI

7.27. Program pelatihan dan penyegaran harus disiapkan dan diterapkan untuk

personil pengoperasi, termasuk manajer reaktor, supervisor, operator reaktor,

staf proteksi radiasi, personil perawatan, personil jaminan kualitas dan pekerja

lain yang bekerja di fasilitas reaktor riset. Pelatihan dan penyegaran reguler

92

harus disiapkan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan personil

secara kontinyu.

7.28. Prosedur untuk verifikasi efektivitas program pelatihan dan kualifikasi

harus disiapkan.

BATAS DAN KONDISI OPERASI

Umum

7.29. Sekumpulan BKO yang penting untuk keselamatan reaktor, termasuk

batas keselamatan, penetapan sistem keselamatan, kondisi pembatas untuk

operasi aman, persyaratan untuk inspeksi, penngujian dan perawatan berkala

dan persyaratan administratif lain, harus ditetapkan dan disampaikan ke badan

regulasi untuk dilakukan tinjau ulang dan kajian.

7.30. BKO tersebut harus digunakan untuk menyediakan kerangka kerja

operasi reaktor riset secara aman. BKO harus disiapkan untuk setiap tahap

dalam masa hidup reaktor (misalnya, komisioning dan operasi). Personil

pengoperasi harus memahami dengan baik BKO tersebut.

7.31. BKO harus dipilih secara memadai, ditetapkan secara jelas dan diuraikan

secara tepat (misalkan dengan menyatakan secara jelas, untuk setiap BKO,

tujuan keterpakaian dan spesifikasinya; yaitu batas yang ditetapkan dan

dasarnya). Pemilihan dan nilai BKO harus mengacu dalam LAK, pada

rancangan reaktor atau pada aspek yang terkait dengan tindak pengoperasian,

dan harus dapat diperlihatkan bahwa hal itu konsisten dengan LAK yang

mencerminkan status terkini reaktor.

Batas Keselamatan

7.32. Batas keselamatan harus ditentukan untuk menjaga integritas barier fisik

yang melindungi reaktor riset terhadap pelepasan bahan radioaktif tak

terkendali. Untuk banyak reaktor riset, barier fisik yang pertama dan utama

93

adalah kelongsong elemen bahan bakar. Untuk reaktor yang lain, barier fisik

utama adalah batas pendingin primer.

7.33. Batas keselamatan tersebut ditujukan untuk parameter yang penting

seperti temperatur dan variabel proses yang dapat diukur yang dapat

mempengaruhi integritas barier dan yang dapat dikendalikan.

Penetapan (Nilai Batas) Sistem Keselamatan

7.34. Untuk setiap parameter yang ditetapkan sebagai batas keselamatan dan

parameter terkait keselamatan lain yang penting, harus ada sistem yang

memantau parameter tersebut dan memberikan sinyal yang dapat digunakan

dalam mode otomatik untuk mencegah parameter tersebut melampaui batas

yang ditetapkan. Titik yang dipilih untuk sebagai saat dilakukannya tindakan

pencegahan itu dan mencerminkan marjin keselamatan minimum yang

diizinkan disebut sebagai nilai batas sistem keselamatan. Marjin keselamatan

tersebut akan memberikan kelonggaran untuk, di antaranya, karakteristik

transien sistem, waktu tanggap peralatan dan ketakakuratan alat pengukuran.

Kondisi Pembatas untuk Operasi yang Aman

7.35. Kondisi pembatas untuk operasi yang aman adalah kondisi yang

ditetapkan untuk menjamin bahwa ada marjin yang dapat diterima antara nilai

operasi normal dan nilai batas sistem keselamatan. Penentuan kondisi

pembatas untuk operasi yang aman ini dimaksudkan menghindari aktuasi

sistem keselamatan terlalu sering yang tak dikehendaki. Kondisi pembatas

operasi aman harus mencakup batas parameter operasi, persyaratan yang

terkait dengan peralatan dapat operasi minimum dan tingkat pekerja minimum

serta tindakan yang ditetapkan yang harus dilakukan oleh personil pengoperasi

untuk mempertahankan batas sistem keselamatan.

Persyaratan Untuk Inspeksi, Pengujian Periodik dan Perawatan

94

7.36. Persyaratan untuk frekuensi dan lingkup inspeksi, pengujian dan

perawatan periodik, pemeriksaan kemampuoperasian, dan kalibrasi semua item

yang penting dalam keselamatan untuk menjamin kesesuaian dengan nilai

batas sistem keselamatan dan kondisi pembatas untuk operasi aman, harus

ditetapkan.

7.37. Persyaratan untuk inspeksi, pengujian dan perawatan periodik tersebut

harus mencakup spesifikasi yang menyatakan secara jelas tentang

kemamputerapan, frekuensi kinerja dan deviasi yang dapat diterima. Untuk

pertimbangan fleksibilitas operasi, spesifikasi tentang frekuensi harus

menyatakan interval rata-rata dengan maksimum yang tidak boleh dilampaui.

Persyaratan Administratif

7.38. BKO harus mencakup persyaratan atau pengendalian administratif

tentang struktur organisasi dan tanggung jawab posisi kunci dalam operasi

reaktor, pengaturan personil (staffing), pelatihan dan penyegaran personil

fasilitas, prosedur tinjau ulang dan audit, modifikasi, eksperimen, catatan dan

laporan, dan tindakan yang diminta menyusul pelanggaran BKO.

Pelanggaran BKO

7.39. Dalam hal operasi reaktor menyimpang dari satu atau lebih BKO, tindakan

penyelesaian harus diambil dan badan pengawas harus diberi tahu.

7.40. Tindakan-tindakan yang harus diambil oleh personil pengoperasi dan

batas waktu yang diizinkan jika kondisi batas untuk operasi aman dilampaui

harus dipersiapkan secara tertulis sebelumnya. Dalam hal ini manajemen

reaktor harus menjalankan investigasi tentang sebab dan konsekuensi dan

harus mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah terulangnya kejadian.

Badan pengawas harus diberitahu secepatnya.

7.41. Jika batas keselamatan tidak dapat diamati, reaktor harus segera

dipadamkan dan dipertahankan dalam kondisi aman. Dalam situasi ini, badan

95

pengawas harus segera diberi tahu, investigasi sebab dan konsekuensi harus

segera dilakukan oleh organisasi pengoperasi dan laporan harus segera

disampaikan ke badan pengawas untuk pengkajian sebelum reaktor

dioperasikan kembali.

KOMISIONING

Program Komisioning

7.42. Program komisioning yang memadai harus disiapkan untuk pengujian

komponen dan sistem reaktor setelah pembangunan atau modifikasinya guna

menunjukkan bahwa komponen dan sistem telah sesuai dengan tujuan

rancangan dan kriteria kinerja. Program komisioning ini dimaksudkan untuk

menguji komponen dan sistem reaktor apakah telah memenuhi tujuan desain

dan kriteria kinerja atau tidak. Program komisioning tersebut harus menetapkan

pula: organisasi dan tanggung jawab untuk komisioning, tahap komisioning,

pengujian SSK yang layak dengan dasar nilai kepentingan dalam keselamatan,

jadwal pengujian, prosedur komisioning dan pelaporan, metode tinjau ulang dan

verifikasi, pengolahan kekurangan dan penyimpangan dan persyaratan untuk

dokumentasi.

7.43. Peralatan eksperimental yang akan digunakan harus mendapat

pertimbangan yang mencukupi selama komisioning reaktor.

7.44. Program komisioning tersebut harus disampaikan ke panitia keselamatan

dan badan pengawas dan harus ditinjau ulang dan dikaji sebelum diterapkan.

Organisasi dan Tanggung Jawab

7.45. Organisasi pengoperasi, perancang dan fabrikator (pembuat) harus

bersama-sama terlibat dalam penyiapan dan eksekusi program komisioning.

Proses komisioning harus melibatkan kerjasama antara organisasi pengoperasi

dan pemasok untuk menjamin cara efektif mengenal karakteristik reaktor.

96

Sementara itu, hubungan erat antara badan pengawas dan organisasi

pengoperasi harus tetap terjalin selama proses komisioning. Khususnya, hasil-

hasil pengujian yang secara langsung berpengaruh terhadap keselamatan

harus dapat diakses oleh panitia keselamatan dan badan pengawas untuk

melakukan tinjau ulang dan persetujuan.

Tahapan dan Pengujian Komisioning

7.46. Uji komisioning harus diatur dalam kelompok sesuai fungsi dan dalam

urutan yang logik. Urutan itu termasuk uji pra-operasi, uji kritikalitas awal, uji

daya rendah, peningkatan daya dan uji daya. Satu uji harus hanya dapat

dilakukan jika urutan sebelumnya telah berhasil dilakukan. Program

komisioning harus dibagi dalam beberapa tahapan yang pada umumnya diatur

dalam urutan sebagai berikut:

- Tahap A: uji sebelum pemuatan bahan bakar;

- Tahap B: pemuatan bahan bakar, uji kritikalitas awal dan uji daya

rendah;

- Tahap C: peningkatan daya dan uji daya.

Prosedur Komisioning dan Pelaporan

7.47. Prosedur harus disiapkan, ditinjau ulang dan disetujui untuk setiap

tahapan komisioning sebelum dimulainya tahap tersebut. Selanjutnya, aktivitas

komisioning harus dilakukan menurut prosedur tertulis yang telah disetujui

tersebut. Jika perlu, prosedur harus mencakup titik-pegang, yaitu saat untuk

pelaporan dan keikutsertaan panitia keselamatan, badan luar, pembuat dan

badan pengawas.

7.48. Program komisioning harus mencakup kelengkapan dan prosedur untuk

audit, tinjau ulang dan verifikasi sebagai cara untuk menjamin bahwa program

telah dilaksanakan sesuai rencana dan tujuan telah tercapai seluruhnya.

Kelengkapan juga harus disiapkan untuk menyelesaikan setiap kekurangan

atau penyimpangan yang dijumpai selama uji komisioning.

97

7.49. Laporan aktivitas komisioning harus disusun serinci mungkin dan sesuai

dengan persyaratan jaminan kualitas. Laporan tersebut mencakup lingkup,

urutan dan hasil yang diharapkan. Secara lebih rinci isi laporan tersebut harus

mencakup hal-hal berikut:

(a) tujuan pengujian dan hasil yang diharapkan;

(b) kelengkapan keselamatan yang disyaratkan selama pengujian;

(c) tindakan pencegahan (pengamanan) dan pra-kondisi.

(d) prosedur pengujian.

(e) laporan pengujian, termasuk rangkuman data terkumpul dan analisisnya,

evaluasi hasil, identifikasi kelemahan, jika ada, dan setiap tindakan

perbaikan yang diperlukan.

7.50. Hasil uji komisioning, baik yang dilakukan oleh organisasi pengoperasian

maupun oleh pemasok, harus tersedia pada organisasi pengoperasian dan

dijaga semasa hidup reaktor.

PROSEDUR PENGOPERASIAN

7.51. Prosedur pengoperasian harus disiapkan dan ditetapkan untuk semua

operasi yang terkait dengan keselamatan yang mungkin dilakukan selama umur

fasilitas, termasuk:

(a) Komisioning.

(b) Operasi pada semua kondisi operasi dan, jika cocok, pemuatan,

pengambilan dan perpindahan elemen dan perangkat bahan bakar atau

komponen reflektor dan teras yang lain, termasuk peralatan eksperimen,

di dalam reaktor,.

(c) Perawatan komponen atau sistem utama yang berhubungan dengan

keselamatan.

(d) Inspeksi periodik, kalibrasi dan pengujian SSK yang penting untuk

operasi reaktor secara aman.

(e) Aktivitas proteksi radiasi.

98

(f) Proses tinjau ulang dan persetujuan untuk operasi, perawatan,

pelaksanaan iradiasi dan eksperimen yang dapat berpengaruh pada

keselamatan reaktor atau pada reaktivitas teras.

(g) Tanggapan operator reaktor dalam hal antisipasi terhadap kejadian

operasi terantisipasi, DBA dan jika diperlukan, BDBA.

(h) Kedaruratan28.

(i) Proteksi fisik.

(j) Penanganan limbah radioaktif dan pematauan dan pengendalian

pelepasan radioaktif.

(k) Inspeksi, pengujian dan perawatan periodik reaktor dan sistem bantu

selama periode pemadaman berkepanjangan.

(l) Pemanfaatan.

(m)Modifikasi.

(n) Aktivitas yang bermotif administratif tetapi memiliki kemungkinan

berpengaruh pada keselamatan (misalkan pengendalian pengunjung).

(o) Jaminan kualitas.

7.52. Prosedur pengoperasian harus disiapkan oleh personil pengoperasi

reaktor bekerjasama, jika memungkinkan, dengan perancang reaktor,

fabrikator, dan dengan staf lain di dalam organisasi pengoperasi serta petugas

proteksi radiasi. Salah satu hal terpenting adalah bahwa prosedur

pengoperasian tersebut harus konsisten dengan BKO dan berguna untuk

pengamatan BKO setiap saat. Prosedur pengoperasian harus disusun sesuai

prosedur umum jaminan kualitas yang mengatur tentang format, penyusunan,

tinjau ulang dan pengendaliannya. Prosedur pengoperasian harus ditinjau ulang

secara independen (misalkan oleh panitia keselamatan) dan disetujui oleh

manajer reaktor.

7.53. Prosedur pengoperasian harus ditinjau ulang dan diperbarui secara

periodik dengan dasar dari pengalaman penggunaannya, atau, jika kebutuhan

28 Dalam banyak hal, prosedur kedaruratan disusun sebagai elemen rencana kedaruratan

terpisah (lihat paragraf 7.72-7.78).

99

meningkat, sesuai dengan prosedur internal yang telah ditetapkan sebelumnya.

Prosedur tersebut harus tersedia selama operasi reaktor.

7.54. Semua yang terlibat dalam pengoperasian dan pemanfaatan reaktor

harus menerima pelatihan tentang prosedur pengoperasian tersebut.

7.55. Seandainya ada aktivitas yang tidak dicakup dalam prosedur tersebut,

maka prosedur tambahan harus disiapkan, dikaji dan disetujui sebelum operasi

dimulai. Pelatihan tambahan untuk staf yang relevan dengan prosedur tersebut

harus diberikan.

INSPEKSI, PENGUJIAN dan PERAWATAN PERIODIK

7.56. Inspeksi, pengujian dan perawatan periodik harus dilaksanakan dalam

setiap reaktor riset adalah untuk menjamin bahwa SSK dapat berfungsi sesuai

dengan maksud rancangan dan persyaratan yang ditetapkan, sesuai dengan

BKO dan keselamatan jangka panjang reaktor. Dalam hal ini, istilah perawatan,

termasuk di dalamnya perawatan pencegahan dan perawatan perbaikan.

7.57. Program inspeksi, pengujian dan perawatan periodik tersebut, khususnya

item yang berhubungan dengan keselamatan reaktor, harus terdokumentasi

yang didasarkan pada LAK. Dengan program tersebut harus dijamin bahwa

tingkat keselamatan tidak berkurang selama eksekusinya. Program ini harus

senantiasa secara berkala dikaji ulang untuk memasukkan pengalaman

operasi. Semua kegiatan inspeksi, pengujian dan perawatan periodik untuk

sistem atau item yang penting bagi keselamatan harus dilaksanakan mengikuti

prosedur tertulis yang telah disetujui. Prosedur harus menentukan tindakan-

tindakan yang harus dilakukan untuk setiap perubahan dari konfigurasi reaktor

normal dan harus mencakup kelengkapan untuk restorasi ke konfigurasi normal

setelah penyelesaian aktivitas. Sistem izin kerja yang sesuai dengan

persyaratan jaminan kualitas harus diterapkan untuk inspeksi, pengujian dan

perawatan berkala, termasuk prosedur pengecekan sebelum dan setelah

pekerjaan. Prosedur ini harus mencakup kriteria penerimaan. Harus tersedia

100

struktur tinjau ulang dan persetujuan untuk pelaksanaan pekerjaan yang

didefinisikan secara jelas.

7.58. Inspeksi tak-rutin atau perawatan perbaikan sistem atau item yang

penting untuk keselamatan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan

rencana dipersiapkan secara khusus. Inspeksi in-service yang dilaksanakan

untuk tujuan keselamatan dan dengan dasar program harus dilaksanakan

dengan cara yang mirip.

7.59. Keputusan pekerjaan perawatan terhadap peralatan yang terpasang,

pemindahan peralatan dan pemasangan kembali peralatan setelah perawatan

harus:

(a) menjadi bagian tanggung jawab manajer reaktor;

(b) sesuai dengan tujuan untuk mempertahankan tingkat keselamatan

reaktor seperti dinyatakan dalam BKO.

7.60. Frekuensi inspeksi, pengujian dan perawatan setiap SSK harus diatur

berdasarkan pada pengalaman dan harus sedemikian sehingga dapat

menjamin keandalan yang memadai, sesuai dengan persyaratan yang

ditetapkan pada paragraf 6.53.

7.62. Perawatan harus tidak mengakibatkan, baik sengaja atau tidak,

perubahan rancangan sistem reaktor yang tengah dirawat. Jika hal itu terjadi,

maka harus mengikuti prosedur dan persyaratan modifikasi.

7.63. Personil yang terkualifikasi secara tepat, yang bertugas melakukan

verifikasi apakah aktivitas telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur operasi

yang tepat dan sesuai dengan BKO, harus melakukan kajian terhadap hasil

inspeksi, pengujian dan perawatan berkala. Dalam hal ini personil tersebut

harus.

7.64. Badan pengawas harus diberi informasi setiap ketidaksesuaian yang

signifikan bagi keselamatan. Pengkajian perawatan harus dilakukan dan

101

koordinator aktivitas perawatan harus meninjau ulang hasilnya. Kelanjutan

operasi harus mendapat persetujuan koordinator aktivitas keselamatan.

MANAJEMEN TERAS dan PENANGANAN BAHAN BAKAR

7.65. Manajemen teras harus dipergunakan untuk mendukung pengoperasian

teras yang aman sesuai dengan kebutuhan program eksperimen. Kegiatan

dasar manajemen teras adalah sebagai berikut:

(a) Menentukan, dengan perhitungan menggunakan metode dan program

komputer yang tervalidasi, lokasi bahan bakar, reflektor, peralatan

keselamatan (misalnya: batang penyerap neutron, katup pengambilan

moderator dan racun dapat bakar), peralatan eksperimen dan moderator

pada posisi yang tepat di teras.

(b) Menjaga dan memperbaharui data dasar parameter untuk konfigurasi

bahan bakar dan teras.

(c) Membeli bahan bakar berdasarkan maksud rancangan dan persyaratan

BKO.

(d) Melaksanakan pemuatan bahan bakar mengikuti prosedur penanganan

bahan bakar.

(e) Memanfaatkan secara maksimal teras reaktor dengan tetap menjamin

integritas bahan bakar, yaitu dengan mempertahankan parameter sesuai

dengan maksud rancangan dan asumsi seperti dinyatakan dalam BKO

reaktor, dan dengan mendeteksi, mengidentifikasi dan mengambil bahan

bakar yang rusak.

(f) Mengambil bahan bakar teriradiasi pada saat yang tepat.

7.66. Selain aktivitas di atas, aktivitas lain yang harus dilakukan dalam program

manajemen teras untuk menjamin penggunaan bahan bakar secara aman

dalam teras atau untuk memudahkan aktivitas dasar manajemen teras adalah:

(a) Mengkaji implikasi keselamatan dari setiap bahan atau komponen teras

yang akan digunakan untuk iradiasi.

102

(b) Melakukan investigasi penyebab kerusakan bahan bakar dan mencari

cara untuk menghindari kegagalan semacam itu.

(c) Mengkaji efek iradiasi terhadap bahan dan komponen teras.

7.67. Penanganan bahan bakar meliputi pergerakan, penyimpanan,

pemindahan, pengepakan dan pengiriman bahan bakar segar dan bekas.

Persyaratan keselamatan yang dapat diterapkan harus sesuai dengan masing-

masing proses tersebut.

7.68. Prosedur harus disiapkan untuk menangani elemen bahan bakar dan

komponen teras untuk menjamin kualitas, keselamatan dan proteksi fisik dan

guna menghindari kerusakan bahan bakar. Sebagai tambahan, BKO harus

ditetapkan dan prosedur harus disiapkan dalam kaitan dengan kerusakan

elemen bahan bakar sedemikian sehingga dapat menekan jumlah bahan

radioaktif yang dilepas. Integritas bahan bakar dan teras harus secara terus

menerus dipantau menggunakan sistem deteksi kegagalan kelongsong, tidak

harus on-line. Jika dideteksi adanya kerusakan bahan bakar, maka reaktor

harus dipadamkan dan bahan bakar yang rusak harus diidentifikasi dan diambil

dari teras.

7.69. Pengepakan dan transport perangkat bahan bakar segar dan bekas harus

dilakukan sesuai dengan persyaratan nasional dan internasional dan,

seperlunya, sesuai dengan pustka [18].

7.70. Sistem pencatatan yang komprehensif harus dipunyai sesuai dengan

program jaminan kualitas untuk mencakup manajemen teras, aktivitas

penanganan bahan bakar, komponen teras dan penyimpanan bahan bakar.

KESELAMATAN TERHADAP KEBAKARAN

7.71. Organisasi pengoperasi harus melakukan analisis keselamatan terhadap

kebakaran secara periodik. Analisis ini harus mencakup pengkajian terhadap

kelemahan sistem keselamatan untuk kebakaran; modifikasi aplikasi

pertahanan berlapis; modifikasi kemampuan pemadaman kebakaran;

103

pengendalian bahan dapat bakar; pengendalian sumber pemantik api;

perawatan; pengujian; dan kesiagaan personil.

RENCANA KEDARURATAN

7.72. Rencana kedaruratan fasilitas reaktor riset harus disiapkan untuk

mencakup semua aktivitas yang direncanakan dilakukan dalam suatu keadaan

darurat. Prosedur kedaruratan harus disiapkan oleh organisasi pengoperasi

sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan badan pengawas, dan dengan

bekerjasama, jika perlu, dengan otoritas negara dan lokal atau badan lain untuk

menjamin koordinasi yang efektif dalam semua layanan tapak dan bantuan

eksternal dalam suatu keadaan darurat. Prosedur kedaruratan tersebut harus

didasarkan pada analisis kecelakaan dalam LAK dan kecelakaan lain yang

dipostulasikan terjadi dalam keadaan darurat. Persyaratan untuk rencana

kedaruratan diberikan pada pustka [19].

7.73. Rencana kedaruratan dan pengaturan yang disiapkan oleh organisasi

pengoperasi harus mencakup, seusai dengan keperluan:

(a) Identifikasi organisasi kedaruratan (untuk kesiapsiagaan dan

tanggapan), termasuk otoritas dan tanggungjawab masing-masing

personil kunci.

(b) Identifikasi dan klasifikasi kedaruratan.

(c) Penentuan kondisi yang menandai pendeklarasian keadaan darurat,

daftar personil yang diberi kewenangan mendeklarasikan keadaan

darurat dan uraian prosedur atau alat pemberian peringatan.

(d) Pengaturan untuk pengkajian awal maupun yang berikutnya, termasuk

pemantauan kondisi radiologik lingkungan.

(e) Persetujuan dengan badan di luar-tapak yang akan membantu dalam

keadaan darurat, termasuk surat kesepakatan dan rincian titik

komunikasi.

(f) Tindakan pencegahan untuk meminimalkan paparan radiasi ke

seseorang dan tindakan untuk menjamin penanganan medik korban.

104

(g) Panduan batas dosis akibat paparan terhadap personil yang bertugas

menyelamatkan atau bertugas memitigasi konsekuensi keadaan darurat.

(h) Tindakan di dalam fasilitas untuk membatasi pelepasan bahan radioaktif

berkelanjutan dan penyebaran kontaminasi.

(i) Rantai komando dan komunikasi yang secara jelas menetapkan

tanggung jawab dan tugas personil dan organisasi terkait.

(j) Kelengkapan untuk menjamin keandalan komunikasi antara pusat

pengendalian kedaruratan dan lokasi internal maupun eksternal.

(k) Deskripsi fasilitas, peralatan dan prosedur untuk kedaruratan.

(l) Stok peralatan untuk kedaruratan yang harus dijaga dalam keadaan

siaga pada lokasi spesifik.

(m)Persyaratan laporan untuk menginformasikan ke otoritas.

(n) Persyaratan laporan untuk permintaan tambahan sumber daya.

(o) Tindakan yang harus diambil oleh personil dan badan yang terkait dalam

implementasi rencana kedaruratan.

(p) Kelengkapan untuk menginformasikan ke masyarakat.

(q) Kelengkapan untuk pelatihan, termasuk frekuensi dan lingkup pelatihan.

(r) Kelengkapan untuk mengakhiri dan pemulihan dari keadaan darurat.

7.74. Renacana kedaruratan harus diimplementasikan menggunakan prosedur

kedaruratan dalam bentuk dokumen daninstruksi yang merinci tindak

implementasi dan pengaturan yang disyaratkan untuk memitigasi konsekuensi

keadaan darurat. Rencana dan prosedur kedaruratan harus ditinjau ulang pada

periode tertentu dan harus diubah jika perlu untuk menjamin bahwa pelajaran

yang diperoleh (pengalaman) telah disatukan.

7.75. Personil pengoperasi harus mengambil tindakan yangtepat sesuai dengan

prosedur jedaruratan yang ditetapkan dalam menanggapi keadaan darurat.

Kelompok layanan pendukung dalam-tapak yang lain dan badan luar-tapak

harus terlibat seperti yang ditentukan dalam rencana kedaruratan, tergantung

dari karakteristik dan ekstensi kedaruratan.

7.76. Tim tanggap darurat harus mencakup dari personil dengan pengetahuan

kondisi operasi reaktor terbaru dan pada umunya dipimpin oleh manajer reaktor

105

atau yang didelegasikan. Anggota tim ini harus diinstruksikan, dilatih dan dilatih

ulang secara periodik seperti yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas mereka.

Semua personil dalam tapak harus menerima instruksi perihal langkah yang

harus diambil dalam keadaan darurat. Instruksi tersebut harus ditampilkan

secara jelas.

7.77. Latihan di lapangan harus dilakukan dalam periode waktu yang tepat dan

harus melibatkan semua personil yang bertugas melakukan tanggap darurat.

Hasil uji coba harus dikaji ulang dan pelajaran yang diperoleh darinya harus

disatukan untuk memperbaiki rencana kedaruratan.

7.78. Fasilitas, instrumen, peralatan, sistem dokumentasi dan komunikasi yang

digunakan dalam kedaruratan harus dijaga tersedia dan dalam

kondisisedemikian sehingga tidak mungkin bahwa perlengkapan tersebut

dipengaruhi atau dilumpuhkan oleh kecelakaan yang dipostulasikan.

PROTEKSI FISIK

7.79. Tindakan yang tepat harus dilakukan sesuai dengan peraturan dan hukum

nasional, untuk mencegah tindakan tak terotorisasi, termasuk tindakan

sabotase, yang dapat mengacaukan keselamatan reaktor riset dan fasilitas

terkait lain, dan menanggapinya jika tindakan itu terjadi.

7.80. Rekomendasi internasional tentang proteksi fisik bahan nuklir dan fasilitas

nuklir diberikan pada pustaka [24].

REKAMAN dan LAPORAN

7.81. Untuk keselamatan operasi reaktor, organisasi pengoperasi harus

menyimpan semua informasi penting yang menyangkut rancangan,

pembangunan, komisioning, konfigurasi terkini dan operasi reaktor. Informasi ini

harus dipertahankan terbaru sepanjang tahap operasi reaktor dan harus tetap

tersedia hingga proses dekomisioning. Informasi tersebut mencakup juga data

tapak dan lingkungan, spesifikasi desain, rincian peralatan dan bahan yang

106

diadakan, gambar teknis seperti-terbangun (as-built drawing), informasi tentang

efek kumulatif atas modifikasi, buku log (logbook), manual operasi dan

perawatan dan dokumen jaminan kualitas.

7.82. Prosedur administratif untuk pembuatan, pengumpulan, penyimpanan dan

pengarsipan catatan dan laporan harus disusun sesuai dengan program

jaminan kualitas. Informasi yang dicatat dalam buku log, daftar cek dan catatan

lain harus secara baik ditanggali dan ditandatangani.

7.83. Rekaman ketidaktaatan dan tindakan yang diambil untuk mengembalikan

reaktor riset mentaati (persyaratan) harus disiapkan dan dijaga serta harus

senantiasa tersedia untuk badan pengawas. Organisasi pengoperasi harus

menentukan rekaman yang harus dijaga dan masa penyimpanannya.

7.84. Pengaturan untuk penyimpanan dan pemeliharaan rekaman dan laporan

harus sesuai dengan program jaminan kualitas. Sistem pengelolaan dokumen

harus dirancang untuk menjamin bahwa dokumen yang kadaluarsa telah diarsip

dan personil hanya menggunakan dokumen yang terakhir. Penyimpanan

dokumen luar-tapak (misalkan di pusat pengendalian kedaruratan) untuk akses

dalam keadaan darurat harus dipertimbangkan.

PEMANFAATAN dan MODIFIKASI REAKTOR

7.85. Organisasi pengoperasian harus menjadi organisasi penanggung jawab

secara keseluruhan semua aspek keselamatan dalam hal penyiapan dan

pelaksanaan modifikasi atau eksperimen. Organisasi pengoperasian dapat

menunjuk pelaksanaan beberapa pekerjaan kepada organisasi lain tetapi tetap

tidak dapat mendelegasikan tanggung jawabnya. Secara khusus, organisasi

pengoperasian harus bertanggung jawab atas manajemen proyek pemanfaatan

atau modifikasi yang diusulkan. Dalam hal ini, manajer reaktor harus

berpartisipasi sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Untuk proyek penting,

hal itu harus mencakup penetapan sasaran dan struktur proyek, penunjukan

manajer proyek, penetapan tanggung jawab dan alokasi sumber daya. Sebagai

tambahan, sebelum proyek dimulai, manajer proyek harus menetapkan dan

107

mengikuti prosedur yang disetujui untuk mengendalikan proyek pemanfaatan

dan modifikasi.

7.86. Organisasi pengoperasian harus bertanggung jawab untuk menjamin hal-

hal berikut ini:

(a) Analisis keselamatan terhadap pemanfaatan dan modifikasi yang

diusulkan telah dilaksanakan.

(b) Kriteria kategorisasi yang telah disetujui diterapkan (lihat paragraf 7.87

dan pustaka [15]).

(c) Dokumentasi keselamatan yang relevan diikuti.

(d) Persyaratan untuk tinjau ulang dan persetujuan yang terkait dipenuhi.

Hal ini mengkin meliputi pula persyaratan untuk memperoleh

persetujuan badan regulasi sebelum memroses atau melaksanakan

proses perizinan formal.

(e) Kehati-hatian dan pengendalian keselamatan secara tepat diterapkan

pada semua personil terlibat dalam pelaksanaan modifikasi atau

eksperimen, dan pada masyarakat serta lingkungan.

(f) Jaminan kualitas diterapkan pada semua tahap dalam penyiapan dan

pelaksanaan eksperimen atau modifikasi untuk memastikan apakah

semua persyaratan dan kriteria keselamatan yang dipakai telah

dipenuhi.

(g) Semua personil yang akan terlibat dalam pelaksanaan pemanfaatan

atau modifikasi yang diusulkan mengikuti pelatihan, kualifikasi dan

berpengalaman dalam tugas tersebut dan, jika perlu, dilatih terlebih

dahulu dalam mengantisipasi pengaruh modifikasi atau pemanfaatan

terhadap operasi reaktor dan karakteristik keselamatan reaktor.

(h) Semua dokumen yang berhubungan dengan karakteristik keselamatan

reaktor, seperti LAK, BKO dan prosedur operasi, perawatan dan

kedaruratan, harus diperbarui segera seperlunya.

7.87. Proposal untuk pemanfaatan dan modifikasi reaktor riset harus

dikategorisasikan dan kriteria yang relevan untuk kategorisasi tersebut harus

ditetapkan. Proposal untuk pemanfaatan dan modifikasi harus dikategorisasikan

108

(lihat paragraf 305-326 dari pustaka [15]) baik sesuai dengan keutamaan

keselamatan atau dengan dasar pernyataan apakah perubahan yang diusulkan

akan mengletakkan oeprasi reaktor di luar BKO atau tidak.

7.88. Proyek pemanfaatan dan modifikasi yang memiliki keutamaan

keselamatan (lihat paragraf 310 dalam pustaka [15]) harus menjalani analisis

keselamatan dan prosedur rancangan, konstruksi dan komisioning yang

ekivalen dengan yang diuraikan pada paragraf 6.72 dan 6.78.

7.89. Dalam implementasi proyek pemanfaatan dan modifikasi reaktor riset,

paparan radiasi pada pekerja harus dijaga serendah dapat dicapai secara

masuk akal.

7.90. Manajer reaktor harus menetapkan prosedur untuk peninjauan ulang dan

persetujuan proposal eksperimen dan modifikasi serta untuk pengendalian

pelaksanaannya. Prosedur ini harus mencakup semua informasi yang relevan

seperti:

(a) Uraian tentang maksud eksperimen atau modifikasi.

(b) Pembenaran atas keperluan dilakukannya eksperimen atau modifikasi.

(c) Persyaratan dan kriteria untuk desain, termasuk pengkajian

keselamatannya.

(d) Uraian tentang proses fabrikasi yang terlibat.

(e) Uraian tentang prosedur pemasangan yang dilibatkan.

(f) Uraian proses komisioning.

(g) Peninjauan ulang prosedur operasi dan kedaruratan.

(h) Uraian tentang bahaya radiasi yang mungkin terhadap pelaksana

eksperimen.

(i) Uraian tentang tindakan keselamatan radiasi yang diperlukan untuk

mencegah paparan akibat kecelakaan (termasuk akses terbatas ke

fasilitas iradiasi dan ke sumber radioaktif dan/atau berkas neutron).

(j) Uraian tentang perisai radiasi yang dituntut di sekeliling fasilitas untuk

mencegah kenaikan radiasi (langsung atau terpantul) dibangkitkan

dalam kondisi normal maupun tak normal.

109

(k) Uraian tentang kebutuhan pembuangan limbah radioaktif yang dihasilkan

dalam eksperimen atau modifikasi.

(l) Daftar dokumentasi yang perlu diperbarui.

(m)Persyaratan khusus untuk pelatihan dan, jika perlu, pelisensian ulang

operator reaktor.

(n) Persyaratan jaminan kualitas.

7.91. Penggunaan dan penanganan piranti eksperimental harus dikendalikan

berdasarkan prosedur tertulis. Efek yang mungkin ditimbulkan pada reaktor,

khususnya perubahan reaktivitas, harus dipertimbangkan dalam prosedur ini.

7.92. Setiap modifikasi dilakukan terhadap peralatan eksperimen harus

mengikuti prosedur yang sama dengan yang dipergunakan dalam desain,

operasi dan persetujuan peralatan asalnya.

PROTEKSI RADIASI

Umum

7.93. Paparan radiasi pada suatu fasilitas reaktor riset harus diatur dengan

batasan dosis yang ditentukan dan disetujui oleh badan pengawas atau otoritas

berwenang yang lain untuk menjamin bahwa batas dosis maksimum tidak

terlampaui. Pada semua kondisi operasi, tujuan utama proteksi radiasi adalah

harus menghindari paparan yang tak perlu dan menjaga dosis lebih rendah dari

batasan dosis dan serendah mungkin yang dapat dicapai secara masuk akal,

dengan mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi.

7.94. Untuk kondisi kecelakaan, konsekuensi radiologis harus dijaga rendah

dengan bantuan fitur keselamatan terekayasa yang tepat dan tindakan yang

ditetapkan dalam rencana kedaruratan.

7.95. Semua dokumen dan aktivitas untuk proteksi radiasi harus selaras

dengan oersyaratan jaminan kualitas untuk operasi.

110

Program Proteksi Radiasi

7.96. Program proteksi radiasi harus disiapkan oleh organisasi pengoperasi

sesuai dengan persyaratan regulatori. Program ini harus mencakup pernyataan

kebijakan dari organisasi pengoperasi yang mencakup tujuan proteksi radiasi

(lihat paragraf 3.2 pustaka [20]) dan sebuah pernyataan komitmen dari

organisasi pengoperasi terhadap prinsip optimasi proteksi (lihat paragraf 4.9-

4.12 pustaka [20]). Program proteksi radiasi terkait dengan persyaratan

International Basic Safety Standards for Protection Against Ionizing Radiation

and and for the Safety of Radiation Sources [12] dan harus mendapat

persetujuan badan pengawas.

7.97. Program proteksi radiasi harus mengikuti persyaratan untuk proteksi

radiasi kerja dan harus mencakup tindakan sebagai berikut:

(a) Menjamin bahwa ada kerjasama antara petugas proteksi radiasi dan

petugas pengoperasi dalam menetapkan prosedur operasi dan

perawatan, terlebih jika diperkirakan ada bahaya radiasi dan menjamin

bahwa tersedia pertolongan langsung jika diperlukan.

(b) Melengkapi dengan sistem dekontaminasi untuk personil, peralatan dan

struktur.

(c) Mengendalikan kesesuaian dengan peraturan transport bahan radioaktif

yang berlaku.

(d) Mendeteksi dan mencatat setiap pelepasan bahan radioaktif.

(e) Mencatat stok bahan sumber radioaktif.

(f) Memberikan pelatihan dalam hal proteksi radiasi.

(g) Memberikan akses untuk tinjau ulang dan pembaruan program dengan

mengacu pada pengalaman.

Personil Proteksi Radiasi

7.98. Program proteksi radiasi harus mencakup penunjukan personil

terkualifikasi yang memahami tentang aspek radiologis rancangan dan operasi

111

reaktor dengan tanggung jawab pada proteksi radiasi. Personil tersebut harus

bekerja sama dengan kelompok yang mengoperasikan reaktor, tetapi nereka

harus memiliki akses pelaporan langsung ke organisasi pengoperasi yang

independen terhadap manajemen reaktor.

7.99. Seorang pakar terkualifikasi29 yang bertugas memberikan saran kepada

manajer reaktor tentang pelaksanaan program proteksi radiasi dan

kesesuaiannya dengan persyaratan yang ditetapkan pada pustaka [12], harus

diidentifikasi. Pakar tersebut juga harus memiliki akses ke manajer di dalam

organisasi pengoperasi yang memiliki kewenangan untuk menetapkan dan

menegakkan prosedur operasional.

7.100. Setiap personil di fasilitas reaktor riset harus bertanggung jawab secara

individu untuk menerapkan tindakan pengendalian paparan di area mereka

bekerja yang ditentukan dalam program proteksi radiasi. Konsekuensinya,

penekanan khusus harus diberikan dalam hal pelatihan personil untuk menjamn

bahwa mereka menyadari bahaya radiologis dan tindakan protektif yang

tersedia. Perhatian khusus harus ditujukan pada kenyataan bahwa personil

dalam fasilitas reaktor riset dapat mencakup personil yang tidak bekerja secara

permanen di fasilitas (misalkan pelaksana eksperimen, peserta pelatihan,

pengunjung dan kontraktor).

Tingkat Acuan

7.101. Untuk membantu manajemen reaktor dalam menjamin bahwa dosis

radiasi dijaga serendah mungkin dan batasan dosis tidak terlampaui, organisasi

pengoperasi harus menetapkan tingkat acuan untuk dosis dan/atau laju dosis

dan tingkat acuan pelepasan radioaktif yang lebih rendah batas otorisasi

pelepasan. Tingkat acuan tersebut harus dicakup dalam BKO dan harus

ditetapkan sesuai dengan tujuan proteksi radiasi (lihat paragraf 205 pustaka

[1]). Jika tingkat acuan dilampaui, organisasi pengoperasi harus

menginvestigasi hal tersebut untuk kegunaan tindakan perbaikan. 29 Lihat paragraf 2.31 dan 2.32 pustaka [12].

112

7.102. Jika batas dosis terpakai untuk pekerja atau paparan publik atau batas

pelepasan diizinkan terlampaui, badan pengawas dan otoritas berkompeten lain

harus diberi tahu sesuai dengan persyaratan.

Pengendalian Paparan Kerja

7.103. Untuk semua personil yang dalam pekerjaannya terekspos radiasi pada

tingkat yang signifikan, dosis yang mereka terima harus diukur, direkam dan

dikaji, seperti yang disyaratkan oleh badan pengawas atau otoritas yang

berkompeten lain. Rekaman dosis tersebut harus tersedia untuk badan

pengawas atau otoritas berkompeten lain. Persyaratan rinci untuk paparan

kerja diberikan pada Lampiran I pustaka [12].

Manajemen Limbah Radioaktif

7.104. Reaktor dan peralatan eksperimen harus dioperasikan untuk

meminimalkan produksi limbah radioaktif dalam bentuk apa pun, untuk

menjamin bahwa pelepasan bahan radioaktif ke lingkungan dijaga serendah

mungkin dapat dicapaisecara masuk akal dan untuk memudahkan penanganan

dan pembuangan limbah. Pengaturan harus disediakan untuk pengelolaan

limbah radioaktif padat, cair maupun gas di dalam fasilitas reaktor riset dan

pemindahan akhirnya dari fasilitas. Semua aktivitas yang berkaitan dengan

efluen dan limbah radioaktif harus dilaksanakan sesuai dengan program

jaminan kualitas (lihat catatan kaki 14). Persyaratan lebih lanjut tentang hal

tersebut diberikan pada pustaka [14].

7.105. Pelepasan efluen radioaktif harus dipantau dan hasilnya dicatat agar

dapat diverifikasi kesesuaiannya terhadap persyaratan regulasi yang berlaku.

Catatan itu juga harus dilaporkan secara periodik ke badan pengawas atau

otoritas berkompeten lain sesuai dengan persyaratan.

7.106. Prosedur tertulis untuk penanganan, pengumpulan, pemrosesan,

penyimpanan dan pembuangan limbah radioaktif harus diikuti. Aktivitas ini

113

harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan badan pengawas atau otoritas

berkompeten yang lain.

7.107. Rekaman yang tepat harus dijaga untuk mengidentifikasi kuantitas, tipe

dan karakteristik limbah radioaktif yang disimpan dan dibuang dari tapak reaktor

atau dipindahkan dari tapak reaktor.

PENGKAJIAN KESELAMATAN dan ASPEK TERKAIT PENUAAN

7.108. Organisasi pengoperasi harus melakukan pengkajian keselamatan

sepanjang masa hidup reaktor (lihat paragraf 2.15-2.16). Lingkup pengkajian

keselamatan harus mencakup semua aspek keselamatan dalam operasi,

termasuk proteksi radiasi, evaluasi ulang tapak, proteksi fisik dan rencana

kedaruratan. Dalam melaksanakan pengkajian keselamatan, organisasi

pengoperasi harus memberi perhatian khusus pada informasi yang ditarik dari

pengalaman operasi dan sumber lain. Program tinjau ulang komprehensif

periodik akan memenuhi persyaratan untuk pengkajian keselamatan ini.

Dengan dasar hasil pengkajian keselamatan, organisasi pengoperasi harus

menerapkan tindakan perbaikan yang diperlukan dan harus

mempertimbangkan modifikasi yang dibenarkan untuk meningkatkan

keselamatan.

7.109. Program tinjau periodik perlu mencakup aspek program untuk

manajemen penuaan untuk memperlihatkan status fasilitas dalam hal penuaan

dan untuk memberikan dasar dalam melakukan tindakan yang berhubungan

dengan efek penuaan. Jadi, tinjau ulang periodik adalah alat operasional untuk

mencegah dan memitigasi efek penuaan dan efek modifikasi yang dilakukan di

sekitar tapak. Tinjau ulang SSK reaktor yang dilakukan menggunakan teknik

tak-tusak disebut inspeksi in-service. Inspeksi in-service harus dilakukan oleh

organisasi pengoperasi di bawah program manajemen penuaan (lihat paragraf

6.68-6.70).

Peer Review

114

7.110. Beberapa tinjau ulang reaktor riset harus dilakukan oleh peer review;

yaitu oleh peninjau ulang (reviewer) dari reaktor riset lain yang memiliki kinerja

baik. Peer review seperti itu akan memberikan akses pada praktek dan program

dari reaktor riset lain (lihat paragraf 2.16 dan 4.16).

PEMADAMAN BERKEPANJANGAN

7.111. Reaktor riset mungkin mengalami periode pemadaman berkepanjangan

menyusul keputusan tertunda terhadap masa depannya, karena berbagai

pertimbangan, misalkan karena pertimbangan anggaran, ketiadaan kegiatan

pemanfaatan atau kerusakan peralatan. Dalam beberapa hal pemadaman

berkepanjangan mungkin direncanakan, tetapi sering kali tidak terantisipasi.

Organisasi pengoperasian harus mengambil tindakan yang tepat selama

pemadaman berkepanjangan untuk menjamin bahwa bahan dan komponen

tidak rusak secara serius. Tindakan berikut harus dipertimbangkan:

(a) pengambilan elemen bahan bakar dari teras reaktor ke dalam rak

penyimpanan.

(b) Pengubahan BKO sesuai dengan persyaratan pemadaman reaktor.

(c) Pemindahan komponen untuk disimpan sebagai tindakan perlindungan.

(d) Pengambilan tindakan untuk mencegah korosi dan penuaan.

(e) Mempertahankan sejumlah tepat staf di dalam fasilitas untuk maksud

melaksanakan inspeksi, pengujian dan perawatan periodik yang

diperlukan.

7.112. Organisasi pengoperasian harus mengambil keputusan yang diperlukan

sesegera mungkin untuk mengurangi periode pemadaman berkepanjangan.

Selama periode itu, organisasi pengoperasian harus mempertimbangkan

konsekuensi pemadaman untuk memenuhi kondisi lisensi (misalkan untuk

proteksi fisik bahan bakar) dan untuk kualifikasi staf pengoperasian.

115

8. DEKOMISIONING

8.1. Untuk beberapa reaktor riset yang saat ini dalam pengoperasian,

kebutuhan untuk dekomisioning tidak dipertimbangkan dalam rancangannya.

Meskipun demikian, kegiatan operasi reaktor riset tersebut, termasuk inspeksi,

pengujian dan perawatan periodik, modifikasi dan eksperimen harus dilakukan

dengan cara yang akan memudahkan dekomisioningnya. Dokumentasi reaktor

harus dijaga terbaru dan informasi tentang pengalaman penanganan SSK

terkontaminasi atau teriradiasi saat perawatan atau modifikasi reaktor harus

direkam untuk memudahkan rencana dekomisioning.

8.2. Rencana dekomisioning harus disiapkan untuk menjamin keselamatan

selama proses dekomisioning. Rencana tersebut harus disampaikan untuk

ditinjau ulang dan disetujui oleh panitia keselamatan dan badan pengawas

sebelum kegiatan dekomisioning dilaksanakan. Pedoman dekomisioning

reaktor riset diberikan pada pustaka [16].

8.3. Rencana dekomisioning harus mencakup evaluasi satu atau lebih

pendekatan untuk dekomisioning yang tepat bagi reaktor yang bersangkutan

dan sesuai dengan persyaratan dari badan pengawas. Berikut ini adalah contoh

pendekatan dekomisioning:

(a) Penyimpanan protektif reaktor dalam kondisi tak terganggu (intact)

setelah semua perangkat bahan bakar dan komponen yang dapat

dipindahkan yang terkontaminasi radioaktif atau teraktivasi, dan limbah

radioaktif diambil.

(b) Penguburan struktur teraktivasi dan komponen besar setelah semua

perangkat bahan bakar dan komponen terkontaminasi radioaktif dan

teraktivasi yang dapat dipindah serta limbah radioaktif dari reaktor

diambil.

(c) Pemindahan semua bahan radioaktif dan semua komponen teraktivasi

dan yang terkontaminasi radioaktif yang dapat dipindahkan dari reaktor,

dan kemudian melakukan proses dekontaminasi yang menyeluruh

terhadap struktur tersisa sehingga memungkinkan penggunaan fasilitas.

116

8.4. Dalam menyusun rencana dekomisioning, aspek rancangan reaktor yang

memudahkan proses dekomisioning harus dikaji ulang, seperti seleksi bahan

untuk mengurangi aktivasi dan untuk memudahkan dekontaminasi,

pemasangan kemampuan penanganan jarak jauh untuk memindahkan

komponen teraktivasi, dan penyediaan fasilitas untuk pemrosesan limbah

radioaktif. Selain itu, aspek operasi fasilitas yang penting dalam hubungannya

dengan dekomisioning, seperti kontaminasi tak diinginkan yang

pembersihannya ditunda hingga dekomisioning reaktor, dan setiap modifikasi

yang tidak sepenuhnya terdokumentasi, harus juga ditinjau ulang. Rencana

dekomisioning harus mencakup semua langkah-langkah yang mengarah pada

penyelesaian akhir dekomisioning hingga titik dimana keselamatan dapat

dijamin dengan pengawasan minimum atau tidak sama sekali. Tahap ini dapat

mencakup penyimpanan dan pengawasan, penggunaan tapak terbatas dan

penggunaan tapak tak-terbatas. Panduan tentang dekomisioning dinerikan

pada pustaka [16].

8.5. Keputusan untuk mendekomisioning reaktor sering kali diambil setelah

periode pemadaman berkepanjangan. Kejadian-kejadian yang terjadi atas

reaktor selama periode tersebut harus dipertimbangkan dalam penyusunan

rencana dekomisioning tersebut.

8.6. Semua aktivitas yang dilakukan selama dekomisioning harus mengikuti

program jaminan kualitas (lihat catatan kaki 14).

8.7. Tanggung jawab organisasi pengoperasi harus berakhir hanya jika

memperoleh persetujuan dari badan pengawas.

8.8. Prosedur untuk menangani, membongkar dan membuang peralatan

eksperimen dan peralatan teriradiasi lain yang menuntut penyimpanan dan

pembuangan harus ditetapkan sebelumnya, atau sedini mungkin jika peralatan

tersebut telah dibangun dan prosedur tersebut belum disiapkan. Untuk panduan

dalam hal ini, lihat paragraf 901-908 pustaka [15].

117

Lampiran

KEJADIAN PEMICU TERPOSTULASI UNTUK REAKTOR RISET

(TERSELEKSI)

(1) Kehilangan catu daya elektrik

­ Kehilangan daya elektrik normal30

(2) Insersi reaktivitas lebih

­ Kritikalitas selama penanganan bahan bakar (akibat kesalahan dalam

insersi bahan bakar)

­ Kecelakaan pada saat startup

­ Kegagalan batang kendali atau kegagalan control rod follower

­ Kegagalan penggerak kendali atau kegagalan sistem

­ Kegagalan peralatan kendali reaktivitas yang lain (seperti moderator

atau reflektor)

­ Posisi batang (kendali) tak seimbang

­ Insersi air dingin

­ Perubahan moderator (misalkan, kekosongan atau kebocoran D2O ke

sistem H2O)

­ Pengaruh eksperimen atau peralatan eksperimental (misalkan

penggenangan atau pengosongan, efek temperatur, insersi bahan fisil

atau pengambilan bahan penyerap)

­ Ketakterkecukupan reaktivitas pemadaman

­ Ejeksi batang kendali tak dikehendaki

­ Kesalahan perawatan peralatan reaktivitas

­ sinyal sistem kendali palsu

30 Meskipun kehilangan daya elektrik normal tidak dipertimbangkan sebagai kejadian pemicu,

pertimbangan perlu diberikan pada kehilangan daya elektrik normal yang diikuti oleh kehilangan

daya darurat untuk menjamin bahwa konsekuensi dapat diterima di bawah kondisi darurat

(misalkan, penurunan tegangan dapat menyebabkan kegagalan peralatan pada waktu yang

berbeda).

118

(3) Kehilangan aliran

­ Kegagalan pompa primer

­ Pengurangan aliran pendingin primer (misalkan karena kegagalan katup

atau penyumbatan di dalam pemipaan atau penukar panas)

­ Pengaruh kegagalan atau salah-penanganan suatu eksperimen

­ Pecah batas (pipa) pendingin primer mengakibatkan kehilangan aliran

­ Penyumbatan kanal bahan bakar

­ Distribusi daya tak baik, misalkan akibat posisi batang kendali yang tak

seimbang selama eksperimen dalam teras atau pemuatan bahan bakar

(daya-laju alir tak sesuai)

­ Pengurangan aliran ke teras akibat pelangkauan teras

­ Penyimpangan tekanan sistem dari batas yang ditentukan

­ Kehilangan pembuangan panas (akibat kegagalan katup atau pompa

atau pecahnya sistem)

(4) Kehilangan pendingin

- Pecah batas (pipa) pendingin primer

- Kerusakan dengan kolam

- Penurunan air di kolam

- Kegagalan tabung berkas atau penetrasi yang lain

(5) Kesalahan penanganan atau kegagalan peralatan atau komponen

- Kegagalan kelongsong elemen bahan bakr

- Kerusakan mekanik teras atau bahan bakar (misalkan, salah-

penanganan bahan bakar, jatuhnya wadah transfer bahan bakar ke

teras)

- Kegagalan sistem pendinginan darurat

- Salah-fungsi pengendali daya reaktor

- Kritikalitas di bahan bakar dalam tempat penyimpanan

- Kegagalan piranti pengungkungan, termasuk sistem ventilasi

- Kehilangan pendingin pada penyimpanan atau sistem transfer bahan

bakar

119

- Kehilangan atau pengurangan perisai radiasi yang baik

- Kegagalan alat eksperimen atau bahan eksperimen (misalkan pecahnya

untai)

- Pelampauan nilai normal bahan bakar

(6) Kejadian internal khusus

- Kebakaran atau ledakan internal

- Penggenangan internal

- Kehilangan sistem penyangga

- Insiden terkait keamanan

- Salah-fungsi dalam eksperimen reaktor

- Akses tak benar oleh seseorang ke area terekstrisi

- Semburan fluida, hantaman pipa

- Reaksi kimia eksotermik

(7) Kejadian eksternal

- Gempa bumi (termasuk seismik terinduksi patahan atau pergeseran

tanah)

- Banjir (termasuk kegagalan bendungan di hulu dan penyumbatan

sungai)

- Tornado atau lontaran benda (misil) akibat tornado

- Badai pasir

- Petir, badai, hurricanes

- Siklon tropos

- Ledakan

- Tabrakan pesawat

- Kebakaran

- Tumpahan toksik

- Kecelakaan dalam jalur lalu lintas

- Pengaruh dari fasilitas tetangga (misalkan fasilitas nuklir, fasilitas kimia

dan pengelolaan limbah radioaktif)

- Bahaya biologis seperti korosi mikroba, keruskan struktur atau atau

kerusakan peralatan akibat serangga

120

- Fenomena meterologi ekstrim

- Sambaran petir

- Kenaikan tegangan atau daya pada jalur pasokan eksternal

(8) Kesalahan manusia

121

DAFTAR PUSTAKA

[1] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, The Safety of Nuclear

Installations, Safety Series No. 110, IAEA, Vienna (1993).

[2] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Legal and

Governmental Infrastructure for Nuclear, Radiation, Radioactive Waste

and Transport Safety, Safety Standards Series No. GSR-1, IAEA,

Vienna (2000).

[3] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Organization and

Staffing of the Regulatory Body for Nuclear Facilities, Safety Standards

Series No. GS-G-1.1, IAEA, Vienna (2002).

[4] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Review and

Assessment of Nuclear Facilities by the Regulatory Body, Safety

Standards Series No. GS-G-1.2, IAEA, Vienna (2002).

[5] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Regulatory Inspection

of Nuclear Facilities and Enforcement by the Regulatory Body, Safety

Standards Series No. GS-G-1.3, IAEA, Vienna (2002).

[6] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Documentation for

Use in Regulating Nuclear Facilities, Safety Standards Series No. GS-

G-1.4, IAEA, Vienna (2002).

[7] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Safety Assessment of

Research Reactors and Preparation of the Safety Analysis Report,

Safety Series No. 35-G1, IAEA, Vienna (1994).

[8] INTERNATIONAL NUCLEAR SAFETY ADVISORY GROUP, Safety

Culture, Safety Series No. 75-INSAG-4, IAEA, Vienna (1994).

[9] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Quality Assurance for

Safety in Nuclear Power Plants and Other Nuclear Installations, Code

and Safety Guides Q1–Q14, Safety Series No. 50-C/SG-Q, IAEA,

Vienna (1996).

[10] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Grading of Quality

Assurance equirements, Technical Reports Series No. 328, IAEA,

Vienna (1991).

122

[11] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Site Evaluation for

Nuclear Installations, afety Standards Series No. NS-R-3, IAEA, Vienna

(2003).

[12] FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE UNITED

NATIONS, NTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY,

INTERNATIONAL LABOUR ORGANISATION, OECD NUCLEAR

ENERGY AGENCY, PAN AMERICAN HEALTH ORGANIZATION,

WORLD HEALTH ORGANIZATION, International Basic Safety

Standards for Protection against Ionizing Radiation and for the Safety

of Radiation Sources, Safety Series No. 115, IAEA, Vienna (1996).

[13] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Regulatory Control of

Radioactive Discharges to the Environment, Safety Standards Series

No. WS-G-2.3, IAEA, Vienna (2000).

[14] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Predisposal

Management of Radioactive Waste including Decommissioning, Safety

Standards Series No. WS-R-2, IAEA, Vienna (2000).

[15] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Safety in the

Utilization and Modification of Research Reactors, Safety Series No.

35-G2, IAEA, Vienna (1994).

[16] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Decommissioning of

Nuclear Power Plants and Research Reactors, Safety Standards

Series No. WS-G-2.1, IAEA, Vienna (1999).

[17] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, The Principles of

Radioactive Waste Management, Safety Standards Series No. 111-F,

IAEA, Vienna (1995).

[18] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Regulations for the

Safe Transport of Radioactive Material, 1996 Edition (Revised), Safety

Standards Series No. TS-R-1 (ST-1 Rev.), IAEA, Vienna (2000).

[19] FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE UNITED

NATIONS, INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY,

INTERNATIONAL LABOUR ORGANIZATION, OECD NUCLEAR

ENERGY AGENCY, PAN AMERICAN HEALTH ORGANIZATION,

UNITED NATIONS OFFICE FOR THE CO-ORDINATION OF

HUMANITARIAN AFFAIRS, WORLD HEALTH ORGANIZATION,

123

Preparedness and Response for a Nuclear or Radiological Emergency,

Safety Standards Series No. GS-R-2, IAEA, Vienna (2002).

[20] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Radiation Protection

and the Safety of Radiation Sources, Safety Series No. 120, IAEA,

Vienna (1996).

[21] INTERNATIONAL NUCLEAR SAFETY ADVISORY GROUP, Defence

in Depth in Nuclear Safety, INSAG Series No. 10, IAEA, Vienna (1996).

[22] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Safety of Nuclear

Power Plants: Design, Safety Standards Series No. NS-R-1, IAEA,

Vienna (2000).

[23] INTERNATIONAL NUCLEAR SAFETY ADVISORY GROUP, Basic

Safety Principles for Nuclear Power Plants, INSAG-12, IAEA, Vienna

(1999).

[24] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, The Physical

Protection of Nuclear Material and Nuclear Facilities,

INFCIRC/225/Rev. 4, IAEA, Vienna (1999).

[25] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, INTERNATIONAL

LABOUR OFFICE, Occupational Radiation Protection, Safety

Standards Series No. RS-G-1.1, Vienna (1999).

124

Tambahan I

FUNGSI KESELAMATAN UNTUK REAKTOR RISET

(TERSELEKSI)

I-1. Fungsi keselamatan untuk reaktor riset terseleksi diperlihatkan pada Tabel

I-1. Fungsi keselamatan merupakan fungsi karakteristik penting yang terkait

dengan SSK untuk menjamin keselamatan reaktor. Fungsi keselamatan

bersesuaian dengan rancangan reaktor. Beberapa fungsi keselamatan tidak

relevan untuk beberapa tipe reaktor riset. Fungsi keselamatan adalah satu dari

elemen kunci dalam gradasi aplikasi persyaratan untuk SSK. Fungsi

keselamatan untuk setiap SSK harus diidentifikasi. Fungsi keselamatan yang

ditampilkan pada Tabel I-1 adalah untuk pertimbangan bagi organisasi

pengoperasi reaktor riset. Pemenuhan fungsi keselamatan yangtertera dalam

Tabel I-1 perlu mendapat pembenaran untuk reaktor tertentu.

TABEL I-1. Fungsi Keselamatan Terseleksi untuk Reaktor Riset

Item penting

untuk keselamatan Fungsi keselamatan

Gedung dan struktur (a) Membentuk sebuah barier terhadap

pelepasan bahan radioaktif ke lingkungan

secara tak terkendali

(b) Memberikan proteksi untuk sistem

keselamatan yang ada di dalamnya

terhadap kejadian internal dan eksternal

(c) Memberikan perisai terhadap radiasi

Teras reaktor (a) Menjaga geometri bahan bakr dan jalur

aliran pendingin yang diperlukan sehingga

menjamin kemungkinan pemadaman dan

pengambilan panas pada semua kondisi

operasional dan DBA

125

(b) Memberikan reaktivitas umpan balik negatif

(c) Memberikan cara moderasi dan kendali

fluks neutron

Matriks bahan bakar dan

kelongsong

(a) Membentuk sebuah barier terhadap

pelepasan produk fisi dan bahan radioaktif

lain dari bahan bakar

(b) Memberikan konfigurasi yang tetap

Sistem pengendali

reaktivitas (termasuk sistem

pemadaman reaktor)

Mengendalikan reaktivitas di dalam teras

reaktor untuk menjamin bahwa reaktor dapat

dipadamkan secara aman dan untuk menjamin

bahwa batas rancangan bahan bakar dan

batasan lain tidak akan terlampaui dalam

semua keadaan operasional reaktor dan DBA

Sirkuit primer pendingin

reaktor

Memberikan pendinginan teras yang memadai

dan menjamin bahwa batas yang ditentukan

untuk bahan bakar dan pendingin tidak

dilampaui dalam semua keadaan operasional

reaktor dan DBA

Sistem pendinginan teras

darurat

Mentransfer panas dari teras reaktor menyusul

kecelakaan kehilangan air pendingin pada laju

yang memadai untuk mencegah kerusakan

bahan bakar secara signifikan

Sistem proteksi reaktor (a) Mengambil tindakan protektif guna

pemadaman reaktor, mendinginkan dan

mengungkung bahan radioaktif dan

memitigasi konsekuensi kecelakaan

(b) Mengendalikan saling-kunci untuk

melindungi kesalahan operasional jika

kondisi yang dikehendaki tidak dipenuhi

Sistem instrumentasi dan

kendali terkait dengan

keselamatan yang lain

(a) Menjaga parameter reaktor dalam batas

operasional tanpa mencapai batas

keselamatan

(b) Memberikan dan menampilkan kepada

126

operator informasi yang cukup untuk

menentukan status sistem proteksi reaktor

dan mengambil tindakan terkait

keselamatan yang benar

Pasokan daya listrik Memberikan daya secara cukup deang kualitas

yang sesuai bagi sistem dan peralatan untuk

menjamin kapabilitas sistem dan peralatan

tersebut guna melaksanakan fungsi

keselamatan saat diminta

Sistem penanganan dan

penyimpanan bahan bakar

(a) Meminimalkan paparan radiasi

(b) Mencegah kritikalitas tak disengaja

(c) Membatasi kenaikan temperatur bahan

bakar

(d) Menyimpan bahan bakar segar dan bekas

(e) Mencegah kerusakan bahan bakar akibat

mekanik atau korosi

Sistem pemantauan radiasi Memberikan pengukuran dan peringatan untuk

meminimalkan paparan radiasi personi

pengoperasi dan peneliti

Sistem proteksi kebakaran Menjamin bahwa pengaruh buruk kebakaran

atau ledakan terinduksi kebakaran tidak

menghambat item penting untuk keselamatan

menjalankan fungsi keselamatannya saat

diminta

127

Tambahan II

ASPEK OPERASIONAL REAKTOR RISET YANG PERLU PERHATIAN

KHUSUS

II-1. Tambahan II memberikan garis besar aspek operasional reaktor riset yang

memerlukan perhatian khusus

MANAJEMEN REAKTIVITAS DAN KRITIKALITAS

II-2. Konfigurasi teras reaktor riset sering sekali berubah dan perubahan ini

melibatkan manipulasi komponen seperti perangkat bahan bakar, batang

kendali dan peralatan eksperimen, banyak di anataranya memiliki nilai

reaktivitas yang perlu dipertimbangkan. Perhatian harus diberikan untuk

menjamin bahwa batasan subkritikalitas dan batas reaktivitas untuk

penyimpanan bahan bakar dan pemuatan teras tidak dilampaui setiap saat.

KESELAMATAN TERMAL TERAS

II-3. Perubahan muatan teras yang sering seperti disebut di atas mempengaruhi

karakteristik nuklir dan termal teras. Perhatian harus diambil untuk menjamin

bahwa dalam setiap hal karakteristik tersebut harus ditentukan secara benar

dan bahwa karakteristik tersebut dicek berdasarkan kondisi yang relevan untuk

keselamatan nuklir dan termal sebelum reaktor dioperasikan.

KESELAMATAN PERALATAN EKSPERIMEN

II-4. Berdasarkan karakteristik operasional, termal, nuklir dan teknisnya,

peralatan eksperimen yang digunakan dalam reaktor riset mungkin dapat

128

mempengaruhi secara signifikan keselamatan reaktor. Perhatian harus

diberikan untuk menjamin bahwa implikasi karakteristik termal, nuklir dan teknis

peralatan eksperimen tersebut terhadap keselamatan dikaji secara memadai

dan tersedia dalam dokumentasi yang sesuai.

MODIFIKASI REAKTOR

II-5. Reaktor riset dan peralatan eksperimen yang terkait dengan reaktor

tersebut seringkali dimodifikasi agar kemampuan operasionalnya dapat

beradaptasi dengan perubahan persyaratan untuk penggunaannya. Jaminan

khsusu diperlukan untuk memastikan bahwa setiap efek keselamatan akibat

modifikasi telah secara benar dikaji, didokumentasi dan dilaporkan, dan bahwa

reaktor tidak dioperasikan tanpa persetujuan resmi setelah penyelesaian

modifikasi yang memiliki implikasi signifikan terhadap keselamatan.

MANIPULASI KOMPONEN DAN BAHAN

II-6. Khusus pada reaktor riset tipe kolam, komponen, peralatan dan bahan

eksperimental seringkali diubah dan dipindahkan di dekat teras reaktor.

Jaminan khusus diperlukan untuk memastikan bahwa personil yang

melaksanakan kegiatan perubahan dan pemindahan tersebut akan mengikuti

secara ketat prosedur dan larangan yang ditetapkan untuk mencegah setiap

interferensi mekanik dan nuklir terhadap reaktor, untuk meminimalkan

probabilitas penyumbatan dalam sistem pendinginan bahan bakar oleh objek

asing secara tak terkendali, dan untuk mencegah pelepasan radioaktif serta

paparan radiasi serius.

TINDAKAN KESELAMATAN UNTUK PENGUNJUNG

129

II-7. Tamu ilmuwan, peserta pelatihan, pelajar dan personil lain yang

mengunjungi reaktor riset mungkin dapat memiliki akses ke area terkendali dan

dapat secara aktif terlibat dalam operasi dan pemanfaatan reaktor. Kehati-

hatian dan perhatian harus diberikan untuk menjamin bahwa semua prosedur,

larangan dan kendali yang ditujukan untuk memverifikasi pengunjung seperti itu

memiliki kondisi kerja yang aman dan bahwa kegiatan mereka tidak akan

mempengaruhi keselamatanb reaktor benar-benar siawasi.

130

GLOSARIUM

acceptable limit (batas dapat diterima)

Lihat limit (batas)

applicant (pemohon)

Orang (atau badan) yang secara hukum sah yang memohon otorisasi

untuk melakukan aktivitas tertentu kepada badan pengawas

area (area)

controlled area (area terkendali). Area ditentukan yang di dalamnya

disyaratkan adanya tindakan proteksi khusus dan kelengkapan

keselamatan yang ditujukan untuk pengendalian paparan radiasi normal

atau untuk mencegah penyebaran kontaminasi selama kondisi kerja

normal, dan mencegah atau membatasi ekstensi paparan potensial. Area

terkendali seringkali berada dalam area tersupervisi, tetapi tidak harus

seperti itu.

operations area (area operasi). Area geografis yang melingkupi fasilitas

terotorisasi. Area ini tertutup oleh barier fisik (batas operasi), untuk

mencegah akses tanpa otorisasi dan dengan adanya barier tersebut,

manajemen fasilitas terotorisasi dapat melaksanakan kewenangan

langsungnya.

site area (area tapak). Area geografis yang melingkupi fasilitas

terotorisasi dan di dalam area tersebut manajemen fasilitas terotorisasi

dapat mengendalikan secara langsung tindakan kedaruratan. Area ini

sering kali identik dengan area operasi kecuali pada situasi (misalkan

reaktor riset, instalasi iradiasi) dimana fasilitas terotorisasi berada di dalam

tapak dan kegiatan lain dilaksanakan di luar area operasi, tetapi

131

manajemen fasilitas terotorisasi dapat diberikan beberapa tingkat

kewenangan ats seluruh area tapak. Batas tapak adalah batas area tapak

supervised area (area tersupervisi). Area ditentukan yang tidak

dimaksudkan sebagai area terkendali tetapi kondisi paparan kerja

senantiasa ditinjau ulang, meskipun tindakan proteksi khusus dan

kelengkapan keselamatan tidak dibutuhkan.

authorization (otorisasi)

Pemberian oleh badan pengawas atau badan pemerintah lain izin tertulis

kepada operator untuk melaksanakan aktivitas tertentu. Otorisasi dapat

mencakup, misalkan, sertifikasi, registrasi dan lain-lain. Istilah otorisasi kadang-

kadang juga dipergunakan untuk menggambarkan dokumen yang memberikan

izin seperti itu. Otorisasi biasanya lebih formal dari pada proses persetujuan.

authorized limit (batas terotorisasi)

Lihat limit (batas)

commissioning (komisioning)

Proses pengoperasian dan verifikasi apakah sistem dan komponen

fasilitas dan kegiatan yang telah dikonstruksi memiliki kesesuaian dengan

rancangan dan memenuhi kriteria kinerja yang disyaratkan.

common cause failure (kegagalan sebab sama)

Kegagalan dua atau lebih struktur, sistem atau komponen akibat sebab

atau kejadian tunggal tertentu.

containment (sungkup)

Metode atau barier fisik yang dirancang untuk mencegah dispersi

substansi radioaktif. Sungkup pada umumnya digunakan untuk menunjuk pada

metode atau struktur untuk mencegah substansi radioaktif menyebar ke

lingkungan jika pengungkungnya gagal.

132

critical assembly (perangkat kritis)

Sebuah perangkat yang berisi bahan fisil yang dimaksudkan untuk

mempertahankan reaksi fisi berantai terkendali pada tingkat daya rendah, yang

digunakan untuk mempelajari geometri dan komposisi teras reaktor.

critical group (kelompok kritis)

Sebuah kelompok di masyarakat yang cukup homogen dalam hal

paparan akibat sumber radiasi tertentu dan jalur radiasi yang tertentu pula dan

secara perseorangan menerima dosis efektif dan dosis ekivalen (sesuai

keperluan) tertinggi untuk jalur dan sumber radiasi tertentu.

decommissioning (dekomisioning)

Tindakan administratif dan teknis yang diambil untuk memungkinkan

pengambilan (penghapusan) beberapa atau semua kendali regulatori dari

sebuah fasilitas (kecuali untuk repositori, yang dikatakan ditutup bukan

didekomisioning).

design basis (dasar rancangan)

Rentang kondisi dan kejadian dipertimbangkan secara eksplisit ke dalam

rancangan sebuah fasilitas sesuai kriteria sedemikian sehingga fasilitas dapat

bertahan terhadap kondisi dan kejadian tersebut tanpa melampaui batas yang

diizinkan melalui operasi sistem keselamatan yang direncanakan.

disposal (penyimpanan)

Penempatan limbah di dalan sebuah fasilitas yang tepat tanpa

bermaksud untuk diambil kembali.

diversity (keragaman)

Keberadaan dua atau lebih sistem atau komponen redundan untuk

melaksanakan fungsi yang telah ditentukan yang memiliki kerja berbeda

sehingga dapat mengurangi kemungkinan kegagalan sebab sama. Contoh

kerja tersebut: kondisi oeprasi berbeda, prinsip kerja berbeda atau tim

perancangan berbeda (yang memberikan keragaman fungsional), dan ukuran

133

peralatan yang berbeda, fabrikator yang berbeda, serta tipe peralatan yang

menggunakan metode fisis yang berbeda (yang memberikan keragaman fisis).

dose constraint (kendala dosis)

Restriksi prospektif pada dosis individu, akibat sebuah sumber, yang

berlaku sebagai batas atas dosis dalam optimasi proteksi dan keselamatan

dose limit (batas dosis)

Lihat limit (batas)

facilities and activities (fasilitas dan aktivitas)

Istilah umum yang mencakup fasilitas nuklir, penggunaan semua sumber

radiasi pengion, semua aktivitas pengelolaan limbah radioaktif, pengangkutan

bahan radioaktif dan praktek atau kondisi lain apa pun dimana orang dapat

terekspos oleh radiasi dari sumber radioaktif alam ataupun buatan. Fasilitas

mencakup fasilitas nuklir, instalasi iradiasi, fasilitas penambangan dan

pengeboran, fasilitas pengelolaan limbah dan tempat lain apa pun dimana

bahan radioaktif dibangkitkan, diproses, digunakan, ditangani, disimpan atau

dibuang – atau dimana pembangkit radiasi dipasang – pada skala demikian

sehingga pertimbangan proteksi dan keselamatan disyaratkan. Aktivitas

mencakup produksi, penggunaan, impor dan eskpor sumber radioaktif untuk

tujuan industri, riset dan medis, pengangkutan bahan radioaktif, penambangan

dan pemrosesan bijih radioaktif dan penutupan fasilitas terkait, pembersihan

tapak yang terpengaruh oleh residu dari aktivitas sebelumnya dan aktivitas

pengelolaan limbah radioaktif seperti pelepasan efluen.

fuel assembly (perangkat bahan bakar)

Satu kumpulan elemen bahan bakar dan komponen terkait yang

dimuatkan ke dalam dan dikeluarkan secara berurutan dari teras reaktor

sebagai unit tunggal.

fuel elemen (elemen bahan bakar)

134

Sebuah batang (atau dalam bentuk lain) bahan bakar nuklir,

kelongsongnya dan komponen terkait yang diperlukan untuk membentuk satu

unit struktur.

level (tingkat)

action level (tingkat tindak). Tingkat laju dosis atau konsentrasi aktivitas

yang jika dilampaui tindakan pemulihan atau tindakan protektif perlu

dilakukan dalam situasi paparan kronis atau paparan kedaruratan.

intervention level (tingkat intervensi). Tingkat dosis dapat dihindari

pada batas mana tindakan protektif khusus atau tindakan pemulihan

diambil pada situasi paparan kedaruratan atau paparan kronis.

investigation level (tingkat investigasi). Nilai sebuah kuantitas seperti

dosis efektif, pemasukan atau kontaminasi per satuan luas atau volume

yang jika dilampaui investigasi harus dilakukan.

recording level (tingkat perekaman). Tingkat dosis, paparan atau

pemasukan yang ditentukan oleh badan pengawas jika nilai tersebut

dicapai atau dilampaui oleh pekerja maka harus dicatat dalam rekaman

paparan individu.

reference level (tingkat acuan). Tingkat tindakan, tingkat intervensi,

tingkat investigasi atau tingkat perekaman.

licence (lisensi)

Sebuah dokumen sah menurut hukum dikeluarkan oleh badan pengawas

yang memberikan otorisasi untuk melaksanakan aktivitas tertentu berkaitan

dengan sebuah fasilitas atau aktivitas. Pemegang lisensi yang berlaku

diistilahkan sebagai pemilik lisensi.

limit (batas)

Nilai sebuah kuantitas yang digunakan dalam beberapa aktivitas atau

situasi tertentu yang harus tidak dilampaui. Istilah batas hanya digunakan untuk

135

sebuah kriterium yang harus tidak dilampaui, misalkan ketika melampaui batas

akan menyebabkan beberapa bentuk sangsi hukum dikenakan. Kriteria untuk

kegunaan lain – misalkan untuk mengindikasikan kebutuhan investigasi lebih

dekat atau peninjauan ulang prosedur, atau sebagai ambang untuk melaporkan

kje badan pengawas – harus diuraikan menggunakan istilah lain, seperti tingkat

acuan.

acceptable limit (batas dapat diterima). Sebuah batas yang dapat

diterima oleh badan pengawas. Istilah batas dapat diterima biasanya

digunakan untuk menjelaskan sebuah batas kondisi radiologis

diperkirakan dari sebuah kecelakaan (atau dari paparan potensial, jika

terjadi) yang dapat diterima oleh badan pengawas ketika kemungkinan

kejadian kecelakaan atai paparan potensial telah dipertimbangkan (yaitu

dengan dasar bahwa hal tersebut sangat kecil kemungkinan terjadinya).

Istilah batas terotorisasi harus digunakan untuk menyatakan batas pada

dosis atau risiko, atau pada pelepasan radionuklida, yang dapat diterima

oleh badan pengawas dengan asumsi bahwa mereka sangat mungkin

terjadi.

authorized limit (batas terotorisasi). Sebuah batas pada kuantitas dapat

ukur, ditetapkan atau diterima secara resmi oleh badan pengawas.

dose limit (batas dosis). Nilai dosis efektif atau dosis ekivalen untuk

perorangan dari praktek terkendali yang harus tidak dilampaui.

operational limits and conditions (batas dan kondisi operasi).

Sekumpulan aturan yang menetapkan batas parameter, kemampuan

fungsional dan tingkat kinerja peralatan dan personil yang disetujui oleh

badan pengawas untuk operasi aman sebuah fasilitas terotorisasi.

safety limits (batas keselamatan). Batas parameter operasional yang

jika berada lebih rendah dari batas tersebut, sebuah fasilitas terotorisasi

telah diperlihatkan aman. Batas keselamatan adalah batas dan kondisi

operasi di luar operasi normal.

136

maintenance (perawatan)

Aktivitas terorganisasi, baik secara administratif dan teknis, dalam

menjaga struktur, sistem dan komponen tetap berada pada kondisi operasi

yang baik, mencakup aspek pencegahan dan perbaikan.

monitoring (pemantauan)

Pengukuran radiologis atau parameter lain secara kontinyu atau

penentuan status sistem. Pengambilan contoh (sampel) dapat dicakup sebagai

langkah pertama pengukuran.

operating organization (organisasi pengoperasi)

Organisasi yang diberi otorisasi oleh badan pengawas (atau badan yang

berkompeten lain) untuk mengoperasikan sebuah fasilitas

operational limit and conditions (batas dan kondisi operasi)

Lihat limit (batas)

plant equipment [reactor equipment] (peralatan instalasi [peralatan

reaktor])

item important to safety (item yang penting untuk keselamatan).

Suatu item yang menjadi bagain dari suatu kelompok keselamatan yang

kegagalan atau kesalahan fungsinya dapat mengarah pada paparan

radiasi terhadap pekerja atau anggota masyarakat. Item yang penting

untuk keselamatan mencakup:

protection system (sistem proteksi). Sistem yang memantau operasi

reaktor dan ketika mendeteksi kondisi tak normal akan secara otomatis

memicu tindakan untuk mencegah kondisi tak aman atau yang secara

potensial menjadikan kondisi tak aman. Sistem tersebut dalam hal ini

melingkupi semua piranti elektrik dan mekanik dan rangkaiannya, dari

sensor hingga terminal input peralatan aktuasi.

137

safety related item (item terkait keselamatan). Item yang penting untuk

keselmatan tetapi bukan menjadi bagian dari sistem keselamatan

safety system (sistem keselamatan)31. Suatu sistem yang penting untuk

keselamatan yang disediakan untuk menjamin pemadaman reaktor secara

aman atau pengambilan panas dari teras atau untuk membatasi

konsekuensi kejadian operasional terantisipasi dan kecelakaan dasar

rancangan. Sistem keselamatan tersusun atas sistem proteksi, sistem

aktuasi keselamatan dan fitur pendukung sistem keselamatan.

Komponen-komponen sistem keselamatan mungkin disediakan hanya

untuk melaksanakan fungsi keselamatan atau dapat melaksanakan fungsi

keselamatan dalam berbagai keadaan operasii instalasi dan fungsi bukan

keselamatan dalam keadaan operasi yang lain.

postulated initiating event (kejadian pemicu terpostulasi).

Sebuah kejadian yang diidentifikasi pada saat perancangan sebagai

dapat mendorong pada kejadian operasional terantisipasi atau kondisi

kecelakaan.

protection [or radiation protection] (proteksi [atau proteksi radiasi])

Perlindungan terhadap orang dari efek paparan radiasi pengion dan

cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

protective action (tindakan protektif)

Tindakan sistem proteksi yang diperlukan untuk operasi piranti aktuasi

keselamatan tertentu. 31 Sistem keselamatan dapat berjenis aktif atau pasif. Sistem atau komponen aktif adalah

sistem atau komponen yang akan berfungsi sesuai rancangan setelah menerima sinyal input

dari sistem proteksi atau sinyal manual. Sistem atau komponen pasif adalah sistem atau

komponen yang tidak membutuhkan sinyal input untuk berfungsi. Pada sistem keselamatan

dikenal tingkat kepasifan (pasivitas) yang memungkinkan untuk sebuah definisi (tidak dikenal

secara universal) tiga kategori. Kategori tertinggi adalah ketika semua komponen untuk

keselamatan dirancang sebagai tipe pasif.

138

qualified expert (pakar terkualifikasi)

Individu yang, berdasarkan sertifikasi oleh badan atau himpunan yang

berkompeten, lisensi profesional, kualifikasi akademik atau pengalaman,

dikenal memiliki kepakaran dalam satu bidang atau spesialisasi relevan,

misalkan fisika kedokteran, proteksi radiasi, kesehatan kerja, keselamatan

kebakaran, jaminan kualitas atau spesialisasi keselamatan dan keteknikan lain.

quality assurance (jaminan kualitas)

Tindakan sistematik dan terencana yang diperlukan untuk memberikan

keyakinan yang memadai bahwa suatu item, proses atau layanan akan

memuaskan persyaratan yang diberikan untuk kualitas, misalkan, syarat-syarat

yang ditentukan dalam lisensi.

reactor states [plant states] (keadaan reaktor [keadaan instalasi])

operational states [or operating conditions] (keadaan operasional

[kondisi operasi])

normal operation (operasi normal). Operasi dalam batas dan kondisi

operasi yang ditentukan.

anticipated operational occurences (kejadian operasional

terantisipasi). Suatu proses operasional yang menyimpang dari

operasi normal yang diharapkan terjadi paling tidak satu kali dalam

masa hidup operasi fasilitas tetapi, dari sudut pandang kelengkapan

rancangan, tidak menyebabkan kerusakan yang signifikan pada item

yang penting untuk keselamatan atau mengarah pada kondisi

kecelakaan.

accident conditions (kondisi kecelakaan) (tidak biasa digunakan untuk

reaktor riset)

design basis accident (kecelakaan dasar rancangan). Kondisi

kecelakaan yang menjadi dasar perancangan sebuah [reaktor riset]

139

dengan menetapkannya sebagai kriteria rancangan, dan di bawah

kondisi tersebut kerusakan bahan bakar dan pelepasan bahan

radioaktif dijaga dalam batas yang diizinkan.

beyond design basis accident (kecelakaan di luar dasar

rancangan). Kondisi kecelakaan yang lebih parah dari kecelakaan

dasar rancangan.

redundancy (redundansi)

Penyediaan struktur, sistem atau komponen alternatif (identik atau

berbeda) sedemikian sehingga satu yang mana pun dapat melaksanakan

fungsi yang disyaratkan tanpa melihat keadaan operasi atau kegagalan yang

lain.

regulatory body (badan pengawas)

Satu otoritas atau sistem otoritas yang ditunjuk oleh pemerintah suatu negara

memiliki kewenangan hukum untuk menjalankan proses regulatori, termasuk

menerbitkan otorisasi, dan regulasi keselamatan nuklir, radiasi, limbah

radioaktif dan pengangkutan [bahan nuklir].

safety [or nuclear safety] (keselamatan [atau keselamatan nuklir])

Pencapaian kondisi operasi yang benar, pencegahan kecelakaan atau mitigasi

konsekuensi kecelakaan, yang berdampak pada perlindungan pekerja [dan

personil tapak yang lain], masyarakat dan lingkungan dari bahaya radiasi yang

berbahaya.

safety culture (budaya keselamatan)

Kesatuan karakteristik dan sikap di dalam organisasi dan individu yang

menjadikan issu proteksi dan keselamatan sebagai prioritas utama dan

menerima perhatian yang dijamin oleh keutamaannya.

safety function (fungsi keselamatan)

Kegunaan khusus yang harus dipenuhi untuk tujuan keselamatan

140

safety group (kelompok keselamatan)

Seperangkat peralatan yang ditujukan guna melaksanakan semua

tindakan yang dibutuhkan untuk menjamin, menyusul suatu kejadian pemicu

terpostulasi tertentu,bahwa batas-batas yang ditetapkan dalam dasar

rancangan untuk kejadian operasional terantisipasi dan kecelakaan dasar

rancangan tidak dilampaui.

safety limit (batas keselamatan)

Lihat limit (batas)

Safety system setting (tetapan sistem keselamatan)

Tingkat yang menandai aktuasi secara otomatik piranti protektif dalam

kejadian operasi terantisipasi atau kondisi kecelakaan, untuk mencegah agar

batas keselamatan tidak dilampaui.

self-assessment (pengkajian diri)

Proses rutin dan kontinyu yang dilakukan oleh manajemen pada semua

tingkat untuk mengevaluasi efektivitas kinerja di semua area yang menjadi

tanggungjawabnya. Aktivitas pengkajian diri mencakup tinjau ulang,

pengawasan dan cek diskrit yang difokuskan pada pencegahan atau identifikasi

dan perbaikan problem manajemen yang menghalangi pencapaian tujuan

organisasi, khususnya tujuan keselamatan.

shutdown reactivity (reaktivitas pemadaman)

Reaktivitas pada saat semua piranti kendali mengintroduksikan

reaktivitas negatif maksimumnya.

single failure (kegagalan tunggal)

Suatu kegagalan yang mengakibatkan kehilangan kemampuan

komponen untuk melaksanakan fungsi keselamatan yang diharapkan, dan

setiap konsekuensi kegagalan yang dihasilkan darinya.

single failure criterion (kriterium kegagalan tunggal)

141

Satu kriterium (atau persyaratan) yang diterapkan pada sistem

sedemikian sehingga sistem tersebut harus mampu melaksanakan tugasnya

walau terjadi kegagalan tunggal.

siting (penapakan)

Proses seleksi tapak yang cocok untuk sebuah fasilitas, termasuk

pengkajian yang tepat dan definisi dasar rancanagn yang terkait.

source term (suku sumber)

Jumlah dan komposisi isotopik bahan yang dilepaskan (atau dipostulasi

dilepaskan) dari suatu fasilitas. Istilah ini dipergunakan dalam pemodelan

pelepasan radionuklida ke lingkungan, khususnya dalam konteks kecelakaan

pada instalsi nuklir atau pelepasan dari limbah radioaktif di dalam epositori.


Top Related