1
PERSOALAN KESEHATAN LINGKUNGAN PADA PULAU-PULAU DAN
MASYARAKAT YANG BERADA DIPESISIR RIAU
Disusun oleh:
Mega Silfia Zulfi S.Ked
Penguji
dr. Suyanto, MPH
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT-KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013
2
BAB I
PENDAHULUAN
Wilayah pesisir adalah kawasan peralihan antara ekosistem laut dan darat.
Daerah ini selalu berkembang dengan pesatnya pembangunan yang dilakukan
berbagai pihak. 1
Riau berasal dari bahasa Portugis, Rio berarti sungai. Pada tahun 1514
terdapat sebuah ekspedisi militer Portugis menelusuri Sungai Siak, dengan tujuan
mencari lokasi sebuah kerajaan yang diyakini mereka ada pada kawasan tersebut,
dan sekaligus mengejar pengikut Sultan Mahmud Syah yang melarikan diri
setelah kejatuhan Malaka. Pada awal abad ke-16, Tome Pires dalam bukunya
Suma Oriental mencatat bahwa kota-kota di pesisir timur Sumatera antara Arcat
(Aru dan Rokan) hingga Jambi merupakan pelabuhan raja-raja Minangkabau.
Dimasa inipula banyak pengusaha Minangkabau yang mendirikan kampung-
kampung pedagang di sepanjang Sungai Siak, Kampar, Rokan, dan Inderagiri.
Satu dari sekian banyak kampung yang terkenal adalah Senapelan yang kemudian
berkembang menjadi Pekanbaru. 2
Berdasarkan Kepmendagri nomor Desember 52/I/44-25, pada tanggal 20
Januari 1959, Pekanbaru resmi menjadi ibu kota provinsi Riau menggantikan
Tanjung Pinang. Namun pada tahun 2002, berdasarkan Undang-undang Nomor 25
Tahun 2002, Provinsi Riau kembali dimekarkan menjadi dua provinsi, yaitu Riau
dan Kepulauan Riau. Hal ini juga tidak lepas dari ketidakpuasan masyarakat atas
rasa ketidakadilan dalam politik maupun ekonomi terutama yang berada pada
kawasan kepulauan. 2
Luas wilayah provinsi Riau adalah 87.023,66 km², yang membentang dari
lereng Bukit Barisan hingga Selat Malaka. Riau memiliki iklim tropis basah
dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 2000-3000 milimeter per tahun, serta
rata-rata hujan per tahun sekitar 160 hari. 2
3
Jumlah penduduk provinsi Riau berdasarkan data Badan Pusat Statistik
Provinsi Riau tahun 2010 sebesar 5.543.031 jiwa. Kabupaten/Kota yang memiliki
jumlah penduduk terbanyak adalah Kota Pekanbaru dengan jumlah penduduk
903.902 jiwa, sedangkan Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk terkecil
adalah Kabupaten Kepulauan Meranti yakni sebesar 176.371 jiwa.2
4
BAB II
PEMBAHASAN
PERSOALAN KESEHATAN LINGKUNGAN PADA PULAU-PULAU DAN
MASYARAKAT YANG BERADA DIPESISIR RIAU
Wilayah pesisir adalah kawasan peralihan antara ekosistem laut dan darat.
Daerah ini selalu berkembang dengan pesatnya pembangunan yang dilakukan
berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut secara tidak langsung mengakibatkan
kerusakan lingkungan karena aktivitas yang dilakukan di darat maupun di laut.
Hal ini menjadikan ekosistem pesisir sebaga iekosistem yang rentan terhadap
kerusakandan perusakan baik alami maupun buatan.Penanggulangan atas
permasalahan tersebut secara bijak dan tepat dapat mengurangi maupun mencegah
kerusakan. Adapun Isu dan Permasalahan lingkungan wilayah Pesisir di Riau
adalah sebagai berikut: 1
1. Kebakaran Hutan dan Lahan
Akibat kesalahan dalam pembukaan hutan dan lahan yaitu dengan cara
pembakaran, yang dilakukan baik oleh pengusaha atau pemilik usaha perkebunan
dan hutan tanaman industri maupun oleh sebagian masyarakat, telah menimbulkan
dampak yang sangat merugikan bagi lingkungan hidup Kabupaten Bengkalis.
Sebaran asap yang sangat luas merupakan pencemaran / polusi udara telah
menimbulkan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). Selain itu,
kerugian akan hilangnya fungsi ekologis hutan dan hilangnya keanekaragaman
hayati merupakan dampak kerugian yang jarang dihitung yang dapat memberikan
akibat lebih parah lagi. 1
2. Illegal Loging
Penebangan hutan secara liar dan tidak terkendali yang dilakukan oleh
sebagian masyarakat di Kabupaten Bengkalis merupakan ancaman buruk terhadap
lingkungan hidup. Akibat aktivitas tersebut telah menimbulkan perubahan
kawasan dari kawasan hutan menjadi kawasan semak belukar dan tidak produktif.
Kegiatan illegal logging ini merupakan masalah yang serius dengan kompleksitas
tinggi. Hampir sebahagian besar dari pelaku usaha dan stake holder terlibat
5
dalam kegiatan ini. Disamping itu para pengusaha kehutanan menggunakan
masyarakat tempatan untuk melakukan kegiatan illegal logging. 1
3. Pencemaran Air Sungai
Kualitas suatu badan perairan sungai tergantung pada segenap aktivitas yang
terjadi pada Daerah Alirannya. Berbagai aktivitas baik domestik dan industri di
wilayah sungai yang menghasilkan limbah akan membuang limbahnya ke
perairan sungai. Hal ini akan menambahkan tekanan dan beban pencemaran pada
badan sungai. Disamping itu kegiatan kehutanan dan pertanian di bahagian hulu
juga turut meningkatkan intensitas pencemaran sungai. Beberapa kegiatan yang
memberikan dampak signifikan terhadap kondisi sungai di wilayah Bengkalis
adalah Industri Pengolahan Sagu di Sungai Suir di Kecamatan Tebing Tinggi dan
Penebangan Hutan (legal/illegal) di Sungai Bukit Batu Kecamatan Bukit Batu. 1
4. Pengusahaan / Penangkaran Walet (Dampak Kebisingan)
Keberadaan usaha Walet di Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu
sumber ekonomi yang cukup potensial. Kegiatan usaha ini terdapat di Kota
Bengkalis, Selat Panjang, Sungai Pakning, Teluk Belitung dan daerah lainnya.
Sampai sejauh ini keberadaan usaha ini masih merupakan masalah kontroversial.
Untuk mengantisipasi dampak negatif yang lebih jauh maka Pemerintah
Kabupaten Bengkalis telah mengeluarkan peraturan daerah yang mengatur
kegiatan usaha ini. Dampak negatif yang dikhawatirkan oleh masyarakat sampai
saat ini adalah dampak kebisingan dari suara yang ditimbulkan dari suara walet
tiruan dalam bentuk kaset. 1
5. Abrasi Pantai
Posisi geografis Kabupaten Bengkalis yang berbatasan dengan Selat Malaka
menjadikan wilayah pantai utara Bengkalis rentan terhadap terjadinya proses
abrasi pantai. Terjadinya proses abrasi ini akibat besarnya energi gelombang yang
dihasilkan di perairan Selat Malaka. Disamping itu terjadinya ekploitasi
mangrove secara tidak terkendali dan illegal logging juga mengakibatkan
kerusakan mangrove, sehingga salah satu fungsi ekologis hutan mangrove sebagai
penahan gelombang dan ombak menjadi hilang. Hal ini mengakibatkan tingginya
tingkat abrasi di wilayah pantai utara Bengkalis.1
6
Masih banyak isu-isu lain yang menjadi permasalahan lingkungan di
wilayah pesisir Riau salah satunya, kerusakan terumbu karang, eksploitasi dan
overfishing, penambangan liar. 3
Terumbu karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya
pesisir dan laut utama. Terumbu karang adalah struktur hidup yang terbesar dan
tertua di dunia. Untuk sampai ke kondisi yang sekarang, terumbu karang
membutuhkan waktu berjuta tahun. Terumbu karang mengandung berbagai
manfaat yang sangat besar dan beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi.
Jenis-jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi
menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Pemanfaatan
secara langsung oleh manusia adalah pemanfaatan sumber daya ikan, batu karang,
pariwisata, penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di
dalamnya. 3
Pemanfaatan secara tidak langsung adalah seperti fungsi : 3
Kependudukan dan kemiskinan
Tingkat konsumsi berlebihan
Kesenjangansumber daya alam.
Kelembagaan dan penegakan hukum
Rendahnya pemahaman tentang ekosistem.
Kegagalan sistem ekonomi
Kebijakan dalam penilaian ekosistem
Akar permasalahan dari timbulnya ulah manusia untuk merusak terumbu
karang adalah: 3
Pembangunan di wilayah pesisir pencemaran laut eksploitasi perubahan
iklim global
Kerusakan terumbu karang akibat pembangunan di wilayah pesisir wilayah
pesisir yang tidak dikelola dengan baik dapat mengancam keselamatan
terumbu karang akibat sedimentasi dan pencemaranperairan laut.
Pengerukan, reklamasi, penambangan pasir, pembuangan limbah padatdan
cair, dan konstruksi bangunan, semuanya dapat mengurangi pertumbuhan
karang, bahkan menyebabkan pemutihan karang dalam kasus-kasus yang
berat. Ancaman terhadap terumbukarang akibat pembangunan wilayah
pesisir dianalisis berdasarkan jarak ke pusat pemukiman penduduk, luas
7
area pusat pemukiman, tingkat pertumbuhan penduduk, dan jarak ke
pangkalan
Kerusakan terumbu karang akibat pencemaran laut aktivitas di laut yang
mengancam terumbu karang antara lain pencemaran dari pelabuhan,
tumpahan minyak, pembuangan bangkai kapal, pembuangan sampah dari
atas kapal, dan akibat langsung dari pelemparan jangkar kapal.
Sedimentasi dan pencemaran darat penebangan hutan, perubahan tata guna
lahan dan praktek pertanian yang buruk, semuanya menyebabkan
peningkatan sedimentasi dan masuknya unsur hara ke daerah tangkapan
air. Sedimen dalam kolom air dapat sangatmempengaruhi pertumbuhan
karang, atau bahkan menyebabkan kematian karang.
Eksploitasi penangkapan besar-besaran akan menyebabkan terumbu
karang menjadi rapuh terhadap gangguan dari alam maupun gangguan dari
kegiatan manusia, seperti penangkapan ikan dengan menggunakan racun
dan pengeboman ikan yang memberikan dampak negatif bagi terumbu
karang. Penangkapan ikan denganracun akan melepaskan racun sianida ke
daerahterumbu karang, yang kemudian akanmembunuh atau membius
ikan-ikan. Karang yangterpapar sianida berulang kali akan
mengalamipemutihan dan kematian. Pengeboman ikandengan dinamit atau
dengan racikan bomlainnya, akan dapat menghancurkan struktur.
Perubahan iklim global isu mengenai global warming yang banyak
dibicarakan, berdampak besar pada terumbu karang. Peningkatan suhu
permukaan laut telah menyebabkan pemutihan karang (bleaching) yang
lebih parah dan lebih sering.peristiwa-peristiwa alam seperti el nino dan
tsunami juga menyebabkan kerusakan yangserius terhadap kelangsungan
hidup terumbu karang.
Dampak dari kerusakan terumbu karang kerusakan terumbu karang,
mengakibatkan kerusakan lingkungan yang besar. Terumbu karang yang
merupakan sentral dari ekosistem laut sangat mempengaruhi kehidupan di
laut.
8
Adapun dampak kerusakan lingkungan adalah sebagai berikut: 3
1. Komposisi oksigen di laut menjadi berkurang.
2. Banyak biota laut, baik hewan maupun tumbuhan akan ikut musnah jika
terumbu karang menjadirusak.
3. Daerah-daerah pesisir pantai akan mudah terjadiabrasi, mengakibatkan
perubahan lingkungan yang drastis dan membuat tidak adanya
perlindungan terhadap daerah pantai
1. ABRASI PANTAI
Abrasi pantai adalah proses pengikisan pantai yang dikarenakan kekuatan
gelombang laut dan arus laut yang kuat dan bersifat merusak, kerusakan atau
abrasi pantai disebabkan oleh gejala alami dan ulah tangan manusia, seperti
pengambilan batu dan pasir dipesisir pantai, atau penebangan pohon di sekitar
pantai, kurang diperhatikannya hutan mangrove. Manusia mengambil kayu dari
hutan mangrove dan hutan pantai untuk kehidupan sehari-hari, apabila
pengambilan kayu dilakukan secara terus-menerusmaka pohon-pohon di pesisir
pantai akan berkurang. Kerapatan pohon yang rendah pada pesisir
pantaimemperbesar peluang terjadinya abrasi. 3
Pencegahan abrasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:3
Penanaman pohon mangrove
Melestarikan hutan pantai
Memelihara dan melestarikan kawasan pantai seperti batu dankomponen
sekitar pantai.
Pemerintah juga harus berperan aktif dalam upaya pencegahan abrasi
pantai Indonesia seperti dengan melakukan pembangunan alat pemecah ombak
dan penyediaan bibit penghijauan hutan mangrove di sekitar pantai. Peran serta
penduduk lokal dan masyarakat sekitar pantai sangat di harapkan untuk mengatasi
masalah abrasi pantai di pesisir Riau, oleh karena itu perlu adanya kesadaran dari
setiap orang untuk selalu memahami betapa pentingnya masalah ini. 3
9
Gambar 1. Abrasi di sungai Riau3
Abrasi yang terjadi di wilayah pesisir Bengkalis
Terjadinya eksploitasi besar-besaran terhadap hasil kekayaan laut di
wilayah riau, seperti penangkapan ikan (overfishing) yang dapat merusak habitat
perairan laut. Seperti penggunaan alat tangkap yang dilarang oleh pemerintah
seperti, penggunaan bahan peledak, racun (Potassiumsianida), Trawl,/ pukat
harimau yang secara ekologi merusak kelestarian sumberdaya alam terutama
terumbu karang. Eksploitasi juga disebabkan adanya kapal-kapal ilegal yang
memasuki wilayah pesisir untuk mengambil sumber daya alam yang ada seperti: 3
Penambangan liar yang banyakterjadi di wilayah pesisir riau adalahpenambangan
pasir secara liar. Dampak penambangan bersifat negatif misalnya pencemaran
kualitas lingkungan, erosi, abrasi dan hilangnya pulau-pulau. Penambangan pasir,
dapat menurunan kualitas air di sekitar perairan pesisir khususnya kerena
peningkatan kekeruhan akibat penambangan pasir tersebut.
Penambangan pasir di salah satu anak sungai di wilayah Riau
Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan
dari kemurniannya. Pencemaran air di Riau di sebabkan karena limbah RT,
limbah industri dll. Pencemaran air terutama di wilayah pesisir berdampak
terhadap kelangsungan hidup biota seperti keracunan yang berdampak pada
kematian biota. Masalah ini dapat diatasi dengan menumbuhkan kesadaran
manusia mengenai pentingnya memelihara lingkungan terutama didaerah pesisir.
10
Beberapa hal berikut yang dapat dilakukan secara individu untuk mengurangi
kerusakan lingkungan wilayah pesisir Riau : 3
Terapkan prinsip 3R (reduce-reuse-recycle) dan hemat energi.
Buang sampah pada tempatnya, tidak membuang sampahke sungai yang
kemudian akan bermuara ke laut.
Bergabung dengan organisasi pecinta lingkungan. Membangun trend hidup ramah
lingkungan.
Bergabung dengan gerakan-gerakan sukarelawan, atauterlibat aktif dalam
kegiatan lingkungan.
Bagi penyelam pemula atau yang sedang belajarsebaiknya melakukan penyelaman
di perairan yang tidak
Dalam mengatasi masalah ini pemerintah juga dapat bekerja sama dengan
lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi lingkungan untuk menjaga
kelestarian terumbu karang.Misalnya melakukan kampanye-kampanye
lingkunganhidup bekerjasama dengan media-media atau organisasi seperti
National Geographic Indonesia,WWF Indonesia, Yayasan Reef Check Indonesia,
LIPI(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) dan Yayasan TERANGI (Terumbu
Karang Indonesia) dan hendaknya pemerintah memperketat aturan-aturan untuk
melestarikan wilayah pesisir dari gangguan ataupun semacam eksploitasi. Serta
menyediakan instrumen-instrumen untuk mengatasi isu-isu yang bersifat
pencemaran laut. 3
Menurut Prof. Usman, dibutuhkan pula sosialisasi dalam bentuk seminar,
kursus penyadaran dan pemahaman lingkungan bagi segenap pembuat kebijakan.
Melalui program konservasi dan rehabilitasi sumberdaya alam lingkungan,
inventarisasi dan identifikasi terhadap ekosistem sumberdaya alam dan
lingkungan yang telah terkena degradasi lingkungan dan peningkatan pengawasan
terhadap kegiatan ekploitasi sumberdaya alam dan terhadap kegiatan ataupun
usaha yang menghasilkan limbah, dengan melakukan pemantauan lapangan yang
berkelanjutan. Jika hal ini dilakukan dengan baik maka secara tidak langsung
kebijakan itu dapat mengembalikan fungsi kawasan lindung yang telah rusak ke
kondisi semula, termasuk hutan lindung, suaka marga satwa, dan green belt
disepadan sungai dan pantai, menetapkan perencanaan dan pembangunan ruang
11
terbuka hijau di lokasi yang merupakan kawasan publik dan tempat tempat –
tertentu, melakukan rehabilitasi terhadap kawasan – kawasan yang telah
mengalami degradasi lingkungan. 3
Gambar 2. Isu dan permasalahan lingkungan di Riau 3
Menurut Prof. Usman, upaya program penegakan hukum bidang
lingkungan hidup, penyusunan peraturan daerah yang dapat mengayomi segenap
kepentingan lingkungan secara komprehensif di berbagai sektor dan bukan secara
parsial, menyusun petunjuk teknis dari setiap kebijakan yang dilaksanakan,
mendukung kebijakan nasional tentang pengelolaan lingkungan hidup dengan
menerbitkan peraturan dan ketentuan pada tingkat kabupaten. 3
2. MASALAH LIMBAH
Limbah juga merupakan permasalahan lingkungan di Riau. Hal ini memang
merupakan permasalahan lama. Pemerintah provinsi Riau dalam mengatasi
masalah ini berencana bekerja sama dengan perusahaan eropa untuk mengelola
limbah menjadi hal yang bermanfaat. 3
12
Gambar 3. Peta pencemaran muara sungai di Riau
(sumber peta: Google Earth)
Berlianto Situngkir, Sekretaris 1 Kedutaan Besar RI di Belanda
menyatakan mereka membawa orang-orang yang berkompeten dari perusahaan
Ingrepro Renewables yang bergerak di bidang agrobisnis dan teknologi yang
dikembangkan untuk membantu pengolahan limbah menjadi air bersih. Apalagi
diketahui, bahwa di Riau ini banyak sektor industri yang berpotensi menghasilkan
limbah. Perusahaan Ingrepro Renewables, merupakan salah satu perusahaan yang
ternama di Eropa maupun global di bidang agrobisnis dan teknologi. Perusahaan
ini dapat mengolah limbah dengan adanya faktor ekonomis di belakangnya seperti
untuk pakan ternak bahkan bio energi yang menjadi bahan dasar untuk pembuatan
farmasi. 3
13
3. MASALAH SAMPAH
Persoalan sampah sempat menjadi perhatian serius. Hal ini mmakin
memuncak saat sampah menumpuk di mana-mana di kawasan daerah
permukiman di Riau dan sampah yang tidak diangkut berhari-hari hingga
menimbulkan bau tak sedap. 4
Hal ini semakin parah saat terjadi Kerusakan alat berat di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Muara Fajar disebut-sebut menjadi penyebab karena
menyebabkan sampah di TPA menggunung. Bahkan sempat terjadi aksi mogok
supir angkutan sampahbelasan truk sampah „‟mengepung‟‟ Kantor Wali Kota
Pekanbaru. Mereka mengaku dilarang masuk oleh warga di TPA yang menilai
kinerja pengangutan sampah buruk tersebut. Tidak heran jika masalah sampah
masuk dalam program 100 hari Firdaus-Ayat yang menjadi prioritas untuk
diselesaikan. 4
Meskipun wilayah pekanbaru tidak bisa kita bebaskan seluruh dari
sampah, setidaknya saat ini sudah berkurang. Produksi sampah jarang terlihat
menumpuk di beberapa tempat. Tapi semua sudah bekerja keras dan urusan
sampah ini tidak bisa serta merta menjadi tanggungjawab pemerintah melainkan
masyarakat juga. 4
Hal tersebut dijelaskannya berdasarkan hasil pertemuan dan evaluasi yang
dilakukannya sebagai wali kota bersama seluruh pejabat di Dinas Kebersihan dan
Pertamanan (DKP). Berdasarkan penjelasannya, salah satu hal yang dilakukan
adalah mengganti sistem pelaksanaan pengelolaan sampah. Sampah yang terdapat
di tempat pembuangan sementara sebelumnya hanya dikumpulkan saja, saat ini
sudah diangkut langsung ke TPA Muara Fajar untuk dikelola. Berkurangnya
tumpukan sampah tersebut tidak hanya keberhasikan pengelolaan dari pemerintah,
masyarakat juga berperan aktif dalam hal ini. 4
Pengelolaan sampah ini bisa lebih baik dengan sistem yang baru. Jadi
target jangka panjangnya sampah di Pekanbaru sudah bisa menadi omset
pendapatan. Tonase TPA Muara Fajar yang menampung seluruh sampah yang ada
di Kota Pekanbaru dalam keadaan rusak. Alat penimbang setiap sampah yang
masuk ke TPA ini rusak sejak beberapa pekan lalu, hingga laporan berat sampah
14
yang masuk ke TPA tidak dapat dilaporkan. Data sampah terakhir yang masuk ke
TPA sebelum tonase rusak, pada Januari ada 7,7 ton, Februari 7,8 ton dan Maret
7,9 ton. Bandingkan dengan sampah yang masuk pada Januari tahun lalu yang
hanya 4,4 ton, sementara pada Desember 2011 sampah yang masuk sudah
mencapai 7.3 ton. Diperkirakan baru sekitar dua dari delapan hektare lahan TPA
Muara Fajar yang terisi. 4
Pemerintah Provinsi Riau bekerja sama dengan perusahaan asing asal
Inggris dalam pengelolaan sampah untuk dijadikan sebagai sumber energi listrik
bagi masyarakat setempat. Penandatanganan memorandum of understanding
(MoU) antara Pemerintah Riau dengan PT The Group of Twenty (G-20) yang juga
melibatkan Riau Investment Corp Compani (RIC). Penandatanganan MoU
dilakukan secara bersama-sama oleh pihak pemerintah Pekanbaru yang langsung
dilaksanakan Wali Kota Pekanbaru Firdaus MT beserta perwakilan PT G-20 dan
pihak RIC yang disaksikan perwakilan Pemerintah Provinsi Riau. 4
Permasalahan sampah merupakan permasalahan yang kompleks di seluruh
negara di dunia. Akan tetapi, dengan ilmu dan teknologi yang amat canggih
sekarang, pemanfaatan sampah menjadi suatu energi merupakan upaya yang
justru mampu menyelamatkan lingkungan dari permasalahan limbah tersebut. 4
Pemamanfaatan sampah rumah tangga dan limbah yang dihasilkan
perkebunan sawit menjadi bahan utama dalam proses pengolahan menjadikannya
sebagai sumber energi listrik. Bahan mentah diawali dengan pengelolaan dasar
untuk menjadikannya sebagai bahan baku pembangkit listrik tenaga sampah. MoU
itu merupakan yang kali pertama dilaksanakan di Indonesia dan akan terus
dikembangkan ke sejumlah wilayah lain di Tanah Air. Penandatanganan MoU
tentang pelaksanaan pembangunan pembangkit tenaga listrik berbasis sampah
akan berdampak pada perokonomian Riau dan Kota Pekanbaru. Pembangunan
pembangkit tenaga listrik berbasis sampah segera dilaksanakan di Pekanbaru,
tepatnya bertempat di penampungan akhir (TPA) yang secara bergilir akan
dilaksanakan juga di TPA seluruh Riau. Kerja sama ini akan memberikan dampak
ekonomi dan pastinya akan memberikan lapangan kerja cukup banyak kepada
masyarakat luas di Riau yang hingga sekarang belum bekerja.4
15
Dampak Limbah Minyak di Dumai
Pencemaran limbah di daerah Dumai diduga milik perusahaan minyak
yang mengakibatkan ribuan ikan mati mengapung di sejumlah parit. Didugaan
pencemaran lingkungan melalui limbah bekas operasional yang diduga dari
perusahaan PT. Pertamina RU II Dumai di aliran parit Jalan Kusuma Kelurahan
Jaya Mukti Kecamatan Dumai Timur. Hal ini membuat kondisi ribuan ikan mati
mengapung dan membuat kecemasan dimasyarakat sekitar karena takut kondisi
air sumurnya ikut tercemar limbah membahayakan tersebut. 5
Gambar 4. Pencemaran limbah oleh minyak 5
Pihak LSM Dumai Bersatu, sudah menyampaikan ke Kelurahan dan
Kecamatan atas dugaan parit tercemar limbah bekas operasional perusahaan yang
berdekatan dengan daerah sini dan akan mengawal masalah ini dengan tuntas,
karena masyarakat sudah resah atas peristiawa banyaknya ikan penghuni mati
mengapung. Kondisi ini langsung dikujungi puhak Kantor Lingkungan Hidup
Dumai terhadap panjangnya aliran parit yang diduga tercemar limbah pabrik
membahayakan dengan cara mengambil sempel. 5
16
4. AIR BERSIH
Rasa takut warga yang tinggal di wilayah pesisir Provinsi Riau, untuk
mengkonsumsi air berwarna hitam dan kotor, bukan hal baru lagi. Ini sudah lama
terjadi, namun warga masih berharap pada air artesis sumur bor milik gedung
pemerintah. Meski harus antre berpanas-panas di terik mentari. Kondisi air di
kawasan perumahan di Jalan Baung Perumnas Rumbai, Pekanbaru , tidaklah
begitu bersih, selain berwarna hitam kecoklatan, airnya pun tidak layak diminum.
Hal ini merupakan masalah lama, padahal air yang didapat berasal dari ledeng
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Siak. Akhirnya warga terpaksa mencari air
bersih melalui sumur bor yang airnya keluar sendiri (artesis) untuk kebutuhan
minum. Sementara keberadaan sumur bor yang airnya keluar sendiri jumlahnya
bisa dihitung. Perumahan di Rumbai Pesisir hanya ada empat titik dan yang
masih bertahan mengeluarkan air sendiri tinggal dua. 6
Krisis air bersih ini bukan saja dialami warga Perumnas Rumbai. Tetapi
juga menjadi perhatian dunia. Apalagi wilayah pesisir selalu dihadapi persoalan
tersebut. Pemerintah pun mengakui bahwa kebutuhan air bersih memang menjadi
perhatian dunia saat ini. Malah hanya 52% masyarakat Indonesia yang dapat
mengakses ketersediaan air bersih. Jumlah tersebut masih jauh dari target
Millenium Development Goals (MDGs) 2015. 6
Menurut Djoko, Dalam hal mencapai target MDGs setidaknya 68%
masyarakat Indonesia pada 2015 harus bisa mengakses air bersih. Sulitnya
mendapatkan air bersih ini, menurut pemerintah adalah persoalan anggaran
penyediaan air bersih. Dana yang dibutuhkan untuk mencapai target MDGs
adalah Rp 65 triliun. Sejauh ini pemerintah pusat hanya bisa menanggung Rp 37
triliun. Untuk itu pemerintah mengimbau, agar daerah terlibat dengan membangun
kemitraan untuk mencapai program tersebut. 6
Menurut Plt Direktur Utama PDAM Tirta Siak Pekanbaru, Edwin
Supradana, bahwa berbagai masalah masih menjadi kendala bagi kegiatan
investasi di sektor penyediaan air minum ini. Kendala itu dirasakan oleh
perusahaan jasa layanan air minum baik yang dikelola oleh PDAM maupun
swasta. Masih banyak kendala dalam pencapaian target layanan air minum.
Kendala itu antara lain adalah investasi yang besar, tarif layanan rendah,
17
komitmen bersama membangun dan mengelola air bersih dan tingkat kebocoran
yang tinggi. Beliau juga mengakui, kebutuhan warga Pekanbaru terhadap air
bersih sangat besar. Jumlah ini selalu meningkat saban tahun hingga Januari 2013
mencapai 6-8 %. Sementara kebutuhan air yang harus disediakan PDAM saat ini
kurang lebih 600.000 meter kubik setiap hari. Untuk itu saat ini PDAM pun akan
membatasi jumlah pelanggan, sebelum fasilitas dan sarana pendukung, seperti
pompa teratasi. Sulitnya mendapatkan air bersih di wilayah pesisir bukan saja
dikeluhkan warga Perumnas Rumbai, Pekanbaru, atau masyarakat yang ada di
sepanjang wilayah pesisir di Indonesia ini, tetapi juga menjadi bagian agenda
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sidang tingkat tinggi ke-65 terkait MDGs
(High-Level Plenary Meeting/HPLM on MDGs) yang berlangsung di New York,
USA, pada 20-22 September 2010. 6
5. POLA PENYAKIT MASYARAKAT PESISIR RIAU
a. Infeksi saluran pernafasan akut
Kualitas udara di propinsi Riau kini semakin merosot seiring dengan kabut
asap yang terus melanda. Beberapa pembakaran lahan, baik yang dilakukan
masyarakat maupun dampak dari bisnis kehutanan, terus terjadi sampai saat ini.
Bahkan angka ambang batas kualitasnya kini telah melewati angka 100, yang
berbahaya bagi kesehatan manusia.6
Menurut Kabid Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan di Dinas Kesehatan Riau, Tengku Zul Effendi, Kualitas udara di Riau
saat ini berada pada ambang batas tidak sehat, karena telah memasuki angka
antara 100 hingga 200. Angka diatas angka tersebut adalah kategori berbahaya
dan sangat berbahaya.Pihak Dinas Kesehatan Riau mengimbau masyarakat untuk
tetap tinggal di rumah jika tidak ada kebutuhan mendesak keluar rumah, demi
menjaga kesehatan pernapasan, untuk itu masyarakat lebih dianjurkan untuk
mengurangi aktivitas keluar rumah. Apalagi saat malam hari bagi anak-anak. 6
Penggunaan masker untuk menekan rasa sesak akibat terpaan asap,
sekarang sudah semakin berdampak minimum, terbukti dengan semakin
meningkatnya jumlah penderita Infeksi Saluran Pernapasan bagian Atas atau
ISPA di bagian lain propinsi Riau, yaitu di Dumai. Setiap hari, Dumai menerima
18
kasus tak kurang dari 50 orang penderita ISPA. Penggunaan masker, dari sisi
kesehatan hanya bisa sedikit mengurangi masuknya kabut asap yang tidak sehat
yang bisa menyerang bagian atas tenggorokan manusia. Namun tidak mampu
menghindar dari serangan ISPA sepenuhnya. Terkait maraknya serangan penyakit
pernapasan akibat kabut asap ini, pemerintah daerah di Riau menyatakan akan
sepenuhnya menanggung biaya perawatan bagi warga yang sakit. Biaya
perawatan bagi korban akibat asap kebakaran hutan dan lahan bisa ditanggung
dengan dana Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah). Prosedurnya mudah, yakni
pasien hanya menunjukan kartu tanda pendukuk (KTP) dan karu keluarga (KK)
serta surat rujukan dari puskesmas atau dari rumah sakit umum daerah (RSUD). 6
Kabut asap putih tebal didaerah Dumai kemungkinan muncul akibat
kebakaran hutan dan lahan di beberapa kabupaten tetangga yaitu berasal kiriman
dari kejadian kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Rohil dan Bengkalis.
Kondisi nihil titik api di kota langganan kabut asap ini karena terus diguyur hujan
dalam beberapa hari terakhir. Kabut asap di Dumai sebelumnya dikategorikan
kualitas udara tidak sehat dan membahayakan kesehatan manusia. Pihak
pengamanan kehutanan dibantu manggala agni dan regu pemadam kelurahan dan
kecamatan juga telah bekerja keras memadamkan kebakaran hutan di beberapa
titik api yang terpantau. 6
Usaha pengendalian api telah kita lakukan secara optimal dengan
mengerahkan semua kemampuan. Namun karena adanya asap kiriman, jadi
pemerintah tidak bisa berbuat banyak. Selain membagikan masker, pemerintah
propinsi Riau sendiri masih berupaya melakukan sosialisasi kepada publik untuk
tidak membakar lahan dan hutan untuk kepentingan pertanian dan perkebunan.6
19
Gambar 5. Kabut asap di Dumai 6
b. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sampai saat ini masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di Propinsi Riau yang memerlukan
perhatian serius dari semua pihak, mengingat penyakit ini sangat potensial untuk
terjadi Kejadian LuarBiasa(KLB) dan merupakan ancaman bagi masyarakat
luas.Untuk mengantisipasimunculnya masalah DBD perlu direncanakan tindakan-
tindakan antisipatif yang lebih rasional dan berani serta terus mendorong semua
pihak agar terbeban terhadapancaman DBD tersebut. Angka kesakitan DBD (IR)
tertinggi pada tahun 2006 tercatat pada Kota Pekanbaru, Kab Inhu, dan Siak
melebihi Indikator Nasional Angka kesakitan 20/100.000 penduduk.
Dirjen P2PL pada tanggal 16 September 2013 di Dumai mencanangkan
“Gertak”, dalam upaya menekan penyakit menular. Pemerintah Dumai,
mencanangkan dua gerakan yaitu: 7
Gerakan serentak stop buang air besar sembarangan (Gertak SBS)
Gerakan serentak pemberantasan sarang nyamuk DBD (Gertak PSN
DBD).
Bersamaan dengan itu juga diresmikan Pos Pembinaan Terpadu (Pos
Bindu). Kampanye dan pencanangan gerakan serentak stop buang air besar
sembarangan dan gerakan serentak pemberantasan sarang nyamuk DBD
20
dilakukan Direktorat Jendral (Dirjend) P2PL Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (Kemenkes) Prof Dr Tjandra Yoga Aditama. 7
Air bersih yang susah didapat serta kondisi alam yang banyak berawa
menyebabkan penyakit menular rawan berkembang. Angka kejadian DBD di
Dumai saat ini hanya mencapai 46%, walaupun permasalahan air bersih masih
merupakan permasalahan utama saat ini.7
c. Malaria
Tahun 2006 jumlah kasus malaria klinis sebanyak 28.102 kasus. Jumlah
ini mengalami penurunan dari tahun 2005 (31.618kasus). Annual Malaria
Incidence (AMI) Provinsi Riau berada pada kisaran antara 0,28 – 16,29 per 1.000
penduduk. Pada tahun 2006 KLB Malaria terjadi sebanyak 1 kejadian yaitu di
Kota Dumai (Kec. Sungai Sembilan) dengan jumlah penderita sebanyak 322
orang, namun tidak ada penderita yang meninggal dunia. KLB Malaria ini terjadi
pada bulan Januari (31orang), Pebruari (46 orang), Maret (42 orang), April (61
orang), Mei (142 orang).Hasil laboratorium, jenis plasmodiumyang paling banyak
ditemukan adalah plasmodium falciparum. 8
d. Diare
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia,
bila ditinjau dari angka kesakitan atau kematian yang ditimbulkannya.
Berdasarkan kajian dan analisis dari beberapa survei yang dilakukan, angka
kesakitan diare pada semua golongan umur pada saat ini adalah 280/1.000
penduduk. Pada golongan balita episode diare adalah 1,5 kali per tahun. Angka
kematian diare yang didapat dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT
1995) bila diproyeksikan pada penduduk Indonesia, setiap tahunnya terdapat
112.000 kematian pada semua golongan umur (54/100.000 penduduk), pada balita
terjadi 55.000 kematian (2,5 per 1.000 balita). Kematian balita akibat diare terjadi
karena tidak ditolong secara dini dan tidak diberikan pengobatan yang tepat.
Secara teoritis diperkirakan 10% dari penderita diareakan meninggal, akibat
terjadinya proses dehidrasi berat bila tidak diberi pengobatan. 8
Angka kesakitan Diare di Propinsi adalah 20,81 per 1.000 penduduk.
Angka tersebut masih berada dibawah angka nasional (374 per 1.000 penduduk),
tetapi kemungkinan masih terjadi under reporting/belum validnya data sehingga
21
angka kesakitan diare rendah padahal masyarakat yang ber PHBS di Propinsi Riau
masih rendah. Kabupaten Siak mempunyai angka kesakitan paling tinggi yaitu
43,99 per 1.000 penduduk, diikuti oleh kabupaten Kampar 29,5 per 1.000
penduduk dan Kabupaten Bengkalis 27,13 per 1.000 penduduk.8
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada makalah ini dibahas mengenai persoalan kesehatan lingkungan pada
pulau-pulau dan masyarakat yang berada di pesisir riau. Adapun permasalahan
lingkungan yang ditemukan antara lain:
Kebakaran hutan dan lahan
Illegal loging
Pencemaran air sungai
Dampak kebisingan pada pengusahaan / penangkaran walet
Abrasi pantai
Masalah limbah
Masalah sampah
dan masalah air bersih
Penyakit-penyakit yang terdapat dimasyarakat.
Penyakit-penyakit yang banyak menyerang msyarakat sekitar pesisir riau
antara lain infeksi saluran pernafasan akut, demam berdarah dengue (DBD),
malaria, dan diare.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Sejarah, geografi, luas wilayah, dan kependudukan seta kondisi sumber daya
alam di provinsi Riau , Di unduh dari:
[http://id.wikipedia.org/wiki/Riau#Kondisi_dan_sumber_daya_alam]
2. Permasalahan wilayah pesisir bengkalis. Maret 2013. Diunduh dari:
[http://www.cekau.com/2013/03/permasalahan-wilayah-pesisir-
bengkalis.html]
3. Perusahaan Belanda Tertarik Atasi Masalah Limbah di Riau. Agustus 2013.
Diunduh dari:
[http://utusanriau.com/index.php/news/detail/3889#.Ujbr71OM9m4]
4. Metro tv news. Riau dan Inggris olah sampah jadi tenaga listrik. 17
September 2013. Diunduh dari:
[http://www.metrotvnews.com/lifestyle/read/2013/03/05/29/135834/Riau-
dan-Inggris-Olah-Sampah-Jadi-Tenaga-Listrik]
5. Riau terkiuni. Dampak limbah minyak di Dumai. Rabu, 14 Agustus 2013.
Diunduh dari [http://www.riauterkini.com/lingkungan.php?arr=63281]
6. Riau pos. Kabut Asap di Dumai. Agustus 2013. Diunduh dari:
[http://www.riaupos.co/cetak.php?act=full&id=3366&kat=12]
7. Persediaan air bersih di Rumbai. Januari 2013. Diunduh dari:
[http://www.cekau.com/2013/01/di-bawah-terik-mentari-air-bersih-pun.html]
8. Depkes RI. Profil kesehatan Riau 2006. Dinas kesehatan profinsi Riau. Pekan
baru. Diunduh dari: [http://www.depkes.go.id/downloads/profil/riau06.pdf]