PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP CERAI DI LUAR PENGADILAN
DI DESA SUNGAI TOMAN KECAMATAN MENDAHARA ULU
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI.
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H)
Dalam Ilmu Syariah Hukum Keluarga.
Oleh:
MUSTAFA
NIM: SHK 141623
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUNDDIN JAMBI
TAHUN 2018
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Fakultas
Syariah UIN STS Jambi.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN STS Jambi.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil ciplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN STS Jambi.
Pembimbing I : DR. RAHMI HIDAYATI, S.Ag.,M.HI
Pembimbing II : SITI MARLINA, S.Ag.,M.HI
Alamat : FakultasSyariah UIN STS Jambi
Jl. Jambi – Ma.Bulian KM.16 Simp. Sei Duren
JalukoKab.Muaro Jambi 31346 Telp.(0741)582021
Jambi,23Oktober 2018
Kepada Yth.
Bapak Dekan Syariah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
DI-
JAMBI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
AssalamualaikumWr.Wb
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi
saudara Mustafa NIM 141623 yang berjudul “PERSEPSI MASYARAKAT
DESA SUNGAI TOMAN KECAMATAN MENDAHARA ULU KABUPATEN
TANJUNG JABUNG TIMUR TERHADAP CERAI DI LUAR PENGADILAN”.
Telah disetujui dan dapat diajukan untuk di munaqasahkan guna melengkapi
syarat-syarat memeproleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Hukum Keluarga
pada Fakultas Syariah UIN SulthanThahaSaifuddin Jambi.
Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi
kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.
WassalamualaikumWr.Wb.
OMOOM
ىم أن حأخزا ممب مشحبن فئمسبن بمعشف أ حسشيخ بئدسه ٱطك ب يذ
ه شي ب إب أن يخبفب أب يميمب دذد ءاحيخم فئن خفخم أب يميمب دذد ٱ بف ٱ
مب فيمب جىبح ٱفخذثعي حه دذد ۦب مه يخعذ دذد ٱ ب فب حعخذ ٱ
م ئه ٢٢٢ ٱظمنفأ
Artinya: Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan
cara yang ma´ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal
bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan
kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat
menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya
(suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak
ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk
menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu
melanggarnya. Barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah
mereka itulah orang-orang yang zalim.1
1QS.Al-Baqarah 2:229.
PERSEMBAHAN
Ya Allah, Terima kasih atas nikmat yang yang engkau berikan sampai detik inip ada hidupku,
sedih, bahagia, dan duka selama hidup dirantau ini yang telah member warna-warni
kehidupanku Ku bersujud dihadapan Mu, Engaku berikan aku kesempatan untuk bisa
sampai Di penghujung perjuanganku Segala Puji bagi Mu ya Allah,
Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat menadahkan do‟ a dalam syukur yang tiada terkira,
terima kasih ku untukmu. Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ayah dan Ibu
tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat
dan kasih saying serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani
setiap rintangan yang ada didepanku. Semoga karya kecil ini bisa menjadi langkah awal
untuk membalas kebaikanmu selama. Terimakasih kepada seluruh masyarakat Desa Sungai
Toman yang telah memberikan dukungan kepada saya baik moril mapun materil, semoga
dicatat disisi Allah sebagai amal kebaikan dan diberiganjaran berupa pahala yang berlipat
ganda. Amiin Terimakasih juga Kepada Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan
pengajar, dan guru-guru yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk
menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai
harganya, agar saya menjadi lebih baik. jasa kalian akan selalu di ingat sampai hayat nanti.
Sahabat danTeman tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua takkan mungkin
aku sampai disini, terimakasih untuk candatawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati
bersama dan terima kasih untuk kenangan manis yang telah mengukir selama ini. Dengan
perjuangan dan kebersamaan kita pasti bisa! Semangat!! .
Abstrak
Secara detail dalam UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 39 menyatakan bahwasanya
keabsahan sebuah peristiwa perceraian hanya dapat dilakukan jika di depan sidang
Pengadilan Agama, hal tersebut setelah Pengadilan Agama berusaha dan tidak
berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Setelah diteliti, persoalan yang muncul
adalah bahwa masih banyak terjadi perceraian yang dilakukan di luar sidang
Pengadilan, seperti yang terjadi pada masyarakat Desa Sungai Toman Kecamatan
Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Kegelisahan
akademik yang muncul dari persoalan tersebut yang mengantarkan penelitian ini
bertujuan untuk mengungkapkan fenomena perceraian di luar Pengadilan Agama
bagaimana pemahaman masyarakat terhadap Thalak yang di ucapkan di luar
sidang Pengadilan Agama dan apa saja faktor yang menyebabkan masyarakat
melakukan Thalak di luar Pengadilan Agama. Metode Penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan menggunakan pendekatan
yuridis sosiologis dengan tujuan untuk mengemukakan tentang fenomena-
fenomena yang terjadi dengan mengembangkan konsep serta menghimpun fakta
sosial yang ada. Data yang ada diperoleh atau dikumpulkan langsung dari
observasi lapangan dan wawancara langsung dari informan yang terkait.
Dokumentasi dan referensi lain yang digunakan sebagai data penunjang dalam
penelitian ini. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagian
masyarakat memahami bahwa Thalak di luar Pengadilan Agama adalah sah
karena berpedoman pada aturan fikih. Sekalipun sebagian dari informan ada yang
beranggapan sebaiknya Thalak dilakukan di hadapan Pengadilan Agama untuk
mendapatkan perlindungan dan kepastian hukum. Diantara faktor yang
menyebabkan masyarakat melakukan Thalak di luar Pengadilan Agama antara
lain: pemahaman masyarakat terhadap peraturan fikih munakahat lebih domain,
masyarakat tidak menganggap efektif peraturan yang ada, penghasilan pelaku
dirasa tidak cukup untuk membayar biaya persidangan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan Ridho-Nya dan di dalam lindungan dan selalu diberi kekuatan serta
kesehatan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Persepsi
Masyarakat Terhadap Cerai Di Luar Pengadilan Di Desa Sungai Toman
Kecamatan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi
Jambi”. Kemudian tidak lupa pula Shalawat serta salam penulis sampaikan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Dalam penyelesayan skripsi ini penulis akui, tidak sedikit hambatan dan
rintangan yang penulis temui baik dalam mengumpulkan data maupun dalam
penyusunannya. Dan bantuan dari para pihak, terutama bantuan dan bimbingan
yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata
terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu penyelesayan skripsi ini,
terutama sekali kepada Yang Terhormat:
1. Bapak Dr. Hadri Hasan, MA. Selaku Rektor UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi.
2. Bapak Dr. H. Su‟ aidi Asyari, MA., Ph.D, Bapak Dr. H.Marwazi, MA dan
Ibu Dr. Hj Fadhillah, M.Pd selaku Wakil Rektor Akademik dan
pengembangan lembaga, Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum,
Perencanaan dan Keuangan, dan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan
dan Kerjasama di Lingkungan UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak DR. A.A. Miftah, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari‟ ah UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Hermanto Harun, Lc, M.HI., Ph.D, Wakil Dekan Bidang
Akademik. DR Rahmi Hidayati,S.Ag., M.HI, Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum. dan, DR. Yuliatin, S.Ag.,M.HI, Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan Dan Kerjasama di Lingkungan Fakultas Syariah UIN STS
Jambi.
5. Ibu Siti Marlina, S. Ag., M.HI selaku ketua jurusan dan Ibu Dian Mustika,
S.HI., MA Selaku Sekretaris serta Bapak Awaluddin, S.Ag selaku Staf
Jurusan Ilmu Pemerintahan Syariah UIN STS Jambi.
6. Ibu DR Rahmi Hidayati,S.Ag., M.HI selaku pembimbing I dan Siti
Marlina, S. Ag., M.HI selaku pembimbing II.
7. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen dan Seluruh Karyawan/ Kayawati
Fakultas.
8. Semua pihak yang terlibat dalam pennyusunan skripsi ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Disamping itu penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan layaknya sebuah karya tulis ilmiah, oleh karena itu diharapkan
pada semua pihak untuk dapat memberikan saran dan kritik yang bersifat
membangun dan positif guna kesempurnaan skripsi ini. Kepada Allah SWT
penulis memohon ampun atas semua kesalahan yang terdapat dalam skripsi ini
dan kepada sesame manusia penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga apa yang kita lakukan
hari ini menjadi nilai positif dan amalan dimasa yang akan datang untuk
melakukan perubahan yang lebih baik untuk bangsa dan Negara dengan
mengharap Ridho Allah SWT. Amin.
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................... i
Lembar Pernyataan................................................................................................ ii
Persetujuan Pembimbing ....................................................................................... iii
Pengesahan ......................................................................................................... iv
Motto ................................................................................................................... v
persembahan .......................................................................................................... vi
Abstrak ................................................................................................................. vii
Kata Pengantar ...................................................................................................... viii
Daftar Isi................................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Batasan Penelitian ............................................................................... 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
2. Kegunaan Penelitian...................................................................... 6
E. Kerangka Teori.................................................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 19
BAB II METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 22
B. Lokasi Penelitian ................................................................................. 22
C. Jenis Penelitian .................................................................................... 22
D. Pendekatan Penelitian ......................................................................... 23
E. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 24
F. Tehnik Pengumpulan Data .................................................................. 25
G. Tehnik Analisis Data ........................................................................... 27
H. Sistematika Penulisan.......................................................................... 29
I. Jadwal Penelitian ................................................................................. 31
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Desa ........................................................................................ 32
B. Struktur Organisasi .............................................................................. 34
C. Keadaan Penduduk di Desa Sungai Toman ........................................ 35
D. Sosial Dan Budaya .............................................................................. 39
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Persepsi Masyarakat Desa Sungai Toman Kecamatan Mendahara
Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Timur Terhadap Cerai I Luar
Pengadilan………………………………………………………..47
B. Faktor Yang Menyebabkan Masyarakat Melakukan Thalak di Luar
Pengadilan .......................................................................................... 51
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 67
B. Saran-saran .......................................................................................... 68
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 70
Lampiran-Lampiran ............................................................................................ 71
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan ialah ikatan lahir batin sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
ketuhanan yang maha esa.2
Membina rumah tangga yang sakinah mawaddah warahma bukan perkara
yang gampang dan bukan persoalan yang mudah, suami istri sebelumnya harus
memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentang nilai, norma dan moral yang
benar, harus siap dengan mental yang kuat untuk menghadapi segala macam
rintangan dan tantangan serta hempasan badai rumah tangga.
Banyak sekali pasangan suami istri yang merasa siap dan memiliki bekal
yang banyak, namun ditengah jalan mereka goyah, mereka gagal mencapai tujuan
yang dicita-citakan sebelumnya, mereka gagal menciptakan dan membina rumah
tangga yang bahagia, sejahtera dan kekal abadi.
Rumah tangga semakin retak, tali perkawinan semakin kendor, hubungan
kasih sayang semakin tidak harmonis, akhirnya kabur dan menghilang.
Ketentraman dan kedamaian rumah tangga yang didambakan berubah menjadi
pertikaian dan pertengkaran, rumah tangga bukan lagi istana dan syurga tapi
berubah bagaikan penjara dan neraka.3
2Undang-Undang No1. Tahun 1974 Tentang Perkawinan. hlm. 20.
3 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat (Bandung: PT Cipta Aditya Bakti 1990),
hlm. 169.
Apabila krisis rumah tangga yang melanda kehidupan suami istri itu
sedemikian memuncak dan tidak mungkin diselesaikan selain harus bercerai atau
diceraikan, dan jalan inilah yang paling menjamin kemaslahatan, baik untuk
kemaslahatan suami, kemaslahatan istri maupun anak-anaknya, maka itu ikatan
perkawinan tidak mungkin lagi untuk dipertahankan.4 Walaupun islam sangat
melarang terjadinya perceraian tersebut, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.:
به عمش لبي صى عه عبذ ا سم أبغط اذبي إى لبي سسي ا عي ا
اطبق ا
Artinya: Dari Abdullah bin Umar telah berkata bahwa Rasulullah Saw.
telah bersabda:“Sesuatu yang halal yang amat dibenci Allah ialah
talak.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).5
Berdasarkan penjelasan hadist tersebut, menunjukan bahwa perceraian
merupakan alternatif terkahir (pintu darurat) yang dapat dilalui oleh suami istri
bila ikatan perkawinan tidak dapat dipertahankan keutuhan dan kelanjutannya.6
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan perkawinan yang sudah
dikemukakan diatas adalah merupakan satu kesatuan yang utuh saling berkaitan
antara yang satu dengan yang lainnya. Suami istri adalah pasangan yang saling
membutuhkan dan saling melengkapi dan saling menutupi kekurangan pasang-
pasangannya dengan kelebihan yang dimilikinya. Karena itu bahwa perkawinan
mempunyai tujuan yang mulia dan sakral, yang secara sederhana disebut untuk
menciptakan dan membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah
4Ibid.,hlm. 21.
5Ibn Majah Abu Abdillah Muhammad, Sunan Ibnu Majah, juz 6, Maktabah Syamilah,
hlm. 175. 6Baharudin Ahmad, dkk Hukum Perkawinan Umat Islam di Indonesia, (Jakarta:
Lamping Publishing, 2015), hlm. 170.
serta kekal sampai akhir hayat. Oleh karena itulah islam sangat membenci
perceraian.7
Apabila dilihat dari tujuan yang sakral dan agung tersebut, maka secara
moral semua yang telah menikah mempunyai kewajiban untuk menyelamatkan
perkawinan dari kehancuran. Akan tetapi kesadaran yang demikian belum tentu
dimiliki oleh semua pasangan suami istri sehingga masih ada dari mereka yang
menggunakan jalan perceraian dalam mengatasi masalah keluarga.
Dalam hal perkara perceraian seringkali tidak sejalan dengan praktek yang
ada dilapangan dengan yang tertera baik itu diKompilasi Hukum Islam maupun
undang-undang perkawinan No.1 Tahun 1974 yang telah diatur sedemikian baik
dalam masalah perceraian.8 Dengan melihat kondisi masyarakat yang demikian
maka pemerintah mempunyai kewajiban untuk membentuk suatu aturan agar
perceraian dapat ditekan bahkan kalau mungkin dihindarkan sama sekali.
Diwilayah Desa Sungai Toman Kecamatan Mendahara Ulu Kabupaten
Tanjung Jabung Timur, kasus perceraian itu menurut pengamat dan kejadian yang
penulis lihat bahwa masyarakat disana jika melakukan perceraian atau menthalak
istrinya mereka tidak menggunakan jalur yang telah ditetapkan oleh pemerintah
atau prosedur perceraian yang telah diberlakukan oleh Undang-Undang
perkawinan.9 Sehingga sangat jauh dari bunyi UU No.1 tahun 1974 sebagaimana
yang tertuang dalam BAB VIII pasal 39 ayat 1 berbunyi: “Perceraian hanya dapat
7Ibid.,hlm. 24.
8KHI Dan Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974.
9Hasil Wawancara Bapak Darsah, Tokoh Agama Desa Sungai Toman hari Sabtu, tgl 07-
05-2018.
di lakukan di depan sidang Pengadilan setalah pengadilan yang bersngkutan
berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.”10
Tabel perceraian di Desa Sungai Toman.11
No Cerai di Pengadilan Cerai Tanpa Kepengadilan
1. 2 orang 8 orang
Sehingga melihat kenyataan yang ada dilapangan seakan-akan bertolak
belakang dari yang telah ditentukan menurut prosedur perceraian yang ada
didalam undang-undang Perkawinan, hal inilah yang membuat penulis ingin
mengetahui bagaimana pemahaman masyarakat terhadap aturan yang telah ada.
Dari penjelasan diatas untuk mengetahui tentang kasus tersebut mengenai
perceraian diluar sidang Pengadilan Agama, maka penulis mencoba
menerangkannya dalam bentuk sebuah tulisan ilmiah dengan judul: Persepsi
Masyarakat Terhadap Cerai di Luar Pengadilan di Desa Sungai Toman
Kecamatan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi
Jambi.
10 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 Pasal 39 Ayat 1.
11 Wawancara Bersama Bapak Darsah Selaku Tokoh Agama Desa Sungai Toman, 10
November 2018.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis mengangkat
rumusan masalah sebagai objek pembahasan dalam penyusunan skripsi ini, yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi masyarakat tentang thalak yang diucapkan diluar
sidang Pengadilan Agama?
2. Apa faktor penyebab masyarakat yang mengucapkan thalak di luar
sidang Pengadilan Agama?
C. Batasan Masalah
Dalam memudahkan penulisan karya ilmiah ini, sehingga mendapatkan hasil
yang diharapkan, maka perlu penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas
dan di analisis, sehingga tidak keluar dari topik permasalahan yang di teliti.
Dalam penelitian ini penulis hanya membahas mengenai persepsi masyarakat
tentang thalak yang di ucapkan di luar sidang Pengadilan Agama serta ingin
mengetahui apa factor penyebab mereka tidak mengucapkan thalak didepan
sidang Pengadilan Agama, dan ingin mengetahui apa dampak dari perceraian
tersebut. Dan penulis membatasi penelitian ini dimulai dari tahun 2017-2018,
sebanyak 8 kasus yang berada diwilayah Desa Sungai Toman.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Ingin mengetahui persepsi masyarakat thalak yang diucapkan di luar
sidang Pengadilan Agama.
b. Ingin menegetahui faktor penyebab masyarakat yang mengucapkan thalak
di luar sidang Pengadilan Agama.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sebagai imformasi kepada masyarakat bahwa perceraian atau thalak
seharusnya melalui prosedur sehingga mendapatkan status hukum yang
jelas.
b. Untuk tercapainya sebuah tujuan kesehjahtraan dalam keluarga yang baik
kedepannya.
c. Sebagai persyaratan dalam penyelesaian perkuliahan dan memperoleh
gelar sarjana Strata (S.1) difakultas Syari’ah UIN STS Jambi
d. Untuk menambah referensi perpustakaan dapat digunakan untuk penelitian
selanjutnya.
E. Kerangka Teori
1. Teori Al-Qur’an
Dalam Al-qur’an Allah SWT berfirman :
ىم أن مشحبن فئمسبن بمعشف أ حسشيخ بئدسه ٱطك ب يذ
ه شيحأخزا ممب ء ب إب أن يخبفب أب يميمب دذد احيخم فئن خفخم أب ٱ
يميمب دذد مب فيمب بف ٱ ٱفخذثجىبح عي حه دذد ۦب ب ٱ فب حعخذ
مه يخعذ دذد م ٱ ئه ٢٢٢ ٱظمنفأ
Artinya: Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi
dengan cara yang ma´ruf atau menceraikan dengan cara yang
baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari
yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya
khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah.
Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat
menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas
keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk
menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah
kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-
hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim.12
2. Teori Maqasid Al Syari’ah
Teori Maqasid Al-Syari’ah dikemukakan dan dikembangkan oleh Abu
Ishhaq Al-Syathibi, sebagaimana yang dikutip oleh Hasbi Ash-Shiddieqy,
tujuan pensyari’atan hukum dapat dilihat menurut tingkatan kepentingannya
dalam kehidupan manusia. Dari sisi ini, maqashid al-syari’ah dibagi menjadi
tiga tingkatan. Pembagian ini berkaitan dengan usaha menjaga kelima unsur
pokok kehidupan dalam usaha mencapai tujuan pensyari’atan hukum yang
utama yaitu untuk mewujudkan kemaslahatan manusia.
12
Al- Qur’an dan Terjemahannya Dapertemen Agama RI, (Semarang: Toha Putra, 1996)
Al-Baqarah (2): 229.
Ketiga tingkatan tersebut yaitu:
1. Maqashid al-Daruriyat
Maqashidal-Daruriyat atau tujuan primer adalah tujuan hukum yang
harus ada demi adanya kehidupan manusia, baik dalam hal agama maupun
dalam hal kehidupan di dunia. Maqashid ini dimaksudkan untuk memelihara
kelima unsur pokok kehidupan manusia, yaitu menjaga agama, jiwa, akal,
keturunan dan menjaga harta. Apabila tujuan primer ini tidak tercapai maka
akan menimbulkan kerusakan di dalam kehidupan manusia. Tujuan primer
ini hanya tercapai apabila kelima unsur pokok kehidupan tersebut dapat
dijaga.13
2. Maqashid al-Hajiyat
Maqashid al-Hajiyat atau yang disebut juga dengan tujuan sekunder,
yaitu sebagaimana yang disebutkan olkeh Juhaya S.Praja adalah
terpeliharanya tujuan kehidupan manusia yang terdiri dari berbagai
kebutuhan sekunder hidup manusia. Dan apabila kebutuhan hidup ini tidak
terpenuhi, maka akan berkibat buruk kepada kehidupan manusia.14
Namun
akibat yang ditimbulkannya tidak sebesar dan seberat akibat yang
ditimbulkan karena hilang atau tidak terpenuhinya maqashid al-dharuriyah.
Sementara itu, Hasbi ash-Shiddieqy menyebutkan bahwa maqashid al-
hajiyat adalah segala yang dihajati oleh masyarakat untuk menghidari
masyaqaah atau kesulitan guna menghilangkan kepicikan.Apabila maqashid
al-hajiyat ini tidak dapat diwujudkan maka hal tersebut tidak menyebabkan
13
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung: Pusat Penerbitan Universitas LPPM
UI Bandung, 1995), hlm 101. 14
Ibid.,hlm, 102.
akibat yang buruk bagi kehidupan manusia, hanya sekedar menimbulkan
kesempitan. Maqashid ini belaku dalam masalah ibadah, adat atau kebiasaan,
muamalah dan jinayah.15
3. Maqashid al-Tahsiniyat
Maqashid al-tahsiniyat atau tujuan-tujuan tersier adalah mempergunakan
segala yang layak dan pantas yang dibenarkan oleh adat kebiasaan yang baik
yang semuanya dicakup oleh bagian makarim al-akhlaq.16
Defenisi lain menyebutkan bahwa maqashid al-tahsiniyat adalah tujuan
hukum yang ditujukan untuk menyempurnakan hidup manusia dengan
melaksanakan hal-hal yang baik dan benar menurut syara’ dan adat
kebiasaaan dan menghindari hal-hal yang tercela menurut akal sehat.
Maqashid al-tahsiniyyat ini dicapai melalui hal-hal yang berbentuk budi
pekerti atau akhlak al-karimah.17
Dilihat dari ketiga maslahah di atas, pada hakikatnya, baik kelompok
dharuriyyat, hajiyat, maupun tahsiniyyat dimaksudkan untuk memelihara atau
mewujudkan kelima pokok (tujuan hukum Islam yang asasi). Hanya saja
peringkat kepentingannya berbeda satu sama lain. Kebutuhan kelompok
pertama dapat dikatakan sebagai kebutuhan primer, yang kalau kelima pokok
itu diabaikan maka akan berakibat terancamnya esensi kelima pokok itu.
Kebutuhan dalam kelompok kedua dapat dikatakan sebagai kebutuhan
sekunder. Artinya, kalau kelima pokok dalam kelompok ini diabaikan,
15
T. M. Hasbi ash-Shiddieqy, Falsafah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), cet.
ke-3, hlm 190. 16
Ibid.,hlm. 191. 17Juhaya S. Praja,Filsafat Hukum Islam…, hlm 102.
makatidak mengancam esensinya, melainkan akan mempersulit dan
mempersempit kehidupan manusia. Sedangkan kebutuhan dalam kelompok
ketiga eratkaitannya dengan upaya untuk menjaga etika sesuai dengan
kepatutan, dan tidak akan mempersulit, apalagi mengancam esensi kelima
pokok itu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kebutuhan dalam
kelompok ketiga lebih bersifat komplementer, pelengkap.18
3. Pengertian Persepsi
Menurut kamus lengkap psikologi, persepsi adalah proses mengetahui atau
menggali atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan
indera.19
Persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono adalah
proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh
informasi tersebut adalah pengindraan (penglihatan, pendengaran, peraba dan
sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau
kongnisi. Menurut Leavit mengemukakan persepsi dalam arti sempit adalah
pengelihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam
arti luas persepsi adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana
seseorang sesorang memandang atau mengartikan sesuatu.20
4. Pengertian Masyarakat
18
Faturrahman Djamil, Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah, (Jakarta:Logos,
1995), hlm 41. 19
Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm
.358. 20
Rony Andu,Pengantar Psikologi Umum.,(Jakarta: Rajawali Press, 2009) hlm. 5.
Masyarakat adalah istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut
kesatuan-kesatuan hidup masyarakat, baik dalam tulisan ilmiah maupun
dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa inggris dipakai istilah “society” yang
berasal dari bahasa latin “socius” yang berarti “kawan”. Istilah masyarakat
sendiri berasal dari akar kata arab, “syaraka” yang berarti “ikut serta”
berpartisipasi.21
Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang saling
berinteraksi dengan berbagai metode dan kaidah yang sepakati bersama-sama
oleh para anggota masyarakat itu sendiri. Masyarakat secara khusus dapat
dirumuskan sebagai kesatuan hidup manusia yang saling berinteraksi menurut
suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh
identitas bersama.
Beberapa ahli telah mencoba untuk memberikan devinisi tentang
masyarakat.
Mac Iver dan Page menyatakan: “Masyarakat ialah suatu sistem dari
kebiasaan dan tata cara dari wewenang dan kerja sama antar berbagai
kelompok dan penggolongan dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan
manusia secara keseluruhan yang selalu berubah, masyarakat merupakan
jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah”.22
Ralph Linton, meberikan devinisi, dimana “Masyarakat merupakan setiap
kelompok manusia yang telah hidup bekerja sama cukup lama sehingga
21
Kamus Besar BahasaIndonesia , Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Edisi II,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm. 824. 22
Soejono Soetanto, Sosiologi,S uatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990),
hlm 23.
mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai
suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas”.23
Sedangkan Selo Soemardjan mennyatakan bahwa masyarakat adalah
orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.24
5. Pengertian Thalak
Thalak menurut bahasa berarti melepas tali dan membebaskan. Misalnya,
naqah thaliq (unta yang terlepas tanpa diikat). Menurut Syara’, terputusnya
tali perkawinan yang sah akibat ucapan dengan lafal thalak atau semacamnya
terhadap istrinya.
Menurut Imam Nawawi dalam bukunya Tahdzib, thalak adalah tindakan
orang terkuasai terhadap suami yang terjadi tanpa sebab kemudian memutus
nikah. Definisi pertama lebih baik, karena secara lahir ada relevansi antara
makna secara etimologi dan syar’i sedangkan definisi kedua relevansinya
jauh.25
Para ahli hukum islam (fukaha) berpendapat bahwa bila seseorang
mengucapkan kata-kata thalak atau semisalnya terhadap istrinya maka
thalaknya dianggap sah dan haram hukumnya bagi keduanya melakukan
hubungan biologis sebelum melakukan rujuk atau hukum lain yang
membolehkan mereka bersatu sebagai suami istri.26
23
Ibid. hlm. 24 24
Ibid. hlm. 25 25
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Amza, 2011), hlm 157. 26
http://www.badilag.net/index.php/artikel/4666-persinggungan-fikih-dengan-pasal-39-
undang-undang-nomor-1-tahun-1974--oleh-mahruddin-andry,20-09-2017.
a. Dasar Hukum Thalak
Menurut dasar hukum perceraian Undang-Undang No 1 tahun 1974 dalam
pasal 39 berbunyi :
1. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah
pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan
kedua belah pihak.
2. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara suami
istri tidak dapat hidup rukun sebagai suami istri.
3. Tata cara perceraian di depan sidang pengadilan diatur dalam peraturan
perundangan sendiri.27
Dari penjelasan pasal tersebut dapat dipahami bahwa melakukan penceraian
harus ada alasan yang kongrit dan hanya biasa dilakukan di depan sidang
pengadilan, itu pun setelah Majelis Hakim telah berusaha mencari jalan damai
dan ternyata tidak berhasil untuk mendamaikan kedua belah pihak.Dalam Islam
maupun hukum positif tidak ada larangan perceraian secara mutlak namun
perceraian harus didahului dengan upaya perdamain antara kedua belah
pihak.Akan tetapi jika perdamaian antara suami istri tidak terwujud dan
perselisihan semakin memuncak, maka perceraian adalah jalan yang terbaik.
Dalam Al-Qur’an Allah telah berfirman.:
ب وشصا أ إعشاض إوٱمشأة مب ا فب جىبح عخبفج مه بع مب أن يصذب بيى ي
صخ أدضشث خيش ٱصخا حخما فئن ٱأوفسٱشخ إن حذسىا وبن ٱ
٨٢١ ايشبمب حعمن خبArtinya: Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh
dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan
27
Undang-Undang No 1 tahun 1974 dalam pasal 39 tentang perkawinan.
perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi
mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu
bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz
dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.28
Dari ayat diatas, sudah sangat jelas bahwa proses perceraian harus didahului
dengan upaya perdamaian antara suami istri. Bahkan juga ayat ini memberikan
ketentuan perceraian yang diajukan oleh istri juga harus melalui proses
perdamaian sebagaimana yang ditetapkan:
بٱزيه ىم أن حشثا يأي با وشي ٱىسبءءامىا ب يذ ه خز ب حعض ا
ه إب أن يأحيه بفذشتببعط م ه بمبيىت ب ءاحيخم عبشش فئن ٱمعشف
ه ا شي وشخم فعسى أن حىش يجع ا خيش ٱ ٨٢ا ا وثيشفيArtinya: ”Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai
wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka
karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu
berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji
yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut.Kemudian bila
kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu
tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan
yang banyak”.29
Disamping itu, Allah memerintah supaya diutus dua orang hakam dari pada
keluarga istri dan suami apabila terjadi pergeseran dan persengketaan diantara
suami istri agar mereka memegang peranan sebagai pendamai sedapat mungkin
bagi menyelamatkan rumahtangga yang dibina itu dari kehancuran.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan hanya
mengatur tentang tata cara perceraian, yaitu dalam Pasal 114 yang menyatakan
28
Al- Qur’an dan Terjemahannya Dapertemen Agama RI, (Semarang: Toha Putra, 1996)
An-Nisa’ (4): 128. 29
Al- Qur’an dan Terjemahannya Dapertemen Agama RI, (Semarang: Toha Putra, 1996)
An-Nisa’ (4): 19.
bahwa: “seorang suami yang telah melangsungkan perkawinan menurut Agama
Islam, yang akan menceraikan istrinya mengajukan surat kepada pengadilan
ditempat tinggalnya, yang berisi pemberitahuan bahwa ia bermaksud menceraikan
istrinya dengan alasan-alasannya, serta meminta kepada pengadilan agar diadakan
sidang untuk keperluan itu”.30
Alasan-alasan yang dimaksud dalam Pasal 114 tersebut adalah sebagaimana
diatur dalam pasal 116 KHI, yaitu terjadinya perceraian pasangan sami istri dapat
disebabkan karena :
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, penjudi atau lain
sebagainya yang sulit disembuhkan.
b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut
tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar
kemampuannya.
c. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiyayaan berat yang
membahayakan pihak lain.
d. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang
lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
e. Terjadinya perselisihan dan pertengkaran antara suami istri secara terus
menerus dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah
tangganya.
f. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
menjalankan kewajibanya sebagai suami atau istri.
30
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974.
g. Terjadinya peralihan agama atau murtad oleh salah satu pihak yang
menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga.
h. Suami melanggar taklik Thalak.31
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perceraian adalah lepasnya
ikatan pernikahan dan berakhirnya perkawinan.
b. Thalak Menurut Kompilasi Hukum Islam
Perceraian merupakan salah satu penyebab putusnya perkawian. Hal ini
sesuai ketentuan pasal 113 KHI, yang mengatur bahwa putusnya perkawinan
dapat dikarenakan 3 alasan sebagai beriku:32
a. Kematian
b. Perceraian
c. Putusnya Pengadilan
Perceraian yang terjadi karena Thalak suami istrinya ditandai dengan
adanya pembacaan ikrar thalak (pasal 117 KHI), yaitu ikrar suami dihadapan
sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu penyebab putusnya
perkawinan dan dilakukan sesuai tata cara perceraian yang diatur dalam pasal
129, 130, 131.33
Sedangkan macam-macam perceraian yang dikarenakan thalak suami
terdiri dari:
1. Thalak Raj’i yaitu thalak kesatu atau kedua, diamana suami berhak
rujuk selama istri dalam masa iddah, (Pasal 118 KHI).34
31
KHI Pasal 116. 32
KHI Pasal 113. 33
Undang-Undang Perkawinan Di Indonesia, (Surabaya: ARKOLA), hlm 216-217. 34
KHI Pasal118
2. Thalak Ba’in yang dapat dibedakan atas thalak Ba’in shugraa dan
thalak Ba’in kubraa (Pasal 119 KHI).35
a. Thalak bai’n shugraa adalah thalak yang tidak boleh dirujuk
tetapi diperbolehkan akad nikah baru dengan mantan suaminya
meskipun dalam masa iddah.
b. Thalak ba’in kubraa adalah thalak yang terjadi untuk ketiga
kalinya. Thalak jenis ini tidak dapat dirujuk dan tidak tidak dapat
dinikahi kembali, kecuali apabila pernikahan itu setelah mantan
istri menikah dengan orang lain dan kemudian terjadi perceraian
dan habis masa iddahnya (Pasal 120 KHI).36
3. Thalak Sunny, yaitu halak yang diperbolehkan dan thalak tersebut
dijatuhkan istri yang sedang suci serta tidak dicampuri dalam waktu
suci tersebut (Pasal 121 KHI).37
4. Thalak Bid’I, yaitu thalak yang dilarang, karena thalak tersebut
dijatuhkan pada waktu istri dalam keadaan haid, atau istri dalam
keadaan suci tetapi sudah dicampuri pada waktu suci tersebut. (Pasal
122 KHI).38
5. Thalak Li’an yaitu thalak yang terjadi karena suami menuduh istrinya
berbuat zina atau mengingkari anak dalam kandungan atau anak yang
sudah lahir dari kandungan istrinya, sedangkan istrinya menolak atau
mengingkari tuduhan tersebut. Jenis thalak li’an ini menyebabkan
35
KHI Pasal 119 36
KHI Pasal 120 37
KHI Pasal 121 38
KHI Pasal 122
putusnya perkawinan antara suami istri auntuk selama-lamanya (Pasal
125 dan Pasal 126 KHI).39
Adapun putusnya perkawinan yang dikarenakan thalak suami terhadap istri,
terdapat beberapa macam yang tidak seluruhnya dapat dirujuk kembali, sehingga
diperlukan pertimbangan bagi seorang suami sebelum menjatuhkan thalaknya.
Demikian halnya dalam ajaran Agama Islam thalak merupakan perbuatan yang
halal tetapi dibenci oleh Allah SWT.
Kalau kita berfikir positif tentang aturan yang ditetapkan pemerintah yang
menghendaki kehidupan berumah tangga yang bahagia, selaras dengan tujuan
pernikahan itu sendiri. Didalam Al-qur’an juga terdapat perintah agar kita
menta’ati pemimpin yang tertera didalam surah An-Nisa’ ayat 59.
بٱزيه ا أطيعا يأي ءامى ي ٱشسيأطيعا ٱ مىىم فئن حىضعخم في ٱأمشأ
فشدي إى شيء إن وىخم حؤمىن ب ٱشسي ٱ ره خيش خشٱيمٱأ ٱ
يب هأدس ٩٢حأ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.40
6. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian, langkah terpenting yang harus dilakukan
seorang peneliti adalah melakukan tinjauan pustaka atau penelusuran terhadap
39
KHI Pasal 125 dan Pasal 126 40
Al- Qur’an dan Terjemahannya Dapertemen Agama RI, (Semarang: Toha Putra, 1996)
An-nisa’ (4): 29
hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Bahkan tinjauan
pustaka sangat perlu dilakukan sebelum peneliti menemukan permasalahan.41
Tinjauan pustaka perlu dilakukan untuk menambah wawasan peneliti sebelum
peneliti melangkah lebih jauh dalam permasalahan yang telah ditemukan. Dalam
penelitian ini penulis menemui suatu hasil penelitian yaitu skripsi yang dilakukan
oleh:
Pertama Penelitian yang dilakukan Iskandar.42
Seorang Mahasiswa Fakultas
Syariah IAIN Sultan Thaha Siafuddin Jambi yang berjudul Perceraian di Bawah
Tangan di Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo di Tinjau Dari Peraturan
Perundang-undangan Tentang Perkawinan. penelitian ini membahas bagaimana
seharusnya perceraian tersebut menurut undang-undang yang berlaku.
Dalam penelitian ini persamaanya adalah sama-sama membahas tentang
thalak dibawah tangan, namun perbedaan dalam penelitian ini hanya membahas
thalak ditinjau dari peraturan perundang-undangan saja, sedangkan penelitian
yang saya lakukan membahas bagaimana pemahaman masyarakat terhadap cerai
di luar pengadilan.
Kedua penelitian yang ditulis oleh Syarif Hidayatullah.43
Fakultas Syari’ah
yang berjudul, “Legalitas Perkawinan yang Bercerai di Luar Pengadilan Dalam
Presfektif Hukum Islam dan Hukum Positif”. Penelitian ini membahas tentang
41
Tim Penulis (ed.), Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi: Syariah Press,
2014), hlm 26. 42
Iskandar, “Perceraian di Bawah Tangan di Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo di
Tinjau Dari Peraturan Perundang-Undangan Tentang Perkawinan”Fakultas Syariah, Hukum
Keluarga, IAIN STS Jambi, 2014, hlm. 48. 43
Syarif Hidayatullah, “Legalitas Perkawinan yang Bercerai di Luar Pengadilan Dalam
Presfektif Hukum Islam dan Hukum Positif”, Fakultas Syariah, Hukum Keluarga, IAIN STS
Jambi, 2013, hlm 36.
legalitas suatu perceraian yang dilakukan di luar sidang pengadilan persfektif
hukum islam dan hukum positif dalam tulisan skripsi tersebut hanya membahas
tentang keabsahan perceraian dalam konsep Hukum Islam dan Hukum Positif.
Dalam penelitian ini persamaannya adalah sama-sama membahas tentang
thalak liar, perbedaanya penelitian ini membahas ke absahan suatu perceraian
tersebut ditinjau dari hukum islam dan hukum positif sedangkan penelitian yang
akan saya lakuukan yaitu ingin mengetahui pemahaman dari masyarakat terhadap
cerai di luar sidang Pengadilan Agama.
Ketiga penelitian yang dilakukan oleh Adila Yusri Binti Mohammad Saih
Seorang Mahasiswi Fakultas Syariah IAIN Sultan Thaha Siafuddin Jambi yang
berjudul Thalak Tanpa Sepengetahuan Mahkamah Rendah Syariah Johor Bahru,
Malaysia.44
Penelitian ini membahas bagaimana kondisi masyarakat johor bahru
yang lebih memilih Thalak tanpa sepengetahuan mahkamah, hal ini dikarnakan
banyak dikalangan masyarakat yang tidak mengetahui prosedur yang berada di
mahkamah, maka akibatnya banyak dikalangan pasangan suami istri yang
melakukan thalak tidak dihadapan mahkamah.
Dalam penelitian ini persamaanya adalah sama-sama ingin menggetahui
pemahaman dari masyarakat terhadap cerai di luar pengadilan, sedangkan
perbedaannya dari penelitian ini yaitu penelitian ini dilakukan di Negara Malaysia
sedangkan penelitian yang saya lakukan yaitu di Indonesia. Dari keadaan Adat,
Sosial, dan budaya sangat berbeda.
44Adila Yusri Binti Mohammad Saih, “Thalak Tanpa Sepengetahuan Mahkamah
RendahSyariah Johor Bahru, Malaysia” Fakultas Hukum Keluarga, IAIN STS Jambi, 2013,hlm.
35
Dari ketiga penelitian tersebut, maka dalam penulisan penelitian ini penulis
memiliki kekhasan dalam proses penulisan penelitian, penulis lebih fokus untuk
mengetahui gaimana persepsi masyarakat tentang thalak yang diucapkan diluar
sidang Pengadilan Agama terhadap kesejahtraan keluarga, sehingga menurut
pengamat belum ada yang membahas masalah tersebut.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Sungai Toman Kecamatan Mendahara
Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Timur, karena sesuai dengan permasalahan yang
diajukan dalam latar belakang masalah dengan keadaan dilapangan.
2. Waktu Penelitian
Mengingat, menimbang serta memperhatikan segala kekurangan dan
keterbatasan waktu, tenaga, pikiran, moril dan materil pada diri peneliti, maka
waktu penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu bulan Juni, Juli, dan Agustus.
B. Jenis Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana Persepsi
Masyarakat Terhadap Cerai di Luar Pengadilan Agama di Desa Sungai Toman
Kecamatan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi.,
maka jenis penelitian yang dilakukan penulis dalam penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif deskriptif. Denzin dan Lincoln menjelaskan,
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada.45
Metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi.46
C. Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
yuridis sosiologis, pendekatan yuridis sosiologis adalah mengidentifikasi dan
mengkonnsepsikan hukum sebagai institusi social yang riil dan fungsional dalam
sistem kehidupan yang nyata”.47
Pendekatan Yuridis Sosiologis adalah
menekankan penelitian yang bertujuan memperoleh pengetahuan hukum secara
empiris dengan jalan terjun langsung ke objeknya yaitu mengetahui bagaimana
pemahaman masyarakat terhadap thalak yang tidak di ucapkan di depan sidang
Pengadilan Agama.
45
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet.ke-5,
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 23. 46
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, cet ke-10, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm.
31. 47
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia Press, 1986), hlm. 51.
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
kualitatif yang terdiri dari dua jenis data, yaitu data primer dan data skunder
a. Data Primer
Data utama yang berfungsi sebagai data primer dalam penulisan skripsi ini
adalah Al-Qur’an dan Hadist selain dari itu menggunakan dokumentasi-
dokumentasi yang ada dilapangan, dan juga data yang diperoleh secara
langsung oleh penulis dari hasil wawancara dan observasi pada pihak yang
bersangkutan serta kantor urusan agama dan juga pegawai-pegawai yang
terkait dalam pengurusan kasus perceraiaan yang dilakukan diluar pengadilan.
b. Data Sekunder
Selain dari sumber-sumber yang ada tersebut juga diperkaya dengan
referensi-referensi lain yang ada kaitannya dengan permasalahan-
permasalahan yang akan penulis bahas, diantaranya seperti karya-karya
ilmiah, dokumen-dokumen/Arsip, sepanjang menunjang dan mendukung
untuk di jadikan alat sumber.48
2. Sumber Data
Sumber data merupakan subjek dari mana data diperoleh, sumber data
dalam penelitian ini adalah beberapa orang, materi dan keadaan ditempat
penelitian.
Sumber berupa orang yaitu :
48
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka
Cipta 1998), hlm 46
1) Kantor Urusan Agama Mendahara Ulu.
2) Kantor Desa Tempat Penelitian.
3) Pegawai Syara’ Desa Sungai Toman.
4) Informan yang melakukan Perceraian Diluar Pengadilan Agama.
Sedangkan sumber data berupa materi keadaan dokumen-dokumen yang
menguji data yang ada kaitannya dengan penelitian serta sumber data berupa
keadaan yaitu situasi dan kondisi yang diamati selama penelitian.
E. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data secara
kualitatif, dalam penulisan data yang penulis butuhkan untuk penelitian ini
menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti atau
kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama
penelitian.49
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis terhadap objek yang
diteliti, dalam hal ini peneliti menggunakan observasi, adalah dengan cara
mendatangi langsung para pihak yang mengalami perceraian tersebut.
2. Wawancara
Wawancara adalah situasi peran antara pribadi bertatap muka (face to face),
ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
49
Gulo, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT Grasindo, 2007), hlm 116
relevan dengan masalah penelitian kepada seorang responden”.50
Sedangkan
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah, wawancara tanya jawab
yaitu wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan
pertanyaan yang diajukan.
Secara khusus wawancara ini di tujukan kepada :
a. Kantor Urusan Agama Mendahara Ulu
1) Kepala KUA
2) 1 Orang Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dan
3) 1 Orang Penyuluh Fungsional
b. Pemerintah Desa, diantaranya:
1) Kepala Desa Sungai, Pegawai Syara’ atau Pemerintah Desa yang
memahami permasalahan tentang nikah.
c. Masyarakat
Masyarakat dalam penelitian ini merupakan pasangan suami/istri yang
telah bercerai dengan cara perceraian di luar pengadilan ada 8 orang.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa
pada waktu yang lalu.51
Metode ini merupakan pengumpulan data dalam
mengadakan penelitian yang bersumber pada tulisan. Akhirnya pengumpulan data
50
Amiruddin dan Zainal Asikin, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008), hlm . 45. 51
Dalman, Menulis Karya Ilmiah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm 47
diperoleh dari sumber-umber yang berupa catatan tertentu atau sebagai bukti bukti
tertulis yang tidak berubah kebenarannya.52
F. Tehnik Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis kualitatif yaitu dengan
memaparkan hasil temuan di lapangan dari data observasi, wawancara dan
dokumentasi. Sehingga dapat dipahami dan temuannya dapat diinformasikan pada
orang lain. Setelah penulis memperoleh informasi, maka langkah selanjutnya
adalah penulis menganalisis data dengan beberapa teknik yang sering digunakan
pada penelitian kualitatif.
Adapun tahapan-tahapan dalam menganalisis data yaitu:
1. Pengumpulan Data
Sebagai peneliti, hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah mengumpulkan
seluruh catatan lapangan berdasarkan temuan yang telah dilakukan, dengan
cara sebelumnya yaitu, Observasi, Wawancara, dan Dokumen-Dokumen
yang terlibat dalam penelitian ini.
2. Klasifikasi Data
Agar penelitian ini lebih sistematis, maka data hasil wawancara
diklasifikasikan berdasarkan kategori tertentu, yaitu berdasarkan pertanyaan
dalam rumusan masalah, sehingga data yang diperoleh benar-benar memuat
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
52
Ibid, hlm. 46.
3. Display Data
Setelah data di klasifikasi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Penyajian data dilakukan dengan bentuk uraian singkat, grafik, bagan,
hubungan antar kategori, dan flowchart. Yang paling sering digunakan untuk
penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan text yang bersifat
naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang telah dipahami tersebut.
4. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan hasil suatu proses penelitian. Setelah langkah-
langkah di atas, maka langkah yang terakhir adalah menyimpulkan dari
analisis data untuk menyempurnakan penelitian ini. Sehingga mendapatkan
keluasan ilmu khususnya bagi peneliti serta bagi para pembacanya. Pada
tahap ini peneliti membuat kesimpulan dari keseluruhan data-data yang telah
diperoleh dari kegiatan penelitian yang sudah dianalisis kemudian
menuliskan kesimpulan pada bab V.
G. Sitematika Penulisan
Sistematika penulisan mengenai garis besar proposal ini dimaksudkan untuk
mempermudah memahami garis besar skripsi secara keseluruhan. Adapun skripsi
ini terbagi dalam beberapa bagian, yaitu:
1. Bagian awal skripsi berisi halaman judul, persetujuan, lembar pernyataan,
persetujuan pembimbing, pengesahan, motto, persembahan, abstrak, kata
pengantar, daftar isi, daftar singkatan, dan daftar table.
2. Bagian isi skripsi berisi:
BAB I: Bab ini menguraikan mengenai pendahuluan yang mencakup latar
belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, kerangka teori, dan tinjauan pustaka.
BAB II: Bab ini mengurai mengnai metode penelitian yang mencakup tempat
dan subjek penelitian, pendeketan penelitian, jenis dan sumber data, unit
analisis data, metode pengumpulan data, teknik analisis data dan sistematika
penulisan.
BAB III: Bab ini mengurai mengenai gambaran umum lokasi penelitian yang
mencakup aspek historis dan gegrafis, demografi, struktur organisasi, Agama
dan keadaan ekonomi.
BAB IV: Bab ini membahas mengenai pembahasan dan hasil penelitian
mencakup bagaimana Persepsi Masyarakat Terhadap Thalak yang diucapkan
diluar Sidang Pengadilan Agama
BAB V: Bab ini membahas mengenai bab penutup yang didalamnya
mencakup kesimpulan dari hasil penelitian, saran dan ucapan terimakasih
kepada pihak yang turut andil dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bagian akhir skripsi berisi: Daftar pustaka, dan lampiran. Pada bagian ini
menguraikan bagaimana tentang daftar buku yang dibaca, dan hal yang perlu
dilampirkan dalam penulisan skripsi ini.
H. Jadwal Penelitian
Tabel 1
Jadwal Penelitian
N
o
Kegiatan
Penelitian
Tahun 2018
Juni Juli Aguustus Septemb
er Oktober
Noveemb
er
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penajuan
Judul x
2 Pembuatan
Proposal x
3 Perbaikan
Proposal
dan
Seminar
x
4 Surat Izin
Riset x
5 Pengumpul
an Data x
6 Pengolaha
n Data dan
Analisis
Data
x
7 Pembuatan
Laporan X
8 Bimbingan
dan
Perbaikan
x
x
9 Agenda
dan Ujian
Skripsi
x
10 Perbaikan
dan
Penjilidan
x
BAB III
GAMBARAN UMUM DESA SUNGAI TOMAN
A. Sejarah dan Geografis Desa Sungai Toman
1. Sejarah Desa
Menurut sejarah Desa Sungai Toman dahulunya adalah hutan belantara
yang Sekitar tahun 1970 datanglah sekolompok masyarakat yang berasal dari
dusun yang biasa disebut sebagai dusun ilir, Diantara masyarakat tersebut ada
yang bernama Pak Tuan dan Pak Tuan menemukan satu ruas sungai
dipematang berlubang yang bagian hulunya sampai kesimpang mencolok
yang sekarang dikenal dengan nama Sungai Toman, Dan pada saat itu Sungai
Toman sendiri belum dibuka sama sekali.
Kemudian pak tuan melihat banyaknya ikan toman disungai tersebut lebih
banyak dari sungai-sungai lainnya, Dan menjadi tempat pencarian bila
masyarakat tersebut ingin mendapatkan ikan toman, sehingga pak tuan
terinspirasi untuk memberi nama sungai tersebut Sungai Toman dan saat ini
menjadi sungai Udang namun desanya masih tetap Desa Sungai Toman, yang
dulunya telah diduduki beberapa masyarakat.
Desa Sungai Toman desa yang baru merupakan hasil pemekaran wilayah
kecamatan Mendahara, Dan dulunya Sungai Toman masih berupa dusun dan
masuk dalam wilayah desa Mendahara Ulu , kemudian pada tahun 2006 desa
yang ada di Kecamatan Mendahara dimekarkan kembali sehingga wilayah
Dusun Sungai Toman diangkat menjadi Desa Sungai Toman. 53
53
Sumber Dokumentasi Desa Sungai Toman, Tahun 2018.
2. Kondisi Geografis
Desa Sungai Toman merupakan salah satu dari 6 desa dan 1 Kelurahan di
Kecamatan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Timur Propinsi Jambi
yang memiliki luas wilayah 7.556, 41 km² dengan kondisi topografis dataran
dan perbukitan, dengan batas – batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Mencolok.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Simpang Tuan
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Muara Jambi
- Sebalah Barat berbatasan dengan Desa Kabupaten Tanjab Barat.
Secara geografis Desa Sungai Toman berada pada posisi strategis yang
dilalui jalan nasional. Adapun jarak tempuh dari pemerintahan Desa Sungai
Toman ke Ibu Kota Kecamatan sekitar 15 Km dengan waktu tempuh 20
menit, sedangkan ke Ibu Kota Kabupaten sekitar 74 Km dengan waktu
tempuh 2 jam.54
54
Sumber Dokumentasi Desa Sungai Toman, Tahun 2018.
B. Struktur Organisasi Pemerintah
Nama-nama Pejabat Struktural pada Kantor Desa sungai Toman Menurut
Jenis Jabatan:
Tabel : 1.1
Struktur Organisasi Pemerintah.55
55
Sumber Dokumentasi Desa Sungai Toman, Tahun 2018. Tentang Struktur Organisasi
Pemerintah
No Nama Jabatan Tempat, Tgl lahir Pendidikan
1 Sudir Hamzah Kepala Desa Kuala Lagan, 16 Mei 1973 SMP/ Sederajat
2 Padli Sekretaris Desa S. Toman, 05-07-1992 SMA/ Sederajat
3 Jasirin Kasi Kesra dan
Pelayanan
Jawa Barat, 15-05-1979 SMA/ Sederajat
4 Darwin Kasi Pemerintahan Kp. Laut, 13-04-1996 SMA/ Sederajat
5 Nurbani Kaur Keuangan Pasar Senin, 08-01-1974 SMA/ Sederajat
6 Sri Hasyuni Kaur Umum &
Perencanaan
Sul – Sel, 17-05-1989 S1
7 Ahmad Staf Keuangan Buton, 10-05-1993 SMA/ Sederajat
8 Mahpuzatun Staf Umum &
Perencanaan
Ka. Tungkal, 17-06-1995 SMA/ Sederajat
9 Sutriono Kadus Mekar Jaya Medan, 08 April 1985 SMA/ Sederajat
10 Armizin Kadus Harapan Jaya Parit Kahar, 27-07-1981 SMA/ Sederajat
11 Zulkarnain Kadus Abadi jaya Ka. Tungkal, 01-12-1974 SMP/ Sederajat
12 Usman Kadus Sawit Indah Jambi, 10-10-1968 SMP/ Sederajat
C. Penduduk dan Agama
1. Jumlah Penduduk.
Secara AdministratifDesa Sungai Toman terdiri dari 4 Dusun 9 RT yaitu :
a. Dusun Mekar Jaya (Rt. 01 dan Rt. 02)
b. Dusun Harapan Jaya (Rt. 03 dan Rt. 04)
c. Dusun Abadi Jaya (Rt. 05 dan Rt. 06)
d. Dusun Sawit Indah (Rt. 07, Rt. 08 dan Rt. 09)
Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan Desa, jumlah penduduk yang
tercatat secara administrasi berjumlah 2.641 jiwa, terdiri dari Laki-Laki 1.378
Jiwa dan Perempuan 1.263 jiwa.56
Adapun rincian jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin sebagai
berikut :
Tabel 1.2
Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin.57
No Nama Dusun Jumlah Jiwa
L P
1 Dusun Mekar Jaya 395 357
2 Dusun Harapan Jaya 325 242
3 Dusun Abadi Jaya 352 338
4 Dusun Sawit Indah 306 326
Jumlah 1.378 1.263
56
Sumber Bps Kabupaten Tanjung Jabung Timur Kord PPLKB Mendahara Ulu, Tahun
2018. 57
Sumber Dokumentasi Desa Sungai Toman, Tahun 2018. Tentang Jumlah Penduduk
berdasarkan jenis kelamin
Grafik 1.3
Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin.58
Agar dapat mendeskripsikan lebih lengkap tentang informasi keadaan
kependudukan di Desa Sungai Toman dilakukan identifikasi jumlah
penduduk dengan menitik beratkan pada klasifikasi usia dan jenis kelamin.
Sehingga akan diperoleh gambaran tentang kependudukan Desa Sungai
Toman yang lebih komprehensif. Untuk memperoleh informasi yang
berkaitan dengan jumlah penduduk di Desa Sungai Toman berdasarkan pada
usia dan jenis kelamin secara detail dapat dilihat dalam lampiran tabel berikut
ini :
58
Sumber Bps Kabupaten Tanjung Jabung Timur Kord PPLKB Mendahara Ulu, Tahun
2018.
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Dusun Mekar
Jaya
Dusun Harapan
Jaya
Dusun Abadi
Jaya
Dusun Sawit
Indah
Laki - Laki
Perempuan
Tabel 1.4
Jumlah Penduduk berdasarkan usia dan Jenis Kelamin.59
No Kelompok Usia Jumlah Jiwa Prosentase
(%) L P
1 0 – 12 Tahun 348 326 23%
2 13 – 50 Tahun 701 673 64%
3 51 – 60 Tahun 209 182 9%
4 >60 Tahun 120 82 4%
Jumlah 1.378 1.263 100%
Dari total jumlah penduduk Desa Sungai Toman, yang dapat dikategorikan
kelompok rentan dari sisi kesehatan mengingat usia yaitu penduduk yang
berusia >60 tahun, jumlah nya 6%. Usia 0- 12 tahun ada 23%, usia 13-50
tahun ada 64% dan usia 51-60 tahun ada 9%.
2. Agama
Penduduk desa Sungai Toman mayoritas memeluk Agama Islam. Berikut
data penduduk berdasarkan agama:60
59
Sumber Dokumentasi Desa Sungai Toman, Tahun 2018 tentang Jumlah Penduduk
berdasarkan usia dan Jenis Kelamin. 60
Kantor Kec. Mendahara Ulu. Tahun 2018
Tabel 1.5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama61
No Agama Jumlah Jiwa
1 Islam 2.481
2 Kristen 160
3 Budha -
4 Hindu -
Jumlah 2.641
Sarana ibadah di Desa Sungai Toman terdiri dari:
- Masjid : 3 buah
- Mushalla : 2 buah
- Gereja : -
Tabel: 1.7
Masjid- Masjid yang ada di Desa Sungai Toman.62
No Nama Masjid Lokasi Ketua Takmir Status/ Luas
Tanah
Berdiri
Tahun
Ket
1 Baiturrahmah Rt.02 H.Munawir BS Hibah
1.369m
2003
2 Tawakal Rt. 03 Armizin Hibah 650 m 1990
61
Sumber Dokumentasi Desa Sungai Toman, Tahun 2018 Tentang Jumlah Penduduk
Berdasarkan Agama 62
Sumber Dokumentasi Desa Sungai Toman, Tahun 2018 Tentang Masjid- Masjid yang
ada di Desa Sungai Toman.
3 AbuBakar Bawazir Rt. 06 Darsah Hibah1.600
m
1992
Tabel: 1.8
Mushalla-Mushalla yang ada di Desa Sungai Toman.63
No Nama Mushalla Lokasi Ketua Takmir Status/ Luas
Tanah
Berdiri
Tahun
Ket
1 AL Hidayah Rt. 01 Rusli Hibah 300m 1999
2 Nurul Iman Rt. 07 Legiman Hibah 2500m 2002
D. Sosial Dan Budaya
Desa Sungai Toman merupakan salah satu desa yang banyak Sumber Daya
Manusianya, sama seperti desa-desa yang lain pada umumnya. Termasuklah desa
pematang rahim dan sungai beras yang masih dalam tahap pembangunan.Di desa
sungai toman ini terdapat banyak rimbunan pepohonan karet dan sawit yang
menyejukkan mata kala memandang dan dari pada itu masyarakatnya masih
banyak yang bergaya adat asli jambi dan ada yang telah bergaya modern.
Masyarakat yang berada dalam wilayah ini dengan penduduknya yang
religius dan fanatik dalam memegang ajaran agama. Dengan masyarakat yang
mayoritas pemeluk Agama Islam yang memegang teguh ajaran agama dan
menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari sejak kecil, anak-anak sudah dibina
dengan tuntunan agama islam. Salah satu contonya hampir semua penduduk fasih
63
Dokumentasi Desa Sungai Toman, Tahun 2018 TentangMushalla-Mushalla yang ada di
Desa Sungai Toman.
membaca Al-qur’an, termasuk anak-anak yang rutin mengadakan pengajian baik
itu putra maupun putri sebagai sarana dalam meningkatkan kualitas pendidikan
agama islam yang dipandu oleh masyarat itu sendiri.64
1. Sumber Daya Manusia
Sasaran akhir dari setiap pembangunan desa adalah dengan cara
meningkatkan Sumber Daya Manusia itu sendiri. Oleh karena itu dalam hal ini
pemerintah memusatkan perhatian dalam upaya peningkatan kuatitas manusia
menjadi peran penting.65
2. Pendidikan
Pendidikan memiliki banyak fungsi, khususnya dalam pembangunan. Hal ini
dapat dilihat dari fungsi pendidikan untuk mengembangkan keterampilan dan
kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan dalam memasuki dunia kerja atau
menjadi masyarakat yang produktif. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka
akan mempengaruhi tingkat kecerdasan masyarakat. Tingkat kecerdasan akan
mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru. Berdasarkan fungsi diatas
sangatlah jelas bahwa pengaruh pendidikan sangat besar terhadap perubahan
masyarakat, dalam hal ini perubahan yang dimaksud adalah meningkatnya
kesejahteraan masyarakat khususnya dalam perekonomian.
64
Dokumentasi Desa Sungai Toman, Tahun 2018 Tentang Rancangan Pembangunan
Jangka Menengah. 65
Wawancara bersama bapak Sudir Hamzah selaku Kepala Desa Sungai Toman, Juni
2018.
Dengan table berikut peneliti akan menjelaskan jumlah sarana penunjang
pendidikan mulai dari tingkatPendidikan usia dini sampai jenjang Sekolah
Menengah yang ada di desa sungai toman sebagai berikut.:66
Tabel: 1.9
Jumlah Penduduk menurut pendidikan terakhir.67
No Keterangan Jumlah Penduduk
1 Tidak Tamat SD 225
2 Tamat SD 528
3 Tamat SMP/ Sederajat 412
4 Tamat SMA/ Sederajat 270
5 Tamat Akademi/ DI/ DII/ DIII 24
6 Tamat Strata I 38
7 Tamat Strata II -
Jumlah 1.497
66
Sumber UPTD Pendidikan Kec. Mendahara Ulu. 2018. 67
Dokumentasi Desa Sungai Toman, Tahun 2018 Tentang Jumlah Penduduk menurut
pendidikan terakhir.
Grafik: 2.0
Jumlah Siswa Menurut Jenjang Pendidikan.68
Tabel: 2.1
Jumlah Sekolah dan Siswa Menurut Jenjang Pendidikan69
No Tingkatan Sekolah Jumlah Siswa
1 PAUD Harapan Bunda 37
2 PAUD Nurul Baiti 37
3 TK Hidayah 23
4 SD N 215/X 387
5 SMP N 31 128
Jumlah 612
68
Sumber UPTD Pendidikan Kec. Mendahara Ulu. 2018.TentangJumlah Siswa Menurut
Jenjang Pendidikan 69
Sumber UPTD Pendidikan Kec. Mendahara Ulu. 2018 tentang Jumlah Sekolah dan
Siswa Menurut Jenjang Pendidikan
0
100
200
300
400
500
600
Tidak
TamatSD
Tamat
SD Tamat
SMP Tamat
SMA TAMAT
DI/ DII/DIII
Tamat SITamat
SII
Permasalahan pendidikan secara umum antara lain masih rendahnya kualitas
pendidikan, rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pendidikan,
terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan dan tingginya angka putus sekolah.
E. Kondisi Ekonomi dan Mata Pencarian
Masyarakat di Desa Sungai Toman mayoritas mata pencahariannya adalah
petani, baik itu petani sawit maupun petani karet. Meskipun secara umum
pertanian merupakan mata pencaharian utama warga desa Sungai Toman, banyak
warga yang memiliki mata pencaharian lain seperti PNS, pedagang, buruh, sopir
dan lain sebagainya. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat
pada tabel berikut ini:70
Tabel: 2.1
Jumlah Penduduk Desa Sungai Toman Menurut Mata Pencarian.71
No Mata Pencaharian Jumlah
1 PNS 7
3 POLRI 2
5 Bidan 3
6 Dukun 14
7 Guru Swasta 15
9 Pensiunan PNS 2
10 Sopir 42
11 Angkutan Truk 8
70
Sumber Dokumentasi Desa Sungai Toman, Tahun 2018. 71
Sumber Dokumentasi Desa Sungai Toman, Tahun 2018 Tentang Jumlah Penduduk
Desa Sungai Toman Menurut Mata Pencarian.
12 Kuli Bongkar Muat 45
13 Jasa Penyewaan Pesta 4
14 Petani dan Buruh Tani 833
15 Pemilik Jasa Transportasi 4
16 Montir 8
17 Pertukangan/ Jahit, Kayu, Gali sumur 24
19 Peternak Hewan 19
Jumlah 1.030
Tabel: 2.2
Penggunaan Lahan Desa Sungai Toman72
No Penggunaan Lahan Luas
1 Pemukiman 131.5
2 Kebun Kelapa Sawit 1425
3 Sawah -
4 Belukar 5051
5 Karet 1150
6 Pinang 43
7 Badan Air/Sungai 11
Jumlah 7811.5
72
Sumber Dokumentasi Desa Sungai Toman, Tahun 2018. Tentang Penggunaan Lahan
Desa Sungai Toman.
56
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Thalak / Perceraian
Indonesia merupakan penduduk yang mayoritas pemeluk agama islam sehingga
ppemerintah membuat suatu aturan yang dituangkan dalam sebuah peraturan
perundang-undangan tentang perkawinan di Indonesia, yang mana pemerintah
mempunyai harapan dan tujuan agar dengan adanya peraturan tersebut dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baik mungkin untuk kemaslahatan umat islam.Sehingga
dari mulai proses Nikah, Thalak, dan Rujuk semua telah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan.73
Sebelum membahas tentang Perceraian Dibawah Tangan, maka terlebih dahulu
saya akan menjelaskan secara singkat tentang apa itu Thalak. Thalak menurut bahasa
arab adalah “melepaskan ikatan”. Yang dimaksud disini ialah melepaskan ikatan
pernikahan. Sedangkan Thalak dalam bahasa Indonesia diartikan “perceraian”, yang
artinya terputusnya tali perkawinan yang sah akibat ucapan cerai suami terhadap
istrinya.
Peraturan Perundang-undangan tentang perkawinan di Indonesian juga mendapat
dukungan atau telah dianjurkan oleh Allah, karena perkara Thalak ini merupakan hal
yang sangat tidak disukai oleh Allah dan hal ini juga yang mendorong pemerintah
membuat peraturan supaya masalah Thalak/perceraian dapat dihindarkan sebaik
mungkin dalam mengatasi masalah keluarga.
73
Undang-Undang RI Tahun 1946 Tentang Pencatatan Nikah, Thalak,Dan Rujuk.
57
Perkawinan dalam islam adalah ibadah dan mitsaqan ghalidhan (perjanjian
kokoh). Oleh karena itu apabila perkawinan putus atau terjadi perceraian, tidak
begitu saja selesai urusannya, akan tetapi ada akibat-akibat hukum yang perlu
diperhatikan oleh pihak-pihak yang bercerai. Demikian juga, perkawinan yang
terputus karena kematian salah satu pihak, juga menimbulkan konsekwensi
hukum tersendiri.
Dalan pasal 38 UU No.1 Tahun 1974 dinyatakan bahwa perkawinan dapat
putus karena: (a) Kematian, (b) Perceraian, dan (c) atas Keputusan Pengadilan.
Selanjutnya menurut ketentuan pasal 41 UU No.1 Tahun 1974 tentang
perkawinan:74
a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-
anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bila mana ada
perselisihan mengenai penguasaan anak-anak Pengadilan memberi
keputusan.
b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan
pendidikan yang diperlukan anak itu bila mana bapak dalam kenyataan
tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut Pengadilan dapat menentukan
ibu dapat ikut memikul biayaya tersebut.
74
Pasal 38 UU No.1 Tahun 1974.
58
c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan
biayaya penghidupan dan atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas
istrinya.75
Ketentuan pasal 41 UU perkawinan tersebut memang masih bersifat global
dan kompilasi merincinya dalam empat kategori, akibat cerai thalak, cerai gugat,
akibat huluk, dan akibat lian.Yang terakhir menurut hemat penulis, yang tidak
mendapat penekanan husus adalah akibat kematian suami.Untuk menghindari hal
tersubut, kejelasan informasi tentang akibat hukum putusnya perkawinan sangat
diperlukan.76
B. Persepsi Masyarakat Tentang Thalak Yang diucapkan di Luar Sidang
Pengadilan Agama.
Masyarakat Desa Sungai Toman Kecamatan Mendaha Ulu Kabupaten
Tanjung Jabung Timur memiliki pemahaman yang beragam dalam memahami
thalak yang dilakukan di luar Sidang Pengadilan Agama, karena latar belakang
mereka juga berbeda, baik dari pendidikan, keagamaan dan sosial sehingga sangat
berpengaruh pada pemikiran mereka.
75
Pasal 41 UU No.1 Tahun 1974. 76
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta): PT RAJA GARFINDO
PERSADA, 2013, hlm 223.
59
Tabel 1.1
Nama-Nama Yang Melakukan Thalak di Luar dan di Dalam PA.77
No
Thlak Yang di Ucapkan di Luar
PA
Thlak Yang di Ucapkan di dalam
PA
Nama Nama
1 Ibu Ihat Ibu Tuti
2 Ibu Keny Ibu Misna Wati
3 Ibu Samsinah
4 Ibu Yanti
5 Ibu Yana
6 Ibu Lisa
7 Ibu Aulia
8 Ibu Santi
1. Pemahaman Masyarakat tentang keharusan Thalak di depan Pengadilan
Agama.
Menurut informan yang ditemui yaitu ibu Ihat, ibu Keny dan ibu Aulia.
thalak yang dijatuhkan di luar sidang Pengadilan Agama tersebut memang
sudah sah menurut Agama, namun menurut peraturan yang berlaku sekarang,
pelaku yang bercerai tetap harus mengurus perkara perceraian mereka ke
Pengadilan, karena dengan ke Pengadilan status perceraian mereka akan sah
dan memperoleh kekuatan hukum tetap dari Negara, dengan begitu pelaku
perceraian juga akan mendapatkan perlindungan hukum dari Negara.
Dari informan yang di temui di lapangan, pemahaman mereka terhadap
perceraian harus di lakukan di hadapan sidang Pengadilan Agama mereka
77
Wawancara Bersama Bapak Darsah Selaku Tokoh Agama, 11 November 2018.
60
sudah mengerti dan tau bahwasanya perceraian itu harus di ucapkan di
pengadilan, namun kesadaran akan pentingnya perceraian tersebut harus di
lakukan di hadapan sidang Pengadilan belum di miliki oleh mereka yang
melakukan perceraian, mereka masih berpegang teguh terhadap peraturan
secara Agama saja dari pada harus patuh pada atuaran yang dibuat oleh
Negara.
2. Tanggapan Tentang prosedur Thalak di Depan Peengadilan Agama.
Tanggapan tentang prosedur Thalak dipengadilan agama seperti
wawancara bersama informan ibu yanti, ia mengatakan bahwa ketidak tahuan
tentang bagaimana prosedur di pengadilan dan pula karna keterbatasan biaya
yang membuat ia tidak mengurus kepengadilan.
Kemudian ibu Lisa pun menambahkan, ia mengatakan bahwa begitu sulitnya
jika perceraian harus diurus kepengadilan, seperti perceraian dalam waktu
2/3 minggu belum juga putus, dan juga waktu untuk pergi kepengadilan
memakan waktu yang lama 2 jam perjalanan ia harus setiap minggu
kepengadilan, dan juga ia mengatakan harus mengeluarkan biaya yang tidak
sedikit 800-1 jt. Ia mengatakan begini karna ia diceritakan oleh ibu Misna
Wati yang sudah mengurus kepengadilan. Dari melihat yang dialami ibu
Misna Wati pun Ibu Lisa beranggapan begitu sulitnya prosedur perceraian di
pengadilan Agama.
61
3. Tanggapan Masyarakat Tentang Thalak di Depan Sidang Pengadilan
Agama.
Tabel 1.2
Tanggapan masyarakat tentang thalak di depan sidang Pengadilan
Agama.78
No Nama Tanggapan tentang Thalak di Depan Sidang Pengadilan Agama
1. Ibu Tuti Ia mengatakan, Memang kalo difikirkan Thalak itu harus di
ucapkan di Pengadilan Agama, Susah dan Ribet. Karna
mengingat perceraian ini sangat penting bagi saya dan anak-
anak saya kedepan, tidak apalah saya meluangkan sedikit waktu
untuk pergi kepengadilan meskipun jarak tempuh yang lumayan
jauh. Setelah saya melalui proses persidangan, saya merasa
sangat mudah karna mengapa saya di pengadilan cuman duduk
dan di Tanya-tanya tentang mengapa ingin bercerai, saya jawab
semua apa yang ditanya hakim. Dan juga suami saya tidak
pernah hadir dalam persidangan setelah dipanggil beberapa kali.
Sehingga perkara perceraian saya bisa cepat di putuskan oleh
hakim. Percerain saya memakan waktu 3 minggu dan biaya
habis untuk sidang sekitar 700 ribu, begitu tuturnya.
2. Ibu Misna Ia mengatakan, perceraian yang dilakukan di depan sidang
78
Wawancara bersama informan yang melakukan thalak di depan sidang Pengadilan Agama.
62
Wati pengadilan Agama sangatlah susah dan lama, ia menjelaskan
karna persidangannya bukan hanya masalah perceraian tetapi
juga masalah harta, dan juga sewaktu persidangan suami saya
hadir, kemudian tidak hadir, kemudian hadir, ini lah yang
membuat proses persidangan saya memakan waktu sampai 6
minggu baru selesai, kemudian biaya yang tidak sedikit yang
harus saya keluarkan hingga 800-1 juta.
Setelah mendengarkan jawaban dari pelaku yang melakukan perceraian di
Pengadilan Agama, dapat diketahui pemahaman masyarakat Desa Sungai Toman
beragam dalam memahami perceraian. Setelah peneliti meneliti langsung kepada
beberapa masyarakat yang ada di Desa Sungai Toman, peneliti melihat bahwa
masyarakat memiliki pendapat masing-masing juga alasan dan dasar mereka
mendapatkan pemahaman tersebut.
C. Faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan thalak di luar Pengadilan
Agama.
Selama melakukan penelitian dilapangan ada 8 informan yang melakukan
Thalak di luar Pengadilan Agama di Desa Sungai Toman yang peneliti
wawancarai yaitu sebagai berikut. Namun sebelum melakukan proses
63
wawancara ada sebahagian informan meminta agar nama mereka disamarkan
dan meminta tidak untuk di publikasikan kedalam skripsi ini.
Adapun mereka yang memperbolehkan karena bagi mereka hal ini tidak
menjadi masalah di karenakan hanya untuk tugas karya ilmiah dalam
menyelesaikan pendidikan Sarjana Hukum (S.H) dan bagi mereka yang meminta
tidak untuk di publikasikan di karenakan ini AIB bagi mereka untuk di ketahui
oleh orang banyak.
Tabel 1.3
Nama-nama informan yang melakukan Thalak liar berdasarkan Pendidikan
dan Pekerjaan.79
No
Pasangan Yang
Melakukan Thalak
Liar Agama
Pendidikan Pekerjaan Usia
Nama Lk PR Lk PR Lk PR
Lk PR
1 Agung Yanti Islam SMP SMP Tani IRT 20 18
2 Shaputra Lisa Islam SD SMP Tani IRT 28 25
3 Agus Keny Islam SD SD Supir IRT 35 29
4 Supriono Samsinah Islam SMP MTS Tani IRT 45 42
5 Darhot Ihat Islam SMP SD Scurity Dagang 46 32
6 Zuhri Yana Islam SD SMP Tani IRT 26 30
7 Samsudin Aulia Islam SMP SMK Tani IRT 33 26
8 Haris Santi Islam SMP SMP Supir IRT 19 17
79
Wawancara dengan Bapak Darsah selaku Tokoh Agama’, Juni 2018.
64
Adapun nama-nama yang telah peneliti meminta penjelasan mengenai faktor
penyebab mereka melakukan Cerai di Luar Pengadilan Agama antara lain sebagai
berikut:
Tabel 1.4
Faktor Masyarakat Yang Tidak Mengurus Kepengadilan Agama.80
No Nama Pendidikan
terahir
Lama
Bercerai
Faktor tidak Mengurus
Kepengadilan Agama.
1 Ihat SD 8 Tahun Perceraian yang saya lakukan tidak
mengurus kepengadilan dikarnakan
saya masih berfikir masalah anak-
anak yang masih kecil, dan juga
saya masih menunggu perubahan
suami saya, meskipun suami saya
acuh tak acuh terhadap saya, sabar
sajalah dulu suatu saat saya pasti
ngurus. Begitu tuturnya.
2 Yanti SMP 2 Tahun Ia mengatakan, suami saya telah
berubah sikapnya terhadap saya,
itulah sebabnya kami berpisah, saya
pulang kerumah orang tua saya
80
Faktor Masyarakat Yang Tidak Mengurus Sidang kepengadilan Agama.
65
hingga 2 tahun suami saya tak
menjemput saya, kami pun berpisah
secara agama saja dan ini jalan
sementara yang terbaik untuk kami.
Nanti la apabila saya mau nemikah
kembali saya akan mengurus
kepengadilan.
3 Keny SD 15 Tahun Ia mengatakan, truma akan hal
perceraian oleh karnanya masih
ingin sendri, tidak merasa penting
akan terhadap Akta perceraian, toh
saya belum ada jodoh, tidak tau lah
nantinya kalo sudah ada. Ini lah
yang menyebebkan saya belum
mengurus kepengadilan, tuturnya.
4 Samsinah MTS 5 Tahun Ia mengatakan, karna tidak
mengurus kepengadilan, anak-anak
yang tidak membolehkan, karna
kata si anak malu mak, mengingat
bapak dan ibuknya sudah tua harus
sampai ke meja hijau nantinya. Dan
66
juga kita tidak ada duit untuk
mengurusnya, dan juga jauh, belum
tentu cepat putus di pengadilan,
tutur anaknya.
5 Lisa SMP 2 Tahun Ia mengatakan, bahwa mengapa
belum mengurus kepengadilan,
karna takut akan pengadilan, ia
beranggapan akan susah di adili
ketika di pengadilan, dan tidak tahu
bagaimana nanti nasibnya, Begitu
tuturnya.
6 Aulia SMK 1 Tahun Ia mengatakan, bahwa belum
mengurus kepengadilan , karna
masih fokus mengurus anaknya dan
juga masih menunggu sikap
perubahan suami apabila bisa
berubah nantinya, ia berharap masih
bisa rujuk kembali meskipun
suaminya tidak memperdulikannya
lagi, karna inilah saya belum
mengurus kepengadilan, saya masih
67
berpegang dengan ketentuan cerai
secara agama saja, belum sah di
mata hukum.
7 Yana SMP 2 Tahun Ibu satu anak ini pun mengatakan,
karna tidak mengurus kepengadilan,
karna menginggat biaya yang terlalu
besar dan menurutnya lagi kurang
mengerti tentang jalur atau proses
perceraian seperti yang ia lihat di
media massa, Itu tuturnya.
8 Santi SMP 8Bulan Ia menggatakan, kami berpisah
untuk sementara ini masih secara
Agama bang, dan mengapa kami
belum mengurus ke Pengadilan
karna kami masih berfikir kembali,
apakan pernikahan kami yang baru
berusia belum 1 tahun ini apakah
harus di akhiri dengan perpisahan.
Dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan bahwa yang merupakan faktor yang
menyebabkan masyarakat melakukan thalak di luar Pengadilan Agama. Salah satunya
68
untuk menghindar biaya administrasi jika masalah ini di lanjutkan kepada pihak
pengadilan. Untuk lebih jelasnya lagi dari hasil Wawancara dengan Bapak Sumardi
Selaku Kepala Kantor Urusan Agama Di Kecamatan Mendahara Ulu mengatakan:
Wawancara bersama Ketua KUA, Bapak Sumardi.
“Pemahaman masyarakat terhadap thalak masih fikih orientied. Seperti
yang diketahui bahwasanya masyarakat Desa Sungai Toman merupakan
masyarakat yang islami dan mementingkan hal-hal yang bersifat
keagamaan sehingga dalam hal thalak pun ada sebahagian masyarakat
yang lebih memlilih untuk patuh terhadap peraturan yang ada di dalam
aturan fikih saja dari pada harus mengikuti peraturan yang dibuat oleh
pemerintah”.81
81
Wawancara dengan Bapak Sumardi Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Mendahara
Ulu, Juni 2018.
69
Namun menurut hasil Wawancara dengan Bapak Suandy Selaku Penyuluh
KUA Kecamatan Mendahara Ulu menyebutkan: Faktor penyebab terjadinya
Perceraian diluar Pengadilan di kecamatan itu antara lain yang telah dikelompokkan
beliau diantaranya salah satunya sama yanga di sebutkan oleh bapak Suwardi namun
yang beliau tambahkan yaitu:82
1. Menghindar dari Dana Administrasi
2. Faktor Ekonomi
Hal ini selalu menjadi senjata andalan masyarakat ketika ditanya tentang
ketidak mauan mereka berurusan dengan pihak pemerintah dalam masalah
perceraian. Mereka menganggap biaya yang mereka keluarkan akan besar, yang
menurut hemat mereka lebih baik biaya tersebut di belikan kebahan makanan mereka
sehari-hari.
3. Pendidikan
Hal ini merupakan faktor pendukung mereka dalam melakukan perceraian
diluar pengadilan dikarenakan pendidikan mereka yang rata-rata hanya tamatan
sekolah SD.
4. Pernikahan Dini atau Usia Muda
Konflik dan perselisihan dalam rumah pada masa ini sering terjadi dikarenakan
belum dewasa mereka dalam bertindak menyelsaikan masalah keluarga. Di
Kecamatan ini Pernikahan usia muda sering teradi pada usia bagi perempuan 16 thn
82
Wawancara dengan Bapak Suandy selaku Penyuluh KUA, Mei 2017
70
sedangkan pada usia Laki-laki terjadi ketikan 19 thn. Sehingga mereka belum siap
menerima beban berat dalam mencari nafkah.
Pihak pemerintah Desa juga menambahkan bahwa akibat yang akan
masyarakat hadapi dari perceraian dibawah tangan tersebut akan membawa
dampak yang cukup signifikan bagi kelangsungan hidupnya seperti:83
Wawancara bersama Kepala Desa Sungai Toman, bapak Sudir Hamzah.
1. Tidak diakui oleh pemerintahan cerai yang mereka lakukan hal ini karena
tidak mengikuti prosedur yang telah di tetapkan.
2. Sulitnya membuuat Akte Kelahiran bagi anak.
3. Bagi pasangan baru memiliki anak, nereka akan kesulitan untuk
mendapatkan kartu keluarga.
83
Wawancara dengan Bapak Sudir Hamzah Selaku Kepala Desa.Juni 2018.
71
4. Dengan masalah yang terdapat pada poit 1 sampai 3 ini merupakan
terampasnya hak-hak anak-anak dalam mewujudkan masa depannya.
Penulis juga mewawancarai dari beberapa responden tersebut diantaranya:
a. Samsinah
Wawancara bersama Ibu Samsinah.
Ia mengatakan bahwa: “kurangnya pemahaman ia akan hal tersebut karena
kurangnya sosialisasi dari pemerintah KUA Kecamatan Mendahara Ulu”, dan ia juga
menambahkan faktor umur lah yang membuat ia tidak mengurus ke pengadilan
(sudah tua) ia lebih memilih sendiri sendiri saja.84
84
Wawancara bersama ibu Samsinah, juni 2018.
72
b. Ihat
Wawancara bersama Ibu Ihat.
Ibu empat orang anak ini lebih memikirkan kepentingan anak-anaknya yang
masih kecil-kecil dan masih menunggu perubahan dari mantan suaminya yang masih
beristri lagi, menurutnya lebih baik cerai secara agama saja dahulu dari pada bercerai
melalui prosedur kepengadilan yang akan memakan waktu yang lama.85
c. Keny
Ia mengatakan bahwa “ ia lebih memilih dan menganggap cerai secara agama
saja, toh secara agama juga sah, tanpa harus kepengadilan.
85
Wawancara bersama Ibu Ihat, juni 2018.
73
d. Yanti
Wawancara Bersama Ibu Yanti.
Ia mengatakan bahwa: ”ia lebih memilih melakukannya karena ia takut datang
kepengadilan mengingat biaya dan menurutnya lagi kurang mengerti tentang jalur
atau proses perceraian seperti yang ia lihat di media massa”.86
86
Wawancara bersama Ibu Yanti, Juni 2018.
74
e. Santi
Wawancara bersama Ibu santi.
Ia mengatakan, kami bercerai karena tidak cocok lagi, berfikir tidak satu tujuan
lagi, suami saya sering marah, dan suami saya sering mengajak saya tidur di rumah
orang tuanya dirinya saya mau, giliran saya ajak tidur di rumah orang tua saya dia
gak mau entah mengapa, mungkin karena kami menikah di usia muda emosi satu
sama lain belum bisa terkontrol dengan baik.87
Dari pemerintah Desa pun menambahkan:
“Masyarakat Desa sudah kami himbau dan dari pemerintah desa memberikan
pengarahan tentang aturan yang demikian dalam masalah nikah, thalak,
maupun rujuk namun belum berjalan dengan baik, masyarakat acuh tak acuh
terhadap aturan yang dibuat oleh pemerintah, dan mereka yang melakukan
87
Wawancara bersama ibu santi,Agustus 2018.
75
tindak perceraian tidak adanya laporan ke aparatur desa.Mereka mengaggap
tidaklah penting tentang aturan yang dibuat pemerintah, mereka lebih
memegang erat aturan agama.”88
Menurut penuturan dari tokoh Agama Desa sungai Toman Bapak Darsah ia
mengatakan:89
Wawancara bersama Bapak Darsah Selaku Ketua Syara’.
“Terjadinya cerai diluar pengadilan di tengah-tengah masyarakat ini
dikarenakan sebagian masyarakat masih minimnya pemahaman tentang
pengadilan,banyaknya biaya yang harus dikeluarkan, jarak tempuh yang jauh
sehingga akan memakan waktu yang lama, masyarakat beranggapan semua itu
akan susah dan takut kepengadilan”.
88
Wawancara dengan Bapak padli, Sebagai Wakil Kepala Desa Sungai Toman, Juli 2018. 89
Wawancara dengan Bapak Darsah selaku Tokoh Agama’, Juni 2018.
76
Wawancara bersama Bapak Imam Hifni Selaku Pegawai Syara’.
Dan wawancara dengan bapak imam Hifni selaku Pegawai Syara’
menyebutkan hal yang sama dengan alasan ekonomi, pemahaman masyarakat
yang masih minim akan hal agama sehingga mereka berkesimpulan akan sulit
mengurus perceraian mereka.90
Sedangkan menurut keterangan yang diperoleh dari pemerintah desa dan
pegawai syara’ saya menyimpulkan secara singkat perihal masyarakat salah satunya
adalah :
a. Masyarakat yang melakukan perceraian di luar Pengadilan Agama
tersebut karena kurangnya pemahaman tentang peraturan perundang-
undangan tentang perkawinan.
90
Wawancara dengan Bapak Hifni selaku pegawai syara’, juni 2018
77
b. Tidak adanya kepercayaan diri dalam mengatakan perceraian yang terjadi
diantara mereka kepada pemerintah KUA maupun Pemerintah setempat,
mereka hanya melakukan dengan cara diam-diam.
Setelah peneliti mewawancarai dari masyarakat tersebut diatas maka peneliti
memperoleh penjelasan dan keterangan sebagai berikut:
a. Pendidikan
Karna rendahnya tingkat pendidikan di Desa Sungai Toman sehingga
pemahaman masyarakat terhadap Undang-Undang Perkawinan masih minim.
b. Ekonomi
Yang mana tingkat ekonomi masyarakat desa Sungai Toman rata-rata
menengah kebawah dengan mayoritas sebagi petani, sehingga kebutuhan
sehari-hari terasa lebih diutamakan dari pada menyelesaika perkara
kepengadilan.
c. Takut akan pengadilan, mereka berfikir susah dan berbelit belit.
d. Kurangnya keikut sertaan atau kehadiran masyarakat diasaat penyuluhan dari
KUA, sehingga penyampaian dari pihak KUA tidak mendapat respon dengan
baik.
e. Tidak mau berurusan terlalu lama, jika dibawa kepengadilan bagi mereka
pasti memerlukan waktu yang lama.
f. Menghindari biaya administrasi.91
91
Wawancara dengan Bapak Sumardi Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Mendahara
Ulu, Juni 2017.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Setelah memahami berbagai macam persepsi masyarakat tentang Thalak yang
di ucapkan di luar sidang Pengadilan Agama, maka dapat diketahui
permasalahan yang di alami diantaranya adalah, pemahaman masyarakat
terhadap perceraian masih Fiqih munakahat lebih domain, Minimnya
pemahaman masyarakat tentang Perceraian di Pengadilan Agama, mahalnya
biaya administrasi mengurus perceraian di sidang Pengadilan, dan tidak
terlalu menganggap penting akan peraturan yang ada.
2. Adapun faktor penyebeb Masyarakat yang tidak mengucapkan Thalak di
Pengadilan Agama diantaranya adalah:
a. Pendidikan.
b. Ekonomi.
c. Takut akan pengadilan, mereka berfikir susah dan berbelit-belit.
d. Tidak mau berurusan terlalu lama, jika dibawa kepengadilan bagi mereka
pasti memerlukan waktu yang lama.
79
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik sejumlah saran
sebagai berikut:
a. Bagi masyarakat yang melakukan perceraian di luar sidang Pengadilan Agama
untuk melakukan perceraian di hadapan Pengadilan Agama agar medapatkan
perlindungan dan kepastian hukum sehingga tidak terjadi dampak negative yang
tidak di inginkan nantinya.
b. Bagi pemerintah untuk membuat sanksi yang tegaas untuk masyarakat yang
melakukan perceraian di luar sidang Pengadilan Agama hal ini diharapkan dapat
meminimalisir jumlah masyarakat yang melakukan perceraian di luar Pengadilan.
c. Bagi peneliti selanjutnya untuk mengambil nilai-nilai positif dari penelitian ini
serta menyempurnakan hal-hal yang dinilai kurang dari penelitian ini.
d. Disarankan kepada pemerintah dalam hal ini kementrian Agama
(KUA/Pengadilan Agama) meningkatkan sosialisai tentang pentingnya perceraian
harus di depan pengadilan Agama.
C. Penutup
Alhamdulillah atas segala rahmat dan nikmat dari Allah SWT, yang telah
memberikan kesempatan, kesehatan, dan pemikiran kepada penulis yang telah
dapat meyelesaikan penulisan skripsi ini sesuai dengan kemampuan yang penulis
miliki, kekurangan sudah pasti ada karena manusia tidak ada yang sempurna jika
ada kebenaran dalam skripsi ini datangnya dari Allah SWT, kesalahan dan
80
kehilafan adalah dari penulis sendiri. Kritik dan dan saran yang membangun akan
penulis terima dengan senang hati demi untuk kebaikan kita semua kedepannya.
Akhirnya penulis ucapkan.Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
81
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
A. Literatur
Al-Qur’an dan Terjemahannya Dapartemen Agama RI,1996, Semarang: Toha Putra.
Ash-Shiddieqy, T. M. Hasbi, Falsafah Hukum Islam.1993, Jakarta: Bulan Bintang.
Cet. ke-3
Amrin Ra’uf, Sakinah Rumah Tanggamu Dengan Shalat-Shalat Sunnah, 2013,
Jogjakarta: DIVA Press.
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, 2013, Jakarta: PT RAJA
GARAFINDO PERSADA.
Abdul Aziz dan Muhammad Azzam, Fiqh Munakahat, 2011, Jakarta: Amza.
Amiruddin dan Zainal Asikin, Metode Penelitian Hukum 2008, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Baharudin Ahmad, dkk, Hukum Perkawinan Umat Islam di Indonesia, 2015, Jakarta:
Lamping Publishing.
Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, 2006 Jakarta : PT Raja Grafindo persada.
Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar BahasaIndonesia
1991Edisi II,Jakarta: Balai Pustaka.
Dalman, Menulis Karya Ilmiah, 2012, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2013cet.ke-5,
Bandung: Alfabeta.
Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar BahasaIndonesia
1991Edisi II, Jakarta: Balai Pustaka.
82
Djamil, Fathurrahman. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997.
Jilid 1
Gulo, Metodologi Penelitian 2007, Jakarta: PT Grasindo.
Hasil Wawancara Bapak Darsah, Tokoh Agama Desa Sungai Toman, 04-23-2017
Praja, Juhaya S. Filsafat Hukum Islam. Bandung: Pusat Penerbitan Universitas LPPM
UI Bandung. 1995
Rony Andu, Pengantar Psikologi Umum., 2009,Jakarta : Rajawali Press.
Sayuti una (ed.), Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), 2014, Jambi: Syariah
Press.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif,cet ke-10, 2014, Bandung: Alfabeta.
Soejono Soetanto, Suatu Pengantar Sosiologi,1991,Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.1998, Jakarta:
Rineka Cipta.
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, 2014, Jakarta : Sinar Grafika.
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang No.1 Tahun 1974
PP No.9 Tahun 1975
Kompilasi Hukum Islam
UNDANG-UNDANG PERKAWINAN DI INDONESIA, Surabaya: ARKOLA.
QS. Anisa’ 4 : 29
83
QS. Anisa’ 4 : 19
QS. Anisa’ 4 : 128
QS. Al-Baqarah 2 : 229
QS. Athlaq 65 : 1
C. Lain-Lain
Adila Yusri Binti Mohammad Saih, 2013. Thalak Tanpa Sepengetahuan Mahkamah
Rendah Syariah Johor Bahru, Malaysia. Jambi: IAIN STS.
Iskandar, 2014.Perceraian di Bawah Tangan di Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten
Tebo di Tinjau Dari Peraturan Perundang-Undangan Tentang
Perkawinan.Jambi: IAIN STS.
Syarif Hidayatullah, 2013. Legalitas Perkawinan yang Bercerai di Luar Pengadilan
Dalam Presfektif Hukum Islam dan Hukum Positif.Jambi: IAIN STS.
Daftar informan.:
1. Wawancara bersama Bapak Sudir Hamzah Selaku Kepala Desa Sungai Toman.
2. Wawancara bersama Bapak Fadli Selaku Wakil Kepala Desa Sungai Toman.
3. Wawancara bersama Bapak Sumardi Selaku Kepala Kantor Urusan Agama.
4. Wawancara bersama Bapak Suandy Selaku Penyuluh Kantor Urusan Agama
5. Wawancara bersama Bapak Darsah Selaku Tokoh Agama Desa Sungai Toman.
6. Wawancara bersama Bapak Imam Hifni Selaku Anggota Syara’ Desa Sungai Toman.
7. Wawancara bersama Ibu Samsinah yang melakukan thalak liar.
8. Wawancara bersama Ibu Ihat yang melakukan thalak liar.
84
9. Wawancara bersama Ibu Keny yang melakukan thalak liar.
10. Wawancara bersama Ibu Aulia yang melakukan thalak liar.
11. Wawancara bersama Ibu Santi yang melakukan thalak liar.
12. Wawancara bersama Ibu Yana yang melakukan thalak liar.
13. Wawancara bersama Ibu Yanti yang melakukan thalak liar.
14. Wawancara bersama Ibu Lisa yang melakukan thalak liar.
15. Wawancara bersama Ibu Tuti yang melakukan thalak di Pengadilan Agama.
16. Wawancara bersama Ibu Misna Wati yang melakukan thalak di Pengadilan Agama.
D. Website
http://www.badilag.net/index.php/artikel/4666-persinggungan-fikih-dengan-pasal-39-
undang-undang-nomor-1-tahun-1974--oleh-mahruddin-andry.