Download - Persalinan Macet Reproduksi
LAPORAN PBL MODUL I “ DISTOSIA ”
SISTEM REPRODUKSI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2A
Tutor : dr. Eddy Tiro, Sp.OG(K)
1102070051 Sartika Sitompul1102090015 Evi Miselvy T1102090057 Juwita Ali1102090100 Dessy Anggraeni Dinatha1102090143 Rini Dwi Astuti1102090073 Andi Tri Sutrisno Hasanuddin1102080110 Ika Alfia Juliaty1102090115 Zarah Alifani Dzulhijjah1102090037 Ika Nurfaizah1102090128 M. Thaufiq Alhas1102090004 Waode Tati Kurnia Amiruddin1102090086 Titin Arniyanti
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR2011
Skenario 1
DISTOSIA
Seorang wanita, usia 19 tahun, tiba di unit gawat darurat RS.jam 17.00, dirujuk oleh bidan
puskesmas dengan keterangan persalingan tidak maju. Dari anamnesis diketahui ini adalah
kehamilan anak pertama, sakit perut tembus kebelakang sejak jam 05.00 disertai pelepasan
lendir dan darah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tinggi fundus 2 jari bawah processus
xyphoideus, punggung di kiri ibu,bagian terendah kepala. Jarak antara symphisis pubis –
tinggi fundus uteri 39 cm, lingkar perut ibu 98 cm, perlimaan 5/5. Denyut jantung janin
140x/menit. His 3x dalam 10 menit dengan durasi 40-45 detik. Pada pemeriksaan dalam
vagina didapatkan pembukaan 8 cm, selaput ketuban teraba dan menonjol, bagian terdepan
kepala.
Kata Sulit :
His
His. Adalah kontraksi otot polos dari dinding uterus yang dirasakan nyeri yang dimulai
sebagai gelombang dari salah satu sudut dimana tuba masuk ke dinding uterus yang di
sebut sebagai pace maker tempat his berasalan kekuatan yang mendorong janin dalam
persalinan sifatnya involunter, intermitten, terasa sakit, terkoordinasi dan simetris, kadang-
kadang dapat dipengaruhi dari luar secara kimia dan psikis. Pada seluruh trimester
kehamilan, dicatat adanya kontraksi ringan dengan amplitudo 5 mmHg. His sesudah 30
minggu terasa lebih kuat dan lebih sering. Sesudah 36 minngu aktivitas uterus lebih
meningkat lagi sampai perrsalinan mulai, yakni pada permulaan kala I. Amplitudo his
meningkat terus sampai 60 mmHg pada akhir kala I dan frekuensi his menjadi 2-4 kontraksi
tiap 10 menit. Juga durasi his meningkat dari 20 detik pada permulaan partus sampai 60-90
detik pada akhir kala I. His yang sempurna dan efektif.bila ada koordinasi dari gelombang
kontrakasi simetris dengan dominasi di fundus uteri dan mempunyai ampitudo 40-60 mmHg
yang berdursi 60-90 detik, dengan jangka waktu antara kontraksi 2-4 menit dan pada
relaksasi, tonus otot kurang dari 12 mmHg. (2)
Kata Kunci :
1. Usia 19 tahun.
2. Setelah jam 5 sore dirujuk dengan keterangan persalinan tidak maju.
3. Kehamilan anak pertama, sakit perut tembus kebelakang disertai pelepasan lendir
dan darah.
4. Pemeriksaan fisis :
- Teraba fundus 2 jari dibawah processus xyphoideus
- Punggung janin dikiri ibu.
Pertanyaan :
1. Bagaimana mekanisme persalinan normal ?
2. Bagaimana Tanda-tanda persalinan normal ?
3. Kapan dikatakan persalinan macet ?
4. Apa etiologi dari persalinan macet ?
5. Bagaimana hubungan pemeriksaan fisik dengan status persalinan ?
6. Bagaimana penanganan dari persalinan macet?
7. Komplikasi apa yang dapat terjadi akibat persalinan macet ?
8. Bagaimana perspektif islam ( hubungan dengan scenario) ?
Pembahasan
1. Mekanisme persalinan normal
Persalinan normal adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup,
dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar. Partus normal /partus
biasa Bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala / ubun-ubun kecil, tanpa
memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali
episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24jam.Partus abnormal adalah bayi
lahir melalui vagina dengan bantuan tindakan atau alat seperti versi / ekstraksi, cunam,
vakum, dekapitasi, embriotomi dan sebagainya, atau lahir per abdominam dengan sectio
cesarea.
Beberapa istilah
Gravida : wanita yang sedang hamil
Para : wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable)
In partu : wanita yang sedang berada dalam proses persalinan
Sebab terjadinya persalinan :
1. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen menurun
mendadak, nutrisi janin dari plasenta berkurang.(pada diagram, dari Lancet, kok
estrogen meningkat
2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, menjadi stimulasi
(pacemaker)\bagi kontraksi otot polos uterus.
3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban, semakin
merangsang terjadinya kontraksi.
4. Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan peningkatan
estrogen mengakibatkan peningkatan aktifitas kortison, prostaglandin, oksitosin,
menjadi pencetus rangsangan untuk proses persalinan
Persalinan ditentukan oleh 3 faktor” P” utama :
1. Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan
kardiovaskular respirasi metabolik ibu.
2. Passage
Keadaan jalan lahir
3. Passanger
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomic
mayor) (++ faktor2 “P” lainnya : psychology / physician, position)
Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor “P” tersebut,
persalinan normal diharapkan dapat berlangsung.
Pembagian Fase/ Kala Persalinan
Kala 1
Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan) :
1. His makin lama makin kuat,interval makin pendek dan lebih lama
2. Fase laten : pembukaan <4 cm
3. Fase aktif : pembukaan 4-10 cm
4. Lama : -primi 12 jam -Multi : 8 jam
Kala 2
Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)
1. His makin lama makin kuat, setiap 2-3 menit
2. Lama kontraksi 50-70 detik
3.ketuban pecah
4.ibu mengejan
5. Akhir kala II : - kepala membuka pintu
- Kepala keluar pintu
-Lama kala : - primi ±50 menit
Multi ±20 menit
Kala 3
Pengeluaran plasenta (kala uri)
1. lama : ±8-10 menit
2.tanda pelepasan plasenta :
- uterus bundar
- perdarahan
- tali pusar memanjang
- fundus uteri naik
Kala 4
Masa 2 jam setelah partus, terutama untuk observasi.
Persalinan Kala 1
Pembukaan Serviks
Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur,
makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir
yang tidak lebih banyak daripada darah haid. Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah
lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban
biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I. Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3
cm,berlangsung sekitar 8 jam. Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm),
berlangsung sekitar 6 jam. Fase aktif terbagi atas :
1.fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
2.fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
3. fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Peristiwa penting pada persalinan kala 1
1. keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus (mucous plug)
yang selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis, akibat terbukanya vaskular
kapiler serviks, dan akibat pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam
uterus :
1. ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis dan
mendatar.
2. selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan ketuban
pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum pembukaan 5 cm).
Pematangan dan pembukaan serviks (cervical effacement) pada primigravida
berbeda dengan pada multipara.
Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih dahulu sebelum terjadi pembukaan -
pada multipara serviks telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung
terjadi proses penipisan dan pembukaan pada primigravida, ostium internum
membuka lebih dulu daripada ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk
seperti lingkaran kecil di tengah) - pada multipara, ostium internum dan eksternum
membuka bersamaan (inspekulo ostium tampak berbentuk seperti garis lebar).
2. periode kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam) dibandingkan multipara (+14
jam) karena pematangan dan pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida
memerlukan waktu lebih lama.
Persalinan Kala 2
Pengeluaran Bayi
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap.berakhir pada saat bayi telah
lahir lengkap. His menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, sangat kuat.Selaput ketuban
mungkin juga baru pecah spontan pada awal kala 2. Peristiwa penting pada persalinan kala
2 :
1. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai dasar
panggul.
2. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat.
Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik).
3. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis (simfisis pubis
sebagai sumbu putar/hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan anggota badan.
4. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk memperbesar jalan
lahir (episiotomi).
Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam.
Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang kepala :
1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak lurus dengan
pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan pintu atas
panggul (asinklitismus anterior / posterior).
2. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung dari his dari
daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari cairan amnion, 3) kontraksi
otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan
menegang.
Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari
diameter
3. Oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus
(belakang kepala).
4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-
ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati
distansia interspinarum dengan diameter biparietalis.
5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati
bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi,
hidung, mulut, dagu.
6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu
rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di
bawah simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah.
Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan
belakang, tungkai dan kaki.
Persalinan Kala 3
Pengeluaran Plasenta
Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap. Berakhir dengan lahirnya plasenta.
Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran
plasenta dari kavum uteri. Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari sentral
(Schultze) ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan)
jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal. Pelepasan
plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi,
sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.Pada keadaan normal, kontraksi
uterus bertambah keras, fundus setinggi sekitar / di atas pusat. Plasenta lepas spontan 5-15
menit setelah bayi lahir.(jika lepasnya plasenta terjadi sebelum bayi lahir, disebut
solusio/abruptio placentae - keadaan gawat darurat obstetrik .
Persalinan Kala 4
Observasi pasca persalinan
Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi.pokok penting yang harus
diperhatikan pada kala 4:
1) kontraksi uterus harus baik,
2) tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
3) plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap,
4) kandung kencing harus kosong,
5) luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma,) resume keadaan
umum bayi,
6) resume keadaan umum ibu.
Terjadinya his, akibat :
1. Kerja hormon oksitosin
2. Regangan dinding uterus oleh isi konsepsi
3. Rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi.
His yang baik dan ideal meliputi :
1. Kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
2. Kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus
3. Terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi.
4. Terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his
5. Serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung serabut
otot,akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian terbuka secara pasif
dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan internum pun akan
terbuka.
Nyeri persalinan pada waktu his dipengaruhi berbagai faktor :
1. Iskemia dinding korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus
hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri.
2. Peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum, menjadi
rangsang nyeri.
3. Keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas/ anxietas, atau
eksitasi).
4. Prostaglandin meningkat sebagai respons terhadap stress.
Hal-hal yang berkaitan dengan mekanisme persalinan
Pada saat persalinan posisi janin yang tepat pada saluran kelahiran sangat penting
dalam mendukung proses persalinan :Letak, presentasi, sikap dan posisi
Letak janin: Faktor letak berhubungan dengan aksis panjang janin terhadap ibu,
apakah janin terletak transversal atau longitudinal. Kadang, aksis janin terhadap ibu
menyilang dengan sudut 45 derajat, membentuk letak oblik, yang dengan mudah
dapat berubah menjadi letak longitudidal atau transversal selama persalinan.
Posisi longitudinal dapat ditemukan pada 99% proses persalinan cukup waktu. Faktor
predisposisi letak transversal adalah multiparitas, plasenta previa, hidramnion, dan
anomali uterus.
Presentasi janin: merupakan bagian janin yang terdekat dengan saluran kelahiran.
Untuk mengetahui ini dapat diketahui dengan menyentuh serviks saat pemeriksaan
dalam vagina. Berdasarkan letak longitudinal, bagian yang dapat menjadi presentasi
bayi adalah kepala janin atau breech/sungsang/terbalik.
Presentasi kepala. Presentasi seperti ini diklasifikasikan berdasarkan hubungan antara
kepala dan badan janin. (1)
2. Tanda-tanda persalinan normal
1). Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur
2).Keluar lender bercampur darah (show) yang banyak karena robekan-robekan
kecil pada serviks.
3).Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
4).pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada. (2)
3. Kapan dikatan persalinan macet
Persalinan macet adalah suatu keadaan dari suatu persalinan yang
mengalami kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul komplikasi ibu
maupun janin (anak). persalinan macet merupakan persalinan yang berjalan lebih
dari 24 jam untuk primigravida dan atau 18 jam untuk multi gravid.persalinan sulit
ditandai dengan kemajuan persalinan yang lambat. Keadaan ini terjadi karena
emapt macam abnormalitas, yang dapat ditemukan secara tunggal maupun
kombinasi.(1)
1. Abnormalitas pada tenaga ekspulsi, yaitu tenaga uterus yang tidak cukup kuat
atau yang tidak terkoordinasi dengan tepat untuk menghasilkan penipisan dan
dilatasi serviks (disfungsi uterus) atau upaya otot volunter yang tidak memadai
pada persalinan kala dua
2. Abnormalitas pada presentasi, posisi atau perkembangan janin
3.Abnormalitas tulang panggul ibu
4. Abnormalitas pada jalan lahir yang bukan tulang panggul sehingga menghambat
proses turunnya janin. (1)
4.Etiologi persalinan macet
CPD dan FPD
Presentasi abnormal :
Dahi
Muka
Distosia bahu
Aftercoming head pada presentasi sungsang
Kelainan janin : hidrocephal, locked twins
Traktus reproduksi yang abnormal : tumor
Kelainan His sering dijumpai primigravida tua sedangkan inersia uteri sering dijumpai
pada multigravida dan grandemulti.
Faktor herediter, emosi,dan ketakutan memegang peranan penting
Salah pimpinan persalinan,atau salah pemberian obat-obatan seperti oksitosindan
obat-obat penenang.
Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah rahim,ini
dijumpai pada kesalahan-kesalahan letak janin dan disproporsi sefalopelvik.
kelainan uterus misalnya,uterus bikornis unikolis
kehamilan postmatur (postdatism). (3)
5. Hubungan pemeriksaan fisik dengan status dengan status persalinan
Sakit perut sejak pukul 05.00 dan tiba di RS 17.00 = durasi 12 jam
Partus lama: proses persalinan yang ditandai oleh kontraksi rahim yang teratur dan
disertai pembukaan serviks tetapi berlangsung lebih dari 24 jam.
Kala I fase laten lama (prolonged latent phase of labour): berlangsung lebih 8 jam
Kala I fase aktif lama (prolonged active phase of labour) : berlangsung lebih 12 jam
Partus macet : kontraksi rahim yang adekuat tetapi tidak diikuti oleh penurunan
bagian terendah janin oleh sesuatu yang tidak dapat diprediksi.
HIS sesungguhnya :
karena kontraksi uterus
Disertai lendir+darah
Dilatasi serviks dan pembukaan
HIS adekuat : 3x/ 10 menit selama 40-60/detik
Leopold :
Salah satu pemeriksaan yang dilakukan saat Ante Natal Care adalah pemeriksaan Leopold.
Pemeriksaan ini terdiri dari 4 tindakan yang masing-masing dilakukan untuk mengetahui
presentasi (kedudukan) bagian tubuh janin dalam uterus (rahim). Empat pemeriksaan
Leopold tersebut adalah:
Leopold I
Bertujuan untuk menentukan usia kehamilan dan juga untuk mengetahui bagian janin apa
yang terdapat di fundus uteri (bagian atas perut ibu).
Teknik pemeriksaan
Pemeriksa menghadap ke kepala pasien, gunakan ujung jari kedua tangan untuk
meraba fundus.
Mengetahui bagian janin apa yang terdapat di fundus uteri
Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah keras,bundar
dan melenting (seperti mudah digerakkan).
Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah lunak, kurang
bundar, dan kurang melenting.
Fundus kosong apabila posisi janin melintang pada rahim.
Menentukan usia kehamilan
Pada usia kehamilan 12 minggu, fundus dapat teraba 1-2 jari di atas simpisis.
Pada usia kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba di antara simpisis dan pusat.
Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah pusat.
Pada usia kehamilan 24 minggu, fundus dapat teraba tepat di pusat.
Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di atas pusat.
Pada usia kehamilan 32 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara
prosesus xipoideus dan pusat.
Pada usia kehamilan 36 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah prosesus
xipoideus.
Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara
prosesus xipoideus dan pusat. (Lakukan konfirmasi dengan wawancara dengan pasien
untuk membedakan dengan usia kehamilan 32 minggu).
JADI, diperkirakan umur kehamilan adalah ≥ 37 minggu
Preterm : < 37 minggu
Aterm : 37- 42 minggu
Postterm: > 42 minggu
Leopold II
Bertujuan untuk menentukan di mana letak punggung ataupun kaki janin pada kedua sisi
perut ibu.
Teknik pemeriksaan
menghadap ke kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi perut ibu, raba
(palpasi) kedua bagian sisi perut ibu.
Menentukan di mana letak punggung ataupun kaki janin pada kedua sisi perut ibu
bagian punggung akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan.
bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk/posisi tidak jelas dan
menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin secara aktif maupun pasif.
PUKA :punggung janindi sebelah kanan ibu
Didapatkan PUKI: punggung janin di sebelah kiri ibu
Posisi : longitudinal
Leopold III
Bertujuan untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau bokong) yang terdapat di bagian
bawah perut ibu, serta apakah bagian janin tersebut sudah menyentuh pintu atas panggul.
Teknik pemeriksaan
Pemeriksa hanya menggunakan satu tangan. (Lihat gambar!)
Bagian yang teraba, bisa kepala, bisa juga bokong (Lihat Leopold I!)
Cobalah apakah bagian yang teraba itu masih dapat digerakkan atau tidak. Apabila
tidak dapat digoyangkan, maka janin sudah menyentuh pintu atas panggul.
Didapatkan bagian terbawah : kepala = presentasi kepala
Leopold IV
Bertujuan untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang terdapat di bagian bawah perut
ibu, serta untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu atas
panggul.
Teknik pemeriksaan
pemeriksa menghadap kaki pasien
dengan kedua tangan ditentukan bagian janin apa (bokongkah atau kepalakah?)
yang terletak di bagian bawah perut ibu.
Mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu atas panggul
Apabila konvergen (jari-jari kedua tangan bertemu), berarti baru sedikit janin
memasuki pintu atas panggul. Apabila divergen (jarak antara kedua jari pemeriksa
jauh), janin (kepala janin) telah banyak memasuki pintu atas panggul).
Didapatkan 5/5 kepala belum masuk PAP = dalam pemeriksaan konvergen
BIDANG HODGE
I : lingkaran pintu atas panggul ( bagian atas SOP dan promontorium)
II : bidang datar sejajar H I setinggi bagian bawah SOP
III: bidang datar sejajar H I setinggi spina ischiadica kiri-kanan
IV: bidang datar sejajar H I setinggi os coccygeus (4).
TAKSIRAN BERAT JANIN
Taksiran ini hanya berlaku untuk janin dengan presentasi kepala. Rumusnya adalah
sebagai berikut:
Tinggi fundus uteri (dalam cm-n) x 155 = berat (gram)
Bila kepala belum masuk panggul maka n-12, jika kepala sudah
masuk panggul maka n-11.
I : TFU x L. perut setinggi umbilikus
= 39 x 98 = 3822 gr (termasuk besar bagi orang Asia)
II: Johnson : Taksiran ini hanya berlaku untuk janin dengan presentasi kepala.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
Tinggi fundus uteri (dalam cm-n) x 155 = berat (gram)
Bila kepala belum masuk panggul maka n-12, jika kepala sudah
masuk panggul maka n-11.
Jadi, TFU – 11 x 155 = 4340 gr
Makrosomia = > 4000 gr
DENYUT JANTUNG JANIN (DJJ)
Normal : 120-160 x / menit dan teratur.
6. Bagaimana penanganan persalinan macet?
Penanganan Umum
Nilai secara cepat keadan umum wanita hamil tersebut termasik tanda vital dan tingkat
hidrasinya.
Apakah ada masalah medis lain atau hal-hal yang mengancam jiwanya?
Apakah ia kesakitan ? pertimbangkan pemberian analgetik.
Tentukan apakah pasien berada dalam persalinan?
Tentukan keadaan janin
Periksa denyut jantung janin selama atau segera sesudah his.
Hitung frekuensinya sekurang-kurangnya sekali dalam 30 menit selama fase aktif dan
tiap 5 menit selama kala II.
o Jika terdapat gawat janin, lakukan seksio sesarea; keculai jika syarat-
syaratnya dipenuhi, lakukan ekstraksi vakum atau forceps.
o Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau bercampur darah,
pikirkan kemungkinan gawat janin.
o Jika tidak ada ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban pecah, pertimbangkan
adanya indikasi jumlah air ketuban yang mungkin menyebabkan gawat janin.
Perbaiki keadaan umum dengan :
o Memberikan dukungan emosi. Bila keadan masih memungkinkan anjurkan bebas
bergerak, duduk dengan posisi yang berubah (sesuaikan dengan penanganan
persalinan normal).
o Berikan cairan baik secara oral atau parenteral dan upayakan buag air
kecil (hanya perlu kateterisasi bila memang diperlukan).
o Bila penderita merasakan nyeri yang sangat berikan analgetik : tramadol atau
pethidin 25 mg dinaikkan sampai maksimum 1 mg/kg atau morfin 10 mg IM.
Lakukan pemeriksaan vaginal untuk menentukan kala persalinan (lihat
Persalinan normal).
Lakukan penilaian frekuensi dan lamanya kontraksi berdasarkan partograf.
Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi jika tidak ada kemajuan penurunana
atau masih gagal, maka dilakukan :
Persalinan Seksio Sesarea
Persalinan seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina . persalinan ini dilakukan apabila
persalinan pervaginam tidak dimungkinkan.
Indikasi seksio sesarea terprogram adalah disproporsi kepala panggul (panggul sempit),
karena tidak mungkin lagi untuk persalinanpervaginam. Sedangkan indikasi seksio seesarea
tidak terprogram adalah tidak adanyakemajuan persalinan atau partus percobaan gagal. (3)
7. Komplikasi apa yang dapat terjadi akibat persalinan macet ?
Pada persalinan dengan seksio sesaria, kemungkinan dampak komplikasi terutama :
Pada ibu antara lain :
1. infeksi puerperal ( nifas ),
2. perdarahan yang disebabkan karena banyak pembuluh darah yang terputus
dan terbuka
3. atonia uteri dan perdarahan pada perlekatan plasenta.
4. Luka kandung kemih.
5. Emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlau tinggi
6. Rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
Pada Janin :
1. Edema kulit kepala
2. Perdarahan intracerebral
3. Kematian janin (4)
8. Bagaimana perspektif islam ( hubungan dengan scenario) ?
Seperti penjelasan sebelumnya, salah satu penatalaksanaan persalinan macet
adalah dengan SC (operasi sesar). Mengenai hukum Operasi ini, dapat dikategorikan
menjadi 2, yaitu diperbolehkan dan dilarang. Semuanya mengacu pada alasan riil mengapa
operasi sesar dilakukan.
Firman Allah :
“Dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah
dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS Al Maidah : 32)
Beberapa kaidah Fiqhiyah :
“Jika terjadi pertentangan antara dua kerusakan, maka yang diambil adalah yang paling
ringan kerusakannya.” (Ibnu Nujaim, al-Asybah wa an-Nadhair, hlm : 97)
Dari penjelasan di atas, para Ulama telah mengkaji dalil tersebut yang dapat menetapkan
hukum SC.
Pertama, keadaan darurat, maksudnya adanya kekhawatiran nyawa ibu, bayi, atau kedua-
duanya terancam. Kondisi darurat itu dapat terbagi menjadi :
1. Kondisi ibu yang mengalami eklampsia atau kejang dalam kehamilan, penyakit jantung,
rahim yang menipis akibat bedah caesar sebelumnya dan infeksi dalam rahim
2. Operasi sesar untuk menyelamatkan nyawa bayi. Misalnya, ibu sudah meninggal tapi
bayi yang berada dalam kandungan masih hidup.
3. Operasi sesar untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi secara bersamaan, adalah ketika
terjadi air ketuban pecah, namun belum ada kontraksi atau bayi terlilit oleh tali pusar
sehinga tidak dapat keluar secara normal.
Dalam tiga keadaan di atas, menurut pendapat yang benar, dibolehkan melakukan
operasi sesar dengan tujuan untuk menyelematkan nyawa ibu dan anak. Berdasarkan
dalil yang disebutkan tadi.
Kemudian dari segi keadaan, Ulama juga membagi kebolehan SC dengan 2 keadaan :
1. Keadaan Hajiyat
Keadaan Hajiyat dalam operasi sesar adalah adanya kekhawatiran terjadinya bahaya atau
sesuatu yang buruk yang akan menimpa ibu dan bayi. Seperti lingkar rongga panggul yang
lebih kecil dari ukuran janin, usia ibu yang terlalu tua, letak plasenta, ukuran bayi yang besar
atau bayi kembar.
Dalam keadaan hajiyat ini, operasi sesar boleh dilakukan, karena SC kadang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat, maka para ulama menyamakn kedudukannya dengan kondisi
darurat.
2. Keadaan Tahsiyinat
Yaitu melakukan operasi sesar dengan alasan yang sebenarnya tidak fundamen. Tidak ada
ancaman atau dampak buruk pada bayi ataupun ibu. Misalnya, ingin agar organ kewanitaan
tetap utuh, menghindari rasa sakit saat melahirkan, enggan menunggu proses kelahiran
yang lama atau sekedar ingin mengepaskan waktu lahir dengan tanggal tertentu. Operasi
sesar semacam ini tidak diperbolehkan, karena telah menyakiti (merusak) diri sendiri demi
mencapai mashalat yang tidak mu’tabar (diakui syariat).
Karena operasi sesar cenderung membawa dampak kurang baik pada anak, seperti
gangguan pernafasan, rendahnya sistem kekebala tubuh, rentan alergi, terpengaruh
anestesi dan lain-lain. Efek pada ibu misalnya rasa sakit yang sangat oada bagian perut dan
rahim akibat robekan karena operasi.
Wallahu a’lam. (5)
KESIMPULAN:
Tiidak ada gangguan power, passage harus diperiksa dengan pemeriksaan dalam,
sedangkan pada passanger kemungkinan ada masalah karena bayinya termasuk
makrosomia> Kemungkinan karena bayi besar ini lah terjadi kemacetan dalam persalinan
Jadi, Pertus aterm, letak kepala, partus lama kala I dengan CPD suspect makrosomia
Daftar Pustaka
1. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP
2. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fiologi/Obstetri Patologi Edisi 2.
Jakarta: ECG
3. Djalaluddin, Hakimi, Suharyanto,factor resiko ibu untuk terjadinya partus lama di
RSUD Ulin Banjarmasin dan RSU Ratu Zalecha Martapura,Jurnal Sains Kesehatan,
no.17 (1). Januari 2004.
4. Taber, B. ,Kapita Selekta Kedaruratan Obsetri Ginekologi (alih bahasa Supriyadi T
dan Gunawan J), Jakarta : EGC,2002.
5. Ar-risalah, fiqih nazilah, Dr. Ahmad zain an najah, MAHarunyahya.com