Transcript
Page 1: Perpetaan - Poligon Tertutup

GD 2151 SURVEYING1

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

LAPORAN PRAKTIKUM

MODUL KE-3

PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP

DISUSUN OLEH

ANGGOTA :

1. WISNUARDI D ( 15103014 )

2. INDRA GUMILAR ( 15103026 )

3. BELFRY P ( 151030 )

ASISITEN :

Bpk. DUDI

2006

0

Page 2: Perpetaan - Poligon Tertutup

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk keperluan pengukuran detail situasi suatu objek maka agar

pengukuran tersebut bisa dikerjakan dan dapat dihitung hasilnya maka kita

harus membuat suatu poligon. Kita dapat melakukan pengukuran koordinat

suatu titik terhadap suatu titik lainnya. Dalam setiap kali kegitan survey

terutama survey terestis kita diharuskan datang langsung kelapangan dan

melihat titik-titik mana yang akan diukur. Dan masalahnya adalah ada

sebagian besar titik yang ingin diketahui koordinatnya tetapi tidak dapat

terlihat dengan satu kali pengukuran dengan alat optis ( seperti ETS ) atau

dengan alat yang menggunakan gelombang ( ETS ). Dengan kata lain titik

yang ingin diketahui koordinatnya itu terhalang oleh sesuatu, sehingga tidak

dapat dibidik dari tempat acuan yang sudah ada koordinatnya.

Untuk mengatasi hal tersebut maka kita dapat menggunakan titik bantu

untuk dapat mengukur sampai mengenai target. Dengan begitu semua titik

yang akan ditentukan koordinatnya dapat diukur. Pengukuran yang digunakan

untuk menentukan koordinat banyak titik itu dikenal dengan nama

Pengukuran Poligon. Prinsip dari poligon ini adalah bahwa suatu titik yang

belum mempunyai koordinat dapat ditentukan koordinatnya dari titik yang

telah mempunyai koordinat dengan terlebih dahulu diketahui jaraknya dan

besar sudut azimutnya. alam kegiatan ini kita bisa mengetahui besarnya

koordinat suatu titik terhadap titik lainnya yang sudah diketahui koordinatnya

terlebih dahulu.

Dalam pengukuran poligon ini kita harus bisa menentukan poligon mana

yang akan kita gunakan apakah poligon terbuka atau tertutup. Pemilihan jenis

poligon ini juga tergantung dari kondisi titik yang akan diukur. Yang terpenting

adalah dengan poligon apapun kita dapat menentukan koordinat suatu titik

yang kita itu dengan kesalahan yang sekecil mungkin.

1.2 Maksud Praktikum

Maksud dari praktikum Pengukuran Jarak dan Sudut ”Poligon Tertutup” ini

adalah agar para peserta mata kuliah GD 2151 SURVEYING 1 mengetahui

konsep tentang posisi suatu koordinat yang diperoleh dari hubungan sudut

dan jarak. Dengan hanya diketahui koordinat satu titik, peserta kuliah

diharapkan dapat menentukan koordinat titik-titik yang lainnya dan dapat

menjadikan titik-titik yang telah diketahui koordinatnya sebagai acuannya

( pusatnya ).

1.3 Tujuan Praktikum

1

Page 3: Perpetaan - Poligon Tertutup

Tujuan dari praktikum modul ke-5 Pengukuran Jarak dan Sudut ”Poligon

Tertutup” ini adalah :

Para mahasiswa peserta mata kuliah GD 2151 Surveying 1 ini bisa

menggunakan ETS dengan Baik dan benar

Dapat mengukur jarak antar satu titik dengan titik yang lainnya dengan

menggunakan gelombang yang dipancarkan oleh ETS

Dapat menentukan koordinat suatu titik terhadap titik acuan yang sudah

diketahui koordinatnya.

Dapat menentukan besarnya koreksi sudut , selisih absis dan ordinat dari

data lapangan dan menentukan koordinat dari suatu titik yang telah

mendapatkan berbagai macam koreksi.

Dapat membuat gambar dari poligon yang telah diukur dengan skala

tertentu

1.4 Waktu Pelaksanaan Praktikum

Praktikum Modul ke-5, Pengukuran jarak dan sudut ” Poligon Tertutup yang

dilaksanakan oleh kelompok 4 ini dilaksanakan pada :

Hari : Rabu - Kamis

Tanggal : 3-4 November 2004

Waktu : Pukul 10.30 – 15.00

Tempat : Plaza Widya ITB, Gedung Sosio Teknologi ITB

1.5 Peralatan Yang Digunakan

Praktikum Modul ke-5, Pengukuran jarak dan sudut ” Poligon Tertutup ”

yang dilaksanakan oleh kelompok 4 ini menggunakan peralatan :

o Elektronic Total Statiton ETS - GTS 300

o Stattif 3 buah

o Reflektor / Prisma 2 buah

o Payung

o Form pengukuran sudut mendatar dan form Hitungan koordinat titik

polygon untuk pencatatan data.

2

Page 4: Perpetaan - Poligon Tertutup

BAB II

DASAR TEORI

Teori dasar dari praktikum modul ke 4, Pengukuran jarak dan sudut ” Poligon

terikat sempurna ”Sudut Horizontal dengan metode repetisi dan reitrasi ini adalah

1. Antara dua titik yang mempunyai koordinat yang berbeda dapat diketahui

jaraknya. Dengan rumus :

D = √(Xa-Xb)2 + (Ya-Yb)2

2. Jika Diketahui koordinat suatu titik, maka kita dapat menentukan koordinat titik

lainnya, asalkan diketahui besar jarak dan sudutnya. Dalam rumus dituliskan :

Jika diketahui koordinat titik B (Xb,Yb)

Xa = Xb + Dab Sin αab

Ya = Yb + Dab Cos αab

Dengan αab adalah sudut yang dibentuk antara titik A dan titik B

3. Antara dua titik yang telah diketahui koordinatnya dapat dicari besar sudutnya,

dengan hubungan sbb:

αab = arc tan [( Xb-Xa ) : ( Yb-Ya )] + kuadran

dengan kuadran : untuk kuadran 1 + 0o

untuk kuadran 2 + 180o

untuk kuadran 3 + 180o

untuk kuadarn 4 + 360o

4. Untuk Poligon tertutup, koreksi sudutnya dibedakan menjadi dua:

Jika mengambil sudut dalam

fb = ( α akhir – α awal ) – Σβ + [ (n-2)x180o ]

dengan n = banyaknya tempat berdiri alat

Jika mengambil sudut luar

fb = ( α akhir – α awal ) – Σβ + [ (n+2)x180o ]

dengan n = banyaknya tempat berdiri alat

3

Page 5: Perpetaan - Poligon Tertutup

BAB III

LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Langkah-langkah dalam pelaksanaan praktikum modul ke-5 Pengukuran Jarak

dan Sudut ”Poligon Tertutup” ini adalah :

1. Siapkan alat-alat yang akan digunakan untuk praktikum, antara lain : ETS,

statif sebanyak 3 buah, reflektor/prisma 2 buah, payung untuk memayungi

alat.

2. Pasang 1 statif dengan mengendorkan ketiga mur yang menempel pada kaki-

kakinya, pasangkan statif untuk ETS pada titik awal yang diketahui

koordinatnya (pada praktikum ini di BM ITB 129 ). 2 statif lainya dipasang

untuk reflektor / prisma. Pasang statif untuk reflektor tersebut pada titik yang

akan dicari koordinatnya ( titik A ) dan satunya lagi pada titik yang sudah

diketahui koordinatnya ( BM ITB 128 )

3. Buka ETS dari tempatnya, kemudiaan pasangkan ETS itu pada statifnya yang

dipasang pada titik yang sudah diketahui koordinatnya ( BM ITB 129 ), dengan

mengencangkan mur yang ada dibawah piringan statif ke kiap ETSh.

4. Sentingkan ETS tersebut pada sentring yang ada di bawah statif sampat pas,

kemudian datarkan Nivo kotak yang ada pada ETS sehingga pos pada tengah-

tengah bundarannya. Caranya adalah naik turunkan kaki statifnya, lihat

sampai nivo bulatan pada nivo tabungnya pas ditengah-tengah.

5. setelah itu jangan lupa datarkan pula Nivo tabungnya, dengan cara

memutarkan mur yang ada pada kiap pada arah yang berlawanan antara satu

mur dengan mur yang lainnya.

6. Setelah sentring sudah pas, nivo kotak dan nivo tabung pada ETS sudah datar

maka kita tinggal mencari target yang akan dibidik ( reflektor )

7. Jangan lupa Kedua reflektor tersebut harus disentringkan terlebih dahulu pada

titik yang ditempatinya. Caranya sama seperti sentring ETS.

8. Setelah ETS dan reflektor sudah siap maka kita sudah bisa melakukan

pengukuran.

Pada pengukuran Pertama ETS berdiri di titik BM ITB 129

9. Setelah ETS dalam keadaan siap dititik BM ITB 129. Bidikkan teropong ke

reflektor yang akan diukur dengan mempergunakan pencari target yang ada

diatas/dibawah teropong, dalam hal ini adalah target dititik ITB 128. Teropong

dalam keadaan bisaa.

10. Sesudah terpong pas mengenai terget maka kuncilah teropong dengan

penguci vertikal dan pengunci horizontal. Lihat apakah tergetnya sudah

terlihat dengan jelas atau belum. Kalau belum maka fokuskan teropongnya.

Dan lihat juga apakah benangnya sudah pas dengan tanda silang yang ada

pada reflektor atau belum.

4

Page 6: Perpetaan - Poligon Tertutup

11. Jika belum paskan benang halus pada target, untuk ke kiri dan ke kanan

dengan menggunakan gerak halus horizontal dan untuk keatas/kebawah

dengan gerak halus vertikal

12. Kalau sudah pas teropong terbidik ke reflektor di titik ITB 128 maka kita

tinggal menekan tombol MEAS dan F1 pada ETS GTS 300 untuk mengukur

sudut dan jaraknya. Ingat arak yang diukur adalah jarak horizontal

(horizontal distant / HD ). Untuk jaraknya ukur sampai 5 kali berturut-turut,

dengan menekan tombol MEAS atau F1 lagi

13. Sesudah dari reflektor pertama yaitu di titik ITB 129 , maka arahkan teropong

ke reflektor dititik A dengan kedudukan bisaa. Bidikkan teropong pas ke target

di titik A, kuncilah semua kunci ketika teropong sudah mengenai target A

14. Apabila belum pas maka paskan teropong ke target dengan gerak halus

vertikal dan gerak halus horizontal. Lihat apakah targetnya sudah terlihat

( fokus ) kalau belum fokus, fokuskan dulu sampai target terlihat denga jelas.

Lalu lihat lagi apakah benang halusnya sudah kelihatan? kalau belum, atur

fokus benang halus sampai kelihatan dengan jelas.

15. Sesudah benang halus berpotongan dengan target, maka kita tinggal

menekan tombol MEAS dan F1 pada ETS GTS 300 untuk mengukur sudut dan

jaraknya. Ingat arak yang diukur adalah jarak horizontal (horizontal distant /

HD ). Untuk jaraknya ukur sampai 5 kali berturut-turut, dengan menekan

tombol MEAS atau F1 lagi. Tandanya jarak telah terukur adalah reflektor

berbunyi tit.

16. Target ITB 128 dan target A telah dibidik dengan keadaan teropong bisaa,

maka sesudah itu ulangi bidik target A tetapi teropongnya dalam keadaan luar

bisaa. Caranya sama seperti langkah 9-15. sesudah target A dengan cara luar

bisaa maka tinggal target C dengan cara luar bisaanya.

17. Pada pengukuran poligon tertutup ini perbedaan sudut pada bacaan bisaa dan

bacaan luar bisaa adalah 10” ( 10 detik ). Apabila diatas 10” maka disarankan

melakukan pengukuran ulang.

Pada pengukuran kedua ETS berdiri di titi kA

18. Sesudah kita melakukan pengukuran pertama dengan kedudukan ETS di titik

ITB 129, maka pada pengukuran kedua ETS dipindahkan ke titik A untuk

membidik target ITB 129 dan titik B dengan kedudukan teropong bisa dan luar

bisaa masing-masing sebanyak 2 kali

19. Supaya cepat yang dipindahkan hanya Statif dan reflktor yang berdiri di target

bidikan pertama saja ( ITB 128 ), sedangkan dititik ITB 129 dan titik A yang

ditukarkan hanya ETS dan reflektornya saja. ETS dari titik ITB 129

dipindahkan ke titik A dan reflektor dari titik A dipindahkan ke titik ITB 129

20. sebelum membidik titik ITB 129 dan titik B pastikan teodolith sudah dalam

keadaan sentring dengan nivo tabung pas pada bulatan dan nivo kotak dalam

keadaan datar

5

Page 7: Perpetaan - Poligon Tertutup

21. Sesudah ETS sentring maka pada waktu kita sudah berdiri di titik A maka

yang pertama kita lakukan adalah membidik target ITB 129.

22. Caranya sama yaitu Bidikkan teropong ke target ITB 129 yang akan diukur

dengan mempergunakan pencari target yang ada diatas/dibawah teropong,

dalam hal ini adalah target titik ITB 129 , teropong dalam keadaan bisaa.

23. Sesudah terpong pas mengenai terget maka kuncilah teropong dengan

penguci vertikal dan pengunci horizontal. Lihat apakah tergetnya sudah

terlihat dengan jelas atau belum. Kalau belum maka fokuskan teropongnya.

Dan lihat juga apakah benangnya sudah kelihatan atau belum ?. Kalau belum

maka fokuskan benang halus dengan fokus benang halus. Lihat juga apakah

benang halusnya sudah pas dengan target atau belum. Kalau belum paskan

kekiri/kekanan dengan gerak halus horizontal dan keatas/kebawah dengan

gerak halus vertikal

24. Kalau sudah pas teropong terbidik ke reflektor di titik ITB 128 maka kita

tinggal menekan tombol MEAS dan F1 pada ETS GTS 300 untuk mengukur

sudut dan jaraknya. Ingat arak yang diukur adalah jarak horizontal

(horizontal distant / HD ). Untuk jaraknya ukur sampai 5 kali berturut-turut,

dengan menekan tombol MEAS atau F1 lagi. Sudutnya diukur 2 kali saja

25. Sesudah target ITB 129 maka bidik target B, caranya bidikkan teropong ke

target B yang akan diukur dengan mempergunakan pencari target yang ada

diatas/dibawah teropong, dalam hal ini adalah target titik B , teropong dalam

keadaan bisaa

26. Sesudah terpong pas mengenai terget maka kuncilah teropong dengan

penguci vertikal dan pengunci horizontal. Lihat apakah tergetnya sudah

terlihat dengan jelas atau belum. Kalau belum maka fokuskan teropongnya.

Dan lihat juga apakah benangnya sudah kelihatan atau belum ?. Kalau belum

maka fokuskan benang halus dengan fokus benang halus. Lihat juga apakah

benang halusnya sudah pas dengan target atau belum. Kalau belum paskan

kekiri/kekanan dengan gerak halus horizontal dan keatas/kebawah dengan

gerak halus vertikal

27. Kalau sudah pas teropong terbidik ke reflektor di titik ITB 128 maka kita

tinggal menekan tombol MEAS dan F1 pada ETS GTS 300 untuk mengukur

sudut dan jaraknya. Ingat arak yang diukur adalah jarak horizontal

(horizontal distant / HD ). Untuk jaraknya ukur sampai 5 kali berturut-turut,

dengan menekan tombol MEAS atau F1 lagi. Sudutnya diukur 2 kali saja

28. Target ITB 129 dan B telah dibidik dengan keadaan teropong bisaa, maka

sesudah itu ulangi bidik target B tetapi teropongnya dalam keadaan luar

bisaa. Caranya sama seperti langkah 20-27. sesudah target B dengan cara

luar bisaa maka tinggal target C dengan cara luar bisaanya.

Untuk Pengukuran ETS nya berdiri di titik B ,C, D dan ITB 128, langkah kerjanya

sama seperti nomor 18 -20

6

Page 8: Perpetaan - Poligon Tertutup

7

Page 9: Perpetaan - Poligon Tertutup

BAB IV

DATA DAN PENGOLAHAN DATA

PENGUKURAN SUDUT MENDATAR

      

   

   

                   

TEM

PA

T

ALA

T

KED

UD

UK

AN

AR

AH

BID

IKA

N

BACAAN SKALA LINGKARAN MENDATAR Sudut ( B )

Sudut rata-rataI II Rata-rata Sudut ( LB )

(- -' -.-'') (- -' -.-'') (- -' -.-'') (- -' -.-'') (- -' -.-'')

1 2 3 4 5 6 7 8

                 

    B 128 276 43 45 276 43 45 276 43 45

129B A 349 37 11 349 37 11 349 37 11 72 53 26

72 53 27LB A 169 37 13 169 37 12 169 37 13 72 53 28

    LB 128 96 43 45 96 43 44 96 43 45                 

    B 129 270 57 41 270 57 40 270 57 41

AB B 01 30 15 01 30 15 01 30 15 90 32 34

90 32 34.5LB B 181 30 23 181 30 24 181 30 24 90 32 35

    LB 129 90 57 49 90 57 48 90 57 49                 

    B A 95 57 13 95 57 13 95 57 13

BB C 302 08 08 302 08 07 302 08 08 206 10 55

206 10 55.5LB C 122 08 05 122 08 05 122 08 05 206 10 56

    LB A 275 57 09 275 57 09 275 57 09         B B 264 22 41 264 22 41 264 22 41

CB D 337 20 46 337 20 46 337 20 46 72 58 05

72 58 4.5LB D 157 20 50 157 20 46 157 20 48 72 58 04

    LB B 84 22 43 84 22 44 84 22 44                 

    B C 194 13 34 194 13 34 194 13 34

DB 128 305 58 10 305 58 10 305 58 10 111 44 36

111 44 35.5LB 128 125 58 14 125 58 13 125 58 14 111 44 35

    LB C 14 13 39 14 13 39 14 13 39         B D 176 43 06 176 43 05 176 43 05

128B 129 342 23 03 342 23 03 342 23 03 165 39 57

165 39 56.5LB 129 162 23 07 162 23 07 162 23 07 165 39 56

    LB D 356 43 11 356 43 11 356 43 11

8

Page 10: Perpetaan - Poligon Tertutup

2. Pengolahan Data

Besar jarak dari pengukuran

jarak (m) 128 - 129 129 - A A - B B - C C - D D - 128

ukur ke 1 60.624 60.289 45.300 78.653 39.556 75.317ukur ke 2 60.623 60.290 45.300 78.652 39.556 75.317ukur ke 3 60.623 60.290 45.300 78.652 39.556 75.317ukur ke 4 60.622 60.291 45.300 78.653 39.556 75.318ukur ke 5 60.624 60.291 45.300 78.653 39.556 75.318jumlah 303.116 301.451 226.500 393.263 197.78 376.587rata-rata 60.623 60.290 45.300 78.653 39.556 75.317

Koordinat BM yang sudah diketahui

koordinat X ( meter ) Y ( meter )

ITB 128 788524.480 9237639.383

ITB 129 788464.538 9237630.334

Menghitung besarnya sudut jurusan awal dan akhir

α128-129 = arc tan [( X129 – X128) : (Y129 – Y128)] + Kw

= arc tan [( 788464.538 – 788524.480) : (9237630.334 – 9237639.383)] + Kw

= arc tan [( -59.942 ) : ( -9.049 )] + 180 o

= 81o 24’ 55.09’’ + 180 o

= 261o 24’ 55.09”

α awal = α akhir = α 128-129 = 261o 24’ 55.09”

Menghitung besarnya koreksi sudut

fB = ( αakhir - αawal ) - Σβ + (n-2).180o

= ( 0 o 0’ 0’’ ) – ( 72o 53’ 27” + 90o 32’ 34.5” + 206o 10’ 55.5” + 111o 44’

35.5” + 72o 58’ 4.5 + 165 39’ 56.5” ) + (6-2).180 o

= -( 719o 59’ 33.5” ) + 720 o

fB = 0 o 0’ 26.5”

Menghitung besarnya Koreksi Sudut sebenarnya

f'βB = fB /n

= (0 o 0’ 26.5” ) / 6

f'βB = 0o 0’ 4.42”

Menghitung besarnya koreksi sudut yang akan digunakan

4.4a + 4.5b = 26.5 …… ( 1 )

a + b = 6 ….. ( 2 )

9

Page 11: Perpetaan - Poligon Tertutup

dari 1 dan 2 didapat :

a = 5 dan b = 1

koreksi yang digunakan = 4.4’’ untuk 5 sudut

4.5’’ untuk 1 sudut

Jumlah =26.5”

Menghitung besarnya Sudut sebenarnya

β'129 = β129 + f’ βB = 72o 53’ 27’’ + 0o 0’ 4.4’’ = 72o 53’ 31.4’’

β'A = βA + f’ βB = 90o 32’ 34.5’’ + 0o 0’ 4.4’’ = 90o 32’ 38.9’’

β'B = βB + f’ βB = 206o 10’ 55.5’’ + 0o 0’ 4.4’’ = 206o 10’ 59.9’’

β'C = βC + f’ βB = 72o 58’ 04.5’’ + 0o 0’ 4.4’’ = 72o 58’ 08.9’’

β'D = βD + f’ βB = 111o 44’ 35.5’’ + 0o 0’ 4.4’’ = 111o 44’ 39.9’’

β'128= β128 + f’ βB = 165o 39’ 56.5’’ + 0o 0’ 4.4’’ = 165o 40’ 01’’

Menghitung sudut jurusan sisi polygon

α128-129 = arc tan [( X129 – X128) : (Y129 – Y128)] + Kw

= arc tan [( 788464.538 – 788524.480) : (9237630.334 – 9237639.383)] + Kw

= arc tan [( -59.942 ) : ( -9.049 )] + 180 o

= 81o 24’ 55.09’’ + 180 o

= 261o 24’ 55.09”

α129-A = α128-129 + β'129 - 180o

= 261o 24’ 55.09” + 72o 53’ 31.4’’ - 180o

= 154o 18’ 26.4”

αAB = α129-A + β'A - 180o

= 154o 18’ 26.4” + 90o 32’ 38.9’’ - 180o

= 64o 51’ 5.39”

αBC = αAB + β'B - 180o

= 64o 51’ 5.39” + 206o 10’ 59.9’’ - 180o

= 91o 02’ 5.29”

αCD = αBC + β'C - 180o

= 91o 02’ 5.29” + 72o 58’ 08.9’’ - 180o

= 344o 00’ 14.9”

αD-128 = αCD + β'D - 180o

= 344o 00’ 14.9” + 111o 44’ 40’’ - 180o

= 275o 44’ 54.9”

α128-129 = αD-128 + β'128 - 180o

= 275o 44’ 54.9” + 165o 40’ 01’’ - 180o

= 261o 24’ 55.09”

10

Page 12: Perpetaan - Poligon Tertutup

Menghitung selisih absis dan ordinat

ΔX = d sin α ΔY = d cos α

ΔX128 -129 = d128 -129 x sin α128 -129

= 60.623 x sin 261o 24’

= -59.944 m

ΔY128 -129 = d128 -129 x cos α128 -129

= 60.657 x cos 261o 24’

= -9.054 m

ΔX129-A = d129-A x sin α129-A

= 60.290 x sin 154o 18’ 26.4”

= 26.138 m

ΔY129-A = d129-A x cos α129-A

= 60.290 x cos 154o 18’ 26.4”

= -54.329 m

ΔXAB = dAB x sin αAB

= 45.300 x sin 64o 51’ 5.39”

= 41.006 m

ΔYAB = dAB x cos αAB

= 45.300 x cos 64o 51’ 5.39”

= 19.251 m

ΔXBC = dBC x sin αBC

= 78.653 x sin 91o 02’ 5.29”

= 78.640 m

ΔYBC = dBC x sin αBC

= 78.688 x cos 91o 02’ 5.29”

= -1.421 m

ΔXCD = dCD x sin αCD

= 39.556 x sin 344o 00’ 14.9”

= -10.900 m

ΔYCD = dCD x sin αCD

= 39.556 x cos 344o 00’ 14.9”

= -38.024 m

ΔXD-128 = dD-128 x sin αD-128

= 75.317 x sin 75o 44’ 54.9”

= -74.938 m

ΔYD-128 = dD-128 x cos αD-128

= 75.317 x sin 75o 44’ 54.9”

= 7.544 m

Σd sin α = 0.002 m Σd cos α = 0.015 m

Menghitung koreksi absis dan koreksi ordinat

Koreksi Absis Koreksi ordinat

α akhir - α awal - = Σd sin α + fx

fx = ( Xakhir – Xawal ) – ( Σd sin α )

= ( 0 ) – ( 0.002 )

= - 0.002 m

α akhir - α awal = Σd cos α + fx

fY = (Yakhir – Yawal) – ( Σd cos α )

= ( 0 ) – ( 0.015 )

= -0.015 m

Menghitung koreksi absis dan ordinat yang benar

Absis ( X ) Ordinat ( Y )

ΔX128-129 = ΔX 128-129 + [( d128-129 / Σd ) x fx]

= -59.944+[(60.671/305.353)x (-

0.002)]

= -59.944 - 0.0004

ΔY128-129 = ΔX 128-129 + [( d128-129 / Σd ) x fy]

= -9.054 +[(60.671/305.353)x (-

0.015)]

= -9.054 – 0.003

11

Page 13: Perpetaan - Poligon Tertutup

= -59.945 m = -9.057 m

ΔX129-A = ΔX129-A + [( d129-A / Σd ) x fx]

= 26.138 + [(75.317/376.585)x (-

0.002)]

= 26.138 - 0.0004

= 26.138 m

ΔY129-A = ΔX129-A + [( d129-A / Σd ) x fy]

= -54.329 +[(75.317/376.585)x (-

0.015)]

= -54.329 - 0.003

= -54.332 m

ΔXAB = ΔXAB + [( dAB / Σd ) x fx]

= 41.006 +[(39.556/197.780)x (-

0.002)]

= 41.006 - 0.0002

= 41.005 m

ΔYAB = ΔXAB + [( dAB / Σd ) x fy]

= 19.251 +[(39.556/197.780)x (-

0.015)]

= 19.251 – 0.0015

= 19.251 m

ΔXBc = ΔXBC + [( dBC / Σd ) x fx]

= 78.640 + [(78.688/393.441)x (-

0.002)]

= 78.640 - 0.0004

= 78.639 m

ΔYBc = ΔXBC + [( dBC / Σd ) x fy]

= -1.421 + [(78.688/393.441)x (-

0.015)]

= -1.421 - 0.003

= -1.424 m

ΔXCD = ΔXCD + [( dCD / Σd ) x fx]

= -10.900 + [(45.3/226.5)x (-

0.002)]

= -10.900 - 0.0002

= -10.900 m

ΔYCD = ΔXCD + [( dCD / Σd ) x fy]

= 38.024 + [(45.3/226.5)x (-

0.015)]

= 38.024 + 0.003

= 38.021 m

ΔXD-128 = ΔXD-128 + [( dD-128 / Σd ) x fx]

= -74.938 + [(60.29/301.451)x (-

0.002)]

= -74.938 - 0.0004

= -74.939 m

ΔYD-128 = ΔXD-128 + [( dD-128 / Σd ) x fy]

= 7.544 + [(60.29/301.451)x (-

0.015)]

= 7.544 - 0.003

= 7.541 m

Menghitung besarnya koordinat

Titik Absis ( x ) meter Ordinat ( y ) meter

ITB 128 788524.480 9237639.383

ITB 129 ITB 128 + ΔX128-129 788464.535 ITB 128 + ΔY128-129 9237630.326

A X ITB129 + Δ129-A 788490.673 Y ITB129 + ΔY129-A 9237575.994

B XA + ΔXAB 788531.679 YA + ΔYAB 9237595.245

C XB + ΔXBC 788610.318 YB + ΔYBC 9237593.821

D XC + ΔXCD 788599.418 YC + ΔYCD 9237631.842

ITB 128 XD + ΔXD-128 788524.480 YD + ΔYD-128 9237639.383

Menghitung luas bidang poligon yang terbentukInput Koordinat Awal

x y

12

Page 14: Perpetaan - Poligon Tertutup

x1,y1 788464.535 9237630.326

x2,y2 788490.673 9237575.994

x3,y3 788531.679 9237595.245

x4,y4 788610.318 9237593.821

x5,y5 788599.418 9237631.842

x6,y6 788524.480 9237639.383

hitungan luas 1

meter meter m2

x1*y2 788464.535 * 9237575.994 = 7283501060636.370x2*y3 788490.673 * 9237595.245 = 7283757691631.650x3*y4 788531.679 * 9237593.821 = 7284135365593.160x4*y5 788610.318 * 9237631.842 = 7284891784486.550x5*y6 788599.418 * 9237639.383 = 7284797041127.680x6*y1 788524.480 * 9237630.326 = 7284097649241.380

jumlah 1 = 43705180592716.800 hitungan luas 2

meter meter m2

x2*y1 788490.673 * 9237630.326 = 7283785352672.950

x3*y2 788531.679 * 9237575.994 = 7284121308438.920

x4*y3 788610.318 * 9237595.245 = 7284862923714.740

x5*y4 788599.418 * 9237593.821 = 7284761110961.000

x6*y5 788524.480 * 9237631.842 = 7284098844644.490

x1*y6 788464.535 * 9237639.383 = 7283551040614.780

jumlah 2 = 43705180581046.900

Luas polygon

Luas = 0.5 x ( jumlah 1 – jumlah 2 )

= 0.5 x ( 43705180592716.800 - 43705180581046.900) m2

= 0.5 x ( 11673.219 ) m2

= 5836.609 m2

13

Page 15: Perpetaan - Poligon Tertutup

BAB V

ANALISIS

Indra Gumilar

15103026

Pada pengukuran sudut yang dilakukan di ITB 129 membidik ke arah target

ITB 128 dan titik A didapat sudut α dari pengukuran bisaa sebesar 72o 53’ 26’’ dan

pengukuran luar bisaanya sebesar 72o 53’ 28’’. Disini terdapat perbedaan antara

sudut yang diukur dengan pengukuran bisaa dan sudut yang diukur dengan

pengukuran luar bisaa sebesar 2’’ ( 2 detik ). Sedangkan Pada pengukuran dititik A

(ETS berdiri di titik A) membidik kearah target ITB 129 dan target B didapat sudut α

dari pengukuran bisaa sebesar 90o 32’ 34’’ dan pengukuran luar bisaanya sebesar

90o 32’ 35’’. Disini terdapat perbedaan antara sudut yang diukur dengan

pengukuran bisaa dan sudut yang diukur dengan pengukuran luar bisaa yang

berdiri titik A sebesar 3’’ ( 3 detik ). Begitu pula dengan pengukuran dititik B, C, D

dan ITB 128, selisih antara pengukuran bisaa dan luar bisaanya masing adalah 1’’,

1’’, 1’’, dan 1’’. Pada pengukuran poligon ini selisih sudut antara bisaa dan luar

bisaanya berkisar antara 1’’ sampai 4”, selisih ini masih ditolelir karena batas

maksimum selisih antara pengukuran bisaa dan pengukuran luar bisaa pada poligon

tertutup ini adala sebesar 10’’ ( 10 detik ).

Selilih pengukuran sudut bisaa dan luar biasa yang berkisar antara 1’’

sampai 4” ini mungkin disebabkan karena pada pengukuran luar bisaanya benang

halus pada teropong tidak tepat menyilang pada benang yang ada pada reflektor.

Hal ini dapat diatasi degan cara mengepaskan benang halus teropong ke target

pada reflektor dengan sangat halus sekali.

Langkah selanjutnya setelah sudut-sudut yang diukurnya sudah didapat

adalah mencari besarnya koreksi sudut. Koreksi sudut yang kami dapat adalah

sebesar 00o 00’ 26.5’’, sedangkan untuk koreksi sudut sebenarnya adalah 00o 00’

26.5’’ dibagi dengan banyaknya tempat alat berdiri yaitu dalam hal ini 6 kali. Maka

didapat koreksi sudut sebenarnya adalah sebesar 00o 00’ 4.42’’. Untuk koreksi

sudut ini mungkin sudah cukup wajar, karena masih dalam satuan detik (‘’) dan

dibawah 10’’

Langkah-langkah selanjutnya adalah menghitung selisih absis dan ordinat,

menghitung selisih absis dan ordinaat sebenarnya, baru sampai kepada

menghitung koordinat titik yang dicari dalam hal ini adalah tiik A,B,C,D.

Setelah seperti diatas, maka kami sampai kepada perhitungan koordinat titik

A. Perhitungan untuk absisnya adalah X129 = X128 + besarnya koreksi absis. Disini

didapat besarnya X129 dari titik ITB 128 yaitu sebesar 788464.673 m. Dan untuk

perhitungan ordinatnya adalah Y129 = Y128 + besarnya koreksi ordinat disini didapat

besarnya Y129 dari titik ITB 128 yaitu sebesar 9237630.326 m. Dari koordinat titik A

Kita bisa mencari koordinat titik B, dari titik B kita mencari koordinat titik C, dari

14

Page 16: Perpetaan - Poligon Tertutup

titik C kita mencari koordinat titik D, dari D kita mencari koordinat titik ITB 128, dan

dari titik ITB 128 kita kembali mencari koordinaat titik ITB 129. Titik ITB 129 yang

dihitung dari koordinat A,B,C,D, dan koordinat ITB 128 harus sama dengan

koordinat ITB 129 refernsi, yang sudah ada.

Tetapi titik ITB 128-nya tidak mesti sama dengan referensi, asalkan titik awal

dan akhirnya menutup. Pada praktikum ini titik ITB 128 hasil hitungan dengan

referensi berbeda sedikit. Untuk absisnya berbeda 2 mm dan untuk ordinatnya

berbeda 8 mm. Hal ini dapat terjadi dikarenakan jarak antara satu titik yang akan

dicari dengan titik yang akan dicari yang lainnya berjauhan. Tetapi pengukuran

poligon ini sudah benar, karena koordinat awal da akhirnya ( ITB 129 ) menutup

kembali, hasil hitungan ITB 129 dengan referensi sama.

Setelah didapat koordinat A,B,C,D, dan titik ITB 128 maka pengolahan data

telah selesai, dan perlu ditegaskan kembali pada pengukuran polgon tertutup ini

selisih antara pengukuran sudut biasa dan luar biasanya tidak boleh lebih dari 10’’,

dan pada hitungan koordinatnya titik awal dan ttik akhirnya (dalam hal ini ITB 129)

harus menutup ( hasil hitungan dengan referensi sama ). Kelompok kami telah

memenuhi persyaratan diatas, maka pengolahan data telah selesai.

15

Page 17: Perpetaan - Poligon Tertutup

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Poligon digunakan untuk menentukan koordinat banyak titik koordinat –

koordinat lain yang ingin diketahui posisinya. Seringkali dalam setiap kegiatan

survey pengukuran yang kita lakukan itu target yang ingin kita ukur tidak terlihat

secara langsung dari tempat pengukuran/tempaty alat berdiri. Oleh sebab itu maka

untuk mengatasi masalah itu ada yang disebut dengan poligon. Inti / prinsip dari

poligon ini adalah poligon dapat digunakan sebagai titik bantu untuk dapat

menentukan koordinat titik lainnya yang ingin kita ketahui.

Dalam pemakaian poligon kita tidak boleh asal, poligon yang baik itu adalah

poligon yang sedikit titiknya tetapi mampu menjangkau area yang akan kita ukur

daerahnya. Alangkah baiknya apabia sebelum turun kelapangan membuat poligon

kita membuat sketsanya terlebih dahulu, daerah mana-mana saja yang akan kita

buat poligonnya, poligon tersebut harus efektif artinya dengan titik yang sedikit,

mampu menjangkau areaa yang ingin kita petakan. Poligon yang baik bisaanya

sudut-sudut dalamnya membentuk sudut lancip ( <90o )

Diusahakan apabila pengukurannya tidaak satu hari beres, maka titik yang

terakhir diukur itu harus tetap ada, tidak boleh hilang. Kalau hilang, pengukuran

poligon harus diulang kembali dari awal. Titiknya diusahakan dibuat dari bahan

yang tidaak mudah hilang, seperti paku yang ditancapkan.

Kita juga harus bertindak dengan teliti, terutama dalam sentring alat, karena

apabila kita tidak teliti dan malah buru - buru dan alat tidak senting maka secara

otomatis posisi dari suatu titik yang akan kita bidik dan yang akan kita tentukan

koordinatnya itu akan bergeser. Maka disana kita dianggap telah melakukan suatu

kesalahan. Dalam setiap pengukuran baik pengukuran poligon, pengukuran beda

tinggi, yang harus diperhatikan dengan seksama itu adalah alatnya ( Sudah berdiri

dengan benar atau belum / sentring )

Yang paling penting agar survey kita berjalan dengan lancar tanpa kendala

yang berarti adalah kita harus mengenal dan mengerti penggunaan serta prinsip

dari alat tersebut. Serta mengetahui apa yang mau kita lakukan dengan alat itu.

16

Page 18: Perpetaan - Poligon Tertutup

DAFTAR PUSTAKA

Evett, B Jack .“Surveying”Univercity Of North Carolina at Charlotte.

Frick, Heize, “Ilmu dan Alat Ukur tanah” Jakarta : Swadaya

Kissam, Philip dan Hill, Graw ”Surveying Practice”, Book Company.

Rais, Jacub. ”Ilmu Ukur Tanah” Diktat Kuliah.

Wongsotjintro, Soetomo. ”Ilmu Ukur Tanah”. Jakarta : Swadaya 1978.

17


Top Related