Download - PERKEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA PADA ERA …
1
PERKEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA PADA ERA PANDEMI
COVID 19
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Program Studi Ekonomi Pembangunan
Oleh:
Nama: PUTRI RAMADANI SIAGIAN
NPM : 1605180037
Program Studi: Ekonomi Pembangunan
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
i
Lembaran Ini Kupersembahkan khusus untuk kedua orang tuaku (Ayah dan Ibu) tersayang
Doa Untuk Ayah dan Ibu
Artinya: “Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orang tuaku (Ibu dan Bapakku),
dan sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”
Puisi: Arti Sebuah Nama (Untuk Ayah dan Ibu)
Ibu,Ayah…..
Tempatku berkeluh kesah
Tempatku bersandar saat ku letih
Tempat ku mengadu kesakitan
Kau slalu ada di setiap inginku
Ibu…
Ayah…
Kini saatnya ku angkat derajatmu
Ku hapus peluhmu
Kumaniskan senyummu
Ku banggakan atas kasih dan sayangmu
Ibu….
Ayah…
Terima kasih
Atas segala perhatian dan kasih sayangmu
Yang tulus ikhlas untuk kami anak mu
Aku selalu menyayangimu
Sekarang nanti dan selamanya.
I Love You Ayah dan Ibu
ii
ABSTRAK
PUTRI RAMADANI SIAGIAN (1605180037)
PERKEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA PADA ERA PANDEMI
COVID-19
Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai
salah satu sumber pendapatan daerah.Program pengembangan dan pendayagunaan
sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi pembangunan ekonomi.Sektor pariwisata memiliki peran penting
sebagai sumber penerimaan devisa , serta dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
nasional. Pariwisata Indonesia mengandalkan beberapa daerah sebagai daerah
tujuan utama wisata, misalnya Bali dan Yogyakarta, untuk menarik minat
wisatawan nusantara dan atau wisatawan mancanegara. Kegiatan pariwisata
menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun investasi dan akan menimbulkan
produksi barang dan jasa. Pandemi Covid-19 berdampak terhadap semua industri
di Indonesia bahkan dunia, termasuk industri pariwisata. Dampak Covid-19
terhadap pariwisata sangat banyak karena industri pariwisata di Indonesia
mempunyai keterkaitan dengan industri yang lain yaitu perhotelan, tranportasi,
usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terutama yang menghasilkan condera
mata dan kuliner, restoran, biro perjalanan wisata dan pemandu wisata.penelitian
ini mengkaji perkembangan periwisata diindonesia pada era pandemic covid-19
berdasarkan Data Panel.penelitian ini menggunakan model persamaan simultan
yang diestimasi dengan OLS (Ordinary Least Square). Hasil menunjukkan sector
pariwisata berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.Sedangkan
perkembanga sektor pariwisata di era pandemic covid mengalami penurunan
seperti tingkat hunian hotel,sarana/transpotasi dan pertumbuhan ekonomi.
Kata Kunci: Sektor Pariwisata, Pertumbuhan ekonomi, Produk Domestik
Regional Bruto, Jumlah wisatawan mancanegara/domestic dan tingkat hunian
hotel, OLS (Ordinary Least Square).
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberi kesehatan, kesabaran, serta kekuatan kepada penulis. Tak lupa Shalawat
bernadakan salam kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita
ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsinya yang berjudul: “Perkembangan Pariwisata Indonesia
pada Era Pandemi Covid-19 ”, yang diajukan untuk melengkapi tugas dan syarat
menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ekonomi
Pembangunan di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Terwujudnya skripsi ini tak lepas dari dukungan berbagai pihak yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tugasnya, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan segala kerendahan hati
kepada:
1. Kedua orang tua, ayahanda Yusuf Siagian dan ibunda Ummi Kalsum
Harahap yang sangat saya sayangi dan saya cintai, yang tidak pernah lelah
dalam mendidik dan memberi cinta yang tulus dan iklas kepada penulis
semenjak kecil. Terima kasih atas curahan kasih sayang, dorongan doa,
nasihat, motivasi, dan pengorbanan materilnya.
2. Seluruh keluarga yang telah memberi dukungan dan semangatnya kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
iv
3. Bapak Dr. H. Agussani, M.AP, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.
4. Bapak H. Januri, S.E., M.M., M.Si., Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
5. Ibu Dr. Prawidya Hariani RS, Selaku Ketua Jurusan Prodi Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara, dan selaku pembimbing saya yang telah banyak
memberikan bimbingan/arahan/masukan serta kritikan kepada penulis
sehingga terwujudnya skripsi ini.
6. Ibu Roswita Hafni M.Si., Selaku Sekretaris Jurusan Prodi Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.
7. Ibu Dr. Prawidya Hariani RS,Selaku dosen Pembimbing saya yang telah
banyak bimbingan/arahan/ masukan serta kritikan kepada penulis sehingga
terwujudnya sripsi ini
8. Seluruh dosen mata kuliah Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
9. Seluruh Staf Biro Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya prodi Ekonomi
pembangunan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
10. Kepada teman dekat saya Muhammad Gambir Siregar yang telah banyak
membantu, serta selalu memberikan nasehat, dukungan, dan semangat
kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Kepada sahabat-sahabat saya (Reka, Sucy, Aura,) yang telah memberikan
semangat dan dukungan kepada saya.
v
12. Kepada seluruh teman-teman dari Ekonomi Pembangunan yang tidak bisa
saya sebutkan satu-persatu yang telah memberi dukungan dan semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak
dalam menerapkan ilmu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan dan apabila dalam penulisan terdapat kata-kata
yang kurang berkenan penulis mengharapkan maaf yang sebesar-besarnya,
semoga Allah SWT senantiasa meridhoi kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Medan, 07 Oktober 2020
Penulis
Putri Ramadani Siagian
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................................... 21
1.3 Batasan Masalah ......................................................................................... 22
1.4 Rumusan Masalah ........................................................................................ 22
1.5 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 23
1.6 Manfaat Penilitian ....................................................................................... 23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 25
2.1 Landasan Teoritis ......................................................................................... 25
2.1.1 Definisi Pariwisata............................................................................. 25
2.1.2 Wisatawan ......................................................................................... 26
2.2. Pertumbuhan Ekonomi ................................................................................ 27
2.3 Model klasik dari Adam Smith Dan Malthus .............................................. 29
2.4 Pertumbuhan Ekonomi Melalui Akumulasi Model Neoklasik ................... 30
2.5 Asumsi-asumsi Dasar ................................................................................... 30
2.6 Teori Pertumbuhan Solow dan Swan ........................................................... 32
2.7 Teori Pertumbuhan Harrod Domar ............................................................. 36
2.8 Teori Pertumbuhan Endogen ....................................................................... 40
vii
2.9 Peneliti Terdahulu ........................................................................................ 41
2.10 Kerangka Konseptual ................................................................................ 42
2.11. Pengembangan Hipotesis dan Model Analisis .......................................... 44
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 45
3.1 Pendekatan Penelitian .................................................................................. 45
3.2 Definisi Operasional .................................................................................... 46
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 47
3.4 Jenis dan Sumber Data ................................................................................. 47
3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 48
3.6 Model Estimasi ............................................................................................ 48
3.7 Metode Estimasi ........................................................................................... 49
3.8 Tahapan Analisis .......................................................................................... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 59
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................ 59
4.1.1 Pariwisata .................................................................................................. 59
4.2 Perkembangan Pariwisata Provinsi Bali April 20206 ................................. 60
4.3 Perkembangan Pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta ....................... 66
4.3.1 Kontribusi Ekonomi Pariwisata ................................................................ 75
4.4 Kontribusi Tidak Langsung dan Kontribusi Terinduksi .............................. 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 83
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 83
5.2 Saran ........................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 85
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 .1 Kedatangan Wisman Langsung ke Bali Menurut
Pintu Masuk April 2019, Maret 2020 dan April 2020 ................... 7
Tabel 1.2 Kedatangan Wisman Langsung ke Bali Menurut
Pintu Masuk dan Kebangsaan Februari 2019-Januari 2020 ........... 8
Tabel 1. 3 Kedatangan Wisman Menurut 10 Negara Utama Asal
Wisman Januari – April 2019 dan Januari – April 20209 .............. 6
Tabel 1.4 TPK Menurut Klasifikasi Bintang di Bali Maret dan April 2020 .. 11
Tabel 1.5 Rata-Rata Lama Menginap Tamu Asing dan Indonesia pada
Hotel Berbintang di Bali Menurut Kabupaten/Kota Maret
dan April 2019 – 2020 .................................................................... 12
Tabel 1.7 Jumlah Wisatawan Mancanegara Melalui Pintu Masuk Bandara
Adisucipto Menurut Kebangsaan ................................................... 14
Tabel 1.8 TPK Hotel Bintang Daerah Istimewa Yogyakarta ........................ 15
Tabel 1.9 Rata-Rata Lama Menginap Tamu Asing dan Indonesia
Hotel Bintang.................................................................................. 16
Tabel 1.10 Jumlah Tamu Menginap Asing dan Indonesia Hotel Bintang ...... 17
Tabel 1.11 Jumlah Penumpang Angkutan Udara ............................................. 20
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 41
Tabel 3.1 Definisi Operasional ....................................................................... 46
Tabel 4 .1 Kedatangan Wisman Langsung ke Bali Menurut Pintu Masuk
April 2019, Maret 2020 dan April 2020 ......................................... 61
Tabel 4.2 Kedatangan Wisman Langsung ke Bali Menurut Pintu Masuk
dan Kebangsaan Februari 2019-Januari 2020 ................................ 61
ix
Tabel 4. 3 Kedatangan Wisman Menurut 10 Negara Utama Asal
Wisman Januari – April 2019 dan Januari – April 2020 ................ 63
Tabel 4.4 TPK Menurut Klasifikasi Bintang di Bali Maret dan April 2020 .. 64
Tabel 4.5 Rata-Rata Lama Menginap Tamu Asing dan Indonesia pada Hotel
Berbintang di Bali Menurut Kabupaten/Kota Maret
dan April 2019 – 2020 .................................................................... 65
Tabel 4.6 Jumlah Wisatawan Mancanegara Melalui Pintu Masuk Bandara
Adisucipto Menurut Kebangsaan ................................................... 68
Tabel 4.7 TPK Hotel Bintang Daerah Istimewa Yogyakarta ......................... 69
Tabel 4.8 Rata-Rata Lama Menginap Tamu Asing dan Indonesia
Hotel Bintang.................................................................................. 70
Tabel 4.9 Jumlah Tamu Menginap Asing dan Indonesia Hotel Bintang ....... 71
Tabel 4.10 Jumlah Penumpang Angkutan Udara ............................................. 74
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Fungsi Produksi ............................................................................. 34
Gambar 2.2 Tahap Penelitian ............................................................................. 43
Gambar 2.3. Kerangka Konseptual Penelitian ................................................... 44
11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap bangsa berusaha untuk menjadi bangsa maju dan sejahtera seperti
bangsa Indonesia. Usaha ini harus didukung oleh pembangunan, setiap negara
selalu berusaha agar mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam setiap
kebijakan pembangunannya guna mengejar ketertinggalannya dengan negara-
negara lain.
Pembangunan sendiri merupakan suatu proses perubahan menuju arah
yang lebih baik dan terus menerus dilakukan untuk mencapai tujuan yakni
mewujudkan masyarakat indonesia yang berkeadilan, berdaya saing, maju yang
pada akhirnya adalah kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
Untuk mencapai kesejahteraan masyarakat itu sendiri, pembangunan
nasional menjadi salah satu indikator menuju perubahan ke arah lebih baik,
pembangunan nasional harus diarahkan sedemikian rupa sehingga setiap langkah
yang diambil semakin mendekati tujuan. Oleh karena itu, salah satu keberhasilan
dari pembangunan nasional adalah menerunkan tingkat kemiskinan.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Permasalahan standar hidup yang rendah berkaitan
pula dengan pendapatan yang rendah, perumahan yang kurang layak, pelayanan
kesehatan yang buruk, dan tingkat pendidikan masyarakat yang rendah, serta
meningkatnya angka pengangguran baik local, nasional dan Global.
12
Pada era pandemik covid 19 ini, masyarakat sangat terancam dengan
kesehatannya. Berbagai upaya dilakukan oleh masyarakat diantaranya dengan
cara rajin cuci tangan, menggunakan masker jika keluar rumah, bekerja dari
rumah, menunda bepergian jika tidak mendesak, dan jaga jarak dengan orang
lain.
Para peneliti di Institute of Virology di Wuhan telah melakukan
analisis metagenomics untuk mengidentifikasi virus corona baru sebagai etiologi
potensial. Mereka menyebutnya novel coronavirus 2019(nCoV-2019)
Selanjutnya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC)
menyebut virus corona sebagai 2019 novel coronavirus (2019-nCoV) dan
sekarang penyakitnya populer dengan istilah coronavirus disease-19 (COVID-
19). (http://www.detikinet.com)
COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah penyakit yang disebabkan
oleh jenis coronavirus baru yaitu Sars-CoV-2, yang dilaporkan pertama kali di
Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019.COVID-19 adalah penyakit
yang menginfeksi saluran pernapasan manusia, dan dapat menyerang siapapun
dalam segala jenis usia. Virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan
berat, seperti pneumonia, Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Di Wuhan, gejala awal mulai bermunculan tiga pekan sebelumnya pada
tanggal 8 Desember 2019. Pasar ditutup tanggal 1 Januari 2020 dan orang-orang
yang mengalami gejala serupa dikarantina. Kurang lebih 700 orang yang terlibat
kontak dengan terduga pengidap, termasuk lebih dari 400 pekerja rumah sakit,
menjalani karantina. Seiring berkembangnya pengujian PCR khusus untuk
13
mendeteksi infeksi, 41 orang di Wuhan diketahui mengidap virus korona SARS-
CoV-2,
Pada 11 Maret 2020 lalu, World Health Organization (WHO) sudah
mengumumkan status pandemi global untuk penyakit virus corona 2019 atau yang
juga disebut corona virus disease 2019 (COVID-19). Dalam istilah kesehatan,
pandemi berarti terjadinya wabah suatu penyakit yang menyerang banyak korban,
serempak di berbagai negara.Sementara dalam kasus COVID-19, badan kesehatan
dunia WHO menetapkan penyakit ini sebagai pandemi karena seluruh warga
dunia berpotensi terkena infeksi penyakit COVID-19.
(https://www.detikinet.com)
COVID-19 tersebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia dengan jumlah kasus
yang terus bertambah dan penyebaran yang semakin luas. Per tanggal 15 April,
jumlah kasus COVID-19 di Indonesia sudah mencapai lebih dari 5.000 kasus.
Pandemi ini berpotensi menyebabkan kontraksi pada hampir seluruh sektor
perekonomian.Sekretaris Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Sekretaris
Utama Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ni Wayan Giri Adnyani,
menyatakan pandemic Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) telah menimbulkan
dampak yang signifikan kepada seluruh aspek perekonomian, termasuk pariwisa
Perkembangan Pariwisata di Indonesia
Pusat Statistik (BPS) mencatat kunjungan wisatawan mancanegara
(wisman) yang datang ke Tanah Air pada awal tahun 2020 mengalami
penurunan. Selama Januari 2020, kunjungan wisman mencapai sebanyak 1,27
juta kunjungan. Angka ini merosot 7,62 persen bila dibandingkan jumlah
kunjungan turis asing pada Desember 2019 sebanyak 1,37 juta kunjungan.
14
Penurunan jumlah kunjungan turis asing ini utamanya disebabkan oleh
mewabahnya Covid-19 yang terjadi pada pekan terakhir Januari 2020.
Merosotnya kunjungan turis asing ke Indonesia itu terlihat juga dari data
wisman yang datang melalui pintu masuk udara (bandara). Jika dibandingkan
dengan kunjungan pada Desember 2019, jumlah kunjungan wisman ke
Indonesia melalui pintu masuk udara pada Januari 2020 mengalami
penurunan sebesar 5,01 persen.
BPS (Badan Pusat Statistic)
Gambar 4.1 Perkembangan Pariwisata Januari 2020
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada
Januari 2020 mencapai rata-rata 49,17 persen atau turun 2,30 poin dibandingkan
dengan TPK Januari 2019 yang tercatat sebesar 51,47 persen. Begitu pula, jika
dibanding TPK Desember 2019, TPK hotel klasifikasi bintang pada Januari 2020
mengalami penurunan sebesar 10,22 poin. Rata-rata lama menginap tamu asing
dan Indonesia pada hotel klasifikasi bintang selama Januari 2020 tercatat sebesar
15
1,88 hari, terjadi penurunan sebesar 0,17 poin jika dibandingkan keadaan Januari
2019.
Gambar 4.1 Kedatangan Wisma Mancanegara Januari 2020 Menurut Kebangsaan
(%)
Industri pariwisata dihadapkan pada penurunan yang besar dari kedatangan
wisatawan mancanegara dengan pembatalan besar-besaran dan penurunan
pemesanan. Penurunan juga terjadi karena perlambatan perjalanan domestik,
terutama karena keengganan masyarakat untuk melakukan perjalanan. khawatir
dengan dampak Covid-19. Penurunan bisnis pariwisata dan perjalanan berdampak
pada usaha UMKM, dan terganggunya lapangan kerja. Padahal selama ini
pariwisata merupakan sektor padat karya yang menyerap lebih dari 13 juta
pekerja. Angka itu belum termasuk dampak turunan atau multiplier effect yang
mengikuti termasuk industri turunan yang terbentuk di bawahnya. Turunnya
wisman terutama ke Indonesia akan berpengaruh terhadap penerimaan devisa dari
pariwisata. Kurang lebih turun USD1,3 miliar penerimaan devisa dari pariwisata.
Tiongkok sebagai Negara asal wisatawan mancanegara terbanyak kedua
diIndonesia. Berdasar data Survei Tenaga Kerja Nasional (Sakernas), tenaga yang
terserap pada usaha-usaha pariwisata terus meningkat. Bukan hanya dari jumlah
tenaga kerja, pangsa (share) pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional
16
juga terus meningkat. Ini menunjukkan bahwa pariwisata dapat menjadi salah satu
alternatif untuk mengurangi tingkat pengangguran. Pada tahun 2017 jumlah
tenaga kerja pada industri pariwisata mencapai 12,74 juta orang atau 10,53 persen
terhadap total tenaga kerja nasional yang berjumlah 121,02 juta orang.
Gambar 4.3 Jumlah Tenaga Kerja pada Usaha Pariwisata, Tahun 2011-2017
Dari 12,74 juta orang yang bekerja pada usaha pariwisata, porsi terbesar
(30,57 persen) merupakan mereka yang berstatus berusaha sendiri, sementara
yang berstatus berusaha dibantu buruh, baik dibayar maupun tidak dibayar, dan
sebagai karyawan/buruh masing-masing sebesar 27,66 persen dan 24,23 persen.
Untuk yang berstatussebagai pekerja tidak dibayar mencapai 16,17 persen.
Sedangkan untuk yang berstatus sebagai pekerja bebas hanya sebesar 1,36 persen.
Menurut lapangan usaha, usaha pariwisata yang menyerap tenaga kerja paling
besar adalah usaha penyedia makan minum dan perdagangan yang masing-masing
mempunyai pangsa mencapai 48,79 persen dan 36,76 persen. Hal ini dapat
17
dipahami, selain karena jumlah usahanya yang relatif banyak dan tersebar, kedua
usaha ini juga sangat berkaitan dengan aktivitas para wisatawan dalam perjalanan
yang mereka lakukan, baik sebelum, selama perjalanan, maupun setelah
melakukan perjalanan. Lapangan usaha lain yang cukup besar kontribusinya
dalam penyerapan tenaga kerja adalah usaha penyediaan akomodasi dan kegiatan
olah raga dan rekreasi lainnya yang masing-masing menyumbang 7,20 persen dan
1,94 persen. Sementara kegiatan hiburan, kesenian dan kreativitas menyumbang
1,54 persen. Usaha angkutan dan jasa agen perjalanan wisata mempunyai
kontribusi masing-masing sebesar 0,56 persen dan 0,64 persen.
ta.
Menurut UU No 10 Tahuh 2009 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagi fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
Menurut Ismayanti (2010), pariwisata merupakan kegiatan dinamis yang
melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai bidang
usaha.Pariwisata merupakan salah satu industri yang dalam perkembangannya
harus di dukung oleh bangunan dari sektor-sektor lainnya seperti hotel, rumah,
makan, transportasi, agen perjalanan, dan lain sebagainya.Bukan hanya sekedar
itu, industri pariwisata tidak hanya meliputi aspek ekonomi tetapi juga meliputi
aspek- aspek sosial, budaya, dan politik suatu daerah.
Sesuai dengan Instruktur Presiden No.9/1969 dalam pasal-pasal yang
mengatakan bahwa pengembangan kepariwisataan digerakkan dengan tujuan
18
meningkatkan devisa khususnya memberikan kesempatan kerja dalam sektor
industri kepariwisataan serta untuk memperkenalkan dan mendayagunakan
keindahan alam Indonesia (Munawarah dkk, 1999:1). Dalam artian,
pengembangan pariwisata harus terbuka maka hal tersebut akan mendorong
terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. Pembangunan usaha
akomodasi seperti hotel, motel, restoran, pengemudi kenderaan, pramuwisata,
penerjemah, seniman, pengrajin, awak kapal,biro perjalanan, dan berbagai bidang
kerja baik yang mengankut barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan wisatawan
akan membuka peluang dan kesempatan kerja bagi masyarakat. Selain itu,
pariwisata memberikan merupakan aset bagi negara. Kekayaan akan budaya
diperkenalkan guna menarik daya tarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu
daerah yang biasa sekarang sering digalangkan oleh Pemerintah Pusat maupun
Daerah dengan visit.
Perkembangan Pariwisata Sejak Pandemi COVID-19. Wisawatan
mancanegara turun drastis seiring pengurangan penerbangan internasional.
Wisatawan nusantara turun drastis sejak pandemi, dan akan semakin memburuk
seiring social and physical distancing. Pandemi tidak hanya memukul pariwisata
Indonesia, tetapi juga secara global. Di berbagai belahan dunia, usaha perhotelan,
jasa penerbangan, angkutan darat dan laut mencatat penurunan tajam. Jumlah
penumpang pesawat rute internasional yang tiba di Indonesia berkurang tajam dari
1,5 juta orang pada Desember 2019, turun 450 ribu menjadi 1,15 juta orang pada
Januari 2020. Jumlah ini juga lebih rendah 15% dibandingkan Januari 2019. •
Secara historis, jumlah kedatangan wisatawan asing di bulan Februari
umumnya mengalami penurunan sekitar 200 ribu orang dari akhir tahun
19
sebelumnya. Namun, pada Februari 2020 wisatawan asing turun hingga 500 ribu
orang dari Desember 2019. Jumlah wisatawan asing ini tercatat turun 29% (y.o.y)
dibandingkan jumlahnya pada Februari 2019.
Sebagai imbas dari berkurangnya wisatawan, tingkat okupansi hotel di
Bali menurun tajam dari 63% di Desember 2019 menjadi hanya 46% di Februari
2020. Angka ini juga lebih rendah apabila dibandingkan dengan tingkat okupansi
di Februari 2019 yang mencapai 56%. Berdasarkan data terakhir, jumlah
perjalanan wisnus tercatat 303 juta pada 2018. Pada 2019, jumlah wisnus
ditargetkan hanya 275 juta akibat mahalnya tiket pesawat. Pada 2020 jumlah
wisnus dipastikan turun lebih jauh lagi akibat pembatasan perjalanan.
Bali adalah primadona pariwisata Indonesia yang sudah terkenal di seluruh
dunia.Selain terkenal dengan keindahan alam, terutama pantainya, Bali juga
terkenal dengan kesenian dan budayanya yang unik dan menarik.Industri
pariwisata berpusat di Bali Selatan dan di beberapa daerah lainnya. Lokasi wisata
yang utama adalah Kuta dan sekitarnya seperti Legian dan Seminyak, daerah
timur kota seperti Sanur, pusat kota seperti Ubud, dan di daerah selatan seperti
Jimbaran, Nusa Dua dan Pecatu. Bali sebagai tempat tujuan wisata yang lengkap
dan terpadu memiliki banyak sekali tempat wisata menarik, antara lain: Pantai
Kuta, Pura Tanah Lot, Pantai Padang - Padang, Danau Beratan Bedugul, Garuda
Wisnu Kencana (GWK), Pantai Lovina dengan Lumba Lumbanya, Pura Besakih,
Uluwatu, Ubud, Munduk, Kintamani, Amed, Tulamben, Pulau Menjangan dan
masih banyak yang lainnya. Kini, Bali juga memiliki beberapa pusat wisata yang
sarat edukasi untuk anak-anak seperti kebun binatang, museum tiga dimensi,
taman bermain air, dan tempat penangkaran kura-kura.
20
Pariwisata Bali sudah sangat terkenal baik di Indonesia maupun
mancanegara.Hal ini berakibat hampir sebagian besar penduduk Bali, mata
pencaharian untuk kehidupan mereka, bergerak dalam bidang pariwisata.Seperti
menjadi karyawan hotel, karyawan restoran, pemandu wisata, pedagang di pasar
seni, pengerajin dan masih banyak lagi yang lainnya.Pariwisata di Bali
berkembang pesat karena, pulau dewata memiliki beranekaragam daya tarik
wisata.Daya tarik yang beraneka ragam itu meliputi tempat wisata Bali, kesenian
traditional, adat istiadat, arsitektur traditional khas Bali dan tentunya alam trofis.
Dari berbagai keunggulan-keunggulan yang sudah disebutkan, maka tak
heran jika perkembangan pariwisata di Bali sangat pesat.Sampai adanya pandemik
COVID 19, semua jadi berubah.Perkembangan Pariwisata Sejak Pandemi
COVID-19 merosot. Dengan merujuk pada data-data resmi Badan Pusat Statistik,
dengan webside (www.bps.go.id).
A. Perkembangan Pariwisata Provinsi Bali April 2020
Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Wisman) ke Bali Kedatangan
wisatawan mancanegara (wisman) langsung ke Bali pada bulan April 2020
tercatat sebanyak 327 kunjungan. Jumlah tersebut turun sedalam -99,79 persen
dibandingkan dengan catatan bulan Maret 2020 (m to m) yang sebesar 156.877
kunjungan. Bila dibandingkan dengan bulan April 2019 (y on y) jumlah wisman
tercatat turun sedalam -99,93 persen karena pada April 2019, kunjungan wisman
tersebut tercatat sebanyak 477.069 kunjungan. Wisman yang berkunjung ke Bali
sebagian besar datang melalui bandara, yaitu sebanyak 273 kunjungan (83,49
21
persen). Sementara itu yang masuk melalui pelabuhan laut pada bulan April 2020
tercatat sebanyak 54 kunjungan (16,51 persen).
Tabel 1 .1 Kedatangan Wisman Langsung ke Bali Menurut Pintu Masuk
April 2019, Maret 2020 dan April 2020
NO
Pintu
Masuk
April
2019
Maret
2020
April
2020
Peruban (%)
Peran
Thd
Total April 2020
thd Maret
2020
April
2020
thd
April
2019
1 Bandara 476.104 155.851 273 -99,82 -99,94 83,49
2 Pelabuhan 964 1.026 54 -94,74 -94,40 16,51
Jumlah 477.069 156.877 327 -99,93 -99,93 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
22
Tabel 1.2 Kedatangan Wisman Langsung ke Bali Menurut Pintu
Masuk dan Kebangsaan Februari 2019-Januari 2020
Kebangsaan Bandara Pelabuhan Total Total
Persentase
Wisman
Januari
2020
Wisman
Februari
2019
Perubahan
Wisman
Februari 2020
thd Januari
2020
Perubahan
Wisman
Februari
2020 thd
Januari 2020
Australia 78.562 3.312 81.874 22,5 103.087 67.474 -20,58 21,34
India 29.994 0 29.994 8,24 29.797 28.809 0,66 4,11
Jepang 22.618 0 22.618 6,21 17.065 20.665 32,54 9,45
Rusia 19.930 29 19.959 5,48 25.486 11.620 -21,69 71,76
Amerika
Serikat 17.701 593 18.294 5,03 20.411 15.056 -10,37 21,51
Inggris 16.865 444 17.309 4,76 18.580 15.823 -6,84 9,39
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Wisman yang tercatat paling banyak datang langsung ke Bali pada bulan
Februari 2020 antara lain wisman dengan kebangsaan Australia (22,50 persen),
India (8,24 persen), Jepang (6,21 persen), Rusia (5,48 persen), Amerika Serikat
(5,03 persen), Inggris (4,76 persen), Korea Selatan (4,23 persen), Perancis (3
persen), Jerman (3,30 persen), dan Malaysia (2,93 persen). Sementara itu
kedatangan wisman Tiongkok hanya sebanyak 4.376 kunjungan, mengalami
penurunan sedalam -96,08 persen dibandingkan Januari 2020 sebanyak 111.515
kunjungan. Pada Tabel 2 disajikan data sepuluh negara dengan jumlah wisman
terbanyak yang berkunjung langsung ke Bali pada bulan Februari 2020.
Jumlah kedatangan wisman dari sepuluh negara dengan wisman terbanyak
tercatat enam di antaranya mengalami penurunan jumlah dibandingkan dengan
catatan bulan Januari 2020 (m to m). Penurunan terdalam tercatat pada wisman
asal Korea Selatan sedalam -34,63 persen, disusul dengan wisman dari Rusia
sedalam -21,69 persen. Sementara itu wisman asal Perancis naik setinggi 33,33
persen, disusul oleh kenaikan wisman asal Jepang dan Jerman masing-masing
23
sebesar 32,54 persen dan 25,72 persen.
Dibandingkan dengan Februari 2019 (y on y), sembilan dari sepuluh besar
negara asal wisman tercatat meningkat, dengan peningkatan tertinggi tercatat pada
wisman asal Rusia, yang meningkat setinggi 71,76 persen. Sementara itu, wisman
yang tercatat menurun adalah wisman asal Malaysia dengan penurunan sedalam -
26,25 persen.
Tabel 1. 3 Kedatangan Wisman Menurut 10 Negara Utama Asal Wisman
Januari – April 2019 dan Januari – April 2020
No
Kebangsaan
Wisman Januari- April Wisman
Jan –
April
2019
(Orang)
Perubahan
Wisman
Jan –
April 2020
Thd Jan –
Apr 2019
Bandara
Orang
Pelabuhan
orang
Total
Orang
Persentase
1 Australia 217.981 4.378 222.359 21,18 333.627 -33,35
2 Tiongkok 116.971 103 117.074 11,15 421.518 -72,23
3 India 67.359 4 67.363 6,42
109.544
-38,51
4 Rusia 56.534 29 56.563 5,39 54.622 -3,55
5 Jepang 47.415 728 48.143 4,58 78.621 -38,77
6 Amerika
Serikat
46.221 54 46.275 4,41 77.889 -40,59
7 Inggris 45.465 1.044 46.509 4,43 77.256 -39,80
8 Korea
Selatan
42.433 54 42.487 4,05 53.288 -20,27
9 Malaysia 30.914 10 30.924 2,95 53.980 -42,71
10 Perancis 29.286 15 29.301 2,79 43.987 -33,39
11 Lainnya 340.622 2.404 343.026 32,67 515.332 -33,44
Jumlah 1.041.201 8.823 1.050.024 100,00 1.819.664 -42,30
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
24
Secara akumulatif pada periode Januari-April 2020 tercatat sebanyak
1.050.024 kunjungan wisman langsung ke Bali. Jumlah ini turun sedalam -42,30
persen dibandingkan dengan periode Januari-April 2019 (y on y) yang tercatat
sebanyak 1.819.664 kunjungan. Kunjungan wisman selama Januari-April 2020
didominasi oleh wisman asal Australia (21,18 persen), Tiongkok (11,15 persen),
India (6,42 persen), Rusia (5,39 persen), Jepang (4,58 persen), Amerika Serikat
(4,41 persen), Inggris (4,43 persen), Korea Selatan (4,05 persen), Malaysia (2,95
persen), dan Perancis (2,79 persen). Tiongkok tercatat sebagai negara dengan
penurunan jumlah wisman paling dalam selama JanuariApril 2020 dibandingkan
Januari-April 2019, yaitu sedalam -72,23 persen, disusul oleh Malaysia -42,71
persen, dan Amerika Serikat -40,59 persen.
1. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Berbintang Pada bulan April
2020
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Bali secara umum
tercatat menunjukkan penurunan dibandingkan bulan Maret 2020. Angka TPK
hotel berbintang tercatat sebesar 3,22 persen, turun sedalam -22,19 poin
dibandingkan TPK pada bulan Maret 2020 (m to m) yang mencapai 25,41 persen.
25
Tabel 1.4 TPK Menurut Klasifikasi Bintang di Bali Maret dan April
2020
No Klasifikasi Bintang Tingkat Penghunian Kamar
(TPK) (%)
Perubahan
(Poin)
Maret 2020* April 2020*
1 Bintang 1 13,79 1,58 -12,21
2 Bintang 2 23,84 6,78 -17,06
3 Bintang 3 28,70 2,06 -26,64
4 Bintang 4 26,55 1,95 -24,60
5 Bintang 5 22,15 3,97 -18,18
Seluruh Bintang 25,41 3,22 -22,19
*) Pendataan dalam masa pengaturan penjarakan sosial (social distancing)
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Menurut klasifikasi hotel berbintang, TPK hotel berbintang dua tercatat
6,78 persen yang merupakan TPK tertinggi pada bulan April 2020 di Bali. TPK
terendah tercatat pada hotel berbintang satu yang hanya mencapai 1,58 persen.
Bila dibandingkan dengan bulan Maret 2020 (m to m), penurunan TPK tercatat
pada seluruh kelas hotel berbintang, dengan penurunan terdalam tercatat pada
hotel berbintang tiga, yaitu turun sedalam -26,64 poin.
Pada bulan April 2020, rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia
di hotel berbintang tercatat selama 2,49 hari, turun sedalam -0,31 poin
dibandingkan dengan rata-rata lama menginap pada bulan Maret 2020 (m to m)
yang tercatat 2,80 hari. Rata-rata lama menginap tamu Indonesia pada hotel
berbintang bulan April 2020 tercatat selama 2,09 hari, lebih rendah dibandingkan
rata–rata lama menginap tamu asing yang tercatat selama 3,16 hari. Dibandingkan
dengan bulan April 2019, rata-rata lama menginap turun sedalam - 0,28 poin.
26
Tabel 1.5 Rata-Rata Lama Menginap Tamu Asing dan Indonesia pada Hotel
Berbintang di Bali Menurut Kabupaten/Kota Maret dan April 2019 – 2020
NO Tahun Rata-rata Lama Menginap Tamu (Hari)
Asing Indonesia Total
Maret April Maret April Maret April
1 2019 3,25 3,11 2,37 2,22 2,90 2,77
2 2020 3,43 3,16 2,16 2,09 2,80 2,49
*) Pendataan dalam masa pengaturan penjarakan sosial (social distancing)
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Terkait dengan anjuran pemerintah untuk melakukan social distancing
dalam rangka mencegah merebaknya wabah Corona Virus Diseases (COVID-19),
pengumpulan data Tingkat Penghunian Kamar Hotel bulan April 2020, dilakukan
dengan cara khusus yaitu dengan wawancara cara jarak jauh. Oleh karena
pengumpulan datanya dilakukan dengan cara yang tidak sama dengan angka yang
dihasilkan bulan sebelumnya, serta tidak dapat disajikan dalam level
kabupaten/kota. Maka dalam tingkat kedalaman teknis tertentu angka TPK yang
dihasilkan pada April 2020 tidak bisa diperlakukan secara apple to apple dengan
angka hasil penghitungan sebelumnya. Sekalipun, secara statistik estimasi
keduanya tetap dapat dipertanggungjawabkan.
Disamping itu, sebagai akibat dari menurunnya usaha akomodasi dan hotel
pada tingkatan yang cukup dalam, maka data yang berhasil dikumpulkan terbatas
hanya berasal dari beberapa hotel yang masih beroperasi. Oleh karena itu, untuk
menegakkan prinsip statistika tertentu, sementara informasi rinci menurut
kabupaten/kota tidak dapat disampaikan.
27
2. Perkembangan Pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta
1. Wisatawan Mancanegara
Pada Bulan Februari 2020, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke
Daerah Istimewa Yogyakarta melalui pintu masuk Adisutjipto mencapai 7.100
kunjungan atau turun 15,18 persen dibanding jumlah kunjungan wisman pada
bulan sebelumnya yang berjumlah 8.371 kunjungan. Sedangkan apabila
dibandingkan dengan Bulan Februari 2019, terjadi penurunan sebesar 26,07
persen.
Secara umum, pola kedatangan wisatawan mancanegara ke Daerah
Istimewa Yogyakarta selama Januari hingga Desember pada tahun 2018 dan 2019
cenderung sama. Tingkat kedatangan wisatawan mancanegara tercatat tinggi pada
Bulan Maret, Juli, Agustus, dan berada di titik terendah pada Bulan Juni. Pada
Januari 2020 kunjungan wisman lebih tinggi dibandingkan perode yang sama
tahun 2019, tetapi masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan tahun 2018.
Sementara pada Februari 2020, berada pada titik terendah dibandingkan Februari
2018 dan 2019.
Sepuluh negara asal wisatawan mancanegara yang mendominasi
kunjungan ke Daerah Istimewa Yogyakarta pada periode Februari 2020 yaitu
Malaysia, Singapura, Jepang, Tiongkok, Amerika Serikat, Jerman, India, Inggris,
Australia, dan Perancis. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dari sepuluh
negara tersebut mencapai 78,32 persen dari jumlah seluruh kunjungan wisatawan
mancanegara ke Daerah Istimewa Yogyakarta secara kumulatif selama Januari
sampai Februari 2020.
28
Dari sepuluh besar negara dengan tingkat kunjungan terbanyak tersebut,
hampir seluruhnya mengalami penurunan tingkat kunjungan. Penurunan paling
besar berasal dari Tiongkok sebesar 91,25 persen, diikuti oleh Australia dan
Jepang dengan penurunan berturutturut sebesar 66,44 persen dan 44,69 persen.
Sementara itu, apabila dibandingkan dengan Bulan Februari 2019, tingkat
kunjungan wisatawan mancanegara Bulan Februari 2020 mengalami penurunan
sebesar 26,07 persen. Hal yang sama juga terjadi secara kumulatif dari Januari
hingga Februari 2020 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,
yaitu terjadi penurunan sebesar 12,39 persen.
Tabel 1.7 Jumlah Wisatawan Mancanegara Melalui Pintu Masuk Bandara
Adisucipto Menurut Kebangsaan
Kebangsaan
Jumlah Kunjungan % Perubahan
Feb
2019
Jan
2020
Feb
2020
Jan-
Feb
2019
Jan-
Feb
2020
Feb2020
thd
Jan2020
Feb2020
thd
Feb2019
Jan-
Feb2020
Thd
jan-feb
2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Malaysia 4.845 3.698 3.942 8.998 7.640 6,60 -18,64 -15,09
Singapura 1.129 1.105 679 1.945 1.784
-38,55
-39,86
-8,28
Jepang 261 414 229 372 465 -44,69 -12,26 25,00
Tiongkok 319 240 21 559 43 435 -91,25 -93,42 -22,18
Amerika
Serikat
247 236 140 436 380 -40,68 -43,32 -12,84
Jerman 229 209 187 357 320 -10,53 -18,34 -10,36
India 230 183 133 370 316 -27,32 -42,17 -14,59
Australia 101 149 50 267 259 -66,44 -50,50 -3,00
Inggris 162 153 109 283 262 -28,76 -32,72 -7,42
Perancis 188 136 107 287 256 -21,32 -43,09 -10,80
Lainnya 1.893 1.848 1.503 3.785 3.354 -18,67 -20,60 -11,39
Jumlah 9.604 8.371 7.100 17.659 15.471 -15,18 -26,07 -12,39
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
29
2. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Bintang
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel merupakan gambaran
produktifitas usaha jasa akomodasi. TPK hotel bintang di Daerah Istimewa
Yogyakarta pada Februari 2020 mencapai rata-rata 56,32 persen atau naik 3,39
poin dibandingkan TPK Januari 2020 yang tercatat sebesar 52,93 persen.
Sedangkan jika dibanding dengan TPK Februari 2019 yang tercatat 54,19 persen,
TPK Februari 2020 mengalami kenaikan sebesar 2,13 poin. TPK tertinggi pada
Bulan Februari 2020 tercatat pada hotel bintang lima yang mencapai 62,98 persen,
dan TPK terendah tercatat pada hotel bintang satu yaitu sebesar 30,01 persen.
Tabel 1.8
TPK Hotel Bintang Daerah Istimewa Yogyakarta
Klasifikasi
Hotel
TPK(%) Perub Feb’20
Terhadap
Feb’19(poin)
Perub Feb’20
Terhadap
Jan’19(poin)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Bintang 1 24,21 32,90 30,01 5,80 -2,89
Bintang 2 47,77 58,14 59,45 11,68 1,32
Bintang 3 59,46 58,22 60,19 0,73 1,97
Bintang 4 51,94 46,75 52,02 0,08 5,27
Bintang 5 63,55 56,16 62,98 -0,57 6,82
Seluruh
Bintang
54,19 52,93 56,32 2,13 3,39
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Perkembangan TPK hotel bintang pada tahun 2019 mengalami
kecenderungan yang sedikit berbeda dengan tahun 2018. Pada tahun 2019, TPK
hotel bintang mengalami tren kenaikan sejak awal tahun hingga periode Bulan
April. Sementara itu, pada Bulan Maret 2018 tingkat hunian kamar hotel bintang
mengalami penurunan. Namun demikian, kecenderungan yang sama terjadi pada
Bulan Mei dan merangkak naik hingga Bulan Juli. Pada Bulan Desember 2018
dan 2019 TPK hotel bintang mengalami titik tertinggi. Memasuki dua bulan di
30
tahun 2020, TPK hotel bintang memiliki pola serupa dengan tahun sebelumnya.
Pada Bulan Februari 2020,
3. Rata-Rata Lama Menginap Tamu Asing dan Indonesia Hotel Bintang
Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel bintang di
Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 1,70 hari selama Februari 2020, terjadi
kenaikan 0,13 poin jika dibanding rata-rata lama menginap pada Januari 2020.
Sementara itu, ratarata lama menginap terpanjang adalah 1,96 hari terjadi pada
hotel bintang lima, sedangkan lama menginap tersingkat adalah 1,34 hari terjadi
pada hotel bintang satu. Secara umum, rata-rata lama menginap tamu asing
Februari 2020 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata lama menginap tamu
Indonesia, yaitu masing-masing 3,06 hari dan 1,66 hari. K hotel bintang lebih
tinggi dari periode yang sama dua tahun sebelumnya.
Tabel 1.9 Rata-Rata Lama Menginap Tamu Asing dan Indonesia Hotel
Bintang
Klasifikasi
Hotel
Rata-Rata Lama Menginap Tamu (hari)
Asing Indonesia Total
Feb’19 Jan’20 Feb’20 Feb’19 Jan’20 Feb’20 Feb’19 Jan’20 Feb’20
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Bintang 1 1,55 2,21 2,29 1,41 1,54 1,33 1,41 1,56 1,34
Bintang 2 2,39 2,47 2,85 1,32 1,38 1,50 1,35 1,40 1,51
Bintang 3 2,70 2,96 3,19 1,48 1,50 1,65 1,52 1,53 1,68
Bintang 4 2,62 2,68 3,68 1,59 1,61 1,71 1,63 1,63 1,77
Bintang 5 1,85 3,03 2,31 2,13 1,68 1,93 2,04 1,86 1,96
Seluruh
Bintang
2,22 2,85 3,06 1,54 1,53 1,66 1,58 1,57 1,70
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
4. Jumlah Tamu Menginap Asing dan Indonesia Hotel Bintang
Selama Bulan Februari 2020 jumlah tamu yang menginap di hotel bintang
berjumlah 374.235 orang terdiri dari 9.608 orang tamu asing dan 364.627 orang
tamu Indonesia. Jumlah keseluruhan tamu tersebut mengalami penurunan sebesar
4,90 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang berada pada angka 393.513
31
orang. Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, jumlah tamu asing mengalami
penurunan sebesar 22,53 persen. Hal serupa terjadi pada tamu Indonesia. Jumlah
tamu Indonesia mengalami penurunan sebesar 4,33 persen. Secara total, jumlah
tamu yang menginap mengalami penurunan disebagian klasifikasi bintang.
Penurunan terbesar 17,95 persen pada klasifikasi hotel bintang satu. Sebaliknya,
kenaikan terbesar terjadi pada klasifikasi hotel bintang empat yaitu sebesar 2,93
persen.
Tabel 1.10
Jumlah Tamu Menginap Asing dan Indonesia Hotel Bintang
Klasifikasi
Hotel
Jumlah Tamu Menginap (orang)
Asing Indonesia
Feb’19 Jan’20 Feb’19 Jan’20 Feb’19 Feb’20
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Bintang 1 120 266 147 8.250 10.738 8.881
Bintang 2 1.460 1.175 402 49.521 73.264 75.030
Bintang 3 5.335 2.663 2.416 134.660 146.156 123.546
Bintang 4 3.401 3.154 3.536 86.400 117.385 120.539
Bintang 5 10.886 5.144 3.107 25.617 33.570 36.631
Seluruh
Bintang
21.202 12.401 9.608 304.448 381.112 364.627
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
A. Perkembangan Transportasi Udara Bandara
Adisutjipto sebagai pintu gerbang masuknya wisata terpenting bagi
Yogyakarta, yang melayani penerbangan domestik maupun penerbangan
internasional, merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan kunjungan
wisatawan. Untuk membantu kinerja Bandara Adisutjipto, dibangun Bandara
Internasional Yogyakarta (Yogyakarta International Airport/YIA) di Kulonprogo.
Pada Bulan Mei 2019, Bandara Internasional Yogyakarta mulai melayani
penerbangan domestik.
32
1. Kedatangan
Pada Bulan Februari 2020, jumlah kedatangan penumpang angkutan udara
ke D.I. Yogyakarta, baik melalui Bandara Adisutjipto dan Bandara Internasional
Yogyakarta (Yogyakarta International Airport/YIA) secara keseluruhan tercatat
sebanyak 277.456 orang penumpang, yang terdiri dari 264.640 orang penumpang
penerbangan domestik dan 12.816 orang penumpang penerbangan internasional.
Dari seluruh kedatangan penumpang angkutan udara di D.I. Yogyakarta, sebanyak
265.822 orang penumpang (95,81 persen) melalui Bandara Adisutjipto dan 11.634
orang penumpang (4,19 persen) melalui Bandara YIA.
Jumlah penumpang angkutan udara yang datang melalui Bandara
Adisutjipto secara keseluruhan pada Bulan Februari 2020 mengalami kenaikan
sebesar 1,73 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Penumpang yang datang
seluruhnya berjumlah 265.822 orang terdiri dari 253.006 orang penumpang
penerbangan domestik dan 12.816 orang penumpang penerbangan internasional.
Jumlah kedatangan penumpang penerbangan domestik mengalami kenaikan
sebesar 3,78 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan kedatangan
penumpang terjadi disebagian pelabuhan udara dengan kenaikan terbesar dari
pelabuhan udara Raden Inten II Bandar Lampung sebesar 52,31 persen.
Sebaliknya, penurunan jumlah penumpang datang paling besar terjadi dari
Bandara Kualanamu Medan yaitu sebesar 32,84 persen. Kedatangan penumpang
penerbangan internasional mengalami penurunan sebesar 26,85 persen
dibandingkan bulan sebelumnya yang berjumlah 17.520 orang penumpang.
Penurunan kedatangan penumpang internasional terjadi dari pelabuhan udara
Singapura sebesar 39,45 persen dan Kualalumpur sebesar 17,69 persen. Jumlah
33
penumpang penerbangan komersial yang datang ke YIA pada Bulan Februari
2020 sebanyak 11.634 orang penumpang. Angka ini mengalami penurunan
sebesar 21,79 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang berada pada
angka 14.875 orang penumpang. Penurunan kedatangan penumpang terjadi
disebagian pelabuhan udara dengan penurunan terbesar dari Bandara Kualanamu
Medan, yaitu dari 1.359 penumpang menjadi 3 penumpang. Sebaliknya, kenaikan
jumlah penumpang datang paling besar dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta yaitu
sebesar 58,83 persen.
2. Keberangkatan
Keberangkatan penumpang pada Bulan Februari 2020 tercatat sebanyak
262.548 orang penumpang, yang terdiri dari 249.843 orang penumpang
penerbangan domestik dan 12.705 orang penerbangan internasional. Penumpang
yang berangkat dari Bandara Adisutjipto sebanyak 253.207 orang penumpang
(96,44 persen) dan dari Bandara Internasional Yogyakarta sebanyak 9.341 orang
penumpang (3,56 persen).
Pada Bulan Februari 2020, jumlah penumpang angkutan udara yang
berangkat melalui Bandara Adisutjipto secara keseluruhan mengalami penurunan
10,41 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Penumpang yang berangkat
seluruhnya berjumlah 253.207 orang terdiri dari 240.502 orang penumpang
penerbangan domestik dan 12.705 orang penumpang penerbangan internasional.
Jumlah keberangkatan penumpang penerbangan domestik mengalami penurunan
sebesar 9,47 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan keberangkatan
penumpang terjadi disebagian besar pelabuhan udara dengan penurunan terbesar
menuju pelabuhan udara Supadio Pontianak sebesar 38,82 persen. Sebaliknya,
34
kenaikan jumlah penumpang berangkat terbesar terjadi ke pelabuhan udara
Husein Sastranegara Bandung yaitu sebesar 28,16 persen. Keberangkatan
penumpang penerbangan internasional mengalami penurunan sebesar 25,21
persen dibandingkan bulan sebelumnya yang berjumlah 16.988 orang penumpang.
Penurunan keberangkatan penumpang internasional terjadi ke pelabuhan udara
Kualalumpur sebesar 4,02 persen dan Singapura sebesar 46,65 persen.
Keberangkatan penumpang dari Bandara Internasional Yogyakarta pada
Bulan Februari 2020 tercatat sebanyak 9.341 orang penumpang. Dibandingkan
dengan bulan sebelumnya, terjadi penurunan keberangkatan penumpang sebesar
52,09 persen, dengan penurunan terbesar menuju ke pelabuhan udara Kualanamu
Medan sebesar 96,59 persen. Pada periode ini, tercatat tidak terdapat kenaikan
keberangkatan penumpang dari Bandara YIA menuju bandara lain.
Tabel 1.11 Jumlah Penumpang Angkutan Udara
Jumlah Penumpang (Orang)
Bandara Datang Berangkat
Jan’20 Feb’2o Perubahan Jan’20 Jan’20 Perubahan
Bandara Adisutjipto
1. Jakarta/Soekarno-
Hatta
70.634 80.177 13,51 84.577 79.548 -5,95
2. Jakarta/Halim PK 43.634 45.820 5,01 42.416 41.917 -1,18
3. Denpasar 23.381 19.464 -16,75 23.713 21.475 -9,44
4. Ujungpandang 17.268 16.744 -3,03 17.676 15.832 -10,43
5. Balikpapan 16.764 16.425 -2,02 19.159 15.011 -21,65
6. Pekanbaru 8.990 9.973 10,93 9.234 7.338 -20,53
7. Palembang 6.708 7.333 9,32 7.430 6.993 -5,88
8. Banjarmasin 6.843 7.046 2,97 8.191 6.864 -16,20
9. Bandung 4.390 6.114 39,27 5.007 6.417 28,16
10. Samarinda 5.624 6.301 12,04 6.557 6.058 -7,61
11. Lainnya 39.558 g37.609 -4,93 41.691 33.049 -20,73
Domestik
Adisutjipto 243.794 253.006 3,78 265.651 240.502 -9,47
1. Johor Bahru - - - - - -
2. Kualalumpur 10.163 8.365 -17,69 8.537 8.194 -4,02
35
3. Singapura 7.351 4.451 -39,45 8.451 4.509 -46,65
4. Lainnya 6 0 -100,00 0 2 -
Internasional
Adisutjipto 17.520 12.816 -26,85 16.988 12.705 -25,21
Total Adisutjipto 261.314 265.822 1,73 282.639 253.207 -10,41
Yogyakarta Internasional Airport
1.Jakarta/Soekarno-
Hatta
2123 3372 58,83 3053 2779 -8,97
2.Pontianak 3.115 3.848 23,53 3.684 2.570 -30,24
3.Palangkaraya 2.200 2.151 -2,23 2.884 2.124 -26,35
4. Jakarta/Halim PK 877 620 -29,30 1.690 588 -65,21
5.Kualanamu 1568 392 -75,00 2105 519 -75,34
6.Tarakan 1211 868 -28,32 1768 483 -72,68
7.Balikpapan 582 84 -85,57 889 87 -90,21
8.Palembang 495 119 -75,96 294 86 -70,75
9.Samarinda 792 102 -87,12 1.395 84 -93,98
10.Banjarmasin 1.359 3 -99,78 615 21 -96,59
11.Lainnya 553 75 -86,44 1.121 0 -100,00
Domestik YIA 14.875 11.634 -21,79 19.498 9.341 -52,09
Internasional YIA - - - - - -
Total YIA 14.875 11.634 -21,79 19.498 9.341 -52,09
Sumber : Badan Pusat Stat
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan mengangkat judul “Perkembangan Sektor Pariwisata
Indonesia Selama Era Pandemik COVID 19”
1.2 Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas, maka identifikasi masalah yang dapat diambil dalam
penelitian ini adalah :
1. Di berbagai belahan dunia, usaha perhotelan, jasa penerbangan,
angkutan darat dan laut mencatat penurunan tajam.
2. Sektor pariwisata di Indonesia seperti Bali dan Yokyakarta merosot
akibat COVID 19.
36
3. Pengguna jasa transportasi baik udara dan laut menurun drastis akibat
kebijakan pemerintah untuk selalu jaga jarak akibat COVID 19.
4. Selama era pandemic COVID 19, sector pariwisata di seluruh dunia
tidak berkembang.
5. Perubahan jumlah penumpang transportasi darat maupun udara pada era
pandemic COVID 19.
6. Perkembangan ekonomi sektor pariwisata di Indonesia pada era
pandemik COVID 19.
7. Pengaruh usaha sector pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia terutama di dua daerah wisata yang paling diminati
pengunjung yaitu Pulau Bali dan Provinsi Yogyakarta pada era
pandemic COVID 19.
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi pada perkembangan ekonomi sector
pariwisata Indonesia dan Pengaruh usaha sector pariwisata terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia terutama di dua daerah wisata yang paling diminati
pengunjung yaitu Pulau Bali dan Provinsi Yogyakarta pada era pandemic COVID
19.
1.4 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perkembangan ekonomi sektor pariwisata di Indonesia
pada era pandemik COVID 19?
37
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan sektor pariwisata di
Indonesia terutama di dua daerah wisata yaitu DI Yogyakarta dan Bali
pada era pandemic COVID 19?
1.5 Tujuan Penelitian
Penilitian ini bertujuan untuk:
Melakukan analisa ekonomi secara deskriptif tentang Perkembangan
sector ekonomi pariwisata Indonesia di dua daerah utama paeiwisata
Indonesia Bali dan DI Yogyakarta.
Melakukan estimasi model ekonomi dari factor yg mempengaruhi
perkembangan sector pariwisata di Indonesia yaitu Bali dan Yogyakarta
pada era pandemic Covid-19.
1.6 Manfaat Penilitian
a. Bagi Mahasiswa
1. Sebagai bahan gambaran kepada mahasiswa yang ingin tahu tentang
perkembangan sektor pariwisata sebelum dan selama era pandemic
COVID 19,Terutama mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatra
Utara.
2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
informasi bagi mahasiswa Ekonomi khususnya mahasiswa Ilmu
Ekonomi Study Pembangunan.
38
b. Bagi Universitas
1. Untuk Menambah dan melengkapi sekaligus sebagai pembanding
hasil-hasil penelitian yang sudah ada yang menyangkut topik yang
sama.
2. Sebagai referensi dan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya
dengan topik yang sama.
c. Bagi Masyarakat dan Pemerintah.
1. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil
kebijakan dalam menentukan kebijakan yang tepat, terutama yang
berkaitan dengan COVID 19 dan semoga dapat menjadi bahan
informasi yang sebenarnya kepada masyarakat
39
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritis
2.1.1 Definisi Pariwisata
Menurut etimologi kata “pariwisata” diidentikkan dengan
kata “travel” dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang
dilakukan berkali–kali dari satu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula dengan
melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan sebagai suatu
perjalanan terencana yang dilakukan secara individu atau kelompok dari satu
tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan
kesenangan (Sinaga, 2010:12).
Pariwisata menurut UU No. 9 Tahun 1990 adalah segala seuatu yang
berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan, daya tarik dan atraksi wisata
serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pariwisata.Pengertian tersebut meliputi: semua kegiatan yang berhubungan
dengan perjalanan wisata, sebelum dan selama dalam perjalanan dan kembali ke
tempat asal, pengusahaan daya tarik atau atraksi wisata (pemandangan alam,
taman rekreasi, peninggalan sejarah, pagelaran seni budaya). Usaha dan sarana
wisata berupa: usaha jasa, biro perjalanan, pramu wisata, usaha sarana, akomodasi
dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan pariwisata.
Beberapa ahli mengemukakan pengertian pariwisata, antara lain:
1. Oka A . Yoeti (Irawan, 2010:11), menjelaskan bahwa kata pariwisata
berasal dari bahasa Sansekerta, yatu “…pari yang berarti banyak, berkali–
25
40
kali, berputar–putar, keliling, dan wisata yang berarti perjalanan atau
bepergian”.
2. E. Guyer Freuler (Irawan, 2010:11), merumuskan pengertian pariwisata
dengan memberikan batasan sebagai berikut : “…Pariwisata dalam arti
modern adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan
atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar
dan menumbuhakan cinta terhadap keindahan alam dan pada khususnya
disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas
manusia sebagai hasil dari perkembangan perniagaan, industri, serta
penyempurnaan dari alat–alat pengangkutan ”.
2.1.2 Wisatawan
Wisatawan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dunia pariwisata.
Wisatawan sangat beragam , tua-muda, miskin-kaya, asing-nusantara, semuanya
mempunyai keinginan dan juga harapan yang berbeda.Jika ditinjau dari arti
kata “wisatawan” yang berasal dari kata “wisata” maka sebenarnya tidaklah tepat
sebagai pengganti kata “tourist” dalam bahasa Inggris. Kata itu berasal dari
bahasa Sansekerta “wisata” yang berarti “perjalanan” yang sama atau dapat
disamakan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris. Jadi orang melakukan
perjalanan dalam pengertian ini, maka wisatawan sama artinya dengan kata
“traveler” karena dalam bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai
akhiran “wan” untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya,
keadaannya jabatannya dan kedudukan seseorang (Irawan, 2010:12).
41
Adapun pengertian wisatawan antara lain:
1) Menurut Smith (dalam Kusumaningrum, 2009:16), menjelaskan bahwa
wisatawan adalah orang yang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur dan
secara sukarela mengunjungi daerah lain untuk mendapatkan sesuatu yang
lain.
2) Menurut WTO (dalam Kusumaningrum, 2009:17) membagi wisatawan
kedalam tiga bagian yaitu:
a) Pengunjung adalah setiap orang yang berhubungan ke suatu Negara
lain dimana ia mempunyai tempat kediaman, dengan alasan
melakukan pekerjaan yang diberikan oleh Negara yang dikunjunginya.
b) Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu
Negara tanpa tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung
kesuatu tempat pada Negara yang sama untuk waktu lebih dari 24 jam
yang tujuan perjalanannya dapat diklasifikasikan sebagai
2.2. Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan Ekonomi Mankiw (2003) menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan
menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu.
Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan
faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada
gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi
yang dimiliki masyarakat.
42
Todaro (2003) mengatakan ada tiga faktor atau komponen utama dalam
pertumbuhan ekonomi. Pertama, akumulasi modal yang meliputi semua bentuk
dan jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan sumber
daya manusia. Kedua, pertumbuhan penduduk yang beberapa tahun selanjutnya
dengan sendirinya membawa pertumbuhan angkatan kerja. Ketiga, kemajuan
teknologi.
Selanjutnya ditambahkan oleh Mankiw (2003) indikator yang digunakan
untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (PDB). Ada beberapa alasan yang mendasari pemilihan
pertumbuhan ekonomi menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) bukan
indikator lainnya di antaranya adalah bahwa PDB merupakan jumlah nilai tambah
yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas produksi di dalam perekonomian, hal ini
berarti peningkatan PDB juga mencerminkan peningkatan balas jasa kepada
faktor-faktor produksi yang digunakan dalam aktivitas produksi tersebut.
Menurut Tarigan (2005) dalam konteks ekonomi regional, ukuran yang
sering dipergunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yaitu
jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang dihasilkan oleh seluruh sektor
perekonomian di wilayah itu. Sedangkan pendapatan per kapita adalah total
pendapatan wilayah/daerah tersebut dibagi dengan jumlah penduduknya untuk
tahun yang sama.
Teori pertumbuhan ekonomi menjelaskan mengenai faktor-faktor yang
menentukan pertumbuhan ekonomi dan prosesnya dalam jangka panjang,
penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor itu berinteraksi satu dengan yang
lainnya. Sehingga menimbulkan terjadinya proses pertumbuhan (Todaro, 1998).
43
Tambahan begitu berguna dan dapat mempeeroduksi banyak output
tambahan. Ketika k tinggi, rata-rata pekerja memiliki banyak modal, sehingga
satu unit modal tambahan hanya sedikit meningkatkan produksi. Fungsi produksi
menunjukkan bagaimana jumlah modal per pekerja k menentukan jumlah output
per pekerja y = f(k). Kemiringan fungsi produksi adalah produk marjinal modal :
jika k meningkat 1 unit, y meningkat sebesar MPK unit. Fungsi produksi menjadi
lebih datar ketika k naik, yang menunjukkan penurunan produk marjinal modal.
2.3 Model klasik dari Adam Smith Dan Malthus
Menggambarkan pembangunan ekonomi dengan anggapan bahwa tanah
terbatas ndan populasi penduduk semakin membengkak.Tanpa adanya perubahan
teknologi,pertambahan penduduk pada akhirnya akan menghabiskan persedian
tanah bebas.kenaikan jumlah penduduk menyebabkan berlakunyahukum hasil
lebih yang semakin menurun ( The lau of diminishing returns).Dengan bertambah
sedikitnya tanah yang akan dianggap setiap pekerja baru menghasilkan tambahan
produksi yang makin sedikit; penurunan produk marjinal tenaga kerja akan
menyebabkan pula penurunan dalam upah riil yang diperoleh secara
kompetitif,serta meningkatnya sewa.Ekuilibrium Malthus dicapai apabilaupah
menurun ketingkat subsisten,jumlah penduduk tidak dapat menahan dengan
sendirinya. Namun dalam realita,perubahan teknologi dapat memungkinkan
berlangsungnya terus perkembangan ekonomi di negara-negara industry,dengan
menggeser kurva produktivitas tenaga kerja keatas secara kontinyu.
44
2.4 Pertumbuhan Ekonomi Melalui Akumulasi Model Neoklasik
Pendekatan ini diperkenalkan oleh Robert Slow dari MIT, yang dianugrahi
hadiah Nobel tahun 1987 atas pemikiran inidan sumbangan lainnya terhadap teori
pertumbuhan ekonomi * model pertumbuhan Neoklasik memberi perangkat dasar
untuk memahami proses pertumbuhan di negara-negara maju,dan sudah
ditetapkan dalam penelitian empiris mengenai sumber– sumber pertumbuhan
ekonomi suatu Negara.
2.5 Asumsi-asumsi Dasar
Model pertumbuhan neo-klasik menggambarkan suatu perekonomian di
mana output merupakan hasil kerja dari dua jenis input,yaitu modal dan tenaga
kerja.Berbeda dengan pendekatan Malthus,penduduk dan tenaga kerja disini
dianggap sebagai variabel yang ditentukan diluar perekonomian,dan tidak
ditentukan oleh variabel-variabel ekonomi.Selain itu, kita asumsikan bahwa
perekonomian bersifat kompetitif,dan selalu beroperasi pada kesempatan kerja
penuh(full employment), sehingga kita dapat menganilisis pertumbuhan output
potensial.
Variabel baru utama dalam model pertumbuhan neo-klasik adalah model
dan perubahan teknologi.Kita asumsikan untuk sementara bahwa tingkat
teknologi adalah konstan,dan perhatian dipusatkan pada pemeran modal dalam
proses pertumbuhan.Untuk memudahkan model kita, baiklah kita menggunakan
model sebagai suatu persedian modal agregat (yang kita sebut K) . Persedian
modal agregat ini mewakili total nilai dari barang-barang modal. Dalam
perhitunga yang nyata,kita perkirakan modal secara umum sebagai nilai total
45
dolar barang modal peralatan,persedian dan lain-lain. Dlam kondisi persaingan
sempurna,dimana tidak ada imflasi maupun riseko,tingakat pengembalian atas
modal sama dengan suku bunga riil atas obligasi atau asset finansial lainnya.
Beralih ke proses pertumbuhan ekonomi,para ekonom menekankan
kebutuhan akan intensifikasi modal (capital deepening),yaitu suatu proses
dimana jumalah modal pertenaga kerja naik setiap saat.Contoh dari intensifikasi
modal mencakup berlipatgandanya jumlah mesin-mesin pertanian system irigasi
perairandidaerah pertanian,rel kereta apai serta jalan raya didalam transportasi;
dan computer serta alat komunikasi dalam perbankan. Dalam masing-masing
system tersebut ,masyarakat menginvestasikan barang-barang modal secara besar-
besaran,meningkatkan jumlah barang modalper tenaga kerja.Akibatnya, output
pertenaga kerja tumbuh pesat disektor pertanian,perhubungan,dan perbankan.
Dengan kondisi teknologi konstan,cepatnya pertumbuhan tingkat investasi
dipabrik dan peralatan cendrung akan menekan tingkat pengambilan modal
(modal suku bunga riil). Hal ini terjadi karena kebanyakan proyek investasi
dibangun lebih dahulu, dan sesudahnya nilai investasi akan turun dan jadi tidak
bernilai. Sekali suatu jaringan rel kereta atau system telepon dibangun,maka
investasi baru akan menyebar keseluruh daerah.Tingkat pengembalian investasi
yang baru ini akan lebih rendah dari yang pertama.
Selain itu, tingkat upah yang dibayar kepada perja akan cendrung
meningkat pada saat intensifikasi modal terjadi.mengapa? masing-masing pekerja
mempunyai lebih banyak modal sehingga produksi marjinal meraka pun
meningkat. Akibatnya tingakat upah kompetitif naik sejalan meningkatnya
tambahan produksi tenaga kerja. Kita akan melihat bahwa tingkat upah disektor
46
pertanian,sector trasportasi (perhubungan) ataupun disektor perbankan meningkat
karena meningkatnya modal per tenaga kerja meningkatan produksi marjinal
sector-sektor tersebut.
Dikatakan terjadi intensipikasi modal (capital deepening) jika persedian
modal bertambah lebih cepat jika dibandingkan dengan penduduk dan tenaga
kerja. Dalam hal tidak terdapat perubahan teknologi,keadaan hal ini akan
menjurus pada pertumbuha output per pekerja,produksi marjinal pekerja,dan upah
selain itu, capital deeping akan menurunkan pengambilan modal dankonsekuensi
penurunan pada tingkat bunga riil.
2.6 Teori Pertumbuhan Solow dan Swan
Teori pertumbuhan neo-klasik dikembangkan oleh Solow dan Swan
(1956). Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk,
akumulasi kapital, kemajuan teknologi (eksogen), dan besarnya output yang
saling berinteraksi. Perbedaan utama dengan model Harrod-Domar adalah
masuknya unsur kemajuan teknologi. Selain itu, Solow-Swan menggunakan
model fungsi produksi yang memungkinkan adanya substitusi antara kapital (K)
dan tenaga kerja (L). Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga sumber yaitu:
akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan kemajuan
teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan teknik
sehingga produktivitas meningkat. Dalam model Solow-Swan, masalah teknologi
dianggap fungsi dari waktu.
Teori Solow-Swan menilai bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar
dapat menciptakan keseimbangan, sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak
47
mempengaruhi atau mencampuri pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
Mankiw (2006) Penawaran barang dalam model Solow didasarkan pada
fungsi produksi yang sudah dikenal, yang menyatakan bahwa output bergantung
pada persediaan modal dan angkatan kerja.
Y = F (K,L ).
Model pertumbuhan Solow mengasumsikan bahwa fungsi produksi
melalui skala pengembalian konstan atau skala hasil konstan (constant returns to
scale). Asumsi ini sering dianggap realistis, seperti akan kita lihat berikut ini,
asumsi ini membantu untuk mempermudah analisis. Ingatlah bahwa fungsi
produksi memiliki skala pengembalian konstan jika
zY = f( zK,zL )
Dengan z bernilai positif. Jika kita mengalikan modal dan tenaga kerja
dengan z, kita juga mengalikan jumlah output dengan z. Fungsi produksi dengan
skala pengembalian konstan memungkinkan kita menganalisis seluruh variabel
dalam perekonomian dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja. Untuk melihat
kebenarannya, gunakan z = 1/L dalam persamaan di atas untuk mendapatkan
Y / L = F (K / L,1).
Persamaan ini menunjukkan bahwa jumlah output per pekerja Y/L adalah
fungsi dari jumlah modal per pekerja K/L. (Angka “1” adalah, tentu saja, konstan
sehingga bisa dihilangkan asumsi skala pengembalian konstan menunjukkan
bahwa besarnya perekonomian sebagaimana diukur oleh jumlah pekerja tidak
mempengaruhi hubungan antara output per pekerja dan modal per pekerja. Karena
besarnya perekonomian tidak menjadi masalah, maka cukup beralasan untuk
48
menyatakan seluruh variabel dalam istilah per pekerja. Kita nyatakan hal ini
dengan huruf kecil, sehingga y = Y/L adalah output per pekerja, dan k = K/L
adalah modal per pekerja selanjutnya kita bisa menulis fungsi produksi sebagai :
Y = f (k)
Dimana kita definisikan f(k) = F(k,1). Gambar 2 menunjukkan fungsi
produksi ini, Ketika jumlah modal meningkat, kurva fungsi produksi menjadi
lebih datar, yang mengindikasikan bahwa fungsi produksi mencerminkan produk
marjinal modal yang kian menurun. Ketika k rendah, rata-rata pekerja hanya
memiliki sedikit modal untuk bekerja, sehingga satu unit modal tambahan begitu
berguna dan dapat mempeeroduksi banyak output tambahan. Ketika k tinggi, rata-
rata pekerja memiliki banyak modal, sehingga satu unit modal tambahan hanya
sedikit meningkatkan produksi. Fungsi produksi menunjukkan bagaimana jumlah
modal per pekerja k menentukan jumlah output per pekerja y = f(k). Kemiringan
fungsi produksi adalah produk marjinal modal : jika k meningkat 1 unit, y
meningkat sebesar MPK unit. Fungsi produksi menjadi lebih datar ketika k naik,
yang menunjukkan penurunan produk marjinal modal.
Gambar 2.1. Fungsi Produksi
Output
per Output, f(k) pekerja, y
MPK Fungsi Produksi. Fungsi
produksi
I menunjukkan bagaimana jumlah
modal per pekerja y = f(k). Kemiringan
fungsi produksi adalah produk marjinal modal : jika k meningkat 1 unit, y
meningkat sebesar MPK unit. Fungsi
produksi menjadi lebih datar ketika k
naik, yang menunjukkan penurunan
produk marjinal modal. M
49
Kemiringan dari fungsi produksi ini menunjukkan berapa banyaknya
output tambahan yang dihasilkan seorang pekerja ketika mendapatkan satu unit
modal tambahan. Angka yang diperoleh merupakan produk marjinal modal MPK.
Secara matematis, dapat ditulis
MPK = f ( k + 1) – f ( k )
Permintaan terhadap barang dalam model Solow berasal dari konsumsi
dan investasi. Dengan kata lain, output per pekerja y merupakan konsumsi per
pekerja c dan investasi per pekerja i :
Y = ( c + i
Model Solow mengasumsikan bahwa setiap tahun orang menabung
sebagian s dari pendapatan mereka dan mengkonsumsi sebagian (1-s). Dengan
fungsi konsumsi sederhana :
c = (1 - s )y
Dimana s, tingkat tabungan, adalah angka antara nol dan satu. Perlu
diingat bahwa berbagai kebijakan pemerintah secara potensial bisa mempengaruhi
tingkat tabungan nasional, sehingga salah satu dari tujuan kita adalah mencari
berapa tingkat tabungan yang diinginkan. Namun, sekarang kita asumsikan
tingkat bunga s sudah baku. Untuk melihat apakah fungsi konsumsi ini
berpengaruh pada investasi, substitusikan (1-s)y untuk c dalam identitas
perhitungan pendapatan nasional :
Y = (1 - s )y + I,
Dan kita ubah lagi menjadi
I = sy.
50
Persamaan ini menunjukkan bahwa investasi sama dengan tabungan,
tingkat tabungan s juga merupakan bagian dari output yang menunjukkan
investasi. Pada setiap momen, persediaan modal adalah determinan output
perekonomian yang penting karena persediaan modal bisa berubah sepanjang
waktu, dan perubahan itu bisa mengarah ke pertumbuhan ekonomi. Biasanya,
terdapat dua kekuatan yang mempengaruhi persediaan modal: investasi dan
depresiasi.
Investasi mengacu pada pengeluaran untuk peluasan usaha dan peralatan
baru, dan hal itu menyebabkan persediaan modal bertambah. Depresiasi mengacu
pada penggunaan modal, dan hal itu menyebabkan persediaan modal berkurang.
Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, investasi per pekerja i sama dengan sy.
Dengan mengganti fungsi produksi untuk y, kita bisa menunjukkan investasi per
pekerja sebagai fungsi dari persediaan modal per pekerja :
i = sf(k).
2.7 Teori Pertumbuhan Harrod Domar
Kedua ekonom ini menekankan pentingnya peranan investasi (I). Mereka
berpendapat bahwa investasi (I) mempunyai pengaruh terhadap permintaan
agregat (Z) melalui proses multiplier, dan mempunyai pengaruh terhadap
penawaran 35 agregat (S) melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi.
Investasi (I) dapat diartikan sebagai tambahan stok kapital (D K), Jadi I = DK.
Sukirno (1996) Teori Harrod-Domar bertujuan untuk menerangkan syarat
yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan
yang teguh atau steady growth dalam jangka panjang. Analisis Harrod-Domar
51
menggunakan pemisalan-pemisalan berikut : (1) Barang modal telah mencapai
kapasitas penuh, (2) Tabungan adalah proporsional dengan pendapatan nasional,
(3) Rasio modal-produksi (capital output ratio) tetap nilainya, dan (4)
perekonomian terdiri dari dua sektor.
Syarat untuk mencapai pertumbuhan teguh, dalam analisisnya teori Harrod
Domar menunjukkan bahwa, walaupun pada satu tahun tertentu (misalnya tahun
1994) barang-barang modal sudah mencapai kapasitas penuh, pengeluaran agregat
dalam tahun 1994 yaitu AE = C + I, akan menyebabkan kapasitas barang modal
menjadi semakin tinggi pada tahun berikutnya (tahun 1995). Dengan perkataan
lain, investasi yang berlaku dalam tahun 1994 akan menambah kapasitas barang
modal untuk mengeluarkan barang dan jasa pada tahun 1995.
Adapun syarat yang perlu dipenuhi agar kapasitas barang modal yang
bertambah itu akan sepenuhnya digunakan. Artinya: apakah syaratnya agar pada
tahun berikutnya (tahun 1995) barang-barang modal mencapai kapasitas penuh
kembali?. Dua hal yang perlu diketahui untuk memecahkan persoalan ini.
Pertama, berapakah besarnya pertambahan kapasitas barang modal pada
tahun 1995? Karena teori Harrod-Domar menganggap rasio modal-produksi tetap,
teori tersebut mengatakan pertambahan kapasitas barang modal tergantung kepada
dua faktor, yaitu rasio modal-produksi itu sendiri (misalkan ia bernilai COR) dan
36 investasi yang dilakukan pada tahun 1994 (misalkan ia bernilai I).
Pertambahan kapasitas barang modal (∆c) dapat dinyatakan dalam persamaan
berikut
Δc = I
COR
52
Kedua, keadaan yang bagaimanakah yang akan mengakibatkan
pertambahan pendapatan nasional (∆Y) sama dengan pertambahan kapasitas
barang modal (∆c)?. Teori Harrod-Domar adalah perluasan dari analisis Keynes.
Dengan demikian teori itu berpendapat bahwa kapasitas penuh pada tahun berikut
akan tercapai apabila pengeluaran agregat bertambah dengan cukup besar
sehingga tercapai keadaan :
∆c = ∆Y
Teori Keynes telah menerangkan, apabila ada pertambahan pengeluaran
agregat (misalnya ∆I) maka pendapatan nasional akan bertambah. Besarnya
pertambahan pendapatan nasional tergantung kepada besarnya multiplier, dan
pertambahan pendapatan tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut :
ΔY = 1 .ΔI
MPS Sekarang telah diperoleh tiga persamaan yaitu :
i. ∆c = I
COR
ii. ΔY = I .ΔI
MPS
iii. ∆c = ΔY
dengan demikian : I 1
= .ΔI atau ΔI MPS persamaan ini berarti tingkat
COR MPS =
1 COR
Kenaikan (ΔI/I) adalah sama dengan MPS/ COR. Apabila dimisalkan
COR = 4 dan mps = 0,20, maka : ΔI 0,20 0,05
= =
I 4
53
Perhitungan di atas menunjukkan bahwa investasi tahun berikutnya (1995)
harus bertambah sebanyak 5 persen kalau dibandingkan tahun sebelumnya untuk
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang teguh. Dengan demikian, dalam analisis
Harrod-Domar, pertumbuhan ekonomi yang teguh akan mencapai kapasitas penuh
dalam jangka panjang.
Dengan menggunakan pemisalan dan analisis di atas teori Harrod-Domar
dapat pula menerangkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang akan dicapai suatu
negara yang terus menerus mencapai kapasitas penuh dalam penggunaan
barangbarang modalnya. Pemisalan bahwa tabungan adalah proporsional dengan
pendapatan nasional dapat diringkaskan menjadi persamaan.
S = MPS x Y
Dalam perekonomian dua sektor keseimbangan dicapai apabila S = I.
Maka pada keseimbangan berlaku keadaan berikut.
I = MPS x Y Atau Y = 1
MPS
analisis terdahulu telah menunjukkan bahwa ΔY = 1
ΔI
MPS
dengan demikian tingkat pertumbuhan ekonomi dapat ditentukan dengan
menyelesaikan persamaan berikut
Kesamaan di atas berarti pertumbuhan ekonomi sama tingkatnya dengan
pertambahan investasi. Dalam persamaan ΔY = MPS
Y COR
54
dalam contoh di mana MPS = 0,20 dan COR = 4, tingkat pertumbuhan ekonomi
adalah: 0,20/4 = 5 persen
2.8 Teori Pertumbuhan Endogen
Mankiw (2006) Teori pertumbuhan endogen yaitu teori yang menolak
asumsi model Solow tentang perubahan teknologi yang berasal dari luar
(eksogen). Kita mulai dengan fungsi produksi sederhana ;
Y = AK,
Di mana Y adalah output, K adalah persediaan modal, dan A adalah
konstanta yang mengukur jumlah output yang diproduksi untuk setiap unit modal.
Ketiadaan pengembalian modal yang kian menurun merupakan perbedaan penting
antara model pertumbuhan endogen dan pertumbuhan Solow. Bagaimana fungsi
produksi berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, diasumsikan bahwa sebagian
pendapatan ditabung dan diinvestasikan. Karena itu kita jelaskan akumulasi modal
dengan persamaan yang telah kita gunakan sebelumnya .
∆K = sY – δK
Persamaan ini menyatakan bahwa perubahan persediaan modal (∆K) sama
dengan investasi (sY) dikurangi depresiasi (δK). Menggabungkan persamaan ini
dengan fungsi produksi Y = AK, kita dapatkan :
∆Y/Y = ∆K/K = sA – δ
Persamaan ini menunjukkan apa yang menentukan tingkat pertumbuhan
output ∆Y/Y, lihatlah selama sA > δ, pendapatan perekonomian tumbuh
selamanya, meskipun tanpa asumsi kemajuan teknolgi eksogen. Jadi, perubahan
sederhana dalam fungsi produksi bisa mengubah secara dramatis prediksi tentang
55
pertumbuhan ekonomi. Dalam model Solow, tabungan akan mendorong
pertumbuhan untuk sementara, tetapi pengembalian modal yang kian menurun
pada akhirnya akan mendorong perekonomian mencapai kondisi mapan di mana
pertumbuhan hanya bergantung pada kemajuan teknologi eksogen. Sebaliknya
dalam pertumbuhan endogen, tabungan dan investasi bisa mendorong
pertumbuhan yang berkesinambungan.
Namun, penganut teori pertumbuhan endogen berpendapat bahwa asumsi
pengembalian modal konstan (bukan yang kian menurun) lebih bermanfaat jika K
diasumsikan secara kebih luas. Barangkali kasus terbaik untuk model
pertumbuhan endogen adalah memandang ilmu pengetahuan sebagai sejenis
modal.
2.9 Peneliti Terdahulu
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian &
Nama Peneliti
Model
Estimasi
Variabel Hasil Penelitian
1. Pengaruh sector
pariwisata terhadap
terhadap
pertumbuhan
ekonomi di
Indonesia
Estimasi
Two
Stages
Least
Square
Estimasi Two
Stages Least Square
Berdasarkan hasil
estimasi Two Stages
Least Square dan
pembahasan yang telah
dikemukakan
sebelumnya, maka dapat
diambil kesimpulan
sebagai Pariwisata
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
pertumbuhan eokonomi. Faktor lain
yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan
ekonomi
adalah angkatan kerja
Anggita Permata
Yakup
( 2019)
56
yang berkerja, gross
fixed capital formation,
umur
harapan hidup dan
school enrollment,
primary.
2. Pengaruh Sektor
Pariwisata Terhadap
Pertumbuhan Sektor
Ekonomi di
Kabupaten/ Kota
Yogyakarta (Tahun
2011-2015)
chow test
dan
hausment
test
variabel jumlah
restoran dan rumah
makan, jumlah
obyek wisata tidak
memiliki pengaruh
yang signifikan
terhadap PDRB.
penelitian menunjukan
variabel jumlah
wisatawan domestik dan
jumlah kamar hotel non
berbintang memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
PDRB, sedangkan
variabel jumlah restoran
dan rumah makan,
jumlah obyek wisata
tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap
PDRB.
3. Crouch,1992 Vaktor
Auto
Regression
Model
(VAR)
Pendapatan Own
Price,Nilai
Tukar,Trasportasion
cost,marketing
expenditure.
Pendapatan Own
Price,Nilai
Tukar,Trasportasion
cost,marketing
expenditure
2.10 Kerangka Konseptual
Sektor pariwisata telah tumbuh menjadi sektor yang memegang peranan
penting dalam perekonomian suatu negara, tidak terkecuali di Indonesia. Di
Indonesia, sector pariwisata merupakan satu-satunya jasa yang termasuk dalam
sepuluh komoditas ekspor dengan konstribusi terbesar dalam penerimaan devisa
negara. Seperti halnya sektor perekonomian lainya, sektor pariwisata memiliki
peluang besar untuk semakin berkembang dengan adanya liberalisasi. Hal tersebut
terjadi karena semakin terbukanya penduduk melakukan perjalanan ke luar negeri,
meningkatnya volume perdagangan internasional dan masuk serta keluarnya
57
investasi dari atau ke luar negeri. Peranan sector pariwisata akan semakin
bertambah penting dalam era globalisasi (Lumaksonoet al, 2012).
Kerangka konsepstual merupakan suatu model yang menerangkan
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting dan telah diketahui dalam
suatu masalah tertentu. Secara umum, terdapat beberapa indikator yang dianggap
sangat mempengaruhi perkembangan periwisata di Indonesia yaitu Sektor
pariwisata dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah Pertumbuhan
ekonomi ,Nilai tukar kurs Rupiah terhadap Dollar Nilai tukar atau kurs merupakan
salah satu satuan mata uang yang dipakai untuk melakukan transaksi dalam
perdagangan internasional ,(PDB) Produk Domastik Bruto Perkapita, Sarana/
Infrastruktur dan Arus wisatawan dari bandara.
Kerangka Analisis Penelitian
Gambar 2.2
Tahap Penelitian
analisa ekonomi secara deskriptif
tentang Perkembangan sector
ekonomi pariwisata Indonesia di
dua daerah utama paeiwisata
Indonesia
estimasi model ekonomi dari
factor ekonomi sektor pariwista
apa saja yg dapat menentukan
pertumbuhan ekonomi di Pulau
Bali dan Yogyakarta pada era
pandemic Covid-19
TAHAP I
TAHAP II
58
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan kerangka konseptual
penelitian sebagai berikut:
Keterangan :
: Mempengaruhi
Gambar 2.3. Kerangka Konseptual Penelitian
2.11. Pengembangan Hipotesis dan Model Analisis
2.11.1. Pengembangan Hipotesis
1) Di duga sektor pariwisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia terutama di dua daerah yaitu
Yogyakarta dan Bali
2) Diduga sector pariwisata berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi,Nilai tukar,IHK,PDB/kapita.
Variabel Endogen
Variabel Eksogen
Sektor
Periwisata
Pertumbuhan
Ekonomi
(JWMD)
Jumlah
Wisatawan
Mancanegara,
Domestik Tingkat Penghunian Kamar
(TPK) Hotel
(PDRB/KAPI
TA) Produk
Domestik
Regional
Bruto
59
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam
mengumpulkan informasi empiris guna memecahkan masalah dan menguji
hipotesis dari sebuah penelitian. Berdasarkan tujuannya, penelitian ini termasuk
penelitian terapan yaitu penelitian yang menyangkut aplikasi teori untuk
memecahkan permasalahan tertentu. Berdasarkan metode, penelitian ini
merupakan penelitian kausal komparatif yaitu penelitian yang menunjukkan arah
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, disamping mengukur
kekuatan hubungannya.(Kuncoro, 2013)
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah mini riset kuantitatif, yang dimana
bertujuan untuk mengestimasi dan menganalisis hubungan antara variabel yang
telah ditentukan untuk menjawab rumusan masalah. Data yang disajikan adalah
panel data yaitu dimana penelitian menggunakan data cross section, data yang
diteliti lebih dari satu; dan time series, waktu yang dihimpun pada tahun yang
berbeda secara bersamaan. Data yang akan di teliti adalah Provinsi di Indonesia
yaitu Yogyakarta dan Bali.Waktu penelitian yang dihimpun adalah pada tahun
2019 sampai 2020 yang di publikasikan Badan Pusat Statistik (BPS). Adapun
variabel-variabel yang akan diamati adalah variabel-variabel yang terdapat pada
perkembangan sector pariwisata diera pandemic berpengaruh pada pertumbuhan
ekonomi diindonesia /Bali dan Yokyakarta diera pandemic covid 19.
45
60
3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan acuan dari tinjauan pustaka yang
digunakan untuk melakukan penelitian dimana antara variabel yang satu dengan
variabel yang lain dapat dihubungkan sehingga penelitian ini dapat disesuaikan
dengan data yang diinginkan. Adapun variabel yang terdapat dalam penelitian ini
adalah: Sektor Pariwisata (PR), Pertumbuhan Ekonomi (PE), Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), Jumlah Wisatawan Mancanegara Domestik (JWMD),
Tingkat Hunian Hotel (THH)
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Jenis
Variabel
Definisi Operasional Sumber Data
(PR)Sektor Pariwisata Variabel
Terikat
Data produksi
lapangangan usaha dari
PDRB berdasarkan
IHK yg mendukung
pariwisata
seperti:Sektor
trasportasi,sector
penyediaan
akomodasi,sector
kontruksi dan Informasi
Badan Pusat
Statistik
www.bps.go.id
(PE)Pertumbuhan
Ekonomi
variabel
bebas
Pertumbuhan ekonomi
proses kenaikan
kapasitas produksi
suatu perekonomian
yang diwujudkan dalam
bentuk kenaikan
pendapatan nasional.
Badan Pusat
Statistik
www.bps.go.id
(PDRB/KAPITA)
Produk Domestik
Regional Bruto
variabel
bebas
Data Rata-rata
pendapatan yang
diterima oleh setiap
penduduk selama satu tahun di suatu
wilayah/daerah
Badan Pusat
Statistik
www.bps.go.id
(JWMD) Jumlah
Wisatawan
Mancanegara,Domestik
variabel
bebas
Data jumlah
Pengunjung yang
tinggal paling sedikit
Badan Pusat
Statistik
www.bps.go.id
61
24 jam, akan tetapi
tidak lebih dari 12 (dua
belas) bulan di tempat
yang dikunjungi
dengan maksud
kunjungan
(THH)Tingakat Hunian
Hotel Jumlah data tingkat
hunian hotel yaitu data
jumlah kamar usaha
akomodasi (sesuai
dengan klasifikasi)
Badan Pusat
Statistik
www.bps.go.id
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melihat data sector Pariwisata dan
PDRB/Perkapi pada periode 2018 sampai 2019 yang disediakan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) www.bps.go.id , Dan Bank Indonesia (BI) www.bi.go.id
dan Kementerian Keuanga www.kemenkeu.go.id
3.3.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian direncanakan selama empat bulan yaitu Desember
2019 sampai mei 2020.
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan sumber yaitu
data sekunder, merupakan data yang telah dikumpulkan oleh lembaga
pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data.
Berdasarkan bentuk adalah data kuantitatif, data yang diukur dalam suatu skala
numerik (angka). Sedangkan berdasarkan waktu adalah data panel, merupakan
62
data dari beberapa individu sama yang diamati dalam kurun waktu tertentu
(Kuncoro, 2013).
3.4.2 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari
hasil publikasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) www.bps.go.id , dan Bank
Indonesia (BI) www.bi.go.id , Kementerian Keuanga www.kemenkeu.go.id
baik melalui website resmi maupun pengambilan langsung ke kantor.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pengambilan ke Kantor Badan Pusat
Statistik (BPS), dan melalui website resmi Badan Pusat Statistik (BPS)
www.bps.go.id , Bank Indonesia (BI). www.bi.go.id, dan Kementerian Keuanga
www.kemenkeu.go.id Kemudian Penelitian kepustakaan (library research) juga
dilakukan untuk memperoleh landasan teoritis yang dapat menunjang dan dapat
digunakan sebagai tolak ukur pada penelitian ini. Penelitian kepustakaan
dilakukan dengan cara membaca, mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji
literatur-literatur yang tersedia seperti buku, jurnal, majalah, dan artikel yang
menyangkut rasio keuangan dan saham.
3.6 Model Estimasi
Model ekonometrik yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut.
Model Ekonometrik I: Pengaruh perkembangan sector pariwisata di
Indonesia dan di 2 daerah Bali dan Yogyakarta
63
𝑆𝑃𝑎𝑟𝑟𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1. 𝑃𝐸𝑟𝑡 + 𝛽2. 𝑃𝐷𝑅𝐵𝑟𝑡 + 𝛽3. 𝐽𝑊𝑀𝑟𝑡 + 𝛽4. 𝑇𝐻𝐻𝑟𝑡 + 𝜀𝑟𝑡.....(3-1)
Dimana:
𝑆𝑃𝑎𝑟𝑟𝑡 = Sektor Pariwisata
t = Periode waktu (2019-2020)
PErt = Data Pertumbuhan Ekonomi terdapat di BPS
𝑃𝐷𝑅𝐵𝑟𝑡 = Produk Domestik Regional Bruto/Kapita
𝐽𝑊𝑀𝑁𝑟𝑡 = Jumlah Wisatawan MancaNegara
𝑇𝐻𝐻𝑟𝑡 = Tingkat Hunian Hotel
𝛽0 = Konstanta
𝛽1….4 = Koefesien
𝜀𝑓 = Error Term
3.7 Metode Estimasi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pada model pertama
menggunakan metode regresi linier, tekniknya adalah OLS (Ordinary Least
Square). Inti metode OLS adalah mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan
meminimalkan jumlah kuadrat kesalahan setiap observasi terhadap garis tersebut.
Menurut Teorema Gauss-Markov, setiap pemerkira/estimator OLS harus
memenuhi kriteria BLUE (Best, Linier, Unbiased, Estimator) dalam Gujarati
(1995).
Asumsi utama yang mendasari metode regresi dengan menggunakan
teknik OLS adalah sebagai berikut:
a) Metode regresi linier, artinya: linear dalam parameter.
b) X diasumsikan nonstokastik, artinya: nilai X dianggap tetap dalam sampel
yang berulang.
c) Nilai rata-rata kesalahan adalah nol, atau 𝐸(𝑢𝑖I 𝑋𝑖) = 0.
d) Homoskedestisitas, artinya varians kesalahan sama untuk setiap periode
(homo = sama; skedastisitas = sebaran). Dinyatakan dalam bentuk matematis:
𝑣𝑎𝑟(𝑢𝑖 I 𝑋𝑖) = 𝜎2.
64
e) Tidak ada aotokorelasi antarkesalahan (antara 𝑢𝑖 dan 𝑢𝑗 tidak ada
korelasinya). Dinyatakan dalam bahasa matematis: covarians (𝑢𝑖 , 𝑢𝑗) = 0.
f) Antara u dan X saling bebas, sehingga cov (𝑢𝑖 , 𝑋𝑖) = 0.
g) Tidak ada multikolinearitas yang sempurna antar variabel bebas.
h) Jumlah observasi, n, harus lebih besar daripada jumlah parameter yang
diestimasi (jumlah variabel bebas).
i) Adanya variabilitas dalam nilai X, artinya nilai X harus berbeda (tidak boleh
sama semua).
j) Model regresi telah dispesifikasikan secara benar. Dengan kata lain tidak ada
bias (kesalahan) spesifikasi dalam model yang digunakan dalam analisis
empiris.
Kemudian model kedua dapat dianalisis dengan menggunakan teknik
2SLS (Two Stage Least Square Methode) dalam bentuk regresi berganda.
Asumsi utama yang mendasari model regresi dengan menggunakan teknik
2SLS adalah sebagai berikut (Ariefianto, 2012):
1. Nilai rata-rata : disturbance term = 0
2. Tidak terdapat korelasi serial (serial auto correlation) diantara disturbance
term COV (𝜀𝑖𝜀𝑗) = 0; 𝑖 ≠ 𝑗.
3. Sifat momocidentecity dari disturbance term var (𝜀𝑖) = 𝜎2
4. Covariance antara 𝜀𝑖 dari setiap variabel bebas (x) = 0
5. Tidak terdapat bias dalam spesifikasi model regresi. Artinya, model regresi
yang diuji secara tepat telah dispesifikasikan atau diformulasikan.
Tidak terdapat collinerity antara variabel-variabel bebas tidak
mengandung hubungan linier tertentu antara sesamanya.
65
3.8 Tahapan Analisis
3.8.1 Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif merupakan suatu metode analisa sederhana
yang dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi observasi dengan
menyajikan dalam bentuk tabel, grafik, maupun narasi dengan tujuan untuk
memudahkan pembaca dalam menafsirkan hasil penelitian.
Metode analisis deskriptif dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana perkembangan inflasi yang tercantum di Indeks harga
konsumen pada periode 2018 sampai 2020.
3.8.2 Analisis Pengujian Regresi
1. Penaksiran
a) Korelasi (R)
Koefisien korelasi adalah nilai yang ditunjukkan kuat atau
tidaknya suatu hubungan linier antara variabel Sektor Pariwisata (SP),
Pertumbuhan Ekonomi (PE), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
Jumlah Wisatawan Mancanegara Domestik (JWMD), Tingkat Hunian
Hotel (THH). Koefisien korelasi biasanya dilambangkan dengan huruf r
dimana bervariasi antara -1 sampai +1. Nilai r mendekati -1 atau +1
menunjukkan hubungan yang kuat antara variabel-variabel tersebut, nilai
r yang mendekati 0 mengindikasikan lemahnya hubungan antara
variabel-variabel tersebut. Sedangkan tanda + (positif) dan – (negatif)
memberikan informasi mengenai arah dari hubungan antara variabel-
variabel tersebut. Jika bernilai + (positif) maka variabel-variabel tersebut
memiliki hubungan yang searah. Dalam arti lain, peningkatan Sektor
66
Pariwisata (SP), Pertumbuhan Ekonomi (PE), Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB), Jumlah Wisatawan Mancanegara Domestik (JWMD),
Tingkat Hunian Hotel (THH).Peningkatan Sektor pariwisata yg
dipengaruhi oleh peningkatan Indikator Finansial, akan bersamaan
dengan peningkatan pertumbuhan Ekonomi dan begitu juga sebaliknya.
Jika bernilai – (negatif) artinya korelasi antara kedua variabel tersebut
bersifat berlawanan. Dimana penurunan Sektor Pariwisata (SP),
Pertumbuhan Ekonomi (PE), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
Jumlah Wisatawan Mancanegara Domestik (JWMD), Tingkat Hunian
Hotel (THH), akan bersamaan dengan penurunan Industri Sektor
Pariwisata, serta penurunan Pertumbuhan Ekonomi yang dipengaruhi
oleh penurunan Indikator Finansial akan bersamaan dengan anggaran
pengeluaran dan belanja pemebrintah demikian juga sebaliknya.
b) Koefisien Determinasi (𝐑𝟐)
Koefisien determinasi adalah untuk mengetahui seberapa besar
persentase kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat yang dapat
dinyatakan dalam persentase. Namun tidak dapat dipungkiri ada kalanya
dalam penggunaan koefisien determinasi (R2) terjadi bias terhadap satu
variabel bebas yang dimasukkan dalam model. Sebagai ukuran
kesesuaian garis regresi dengan sebaran data, koefisien determinasi (R2)
menghadapi masalah karena tidak memperhitungkan derajat bebas.
Sebagai alternatif digunakan corrected atau adjusted R2 yang
dirumuskan (Gujarati, 2006):
𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 𝑅2 = 1 − 𝑅2 − (−1
𝑛−𝑘) .......................................................(3-2)
67
Dimana: R2 = Koefisien determinasi
n = Jumlah Sampel
k = Jumlah variabel independen
2. Pengujian (Test Diagnostic)
a) Uji Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (IHK ,
IHPB , PDB , SB , KURS ,) secara parsial terhadap variabel terikat
(Inflasi).
Nilai t dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
t = 𝛽𝑖
𝑠𝑒.𝛽𝑖 ...............................................................................................(3-3)
dimana: 𝛽𝑖 = koefisien regresi,
𝑠𝑒 = Standar eror
Dibandingkan dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = ± 𝑡 (𝛼/2, 𝑛 − 1)
Kriteria Uji:
Terima H0 jika −𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 < 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < +𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, hal lain tolak H0
Atau dalam distribusi kurva normal t dapat digambarkan sebagai berikut.
−𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 + 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
68
b) Uji Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui pada model I apakah variabel
Sektor Pariwisata (SP), Pertumbuhan Ekonomi (PE), Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), Jumlah Wisatawan Mancanegara Domestik
(JWMD), Tingkat Hunian Hotel (THH)., secara keseluruhan signifikan
secara statistik dalam mempengaruhi variabel IHK . Uji F dapat dihitung
dengan rumus berikut:
𝐹 =𝑅2/𝑘−1
(1−𝑅2)/(𝑁−𝐾) ................................................................................(3-4)
Dimana: K = Jumlah parameter yang diestimasi
N = Jumlah Observasi
Dibanding dengan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝐹(𝛼, 𝑛 − 𝑘 − 1)
Kriteria Uji:
Terima H0jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, hal lain tolak H0.
Atau dalam distribusi kurva F dalam digambarkan sebagai berikut.
𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
a) Atau dalam olahan software dikatakan signifikan jika nilai sig < 𝛼
= 5%.
c) Uji Asumsi klasik
Penggunaan OLS mensyaratkan pemenuhan beberapa asumsi
(disebut asumsi klasik: Gauss-Markov). Jika asumsi ini dipenuhi, maka
69
parameter yang diperoleh dengan OLS adalah bersifat Best Linier
Unbiased Estimator (BLUE). Dalam praktiknya, sangat mungkin sekali
satu atau lebih asumsi tersebut tidak dapat dipenuhi. Dengan demikian
estimator OLS tidak lagi BLUE. Pada kasus yang ekstrem, estimator
dan/atau pengujian hipotesis bahkan tidak dapat dilakukan. Dalam bagian
ini akan dibahas suatu pelanggaran asumsi klasik yang sering terjadi
yakni autokorelasi, heterokedastisitas, dan multikolinearitas (Ariefianto,
2012).
3. Autokorelasi
Autokorelasi adalah fenomena model (Vogelvang, 2005). Ia timbul
dari spesifikasi yang tidak tepat terhadap hubungan antara variabel
endogeonus dengan variabel penjelas. Akibat kurang memadainya
spesifikasi maka dampak faktor yang tidak masuk ke dalam model akan
terlihat pada pola residual. Akibat dari adanya autokorelasi adalah
parameter bias dan variannya minimum, sehingga tidak efisien (Gujarati,
2003).
Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi salah satunya diketahui
dengan melakukan Uji Durbin Watson atau Durbin Watson Test. Dimana
apabila 𝑑𝑖 dan 𝑑𝑢 adalah batas bawah dan batas atas, statistik menjelaskan
apabila nilai Durbin Watson berada pada 2 < DW < 4 - 𝑑𝑢 maka dapat
dinyatakan tidak terdapat autokorelasi atau no-autocrorelation (Ariefianto,
2012).
70
4. Heterokedastisitas
Asumsi penting (asumsi Gauss Markov) dalam penggunaan OLS
adalah varians residual yang konstan. Varians dari residual tidak berubah
dengan berubahnya satu atau lebih variabel bebas. Jika asumsi ini
terpenuhi, maka residual tidak berubah dengan berubahnya satu atau lebih
variabel bebas. Jika asumsi ini terpenuhi, maka residual disebut
homokedastis, jika tidak, disebut heterokedastis (Ariefianto, 2012).
Untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas dapat digunakan
uji white. Secara manual uji ini dilakukan dengan melakukan regresi
kuadrat dengan variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas. Nilai
R2 yang didapat digunakan untuk menghitung X2 dimana X2 = n*R2
(Gujarati, 2003). Dimana pengujiannya adalah jika nilai Probability
Observasion R-Square lebih besar dari taraf nyata 5 persen. Maka
hipotesis alternatif adanya heterokedastisitas dalam model ditolak.
5. Multikolinearitas
Gujarati (2003) menyatakan bahwa multikolinearitas adalah
fenomena sampling. Ia terjadi pada sampel dan bukan pada populasi. Hal
ini tentu saja jika kita telah menspesifikasikan variabel yang masuk ke
dalam model dengan benar (misalnya tidak ada variabel yang merupakan
multiplikasi dari variabel lainnya). Dengan kata lain, jika dimungkinkan
untuk bekerja pada populasi maka multikolinearitas tidak akan pernah
menjadi suatu masalah (Ariefianto, 2012).
Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-
masing variabel bebas saling berhubungan secara linier dalam model
71
persamaan regresi yang digunakan. Apabila terjadi multikolinearitas,
akibatnya variabel penafsiran menjadi cenderung terlalu besar, t-hitung
tidak bias, namun tidak efisien.
Dalam penelitian ini uji multikolinearitas dilakukan dengan
menggunakan auxxilliary regression untuk mendeteksi adanya
multikolinearitas. Kriterianya adalah jika R2 regresi persamaan utama
lebih dari R2regresi auxilliary maka di dalam model tidak terjadi
multikolinearitas. Model auxxilliary regression adalah:
𝐹𝑡𝑅2.𝑋1,𝑋2,𝑋3,…𝑋𝑘/(𝑘−2)
1−𝑅2.𝑋1,𝑋2,𝑋3,…,𝑋𝑘/(𝑁−𝐾+1)..............................................................(3-5)
a) Uji Hausman
Uji Hausman merupakan uji yang digunakan untuk menentukan
model regresi pada data panel yaitu Fixed Effect atau Random Effect.
Maka akan dilakukan uji signifikan antara model Fixed Effect dan
Random Effect untuk mengetahui model mana yang lebih tepat untuk
digunakan. Uji Hausman dapat didefinisikan sebagai pengujian statistik
untuk memilih apakah Fixed Effect atau Random Effect yang akan
digunakan. Pengujian uji Hausman dilakukan dengan hipotesis sebagai
berikut:
H0 : Random Effect Model
Ha : Fixed Effect Model
Uji Hausman akan mengikuti distribusi chi-squares sebagai
berikut:
𝑚 = 𝑞^𝑉𝑎𝑟 (𝑞^) − 1 𝑞^ .....................................................................(3.7)
72
Statistik uji Hausman ini mengikuti distribusi statistik chi-square
dengan degree of freedom sebanyak k, dimana k adalah jumlah variabel
independen. Jika nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai kritisnya,
maka H0 ditolak dan model yang tepat adalah model Fixed Effect.
Sedangkan sebaliknya bila nilai statistik Hausman lebih kecil dari nilai
kritisnya maka, model yang tepat adalah model Random Effect.
1. Model Efek Tetap (Fixed Effects Model, FEM)
Model fixed effects adalah model dengan intercept berbeda-beda
untuk setiap subjek (cross section), tapi slope setiap subjek tidak berubah
seiring waktu (Gujarati,2012). Model ini mengasumsikan bahwa
intercept adalah berbeda setiap subjek sedangkan slope tetap sama antar
subjek. Dalam membedakan satu subjek dengan subjek lainnya
digunakan variabel dummy (Kuncoro, 2012). Model ini sering disebut
dengan model Least Square Dummy Variables (LSDV).
2. Model Efek Random (Random Effect Models,REM)
Random Effect disebabkan variasi dalam nilai dan arah hubungan
antar subjek diasumsikan random yang dispesifikasikan dalam bentuk
residual (Kuncoro, 2012). Model ini mengestimasi data panel yang
variabel residual diduga memiliki hubungan antar waktu dan antar
subjek. Menurut (Widarjono, 2009) model random effect digunakan
untuk mengatasi kelemahan model fixed effect yang menggunakan
variabel dummy. Metode analisis data panel dengan model random effect
harus memenuhi persyaratan yaitu jumlah cross section harus lebih besar
daripada jumlah variabel penelitian.
73
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Provinsi Bali dan DI Yogyakarta
Obyek wisata di Indonesia yang terdiri atas obyek wisata di propinsi Bali,
obyek wisata di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Obyek Wisata Propinsi
Bali Bali adalah sebuah pulau di Indonesia, sekaligus menjadi salah satu provinsi
Indonesia. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota
provinsinya ialah Denpasar, yang terletak di bagian selatan pulau ini. Mayoritas
penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai
tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya, khususnya bagi
para wisatawan Jepang dan Australia. Bali juga dikenal sebagai Pulau Dewata.
Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan
selebar 112 km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa.
Secara astronomis, Bali terletak di Lintang Selatan dan Lintang Timur
yang mebuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain. Gunung
Agung adalah titik tertinggi di Bali setinggi m. Gunung berapi ini terakhir meletus
pada Maret Gunung Batur juga salah satu gunung yang ada di Bali. Sekitar tahun
yang lalu, Gunung Batur meletus dan menghasilkan bencana yang dahsyat di
bumi. Berbeda dengan di bagian utara, bagian selatan Bali adalah dataran rendah
yang dialiri sungai-sungai. Tempat-tempat penting lainnya adalah Ubud sebagai
pusat seni terletak di Kabupaten Gianyar; sedangkan Kuta, Sanur, Seminyak,
Jimbaran dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi tujuan pariwisata,
74
baik wisata pantai maupun tempat peristirahatan. Pariwisata di daerah Bali
merupakan sektor paling maju dan berkembang, tetapi masih berpeluang untuk
dikembangkan lebih modern lagi. Daerah ini memiliki obyek wisata yang
beragam, baik wisata alam, wisata sejarah maupun wisata budaya. Wisata alam,
misalnya meliputi 47 obyek wisata, seperti panorama di Kintamani, Pantai Kuta,
Legian, Sanur, Tanah Lot, Nusa Panida, Nusa Dua, Karang Asem, Danau Batur,
Danau Bedugul, Cagar Alam Sangieh,
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang
mempunyai keistimewaan tersendiri. DIY dipimpin oleh seorang sultan dan tanpa
melalui pemilihan langsung dari masyarakat. Pada zaman dulu berdirilah sebuah
kerajaan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sampai sekarang nilai sejarahnya
masih terlihat dari banyaknya peninggalan kerajaan di lingkungan istana raja dan
di daerah-daerah sekitarnya. Peninggalan tersebut dapat disaksikan terpahat di
monumen-monumen atau museum peninggalan sejarah. Daerah Istimewa
Yogyakarta mempunyai beberapa predikat yang sangat melekat. Hal itu ditandai
dengan terkenalnya Yogyakarta sebagai Kota Perjuangan, Kota Pelajar, Kota
Budaya, dan Kota Pariwisata. Predikat sebagai kota perjuangan adalah salah satu
yang menjadi image Yogyakarta. Hal ini ditandai dengan terjadinya Serangan
Umum Satu Maret untuk melawan Belanda yang pada akhirnya menjadikan
Yogyakarta sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia selama enam jam.
Kejadian tersebut membawa dampak yang baik karena keberadaan Indonesia
masih diakui di dunia internasional. Bukti perjuangan para pahlawan di
Yogyakarta ini masih tersimpan di dalam museum atau monumen yang tersebar di
wilayah Yogyakarta. Dengan sejarah yang dimiliki Yogyakarta, maka hal tersebut
75
dapat dijadikan suatu peluang pariwisata edukatif yang sangat menarik minat
wisatawan. Banyaknya wisatawan yang berkunjung akan menambah Pendapatan
Asli Daerah (PAD), karena salah satu penyumbang PAD adalah dari sektor
pariwisata. Pariwisata di Yogyakarta sangatlah beragam. Daerah Istimewa
Yogyakarta memiliki empat kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Bantul,
Sleman, Kulonprogo, Gunungkidul dan Kota Yogyakarta. Masingmasing
kabupaten dan kota tersebut memiliki potensi pariwisata yang berdeba-beda.
Kemegahan Candi Prambanan dan Ratu Boko, Keraton Kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat, Kota Tua Kota Gedhe, Makam Rajaraja Mataram
Kota Gedhe, museum, dan adat-istiadat serta kesenian tradisionalnya sampai
sekarang masih terjaga. Begitu juga dengan potensi keindahan alam yang selalu
menarik para wisatawan seperti kawasan Kaliurang dan Gunung Merapi, puncak
Suroloyo/Bukit Menoreh, Gunung Gambar, Pegunungan Karst, Gumuk Pasir,
Desa Wisata, maupun keindahan pantai selatan (Pantai Kukup, Baron, Krakal,
Kukup, Siung, Parangtritis, Ngrenehan, Sundak, Sadeng dll). Kota Yogyakarta
merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang terkenal di Indonesia dan
Mancanegara. Daerah yang penuh dengan nuansa kebudayaan dan ramah tamah
masyarakatnya ini menjadikan Kota Yogyakarta banyak diminati wisatawan
nusantara dan mancanegara. Setiap tahun jumlah kunjungan wisatawan baik dari
dalam negeri maupun Mancanegara yang datang ke Kota Gudeg ini terus
meningkat.
Dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Apalagi di tahun 2012 rata-rata
jumlah kunjungan wisatawan meningkat drastis. Hal ini menunjukkan bahwa
wisatawan mancanegara dan lokal sangat tertarik untuk berkunjung ke Kota
76
Yogyakarta, dan juga menunjukkan semakin meningkatnya kepercayaan
wisatawan terhadap situasi dan kondisi Kota Yogyakarta.
http://docplayer.info/78831346-Bab-i-pendahuluan-daerah-istimewa-yogyakarta-
diy-adalah-salah-satu-daerah-yang.html
4.1.1 Kondisi Geografis Bali dan DI Yogyakarta
a). Kondisi Geografis Bali
Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km
dan selebar 112 km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara geografis, Bali terletak
di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Bujur Timur yang membuatnya
beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain.Gunung Agung adalah titik
tertinggi di Bali setinggi 3.148 m. Gunung berapi ini terakhir meletus pada Maret
1963. Gunung Batur juga salah satu gunung yang ada di Bali. Sekitar 30.000
tahun yang lalu, Gunung Batur meletus dan menghasilkan bencana yang dahsyat
di bumi. Berbeda dengan di bagian utara, bagian selatan Bali adalah dataran
rendah yang dialiri sungai-sungai.
b). Kondisi Geografis DI Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang
terletak di bagian selatan pulau Jawa, dengan ibukota Yogyakarta. Secara
geografis Provinsi D.I. Yogyakarta terletak pada 8o30'-7o20' LS dan 109o40'-
111o0' BT; luas wilayah 3.185,80 km2 ; berbatasan dengan:
1. Sebelah selatan berbatasan Samudera Indonesia dan dibatasi dengan garis
panjang pantai sepanjang 110 km.
77
2. Sebelah utara berbatasan dengan gunung paling aktif di dunia, gunung Merapi
(2.968 m).
3. Sebelah barat dibatasi dengan Sungai Progo yang berasal dari Provinsi Jawa
Tengah.
4. Sebelah timur dibatasi dengan Sungai Opak yang bersumber dari puncak
Merapi dan bermuara di Laut Jawa.
4.1.2 Topografis Bali dan DI Yogyakarta
a). Topografis Bali
Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang
pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan di antara pegunungan
tersebut terdapat gugusan gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung
serta gunung yang tidak berapi, yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas dan Gunung
Seraya. Adanya pegunungan tersebut menyebabkan Daerah Bali secara Geografis
terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang tidak sama yaitu Bali Utara dengan dataran
rendah yang sempit dan kurang landai dan Bali Selatan dengan dataran rendah
yang luas dan landai.
Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri dari lahan datar (0-2%) seluas
122.652 ha, lahan bergelombang (2-15%) seluas 118.339 ha, lahan curam (15-
40%) seluas 190.486 ha dan lahan sangat curam (>40%) seluas 132.189 ha.
Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau yang berlokasi di daerah
pegunungan, yaitu Danau Beratan atau Bedugul, Buyan, Tamblingan, dan Batur.
Alam Bali yang indah menjadikan pulau Bali terkenal sebagai daerah wisata.
Ibu kota Bali adalah Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya adalah Ubud
sebagai pusat kesenian dan peristirahatan, terletak di Kabupaten Gianyar. Nusa
78
Lembongan adalah sebagai salah satu tempat menyelam (diving), terletak di
Kabupaten Klungkung. Sedangkan Kuta, Seminyak, Jimbaran dan Nusa Dua
adalah beberapa tempat yang menjadi tujuan utama pariwisata, baik wisata pantai
maupun tempat peristirahatan, spa, dan lain-lain, terletak di Kabupaten
Badung.Luas wilayah Provinsi Bali adalah 5.636,66 km2 atau 0,29% luas wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara administratif Provinsi Bali terbagi
atas 8 kabupaten, 1 kotamadya, 55 kecamatan, dan 701 desa/kelurahan.
b). Topografis DI Yogyakarta
Sebagian besar wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta atau sebesar 65,65%
wilayah terletak pada ketinggian antara 100-499 m dari permukaan laut, 28,84%
wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 meter, 5,04% wilayah dengan
ketinggian antara 500-999 m, dan 0,47% wilayah dengan ketinggian di atas 1000
m. Berdasarkan satuan fisiografis, Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri atas:
Satuan Pegunungan Selatan, seluas 1.656,25 km, ketinggian 150-700 m, terletak
di Kabupaten Gunungkidul (Pegunungan Seribu), yang merupakan wilayah
perbukitan batu gamping (limestone) yang kritis, tandus, dan selalu kekurangan
air. Pada bagian tengah berupa dataran Wonosari basin.Wilayah ini merupakan
bentang alam solusional dengan bahan batuan induk batu gamping, yang
mempunyai karakteristik lapisan tanah dangkal dan vegetasi penutup yang relatif
jarang;Satuan Gunung Berapi Merapi, seluas 582,81 km, ketinggian 80-2.911 m,
terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran fluvial Gunung Merapi,
meliputi daerah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan sebagian Kabupaten
Bantul, serta termasuk bentang alam vulkanik. Daerah kerucut dan lereng Gunung
Merapi merupakan hutan lindung dan sebagai kawasan resapan air; Dataran
79
rendah antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulon Progo seluas 215,62
km, ketinggian 080 m, merupakan bentang alam fluvial yang didominasi oleh
dataran Alluvial. Membentang di bagian dengan Pegunungan Seribu. Daerah ini
merupakan wilayah yang subur. Bentang alam lain yang belum digunakan adalah
bentang alam marine dan aeolin yang merupakan satuan wilayah pantai yang
terbentang dari Kabupaten Kulon Progo sampai Bantul. Khusus Pantai
Parangtritis, terkenal dengan laboratorium alamnya berupa gumuk pasir.
Pegunungan Kulon Progo dan Dataran Rendah Selatan seluas 706,25 km,
ketinggian 0572 m, terletak di Kabupaten Kulon Progo. Bagian utara merupakan
lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit yang mempunyai kendala
lereng yang curam dan potensi air tanah yang kecil.
4.1.3 Kondisi Demografi Provinsi Bali dan DI Yogyakarta
a).Kondisi Demografi Provinsi Bali
Penduduk Bali kira-kira sejumlah 4.236.983 jiwa (2019) dengan mayoritas
86,91% menganut agama Hindu.
Tabel 4.1
Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk, Distribusi
Persentase Penduduk, Kepadatan Penduduk, Rasio Jenis
Kelamin Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Bali, 2010 dan 2019
80
https://bali.bps.go.id/
82
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk (ribu) Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin di Provinsi Bali, 2019
https://bali.bps.go.id
b).Kondisi Demografi Provinsi DI Yogyakarta
Pertambahan penduduk Kota dari tahun ke tahun cukup tinggi, pada akhir tahun
1999 jumlah penduduk Kota 490.433 jiwa dan sampai pada akhir Juni 2000
tercatat penduduk Kota Yogyakarta sebanyak 493.903 jiwa dengan tingkat
kepadatan rata-rata 15.197/km². Angka harapan hidup penduduk Kota
Yogyakarta menurut jenis kelamin, laki-laki usia 72,25 tahun dan perempuan usia
76,31 tahun.
83
Tabel 4.3
Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk, Distribusi Persentase Penduduk,
Kepadatan Penduduk, Rasio Jenis Kelamin Penduduk Menurut
Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta, 2000, 2010 dan 2019
bali.bps.go.id
4.1.4 Indikator Ekonomi provinsi Bali dan DI Yogyakarta
a. Tabel 4-4 Produk Domestik Regional Bruto Per kapita(Ribu Rupiah)
Harga konstan
84
Sumber:bps.go.id
85
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali dan DI Yogyakarta
a). Pertumbuhan Ekonomi Bali
Tercatat selama tiga periode triwulanan berturut-turut di tahun 2020 ini
ekonomi Bali mengalami pertumbuhan negatif. Pada triwulan III-2020 ekonomi
Bali kembali tercatat turun (tumbuh negatif atau terkontraksi) sedalam -12,28
persen jika dibandingkan capaian pada triwulan III-2019 (y-on-y). Sebagai
wilayah yang menempatkan aktivitas pariwisata sebagai kontributor utama,
ekonomi Bali masih terpuruk sebagai imbas pandemi COVID-19. Dari 17
kategori lapangan usaha penyusun PDRB, terdapat 16 kategori yang mengalami
penurunan dan hanya 1 kategori yang mampu tumbuh positif.
Pertumbuhan negatif terdalam tercatat pada Kategori H (Transportasi dan
Pergudangan) yang terkontraksi -40,32 persen kemudian diikuti oleh Kategori I
(Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum) yang terkontraksi -34,65 persen.
Sedangkan Kategori D (Pengadaan Listrik dan Gas) yang terkontraksi -23,96
persen menempati urutan ketiga sebagai lapangan usaha dengan pertumbuhan
terendah. Kategori J (Informasi dan Komunikasi) sebagai satu-satunya kategori
lapangan usaha yang tumbuh positif pada triwulan III-2020 yakni tumbuh sebesar
6,65 persen (sebagaimana disajikan pada tabel 2). Di tengah suasana pandemi
COVID-19, Kategori J (Informasi dan Komunikasi) menjadi satusatunya kategori
yang tercatat tumbuh positif pada triwulan III-2020 secara y-on-y. Aktivitas pada
kategori ini, utamanya penyedia jasa telekomunikasi memperoleh dampak positif
dari adanya pandemi COVID-19. Penerapan protokol kesehatan diduga telah
mengubah gaya hidup masyarakat dan mulai mengarahkan masyarakat menuju era
digitalisasi. Pada triwulan III-2020, digitalisasi aktivitas masyarakat semakin
86
meluas, tidak hanya school from home (sfh) dan work from home (wfh), tetapi
kini penyelenggaraan aktivitas secara virtual (online) mulai diterapkan pada
lingkup aktivitas-aktivitas yang lebih luas seperti yang telah disebutkan
sebelumnya. Sehingga, kebutuhan akan internet semakin meningkat yang
kemudian tentunya memberikan dampak positif terhadap peningkatan nilai
tambah bruto pada lapangan usaha kategori informasi dan komunikasi. Sebagai
lapangan usaha yang mencakup mobilitas penduduk,
Kategori H (Transportasi dan Pergudangan) paling terkena dampak
pandemi COVID-19 ini. Selama triwulan III-2020 ini, aktivitas transportasi di
Bali masih mengalami berbagai pembatasan, antara lain: pemberlakuan school
from home (sfh) dan work from home (wfh), rendahnya tingkat kunjungan
wisatawan, dan penerapan protokol kesehatan yang membatasi kapasitas volume
muatan per armada. Terlebih lagi aktivitas transportasi di Bali utamanya ditujukan
untuk wisatawan, sehingga jika dibandingkan dengan kondisi triwulan III-2019
yang merupakan masa peak season pariwisata Bali, tentu nilai tambah yang
tercipta pada triwulan III-2020 ini mengalami penurunan yang signifikan.
Penurunan aktivitas transportasi tersebut tercermin pada data
penyeberangan melalui jalur ASDP yang tercatat terjadi penurunan volume
kendaraan sebesar -33,45 persen dan volume penumpang sebesar -85,27 persen.
Pada jalur angkutan udara, jumlah keberangkatan penumpang Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) 5 Selain kategori lapangan usaha yang terkait langsung
dengan pariwisata, Kategori D (Pengadaan Listrik dan Gas) juga diduga masih
terkena imbas pandemi COVID-19. Selama periode triwulan III-2020, nilai
tambah yang tercipta dari aktivitas pada kategori ini tercatat mengalami
87
penurunan atau terkontraksi sedalam -23,96 persen. Berdasarkan data PLN
Distribusi Bali, jumlah KWH listrik yang terjual tercatat turun -18,16 persen (y-
on-y). Dilihat dari segmentasi pelanggannya, penurunan konsumsi listrik dominan
terjadi pada segmen non residensial yakni sedalam -33,80 persen.
Hal ini kiranya wajar karena aktivitas pelanggan non residensial utamanya
aktivitas produksi para pelaku usaha pada triwulan ini mengalami penurunan di
tengah masa pandemi COVID-19 jika dibandingkan dengan kondisi pada triwulan
III-2019 saat aktivitas produksi berlangsung normal sehingga tingkat kebutuhan
konsumsi listrik lebih tinggi pada saat itu. 2.09 -0.52 0.35 -0.29 0.66 -0.47 0.73 -
0.95 0.38 -2.97 1.13 -7.08 5.34 -12.28 TW III-2019 TW III-2020 Persentase (%)
Akom dan Makmin Transportasi Perdagangan Konstruksi Keuangan Lainnya
PDRB -40.32 -34.65 -23.96 Transportasi Akom dan Makmin Listrik dan Gas
Persentase (%) Grafik 2. Laju Pertumbuhan (%) Tiga Lapangan Usaha Terendah
Triwulan III-2020 (y-on-y) Grafik 3. Sumber Pertumbuhan (%) PDRB menurut
Lapangan Usaha Triwulan III-2020 (y-on-y) internasional di Bandara Ngurah Rai
tercatat turun sedalam -99,82 persen, begitu juga dengan keberangkatan
penumpang domestik turun sedalam -90,28 persen (y-on-y).
Masih berkaitan dengan pariwisata, Kategori I (Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum) dengan aktivitas yang termasuk di dalamnya seperti hotel dan
restoran, pada triwulan III-2020 juga mengalami penurunan yang signifikan.
Kondisi ini salah satunya tercermin dari jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara (wisman) yang hanya tercatat 152 kunjungan pada triwulan III-2020
dibandingkan dengan triwulan III-2019 dengan jumlah kunjungan wisman
mencapai 1,8 juta kunjungan. Lebih lanjut, dari rendahnya tingkat kunjungan
88
wisman tersebut diduga berdampak pada tingkat hunian hotel dan vila serta
berdampak pada tingkat omset restoran dan rumah makan. Dugaan tersebut
didukung oleh indikator rata-rata tingkat penghunian kamar (TPK) hotel
berbintang di Bali yang pada triwulan III-2020 berada pada kisaran 3,45 persen,
dibandingkan dengan triwulan III tahun sebelumnya yang berada pada kisaran
59,05 persen atau anjlok sedalam -94,16 persen (y-on-y).
b). Pertumbuhan ekonomi DI Yogyakarta
Perekonomian DIY pada triwulan II-2019 terhadap triwulan I-2019 (q-to-
q) mengalami kontraksi sebesar 6,65 persen, lebih dalam dari triwulan
sebelumnya yang sebesar 5,48 persen maupun triwulan yang sama tahun
sebelumnya yang sebesar 0,08 persen. Kontraksi pertumbuhan dipicu oleh
sebagian besar lapangan usaha ekonomi. Ditutupnya kegiatan pariwisata selama
masa pandemi Covid-19 di triwulan ini memberikan dampak nyata terhadap
pertumbuhan, utamanya jasa lainnya, penyediaan akomodasi dan makan minum,
dan transportasi. Ketiga kategori ini mengalami kontraksi masing-masing sebesar
41,16 persen, 37,47 persen, dan 29,27 persen. Mundurnya musim hujan
menyebabkan bergesernya panen raya padi hingga bulan Mei. Namun demikian
tak mampu mengimbangi terpuruknya komoditas kehutanan dan perikanan. Hasil
produksi melimpah namun sulit untuk dipasarkan karena menurunnya permintaan
yang sangat drastis di masa pandemi. Akibatnya kategori pertanian mengalami
kontraksi sebesar 9,98 persen. Selain itu, moment bulan puasa Ramadhan dan
libur panjang Idul Fitri yang biasanya mampu mendongkrak pertumbuhan
kategori perdagangan di triwulan II, tidak terjadi di tahun ini. Kategori
perdagangan pun ikut merasakan imbas di masa tanggap darurat Covid-19 dengan
89
kontraksinya sebesar 4,99 persen. Kategori penyediaan akomodasi dan makan
minum mempunyai andil terbesar terhadap kontraksi pertumbuhan ekonomi pada
triwulan ini, yaitu sebesar -3,51 persen. Tingginya kontribusi kategori ini,
membawa pengaruh yang signifikan terhadap arah pertumbuhan ekonomi DIY.
Puluhan hotel tutup karena tingkat hunian yang sangat rendah. Andil kontraksi
pertumbuhan terbesar selanjutnya adalah kategori transportasi dan pergudangan,
yaitu -1,44 persen. Salah satu penyebabnya adalah dibatasinya kegiatan
transportasi publik selama masa pandemi. Anjuran pemerintah agar stay at home
mengakibatkan penurunan kunjungan wisata dan tempat hiburan di DIY.
Beberapa obyek wisata ditutup selama bulan April-Mei 2020.
4.1.5 Perkembangan Indikator Sosial Provinsi Bali Dan Yogyakarta
a).Kemiskinan
Tabel 4-5
Garis Kemiskinan Perdesaan dan Perkotaan menurut Provinsi, 2018-2019
Provinsi
Garis Kemiskinan
Perdesaan
(rupiah/kapita/bulan)
Garis Kemiskinan Perkotaan
(rupiah/kapita/bulan)
2018 2019 2018 2019
Sep Mar Sep Sep Mar Sep
Aceh
467
242
479
569
497
615
496
752
501 617 517 900
90
Sumatera Utara
435
492
445
815
470
545
465
790
483 667 506 538
Sumatera Barat
466
430
483
939
510
457
507
557
526 008 551 366
Riau
478
445
491
391
510
421
499
402
513 739 546 515
Jambi
401
765
418
821
437
987
492
364
511 654 524 643
Sumatera Selatan
379
052
389
786
406
006
441
049
446 706 461 122
Bengkulu
474
010
481
918
499
623
530
655
538 508 568 783
Lampung
392
201
398
937
416
694
453
053
463 654 477 071
Kep. Bangka
Belitung
672
104
685
433
725
743
656
148
671 054 705 147
Kepulauan Riau
543
187
556
248
577
259
570
910
597 894 606 210
DKI Jakarta – - -
607
778
637 260 663 355
Jawa Barat
367
805
376
860
391
009
372
260
388 979 402 254
Jawa Tengah
355
306
365
607
376
099
359
526
372 882 387 646
91
DI Yogyakarta
369
606
378
873
392
748
432
018
452 628 472 666
Jawa Timur
368
793
382
327
388
075
399
334
411 731 418 570
Banten
405
965
412
007
433
925
468
572
484 618 507 198
Bali
376
733
383
118
387
546
393
989
408 795 424 292
Nusa Tenggara
Barat
363
755
374
123
380
691
384
479
396 696 405 087
Nusa Tenggara
Timur
342
303
353
684
359
011
421
855
441 625 467 314
Kalimantan Barat
413
806
429
220
441
084
434
470
456 525 477 154
Kalimantan
Tengah
440
649
449
184
464
931
403
547
418 029 443 674
Kalimantan
Selatan
424
670
443
928
470
447
447
876
470 293 483 766
Kalimantan
Timur
589
588
597
451
628
354
601
619
614 221 643 047
Kalimantan Utara
581
681
609
733
623
915
647
330
679 660 699 082
Sulawesi Utara
360
907
372
194
381
883
352
765
369 608 377 597
92
Sulawesi Tengah
418
035
433
870
460
187
437
697
457 193 481 436
Sulawesi Selatan
306
250
322
223
331
063
327
725
338 997 354 770
Sulawesi
Tenggara
311
592
321
197
340
065
324
276
336 877 356 235
Gorontalo
323
133
328
597
351
940
327
369
339 000 353 074
Sulawesi Barat
323
561
328
014
339
838
326
426
328 806 340 649
Maluku
466
508
499
701
542
606
484
316
520 390 545 855
Maluku Utara
415
541
432
815
436
033
449
693
474 475 484 064
Papua Barat
544
623
555
072
571
637
583
530
597 406 618 279
Papua
499
615
520
117
538
088
566
903
588 744 603 458
INDONESIA
392
154
404
398
418
515
425
770
442 062 458 380
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS
b). Gini Ratio Bali dan DI Yogyakarta
Tabel 4-6 Gini Rasio Provinsi Bali Menurut Klasifikasi Daerah 2018-2020
93
Sumber:bps.go.id
Sumber:bps.go.id
4.2 Hasil Analisis
4.2.1 Perkembangan Ekonomi Sektor Pariwisata di Indonesia pada Era
Covid-19
Enam bulan dilanda pandemi COVID-19 membuat kondisi perekonomian
Indonesia babak belur. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020
terkontraksi cukup dalam hingga -5,32%. Jika kuartal III pertumbuhan ekonomi
kembali terkontraksi, maka Indonesia dipastikan masuk jurang resesi. Sejumlah
sektor industri pun alami kerugian akibat pandemi virus SARS-CoV-2 yang
94
pertama kali muncul di Wuhan, Cina, akhir tahun lalu ini, tak terkecuali industri
pariwisata.
hingga April 2020, total kerugian industri pariwisata Indonesia mencapai Rp 85,7
trilun. Ribuan hotel dan restoran terpaksa tutup, begitu pula dengan sejumlah
maskapai penerbangan dan tour operator yang ikut alami kerugian.
Berdasarkan data Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) jumlah
kunjungan wisatawan di seluruh dunia menurun 44 persen selama pandemi jika
dibandingkan tahun lalu. Dalam sebuah diskusi online awal bulan lalu, Deputi
Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrasturktur Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Hari Santosa Sungkari, memprediksi
kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mentok di angka 4 juta
orang.
"Menurut perkiraan kami situasi pariwisata yang kalau harusnya sebelum ada
Covid adalah itu 18 juta dulu, sekarang tahun ini sekitar 2,8-4 juta wisatawan,
yang harusnya 18 juta," ujar Hari. Bahkan Bali yang merupakan salah satu
destinasi favorit wisatawan domestik maupun mancanegara, masih harus menutup
pintu untuk wisman hingga akhir tahun sebagai upaya menahan laju penyebaran
virus corona di Tanah Air. Pulau Dewata pun mencatat kerugian pariwisata Rp 9,7
triliun setiap bulan.Anjloknya kunjungan ini praktis berimbas kepada pemasukan
pelaku-pelaku pariwisata di daerah. Namun, terus meningkatnya kasus positif
COVID-19 dinilai juga menjadi tantangan dalam pemulihan sektor pariwisata
Indonesia. Maka dai itu, demi membantu mereka yang “menderita”,
Kemenparekraf siapkan berbagai kebijakan, salah satunya lewat dana hibah
pariwisata.
95
Berdasarkan panduan UNWTO, negara-negara yang selama ini
menggantungkan pendapatan melalui sektor pariwisata harus mulai
mengembangkan visi pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism). Hal ini
penting karena destinasi wisata yang mengembangkan visi ini dianggap mampu
terus berlanjut meskipun ada tantangan, tak terkecuali di saat pandemi.Pariwisata
berkelanjutan didefinisikan UNWTO sebagai pariwisata yang memperhitungkan
dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan saat ini dan masa depan, memenuhi
kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan, dan masyarakat setempat.
Pusat Statistik (BPS) mencatat kunjungan wisatawan mancanegara
(wisman) yang datang ke Tanah Air pada awal tahun 2020 mengalami penurunan.
Selama Januari 2020, kunjungan wisman mencapai sebanyak 1,27 juta kunjungan.
Angka ini merosot 7,62 persen bila dibandingkan jumlah kunjungan turis asing
pada Desember 2019 sebanyak 1,37 juta kunjungan. Penurunan jumlah kunjungan
turis asing ini utamanya disebabkan oleh mewabahnya Covid-19 yang terjadi pada
pekan terakhir Januari 2020. Merosotnya kunjungan turis asing ke Indonesia itu
terlihat juga dari data wisman yang datang melalui pintu masuk udara (bandara).
Jika dibandingkan dengan kunjungan pada Desember 2019, jumlah kunjungan
wisman ke Indonesia melalui pintu masuk udara pada Januari 2020 mengalami
penurunan sebesar 5,01 persen.
Gambar 4.1 Perkembangan Pariwisata Januari 2020
96
Sumber BPS
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia
pada Januari 2020 mencapai rata-rata 49,17 persen atau turun 2,30 poin
dibandingkan dengan TPK Januari 2019 yang tercatat sebesar 51,47 persen.
Begitu pula, jika dibanding TPK Desember 2019, TPK hotel klasifikasi bintang
pada Januari 2020 mengalami penurunan sebesar 10,22 poin. Rata-rata lama
menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel klasifikasi bintang selama Januari
2020 tercatat sebesar 1,88 hari, terjadi penurunan sebesar 0,17 poin jika
dibandingkan keadaan Januari 2019.
97
Sumber bps.go.id
Gambar 4.2 Kedatangan Wisma Mancanegara Januari 2020 Menurut Kebangsaan
(%)
Industri pariwisata dihadapkan pada penurunan yang besar dari
kedatangan wisatawan mancanegara dengan pembatalan besar-besaran dan
penurunan pemesanan. Penurunan juga terjadi karena perlambatan perjalanan
domestik, terutama karena keengganan masyarakat untuk melakukan perjalanan.
khawatir dengan dampak Covid-19. Penurunan bisnis pariwisata dan perjalanan
berdampak pada usaha UMKM, dan terganggunya lapangan kerja. Padahal selama
ini pariwisata merupakan sektor padat karya yang menyerap lebih dari 13 juta
pekerja. Angka itu belum termasuk dampak turunan atau multiplier effect yang
mengikuti termasuk industri turunan yang terbentuk di bawahnya. Turunnya
wisman terutama ke Indonesia akan berpengaruh terhadap penerimaan devisa dari
pariwisata.
Kurang lebih turun USD1,3 miliar penerimaan devisa dari pariwisata.
Tiongkok sebagai Negara asal wisatawan mancanegara terbanyak kedua
diIndonesia. Berdasar data Survei Tenaga Kerja Nasional (Sakernas), tenaga yang
terserap pada usaha-usaha pariwisata terus meningkat. Bukan hanya dari jumlah
tenaga kerja, pangsa (share) pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional
juga terus meningkat. Ini menunjukkan bahwa pariwisata dapat menjadi salah satu
alternatif untuk mengurangi tingkat pengangguran. Pada tahun 2017 jumlah
tenaga kerja pada industri pariwisata mencapai 12,74 juta orang atau 10,53 persen
terhadap total tenaga kerja nasional yang berjumlah 121,02 juta orang.
98
Gambar 4.3 Jumlah Tenaga Kerja pada Usaha Pariwisata, Tahun 2011-2017
Dari 12,74 juta orang yang bekerja pada usaha pariwisata, porsi terbesar (30,57
persen) merupakan mereka yang berstatus berusaha sendiri, sementara yang
berstatus berusaha dibantu buruh, baik dibayar maupun tidak dibayar, dan sebagai
karyawan/buruh masing-masing sebesar 27,66 persen dan 24,23 persen. Untuk
yang berstatussebagai pekerja tidak dibayar mencapai 16,17 persen. Sedangkan
untuk yang berstatus sebagai pekerja bebas hanya sebesar 1,36 persen. Menurut
lapangan usaha, usaha pariwisata yang menyerap tenaga kerja paling besar adalah
usaha penyedia makan minum dan perdagangan yang masing-masing mempunyai
pangsa mencapai 48,79 persen dan 36,76 persen. Hal ini dapat dipahami, selain
karena jumlah usahanya yang relatif banyak dan tersebar, kedua usaha ini juga
sangat berkaitan dengan aktivitas para wisatawan dalam perjalanan yang mereka
lakukan, baik sebelum, selama perjalanan, maupun setelah melakukan perjalanan.
Lapangan usaha lain yang cukup besar kontribusinya dalam penyerapan tenaga
99
kerja adalah usaha penyediaan akomodasi dan kegiatan olah raga dan rekreasi
lainnya yang masing-masing menyumbang 7,20 persen dan 1,94 persen.
Sementara kegiatan hiburan, kesenian dan kreativitas menyumbang 1,54 persen.
Usaha angkutan dan jasa agen perjalanan wisata mempunyai kontribusi masing-
masing sebesar 0,56 persen dan 0,64 persen.
4.2.2 Perkembangan Pariwisata di Bali dan DI Yogyakarta
Peranan sektor pariwisata nasional semakin penting sejalan dengan
perkembangan dan kontribusi yang diberikan sektor pariwisata melalui
penerimaan devisa, pendapatan daerah, pengembangan wilayah, maupun dalam
penyerapan investasi dan tenaga kerja serta pengembangan usaha yang tersebar di
berbagai pelosok wilayah di Indonesia. Menurut Buku Saku Kementerian
Pariwisata (2016), kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) nasional pada tahun 2014 telah mencapai 9 % atau sebesar Rp 946,09
triliun. Sementara devisa dari sektor pariwisata pada tahun 2014 telah mencapai
Rp 120 triliun dan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 11 juta orang
(Anggraini, 2017). Melalui mekanisme tarikan dan dorongan terhadap sektor
ekonomi lain yang terkait dengan sektor pariwisata, seperti hotel dan restoran,
angkutan, industri kerajinan dan lain-lain. Melalui multiplier effect-nya,
pariwisata dapat dan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penciptaan
lapangan kerja. Itulah mengapa, percepatan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan
lapangan kerja yang lebih luas dapat dilakukan dengan mempromosikan
pengembangan pariwisata. Sejalan dengan hal tersebut, RPJMN 2015-2019 telah
menjadikan akselerasi pertumbuhan pariwisata sebagai salah satu strategi dari
akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Pemerintah membuat rencana program
59
100
pembangunan pariwisata yang dilakukan dengan berbagai strategi seperti
pengembangan pasar wisatawan, pengembangan citra pariwisata, pengembangan
kemitraan pemasaran pariwisata, dan pengembangan promosi pariwisata. Semua
strategi tersebut dilakukan agar sasaran pertumbuhan pariwisata tercapai. Sasaran
pembangunan pariwisata adalah meningkatnya usaha lokal dalam bisnis
pariwisata dan semakin banyaknya jumlah tenaga kerja lokal yang tersertifikasi.
Salah satu isu strategis pembangunan pariwisata adalah bagaimana meningkatkan
kontribusi pariwisata dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya
masyarakat di daerah tujuan wisata. Secara umum, makin besar kontribusi sektor
pariwisata terhadap “kue” perekonomian suatu wilayah, makin besar pula
kontribusi sektor pariwisata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
wilayah tersebut. Oleh karena itu, perlu dikaji seberapa besar kontribusi
pariwisata terhadap perekonomian dan bagaimana meningkatkan kontribusi sektor
pariwisata dalam perekonomian.
Komponen yang mendukung perkembangan paeriwisata ada tiga yaitu
Hotel,Sarana/trasportasi,dan kontribusi.
a).Perkembangan Pariwisata Provinsi Bali dari 2016-2020
Jumlah Wisatawan yg datang ke Bali (wisman) langsung ke Bali pada tahun 2016-
2020 tercatat sebanyak 24.021.520 juta jiwa . Jumlah tersebut turun pada tahun
2020 jumlahnya yaitu 1050161 dibandingkan dengan tahun 2019 yang sebesar
6.275.210 pengunjung. Bila dibandingkan dengan tahun 2019 jumlah wisatawa
tercatat turun sedalam 5225049 kerena dampak dari Covid-19 jumlah wisatawan
mengalami penurunan bukan hanya di DI Yogyakarta di seluruh Indonesia dan
101
bahkan dunia. Terkait dengan anjuran pemerintah untuk melakukan social
distancing dalam rangka mencegah merebaknya wabah Corona Virus Diseases
(COVID-19).
Tabel 4 .7 Jumlah Wisatawan yg datang ke Bali dari tahun 2016-2020
Tahun Jumlah Wisatawan
2016 4927937
2017 5697739
2018 6070473
2019 6275210
2020 1050161
Sumber:BadanPusatStatistik(BPS)
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel 2016-2020
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel di Bali secara umum tercatat
menunjukkan penurunan dibandingkan 2019. Angka TPK hotel tercatat sebesar
714,78 pada tahun 2019 turun sedalam 572,56 poin TPK pada tahun 2020 yang
mencapai 142,22 persen.
102
Tabel 4.8 TPK Menurut Klasifikasi Bintang di Bali Maret dan April 2020
NNo Tahun (TTH) Tingkat Hunian Hotel
1 2016 740,55
2 2017 754,67
3 2018 781,57
4 2019 714,78
5 2020 142.22
Seluruh Bintang
*) Pendataan dalam masa pengaturan penjarakan sosial (social distancing)
Sumber : BadanPusatStatistik(BPS)
Terkait dengan anjuran pemerintah untuk melakukan social distancing dalam
rangka mencegah merebaknya wabah Corona Virus Diseases (COVID-19),
Disamping itu, sebagai akibat dari menurunnya usaha akomodasi dan hotel pada
tingkatan yang cukup dalam, di Bali dan Daerah lainnya
103
Perkembangan Pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta pada era (Covid -
19)
Jumlah Wisatawan yg datang ke DI Yogyakarta langsung pada tahun 2016-2020
tercatat sebanyak 12,59 persen . Jumlah tersebut turun pada tahun 2020
jumlahnya yaitu 1,12 persen dibandingkan dengan tahun 2019 yang sebesar 1,43
persen pengunjung. Bila dibandingkan dengan tahun 2019 jumlah wisatawa
tercatat turun sedalam 0,31 persen kerena dampak dari Covid-19 jumlah
wisatawan mengalami penurunan bukan hanya DI Yogyakarta di seluruh
Indonesia dan bahkan dunia. Terkait dengan anjuran pemerintah untuk melakukan
social distancing dalam rangka mencegah merebaknya wabah Corona Virus
Diseases (COVID-19).
Tabel 4 .9 Jumlah Wisatawan yg datang ke DI Yogyakarta dari tahun 2016-
2020
Tahun
Jumlah Wisatawan
2016 3,5
2017 3,8
2018 4,1
2019 1,43
2020 1,12
104
Sumber:BadanPusatStatistik(BPS)
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel 2016-2020
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel di DI Yogyakarta secara umum tercatat
menunjukkan penurunan dibandingkan 2019. Angka TPK hotel tercatat sebesar
697,64 pada tahun 2019 turun sedalam 543,0 poin TPK pada tahun 2020 yang
mencapai 154,64 persen.
Tabel 4.10 TPK Menurut Klasifikasi Bintang di Mar DI Yogyakarta et dan
April 2020*) Pendataan dalam masa pengaturan penjarakan sosial (social
NNo Tahun (TTH) Tingkat Hunian Hotel
1 2016 644,36
2 2017 715.2
3 2018 689,26
4 2019 697.64
5 2020 154.64
Seluruh Bintang
105
distancing)SumberBadanPusatStatistik(BPS)
Terkait dengan anjuran pemerintah untuk melakukan social distancing
dalam rangka mencegah merebaknya wabah Corona Virus Diseases (COVID-19),
Disamping itu, sebagai akibat dari menurunnya usaha akomodasi dan hotel pada
tingkatan yang cukup dalam, DI Yogyakarta dan Daerah lainnya.
4.3 Statistik Deskriptif Data Bali.
Statistik deskriptif bertujuan untuk melihat frekuensi data independen dan
dependen variabel data, serta sebaran data pada tingkat maksimum dan minimum
dari data. Adapun hasil pengujian sebagai berikut:
Gambar 4-11
Statistik Deskriptif Sektor Pariwisata(SP)
106
Dari hasil statistik deskriptif di atas, menunjukkan bahwa dalam rentang
tahun 2016-2020, nilai mean dari Sektor Pariwisata (PS) adalah 29.88000, artinya
bahwa dalam kurun waktu 5 tahun Pariwisata rata-rata jumlah Sektor Pariwisata
Bali sebesar 29.88000. Nilai mean dari Pertumbuhan Ekonomi (PE) adalah
sebesar 5.890000. Nilai mean Jumlah Wisatawan Bali (JW) sebesar 2.790000
artinya rata-rata jumlah wisatawan selama 5 tahun terakhir sebesar 2.790000.
Kemudian nilai mean untuk variabel Total Produk Domestik Regional Boruto
(PDRB) adalah sebesar 16503.00, angka ini menunjukkan rata-rata jumlah selama
5 tahun adalah sebesar 16503.00. Dari Tingkat Hunian Hotel (THH), nilai mean
adalah sebesar 45148.40. Sedangkan mean Tingkat Hunian Hotel (THH) Bali
selama 5 tahun adalah 45148.40.
107
Adapun jumalah Sektor Pariwisata maksimum DI Yogyakarta dalam
rentang waktu 2016-2020 adalah sebesar 35.11688 dan harga saham minimum
sebesar 20.63031. Nilai PER tertinggi selama 5 tahun.
4.4 Analisis Model Ekonomi
Gambar 4.12
Regresi Liniar Sektor Pariwisata B
Sumber: E-Views 10 dan diolah
Dari hasil regresi di atas bahwa variabel berpengaruh secara signifikan dan
menghasilkan R-Squared yang tinggi yaitu sebesar 1.000000 artinya kemampuan
variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat sangat tinggi dan tidak terjadi
autokorelasi.
Gambar 4.5
Nomality Test
108
Sumber: E-Views 10 dan diolah
Dari gambar 4.4, dapat dilihat nilai probabilitas sebesar 0,0.945719,
sehingga dapat dikatakan bahwa nilai probabilitas lebih besar dari taraf signifikan
(α = 5%) yang berarti signifikan, maka menerima H0 atau menolak Ha yang
berarti bahwa residualnya berdistribusi normal.
Gambar 4.6
Uji Heteroskedasticity
109
Sumber: E-Views 8 dan diolah
Berdasarkan uji white Heteroskedastisitas dengan nilai dari probabilitas
chi-square sebesar 0.3479 lebih besar dari taraf signifikan (α = 5%) yang berarti
signifikan, maka menerima H0 atau menolak Ha yang berarti bahwa tidak ada
masalah heterokedastisitas.
TABEL 4.6
Ringkasan Hasil Pengelolaan Data Model Estimasi
Variabel Model Estimasi
PEBALI -12.68340***
(-7.18E+13)
JWBALI 14.16887***
(3.97E+13)
PDRBBALI -0.002410***
110
(-6.13E+13)
THHBALI -9.01E-06
(8.18E+13)
Konstanta 64733945
(0.882765)
R-squared 1.000000
Adj R-Square 1000000
F-statistic 2.16E+27
Correlation 1000
Durbin Watson 1.481895
Keterangan: ***Level of Signifikan, ***1%, **5%, *10%
(t-Statistic).:
1) Pertumbuhan Ekonomi (PE)
Nilai probability dari variabel bebas PE adalah sebesar 0,0031 ( >0,05 ),
artinya benar terhadap variabel (PE), Jumlah Wisatawan (JW\), Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), dan Tingkat Hunian Hotel (THH), maka Pertumbuhan
Ekonomi adalah sebesar 12.68340.
2) Jumlah Wisatawan (JW)
Dari hasil regresi, nilai koefisien untuk variabel Jumlah wisatawan adalah
dimana variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap Industri
Pariwisata di Provinsi Bali. nilai probability 0.0034 (< α 5%). Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif Tingkat hunian hotel dengan
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali.
3) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
111
Dari hasil regresi, nilai koefisien untuk variabel adalah 110.0195 dimana
variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap Industri Pariwisata di Provinsi Bali. nilai probability 0.0012
(> α 5%). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan Informasi dan Komunikasi
dengan Industri Pariwisata di Provinsi Bali adalah positif dan signifikan.
4) Tingkat Hunian Hotel (THH)
Dari hasil regresi, nilai koefisien untuk variabel Tingkat Hunian Hotel
dalah d-9.01E-06imana variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap
Industri Pariwisata. nilai probability 0.000 (< α 5%). Hal ini menunjukkan bahwa
hubungan Tingkat Hunian Hotel dengan Industri Pariwisata provinsi Bali adalah
positif.
4.2.1 Uji Statistik
1) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji-t)
Uji-t statistik dilakukan bertujuan untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh
variabel independen secara individual menjelaskan variasi variabel dependen.
Regresi pengaruh variabel , PE, PDRB, THH, dan JW.
2) Uji Signifikan Simultan (Uji-F)
Uji-F statistik bertujuan untuk pengujian signifikan semua variabel independen
secara bersama-sama terhadap nilai variabel dependen. Dari hasil regresi dengan
menggunakan autoregressive pada model, PDRB, PE, THH, dan JW terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara, maka nilai 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sebesar
0.000000 (dibawah 𝛼 5%), sedangkan nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 adalah sebesar 15.82871. Hal
112
ini menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
4.3.2 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Pengujian
normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Jarque-Bera (JB).
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
varian dari residual satu pengamatan yang lain tetap, maka disebut terjadi
heterokedastisitas dan jika berbeda disebut tidak terjadi heterokedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang terbebas dari heterokedastisitas. Untuk melihat ada
atau tidaknya heterokedastisitas, dapat dilakukan dengan melihat grafik
scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen dengan residualnya. Dasar
analisis heterokedastisitas sebagai berikut:
Gambar 4.6
Dot Plot
113
Sumber: E-Views 10 dan diolah
Gambar di atas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak pada
sumbu X dan Y. Dengan demikian tidak terjadi heterokedastisitas pada model
pertama.
4.5 Statistik Deskriptif Data DI Yogyakarta.
Statistik deskriptif bertujuan untuk melihat frekuensi data independen dan
dependen variabel data, serta sebaran data pada tingkat maksimum dan minimum
dari data. Adapun hasil pengujian sebagai berikut:
Gambar 4-7
Statistik Deskriptif Sektor Pariwisata(SP) DI Yogyakarta
114
Dari hasil statistik deskriptif di atas, menunjukkan bahwa dalam rentang
tahun 2016-2020, nilai mean dari Sektor Pariwisata (PS) adalah 29.88000, artinya
bahwa dalam kurun waktu 5 tahun Pariwisata rata-rata jumlah Sektor Pariwisata
Bali sebesar 29.88000. Nilai mean dari Pertumbuhan Ekonomi (PE) adalah
sebesar 5.890000. Nilai mean Jumlah Wisatawan DI Yogyakarta (JW) sebesar
2.790000 artinya rata-rata jumlah wisatawan selama 5 tahun terakhir sebesar
2.790000. Kemudian nilai mean untuk variabel Total Produk Domestik Regional
Boruto (PDRB) adalah sebesar 16503.00, angka ini menunjukkan rata-rata jumlah
selama 5 tahun adalah sebesar 16503.00. Dari Tingkat Hunian Hotel (THH), nilai
mean adalah sebesar 45148.40. Sedangkan mean Tingkat Hunian Hotel (THH)
Bali selama 5 tahun adalah 45148.40.
Adapun jumalah Sektor Pariwisata maksimum Yogyakarta dalam rentang
waktu 2016-2020 adalah sebesar 35.11688 dan harga saham minimum sebesar
20.63031. Nilai PER tertinggi selama 5 tahun.
115
4.6 Analisis Model Ekonomi
Tabel 4-8
Regresi Liniar Sektor Pariwisata DI Yogyakarta
Dari hasil regresi di atas bahwa variabel berpengaruh secara signifikan dan
menghasilkan R-Squared yang tinggi yaitu sebesar 0,81, artinya kemampuan
variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat sangat tinggi dan tidak terjadi
autokorelasi.
Gambar 4.9
Nomality Test
116
Sumber: E-Views 10 dan diolah
Dari gambar 4.3, dapat dilihat nilai probabilitas sebesar 0,708178,
sehingga dapat dikatakan bahwa nilai probabilitas lebih besar dari taraf signifikan
(α = 5%) yang berarti signifikan, maka menerima H0 atau menolak Ha yang
berarti bahwa residualnya berdistribusi normal.
Gambar 4.10
Heteroskedasticity
Sumber: E-Views 8 dan diolah
Berdasarkan uji white Heteroskedastisitas dengan nilai dari probabilitas
chi-square sebesar 0.3479 lebih besar dari taraf signifikan (α = 5%) yang berarti
117
signifikan, maka menerima H0 atau menolak Ha yang berarti bahwa tidak ada
masalah heterokedastisitas.
TABEL 4.6
Ringkasan Hasil Pengelolaan Data Model Estimasi
Variabel Model Estimasi
PE -12.68340***
(-7.18E+13)
JW 14.16887***
(3.97E+13)
PDRB -0.002410***
(-6.13E+13)
THH -9.01E-06
(8.18E+13)
Konstanta 64733945
(0.882765)
R-squared 1.000000
Adj R-Square 1000000
F-statistic 2.16E+27
Correlation 1000
Durbin Watson 1.481895
1) Pertumbuhan Ekonomi (PE)
Nilai probability dari variabel bebas PE adalah sebesar 0,0031 ( >0,05 ), artinya
benar terhadap variabel (PE), Jumlah Wisatawan (JW\), Produk Domestik
118
Regional Bruto (PDRB), dan Tingkat Hunian Hotel (THH), maka Pertumbuhan
Ekonomi adalah sebesar 12.68340.
2) Jumlah Wisatawan (JW)
Dari hasil regresi, nilai koefisien untuk variabel Jumlah wisatawan adalah dimana
variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap Industri Pariwisata di
Provinsi DI Yogyakarta. nilai probability 0.0034 (< α 5%). Hal ini menunjukkan
bahwa ada hubungan yang positif Tingkat hunian hotel dengan Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi DI Yoggyakarta.
3) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Dari hasil regresi, nilai koefisien untuk variabel adalah 110.0195 dimana variabel
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tersebut berpengaruh secara signifikan
terhadap Industri Pariwisata di Provinsi Bali. nilai probability 0.0012 (> α 5%).
Hal ini menunjukkan bahwa hubungan Informasi dan Komunikasi dengan Industri
Pariwisata di Provinsi DI Yogyakarta adalah positif dan signifikan.
4) Tingkat Hunian Hotel (THH)
Dari hasil regresi, nilai koefisien untuk variabel Tingkat Hunian Hotel dalah d-
9.01E-06imana variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap Industri
Pariwisata. nilai probability 0.000 (< α 5%). Hal ini menunjukkan bahwa
hubungan Tingkat Hunian Hotel dengan Industri Pariwisata provinsi DI
Yogyakarta adalah positif.
119
4.2.1 Uji Statistik
1) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji-t)
Uji-t statistik dilakukan bertujuan untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh
variabel independen secara individual menjelaskan variasi variabel dependen.
Regresi pengaruh variabel , PE, PDRB, THH, dan JW.
2) Uji Signifikan Simultan (Uji-F)
Uji-F statistik bertujuan untuk pengujian signifikan semua variabel independen
secara bersama-sama terhadap nilai variabel dependen. Dari hasil regresi dengan
menggunakan autoregressive pada model, PDRB, PE, THH, dan JW terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Utara, maka nilai 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 sebesar
0.000000 (dibawah 𝛼 5%), sedangkan nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 adalah sebesar 15.82871. Hal
ini menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
4.3.2 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Pengujian
normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Jarque-Bera (JB).
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
varian dari residual satu pengamatan yang lain tetap, maka disebut terjadi
heterokedastisitas dan jika berbeda disebut tidak terjadi heterokedastisitas. Model
120
regresi yang baik adalah yang terbebas dari heterokedastisitas. Untuk melihat ada
atau tidaknya heterokedastisitas, dapat dilakukan dengan melihat grafik
scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen dengan residualnya. Dasar
analisis heterokedastisitas sebagai berikut:
Gambar 4.11
Dot Plot
Sumber: E-Views 10 dan diolah
Gambar di atas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak pada sumbu
X dan Y. Dengan demikian tidak terjadi heterokedastisitas pada model pertama.
121
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada
bab sebelumnya, berikut akan dikemukakan beberapa kesimpulan yang dapat
diambil mengenai Analisa Dampak Pandemi Covid 19 terhadap Sektor Industri
Pariwisata di Provinsi Bali dan Di Yogyakarta.
1. Pariwisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi
2. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pariwisata.Faktor lain yang berpengaruh terhadap permintaan pariwisata
adalah nilai tukar dan indeks harga konsumen
5.2 Saran
1. Bagi para pengusaha dan masyarakat di bidang akomodasi, restoran, rekreasi,
biro perjalanan,Hotel dan berbagai bidang lainnya yang terkait terhadap
pengembangan sektor pariwisata diharapkan dapat memberikan pelayanan
yang maksimal kepada para wisatawan sehingga memberikan keuntungan yang
lebih besar baik bagi, pengusaha, masyarakat.
2. Bagi peneliti berikutnya dapat mengkaji lebih dalam lagi pengaruh sektor
pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menambahkan berbagai
variabel lain yang memungkinkan lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi dan dapat pula dengan menggunakan model lain yang lebih
122
menakjubkan serta direkomendasikan juga untuk menggunakan data yang lebih
panjang sehingga mampu memantau pengaruh sektor pariwisata dalam jangka
waktu yang lebih lama
123
DAFTAR PUSTAKA
Amelia,Lia. (2007) Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta; Graha Ilmu.
Ariefianto, Moch Doddy. (2012) .Ekometrika Esensi dan Aplikasi Dengan
Menggunakan Eviews . Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama
Adhitya Wardhana1 Bayu Kharisma2 Morina Stevani G.H3 (2019) Dampak
Sektor Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (TLG Hipotesis, Studi
Khasus : 8 Negara ASEAN ) E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana 8.10 (2019):1193-1208.
Anggita Permata Yakup.(2019) Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia.Universitas Airlangga Surabaya,
(2019).
Badan Pusat Statistik.. www.bps.go.id.
Badan Pusat Statistik..Dalam angka www.bps.go.id.
Bank Indonesia, www.bi.go.id.
Deliarnow,Perkembangan Pemikiran Ekonomi (edisi revisi). 2003. Jakarta : raja
grafindo perkasa.
Gujarati, Damodar. (1995). Ekonometrika Dasar edisi ketiga . Jakarta: Erlangga.
Gujarati, Damodar. (2003). Ekonometrik Dasar edisi keempat. Jakarta: Erlanga.
Jhingan, M.L. (2000). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta:
Rajawali Pers.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2018). Pariwisata
www.kemenkeu.go.id
Kusnendi, Makroekonomi dalam perspektif filsafat keilmuan, UPI 2002
Miskhin, Frederic S. (2008). Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat.
Mankiw, N. G. (2007). ro, Singapore, 2000
Nugroho, P. W., & Basuki, M. U. (2012). Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi inflasi di Indonesia Periode 2000.1–2011.4 (Doctoral
dissertation, Fakultas Ekonomika dan Bisnis).
124
Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung., Teori Ekonomi Makro. Jakarta, 2005
Suparmoko, (1998) “Pengantar Ekonomi Makro”. BPFE-UGM Yogyakarta.
Samuelson, Paul A & William D Nordhaus. (2004). Ilmu Makroekonomi. Jakarta:
PT Media Edukasi.
Sukirno, Sadono. (1997). Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono. (2004). Teori Makroekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sumitro Djojohaadikkusumo, perkembangan pemikiran ekonomi,buku 1 dasar
teori dalam ekonomi umum. Yayasan obor Indonesia, Jakarta 1991.
Todaro, Michael P & Stephen C. Smith. (2011). Pembangunan Ekonomi edisi 11.
Jakarta: Erlangga.
Paul A, Samuelson, William D. Nordhaus, 2001, Ilmu makro ekonomi, Edisi
Ketujuhbelas. Jakarta: PT Media global Edukasi
Weston, J.Fred & Eugene F Brigham. (2001). Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Widarjono, Agus. (2013). Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya edisi
Keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.