Transcript
Page 1: Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran pada masa dinasti abbasiyah

BAB I

PENDAHULUAN

Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata arab Al-Hadharah al-

Islamiyyah. Kata Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia dengan kebudayaan Islam. “Kebudayaan” dalam bahasa Arab

adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat,

masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata “kebudayaan” (Arab,

al-Tsaqafah; Inggris, culture) dan “peradaban” (Arab, al-Hadharah;

Inggris, civilization). Dalam perkembangan ilmu antropologi sekarang,

kedua istilah itu dibedakan. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang

semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi-

manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan

peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni,

sastra, religi (agama) dan moral, maka peradaban terefleksi dalam politik,

ekonomi dan teknologi.1[1]

Peradaban sering dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang

mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem

kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.2[2]

Sejarah perkembangan Islam sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga

saat ini akan terus berlangsung. Demikian pula dengan peradaban Islam,

senantiasa akan berlangsung di berbagai wilayah dunia Islam.

Seperti kita ketahui, Islam pernah mencapai kejayaan dalam bidang

peradaban, bahkan sebelum bangsa Eropa maju, peradaban Islam telah

mencapai puncak kejayaannya. Dengan demikian, tidak dapat disangkal

bahwa karena peradaban Islam-lah peradaban Eropa menjadi maju,

karena bangsa Eropa telah belajar dari peradaban Islam, khususnya dari

peradaban Islam Spanyol. Oleh karena itu, mempelajari sejarah Islam dan

peradabannya adalah suatu keniscayaan, agar kemajuan peradaban Islam

dapat kembali diraih oleh umat Islam.

Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti Islam yang paling berhasil dalam

mengembangkan peradaban Islam. Pemerintahan dinasti ini sangat peduli

dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan, ini terbukti dengan

disiapkannya segala fasilitas untuk kepentingan tersebut; pembangunan

1

2

Page 2: Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran pada masa dinasti abbasiyah

pusat-pusat riset dan terjemah seperti Baitu Hikmah, majelis munadzarah,

dan pusat-pusat studi lainnya.

Masa Daulah Abbasiyah adalah masa dimana umat Islam membangun

pemerintahan, yang ilmu adalah sebagai landasan utamanya, sebagai

suatu keniscayaan yang diwujudkan dalam membawa umat ke suatu

negeri idaman, suatu kehausan akan ilmu pengetahuan yang belum

pernah ada dalam sejarah.

BAB II

PEMBAHASAN

A.      Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Abbasiyah, nama dinasti kekhalifahan yang berkuasa mulai 749 hingga

1258 (132 H-656 H) ini diambil dari nenek moyangnya al-Abbas bin ‘Abdul

Mutalib bin Hasyim, paman Rasulullah.3[3] Dinasti Abbasiyah didirikan

oleh Abu al-‘Abbas al-Saffah dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Al-

Saffah artinya sang penumpah darah. Menurut Prof. Dr. Hamka, Abu al-

Abbas al-Saffah dikenal sebagi orang yang masyhur karena

kedermawanannya, kuat ingatannya, keras hati, tapi sangat besar

dendamnya kepada Bani Umayyah. Sehingga dengan tidak mengenal

belas kasihan dibunuhnya keturunan-keturunan Bani Umayyah itu.4[4]

Munculnya Dinasti Abbasiyah sering dihubungkan dengan kejatuhan

Dinasti Umayyah.5[5] Dalam satu hal terdapat perbedaan yang sangat

mendasar: Dinasti Umayyah terdiri atas orang Arab, sementara Dinasti

Abbasiyah lebih bersifat internasional. Dinasti Abbasiyah merupakan

kerajaan orang Islam baru, tempat orang Arab hanya menjadi salah satu

unsur dari berbagai bangsa yang membentuk kerajaan itu.6[6]

Oleh karena itu, penggantian Umayyah oleh Abbasiyah ini lebih dari

sekedar penggantian dinasti, ia merupakan revolusi dalam sejarah Islam,

suatu titik balik yang sama pentingnya dengan revolusi Prancis dan

revolusi Rusia di dalam sejarah Barat.7[7]

3

4

5

6

7

Page 3: Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran pada masa dinasti abbasiyah

Ketika berhasil merebut kekuasaan, orang Abbasiyah mengklaim dirinya

sebagai pengusung konsep sejati kekhalifahan, yaitu gagasan negara

teokrasi, yang menggantikan pemerintahan sekuler (mulk) Dinasti

Umayyah.8[8]

Kekuasaan dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang

panjang, yaitu selama lima abad. Selama dinasti ini berkuasa pola

pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan

politik, sosial dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan

politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani

Abbasiyah menjadi lima periode:

1.    Periode pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode

pengaruh Persia pertama.

2.    Periode kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut masa pengaruh

Turki pertama.

3.    Periode ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti

Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga

masa pengaruh Persia kedua.

4.    Periode keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan

dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya

disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.

5.    Periode kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas

dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar

kota Bagdad.9[9]

Pada mulanya Ibu kota negara adalah Al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun

untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru

berdiri itu, al-Manshur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru

dibangunnya, Bagdad, dekat bekas ibu kota Persia, Ctesipon, tahun 762

M. Dengan demikian pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah berada

ditengah-tengah bangsa Persia.10[10]

Dinasti Abbasiyah, seperti halnya dinasti lain dalam sejarah Islam,

mencapai masa kejayaan politik dan intelektual mereka segera setelah

didirikan. Kekhalifahan Bagdad yang didirikan oleh Al-Saffah dan al-

Manshur mencapai masa keemasannya antara masa khalifah ketiga, al-

8

9

10

Page 4: Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran pada masa dinasti abbasiyah

Mahdi, dan khalifah kesembilan, al-Watsiq dan lebih khusus pada masa

khalifah Harun al-Rasyid dan anaknya, al-Ma’mun.

B.       Pemerintahan Dinasti Abbasiyah

Dalam pemerintahan Dinasti Abbasiyah kepala negara adalah khalifah,

yang setidaknya dalam teori memegang semua kekuasaan. Ia dapat

melimpahkan otoritas sipilnya kepada seorang wazir, otoritas pengadilan

kepada seorang hakim (qadhi), dan otoritas militer kepada seorang

jenderal (amir), namun khalifah tetap menjadi pengambil keputusan akhir

dalam semua urusan pemerintahan pemerintahan. Dalam melaksanakan

fungsi dan tugas pemerintahannya khalifah Bagdad mengikuti pola

administrasi Persia. Penolakan masyarakat terhadap pemerintahan

sekuler Umayyah dimanfaatkan Abbasiyah dengan menampilkan diri

sebagai pemerintahan imamah, yang menekankan karakteristik dan

kewibawaan religius.11[11]

Pergantian kepemimpinan secara turun-temurun seperti yang dilakukan

pada masa Umayyah juga diikuti oleh Dinasti Abbasiyah, beserta dampak

buruknya. Khalifah yang sedang berkuasa akan menunjuk penggantinya

seorang anak, atau saudaranya yang ia pandang cakap atau menurutnya

paling tepat. Khalifah dibantu oleh pejabat rumah tangga istana (hajib)

yang bertugas memperkenalkan utusan dan pejabat yang akan

mengunjungi khalifah. Ada juga seorang eksekutor yang menjadi tokoh

penting istana yang bertugas di bawah tanah istana, yakni tempat

penyiksaan.12[12]

Pendapatan negara pada masa Dinasti Abbasiyah bersumber dari pajak

sebagai sumber utama, kemudian zakat yang dibebankan atas tanah

produktif, hewan ternak, emas dan perak, barang dagangan, dan harta

milik lainnya yang mampu berkembang baik secara alami maupun setelah

diusahakan.13[13]

Ada beberapa biro dalam pemerintahan Abbasiyah; biro pajak, biro

pengawas, dewan korespondensi atau biro arsip yang menangani semua

surat-surat resmi, dokumen politik serta instruksi dan ketetapan khalifah,

11

12

13

Page 5: Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran pada masa dinasti abbasiyah

dewan penyelidik keluhan atau semacam pengadilan tingkat

banding/pengadilan tinggi, departemen kepolisian dan pos.14[14]

Kekuatan militer Dinasti Abbasiyah terdiri atas pasukan infanteri

(harbiyah) yang bersenjatakan tombak, pedang dan perisai, pasukan

panah (ramiyah) dan pasukan kavaleri (fursan) yang mengenakan

pelindung kepala dan dada serta bersenjatakan tombak panjang dan

kapak.

C.      Masa Kejayaan Peradaban Dinasti Abbasiyah

Peradaban dan kebudayaan Islam tumbuh dan berkembang bahkan

mencapai kejayaannya pada masa Abbasiyah. Hal tersebut dikarenakan

Dinasti Abbasiyah lebih menekankan pembinaan peradaban dan

kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah.15[15]

Abad X Masehi disebut abad pembangunan daulah islamiyah di mana

Dunia Islam, mulai Cordova di Spanyol sampai ke Multan di Pakistan

mengalami pembangunan di segala bidang, terutama di bidang ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni.

Dunia Islam pada waktu itu dalam keadaan maju, jaya, makmur;

sebaliknya dunia Barat masih dalam keadaan gelap gulita, bodoh dan

primitif. Dunia Islam telah sibuk mengadakan penyelidikan di laboratorium

dan observatorium; dunia barat masih asyik dengan jampi-jampi dan

dewa-dewa. Hal ini disebabkan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad

telah menimbulkan dorongan untuk menumbuhkan suatu kebudayaan

baru yaitu kebudayaan Islam.

1.      Kehidupan Masyarakat Pada Masa Dinasti Abbasiyah

Sistem kesukuan primitif yang menjadi pola organisasi sosial Arab paling

mendasar runtuh pada masa Dinasti Abbasiyah, yang didirikan dari

berbagai unsur asing. Bahkan dalam persoalan memilih istri dan ibu untuk

anak-anak mereka, para khalifah tidak menjadikan darah keturunan Arab

sebagai patokan.16[17]

Pada masa awal Dinasti Abbasiyah, kaum wanita cenderung menikmati

tingkat kebebasan yang sama dengan kaum wanita pada masa Dinasti

14

15

16

Page 6: Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran pada masa dinasti abbasiyah

Umayyah. Pada masa itu banyak perempuan yang berhasil mengukir

prestasi dan berpengaruh di pemerintahan.17[18]

Pada masa ini, busana laki-laki memiliki corak yang beragam dengan

model terbatas. Penutup kepala yang biasa dipakai adalah

qalansuwah18[19], celana panjang yang lebar (sarawil) dari Persia,

kemeja, rompi dan jaket (qufthan), dengan jubah luar (‘aba’ atau jubbah),

melengkapi lemari pakian laki-laki.19[20]

Perabotan rumah yang paling umum adalah diwan20[21]. Karpet buatan

tangan dipakai untuk menutupi lantai. Makanan disajikan pada nampan

lebar dari perunggu. Dirumah-rumah orang berada nampan-nampan itu

terbuat dari perak. Nasi mereka anggap sebagai makan beracun dan

menggantinya dengan menu-menu dari negeri berperadaban tinggi

seperti daging rebus beraroma dan manisan. Mereka menggunakan roti

tipis sebagai alat tulis. Ayam peliharaan mereka diberi makan berupa

kenari, kacang almond dan susu. Pada musim panas rumah-rumah

mereka didinginkan dengan es.21[22]

Masyarakat kelas atas yang berada dibawah kelas aristokrat terdiri atas

penulis sastra, orang terpelajar, seniman, pengusaha, pengrajin, dan

pekerja profesional. Sementara masyarakat kelas bawah membentuk

mayoritas penduduk negara yang terdiri atas petani, pengembala, dan

penduduk sipil yang berstatus sebagai dzimmi.

Kekuasaan kerajaan yang luas dan tingkat peradaban yang tinggi dicapai

dengan melibatkan jaringan perdagangan internasional yang luas. Para

pedagang yang awalnya orang Kristen, Yahudi dan pengikut Zoroaster

kemudian digantikan oleh orang-orang Arab Islam, sehingga pelabuhan-

pelabuhan seperti Baghdad, Bashrah, Siraf, dan Iskandariyah segera

berkembang menjadi pusat perdagangan laut dan darat yang aktif.

Tingkat perdagangan seperti itu dicapai dengan dukungan

pengembangan industri rumah tangga dan pertanian yang maju. Industri

kerajinan tangan menjamur di berbagai pelosok kerajaan, seperti industri

karpet, sutera, kapas, kain wol, satin dan brokat, sofa, serta perlengkapan

dapur dan rumah tangga lainnya. Industri penting yang perlu dicatat

17

18

19

20

21

Page 7: Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran pada masa dinasti abbasiyah

adalah pembuatan kertas tulis, yang diperkenalkan pada pertengahan

abad ke-8 dari Cina ke Samarkand. Seni mengolah perhiasan juga

mengalami

kejayaannya; mutiara, safir, rubi, emerald, permata, zamrud, dan onyx

(semacam batu akik). Perhiasan itu banyak digunakan untuk aksesoris

penghias kepala, sepatu dan lain-lain.22[23]

2.      Kebangkitan Intelektual

Gerakan membangun ilmu secara besar-besaran dirintis oleh khalifah

Ja’far al-Manshur, setelah ia mendirikan kota Bagdad (144 H/762 M) dan

menjadikannya sebagai ibukota negara.23[24] Ia menarik banyak ulama

dan para ahli dari berbagai daerah untuk datang dan tinggal di Bagdad. Ia

merangsang usaha pembukuan ilmu agama, seperti fiqih, tafsir, tauhid,

hadits, atau ilmu lain seperti bahasa dan ilmu sejarah. Akan tetapi yang

lebih mendapat perhatian adalah penerjemahan buku ilmu yang dari luar.

Pada masa itu hidup para filsuf, pujangga, ahli baca al-Qur’an, dan para

ulama di bidang agama. Didirikan perpustakaan yang diberi nama Baitul

Hikmah, didalamnya orang dapat membaca, menulis, dan berdiskusi.24

[25] Berkembanglah ilmu pengetahuan agama seperti ilmu al-Qur’an,

qira’at, hadits, fiqih, ilmu kalam, bahasa dan sastra. Empat madzhab fiqih

tumbuh dan berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah. Imam Abu

Hanifah (meninggal di Bagdad tahun 150 H/667 M) adalah pendiri

Madzhab Hanafi. Imam Malik bin Anas banyak menulis hadits dan pendiri

madzhab Maliki (wafat di Madinah tahun 179 H/795 M). Muhammad bin

Idris Asy-Syafi’i (wafat di Mesir tahun 204 H/819 M) adalah pendiri

Madzhab Syafi’i. Ahmad bin Hanbal pendiri madzhab Hanbali (wafat tahun

241 H/855 M). Di samping itu berkembang pula ilmu filsafat, logika,

metafisika, matematika, ilmu alam, geografi, aljabar, aritmatika,

astronomi, musik, kedokteran, dan kimia.25[26]

Dinasti Abbasiyah dengan pusatnya di Bagdad sangat maju sebagai pusat

kota peradaban dan pusat ilmu pengetahuan. Beberapa kemajuan dalam

bidang ilmu pengetahuan dapat disebutkan sebagai berikut:

22

23

24

25

Page 8: Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran pada masa dinasti abbasiyah

a.    Perkembangan Bidang Ilmu Naqli

Ilmu naqli adalah ilmu yang bersumber dari naqli (al-Qur’an dan Hadits),

yaitu ilmu yang berhubungan dengan agama Islam. Ilmu ini mulai disusun

perumusannya pada sekitar 200 tahun setelah hijrah Nabi sehingga

menjadi ilmu yang kita kenal sekarang,26[27] antara lain ulumul qur’an,

ilmu tafsir, hadis, ilmu kalam, bahasa, dan fiqih.27[28]

1)        Ilmu Fiqh:

Pada masa Abbasiyah lahir para tokoh Fuqoha (ahli Fiqih) pendiri

madzhab, antara lain:

a)    Imam Abu Hanifah (700-767 M)

b)   Imam Malik (713-795 M)

c)    Imam Syafi’i (767-820 M)

d)   Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M)

2)        Ilmu Tafsir. Dari tafsir yang ada cera penafsirannya ada dua macam:

  Tafsir bi al-ma’tsur, yaitu menafsirkan al-Qur’an dengan hadits Nabi.

Mufassir masyhur golongan ini pada masa Abbasiyah antara lain

1)        Ibn Jarir at-Thabary dengan tafsirnya sebanyak 30 juz

2)        Ibn Athiyah al-Andalusy (Abu Muhammad bin Athiyah)

3)        al-Suda yang mendasarkan penafsirannya pada Ibn Abbas, Ibn

Mas’ud, dan para sahabat lainnya.

  tafsir bi al-ra’yi, yaitu menafsirkan al-Qur’an dengan menggunakan akal

dengan memperluas pemahaman yang terkandung didalamnya. Mufassir

masyhur golongan ini pada masa Abbasiyah antara lain:

a)         Abu Bakar Asma (mu’tazilah),

b)        Abu Muslim Muhammad bin Nashr al-Isfahany (mu’tazilah) dengan

kitab tafsirnya 14 jilid.

3)   Ilmu Hadits.

Hadits adalah sumber hukum Islam yang kedua setelah al-Qur’an.

Diantara para ahli hadits pada masa dinasti Abbasiyah adalah

a)    Imam Bukhari (194-256 H), karyanya Shahih al-Bukhari

b)   Imam Muslim (w. 261 H), karyanya Shahih Muslim

c)    Ibnu Majah, Karyanya Sunan Ibnu Majah

d)   Abu Dawud, Karyanya Sunan Abu Dawud

e)    Imam an-Nasa’i, Karyanya Sunan An-Nasa’i

f)    Imam Baihaqi

26

27

Page 9: Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran pada masa dinasti abbasiyah

4)   Ilmu Kalam

Kajian para ahli ilmu kalam (teologi) adalah mengenai dosa, pahala, surga

neraka, serta perdebatan mengenai ketuhanan atau tauhid, menghasilkan

suatu ilmu yaitu ilmu kalam atau teologi. Diantara tokoh ilmu kalam

adalah

a)    Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi, tokoh

Asy’ariyah.

b)   Washil bin Atha, Abu Huzail al-allaf, tokoh Mu’tazilah.

c)    Al-Juba’i

5)   Ilmu Bahasa

Ilmu-ilmu bahasa yang berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah adalah

ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu bayan, ilmu badi’, dan arudl. Bahasa Arab

dijadikan sebagai bahasa ilmu pengetahuan, disamping sebagai alat

komunikasi antar bangsa.

Diantara para ahli ilmu bahasa adalah:

a)    Imam Sibawaih (w. 183 H), karyanya terdiri dari 2 jilid setebal 1.000

halaman.

b)   Al-Kisa’i

c)    Abu Zakaria Al-Farra (w. 208 H). Kitab Nahwunya terdiri dari 6.000

halaman lebih.

b.   Perkembangan Bidang Ilmu Aqli

Ilmu-ilmu umum masuk ke dalam Islam melalui terjemahan dari bahasa

Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab, di samping bahasa India.28[29]

Pada tahun 856 M khalifah al-Mutawakkil mendirikan Sekolah Tinggi

Terjemah di Bagdad yang dilengkapi dengan museum buku-buku.29[30]

Gerakan penerjemahan berlangsung dalam tiga fase.

1.    Fase pertama pada masa khalifah al-Manshur hingga Harun al-Rasyid,

pada fase ini banyak diterjemahkan karya-karya dalam bidang astronomi

dan mantiq.

2.    Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-Ma’mun hingga tahun

300 H, buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang

filsafat dan kedokteran.

28

29

Page 10: Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran pada masa dinasti abbasiyah

3.    Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah

adanya pembuatan kertas. Selanjutnya bidang ilmu yang diterjemahkan

semakin meluas.30[31]

Dengan kegiatan penerjemahan itu, sebagian karangan Aristoteles, Plato,

Galen, serta karangan dalam ilmu kedokteran lainnya dan juga karangan

mengenai ilmu pengetahuan Yunani lainnya dapat dibaca oleh alim ulama

Islam.

Bertolak dari buku yang diterjemahkan itu para ahli dikalangan kaum

muslimin mengembangkan penelitian dan pemikiran mereka, menguasai

semua ilmu dan pemikiran filsafat yang pernah berkembang masa itu

serta malakukan penelitian secara empiris dengan mengadakan

eksperimen serta mengembangkan pemikiran spekulatif dalam batas-

batas yang tidak bertentangan dengan kebenaran wahyu. Semenjak itu

dimulailah pembentukan ilmu-ilmu Islam di bidang aqli, yang sering

disebut Abad Keemasan yang berlangsung antara 900-1100 Masehi.31[32]

Dalam bidang ilmu aqli antara lain berkembang berbagai kajian dalam

bidang filsafat, logika, metafisika, ilmu alam, geometri, aljabar, aritmatika,

astronomi, musik, kedokteran, kimia, sejarah dan sastra.

1)   Filsafat

Kajian filsafat di kalangan umat Islam mencapai puncaknya pada masa

Dinasti Abbasiyah, di antaranya dengan penerjemahan filsafat Yunani ke

dalam bahasa Arab. Para Filsuf Islam antara lain:

a)    Abu Ishaq Al-Kindi (809-873 M). Karyanya lebih dari 231 judul.

b)   Abu Nashr Al-Farabi (961 M). Karyanya lebih dari 12 buah buku. Ia

memperoleh gelar al-Mu’allimuts Tsani (the second teacher), yaitu guru

kedua, sedang guru pertama dalam bidang filsafat adalah Aristoteles.

c)    Ibnu Sina, terkenal dengan Avicenna (980-1037 M). Ia seorang filsuf

yang menghidupkan kembali filsafat Yunani aliran Aristoteles dan Plato.

Selain filsuf Avicenna juga seorang dokter istana kenamaan. Diantara

bukunya yang terkenal adalah Asy-Syifa, dan Al-Qanun fi Ath-Thib (Canon

of Medicine).

d)   Al-Ghazali (1058-1111 M). Al-Ghazali mendapat julukan Al-Hujjatul

Islam, karyanya antara lain: Maqasid al-Falasifah, Al-Munkid Minadh

Dhalal, Tahafut Al- Falasifah, dan Ihya Ulumuddin.

30

31

Page 11: Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran pada masa dinasti abbasiyah

e)    Ibnu Rusyd di Barat terkenal denga Averros (1126-1198 M). Ia seorang

filsuf, dokter dan ulama. Karyanya antara lain: Mabadi al-Falasifah, Al-

Kuliah fi Ath-Thib, dan Bidayah al-Mujtahid.

2)   Ilmu Kedokteran

Pada Masa Abbasiyah Ilmu kedokteran berkembang pesat, rumah sakit

dan sekolah kedokteran banyak didirikan. Diantara ahli kedokteran

ternama adalah

a)         Abu Zakariya Yahya bin Mesuwaih (w. 242 H), seorang ahli farmasi di

rumah sakit Jundishapur Iran.

b)        Abu Bakar Ar-Razi (Rhazez) (864-932 M) dikenal sebagai “Ghalien

Arab”.

c)         Ibnu Sina (Avicenna), karyanya yang terkenal adalah Al-Qanun fi Ath-

Thib tentang teori dan praktik ilmu kedokteran serta membahas pengaruh

obat-obatan, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa, Canon of

Medicine.

d)        Ar-Razi, adalah tokok pertama yang membedakan antara penyakit

cacar dengan measles, Ar-Razi adalah penulis buku tentang kedokteran

anak.

3)   Matematika

Terjemahan dari buku-buku asing ke dalam bahasa Arab, menghasilkan

karya dalam bidang matematika. Di antara ahli matematika Islam yang

terkenal adalah Al-Khawarizmi, ia adalah pengarang kitab Al-Jabar wal

Muqabalah (ilmu hitung), dan penemu angka nol.

Sedangkan angka latin: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0 disebut angka Arab

karena diambil dari Arab. Sebelumnya dikenal angka Romawi I, II, II, IV, V

dan seterusnya.

Tokoh lain adalah Abu Al-Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin

Al-Abbas (940-998) terkenal sebagai ahli ilmu matematika.

4)   Farmasi

Diantara ahli farmasi pada masa dinasti Abbasiyah adalah Ibnu Baithar,

karyanya yang terkenal adalah Al-Mughni (berisi tentang obat-obatan),

Jami Al-Mufradat Al-Adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan makanan

bergizi).

5)   Ilmu Astronomi

Kaum muslimin mengkaji dan menganalisis berbagai aliran ilmu astronomi

dari berbagai bangsa seperti Yunani, India, Persia, Kaldan, dan ilmu Falak

Jahiliyah. Diantara ahli astronomi Islam adalah:

Page 12: Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran pada masa dinasti abbasiyah

a)    Abu Manshur Al-Falaki (w. 272 H). Karyanya yang terkenal adalah Isbat

Al-Ulum dan Hayat Al-Falak.

b)   Jabir Al-Batani (w. 319 H). Ia adalah pencipta teropong bintang

pertama. Karyanya yang terkenal adalah kitab Ma’rifat Mathiil Buruj Baina

Arbai Al-Falak.

c)    Raihan Al-Bairuni (w. 440 H). Karyanya adalah At-Tafhim li Awal As-Sina

At-Tanjim.

6)   Geografi

Dalam bidang geografi umat Islam sangat maju, karena sejak semula

bangsa Arab merupakan bangsa pedagang yang biasa menempuh jarak

jauh untuk berniaga. Di antara wilayah pengembaraan umat adalah umat

Islam mengembara ke Cina dan Indonesia pada masa-masa awal

kemunculan Islam. Di antara tokoh ahli geografi yang terkenal adalah

a)    Abul Hasan Al-Mas’udi (w. 345 H/956 M), seorang penjelajah yang

mengadakan perjalanan sampai Persia, India, Srilanka, Cina, dan penulis

buku Muruj Az-Zahab wa Ma’adin Al-Jawahir.

b)   Ibnu Khurdazabah (820-913 M) berasal dari Persia yang dianggap

sebagai ahli geografi Islam tertua.di antara karyanya adalah Masalik wa

Al-Mamalik, tentang data-data penting mengenai sistem pemerintahan

dan peraturan keuangan.

c)    Ahmad El-Ya’kubi, penjelajah yang pernah mengadakan perjalanan

sampai ke Armenia, Iran, India, Mesir, Maghribi, dan menulis buku Al-

Buldan.

d)   Abu Muhammad Al-Hasan Al-Hamdani (w. 334 H/946 M), karyanya

berjudul Sifatu Jazirah Al-Arab.

7)   Sejarah

Masa dinasti Abbasiyah banyak muncul tokoh-tokoh sejarah, beberapa

tokoh sejarah antara lain:

Ahmad bin Ya’kubi (w. 895 M) karyanya adalah Al-Buldan (negeri-negeri)

dan At-Tarikh (sejarah).

8)   Sastra

Dalam bidang sastra, Bagdad merupakan kota pusat seniman dan

sastrawan. Para tokoh sastra antara lain:

a)    Abu Nuwas, salah seorang penyair terkenal dengan karya cerita

humornya.

b)   An-Nasyasi, penulis buku Alfu Lailah wa Lailah (the Arabian Night),

adalah buku cerita Seribu Satu Malam yang sangat terkenal dan

diterjemahkan ke dalam hampir seluruh bahasa dunia.

Page 13: Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran pada masa dinasti abbasiyah

D.      Sebab-Sebab Kemunduran Dinasti Abbasiyah

Sebagaimana terlihat dalam periodeisasi khilafah Abbasiyah, masa

kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor

penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya

sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena khilafah pada periode

ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah

kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa para khilafah kuat, para menteri

cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika khilafah

lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.

Menurut W. Montgomery Watt, bahwa beberapa faktor yang

menyebabkan kemunduran pada masa daulah Abbasiyah adalah sebagai

berikut:

1.    Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara komunikasi

pusat dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat

saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintah

sangat rendah.

2.    Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah

kepada mereka sangat tinggi.

3.    Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk

tentara bayaran sangat besar. Pada saat kekuatan militer menurun,

khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Bagdad.32[33]

Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim, M.A., di antara hal yang

menyebabkan kemunduran daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai

berikut:

1.    Persaingan Antar Bangsa

Khilafah Abbasiyah yang didirikan Bani Abbas bersekutu dengan orang-

orang Persia. Persekutuan dilatarbelakangi persamaan nasib semasa

kekuasaan Bani Umayyah. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah

abbasiyah berdiri, persekutuan tetap dipertahankan. Pada masa ini

persaingan antar bangsa memicu untuk saling berkuasa. Kecenderungan

masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan

sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri.

2.    Kemerosotan Ekonomi

Khilafah Abbasiyah mengalami kemunduran ekonomi bersamaan dengan

kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama, pemerintahan

Abbasiyah merupakan pemerintahan yang kaya. Dan yang masuk lebih

32

Page 14: Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran pada masa dinasti abbasiyah

besar daripada pengeluaran, sehingga baitul mal penuh dengan harta.

Setelah khilafah mengalami periode kemunduran, negara mengalami

defisit anggaran, dengan demikian terjadi kemerosotan ekonomi.

3.    Konflik Keagamaan

Konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentra pada masa khilafah

Abbasiyah, sehingga mangakibatkan perpecahan. Berbagai aliran

keagamaan seperti Mu’tazilah, Syi’ah, Ahlussunnah, dan kelompok-

kelompok lainnya menjadikan pemerintahan Abbasiyah mengalami

kesulitan untuk mempersatukan berbagai faham keagamaan yang ada.

4.    Ancaman dari luar

Selain yang disebutkan daiatas, ada pula faktor-faktor eksternal yang

menyebabkan kemunduran dinasti Abasiyah lemah dan hancur.

Pertama, Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang menelan

banyak korban. Konsentrasi dan perhatian pemerintah Abbasiyah

terpecah belah untuk menghadapi tentara salibsehingga memunculkan

kelemahan-kelemahan.

Kedua, serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam

menyebabkan kekuatan Islam menjadi lemah, apalagi serangan Hulagu

Khan dengan pasukan Mongol yang biadab menyebabkan kekuatan

Abbasiyah menjadi lemah dan akhirnya menyerah kepada kekuatan

Mongol.33[34]

33

Page 15: Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran pada masa dinasti abbasiyah

BAB III

PENUTUP

Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai puncak

kejayaan pada masa pemerintahhan Dinasti Abbasiyah, kemajuan

intelektual pada waktu itu setidaknya dipengaruhi oleh dua hal yaitu:

Pertama, terjadinya Asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain

yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan.

Pengaruh Persia pada saat itu sangat penting dibidang pemerintahan.

Selain itu mereka banyak berjasa dalamperkembangan ilmu filsafat dan

sastra. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemah-terjemah

dalam banyak bidang ilmu, terutama Filsafat.

Kedua, Gerakan Terjemah. Pada masa daulah ini usaha penerjemahan

kitab-kitab asing dilakukan dengan giat sekali. Pengaruh gerakan

terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum

terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah.

Akhir kekuasaan Dinasti Abbasiyah ialah ketika Bagdad dihancurkan oleh

pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan, 656 H/1258 M. Bagdad

dibumihanguskan dan diratakan dengan tanah. Khalifah yang terakhir

dengan keluarganya, al-Mu’tashim Billah, dibunuh. Buku-buku yang

terkumpul di baitul hikmah dibakar dan dibuang ke sungai tigris sehingga

berubahlah warna air yang semula jernih menjadi hitam kelam karena

lunturan tinta dari buku-buku itu.

Dengan demikian, lenyaplah Dinasti Abbasiyah yang telah memainkan

peran penting dalam percaturan kebudayaan dan peradaban Islam

dengan gemilang.

Page 16: Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran pada masa dinasti abbasiyah

DAFTAR PUSTAKA

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006)

Hamka, Sejarah Umat Islam, Jilid II, (Jakarta: Bulan Bintang, 1981)

Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004)

Philip K. Hitti, History Of The Arabs, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010)

Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009)

Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994)

Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2002)

W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990)

Page 17: Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran pada masa dinasti abbasiyah

MAKALAH

PERKEMBANGAN ILMU ILMU PENGETAHUAN KEDOKTERAN PADA MASA DINASTI

ABBASIYAH

DISUSUN OLEH :

NAMA : IRFAN ISKANDAR

KELAS : VIII_1

Page 18: Perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran pada masa dinasti abbasiyah

SMP NEGERI 3 RAHA

2014KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas

berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami bias menyelesaikan makalah ini. Makalah ini

kami buat guna memenuhi tugas dari dosen.

Makalah ini membahas tentang “ PERKEMBANGAN ILMU ILMU PENGETAHUAN

KEDOKTERAN PADA MASA DINASTI ABBASIYAH ”

semoga dengan makalah yang kami susun ini kita sebagai siswa SMPN 3 Raha

dapat menambah dan memperluas pengetahuan kita.

Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna,

maka dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu selaku

dosen-dosen pembimbing kami serta temen-temen sekalian, karena kritik dan saran

itu dapat membangun kami dari yang salah menjadi benar.

Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi

kita, akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Raha, Mei 2014

PENYUSUN


Top Related