1
PERENCANAAN PENINGKATAN KINERJA SIMPANG BERSINYAL
(STUDI KASUS : JL. DEWI SARTIKA – JL RAYA KALIBATA JAKARTA TIMUR)
Michaell Ezra Sitompul
Jennie Kusumaningrum, ST., MT.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No. 100, Pondok Cina, Depok 16424
ABSTRACT
Jalan Dewi Sartika Intersection - Jalan Raya Kalibata is one of the signal intersections
in East Jakarta. The condition of the intersection experiences congestion during peak hours, this
indicates a decrease in the performance of the intersection at the signal intersection. The
purpose of the writing is to determine the performance of the intersection by adjusting the
existing signal phase conditions and to obtain the best cycle time and intersection performance
after changing the phase adjustment of the signal and changing the approach width. Primary
data is obtained by conducting a direct survey in the field, while primary data include traffic
flow data, signal time data, signal phase data and intersection geometric data, while secondary
data is obtained from BPS of East Jakarta City, data including secondary data are data total
population of East Jakarta City. The calculation is done by referring to MKJI guidelines, 1997.
The final result is found that the intersection arrangement in the existing condition has an
adverse intersection performance and the best cycle time and the highest intersection
performance is obtained from the three-phase setting departing from each approach after the
calculation of improvement. Where the resulting cycle time in this setting is 89 seconds, the
capacity produced in the north approach is 1453 pcu / hour, in the south approach is 567, and in
the western approach is 676 pcu / hour, the degree of saturation produced is 0.8, the queue
length produced in the northern approach is 120 m, in the southern approach is 73 m, and in the
western approach is 80 m, with an average delay produced is 40 seconds / pcu.
Keywords : Signalized Intersection, Cycle Time, Capacity, Degree of Saturation
ABSTRAK
Simpang Jalan Dewi Sartika – Jalan Raya Kalibata merupakan salah satu simpang
bersinyal di Kota Jakarta Timur. Kondisi simpang mengalami kemacetan pada saat jam puncak,
hal ini menandakan penurunan kinerja simpang pada simpang bersinyal tersebut. Tujuan dari
penelitian adalah untuk mengetahui kinerja simpang dengan pengaturan fase sinyal kondisi
eksisting dan untuk mendapatkan waktu siklus serta kinerja simpang terbaik setelah dilakukan
perubahan pengaturan fase sinyal dan perubahan lebar pendekat. Data primer didapatkan dengan
melakukan survei langsung di lapangan, adapaun yang termasuk data primer adalah data arus
lalu lintas, data waktu sinyal, data fase sinyal dan data geometrik simpang, sedangkan data
2
sekunder didapatkan dari BPS Kota Jakarta Timur, data yang termasuk data sekunder adalah data
jumlah penduduk Kota Jakarta Timur. Perhitungan dilakukan dengan mengacu pada pedoman
MKJI, 1997. Hasil akhir didapatkan bahwa pengaturan simpang pada kondisi eksisting memiliki
kinerja simpang yang kurang baik dan waktu siklus terbaik serta kinerja simpang tertinggi
didapatkan dari pengaturan tiga fase berangkat dari pendekat masing-masing setelah dilakukan
perhitungan perbaikan. Dimana waktu siklus yang dihasilkan pada pengaturan ini adalah 89
detik, kapasitas yang dihasilkan pada pendekat utara adalah 1453 smp/jam, pada pendekat
selatan adalah 567, dan pada pendekat barat adalah 676 smp/jam, derajat kejenuhan yang
dihasilkan adalah 0.8, panjang antrian yang dihasilkan pada pendekat utara adalah 120 m, pada
pendekat selatan adaah 73 m, dan pada pendekat barat adalah 80 m, dengan tundaan rata-rata
yang dihasilkan adalah 40 detik/smp.
Kata Kunci : Simpang Bersinyal, Waktu Siklus, Kapasitas, Derajat Kejenuhan
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persimpangan jalan merupakan
tempat bertemunya arus lalu lintas jalan dari
beberapa ruas jalan. Sebagai tempat
bertemunya arus lalu lintas dari beberapa
ruas jalan ini menyebabkan simpang jalan
menjadi pusat tempat terjadiya titik konflik
dan kemacetan. Dibutuhkan suatu
pengaturan terhadap suatu simpang untuk
meminimalisirkan konflik dan kemacetan
yang terjadi dan memaksimalkan kinerja
simpang. Tanpa adanya pengaturan simpang
akan mengakibatkan menurunnya kinerja
simpang seperti menurunnya kapasitas jalan,
peningkatan derajat kejenuhan dan
peningkatan tundaan.
Sistem lampu lalu lintas merupakan
salah satu cara mengatur lalu lintas di
sebuah simpang aga tercipta sistem
pergerakan dan hak berjalan secara
bergantian secara teratur sehingga dapat
meningkatkan kapasitas simpang (Munawar,
2004).
Lampu lalu lintas berfungsi untuk
mengurangi konflik-konflik yang terjadi
pada persimpangan dengan cara
menghentikan pergerakan arus kendaraan
pada dua atau leih ruas jalan pada
persimpangan dan pada saat yang bersamaan
arus kendaraan pada ruas jalan yang lainnya
tetap berjalan (Julianto, 2007).
Simpang Jalan Dewi Sartika – Jalan
Raya Kalibata merupakan salah satu
simpang lengan tiga yang terletak di Kota
Jakarta Timur. Simpang Jalan Dewi Sartika
– Jalan Raya Kalibata ini diatur dengan
menggunakan sistem lampu lalu lintas,
simpang tersebut mengalami kemacetan
pada jam puncak, hal ini melatar belakangi
penulis untuk mengevaluasi kinerja simpang
tersebut guna mengetahui apakah simpang
tersebut bekerja dengan baik menggunakan
pengaturan lampu lalu lintas dan fase sinyal
yang ada, serta merencanakan fase sinyal
dan merencanakan lebar pendekat yang baru
guna meningkatkan kinerja simpang Jalan
Dewi Sartika – Jalan Raya Kalibata.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui kinerja simpang
bersinyal pada Simpang Jalan Dewi
Sartika – Jalan Raya Kalibata dengan
pengaturan fase sinyal kondisi
eksisting.
2. Mengetahui waktu siklus terbaik
setelah dilakukan perubahan
pengaturan fase rangka baja bentang
60 meter, meliputi struktur sinyal
3
dan perubahan lebar pendekat pada
simpang Jalan Dewi Sartika – Jalan
Raya Kalibata.
3. Mengetahui pengaturan fase sinyal
yang memiliki kinerja terbaik pada
Simpang Jalan Dewi Sartika – Jalan
Raya Kalibata.
1.3 Batasan Masalah
Pada penelitian ini, pembahasan
dibatasi pada :
1. Perencanaan simpang bersinyal
berdasarkan data volume arus lalu
lintas pada jam puncak.
2. Perencanaan simpang bersinyal
berdasarkan pada perubahan fase
sinyal.
3. Perhitungan kinerja simpang
menggunakan pedoman Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)
1997.
4. Perencanaan simpang bersinyal tidak
memperhitungkan pertimbangan
ekonomi.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Simpang
Persimpangan merupakan area kritis
pada suatu jalan karena tempat bertemunya
dua atau lebih jaringan jalan (Ansyori,
2005). Simpang adalah tempat terjadinya
pusat konflik dan kemacetan, oleh karena itu
diperlukan suatu pengaturan.
Pengaturan simpang dikelompokkan
menjadi dua yaitu simpang bersinyal dan
simpang tak bersinyal.
2.2 Jenis-Jenis Simpang
Tujuan dibuatnya persimpangan
adalah untuk mengurangi potensi terjadinya
konflik diantara kendaraan karena
bertemunya dua ruas jalan ini. Jenis
persimpangan secara umum memiliki dua
jenis macam yaitu :
2.2.1 Simpang Sebidang (Intersection at
grade)
Simpang sebidang adalah pertemuan
dua ruas jalan atau lebih secara sebidang
atau tidak saling tersusun. Pertemuan ini
direncanakan sedemikian rupa dengan
tujuan untuk mengalirkan atau melewatkan
arus lalu lintas dengan lancar, serta
mengurangi kemungkinan terjadinya potensi
kecelakaan atau pelanggaran yang mungkin
terjadi di persimpangan.
Pada simpang sebidang ini, menurut
jenis fasilitas pengatur lalu lintasnya dibagi
menjadi 2 (dua), yaitu :
a. a. Simpang Bersinyal (Signalised
Intersection) adalah bagian dari sistem
kendali dengan waktu tetap yang dirangkai
secara khusus menggunakan perhitungan
manual atau perangkat lunak khusus dalam
analisanya.
b. Simpang Tak Bersinyal
(Unsignalised Intersection) adalah simpang
prioritas atau umumnya adalah pertemuan
jalan yang tidak menggunakan sinyal pada
pengaturannya.
2.2.2 Simpang Susun (Interchange)
Simpang susun (Interchange) adalah
persimpangan dimana dua ruas jalan atau
lebih saling bertemu tidak dalam satu bidang
tetapi salah satu ruas berada diatas atau
dibawah ruas jalan yang lain.
Gambar 2.6 Contoh Simpang Susun
(Interchange) (Sumber : Morlok, E.K, (1991)
4
3. METODE PERENCANAAN
3.1 Tahapan Perencanaan Tahapan yang dilakukan dalam
perencanaan secara garis besar dapat
digambarkan dengan menggunakan diagram
alir. Berikut ini adalah diagram alir yang
digunakan untuk perencanaan simpang
bersinyal .
Gambar 3.1 Diagram Alir Perencanaan
4. DATA PERENCANAAN
4.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berlokasi di Kota Jakarta
Timur, Provinsi Jakarta, yaitu persimpangan
antara Jalan Dewi Sartika dan Jalan Raya
Kalibata.
Gambar 4.1 Lokasi Penelitian
(Sumber : googleearth.com)
4.2 Data Arus Lalu Lintas
Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI) 1997, kendaraan dibagi
menjadi empat klasifikasi, yaitu kendaraan
berat, kendaraan ringan, sepeda motor dan
kendaraan tak bermotor. Data yang dicatat
adalah arus kendaraan dari semua jenis
klasifikasi kendaraan pada setiap pendekat
beserta Gerakan membeloknya (belok kiri,
kanan, dan lurus). Data arus lalu lintas dari
simpang Jalan Dewi Sartika – Jalan Kalibata
dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Arus Lalu Lintas per Jam
(Sumber : Survei Lapangan, 2020)
4.3 Data Penduduk
Data penduduk adalah data sekunder,
data ini didapatkan dari Bada Pusat Statistik
(BPS) Kota Jakarta Timur. Didapatkan data
5
penduduk Kota Jakarta Timur adalah 2.86
Juta jiwa.
4.4 Data Lampu Lalu Lintas Dan Fase
Sinyal
Data lampu lalu lintas ini mencakup
waktu hijau, waktu kuning dan waktu
merah. Data lampu lalu lintas pada kondisi
eksisting diberikan pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Data Lampu Lalu Lintas
(Sumber : Survei Lapangan, 2020)
Data pengaturan fase sinyal pada
kondisi eksisting dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
Gambar 4.2 Pengaturan Fase Sinyal Kondisi
Eksisting (Sumber : Survei Lapangan, 2020)
4.5 Data Geometrik Simpang
Data geometrik lapangan ini
didapatkan dari hasil pengukuran langsung
sehingga didapatkan data geometrik
simpang memiliki lebar sebesar 12 meter
dengan median untuk setiap lengannya,
masing-masing lengan memiliki dua jalur
dan empat lajur, satu jalur memiliki lebar 6
meter dan satu lajur memiliki lebar 3 meter.
Penggambaran geometrik simpang
eksisting dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :
Gambar 4.3 Geometrik Simpang Jalan Dewi
Sartika – Jalan Raya Kalibata (Sumber : Survei Lapangan, 2020)
5. PERHITUNGAN DAN ANALISIS
DATA
5.1 Perhitungan Simpang Bersinyal
Pada bab ini dilakukan perhitungan
untuk mendapatkan kinerja simpang pada
pengaturan fase sinyal dan waktu hijau pada
kondisi eksistingnya terlebih dahulu,
kemudian dilakukan perhitungan dengan
perubahan fase sinyal dan perubahan lebar
pendekat. Perhitungan dengan perubahan
fase sinyal dan perubahan lebar pendekat
dilakukan untuk mengetahui waktu hijau
dan waktu siklus pada masing-masing fase
serta untuk mengetahui pengaturan fase
sinyal yang memiliki kinerja simpang paling
tinggi.
5.1.1 Kinerja Simpang pada Pengaturan
Fase Sinyal Kondisi Eksisting
5.1.1.1 Simpang Bersinyal Tiga Fase
Belok Kiri Langsung
A. Data Masukan
Data masukan adalah data-data yang
diperlukan dalam perhitungan, data ini
berupa :
1. Ukuran Kota
Ukuran kota adalah jumlah
penduduk perkotaan, tempat dimana
dilakukan pengambilan data dilakukan.
Pengambilan data dilakukan di Kota Jakarta
6
Timur yang memiliki jumlah penduduk 2.86
juta jiwa.
2. Belok Kiri Langsung
Pada fase ini, Belok kiri langsung
diperbolehkan pada pendekat selatan dan
barat.
3. Tipe Lingkungan Jalan
Tipe lingkungan jalan pada simpang
ini adalah komersial (COM), karena terdapat
pertokoan dan area kampus di sekitar
simpang.
4. Tingkat Hambatan Simpang
Tingkat hambatan samping pada
simpang ini adalah tinggi.
5. Median
Pada simpang ini memiliki median
pada setiap lengannya.
6. Kelandaian
Kelandaian pada simpang ini adalah
0%.
7. Lebar Pendekat
Untuk kondisi pada pengaturan fase
ini, lebar pendekat untuk semua pendekat
yaitu 6 meter.
8. Kondisi Arus Lalu Lintas
Kondisi arus lalu lintas untuk fase ini
adalah kondisi terlindung, karena arus
berangkat tidak mengalami konflik dengan
arus lalu lintas dar arah berlawanan. Arus
lalu lintas yang didapatkan dari hasil survei
dalam kend/jam dikonversikan menjadi
smp/jam dengan menggunakan emp untuk
kondisi arus terlindung. Hasilnya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.1 Data Arus Lalu Lintas Pendekat
Terlindung
(Sumber : Hasil Perhitungan)
9. Rasio Berbelok
Contoh perhitungan untuk
pendekat barat :
Rasio Kendaraan belok kiri (PLT)
= 𝐿𝑇(𝑠𝑚𝑝/𝑗𝑎𝑚)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙(𝑠𝑚𝑝/𝑗𝑎𝑚)
= 258
676
= 0.38
Rasio Kendaraan Belok Kanan (PRT)
= 𝑅𝑇(𝑠𝑚𝑝/𝑗𝑎𝑚)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙(𝑠𝑚𝑝/𝑗𝑎𝑚)
= 418
676
= 0.62
Tabel 5.2 Rasio Berbelok
(Sumber : Hasil Perhitungan)
7
10. Rasio Kendaraan Tidak Bermotor
(PUM)
Contoh perhitungan untuk
pendekat barat :
Rasio Kendaraan Tidak Bermotor
(PUM) = 𝑄𝑈𝑀
𝑄𝑀𝑉
= 11
1352
= 0.008
Rasio kendaraan tidak bermotor
untuk masing-masing pendekat dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 5.3 Rasio Kendaraan Tidak Bermotor
(Sumber : Hasil Perhitungan)
B. Penggunaan Sinyal
Fase sinyal yang digunakan adalah
pengaturan tiga fase dengan arus belok kiri
langsung yang diijinkan, waktu antar hijau
adalah 5 detik/fase dan waktu hilang (LTI)
adalah sebesar 15 detik.
C. Penentuan Waktu Sinyal
1. Tipe Pendekat
Tipe Pendekat pada pengaturan fase
ini adalah pendekat terlindung (P) sesuai
dengan ketentuan MKJI.
2. Lebar Pendekat Efektif
Lebar pendekat efektid pada
pendekat utara adalah 6 meter, pada
pendekat selatan adalah 4 meter, dan pada
pendekat barat adalah 4 meter.
3. Arus Jenuh (S)
Arus jenuh dasar didapatkan dari
rumus berikut :
S = So × FCS × FSF × FG × FP × FRT × FLT
Nilai arus jenuh dasar (So) untuk tipe
pendekat terlindung didapatkan dengan
rumus :
So = 600 × We
So = 600 × 6
= 3600 smp/jam hijau
Faktor penyesuaian ukuran kota
(FCS) adalah 1, karena jumlah penduduk
Kota Jakarta Timur adalah 2.86 juta. Maka
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.4 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota
(FCS)
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI),
1997)
Faktor penyesuaian hambatan
samping (FSF) untuk simpang Jalan Dewi
Sartika – Jalan Raya Kalibata dengan
lingkungan jalan komersial, nilai rasio
kendaraan tidak bermotor (PUM) sebesar
0.006 untuk pendekat utara, dan sebesar
0.007 untuk pendekat selatan, sebesar 0.008
untuk pendekat barat. Dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 5.5 Faktor Penyesuaian Hambatan
Samping (FSF)
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI),
1997)
Faktor kelandaian adalah 1, karena
kondisi simpang tidak memiliki tanjakan
8
dan turunan (0%). Dapat dilihat pada grafik
berikut :
Grafik 5.1 Faktor Penyesuaian untuk
Kelandaian (FG) (Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)
1997)
Faktor penyesuaian Gerakan
membelok untuk belok kiri (FLT) dan belok
kanan (FRT) didapatkan dengan rumus :
FRT = 1.0 + PRT × 0.26
FLT = 1.0 + PRT × 0.16
Contoh perhitungan untuk pendekat
barat :
FRT = 1.0 + PRT × 0.26
= 1.0 + 0.62 × 0.26
= 1
FLT = 1.0 + PRT × 0.16
= 1.0 + 0.38 × 0.26
= 1
Maka nilai arus jenuh untuk pendekat barat
adalah sebagai berikut :
S = So × FCS × FSF × FG ×FP × FRT × FLT
= 2400 × 1 × 0.93 × 1 ×1 × 1 × 1
= 2433
Arus jenuh untuk setiap pendekat
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.6 Arus Jenuh
(Sumber : Hasil Perhitungan)
4. Rasio Arus
Contoh perhitungan rasio
arus (FR) untuk pendekat barat :
FR = 𝑄
𝑆⁄
= 6762433⁄
= 0.278
Tabel 5.7 Rasio Arus
(Sumber : Hasil Perhitungan)
Contoh perhitungan rasio arus simpang
(IFR) :
IFR = ∑ IFRcrit
= 0.323 + 0.275 + 0.278
= 0.875
Contoh perhitungan rasio fase (PR)
untuk pendekat barat :
PR = 𝐹𝑅𝑐𝑟𝑖𝑡
𝐼𝐹𝑅⁄
= 0.2780.875⁄
= 0.317
Rasio fase (PR) untuk masing-
masing pendekat dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 5.8 Rasio Fase
(Sumber : Hasil Perhitungan)
5. Waktu Siklus dan Waktu Hijau
Pada kondisi ini waktu siklus dan
waktu hijau yang dipakai dalam perhitungan
adalah waktu hijau dan waktu siklus pada
kondisi eksisting atau pada kondisi
sebenarnya yang didapatkan pada saat survei
lapangan. Waktu siklus yang didapatkan dari
hasil survei adalah 160 detik dengan waktu
hilang sebesar 15 detik. Waktu hijau untuk
setiap pendekat dapat dilihat pada tabel
berikut :
9
Tabel 5.9 Waktu Hijau
(Sumber : Hasil Perhitungan)
Tabel 5.10 Waktu Siklus
(Sumber : Hasil Perhitungan, 2020)
Diagram 5.1 Waktu Siklus
(Sumber : Hasil Perhitungan, 2020)
Gambar 5.1 Pengaturan Fase Sinyal Belok
Kiri Langsung (Sumber : Survei Lapangan, 2020)
D. Kapasitas (C) dan Derajat Kejenuhan
(DS)
Contoh perhitungan kapasitas dan
derajat kejenuhan untuk pendekat barat :
C = S × 𝑔
𝑐
= 2433 × 45
160
= 684
DS = 𝑄/𝐶
= 676/684
= 0.99
Kapasitas dan derajat kejenuhan untu
setiap pendekat dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 5.11 Kapasitas dan Derajat Kejenuhan
(Sumber : Hasil Perhitungan)
E. Perilaku Lalu Lintas
1. Panjang Antrian
Contoh perhitungan antrian
kendaraan (NQ) untuk pendekat barat :
NQ1 = 0.25 × C × [(𝐷𝑆 − 1) +
√(𝐷𝑆 − 1)2 +8×(𝐷𝑆−0.5)
𝐶]
= 0.25 × 684 × [(0.99 − 1) +
√(0.99 − 1)2 +8×(0.99−0.5)
684]
= 11 smp
NQ2 = c ×1−GR
1 − GR×𝐷𝑆×
𝑄
3600
= 160 ×1−0.281
1 − 0.281 × 0.99×
676
3600
= 30 smp
Jumlah antrian kendaraan untuk
setiap pendekat akan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 5.12 Jumlah Antrian Kendaraan
(Sumber : Hasil Perhitungan)
Contoh perhitungan panjang antrian
(QL) untuk pendekat barat :
QL = NQmax × 20
𝑊𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
= 56 × 20
4
= 280 m
Panjang antrian (QL) untuk masing-
masing pendekat dapat dilihat pada tabel
berikut :
10
Tabel 5.13 Panjang Antrian
(Sumber : Hasil Perhitungan)
2. Kendaraan Terhenti
Contoh perhitungan angka henti
(NS) untuk pendekat barat :
NS = 0.9 × 𝑁𝑄
𝑄 × 𝑐× 3600
= 0.9 × 41
676 × 160× 3600
= 1.22 stop/smp
Contoh perhitungan jumlah
kendaraan terhenti (NSV) untuk pendekat
barat :
NSV = Q × NS
= 676 × 1.22
= 823 smp/jam
Angka henti (NS) dan jumlah
kendaraan terhenti (NSV) untuk setiap
pendekat dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.14 Angka Henti dan Jumlah
Kendaraan Henti
(Sumber : Hasil Perhitungan)
Contoh perhitungan angka henti seluruh
simpang (NSTOT) :
NSTOT = ∑𝑁𝑆𝑉
𝑄𝑇𝑂𝑇
= 2636
2450
= 1.1 stop/smp
3. Tundaan
Contoh perhitungan tundaan lalu
lintas (DT) untuk pendekat barat :
DT = c × 0.5 ×(1−𝐺𝑅)2
(1−𝐺𝑅−𝐷𝑆)+
𝑁𝑄1×3600
𝐶
= 160 × 0.5 ×(1−0.281)2
(1−0.281−0.99)+
11×3600
684
= 114.9 detik/smp
Contoh perhitungan tundaan
geometric (DG) untuk pendekat barat :
DG = (1 – PSV) × PT × 6 + (PSV ×
4)
= (1 – 1.22) × (0.38 + 0.62) ×
6 + (1.22 × 4)
= 3.57 detik/smp
Contoh perhitungan tundaan rata-rata
untuk pendekat barat :
D = DT + DG
= 115 + . 3.57
= 118.5 detik/smp
Tundaan lalu lintas, tundaan
geometric dan tundaan rata-rata untuk setiap
pendekat dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.15 Tundaan Lalu Lintas, Tundaan
Geometrik dan Tundaan Rata-rata
(Sumber : Hasil Perhitungan)
Contoh perhitungan tundaan rata-rata
seluruh simpang (DI)
DI = ∑(𝑄×𝐷)
𝑄𝑇𝑂𝑇
= 2450
233.160
11
= 95 detik/smp
5.2 ANALISIS SIMPANG
BERSINYAL
Perhitungan kinerja simpang
bersinyal dilakukan dengan perbaikan
dengan tiga pengaturan fase sinyal yang
berbeda. Berikut adalah geometric simpang
pada kondisi eksisting, dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar 5.5 Geometrik Simpang Jalan Dewi
Sartika – Jalan Raya Kalibata (Sumber : Survei Lapangan, 2020)
Dari hasil perhitungan kinerja
simpang dengan pengaturan fase pada
kondisi eksisting dan dengan melakukan
perubahan fase sinyal, dihasilkan kinerja
simpang sebagai berikut :
Tabel 5.61 Waktu Hijau, Waktu Siklus, dan
Kinerja Simpang
(Sumber : Hasil Perhitungan)
Berikut ini adalah tabel
perbandingan kinerja simpang pada
pengaturan eksisting dan pengaturan setelah
dilakukan perbaikan :
Tabel 5.62 Perbandingan Kinerja
Simpang
(Sumber : Hasil Perhitungan)
Berikut ini adalah diagram
perbandingan kinerja simpang pada
pengaturan eksisting dan pengaturan setelah
dilakukan perbaikan :
Diagram 5.5 Waktu Siklus Kondisi
Eksisting (Sumber : Hasil Perhitungan, 2020)
Diagram 5.6 Waktu Siklus Fase Berangkat
Dari Pendekat Masing-masing (Sumber : Hasil Perhitungan, 2020)
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan yang
sudah dilakukan, maka didapatkan hasil
sebagai berikut :
1. Simpang jalan Dewi Sartika – Jalan
Raya Kalibata dengan pengaturan
fase sinyal kondisi eksisting
12
memiliki kapasitas pada pendekat
utara sebesar 1286 smp/jam, pada
pendekat selatan sebesar 580
smp/jam dan pada pendekat barat
sebesar 684 smp/jam, memiliki
derajat kejenuhan pada pendekat
utara sebesar 0.94, pada pendekat
selatan sebesar 0.98, dan pada
pendekat barat sebesar 0.99,
memiliki panjang antrian pada
pendekat utara sebesar 273 m, pada
pendekat selatan sebesar 240 m, dan
pada pendekat barat 280 m, serta
memiliki tundaan simpang rata-rata
sebesar 95 det/smp.
2. Waktu siklus terbaik didapatkan
pada pengaturan tiga fase berangkat
dari pendekat masing-masing setelah
dilakukan perbaikan, dimana waktu
siklus yang didapatkan adalah 89
detik. Waktu siklus yang didapatkan
masih dalam batas yang ditentukan
MKJI untuk pengaturan 3 fase, yaitu
50 – 100 detik.
3. Kinerja simpang terbaik didapatkan
dari pengaturan tiga fase berangkat
dari pendekat masing-masing karena
memiliki nilai derajat kejenuhan 0.8,
dimana nilai ini masih dalam batas
ijin derajat kejenuhan MKJI yaitu
0.85, memiliki kapasitas pada
pendekat utara sebesar 1453
smp/jam, pada pendekat selatan
sebesar 682 smp/jam dan pada
pendekat barat sebesar 813 smp/jam,
memiliki panjang antrian pada
pendekat utara sebesar 130 m, pada
pendekat selatan sebesar 73 m, dan
pada pendekat barat sebesar 80 m,
serta memiliki tundaan simpang
sebesar 40 detik/smp.
6.2 SARAN
Perencanaan dan pelakasanaan tata
kota yang tepat juga diperlukan untuk
menjaga daya dukung Kota Jakarta dimana
seiring pesatnya peningkatan jumlah
penduduk dan jumlah kendaraan, sehingga
akan didapatkan tata kota yang sesuai dan
baik untuk Kota Jakarta agar mengurangi
kondisi kemacetan yang sering dialami di
tiap ruas jalan.
Perencanaan tambahan seperti
perbedaan pengaturan waktu siklus jam
sibuk pagi dan sore disarankan kepada
peneliti yang ingin melanjutkan penelitian
ini sehingga pada simpang tersebut bisa
didapatkan hasil yang lebih maksimal.
7. DAFTAR PUSTAKA
[1] Ansyori, Alik Alamsyah. 2005.
Rekayasa Lalu Lintas. UMM Press.
Malang.
[2] Badan Pusat Statistik (2020). Kota
Depok Dalam Angka. Badan Pusat
Statistik Kota Jakarta Timur.
[3] C. Jotin Khisty, B. Kent Lall, “Dasar-
dasar Rekayasa Transportasi”. Penerbit
Erlangga, Jakarta, 2005.
[4] Direktorat Pekerjaan Umum. 1997.
Manual Kapasitas Jalan Indonesia.
Dirjen Bina Marga. Jakarta.
[5] Hobbs, F. D. 1974. Traffic Planning
and Engineering Second Edition.
Pergamon Press. Birmingham.
[6] Islami, Fahmi. 2012. Analisis Kinerja
Simpang Jl. Dr. Setiabudi-Jl. Sersan
Bajuri, Bandung. Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
[7] Julianto, Eko Nugroho. 2007. Analisis
Kinerja Simpang Bersinyal Simpang
Bangkong dan Simpang Milo Semarang
Berdasarkan Konsumsi Bahan Bakar
Minyak. Universitas Diponegoro.
Semarang.
[8] Munawar, A. 2004. Manajemen Lalu
Lintas Perkotaan. Beto Offset.
Yogyakarta.
[9] Selter, R.J. 1974. Highway Traffic
Analysis and Design. University of
Bradford.
13
[10] Putriani. Bunga Dwi. 2013.
“Peningkatan Kinerja Simpang
Bersinyal Pada Jalan IR.H.Juanda –
Jalan R.A. Kartini Bekasi”Jakarta
Perpustakaan Universitas Gunadarma BARCODE
BUKTI UNGGAH DOKUMEN PENELITIANPERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GUNADARMA
Nomor Pengunggahan
SURAT KETERANGANNomor: 191/PERPUS/UG/2020
Surat ini menerangkan bahwa: Nama Penulis : Jennie KusumaningrumNomor Penulis : 991027Email Penulis : [email protected] Penulis : Gardenia Residen Blok D17 Bojong Gede Bogor
Telah menyerahkan hasil penelitian/ penulisan untuk disimpan dan dimanfaatkan di Perpustakaan Universitas Gunadarma,dengan rincian sebagai berikut : Nomor Induk : TT//PENELITIAN/191/2020Judul Penelitian : PERENCANAAN PENINGKATAN KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : JL. DEWI
SARTIKA – JL RAYA KALIBATA JAKARTA TIMUR)Tanggal Penyerahan : 22 / 07 / 2020
Demikian surat ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya dilingkungan Universitas Gunadarma dan Kopertis Wilayah III.
Dicetak pada: 20/08/2020 22:21:54 PM, IP:180.244.235.124 Halaman 1/1