Download - PERBEDAAN TINGKAT KESULITAN CARA BELAJAR …
PERBEDAAN TINGKAT KESULITAN CARA BELAJAR MATEMATIKA
ANTARA SISWA PUTERA DAN PUTERI KELAS VII SMP PIRI I
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
OLEH:
KIKI PUSPA DAMAYANTI
001114058
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
i
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Saya melakukan sesuatu dengan cara terbaik yang saya ketahui, cara terbaik sebisa
saya, cara terbaik yang saya mengerti, entah itu berhasil seluruhnya, setengahnya atau
tidak sama sekali namun saya telah mengerjakannya dengan sungguh-sungguh dan
saya mencoba untuk terus begitu sampai akhir.
(Aku disetiap mimpi yang kadang kesampaian dan kadang gagal)
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Papa dan Mama Tercinta
Suamiku Eko Budy Karuniawan
Bidadari kecilku Zafira Nurul Farah
iv
ABSTRAK
PERBEDAAN TINGKAT KESULITAN CARA BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA PUTERA DAN PUTERI KELAS VII SMP PIRI I
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007
Kiki Puspa Damayanti Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif bidang bimbingan belajar dengan
menggunakan metode survey. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai perbedaan tingkat kesulitan cara belajar matematika. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP PIRI I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 dengan populasi penelitian berjumlah 97 siswa. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tingkat kesulitan belajar matematika yang disusun oleh peneliti dengan memodifikasi kuesioner milik Sisilia Sia.
Masalah pertama yang diteliti adalah bagaimanakah tingkat kesulitan cara belajar matematika antara siswa putera dan puteri kelas VII SMP PIRI I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007? Masalah kedua adalah apakah ada perbedaan tingkat kesulitan cara belajar matematika antara siswa putera dan puteri kelas VII SMP PIRI I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007? Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Teknik statistik dengan dasar kategorisasi dan tabulasi skor-skor dalam kuesioner tingkat kesulitan kegiatan belajar dalam mata pelajaran matematika. (2) Teknik statistik Chi-Kuadrat untuk menguji hipotesis dengan taraf signifikasi 5%.
Hasil penelitian ini adalah (1) jumlah siswa putri yang mengalami tingkat kesulitan rendah cara belajar matematika lebih banyak (53%) dari pada jumlah siswa putra yang mengalami tingkat kesulitan tinggi cara belajar matematika (47%). (2) Tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kesulitan cara belajar siswa putra dan putri dalam mata pelajaran matematika
vi
ABSTRACT
THE DIFFERENCES OF DIFFICULTY LEVEL OF LEARNING IN
MATHEMATIC SUBJECT BETWEEN MALE AND FEMALE STUDENTS IN THE SEVENTH GRADE OF SMP PIRI I YOGYAKARTA IN THE
ACADEMIC YEAR 2006/2007
Kiki Puspa Damayanti
Sanata Dharma University Yogyakarta
2007
This was a descriptive research in educational guidance by using survey method. This research aimed to get a clear image of the differences of difficulty level in learning Mathematic. The subject of this research was the seventh grade of SMP PIRI I Yogyakarta in the academic year 2006/2007 with 97 students as the population. The instrument used in this research was questionnaire on the level of difficulty in learning Mathematic composed by the researcher by modifying the questionnaire of Sisilia Sia.
The first problem researched was, how is the difficulty level in learning Mathematic between male and female students in the seventh grade of SMP PIRI I Yogyakarta in the academic year 2006/2007? The second problem, are there any differences of difficulty level in learning Mathematic between male and female students in the seventh grade students of SMP PIRI I Yogyakarta based on genders in the academic year 2006/2007? The data analysis techniques which were used in this research were (1) Statistical technique based on categorization and scores tabulation in the questionnaire of the students’ level of difficulty in learning Mathematic. (2) Statistical technique to count the reliability and validity of the questionnaire. (3) Chi-Square technique to test the hypothesis in significance level of 5%.
The results of this research were (1) The number of female students who were in the low level of difficulty in learning Mathematic was larger than (53%) them are who were in the higher level of difficulty in learning Mathematic (47%). (2)There was no significant differences of difficulty level in learning mathematic.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas segala rahmat Allah SWT yang telah membimbing
dan menuntun penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di program
studi Bimbingan dan Konseling.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat berjalan dengan baik berkat
bantuan, perhatian dan kasih sayang, dukungan dan bimbingan dari berbagai
pihah. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya.
Secara khusus ucapan terima kasih ini penulis haturkan kepada :
1. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. Dra. C.L. Milburga CB, M.Ed., Dosen Pembimbing yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran dalam membimbing, mengarahkan, dan membantu
penulis hingga mampu menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Bagus Hendratno. S.Pd., Kepala Sekolah SMP PIRI I Yogyakarta yang
telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.
4. Bapak Purwiyadi, S.Pd., Wakil Kepala Sekolah SMP PIRI I Yogyakarta yang
telah banyak membantu penulis dalam pembagian waktu dan jadwal
penelitian
viii
5. Bapak Jumal Hasan, S.Pd., Koordinator Bimbingan dan Konseling SMP PIRI
I Yogyakarta yang telah banyak membantu memberikan informasi dan
pengalamannya.
6. Adik-adikku terkasih di SMP PIRI I Yogyakarta. Banyak cerita dan
pengalaman indah bersama kalian semua.
7. Papa dan mama Tercinta yang telah memberikan semangat dan dukungan.
8. Eko Budy Karuniawan suamiku tersayang yang tidak pernah bosan
mengingatkan dan memberikan semangat.
9. Bidadari kecilku Zafira Nurul Farah yang selalu berdoa untuk Mama agar
cepat selesai.
10. Tante Dinda dan Om Anton yang banyak membantu untuk menggendong Fira
11. Mbak Didy dan Ona yang tidak pernah lelah membantu dan selalu
memberikan semangat.
12. Teman-teman almamaterku di Prodi BK angkatan 2000, terimakasih untuk
kebersamaan, keceriaan, dan kebahagiaan selama kuliah.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang berguna dari
berbagai pihak. Akhir kata, penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini berguna
bagi siapa saja yang berminat dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................viii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 5
E. Batasan Operasional dan Variabel.......................................................... 6
F. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................. 8
A. Belajar dan Ciri-ciri Belajar ................................................................. 8
1. Belajar Matematika ............................................................................ 8
2. Ciri-ciri Belajar .................................................................................. 9
B. Pengertian Belajar Matematika ........................................................... 12
C. Pendekatan Cara Belajar Matematika .................................................. 13
D. Kesulitan Belajar .................................................................................. 18
1. Definisi Kesulitan Belajar ................................................................ 18
2. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar .................................................. 19
viii
3. Gejala Kesulitan Belajar................................................................... 21
4. Karakteristik Kesulitan Belajar ........................................................ 21
5. Kesulitan Belajar Matematika.......................................................... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 24
A. Jenis Penelitian..................................................................................... 24
B. Alat Pengumpulan Data ....................................................................... 24
1. Kuesioner Tingkat Kesulitan Belajar ............................................. 25
C. Populasi Penelitian............................................................................... 27
D. Prosedur Pengumpulan Data................................................................ 28
1. Uji Coba Kuesioner Kesulitan Belajar Matematika ....................... 28
2. Pengumpulan Data Penelitian ........................................................ 28
E. Teknik Analisis Data............................................................................ 29
1. Perhitungan Realibilitas Hasil Uji Coba dan Penelitian ................ 30
2. Perhitungan Validitas Hasil Uji Coba dan Penelitian .................... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................... 35
A. Hasil Penelitian..................................................................................... 35
1. Masalah Penelitian ........................................................................... 35
2. Sampel Penelitian ............................................................................ 36
3. Tingkat Kesulitan Cara Belajar Matematika Antara Siswa Putera
Dan Puteri ......................................................................................... 36
4. Tingkat Kesulitan Cara Belajar Matematika Antara Siswa Putera
Dan Puteri ......................................................................................... 37
5. Penegasan Hipotesis Statistik dan Hipotesis Nol............................. 38
B. Pembahasan Hasil Penelitian................................................................ 40
BAB V PENUTUP............................................................................................... 42
A. Kesimpulan........................................................................................... 42
1. Gambaran Umum ............................................................................. 42
2. Hasil Pengujian Hipotesis ................................................................ 42
B. Saran ..................................................................................................... 43
ix
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 39
LAMPIRAN......................................................................................................... 41
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Indikator Kuesioner Tingkat Kesulitan Cara Belajar Dalam
Mata Pelajaran Matematika Antara Siswa Putera dan Puteri
kelas VII SMP PIRI I Yogyakarta........................................................ 20
Tabel 2. Sebaran Responden kuesioner Kesulitan Belajar Matematika ............. 23
Tabel 3. Jadwal Pengumpulan Data Penelitian ................................................... 23
Tabel 4. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas dan Validitas suatu Tes ................... 27
Tabel 5. Koefisien Korelasi Reliabilitas dan Validitas Uji Coba Kuesioner
Kesulitan Belajar Matematika .............................................................. 27
Tabel 6. Data Sampel Penelitian SMP PIRI I Yogyakarta kelas VII tahun
Ajaran 2006/2007 ................................................................................ 32
Tabel 7. Perbedaan Tingkat Kesulitan Cara Belajar Matematika
Antara Siswa Putera dan Puteri kelas VII ........................................... 33
Tabel 8. Tingkat Kesulitan Kegiatan Belajar dalam Mata Pelajaran
Matematika Para Siswa kelas VII berdasarkan Jenis Kelamin ............ 34
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Kesulitan Belajar Matematika....................................... 41
Lampiran 2. Hasil Tabulasi Data Uji Coba Kuesioner Kesulitan Cara
Belajar Matematika Antara Siswa Putera
dan Puteri Kelas VII....................................................................... 52
Lampiran 3. Hasil Tabulasi Data Penelitian Kuesioner Kesulitan Cara
Belajar Matematika Antara Siswa Putera dan Puteri Siswa
Kelas VII SMP PIRI I Yogyakarta
tahun ajaran 2006/2007 .................................................................. 61
Lampiran 4. Data Hasil Uji Coba Kuesioner Kesulitan Cara Belajar
Matematika Antara Siswa Putera dan Puteri Kelas VII
SMP PIRI I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007........................... 73
Lampiran 5. Data Hasil Penelitian Kuesioner Kesulitan Cara Belajar
Matematika siswa Kelas VII SMP PIRI I Yogyakarta
tahun ajaran 2006/2007 .................................................................. 75
Lampiran 6. Kategori Skor-skor Hasil Penelitian Kesulitan
Belajar Matematika Antara Siswa Putera dan Puteri
Kelas VII SMP PIRI I Yogyakarta................................................. 78
Lampiran 7. Surat Ijin Uji Coba dan Penelitian dari Prodi
Bimbingan Konseling dan Surat Keterangan
dari SMP PIRI I Yogyakarta .......................................................... 80
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan keadaan sosial budaya
yang berlangsung pesat telah membawa banyak perubahan pada setiap
individu. Penyesuaian diri terhadap perubahan menuntut individu untuk terus
belajar. Melalui belajar terjadi perubahan-perubahan dimana individu
mengalami perkembangan yang membawa penyempurnaan pada dirinya.
Supaya perkembangannya berlangsung utuh dan optimal, individu perlu
mendapat pendidikan. Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa dengan tujuan ia
memperoleh pengetahuan baru, keterampilan baru, sikap baru. Kegiatan
belajar siswa itu terikat pada pendidikan sekolah yang ditempuh.
Belajar merupakan suatu hal yang selalu aktual dan dihadapi oleh setiap
orang. Belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, baik di sekolah
maupun di luar sekolah. Dengan belajar seseorang mengalami perubahan
tingkah laku melalui pengalaman dan latihan.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan unsur yang sangat pokok. Kegiatan belajar bagi setiap siswa di
sekolah tidak selamanya dapat berlangsung secara baik; kadang-kadang
lancar, kadang-kadang tidak.
1
2
Pada umumnya belajar bukan merupakan hal yang serba mudah bagi
setup siswa, melainkan dapat juga timbul kesulitan. Salah satu hal yang dapat
menunjukkan kesulitan belajar bagi para siswa ialah rendahnya nilai rapor
pads akhir semester, misalnya untuk mata pelajaran IPA, Matematika, atau
Bahasa Inggris nilai rata-rata siswa hanya 5 atau bahkan kurang.
Ada siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan belajar
dan ada siswa yang tidak mengalami kesulitan belajar. Siswa yang mengalami
kesulitan maupun siswa yang tidak mengalami kesulitan dalam melakukan
kegiatan belajar berharap akan memperoleh pengetahuan baru, keterampilan
baru, dan sikap baru; selain itu ada pula perbedaan tingkat kesulitan belajar
siswa, sebab kemampuan siswa yang satu berbeda dengan siswa yang lain.
Definisi kesulitan belajar ada bermacam-macam. Pembahasan
bermacam-macam definisi tersebut di atas, memberikan gambaran adanya
keperluan sebagai berikut (Janet Leanner, 1995): (1) Kesulitan belajar telah
datang dari berbagai disiplin ilmu. Permasalahan diterima dan disetujui secara
luas dari seorang berkesulitan belajar, telah diidentifikasi oleh banyak disiplin
ilmu, profesi, organisasi, dan bangsa-bangsa di dunia. (2) Sasaran dari
penemuan salah satu definisi tentang kesulitan belajar yang dapat diterima
oleh semua ahli mungkin tidak mudah. Hakikat dari permasalahan kesulitan
belajar sangat tinggi individualitasnya dan solusi penerapannya harus luwes
dan adaptif. Beberapa sekolah mengusulkan perlu adanya beberapa tips
kesulitan belajar dan perbedaan beberapa definisi yang diperlukan untuk
masing-masing tips; (3) Tampaknya diperlukan definisi kesulitan belajar.
3
Perbedaan definisi diinginkan oleh berbagai profesi, tingkat umur, populasi,
dan tingkat kesulitan belajar.
Kesulitan belajar menunjuk pada suatu keadaan yang menandakan siswa
tidak lancar melakukan kegiatan belajar. Keadaan dapat menjadi sebab hasil
belajar yang diperoleh siswa rendah. Kesulitan belajar dapat dipengaruhi
kemampuan memahami yang rendah dari siswa; siswa tidak mempunyai
waktu sebab terlalu sibuk; siswa malas, siswa menderita penyakit kronis dan
lain-lain. Pembahasan selanjutnya Dipusatkan pada kesulitan kegiatan belajar
siswa dalam mata pelajaran matematika.
Matematika merupakan salah satu dasar yang sangat penting dalam
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Hudoyo (1980) mengatakan
matematika adalah salah satu cara untuk mengemukakan jawaban terhadap
masalah yang dihadapi oleh manusia; suatu cara menggunakan informasi;
menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran. Menggunakan
pengetahuan tentang menghitung; dan yang paling penting adalah memikirkan
dalam diri manusia itu sendiri. Dalam melihat dan mengamati hubungan-
hubungan.
Kesulitan belajar dapat diatasi dengan cara memberi bimbingan belajar
baik secara individu maupun kelompok kepada siswa. Seorang pembimbing
dapat mengajar siswa untuk memahami dirinya sendiri, dengan memahami
diri sendiri siswa diharapkan dapat mengetahui kesulitan belajar yang
dialaminya. Setelah siswa dibantu mengetahui penyebab kesulitan belajar
4
seorang pembimbing yang membantu menemukan cara yang tepat untuk
siswa.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
mengenai kesulitan cara belajar matematika yang dialami oleh siswa SMP
PIRI I Yogyakarta. Ada tiga alasan mengapa peneliti tertarik untuk
mempelajari masalah kesulitan belajar siswa. Pertama, peneliti pernah
melaksanakan PPL (Program Pengalaman Lapangan) di SMP tersebut. Selama
ber-PPL peneliti memperoleh pengalaman bahwa siswa sering mengeluh
mengenai kesulitan belajarnya. Kedua, dari pengalaman pribadi peneliti yang
menemukan kesulitan belajar matematika ketika duduk di bangku SMP.
Ketiga, dari pembicaraan dengan guru pembimbing, peneliti memperoleh
informasi bahwa pihak sekolah ingin mengetahui kesulitan belajar siswa
dengan lebih jelas.
Pembimbing juga mengadakan layanan konseling bagi siswa yang
benar-benar membutuhkan layanan konseling untuk mengatasi kesulitan
belajarnya. Guru pembimbing berperan mendampingi dan memberikan
layanan bimbingan konseling baik secara individu atau kelompok dan
penguasaan cara-cara belajar. Siswa yang sudah mengetahui penyebab
kesulitan kegiatan belajar yang dialamainya serta mengetahui cara-cara belajar
yang tepat diharapkan dapat mengembangkan keterampilan belajar
matematika.
5
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat kesulitan cara belajar pada siswa Kelas VII SMP
PIRI I dalam mata pelajaran matematika?
2. Apakah ada perbedaan tingkat kesulitan cara belajar antara siswa putra
dan putri Kelas VII SMP PIRI I dalam mata pelajaran matematika?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan memperoleh:
1. Gambaran tentang tingkat kesulitan cara belajar di sekolah dalam mata
pelajaran matematika.
2. Gambaran perbedaan tingkat kesulitan cara belajar dalam mata pelajaran
matematika antara siswa putra dan putri.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Guru pembimbing
Guru pembimbing memperoleh gambaran secara umum
mengenai kesulitan cara belajar yang dialami oleh siswa dan
gambaran mengenai topik bimbingan yang cocok untuk membantu
siswa mengatasi kesulitan cara belajar.
6
2. Guru Bidang Studi
Mendapat informasi atau masukan dari guru pembimbing
mengenai hal-hal yang diperlukan dalam menciptakan situasi dan
kondisi belajar yang menguntungkan bagi siswa.
3. Peneliti
Peneliti sendiri sebagai calon guru pembimbing dapat
mengetahui kesulitan-kesulitan belajar siswa, sehingga dapat
menjadi bekal bila kelak terjun dalam dunia pendidikan,
khususnya sebagai guru pembimbing di sekolah.
E. Batasan Operasional
Berikut ini dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam
penelitian ini :
1. Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran keadaan dengan kata-kata
secara jelas dan terperinci.
2. Belajar siswa di sekolah adalah suatu kegiatan siswa mempelajari dan
mengolah bahan pelajaran, pembimbingan, pelatihan, sehingga siswa
mengalami perubahan dalam tingkah laku.
3. Matematika
Matematika merupakan bidang studi eksakta yang mencakup kegiatan
berpikir logis, mengenal pola hubungan dan generalisasi pengalaman.
7
4. Kesulitan cara belajar siswa
Kesulitan cara belajar siswa berarti menunjuk pada suatu keadaan yang
menandakan siswa tidak lancar melakukan kegiatan belajar.
5. Tingkat kesulitan cara belajar siswa dalam mata pelajaran matematika
merupakan suatu keadaan yang dialami siswa, sehingga ia tidak lancar
melakukan kegiatan belajar. Tingkat kesulitan belajar siswa dalam mata
pelajaran matematika mencakup kegiatan berpikir logis, mengenal pola
hubungan dan generalisasi pengalaman.
6. Jenis kelamin siswa adalah putra dan putri.
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah “Ada perbedaan signifikan tingkat kesulitan
cara belajar dalam mata pelajaran matematika berdasarkan jenis kelamin siswa
kelas VII SMP PIRI I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.”
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini diuraikan cara belajar dan ciri-ciri belajar, pelajaran
matematika, faktor-faktor penyebab kesulitan belajar, gejala kesulitan belajar dan
kesulitan belajar
A. Belajar dan Ciri-ciri Belajar
1. Belajar
Ada banyak definisi tentang belajar. Berikut ini dikemukakan
beberapa definisi belajar menurut beberapa ahli.
a. Ernest (Usman dan Setiawati, 1993: 7) mendefinisikan belajar
sebagai ”suatu proses ditimbulkannya atau diubahnya suatu kegiatan
karena mereaksi suatu keadaan”.
b. James (Ahmadi dan Widodo, 1991: 119) mendefinisikan belajar
sebagai ”suatu proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan dan pengalaman”.
c. Winkel (1996: 53) mendefinisikan belajar sebagai : ”suatu aktivitas
mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan sikap. Perubahan itu bersifat relatif
konstan dan berbekas”.
Berdasarkan definisi belajar yang telah dikemukakan di atas,
dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah
8
9
laku atau kecakapan manusia. Perubahan tingkah laku ini bukan
disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis atau proses
kematangan. Perubahan yang berlangsung karena belajar dapat berupa
perubahan dalam kebiasaan, kecakapan/keterampilan atau dalam aspek
pemahaman, pengetahuan dan sikap. Kecakapan/keterampilan merupakan
kemampuan yang telah dikuasai oleh seseorang pada suatu saat, seperti
berbicara, menulis, memecahkan soal-soal dan lain-lain. Keterampilan
adalah kemampuan melakukan sesuatu dengan cepat, tepat dan mudah.
2. Ciri-ciri Belajar
Winkel (1996: 53 - 55) mengatakan bahwa tidak setiap perubahan
yang dialami individu merupakan hasil dari proses belajar. Perubahan
hasil belajar itu meliputi hal-hal yang bersifat internal seperti pemahaman
dan sikap, serta mencakup hal-hal yang bersifat eksternal seperti
keterampilan motorik dan berbicara dalam bahasa asing. Senada dengan
apa yang dikatakan oleh Winkel di atas, Ahmadi (1991: 121 - 123)
mengungkapkan bahwa perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar di
sekolah mempunyai ciri-ciri, yaitu : perubahan terjadi secara sadar,
bersifat kontinyu dan fungsional, bersifat positif dan aktif, bersifat
menetap, bertujuan dan terarah, mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Berikut ini dijelaskan beberapa ciri belajar yang dialami siswa di sekolah:
10
a. Terjadi perubahan yang proses dan hasilnya bisa disadari
maupun tidak disadari
Individu yang belajar dengan sengaja biasanya menyadari
perubahan yang terjadi dalam dirinya. Maka pada siswa
berlangsunglah banyak perubahan yang disadari, tetapi tidak selalu
semua perubahan disadari penuh. Misalnya siswa menyadari atau
merasakan adanya pengetahuan yang bertambah, pemikiran yang
semakin luas berkembang.
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional
Perubahan yang terjadi dalam diri siswa berlangsung terus-
menerus. Suatu perubahan, terutama perubahan positif yang terjadi,
akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya.
Misalnya siswa belajar meringkas, siswa mengalami perubahan dari
tidak dapat meringkas menjadi dapat meringkas. Perubahan tersebut
berlangsung terus hingga kecakapan meringkas menjadi lebih baik.
c. Perubahan terjadi sesuai dengan banyaknya usaha belajar yang
dilakukan
Perubahan dalam perbuatan belajar senantiasa bertambah dan
tertuju untuk perolehan sesuatu yang lebih baik dari yang
sebelumnya. Makin banyak usaha belajar dilakukan, makin banyak
perubahan terjadi. Proses belajar juga bersifat aktif, artinya perubahan
itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu
sendiri dan bukan hanya karena suatu proses kematangan.
11
d. Perubahan dalam belajar bersifat menetap
Tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat relatif
menetap, artinya selama hasil belajar yang diperoleh tidak dihapus
dan diganti dengan hasil yang baru. Misalnya kecakapan siswa dalam
berhitung tidak akan hilang begitu saja, melainkan tetap dimiliki dan
akan berkembang apabila terus digunakan.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan
dicapai, misalnya siswa yang belajar mengarang, sebelumnya sudah
menetapkan tujuan apa yang ingin dicapai yaitu supaya hasil
karangannya bagus dan dapat dibaca oleh banyak orang. Jadi
perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada suatu
perubahan yang akhirnya terwujud dalam tingkah laku dan biasanya
disertai intensi untuk mencapai suatu tujuan.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Siswa yang telah belajar biasanya akan mengalami perubahan
dalam sikap, pengetahuan, pemahaman dan keterampilan yang
semuanya akhirnya harus terungkap dalam suatu perbuatan yang
membuktikan bahwa hasil sudah tercapai. Misalnya seseorang yang
telah belajar menulis akan terampil menulis. Orang tersebut juga
mengalami perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara-cara
menulis, alat-alat yang digunakan untuk menulis, keinginan untuk
12
memiliki alat tulis yang lebih bagus, dan sebagainya. Jadi, aspek yang
satu berhubungan erat dengan aspek lainnya.
B. Pengertian Belajar Matematika
Belajar matematika merupakan salah satu dasar yang amat penting dalam
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Matematika merupakan bidang studi
yang dipelajari oleh semua siswa dari SD sampai SMA bahkan juga di
perguruan tinggi. Mata pelajaran matematika merupakan ilmu terstruktur yang
penuh dengan simbol-simbol. Dengan demikian mata pelajaran matematika
dapat dikatakan sebagai bahasa simbol dan masing-masing simbol mempunyai
makna tertentu. Dalam mempelajari mata pelajaran matematika, siswa berlatih
membaca uraian-uraian atau kalimat-kalimat yang dinyatakan dalam simbol-
simbol bilangan, gambar, dan grafik sehingga dapat memahami makna yang
terkandung di dalamnya. Pemahaman akan simbol matematika nampak dalam
penyusunan kembali dalam bahasa siswa sendiri.
Menurut Paling (1982:2), ide manusia tentang matematika berbeda-beda,
tergantung pada pengalaman dan pengetahuan masing-masing. Ada yang
mengatakan bahwa matematika hanya perhitungan yang mencakup tambah,
kurang, kali, dan bagi; tetapi ada pula yang melibatkan topik-topik seperti
aljabar, geometri, dan trigonometri. Banyak pula yang beranggapan bahwa
matematika mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan berpikir logis.
Selanjutnya, Paling mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara
untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu
13
cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan
ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling
penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan
menggunakan hubungan-hubungan. Berdasarkan pendapat Paling tersebut
dapat disimpulkan bahwa untuk menemukan jawaban atas tiap masalah yang
dihadapinya, manusia akan menggunakan (1) informasi yang berkaitan
dengan masalah yang dihadapi; (2) pengetahuan tentang bilangan, bentuk, dan
ukuran; (3) kemampuan untuk menghitung; dan (4) kemampuan untuk
mengingat dan menggunakan hubungan-hubungan.
Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Cornelius
(1982:38) mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika karena
matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana
untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-
pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk
mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran
terhadap perkembangan budaya.
C. Pendekatan Cara Belajar Matematika
Ada beberapa pendekatan dalam pengajaran matmatika, masing-masing
didasarkan atas teori belajar yang berbeda. Ada empat pendekatan yang paling
berpengaruh dalam pengajaran matematika, (1)urutan belajar yang bersifat
perkembangan (development learning sequences), (2) belajar tuntas (matery
14
learning), (3) strategi belajar (learning strategies), dan (4) pemecahan
masalah (problem solving).
Pendekatan urutan belajar yang bersifat perkembangan menekankan pada
pengukuran kesiapan belajar siswa, penyediaan pengalaman dasar, dan
pengajaran keterampilan matematika prasyarat. Pendekatan ini banyak
dipengaruhi teori perkembangan kognitif Piaget. Mengingat kemampuan
kognitif dan segala sesuatu yang terkait dengan berpikir berbeda-beda untuk
tiap tahap perkembangan, maka guru harus menyesuaikan bahan pelajaran
dengan tahap perkembangan anak. Ini berarti bahwa tidak ada manfaatnya
mengajarkan konsep atau keterampilan matematika sebelum anak mencapai
tahap perkembangan tersebut karena tidak akan berhasil.
Teori ini juga menjelaskan perlunya pengajaran matematika dimulai dari
benda atau peristiwa konkret, menuju ke semi konkret, baru akhirnya ke yang
abstrak.
Pendekatan belajar tuntas menekankan pada pengajaran matematika
melalui pembelajaran langsung (direct instruction) dan terstruktur. Adapun
langkah-langkah pendekatan belajar tuntas dalam bidang studi matematika
adalah sebagai berikut :
(1) Menentukan sasaran atau tujuan pembelajaran khusus. Sasaran tersebut
harus dapat diukur dan diamati. Sebagai contoh, ”Siswa dapat menuliskan
jawaban terhadap 25 soal perkalian 1 sampai 7 dalam waktu 10 menit
dengan 90% benar.”
(2) Menguraikan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
15
(3) Menentukan langkah-langkah yang sudah dikuasai oleh siswa. Misalnya,
siswa telah mampu menyelesaikan soal-soal perkalian 1 hingga 5 dengan
mudah, dan dapat menyelesaikan soal-soal perkalian 6 dan 7 secara
lambat.
(4) Mengurutkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan. Sebagai contoh,
jika siswa telah dapat menyelesaikan soal-soal perkalian 1 sampai 5
dengan mudah dan perkalian 6 sampai 7 secara lambat, maka
pembelajaran yang diperlukan hanya melatih kecepatan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal perkalian 6 dan 7.
Program matematika yang didasarkan atas pendekatan belajar tuntas
memiliki struktur bertaraf tinggi, diurutkan secara sistematis, dan memerlukan
pembelajaran yang sangat langsung. Mengingat sifat matematika yang
berurutan maka pendekatan belajar tuntas sangat sesuai dengan kurikulum
matematika.
Pendekatan strategi belajar memusatkan pada pengajaran bagaimana
belajar matematika (how to learn mathematics). Pendekatan ini membantu
siswa untuk mengembangkan strategi belajar metakognitif yang mengarahkan
proses mereka dalam belajar matematika. Siswa diajak belajar memantau
pikiran sendiri dan didorong untuk mengatakan kepada diri sendiri,
mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri, sebagai suatu metode untuk
meningkatkan berpikir dan memproses informasi. Sebagai contoh, siswa
bertanya ”Apa yang hilang?” atau ”Apakah harus menjumlah atau
mengurangkan?” Atau siswa dapat memberi komentar, ”Oh, saya pernah
16
mengerjakan soal semacam ini pada waktu yang lalu, tetapi keliru” atau
mengatakan ”Saya harus menggambarkan ini pada kertas supaya saya dapat
melihat apa yang hilang.” Banyak anak berkesulitan belajar yang memiliki
kekurangan dalam strategi belajar kognitif yang sangat diperlukan untuk
belajar matematika. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran matematika
yang menggunakan strategi ini.
Pendekatan pemecahan masalah menekankan pada pengajaran untuk
berpikir tentang cara memecahkan masalah dan pemrosesan informasi
matematika. Dalam menghadapi masalah matematika, khususnya soal cerita,
siswa harus melakukan analisis dan interpretasi informasi sebagai landasan
untuk menentukan pilihan dan keputusan. Dalam memecahkan masalah
matematika, siswa harus menguasai cara mengaplikasikan konsep-konsep dan
menggunakan keterampilan komputasi dalam berbagai situasi baru yang
berbeda-beda. Pemecahan masalah sering melibatkan beberapa langkah.
Sebagai contoh, dalam mengukur luas selembar papan, siswa harus
memahami konsep bujur sangkar dan sisi-sisi sejajar; dan memiliki
keterampilan dalam mengukur, menjumlah, dan mengalikan. Dalam
pendekatan pemecahan masalah, Fleischaer, Nuzum, dan Marcola seperti
dikutip oleh Lerner (1988: 439) menyarankan agar siswa diperbolehkan
menggunakan kalkulator. Penggunaan kalkulator dimaksudkan agar siswa
dapat memusatkan perhatiannya pada pemecahan masalah, dan tidak terpusat
pada komputasi. Dalam melaksanakan pendekatan ini, siswa diberi kartu saran
17
guna membantu siswa dalam memecahkan masalah matematika yang berisi
langkah-langkah sebagai berikut :
(1) Baca : Apa yang ditanyakan?
(2) Baca kembali : Informasi apa yang diperlukan?
(3) Pikirkan :
a. meletakkan bersama = menambah,
b. memisahkan = mengurang,
c. apakah saya memerlukan semua informasi tersebut?
d. apakah ini soal matematika dua-langkah?
(4) Pemecahan masalah : Tulis persamaan tersebut!
(5) Periksa : Hitung kembali dan bandingkan!
Kennedy seperti dikutip oleh Lovitt (1989: 279) menyarankan empat
langkah proses pemecahan masalah matematika, yaitu:
(1) memahami masalah;
(2) merencanakan pemecahan masalah;
(3) melaksanakan pemecahan masalah; dan
(4) memeriksa kembali.
Dalam menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang mengalami
banyak kesulitan. Kesulitan tersebut tampaknya terkait dengan pengajaran
yang menuntut anak membuat kalimat matematika tanpa lebih dahulu
memberikan petunjuk tentang langkah-langkah. yang harus ditempuh. Sebagai
contoh, dapat dikemukakan sebagai berikut :
18
Ibu membeli 10 butir telur yang harganya Rp 100,00 tiap butir dan 2
kg gula yang harganya Rp 1.000,00 tiap kg. Ibu membayar barang-
barang tersebut dengan uang Rp 10.000,00.
Berapa uang kembali yang diterima oleh Ibu?
Kalimat matematika : 10.000 - 10 X 100 + 2 X 1.000 = 7000
Bagi anak berkesulitan belajar, dan bahkan juga bagi anak yang tidak
berkesulitan belajar, menyelesaikan soal cerita semacam itu bukan pekerjaan
yang mudah. Di samping itu, anak juga tidak terlatih untuk menyelesaikan
masalah matematika secara lebih sistematis. Oleh karena itu, pendekatan
pemecahan masalah dengan langkah-langkah yang telah dikemukakan
tampaknya lebih baik untuk digunakan baik bagi anak berkesulitan belajar
maupun yang tidak berkesulitan belajar.
D. Kesulitan Belajar
1. Definisi kesulitan belajar
Definisi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh The
United States Office of Education (USOE) pada tahun 1977 yang dikenal
dengan Public Law (PL) 94 – 142, yang hampir identik dengan definisi
yang dikemukakan oleh The National Advisory Committee on
Handicapped Children pada tahun 1967. Definisi tersebut seperti dikutip
Hallahan, Kauffman, dan Llyod (1985:14) seperti berikut.
Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan
19
mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi.
Ahmadi dan Widodo (1991: 76) mendefinisikan kesulitan belajar sebagai
“keadaan yang dialami anak didik atau siswa yang membuatnya tidak
dapat belajar sebagaimana mestinya”. Dalam buku pendidikan bagi anak
berkesulitan belajar. Abdurahman 1999 menyebutkan antara lain kesulitan
belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian
prestasi akademis yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan.
Kegagalan tersebut antara lain keterampilan dalam mata pelajaran
matematika maupun mata pelajaran lainnya.
2. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Muhibbin Syah (2003 : 181) menyebutkan bahwa Fenomena
kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya
kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga
dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior)
siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman,
berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan
belajar terdiri atas dua macam, yakni:
20
1) Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul
dari dalam diri siswa sendiri, yang meliputi gangguan atau
kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni:
a. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya
kapasitas intelektual/intelegensi siswa;
b. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya
emosi dan sikap;
c. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti
terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan
telinga).
2) Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang
datang dari luar diri siswa, yang meliputi semua situasi dan kondisi
lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa.
Faktor lingkungan ini meliputi:
a. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan
antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya wilayah
perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer
group) yang nakal.
c. Lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak gedung sekolah
yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar
yang berkualitas rendah.
21
3. Gejala Kesulitan Belajar
Siswa yang mengalami kesulitan belajar menurut Ahmadi dan Widodo
(1991: 88) menunjuk beberapa gejala yaitu:
a. Siswa menunjukkan hasil belajar yang rendah
b. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang
dilakukan
c. Sering tertinggal dalam melakukan tugas pembelajaran
d. Menunjukkan tingkah laku yang bersumber pada sikap yang kurang
wajar seperti acuh, berpura-pura dan iri hati.
e. Menunjukkan perilaku yang bersumber pada reaksi emosional yang
kurang wajar seperti murung, mudah tersinggung, mudah marah, dan
kurang gembira.
f. Menunjukkan tingkah yang bersumber pada sikap menentang dengan
aturan, tidak teratur dalam belajar, tidak mau bekerja sama, dan
mengasingkan diri.
4. Karakteristik Kesulitan Belajar
Cecil D. Mercer (1983) menyebutkan bahwa Karakteristik kesulitan
belajar tampak pada (1) gangguan perhatian adalah hiperaktif, pengalihan
perhatian; (2) kegagalan untuk mengembangkan dan memobilisasi strategi
untuk belajar, mengorganisasi belajar, kerangka belajar aktif, dan fungsi-
fungsi metakognitif; (3) lemah dalam kemampuan gerak antara koordinasi
gerakan baik dan kasar, kegagalan umum dan canggung, persoalan-
22
persoalan spasial; (4) permasalahan-permasalahan persepsi antara lain,
pembedaan stimulus pendengaran, dan penglihatan; (5) kesulitan bahasa
lisan, pendengaran berbicara daftar kata, kemampuan linguistik; (6)
kesulitan membaca antara lain pengkodean, keterampilan dasar membaca,
membaca komprehensif; (7) kesulitan menulis bahasa, antara lain
mengeja, tulisan tangan, mengarang; (8) kesulitan matematika, antara lain
pemikiran kuantitatif, berhitung, waktu, ruang, dan menghitung fakta; (9)
tingkah laku sosial yang tidak pantas antara lain persepsi sosial, tingkah
laku emosi, penegakan saling hubungan.
5. Kesulitan Belajar Matematika
Kesulitan belajar siswa menunjuk pada suatu keadaan yang
menandakan siswa tidak lancar dalam kegiatan belajar. Belajar matematika
dikatakan sulit oleh siswa karena siswa kurang sering mengerjakan
latihan-latihan yang diberikan guru dan tidak mempelajari ulang bahan
yang telah diterima di sekolah.
Proses belajar menjadi lancar jika belajar itu sendiri dilakukan
secara kontinu dan banyak latihan soal. Latihan soal matematika baik
jumlah soal, maupun variasi bentuk soal sehingga akan memperluas
pandangannya terhadap berbagai masalah matematika. Semakin banyak
bentuk soal dan jenis soal matematika yang pernah diselesaikan semakin
mudah jika sewaktu-waktu menghadapi soal-soal yang serupa.
23
Matematika dianggap sebagai suatu pelajaran yang sukar,
dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Adanya anggapan seperti
itu membuat situasi yang kurang menguntungkan bagi perkembangan
matematika, karena siswa tidak antusias dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Siswa menjadi tidak bersemangat untuk mempelajari
matematika secara lebih mendalam. Keadaan ini sangat memprihatinkan,
karena secara tidak langsung berpengaruh pada hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran matematika sehingga nilai yang mereka peroleh rendah. Di
samping itu, kondisi ini menghambat siswa dalam memahami materi-
materi matematika, sebab dasar-dasar matematika yang dipelajari pada
pendidikan dasar sangat diperlukan untuk jenjang pendidikan selanjutnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pembahasan dalam bab ini mengenai jenis penelitian, alat pengumpulan
data, populasi dan sampel terbatas, prosedur pengumpulan data dan, teknik
analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. “Penelitian deskriptif
dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada suatu
penelitian dilakukan.“ (Furchan, 1982: 415). Sukardi (2003: 157) mengartikan
penelitian deskriptif sebagai “metode penelitan yang berusaha
menggambarkan dan mengintepretasikan objek sesuai dengan apa adanya”.
Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang bagaimanakah tingkat
kesulitan belajar matematika yang dialami oleh siswa-siswi SMP PIRI I
Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.
B. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
kuesioner kesulitan belajar matematika yang disusun sendiri oleh peneliti
dengan memodifikasi alat kuisioner Sisilia Sia (1998: 27). Kuisioner adalah
sekumpulan daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada subjek penelitian
(Furchan, 1982:249). Jenis kuisioner yang digunakan adalah kuisioner
langsung tertutup, artinya responden menjawab pertanyaan yang berhubungan
24
25
dengan dirinya dan sudah disediakan jawabannya, sehingga responden tinggal
memilih jawaban yang tersedia dan sesuai dengan dirinya dengan memberikan
tanda check (√) (Arikunto, 2002:129). Instrumen kesulitan belajar berisi 72
item pertanyaan terbagi menjadi dua faktor penyebab kesulitan belajar, yaitu
item nomer 1 sampai nomor 50 berisi faktor internal atau faktor di dalam
pribadi diri siswa dan nomor item nomer 51 sampai dengan 72 berisi faktor
eksternal atau faktor di luar pribadi diri siswa.
Kuesoner terdiri dari beberapa bagian yaitu: pertama berisi identitas dan
petunjuk pengisian, bagian kedua berisi tentang pertanyaan-pertanyaan.
Kuesioner kegiatan belajar matematika siswa merupakan penjabaran dari
teori yang tersaji dalam bab II digambarkan pada tabel 1.
Tabel. 1 Indikator Kuesioner Tingkat Kesulitan Cara Belajar Matematika
Siswa Kelas VII SMP PIRI I Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007
No. Aspek Indikator Nomor item Jumlah
1 Pribadi
siswa
(internal)
a. Kognisi
1) Intelegensi dan daya
kreatif
2) Bakat
3) Organisasi kognitif
4) Kemampuan berhitung
5) Gaya belajar
6) Teknik studi
1,2,3,4,5,6
7,8,9,10
11,12,13,14
21,22,23,24
15,16,17,18,19,20
25,26,27,28
6
4
4
4
6
4
26
b. Afeksi
1) Temperamen
2) Perasaan
3) Sikap
4) Minat
c. Kemampuan motorik
29,30,31,32
33,34
35,36,37,38,39,40
41,42,43,44
45,46,47,48,49,50
4
2
6
4
6
2 Diluar diri
siswa
(eksternal)
a. Lingkungan keluarga
1) Ketidakharmonisan
hubungan orang tua
2) Rendahnya kehidupan
ekonomi keluarga
b. Lingkungan
perkampungan/masyarakat
1) Perkampungan kumuh
(slum area)
2) Teman sepermainan
yang nakal (peer group)
c. Lingkungan sekolah
1) Letak gedung sekolah
2) Kondisi guru
3) Alat-alat belajar
51,52,53,54
55,56,57,58
59,60
61,62,63,64,65
66,67
68,69,70
71,72
4
4
2
5
2
3
2
Total Item 72
27
Kuesioner ini memakai skala Likert. Skala Likert adalah suatu intsrumen
pengukuran sikap yang terdiri dari daftar pernyataan (Hamalik, 2003: 150).
Skala ini memiliki alternatif jawaban masing-masing yaitu, selalu, sering
kali, kadang-kadang, tidak pernah. Untuk memberi skor pada skala Likert,
jawaban diberi bobot disamakan dengan nilai kuantitatif 4,3,2,1 untuk empat
jawaban positif dan 1,2,3,4 untuk pernyataan negatif (Sukardi, 2003:147).
Skor untuk alternatif jawaban selalu memperoleh skor 4; untuk jawaban
seringkali memperoleh skor 3; untuk jawaban kadang-kadang memperoleh
skor 2; untuk jawaban tidak pernah mendapat skor 1. Skoring untuk
pernyataan negatif alternatif jawaban selalu memperoleh skor 1; untuk
jawaban sering kali memperoleh skor 2; untuk jawaban kadang-kadang
memperoleh skor 3; untuk jawaban tidak pernah memperoleh skor 4.
Ada 4 pertanyaan negatif yaitu nomer 24, 26, 41 dan 42.
C. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII C, VIID, VIIE, SMP PIRI I
Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 yang berjumlah 108 siswa. Dasar
pertimbangan yang digunakan dalam penentuan populasi yakni siswa kelas
VII dianggap cukup mengalami kesulitan cara belajar Matematika karena
adanya perbedaan jenis mata pelajaran dari SD ke SMP. Sebaran responden
kesulitan cara belajar Matematika disajikan pada tabel 2.
28
Tabel 2. Sebaran Responden Kuesioner Kesulitan Belajar Matematika
Kelas Jumlah Siswa VII A 35 VII B 35 VII C 30 VII D 33 VII E 34 Total 167
D. Pengumpulan Data
1. Uji Coba Kuesioner Kesulitan Cara Belajar Matematika
Kuesioner kesulitan cara belajar Matematika diuji coba kepada 70
siswa kelas VIIA dan VIIB SMP PIRI I Yogyakarta. Uji coba kuesioner
kesulitan belajar Matematika dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 24
Mei 2007. Pengambilan kelas untuk ujicoba kuesioner dilakukan sesuai
dengan jam bimbingan dan konseling sehingga tidak mengganggu mata
pelajaran di sekolah. Hasil uji coba diolah untuk mengetahui reliabilitas
dan validitas kuesioner kegiatan belajar Matematika.
2. Pengumpulan Data Penelitian
Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada hari senin tanggal
18 Juni 2007 dan hari Jumat tanggal 22 Juni 2007 dengan perincian
sebagai berikut :
Tabel 3. Jadwal Pengumpulan Data Penelitian
Kelas Tanggal
Pengisian Data
Waktu
Pengumpulan Data
Jumlah Siswa
yang Hadir
VII C 18 Juni 2007 10.00 – 10.40 30 siswa
VII D 22 Juni 2007 07.00 – 07.35 33 siswa
VII E 18 Juni 2007 10.45 – 11.20 34 siswa
29
E. Teknik Analisis Data
1. Reliabilitas dan Validitas Kuesioner Belajar Matematika Siswa.
( )( )( ){ } ( ){ }∑ ∑∑ ∑
∑ ∑∑−−
−=
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
xy
xytt
rrr
+×
=12
a. Reliabilitas adalah keajegan hasil pengukuran suatu alat ukur
(Furchan,1982). Perhitungan reliabilita kuesioner cara belajar siswa
matematika dengan cara :
Langkah I : menghitung koefisien korelasi skor item gasal dan skor
item genap dengan teknik korelasi Product-Moment dari Pearson
dengan rumus:
Keterangan
rxy : korelasi skor-skor belahan ganjil-genap.
N : Jumlah subjek
X : belahan ganjil
Y : belahan genap
XY : hasil perkalian antara nilai X dan nilai Y
Langkah II : menghitung reliabilitas skor item gasal dan skor item
genap kuesioner belajar matematika dengan rumus Spearman-Brown:
Keterangan:
ttr = Koefisien reliabilitas alat ukur.
xyr = Koefisien korelasi item-item belahan gasal-genap
30
}
1) Perhitungan reliabilitas hasil uji coba Kuesioner Belajar Matematika
{ }{ 22 )6433(.70)6433(598973.70)6433)(6433(597398.70
−−
−=xyr
{ }{ }413834894194141041383489419281104138348941817860
−−−
=xyr
)557921).(544621(434371
=xyr
3038554929434371
=xyr
5512309434371
=xyr
79,0=xyr
0,79 10,79 2
+×
=ttr
79,158,1
=ttr
88,0=ttr
2) Perhitungan reliabilitas hasil penelitian Kuesioner Belajar
Matematika
{ }{ }22 )9704(981872.97)9571(956339.97
)9704)(9571(967321.97
−−
−=xyr
{ }{ }941676169524158491604041927648839287698493830137
−−−
=xyr
1073968.1160842953153
=xyr
31
12467071953153
=xyr
1116560953153
=xyr
85,0=xyr
0,85 10,85 2
+×
=ttr
85,17,1
=ttr
92,0=ttr
ttt r=∞r
∞r
2. Validitas adalah ketepatan pengukuran kemampuan yang hendak diukur.
Koefisien validitas dihitung dengan rumus :
Keterangan:
= Koefisien validitas
a) Perhitungan validitas hasil uji coba kuesioner kegiatan belajar
matematika adalah :
88,0=∞tr
94,0=∞tr
b) Perhitungan validitas hasil penelitian kuesioner kegiatan belajar
matematika adalah :
92,0=∞tr
96,0=∞tr
32
Garrett (1967: 176) mengemukakan suatu deskripsi tentang
penafsiran koefisien korelasi sebagai berikut :
Tabel 4. Klasifikasi koefisien reliabilitas dan validitas suatu tes
Koefisien korelasi klasifikasi
± 0,70- ± 1,00
± 0,40- ± 0,70
± 0,20- ± 0,40
0,00- ± 0,20
Tinggi – sangat tinggi
Cukup
Rendah
Tidak ada atau sangat rendah
Hasil uji coba dan penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien
reliabilitas dan koefisien validitas penelitian Kuesioner Kegiatan Belajar
Matematika sebagai berikut :
Tabel 5. Koefisien korelasi reliabilitas dan validitas hasil uji coba dan
penelitian kuesioner kesulitan cara belajar matematika
Koefisien Uji Coba Penelitian
Reliabilitas 0,88 0,92
Validitas 0,94 0,96
Jadi reliabilitas dan validitas Kuesioner Kegiatan Belajar Matematika
termasuk dalam klasifikasi tinggi dan konsisten.
3. Perhitungan Mean / Rata-Rata Hitung digunakan untuk mengetahui nilai
rata-rata yang diperoleh setiap kelompok subjek. Mean adalah jumlah
33
semua nilai dalam suatu sebaran dibagi dengan jumlah kasus (Furchan,
1982 : 157). Rumus mencari mean adalah sebagai berikut :
M = NSkor∑
= 97
19275
= 198,71 dibulatkan = 199
Keterangan rumus :
M = Rata-rata hitung skor-skor siswa
ΣX = Jumlah skor-skor siswa
N = Jumlah siswa
Skor ≥ M termasuk kategori tinggi dan, skor < M termasuk kategori
rendah
( )( )( )( )( )dbcadcba
bcadN++++
−=
22χ
4. Uji Hipotesis : Chi-Kuadrat
Chi-Kuadrat adalah suatu teknik statistik yang memungkinkan
peneliti menilai probabilitas perbedaan frekuensi yang nyata dengan
frekuensi yang diharapkan dalam kategori-kategori tertentu sebagai akibat
kesalahan sampling (Hadi,1966). Rumus Chi-Kuadrat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
Keterangan rumus :
χ2 = Chi-Kuadrat
34
N = Jumlah siswa
a, b, c, dan d = Frekuensi dalam tiap sel dalam tabel 2x2
Angka derajat kebebasan adalah jumlah pengamatan yang dapat
berubah-ubah di sekitar parameter konstant (Furchan,1982). Rumus
derajat kebebasan adalah :
Df = (C-1) (R-1)
= 1 x 1
= 1
Keterangan rumus :
Df = Jumlah derajat bebas
C = Jumlah kolom
R = Jumlah baris
Jika , maka Ho ditolak. Jika , maka Ho
diterima. Taraf Signifikansi 5% dengan Df = 1. Nilai .
. Jadi hipotesis nol diterima. Berarti tidak ada
perbedaan yang sungguh-sungguh antara tingkat kesulitan belajar para
siswa SMP PIRI I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.
22tabemp χχ > 22
tabemp χχ <
841,32 =tabχ
841,341,2 22 =<= tabemp χχ
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembahasan dalam bab ini mengenai hasil penelitian dan pembahasan
hasil penelitian.
A. Hasil Penelitian
1. Masalah Penelitian
Masalah penelitian ini mengenai bagaimana perbedaan tingkat
kesulitan cara belajar matematika siswa putera dan puteri SMP kelas VII,
serta apakah ada perbedaan tingkat kesulitan cara belajar matematika
antara siswa puteri dan puteri kelas VII SMP PIRI I Yogyakarta tahun
ajaran 2006/2007.
Tingkat kesulitan cara belajar matematika digolongkan dalam dua
kategori yaitu kategori tinggi (T) dan kategori rendah (R). Para siswa
yang memperoleh skor kuesioner tingkat kesulitan cara belajar sama atau
diatas mean (skor ≥ M). Sedangkan para siswa yang termasuk tingkat
kesulitan kategori rendah (R) adalah para siswa yang memperoleh skor
kuesioner tingkat kesulitan cara belajar dibawah mean (skor < M).
Deskripsi kesulitan cara belajar adalah gambaran tentang kesulitan
cara belajar. Penelitian ini mengenai kesulitan cara belajar dalam mata
pelajaran Matematika. Hal-hal yang akan dibahas adalah sampel
penelitian, tingkat kesulitan cara belajar siswa dalam mata pelajaran
35
36
Matematika secara keseluruhan, perbedaan tingkat kesulitan cara belajar
antara siswa putra dan putri dalam mata pelajaran Matematika.
2. Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah populasi terbatas, menurut rencana ada
100 siswa yang terlibat dalam penelitian namun karena ada siswa yang
tidak masuk pada saat penelitian, maka siswa yang terlibat dalam
penelitian menjadi 97 siswa. Jadi sampel penelitian dengan jumlah 97
siswa disajikan dalam tabel 5 berikut.
Tabel 5. Data sampel penelitian SMP PIRI I Yogyakarta Kelas VII
Tahun Ajaran 2006/2007.
Jumlah Sampel
Penelitian
Jumlah Siswa yang hadir
pada saat Penelitian Kelas
Putra Putri Jumlah Putra Putri Jumlah
VII C 19 13 32 18 12 30
VII D 16 17 33 16 17 33
VII E 20 15 35 19 15 35
Total 55 45 100 53 44 97
3. Tingkat Kesulitan Cara belajar dalam mata pelajaran Matematika
Nilai rata-rata hitung tingkat kesulitan cara belajar dalam mata
pelajaran Matematika sebesar 199. Skor 199 ke atas termasuk kategori
kesulitan tinggi dalam cara belajar mata pelajaran Matematika, dan skor
dibawah 199 termasuk kategori kesulitan cara belajar tinggi dalam mata
pelajaran Matematika. Jumlah siswa yang mengalami kesulitan cara
belajar dalam mata pelajaran Matematika disajikan dalam tabel berikut :
37
Tabel 6. Tingkat kesulitan Cara belajar dalam mata pelajaran
Matematika SMP PIRI I Yogyakarta Kelas VII Tahun
ajaran 2006/2007.
Kesulitan Cara Belajar
Matematika
Rendah Tinggi
Total
51 (53%) 46 (47%) N = 97 (100%)
Keterangan :
N : Jumlah Siswa
Berdasarkan data ini disimpulkan bahwa jumlah siswa yang
mengalami kesulitan rendah dalam cara belajar mata pelajaran
Matematika lebih banyak dari pada jumlah siswa yang mengalami
kesulitan tinggi dalam cara belajar mata pelajaran Matematika.
4. Tingkat kesulitan cara belajar Matematika antara siswa putra dan
putri
Kesulitan cara belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika baik
kategori tinggi maupun kategori rendah dibedakan berdasarkan jenis
kelamin siswa. Data hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 7.
Tabel 7. Tingkat kesulitan cara belajar dalam mata pelajaran Matematika para siswa kelas VII berdasarkan jenis kelamin. SMP PIRI I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007
Kesulitan cara belajar
Jenis kelamin Rendah Tinggi Total
Putera 23 (45%) 28 (61%) 51 (53%)
38
Puteri 28 (55%) 18 (39%) 46 (47%)
Total 51 (100%) 46 (100%) 97 (100%)
Berdasarkan data di atas disimpulkan bahwa jumlah siswa putra
yang mengalami kesulitan tinggi dalam cara belajar mata pelajaran
Matematika lebih banyak dari pada jumlah siswa putra yang mengalami
tingkat kesulitan rendah dalam cara belajar mata pelajaran Matematika.
Jumlah siswa putri yang mengalami kesulitan rendah dalam cara belajar
mata pelajaran Matematika lebih banyak daripada jumlah siswa putri
yang mengalami kesulitan tinggi dalam cara belajar mata pelajaran
Matematika.
5. Penegasan Hipotesis Statistik dan Hipotesis Nol
Hipotesis Penelitian: Ada perbedaan cara belajar siswa putra dan putri
dalam mata pelajaran Matematika.
Hipotesis statistik: Ada perbedaan jumlah siswa dalam tingkat kesulitan
cara belajar dalam mata pelajaran Matematika berdasarkan jenis kelamin.
Hipotesis Nol: Tidak ada perbedaan jumlah siswa yang signifikan dalam
tingkat kesulitan cara belajar dalam mata pelajaran Matematika
berdasarkan jenis kelamin.
39
Tabel 8. Tingkat kesulitan cara belajar dalam Mata Pelajaran Matematika kelas VII berdasarkan jenis kelamin SMP PIRI I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007
Kesulitan cara belajar
Jenis kelamin Rendah Tinggi Total
Putera a. 23 ( 45%)
b. 28 (61%)
a+b 51 (53%)
Puteri c. 28 (55%)
d. 18 (39%)
c+d 46 (47%)
Total a+c 51 (100%)
b+ d 46 (100%)
N = 97 (100%)
Perhitungan perbedaan frekuensi dengan menggunakan rumus Chi–
Kuadrat, yaitu :
))()()(()( 2
2
dbcadcbacbadN
++++−
=χ
Keterangan rumus :
2χ = Chi-Kuadrat
N = Jumlah seluruh subjek
a = Jumlah pada kolom 1 baris 1
b = Jumlah pada kolom 2 baris 2
c = Jumlah pada kolom 1 baris 2
d = Jumlah pada kolom 2 baris 2
)1828)(2823)(1828)(2823()28.2818.23(97 2
2
++++−
=χ
)46)(51)(46)(51()370.(97 2
2 =χ
5503712136900.972 =χ
40
5503712132793002 =χ
41,22 =χ
Hasil perhitungan nilai Chi-kuadrat sebesar 2,41 dengan df = l atas dasar
taraf signifikansi 5% lebih kecil dari pada nilai = 3,841. Berarti tidak
ada perbedaan jumlah siswa dalam tingkat kesulitan cara belajar mata
pelajaran Matematika berdasarkan jenis kelamin. Hipotesis nol diterima
dan hipotesis penelitian ditolak.
2χ
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah (1) secara keseluruhan jumlah siswa yang
mengalami tingkat kesulitan rendah dalam cara belajar Matematika lebih
banyak daripada jumlah siswa yang mengalami tingkat kesulitan tinggi dan
(2) jumlah siswa putra yang mengalami tingkat kesulitan cara belajar tinggi
dalam cara belajar Matematika lebih banyak daripada jumlah siswa putra yang
mengalami kesulitan rendah dalam cara belajar Matematika serta (3) jumlah
siswa putri yang mengalami tingkat kesulitan rendah dalam cara belajar
Matematika lebih banyak daripada jumlah siswa putri yang mengalami tingkat
kesulitan tinggi dalam cara belajar Matematika.
Siswa melakukan cara belajar merupakan usaha sendiri dengan
kemampuan sendiri, termasuk sikap siswa dalam belajar, dan bukan
ditentukan oleh jenis kelamin. Ada siswa yang melakukan cara belajar dengan
baik yaitu teliti, trampil, dan belajar secara kontinyu. Ada juga siswa yang
melakukan cara belajar dengan kurang baik yaitu siswa tidak teratur dalam
41
belajar, belajar kalau ada ulangan, malas membaca dan lain-lain. Dalam cara
belajar siswa terampil menggunakan sumber belajar antara lain guru dengan
cara melaksanakan tugas dari guru, memperhatikan penjelasan guru, bertanya
pada guru dan teman bila mengalami kesulitan; sumber belajar lain berupa
bahan cetak seperti buku pelajaran, majalah, surat kabar; sumber belajar yang
lain yaitu masyarakat.
Siswa yang melaksanakan cara belajar dengan baik kemungkinan kecil
mengalami kesulitan dalam cara belajar, sebaliknya siswa yang kurang baik
melakukan cara belajar kemungkinan besar mengalami kesulitan dalam cara
belajar. Ada siswa yang mengalami kesulitan dalam cara belajar walaupun
hanya sebagian kecil, dan siswa yang mengalami kesulitan ini perlu
mendapatkan perhatian dari guru mata pelajaran maupun dari guru
pembimbing. Adanya bimbingan belajar untuk dapat membantu siswa yang
sedang mengalami kesulitan dalam cara belajar.
BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini memuat kesimpulan dan saran mengenai pelayanan
bimbingan belajar di SMP PIRI I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.
A. Kesimpulan
Hasil penelitian mengenai kesulitan kegiatan belajar dalam mata
pelajaran Matematika kelas VII SMP PIRI I Yogyakarta tahun ajaran
2006/2007 adalah sebagai berikut :
1. Gambaran umum
a. Jumlah siswa yang mengalami tingkat kesulitan rendah lebih banyak
daripada jumlah siswa mengalami tingkat kesulitan tinggi dalam cara
belajar mata pelajaran Matematika.
b. Tingkat kesulitan cara belajar siswa dalam mata pelajaran
Matematika secara signifikan tidak bergantung pada jenis kelamin
siswa.
2. Hasil pengujian hipotesis
Tidak ada perbedaan tingkat kesulitan cara belajar dalam mata
pelajaran Matematika antara siswa putra dan siswa putri. Cara belajar itu
bergantung pada masing-masing individu. Siswa yang melaksanakan cara
belajar dengan baik akan lebih kecil kemungkinan mengalami kesulitan,
42
43
sedangkan siswa yang kurang melaksanakan kegiatan belajar dengan baik
kemungkinan besar mengalami kesulitan dalam belajar.
Layanan bimbingan belajar secara individual maupun kelompok
bagi siswa yang mengalami kesulitan/hambatan dalam kegiatan belajar
bertujuan agar siswa akan segera dapat mengatasi kesulitan/hambatan
dalam kegiatan belajar baik di sekolah maupun di rumah.
B. Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat kesulitan cara belajar
siswa dalam mata pelajaran Matematika dikemukakan beberapa saran yang
berikut :
1. Kegiatan sekolah, khususnya kegiatan bimbingan dan konseling terus
dikembangkan dengan kerjasama yang baik antara guru pembimbing
dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan staf-staf pengajar yang
lain, demi perkembangan siswa.
2. Kegiatan belajar para siswa SMP PIRI I, umumnya baik dan perlu
dikembangkan,
3. Siswa diharapkan untuk terus meningkatkan motivasi belajar secara
kontinyu dan banyak latihan soal matematika, baik jumlah soal maupun
variasi bentuk soal sehingga akan memperluas pandangan terhadap
berbagai masalah matematika.
46
Lampiran 1
KUESIONER KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA
Para siswa yang terkasih,
Pada kesempatan ini kami memohon bantuan Anda untuk mengisi kuesioner
yang kami sebarkan.
Adapun tujuan Kuesioner ini adalah mengumpulkan informasi dari Anda
berkaitan dengan kesulitan belajar dalam mata pelajaran matematika
selama semester ini. Jawaban yang Anda berikan tidak akan mempengaruhi
nilai rapor Anda. Oleh karena itu, kami mengharapkan Anda bersedia
menjawab kuesioner ini sesuai dengan yang benar-benar Anda alami
Terima kasih atas kesediaan Anda mengisi kuesioner ini dengan baik
Identitas diri
Kelas : …………………………….
Jenis Kelamin : Pria / Wanita
Petunjuk
1. Jawablah tiap pernyataan dengan cara berilah tanda cek (v) pada
kolom yang sesuai dengan keadaan Anda.
Maksud tiap pernyataan:
Selalu : Selalu Anda alami
Sering kali : Berkali-kali Anda alami
Kadang-kadang : Sekali-sekali Anda alami
Tidak pernah : Tidak pernah Anda alami
2. Pernyataan hendaknya dijawab semua.
47
No. Pernyataan Selalu Sering
kali
Kadang-
kadang
Tidak
pernah
1 Apakah Anda belajar matematika di
rumah menurut jadwal belajar yang Anda
susun?
2 Apakah Anda menggunakan buku catatan
matematika dalam mempelaiari
matematika ?
3 Jika Anda membaca topik tertentu dalam
buku pelajaran matematika apakah Anda
membaca alinea demi alinea?
4 Jika Anda membaca buku pelajaran
matematika apakah Anda membaca dari
awal sampai akhir ?
5 Jika Anda membaca buku pelajaran
matematika apakah Anda membaca
lompat-lompat tidak sesuai dengan pokok
bahasan yang diberikan guru di kelas?
6 Apakah Anda membaca kembali catatan
pelajaran matematika yang diperoleh di
sekolah?
7 Apakah Anda berusaha membaca kembali
48
catatan pelajaran matematika yang belum
dikuasai ?
8 Apakah Anda menyusun pertanyaan pada
waktu membaca pokok bahasan tertentu
dan kemudian menjawabnya ?
9 Apakah Anda membaca terlebih dahulu
pokok bahasan tertentu dalam buku
pelajaran matematika yang diterangkan
oleh guru di kelas ?
10 Apakah Anda membaca juga berbagai
buku matematika di perpustakaan selain
yang diterangkan guru di kelas?
11 Jika Anda mempelajari mata pelajaran
matematika apakah Anda berusaha
meringkas sesuai dengan topiknya ?
12 Apakah Anda meringkas mata pelajaran
matematika tersebut sesuai dengan apa
yang tertulis dalam buku cetak pelajaran
matematika ?
13 Apakah Anda berusaha meringkas topik
tersebut dengan kata-kata sendiri secara
singkat ?
14 Apakah Anda berusaha membuat
49
ringkasan pada topik tertentu yang dirasa
sulit untuk dipelajari menjelang ulangan?
15 Apakah Anda selalu mencatat pelajaran
matematika yang diterangkan oleh guru di
kelas?
16 Apakah Anda berusaha membuat catatan
pelajaran matematika teratur dan rapi?
17 Apakah Anda membuat catatan - catatan
penting dipinggir halaman buku catatan
matematika Anda ?
18 Apakah Anda mencatat dalam buku
catatan pelajaran matematika keterangan-
keterangan penting yang diberikan guru
di kelas?
19 Apakah Anda memberi garis bawah pada
kata /ungkapan penting pada buku catatan
pelajaran matematika Anda?
20 Apakah anda memberi garis bawah pada
kata / ungkapan penting pada buku
catatan pelajaran matematika yang
meragukan anda?
21 Apakah Anda selalu mempelajari
50
matematika dengan cara mengerjakan
latihan-latihan yang ada pada buku cetak
pelajaran matematika?
22 Apakah Anda berusaha mempelajari
matematika dengan cara mengerjakan
tugas / pekerjaan rumah yang diberikan
guru?
23 Apakah Anda berusaha mempelajari
matematika dengan cara mengerjakan
latihan soal yang diberikan oleh guru
pada waktu di kelas?
24 Apakah Anda mengerjakan latihan soal
matematika yang diberikan guru di kelas
bersama teman?
25 Apakah Anda selalu mengerjakan
pekerjaan rumah matematika tepat pada
waktunya?
26 Apakah Anda mengerjakan tugas /
pekerjaan rumah matematika
menggunakan kalkulator?
27 Apakah Anda berusaha menyelesaikan
tugas pekerjaan rumah matematika yang
sukar?
51
28 Apakah Anda berusaha mencari
kemungkinan lain untuk menyelesaikan
tugas matematika yang dirasa sulit?
29 Apakah Anda selalu mengerjakan tugas
matematika dengan teliti?
30 Apakah Anda dalam mengerjakan tugas
matematika yang diberikan di sekolah
selalu merasa pasti bahwa Anda tahu
maksudnya dengan jelas?
31 Apakah Anda berusaha menghafal rumus
matematika pada topik tertentu dengan
cara mencatat di kartu belajar?
32 Apakah Anda selalu memahami
penggunaan rumus dalam mengerjakan
tugas matematika yang diberikan guru?
33 Apakah Anda melakukan belajar
matematika bersama teman secara
teratur?
34 Apakah Anda selalu memperhatikan
uraian pelajaran matematika yang di
sampaikan oleh guru di kelas dari awal
sampai akhir?
35 Apakah Anda banyak memberi perhatian
52
terhadap pokok bahasan dalam pelajaran
matematika yang dirasa sulit pada waktu
Anda mencoba memahami bahan
pelajaran yang yang diajarkan di kelas?
36 Apakah Anda memperhatikan detail-
detail yang dikemukakan oleh guru di
kelas dalam setiap pokok bahasan
matematika?
37 Apakah Anda berusaha menangkap
gagasan pokok dari pelajaran matematika
yang diajarkan oleh guru di kelas?
38 Apakah Anda memperhatikan
penggunaan rumus matematika pada
waktu guru menerangkan latihan-latihan
soal yang ada di buku cetak pelajaran
matematika?
39 Apakah Anda berusaha memperhatikan
dan memahami maksud tabel, grafik dan
gambar pada buku cetak pelajaran
matematika?
40 Apakah Anda mendengarkan penuh
perhatian petunjuk tugas matematika yang
diberikan guru di kelas?
53
41 Apakah bila Anda mengerjakan tugas
matematika melihat pekerjaan teman
42 Apakah Anda selalu belajar semalam
suntuk menjelang ulangan matematika?
43 Apakah Anda berusaha mengingat
kembali bahan pelajaran matematika yang
telah dipelajari?
44 Apakah Anda mempersiapkan diri
menghadapi ulangan matematika dengan
menjawab soal-soal latihan dari buku
cetak pelajaran matematika?
45 Apakah Anda di rumah membuat garis
besar bahan pelajaran matematika
sehingga mudah dipelajari menjelang
ulangan?
46 Apakah Anda bertanya kepada guru di
kelas ketika sulit memahami tugas
matematika yang diberikan?
47 Apakah Anda berusaha bertanya kepada
teman ketika Anda menghadapi
kesulitan pada waktu Anda mengerjakan
tugas pekerjaan rumah matematika yang
ada di buku cetak pelajaran matematika?
54
48 Apakah Anda berusaha berperan aktif
dalam diskusi menyelesaikan soal
matematika yang diberikan guru di kelas?
49 Apakah Anda menjawab pertanyaan lisan
dalam pelajaran matematika yang
diberikan guru di kelas?
50 Apakah Anda dapat mengingat dan
menceritakan dengan kata-kata sendiri
pokok bahasan tertentu dalam mata
pelajaran matematika?
51 Apakah Anda selalu melaksanakan tugas
yang diberikan orang tua dirumah?
52 Apakah Anda mengerjakan pekerjaan
rumah matematika dibantu oleh orang
tua?
53 Apakah Anda selalu memberi tahu orang
tua setiap ada pekerjaan rumah
matematika?
54 Apakah Anda membeli buku-buku yang
ditentukan oleh sekolah?
55 Apakah Anda membayar uang SPP secara
teratur
55
56 Apakah Anda mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler les matematika di luar
sekolah?
57 Apakah setiap awal semester Anda selalu
dibelikan buku dan alat tulis oleh orang
tua?
58 Apakah Anda mengikuti kegiatan study
banding mata pelajaran matematika yang
diadakan oleh sekolah?
59 Apakah Anda mengerjakan tugas
matematika dirumah?
60 Apakah Anda mampu menyelesaikan
soal-soal latihan matematika dengan
cepat?
61 Apakah Anda mampu mengerjakan soal
matematika tanpa menggunakan
kalkulator?
62 Apakah Anda menerima adanya
kelompok pintar matematika yang
berkuasa di kelas?
63 Apakah Anda mampu menerima teman
yang tidak pandai matematika dikelas?
64 Apakah Anda mengikuti kelompok
56
belajar matematikatertentu?
65 Apakah Anda membangun hubungan baik
dengan teman kelas?
66 Apakah Anda mampu mengingat kembali
pelajaran matematika dengan cepat?
67 Apakah Anda mampu menghafal rumus
matematika yang dijelaskan guru?
68 Apakah Anda menerima sikap guru
matematika yang mengajar dengan
serius?
69 Apakah Anda menerima sikap guru
matematika yang pilih kasih terhadap
siswanya dikelas?
70 Apakah Anda mengerti bahasa yang
digunakan guru matematika dalam
mengajar?
71 Apakah Anda memanfaatkan fasilitas
buku-buku pelajaran matematika yang
ada di perpustakaan?
72 Apakah Anda memanfaatkan fasilitas
yang ada dilaboratorium?
78
Lampiran 4
Data Hasil Uji Coba Kuesioner Kesulitan Cara Belajar Matematika Antara Siswa Putera dan Puteri Kelas VII SMP PIRI I
Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007
No Siswa X Y X2 Y2 XY 1 77 97 5929 9409 7469 2 89 88 7921 7744 7832 3 90 79 8100 6241 7110 4 84 85 7056 7225 7140 5 91 88 8281 7744 8008 6 97 79 9409 6241 7663 7 98 87 9604 7569 8526 8 93 92 8649 8464 8556 9 81 84 6561 7056 6804
10 94 101 8836 10201 9494 11 91 91 8281 8281 8281 12 107 101 11449 10201 10807 13 108 105 11664 11025 11340 14 111 99 12321 9801 10989 15 92 87 8464 7569 8004 16 102 105 10404 11025 10710 17 99 98 9801 9604 9702 18 92 96 8464 9216 8832 19 97 86 9409 7396 8342 20 84 87 7056 7569 7308 21 104 99 10816 9801 10296 22 92 96 8464 9216 8832 23 91 90 8281 8100 8190 24 79 81 6241 6561 6399 25 97 108 9409 11664 10476 26 112 106 12544 11236 11872 27 102 93 10404 8649 9486 28 90 73 8100 5329 6570 29 95 92 9025 8464 8740 30 87 88 7569 7744 7656 31 88 100 7744 10000 8800 32 98 97 9604 9409 9506 33 89 86 7921 7396 7654 34 92 99 8464 9801 9108 35 99 97 9801 9409 9603 36 80 76 6400 5776 6080 37 80 81 6400 6561 6480 38 95 103 9025 10609 9785 39 76 74 5776 5476 5624 40 103 106 10609 11236 10918 41 98 94 9604 8836 9212
79
42 80 79 6400 6241 6320 43 77 74 5929 5476 5698 44 76 69 5776 4761 5244 45 89 101 7921 10201 8989 46 96 97 9216 9409 9312 47 87 93 7569 8649 8091 48 83 79 6889 6241 6557 49 76 75 5776 5625 5700 50 96 84 9216 7056 8064 51 76 77 5776 5929 5852 52 81 88 6561 7744 7128 53 80 94 6400 8836 7520 54 108 111 11664 12321 11988 55 99 103 9801 10609 10197 56 102 103 10404 10609 10506 57 89 92 7921 8464 8188 58 105 101 11025 10201 10605 59 70 70 4900 4900 4900 60 103 107 10609 11449 11021 61 79 86 6241 7396 6794 62 97 100 9409 10000 9700 63 88 89 7744 7921 7832 64 75 80 5625 6400 6000 65 81 86 6561 7396 6966 66 85 93 7225 8649 7905 67 113 106 12769 11236 11978 68 104 103 10816 10609 10712 69 101 110 10201 12100 11110 70 113 109 12769 11881 12317
Total 6433 6433 598973 599163 597398
80
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian Kuesioner Kesulitan Cara Belajar Matematika Antara Siswa Putera dan Puteri Kelas VII SMP PIRI I
Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007
No Jenis Kelamin
X (Gasal) Y (Genap) X2 Y2 XY
1 L 98 105 9604 11025 102902 L 105 110 11025 12100 115503 L 97 101 9409 10201 97974 L 94 96 8836 9216 90245 L 92 93 8464 8649 85566 L 106 100 11236 10000 106007 L 119 121 14161 14641 143998 L 100 94 10000 8836 94009 L 99 104 9801 10816 10296
10 L 91 95 8281 9025 864511 L 89 97 7921 9409 863312 L 105 105 11025 11025 1102513 L 98 99 9604 9801 970214 L 107 107 11449 11449 1144915 L 115 110 13225 12100 1265016 L 108 114 11664 12996 1231217 L 81 83 6561 6889 672318 L 110 111 12100 12321 1221019 L 94 90 8836 8100 846020 L 93 92 8649 8464 855621 L 104 96 10816 9216 998422 L 122 127 14884 16129 1549423 L 117 127 13689 16129 1485924 L 89 102 7921 10404 907825 L 94 98 8836 9604 921226 L 106 111 11236 12321 1176627 L 97 103 9409 10609 999128 L 115 102 13225 10404 1173029 L 94 100 8836 10000 940030 L 105 110 11025 12100 1155031 L 85 80 7225 6400 680032 L 104 105 10816 11025 1092033 L 117 118 13689 13924 1380634 L 88 99 7744 9801 871235 L 111 105 12321 11025 1165536 L 98 100 9604 10000 9800
81
37 L 92 96 8464 9216 883238 L 113 115 12769 13225 1299539 L 113 104 12769 10816 1175240 L 89 91 7921 8281 809941 L 95 97 9025 9409 921542 L 93 85 8649 7225 790543 L 100 111 10000 12321 1110044 L 96 103 9216 10609 988845 L 98 95 9604 9025 931046 L 106 114 11236 12996 1208447 L 112 106 12544 11236 1187248 L 88 92 7744 8464 809649 L 92 102 8464 10404 938450 L 102 108 10404 11664 1101651 L 97 109 9409 11881 1057352 P 104 107 10816 11449 1112853 P 84 82 7056 6724 688854 P 65 76 4225 5776 494055 P 82 83 6724 6889 680656 P 79 87 6241 7569 687357 P 105 110 11025 12100 1155058 P 101 98 10201 9604 989859 P 80 80 6400 6400 640060 P 88 88 7744 7744 774461 P 72 79 5184 6241 568862 P 92 99 8464 9801 910863 P 84 80 7056 6400 672064 P 84 82 7056 6724 688865 P 107 107 11449 11449 1144966 P 98 99 9604 9801 970267 P 99 96 9801 9216 950468 P 99 99 9801 9801 980169 P 97 95 9409 9025 921570 P 108 111 11664 12321 1198871 P 110 111 12100 12321 1221072 P 99 100 9801 10000 990073 P 81 87 6561 7569 704774 P 91 88 8281 7744 800875 P 88 94 7744 8836 827276 P 82 90 6724 8100 738077 P 116 110 13456 12100 1276078 P 98 90 9604 8100 882079 P 93 97 8649 9409 902180 P 111 114 12321 12996 12654
82
81 P 106 90 11236 8100 954082 P 102 97 10404 9409 989483 P 87 101 7569 10201 878784 P 97 90 9409 8100 873085 P 95 98 9025 9604 931086 P 97 94 9409 8836 911887 P 110 111 12100 12321 1221088 P 93 93 8649 8649 864989 P 100 106 10000 11236 1060090 P 98 88 9604 7744 862491 P 99 101 9801 10201 999992 P 113 114 12769 12996 1288293 P 114 115 12996 13225 1311094 P 111 111 12321 12321 1232195 P 117 112 13689 12544 1310496 P 86 99 7396 9801 851497 P 116 107 13456 11449 12412
Total 9571 9704 956339 981872 967321
83
Lampiran 6
Kategori Skor-Skor Hasil Penelitian Kesulitan Cara Belajar Matematika Antara Siswa Putera dan Puteri Kelas VII SMP PIRI I
Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007
No Siswa
Siswa Putra Kategori
No Siswa
Siswa Putri Kategori
1 203 T 52 211 T 2 215 T 53 166 R 3 198 R 54 141 R 4 190 R 55 165 R 5 185 R 56 166 R 6 206 T 57 215 T 7 240 T 58 199 T 8 194 R 59 160 R 9 203 T 60 176 R
10 186 R 61 151 R 11 186 R 62 191 R 12 210 T 63 164 R 13 197 R 64 166 R 14 214 T 65 214 T 15 225 T 66 197 R 16 222 T 67 195 R 17 164 R 68 198 R 18 221 T 69 192 R 19 184 R 70 219 T 20 185 R 71 221 T 21 200 T 72 199 T 22 249 T 73 168 R 23 244 T 74 179 R 24 191 R 75 182 R 25 192 R 76 172 R 26 217 T 77 226 T 27 200 T 78 188 R 28 217 T 79 190 R 29 194 R 80 225 T 30 215 T 81 196 R 31 165 R 82 199 T 32 209 T 83 188 R 33 235 T 84 187 R
84
34 187 R 85 193 R 35 216 T 86 191 R 36 198 R 87 221 T 37 188 R 88 186 R 38 228 T 89 206 T 39 217 T 90 186 R 40 180 R 91 200 T 41 192 R 92 227 T 42 178 R 93 229 T 43 211 T 94 222 T 44 199 T 95 229 T 45 193 R 96 185 R 46 220 T 97 223 T 47 218 T 48 180 R 49 194 R 50 210 T 51 206 T
85
LAMPIRAN 7
86