1
PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN
KETELADANAN TERHADAP KARAKTER SISWA
DI SMA BINA SRIWIJAYA INDONESIA (BSI) PALEMBANG
TESIS
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd.)
Dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh:
MADI APRIADI
NIM: 1481005
PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2017
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karakter atau akhlak merupakan domain penting dalam kehidupan masyarakat,
apalagi di era globalisasi ini. Tidak adanya karakter dalam tata kehidupan
masyarakat akan menyebabkan hancurnya masyarakat itu sendiri. Hal ini bisa
diamati pada kondisi yang ada di negeri ini. Hampir semua lini kehidupan
masyarakat Indonesia tidak mencerminkan karakter yang baik. Atau dengan kata
lain, bangsa Indonesia saat ini bukan saja krisis ekonomi dan krisis kepercayaan,
akan tetapi juga krisis karakter atau akhlak. Karenanya tidak berlebihan kalau
banyak kalangan yang menyebut bahwa bangsa kita tengah mengalami krisis
multidimensional.
Menurut Abudin Nata dalam buku Ahmad Tantowi, krisis akhlak
semacam ini pada awalnya hanya menerpa sebagian kecil elit politik (penguasa),
tetapi kini ia telah menjalar kepada masyarakat luas, termasuk kalangan pelajar.
Ini bisa dilihat dari banyaknya keluhan tentang perilaku para remaja yang
disampaikan orang tua, para guru, dan orang yang bergerak di bidang sosial. Di
antara mereka sudah banyak yang terlibat tawuran, pengguna obat-obat terlarang,
minumn keras, pelecehan seksual, dan tindak kriminal lainnya. Bahkan baik orang
3
tua ataupun guru di sekolah merasa kehabisan akal untuk mengatasi krisis akhlak
ini.1
Akhir-akhir ini banyak masyarakat yang memandang bahwa proses
pendidikan kita telah gagal menanamkan nilai-nilai moral pada setiap siswa.
Asumsi ini muncul setelah kita menyaksikan, begitu banyaknya siswa yang
kurang memiliki moral yang sesuai dengan pandangan hidup masyarakat kita.
Namun demikian, tidak arif kiranya apabila kita dengan serta merta
”menghakimi” orang-orang yang dianggap berakhlak buruk.
Krisis akhlak yang terjadi di Indonesia umumnya di sekolah khususnya
pasti ada sesuatu yang melatarbelakanginya, karena itu menjadi sangat penting
untuk mengetahui apa penyebab krisis akhlak tersebut. Adapun penyebabnya
adalah : pertama, karena longgarnya pegangan terhadap agama yang
menyebabkan hilangnya kontrol diri individu masyarakat. Kedua, krisis akhlak
terjadi karena pembinaan moral yang dilakukan orang tua, sekolah, dan
masyarakat sudah kurang efektif. Ketiga institusi pendidikan ini sudah terbawa
oleh arus kehidupan yang lebih mengutamakan materi tanpa diimbangi dengan
pembinaan mental dan spiritual yang baik. Ketiga, krisis akhlak terjadi disebabkan
karena derasnya arus budaya hidup materialistik, hedomistik, dan sekularatik.
Keempat, krisis akhlak terjadi karena belum adanya kemauan yang sungguh-
sungguh dari pemerintah.2
1 Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, (Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 2009), hal. 100-101 2 Ibid, hal. 101-102
4
Beberapa hal yang dapat membantu perkembangan moral anak dalam
proses pendidikan adalah hargai dan tekankan konsiderasi kebutuhan orang lain,
jadilah contoh perilaku prososial, berilah label dan identifikasi perilaku prososial,
dan bantu siswa untuk menentukan sikap dan memahami perasaan orang lain. 3
Dari potret pendidikan semacam ini, kita bisa membayangkan perilaku
peserta didik tersebut di kemudian hari. Jika sejak anak didik telah diinjeksi
dengan perilaku culas dan tidak jujur, maka jangan menyesal apabila perilaku
tersebut tetap melekat hingga dalam kehidupan masyarakat. Inilah sebabnya
membudayanya korupsi, kolusi, nepotisme di negeri ini. Tentunya kita tidak
menginginkan kebobrokan itu dilestarikan. Di era globalisasi ini, peran guru dan
keteladanan guru sangat penting dalam membentuk karakter atau akhlak siswa.
Walaupun karakter seseorang merupakan watak dasar individu, namun
dalam perkembangannya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan
disekitarnya mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. JJ. Rousseau dalam
buku Rahmat Rosyadi mengatakan bahwa anak sesungguhnya mempunyai fitrah
yang baik, tetapi lingkunganlah yang membentuk kepribadiannya. Seseorang yang
berkarakter baik, pasti akan melakukan hal yang baik dalam kehidupannya sehari-
hari.4
Jika seorang guru ingin agar siswanya menjadi seorang yang berakhlak
baik, maka guru tersebut haruslah memberikan contoh yang baik pula. Karena
3 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,
2009), hal. 277 4 Rahmat Rosyadi, Pendidikan Islam dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hal. 13
5
meniru adalah cara mendidik yang baik dan efektif untuk anak kecil, karena
kecendrungan meniru itu memang sudah menjadi karakter manusia. Oleh karena
itu sangat penting dalam interaksi belajar mengajar di sekolah. 5
Sekolah merupakan salah satu lingkungan sosial yang dibutuhkan anak.
Sekolah berfungsi memperluas kehidupan sosial anak, tempat anak belajar
menyesuaikan diri terhadap bermacam-macam situasi. Perkembangan moral dan
spiritual seseorang berjalan seiring dengan perkembangan kognitifnya. Oleh
karena itu, sekolah sebagai wahana perkembangan kognitif anak sangat penting
artinya dalam pembentukan karakter. 6
Sekolah menyediakan pengasuhan dan kasih sayang bagi pertumbuhan
moral anak. Orang dewasa lain dapat berperan sebagai sosok yang dapat
diandalkan dan diteladani dalam membentuk karakter anak adalah guru. Karakter
guru seringkali menjadi perhatian murid. Perilaku dan sikap guru dalam
menciptakan suasana tertentu di dalam kelas dapat mempengaruhi pertumbuhan
moral murid.
Keteladanan merupakan satu model yang sangat efektif untuk
mempengaruhi orang lain. Keteladanan merupakan aspek terpenting dari proses
pendidikan. Para pendidik dituntut untuk memiliki kepribadian dan intelektualitas
yang baik dan sesuai dengan Islam sehingga konsep pendidikan yang diajarkan
5 Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2006), hal.
38 6 Rahmat Rosyadi, Op. Cit, hal. 18
6
dapat langsung diterjemahkan melalui diri para pendidik. Pendidik menjadi
cermin bagi peserta didik, sehingga siswa memiliki karakter yang baik. 7
Individu yang berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha melakukan
hal-hal yang terbaik terhadap Allah SWT. Ciri karakter baik yaitu menginginkan
hal yang baik, mereka tahu hal yang baik, dan melakukan hal yang baik. 8
Melalui pendekatan keteladanan yang dilakukan guru di sekolah sehingga
membentuk karakter siswa yaitu berusaha untuk memperbaiki kehidupan anak
yang nampak kurang baik, sehingga menjadi baik. Misalnya anak yang kurang
jujur, dapat dirubah menjadi jujur.
Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, perbuatan, tindakan.9
kejujuran membawa seseorang kegerbang harapan dan masa depan yang jaya.
Kejujuran adalah salah satu prinsip yang harus dipegang setiap orang, tidak hanya
penting bagi pelajar, melainkan semua orang. Sebab kejujuran amat berharga
untuk diri sendiri dan masyarakat. Dan kejujuran membawa ketenangan batin,
kedamaian, bahkan kebahagiaan seseorang. 10
Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di SMA Bina Sriwijaya
Indonesia (BSI) pada tanggal 17 April 2016 menunjukkan bahwa kondisi siswa
masih belum memiliki karakter yang baik seperti kurangnya kejujuran siswa, hal
7 Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur`an, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012), hal. 140 8 Saptono, Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter, (Salatiga: Erlangga, 2011), hal. 20 9 Alpiyanto, Hypno Heart Teaching, (Jakarta: Multi Media Grafitama, 2011), hal. 238 10 Ibnu Burdah, Pendidikan Karakter Islami Untuk Siswa SMA / MA, (Jakarta: Erlangga,
2013), hal. 48
7
ini dapat dibuktikan dengan fakta masih banyak siswa yang mencontek pada saat
pelaksanaan ujian harian, mid semester maupun ujian akhir semester. Kemudian
masih banyak siswa yang kurang disiplin, hal ini dapat dibuktikan dengan fakta
dilapangan, masih banyak siswa yang datang terlambat ketika masuk sekolah dan
masih ada siswa yang berselisih atau berkelahi atau menyalahi tata tertib sekolah.
Sedangkan penerapan pendekatan keteladanan di sekolah sebenarnya belum
begitu diterapkan oleh guru di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang
dan selama ini guru hanya menjelaskan materi saja tanpa ada keteladanan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang
muncul, yaitu:
1. PAI adalah mata pelajaran Agama Islam yang terdiri dari sub Aqidah
Akhlak, Fiqih, SKI, dan Al-Qur`an Hadist. Di sekolah masih banyak siswa
mengetahui teori dan ayat-ayat Al-Qur’an, akan tetapi kebanyakan siswa
tidak dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya
pada mata pelajaran Aqidah Akhlak ada materi tentang kejujuran, akan
tetapi dalam aplikasinya mereka masih saja tidak jujur.
2. Ketika pelaksanaan ujian harian, Mid atau UAS berlangsung, kebanyakan
siswa mendapatkan nilai besar di atas KKM. Akan tetapi, hasil yang
didapatkan dengan cara mencontek atau tidak jujur.
3. Kurang disiplin dalam menjalankan tata tertib sekolah
8
C. Batasan Masalah
Karena luasnya masalah yang akan diteliti dan untuk memperjelas permasalahan
yang ada dalam penelitian ini, maka penulis membatasi permasalahan yang akan
dibahas yaitu mengenai:
1. Keteladanan dapat dibedakan menjadi keteladanan internal dapat
dilakukan melalui pemberian contoh yang dilakukan oleh pendidik sendiri
dalam proses pembelajaran dan keteladanan eksternal dilakukan dengan
pemberian contoh-contoh yang baik dari tokoh yang dapat diteladani, baik
tokoh nasional maupun tokoh internasional. Adapun pendekatan
keteladanan yang digunakan oleh peneliti pada kelas eskperimen
menggunakan pendekatan internal, sedangkan pada kelas kontrol
menggunakan pendekatan eksternal.
2. Nilai-nilai dasar karakter anak yang diterapkan oleh keluarga dan sekolah
supaya menjadi sikap, perilaku, dan tindakan anak dalam menghadapi
hidup dan kehidupan anak ke arah yang lebih baik. Adapun nilai karakter
disini adalah nilai karakter yang diterapkan di sekolah yaitu nilai
keimanan, ketakwaan, kejujuran, tenggang rasa, bersyukur, berperilaku
rajin, kesalehan, ketaatan, suka menolong, suka peduli, disiplin, sopan
santun, kesabaran, dll. Namun nilai karakter siswa di sini lebih fokus
tentang kejujuran siswa.
3. Objek yang akan diteliti adalah siswa SMA Bina Sriwijaya Indonesia
(BSI) Palembang kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2.
9
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi pendekatan keteladanan terhadap karakter siswa
pada kelas XI IPA 1 (eksperimen) dan kelas XI IPA 2 (kontrol) di SMA
Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang?
2. Bagaimana perbedaan karakter siswa kelas XI IPA 1 (eksperimen) dan
kelas XI IPA 2 (kontrol) setelah diterapkan pendekatan keteladanan di
SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui implementasi pendekatan keteladanan terhadap
karakter siswa pada kelas XI IPA 1 (eksperimen) dan kelas XI IPA 2
(kontrol) di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang
2. Untuk mengetahui perbedaan karakter siswa kelas XI IPA 1 (eksperimen)
dan kelas XI IPA 2 (kontrol) setelah diterapkan pendekatan keteladanan di
SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang
F. Kegunaan Penelitian
1. Bagi guru, dapat menjadi pendekatan yang sangat efektif dan berpengaruh
terhadap karakter siswa dan guru mau melakukan penelitian eksperimen,
sehingga di masa mendatang mutu pembelajaran menjadi lebih baik.
2. Bagi siswa, dapat meningkatkan karakter siswa dan diterapkan dalam
kehidupan sehari-harinya
10
3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menambah ilmu pengetahuan dan upaya
meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan khususnya pada mata
pelajaran PAI
G. Tinjauan Pustaka
Untuk membantu penulis dalam penyusunan tesis ini, penulis mengkaji beberapa
penelitian yang relevan dengan penelitian yang dibahas sebagai telaah dan bahan
perbandingan. Ada perbedaan antara penelitian yang penulis lakukan dengan
penelitian yang dijadikan bahan perbandingan. Perbedaannya adalah sebelum
memberikan teladan guru harus memiliki kepribadian yang baik dan pendidikan
karakter dapat memberikan nilai-nilai yang baik kepada siswa. Adapun karya-
karya penelitian lain adalah:
Selvi Selvia tahun 2011, dengan judul hubungan kepribadian guru dengan
disiplin siswa di SMA Yanitas Palembang. Hasil penelitiannya adalah untuk
meningkatkan disiplin siswa, guru harus memiliki kepribadian yang baik, karena
kepribadian guru akan berdampak positif terhadap disiplin siswa.
Perbedaannya adalah sebelum memberikan keteladanan kepada siswa,
seorang guru harus memiliki kepribadian baik terlebih dahulu, sehingga siswa
benar-benar meneladani seorang guru yang baik dan patut dicontoh, sehingga
dapat meningkatkan karakter siswa.
Rosida Manurung tahun 2012, pendidikan antikorupsi sebagai satuan
pembelajaran berkarakter di SMA I Air Itam PALI. Hasil penelitiannya adalah
11
pendidikan antikorupsi sebagai satuan pembelajaran yang dapat mengintegrasikan
nilai-nilai dan moral.
Perbedaannya adalah pendidikan karakter atau antikorupsi dapat
mengintegrasikan nilai-nilai dan moral kepada siswa, sehingga timbullah karakter
baik pada diri siswa.
Sri Wahyuni tahun 2010, model pembelajaran pendidikan karakter pada
lingkungan pondok pesantren Sabilul Hasanah dalam membangun kemandirian
dan disiplin santri. Hasil penelitiannya adalah terdapat perubahan semakin baik,
semakin disiplin dalam mengelola waktu. Sehingga model pembelajaran
pendidikan karakter merupakan model yang efektif meningkatkan kemandirian
dan disiplin santri.
Perbedaannya adalah pendidikan karakter merupakan salah satu metode
yang efektif dalam menumbuhkan karakter siswa yaitu kemandirian dan disiplin
siswa.
Urgensi dari penelitian ini adalah menerapkan suatu pendekatan yaitu
pendekatan keteladanan supaya dapat meningkatkan karakter siswa, khususnya
kejujuran siswa di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang.
H. Kerangka Teori
Dalam pendidikan nilai dan spiritualitas, permodelan atau pemberian teladan
merupakan strategi yang biasa digunakan. Bahkan menurut Suwandi dalam buku
12
Zubaedi, pendekatan modeling, keteladanan (uswah) yang dilakukan guru lebih
tepat digunakan dalam pendidikan karakter di sekolah. Hal ini karena karakter
merupakan perilaku, bukan pengetahuan sehingga untuk dapat diinternalisasi oleh
peserta didik, maka harus diteladankan bukan diajarkan. 11
Allah juga menjelaskan di dalam Al-Qur’an bahwa nabi Muhammad SAW
dan nabi Ibrahim AS adalah salah satu contoh orang-orang yang memiliki
keteladanan yang patut kita tiru dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini di jelaskan
dalam firman Allah :12
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.
Kemudian Allah juga mempertegas lagi ayat di atas dalam firman Nya
yang lain :13
11 Zubaedi, Pendididikan Karakter, (Jakarta: Erlangga, 2011), hal. 234-235 12 Qs. Al – Ahzab : 21 13 Qs. Al – Mumtahanah : 4
13
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum
mereka: "Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada apa yang kamu sembah
selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara Kami dan kamu
permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada
Allah saja. kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku
akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun
dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan Kami hanya kepada
14
Engkaulah Kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah Kami bertaubat dan
hanya kepada Engkaulah Kami kembali."
Dari ayat di atas dapat kita simpulkan bahwa keteladanan sangat penting
ada pada diri seorang guru atau orang tua dalam mendidik anak, begitupun dengan
seorang pemimpin kepada bawahannya untuk menumbuhkan karakter yang positif
dalam diri mereka.
Menurut Albert Bandura dan Walters dalam buku Slameto, tingkah laku
baru dikuasai atau dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu
model/contoh/teladan.14 Kemudian menurut pakar cognitif social Albert Bandura
dalam buku Rohmalina Wahab faktor model atau teladan mempunyai prinsip-
prinsip yaitu: pertama, tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan
cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik
kemudian melakukannya. Kedua, individu lebih menyukai perilaku yang ditiru
jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya. Ketiga, individu akan menyukai
perilaku yang ditiru jika model atau panutan tersebut disukai dan dihargai dan
perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.15
Menurut al-Ghazali yang dikutip oleh Akmal Hawi, bahwa kriteria-kriteria
keteladanan guru adalah :
1. Sabar
2. Bersifat kasih dan tidak pilih kasih
14 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hal. 21. 15 Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2015), hal. 47.
15
3. Sikap dan pembicaraannya tidak main-main
4. Menyantuni serta tidak membentak orang yang bodoh
5. Membimbing dan mendidik murid-murid
6. Menghargai kepribadian anak didik
7. Santun dan berwibawa
8. Bekerjasama dan demokratis
9. Menjauhkan diri dari sifat tercela
10. Menampilkan hujjah yang benar
11. Memiliki pengetahuan dan keterampilan16
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkah laku dapat
dikuasai dan dipelajari, karena tingkah laku merupakan ranah afektif bukan ranah
kognitif sehingga dapat diteladankan kepada siswa.
Karakter biasanya menunjukan kualitas dari mental atau moral seseorang
dan menunjukkan perbedaan satu individu dengan lainnya. Walaupun karakter
seseorang selain merupakan watak dasar individu, namun dalam
perkembangannya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan disekitarnya
mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sesuai dengan hadist Shahih
Bukhori:
16 Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2006), hal.
121.
16
عن أ هري حمن عن أبي هري د البن عب لمة س بي حدثنا آدم حدثنا ابن أبي ذئب عن الز رة ر
عليه وس عنه قال قال النبي صلى الل مولود ي م كل ل رضي الل دانه ولد على الفطرة فأ بواه يهو
سانه كمثل البهيمة تنتج رانه أو يمج ا جدعاء ل ترى فيه ه يمة به ال أو ينص
Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami
Ibnu Abu Dza`bi dari Az-Zuhriy dari Abu Salamah bin `Abdurrahman bin
Abu Hurarirah Radhiallahu `Anhu berkata: Nabi Muhammad
Sallahu`allaihi wassalam bersabda: setiap anak terlahir dalam keadaan
fitrah, tetapi orang tuanyalah yang membuat Yahudi, Nasrani, dan
Majusi. Sebagaimana binatang ternak melahirkan binatang ternak
dengan sempurna apakah kalian melihat ada cacat padanya”.17
Dari hadits di atas dapat kita simpulkan bahwa tingkah laku atau karakter
dapat dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan terdekatnya termasuk lingkungan
keluarga.
Menurut Albert Bandura dalam buku Slameto tingkah laku sosial dapat
dipelajari dengan jalan mengamati dan meniru. Sekolah mempunyai peranan yang
penting dan mengembangkan tingkah laku sosial siswa-siswi.18
Perkembangan biologis anak selalu disertai dengan perkembangan mental
dan karakter yang berbeda. Biasanya karakter anak-anak masih dapat dikontrol
oleh orang tuanya, karena ia masih menaati orangtuanya. Tetapi apabila ia
17 Hadist Shahih Bukhori No 1296 18 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hal. 23.
17
memasuki remaja, perkembangan mentalnya sering berubah dengan karakter yang
berbeda pula. Karena anak remaja sudah mendapatkan pengaruh dari lingkungan
luar keluarga, seperti sekolah dan masyarakatnya. 19
Adapun indikator-indikator karakter siswa adalah:
1. Jujur
2. Religius
3. Toleransi
4. Disiplin
5. Kerja keras
6. Bertanggung jawab
7. Peduli
8. Mandiri
9. Demokratis.20
Dari penjelasan di atas karakter seseorang dapat dipelajari dengan jalan
meniru dan mengamati, walaupun karakter seseorang merupakan watak dasar
individu. Namun hal tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat, sehingga harus dikontrol oleh orang tuanya.
I. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang dikemukakan peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut:
19Ibid, . hal 108 20 Alpiyanto, Hypno Heart Teaching, (Jakarta: Multi Media Grafitama, 2011), hal. 238-
243.
18
Ho : Tidak terdapat perbedaan implementasi pendekatan keteladanan
terhadap karakter siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di
SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang
Ha : Terdapat perbedaan implementasi pendekatan keteladanan terhadap
karakter siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di SMA Bina
Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang
Ho : Tidak terdapat perbedaan karakter siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol setelah diterapkan pendekatan keteladanan di SMA Bina
Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang
Ha : Terdapat perbedaan karakter siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol setelah diterapkan pendekatan keteladanan di SMA Bina
Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang