Transcript

PERANCANGAN SISTEM KONTROL AUTOMATIC FEEDER PADA PEMODELAN DEEP

SEA AQUACULTURE DI PERAIRAN LAUT JAWA

Indra Ranu Kusuma, A. A. Masroeri, Rohma Dona Fitri P.

Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Surabaya

Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111

e-mail : [email protected]

ABSTRAK

Deep sea aquaculture merupakan suatu cara pengembangbiakan ikan di lautan terbuka atau lautan

lepas dengan menggunakan cage yang terbuat dari jaring. Salah satunya berupa cage “Vineta” yang

dikembangkan untuk berbagai spesies ikan seperti Seabass, Seabream, Kerapu, Salmon, Sturgeon,

dan lain-lain. Cage ini juga dilengkapi dengan sebuah bunker pakan yang akan mensuplai kebutuhan

pakan ikan ynng dipelihara di kolam. Karena letaknya yang berada di tengah lautan, maka adanya

sistem kontrol otomatis untuk pemberian pakan sangat diperlukan. Pada skripsi ini, dilakukan

perancangan sistem control automatic feeder dengan jumlah empat buah yang letaknya di sekeliling

cage deep sea aquaculture untuk diterapkan di perairan laut Jawa, Indonesia. Sistem ini dirancang

dengan menggunakan sistem kontrol “PID” dan fish finder untuk menentukan posisi ikan yang

diinginkan pada feeder deep sea aquaculture. Dengan sistem ini, diharapkan penggunaannya akan

lebih efisien dibanding dilakukan secara manual untuk menghemat tenaga dan biaya operasional

yang sangat besar.

Kata kunci : Deep Sea Aquaculture, Automatic Feeder, Sistem Kontrol “PID”

I. PENDAHULUAN

Pengembangan aquaculture dengan

memanfaatkan potensi lautan baru-baru ini

sedang gencar dikembangkan. Salah satu riset

yang sedang dikembangkan adalah deep sea

aquaculture (pengembangbiakan ikan di lautan

lepas) atau bisa disebut offshore aquaculture.

Cara ini banyak dilirik karena selama ini

metode keramba dianggap semakin

menimbulkan pencemaran yang merugikan

bagi lingkungan tepi pantai. Pencemaran ini

disebabkan kotoran, bekas makanan serta

bangkai ikan yang mati dalam keramba. Cage

yang digunakan dilengkapi dengan sebuah

bunker pakan sehingga pasokan pakan akan

menyediakan makanan secara otomatis dan

control untuk waktu kapan pemberian pakan.

Sama seperti metode tambak di darat, deep sea

aquaculture ini juga terdapat system pakan

secara otomatis unuk memudahkan pemberian

pakan ikan ternak. Model feeder yang akan

digunakan merupakan jenis automatic feeder.

Yakni sistem kontrol akan bekerja sesuai

dengan kebutuhan pakan ikan. Automatic

feeder ini akan diletakkan di sekeliling tengah

cage. Feeder diatur dengan jarak tertentu satu

sama lain agar dapat mensuplai seluruh

kebutuhan pakan ikan dalam satu cage. System

control akan ditempatkan pada tempat yang

terpisah dengan cage. Karena letaknya yang

berada di tengah lautan maka kemungkinan

pengeluaran biaya tambahan, khususnya pada

biaya pakan akan lebih. Karena itulah pada

skripsi ini dicoba untuk merancang sistem

control yang diharapkan dapat membuat

sistem feeder di deep sea aquaculture lebih

efisien.

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Aquaculture

Aquaculture merupakan suatu kegiatan

memproduksi biota (organisme) aquatic di

lingkungan terkontrol dalam rangka

mendapatkan keuntungan (Leugeu, 2010).

Aquaculture bisa dilakukan di dua tempat,

yaitu di darat (inshore aquaculture) dan di

lepas pantai (offshore aquaculture).

Gambar 2.1. Kolam Deep Sea Aquaculture

Offshore aquaculture, atau dikenal

sebagai budidaya lepas pantai merupakan

salah satu cara peternakan ikan atau budidaya

laut di lautan terbuka. Cara ini dikembangkan

sebagai akibat banyaknya pencemaran pantai.

2. Syarat-Syarat Perikanan Deep Sea

Aquaculture

Ada beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi agar bisa mengembangkan deep sea

aquaculture, antara lain :

Manajemen kolam/lokasi

Manajemen benih ikan

Manajemen pemberian pakan

Manajemen kualitas air

Manajemen kesehatan ikan

Manajemen panen

3. Sistem Feeder

Feeder merupakan sistem kontrol untuk

memberi makan ikan yang dibiakkan di cage

deep sea aquaculture. Hal yang menyangkut

pakan ikan, biasanya merupakan variabel

terbesar dalam industri ini, karena faktor biaya

yang besar. Pemberian pakan yang terlalu

banyak akan mempengaruhi sistem sirkulasi

dalam cage. Semakin banyak pakan diberikan,

kemungkinan konsentrasi DO dalam air juga

semakin berkurang. Untuk menghindari hal

ini, pemberian pakan harus diatur dengan

jeda waktu tertentu yang tidak terlalu

berdekatan. Caranya dengan memasang

automatic feeder. Berikut beberapa macam

automatic feeder :

1. Solar Feeders

2. Pendulum Feeders

3. Pneumatic Feeders

4. Clockwork Feeders

5. Frozen Feeders

4. Sistem Kelistrikan dan Kontrol

Sistem monitoring dan alarm ini

digunakan untuk memonitor seluruh sistem

pada deep sea aquaculture. Karena sistem ini

dijalankan secara otomatis maka kebutuhan

akan listrik menjadi sangat vital.

5. Fish Finder

Fish Finder merupakan sebuah alat yang

digunakan untuk mengetahui lokasi/tempat

adanya ikan di dalam lautan dengan

mendeteksi gelombang suara yang

dipantulkan, yang disebut dengan “Sonar”.

Gambar 2.2. Fish Finder

Fish finder modern menunjukkan

measurement dari gelombang yang

dipantulkan dengan tampilan grafik,

menunjukkan pada operator informasi

berkumpulnya ikan, sampah bawah laut, serta

bagian dasar lautan.

6. Solenoid Valve

Katup Listrik / Solenoid valve atau

solenoid valve adalah katup yang digerakan

oleh energi listrik, mempunyai koil sebagai

penggeraknya yang berfungsi untuk

menggerakan piston yang dapat digerakan oleh

arus AC maupun DC, solenoid valve

mempunyai lubang keluaran.

Gambar 2.3. Solenoid Valve

Dilapangan penggunaan solenoid valve

mempunyai banyak variasi dalam hal

kegunaan atau kebutuhan dari mesin tersebut,

penggunaan solenoid valve yaitu :

Digunakan untuk menggerakan tabung

cylinder.

Digunakan untuk menggerakan piston

valve.

Digunakan untuk menggerakan blow zet

valve. Dan masih banyak lagi.

III. PEMODELAN DAN

PERANCANGAN SISTEM

1. Alur Penelitian

Tahapan-tahapan yang dilakukan dapat

dilihat pada gambar di bawah :

Gambar 3.1. Alur Pengerjaan

2. Diagram Blok

Diagram blok sistem secara garis besar

adala sebagai berikut :

Gambar 3.2.Diagram Blok Sistem

Inputan berdasarkan tempat

berkumpulnya ikan. Controller akan

mengirimkan sinyal agar actuator bekerja.

Solenoid valve sebagai actuator akan terbuka

berdasarkan sinyal dari fish finder yang

menentukan di mana tempat berkumpulnya

ikan, sehingga bila jarak berkumpulnya ikan

dengan solenoid valve belum sesuai

pengaturan, maka solenoid valve tetap

tertutup, namun bila sudah sesuai, maka akan

terbuka.

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN

a. Data Kolam

Spesifikasi dan Ukuran :

Perimeter 40 m 50 m 80 m 120 m

Floating

pipe spec.

Φ250

mm

Φ250

mm

Φ315mm Φ315

mm

Bracket

spec.

L250 L250 L315 L315

Handrail

pipe spec.

Φ110

mm

Φ110

mm

Φ110 mm Φ110

mm

Sinker

pipe spec.

Φ110

mm

Φ125

mm

Φ160 mm Φ200

mm

Tabel 4.1. Data Kolam

Cage yang digunakan pada tugas akhir

ini memiliki spesifikasi, diameter (perimeter)

sebesar 50 m dan dalam 30 m. Untuk ukuran

kolam ini volume yang didapatkan adalah:

D = 50 m , r = 25 m

H = 30 m T = 20 m

V = π x r2 x T .............................(1)

dengan π = 3,14

maka V = 3,14 x (25)2 x 20

= 39250 m3

Sementara luasan dari kolam adalah:

A = (2π x r2) + (π x D x T)

.........................................................(2)

= (2 x 3,14 x (25)2) + (3,14 x 50 x 30)

= 3925 + 4710 m2

= 8635 m2

b. Data Padat Tebar Ikan

Berikut tabel data padat tebar ikan kerapu

macan :

Tabel 4.2. Tabel Padat Tebar Ikan Kerapu Macan untuk

Dipelihara

Perhitungan Kapasitas Pakan :

a. Kapasitas = jumlah ikan x bobot x persen

jumlah pemberian pakan

..............................................................(3)

= 981.250 x 500 x 5%

= 24531250 gr

= ± 25 ton perbulan

Kebutuhan pakan/feeder perbulan

sebesar ± 25 ton. Di sini direncanakan barge

feeder akan diisi ulang 5x sebulan (30 hari),

yakni sama dengan 6 hari sekali. Barge feeder

yang dibutuhkan untuk menyimpan

menyimpan 1/5 kebutuhan pakan perbulan

sebanyak:

Berat barge (Wbrg) = 1/5 x 25 ton

..............................................................(4)

= 5 ton

b. Volume tanki barge

Volume tanki

Vbrg = Wbrg / γfeed

...................................................... (5)

Di mana,

γfeed = 1 ton/m3

Sehingga,

Vbrg = Wbrg / γfeed

= 5 / 1

= 5 m3

Penambahan volume tanki

Volume tanki tambahan yang diperlukan

direncanakan 2%, sehingga

Vbrg = (1+0,02) x Vbrg

........................................................(6)

= (1+0,02) x 5

= 5,1 m3

c. Data Gelombang Perairan Jawa

Tabel 4.3. Prakiraan Cuaca di Perairan Indonesia

d. Analisa tentang Feeders

Design Gambar Sistem Feeding pada

Deep Sea Aquaculture

Terdapat sebuah barge pakan untuk

menyuplai kebutuhan pakan satu kolam deep

sea aquaculture. Untuk menyemprotkan

makanan dari barge ke feeder, digunakan

pompa.

Gambar 4.2. Design Gambar Tampak Atas

e. Perhitungan pompa

Dipilih pompa :

Merk = Shinko

Type = AHJ 70-2

Kapasitas = 21 m3/h

Head = 26 m

RPM = 3000 rpm

Power = 3,7 kW

Tekanan = 4 bar = 4x105 Pa

f. Konsep Pengaturan/Kendali

Flow dari barge sampai valve :

Gambar 4.3. Flow dari Barge ke Feeder

Kontrol yang dirancang pada gambar

di bawah berlaku untuk satu feeder pada satu

kolam. Dan tidak digunakan untuk

kemungkinan penggabungan kolam dengan

satu feeder.

Inputan berdasarkan tempat

berkumpulnya ikan. Controller akan

mengirimkan sinyal agar actuator bekerja.

Solenoid valve sebagai actuator akan terbuka

berdasarkan sinyal dari fish finder yang

menentukan di mana tempat berkumpulnya

ikan, sehingga bila jarak berkumpulnya ikan

dengan solenoid valve belum sesuai

pengaturan, maka solenoid valve tetap

tertutup, namun bila sudah sesuai, maka akan

terbuka.

g. Program Controller dari Pemodelan

Sistem Pengendali

Penyelesaian pada sistem ini akan

digunakan mathematical model. Untuk

mempermudah dalam mendapatkan model

matematik dari keseluruhan sistm, maka

dilakukan penurunan model matematik dari

masing-masing komponen penyusun sistem.

Aktuator

Pada sistem ini, yang merupakan

aktuator, yaitu:

- Solenoid valve

𝐹𝑠 = 𝐾𝑣 − 𝑉𝑜

...................................................... (18)

Penggambaran digram blok sebagai

berikut :

Gambar4.4. Diagram Blok Solenoid Valve

- Plant (Fish movement)

Gambar 4.5. Diagram Blok Plant

- Penggambaran digram blok fish finder

sebagai berikut :

Gambar 4.6. Diagram Blok Fish Finder

Masukkan rumusan pada digram blok

seperti di atas, ditunjukkan pada gambar

digram blok di bawah ini:

Gambar 4.7. Diagram Blok Sistem Automatic

Feeder

Analisa

Posisi ikan yang ditentukan untuk

mendapatkan makanan, yaitu 12 m dari

permukaan laut. Untuk diagram blok fish

movement pada simulink dapat dilihat

pada gambar di bawah :

Gambar 4.8. Transfer Function

Keadaan posisi ikan pada kolam

Deep Sea Aquaculture bisa dilihat pada

grafik di bawah, di mana posisi ikan ada

pada daerah 40%-70% dari permukaan

laut.

Gambar 4.9. Grafik Perkiraan Posisi Ikan

Berikut didapatkan grafik

sistem yang dicari melalui software Matlab-Simulink dan Sisotool :

Grafik sistem dengan

menggunakan proporsional, integral, dan

derrivative controller.

a) Bila digunakan sistem dengan

Proporsional, Integral dan

Derrivative Control, kompensator

untuk controller sebesar 13,66 × 1+0,2𝑠 1+2,2𝑠

𝑠 1+0,86𝑠 . Di mana untuk

mencapai posisi yang diinginkan,

dibutuhkan waktu 8 detik bagi ikan

untuk mencapai posisi tersebut.

Untuk waktu tempuh tersebut,

kemungkinan dapat diterapkan

untuk sistem ini. Kemudian

kompensator dari Controller juga

sistem orde dua, yang sesuai

dengan perhitungan digam blok,

maka kontrol yang paling sesuai

untuk sistem ini adalah

Proporsional, Integral dan

Derrivative Control.

1

𝑠2 + 24𝑠 + 11,1

𝐹𝑠 𝑉𝑜 Κ𝑣

𝐻𝑎(𝑠) 𝐻𝑑(𝑠) 𝐻1

Gambar 4.10. Grafik Proporsional, Integral dan

Derrivative Control

Dari keempat analisa grafik di atas,

diketahui bahwa untuk sistem kontrol

automatic feeder pada Deep Sea Aquaculture

digunakan Proporsional, Integral dan

Derrivative Control. Di mana pada sistem ini

waktu yang dibutuhkan ikan untuk mencapai

posisi yang diinginkan, yaitu 12 m dari

permukaan air adalah 8 detik. Dipilih sistem

kontrol jenis ini karena dari semua sistem

kontrol yang ada, hanya PID yang memenuhi

perhitungan orde dua.

Waktu pemberian makan ikan diatur

empat kali dalam sehari. Dimisalkan, untuk

jam pemberian makan dimulai pukul 06.00

WIB, dengan respon ikan pada posisi

semprotan pakan yang diinginkan

membutuhkan waktu 8 detik, sehingga waktu

capai ikan pada pakan yang disemprotkan

yaitu pada pukul 06. 00 lewat 8 detik WIB.

Kemudian ditentukan waktu pemberian

makan selanjutnya, dengan diagram blok

seperti di bawah :

Gambar 4.11. Diagram Blok Sistem dengan

Disturbance

Dari diagram blok di atas didapatkan

grafik sebagai berikut :

Gambar 4.12. Grafik Gerakan Ikan

Dalam waktu satu jam atau 3600 sec,

diperkirakan ikan akan naik sebanyak empat

kali. Gerakan naik pertama merupakan respon

terhadap makanan yang disemprotkan. Ikan

akan berada pada posisi 12 m selama ± 200

sec. Setelah itu ikan akan turun lagi pada

posisi semula. Dan akan naik lagi pada kurang

lebih menit ke-900. Gerakan ini akan

berlangsung terus menerus sampai waktu

pemberian pakan berikutnya.

Sehingga untuk waktu-waktu

selanjutnya, dapat ditentukan seperti tertera

pada tabel :

Hari Waktu

Senin 06.00 12.04 18.08 00.12

Selasa 06.16 12.20 18.24 00.28

Rabu 06.32 12.36 18.40 00.44

Kamis 06.48 12.52 18.56 01.00

Jum'at 06.04 12.08 18.12 00.16

Sabtu 06.20 12.24 18.28 00.32

Minggu 06.36 12.40 18.44 00.48

Tabel 4.4. Schedule Pemberian Makan dalam Satu

Minggu

V. PENUTUP

1. Kesimpulan

Setelah melalui beberapa proses, mulai

dari analisa, perhitungan, dan pemodelan

didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Deep Sea Aquacultre merupakan sistem

pengembangbiakan ikan pada perairan

lepas (perairan tengah laut) dengan

kedalaman dan arus gelombang tertentu.

2. Pada pemodelan deep sea aqaculture ini

digunakan feeder dengan satu pompa dan

empat tanki feeder, di mana pakan akan

dialirkan oleh solenoid valve.

3. Pompa yang digunakan adalah pompa

merk Shinko dengan kapasitas 21 m3/h

dan tekanan 4 bar.

4. Solenoid valve digunakan merk Hansen

HS7 bertekanan 2 bar.

5. Sistem kontrol menggunakan fish finder

untuk mengirimkan sinyal ke solenoid

valve yang mengontrol kapan valve

bekerja. Pada sistem ini, kontrol yang

paling tepat digunakan adalah PID

control.

6. Fish Finder yang digunakan adalah

Garmin 350c dengan jangkauan terjauh

yang bisa dicapai sebesar 1200.

7. Waktu bagi ikan untuk mencapai posisi

yang diinginkan (12 m) dari permukaan

laut yaitu delapan detik. Sedangkan waktu

makan ikan pada posisi 12 m selama ±

200 detik dan akan turun ke posisi semula

setelahnya.

8. Jadwal pemberian makan dimulai pada

pukul 06.00 dan diberikan empat kali

sehari.

2. Saran

Beberapa saran yang dianjurkan dan

dapat digunakan sebagai referensi untuk

perancangan sistem control pada deep sea

aquaculture selanjutnya sehingga hasil yang

diperoleh bisa lebih baik, antara lain :

1. Sebaiknya juga dilakukan perhitungan

terhadap sisi ekonomi, baik biaya awal

maupun dengan biaya operasional.

2. Sebaiknya melakukan perhitungan

dengan menggunakan rumusan yang lebih

mendekati hasil nyata, karena pada

pengerjaan tugas akhir ini masih

menggunakan rumus pendekatan.

3. Akan lebih bermanfaat bila dalam

perancangan sistem selanjutnya, juga

dihitung tentang kebutuhan listrik yang

dipakai.

4. Bila perlu dapat dikembangkan

perancangan sistem kontrol untuk

beberapa kolam dengan satu sistem

control.

DAFTAR PUSTAKA

1. Krause, Jarred dkk. Design Guide for

Recirculating Aquaculture System,

Prepared for Sioux Indian Reservation.

Rowan University: 2006.

2. Environmental Impact Statement for Deep

Sea Fish Farm Development in Galway

Bay, Galway Ireland. BIM

3. Soemarjati, Wiwie dkk. 2008. REKAYASA

AUTOMATIC FEEDER SEDERHANA

UNTUK MENINGKATKAN KINERJA

PENDEDERAN IKAN KERAPU TIKUS

(Cromileptes altivelis). Departemen

Kelautan dan Perikanan Direktorat

Jenderal Perikanan Budidaya Balai

Budidaya Air Payau Situbondo.

4. A. A. Akinwande dkk. 2012. Comparative

Growth and Survival of Reciprocal

Hybrids Between Clarias gariepinus and

Clarias anguillaris. Journal of Aplied

Aquaculture.

5. Halachmi, Ilan. 2006. Systems

Engineering for Ornamental Fish

Production in A Recirculating

Aquaculture System. Israel : Institute of

Agricultural Engineering, Agricultural

Research Organization, The Volcani

Center, P.O. Box 6, Bet Dagan 50250.

Aquaculture 259 (2006) 300 – 314.

6. Ogata, Kasuhiko. 1995. Teknik Kontrol

Automatik Jilid I. Diterjemahkan Oleh Edi

Leksono. Jakarta:Erlangga

7. S. Burns, Roland. 2001. Advanced

Control Engineering. Oxford: Elsevier

8. Astu Unadi. 1994. Design of Automatic

Fish Feed Spreader. Depok: Perekayasa

pada Balai Besar Pengembangan Alat dan

Mesin Pertanian

9. Suwarno. 2012. Studi Perancangan

Simulator Procon 38-001 Menggunakan

Labview untuk Mendukung Proses

Pembelajaran. Surabaya:ITS

10. Khusaini. 1997. Perencanaan Sistem

Kontrol Automatik untuk Mekanisme

Sistem Bongkar Muat pada Kapal Tanker

17.500 DWT. Surabaya:ITS

11. Mandala. 2011. Perikanan Darat.

Singkil. <URL: http://mandala-

manik.blogspot.com/2011/11/perikanan-

darat.html>

12. Anymonous 1. Fish Finder.

<URL:

http://en.wikipedia.org/wiki/Fishfinder>

13. Anymonous 2. Solenoid Valve.

<URL:

http://en.wikipedia.org/wiki/Solenoidvalv

e>

14. Anggara. 2008. Prinsip Hukum Bernoulli.

<URL:http://baiuanggara.wordpress.com

/2008/12/29/prinsip-hukum-bernoulli/>

15. Anymonous 3. Solenoid Valve.

<URL:http://otosensing.blogspot.com/p/s

olenoid-valve.html>

16. Anymonous 4. Robotic Fish.

<URL:http://medvice-

fst08.web.unair.ac.id/artikel_detail-

35140-Penunjang-

Simulation%20Into%20Reality%20%7C

%20Robotic%20Fish.html>

BIODATA PENULIS

Nama : Rohma Dona Fitri P.

TTL : Surabaya, 10 April 1991

Riwayat Pendidikan :

Teknik Sistem Perkapalan ITS Surabaya

SMA N 1 Mejayan, Kab. Madiun

SMP N 1 Pilangkenceng, Kab. Madiun

SDI Wachid Hasyim Surabaya


Top Related