ELEKTRA, Vol.2, No.2, Juli 2017, Hal. 20 – 31 ISSN: 2503-0221 20
Perancangan Inkubator untuk Penetasan Telur Bebek Otomatis,
Dedi Supriyadi, Ekki Kurniawan, S.T., M.T. dan Agung Surya Wibowo, S.T., M.T.
PERANCANGAN INKUBATOR UNTUK PENETASAN TELUR BEBEK OTOMATIS
1Dedi Supriyadi, 2Ekki Kurniawan, S.T., M.T. dan 3Agung Surya Wibowo, S.T., M.T. 123Prodi S1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom
¹[email protected] , ²[email protected], ³[email protected]
Abstrak
Kestabilan suhu dan kelembaban serta proses pembalikan berperan penting dalam proses
penetasan telur bebek. Suhu yang dibutuhkan pada masa penetasan telur adalah 36° C - 38° C
dengan kelembaban kelembaban 60% - 70%. Selain itu proses pembalikkan telur yang
dibutuhkan adalah minimal 3-6 kali dalam satu hari. Untuk menangani kondisi tersebut,
dibutuhkan sebuah alat penetas yang mampu bekerja secara otomatis dalam menjaga kestabilan
suhu ruang dan proses pembalikan telur. Pada penelitian ini dibuat sebuah inkubator penetas
telur yang dapat bekerja secara otomatis. Inkubator ini dapat mengendalikan suhu dan
kelembaban, serta melakukan pembalikkan telur secara otomatis. Metode logika fuzzy digunakan
pada sistem pengendali suhu dan kelembaban ruang inkubator. Sistem yang dirancang
menggunakan lampu pijar dan humidifier sebagai aktuator dan sensor yang digunakan adalah
sensor suhu dan kelembaban. Pada pengujian, sistem ini dapat bekerja dengan baik, hal ini dapat
ditunjukkan bahwa sistem dapat menjaga suhu dan kelembaban ruang inkubator pada rentang
suhu 36° C - 38° C dan kelembaban 60% - 70%. Selain itu conveyor dapat bekerja secara
otomatis setiap pukul 07:00, 10:00, 13:00, 16:00, 19:00, 21:00. Tingkat keberhasilan penetasan
pada pengujian pertama sebesar 91,6 %, sedangkan tingkat keberhasilan penetasan pengujian
kedua sebesar 41,6 %.
Kata Kunci : penetasan, suhu, kelembaban, logika fuzzy.
Abstract
The stability of temperature and humidity and the reversal process plays an important role in the
process of hatching duck eggs. The required temperature during egg hatching period is 36 ° C -
38 ° C with humidity 60% - 70%. In addition the required egg reversal process is at least 3-6 times
in one day. To handle the condition, it takes a hatching device that is able to work automatically
in keeping room temperature stability and egg reversal process. In this final project is made an
incubator hatching egg that can work automatically. This incubator can control the temperature
and humidity, and do the egg reversal automatically. Fuzzy logic method is used on the
temperature control system and humidity of the incubator chamber. Systems designed using
incandescent and humidifiers as actuators and sensors used are temperature and humidity
sensors. In testing, this system can work well, it can be shown that the system can maintain the
temperature and humidity of the incubator chamber in the temperature range 36 ° C - 38 ° C and
humidity 60% - 70%. In addition the conveyor can work automatically every 07:00, 10:00, 13:00,
16:00, 19:00, 21:00. The success rate of hatching in the first test was 91.6%, while the second
hatching success rate was 41.6%.
Keywords : hatching, temperature, humidity, fuzzy logic.
Makalah dikirim 23 Februari 2017; Revisi 15 Mei 2017; Diterima 1 Juli 2017
ELEKTRA, Vol.2, No.2, Juli 2017, Hal. 20 – 31 ISSN: 2503-0221 21
Perancangan Inkubator untuk Penetasan Telur Bebek Otomatis,
Dedi Supriyadi, Ekki Kurniawan, S.T., M.T. dan Agung Surya Wibowo, S.T., M.T.
1. Pendahuluan
Bebek merupakan salah satu unggas yang ketika selesai bertelur akan meninggalkan
telurnya begitu saja. Hal ini membuat para peternak harus menetaskan telur bebek sendiri, baik
itu dengan menitipkan telur pada indukan ayam ataupun menetaskan telur secara manual
maupun menggunakan mesin penetas telur. Namun mesin penetas telur yang beredar dipasaran
masih kurang optimal. Mesin penetas yang menggunakan heater sebagai pemanas masih kurang
merata pada ruangan. Begitupun dengan mesin penetas konvensional yang mana suhu ruang
hanya bergantung pada panas yang dihasilkan oleh lampu pijar tersebut. Sehingga tidak ada
pengaturan suhu agar tetap stabil pada kondisi yang seharusnya.
Selain itu dalam proses penetasan konvesional penetas dihadapkan pada penjadwalan
pembalikan telur yang harus dilakukan selama 3 - 6 kali dalam 1 hari [1]. Hal ini menjadi satu
masalah penting, jika saja penetas lupa untuk membalikkan telur maka embrio pada telur bisa
mati karena telur terlalu lama pada posisi tersebut yang mengakibatkan kuning telur akan
menempel pada cangkang telur. Dan juga penetasan dengan mesin penetas yang sudah
melakukan pembalikan otomatis, pembalikan hanya berupa memiringkan sudut wadah dari telur
sejauh 45°. Hal ini masih dapat menyebabkan masih ada sebagian kuning telur yang akan
menempel di cangkang telur yang terkadang menyebabkan anakan bebek menjadi cacat atau
bahkan gagal menetas.
Berdasarkan dari permasalahan tersebut, pada penelitian ini dibuat sebuah inkubator
mesin penetas telur yang bertujuan untuk tetap menstabilkan suhu dan kelembaban inkubator
secara otmatis. Sistem inkkubator ini menggunakan beberapa lampu yang dapat diatur hidup
matinya, serta humidifier untuk menjaga kelembaban. Dan juga pada sistem ini akan
menggunakan sebuah papan dengan alas khusus yang berfungsi untuk pembalik telur. Alat ini
akan bekerja secara otomatis berdasarkan respon perubahan suhu pada ruang inkubator yang
akan dideteksi oleh sensor suhu. Kemudian kontroler akan memproses perubahan tersebut dan
akan memberikan luaran sesuai dengan program yang dibuat.
2. Metode Penelitian
2.1 Telur
Telur merupakan salah satu produk pangan hewani yang lengkap kandungan gizinya.
Selain itu telur merupakan bahan makanan yang mudah dicerna. Sebutir telur terdiri dari 11 %
kulit telur, 58% putih telur dan 31% kuning telur [2]. Telur mempunyai kandungan air, protein,
lemak, karbohidrat dan abu berturut-turut sebesar 66,5; 12,01; 10,5; 0,9; dan 10,9% [3].
Telur bebek itu sendiri merupakan telur yang berasal dari bebek, telur ini mempunyai
kadar air yang lebih tinggi sehingga mempunyai warna yang lebih pekat. Di dalam sebutir telur
bebek mentah terdapat 46% asupan selenium, 15% zat besi dan 22% kandungan fosfor. Proses
penetasan telur bebek inipun memakan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan telur ayam.
Telur tetas mempunyai struktur tertentu dan dan masing-masing berperan penting untuk
perkembangan embrio sehingga menetas. Agar dapat menetas telur sangat tergantung pada
keadaan telur tetas dan penanganannya [4].
Seleksi telur yang baik untuk ditetaskan dapat meningkatkan daya tetas sebesar 5%.
Telur tetas yang normal berbentuk bulat telur atau oval dengan berat antara 65 – 75 gram [6].
Telur dengan bentuk bulat atau terlalu lonjong merupakan telur abnormal sehingga
mempengaruhi posisi embrio menjadi abnormal yang mengakibatkan telur banyak yang tidak
menetas.
ELEKTRA, Vol.2, No.2, Juli 2017, Hal. 20 – 31 ISSN: 2503-0221 22
Perancangan Inkubator untuk Penetasan Telur Bebek Otomatis,
Dedi Supriyadi, Ekki Kurniawan, S.T., M.T. dan Agung Surya Wibowo, S.T., M.T.
2.2 Penetasan Telur
Penetasan terlur merupakan suatu proses/usaha untuk menetaskan telur
unggas. Proses ini mencakup perkembangan embrio di dalam telur sampai telur pecah
dan menghasilkan anakan. Dalam proses penetasan telur, dapat dilakukan secara alami
oleh indukan atau secara buatan (artifisial) menggunakan mesin penetas buatan [1].
Penetasan Telur Dengan Induk Ayam.
Proses penetasan telur dengan induk ayam dilakukan dengan cara mengerami telur
secara alami. Jadi semua proses penetasan ditumpukan sepenuhnya pada indukan ayam itu
sendiri. Yang perlu disiapkan untuk proses ini adalah tempat penetasan telur yang kelak akan
menghasilkan individu baru. Tempat penetasan ini biasa disebut sarang atau sangkar.
Penetasan Telur Dengan Mesin Penetas.
Berbeda dengan proses penetasan secara alami, proses penetasan dengan mesin
penetas ini seluruh proses penetasan membutuhkan campur tangan manusia. Sehingga indukan
tidak tahu menahu masalah penetasan. Proses penetasan dilakukan dengan menggunakan alat
mesin tetas atau yang biasa disebut inkubator. Proses penetasan ini pun mengadopsi dari
penetasan alami, yaitu penyediaan kondisi lingkungan yang sesuai dengan jenis telur. Hal ini
bertujuan agar embrio dalam telur dapat berkembang secara optimal, sehingga telur dapat
menetas.
2.3 Logika Fuzzy [7]
Himpunan fuzzy pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh pada tahun 1965.
Kata fuzzy itu sendiri memiliki beebrapa definisi seperti, kabur, remang-remang, dan samar.
Sedangkan untuk suatu sistem, fuzzy merupakan sebuah sistem yang dibangun berdasarkan
dengan teori logika fuzzy. Sehingga logika fuzzy itu sendiri merupakan suatu metode perhitungan
yang menggunakan bahasa (lingusitik) sebagai pengganti perhitungan menggunakan bilangan
atau angka. Pada teori himpunan fuzzy, peranan derajat keanggotaan sebagai penentu
keberadaan elemen dalam suatu himpunan sangatlah penting. Nilai keanggotaan atau derajat
keanggotaan atau membership function menjadi ciri utama dalam penalaran dengan logika fuzzy
tersebut. Nilai derajat keanggotaan pada himpunan fuzzy berada antara 0 dan 1.
Fuzzyfication Proses fuzzyfication yaitu mengubah masukan-masukan yang memiliki nilai kebenaran
yang pasti kedalam set variablefuzzy. Pada proses fuzzyfication berupa penentuan fungsi
keanggotaan (membership function) dengan membuat suatu kurva yang menunjukkan pemetaan
setiap nilai input kedalam derajat keanggotaan yang memiliki interval nilai antara 0 dan 1.
Fuzzy Inference Fuzzy Inference atau aturan fuzzy merupakan sebuah tahapan yang melakukan
sebuah penalaran menggunakan inputfuzzy yang telah ditentukan, sehingga akan
menghasilkan suatu outputfuzzy. Pada tahapan inference atau aturan fuzzy ini memiliki
bentuk aturan IF antacendent Then consequent. Pada tahap ini terdapat tiga model
aturan fuzzy yang digunakan dalam berbagai aplikasi yaitu model Tsukamoto, Mamdani
dan Sugeno.
ELEKTRA, Vol.2, No.2, Juli 2017, Hal. 20 – 31 ISSN: 2503-0221 23
Perancangan Inkubator untuk Penetasan Telur Bebek Otomatis,
Dedi Supriyadi, Ekki Kurniawan, S.T., M.T. dan Agung Surya Wibowo, S.T., M.T.
Defuzzyfication Pada tahapan defuzzyfication dilakukan suatu pemetaan output fuzzy menjadi suatu crisp
value berdasarkan fungsi keanggotaan yang sudah ditentukan. Jadi pada proses ini hasil
himpunan nilai keluaran akan diterjemahkan menjadi himpunan tegas kembali.
2.4 Desain Sistem
Perancangan hardware merupakan hal yang sangat penting dalam pembuatan penelitian
ini. Karena dengan adanya hardware maka sistem dapat diuji secara nyata, apakah alat ini dapat
bekerja dengan baik atau tidak. Secara garis besar, diagram blok dari inkubator ini ditunjukkan
pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Diagram Blok Umum.
Gambaran umum sistem ini dapat dilihat pada Gambar 1 di atas. Sistem penetasan telur
bebek otomatis ini menggunakan sensor suhu dan kelembaban dengan metode pengontrolannya
menggunakan fuzzy logic. Dalam perancangan inkubator penetas telur ini ada beberapa
perangkat yang digunakan, seperti : sensor suhu dan kelembaban, Real Time Clock, LCD,
TRIAC, motor servo, lampu pijar, humidifier serta mikrokontroler (arduino). Masing-masing dari
perangkat/komponen tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Pada sistem ini, sensor suhu
dan kelembaban berfungsi untuk mengukur suhu dan kelembaban pada ruang inkubator. Sensor
suhu dan kelembaban yang digunakan dalam sisem ini adalah DHT11. Suhu dan kelembaban
ruang yang terbaca oleh sensor akan dibandingkan dengan setpoint yang ada. Pada penelitian
ini juga menggunakan mikrokontroler arduino yang berfungsi untuk membaca masukan dari suhu
dan kelembaban yang akan diproses dengan fuzzy logic. Setelah itu nilai perbedaan dari suhu ini
yang manjadi acuan untuk pengaturan intensitas cahaya pada ruang menggunakan TRIAC.
Sedangkan perbedaan nilai pada kelembaban akan menjadi acuan pada humidifier untuk proses
pelembaban ruang inkubator. Real Time Clock pada sistem ini berfungsi untuk penunjuk waktu
berupa jam menit detik, hal ini yang akan menjadi acuan pada motor dc dalam proses pembalikan
otomatis. Data suhu, kelembaban dan proses pembalikan akan ditampilkan pada LCD.
2.5 Desain Perangkat Keras
Perancangan inkubator penetas telur ini dirancang dengan ukuran 59cm x 42cm x 70cm.
Sehingga dalam ruang inkubator ini hanya dapat menampung sebanyak 24 butir telur tetas.
Desain rangka inkubator seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 di bawah ini.
ELEKTRA, Vol.2, No.2, Juli 2017, Hal. 20 – 31 ISSN: 2503-0221 24
Perancangan Inkubator untuk Penetasan Telur Bebek Otomatis,
Dedi Supriyadi, Ekki Kurniawan, S.T., M.T. dan Agung Surya Wibowo, S.T., M.T.
Gambar 2. Desain incubator.
Bahan dasar untuk pembuatan rangka inkubator ini adalah alumunium berjenis beam,
hal ini dikarenakan sifat dari alumunium yang lebih tahan lama dan ringan dibandingkan kayu
biasa. Untuk bahan lapis pelindungnya akan menggunakan akrilik karena bahan akrilik akan lebih
tahan terhadap perubahan suhu luar dan bahan akrilik lebih tahan lama.
2.6 Cara Kerja Sistem
Pertama alat dihidupkan kemudian dilakukan inisialisasi setpoint. Kemudian sensor
DHT11 akan membaca suhu dan kelembaban apakah sudah sesuai dengan setpoint atau belum.
Jika belum maka lampu akan hidup atau mati sesuai dengan rentang suhu dan kelembaban. Jika
suhu dan kelembabannya kurang makan lampu dan hummidifier akan menyala dan jika
ketinggiannya melebihi setpoint maka lampu dan hummidifier akan mati. Kemudian sistem akan
melakukan pembalikan otomatis pada jam-jam tertentu sesuai dengan program yang dirancang
dengan masukan dari RTC.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Pengujian Catu Daya
Pengujian ini dilakukan dengan cara mengukur masukan tegangan DC ke catu daya
menggunakan Digital Multimeter dan Digital Oscilloscope, selanjutnya dilakukan pengukuran
pada hasil keluaran pada catu daya menggunakan Digital Multimeter dan Digital Oscilloscope.
Tabel 1. Tabel pengujian output dari catu daya.
Hasil yang
diinginkan
Multimeter
Tegangan Input Tegangan Output Error
5 Volt 12 Volt 5,04 0,04
9 Volt 12 Volt 9,05 0,05
Dari Tabel 1 di atas, didapatkan sebuah kesimpulan bahwa tegangan output dari catu
daya yang ada telah sesuai namun masih terdapat nilai error. Hal ini dikarenakan ketidakidealan
penstabil tegangan IC LM7805 dan LM7809. Namun nilai error yang timbul masih relatif kecil
sehingga tidak terlalu menimbulkan gangguan ataupun kerusakan pada rangkaian yang akan
dicatu.
ELEKTRA, Vol.2, No.2, Juli 2017, Hal. 20 – 31 ISSN: 2503-0221 25
Perancangan Inkubator untuk Penetasan Telur Bebek Otomatis,
Dedi Supriyadi, Ekki Kurniawan, S.T., M.T. dan Agung Surya Wibowo, S.T., M.T.
3.2 Pengujian Nilai Output antara Matlab dan Arduino
Tabel 2. Tabel pengujian nilai output antara Matlab dan Arduino.
No. Nilai Suhu Nilai Kelembaban Hasil Matlab Hasil Arduino
1 40 40 0 0
2 37 40 70 70
3 30 60 180 180
4 20 80 255 255
6 37 66 120 120
Pada Tabel 2 di atas menjelaskan bahwa nilai output yang dikeluarkan dari simulasi
Matlab dan Arduino sama dan nilai yang dikeluarkan sesuai dengan rule yang ditentukan dari
awal perancangan. Dan dapat disimpulkan bahwa program fuzzy logic pada Arduino sudah
sesuai karena hasil output yang dikeluarkan sama dengan simulasi pada Matlab.
3.3 Pengujian RTC
Gambar 3. Pembacaan RTC pada LCD 16 x 2.
Dari Gambar 3 di atas hasil dari pembacaan RTC berupa nilai jam, menit, detik, tanggal
bulan dan tahun yang ditampilkan pada LCD 16 x 2. Berdasarkan hasil pengujian ini, pembacaan
nilai RTC yang berupa waktu bersifat real time dapat berfungsi dengan baik. Sehingga RTC dapat
diaplikasikan pada sistem inkubator.
3.4 Pengujian Sensor DHT11
Gambar 3. Grafik perbandingan suhu di DHT-11 dan Thermo-Hygrometer.
0
20
40
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920
suhu di DHT11
Pembacaan Pada Hygrometer
ELEKTRA, Vol.2, No.2, Juli 2017, Hal. 20 – 31 ISSN: 2503-0221 26
Perancangan Inkubator untuk Penetasan Telur Bebek Otomatis,
Dedi Supriyadi, Ekki Kurniawan, S.T., M.T. dan Agung Surya Wibowo, S.T., M.T.
Gambar 5. Grafik perbandingan suhu di DHT11 dan Thermo-Hygrometer.
Dari hasil pengujian yang ditunjukkan pada Gambar 4 dan 5 di atas bahwa pembacaan
sensor DHT11 mendekati pembacaan sensor Thermo-Hygrometer digital. Sehingga sensor
DHT11 ini dapat diaplikasikan pada sistem inkubator.
3.5 Pengujian Pembalik Telur
Tabel 3. Proses pembalikan telur pengujian 1.
Tanggal Jam hari
ke 7:00 10:00 13:00 16:00 19:00 21:00
09/06/2017 √ √ x √ x √ 1
10/06/2017 √ x √ √ √ √ 2
11/06/2017 √ √ √ √ √ √ 3
12/06/2017 √ √ √ √ √ √ 4
13/06/2017 √ √ √ √ √ √ 5
14/06/2017 √ √ √ √ √ √ 6
15/06/2017 √ √ √ √ √ √ 7
16/06/2017 √ √ √ √ √ √ 8
17/06/2017 √ √ √ √ √ √ 9
18/06/2017 √ √ √ √ √ √ 10
19/06/2017 √ √ √ √ √ √ 11
20/06/2017 √ √ √ √ √ √ 12
21/06/2017 √ √ √ √ √ √ 13
22/06/2017 √ √ √ √ √ √ 14
23/06/2017 √ √ √ √ √ √ 15
24/06/2017 √ √ √ √ √ √ 16
25/06/2017 √ √ √ √ √ √ 17
26/06/2017 √ √ √ √ √ √ 18
27/06/2017 √ √ √ √ √ √ 19
28/06/2017 √ √ √ √ √ √ 20
29/06/2017 √ √ √ √ √ √ 21
30/06/2017 √ √ √ √ √ √ 22
01/07/2017 √ √ √ √ √ √ 23
02/07/2017 √ √ √ √ √ √ 24
03/07/2017 √ √ √ √ √ √ 25
04/07/2017 √ √ √ √ √ √ 26
0
50
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
kelembaban di DHT11
Pembacaan Pada Hygrometer
ELEKTRA, Vol.2, No.2, Juli 2017, Hal. 20 – 31 ISSN: 2503-0221 27
Perancangan Inkubator untuk Penetasan Telur Bebek Otomatis,
Dedi Supriyadi, Ekki Kurniawan, S.T., M.T. dan Agung Surya Wibowo, S.T., M.T.
Tabel 4. Proses pembalikan telur pengujian 2.
Tanggal Jam hari
ke 7:00 10:00 13:00 16:00 19:00 21:00
14/06/2017 √ √ √ √ √ √ 1
15/06/2017 √ √ √ √ √ √ 2
16/06/2017 √ √ √ √ √ √ 3
17/06/2017 √ √ √ √ √ √ 4
18/06/2017 √ √ √ √ √ √ 5
19/06/2017 √ √ √ √ √ √ 6
20/06/2017 √ √ √ √ √ √ 7
21/06/2017 √ √ √ √ √ √ 8
22/06/2017 √ √ √ √ √ √ 9
23/06/2017 √ √ √ √ √ √ 10
24/06/2017 √ √ √ √ √ √ 11
25/06/2017 √ √ √ √ √ √ 12
26/06/2017 √ √ √ √ √ √ 13
27/06/2017 √ √ √ √ √ √ 14
28/06/2017 √ √ √ √ √ √ 15
29/06/2017 √ √ √ √ √ √ 16
30/06/2017 √ √ √ √ √ √ 17
01/07/2017 √ √ √ √ √ √ 18
02/07/2017 √ √ √ √ √ √ 19
03/07/2017 √ √ √ √ √ √ 20
04/07/2017 √ √ √ √ √ √ 21
05/07/2017 x x x x x X 22
06/07/2017 x x x x x X 23
07/07/2017 x x x x x X 24
08/07/2017 x x x x x X 25
09/07/2017 x x x x x X 26
Dari hasil pembalikan telur pada Tabel 3 dan 4 di atas bisa disimpulkan bahwa proses
pembalikan telur berjalan dengan baik, walaupun terdapat beberapa kegagalan proses
pembalikan pada awal sistem dibekerja. Hal ini dikarenakan terjadi error pada RTC DS1307 yang
menyebabkan data waktu tidak dapat berjalan dengan baik. Namun secara umum proses
pemmbalikkan telur otomatis bekerja dengan baik sesuai dengan perencanaan awal.
3.6 Pengujian TRIAC
Tabel 5. Pengujian rangkaian TRIAC.
Pengujian pengukuran dari keluaran TRIAC menggunakan rangkaian pembagi tegangan.
Dari hasil pengujian yang ditunjukkan pada Tabel 5 di atas, dapat dilihat bahwa perbedaan yang
dihasilkan ketika diberikan nilai pwm 0 dan pwm 255.
No. Nilai PWM Vin Vout Rangkaian TRIAC
1 0 220 Volt 10.722 mVolt
2 255 220 Volt 567.63 mVolt
ELEKTRA, Vol.2, No.2, Juli 2017, Hal. 20 – 31 ISSN: 2503-0221 28
Perancangan Inkubator untuk Penetasan Telur Bebek Otomatis,
Dedi Supriyadi, Ekki Kurniawan, S.T., M.T. dan Agung Surya Wibowo, S.T., M.T.
3.7 Pengujian Kondisi Suhu dan Kelembaban Ruangan Inkubator
Gambar 6. Perbandingan suhu di dalam ruang inkubator dengan suhu di luar inkubator.
Gambar 7. Perbandingan kelembaban di dalam ruang inkubator dengan kelembaban di luar
inkubator.
Dari hasil pengujian yang ditunjukkan pada Gambar 6 dan 7 di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa sistem dapat menjaga kondisi ruang stabil pada suhu dan kelembaban yang
diinginkan. Hal ini berarti sistem bekerja dengan baik.
3.8 Pengujian Kelayakan Inkubator
Dari Tabel 6, pengujian di bawah pada saat penetasan masa pertama dengan 12 butir
telur. Dari data di bawah dapat dilihat bahwa sistem mampu menjaga suhu ruang inkubator pada
rentang 36° C - 38° C. Hal ini menunjukkan bahwa inkubator dapat bekerja dengan baik. Selain
itu, dari Tabel 6 bisa dilihat bahwa sistem juga mampu menjaga kelembaban pada rentang 60 %
– 70 %. Namun terdapat beberapa kali kondisi kelembaban di bawah batas mininum yang
ditetapkan, hal ini disebabkan karena hummidifier yang terkadang tidak dapat berfungsi dengan
baik.
0
20
40
60
80
Grafik Kelembaban Dalam dan Luar Ruangan
Series1 Series2
ELEKTRA, Vol.2, No.2, Juli 2017, Hal. 20 – 31 ISSN: 2503-0221 29
Perancangan Inkubator untuk Penetasan Telur Bebek Otomatis,
Dedi Supriyadi, Ekki Kurniawan, S.T., M.T. dan Agung Surya Wibowo, S.T., M.T.
Tabel 6. Data kondisi ruang inkubator pengujian pertama.
Pada masa pengujian penetasan pertaman ini, telur yang dimasukkan sebanyak 12 butir
dan semuanya berembrio. Hingga pada hari ke 28, terdapat 1 telur yang mulai menetas. Pada
hari ke 29 terdapat 6 telur yang menetas, namun satu diantaranya mengalami kegagalan pada
saat akan menetas yaitu anakan bebek tidak dapat memecahkan cangkan telur dengan
sempurna sehingga menyebabkan anakan bebek tersebut mati. Pada hari ke 30 terdapat 2
anakan bebek yang menetas, begitupun pada hari ke 31 terdapat 2 anakan bebek yang menetas.
Hingga pada hari ke 32 satu butir telur terakhir menetas. Adapun tingkat keberhasilan penetasan
pada pengujian pertama ini sebesar 91,6 %.
Pada masa pengujian penetasan kedua (Tabel 7), telur yang dimasukkan sebanyak 12
butir dan hanya 11 telur yang berembrio. Hingga pada hari ke 28, terdapat 1 telur yang mulai
menetas. Pada hari ke 29 terdapat 4 telur yang menetas. namun pada hari ke 30 terdapat 2 telur
yang mengalami kegagalan pada saat akan menetas yaitu anakan bebek tidak dapat
memecahkan cangkan telur dengan sempurna sehingga menyebabkan anakan bebek tersebut
mati. Hingga pada hari ke 32 tidak terdapat lagi telur yang menetas, jadi tingkat keberhasilan
penetasan pada pengujian kedua ini sebesar 41,6 %.
D L D L D L D L D L D L D L D L
1 36 29,1 36 29,1 36 26 40 64 61 66 67 63 12 0 0 0
2 36 27,8 36 29,4 37 28,4 36 26,2 59 64 61 63 61 70 62 69 12 1 12 0
3 36 28,1 36 29,2 36 27,9 37 27,6 42 63 42 64 38 68 64 68 12 2 12 0
4 36 27,2 37 30,4 37 28,2 36 26,8 60 66 61 59 60 69 60 67 12 3 12 0
5 37 27,2 37 29,4 37 28,9 37 27,4 60 65 61 66 60 66 61 67 12 4 12 0
6 36 26,9 37 29,8 36 29,4 37 28,6 60 61 49 59 60 64 60 66 12 5 12 0
7 36 27 36 30 37 28,7 36 27,9 61 64 66 60 60 67 63 64 12 6 12 0
8 36 27,2 37 29,3 37 29,9 36 28,8 59 64 60 63 61 63 71 66 12 7 12 0
9 36 28 37 29,2 37 29,1 36 27,4 38 63 60 64 49 67 67 67 12 8 12 0
10 37 26,7 36 30,1 36 29,2 36 28,5 60 64 59 60 42 66 62 65 12 9 12 0
11 36 27,1 36 29,2 37 28,4 37 26 60 64 60 63 60 69 59 71 12 10 12 0
12 37 28,1 37 29,1 37 28,6 36 27,7 61 62 65 63 39 67 61 66 12 11 12 0
13 36 26,4 37 29,2 37 28,4 36 27,4 61 67 67 62 60 68 62 67 12 12 12 0
14 37 27,4 36 30,2 36 29,1 37 28,7 59 64 60 59 61 66 67 65 12 13 12 0
15 37 27 37 28,9 36 28,7 36 28,4 61 62 61 66 59 66 63 66 12 14 12 0
16 37 26,7 37 29,2 36 28,6 36 27,6 63 62 61 64 38 62 60 68 12 15 12 0
17 36 28,1 36 29,7 36 28,4 36 27 60 63 62 62 60 72 62 62 12 16 12 0
18 36 26,6 37 29,1 36 28,8 36 28,6 62 64 59 62 60 66 61 66 12 17 12 0
19 37 26,7 36 30,2 36 28,4 36 27,9 61 62 60 60 61 70 48 64 12 18 12 0
20 36 25,9 37 28,8 36 29,1 37 28,8 48 66 63 66 61 65 60 66 12 19 12 0
21 37 27 37 29,4 36 28,9 36 27,4 60 61 61 65 59 66 59 67 12 20 12 0
22 37 26,9 37 29,2 37 29,2 37 28,5 59 64 60 64 60 65 60 65 12 21 12 0
23 36 26,6 37 28,7 37 27,9 37 27,7 43 66 41 65 63 69 61 66 12 22 12 0
24 36 27,6 36 29,5 37 28,2 36 28,4 61 62 66 61 68 71 61 67 12 23 12 0
25 37 26,8 37 30,1 36 29 37 27,8 60 65 60 59 64 65 62 66 12 24 12 0
26 36 27,7 36 29,6 37 28,4 37 27,4 61 66 61 61 39 67 62 68 12 25 12 0
27 37 26,6 37 29,2 37 28,6 36 28,7 66 67 39 64 41 66 42 66 12 26 12 0
28 36 28,1 36 29,1 36 28,6 36 28,2 59 63 62 64 59 66 60 67 12 27 12 11
29 36 27,8 36 29,1 36 28,8 36 29,1 60 64 59 64 41 68 60 64 12 28 12 1
30 36 27,8 37 29,2 36 28,4 36 27,6 60 63 60 64 57 66 61 66 10 29 12 6
31 36 26,9 36 29,3 36 28,7 37 27,1 60 66 63 64 60 68 61 68 5 30 12 2
32 36 27,6 36 29,1 37 29,3 36 28,6 61 64 41 63 61 64 60 66 3 31 12 2
33 36 26,8 36 29,2 36 28,2 36 28,4 61 66 59 63 61 65 59 66 1 32 12 1
ket : ( D ) = kondisi suhu dan kelembaban di dalam ruang inkubator
( L ) = kondisi suhu dan kelembaban di luar ruang inkubator
Telur
Berem
brio
Telur
menetas22:00
PENGUJAN PENETASAN 1
17:00
Kelembaban ( % )Jumlah
telur
Umur
Telur 7:00 12:00 17:00
Hari
ke-
suhu ( °C )
22:00 7:00 12:00
ELEKTRA, Vol.2, No.2, Juli 2017, Hal. 20 – 31 ISSN: 2503-0221 30
Perancangan Inkubator untuk Penetasan Telur Bebek Otomatis,
Dedi Supriyadi, Ekki Kurniawan, S.T., M.T. dan Agung Surya Wibowo, S.T., M.T.
Tabel 7. Data kondisi ruang inkubator pengujian pertama
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perancangan dan pengujian pada penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya:
1. Pemilihan bibit telur yang akan ditetaskan berpengaruh terhadap keberhasilan angka penetasan telur, hal ini dikarenakan pemilihan telur yang tidak baik akan menyebabkan tidak muncul embrio pada telur di awal masa penetasan.
2. Penggunaan metode logika fuzzy dalam sistem ini dapat berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari keberhasilan sistem untuk menjaga suhu pada rentang 36 ° C - 38 ° C.
3. Proses penetasan berjalan dengan baik dan sesuai dengan tercapainya target penetasan dengan tingkat keberhasilan penetasan pada pengujian pertama sebesar 91,6 % (11 butir telur menetas dari total 12 butir telur yang ditetaskan) dan tingat keberhasilan penetasan pada pengujian kedua sebesar 41,6 % (5 telur menetas dari 12 telur yang ditetaskan).
D L D L D L D L D L D L D L D L
1 36 27,2 37 29,3 37 29,9 36 28,8 59 64 60 63 61 63 71 66 12 0 0 0
2 36 28 37 29,2 37 29,1 36 27,4 38 63 60 64 49 67 67 67 12 1 11 0
3 37 26,7 36 30,1 36 29,2 36 28,5 60 64 59 60 42 66 62 65 12 2 11 0
4 36 27,1 36 29,2 37 28,4 37 26 60 64 60 63 60 69 59 71 12 3 11 0
5 37 28,1 37 29,1 37 28,6 36 27,7 61 62 65 63 39 67 61 66 12 4 11 0
6 36 26,4 37 29,2 37 28,4 36 27,4 61 67 67 62 60 68 62 67 12 5 11 0
7 37 27,4 36 30,2 36 29,1 37 28,7 59 64 60 59 61 66 67 65 12 6 11 0
8 37 27 37 28,9 36 28,7 36 28,4 61 62 61 66 59 66 63 66 12 7 11 0
9 37 26,7 37 29,2 36 28,6 36 27,6 63 62 61 64 38 62 60 68 12 8 11 0
10 36 28,1 36 29,7 36 28,4 36 27 60 63 62 62 60 72 62 62 12 9 11 0
11 36 26,6 37 29,1 36 28,8 36 28,6 62 64 59 62 60 66 61 66 12 10 11 0
12 37 26,7 36 30,2 36 28,4 36 27,9 61 62 60 60 61 70 48 64 12 11 11 0
13 36 25,9 37 28,8 36 29,1 37 28,8 48 66 63 66 61 65 60 66 12 12 11 0
14 37 27 37 29,4 36 28,9 36 27,4 60 61 61 65 59 66 59 67 12 13 11 0
15 37 26,9 37 29,2 37 29,2 37 28,5 59 64 60 64 60 65 60 65 12 14 11 0
16 36 26,6 37 28,7 37 27,9 37 27,7 43 66 41 65 63 69 61 66 12 15 11 0
17 36 27,6 36 29,5 37 28,2 36 28,4 61 62 66 61 68 71 61 67 12 16 11 0
18 37 26,8 37 30,1 36 29 37 27,8 60 65 60 59 64 65 62 66 12 17 11 0
19 36 27,7 36 29,6 37 28,4 37 27,4 61 66 61 61 39 67 62 68 12 18 11 0
20 37 26,6 37 29,2 37 28,6 36 28,7 66 67 39 64 41 66 42 66 12 19 11 0
21 36 28,1 36 29,1 36 28,6 36 28,2 59 63 62 64 59 66 60 67 12 20 11 0
22 36 27,8 36 29,1 36 28,8 36 29,1 60 64 59 64 41 68 60 64 12 21 11 0
23 36 27,8 37 29,2 36 28,4 36 27,6 60 63 60 64 57 66 61 66 12 22 11 0
24 36 26,9 36 29,3 36 28,7 37 27,1 60 66 63 64 60 68 61 68 12 23 11 0
25 36 27,6 36 29,1 37 29,3 36 28,6 61 64 41 63 61 64 60 66 12 24 11 0
26 36 26,8 36 29,2 36 28,2 36 28,4 61 66 59 63 61 65 59 66 12 25 11 0
27 36 26,6 36 29,1 36 28,8 36 28,4 48 66 41 62 59 65 60 67 12 26 11 0
28 37 27,6 37 30,2 36 28,4 37 27,8 60 62 41 60 41 67 38 66 12 27 11 0
29 36 26,8 36 28,8 37 29,1 37 27,4 59 65 60 66 41 66 42 68 12 28 11 1
30 37 27,7 37 29,4 37 28,9 36 28,7 43 66 39 65 41 66 38 66 11 29 11 4
31 37 26,6 36 29,2 36 29,2 36 28,6 59 60 41 64 37 64 42 65 7 30 11 0
32 36 26,4 36 28,,8 36 29,1 36 27,8 42 63 38 57 59 63 52 67 7 31 11 0
33 36 27,1 36 29,2 36 28,1 36 26,8 39 65 42 61 42 64 59 66 7 32 11 0
ket : ( D ) = kondisi suhu dan kelembaban di dalam ruang inkubator
( L ) = kondisi suhu dan kelembaban di luar ruang inkubator
PENGUJAN PENETASAN 2
Hari
ke-
suhu ( °C ) Kelembaban ( % )Jumlah
telur7:00 12:00 17:00 22:00 7:00 12:00 17:00 22:00
Umur
Telur
Telur
Berem
brio
Telur
menetas
ELEKTRA, Vol.2, No.2, Juli 2017, Hal. 20 – 31 ISSN: 2503-0221 31
Perancangan Inkubator untuk Penetasan Telur Bebek Otomatis,
Dedi Supriyadi, Ekki Kurniawan, S.T., M.T. dan Agung Surya Wibowo, S.T., M.T.
4. Proses pembalikkan telur otomatis dapat berjalan dengan baik, dengan presentase keberhasilan pembalikan pengujan pertama sebesar 98 % dan keberhasilan pembalikkan pengujian kedua sebesar 80 %.
Referensi [1] Setioko A.R. Penetasan Telur Itik di Indonesia. WARTAZOA Vol. 7 No. 2. Balai Penelitian
Ternak. Bogor. 1998. [2] Sudaryani, T. dan H. Santosa. Pembibitan Ayam Ras. Jakarta. Penebar Swadaya. 2000. [3] Hardini, S. Y. P. K. 2000. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Telur Konsumsi dan Telur
Biologis terhadap Kualitas Interior Telur Ayam Kampung. Laporan Hasil Penelitian.
[4] Nuryati, T. N., Sutarto, M. Khamin dan P. S. Hardjosworo. Sukses Menetaskan Telur. Jakarta.Penebar Swadaya.1998.
[5] Pengaruh Temperatur Terhadap Daya Tetas dan Hasil Tetas Telur Itik ( Anas Plathyrinchos), “ Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):347-352” , April 2013.
[6] KORTLANG, C. F. H. F. 1985 . The Incubation of Duck Egg. In : Duck Production Science and World Practice . Farrell, D.J . and Stapleton, p. (ed) . University of New England, pp . 168-177.
[7] Jang, Jyh-Shing Roger, Chuen-Tsai Sun, Eiji Mizutani, Neuro-Fuzzy and Soft Computing , ISBN 0-13-261066-3, Prentice-Hall Inc, New. Jersey USA. 1997.
[8] Anggara Andi Pratama. Perancangan dan Realisasi Prototype Sistem Kontrol Otomatis Untuk Kandang Anak Ayam Menggunakan Metode Logika Fuzzy. Tugas Akhir. Bandung. 2014