Download - Perancangan Dan Pembuatan Pintu Otomatis Dengan Menggunakan Remote Berbasis Mikrokontroller At89c51
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PINTU GARASI OTOMATIS
DENGAN MENGGUNAKAN REMOTE BERBASIS
MIKROKONTROLLER AT89S51
TUGAS AKHIR
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Program Studi Teknik Telekomunikasi
Oleh :
MUTIARA W. SITOPU
NIM : 0905063308
ERIKSON TARIGAN
NIM : 0905063304
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
MEDAN
2011
LEMBAR PENGESAHAN – 1
Yang bertanda tangan dibawah, Pembimbing Penulis, Kepala Program Studi
Teknik Telekomunikasi dan Ketua Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri
Medan, menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir dari :
NAMA : MUTIARA W. SITOPU
NIM : 0905063308
NAMA : ERIKSON TARIGAN
NIM : 0905063304
Dengan judul :
“PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PINTU GARASI OTOMATIS
DENGAN MENGGUNAKAN REMOTE BERBASIS MIKROKONTROLLER
AT89S51”. Telah diperiksa dan dinyatakan selesai, serta dapat diajukan dalam
sidang ujian.
Medan, Agustus 2011
Dosen Pembimbing Kepala Program Studi
Teknik Telekomunikasi
Ir. Indrayadi Ir. Suhaili, M.Eng
NIP. 19610714 199003 1 001 NIP. 19600502 199802 1 001
ABSTRAK
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini semakin banyak
memberikan kemudahan kepada kita untuk melakukan berbagai aktivitas mulai
dari hal-hal yang mudah sampai yang rumit sekalipun. Dimana banyak diterapkan
ilmu pengetahuan dan teknologi baik mesin ataupun elektronika, sehingga
pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga
dan mempersingkat waktu. Melihat kemungkinan dan kenyataan yang ada maka
diciptakanlah suatu alat yang dapat digunakan untuk menggantikan kegiatan
manusia untuk membuka dan menutup pintu garasi dari jarak jauh.
Tugas akhir ini menjabarkan tentang pembuatan pintu otomatis dengan
menggunakan remote control sebagai pengendalinya. Tujuan utama dari
penciptaan pintu garasi otomatis ini adalah untuk menciptakan suatu perangkat
yang dapat berfungsi untuk mempermudah aktifitas manusia dalam membuka dan
menutup pintu garasi dari jarak jauh.
Seluruh gerakan dari perangkat ini dapat dikendalikan oleh sebuah
pengendali jarak jauh yang menggunakan gelombang radio dengan frekuensi
sebesar 38 KHz sebagai frekuensi pembawa data yang akan diterima oleh receiver
dibagian pintu. Sebagai perangkat pengendali pintu digunakan transceiver (Tx)
untuk mengirimkan data ke receiver (Rx) yang telah terhubung dengan
Mikrokontroller AT89S51 dan Motor DC sebagai pengatur gerakan dari pintu.
Dapat disimpulkan bahwa pembuatan pintu garasi otomatis menggunakan
Remote Control telah berhasil dikembangkan.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN – 1………………………………………………i
LEMBAR PENGESAHAN – 2….…………………………….…………….ii
KATA PENGHANTAR…………………………………………………….
ABSTRAK………………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….
DAFTAR TABEL………………………………………………………….
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………….
1.2 Tujuan Penulisan……………………………………………
1.3 Batasan Masalah……………………………………………
1.4 Metode Pembahasan……………………………………….
1.5 Sistematika Penulisan……………………………………..
BAB 2 DASAR TEORI
2.1 Resistor…………………………………………………….
2.2 Kapasitor…………………………………………………..
2.2.1 Rangkaian Kapasitor……………………………….
2.2.2. Fungsi Kapasitor……………………………………
2.3 Transistor…………………………………………………..
2.4 Led………………………………………………………….
2.5 Pemancar dan Penerima FM……………………….……..
2.6 Catu Daya……………………………………………….
2.7 Modulasi dan Demodulasi FM……………..…………….
2.8 Motor DC…………………………………………
2.9 Remote Control
2.10 Mikrokontroller AT89S51………………………………..
2.10.1 Arsitektur Mikrokontroller AT89S51……………
BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI
3.1 Perancangan Hardware………………………………………….
3.1.1 Diagram Blok Sistem……………………………………
3.1.2 Rangkaian Remote Control……………………………..
3.1.3 Rangkaian Driver Motor…………………………………
3.1.4 Rangkaian Led Infra Merah……………………………..
3.1.5 Rangkaian ADC dan DAC……………………………..
3.1.6 Rangkaian IC L293D Penerima………………………….
3.1.7. Rangkaian Motor DC……………………………………..
3.1.8 Perancangan Rangkaian Mikrokontroller AT89S51 …..
BAB 4 PENGUKURAN DAN ANALISA
4.1 Analisa Hardware………………………………………………..
4.1.1 Rangkaian Mikrokontroller AT89S51………………….
4.1.2 Rangkaian Remote Control……………………………..
4.1.3 Rangkaian Led Infra Merah…………………………….
4.1.4 Rangkaian IC Penerima….……………………………..
4.1.4 Rangkaian Driver Motor………………………………..
4.1.5 Rangkaian Motor DC…………………………………...
4.2 Analisa Software………………………………………………..
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan…………………………………………………….
5.2 Saran…………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini banyak memberikan kemudahan kepada
kita untuk melakukan berbagai aktivitas mulai dari hal-hal yang mudah sampai
yang rumit sekalipun. Hal ini jelas menunjukkan bahwa saat ini terdapat
kecenderungan untuk melakukan berbagai aktivitas pengontrolan jarak jauh dan
hal ini akan semakin populer pada berbagai aplikasi konsumen.
Pengontrolan jarak jauh saat ini yang populer digunakan adalah remote
control dengan menggunakan infra merah, seperti remote control pada televisi.
Infra Merah cukup efektif digunakan jika alat yang dikontrol terdapat pada lokasi
yang sama dan tidak terlalu jauh (kurang lebih 10 meter dan tidak ada
penghalang).
Dalam penelitian ini, penulis mencoba merancang dan
mengimplementasikan peralatan untuk memberikan kemudahan kepada manusia
dalam mengendalikan pintu. Pengendalian yang peneliti maksud adalah untuk
membuka dan menutup pintu garasi dengan memanfaatkan teknologi remote
infra merah. Beranjak dari latar belakang permasalahan di atas maka penulis
mempunyai gagasan atau ide untuk merancang suatu rangkaian interface yang
berjudul “Perancangan dan Pembuatan Pintu Garasi Otomatis Dengan Remote
Control Berbasis Mikrokontroler AT89S51”. Penulis berharap rangkaian tersebut
dapat memberi manfaat bagi pemakainya serta mampu dikembangkan menjadi
teknologi yang lebih canggih.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk melengkapi syarat kelulusan Program Diploma III Program Studi
Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Medan.
2. Menerapkan ilmu yang diperoleh diperkuliahan untuk merancang alat
elektronika yang berguna dan bernilai tambah.
3. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang mikrokontroller AT89S51
dengan bahasa assembly.
4. Untuk mengetahui secara mudah fungsi dari mikrokontroler AT89S51
sebagai pusat kendali peralatan.
5. Sebagai tambahan pengetahuan bagi para pembaca untuk melakukan
penelitian sejenis secara lebih mendalam.
1.3 Batasan Masalah
Dalam pembahasan dan penulisan Laporan Tugas Akhir ini penulis
membatasi permasalahan pada lingkup :
1. Bagaimana prinsip kerja blok diagram rangkaian yang digunakan.
2. Bagaimana prinsip kerja dan fungsi dari rangkaian pendukung, antara lain
rangkaian led infra merah, rangkaian remote control, rangkaian IC
Penerima, Rangkaian Mikrokontroller AT89S51, Rangkaian Driver Motor
DC, Rangkaian Driver Motor.
3. Bagaimana perancangan dan pembuatan software dengan bahasa assembly
yang digunakan pada sistem.
1.4 Metode Pembahasan
Adapun dalam perancangan dan pembuatan sistem pintu otomatis berbasis
mikrokontroller AT89S51, penulis melakukan berbagai metode pembahasan
antara lain :
1. Study literature
Mengumpulkan info dan mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan
topik TA dari berbagai masalah melalui buku-buku yang berhubungan
dengan judul laporan tugas akhir.
2. Konsultasi
Dalam perancangan proyek ini terlebih dahulu penulis mengadakan
konsultasi dengan dosen pembimbing maupun dosen yang lain serta rekan-
rekan seangkatan yang telah memperoleh pengalaman sehingga
mendukung proyek ini.
3. Diskusi
Saling bertukar ide dan pendapat dengan satu tim terus-menerus dalam
upaya penyelesaian proyek. Melakukan perancangan alat dan melakukan
pengetesan pengukuran.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika pembahasan yang digunakan dalam penulisan laporan
tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan judul,
tujuan penulisan laporan, batasan masalah, metode
pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan.
BAB II : DASAR TEORI
Bab ini berisi teori-teori pendukung dalam perancangan alat dan
komponen-komponen yang digunakan dalam membangun
seluruh peralatan yang direncanakan.
BAB III : PERANCANGAN SISTEM
Bab ini membahas tentang bagaimana langkah-langkah
merancang dan menguraikan prinsip kerja dari alat ini.
BAB IV : PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM
Bab ini membahas mengenai test hasil pengujian dan
pengukuran dari alat yang dirancang serta analisa hasil program
yang digunakan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penulisan tugas
akhir ini.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Resistor
Resistor adalah komponen elektronika yang selalu digunakan dalam setiap
rangkaian elektronika yang berfungsi sebagai pembatas aliran arus listrik,
misalnya resistor ditempatkan secara seri dengan dioda pemancar cahaya (LED)
untuk membatasi arus yang melalui LED. Didalam rangkaian elektronika resistor
dilambangkan dengan huruf " R ". Ada beberapa jenis resistor yang ada dipasaran
antara lain : Resistor Carbon, Wirewound, dan Metal Film. Ada juga Resistor
yang dapat diubah-ubah nilai resistansinya antara lain : Potensiometer dan
Trimpot. Selain itu ada juga Resistor yang nilai resistansinya berubah bila terkena
cahaya namanya LDR ( Light Dependent Resistor ) dan Resistor yang nilai
resistansinya berubah tergantung dari suhu disekitarnya namanya NTC ( Negative
Thermal Resistance ). Jenis-jenis dan lambang resistor ditunjukkan pada gambar
2.1 dan 2.2.
Gambar 2.1 Jenis Resistor
Potensiometer L D R N T C Trimpot
Gambar 2.2 Lambang Resistor
Untuk resistor jenis carbon maupun metalfilm biasanya digunakan kode-
kode warna sebagai petunjuk besarnya nilai resistansi ( tahanan ) dari resistor.
Kode-kode warna itu melambangkan angka ke-1, angka ke-2, angka perkalian
dengan 10 ( multiflier ), nilai toleransi kesalahan, dan nilai kualitas dari resistor.
Kode warna itu antara lain Hitam, Coklat, Merah, Orange, Kuning, Hijau, Biru,
Ungu, Abu-abu, Putih, Emas dan Perak. ( lihat tabel 2.1). Warna hitam untuk
angka 0, coklat untuk angka 1, merah untuk angka 2, orange untuk angka 3,
kuning untuk angka 4, hijau untuk angka 5, biru untuk angka 6, ungu untuk angka
7, abu-abu untuk angka 8, dan putih untuk angka 9. Sedangkan warna emas dan
perak biasanya untuk menunjukan nilai toleransi yaitu emas nilai toleransinya 10
%, sedangkan perak nilai toleransinya 5 %. Jika disatukan akan menjadi sebuah
kata yang mungkin mudah untuk menghafalnya ( Hi Co Me O Ku Hi B U A P).
Kode warna resistor ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kode Warna Resistor
KODE WARNAAPPLET
WARNANILAI TOLERANSI
Hitam 0 -----
Coklat 1 -----
Merah 2 -----
Orange 3 -----
Kuning 4 -----
Hijau 5 -----
Biru 6 -----
Ungu 7 -----
Abu-abu 8 -----
Putih 9 -----
Emas 0.1 10 %
Perak 0.05 5 %
2.2 Kapasitor
Kapasitor (Kondensator) dalam rangkaian elektronika dilambangkan
dengan huruf “C” adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi/muatan
listrik di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan
internal dari muatan listrik. Kapasitor ditemukan oleh Michael Faraday
(1791-1867). Satuan kapasitor disebut Farad (F). Satu Farad = 9 x 1011 cm2
yang artinya luas permukaan kepingan tersebut. Struktur sebuah kapasitor
terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik.
Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik,
gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka
muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda)
metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada
ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung
kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung
kutub positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif.
Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung
kakinya. Bentuk kapasitor ditunjukkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Kapasitor
2.2.1 Rangkaian Kapasitor
Rangkaian kapasitor secara seri akan mengakibatkan nilai kapasitansi total
semakin kecil. Kapasitor yang dirangkai secara seri ditunjukkan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Rangkaian Seri Kapasitor
Pada rangkaian kapasitor yang dirangkai secara seri diperoleh persamaan
2.1 :
…………….. Persamaan (2.1)
Rangkaian kapasitor secara paralel akan mengakibatkan nilai kapasitansi
pengganti semakin besar. Kapasitor yang dirangkai secara paralel ditunjukkan
pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Rangkaian Pararel
Pada rangkaian kapasitor paralel diperoleh persamaan 2.2 :
………………….Persamaan (2.2)
2.2.2. Fungsi Kapasitor
Fungsi penggunaan kapasitor dalam suatu rangkaian adalah :
1. Sebagai kopling antara rangkaian yang satu dengan rangkaian yang lain
(pada PS = Power Supply).
2. Sebagai filter dalam rangkaian PS.
3. Sebagai pembangkit frekuensi dalam rangkaian antena.
4. Untuk menghemat daya listrik pada lampu neon.
3.3 Transistor
Transistor adalah semikonduktor perangkat yang digunakan untuk
memperkuat dan beralih elektronik sinyal. Transistor bipolar memiliki terminal
basis, kolektor, dan emitor. Sebuah arus yang kecil pada terminal basis (yaitu,
mengalir dari basis ke emitor) dapat mengontrol atau switch arus yang jauh lebih
besar antara terminal kolektor dan emitor. Transistor bipolar dinamakan demikian
karena dengan menggunakan kedua pembawa mayoritas dan minoritas.
Persimpangan transistor bipolar (BJT), jenis pertama dari transistor untuk
diproduksi secara massal, adalah kombinasi dari dua dioda junction, dan terbentuk
baik lapisan tipis semikonduktor Tipe-P terjepit di antara dua semikonduktor
Tipe-N (NPN Transistor), atau lapisan tipis semikonduktor Tipe-N terjepit di
antara dua semikonduktor Tipe-P (Transistor PNP). Tipe Transistor ini
ditunjukkan pada Gambar 2.6.
a. Simbol b. NPN BJT
Gambar 2.6 Simbol dan Struktur NPN BJT
NPN adalah satu dari dua tipe BJT, dimana huruf N dan P menunjukkan pembawa
muatan mayoritas pada daerah yang berbeda dalam transistor. Hampir semua BJT
yang digunakan saat ini adalah NPN karena pergerakan elektron dalam
semikonduktor jauh lebih tinggi daripada pergerakan lubang, memungkinkan
operasi arus besar dan kecepatan tinggi. Transistor NPN terdiri dari selapis
semikonduktor Tipe-P di antara dua lapisan Tipe-N. Arus kecil yang memasuki
basis pada tunggal emitor dikuatkan di keluaran kolektor. Dengan kata lain,
Transistor NPN hidup ketika tegangan basis lebih tinggi daripada emitor. Tanda
panah dalam simbol diletakkan pada kaki emitor dan menunjuk keluar (arah aliran
arus konvensional ketika peranti dipanjar maju). Tipe kapasitor ini ditunjukkan
pada Gambar 2.7.
a. Simbol b. PNP BJT
Gambar 2.7 Simbol dan Struktur PNP BJT
Jenis lain dari BJT adalah PNP. Transistor PNP terdiri dari selapis semikonduktor
Tipe-N di antara dua lapis semikonduktor Tipe-P. Arus kecil yang meninggalkan
basis pada moda tunggal emitor dikuatkan pada keluaran kolektor. Dengan kata
lain, Transistor PNP hidup ketika basis lebih rendah daripada emitor. Tanda panah
pada simbol diletakkan pada emitor dan menunjuk kedalam.
2.4 LED (Ligh Emitting Diode)
Dioda cahaya atau lebih dikenal dengan sebutan LED (Light Emitting
Diode) adalah suatu semikonduktor yang memancarkan cahaya monokromatik
yang tidak koheren ketika diberi tegangan maju. Gejala ini termasuk bentuk
elektroluminesensi. Warna yang dihasilkan bergantung pada bahan semikonduktor
yang dipakai, dan bisa juga ultraviolet dekat atau inframerah dekat. Ligh Emitting
Diode ini ditunjukkan pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 LED
2.5 Antena Pemancar dan Penerima FM
Antenna yang digunakan pada proyek pembuatan pintu garasi otomatis ini
penulis menggunakan Antena Pemancar dan Penerima FM (Frekuensi Modulasi).
Berikut ini adalah penjelasan dari Antena Pemancar dan Penerima FM.
2.5.1 Antena Pemancar FM
Dalam sistem radio antena terdiri dari dua macam, yaitu Pemancar
(Transceiver) dan Penerima (Receiver). Pemancar digunakan untuk menampung
dan mengolah segala informasi yang dibutuhkan (berupa musik, komunikasi dan
lain-lain) kemudian diubah menjadi gelombang elektromagnetik dan dipancarkan
ke udara melalui sistem pemancar (antena). Tujuan dari Pemancar FM adalah
untuk merubah satu atau lebih sinyal input yang berupa Frekuensi Audio (AF)
menjadi gelombang termodulasi dalam sinyal RF (Radio Frekuensi) yang
dimaksudkan sebagai output daya kemudian diumpankan ke sistem antena untuk
dipancarkan. Dalam bentuk sederhana dapat dipisahkan atas modulator FM dan
sebuah power amplifier RF dalam satu unit. Blok Diagram Pemancar FM
ditunjukkan pada Gambar 2.9.
Gambar 2.9 Blok Diagram Pemancar FM
Pada gambar 2.9 pemancar FM memiliki komponen – komponen yang
mempunyai masing-masing fungsi yaitu :
2.5.1.1 Osilator
Inti dari sebuah pemancar adalah osilator. Untuk dapat membangun sistem
komunikasi yang baik harus dimulai dengan osilator yang dapat bekerja dengan
sempurna. Pada sistem komunikasi, osilator menghasilkan gelombang sinus yang
dipakai sebagai sinyal pembawa. Sinyal informasi kemudian ditumpangkan pada
sinyal pembawa dengan proses modulasi. Pada perancangan dan pembuatan alat
ini penulis menggunakan Osilator Kristal.
2.5.1.1.1 Osilator Kristal
Kristal lazimnya digunakan untuk rangkaian osilator yang menuntut
stabilitas frekuensi yang tinggi dalam jangka waktu yang panjang. Alasan
utamanya adalah karena perubahan nilai frekuensi kristal seiring dengan waktu,
atau disebut juga dengan istilah faktor penuaan frekuensi (frequency aging), jauh
lebih kecil dari pada osilator-osilator lain. Faktor penuaan frekuensi untuk kristal
berkisar pada angka ±5ppm/tahun, jauh lebih baik dari pada faktor penuaan
frekuensi osilator RC ataupun osilator LC yang biasanya berada diatas ±1%/tahun.
Material yang mempunyai bentuk struktur kristalin, seperti quartz, mempunyai
satu sifat unik yaitu mampu menghasilkan tegangan listrik ketika diberi tekanan
mekanikal dan juga sebaliknya, berubah bentuk mekanikalnya ketika diberi
tegangan listrik. Sifat ini dikenal dengan nama efek piezo-electric.Sifat inilah
yang dimanfaatkan untuk menghasilkan resonansi listrik-mekanik, sehingga
kristal akan bergetar pada frekuensi alami tertentu jika diberi tegangan listrik
bolak-balik. Frekuensi alami ini ditentukan oleh potongan dan dimensi keping
kristal, yang ditetapkan pada saat pembuatan.
Potongan keping kristal mengacu kepada orientasi sudut pemotongan
keping kristal terhadap garis struktur kristalin, dan juga bentuk keping kristal
tersebut. Ada banyak standar potongan keping kristal, yang masing-masing
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Sebagai contoh, potongan AT yang
populer mempunyai frekuensi fundamental maksimum yang tidak terlalu tinggi
dan koefisien suhu yang cukup baik (berbentuk kurva fungsi kubik). Contoh lain
adalah potongan BT, yang mempunyai frekuensi fundamental maksimum yang
lebih tinggi tetapi koefisien suhunya lebih buruk (berbentuk kurva parabolik).
Kristal dapat dioperasikan pada frekuensi fundamental atau salah satu dari
frekuensi-frekuensi harmonik ganjil (odd harmonics) yang biasa disebut dengan
istilah overtones. Frekuensi fundamental maksimum sebuah kristal ditentukan
oleh potongan dan dimensi keping kristal. Semakin tinggi frekuensi fundamental
sebuah kristal, semakin tipis keping kristal tersebut, sehingga keping kristal
menjadi rapuh dan mudah patah. Jadi untuk mencapai spesifikasi frekuensi getar
yang lebih tinggi, kristal harus beroperasi menggunakan salah satu overtone yang
ada.
Walaupun quartz adalah material yang paling sering digunakan untuk
membuat kristal, material lain seperti lithium-niobate, lithium-tantalate, bismuth-
germanium oxide dan alumimium-phosphate juga dapat dipakai untuk membuat
kristal. Material lain yang juga dapat digunakan adalah sejenis keramik yang
terbuat dari padatan timbal, zirconium dan titanium dan material polimer seperti
polyvinyl chloride dan difluorpolyethylene. Rangakaian Ekuivalen Osilator Kristal
ditunjukkan pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Rangkaian Ekuivalen Osilator Kristal
Rangkaian Ekuivalen Kristal Dari sudut pandang bidang elektronika, tata
kerja kristal dapat diilustrasikan melalui rangkaian ekuivalen yang terdiri dari dua
buah kapasitor, satu buah induktor dan satu buah resistor. Induktor L1 (motional
inductance) adalah padanan dari massa keping kristal yang bergetar, kapasitor C1
(motional capacitance) adalah padanan dari kekakuan keping kristal melawan
getaran dan resistor R1 adalah padanan dari energi yang hilang diserap oleh kristal
karena bentuknya mengalami perubahan ketika bergetar. Kapasitor C0 (shunt
capacitor) adalah kapasitansi yang terbentuk diantara dua elektroda yang
mengapit potongan kristal.
2.5.1.2 Penyangga (Buffer)
Semua jenis osilator membutuhkan penyangga. Penyangga berfungsi
untuk menstabilkan frekuensi dan/ atau amplitudo osilator akibat dari
pembebanan tingkat selanjutnya. Biasanya penyangga terdiri dari 1 atau 2 tingkat
penguat transistor yang dibias sebagai kelas A.
Dengan penguat kelas A akan didapatkan penguatan dan linearitas yang
tinggi meskipun demikian penguat kelas A memiliki effisiensi yang paling rendah
dibandingkan kelas yang lain. Osilator yang dilengkapi dengan penyangga
biasanya disebut sebagai exciter. Dan exciter sebenarnya sudah bisa dipakai
sebagai pemancar FM dengan daya yang relatif kecil.
2.5.1.3 Penguat Daya
Sinyal yang didapat dari exciter masih relatif lemah. Untuk mendapatkan
daya yang lebih besar dibutuhkan penguat daya frekuensi radio. Parameter-
parameter yang perlu diperhatikan pada penguat daya frekuensi radio adalah :
2.5.1.3.1 Bandwidth dan Faktor Kualitas
Tiap kanal dari pemancar FM stereo membutuhkan bandwidth 75kHz.
Sedangkan bandwidth frekuensi kerja radio FM adalah 20MHz. Frekuensi kerja
dari rangkaian (f) dibandingkan dengan bandwidthnya (Bw) dapat dinyatakan
dengan faktor kualitas (Q).
Q = f / Bw ……………………….…..persamaan (2.3)
Rangkaian penguat dengan faktor kualitas yang sangat tinggi sulit sekali
dibuat dan rangkaian cenderung berosilasi. Contoh dari penguat dengan faktor
kualitas tinggi dan memang didesain agar berosilasi adalah osilator.
Biasanya penentuan faktor kualitas penguat didapatkan dari frekuensi
tengah dari frekuensi kerja dibandingkan dengan bandwidth. Sebagai contoh
diinginkan penguat yang bekerja pada frekuensi 88MHz sampai 108MHz. Berarti
frekuensi tengahnya adalah 100MHz. Sedangkan bandwidthnya adalah 20MHz.
Dengan demikian dibutuhkan penguat dengan faktor kualitas
Q = 100MHz / 20MHz = 5
Dengan faktor kualitas penguat yang makin rendah memang akan
didapatkan daya keluaran yang lebih kecil tetapi akan didapatkan kemudahan
pada penalaan.
2.5.1.3.2 Penguatan Tiap Tingkat dan Daya Input Output Tiap Tingkat
Transistor dengan daya keluaran besar biasanya membutuhkan daya
masukan yang besar pula. Karena itu penguat dengan daya keluaran besar
biasanya dibuat beberapa tingkat agar didapatkan daya yang cukup untuk
menggerakkan transistor tingkat akhir. Tiap transistor mempunyai penguatan.
Untuk transistor dengan daya keluaran yang kecil biasanya mempunyai penguatan
yang besar. Sebaliknya untuk transistor dengan daya keluaran yang besar
penguatannya justru mengecil. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
penguatan dan daya keluaran adalah hal yang saling bertolak belakang.
2.5.1.3.3. Impedansi Input dan Output Tiap Tingkat
Pada penguat daya frekuensi radio impedansi sumber dan impedansi beban
tiap tingkat harus sama. Dengan demikian semua daya yang dihasilkan sumber
akan diserap seluruhnya oleh beban (terjadi transfer daya maksimal). Keadaan
dimana terjadi kesamaan impedansi dinamakan keadaan match. Jika impedansi
yang ada belum sama maka impedansi tersebut harus disamakan dengan matching
network.
2.5.1.3.4 Linearitas dan Effisiensi
Linearitas dan effisiensi adalah hal yang bertolak belakang. Dengan
linearitas penguat yang tinggi akan didapatkan effisiensi yang rendah. Dan dengan
linearitas penguat yan rendah akan didapatkan effisiensi yang tinggi.
Pada pemancar FM, linearitas dari sinyal tidak begitu berpengaruh karena
informasi dari sinyal FM ada frekuensinya. Lain dengan pemancar AM yang
memerlukan linearitas sinyal yang tinggi karena informasi dari sinyal AM terletak
pada amplitudonya.
Untuk pemancar FM penguat transistor yang dibias sebagai kelas C bisa
menjadi pilihan. Pada penguat kelas C, transistor tidak dibias sama sekali
sehingga transistor akan menghantar hanya pada saat ada separuh gelombang
positif pada basisnya (transistor NPN). Walaupun demikian keluaran penguat
kelas C masih dapat menghasilkan gelombang sinus yang utuh karena adanya
induktor pada kolektor akan menghasilkan setengah gelombang.
Jika dibandingkan dengan sistem AM, maka FM memiliki beberapa
keunggulan, diantaranya :
a. Lebih tahan noise
Frekuensi yang dialokasikan untuk siaran FM berada diantara 88 – 108
MHz, dimana pada wilayah frekuensi ini secara relatif bebas dari gangguan baik
atmosfir maupun interferensi yang tidak diharapkan. Jangkauan dari sistem
modulasi ini tidak sejauh, jika dibandingkan pada sistem modulasi AM dimana
panjang gelombangnya lebih panjang. Sehingga noise yang diakibatkan oleh
penurunan daya hampir tidak berpengaruh karena dipancarkan secara LOS (Line
Of Sight).
b. Fidelitas Tinggi
Respon yang seragam terhadap frekuensi audio (paling tidak pada interval
50 Hz sampai 15 KHz), distorsi (harmonik dan intermodulasi) dengan amplitudo
sangat rendah, tingkat noise yang sangat rendah, dan respon transien yang bagus
sangat diperlukan untuk kinerja Hi-Fi yang baik. Pemakaian saluran FM
memberikan respon yang cukup untuk frekuensi audio dan menyediakan
hubungan radio dengan noise rendah. Karakteristik yang lain hanyalah ditentukan
oleh masalah rancangan perangkatnya saja.
c. Transmisi Stereo
Alokasi saluran yang lebar dan kemampuan FM untuk menyatukan dengan
harmonis beberapa saluran audio pada satu gelombang pembawa, memungkinkan
pengembangan sistem penyiaran stereo yang praktis. Ini merupakan sebuah cara
bagi industri penyiaran untuk memberikan kualitas reproduksi sebaik atau bahkan
lebih baik daripada yang tersedia pada rekaman atau pita stereo. Munculnya
compact disc dan perangkat audio digital lainnya akan terus mendorong kalangan
industri peralatan dan teknisi siaran lebih jauh untuk memperbaiki kinerja rantai
siaran FM secara keseluruhan.
d. FM Exciter
FM exciter berfungsi merubah sinyal audio menjadi frekuensi RF yang
sudah termodulasi Intermediate Power Amplifier (IPA) dibutuhkan pada beberapa
pemancar untuk meningkatkan tingkat daya RF agar mampu menghandle final
stage Power Amplifier di tingkat akhir menaikkan power dari sinyal sesuai yang
dibutuhkan oleh sistem antena Catu daya (power supply) merubah input power
dari sumber AC menjadi tegangan dan arus DC atau AC yang dibutuhkan oleh
tiap subsistem Transmitter Control System memonitor, melindungi dan
memberikan perintah bagi tiap subsistem sehingga dapat bekerja sama dan
memberikan hasil yang diinginkan RF Low Pass Filter membatasi frekuensi yang
tidak diingikan dari output pemancar Directional Coupler yang mengindikasikan
bahwa daya sedang dikirimkan atau diterima dari sistem antena.
e. Bandgfrekuensi
Gelombang elektromagnetik (gelombang radio) yang dipancarkan ke
udara melalui antena pemancar akan memiliki kecepatan, frekuensi dan panjang
gelombang tertentu. Gelombang radio yang dipancarkan di udara ini secara
bersamaan akan bertemu dengan gelombang elektromagnetik lainnya, sehingga
tidak menghilangkan kemungkinan akan terjadi saling mengganggu. Untuk
mengatasi hal ini dilakukan alokasi frekuensi menurut masing-masing jalur yang
digunakan. Secara internasional, pembagian alokasi frekuensi radio itu meliputi
10KHz sampai 40GHz, atau terbagi dalam 7 daerah frekuensi.
f. Propagasijgelombangkradio
Propagasi gelombang radio hampir terjadi pada semua daerah frekuensi,
baik frekuensi rendah maupun frekuensi tinggi. Dan propagasi gelombang
elektromagnetik (gelombang radio) itu dapat berupa gelombang langsung,
gelombang pantulan bumi, gelombang troposfer, gelombang pembiasan troposfer,
gelombang pemancaran trofosfer, gelombang pantulan ionosfer maupun
gelombang pemancaran ionosfer.Ionosfer merupakan lapisan partikel-partikel gas
bermuatan listrik dan berada di sekeliling bumi meluas dari 60 mil sampai 250 mil
di atas permukaan bumi, sedangkan troposfer berada dibawahnya.
Gelombang Langsung adalah gelombang yang berasal dari pemancar yang
langsung diterima oleh antena penerima tanpa terhalang sedangkan Gelombang
Pantulan Tanah adalah gelombang yang diterima antena penerima yang berasal
dari tanah akibat pancaran.
g. Fading
Fading yaitu pengaruh naik turunnya isyarat radio ketika sampai pada
penerima, sehingga daya yang bisa dihasilkan oleh penerima menjadi tidak stabil,
kadang kuat dan kadang lemah.Peristiwa terjadinya fading sebenarnya akibat
isyarat langsung dan tidak langsung. Bila keduanya sampai pada penerima dalam
keadaan yang sefasa, keduanya akan saling memperkuat ,sehingga hdaya terima
pesawat akan menjadihbagus. Keadaan sebagaimana di atas sebenarnya karena
pengaruh perubahan lapisan E dan F. Kedua lapisan ini umumnya dalam kondisi
tidak tetap, selalu berubah-ubah setiap saat. Perubahan itu jelas mempengaruhi
jalannya gelombang radio. Akibatnya kedua gelombang itu senantiasa hsaling
berubah fasa terhadaphsatuhsamahlain.
2.5.2. Antena Penerima FM
Rx adalah singkatan dari “Receive” atau penerima. Semua radio
mempunyai titik minimal, dimana jika sinyal yang diterima lebih rendah dari titik
minimal tersebut maka data yang dikirim tidak dapat di terima. Titik minimal
sensitifitas Rx didefinisikan dalam dBm atau W.
Bagi sebagian besar radio, sensitifitas Rx di definisikan sebagai level dari
Bit Error Rate (BER). Biasanya kita mengunakan standard Bit Error Rate (BER)
sama dengan 10-5 (99.999%). Pada peralatan WiFi, sensitifitas penerima ini
biasanya dalam range -79 sampai -80-an dBm. Biasanya sinyal yang di terima
lebih tinggi dari sensitifitas penerima dan akan berubah-ubah tergantung pada
banyak faktor. Noise / derau harus jauh lebih rendah dari sensitifitas penerima.
Para peralatan WiFi, noise / derau biasanya sekitar -90 sampai -96 dBm. Noise di
definisikan sebagai sinyal yang tidak kita inginkan yang di terima oleh pesawat
penerima. Blok diagram Antena Penerima FM Mono dan Blok Diagram
Penerima FM Stereo ditunjukkan pada Gambar 2.11 dan 2.12.
Gambar 2.11 Blok Diagram Antena Penerima FM Mono
Gambar 2.12 Blok Diagram Penerima FM Stereo
Antena Penerima FM terdiri dari Antena Penerima FM Stereo dan Antena
Penerima FM mono dimana setiap blok memiliki fungsinya masing – masing
yaitu sebagai berikut :
Fungsi Masing-masing Blok yaitu :
1. Antena berfungsi menangkap sinyal-sinyal bermodulasi yang berasal dari
antena pemancar.
2. Penguat RF berfungsi unutk menguatkan sinyal yang ditangkap oleh antena
sebelum diteruskan ke Blok Mixer (pencampur).
3. Osilator Lokal berfungsi untuk membangkitkan getaran frekuensi yang lebih
tinggi dari frekuensi sinyal keluaran RF. Dimana hasilnya akan diteruskan ke
Blok Mixer.
4. Mixer atau pencampur berfungsi untuk mencampurkan ke dua frekuensi yang
berasal dari RF Amplifier dan Osilator Lokal. Hasil dari olahan mixer adalah
Intermediate Frequency (IF) dengan besar 10.7 MHz.
5. Penguat IF digunakan untuk menguatkan Frekuensi Intermediet (IF) sebelum
diteruskan ke blok limiter.
6. Limiter atau pembatas berfungsi untuk meredam amplitudo gelombang yang
sudah termodulasi (sinyal yang dikirim pemancar) agar terbentuk sinyal FM
murni (beramplitudo rata).
7. Detektor FM digunakan untuk mendeteksi perubahan frekuensi bermodulasi,
menjadi sinyal informasi (Audio).
8. De-emphasis berfungsi untuk menekan frekuensi audio yang besarnya
berlebihan (tinggi) yang dikirim oleh pemancar.
9. AFC (Automatic Frequency Control / Pengendali Frekuensi Otomatis) :
berfungsi unutk mengatur frekuensi osilator lokal secara otomatis agar tetap
stabil.
10. Dekoder Stereo digunakan unutk memproses sinyal Stereo, sehingga hasilnya
diteruskan pada 2 buah penguat AF (FM Stereo).
11. Penguat Audio digunakan untuk menyearahkan getaran/ sinyal AF serta
meningkatkan level sinyal audio dan kemudian diteruskan penguat AF ke
suatu pengeras suara.
12. Speaker (pengeras suara) digunakan untuk mengubah sinyal atau getaran
listrik berfrekuensi AF menjadi getaran suara yang dapat didengar oleh telinga
manusia.
2.6. Catu Daya
Secara umum istilah catu daya biasanya berarti suatu sistem penyearah
filter (rectifier –filter ) yang berfungsi mengubah AC menjadi DC murni. Banyak
rangkaian catu daya yang berlainan yang digunakan untuk pekerjaan tersebut.
Komponen dasar yang digunakan untuk rangkaian yang lebih sederhana adalah
transformator, penyearah, resistor, kapasitor dan inductor.catu yang diatur secara
lebih kompleks dapat menambahkan transistor atau triode sebagai pengindera-
tegangan dan pengontrolan tegangan, ditambah dengan diode zener atau tabung
VR untuk menyediakan tegangan acuan (refrence).
Catu daya memiliki jenis rangkaian penyearah gelombang yaitu :
2.6.1 Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang
Rangkaian penyearah yang paling sederhana adalah rangkaian setengah
gelombang. Masukkan AC menghasilkan GGL (Gaya Gerak Listrik) bolak- balik
dibagian sekunder transformator, yang berusaha mendorong arus melalui
rangkaian sekunder, saat pertama ke salah satu arah dan kemudian kea rah yang
berlawanan secara bergantian. Tanpa penyearah AC akan mengalir melalui
resistor beban. Dengan penyearah, arus dapat mengalir pada satu arah saja.
Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang ditunjukkan pada Gambar 2.13.
Gambar 2. 13 Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang dengan filter C
Gambar 2.13 adalah rangkaian penyearah setengah gelombang dengan
filter kapasitor C yang paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter ini bentuk
gelombang tegangan keluarnya bisa menjadi rata. Gambar2.14 menunjukkan
bentuk keluaran tegangan DC dari rangkaian penyearah setengah gelombang
dengan filter kapasitor. Garis b-c kira-kira adalah garis lurus dengan kemiringan
tertentu, dimana pada keadaan ini arus untuk beban R1 dicatu oleh tegangan
kapasitor. Sebenarnya garis b-c bukanlah garis lurus tetapi eksponensial sesuai
dengan sifat pengosongan kapasitor.
Gambar 2.14 Bentuk Gelombang dengan filter kapasitor
2.6.2 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh
Penyearah gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat dengan
menambahkan kapasitor. Bisa juga dengan menggunakan transformator yang
tanpa CT, tetapi dengan merangkai 4 dioda dan Rangkaian penyearah Gelombang
Penuh ditunjukkan pada Gambar 2.15.
Gambar 2.15 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh
2.7 Modulasi dan Demodulasi FM
Pada frekuensi Modulasi terdapat proses Modulasi dan Demodulasi.
Dibawah ini adalah penjelasan dari Proses Modulasi dan Demodulasi FM
tersebut.
2.7.1 Modulasi Frekuensi
Modulasi frekuensi yaitu proses modulasi yang terjadi dengan mengubah-
ubah frekuensi gelombang pembawa sesuai dengan perubahan frekuensi sinyal
informasi. Di pemancar radio dengan teknik modulasi FM, frekuensi gelombang
carrier akan berubah seiring perubahan sinyal suara atau informasi lainnya.
Amplitudo gelombang carrier relatif tetap. Setelah dilakukan penguatan daya
sinyal (agar bisa dikirim jauh), gelombang yang telah dimodulasi dipancarkan
melalui antena. Seperti halnya gelombang termodulasi AM, gelombang ini pun
akan mengalami redaman oleh udara dan mendapat interferensi dari frekuensi-
frekuensi lain, noise, atau bentuk-bentuk gangguan lainnya. Tetapi, karena
gangguan itu umumnya berbentuk variasi amplitudo, kecil kemungkinan dapat
mempengaruhi informasi yang menumpang dalam frekuensi gelombang carrier.
Sehingga, mutu informasi yang diterima tetap baik. Dan, kualitas audio yang
diterima juga lebih tinggi daripada kualitas audio yang dimodulasi dengan AM.
Proses modulasi yang terjadi pada FM dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pembawa RF merupakan proses ini menghasilkan gelombang yang sudah
dimodulasi dengan frekuensi yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan
frekuensi gelombang informasi yang dimodulasikan.
b. Disaat kurva gelombang informasi sedang mengarahkan ke puncak,
frekuensi gelombang FM menjadi lebih rendah dari frekuensi gelombang
AM.
Oleh sebab itu di katakan bahwa band frekuensi yang dipakai pada radio
FM lebih lebar di bandingkan dengan frekuensi yang dibutuhkan oleh sistem radio
AM,yaitu band frekuensi diatas HF. Akibat penggunaan band frekuensi yang lebar
ini, sistem FM memiliki beberapa kelebihan dibandingkan sistem AM.
Kelebihan-kelebihan tersebut antara lain:
a. Pengurangan Interferensi : Bila dibandingkan dengan AM, FM
menawarkan peningkatan yang nyata dalam gangguan. Mengingat fakta
bahwa sebagian besar diterima kebisingan - kebisingan amplitudo,
penerima FM dapat menghapus sensitivitas amplitudo dengan
mengendarai jika diperlukan.
b. Penghapusan banyak efek variasi kekuatan sinyal : FM banyak digunakan
untuk aplikasi mobile karena variasi amplitudo tidak menyebabkan perubahan
dalam tingkat audio. Seperti audio dibawa oleh variasi frekuensi daripada
yang amplitudo, di bawah kondisi kekuatan sinyal yang baik, ini tidak
memanifestasikan dirinya sebagai perubahan dalam tingkat audio.
c. Transmitter efisiensi penguat : Sebagai modulasi dilakukan dengan variasi
frekuensi, ini berarti bahwa pemancar daya amplifier dapat dibuat non-linear.
Penguat ini dapat dibuat menjadi jauh lebih efisien daripada yang linier, sehingga
menghemat daya baterai berharga - komoditas yang berharga untuk peralatan
mobile atau portable
Gambar 2.16 Bentuk Gelombang Modulasi FM
2.7.2 Demodulasi FM
Demodulasi digital adalah proses untuk mendapatkan sinyal informasi kembali dari sinyal termodulasi pada gelombang pembawa (carrier) yang berupa
sinyal digital.
Gambar 2.17 Diagram Blok Demodulasi FM
2.8 Motor DC
Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah tenaga
listrik arus searah ( Listrik DC ) menjadi tenaga gerak atau mekanik, dimana
tenaga gerak tersebut berupa putaran dari pada motor. Motor arus searah,
sebagaimana namanya, menggunakan arus langsung yang tidak langsung/direct-
unidirectional. Motor DC digunakan pada penggunaan khusus dimana diperlukan
penyalaan torque yang tinggi atau percepatan yang tetap untuk kisaran kecepatan
yang luas. Motor DC ditunjukkan pada Gambar 2.18.
Gambar 2.18 Motor DC
Motor DC memiliki tiga komponen yaitu :
2.8.1 Kutub medan.
Secara sederhana digambarkan bahwa interaksi dua kutub magnet akan
menyebabkan perputaran pada motor DC. Motor DC memiliki kutub medan yang
stasioner dan dinamo yang menggerakan bearing pada ruang diantara kutub
medan. Motor DC sederhana memiliki dua kutub medan: kutub utara dan kutub
selatan. Garis magnetik energi membesar melintasi bukan diantara kutub-kutub
dari utara ke selatan. Untuk motor yang lebih besar atau lebih komplek terdapat
satu atau lebih elektromagnet. Elektromagnet menerima listrik dari sumber daya
dari luar sebagai penyedia struktur medan.
2.8.2 Dinamo.
Bila arus masuk menuju dinamo, maka arus ini akan menjadi
elektromagnet. Dinamo yang berbentuk silinder, dihubungkan ke As penggerak
untuk menggerakan beban. Untuk kasus motor DC yang kecil, dinamo berputar
dalam medan magnet yang dibentuk oleh kutub-kutub, sampai kutub utara dan
selatan magnet berganti lokasi. Jika hal ini terjadi, arusnya berbalik untuk
merubah kutub-kutub utara dan selatan dinamo.
2.8.3 Commutator.
Komponen ini terutama ditemukan dalam motor DC. Kegunaannya adalah
untuk membalikan arah arus listrik dalam dinamo. Commutator juga membantu
dalam transmisi arus antara dinamo dan sumber daya.
Keuntungan utama motor DC adalah sebagai pengendali kecepatan, yang
tidak mempengaruhi kualitas pasokan daya. Motor ini dapat dikendalikan dengan
mengatur:
a. Tegangan dinamo – meningkatkan tegangan dinamo akan meningkatkan
kecepatan
b. Arus medan – menurunkan arus medan akan meningkatkan kecepatan.
Dengan bertambah majunya teknologi magnet permanen, motor DC tersebut
banyak sekali mempergunakan magnet permanen bagi pembangkitan medan
magnetnya. Juga terdapat motor DC daya kecil, yang mempunyai konstruksi rotor
khususnya yaitu tanpa memakai besi, yang sering disebut moving coil motor, atau
mur dengan lilitan berputar.
2.8.4 Stator
Stator adalah bagian yang tak berputar (diam) yang mempunyai bagian
terdiri dari rangka stator yang merupakan salah satu bagian utama dari generator
yang terbuat dari besi tuang dan ini merupakan rumah dari semua bagian-bagian
generator..Didalam stator generator terdapat belitan belitan penghantar yang
disusun sedemikian rupa sesuai kaidah baik jumlah lilitan, jarak antara lilitan
(pitch factor) dan beda sudut antara phase, sehingga dapat menghasilkan n
tegangan 3 phase yang mempunyai sudut 120 derajat terhadap phase lainnya.
Bagian-bagiannya secara sistematis sebagai berikut :
a. Kerangka Stator
Sebagai rumah dari kesemua komponen generator atau bisa disebut bagian
terluar dari generataor. Terbuat dari besi cor yang kuat dan kokoh. Bentuknya
relatif silinder dengan dudukan di salah satu bagianya dan kedua tutup pada
ujungnya.
b. Name Plate
Sebuah plat yang menempel pada kerangka yang memuat keterangan dari
generator mulai dari tegangan, putaran arus, merk, model jumlah alur dll.
c. Terminal
Bagian yang digunakan untuk menyambung keluaran / output dari generator
d. Bearing/laker
Sebagai tempat lubang masukan untuk stator, dibuat untuk memperkecil
rugi gesek antara stator dengan rotor. Dipasang pada tutup atas dan bawah
kerangka stator.
e. Inti stator
Terbuat dari lembaran-lembaran atau lberlapisbesi elektris yang
tereliminasi satu dengan yang lain. Lembaran-lembaran ini kemudian diikat
menjadi satu membentuk stator, laminasi digunakan agar rugi-rugi arus kecil.
Inti stator mempunyai alur-alur slots dimana kumparan stator diletakkan
f. Slot/alur
Bagian dari inti stator yang bentuknya sebuah cekungan, yang di dalamnya
nanti diisi dengan lilitan
g. Pelindung lilitan
Pelindung ini biasanya menggunakan kertas prespan maupun plastic
isolator. Ditempatkan pada alaur/slot yang fungsinya untuk membungkus
belitan agar tidak tergores saat proses pemasangan ke alur
h. Lilitan/ belitan
Lilitan ini merupakan kumpulan dari kawat email yang ditata sedemikian
rupa menempati slot/alur.. Pada kumparan stator terdapat sisi kumparan yang
terletak dalam alur-alur, dan kepala-kepala kumparan yang menghubungkan
sisi-sisi kumparan diluar alur-alur satu sama lain. Tiap-tiap kumparan terdiri
atas satu lilitan atau lebih disesuaikan menurut besar tegangan. Jumlah kawat
tiap sisi kumparan sama banyaknya dengan jumlah lilitan pada tiap-tiap
kumparanBisa berupa lilitan utama dan lilitan Bantu.
i. Benang
Benang disisni digunakan untuk mengikat kepala belitan agar tidak
bergerak dari posisi awal. Sehingga kemungkinan bergesekan dengan rotor
kecil
j. Serlak
Bentuk awalnya berupa cairan, setelah kering akan mengeras. Setelah
lilitan dipasang ndan diikat dengan benang, untuk membuatnya semakin kuat
diberi lapisan serlak untuk menjaga lilitan semakin kuat dan bertahan pada
posisis semula. Serlak ini berfungsi menjaga agar tidak terjadi hubungan
pendek dan meningkatkan tahannan isolasi.
2.8.5 Rotor
Rotor pada motor arus searah mempunyai kumparan tidak hanya satu .
rotornya terdiri dari kumparan dan komutator yang banyak untuk mendapatkan
momen gaya yang terus menerus (continue). Moment Gaya pada mesin berkutup
empat ditunjukkan pada Gambar 2.19.
Gambar 2.19 Moment Gaya Total Pada Mesin Berkutup Empat
Besarnya momen gaya pada rotor adalah :
…………………………..persamaan (2.4)
Dimana :
P : jumlah kutub.
A : jumlah cabang paralel lilitan pada motor.
Z : jumlah kawat penghantar pada kumparan lilitan rotor (sisi kumparan).
Ia : arus yang mengalir pada rotor .
Dari persamaan diatas ternyata bahwa momen gaya motor dc sebanding
dengan arus yang mengalir pada rotor dan fluks magnet yang melewati rotor.
2.8.6 Jenis-Jenis Generator DC
Generator DC berdasarkan dari rangkaian belitan magnet atau penguat eksitasinya
terhadap jangkar (anker) dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Generator penguat terpisah
2. Generator shunt
3. Generator kompon
2.8.6.1 Generator Penguat Terpisah
Pada generator penguat terpisah, belitan eksitasi (penguat eksitasi) tidak
terhubung menjadi satu dengan rotor. Terdapat dua jenis generator penguat
terpisah, yaitu:
1. Penguat elektromagnetik (Gambar 2.20.a)
2. Magnet permanent / magnet tetap (Gambar 2.20.b)
Gambar 2.20. Generator Penguat Terpisah
Energi listrik yang dihasilkan oleh penguat elektromagnet dapat diatur
melalui pengaturan tegangan eksitasi. Pengaturan dapat dilakukan secara
elektronik atau magnetik. Generator ini bekerja dengan catu daya DC dari luar
yang dimasukkan melalui belitan F1-F2.
Penguat dengan magnet permanen menghasilkan tegangan output generator yang
konstan dari terminal rotor A1-A2. Karakteristik tegangan V relatif konstan dan
tegangan akan menurun sedikit ketika arus beban I dinaikkan mendekati harga
nominalnya.
Gambar 2.21. Karakteristik Generator Penguat Terpisah
Dari gambar 2.21 menunjukkan karakteristik sebagai berikut :
a. karakteristik generator penguat terpisah saat eksitasi penuh (Ie 100%) dan saat
eksitasi setengah penuh (Ie 50%). Ie adalah arus eksitasi, I adalah arus
beban.Tegangan output generator akan sedikit turun jika arus beban semakin
besar.
b. Kerugian tegangan akibat reaksi jangkar.
c. Perurunan tegangan akibat resistansi jangkar dan reaksi jangkar, selanjutnya
mengakibatkan turunnya pasokan arus penguat ke medan magnet, sehingga
tegangan induksi menjadi kecil.
2.8.6.2 Generator Shunt
Pada generator shunt, penguat eksitasi E1-E2 terhubung paralel dengan
rotor (A1-A2). Tegangan awal generator diperoleh dari magnet sisa yang terdapat
pada medan magnet stator. Rotor berputar dalam medan magnet yang lemah,
dihasilkan tegangan yang akan memperkuat medan magnet stator, sampai dicapai
tegangan nominalnya. Pengaturan arus eksitasi yang melewati belitan shunt E1-E2
diatur oleh tahanan geser. Makin besar arus eksitasi shunt, makin besar medan
penguat shunt yang dihasilkan, dan tegangan terminal meningkat sampai
mencapai tegangan nominalnya. Diagram rangkaian generator shunt dapat dilihat
pada Gambar 2.22.
Gambar 2.22 Diagram Rangkaian Generator Shunt
Jika generator shunt tidak mendapatkan arus eksitasi, maka sisa
megnetisasi tidak akan ada, atau jika belitan eksitasi salah sambung atau jika arah
putaran terbalik, atau rotor terhubung-singkat, maka tidak akan ada tegangan atau
energi listrik yang dihasilkan oleh generator tersebut.
Gambar 2.23. Karakteristik Generator Shunt.
Generator Shunt mempunyai karakteristik seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.23 Tegangan output akan turun lebih banyak untuk kenaikan arus beban
yang sama, dibandingkan dengan tegangan output pada generator penguat
terpisah. Sebagai sumber tegangan, karakteristik dari generator penguat terpisah
dan generator shunt tentu kurang baik, karena seharusnya sebuah generator
mempunyai tegangan output yang konstan, namun hal ini dapat diperbaiki pada
generator kompon.
2.8.6.3 Generator Kompon
Generator kompon mempunyai dua penguat eksitasi pada inti kutub utama yang
sama. Satu penguat eksitasi merupakan penguat shunt, dan lainnya merupakan
penguat seri. Diagram rangkaian generator kompon ditunjukkan pada Gambar
2.24. Pengatur medan magnet (D1-D2) terletak di depan belitan shunt.
Gambar 2.24. Diagram Rangkaian Generator Kompon
Gambar 2.25 menunjukkan karakteristik generator kompon. Tegangan
output generator terlihat konstan dengan pertambahan arus beban, baik pada arus
eksitasi penuh maupun eksitasi 50%. Hal ini disebabkan oleh adanya penguatan
lilitan seri, yang cenderung naik tegangannya jika arus beban bertambah besar.
Jadi ini merupakan kompensasi dari generator shunt, yang cenderung tegangannya
akan turun jika arus bebannya naik.
Gambar 2.25 Karakteristik Generator Kompon
2.9 Remote Control
Remote control adalah komponen dari elektronik perangkat, yang
digunakan untuk mengoperasikan perangkat nirkabel dengan jarak jauh. Remote
control dapat dikontrak untuk jarak jauh atau controller. Hal ini dikenal dengan
banyak nama lainnya juga, seperti konverter clicker, "Kotak" didge, sirip, tuner,
changer, atau tombol. Umumnya, remote control IR Konsumen perangkat yang
digunakan untuk mengeluarkan perintah dari jarak jauh untuk televisi atau lainnya
elektronik konsumen seperti stereo sistem, DVD player dan Dimmer . Remote
control untuk perangkat ini biasanya kecil benda genggam nirkabel dengan
berbagai tombol untuk menyesuaikan berbagai pengaturan seperti saluran televisi,
nomor track, dan volume suara. Bahkan, untuk sebagian besar perangkat modern
dengan kontrol seperti ini, remote berisi semua fungsi kontrol sementara
perangkat yang dikendalikan itu sendiri hanya memiliki sedikit kontrol utama
yang penting. Sebagian besar perangkat remote berkomunikasi dengan masing-
masing melalui inframerah (IR) dan beberapa sinyal melalui sinyal radio.
2.10 Mikrokontroller AT 89C51
Mikrokontroler AT89S51 ialah mikrokomputer CMOS 8 bit dengan 4KB
Flash Programmable dan Erasable Read Only Memory (PEROM).
Mikrokontroler berteknologi memori non volatile kerapatan tingi dari Atmel ini
kompatibel dengan mikrokontroler standar industri MCS-51 (seperti
mikrokontroler 8031 yang terkenal dan banyak digunakan beberapa waktu lalu)
baik pin kaki IC maupun set instruksinya serta harganya yang cukup murah.
AT89S51 mempunyai memori yang terdiri dari RAM internal sebesar 128
byte dengan alamat 00H-7FH dapat diakses menggunakan RAM address register.
RAM Internal ini terdiri dari Register Banks dengan 8 buah register (R0-
R7).Memori lain yaitu 21 buah Special Function Register dimulai dari alamat
80H-FFH. RAM ini beda lokasi dengan Flash PEROM dengan alamat 000H -
7FFH.
Dalam penerapanya, mikrokontroler bekerja sebagai pengendali kerja
penampil LED matriks secara keseluruhan mulai dari penulisan dan pembacaan
data untuk perubahan karakter tampilan, pengontrolan scanning system hingga
antarmuka keyboard sebagai data masukan sebuah karakter ke dalam penampil
LED matriks 7×32.Penggunaan mikrokontroler bekerja dalam ragam single chip
operation (mode operasi keping tunggal) yang tidak memerlukan memori luar
atau sering disebut juga dengan sistem minimum mikrokontroler.
2.10.1 Arsitektur Mikrokontroller AT89S51
Mikrokontroller AT89S51 mempunyai 40 pin, dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 2.18 Arsitektur Pin AT89S51
Deskripsi pin
a. Pin 1 sampai 8 (Port 1)
Merupakan saluran/bus I/O 8 bit dua arah. Dengan internal pull-up yang dapat
digunakan untuk berbagai keperluan. Pada port ini juga digunakan sebagai saluran
alamat pada saat pemograman dan verifikasi.
b. Pin 9 (Reset)
Merupakan masukan reset (aktif tinggi), pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan
me-reset Mikrokontroller ini.
c. Pin 10 sampai 17 (Port 3)
Merupakan saluran/bus I/O 8 bit dua arah dengan internal pull-ups yang memiliki
fungsi pengganti. Bila fungsi pengganti tidak dipakai, maka – ini dapat
digunakan sebagai port paralel 8 bit serbaguna. Selain itu sebagian dari port 3
dapat berfungsi sebagai sinyal kontrol pada saat proses pemograman dan
verifikasi. Adapun fungsi penggantinya seperti pada tabel 2.3. berikut ini.
Tabel 2.2 Fungsi Khusus dari Port 3
d. Pin 18 dan 19
Ini merupakan masukan ke penguat osilator berpenguat tinggi. Pada
Mikrokontroller ini memiliki seluruh rangkaian osilator yang diperlukan pada
serpih yang sama (on chip) kecuali rangkaian kristal yang mengendalikan
frekuensi osilator. Karenanya 18 dan 19 sangat diperlukan untuk dihubungkan
dengan kristal. Selain itu XTAL 1 dapat juga sebagai input untuk inverting
oscilator amplifier dan input ke rangkaian internal clock sedangkan XTAL 2
merupakan output dari inverting oscilator amplifier
e. Pin 20
Merupakan ground sumber tegangan yang diberi simbol GND
f. Pin 21 sampai 28 (Port 2)
ini adalah port 2 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit dua arah dengan internal
pull-ups. Saat pengambilan data dari program memori eksternal atau selama
mengakses data memori eksternal yang menggunakan alamat 16 bit (MOVX @
DPTR), port 2 berfungsi sebagai saluran/bus alamat tinggi (A8 – A15).
Sedangkan pada saat mengakses ke data memori eksternal yang menggunakan
alamat 8 bit (MOVX @ R1), port 2 mengeluarkan isi dari P2 pada Spesial
Function Register.
g. Pin 29 (PSEN)
Program Store Enable (PSEN) merupakan sinyal pengontrol untuk mengakses
program memori eksternal masuk ke dalam bus selama proses
pemberian/pengambilan instruksi (fetching).
h. Pin 30 (ALE/PROG)
Address Latch Enable (ALE/PROG) merupakan penahan alamat memori eksternal
(pada port 1) selama mengakses ke memori eksternal. Pena ini juga sebagai
pulsa/sinyal input pemograman (PROG) selama proses pemograman.
i. Pin 31
External Access Enable (EA) merupakan sinyal kontrol untuk pembacaan memori
program. Apabila diset rendah (L) maka Mikrokontroller akan melaksanakan
seluruh instruksi dari memori program eksternal, sedangkan apabila diset tinggi
(H) maka Mikrokontroller akan melaksanakan instruksi dari memori program
internal ketika isi program counter kurang dari 4096. ini juga berfungsi sebagai
tegangan pemograman (VPP = +12V) selama proses pemograman.
j. Pin 32 sampai 39
Ini adalah port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit open colector, dapat juga
digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya
akses ke memori program eksternal. Pada saat proses pemograman dan verifikasi
port 0 digunakan sebagai saluran/bus data. External pull-ups diperlukan selama
proses verifikasi.
k. Pin 40
Merupakan sumber tegangan positif yang diberi simbol VCC (power supply).
Gambar 2.19 Struktur Memori I/O AT89S51
.
2.10.2 Organisasi Memori Mikrokontroller AT89S51
AT89S51 yang merupakan versi EEPROM dari 8051 yang program
memorinya dapat diprogram dan dihapus secara elektrik. AT89S51 mempunyai
lokasi alamat yang terpisah untuk program memori dan data memori.
2.10.3 Memori Program
Memori program hanya bisa dibaca saja karena bersifat sebagai ROM.
Memori ini disimpan dalam Flash PEROM.Memori program yang bisa diakses
langsung hingga64 Kbyte. Pada gambar memori program terdapat strobe (tanda)
untuk akses memori program eksternal melalui sinyal (Program Strobe Enable).
Mikrokontroler AT89S51 mempunyai 4 K byte memori program internal.
Bila memakai memori program eksternal, maka pin diberi Logika Low. Apabila
ingin memakai memori program internal pin diberi Logika High.
2.10.4 Memori Data
Memori data menempati ruang alamat terpisah. Memori eksternalnya dapat
diakses secara langsung hingga 64 Kbyte. CPU akan memberikan sinyal
baca dan tulis selama mengakses memori data eksternal.
1. Akumulator
ACC atau akumulator menempati lokasi E0H dan digunakan sebagai
register untuk penyimpanan data sementara dalam program.
2. Register B
Register B terletak pada lokasi F0H. Register ini digunakan selama operasi
perkalian dan pembagian. Saat intstruksi MUL AB terjadi perkalian antara
akumulator dengan data yang tersimpan dalam register B dan hasilnya16 bit
disimpan dalam register B dan akumulator (A) . Instruksi DIVA B melakukan
pembagian antara akumulator dengan data yang tersimpan dalam register B.
3. Stack Pointer (SP)
Register SP terletak pada lokasi 81H. SP merupakan register dengan
panjang 8 bit dan digunakan dalam proses simpan dan ambil dari/ke stack.
4. Data Pointer
Register Data Pointer atau DPTR mengandung byte tinggi DPH) dan byte
rendah (DPL) masing-masing berada di lokasi 83H dan 82H. DPTR dapat
dimanipulasi sebagai dua register 8 bit yang terpisah. Register Kontrol (Control
Register) pada register kontrol terdapat TMOD sebagai pewaktu. Timer Register
merupakanregister pencacah 16 bit.Timer 0 high dan timer 0 low terdapat pada
masing-masing 8CH dan8AH. Timer1 high dan timer 1 low terdapat dilokasi
8DH dan 8BH.
2.10.5 Memori Eksternal
Selain PEROM dan internal RAM yang terdapat pada mikrokontroler
AT89S51, DT51 juga mempunyai memori eksternal berjenis EEPROM
(Electrical Erasable Programmable Read Only Memory). Sesuai dengan
namanya maka EEPROM dapat ditulis dan dihapus secara elektrik, mirip seperti
RAM namun bersifat non volatile sehingga data yang tersimpan dalam EEPROM
tidak hilang meskipun catu daya dimatikan.
2.10.6 Set Instruksi
Ada beberapa instruksi yang dikenal oleh mikrokontroler AT89S51 yaitu:
2.10.6.1 Instruksi Aritmatika (Instruksi Perhitungan )
Operasi dasar aritmatika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian dimiliki oleh AT89S51 dengan mnemonic, INC, ADD, ADDC,
SUBB, DEC, MUL, dan DIV. Deskripsi mnemonic tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. INC = Menambahkan satu isi sumber operand dan hasilnya disimpan
operand.
b. ADD = Penjumlahan antara akumulator dengan sumber operand dan
hasilnya disimpan di akumulator.
c. ADDC = Hasil dari instruksi ADD ditambah satu bila CY diset.
d. SUBB = Pengurangan akumulator dengan sumber operand, lalu kurangi
satu bila CY diset, hasilnya disimpan dalam operand tersebut.
e. DEC = Mengurangi sumber operand dengan satu, dan hasilnya disimpan
dalam operand tersebut.
f. MUL = Perkalian antara akumulator dengan register B.
g. DIV = Pembagian antara akumulator dengan register B dan hasilnya
disimpan dalam akumulator, sisanya di register B.
2.10.6.2 Intruksi Logika
Mikrokontroller AT89S51 dapat melakukan operasi logika bit maupun
operasi logika byte. Operasi logika tersebut dibagi atas dua bagian yaitu :
1. Operasi logika operand tunggal, yaitu terdiri dari : CRL, SETB, CPL,
RCL, RR, RRL, dan SWAB.
2. Operasi logika dua operand, yaitu terdiri dari : ANL, ORL, dan XRL.
Operasi yang dilakukan oleh AT89S51 dengan pembacaan instruksi logika dapat
dijelaskan sebagai berikut :
b. CLR -- Menghapus bit atau byte menjadi satu.
c. SETB -- Menset bit atau byte menjadi satu.
d. CPL -- Mengkomplementasikan akumulator.
e. RL -- Rotasi akumulator 1 bit digeser melalui carry flag.
f. RR -- Rotasi akumulator 1 bit ke kanan.
g. RRL -- Rotasi akumulator 1 bit ke kiri.
h. SWAB-- Pertukaran nibble order rendah dengan nibble orded tinggi.
i. ANL -- Operasi logika AND dan hasilnya disimpan dalam operand
pertama.
j. ORL -- Operasi logika OR dan hasilnya disimpan dalam operand
pertama.
k. XRL -- Operasi logika X-OR dan hasilnya disimpan di operand
pertama.
2.10.6.3 Instruksi Transfer Data
Instruksi transfer data terbagi menjadi dua belas operasi sebagai berikut :
a. Transfer data umum (General Purpose Transfer), yaitu : MOV, PUSH,
dan POP.
b. Transfer spesifikasi akumulator (Accumulator Specific Transfer), yaitu :
XCH, XCHD, dan MOVC.
Instruksi transfer data adalah instruksi pemindahan atau pertukaran antara
operand sumber dengan operand tujuan. Operand-nya dapat berupa register,
memori atau suatu memori.
Deskripsi instruksi transfer data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. MOV -- Transfer bit atau byte dari operand sumber ke operand tujuan.
b. PUSH -- Transfer byte dari operand sumber ke suatu lokasi dalam stack
yang ditujukan oleh register penunjuk (stack pointer).
c. POP -- Transfer byte dalam stack ke operand tujuan.
d. XCH -- Pertukaran data antara operand akumulator dengan operand
sumber.
e. XCHD -- Pertukaran nibble rendah anatar RAM internal (lokasi ditujukkan
oleh R0 dan R1) dengan akumulator.
BAB III
Perancangan Sistem Pintu Garasi Otomatis ini diawali dengan pembuatan
blok diagram dari sistem tersebut. Dimana tiap-tiap blok berhubungan antara yang
satu dengan yang lainnya. Perancangan sistem ini dibagi atas dua bagian yaitu
perancangan secara hardware dan software.
3.1 Perancangan Hardware
Perancangan hardware berupa rangkaian-rangkaian yang ada pada tiap
komponen-komponen yang dibutuhkan dalam perancangan dan pembuatan Pintu
Garasi Otomatis.
3.1.1 Diagram Blok Sistem
Perancangan Hardware dapat digambarkan melalui diagram blok. Diagram
blok merupakan salah satu cara yang paling sederhana untuk menjelaskan cara
kerja dari suatu sistem dan memudahkan untuk melokalisir kesalahan dalam suatu
sistem. Diagram blok dapat menganalisa cara kerja rangkaian dan merancang
hardware yang akan dibuat secara umum. Diagram blok merupakan pernyataan
hubungan yang berurutan dari satu atau lebih komponen yang memiliki satu
kesatuan kerja tersendiri, dan setiap blok rangkaian mempengaruhi blok rangkaian
yang lain. Diagram blok sistem ini mempunyai beberapa blok penting. Adapun
diagram blok sistem ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem
Tombol Buka
Tombol Tutup
Mikrokontroller
Led Infra Merah
IC Penerima IR
Mikrokontroller
Driver Motor
Motor Dc
Pintu
Adapun fungsi dari masing-masing blok tersebut adalah :
Rangkaian Led Infra Merah :
Rangkaian Ic Penerima IR :
Rangkaian Driver Motor :
Rangkaian Motor DC :
Rangkaian Mikrokontroller : rangkaian ini merupakan inti dari diagram blok
sistem pintu otomatis ini.
3.1.2 Rangkaian Remote Control
Pada remote control terdapat dua bagian yang utama yaitu : bagian
transceiver dan bagian receiver. Bagian transmitter dalam hal ini menggunakan
remote yang sudah jadi, yaitu remote untuk TV. Sedangkan bagian penerimanya
dibangun dari dioda infra merah, filter, dan penguat sinyal/amplifier.
3.1.2.1 Rangkaian Receiver
Untuk dapat mengambil data yang dipancarkan oleh remote maka harus
dibuat rangkaian penerima yang terdiri dari op-amp, IC 74LS04 (inverter), multi
tune variable resistor, IR dioda (receiver) dan beberapa komponen penunjang.
Rangkaian receivernya dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Rangkaian Receiver Remote
Penggunaan dari op-amp ini untuk mengatur penguatan dari sinyal yang
diterima oleh IR dioda. Sinyal yang diterima oleh IR dioda ini akan dimasukkan
rangkaian High Pass Filter (C dan R). Kombinasi nilai dari C dan R ini diperoleh
dengan menggunkanan rumus :
…………….persamaan(3.1)
Sinyal yang keluar dari rangkaian High Pass Filter dikuatkan dua kali.
Rangkaian penguat 1 adalah non-inverting amplifier dengan menggunakan op-
amp LM358. Kemudian output dari rangkaian penguat 1 dikuatkan sekali lagi
dengan penguatan non inverting amplifier juga dengan op-amp LM358. Sinyal
yang keluar dari rangkaian penguat 2 ini masih mengandung sinyal carrier. Untuk
itu sinyal carriernya perlu dihilangkan dengan cara menambahkan rangkaian Low
Pass Filter (R dan C).
Penggunaan rangkaian High Pass Filter dan Low Pass Filter ini untuk
membatasi frekuensi yang diterima, sinyal yang berada di bawah 159.23 Hz dan
di atas 7.24 kHz tidak dilewatkan. Dengan rangkaian Low Pass Filter tersebut
maka sinyal carrier dari remote TV Sony tidak akan dilewatkan Kemudian sinyal
itu disempurnakan dengan menambahkan rangkaian comparator dengan
mengunakan op-amp tipe LM339. Komparator ini berfungsi jika tegangan yang
masuk kurang dari tegangan referensinya maka outputnya akan low sebaliknya
jika tegangan yang masuk melebihi tegangan referensi maka outputnya akan high.
Output dari LM339 ini akan dimasukkan IC 74LS04 sebagai inverter.
Remote Control dibagi menjadi 3 menurut jenis pengkodeannya :
1. Pulses coded
Jenis ini mengatur panjang pulsanya, sehingga pulsanya
divariasi untuk menunjukkan data itu berlogic high atau low.
Yang dijadikan variasi adalah pulsa highnya. Metode ini dipakai
oleh remote Sony.
Gambar 3.3 Pulses Coded
2. Space coded
Metode ini juga mengatur panjang pulsanya untuk menunjukkan data
tersebut berlogic low atau high. Tetapi yang diatur adalah lebar pulsa lownya.
Jenis ini diterapkan oleh remote Panasonic
Gambar 3.4 Space Coded
3. Shift coded
Metode ini yang paling berbeda diantara kedua metode di
atas. Metode ini menggunakan prinsip perbedaan fase untuk
menunjukkan data yang dikirim berlogic low atau high. Metode
pengiriman data ini diterapkan oleh remote Philips.
Gambar 3.5 Shift Coded
Penggunaan infra red sangat bagus dalam komunikasi dan
kontrol suatu sistem. Infra red adalah frekuensi radiasi yang
bekerja di bawah tingkat sensitivitas mata manusia. Jadi manusia
tidak dapat melihat sinar tersebut. Gambaran sinyal yang
dikirimkan oleh transmitter dan diterima oleh IR demodulator
dapat ditunjukkan pada Gambar 3.6 sebagai contoh yang
dikirimkan adalah header:
Gambar 3.6 Hubungan Antara Sinyal Tx dan Rx
Jika transmitter mengirimkan sinyal on dan off maka pada receiver juga
menerima sinyal on dan off. Tetapi receiver hanya mendeteksi ada carrier atau
tidak. Jika ada data carrier maka pulsa yang dikirimkan adalah high sebaliknya
jika tidak ada carrier maka pulsa yang dikirimkan adalah low. Sinyal carrier
sebesar 40 kHz yang diterima oleh receiver akan hilang, karena pada receiver
sudah dibatasi dengan menggunakan rangkaian High Pass Filter dan Low Pass
Filter, frekuensi yang kurang dari 159.23 Hz dan lebih dari 7.24 kHz tidak
dilewatkan. Sedangkan sinyal informasi sebesar 4T=2200µs (454.54 Hz) akan
diterima begitu juga pulsa lownya sebesar 1T=550µs (1.82 kHz) akan diterima
untuk diolah sebagai data header. Salah satu contoh aplikasi dari penggunaan
infra red adalah pada TV/VCR remote control. Infra red ini bekerja pada range
frekuensi antara 30-60 kHz.
3.1.3 Rangkaian Driver Motor
Rangkaian driver motor stepper merupakan rangkaian driver yang sangat
sederhana dan mudah dibuat hanya dengan beberapa komponen. Rangkaian driver
ini menggunakan satu buah transistor pada setiap input cacahan motor stepper
sebagai driver. Transistor juga berfungsi sebagai pelewat arus kumparan motor,
sehingga pada terminal output gerbang tidak akan terbebani. Pada kolektor
masing-masing transistor dipasang dioda dengan reverse bias atau bias mundur,
posisi masing-masing dioda ini adalah paralel dengan kumparan motor, hal ini
dimaksudkan supaya dioda dapat meredam arus balik yang dibangkitkan oleh
masing-masing kumparan motor tersebut. Peredaman berlangsung pada saat dioda
bias maju, yakni dimana rangkaian yang paralel dengan dioda bias maju otomatis
akan memperoleh tegangan sebesar 0,7 volt (silikon), 0.3 volt (germanium), atau
bahkan 0 volt untuk dioda ideal. Kemudian sebagai pengatur kondisi logika
rangkaian digunakan tiga buah gerbang logika, yaitu dua buah gerbang NOT dan
satu buah gerbang XOR. Gerbang NOT berguna untuk membalik logika yang
menuju basis Q1 dan Q2. Rangkaian Driver Motor ditunjukkan pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7 Rangkaian Driver Motor
Tabel 3.1 Tabel Kebenaran Rangkaian Motor Stepper
INPUTKUMPARAN MOTOR YANG AKTIF
D0 D10 0 KUMPARAN A, KUMPARAN B0 1 KUMPARAN B, KUMPARAN C1 0 KUMPARAN C, KUMPARAN D1 1 KUMPARAN D, KUMPARAN A
Dari tabel kebenaran diatas dapat kita peroleh Analisa dan Prinsip Kerja dari
Rangkaian Driver Motor Stepper adalah sbb :
1. Putaran 360 derajat (satu kali putaran penuh) diperoleh dengan empat kali
cacahan yakni 0 s/d 3.
2. Setiap satu kali cacahan motor akan berputar sebanyak 90 derajat atau
dengan kata lain 360 derajat dibagi dengan jumlah cacahan.
3. Dengan cacahan maju (counter up) kumparan yang akan aktif adalah
teratur membentuk putaran, sedangkan jika cacahan tidak teratur maka
putaran motor juga tidak akan teratur sesuai dengan kondisi logika
inputnya.
4. Dengan motor stepper ini bisa menentukan jangkah putaran juga arah
putaran secara bebas, lain halnya dengan motor dc biasa yang jangkah
putarannya tidak bisa kita tentukan.
5. Driver motor stepper ini sebenarnya hampir sama dengan driver motor dc
biasa, hanya saja pada motor dc, transistor digunakan sebagai driver satu
kumparan saja, sedangkan pada motor stepper digunakan transistor lebih
banyak sesuai dengan jumlah kumparan motor yang ada.
6. Intinya digunakan driver motor adalah supaya rangkaian tidak akan
terbebani oleh besarnya arus yang akan melewati kumparan, oleh karena
itu dimanfaatkan transistor.
7. Rangkaian driver motor stepper ini biasanya dimanfaatkan pada rangkaian
elektronika berbasis robot atau programmable control.
3.1.4 Rangkaian Led Infra Merah
LED adalah singkatan dari Light Emiting Dioda, merupakan komponen
yang dapat mengeluarkan emisi cahaya. LED merupakan produk temuan lain
setelah dioda. Strukturnya sama dengan dioda, tetapi belakangan ditemukan
bahwa elektron yang menerjang sambungan P-N juga melepaskan energi berupa
energi panas dan energi cahaya. LED dibuat agar lebih efisien mengeluarkan
cahaya. Untuk mendapatkan emisi cahaya pada semikonduktor, doping yang
dipakai adalah galium, arsenic danphos phor us. Jenis doping yang berbeda
menghasilkan warna cahaya yang berbeda pula.
Gambar 3.8 Rangkaian Indikator LED (Light Emiting Dioda)
3.1.4.1 Prinsip Kerja LED
Jika diberi tegangan maju, LED akan mengeluarkan cahaya. Warna cahaya
yang akan dihasilkan tergantung dengan jenis material dari pertemuan intensitas
cahayanya yang berbanding dengan arus maju yang mengalir. Arus maju yang
diserap berkisar antara 10 sampai 20 mA untuk kecerahan nyala maksimum.
LED juga dapat bekerja ketika kutub anoda dihubungkan pada tegangan
listrik searah DC positif (+), dan kutub katode dihubungkan pada tegangan DC
negative (-) . Dalam kondisi menghantar, tegangan maju pada LED merah adalah
1,6 sampai 2,2 volt, LED kuning 2,4 volt, LED hijau 2,7 volt. Sedangkan
tegangan terbaik maksimum yang dibolehkan pada LED merah adalah 3 volt,
LED kuning 5 volt, LED hijau 5 volt.
3.1.5.1 Rangkaian ADC (Analog to Digital Converter)
Rangkaian ADC adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk
mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital, dalam arti sinyal yang awalnya
tidak bisa ditentukan nilai numeriknya menjadi sinyal yang mempunyai sifat
numerik. Sebenarnya saat ini sudah banyak sekali IC yang dibuat khusus untuk
kegunaan fungsi ADC, bahkan ada yang sudah terintegrated dengan IC
Mikrokontroller yang pastinya lebih mendukung aplikasi rangkaian yang lebih
kompleks. Tetapi dengan contoh rangkaian ADC dibawah ini setidaknya kita
dapat memahami prinsip kerja dari rangkaian ADC yang sesungguhnya.
Rangkaian ADC ditunjukkan pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9 Rangkaian ADC (Analog Digital Converter)
Dari gambar 3.9 dapat dilihat analisa dan prinsip kerja rangkaian tersebut
sebagai berikut :
1. Rangkaian ADC diatas memanfaatkan rangkaian pembanding op-amp
sebagai rangkaian dasar. Dimana perbedaan yang sedikit pada kedua
terminal input op-amp akan menghasilkan tegangan sebesar Vdd atau Vcc
op-amp. Jika tegangan pada terminal positif input lebih besar dari pada
terminal negatif input maka keluaran adalah 9 volt (sesuai dengan Vdd),
sedangkan jika tegangan pada terminal negatif input lebih besar maka
tegangan keluarannya adalah 0 volt (sesuai dengan Vcc).
2. Menggunakan 3 (tiga) buah op-amp dengan tujuan setiap satu op-amp
mewakili satu jangkah pembagian tegangan input.
3. Pada masing-masing terminal negatif input op-amp mendapatkan tegangan
referensi (penentuan) yang ditentukan oleh pembagian tegangan antara R1,
R2, R3 dan R4.
4. R2, R3 dan R4 sengaja dibuat dengan nilai yang sama dengan maksud
supaya tegangan pada terminal negatif (referensi) masing-masing op-amp
membentuk jangkah atau range yang teratur.
5. Masing-masing terminal positif input op-amp digabung dan digunakan
sebagai jalur input sinyal analog. Hal ini sengaja diatur supaya posisi
sinyal input analog tersebut bisa dibaca oleh masing-masing op-amp yang
mana pada masing-masing terminal negatif input op-amp tersebut sudah
dipasang tegangan penentu.
6. Tegangan pada terminal negatif input IC2 adalah
= ((R3+R4) / (R1+R2+R3+R4)) x 9 volt
= (20K / 31,2K) x 9 volt = 5.77 volt
7. Tegangan pada terminal negatif input IC1 adalah
= ((R2+R3+R4) / (R1+R2+R3+R4)) x 9 volt
= (30K / 31,2K) x 9 volt = 8,65 volt
8. Jadi dari perhitungan tegangan referensi pada terminal negatif input ke-
tiga op-amp tersebut adalah mempunyai delta atau jangkah tegangan 2.88
volt.
9. Tegangan 2,88 volt ini yang disebut sebagai jangkah tegangan referensi
atau penentu. Jadi bisa disimpulkan bahwa rangkaian diatas akan
membaca sinyal input analog :
- 0 sd 2,88 volt sebagai angka 0
- > 2,88 volt sd 5,77 volt sebagai angka 1
- > 5,77 volt sd 8,65 volt sebagai angka 2
- > 8,65 volt sebagai angka 3
3.1.5.2 Rangkaian DAC (Digital to Analog Converter)
Pada dasarnya rangkaian DAC dibuat untuk memenuhi kebutuhan akan
besarnya pengaruh rangkaian elektronika digital dalam perkembangan dunia
elektronika. Sejak ditemukannya bahan semikonduktor silikon dan germanium
maka dengan cepat terjadi revolusi dalam hal penyederhanaan dan keakurasian
suatu rangkaian elektronika. Disamping itu dengan diterapkannya rangkaian
digital akan menunjang sekali dalam hal penyimpanan dan mobilitas data. Banyak
sekali data-data yang sekarang bisa dioperasikan dengan komputer adalah
merupakan data-data yang dikonversi dari sinyal-sinyal analog. Sebagai contoh
sinyal suara ataupun video yang berbentuk analog bisa diputar dan disimpan
dengan menggunakan komputer setelah sinyal-sinyal analog tersebut diubah
menjadi data-data digital.
Gambar 3.10 Rangkaian DAC (Digital to Analog Converter)
Pada rangkaian DAC diatas menggunakan dua buah IC Op-Amp LM741
yang sering digunakan sebagai amplifier. IC1 berfungsi sebagai penghasil sinyal
analog yang terbalik dan IC2 berfungsi membalikkan kembali sinyal dari IC1.
Rangkaian dasar dari DAC adalah rangkaian penguat biasa, hanya saja digunakan
variasi dari beberapa resistor guna memperoleh sinyal penguatan yang teratur.
Aturan yang harus dipahami dari rangkaian DAC ini adalah nilai dari resistor-
resistor pada bagian input op-amp. Nilai untuk resistor pada bit tinggi (R4) harus
2x dari resistor penguat (R5), kemudian untuk bit selanjutnya harus 2x dari nilai
resistor pada bit yang lebih tinggi. Jadi jika rangkaian DAC menggunakan 4 bit
maka pada bit satuan (bit paling rendah) nilainya harus 8x dari bit ke-4. Dari
gambar diatas bit satuan diwakili oleh resistor 80 Kohm.
Contoh Kondisi :
1. 0001 (1) = SW1 ditutup dan saklar lain dibuka, tegangan output yang
dihasilkan adalah (5K/80K) x 9 volt = 0,5625 volt
2. 0010 (2) = SW2 ditutup dan saklar lain dibuka, tegangan outputnya adalah
(5K/40K) x 9 volt = 1,125 volt
3. 0011 (3) = SW1 dan SW2 ditutup dan saklar lain dibuka, tegangan
outputnya adalah (5K/R paralel 80K dan 40K) x 9 volt = (5K/26,667K) × 9
volt = 1,6875 volt
4. 1000 (8) = SW4 ditutup dan saklar lain dibuka, tegangan outputnya adalah
(5K/10K) x 9 volt = 4.5 volt.
Dari perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahawa dengan tegangan output
berbanding lurus dengan kondisi masukan, misal untuk 1 desimal adalah 0.5625
volt maka, desimal 2 = 2 x 0.5625 = 1.125 volt, desimal 3 = 3 x 0.5625 = 1.6875
volt dan begitu seterusnya. Kondisi ini dikarenakan adanya hubungan paralel
antara resistor-resistor input.
3.1.6 Rangkaian IC L293D Penerima
IC L293D ini adalah suatu bentuk rangkaian daya tinggi terintegrasi yang
mampu melayani 4 buah beban dengan arus nominal 600mA hingga maksimum
1.2 A. Keempat kanal inputnya didesain untuk dapat menerima masukan level
logika TTL. Biasa dipakai sebagai driver relay, motor DC, motor stepper maupun
pengganti transistor sebagai saklar dengan kecepatan switching mencapai 5kHz.
Driver tersebut berupa dua pasang rangkaian h-bridge yang masing-masing
dikendalikan oleh enable 1 dan enable 2.
IC driver L293D merupakan H-bridge driver dengan kemampuan yang
jauh lebih unggul dibandingkan H bridge biasa (terbuat dari transistor yang
dirangkai menjadi H-bridge).
Kelebihannya antara lain:
1. lebih mudah pembuatannya
2. mampu menangani 2 motor
3. arus dan tegangannya relatif lebih besar daripada transistor
Gambar 3.11 Konfigurasi Pin ICL293D
Cara kerjanya cukup sederhana dengan memberikan tegangan 5V sebagai
Vcc pada pin 16 dan 9 Volt pada pin 8 untuk tegangan motor, maka IC siap
digunakan. Saat terdapat tegangan pada input 1,2, dengan memberikan logika
tinggi pada enable 1 maka output 1,2 akan aktif. Sedangkan jika enable 1
berlogika rendah, meskipun terdapat tegangan pada input 1 dan 2 output tetap nol
(tidak aktif). Hal ini juga berlaku untuk input dan output 3,4 serta enable 2.
Pada pembuatan alat ini kami menggunakan IC L293D sebagai motor
driver. IC L293D mempunyai empat pin input dan empat pin output, dapat dilihat
pada Gambar 3.13 IC L293D merupakan rangkaian penyangga (buffer) pada
sistem digital yang dapat mempertahankan jumlah tegangan maupun arus
sehingga dapat menggerakkan motor DC dengan stabil tanpa mempengaruhi
rangkaian lainnya.
Gambar 3.12 Rangkaian Penyangga Ic L239D
3.1.7 Rangkaian Motor DC
Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah tenaga
listrik arus searah ( Listrik DC ) menjadi tenaga gerak atau mekanik, dimana
tenaga gerak tersebut berupa putaran dari pada motor. Dalam kehidupan sehari –
hari motor DC dapat dilihat pada motor starter mobil, pada tape recorder, pada
mainan anak–anak dan pada pabrik–pabrik motor DC digunakan untuk traksi,
elevator, conveyor, dan sebagainya. dimana tidak ada perbedaan konstruksi
antara motor DC dan generator DC.
Gambar 3.13 Rangkaian Ekivalen Motor DC Penguat Terpisah
Pada gambar rangkaian 3.13 diatas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut :
Va /Ea = tegangan jangkar (V).
Ia = arus Jangkar (A).
Ra = tahanan kumparan jangkar (Ω).
La = induksi kumparan jangkar (Henry).
n = kecepatan jangkar (rad/sec).
n = Putaran (RPM).
= Fluks / kutub.
k = Konstanta.
……………….……………………….persamaan (3.2)
Dalam aplikasinya seringkali sebuah motor digunakan untuk arah yang searah
dengan jarum jam maupun sebaliknya. Untuk mengubah putaran dari sebuah
motor dapat dilakukan dengan mengubah arah arus yang mengalir melalui motor
tersebut. Secara sederhana seperti yang ada pada gambar 3.14, hal ini dapat
dilakukan hanya dengan mengubah polaritas tegangan motor. Berikut ini adalah
gambar rangkaian driver motor DC putar kiri dan putar kanan dengan diode :
Gambar 3.14 Rangkaian Driver Motor DC Putar Kiri dan Kanan
Driver Motor DC menggunakan IC L293D
Pada dasarnya beberapa aplikasi yang menggunakan motor DC harus dapat
mengatur kecepatan dan arah putar dari motor DC itu sendiri. Untuk dapat
melakukan pengaturan kecepatan motor DC dapat menggunakan metode PWM
(Pulse Width Modulation) sedangkan untuk mengatur arah putarannya dapat
menggunakan rangkaian H-bridge yang tersusun dari 4 buah transistor. Tetapi
dipasaran telah disediakan IC L293D sebagai driver motor DC yang dapat
mengatur arah putar dan disediakan pin untuk input yang berasal dari PWM untuk
mengatur kecepatan motor DC. Jika diinginkan sebuah motor DC yang dapat
diatur kecepatannya tanpa dapat mengatur arah putarnya, maka kita dapat
menggunakan sebuah transistor sebagai driver. Untuk mengatur kecepatan putar
motor DC digunakan PWM yang dibangkitkan melalui fitur Timer pada
mikrokontroler. Sebagian besar power supply untuk motor DC adalah sebesar 12
V, sedangkan output PWM dari mikrokontroler maksimal sebesar 5 V. Oleh
karena itu digunakan transistor sebagai penguat tegangan.
Gambar 3.15 Rangkaian Motor DC menggunakan IC L293D
Dari gambar diatas Pin EN1 merupakan sebuah pin yang difungsikan
untuk meng-enable-kan motor DC (ON/OFF motor DC), oleh karena itu pin EN1
dapat dihubungkan dengan output PWM dari mikrokontroler. Sedangkan pin IN1
dan IN2 digunakan sebagai input logika untuk mengatur putaran motor DC dan
dapat juga digunakan untuk memberhentikan motor DC secara cepat (fast motor
stop). Untuk lebih jelas tentang pin IN1 dan IN2 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Kondisi Motor DC pada PIN IN1 dan IN2
IN1 IN2 Kondisi Motor
0 0 fast motor stop
0 1 putar searah jarum jam
1 0 putar berlawanan arah jarum jam
1 1 fast motor stop
Jika diinginkan motor berputar searah jarum jam, maka pin mikrokontroler PD6
(IN1) diberi logika low dan PD7 (IN2) diberi logika high. Sedangkan EN1
dihubungkan dengan output PWM mikrokontroler (PD4).
3.1.8 Perancangan Rangkaian Mikrokontroller AT89S51
Rangkaian ini merupakan rangkaian yang berfungsi untuk mengendalikan
semua bagian yang bekerja pada sistem alat ini. AT89S51 memiliki rangkaian
dalam yang cukup lengkap, dengan demikian komponen luar yang digunakan
semakin sedikit, hanya merupakan pelengkap IC tersebut terdiri dari beberapa
input yaitu : clock osilator Kristal dan rangkaian reset secara eksternal. IC ini
dibuat dengan ukuran kecil, dengan penggunaan daya yang rendah dan dengan
kinerja yang cukup tinggi. Operasi seluruh input dan output dari pena-pena
tergantung pada pemrograman dengan menggunakan bahasa assembly. Adapun
komponen yang digunakan untuk menyusun rangkaian minimum mikrokontroller
tersebut antara lain : kapasitor 30µF, 10µf, Kristal 11.592 MHz, resistor 10 KΩ
serta sebuah tombol power on reset. Dibawah ini ditunjukkan gambar rangkaian
dari mikrokontroller.
Gambar 3.16 Rangkaian Mikrokontroller AT89S51
3.2 Perancangan Software
3.2.1 Flowchart
Setelah perancangan hardware selesai, kemudian dimulailah dengan
perancangan software. Dalam perancangan software ini terbagi atas dua bagian
yaitu perancangan flowchart dan perancangan program.
Adapun tujuan dari perancangan flowchart adalah untuk memudahkan kita
di dalam perancangan program yang akan digunakan. Flowchart yang digunakan
dalam perancangan alat ini adalah sebagai berikut :
Ya
Tidak
Gambar 3.16 Flowchart Sistem
Inisialisasi sinyal Tx
Cek
Received
“Buka”
Pintu Membuka dan LED menyala hijau
Cek
Received
“Tutup”
Pintu menutup dan LED menyala merah
End
Start
3.2.2 Bahasa Pemrograman Remote Pintu
main:
jb p1.1,cek
acall utama1
acall utama1
acall utama1
acall utama1
sjmp main
cek:
jb p1.2,main
acall utama2
acall utama2
acall utama2
acall utama2
sjmp main
utama1:
mov 70h,#4
mov 60h,#11
acall Kirim_Sinyal
setb p1.0
acall delay
mov 60h,70h
acall Kirim_Sinyal
setb p1.0
acall delay
sjmp main
utama2:
mov 70h,#8
mov 60h,#11
acall Kirim_Sinyal
setb p1.0
acall delay
mov 60h,70h
acall Kirim_Sinyal
setb p1.0
acall delay
sjmp main
Kirim_Sinyal:
mov r1,60h
frek38khz:
mov r0,#14
loop:
clr p1.0
nop
nop
nop
nop
nop
nop
nop
nop
nop
nop
nop
nop
setb p1.0
nop
nop
nop
nop
nop
nop
nop
nop
nop
nop
djnz r0,loop
djnz r1,frek38khz
ret
tunda:
mov r7,#5
tnd:
mov r6,#255
td:
mov r5,#255
djnz r5,$
djnz r6,td
djnz r7,tnd
ret
delay:
mov r7,#6
dly:
mov r6,#255
djnz r6,$
djnz r7,dly
ret
tunda1:
mov r7,#5
tnd1:
mov r6,#255
td1:
mov r5,#255
djnz r5,$
djnz r6,td1
djnz r7,tnd1
ret
3.2.3 Bahasa Pemrograman Remote Penerima
clr p1.0
clr p1.1
utama:
mov 60h,#0
loop:
jb p1.7,$
hitung:
acall tunda
inc 60h
jnb p1.7,hitung
mov a,60h
mov b,#10
div ab
cjne a,#11,utama
mov 60h,#0
sjmp buka
loop1:
jb p1.7,$
hitung1:
acall tunda
inc 60h
jnb p1.7,hitung1
mov a,60h
mov b,#10
div ab
mov 71h,a
dec 71h
mov a,71h
cjne a,#3,cek
acall buka
ljmp utama
cek:
cjne a,#7,utama
acall tutup
ljmp utama
buka:
setb P1.0
sjmp buka
tutup:
setb P1.0
sjmp tutup
tadc:
mov r7,#80h
adc: mov r6,#20h
djnz r6,$
djnz r7,adc
ret
tunda:
mov r7,#14
djnz r7,$
ret