1
PERANAN BP4 KEMAYORAN JAKARTA PUSAT TERHADAP
PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu
persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
ZULFA ZIDNIYAH FITRI
206044103794
PROGRAM STUDI PERADILAN AGAMA
JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
2
PERANAN BP4 KEMAYORAN JAKARTA PUSAT
TERHADAP PEMBENTUKKAN KELUARGA SAKINAH
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah
Oleh
Zulfa Zidniyah Fitri
206044103794
Di bawah Bimbingan
Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA
NIP: 195510151979031002
PROGRAM STUDI PERADILAN AGAMA
JURUSAN AL-AHWAL AS-SYAKHSIYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
3
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul "Peranan BP4 Kemayoran Jakarta Pusat Terhadap
Pembentukan Keluarga Sakinah" telah diujikan dalam sidang Munaqasah Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 09 Desember
2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Syari'ah pada jurusan Peradilan Agama.
Jakarta, 09 Desember 2010
Mengesahkan,
DEKAN
Prof. Dr. H M. Amin Suma. SH., MA., MM
NIP. 195505051982031012
Ketua : Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA (.............................)
NIP.195510151979031002
Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag. (.............................)
NIP.196404121994031004
Pembimbing : Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA. (.............................)
NIP.195510151979031002
Penguji I : Prof. Dr. Hj. Zaitunah Subhan, MA. (.............................)
NIP.150185438
Penguji II : Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA. (.............................)
NIP. 150294051
4
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
Zulfa Zidniyah Fitri
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Peranan BP4 Kemayoran Jakarta Pusat Terhadap Pembentukan
Keluraga Sakinah”.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang mana telah memberikan kasih sayang-Nya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancer.
2. Bapak Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA, selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan yang terbaik kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Bapak Akhmad Aziz, S. Ag, selaku Kepala KUA Kecamatan Kemayoran
yang telah mengizinkan penulis untuk mengadakan penelitian dan telah
memberikan data-data yang diperlukan demi menunjang penyelesaiannya
skripsi ini.
ii
4. Bapak Muhammad Alex Purnawibawa, selaku koordinator BP4 Kecamatan
Kemayoran yang senantiasa telah membantu penulis untuk melakukan
wawancara dan penelitian serta memberikan semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
5. Penasehat-penasehat BP4, yang telah memberikan penjelasan tentang materi
yang berkaitan dengan skripsi penulis.
6. Staf- staf KUA Kecamatan Kemayoran yang dengan sukarela membantu
memberikan data-data yang diperlukan oleh penulis.
7. Ayah dan Umi tersayang, selaku orang tua penulis yang sangat penulis cintai,
yang telah memberikan kasih sayang yang luar biasa besarnya dan semangat
yang besar kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan penuh semangat.
8. Abang dan Adik-adik yang tercinta, yang telah mendukung penuh penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. My beloved of sweet heart (Gunadi Prabowo), yang telah memberikan kasih
sayang dan cintanya serta dukungan yang besar kepada penulis selama ini.
10. Teman-teman seperjuangan penulis, Afni Desiana Dalimunthe, Siti Sunnatil
Mahmudah, Dodi Darwin, Zulkifli, Ulul Azmi, M. Haikal Jamal, Ridwan
Darmansyah, Vita Rahmi Setiani, dan lain-lain yang tidak dapat di sebutkan
satu persatu, yang telah memberikan semangat kepada penuulis.
11. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan oleh penulis satu persatu,
terima kasih atas bantuan dan doanya.
iii
Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan
di sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan
demi perbaikan-perbaikan ke depan. Amin Yaa Rabbal „Alamiin.
Jakarta, 26 November 2010
Penulis,
Zulfa Zidniyah Fitri
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ................................. 6
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ....................................... 7
D. Review Studi Terdahulu ................................................................... 8
E. Metode Penelitian ............................................................................. 9
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Dan Dasar Hukum Tentang Perkawinan ........................ 14
B. Rukun Dan Syarat Perkawinan ......................................................... 20
C. Tujuan Dan Hikmah Perkawinan ...................................................... 25
D. Keluarga sakinah............................................................................... 28
E. Pembentukan Keluarga Sakinah ....................................................... 33
F. Strategi Pembentukan Keluarga Sakinah .......................................... 35
v
BAB III EKSISTENSI BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN DAN
PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4)
A. Gambaran Umum tentang BP4 ......................................................... 38
B. Profil BP4 Kecamatan Kemayoran ................................................... 51
C. Dasar Hukum Pembentukan BP4 Kecamatan Kemayoran ............... 58
BAB IV PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH DI KECAMATAN
KEMAYORAN JAKARTA PUSAT
A. Kondisi Umum Kecamatan Kemayoran ........................................... 63
B. Mekanisme Pembentukan Keluarga Sakinah Di Kecamatan
Kemayoran Jakarta Pusat .................................................................. 65
C. Analisa ............................................................................................. 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 75
B. Saran-saran........................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 80
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu kenyataan dalam keberadaan makhluk hidup di muka bumi adalah
mereka terdiri dari dua jenis, yakni laki-laki dan perempuan. Kedua jenis makhluk
hidup ini baik dari segi fisik maupun segi psikis mempunyai sifat-sifat yang
berbeda. Namun secara biologis kedua jenis makhluk hidup tersebut adalah saling
membutuhkan, karena manusia adalah makhluk hidup sosial yang tidak mampu
hidup tanpa bantuan orang lain. Sehingga mereka menjadi berpasang-pasangan
atau berjodoh-jodohan, yang secara harfiah disebut perkawinan.
Menurut hukum perdata perkawinan adalah pertalian yang sah antara
seorang lelaki dan seorang perempuan untuk waktu yang lama1.Sedangkan
menurut hukum Islam perkawinan adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat
atau Mitsaqan Ghalididzan, untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah2.
Perkawinan menjadi peristiwa yang didambakan oleh setiap orang, karena
dengan perkawinan seseorang dapat memperoleh keturunan yang sah, baik dalam
pandangan agama maupun dalam pandangan hukum yang berlaku di Indonesia.
1 http://intanghina.wordpress.com/2009/03/23/pelayanan-badan-penasehat-pembinaan-
pembinaan-pelestarian-perkawinan-BP4/#_ftn2.
2 Ibid.
2
Dalam pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan : “
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”3.
Intinya dari pasal tersebut dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa tujuan
perkawinan adalah membentuk keluarga (rumah tangga) yang sakinah mawaddah
warahmah.
Perkawinan merupakan akad ijab kabul antara calon suami dan calon istri
untuk hidup bersama dalam suatu pertalian suci (sakral), untuk menghalalkan
hubungan kelamin antara pria dan wanita dengan tujuan membentuk keluarga
dalam memakmurkan bumi Allah SWT yang luas ini. Dengan perkawinan
terpeliharalah kehormatan, kesehatan, keturunan, jasmani dan rohani, serta
jelasnya nasab seseorang.
Perkawinan adalah perilaku ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, agar kehidupan
di alam dunia berkembang biak. Perkawinan bukan saja terjadi di kalangan
manusia tetapi juga pada hewan dan tumbuhan. Oleh karena itu manusia sebagai
makhluk yang berakal, perkawinan merupakan salah satu budaya beraturan yang
mengikuti perkembangan budaya manusia dalam kehidupan masyarakat. Dalam
masyarakat sederhana budaya perkawinannya tertutup, sedangkan dalam
masyarakat yang maju (modern) budaya perkawinannya maju, luas dan lebih
terbuka.
3 R. Subekti, dan R. Djitosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) dengan
tambahan UU Pokok Agraria dan UU Perkawinan, (Jakarta: Pradnya Paramita 1994), h 449.
3
Budaya perkawinan dan aturannya yang berlaku pada suatu masyarakat atau
pada suatu bangsa, tidak terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan di mana
masyarakat itu berada serta pengetahuan, pengalaman, kepercayaan dan
keagamaan yang dianut masyarakat bersangkutan. Seperti halnya aturan
perkawinan bangsa Indonesia, bukan saja dipengaruhi adat budaya masyarakat
setempat tetapi juga dipengaruhi ajaran agama, bahkan juga dipengaruhi budaya
barat. Jadi, walaupun Bangsa Indonesia kini telah memiliki hukum positif sebagai
landasan dasar melakukan suatu perkawinan, yaitu berdasarkan Undang-Undang
Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, namun pada kenyataannya bahwa di
kalangan masyarakat Indonesia masih tetap berlaku ketentuan adat dan upacara-
upacara adat dalam melangsungkan perkawinan yang berbeda-beda, antara satu
lingkungan masyarakat dengan masyarakat lainnya. Sebagai contoh masyarakat
Minangkabau dengan suatu tata tertib perkawinan yang bersendikan keibuan,
masyarakat Batak yang tata tertib perkawinannya bersendikan kebapaan, dan
masyarakat Jawa yang tata tertib perkawinannya bersendikan kebapak-ibuan,
yang di dalamnya tata tertib perkawinan tersebut menggunakan suatu upacara
adat perkawinan yang berbeda antara satu dengan lainnya, selain itu juga menurut
kepercayaan agama masing-masing.
Suatu cita-cita setiap orang untuk melaksanakan perkawinan dan
menginginkan perkawinan itu berlangsung selama akhir hayat, karena perkawinan
dalam Islam bertujuan yaitu :
4
1. Supaya umat manusia itu hidup dalam masyarakat yang teratur dan tentram,
baik lahir maupun batin.
2. Supaya kehidupan dalam suatu rumah tangga teratur dan tertib menuju
kerukunan anak-anak yang saleh, yang berjasa dan berguna kepada
kedua orang tua, agama, masyarakat, bangsa dan negara.
3. Supaya terjalin hubungan yang harmonis antara suami istri, seterusnya
hubungan famili, sehingga akan terbentuk ukhuwah yang mendalam yang
diridhoi Allah SWT.
Bertolak dari rumusan tersebut bahwa Indonesia ialah negara yang
berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat) dengan anggapan bahwa pola yang diambil
tidak menyimpang dari pengertian negara hukum pada umumnya yang
disesuaikan dengan keadaan Indonesia, artinya dengan ukuran pandangan hidup
maupun pandangan bernegara kita4.
Dalam prakteknya sering terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap aturan-
aturan yang sudah ditentukan, seperti terjadinya perkawinan di bawah umur,
kawin siri, kawin kontrak, hal ini berdampak terhadap perlindungan hak-hak dari
keturunan hasil pernikahan tersebut. Perintah Nabi SAW untuk melaksanakan
pernikahan dan melarang membujang terus-menerus juga sangat beralasan. Hal
ini karena libido seksualitas merupakan fitrah kemanusiaan dan juga makhluk
hidup lainnya yang melekat dalam diri setiap makhluk hidup yang suatu saat akan
4 http://intanghina.wordpress.com/2009/03/23/pelayanan-badan-penasehat-pembinaan-
pembinaan-pelestarian-perkawinan-BP4/#_ftn2.
5
mendesak penyalurannya. Bagi manusia penyaluran itu hanya ada satu jalan, yaitu
perkawinan.
Tetapi terkadang di dalam perkawinan terjadi beda pendapat antara
keduanya. Yang mana perbedaan itu akan berujung kepada perceraian.
Meningkatnya angka perceraian di tanah air dari beberapa tahun terakhir
mendapat perhatian Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam, Prof. Nasaruddin Umar
MA, karena selain fenomenanya cenderung terus meningkat juga yang melakukan
gugatan justru lebih banyak pihak istri5.
Dewasa ini, posisi suami tak selalu dominan dalam rumah tangga. Jika
sedikit saja tak ada kecocokan, pihak istri biasa lebih cepat mengajukan
perceraian. Bercerai, yang dibenarkan menurut agama Islam dan di benci oleh
Allah, itu kini dapat diperoleh seperti orang kebanyakan membeli kacang goreng
di warung. Belum lagi tayangan infotainment, ikut memberi peranan mendorong
peningkatan angka perceraian di tanah air lantaran pasangan suami istri usia muda
meniru perilaku selebriti.
Usia perkawinan 5 tahun, sebanyak 80 % bercerai karena pengaruh
tayangan tersebut6. Selain itu, perceraian juga dapat terjadi karena disebabkan
beberapa faktor, antara lain disebabkan adanya poligami, nikah di bawah umur,
jarak usia suami istri terlalu jauh, perbedaan agama, kekerasan dalam rumah
tangga. Termasuk pula disebabkan faktor tingkat atau jarak intelektual antara
5 http//www.antaranews.com/.../mencari-keluarga-sakinah-di-tengah-maraknya-perceraian
6 Ibid.
6
pasangan terlalu jauh, perbedaan sosial, faktor ekonomi, politik, ketidaksesuaian
akibat keras kepala, perselingkuhan akibat orang ketiga, salah satu pidana, cacat
fisik permanen7. Tetapi yang paling perceraian akibat faktor ekonomi dan
ketidakcocokan pasangan dalam menjalankan kehidupan rumah tangga.
Untuk menekan angka perceraian itu, kini sedangkan dilakukan berbagai
upaya antara lain reaktualisasi Badan Penasihat Perkawinan, Perselisihan dan
Perceraian (BP4).dan memperpanjang waktu bimbingan pranikah. Upaya ini
memang perlu dapat dukungan dari semua pihak, termasuk dari kalangan
akademisi. Yang mana BP4 ini bekerja sama dengan KUA selaku badan
pemerintahan yang menangani segala sesuatu hal yang berkaitan dengan
pernikahan. Maka secara tidak langsung KUA pun sangat berperan dalam upaya
pembentukan keluarga sakinah.
Atas dasar itulah, penulis merasa tertarik untuk meneliti hal tersebut
menjadi sebuah informasi yang bersumber dari penemuan-penemuan ilmiah
melalui metode empirik. Untuk lebih khususnya persoalan ini, maka penulis
lebih memfokuskan penelitian yang berkisar pada “Peranan BP4 Kemayoran
Jakarta Pusat Terhadap Pembentukan Keluarga Sakinah”.
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Agar lingkup pembahasannya tidak terlalu luas, maka penulis membatasi
penelitian ini hanya pada seputar masalah peranan BP4 Kemayoran Jakarta Pusat
7 Ibid.
7
terhadap pembentukan keluarga sakinah. Yang mana lebih di tekankan kepada
upaya-upaya BP4 dalam pembentukan keluarga sakinah.
Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Peranan BP4 dalam melaksanakan pembentukan keluarga
sakinah?
2. Apa yang dimaksud dengan keluarga sakinah menurut Undang-undang?
3. Bagaimana strategi pembentukan keluarga sakinah yang dilakukan oleh BP4
Kecamatan Kemayoran?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui peranan BP4 Kemayoran Jakarta Pusat dalam upaya
pembentukan keluarga sakinah.
2. Mengetahui pengertian keluarga sakinah menurut Undang-undang.
3. Mengetahui strategi pembentukan keluarga sakinah yang dilakukan oleh BP4
Kecamatan Kemayoran.
Sedangkan manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi
ini adalah:
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
kejelasan bagaimana upaya BP4 sebagai suatu lembaga pemerintahan
terhadap pembentukan keluarga sakinah.
8
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembekalan dan masukan kepada
masyarakat dalam menjalani perkawinan yang sakinah mawadah warahmah .
3. Bagi Instansi Terkait Yaitu BP4
Dengan adanya penulisan ini, penulis ingin mengetahui bagaimana upaya BP4
dalam pembentukan keluarga sakinah khususnya BP4 Kecamatan Kemayoran
Jakarta Pusat.
D. Review Studi Terdahulu
JUDUL TAHUN PENULIS PERBEDAAN
Pernikahan Usia Muda
Terhadap Pembentukan
Keluarga Sakinah
2008 Ahmad
Hidayat
Lebih menekankan
terhadap pernikahan usia
muda
Pengaruh Perkawinan Di
Bawah Umur Terhadap
Pembentukan Keluarga
Sakinah ( Studi Pada
Kecamatan Cakung
Jakarta Timur)
2009 Riana Maruti Lebih menekankan
terhadap pernikahan yang
dilakukan di bawah umur
dan pengaruhnya
Sedangkan Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana peranan BP4
Kemayoran Jakarta Pusat dalam upaya pembentukan keluarga sakinah.
9
E. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data dan penjelasan segala sesuatu yang berhubungan
dengan pokok permasalahan diperlukan suatu pedoman penelitian yang disebut
metodologi penelitian. Yang dimaksud dengan metodologi penelitian adalah cara
meluluskan suatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai
suatu tujuan8. Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari,
mencatat, merumuskan, dan menganalisis pada penyusunan laporan9.
Suatu metode merupakan cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami
objek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Metode
adalah pedoman cara seseorang ilmuwan mempelajari dan memahami langkah-
langkah yang dihadapi10
.
Adapun metode yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Metode Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah memakai pendekatan
kualitatif, berlandaskan pada prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif, yang berupa kata-kata tertulis.
8 Cholid Narboko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta:Bumi Pustaka, 1997), h. 1.
9 Cholid Narboko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, h. 1.
10
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,
1986), h. 6.
10
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat deskriptif analisis yaitu jenis
penelitian yang menggambarkan dan memberikan analisa terhadap kenyataan
di lapangan.
3. Sumber Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka sumber
data yang penulis gunakan, yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan
dengan mengadakan tinjauan langsung pada obyek yang diteliti. Dalam
hal ini adalah pihak Kantor Urusan Agama Kecamatan Kemayoran Jakarta
Pusat.
b. Data Sekunder, merupakan semua bahan yang memberikan penjelasan
mengenai sumber data primer, seperti Peraturan Perundang-undangan,
buku-buku, karya dari kalangan hukum, dan literatur lain yang ada
hubungannya dengan skripsi ini.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Metode Librarary Research (pengumpulan data melalui studi kepustakaan),
yaitu suatu metode pengumpulan data dari berbagai macam literatur yang
relevan dengan pokok masalah yang dijadikan sumber penulisan skripsi
ini.
11
b. Metode Field Research (penelitian lapangan), yaitu menggunakan
penelitian dengan cara langsung datang ke lokasi yang ada hubungannya
dengan tulisan ini, yaitu Kantor Urusan Agama Kecamatan Kemayoran
Jakarta Pusat.
Cara yang dilakukan antara lain:
a. Observasi
Mengadakan pengamatan secara sistematis dan mencatat segala kejadian-
kejadian yang terjadi terhadap obyek penelitian baik secara langsung
maupun tidak langsung.
b. Interview
Yaitu metode pengumpulan data dengan cara Tanya jawab dengan pihak
yang bersangkutan yaitu Kepala BP4 Kantor Urusan Agama Kecamatan
Kemayoran Jakarta Pusat dan staf-staf yang berwenang.
c. Studi Dokumentasi
Metode pengumpulan data dengan cara mengambil informasi dari arsip-
arsip yang berasal dari BP4 Kantor Urusan Agama Kecamatan Kemayoran
Jakarta Pusat, yang kesemuanya berhubungan erat dengan persoalan yang
dibahas.
5. Analisis Data
Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, baik primer maupun sekunder. Setelah
dipelajari dan ditelaah, maka langkah penulis berikutnya adalah mereduksi
12
data, dengan jalan merangkum masalah yang penulis teliti. Dalam
menganalisa data penulis menggunakan pendekatan deskriptif analisis. Di
analisis secara kualitatif dan dicari pemecahannya, kemudian disimpulkan dan
digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam penulisan ini, penulis membagi pembahasan
dalam lima bab, yaitu:
Bab I merupakan bab pendahuluan yang memuat latar belakang masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, review terdahulu, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
Bab II merupakan landasan teori yang mencakup pengertian dan dasar hukum
perkawinan, rukun dan syarat perkawinan, tujuan dan hikmah
perkawinan, keluarga sakinah, dan pembentukan keluarga sakinah,
strategi pembentukan keluarga sakinah.
Bab II I Merupakan Eksistensi Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan yang memuat gambaran umum tentang BP4, profil BP4
Kemayoran Jakarta Pusat,dan dasar hukum pembentukan BP4
Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat.
Bab IV merupakan penjelasan hasil penelitian pembahasan tentang
pembentukan keluarga sakinah di kecamatan Kemayoran Jakarta pusat
13
yang meliputi kondisi umum kecamatan Kemayoran, mekanisme
pembentukan keluarga sakinah di kecamatan Kemayoran Jakarta
pusat, dan analisa.
Bab V merupakan bab penutup yang mencakup, lampiran-lampiran,
kesimpulan dan saran.
14
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN
A. Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Perkawinan
Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin” yang
menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan
hubungan kelamin atau bersetubuh. Perkawinan disebut juga “pernikahan”,
berasal dari kata nikah ) نكح) yang menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling
memasukkan, dan digunakan untuk arti bersetubuh (wathi). Kata “nikah” sendiri
sering dipergunakan untuk arti persetubuhan (coitus), juga untuk arti akad nikah1.
Menurut istilah hukum Islam, terdapat beberapa definisi, di antaranya
adalah2:
“Perkawinan menurut syara‟ yaitu akad yang ditetapkan syara‟ untuk
memperbolehkan bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuan untuk
menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki”.
Abu Yahya Zakaria Al-Anshary mendefinisikan:
3
1 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), cet-1, h. 7.
2 Ibid. h. 8
3 Ibid., h. 8.
15
“Nikah menurut istilah syara‟ ialah akad yang mengandung ketentuan hukum
kebolehan hubungan seksual dengan lafaz nikah atau dengan kata-kata yang
semakna dengannya”.
Definisi yang dikutip Zakiah Daradjat:
4 “akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan
lafaz nikah atau tazwij atau semakna dengan keduanya”.
Muhammad Abu Ishrah memberikan definisi yang luas, yang juga dikutip
oleh Zakiah Daradjat:
5 “Akad yang memberikan faedah hukum kebolehan mengadakan hubungan
keluarga (suami istri) antara pria dan wanita dan mengadakan tolong menolong
dan memberi batas hak bagi pemiliknya serta pemenuhan kewajiban bagi masing-
masing”.
Dari pengertian ini perkawinan mengandung aspek akibat hukum,
melangsungkan perkawinan adalah saling mendapat hak dan kewajiban serta
bertujuan mengadakan hubungan pergaulan yang dilandasi tolong-menolong.
Dalam Kompilasi Hukum Islam, pengertian perkawinan dinyatakan dalam
pasal 2 sebagai berikut:
Pasal 2 : “perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad
yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizan untuk mentaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah.
4 Ibid.
5 Ibid., h. 9.
16
Sayyid Sabiq, lebih lanjut mengomentari : perkawinan merupakan salah
satu sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk Tuhan, baik pada manusia,
hewan maupun tumbuhan. Perkawinan merupakan cara yang dipilih Allah sebagai
jalan bagi manusia untuk beranak-pinak, berkembang biak, dan melestarikan
hidupnya setelah masing-masing pasangan siap melakukan perannya yang positif
dalam mewujudkan tujuan perkawinan. Allah tidak menjadikan manusia seperti
makhluk lainnya yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan secara
anarki tanpa aturan. Demi menjaga kehormatan dan martabat kemuliaan manusia,
Allah mengadakan hukum sesuai dengan martabatnya, sehingga hubungan antar
laki-laki dengan perempuan diatur secara terhormat dan berdasarkan rasa saling
meridhoi, dengan upacara ijab kabul sebagai lambang adanya rasa ridho-
meridhoi, dan dengan dihadiri para saksi yang menyaksikan bahwa pasangan laki-
laki dan perempuan itu telah saling terikat. Bentuk perkawinan ini telah
memberikan jalan yang aman pada naluri seks, memelihara keturunan dengan
baik, dan menjaga kaum perempuan agar tidak laksana rumput yang biasa
dimakan oleh binatang ternak dengan seenaknya. Pergaulan suami istri menurut
ajaran Islam diletakkan di bawah naluri keibuan dan kebapaan sebagaimana
ladang yang baik yang nantinya menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang baik dan
menghasilkan buah yang baik pula.
Adapun tentang makna pernikahan itu secara definitif, masing-masing
Ulama Fikih berbeda dalam mengemukakan pendapatnya, antara lain sebagai
berikut:
17
1. Ulama Hanafiyah, mendefinisikan pernikahan sebagai suatu akad yang
berguna untuk memiliki mut’ah dengan sengaja. Artinya seorang laki-laki
dapat menguasai perempuan dengan seluruh anggota badannya untuk
mendapatkan kesenangan atau kepuasan.
2. Ulama Syafi’iyah, menyebutkan bahwa pernikahan adalah suatu akad dengan
menggunakan lafal nikah atau zauj َزْوٌج. ِنَكاٌح yang menyimpan arti memiliki
wathi. Artinya dengan pernikahan seseorang dapat memiliki atau
mendapatkan kesenangan dari pasangannya.
3. Ulama Malikyah, menyebutkan bahwa pernikahan adalah suatu akad yang
mengandung arti mut’ah untuk mencapai kepuasan, dengan tidak mewajibkan
adanya harga.
4. Ulama Hanabilah, menyebutkan bahwa pernikahan adalah akad dengan
menggunakan lafal inkah ِإْنَكاٌح atau َتْزِوْيٌج untuk mendapatkan kepuasan,
artinya seorang laki-laki dapat memperoleh kepuasan dari seorang perempuan
dan sebaliknya.
Dari beberapa pengertian nikah tersebut di atas maka dapat di kemukakan
bahwa pernikahan adalah suatu akad antara seorang pria dengan seorang wanita
atas dasar kerelaan dan kesukaan kedua belah pihak, yang dilakukan oleh pihak
lain (wali) menurut sifat dan syarat yang telah ditetapkan syara’ untuk
menghalalkan pencampuran antara keduanya, sehingga satu sama lain saling
membutuhkan menjadi sekutu sebagai teman hidup dalam rumah tangga.6
6 Slamet Abidin, dan aminuddin, Fiqih Munakahat 1 Untuk Fakultas Syari‟ah Komponen
MKDK, (Bandung: CV Pustaka Setia 1999), h 11.
18
Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup
berjodoh-jodoh adalah naluri segala makhluk Allah, termasuk manusia,
sebagaimana firman-Nya dalam surat Az-Zariyat ayat 49:
5149
“Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat
akan kebesaran Allah SWT”. (QS. Az-Zariyat/51: 49)
Dalam Yasin ayat 36 dinyatakan:
3636
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik
apa yang ditumbuhkan dari bumi dan dari diri mereka maupun apa yang tidak
mereka ketahui”. (QS. Yasin/36: 36)
Dari makhluk yang diciptakan Allah SWT berpasang-pasangan inilah
Allah SWT menciptakan manusia menjadi berkembang biak dan berlangsung dari
generasi ke generasi berikutnya, sebagaimana tercantum dalam surat An-Nisa’
ayat 1:
... 41
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari
keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak….”
(QS. An-Nisa/4 :1)
19
Hal ini pun disebutkan dalam surat An-Nahl ayat 72:
...
1672
“Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu dari istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu….” (QS. An-Nahl/16 :72).
Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa berkeluarga itu termasuk sunnah
rasul-rasul sejak dahulu sampai rasul terakhir Nabi Muhammad SAW,
sebagaimana tercantum dalam surat Ar-Ra’d ayat 38:
... 1338
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum kamu dan
Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan….” (QS. Ar-Ra’d/13:
38)
Berkeluarga yang baik menurut Islam sangat menunjang untuk menuju
kepada kesejahteraan, termasuk dalam mencari rezeki Tuhan. Firman Allah dalam
surat An-Nur ayat 32 perlu mendapat perhatian bagi orang yang akan berkeluarga:
... 2432
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang
yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahaya mu yang laki-laki dan hamba-
hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin niscaya Allah SWT akan
memampukan mereka dengan karunia-Nya…” (QS. An-Nur/24 :32)
20
Islam menganjurkan orang berkeluarga karena dari segi batin orang dapat
mencapainya melalui berkeluarga yang baik, seperti dinyatakan dalam satu sabda
Nabi SAW. riwayat Iman Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Abbas:
“Hai para pemuda, barangsiapa yang telah sanggup diantara kamu untuk kawin,
maka kawinlah, karena sesungguhnya kawin itu dapat mengurangi pandangan
(yang liar) dan lebih menjaga kehormatan.”
B. Rukun dan Syarat Perkawinan
Jumhur Ulama sepakat bahwa rukun perkawinan itu terdiri atas7:
1. Adanya Calon Suami dan Istri yang Akan Melakukan Pernikahan
Sudah menjadi sunnatullah bahwa semua makhluk dijadikan oleh Allah SWT
di muka bumi dengan berpasang-pasangan termasuk manusia. Sebagaimana
firman Allah SWT :
5149
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
mengingat akan kebesaran Allah”. (Q.S. Al-Az-Zariyat/51 : 49)
2. Adanya Wali dari Pihak Calon Pengantin Wanita
Akad nikah akan dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya yang
akan menikahkannya. Keterangan ini dapat dilihat dalam sebuah hadis Nabi
SAW. yang berbunyi sebagai berikut:
7 Slamet abidin dan H. Aminuddin, Op-Cit, cet ke-1, hal 64-68.
21
“Barang siapa di antara perempuan menikah tanpa seizin wanitanya, maka
pernikahannya batal.” (H.R. Empat ahli hadis, kecuali Nasa’i)
Dalam hadis lain Nabi SAW juga bersabda:
“Janganlah seorang perempuan menikahkan perempuan lainnya, dan
janganlah seorang perempuan menikahkan dirinya sendiri.” (H.R. Ibnu Majah
dan Darutqutni)
3. Adanya Dua Orang Saksi
Pelaksanaan akad nikah akan sah apabila ada dua orang menyaksikan
akad nikah tersebut. Nabi Muhammad Saw bersabda:
“Nikah itu tidak sah, melainkan dengan wali dan dua orang saksi.” (H.R.
Ahmad)
4. Sighat Akad Nikah
Yaitu ijab Kabul yang diucapkan oleh wali atau wakilnya dari pihak
wanita, dan dijawab oleh calon pengantin.
Tentang jumlah rukun nikah ini, para ulama berbeda pendapat8:
Imam Malik mengatakan bahwa rukun nikah itu ada lima macam, yaitu:
- Wali dari pihak perempuan,
- Mahar (mas kawin),
- Calon pengantin laki-laki,
8 Abd. Rahman Ghazaly, Op-Cit, cet ke-1, h 47-49.
22
- Calon pengantin perempuan,
- Sighat akad nikah.
Imam Syafi’i berkata bahwa rukun nikah itu ada lima macam, yaitu:
a. Calon pengantin laki-laki,
b. Calon pengantin perempuan,
c. Wali,
d. Dua orang saksi,
e. Sighat akad nikah.
Menurut Ulama Hanafiyah, rukun nikah hanya ijab dan qabul saja yaitu
akad yang dilakukan oleh pihak wali perempuan dan calon pengantin laki-laki).
Sedangkan menurut segolongan yang lain rukun nikah itu ada empat, yaitu:
a. Sighat (ijab dan qabul)
b. Calon pengantin perempuan,
c. Calon pengantin laki-laki,
d. Wali dari pihak calon pengantin perempuan.
Pendapat yang mengatakan bahwa rukun nikah itu ada empat, karena calon
pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan digabung menjadi satu rukun,
seperti terlihat di bawah ini.
Rukun perkawinan:
1. Dua orang yang melakukan akad perkawinan, yakni mempelai laki-laki dan
mempelai perempuan.
2. Adanya wali.
23
3. Adanya dua orang saksi.
4. Dilakukan dengan sighat tertentu.
Selain rukun-rukun di atas, suatu perkawinan juga harus memenuhi
persyaratan tertentu. Syarat-syarat perkawinan merupakan dasar bagi sahnya
pernikahan. Apabila syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka sahlah perkawinan dan
menimbulkan kewajiban dan hak sebagai suami istri.
Pada garis besarnya, syarat sah perkawinan itu ada dua, yaitu9:
1. Laki-laki dan perempuannya sah untuk di kawini. Artinya kedua calon
pengantin adalah orang yang bukan haram dikawini,baik karena haram untuk
sementara atau selamanya.
2. Akad nikahnya dihadiri oleh para saksi.
Dalam masalah syarat pernikahan ini terdapat beberapa pendapat di antara
para mazhab fikih, yaitu sebagai berikut:
a. Ulama Hanafiyah, mengatakan bahwa sebagian syarat-syarat pernikahan
berhubungan dengan sighat, dan sebagian lagi berhubungan dengan akad,
serta sebagian lainnya berkaitan dengan saksi.
1) Sighat, yaitu ibarat dari ijab dan Kabul, dengan syarat sebagai berikut:
a) Menggunakan lafal tertentu, baik dengan lafal sarih maupun
dengan lafal kinayah.
b) Ijab dan Kabul, dengan syarat yang dilakukan dalam satu majelis.
c) Sighat didengar oleh orang-orang yang menyaksikannya.
9 Slamet Abidin dan Aminuddin, Op-cit, h. 61.
24
d) Antara ijab dan Kabul tidak berbeda maksud dan tujuannya.
e) Lafal sighat tidak disebutkan untuk waktu tertentu.
2) Akad, dapat dilaksanakan dengan syarat apabila kedua calon pengantin
berakal, baligh dan merdeka.
3) Saksi, harus terdiri dari dua orang. Maka tidak sah apabila akad
nikahnya hanya disaksikan oleh satu orang. Dan tidak disyaratkan
keduanya harus laki-laki dan dua orang perempuan. Namun demikian
apabila saksi terdiri dari dua orang perempuan, maka nikahnya tidak
sah.
Adapun syarat-syarat saksi sebagai berikut:
a. Berakal, bukan orang gila.
b. Baligh, bukan anak-anak.
c. Merdeka, bukan budak.
d. Islam.
e. Kedua orang saksi itu mendengar.
b. As-syafi’i berpendapat bahwa, syarat-syarat perkawinan itu ada yang
berhubungan dengan sighat, ada juga yang berhubungan dengan wali,
serta ada yang berhubungan dengan kedua calon pengantin, dan ada lagi
yang berhubungan dengan saksi.
25
C. Tujuan Dan Hikmah Perkawinan
Tujuan nikah pada umumnya tergantung pada masing-masing individu
yang akan melakukannya, karena lebih bersifat subyektif10
. Tetapi tujuan
perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk agama dalam
rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia11
. Harmonis
dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga. Sejahtera artinya
terciptanya ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenuhinya keperluan hidup
lahir dan batinnya, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih sayang antar
anggota keluarga. Selain itu, dalam KHI pasal 3 tentang perkawinan, perkawinan
juga bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah,
mawaddah warrahmah12
.
Adapun tujuan perkawinan secara rinci dapat dikembangkan menjadi lima
yaitu13
:
1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan.
2. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan
kasih sayangnya.
3. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan.
10
Slamet Abidin, Aminuddin, Op-cit, h. 12.
11
Abd. Rahman Ghazaly, Op-Cit, h. 22.
12
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 8.
13
Abd. Rahman Ghazaly, Op-Cit, h. 24.
26
4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak serta
kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang
halal.
5. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tenteram atas
dasar cinta dan kasih sayang.
Selain itu, dari sebuah perkawinan yang dilaksanakan akan ada hikmah
yang terkandung di dalamnya. Hikmah perkawinan antara lain:
1. Menyalurkan Naluri Seks
Menikah merupakan jalan yang paling baik menyalurkan naluri seks
secara alami dan biologis. Dengan badan menjadi tegar, jiwa menjadi tenang
mata dapat terpelihara dari melihat hal-hal yang maksiat, dan memiliki
perasaan tenang menikmati hal-hal yang halal. Allah SWT berfirman :
30
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir” (Q.S. Ar-rum/30:21)
2. Jalan Mendapatkan Keturunan yang Sah
Menikah adalah jalan yang terbaik untuk menjadikan anak-anak yang
mulia, memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia, serta
memelihara nasab yang sangat diperhatikan oleh Islam. Dalam sebuah hadis
dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW, sebagai berikut:
27
“Menikahlah dengan perempuan yang banyak kasih sayangnya lagi banyak
melahirkan anak agar nanti aku dapat membanggakan jumlahmu yang banyak
dihadapan para Nabi di hari kiamat”. (H.R. Abu Daud dan Nasa’i)
3. Penyaluran Naluri Kebapaan dan Keibuan
Naluri kebapaan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam
suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh perasaan-perasaan ramah,
cinta dan sayang yang merupakan sifat-sifat baik yang menyempurnakan
kemanusiaan seseorang.
4. Dorongan Untuk Bekerja Keras
Menyadari tanggung jawab beristri dan menanggung anak-anak akan
menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam memperkuat bakat dan
pembawaan seseorang. Ia akan cekatan bekerja karena dorongan tanggung
jawab dan memikul kewajibannya, sehingga ia akan banyak bekerja dan
mencari penghasilan yang dapat memperbesar jumlah kekayaan dan
memperbanyak produksi.
5. Pengaturan Hak dan Kewajiban Dalam Rumah Tangga
Adanya pembagian tugas, di mana yang satu mengurusi dan mengatur
rumah tangga, sedangkan yang lain bekerja di luar, sesuai dengan batas-batas
tanggung jawab antara suami istri dalam menangani tugas-tugasnya.
28
6. Menjalin Silaturahmi Antara Dua Keluarga
Dengan perkawinan, di antaranya dapat menumbuhkan tali
kekeluargaan, memperteguh kelanggengan rasa cinta antara keluarga, dan
memperkuat hubungan kemasyarakatan yang oleh Islam direstui, ditopang dan
ditunjang.
D. Keluarga Sakinah
Keluarga sakinah terdiri dari dua kata, yaitu kata keluarga dan sakinah.
Keluarga dalam istilah fiqih disebut usrah atau qirabah yang telah menjadi bahasa
Indonesia yakni kerabat14
. Dalam kamus bahasa Indonesia keluarga adalah sanak
saudara15
. Sementara dalam buku membina keluarga sakinah, keluarga adalah
masyarakat terkecil sekurang-kurangnya terdiri dari pasangan suami istri sebagai
sumber intinya berikut anak-anak yang lahir dari mereka. Jadi, setidak-tidaknya
keluarga adalah pasangan suami istri, baik mempunyai anak atau tidak
mempunyai anak16
. Dalam kamus besar bahasa Indonesia Sakinah adalah damai,
tempat yang aman dan damai17
.
14
Direktorat jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Ilmu Fiqh, (Jakarta:
Departemen Agama, 1984/1985), Jilid II, Cet Ke-2, h. 156.
15
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Modern, (Jakarta: Pustaka Amani, 1996), h. 73.
16
Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Propinsi DKI Jakarta 2005,
Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: 1991), h. 4.
17
Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h. 851.
29
Sakinah secara etimologi adalah ketenangan, kedamaian, dari akar kata
akan menjadi tenang, damai, merdeka, hening, tinggal. Dalam Islam kata sakinah
menandakan ketenangan dan kedamaian secara khusus, yakni kedamaian dari
Allah, yang berada dalam Qalbu. Sakinah adalah kedamaian, ketentraman,
ketenangan dan kebahagiaan.
Secara terminologi, keluarga sakinah adalah keluarga yang tenang dan
tenteram, rukun, damai. Dalam keluarga itu terjalin hubungan mesra dan
harmonis, di antara semua anggota keluarga dengan penuh kelembutan dan kasih
sayang18
.
Keluarga sakinah menurut Islam adalah keluarga yang mendapatkan
limpahan rahmat dan berkat dari Allah, menjadi dambaan dan idaman setiap insan
sejak merencanakan pernikahan serta merupakan tujuan utama dari pernikahan itu
sendiri19
.
Keluarga sakinah adalah keluarga yang di bina atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan seimbang,
diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan
selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam nilai-
nilai keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia20
.
18
Hasan Basri, Keluarga Sakinah “membina Keluarga Sakinah”, (Jakarta: Pustaka Antara,
1996), cet Ke-4, h. 16.
19
Ibid.
20
Departemen Agama RI, Modul Pelatihan Motivator Keluarga Sakinah, (Jakarta:
Departemen Agama RI Dirjen Bimas Islam Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah,
2005), h. 49.
30
Keluarga Sakinah Menurut Undang-Undang yaitu Bab I Pasal 1 Ayat 11
dari Undang Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, maka kita akan mengetahui bahwa
keluarga yang sejahtera (keluarga sakinah) itu adalah keluarga yang tidak hanya
tercukupi kebutuhan materiilnya, tetapi juga harus didasarkan pada perkawinan
yang sah, tercukupi kebutuhan spirituilnya, memiliki hubungan yang harmonis
antar anggota keluarga, antara keluarga dengan masyarakat sekitarnya, dengan
lingkungannya dan sebagainya21
.
Selain itu, keluarga sakinah tidak akan berjalan mulus tanpa adanya
mawaddah warrahmah. Oleh Karena itu, mawaddah adalah cinta mencintai antara
suami istri yang mendatanhkan komitmen kedua belah pihak dengan nyaman dan
aman tanpa peduli pihak luar22
. Criteria “mawaddah” dalam Islam menghendaki
adanya kecintaan lahir batin (ruuhan wa jasadan) agar suasana pernikahan hakiki
dapat dicapai dengan baik dan benar. Apabila suasana “mawaddah” mampu
diwujudkan dan dikondisikan, maka anak yang dihasilkan pun merupakan
belahan jiwa mereka berdua dan kelak menjadi pengikat erat nan kuat bagi
keduanya.
Sedangkan rahmah adalah kasih sayang antara keduanya sejak ikrar akad
nikah hingga ajal menjemput keduanya. Apabila rasa cinta memiliki terminal
21
www.kulonprogokab.go.id/.../MEWUJUDKAN%20KELUARGA_%20SEJAHTERA_DAL
AM_PERSPEKTIF_ISLAM_2.pdf.
22
Ahmad Sudirman abbas, Problematika Pernikahan dan Solusinya, (Jakarta: PT Prima Heza
Lestari, 2006), Cet ke-1, h. 52.
31
pemberhentian, maka kasih sayang sebagai rasa dan karsa cinta tidaklah
demikian. “Rahmah” merupakan karunia agung dari kreasi Zat Maha Agung,
yang diberikan kepada para makhluk-Nya yang benar-benar mengharapkan.
Berdasarkan pengertian yang dirumuskan oleh BP4, maka dapat diuraikan
bahwa ciri-ciri keluarga sakinah itu adalah:
1. Keluarga di bina atas perkawinan yang sah,
2. Keluarga mampu memenuhi hajat hidup baik secara materil maupun spiritual
dengan layak,
3. Keluarga mampu menciptakan suasana cinta kasih dan kasih sayang antara
sesama anggota,
4. Keluarga mampu menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai keimanan,
ketakwaan, amal saleh dan akhlaqul karimah,
5. Keluarga mampu mendidik anak dan remaja minimal sampai dengan sekolah
menengah umum,
6. Kehidupan sosial ekonomi keluarga mampu mencapai tingkat yang memadai
sesuai dengan ukuran masyarakat yang maju dan mandiri.
Di dalam Modul Pelatihan Motivator Keluarga sakinah, ada beberapa
kriteria keluarga sakinah23
:
1. Keluarga Pra Sakinah yaitu keluarga yang dibentuk bukan melalui
perkawinan yang sah, tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar spiritual dan
23
Departemen Agama RI, Op-Cit, h. 32.
32
material (basic need) secara minimal, seperti keimanan, shalat, zakat fitrah,
puasa, sandang, papan, dan pangan.
2. Keluarga Sakinah I yaitu keluarga yang dibangun atas perkawinan yang sah
dan telah dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan material secara minimal
tetapi masih belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti
kebutuhan akan pendidikan, bimbingan keagamaan dalam keluarga, mengikuti
interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya.
3. Keluarga sakinah II yaitu keluarga yang di bangun atas perkawinan yang sah
dan di samping telah dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya juga telah
mampu memahami pentingnya pelaksanaan ajaran agama serta bimbingan
keagamaan dalam keluarga, dan telah mampu mengadakan interaksi sosial
keagamaan dengan lingkungannya, tetapi belum mampu menghayati serta
mengembangkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan dan akhlaqul karimah,
infaq, wakaf, amal jariyah, menabung dan sebagainya.
4. Keluarga sakinah III yaitu keluarga-keluarga yang dapat memenuhi seluruh
kebutuhan keimanan, ketakwaan, sosial, psikologis, dan pengembangan
keluarganya, tetapi belum mampu menjadi suri tauladan bagi lingkungannya.
5. Keluarga Sakinah III plus, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan keimanan, ketakwaan, dan akhlaqul karimah secara sempurna,
kebutuhan sosial psikologis dan pengembangannya serta dapat menjadi suri
tauladan bagi lingkungannya.
33
E. Pembentukan Keluarga Sakinah
Dalam pembentukan keluarga sakinah, yang paling berperan adalah orang
tua. Karena orang tua adalah suri tauladan bagi keluarga. Orang tua dapat
memulainya dari pendidikan agama dalam keluarga. Pendidikan agama dalam
keluarga mempunyai posisi yang sangat strategis dalam masyarakat yang sedang
membangun, karena keluarga adalah lembaga kecil dalam masyarakat yang pada
gilirannya dapat berperan membentuk masyarakat sebagaimana yang diharapkan.
Agama harus dikenalkan sejak dini kepada anak, bahkan sejak dalam
kandungan. Pengenalan agama dilaksanakan secara terus-menerus melalui
pembiasaan-pembiasaan bacaan dan perilaku baik yang dilaksanakan dalam
keluarga.
Beberapa aspek yang sangat penting untuk diperhatikan orang tua sebagai
realisasi dari tanggung jawabnya dalam mendidik anak adalah24
:
1. Pendidikan ibadah,
2. Pembinaan mengenai pokok-pokok ajaran Islam dan Al-Quran,
3. Pendidikan akhlak,
4. Pendidikan Aqidah Islamiyah.
Keempat aspek inilah yang menjadi tiang utama dalam pendidikan Islam.
Selain itu, ada beberapa indikasi yang bisa menghantarkan keluarga menjadi
keluarga yang bahagia, di antaranya25
:
24
Departemen Agama RI, Op-Cit, h. 66. 25
Rahmawati Dewi Utari, “Membangun Keluarga Sakinah”, (Majalah Nasehat Perkawinan &
Keluarga), (Jakarta: BP4, 2010), edisi No. 451, h. 16-18.
34
1. Dengan menjadikan keluarga yang ahli sujud, keluarga yang ahli taat, keluarga
yang menghiasi dirinya dengan dzikrullah, dan keluarga yang selalu rindu
untuk mengutuhkan kemuliaan hidup di dunia, terutama mengutuhkan
kemuliaan di hadapan Allah SWT kelak di surga. Jadikan berkumpulnya
keluarga di surga sebagai motivasi dalam meningkatkan amal ibadah.
2. Menjadikan rumah sebagai pusat ilmu. Pupuk iman adalah ilmu. Memiliki
harta tapi kurang ilmu akan menjadikan kita diperbudaknya. Harta
dinafkahkan akan habis, ilmu dinafkahkan akan melimpah. Pastikan agar
keluarga kita sungguh-sungguh untuk mencari ilmu. Baik ilmu tentang hidup
di dunia maupun di akhirat. Bekali anak-anak sedari kecil dengan ilmu dan
jadilah orang tua yang senantiasa menjadi sumber ilmu bagi anak-anaknya.
3. Jadikan rumah sebagai pusat nasehat, kita harus tahu persis, semakin hari
semakin banyak yang harus kita lakukan. Untuk itu kita butuh orang lain agar
bisa melengkapi keluarga guna memperbaiki kesalahan kita. Keluarga yang
bahagia itu keluarga yang dengan sadar menjadikan kekayaannya saling
menasihati, saling memperbaiki, serta saling mengoreksi dalam kebenaran dan
kesabaran.
4. Jadikan rumah sebagai pusat kemuliaan. Pastikan keluarga kita sebagai contoh
bagi keluarga yang lain. Berbahagialah jika keluarga kita dijadikan contoh
teladan bagi keluarga yang lain. Itu berarti, masing-masing anggota keluarga
senantiasa menuai pahala dari setiap orang yang berubah karena kita sebagai
35
jalan kebaikannya. Saling berlomba-lombalah dalam memunculkan kemuliaan
di keluarga.
F. Strategi Pembentukan Keluarga Sakinah
Strategi pembentukan keluarga sakinah dapat diawali dengan:
1. Pemilihan Calon
Sebagaimana Nabi Muhammad SAW menyinggung dalam hadis:
Artinya:
“Nikahilah perempuan karena empat perkara, yaitu karena hartanya,
keturunannya, kecantikannya dan karena Agamanya”. (H.R. Bukhari dan
Muslim)
Begitu juga bagi wanita yang ingin menikah dengan seorang laki-laki,
harus melihat empat perkara tersebut.
2. Ketika Dalam Berumah Tangga
Setiap pasangan yang sudah berumah tangga,apalagi sudah
mempunyai keturunan harus diterapkan sikap saling menghargai, saling
mengasihi, saling pengertian, saling toleransi, saling mencintai, dan lain
sebagainya. Karena hal tersebut dapat menunjang suasana keluarga yang
tentram dan damai yang akan berujung pada keluarga sakinah mawaddah
warrahmah.
36
Strategi lain yang dapat dilakukan dalam pembentukan keluarga sakinah
adalah dengan mengikuti program-program pembinaan keluarga sakinah yang
diadakan oleh pemerintah khususnya oleh BP4 yang dapat diikuti di kantor urusan
agama masing-masing.
Program pembinaan keluarga sakinah adalah sebagai Gerakan Nasional
yang merupakan bagian dari upaya meletakkan dasar kerangka dan agenda
reformasi pembangunan sosial budaya dalam usaha mewujudkan masyarakat
bermoral tinggi, penuh keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia26
.
Dengan pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah diharapkan tatanan
kehidupan keluarga dan masyarakat dapat berjalan optimal sehingga nilai-nilai
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia dapat tertanam dalam kehidupan keluarga
masyarakat. Dengan mengembangkan aspek keluhuran akhlak dan moral
masyarakat Indonesia tidak akan terseret pada pola pikir materialisme dan lebih
menghargai kebenaran, kebaikan dan keadilan. Tingkat kemiskinan masyarakat
dapat kita tekan melalui penguatan institusi keluarga dan masyarakat, sehingga
mobilisasi sumber daya masyarakat dapat ditingkatkan dan masyarakat mampu
mengatasi permasalahan yang dihadapi. Ketahanan keluarga akan terus meningkat
sehingga tidak mudah terpengaruh oleh negatif budaya asing yang merusak
tatanan kehidupan rumah tangga.
26
Departemen Agama RI, Modul Pelatihan Motivator Keluarga Sakinah, (Jakarta:
Departemen Agama RI Dirjen Bimas Islam Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah,
2005), h. 51.
37
Program Gerakan Keluarga Sakinah antara lain27
:
1. Pendidikan Agama Dalam Keluarga
Program ini pada prinsipnya dilakukan oleh ayah dan ibu. Tujuannya
adalah untuk menanamkan nilai-nilai keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia
dalam kehidupan keluarga dan lingkungannya. Dalam hal orang tua karena
sesuatu tidak mampu melaksanakan tugas tersebut, maka program
penyelenggaraan bimbingan agama secara terpadu untuk kelompok para ayah
dan ibu agar mampu melaksanakan tugas bimbingan agama dalam
keluarganya. Apabila masih ada sebagian orang tua yang karena sesuatu hal
tidak mampu melaksanakan pola tersebut, program menyediakan tenaga
pembimbing yang datang kerumah-rumah. Untuk menunjang kelancaran
kegiatan tersebut perlu disiapkan sarana dan prasarananya termasuk modul,
pedoman, pelatihan-pelatihan dan penyediaan tenaga pembimbing keluarga.
2. Pendidikan Agama Di Masyarakat
Program ini dilaksanakan melalui peningkatan bimbingan keagamaan
di masyarakat melalui kelompok keluarga sakinah, kelompok pengajian,
kelompok majelis taklim, kelompok wirid dan kelompok kegiatan keagamaan
lainnya.
3. Pemberdayaan Ekonomi Umat
Program ini dilaksanakan melalui peningkatan kegiatan ekonomi
kerakyatan seperti koperasi masjid, kelompok usaha produksi keluarga
27
Departemen Agama RI, Op-Cit, h. 55-58.
38
sakinah, koperasi majelis taklim, dan upaya pemberdayaan ekonomi keluarga
lainnya.
4. Pembinaan Gizi Keluarga
Program ini dilaksanakan dengan memberikan motivasi dan bimbingan
kepada keluarga dan masyarakat melalui pendekatan agama agar masyarakat
mementingkan gizi yang baik bagi remaja putri, calon pengantin, ibu hamil,
bayi dan balita.
5. Pembinaan Kesehatan Keluarga
Program ini dilaksanakan dengan motivasi dan bimbingan kepada
keluarga dan masyarakat melalui pendekatan agama, agar masyarakat
memperhatikan kesehatan ibu, bayi, anak balita dan lingkungannya.
6. Sanitasi Lingkungan
Program ini dilaksanakan dengan memberikan motivasi, bimbingan
bantuan untuk penyediaan air bersih, jambanisasi dan sanitasi lingkungan.
7. Penanggulangan penyakit menular seksual dan HIV/AIDS dilaksanakan
dengan melalui pendekatan moral keagamaan, bukan melalui kondomisasi.
39
BAB III
EKSISTENSI BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN
DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4)
A. Gambaran Umum tentang BP4
1. Pengertian dan Sejarah Singkat Berdirinya BP4
Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan atau yang
biasa disingkat dengan sebutan BP4 adalah merupakan organisasi semi resmi
yang bernaung di bawah Departemen Agama yang bergerak dalam bidang
konsultasi hukum atau pemberian nasihat perkawinan, perselisihan dan
perceraian1. Atau dapat juga diartikan sebagai badan yang bertindak sebagai
konsultan perkawinan dan perceraian mengenai nikah, talak, dan rujuk.
BP4 sebagai badan yang memusatkan perhatian dan kegiatannya pada
pembinaan keluarga mempunyai kedudukan yang sangat penting terutama
dalam situasi masyarakat kita, di mana pergeseran nilai daripada norma-norma
yang ada semakin merata. Sebab pergeseran nilai daripada norma-norma itu
lebih terlihat dalam kehidupan masyarakat pada umumnya dan dalam
kehidupan para remaja atau generasi muda pada khususnya. Apabila orang tua
kurang menyadari gejala ini dan tidak berusaha menyelami kehidupan para
remaja atau anak-anaknya, maka pergeseran nilai ini akan menjadi perbenturan
1 Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN), Kamus Besar Ilmu Pengetahuan,
(Jakarta: Golo Riwu, 1997), h. 88.
40
nilai yang mewujudkan apa yang disebut dengan generation gap. Dan dalam
keadaan yang seperti ini, secara eksistensi keluarga menghadapi sebuah
bencana yang suatu saat bisa mengancam kerukunan rumah tangga2.
Kelahiran BP4 dalam bidang konsultasi perkawinan dan keluarga
adalah sebagai perwujudan daripada rasa tanggung jawab untuk mengatasi
konflik atau perselisihan dan perceraian dalam upaya mewujudkan keluarga
sakinah, mawaddah warahmah.
Beranjak dari sebuah rasa keprihatinan yang timbul karena tingginya
angka perceraian di Indonesia, yang pada tahun 1950 sampai dengan tahun
1954 dari data statistik perkawinan di seluruh Indonesia mencapai 60-80%
(rata-rata 1300-1400 kasus perceraian perhari), bahkan angka tersebut lebih
besar dibandingkan dengan angka pernikahan yang terjadi pada waktu itu.
Maka, almarhum Bpk. H. M. Nasaruddin Latif mencetuskan dan
memasyarakatkan keberadaan BP4 pada tanggal 4 April 1954 di Jakarta
bersama dengan Seksi Penasihatan Perkawinan (SPP) pada Kantor Urusan
Agama se-Kotapraja Jakarta Raya.
Kemudian, pada tanggal 3 Oktober 1954 almarhum Bpk. Abdur Rauf
Hamidy atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pak Arharta juga membentuk
organisasi yang bergerak dalam bidang yang sama yaitu dengan nama Badan
Penasihatan Perkawinan dan Penyelesaian Perkawinan (BP4).
2 Departemen Agama RI, Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan, Hasil
Musyawarah Nasional BP4 XII dan Pengukuhan Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen Agama,
2001), h. 54.
41
Permasalahan yang dominan dan urgen penyelesaiannya adalah angka
talak (perceraian) yang luar biasa tingginya dalam kompulasi kasus lokal
maupun secara statistika nasional. Kondisi yang rawan bagi masa depan
bangsa itu berulang-ulang kali digubris oleh Bapak Nasaruddin Latif dalam
pidato-pidato dan tulisan-tulisannya, yang menurutnya apabila diadakan
pemilihan juara mengenai tentang tingginya angka perceraian di seluruh dunia,
Indonesia kalau tidak “menggondol” juara satu, sekurang-kurangnya akan
mendapat nomor dua. Akibat labilnya perkawinan dan perceraian yang
sewenang-wenang, maka kaum wanita atau janda yang banyak menderita dan
banyak anak-anak yang akan terlantar. Sehingga tidak hanya merusak sendi-
sendi kehidupan kemasyarakatan, bahkan juga akan meruntuhkan akhlak dan
kepribadian serta meluasnya kemaksiatan. Adanya Undang-Undang
Perkawinan sekalipun, belum cukup menjamin 100% keteguhan perkawinan
dan keharmonisan keluarga.
Pada tahun 1956 atas prakarsa dari H. S. M. Nasaruddin Latif
diselenggarakan musyawarah yang diikuti oleh wakil-wakil dari 21 organisasi
wanita yang sebagian besar tergabung dalam KOWANI, di mana secara bulat
menyepakati Seksi Penasihatan Perkawinan dikembangkan menjadi “Panitia
Penasihatan Perkawinan dan Penyelesaian Perkawinan” atau yang disingkat
dengan P5 yang diketuai oleh Ny. SR Poedjotomo dan H.S. M. Nasaruddin
Latif sebagai penasihat. Wadah baru ini berstatus sebagai organisasi
kemasyarakatan yang bergerak di bidang usaha mengurangi perceraian dan
42
mempertinggi nilai perkawinan. Gerak langkah P5 kemudian meluas sampai
ke daerah-daerah di luar Jakarta, seperti Malang, Surabaya Kediri, Lampung,
dan Kalimantan. Daerah-daerah tersebut dikunjungi oleh H. S. M. Nasaruddin
Latif dalam rangka memasyarakatkan P5 dan membentuk cabang setempat.
Sedangkan pada tahun 1958 bersama Ibu Hj. Alfiyah Muhadi, Ibu KH.
Anwar Musaddad dan Ibu Hj. Samawi di Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa
Tengah berdiri Badan Kesejahteraan Rumah Tangga (BKRT). Kemudian,
dikukuhkanlah kepengurusan yang permanen yang diketuai oleh Kepala
Kantor Urusan Agama (KUA) Daerah Istimewa Yogyakarta, Bapak KH. Farid
Ma’ruf. Sedangkan di kabupaten dibentuk juga Balai BKRT yang langsung
diketuai oleh kepala KUA kabupaten. Bagi aparat Departemen Agama pada
waktu itu, pembentukan lembaga tersebut memang merupakan kebutuhan
mendesak dalam upaya mengatasi banyaknya problematika perkawinan dan
rumah tangga yang terjadi di daerah-daerah di Indonesia. Sedangkan dalam
skala luas, lembaga ini cukup menunjang misi Departemen Agama dalam
upaya pembinaan keluarga dan kehidupan beragama.
Berdua dengan Arharta yang juga membentuk cabang Badan
Penasihatan Perkawinan di beberapa kota lainnya, H. S. M. Nasaruddin Latif
membina dan mengembangkan peran dan profesi penasihatan perkawinan
(marriage counseling) di Indonesia. Sampai saatnya, dalam pertemuan
pengurus Badan Penasihatan Perkawinan Tingkat 1 se-Jawa yang dilaksanakan
pada tanggal 3 Januari 1960, disepakati gagasan peleburan organisasi-
43
organisasi penasihatan perkawinan yang bersifat lokal itu menjadi badan
nasional yang diberi nama Badan Penasihatan Perkawinan dan Penyelesaian
Perceraian atau disingkat menjadi BP4.
Kesepakatan tersebut, setelah dibahas dalam konferensi Dinas
Departemen Agama ke VII yang berlangsung pada tanggal 25-30 Januari
1960, di Cipayung, Bogor, kemudian dikukuhkan melalui Surat Keputusan
Menteri Agama RI Nomor 85 Tahun 1961, dengan demikian BP4 resmi
terbentuk secara nasional dengan berpusat di Jakarta dan mempunyai cabang-
cabang di seluruh Indonesia.
Pembentukan BP4, menurut Dra. Zubaidah Muchtar, sedikitnya
didorong oleh tiga hal. Yakni tingginya angka perceraian, banyaknya
perkawinan di bawah umur, dan praktek poligami yang tidak sehat. Pada tahun
1950-an, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, angka perceraian pernah
mencapai 50-60 persen dan itu didorong oleh adanya perlakuan semena-mena
terhadap wanita. Akibatnya, banyak anak-anak yang menjadi korban, dan tidak
sedikit istri yang tidak menentu nasibnya karena para suami sering
meninggalkan istri dan anak-anaknya begitu saja tanpa pesan dan kesan.
Kemudian, seiring dengan berjalannya waktu yang terus berputar, dari
sejak berdirinya BP4 telah terasa perannya yang begitu sangat berarti bagi
“dunia” perkawinan dan yang lebih penting lagi yaitu salah satu usahanya
dalam memperjuangkan lahirnya sebuah Undang-undang yang mengatur
tentang masalah perkawinan. Akan tetapi, pada saat itu sebagian besar
44
penduduk Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam belum ada undang-
undang yang mengatur tentang hukum perkawinan mereka. Hal ini lah yang
mendorong diadakannya kongres perempuan Indonesia pada tahun 1968 yang
membahas tentang keburukan-keburukan yang terjadi dalam perkawinan umat
Islam, pembahasan tersebut terjadi bukan dikarenakan tidak adanya peraturan
dalam Islam tentang masalah perkawinan, akan tetapi lebih dikarenakan
banyak orang yang tidak mentaati “rambu-rambu” dalam perkawinan
disebabkan tidak adanya aturan atau undang-undang perkawinan yang
memberikan sanksi atau hukuman terhadap orang yang melanggar.
Maka setelah melalui perjalanan panjang sejak tahun 1962 di mana
BP4 mendesak pemerintah agar segera membuat dan mengesahkan undang-
undang tentang perkawinan, pada tanggal 2 Januari 1974 keluarlah Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.
Walaupun dalam rancangan undang-undang tersebut yang diajukan ke DPR
ada beberapa hal yang bertentangan dengan agama Islam, tetapi keberadaan
undang-undang ini sangat membantu dan mendukung berlakunya hukum
perkawinan umat Islam. Dengan keluarnya Undang-undang RI Nomor 1
Tahun 1974 tentang perkawinan ini, maka tercapailah cita-cita BP4. Terlebih
dengan dicantumkannya pasal 39 ayat (1) yang menetapkan bahwa perceraian
hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan. Berdasarkan ketentuan
tersebut, terbukti angka perceraian menurun secara drastis. Angka perceraian
yang pada tahun 1975 masih sekitar 25% maka tahun 1976 menurun menjadi
45
10,29%. Bertolak dari ketentuan tersebut, BP4 tidak lagi bertugas
menyelesaikan perceraian dan hanya tugasnya hanya semata-mata memberikan
penasihatan. Oleh karena itu, maka berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 30
tahun 1977, BP4 berubah namanya menjadi Badan Penasihat Perkawinan,
Perselisihan dan Perceraian (BP4) dan dinyatakan sebagai satu-satunya badan
semi penunjang sebagian tugas Departemen Agama di bidang penasihatan
perkawinan, perselisihan rumah tangga dan perceraian.
2. Tujuan Berdirinya BP4
Secara formil tujuan daripada dibentuknya BP4 dirumuskan untuk
mempertinggi nilai perkawinan dan terwujudnya tatanan rumah tangga yang
sejahtera dan bahagia menurut tuntunan Islam. Sebagaimana tercantum dalam
anggaran dasar BP4 pasal 5, yang menyebutkan bahwa tujuan BP4 adalah
mempertinggi mutu perkawinan guna terwujudnya rumah tangga atau keluarga
yang sakinah menurut ajaran Islam untuk mencapai masyarakat dan bangsa
Indonesia yang maju, mandiri, dan sejahtera baik material maupun spiritual.
Adapun untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka BP4 melakukan
beberapa usaha-usaha sebagaimana tersebut dalam Anggaran Dasar BP4 pada
pasal 4 dan 5, BP4 mempunyai pokok-pokok upaya dan usaha sebagai
berikut3:
3 BP4 Pusat, Hasil Musyawarah Nasional BP4 XII dan Pengukuhan Nasional Keluarga
Sakinah, (Jakarta: BP4 Pusat, 2001), h. 94-95.
46
a. Memberikan bimbingan dan penasihatan dan penerangan mengenai nikah,
talak cerai dan rujuk kepada masyarakat baik perorangan maupun
kelompok.
b. Memberikan bimbingan dan penyuluhan Agama, UU Perkawinan, Hukum
Munakahat, UU Peradilan Agama, Kompilasi Hukum Islam (KHI), dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan hukum keluarga dan adat istiadat
(Ahwal Syakhsiyah).
c. Memberikan bantuan dalam mengatasi masalah perkawinan, keluarga dan
perselisihan rumah tangga.
d. Bekerja sama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang memiliki
kesamaan tujuan baik di dalam maupun di luar negeri.
e. Menerbitkan dan menyebarluaskan majalah perkawinan dan keluarga,
buku, brosur, dan media elektronik yang dianggap perlu.
f. Menyelenggarakan kursus calon pengantin, penataran atau pelatihan,
diskusi, seminar dan kegiatan-kegiatan sejenis lainnya yang berkaitan
dengan perkawinan dan keluarga.
g. Menyelenggarakan pendidikan keluarga untuk peningkatan, penghayatan
dan pengalaman nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlaqul karimah
dalam rangka membina Keluarga Sakinah.
h. Berperan serta aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan untuk
membina Keluarga Sakinah.
i. Meningkatkan upaya pemberdayaan ekonomi keluarga.
47
j. Upaya dan usaha lain yang dipandang perlu dan bermanfaat untuk
kepentingan organisasi serta bagi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga.
Kemudian dari usaha-usaha tersebut di atas, BP4 telah menjabarkannya
dalam beberapa kegiatan, di antaranya adalah sebagai berikut4:
a. Membentuk Korps Penasihatan Perkawinan BP4 di semua tingkatan
(Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan)
b. Menyelenggarakan penataran bagi anggota korps penasihatan perkawinan
BP4
c. Memberikan penasihatan perkawinan bagi calon pengantin
d. Memberikan buku-buku tentang membina keluarga bahagia sejahtera
e. Memberikan penasihatan bagi pasangan yang mengajukan gugatan cerai ke
Pengadilan Agama
f. Memberikan majalah nasihat perkawinan dan keluarga (sekarang diubah
menjadi perkawinan dan keluarga) yang disebarkan di seluruh Indonesia
g. Membuka biro penasihatan dan konsultasi keluarga di tingkat pusat dan
propinsi
h. Menyelenggarakan pendidikan kerumahtanggaan bagi remaja usia nikah
i. Membuka penasihatan perkawinan melalui hot line telepon
j. Menyelenggarakan pemilihan ibu teladan tiap tiga bulan sekali pada tiap
tingkatan
4 Zamhari Hasan, “Peranan BP4 Dalam Menurunkan Angka Perceraian”, (Makalah Loka
Karya), (Jakarta: BP4 Pusat,1997), h. 3.
48
k. Menyelenggarakan seminar, loka karya, dan sebagainya yang ada
relevansinya dengan upaya pembinaan keluarga bahagia dan sejahtera
l. Membuka biro konsultasi jodoh.
Dr. H. Ali Akbar mengatakan, bahwa usaha BP4 yang paling berat
adalah dalam hal mencegah terjadinya perceraian, menyelesaikan
percekcokan, dan pertikaian rumah tangga yang sangat banyak ragamnya, baik
yang disebabkan oleh faktor kepribadian yang ada dalam diri manusia itu
sendiri atau faktor-faktor lain yang tentu saja akan sangat mempengaruhi
keharmonisan dalam rumah tangga5.
Sedangkan, menurut M. Fuad Nasar, usaha yang harus yang dilakukan
untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan melalui perbaikan dan pembinaan
yang mesti ditempuh secara pragmatis dan juga melalui tahap-tahap kerja
keras yang berkonsen, berorientasi dan berkesinambungan6.
3. Tugas dan Wewenang BP4
BP4 lahir sebagai suatu gerak usaha untuk mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 serta yang diridhoi oleh Allah SWT. Masyarakat adil dan makmur berarti
masyarakat yang sejahtera lahir dan batin.
5 Ali Akbar, “Meningkatkan Usaha BP4 Dalam Penasehatan”, Problematika Pelaksanaan
Undang-Undang Perkawinan dan Keluarga, (Majalah Nasehat Perkawinan dan Keluarga), (Jakarta:
BP4 Pusat, 1996), edisi Januari No283, h. 17.
6 M. Fuad Nasar, “Peranan BP4 Dalam Pembinaan Keluarga”, (Majalah Nasehat Perkawinan
dan Keluarga ), (Jakarta: BP4 Pusat, 1996), edisi Januari No. 283, h. 8.
49
Maka BP4 yang bertujuan mempertinggi nilai perkawinan dan
terwujudnya rumah tangga yang bahagia menurut ajaran Islam adalah tepat
dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta sejalan dengan rencana
pembangunan materiil dan spiritual yang harus kita laksanakan.
Dalam Anggaran Dasar BP4 disebutkan bahwa organisasi ini bertujuan
untuk mempertinggi mutu perkawinan guna terwujudnya rumah tangga atau
keluarga yang sakinah menurut ajaran Islam untuk mencapai masyarakat dan
bangsa Indonesia yang maju, mandiri, dan sejahtera baik materil dan spiritual.
Selanjutnya, di dalam diktum pertimbangan Keputusan Menteri Agama
Republik Indonesia Nomor 30 tahun 1977 dinyatakan kembali bahwa:
“ Untuk kelancaran pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Pelaksanaan dipandang perlu
menegaskan pengakuan BP4 dalam Keputusan Menteri Agama Republik
Indonesia Nomor 85 Tahun 1961, begitu pula pembinaan badan tersebut
sebagai satu-satunya badan yang berusaha pada bidang penasihatan
perkawinan dan pengurangan perceraian dalam rangka menunjang tugas
Departemen Agama di bidang bimbingan Masyarakat Islam serta memberikan
penyuluhan agama bagi masyarakat sehingga terbentuk keluarga yang sakinah,
mawaddah warrahmah” 7.
7 Ahmad Abdulgani Abdullah, Himpunan Peraturan Peradilan Agama, (Jakarta:
Intermasa,1991), h. 519.
50
Jika dilihat dari tugas dan fungsinya, penasihatan yang dilakukan oleh
BP4 tersebut telah banyak diadakan baik melalui penasihatan secara langsung
dalam penataran terhadap para pasangan calon pengantin yang hendak
melangsungkan akad nikah maupun melalui media BP4 lainnya. Selain itu,
BP4 bertugas juga untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan tentang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan kepada masyarakat. Penerangan agama yang dilakukan oleh BP4
juga akan sangat berjasa bila secara sederhana setiap masyarakat, setidak-
tidaknya agar yang berkepentingan mengerti isi pokok daripada Undang-
Undang Perkawinan serta peraturan pelaksanaannya8.
Dalam kaitannya dengan tugas dan wewenang BP4 ini, Mustoha lebih
lanjut mengatakan bahwa upaya penurunan angka perceraian dan
meningkatkan mutu Keluarga Sakinah adalah merupakan sebagian tugas dan
wewenang BP4. Secara historis tugas tersebut setidaknya telah melekat pada
BP4 sejak tahun 1960-an yaitu dengan dikeluarkannya Surat Menteri Agama
Nomor 65 Tahun 19619.
Secara rinci, tugas dan wewenang daripada BP4 dapat dijabarkan
sebagai berikut:
8 Arso sostroatmojo dan A. Wasir Aulawi, Hukum Perkawinan Di Indonesia, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1975), h. 44. 9 Mustoha, “kerjasama Badan Penasehatan Perkawinan Perselisihan dan Perceraian Dengan
Peradilan Agama”, (Makalah Loka Karya), (Jakarta: BP4 Pusat,1997), h. 2.
51
a. Memberikan bimbingan, nasihat dan pelayanan kepada masyarakat
mengenai kehidupan keagamaan rumah tangga yang ideal dalam kehidupan
bermasyarakat.
b. Memberikan penataran kepada calon pengantin yang hendak
melangsungkan akad nikah dengan materi-materi undang-undang
perkawinan, ibadah dan muamalah, munakahat, hukum perkawinan,
imunisasi, konsep keluarga berencana, dan kesehatan dan lain-lain
sebagainya.
c. Memberi nasehat kepada suami istri yang datang untuk berkonsultasi,
melaporkan adanya perselisihan atau permasalahan dalam rumah
tangganya sehingga tercipta keadaan yang diinginkan, yaitu keluarga
bahagia dan sejahtera terhindar dari perceraian.
Dari apa yang penulis paparkan di atas, penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa pada dasarnya tugas dan wewenang yang diemban oleh
BP4 ini adalah untuk menyukseskan perkawinan di Indonesia sehingga terjalin
dengan harmonis serta berjalan lestari dengan memberikan penerangan tentang
hukum munakahat dan penerangan tentang Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk
(NTCR) dan juga berupaya untuk menanamkan nilai-nilai keimanan,
ketaqwaan dan akhlaqul karimah pada setiap masyarakat.dan itu semua, dalam
upaya mewujudkan tatanan keluarga atau rumah tangga yang bahagia sejahtera
bukan hanya menjadi kewajiban pemerintah dalam hal ini BP4 semata. Akan
tetapi, hal tersebut juga merupakan beban yang harus kita pikul bersama-sama
untuk mewujudkannya.
52
B. Profil BP4 Kecamatan Kemayoran
1. Letak Geografis
Letak kantor BP4 Kecamatan kemayoran, sebenarnya memang kurang
strategis. Karena kantor yang terletak di dalam perkampungan dan jauh dari
jalan raya atau jalan utama. Jadi letak kantor yang terkesan terpencil. Hal ini
dikarenakan gedung yang digunakan sebagai KUA Kecamatan Kemayoran
terpisah dari Kantor Kecamatan Kemayoran. Selain itu, status gedung tersebut
masih bersifat sewa. Gedung KUA Kecamatan Kemayoran yang sebenarnya
sedang dalam Pembangunan. Tetapi walaupun demikian, letak gedung KUA
Kecamatan Kemayoran sudah banyak diketahui oleh masyarakat.sehingga
tidak menjadikan masalah yang terlalu besar bagi eksistensi KUA Kecamatan
Kemayoran khususnya Bagian BP4 untuk melaksanakan tugasnya sebagai
salah satu lembaga negara yang menangani tentang perkawinan.
Sebagai gambaran umum bahwa daerah-daerah yang berbatasan
langsung dengan kantor BP4 Kecamatan Kemayoran antara lain:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat,
Kecamatan Pademangan dan Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara.
b. Sebelah Timur : berbatasan degan Kecamatan Kelapa Gading Jakarta
Utara.
c. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Cempaka Putih,
Kecamatan Johar Baru, dan Kecamatan Senen Jakarta Pusat.
d. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Sawah Besar.
53
Kantor BP4 Kecamatan kemayoran terletak di wilayah pusat dari kota
Jakarta, di mana wilayahnya meliputi delapan kelurahan yang terdiri dari
Kelurahan Gunung Sahari Selatan, Kelurahan Kemayoran, Kelurahan Kebon
Kosong, Kelurahan Serdang, Kelurahan Harapan Mulia, Kelurahan Utan
Panjang, Kelurahan Cempaka Baru, Kelurahan Sumur Batu.
2. Struktur dan Organisasi Kepengurusan BP4 Kecamatan Kemayoran
Secara umum, daerah operasional BP4 sebagaimana sesuai dengan
fungsi organisasi yang bersifat nasional adalah seluruh wilayah Republik
Indonesia dengan susunan yang menandakan jenjang dan tingkatan, yakni
diantaranya:
a. Pengurus Pusat yang berada di Ibu Kota Negara
b. Pengurus tingkat Propinsi
c. Pengurus tingkat Kabupaten
d. Pengurus tingkat Kecamatan
Tiap-tiap eselon kepengurusan tersebut, masing-masing haruslah
dilengkapi dengan bagian-bagian sebagai berikut:
a. Bagian Penasihatan Perkawinan dan Pembinaan Keluarga Sakinah
b. Bagian Konsultasi Hukum dan Perkawinan
c. Bagian Konsultasi Agama
d. Bagian Pendidikan
e. Bagian Penerangan/Komunikasi dan Informasi
54
Organisasi BP4 disusun sesuai dengan susunan pemerintah dari mulai
tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota sampai pada tingkat Kecamatan.
Akan tetapi, bagian bidang-bidang yang sebagaimana tersebut di atas hanyalah
bersifat fungsional, artinya dapat dibentuk apabila diperlukan sesuai dengan
keperluan dan keadaan wilayah yang bersangkutan.
Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4)
merupakan badan resmi yang ada di setiap KUA kecamatan yang memiliki
tugas fungsi untuk meningkatkan mutu perkawinan dan membina rumah
tangga bahagia, sejahtera, mulia serta diridhoi oleh Allah SWT.
Misi utama dari BP4 adalah meningkatkan mutu perkawinan dan
menyukseskan Gerakan Keluarga Sakinah serta Gerakan Sayang Ibu, di mana
keduanya merupakan pilar dari kekuatan suatu bangsa dan negara10
.
Untuk mendukung tugas, fungsi dan misi BP4 dibentuklah susunan
pengurus BP4 Kecamatan Kemayoran Periode 2009-2010 sesuai dengan Surat
Keputusan BP4 Kota Administrasi Jakarta Pusat Nomor 29/BP4/JP/V/2008
tanggal 05 Mei 2008 sebagaimana berikut di bawah ini:
Struktur Organisasi BP4 Kecamatan Kemayoran
No. JABATAN NAMA KETERANGAN
1 Pembina Marhayadi S. Sos Camat Kemayoran
2 Ketua Ahmad azis, S. Ag Kepala KUA Kemayoran
10
KUA Kecamatan Kemayoran, Laporan Tahunan KUA Kecamatan Kemayoran Tahun 2009,
(Jakarta: KUA Kecamatan Kemayoran, 2009), h. 11.
55
3 Sekretaris M. A. Purnawibawa Koordinator BP4
4 Bendahara Koyimah Staf KUA
5 Penasihatan Dra. Cima Dalimunthe Penyuluh Agama
7 Penasihatan Siti Aisiyah Pengawas
9 Penasihatan Drs. Hasiqin Koordinator Penghulu
8 Penasihatan Nasrullah, M. Kom. I Penghulu
9 Penasihatan Sinur, S. Ag Penghulu
10 Penasihatan Sunardi, S. Ag Penghulu
Sumber: Laporan Tahunan KUA Kecamatan Kemayoran Tahun 2009
3. Program Kerja BP4 Kecamatan Kemayoran
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Agama RI Nomor 18 Tahun
1975 yang kemudian diperbaharui dengan Surat Keputusan Menteri Agama RI
Nomor 43 Tahun 1981, maka tugas BP4 adalah melaksanakan sebagian tugas
dari Departemen Agama, terutama di bidang penasihatan.
Dalam upaya mengemban misi yang ingin dicapai, BP4 Kecamatan
Kemayoran melakukan beberapa Program Kerja yaitu:
a. Melaksanakan penertiban organisasi dan administrasi.
b. Meningkatkan disiplin dan kemampuan kerja para pegawai.
c. Meningkatkan pengetahuan para konselor melalui pelatihan/diklat.
d. Mewajibkan para catin untuk mengikuti SUSCATEN secara klasikal
dengan materi:
56
1) Fiqih Munakahat
2) UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974
3) Menuju Keluarga Sakinah
4) KB dan Kesehatan
e. Melaksanakan SUSCATEN face to face dan home visit bagi catin yang
tidak dapat mengikuti secara klasikal karena pekerjaan dan kesibukkannya.
f. Membagikan buku Nasihat Perkawinan (NP) dan Menuju Keluarga
Sakinah (MKS) kepada catin.
g. Melayani konsultasi keluarga dan perkawinan.
h. Melaksanakan pemilihan Keluarga Sakinah Teladan.
i. Mengadakan MOU dengan FKUI.
Adapun pelaksanaan SUSCATEN secara kalsikal diadakan 1 kali
dalam seminggu, yaitu setiap hari Rabu. Sesuai dengan PERDIRJEN BI No.
491 Tahun 2009 tentang Kursus Calon Pengantin yang maksud dan tujuannya
adalah11
:
“ Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah
tangga/keluarga dalam mewujudkan Keluarga Sakinah, Mawaddah
Warrahmah serta mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan
dalam rumah tangga”.
11
Paper Rapat kerja Kementrian Agama, Optimalisasi Peran BP4 Dalam Penanganan
Keluarga Bermasalah Di Propinsi DKI Jakarta, (Jakarta, 13 April 2010).
57
Adapun strategi pelaksanaan PEDIRJEN BI tersebut antara lain:
a. Ketersediaan Nara Sumber yang handal.
b. Materi kursus yang menarik (memenuhi harapan).
c. Tersedianya sarana dan prasarana pendukung.
d. Adanya peraturan yang mewajibkan bagi calon pengantin untuk mengikuti
kursus dengan sertifikatnya sebagai persyaratan Administrasi Pendaftaran
Nikah.
e. Para peserta mendapatkan izin/dispensasi.
BP4 Kecamatan Kemayoran, sejak keberadaannya telah banyak
menyelesaikan atau menangani permasalahan-permasalahn yang diadukan oleh
pasangan suami istri yang datang kepadanya, persoalan yang mereka
perselisihkan tentu berbeda-beda, hal ini menuntut keahlian daripada para
pegawai atau konsultan BP4 Kecamatan Kemayoran untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahn rumah tangga yang dihadapi oleh pasangan suami
istri atau para klien tersebut.
Adapun kasus-kasus yang penulis temukan dalam penelitian di BP4
Kecamatan Kemayoran, sebagaimana dikatakan oleh Bapak M. A.
Purnawibawa, selaku sekretaris BP4 Kecamatan Kemayoran yaitu12
perselisihan rumah tangga yang disebabkan oleh kurangnya komunikasi dan
keterbukaan dalam rumah tangga yang dikarenakan kesibukan masing-masing
12
M. A. Purnawibawa, Sekretaris BP4 Kecamatan Kemayoran, Wawancara Pribadi, (Jakarta,
01 November 2010).
58
pihak. Baik masalah ekonomi, pekerjaan, maupun masalah lainnya. Yang
mana ketika terjadi suatu masalah rumah tangga, diselesaikan dengan emosi
masing-masing pihak dengan saling menyalahkan satu sama lain. Kemudian
akhirnya bisa mengakibatkan perceraian.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya rumah tangga,
menurut dr. Kartono Muhammad menyatakan sebagai berikut13
:
a. Hubungan suami istri tidak lagi seperti dulu, dalam pengertian bahwa pada
masa lalu seorang istri terhadap suami sangat menghargai, menjunjung
tinggi, karena memang usia mereka agak jauh. Kemudian posisi,
pendidikan, dan penghasilan suami lebih tinggi, sehingga suami betul-betul
dianggap sebagai panutan atau pemimpin. Di zaman globalisasi ini banyak
pasangan suami istri yang seusia, ada pendapatan istri yang lebih daripada
suami. Sehingga posisi dulu yang dinikmati oleh suami istri, tidak bisa lagi
dipertahankan. Sekarang hubungan suami istri lebih demokratis.
b. Ketahanan keluarga juga semakin rawan karena arus informasi yang begitu
deras dari luar sehingga tanpa sadar tertanam pola-pola, nilai-nilai yang
datang dari luar. Sehingga hubungan tribalisme (tadisional) seperti dulu
dalam masyarakat, akan berubah menjadi individualisme”.
Di sinilah kiranya, dibutuhkan kerja keras bagi para konsultan
perkawinan atau dalam hal ini yang ditangani oleh BP4 secara umum dan BP4
13
BP4 Pusat, Ketahanan Keluarga Dalam Menghadapi Era Globalisasi, (Majalah Nasehat
Perkawinan dan Keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1995), edisi September No. 279, h. 7.
59
Kecamatan Kemayoran secara khusus, dalam mengatasi segala permasalahan
yang terjadi atau yang dihadapi oleh pasangan suami istri dalam menjalani
kehidupan rumah tangganya.
C. Dasar Hukum Pembentukan BP4 Kecamatan Kemayoran
Kementrian agama (yang kemudian di rubah menjadi Departemen Agama)
dibentuk di Indonesia oleh pemerintah Indonesia menjelang usia 5 bulan
kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya tanggal 3 Januari 1946.Tugas pokok
Kementrian Agama sebagaimana dijelaskan oleh Menteri Agama yang pertama
Bapak H.M .Rasyidi sebagai berikut 14
: ”Pemerintah Republik Indonesia
mengadakan kementerian Agama tersendiri ialah untuk memenuhi kewajiban
pemerintah terhadap pelaksanaan UUD 1945 pasal 29 yang berbunyi : Negara
menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”
Salah satu tugas Kementrian Agama pada saat itu adalah untuk
melaksanakan Undang-undang nomor 22 tahun 1946 tentang pengawasan dan
pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk yang dilakukan menurut agama Islam.
Tugas Kementrian Agama sebagaimana tercantum dalam undang-undang
tersebut di atas adalah hanya mengawasi dan mencatat peristiwa pernikahan,
talak, dan rujuk, tidak termasuk bagaimana upaya untuk memelihara dan merawat
dan menjaga kelestarian pernikahan yang telah dilaksanakan oleh masyarakat,
14
http//sururudin.wordpress.com/.../peranan-bp4-dalam-menurunkan-angka- perceraian/.
60
sehingga hal itu terserah pasangan masing-masing bagaimana caranya melakukan
hal tersebut. Dengan kata lain bahwa Kementrian Agama (Departemen Agama )
tidak mempunyai tugas langsung untuk menangani dan memberikan jalan keluar
kasus-kasus yang terjadi dalam keluarga.
Sebagai upaya untuk melihat kualitas keluarga, pada tahun 1950-1954
telah diadakan penelitian yang hasilnya menyatakan bahwa dari pernikahan yang
telah dilaksanakan pada tahun tersebut hampir 60% di antaranya cerai. Melihat
kenyataan seperti ini , beberapa pejabat di lingkungan kementrian agama dan para
tokoh masyarakat merasa perlu didirikan suatu lembaga penasihatan perkawinan
yang dapat memberikan penasihatan untuk memberikan jalan keluar terhadap
kasus-kasus yang terjadi di dalam keluarga. Dari maksud tersebut berdirilah
lembaga penasihatan perkawinan di beberapa kota besar di pulau Jawa, seperti di
Jakarta, Di Bandung, dan di Yogyakarta yang kemudian dipersatukan menjadi
Badan Penasihat Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian (BP4). Pada
kesempatan konferensi Dinas Departemen Agama ke VII tanggal 25 s.d 30
Januari 1961 di Cipayung diumumkan bahwa BP4 yang bersifat nasional telah
berdiri pada tanggal 3 Januari 1960 dan sejak saat itulah berlaku Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga yang baru. Tujuan didirikannya BP4 adalah untuk
mempertinggi kualitas perkawinan, mencegah perceraian sewenang-wenang dan
mewujudkan rumah tangga yang bahagia sejahtera menurut tuntunan agama
Islam.
61
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 85 tahun 1961
ditetapkanlah bahwa BP4 sebagai satu-satunya badan yang bergerak dalam bidang
penasihatan perkawinan, talak dan rujuk dan upaya untuk mengurangi angka
perceraian yang terjadi di Indonesia .Keputusan menteri agama tersebut
kemudian diperkuat dengan Keputusan Menteri Agama No. 30 tahun 1977 tentang
penegasan Pengakuan BP4 pusat, dan dengan KMA tersebut kepanjangan BP4 di
rubah menjadi Badan Penasihatan Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan
sampai dengan sekarang.
Kemudian dasar hukum pembentukan BP4 (Badan Penasihatan,
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) yang lainnya yaitu Keputusan
Musyawarah Nasional Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan (BP4) ke XIV Tahun 2009 Nomor 26/2-p/BP4/VI/2009 Tentang
Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga BP4 yang secara garis besar
menerangkan tentang kedudukan, fungsi, dan peranan BP415
. Selain itu, melihat
juga pada Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
1999 Tentang Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah yang secara garis besar
menjelaskan tentang gerakan Pembinaan Keluarga Sakinah sebagai gerakan
nasional, program utama pembinaan keluarga sakinah, Pembina nasional gerakan
keluarga sakinah, dan teknis pelaksanaannya16
.
15
http//badilag.net/data/Keputusan%20MUNAS%20BP4-2009.
16
Departemen Agama RI, Pedoman Pejabat Urusan Agama Islam Edisi 2005, (Jakarta:
Departemen Agama Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2005), h. 182.
62
Kemudian dalam Peraturan Menteri Agama No. 3 Tahun 1975 Pasal 28
ayat (3) menyebutkan bahwa “Pengadilan Agama dalam berusaha mendamaikan
kedua belah pihak dapat meminta bantuan kepada Badan Penasihat Perkawinan,
Perselisihan dan Perceraian (BP4) agar menasihati kedua suami istri tersebut
untuk hidup makmur lagi dalam rumah tangga”17
.
Selain itu di dalam Al-Quran Surat Ar-Rum ayat 21 yang berbunyi:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu istri-
istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir.” (QS. 30 Ar-Rŭm: 21).
Bahwa untuk meningkatkan kualitas perkawinan menurut ajaran Islam
diperlukan bimbingan dan penasihatan perkawinan secara terus-menerus dan
konsisten agar dapat mewujudkan rumah tangga/Keluarga yang Sakinah
Mawaddah Warahmah.
Sejak BP4 di dirikan pada tanggal 3 Januari 1960 dan dikukuhkan oleh
Keputusan Menteri Agama Nomor 85 tahun 1961 diakui bahwa BP4 adalah
satu-satunya Badan yang berusaha di bidang Penasihatan Perkawinan dan
Pengurangan Perceraian18
. Fungsi dan Tugas BP4 tetap konsisten melaksanakan
17
http// intanghina.wordpress.com/.../pelayanan-badan-penasehat-pembinaan-pembinaan-
pelestarian-perkawinan-bp4/.
18
http//www.badilag.net/data/Keputusan%20MUNAS%20BP4-2009.
63
UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Perundangan lainnya
tentang Perkawinan, oleh karenanya fungsi dan peranan BP4 sangat diperlukan
masyarakat dalam mewujudkan kualitas perkawinan.
Atas dasar hukum yang telah dijelaskan itulah yang menjadi pertimbangan
pembentukan BP4 Kemayoran Jakarta Pusat.
64
BAB IV
PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH
DI KECAMATAN KEMAYORAN JAKARTA PUSAT
A. Kondisi Umum Kecamatan Kemayoran
Kecamatan Kemayoran sebagai daerah penyangga Ibu Kota Jakarta,
memiliki peranan yang strategis dalam menopang pertumbuhan sosial, ekonomi,
politik dan budaya Indonesia. Hal itu selain dikarenakan bentuk masyarakat yang
heterogen, juga karena telah terjadinya akulturasi budaya yang ada, ditambah lagi
dengan masuknya budaya-budaya asing yang dengan mudah mempengaruhi segi-
segi kehidupan masyarakat kota.
Kecamatan Kemayoran ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 60 Tahun 1990 tanggal 24 Desember dan diresmikan oleh Menteri Dalam
Negeri pada tanggal 29 Januari 1992.
Kecamatan Kemayoran mempunyai luas wilayah 725.360 Ha (7,25 Km2),
berada di sebelah timur Wilayah Kotamadya Jakarta Pusat, letak Kecamatan
Kemayoran sebagaimana letak Kota Jakarta berada pada: 106’49’39’ Bujur Timur
dan 06’37’37’ Lintang utara. Dengan batas-batas sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Jl. Angkasa, Pertengahan ex Lapangan Terbang Kemayoran
dari Barat ke Timur, Jalan Sunter Kemayoran (berbatasan langsung dengan
Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat, Kecamatan Pademangan dan
Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara).
65
2. Sebelah Timur : Jl. Yos Sudarso (berbatasan degan Kecamatan Kelapa Gading
Jakarta Utara).
3. Sebelah Selatan : Jl. Letjen Suprapto, Kali Sentiong, Jl. Kali Baru Timur, Jl.
Kepu Selatan, Jl. Bungur Besar, Jl. Gunung Sahari I (berbatasan dengan
Kecamatan Cempaka Putih, Kecamatan Johar Baru, dan Kecamatan Senen
Jakarta Pusat).
4. Sebelah Barat : Jl. Gunung Sahari Raya (berbatasan dengan Kecamatan
Sawah Besar).
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 60 Tahun
1990 dibentuklah Perwakilan Kecamatan Kemayoran di Kemayoran memiliki 8
(delapan) Kelurahan Yaitu:
1. Kelurahan Kemayoran.
2. Kelurahan Gunung Sahari Selatan.
3. Kelurahan Kebon Kosong.
4. Kelurahan Serdang.
5. Kelurahan Harapan Mulia.
6. Kelurahan Utan Panjang.
7. Kelurahan Cempaka Baru.
8. Kelurahan Sumur Batu.
Jumlah penduduk Kecamatan Kemayoran sampai tanggal 31 Desember
2009 sebanyak 187.114 jiwa dengan kepadatan258 jiwa/Ha, yang terdiri dari laki-
66
laki 95.342 jiwa dan Perempuan 91.772 jiwa dan tersebar di kedelapan kelurahan.
Untuk lebih rincinya sebagai berikut:
Tabel Jumlah Penduduk
No Kelurahan Laki-laki perempuan jumlah Luas
(km2)
Kepadatan
(jiwa/km2)
1 Kemayoran 9.845 9.768 19.613 0,52 377.717,31
2 Gn. Sahari Selatan 9.261 9.147 18.408 1,52 12.110,53
3 Kebon Kosong 11.484 10.864 22.438 1,16 19.543,10
4 Serdang 13.237 13.089 26.326 0,82 32.104,88
5 Harapan Mulia 10.542 10.078 26.620 0,53 38.996,23
6 Utan Panjang 13.737 13.228 26.965 0,50 53.930,00
7 Cempaka Baru 16.712 15.230 31.942 0,99 32.265,66
8 Sumur Batu 10.524 10.368 20.892 1,15 18.172,17
Jumlah 95.342 91.772 187.114 7,19 26.076,63
Sumber : Laporan Tahun 2009 Kecamatan Kemayoran
B. Mekanisme Pembentukan Keluarga Sakinah Di Kecamatan Kemayoran
Jakarta Pusat
Setiap keluarga, dalam menjalani bahtera kehidupan rumah tangga pasti
menginginkan kehidupan yang bahagia, rukun, dan damai. Oleh karena itu, untuk
mencapai keadaan atau keinginan tersebut informasi dan pengetahuan tentang
keluarga menjadi sesuatu yang sangat essensial. Hal tersebut dikarenakan dalam
67
hidup keluarga terkadang banyak dihadapi permasalahan-permasalahan atau
cobaan, yang bersifat intern (dalam) maupun yang bersifat ekstern (luar) yang
berpengaruh terhadap kehidupan dan kerukunan rumah tangga.
Pengetahuan yang diberikan tidak hanya diperoleh atau diambil dari
referensi orang barat. Akan tetapi, pengetahuan tersebut haruslah dicocokkan dan
dikombinasikan dengan nilai-nilai budaya terlebih penting lagi dengan nilai-nilai
agama. Karenanya informasi juga menjadi sangat penting dan diperlukan untuk
membentuk keluarga yang dicita-citakan, yaitu keluarga yang sakinah, mawaddah
warrahmah.
Keberadaan BP4 yang bertujuan untuk mempertinggi mutu perkawinan
dan mewujudkan keadaan keluarga yang sejahtera menurut ajaran agama Islam
serta sekaligus sebagai lembaga sosial kemasyarakatan adalah sama dengan upaya
peningkatan ketahanan keluarga dan kerukunan rumah tangga.
Dengan demikian, keberadaan BP4 serta perannya dalam peningkatan
mutu daripada BP4 itu sendiri dirasakan sangat penting. Terlebih lagi dalam
menghadapi tuntutan masyarakat seiring dengan perkembangan dan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pembangunan di segala bidang yang
semakin meningkat.
Mengenai peran dan fungsi daripada BP4 secara umum, Ma’mum
Nazarullah mengatakan, sebagai kepanjangan tangan dari Departemen Agama
BP4 mempunyai peran dalam meningkatkan mutu atau nilai perkawinan dan
keluarga bahagia sejahtera. BP4 dalam menjalankan kiprahnya dinilai sudah
68
cukup banyak kemajuan-kemajuan serta keberhasilan - keberhasilan dari apa yang
telah dilakukan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Selain itu, BP4
juga diharapkan dapat menjadi lembaga yang dirasakan sebagai milik bersama,
karenanya perlu adanya kerja sama dengan departemen-departemen lain atau
organisasi-organisasi yang mempunyai misi dan tujuan yang sama dengan yang
diemban oleh BP4.
Agar peran dan fungsinya dapat berjalan dengan baik, Prof. Dr. Zakiah
Darajat menjelaskan, BP4 dalam kiprahnya harus mempunyai bekal ilmu-ilmu
pengetahuan praktis. Karena untuk memberi nasihat agar orang dapat hidup
dengan bahagia dan terwujud keluarga yang sakinah diperlukan ilmu yang bisa
membuat orang lain tenteram, yaitu ilmu “Kesehatan Mental” di mana agama
termasuk di dalamnya, yaitu bagaimana membuat orang menjadi tenteram,
bagaimana membuat suami istri tidak bertengkar, dan lain sebagainya. Kemudian,
dalam memberikan nasihat pranikah dalam upaya pembentukan keluarga sakinah
mawaddah warrahmah. Maka, tenaga-tenaga BP4 atau para konseling harus
dibekali dengan ilmu praktis yang dapat digunakan, di samping mempunyai
pengetahuan ilmu agama1.
Salah satu cita-cita perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang
Sakinah Mawaddah Warrrahmah serta damai tanpa adanya masalah atau konflik
yang terjadi didalamnya. Cita-cita tersebut tentu menjadi harapan bagi setiap
pasangan suami - istri dalam menjadi kehidupan keluarga. Namun, terkadang cita-
1 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005), h. 3-9.
69
cita tersebut tidak begitu saja tercapai dengan mudah. Setiap kehidupan yang
dijalani akan selalu dihadapi dengan berbagai macam masalah atau persoalan,
baik yang berasal dari individu maupun yang berasal dari lingkungan keluarga.
Tidak ada kehidupan tanpa adanya masalah, tak terkecuali dalam menjalankan
kehidupan keluarga dan hal itu sudah menjadi sunnatullah atau hukum alam.
Perkawinan juga merupakan usaha untuk mempersatukan dua karakter
yang berbeda antara suami dan istri. Kerukunan rumah tangga akan senantiasa
terpelihara apabila masing-masing pihak saling pengertian dan saling memahami
karakter pribadi pasangannya. Apabila salah satu pasangan suami - istri itu tidak
dapat memahami pasangan hidupnya maka keretakan dalam keluarga mulai
terasa, dengan kata lain tidak ada hari tanpa pertengkaran.
BP4 Kecamatan Kemayoran dalam targetnya membantu masyarakat
menciptakan keluarga yang tenteram, damai dan sejahtera mempunyai peran
untuk membimbing keluarga ke arah yang lebih baik. Secara garis besar upaya
yang dilakukan oleh BP4 dalam pembentukan keluarga sakinah dapat dilakukan
dengan dua pendekatan atau cara, yaitu pendekatan yang bersifat “Preventif”
(upaya yang dilakukan sebelum terjadinya pernikahan) dan pendekatan yang
bersifat “Kuratif” (upaya penyelesaian perselisihan setelah perkawinan).
Adapun peran yang dilakukan BP4 Kecamatan Kemayoran dalam
membantu pemerintah menciptakan keluarga sakinah mawaddah warrahmah,
tergolong pada dua upaya, yaitu:
70
1. Upaya Preventif
Upaya Preventif merupakan upaya yang dilakukan BP4 sebelum
adanya perkawinan. Upaya ini sangat besar manfaatnya karena supaya dalam
menjalankan kehidupan setelah perkawinan pasangan suami istri tersebut
sudah dibekali dengan pengetahuan tentang perkawinan.
BP4 Kecamatan Kemayoran dalam mewujudkan upaya Preventifnya
berupa:
a. Pemberian nasihat dan penyuluhan kepada calon pengantin yang akan
membentuk rumah tangga. Tahap pemberian penasihatan dan penyuluhan
yang diberikan pada pasangan yang akan membentuk rumah tangga,
dimaksudkan agar mereka memahami secara benar peran masing-masing
dalam kehidupan rumah tangga, dan menginsyafi tanggung jawab BP4-nya
masing-masing, dalam menciptakan kebahagiaan hidup rumah tangganya.
Pemberian nasihat dan penyuluhan itu diadakan melalui penataran
bimbingan pranikah bagi calon pengantin dalam tenggang waktu 10 hari
dari kehendak nikah, atau disebut dengan nama “SUSCATEN” (Kursus
Calon Pengantin).
b. Memberikan ceramah-ceramah tentang perkawinan dan keluarga pada
acara Walimatul Ursy.
c. Memberikan Informasi kehidupan rumah tangga pada tingkat sekolah atas.
d. Memperkecil pernikahan di bawah umur.
71
Agar hubungan perkawinan tetap terpelihara dan hidup dengan suasana
yang harmonis sakinah mawaddah warrrahmah. Peningkatan terhadap
kualitas dan nilai rumah tangga diharapkan dapat menekan terjadinya
perceraian. Suatu krisis yang berakhir dengan perceraian biasanya terjadi
karena tidak adanya keharmonisan dalam rumah tangga itu disebabkan oleh
beberapa faktor. Untuk itu perlu adanya bimbingan yang berkesinambungan
dan tak ada hentinya dari petugas BP4 demi terwujudnya suatu rumah tangga
yang sakinah mawaddah warrahmah.
2. Upaya Kuratif
Upaya kuratif yang dilakukan oleh BP4 Kecamatan Kemayoran berupa
pemberian nasihat terhadap pasangan suami istri yang sedang mengalami
perselisihan dan berupaya mencari jalan keluar terbaik atas masalah yang
mereka hadapi.
Mereka yang datang ke BP4 Kecamatan Kemayoran dalam keadaan
berselisih akan dinasihati setelah mereka lewati beberapa prosedur yang
mudah di antaranya mereka harus mengisi buku pendaftaran.
Agar fungsi dan peran BP4 berjalan dengan efektif, maka BP4 dalam
kiprahnya harus ditunjang dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang praktis. Karena
untuk memberi nasihat agar orang dapat hidup bahagia diperlukan ilmu yang bisa
disampaikan oleh Prof. Dr. Zakiah Darajat, maka tenaga-tenaga BP4 harus
mempunyai ilmu praktis yang dapat digunakan, di samping mempunyai ilmu
72
agama, lainnya ilmu jiwa perkembangan untuk mendidik anak, ini perlu dikuasai
dan perlu mengadakan kerja sama dengan departemen-departemen atau
organisasi-organisasi yang mempunyai misi yang sama dengan misi yang
diembannya.
Setelah berbagai macam upaya, usaha dan mekanisme yang telah
dijalankan oleh BP4 Kecamatan Kemayoran, dapat kita lihat seberapa besar
keberhasilan yang dicapai oleh BP4 Kecamatan Kemayoran dalam mewujudkan
keluarga sakinah mawaddah warrahmah. Berbicara tentang keberhasilan, penulis
tidak mendapatkan data yang konkrit yang memuat tentang seberapa jauh
keberhasilan BP4 Kecamatan Kemayoran dalam upaya pembentukan keluarga
sakinah mawaddah warrahmah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak
Nasrullah, M. Kom. I, bahwasanya apabila membicarakan tentang sejauh mana
keberhasilan BP4 Kecamatan Kemayoran itu sangat sulit untuk di prediksi dan
dijawab. Berhasil atau tidaknya itu hanya dirasakan oleh para pasangan suami -
istri itu sendiri. karena setelah mereka mengikuti penasihatan dan penyuluhan
sampai akhirnya mereka menikah, para pasangan suami - istri ini setelah menikah
tidak kembali lagi ke BP4. Sehingga sulit untuk mendata keluarga tersebut
sakinah atau tidak2. Tetapi secara umum, Peran BP4 masih sangat dibutuhkan,
Khususnya oleh masyarakat Kecamatan Kemayoran sebagai badan konsultasi
perkawinan. Oleh karena itu, BP4 Kecamatan Kemayoran berusaha semaksimal
mungkin untuk mewujudkan suatu keluarga yang sakinah mawadah warrahmah.
2 Nasrullah, Penasehat BP4 Kecamatan Kemayoran, Wawancara Pribadi, (Jakarta, 10
November 2010).
73
C. Analisa
Pada bab ini, penulis akan menganalisa tentang Mekanisme Pembentukan
Keluarga Sakinah yang dilakukan oleh BP4 Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat,
yaitu mengenai:
1. Keberadaan BP4 yang bertujuan untuk mempertinggi mutu perkawinan dan
mewujudkan keadaan keluarga yang sejahtera menurut ajaran agama islam
serta sekaligus sebagai lembaga sosial kemasyarakatan adalah sama dengan
upaya peningkatan ketahanan keluarga dan kerukunan rumah tangga.
Keberadaan BP4 serta perannya dalam peningkatan mutu daripada BP4 itu
sendiri dirasakan sangat penting. Terlebih lagi dalam menghadapi tuntutan
masyarakat seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta pembangunan di segala bidang yang semakin meningkat. Agar
fungsi dan peran BP4 berjalan dengan efektif, maka BP4 dalam kiprahnya
harus ditunjang dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang praktis. Karena untuk
memberi nasihat agar orang dapat hidup bahagia diperlukan ilmu yang bisa
disampaikan oleh Prof. Dr. Zakiah Darajat, maka tenaga-tenaga BP4 harus
mempunyai ilmu praktis yang dapat digunakan, di samping mempunyai ilmu
agama, lainnya ilmu jiwa perkembangan untuk mendidik anak, ini perlu
dikuasai dan perlu mengadakan kerja sama dengan departemen-departemen
atau organisasi-organisasi yang mempunyai misi yang sama dengan misi yang
diembannya. Selain itu, BP4 ini juga sudah menjadi badan semi independen
74
yang mempunyai struktur dan sistem tersendiri. Baik dari susunan
organisasinya sampai program kerjanya.
2. Dalam Mekanisme Pembentukan Keluarga Sakinah yang dilakukan oleh BP4
Kecamatan Kemayoran, BP4 menggunakan beberapa upaya yaitu Upaya
Preventif dan Upaya Kuratif. Upaya preventif dilakukan ketika pasangan
tersebut belum menikah. Sedangkan Upaya Kuratif dilakukan ketika pasangan
tersebut telah melangsungkan pernikahan. Untuk upaya kuratif ini, disesuaikan
dengan keadaan si pasangan tersebut. Apabila setelah pernikahan mereka ada
perselisihan, maka BP4 Kecamatan Kemayoran dapat menjalankan Upaya
tersebut. Tapi terkadang bagi para pasangan suami - istri apabila terjadi
perselisihan enggan untuk datang ke BP4. Karena mereka merasa malu untuk
menyampaikan permasalahan mereka. Padahal secara teknis, BP4 dapat
membantu untuk memecahkan masalah perselisihan dalam rumah tangga.
Walaupun nanti pada akhirnya semua keputusan tetap ada di tangan pasangan
suami istri tersebut.
3. Tingkat keberhasilan BP4 Kecamatan Kemayoran dalam pembentukan
keluarga sakinah, tidak dapat dikatakan secara konkrit berhasil atau tidaknya.
Karena tidak ada yang data mendukung tentang itu. Tetapi secara umum, BP4
sangat besar peranannya dalam pembentukan keluarga sakinah. Hal ini
dikarenakan BP4 sudah menjadi lembaga Pemerintah di bawah naungan
Departemen Agama yang bertugas sebagai Badan Penasihatan Pembinaan dan
Pelestarian Perkawinan. Jadi, BP4 ini masih sangat dibutuhkan oleh
75
masyarakat sebagai tempat konsultasi pernikahan. Jadi intinya, berhasil atau
tidaknya itu tergantung dari pasangan suami - istri itu sendiri. Karena BP4
hanya memberikan nasihat dan penyuluhan tentang perkawinan kepada calon
pengantin yang ingin melaksanakan perkawinan.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai penutup dari uraian hasil penelitian yang telah penulis lakukan,
akhirnya penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Keberadaan lembaga BP4 Kecamatan Kemayoran yang berperan dalam
pembentukan keluarga sakinah, tidak hanya BP4 Kecamatan Kemayoran
tetapi juga BP4 di wilayah kecamatan lainnya yang tersebar di seluruh
Indonesia, yaitu sebagai penunjang tugas atau perpanjangan daripada tugas
Departemen Agama dalam proses pembentukan keluarga sakinah mawaddah
warrahmah. Selain itu, sesuai dengan Keputusan Menteri Agama RI Nomor
18 Tahun 1975 yang kemudian diperbaharui dengan Surat Keputusan Menteri
Agama RI Nomor 43 Tahun 1981, maka tugas BP4 adalah melaksanakan
sebagian tugas dari Departemen Agama, terutama di bidang penasihatan.
Selain itu, peran BP4 Kecamatan Kemayoran sebagai wadah atau lembaga
penasihatan perkawinan sekaligus sebagai mediasi bagi para keluarga yang
sedang mengalami permasalahan keluarga. Hal ini bertujuan untuk upaya
memperbaiki keutuhan rumah tangga yang sakinah mawaddah warrahmah.
2. Keluarga Sakinah Menurut Undang-Undang yaitu Bab I Pasal 1 Ayat 11 dari
Undang - Undang No 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, maka kita akan mengetahui bahwa
77
keluarga yang sejahtera (keluarga sakinah) itu adalah keluarga yang tidak
hanya tercukupi kebutuhan materiilnya, tetapi juga harus didasarkan pada
perkawinan yang sah, tercukupi kebutuhan spirituilnya, memiliki hubungan
yang harmonis antar anggota keluarga, antara keluarga dengan masyarakat
sekitarnya, dengan lingkungannya dan sebagainya.
3. Secara garis besar strategi yang dilakukan oleh BP4 dalam pembentukan
keluarga sakinah yaitu dengan dua pendekatan atau cara, yaitu pendekatan
yang bersifat “Preventif” (upaya yang dilakukan sebelum terjadinya
pernikahan) dan pendekatan yang bersifat “Kuratif” (upaya penyelesaian
perselisihan setelah perkawinan).
a. Upaya Preventif
Upaya Preventif merupakan upaya yang dilakukan BP4 sebelum
adanya perkawinan. Upaya ini sangat besar manfaatnya karena supaya
dalam menjalankan kehidupan setelah perkawinan pasangan suami istri
tersebut sudah dibekali dengan pengetahuan tentang perkawinan. BP4
Kecamatan Kemayoran dalam mewujudkan upaya Preventifnya berupa:
e. Pemberian nasihat dan penyuluhan kepada calon pengantin yang akan
membentuk rumah tangga. Pemberian nasihat dan penyuluhan itu
diadakan melalui penataran bimbingan pranikah bagi calon pengantin
dalam tenggang waktu 10 hari dari kehendak nikah, atau disebut
dengan nama “SUSCATEN” (Kursus Calon Pengantin).
78
f. Memberikan ceramah-ceramah tentang perkawinan dan keluarga pada
acara Walimatul Ursy.
g. Memberikan Informasi kehidupan rumah tangga pada tingkat sekolah
atas.
h. Memperkecil pernikahan di bawah umur.
b. Upaya Kuratif
Upaya kuratif yang dilakukan oleh BP4 Kecamatan Kemayoran
berupa pemberian nasihat terhadap pasangan suami istri yang sedang
mengalami perselisihan dan berupaya mencari jalan keluar terbaik atas
masalah yang mereka hadapi.
B. Saran-saran
1. Untuk BP4 Kecamatan Kemayoran
a. Hendaknya BP4 Kecamatan Kemayoran lebih meningkatkan
profesionalisme kinerja para pegawainya, khususnya dalam masalah
manajemen administrasi pendataan agar dapat diketahui tingkat
keberhasilan BP4 Kecamatan Kemayoran dari tahun ke tahun.
b. Hendaknya BP4 Kecamatan Kemayoran lebih meningkatkan Sumber
Daya Manusia (SDM), terutama mengenai profesionalisme para konsultan
dalam memberikan nasihat dan penyuluhan pranikah serta dalam
menyelesaikan permasalahan yang diadukan oleh pasangan suami istri
setelah mereka menikah.
79
c. BP4 Kecamatan Kemayoran diharapkan mampu berperan aktif dengan
melaksanakan secara optimal kegiatan-kegiatan yang sudah diprogramkan
dan harus lebih diintensifkan program-program yang sudah ditetapkan
tersebut, khususnya penyuluhan kepada masyarakat terutama tentang
masalah perkawinan, tujuannya adalah untuk memberikan informasi
kepada masyarakat akan kesakralan ikatan sebuah perkawinan dan juga
memberikan informasi tentang fungsi dan tugas BP4 yang sebenarnya,
agar mereka tidak lagi menjadikan BP4 hanya sebagai “Unit Gawat
Darurat” menuju perceraian.
d. BP4 Kecamatan Kemayoran harus mempunyai pendekatan pro aktif
kepada masyarakat daripada bersifat reaktif. Artinya BP4 Kecamatan
Kemayoran berusaha mencari dan mengamati kasus yang terjadi di
masyarakat kemudian mengadakan kegiatan yang secara langsung atau
tidak langsung sifatnya merawat perkawinan dan keluarga. Jadi, berusaha
untuk tidak selalu menunggu datangnya masalah serta harus mempunyai
program yang bersifat mendahulukan pembinaan dengan pendekatan pro
aktif.
2. Untuk Pasangan Suami Istri yang Mendatangi BP4 Kecamatan Kemayoran
dan Masyarakat Pada Umumnya
a. Sebaiknya bagi para pasangan suami istri ketika sebelum melaksanakan
perkawinan, diharapkan mengikuti penyuluhan pranikah yang diadakan
80
oleh BP4. Karena hal tersebut bertujuan untuk bekal pengetahuan ketika
sudah memasuki perkawinan.
b. Apabila ada hal-hal yang masih tidak mengerti tentang perkawinan,
jangan merasa malu untuk menanyakan atau berkonsultasi kepada BP4.
Agar perkawinan yang akan dijalankan berjalan lancar dan langgeng.
c. Bagi masyarakat luas pada umumnya dan pasangan muda mudi yang akan
melangsungkan perkawinan pada khususnya, diharapkan lebih mengetahui
dan memahami makna daripada perkawinan itu sendiri, memenuhi hak
dan kewajiban sebagai suami istri/orang tua, sehingga apa yang telah
dicita-citakan dalam perkawinan, yaitu terbentuknya rumah tangga yang
sakinah, mawaddah warahmah akan terwujud serta terhindar dari
perceraian.
81
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Ahmad Sudirman, Problematika Pernikahan dan Solusinya, Jakarta: PT
Prima Heza Lestari, 2006.
Abiding, Slamet, Aminuddin, Fiqih Munakahat 1, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999.
Abdullah, Ahmad Abdulgani, Himpunan Peraturan Peradilan Agama, Jakarta:
Intermasa, 1991.
Akbar, Ali, “Meningkatkan Usaha BP4 Dalam Penasehatan”, Problematika
Pelaksanaan Undanh-undang Perkawinan dan Keluarga, (Majalah Nasehat
Perkawinan dan Keluarga), Jakarta: BP4 Pusat, 1996.
Ali, Muhammad, Kamus Lengkapn Bahasa Modern, Jakarta: Pustaka Amani, 1996.
Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.
As-Siba’y, Mustafa, Wanita Diantara Hukum Islam Dan Perundangan, Jakarta:
Bintang Bulan, 1966.
Ayyub, Syaikh Hasan, Fiqih Keluarga, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006.
Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Propinsi DKI Jakarta
2005, Membina Keluarga Sakinah, Jakarta: BP4, 1991.
Basri, Hasan, Keluarga Sakinah “membina Keluarga Sakinah”, Jakarta: Pustaka
Antara, 1996, cet Ke-4.
BP4 Pusat, Hasil Musyawarah Nasional BP4 XII dan Pengukuhan Nasional
Keluarga Sakinah, Jakarta: BP4 Pusat, 2001.
BP4 Pusat, Ketahanan Keluarga Dalam Menghadapi Era Globalisasi, (Majalah
Nasehat Perkawinan dan Keluarga), Jakarta: BP4 Pusat, 1995, edisi
September No. 279.
Darajat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2005.
Departemen Agama RI Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, Pedoman
Pejabat Urusan Agama Islam, Jakarta: Departemen Agama, 2005.
82
Departemen Agama RI Dirjen bimas Islam Direktorat Urusan Agama Islam Dan
Pembinaan Syariah, Modul Pelatihan Motivator Keluarga Sakinah, Jakarta:
Departemen Agama, 2006.
Departemen Agama RI Dirjen Bimas Islam Dan Penyelenggaraan Haji Proyek
Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah, Modul Fasilitator Kursus Calon
Pengantin, Jakarta: Departemen agama, 2001.
Departemen Agama RI, Modul Pelatihan Motivator Keluarga Sakinah, Jakarta:
Departemen Agama RI Dirjen Bimas Islam Direktorat Urusan Agama Islam
dan Pembinaan Syariah, 2005.
Departemen Agama RI, Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan, Hasil Musyawarah Nasional BP4 XII dan Pengukuhan Keluarga
Sakinah, Jakarta: Departemen Agama, 2001.
Direktorat jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Ilmu Fiqh, Jakarta:
Departemen Agama, 1984/1985, Jilid II, Cet Ke-2.
Ghazaly, Abd. Rahman, Fiqih Munakahat, Jakarta: Prenada Media, 2003, cet-1.
Hasan, Zamhari, “Peranan BP4 Dalam Menurunkan Angka Perceraian”, (Makalah
Loka Karya), Jakarta: BP4 Pusat,1997.
http//badilag.net/data/Keputusan%20MUNAS%20BP4-2009.
http://intanghina.wordpress.com/2009/03/23/pelayanan-badan-penasehat-pembinaan-
pembinaan-pelestarian-perkawinan-BP4/#_ftn2.
http//sururudin.wordpress.com/.../peranan-bp4-dalam-menurunkan-angka-
perceraian/.
http//www.antaranews.com/.../mencari-keluarga-sakinah-di-tengah-maraknya-
perceraian.
KUA Kecamatan Kemayoran, Laporan Tahunan KUA Kecamatan Kemayoran Tahun
2009, Jakarta: KUA Kecamatan Kemayoran, 2009.
Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN), Kamus Besar Ilmu
Pengetahuan, Jakarta: Golo Riwu, 1997.
Mustoha, “kerjasama Badan Penasehatan Perkawinan Perselisihan dan Perceraian
Dengan Peradilan Agama”, (Makalah Loka Karya), Jakarta: BP4 Pusat,1997.
83
Narboko, Cholid, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Pustaka,
1997.
Nasar, M. Fuad, “Peranan BP4 Dalam Pembinaan Keluarga”, (Majalah Nasehat
Perkawinan dan Keluarga ), Jakarta: BP4 Pusat, 1996, edisi Januari No. 283.
Nasrullah, Penasehat BP4 Kecamatan Kemayoran, Wawancara Pribadi, (Jakarta, 10
November 2010).
Nuruddin, Amiur, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Di Indonesia Studi Kritis
Perkembangan Hukum Islam Dari Fikih, UU No 1/1974/Sampai KHI,
Jakarta: Kencana, 2006.
Paper Rapat kerja Kementrian Agama, Optimalisasi Peran BP4 Dalam Penanganan
Keluarga Bermasalah Di Propinsi DKI Jakarta, (Jakarta, 13 April 2010).
Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976.
Purnawibawa, Muhammad Alex, Sekretaris BP4 Kecamatan Kemayoran, Wawancara
Pribadi, (Jakarta, 01 November 2010).
R. Subekti, R. Djitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) Dengan
Tambahan UU Pokok Agraria dan UU Perkawinan, Jakarta: Pradnya
Paramita, 1994.
Sholeh, Asrorun Ni’am, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan Dan Keluarga, Jakarta:
eLSAS, 2008.
Soekanto, Soejono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 1986.
Sostroatmojo, Arso dan A. Wasir Aulawi, Hukum Perkawinan Di Indonesia, Jakarta:
Bulan Bintang, 1975.
Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia : Antara Fiqih
Munakahat Dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Kencana, 2007.
Team Media, Amandemen Peradilan Agama dan Kompilasi Hukum Islam Di
Indonesia, Jakarta: Media Center.
Utari, Rahmawati Dewi, “Membangun Keluarga Sakinah”, (Majalah Nasehat
Perkawinan & Keluarga), Jakarta: BP4, 2010, edisi No. 451.
Www.kulonprogokab.go.id/.../mewujudkan%20keluarga_%20sejahtera_dalam_persp
ektif_islam_2.pdf.