Download - penyimpanan kedelai

Transcript
Page 1: penyimpanan kedelai

MAKALAH SEMINAR UMUM

USAHA MENGHAMBAT KEMUNDURAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.)

SELAMA PENYIMPANAN

DISUSUN OLEH :

RANNY YULIA WIJAYATI

10/305004/PN/12202

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

MAKALAH SEMINAR UMUM

SEMESTER I TAHUN AKADEMIK 2013/2014

Page 2: penyimpanan kedelai

USAHA MENGHAMBAT KEMUNDURAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.)

SELAMA PENYIMPANAN

DISUSUN OLEH :

RANNY YULIA WIJAYATI

10/305004/PN/12202

Makalah ini telah disetujui, disahkan, dan dilaksanakan sebagai kelengkapan Mata

Kuliah Seminar Umum Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Menyetujui, Tanda Tangan Tanggal

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Suyadi Mw., M.Sc ................................ .......................

Mengetahui,

Koordinator Seminar Umum

Dr. Rudi Hari Murti, S.P., M.P. .................................. .........................

Mengetahui,

Ketua Jurusan Budidaya Pertanian

Dr. Ir. Taryono, M.Sc. .................................. .........................

Page 3: penyimpanan kedelai

DAFTAR ISI

Intisari………………………………………………………………………………..………..1

BAB I. Pendahuluan

A. Latar

Belakang…………………………………………………………………………..1

B. Tujuan……………………………………………………………………………..2

BAB II. Penyebab Kemunduran Benih Kedelai Selama Penyimpanan………………………3

BAB III. Usaha Menghambat Kemunduran Benih Kedelai Selama Penyimpanan…………..5

BAB IV. Penutup…………………………………………………………………………….10

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………..11

Page 4: penyimpanan kedelai

USAHA MENGHAMBAT KEMUNDURAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.)

SELAMA PENYIMPANAN

INTISARI

Kemunduran benih selama penyimpanan merupakan salah satu faktor pembatas produksi

kedelai di wilayah tropis sehingga mengurangi ketersediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih

kedelai dalam jumlah yang memadai dan tepat pada waktunya sering menjadi kendala karena daya

simpan yang rendah. Faktor penting yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan adalah

suhu, kelembapan, kadar air, umur simpan. Dengan demikian, melalui makalah ini akan dijelaskan

bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi kualitas benih kedelai selama penyimpanan dan usaha

menghambat kemnduran benih.

Berbagai hasil penelitian menunjukkan suhu, kelembapan, kadar air, dan pengemasan benih

dapat mempengaruhi kualitas benih yang ditunjukkan oleh daya hidup atau viabilitas benih. Suhu yang

rendah dapat menekan aktivitas enzim sehingga respirasi dapat dihambat dan viabilitas dapat

dipertahankan. Kemunduran benih meningkat sejalan dengan peningkatan kadar air benih. Oleh karena

itu, untuk mempertahankan viabilitas, kadar air awal benih harus dipastikan rendah. Namun, kadar air

benih sangat dipengaruhi oleh kelembapan relatif (Rh) ruang penyimpanan pengemasan.

Kata kunci: kemunduran benih, penyimpanan benih, viabilitas, benih kedelai.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat

karena nilai gizinya yang tinggi. Produksi perlu ditingkatkan untuk memenuhi konsumsi

dalam negeri antara lain dengan menggunakan benih bermutu. Mutu benih yang mencakup

mutu fisik, fisiologis dan genetik dipengaruhi oleh proses penanganannya dari produksi

sampai akhir periode simpan (Sadjad, 1980).

Data statistik dari FAO menunjukkan bahwa selama periode 1990-1995, areal panen

kedelai meningkat dari 1,33 juta ha pada tahun 1990 menjadi 1,48 juta ha pada tahun 1995,

atau meningkat ratarata 2,06% pertahun. Sejak tahun 1995, terjadi penurunan areal panen

secara tajam dari sekitar 1,48 juta ha menjadi sekitar 0,83 juta ha pada tahun 2000, atau

menurun ratarata 11% per tahun. Selama periode 2000-2004, areal panen kedelai masih terus

menurun ratarata 9,66% per tahun. Secara keseluruhan, selama periode 15 tahun terakhir

(1990-2004) luas areal kedelai di Indonesia menurun tajam dari sekitar 1,33 juta ha pada

tahun 1990 menjadi 0,55 juta ha pada tahun 2004, atau turun rata-rata 6,14% per tahun.

Benih merupakan sarana produksi yang sangat penting dalam menentukan

keberhasilan budidaya tanaman pangan. Penggunaan bahan tanam bermutu merupakan salah

satu faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan pertanaman. Petani sering

mengalami kerugian yang sangat besar baik dari segi biaya maupun waktu yang berharga

akibat dari penggunaan benih yang tidak bermutu atau tidak jelas asal-usulnya. Kesalahan

Page 5: penyimpanan kedelai

dalam penggunaan bahan tanam akan mengakibatkan kerugian jangka panjang. Penggunaan

bibit bermutu merupakan salah satu kunci untuk mendapatkan pertanaman yang mampu

memberikan hasil yang memuaskan (Situmorang, 2010).

Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsur-angsur dan

kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan fisisologis yang disebabkan

oleh faktor dalam. Proses penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan

penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan

pemunculan kecambah di lapangan (field emergence), terhambatnya pertumbuhan dan

perkembangan tanaman, meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang

akhirnya dapat menurunkan produksi tanaman (Copeland dan Donald, 1985). Kemunduran

benih kedelai selama penyimpanan lebih cepat berlangsung dibandingkan dengan benih

tanaman lain dengan kehilangan vigor benih yang cepat yang menyebabkan penurunan

perkecambahan benih. Benih yang mempunyai vigor rendah menyebabkan pemunculan bibit

di lapangan rendah, terutama dalam kondisi tanah yang kurang ideal. Sehingga benih kedelai

yang akan ditanam harus disimpan dalam lingkungan yang menguntungkan, agar kualitas

benih masih tinggi sampai akhir penyimpanan (Viera et. al., 2001).

Penyimpanan benih merupakan salah satu penanganan pascapanen kedelai yang

penting dari keseluruhan teknologi benih dalam memelihara kualitas atau mutu. Menurut

Harnowo et. al. (1992) benih kedelai relatif tidak tahan disimpan lama, sehingga

penyimpanan berpengaruh terhadap mutu fisiologis dari benih kedelai. Penyediaan benih dari

dan untuk petani bagi musim tanam berikutnya sering harus mengalami penyimpanan terlebih

dahulu, sehingga upaya merekayasa penyimpanan benih untuk memperoleh benih kedelai

bermutu sangat diperlukan. Oleh karena itu, perlu teknologi penyimpanan yang baik agar

vigor dan viabilitas benih tetap tinggi pada saat tanam sehingga diperoleh pertumbuhan dan

hasil yang baik. Menurut Byrd (1983), kemunduran benih adalah semua perubahan yang

terjadi dalam benih yang mengarah ke kematian benih.

B. Tujuan

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk megetahui penyebab kemunduran benih dan

usaha-usaha menghambat kemunduran benih kedelai selama penyimpanan.

Page 6: penyimpanan kedelai

II. PENYEBAB KEMUNDURAN BENIH KEDELAI (Glycine max L.)

SELAMA PENYIMPANAN

Penyimpanan merupakan salah satu mata rantai terpenting dalam rangkaian kegiatan

teknologi benih. Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas

benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin (Lita Sutopo, 1998). Sukarman dan

Rahardjo (1994) bahwa tujuan penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan mutu

fsiologis benih selama periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran

benih (deteriorasi).

Kemunduran benih merupakan satu proses yang dialami oleh setiap benih setelah

benih mencapai masak fisiologis dan akan berlangsung selama benih tersebut mengalami

proses pengolahan, pengemasan, penyimpanan dan juga transportasi. Menurut Sadjad (1994)

kemunduran benih adalah penurunan viabilitas benih baik oleh faktor alami (deteriorasi) atau

oleh faktor-faktor yang sengaja dibuat (devigorasi). Kemunduran benih juga merupakan salah

satu masalah dalam menjamin ketersediaan benih dan kemunduran benih dapat terjadi selama

benih disimpan. Menurut Justice dan Bass (2002) penyimpanan benih suatu tanaman

dilakukan dengan tujuan untuk memperpanjang dan memperlama serta mengawetkan

cadangan bahan benih dari mulai panen, disimpan hingga digunakan untuk kurun waktu

tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi

menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik, daya tumbuh

dan vigor, kondisi kulit, dan kadar air benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan benih,

komposisi gas, suhu, dan kelembaban ruang simpan (Copeland and Donald, l985).

Kemunduran benih karena sifat genetis biasa disebut proses deteriorasi yang

kronologis. Artinya, meskipun benih ditangani dengan baik dan faktor lingkungannya pun

mendukung namun proses ini akan tetap berlangsung. Sifat genetik benih antara lain tampak

pada permeabilitas dan warna kulit benih berpengaruh terhadap daya simpan benih kedelai.

Penelitian terdahulu menemukan bahwa varietas kedelai berbiji sedang atau kecil umumnya

memiliki kulit berwarna gelap, tingkat permeabilitas rendah, dan memiliki ketahanan yang

lebih baik terhadap kondisi penyimpanan yang kurang optimal dan tahan terhadap deraan

cuaca lapang dibanding varietas yang berbiji besar dan berkulit biji terang (Mugnisyah,

1991). Sukarman dan Raharjo (2000), melaporkan bahwa varietas kedelai berbiji kecil dan

kulit berwarna gelap lebih toleran terhadap deraan fisik (suhu 42oC dan kelembaban 100%)

dibanding varietas berbiji besar dan berkulit terang.

Page 7: penyimpanan kedelai

Kadar air benih merupakan faktor utama yang menentukan daya simpan benih.

Kerusakan benih selama penyimpanan sebagian besar dipengaruhi oleh kandungan air di

dalam benih (Justice dan Bass, 1990). Kadar air benih yang terlalu tinggi mendorong

terciptanya kondisi yang mempercepat laju kerusakan benih, akibat terjadinya proses

metabolisme dan respirasi. Laju respirasi yang tinggi dapat mempercepat hilangnya viabilitas

benih. Robert (1972) menyebutkan bahwa hilangnya viabilitas benih adalah karena

berkurangnya bahan cadangan makanan melalui respirasi. Disamping itu pada kadar air yang

tinggi mikro organisme akan tumbuh aktif dan berkembang dan merusak embrio. Dengan

demikian penyimpanan benih dengan kadar air tinggi sangat berbahaya bagi kehidupan benih,

karena cepat mengalami kerusakan. Sedangkan pada kadar air benih yang terlalu rendah,

menurut Harrington (1973) berpengaruh negatif bila dihubungkan dengan proses autooksidasi

lemak.

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan, yang dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu dan kelembaban nisbi ruangan.

Pada suhu rendah, respirasi berjalan lambat dibanding suhu tinggi. Dalam kondisi tersebut,

viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama. Kadar air yang aman untuk penyimpanan

benih kedelai dalam suhu kamar selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11%. Menurut

Harrington (1972), masalah yang dihadapi dalam penyimpanan benih makin kompleks

sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi

dapat menimbulkan resiko terserang cendawan.

Pengaruh kelembaban secara tidak langsung dapat menyebabkan meningkatnya

aktivitas mikroorganisme. Aktivitas mikroorganisme akan meningkat seiring dengan

meningkatnya kelembaban ruang simpan. Di sisi lain, benih yang mempunyai kadar air tinggi

akan melakukan respirasi dengan aktif, sehinga menyebabkan vigor benih dalam

penyimpanan menurun.

Page 8: penyimpanan kedelai

III. USAHA MENGHAMBAT KEMUNDURAN BENIH KEDELAI

(Glycine max L.) SELAMA PENYIMPANAN

Untuk mengurangi kerugian akibat faktor-faktor yang mempengaruhi kemunduran

benih selama penyimpanan, maka perlu adanya modifikasi dari penyimpanan itu sendiri.

Dengan cara mengendalikan faktor-faktor penghambat tersebut dan pemilihan wadah

penyimpanan yang tepat. Dalam merancang suatu wadah untuk melindugi viabilitas benih,

penting mempertimbangkan kesesuaian dengan tipe benih, kadar air benih waktu dikemas,

dan keadaan tempat penyimpanan (suhu dan kelembapan).

Kadar air benih merupakan hal yang paling utama dalam usaha mempertahankan daya

simpan benih. Oleh karena itu pada waktu panen diusahakan benih yang dipanen mempunyai

kadar air benih yang telah masak fisiologis dengan kadar air yang rendah. Apabila kadar air

benih masih tinggi, maka harus dikeringkan terlebih dahuu sebelum disimpan.

Tabel 1. Rata-rata persentase kecambah normal benih kedelai varietas Gepak kuning pada 4

taraf kadar air (Ka) (Samuel, 2011).

Lama Simpan (P) hari

Perlakuan (P0) 0 (P1) 15 (P2) 30 (P3) 45 (P4) 60 (P5) 75 (P6) 90

(P7)

105

(P8)

120

KA 11 % 79.5bc 82c 80.5bc 79.5bc 79.33bc 78.66bc 74.83b 74.66b 65a

A B B B B B C C C

KA 12% 77.00cd 82.16d 74.16bc 73.83bc 74.33bc 74.16bc 70.66bc 67.5ab 62.33a

A B AB AB AB B C B C

KA 13% 77.00c 78.00c 71.83c 75.33c 73.50c 73.00c 62.83b 62.16b 37.50a

A B A AB AB B B B B

KA 14% 79.83f 70.16e 70.16e 72.50e 70.33e 59.5d 51.66c 42.66b 20.33a

A A A A A A A A A

Ket: Angka-angka yang diikuti dengan huruf kecil yang sama pada baris yang sama dan

angka-angka yang diikuti dengan huruf besar yang sama pada kolom yang sama,tidak

berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 % .

Hasil analisis menunjukan bahwa perlakuan pada berbagai kadar air dan lama simpan

terhadap daya berkecambahnya sangat beda nyata dan terdapat interaksi yang sangat nyata

antara kadar air dengan lama simpan terhadap daya kecambah benih kedelai. Apabila benih

kedelai kadar air tinggi disimpan dalam kurun waktu yang lama, akan mempengaruhi nilai

tingkat kemunduran rata-rata daya kecambah.

Hukum-hukum Harrington yang menggambarkan hubungan antara kadar air dan suhu

ruang penyimpanan terhadap umur simpan benih yaitu setiap penurunan suhu ruang simpan

sebesar 5°C, umur simpan benih akan bertambah menjadi dua kali lipat. Setiap penurunan

Page 9: penyimpanan kedelai

kadar air benih 1%, umur simpan benih akan bertambah menjadi dua kali lipat. Hukum ini

berlaku apabila kelembaban relatif ruang penyimpanan berkisar antara 15%-70%, dengan

suhu antara 0°C-30°C, dan kadar air benih antara 4%-14% (Kuswanto, 2003).

Berikut merupakan tabel hasil penelitian tentang pengaruh kadar air awal dan suhu

penyimpanan terhadap mutu fisiologis benih kedelai (Glycine max (L.) Merill). Tabel di

bawah menjelaskan pengaruh suhu penyimpanan benih kedelai terhadap daya tumbuh benih

kedelai

Tabel 2. Daya tumbuh benih kedelai pada penyimpanan dengan kadar air dan suhu yang

berbeda (Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor, 1998-

2003)

Perlakuan Daya Tumbuh Benih (%)

3 bulan 4 bulan 6 bulan 1 tahun 2 tahun

3 tahun

4 tahun 5 tahun

Penyimpanan

(suhu> 250C)

KA 8 % 100 100 100 100 100 100 85 70

KA 10 % 100 100 80 70 66 52 48 30

KA 12 % 90 84 72 60 30 0 0 0

KA > 12 % 60 57 51 40 0 0 0 0

Penyimpanan

(suhu <250C)

KA 8 % 100 100 100 100 100 100 100 98

KA 10 % 100 100 100 98 96 94 90 80

KA 12 % 100 100 98 93 85 74 66 60

KA > 12 % 90 82 71 60 52 30 12 0

Benih dengan kadar air 8% dapat disimpan sampai 3 tahun dalam gudang biasa tanpa

menurunkan daya kecambahnya. Namun, bila kadar airnya 12% maka dalam waktu satu

tahun daya kecambah turun menjadi 60% dan menjadi 0% setelah 3 tahun. Benih dengan

kadar air 13% yang disimpan dalam gudang bersuhu > 25oC dan kelembapan nisbi (Rh) >

75%, daya tumbuhnya hanya 51% setelah disimpan selama 6 bulan dan 0% setelah 2 tahun.

Benih dengan kadar air 8% secara konstan, apabila disimpan pada suhu < 20°C dalam waktu

4 tahun daya tumbuhnya tidak berubah. Namun, bila kadar airnya > 12%, daya tumbuhnya

terus menurun, dan menjadi 0% setelah 5 tahun.

Pada suhu rendah, aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat.

Sebaliknya pada suhu tinggi, aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga respirasi lebih

cepat, yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara cepat. Perombakan

cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama penyimpanan akan

Page 10: penyimpanan kedelai

mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan meristem (Harrington, 1994),

sedangkan translokasi dari jaringan lain tidak memungkinkan sehingga terjadi kelaparan local

pada embrio (Krisnawati et. al., 2003). Hal inilah yang menyebabkan daya tumbuh dan vigor

benih atau kedelai menurun.

Suhu penyimpanan yang rendah cenderung akan meningkatkan kelembapan relatif

(Rh) ruang penyimpanan. Hal tersebut terjadi terutama pada penyimpanan benih terbuka atau

tanpa kemasan kedap udara. Kondisi tersebut disebabkan oleh sifat benih yang higroskopis

dan selalu ingin mencapai keseimbangan dengan kondisi lingkungan. Apabila disimpan pada

kelembaban yang tinggi, benih akan menyerap uap air sampai kadar air benih seimbang

dengan kelembaban ruang simpan. Sebaliknya bila benih disimpan pada kelembaban yang

rendah, benih akan mengeluarkan uap air sampai antara benih dengan kelembaban di

sekitarnya tercapai keseimbangan. Pengaruh kelembaban secara tidak langsung dapat

menyebabkan meningkatnya aktivitas mikroorganisme. Aktivitas mikroorganisme akan

meningkat seiring dengan meningkatnya kelembaban ruang simpan. Di sisi lain, benih yang

mempunyai kadar air tinggi akan melakukan respirasi dengan aktif sehingga menyebabkan

vigor benih dalam penyimpanan menurun (Kartono, 2004; Soemardi dan Karama, 1996).

Meskipun kadar air awal penyimpanan rendah, penyimpanan terbuka menyebabkan

kerusakan benih yang tinggi, menurunkan daya kecambah, dan daya simpan benih tidak bisa

lama. Penyimpanan benih terbuka hanya dapat dilakukan untuk benih yang segera akan

digunakan. Penyimpanan kedap udara selain menghambat kegiatan biologis benih, juga

berfungsi menekan pengaruh kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembapan, serta

mengurangi tersedianya oksigen, kontaminasi hama, kutu, jamur, bakteri, dan kotoran. Oleh

karena itu, kadar air awal dan bahan kemasan (pembungkus) sangat berpengaruh dalam

mempertahankan kadar air benih selama penyimpanan yaitu kurang dari 11% karena semakin

tinggi kadar air benih semakin tinggi pula laju deteriorasi benih (Kartono, 2004; Kuswanto,

2003).

Berikut merupakan tabel hasil penelitian yang dilakukan Tatipata (2004) mengenai

pengaruh kadar air awal dan kemasan terhadap vigor benih kedelai di berbagai lama simpan.

Tabel 3. Pengaruh Kadar Air dan Kemasan terhadap Vigor Benih Kedelai (Tatipata, 2004).

Kadar Air

(%)

Lama Simpan

(bln)

Kemasan

Plastik Polietilen (B1) K.terigu (B2) Al.foil (B3)

8 (A1) 0 100a 100a 100a

1 97,75ac 97,5ac 98,75ab

Page 11: penyimpanan kedelai

2 97,50ac 96,25bf 97,75ac

3 95,50bh 96,00bg 97,00ad

4 95,50bh 95,75bh 97,00ad

5 95,38ch 95,50bh 96,00bg

6 95,00ci 91,50jk 95,00ci

10 0 100a 100a 100a

1 97,63ac 96,25af 97,75ac

2 97,50 ac 95,63 bh 97,13 a d

3 96,88 ad 95,00 ci 96,13 cf

4 96,50 be 95,50 bh 95,75 bh

5 95,50 bh 95,13 ci 95,50 bh

6 92,50 hj 92,50 hj 95,50 bh

12 0 100a 100a 100a

1 95,63 bh 97,25 ad 98,00 ac

2 95,25 ch 96,38 dj 94,00 dj

3 93,25 ej 93,25 ej 95,75 bh

4 93,13 fj 92,75 gj 93,75 fj

5 92,75 gj 92,00 ij 92,75 gj

6 89,13 kl 87,75 l 89,00 kl

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan

DMRT 5%

Penggunaan plastik polietilen dan aluminium foil sebagai jenis kemasan cukup baik

karena selain kedap dari uap air dan udara luar. Kemasan plastik polietilen dan aluminium

foil mempunyai stabilitas air lebih terjaga, sehingga vigor benih lebih dapat dipertahankan

dalam periode simpan yang lama dari pada kemasan kertas dan kain blacu. Salbiati (2005)

menyatakan bahwa kemasan yang kedap relative lebih mampu menahan perubahan vigor

benih pada kondisi ruang yang terbuka (suhu kamar). Hal tersebut sejalan dengan yang

diungkapkan oleh Rahayu dan Widajati (2007) bahwa kemasan yang kedap lebih mampu

menjaga vigor dan viabilitas benih selama masa penyimpanan. Kemasan yang berbahan

porous seperti kertas dan kain blacu berpengaruh paling buruk terhadap viabilitas benih

karena kemasan berbahan ini tembus udara sehingga mudah terjadi pertukaran kelembaban

dengan udara di sekelilingnya. Penyimpanan benih dilakukan terhadap benih yang tidak

langsung digunakan. Supaya tidak mengalami kemunduran/deteriorasi maka benih harus

disimpan dengan suhu, kadar air dan kelembaban tertentu.

Page 12: penyimpanan kedelai

Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan yaitu sifatnya

ringan, transparan, kuat, dan permeabilitasnya terhadap uap air, O2 dan CO2. Selain itu

wadah plastik dapat mempertahankan benih dari kelembaban. Harrington (1973) menyatakan

untuk penyimpanan benih selama mungkin tanpa menghilangkan daya berkecambah dan

vigor dapat dilakukan dengan mengkondisikan lingkungan yang kering dan dingin.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan kedap udara yaitu: (1)

ukuran kantong plastik atau aluminium foil yang digunakan harus disesuaikan dengan jumlah

benih dan lamanya benih akan disimpan; (2) diperlukan alat perekat plastik atau aluminiun

foil, pengukur kadar air, dan timbangan; (3) isi kemasan harus penuh atau tidak ada ruang

udara di dalam kemasan; (4) kemasan benih diletakkan dengan baik dan teratur di tempat

penyimpanan, serta tidak menempel ke lantai dan dinding

Dalam mempertahankan daya simpan benih kedelai dapat dilakukan dengan

mempertahankan kadar air benih. Menurut Pramono (2005) usaha untuk mempertahankan

kadar air dapat dilakukan dengan penggunaan aplikasi desikan dari bahan alami di dalam

kemasan yang dapat menyerap air atau uap air yang ada disekitar benih seperti abu sekam,

arang kayu dan kapur tohor yang higroskopis. Sesuai penelitian Pramono (2005),

penyimpanan benih kacang tanah dalam bentuk polong dengan penambahan kapur tohor 5-

25% dalam kemasan sampai dengan periode simpan 9 bulan, daya tumbuhnya masih tinggi

sekitar 98 %.

Desikan adalah bahan atau zat yang digunakan untuk penyerapan air yang dikandung

sesuatu zat oleh zat lain. Zat-zat yang digunakan untuk penyerapan air disebut zat pengering

atau desikan (Shadily, 1977). Pada penyimpanan benih kedelai menggunakan abu sekam padi

sebagai bahan desikan, untuk mempertahankan daya tumbuh benih kedelai dalam

penyimpanan. Pada prinsipnya benih bersifat higroskopis artinya kadar air benih selalu

melakukan keseimbangan dengan kelembapan udara relative disekitarnya. Penggunaan

wadah yang berpori atau berlubang akan memudahkan udara luar dan uap air masuk,

sehingga kadar air akan semakin tinggi dan laju respirasi meningkat. Peningkatan laju

respirasi benih berarti peningkatan laju kemunduran benih sehingga daya tumbuh benih cepat

turun. Oleh karena itu pemilihan bahan yang tidak berpori atau kedap udara, dan penggunaan

bahan desikan penyerap air dianjurkan untuk penyimpanan benih kedelai (Harnowo, 1996).

Page 13: penyimpanan kedelai

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kadar air benih yang rendah merupakan faktor penting dalam inaktivasi benih kedelai

selama penyimpanan karena kadar air benih yang rendah < 11% mampu menekan

terjadinya respirasi yang menyebabkan kemunduran benih

2. Suhu penyimpanan yang tinggi (suhu ruang > 20oC) akan menurunkan viabilitas yang

ditandai dengan penurunan daya kecambah dan vigor benih kedelai, sedangkan suhu

penyimpanan yang rendah (suhu < 20oC) mampu mempertahankan viabilitas

tergantung pada kadar air benih dan kelembapan relative (Rh).

3. Penyimpanan benih kedelai dengan perlakuan tehnik pengemasan plastik yang kedap

udara memberikan rata-rata daya berkecambah lebih baik daripada kemasan yang

tidak kedap udara seperti kertas.

4. Aplikasi bahan desikan dapat mempertahankan kadar air sehingga daya tumbuh benih

tetap tinggi.

B. Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang usaha-usaha menghambat

kemunduran benih kedelai selama penyimpanan selain dipengaruhi oleh faktor suhu,

kadar air, dan kelembapan.

Page 14: penyimpanan kedelai

DAFTAR PUSTAKA

Byrd, H.W. 1983. ”Pedoman Teknologi Benih”. Diterjemahkan oleh Emid Hamidin.

PT. Pembimbing Masa. Jakarta.

Copeland. L.O. dan M.B. Mc. Donald. 1985. Principles of Seed Science and

Technology. Burgess Publishing Company, New York. 369 p.

Harnowo, D., Fathan Muhajir, M. Muchlis Adie, dan Soleh Solahudin. 1992.

Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Hasil dan Mutu Kedelai. Risalah

Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan, Balittan Malang.

Harnowo, D. (1996). Teknologi Pra dan Pasca Panen Perbenihan Kedele. Edisi

Khusus Balitkabi. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-

umbian.No. 8 : 79-91.

Harrington, J. F. 1973. Biochemical basis of seed longevity. Seed Science and

Technology 1:453 – 461.

Justice, O. L. And L. N. Bass. 1990. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih.

Terjemahan Renie-Rusly. CV. Rajawali, Jakarta.

Justice, O. L., dan L. N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Edisi 1,

cetakan 3. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kartono. 2004. Teknik penyimpanan benih kedelai varietas wilis pada kadar air dan

suhu penyimpanan yang berbeda. Buletin Teknik Pertanian 9: 79-82.

Krisnawati, A., S. Purwanti, dan R. Rabaniyah, 2003. Pengaruh Suhu Ruang Simpan

terhadap Viabilitas Benih Kedelai Hitam dan Kuning : Peningkatan Produksi

Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan Benih.

Kanisius, Yogyakarta.

Lita Sutopo. 1998. ”Teknologi Benih”. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Rahayu Esti dan Eny Widajati, 2007. Pengaruh Kemasan, Kondisi Ruang Simpan dan

Periode Simpan terhadap Viabilitas Benih Caisin (Brassica chinensis L.). Bul.

Agron. (35) (3) 191–196 (2007).

Roberts, E. H. 1972. Storage and Environment and the Control Viability. In E. H.

Robert.(ed.) Viability of Seed. Chapman and Hall, Ltd., London.

Sadjad, S. 1980. Panduan Mutu Benih Tanaman Kehutanan di Indonesia. IPB: Bogor.

Sadjad, S. 1994. Kualifikasi Metabolisme Benih. Penerbit Garsindo, Jakarta.

Page 15: penyimpanan kedelai

Samuel. 2011. Pengaruh Kadar Air Terhadap Penurunan Mutu Fisiologis Benih

Kedelai (Glycine max (L) Merill) Varietas Gepak Kuning Selama Dalam

Penyimpanan. Institute Pertanian Bogor, Bogor.

Shadily, H. (1977). Ensiklopedi Umum. (Penerbit Yayasan Kanisius), Yogyakarta.

1192.

Silbiati, 2005. Pengaruh Kondisi Simpan dan Kombinasi Jenis Kemasan–Perlakuan

Metalaksil terhadap Viabilitas Benih Dua Kultivar Jagung Manis. Skripsi IPB.

Bogor 52 hal.

Situmorang, T.S. 2010. Pengujian Mutu Benih. Balai Besar Benih dan Proteksi

Tanaman Direktorat Jendral Perkebunan-Departemen Pertanian Medan.

<http:// [email protected]>

Sukarman dan M. Rahardjo. 1994. “Mutu Fisiologis Benih Kedelai (Glycine max (L.)

Merr) Selama Masa Simpan di Dataran Tinggi”. Risalah Hasil Penelitian

Tanaman Pangan 1 : 21 – 26. Balittan Bogor.

Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Edisi Revisi. Raja Grfindo Persada. Jakarta.

Tatipata, Aurellia. 2004. Kajian aspek fisiologi dan biokimia deteriorasi Benih kedelai

dalam penyimpanan. Jurnal Ilmu Pertaniani 11: 76-87.

Viera. R.D. ; D.M. Tekrony ; D.B. Egli and M. Rucker. 2001. Electrical conductivity

of Soybean seeds sfter storage in several environments. Seed Science and

Technology., 29. 599-608.

Zahrok, Siti. 2007. Pengaruh Kadar Air Awal dan Suhu Penyimpanan terhadap Mutu

Fisiologis Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Universitas Islam Negeri,

Malang.

Page 16: penyimpanan kedelai

DAFTAR PERTANYAAN

1. Dinda Dewanti (12076)

Pertanyaan :

- Kelembapan merupakan faktor yang menyebabkan kemunduran benih yang

berhubungan dengan respirasi. Apakah ada pengaruh lain yang disebabkan oleh

kelembapan selain respirasi ?

Jawaban :

- selain respirasi, kelembapan tinggi akan menyebabkan mikroorganisme muncul,

karena kita ketahui bahwa hidup mikroorganisme akan meningkat seiring dengan

meningkatnya kelembapan ruang simpan.

2. Citra Nur Winda (12086)

Pertanyaan :

- Aplikasi desikan itu bagaimana ? apakah dapat meningkatkan vigor ?

Jawaban :

- Desikan berupa abu sekam dimasukkan ke dalam kemasan yang digunakan untuk

penyimpanan. Aplikasi desikan ini tidak dapat meningkatkan vigor dan gaya

berkecambah, karena apabila vigor atau gaya berkecambah sudah mengelami

penurunan maka tidak akan bisa meningkat lagi. Namun, aplikasi desikan ini

mampu menghambat kemunduran benih karea desikan ini menyerap air yang ada

di sekitar benih sehingga kadar air benih tidak akan meningkat.

3. Nurul Khasanah (11971)

Pertanyaan :

- Benih yang cerah mengandung banyak lignin, bagaimana pengaruhnya ?

- Suhu rendah berapa yang cocok untuk penyimpanan benih kedelai ? kalau terlalu

rendah apa tidak mengalami chilling injury ?

Jawaban :

- Pada kulit benih yang cerah memiliki lignin yang sedikit dibandingkan benih yang

berarna gelap yang mempunyai lignin banyak. Dengan lignin yang sedikit maka

permeabilitas tinggi sehingga oksigen dan air mudah masuk ke dalam benih.

- Suhu yang spesifik belum saya temukan jurnalnya. Namun, untk benih ortodoks

seperti kedelai walaupun pada suhu yang rendah tidak akan mengalami chilling

injury. Biasanya yang tidak tahan suhu rendah adaah benih rekalsitran.

4. Meilan (12133)

Pertanyaan :

Page 17: penyimpanan kedelai

- Berapa lama masa dormansi benih kedelai ? apakah menjadi salah satu penyebab

kemunduran benih ?

- Aplikasi desikan membutuhkan waktu berapa lama ?

Jawabn:

- Semua benih itu pasti memiliki masa dormansi namun waktunya saja akan. Untuk

benih kedelai memiliki dormansi yang sangat pendek sehingga tidak menjadi

penyebab kemunduran benih.

- Untuk berapa lama waktu yang digunakan dalam pengaplikasian desikan agar dapt

menghambat kemunduran benih belum diketahui, karena sejauh ini penelitian tentang

desikan masih sedikit.


Top Related