Penyampaian Aspirasi
NASKAH AKADEMIK
SISTEM KEBUDAYAAN DAN PENDIDIKAN NASIONAL
Disampaikan Oleh: YSNB, Aliansi Kebangsaan, dan FKPPI
Rapat Dengar Pendapat Umum Komisi X DPR-RI,
6 Juli 2020 1
2
Ketentuan pasal 96 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011
Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan,
masyarakat dimungkinkan untuk memberikan masukan
secara lisan dan/atau tertulis dalam pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan.
Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan masukan
pemikiran terkait dengan pembenahan sistem
pendidikan nasional kita yang kami tuangkan ke
dalam “Naskah Akademik Sistem Kebudayaan dan
Pendidikan Nasional Indonesia”
3
Naskah Akademik ini, disusun dengan mempedomani
teknik penyusunannya sebagaimana diatur dalam pasal
44 ayat (1) dan Lampiran-I Undang-Undang No. 12
Tahun 2011.
Diajukan oleh Yayasan Suluh Nuswantara Bakti, Aliansi
Kebangsaan dan KB-FKPPI, bersama para kolega seperjuangan
yaitu: Nusantara Center, Persatuan Purnawirawan Angkatan
Darat (PPAD), NU Circle Bidang Pendidikan, Gerakan Berantas
Buta Matematika (Gernastaka), Yayasan Budaya Cerdas, dan
beberapa kolega professional lain yang tidak mau disebut
namanya baik sebagai penulis maupun sebagai nara sumber
dalam serial FGD yang kami selenggarakan sejak 31 Juli 2019
dengan tema utama: “Pendidikan sebagai Penjuru dalam
Membangun Warga Negara Unggul”.
4
Tema ”Warga Negara Unggul” diangkat dalam serial FGD
tersebut, karena membangun warga negara unggul sangatlah
penting bagi sebuah negara bangsa.
Daoed Joesoef : “eksistensi dan
kelangsungan hidup sebuah negara dimulai
dari pikiran warga-negaranya. Karenanya,
warga negara harus dibangun sebagai
benteng ketahanan demi kelangsungan
hidup negara-bangsa”.
Untuk membangun warga negara unggul, kita masih menaruh
harapan besar kepada pendidikan nasional sebagai upaya
kolektif-sistemik negara
5
Karenanya, “Sistem Pendidikan Nasional” harus berfungsi
untuk membangun manusia Indonesia pada dimensinya
sebagai manusia individu, sebagai warga masyarakat,
dan warga negara
Oleh karena itu, “Visi Pendidikan Nasional”
sepatutnya menegaskan perannya dalam membangun landasan yang kuat bagi perkembangan multikultur kita yang
sehat, produktif dan memuliakan kehidupan, memperkuat kebangsaan, memperkuat solidaritas nasional, serta
menyiapkan generasi muda untuk menyongsong tugas dan tantangan masa depan.
6
Dengan demikian, pendidikan nasional sudah
seharusnya dibangun di atas wawasan sejarah,
wawasan kebudayaan, wawasan kebangsaan,
wawasan kemanusiaan, wawasan pengetahuan dan
teknologi, dan wawasan masa depan.
7
Indonesia Raya: cita-cita dan mimpi besar kita sebagai
sebuah negara-bangsa. Merupakan desain peradaban kita
yang harus kita tuju
Bagaimana menuju ke sana? Melalui pembangunan jiwa
(tentu melalui pendidikan) dan pembangunan raga (tentu
melalui infrastruktur).
Yaitu, peradaban yang kukuh kebangsaannya karena
berparadigma Pancasila dan berpijak pada Konstitusi,
dengan semangat Proklamasi (pembebasan atas
penjajahan), Bhineka Tunggal Ika (pluralis), Sumpah
Pemuda (bersatu), NKRI (menyeluruh dan nir-laba) dan
berwawasan nusantara serta berwawasan kebangsaan
Pendidikan Indonesia saat ini,
masih menyisakan berbagai masalah terkait dengan unsur-
unsur pendidikan yang menjadi beban sistem pendidikan
nasional kita. Kualitas pendidikan juga masih memprihatinkan
yang dapat kita telusuri dari berbagai indeks seperti indeks
pendidikan (education index) dalam Human Development
Index, Global Talent Competitiveness Index (GTCI), laporan
PISA (Programme for International Student Assessment), dan indek-indeks lainnya
8
Keadaan inilah yang menggugah dan mendorong kami untuk
ikut memberikan masukan dalam merevisi Undang Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
9
Beberapa kebaruan pemikiran yang dituangkan
ke dalam
Naskah Akademik dengan paradigma Pancasila ini
1. Menghadirkan kembali kebudayaan sebagai ontologi
pendidikan.
Kebudayaan dan Pendidikan merupakan dua entitas yang
saling terkait dan saling mempengaruhi. Pendidikan adalah
bagian dari kebudayaan, bukan sebaliknya
Pendidikan adalah alat untuk membentuk kebudayaan
karena pada dasarnya kebudayaan dapat dibentuk
10
Penyusunan mata-pelajaran harus mengacu pada kerangka
dasar kurikulum ini
2. Meringkas kerangka dasar kurikulum menjadi
“Trimatra Pendidikan”
Yaitu: Kebangsaan, Etika, dan Logika
Kurikulum inti pendidikan kita pada dasarnya ada empat, yaitu
“Agama-Kebangsaan-Etika-Logika”.
11
3. Mensentralkan Kembali Pengurusan Pendidikan
Saat ini, pendidikan dikendalikan oleh tiga level pemerintahan,
yaitu: pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, tidak memiliki
kepanjangan tangan sampai ke bawah, karena guru dimiliki
oleh kabupaten/kota (SD dan SMP) dan provinsi (SMA/SMK).
Kementrian Agama yang juga melaksanakan fungsi
pendidikan, memiliki kepanjangan tangan sampai ke daerah
melalui Kantor Wilayahnya (Kanwil)
12
4. Menghasilkan “Warga Negara Unggul”
via metoda meta science yang berenergi mental
Pancasila
“Warga Negara Unggul”,
dikonsepsikan sebagai : patriot sejati
Indonesia yang takwa, ikhlas,
berperikemanusiaan, adil, beradab,
jujur, bertanggung jawab, mumpuni,
ulet dan tangguh
Karenanya, mereka harus memiliki knowledge (know what),
attitude (know why) and skills (know how)
13
5. Menempatkan UU Sisbuddiknas
sebagai Undang Undang Payung
UU Sisbuddiknas dalam ruang lingkupnya diharapkan sudah
menyentuh semua hal dari pendidikan formal, informal, dan
nonformal. Juga sudah mencakup dari pendidikan PAUD,
dasar, menengah, dan tinggi. Dengan demikian hanya ada
satu UU tentang kebudayaan dan pendidikan nasional dengan
turunan yang lebih rinci berupa Peraturan Pemerintah.
14
6. Pemberdayaan IPTEK melalui Quarto Helix
Sinergi dan kolaborasi yang kuat dalam “Empat pihak (Quarto
Helix)” antara Lembaga Riset/Perguruan Tinggi, Industri,
Pemerintah, dan Masyarakat merupakan komponen elementer
penggerak sistem inovasi teknologi.
Riset dan pengembangan teknologi (risbangtek) yang dihasilkan
oleh perguruan tinggi belum ter-hilirisasi dengan baik ke dunia
usaha/industri maupun ke masyarakat
Akibatnya, hasil risbangtek perguruan tinggi saat ini seringkali
sebatas mengejar publikasi ilmiah, prototype, hak paten dan
sejenisnya
Kiranya keberadaan perguruan tinggi dalam”Quarto Helix” dapat
diperkuat melalui RUU Sistem Pendidikan Nasional.
15
7. Pendidikan Inklusi
Menggabungkan anak-anak yang berkebutuhan khusus dengan
anak-anak regular dalam kelas yang sama dengan ratio tertentu.
Berkebutuhan khusus (difabel–different ability) yaitu mulai dari
anak-anak yang tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita,
tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, lamban belajar, autis,
penyalahgunaan narkoba, penderita HIV-AIDS, dan memiliki
kecerdasan dan bakat.
Pendidikan ini bertujuan untuk emansipasi dan maksimalisasi;
memberikan kesempatan bagi anak berkebutuhan khusus agar
bisa menikmati kebudayaan dan pendidikan.
16
Demikan beberapa pokok pikiran yang tertuang
dalam ”Naskah Akademik Sistem Kebudayaan dan
Pendidikan Nasional” yang kami sampaikan sebagai
masukan dalam pembahasan RUU Sisdiknas.
Masih banyak unsur
kebaruan lain dalam
Naskah Akademik ini.
17
Semoga ”Naskah Akademik” ini dapat memperkaya
gagasan dan pilihan solusi untuk dapat menjadi
masukan bagi perbaikan rejim pendidikan
di masa depan.
Sekian dan Terimakasih