Transcript
Page 1: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

BAB I

PENDAHULUHAN

Menuanya organ tubuh tak lebih dari sebuah proses alamiah. Namun, "sangat sulit

membedakan antara penuaan normal yang tidak bisa dicegah dengan kerusakan organ akibat

penuaan yang sebenarnya dapat dicegah. Dari seluruh penyakit yang mendera lansia,

penyakit kardiovaskular menempati urutan paling atas. Kerusakan akibat penuaan biasanya

akan mengalami dua macam interaksi, yang berasal dari penuaan itu sendiri atau proses

patologis yang mengikuti penyakit jantung tersebut. Kelompok ini pun sering mengalami

kelainan klinis akibat komorbiditas serta polifarmasi. (Muin Rahman, A, 2010)

Penyakit jantung merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia, jumlah

penderita penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori penyakit ini tidak lepas dari gaya

hidup yang kurang sehat yang banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup.

Angka harapan hidup yang semakin meningkat ditambah peningkatan golongan usia tua

semakin memperbesar jumlah penderita penyakit jantung yang sebagian besar diderita oleh

orang tua. (Wikipedia, 2008)

Sekitar 83% penderita gagal jantung merupakan lansia. Gagal jantung diastolik

merupakan masalah utama disfungsi pendarahan pada lansia. Dari para lansia berusia di atas

80 tahun yang menderita gagal jantung, 70% di antaranya memiliki fungsi sistolik yang

normal. Sedangkan para penderita gagal jantung yang berusia di bawah 60 tahun hanya

kurang dari 10% yang fungsi sistoliknya masih bagus. Artinya, sebagian besar penderita

lansia tidak memiliki kelainan pada fungsi sistolik, namun mengalami kelainan diastole.

Sementara itu, hampir 75% pasien geriatri menderita gagal jantung, hipertensi dan atau

penyakit arteri koroner. Sedangkan para lansia penderita gagal jantung diastolik akan

mengalami gagal jantung dekompensasi karena biasanya tekanan darahnya relatif tinggi dan

tidak terkontrol. Selain itu, sulit membedakan secara klinis antara gagal jantung diastol atau

sistol karena keduanya sering bercampur pada orang tua. Gejala yang mendadak merupakan

tanda umum gagal jantung akibat kelainan fungsi diastol.

Gejala dan tanda gagal jantung akibat penuaan relatif sama pada gagal jantung orang

muda, namun biasanya gejala klinis dan keluhan utama pasien tua seringkali berbeda dan

sangat tersembunyi. Biasanya pasien tidak sadar dengan penyakitnya, yang dia alami ialah

sebuah perasaan yang tidak berharga, tidak berguna, dan relatif menerima keadaan apa

adanya seiring dengan bertambahnya usia. Namun biasanya, karena gagal jantung orang tua

1

Page 2: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

cenderung berupa kegagalan diastol, maka gejalanya akan timbul tiba – tiba dan membuat

orang tua jadi uring – uringan.

Secara umum, lansia dengan gagal jantung mesti bed rest agar mengurangi risiko

tromboemboli dan kondisi lain yang membuat fisik menjadi lemah. Penggunaan stocking

untuk kompresi dibarengi antikoagulan (terbatas sampai gejala dekom berkurang) dapat

dilakukan guna menghindari emboli dan trombosis vena. Diet restriksi cairan tidak perlu

dilakukan karena biasanya orang tua yang sedang sakit akan sangat sulit untuk makan secara

normal. Lansia pun cenderung cardiac cahexia dengan mekanisme yang belum jelas, namun

menyebabkan sangat rendahnya absorbsi dan penimbunan lemak pada lansia dengan penyakit

jantung. Sebelum sampai pada tata laksana farmakologis, sangat penting peran dokter untuk

menyemangati hidup para lansia ini, mengajak keluarganya untuk merawat bersama, serta

meyakinkan bahwa mereka akan mendapatkan penanganan yang prima. Sebab, kekuatan

psikologis jauh lebih berarti mengingat banyaknya obat yang cenderung menjadi 'tidak

mempan' untuk orang-orang tua akibat penurunan fungsi organ yang hampir total.

2

Page 3: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

BAB II

TINJAUAN TEORI

I. PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER PADA LANSIA

Pada  orang orang sehat, peruhahan anatomik fisiologik tersebut merupakan bagian dari

proses menua, Usia Ianjut bukanlah merupakan penyakit, tetapi merupakan tahap lanjut dari

suatu kehidupan yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh untuk beradaptasi

terhadap stres atau pengaruh lingkungan. Proses menua melandasi berbagai kondisi yang

terjadi pada usia lanjut (Kumar et al, 1992. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi

Martono. 1999)

Untuk dapat mengatakan bahwa suatu kemunduran fungsi tubuh adalah disebabkan

oleh proses menua dan bukan disebabkan oleh peayakit yang menyertai proses menua, ada 4

kriteria yang harus dipenuhi (Widjayakusumah, 1992. R Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan

H.Hadi Martono. 1999) :

1. Kemunduran fungsi dan kemampuan tubuh tadi harus bersifat universal, artinya

umum terjadi pada setiap orang.

2. Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berarti perubahan fungsi sel

dan jaringan disebabkan oleh penyimpangan yang terjadi di dalam sel dan bukan oleh

faktor luar.

3. Proses menua terjadi secant progresif, berkelanjutan, berangsur Iambat dan tidak dapat

berbalik lagi.

4. Proses menua bersifat proses kemunduran/kerusakan (injury).

Jantung dan pembuluh darah memberikan oksigen dan nutrient setiap sel hidup yang

diperlukan untuk bertahan hidup. Tanpa fungsi jantung kehidupan akan berakhir. Penurunan

fungsi system kardiovaskular (KV) telah memiliki dampak pada system yang lainnya.

Namun, pada kondisi tanpa penyakit yang berat, jantung lansia mampu untuk menyediakan

sulpai darah yang mengandung oksigen secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Di Amerika Serikat, penyakit KV merupakan penyebab utama kematian dan

disabilitas di antara lansia. Penyakit arteri coroner merupakan penyebab dari 85% kasus

kematian yang berhubungan dengan penyakit jantung. Sepanjang rentang kehidupan,

insidensi penyakit KV lebih tinggi pada kaum pria dari pada wanita. Namun, pada usia 80

3

Page 4: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

tahun, angka prevalensi antara pria dan wanita sama, yang menunjukkan peningkatan

insidensi penyakit diantara lansia wanita. Seiring dengan populasi bangsa yang terus menua,

biaya perawatan untuk lansia dengan semua bentuk CAD akan meningkat secara dramatis,

yang meningkatkan kebutuhan untuk upaya promosi kesehatan dan perlindungan kesehatan

diantara populasi ini.

Semakin besar jumlah lansia yang menderita penyakit KV menyebabkan semakin

sulit untuk mempelajari penuaan yang normal pada system ini. Suatu tinjauan ulang tentang

apa yang diketahui saat ini tentang proses penuaan dan patofisiologis penyakit yang sering

memengaruhi system KV akan memberikan dasar untuk pembahasan tentang perlindungan

kesehatan bagi lansia dengan masalah kardiovaskular.

Penuaan Normal

Dengan meningkatkan usia, jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik

structural maupun fungsional. Secara umum, perubahan yang disebabkan oleh penuaan

berlangsung lambat dan dengan awitan yang tidak disadari. Penurunan yang terjadi

berangsur-angsur ini sering terjadi ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas, yang

mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang teroksigenasi. Namun, perubahan yang

menyertai penuaan ini menjadi lebih jelas ketika system ditekan untuk meningkatkan

keluarannya dalam memenuhi peningkatan kebutuhan tubuh. Perubahan normal akibat

penuaan pada system kardiovaskular dirangkum dalam tabel.

PERUBAHAN NORMAL PADA SISTEM KARDIOVASKULAR AKIBAT PENUAAN

Perubahan normal yang berhubungan

dengan penuaan

Implikasi klinis

1. Ventrikel kiri menebal

2. Katup jantung menebal dan

membentuk penonjolan

3. Jumlah sel pacemaker menurun

4. Arteri menjadi kaku dan tidak lurus

pada kondisi dilatasi

1. Penurunan kekuatan kontraktil

2. Gangguan aliran darah melalui katup

3. Umum terjadi disritmia

4. Penumpulan respons baroreseptor

5. Penumpulan respons terhadap panas

dan dingin

4

Page 5: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

5. Vena mengalami dilatasi, katup-katup

menjadi tidak kompeten

6. Edema pada ekstremitas bawah

dengan penumpukan darah

A. Perubahan Anatomik Fislologik Sistem Kardiovaskuler Pada Usia Lanjut

Menua (Aging) adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk

memperbaiki atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya.

Proses ini berlangsung terus-menerus sepanjang hidup seseorang. Tidak seperti kondisi

patologis, setiap manusia pasti akan mengalami proses menua. Aging sudah terprogram

dalam genetik masing-masing individual, tapi faktor eksternal sangat berperan dalam

memodifikasi proses ini, sehingga proses menua-pun berlangsung dengan tingkat

kecepatan yang berbeda pada tiap orang. Hal inilah yang menjelaskan mengapa beberapa

orang dapat tampak lebih tua atau muda dari usia kronologisnya. Status kondisi fisik dan

aktivitas seseorang dapat secara radikal mempengaruhi fungsi kardiovaskular saat mereka

dia tua. (Marilyn, 1991).

Perubahan atau gangguan akibat dari usia lanjut dibagi menjadi 2 yaitu anatomi

dan fisologi dari sistem kardiovaskuler yang akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut :

1. Perubahan Anatomi

Komponen-komponen utama pada sistem kardiovaskular adalah jantung dan

vaskularisasinya. Jantung pada lansia normal tanpa hipertensi atau penyakit kliniks

tetap mempunyai ukuran yang sama atau menjadi lebih kecil dari pada usia setengah

baya. Secara umum, frekuensia denyut jantung menurun, isi sekuncup menurun, dan

curah jantung berkurang sekitar 30%-40%.

Penambahan usia tidak akan menyebabkan otot jantung mengecil (atrofi)

seperti halnya organ tubuh yang lain, akan tetapi justru terjadi peningkatan ukuran

jaringan otot jantung (hipertrofi). Pada batasan usia antara 30 - 90 tahun masa jantung

bertambah sekitar 1 gram/tahun pada laki-laki dan 1,5 gram/tahun pada wanita.

Perubahan bentuk yang terjadi pada jantung dengan bertambahnya usia adalah :

a. Elastisitas dinding aorta (pembuluh arteri besar) akan mengalami penurunan

dengan bertambahnya usia akibat aterosklerosis.

b. Perubahan pada daun dan cincin katup aorta, seperti : berkurangnya jumlah inti

sel jaringan ikat stroma katup, penumpukan lemak, degenerasi kolagen dan

5

Page 6: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

kalsifikasi jaringan fibrosa katup tersebut.

c. Bertambahnya ukuran katup jantung.

d. Bertambahnya lingkaran katup aorta.

e. Penebalan katup mitral dan aorta yang disebabkan degenerasi jaringan kolagen.

2. Perubahan fungsi pada jantung

Dengan bertambahnya usia akan berpengaruh terhadap fungsi dari jantung,

pada usia lanjut akan terjadi perubahan-perubahan fungsi pada jantung seperti :

a. Penurunan Irama Jantung.

Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial (SA) yang merupakan

pengatur irama jantung. Sel-sel dari nodus SA juga akan berkurang sebanyak 50%-

75% sejak manusia berusia 50 tahun. Jumlah sel dari nodus AV tidak berkurang, tapi

akan terjadi fibrosis. Sedangkan pada berkas His juga akan ditemukan kehilangan

pada tingkat selular. Perubahan ini akan mengakibatkan penurunan denyut jantung.

b. Denyut jantung maksimum pada latihan (exercise) menurun.

c. Isi 1 menit jantung (cardiac output) menurun rata-rata 1 % pertahun setelah usia

pertengahan.

d. Daya cadang jantung menurun.

e. Fungsi sistolik berkurang.

Dengan meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah mengalami

perubahan. Secara umum, perubahan yang disebabkan oleh penuaan berlangsung

lambat dan dengan awitan yang tidak disadari. Penurunan yang terjadi secara

berangsur–angsur ini sering terjadi ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas, yang

mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang teroksigenasi.

B. Faktor-faktor yang memperburuk fungsi Kardiovaskuler

Selain penurunan fungsi paru akibat proses penuaan, terdapat beberapa faktor

yang dapat memperburuk gangguan kardiovaskuler (Silverman dan Speizer, 1996).

Faktor-faktor yang memperburuk gangguan kardiovaskuler antara lain :

1. Kurang Olahraga

2. Obesitas

3. Stres

4. Merokok

6

Page 7: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

5. Makanan yang banyak mengandung kolestrol dan garam.

C. Masalah Penyakit Yang Terjadi Di Sistem Kardiovaskuler Pada Lansia

Penyakit jantung yang dijumpai pada orang-orang lanjut usia ada beberapa macam,

yaitu :

1. Penyakit Jantung Koroner.

Akibat yang besar dari penyakit jantung koroner adalah kehilangan oksigen

dan makanan ke jantung karena aliran darah ke jantung melalui arteri koroner

berkurang. Penyakit jantung koroner lebih banyak menyerang pria daripada wanita,

orang kulit putih dan separoh baya sampai dengan lanjut usia.

Penyebab dari penyakit jantung koroner ini adalah aterosklerosis, pada

aterosklerosis terjadi plak lemak dan jaringan serat sehingga menyempitkan bagian

dalam arteri jantung. Penyebab lainnya adalah faktor keturunan, hipertensi,

kegemukan, merokok, diabetes, stress, kurang olahraga dan kolesterol tinggi.

Gejala yang muncul pada penyakit jantung koroner ini adalah angina, yaitu

ketidakcukupan aliran oksigen ke jantung. Perasaan sakit angina terjadi seperti:

terbakar, tertekan, dan tekanan berat di dada kiri yang dapat meluas ke lengan kiri,

leher, dagu dan bahu. Tanda yang khas saat penyerangan adalah timbulnya rasa mual,

muntah, pusing, keringat dingin dan tungkai serta lengan menjadi dingin.

Mencegah adalah cara paling efektif dan sangat diperlukan sekali untuk

menghindari penyakit jantung koroner, seperti: diet dengan mengurangi kalori,

mengurangi konsumsi garam, lemak, kolesterol, sering berolahraga, dan kurangi

merokok. Pencegahan lainnya adalah dengan kontrol tekanan darah, menurunkan

trigliserida darah dan makan 2,5 gram aspirin setiap hari (untuk mencegah pembekuan

darah).

2. Serangan Jantung.

Serangan jantung terjadi apabila salah satu arteri jantung tidak sanggup lagi

mensuplai darah ke bagian otot jantung yang dialirinya. Apabila terjadi keterlambatan

dalam pengobatan akan mengakibatkan kematian. Hampir separoh dari kematian

mendadak karena serangan jantung terjadi sebelum pasein tiba di rumah sakit.

Penyebab dari serangan jantung ini adalah karena pembentukan arterisklerosis

(pengerasan arteri jantung) yang berakibat pada penurunan aliran darah. Faktor

resikonya meliputi: faktor keturunan, tekanan darah tinggi, merokok, kolesterol

7

Page 8: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

tinggi, diabetes, kegemukan, kurang olahraga, pemakaian obat-obatan (terutama

kokain), umur dan stres.

Gejala utama serangan jantung ini adalah rasa sakit seperti menusuk-nusuk

dan bersifat persisten pada dada kiri, menyebar ke lengan, rahang, leher, dan bahu

sampai 12 jam lamanya atau bahkan lebih. Tanda lain adalah perasaan seperti bingung

(bodoh), lelah, mual, muntah, sesak napas, dingin di lengan dan tungkai, keringat

dingin, cemas dan gelisah.

3. Penyakit jantung hipertensi.

Kebanyakan dengan bertambahnya usia seseorang, maka tensi atau tekanan

darahnya akan mengalami kenaikan. Berbagai penelitian telah dilakukan dan

disimpulkan bahwa di Indonesia rata-rata hipertensi (kanaikan tekanan darah) berkisar

5 - 10% dan menjadi lebih dari 20% jika sudah memasuki usia 50 tahun keatas.

Hipertensi sistolik pada mulanya dianggap suatu gangguan kecil, akan tetapi sekarang

ini telah diakui sebagai pemegang peranan yang besar sebagai faktor resiko serangan

jantung.

Pada usia lanjut tekanan darah cenderung mengalami labilitas dan mudah

mengalami hipotensi (tekanan darah rendah). Untuk itu dianjurkan selalu mengukur

tekanan darah pada waktu periksa maupun saat kontrol pengobatan. Apabila tidak

dilakukan kontrol rutin terhadap tekanan darah, akan memperbesar terjadinya

penyakit jantung hipertensi.

4. Penyakit Gagal Jantung.

Gagal jantung adalah ketidaksanggupan jantung memompa darah untuk

kebutuhan tubuh. Kegagalan ini biasanya terjadi pada bilik kiri yang merupakan

ruangan jantung yang bekerja paling besar. Akan tetapi kadang juga terjadi pada bilik

kanan atau bahkan keduanya mengalami kegagalan dalam waktu yang bersamaan.

Penyebab dari timbulnya gagal jantung adalah:

1) Otot jantung abnormal, sehingga terjadi serangan jantung.

2) Aliran darah terlalu sedikit yang mengalir ke jantung karena terjadinya pengerasan

pembuluh darah.

3) Gangguan mekanisme yang mengurangi pengisian darah didalam ventrikel (bilik).

4) Kerusakan aliran darah yang mengganggu daya pompa jantung.

8

Page 9: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

Gejala gagal jantung kiri mengakibatkan pernapasan memendek, kesulitan

bernapas kecuali bila berdiri tegak lurus, bersin, batuk, kekurangan oksigen dibadan,

kulit pucat atau kebiru-biruan, ritme jantung ireguler dan tekanan darah meningkat.

Gejala gagal jantung kanan mengakibatkan kaki bengkak, hati dan limpa

membesar, pembekakan vena di leher, pembentukan cairan di lambung, perut busung,

penurunan berat badan, ritme jantung ireguler, mual, muntah, nafsu makan berkurang,

kelelahan, gelisah, dan bisa pingsan.

Untuk mencegah terjadinya gagal jantung, penderita dianjurkan: menghindari

makanan yang mengandung garam, dan banyak memakan makanan yang

mengandung kalium (pisang, aprikot dan jus jeruk).

II. HIPERTENSI PADA LANJUT USIA

1. Pengertian

Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik dan sistolik yang

intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih

tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden

hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager , 2008).

Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan peningkatan

sistolik dan diastolik dijumpai pada usia pertengahan hipertensi sistolik pada usia diatas

65 tahun. Tekanan diastolik meningkat usia sebelum 60 tahun dan menurun sesudah

usia 60 tahun tekanan sistolik meningkat dengan bertambahnya usia (Temu Ilmiah

Geriatri Semarang, 2008).

Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan menjadi

faktor utama payah jantung dan penyakit koroner. Lebih dari separuh kematian diatas

usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler. Hipertensi pada

usia lanjut dibedakan atas:

a. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau

tekanan sistolik sama atau lebih 90 mmHg.

b. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan

diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (Nugroho,2008).

9

Page 10: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

2. Pembagian Hipertensi

Hipertensi diklasifikasikan 2 tipe penyebab :

a. Hipertensi esensial (primer atau idiopatik)

Penyebab pasti masih belum diketahui. Riwayat keluarga obesitas diit tinggi natrium

lemak jenuh dan penuaan adalah faktor pendukung.

b. Hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau penyebab yang terindentifikasi

lainya ( Stockslager , 2008).

Pengelompokan Tekanan Darah dan Hipertensi Berdasarkan Pedoman Joint

National Committee 7

Katagori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal 115 atau kurang 75 atau kurang

SNormal Kurang dari 120 Kurang dari 80

Prehipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi Tahap I 140 – 159 90 – 99

Hipertensi Tahap II Lebih dari 160 Lebih dari 100

Sumber : Kowalski E Robert,2010

3. Patofisiologi Hipertensi Lanjut Usia

Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan peningkatan usia

terjadinya penurunan elastisitas dan kemampuan meregang pada arteri besar. Tekanan

aorta meningkat sangat tinggi dengan penambahan volume intravaskuler yang sedikit

menunjukan kekakuan pembuluh darah pada lanjut usia. Secara hemodinamik hipertensi

sistolik ditandai penurunan kelenturan pembuluh arteri besar resistensi perifer yang

10

Page 11: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

tinggi pengisian diastolik abnormal dan bertambah masa ventrikel kiri. Penurunan

volume darah dan output jantung disertai kekakuan arteri besar menyebabkan penurunan

tekanan diastolik. Lanjut usia dengan hipertensi sistolik dan diastolik output jantung,

volume intravaskuler, aliran darah keginjal aktivitas plasma renin yang lebih rendah dan

resistensi perifer. Perubahan aktivitas sistem syaraf simpatik dengan bertambahnya

norepinephrin menyebabkan penurunan tingkat kepekaan sistem reseptor beta

adrenergik pada sehingga berakibat penurunan fungsi relaksasi otot pembuluh darah

(Temu Ilmiah Geriatri , 2008).

Lanjut usia mengalami kerusakan struktural dan fungsional pada arteri besar yang

membawa darah dari jantung menyebabkan semakin parahnya pengerasan pembuluh

darah dan tingginya tekanan darah.

4. Pathway (terlampir)

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia

Menurut Darmojo (2006), faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia

adalah :

a. Penurunanya kadar renin karena menurunya jumlah nefron akibat proses menua. Hal

ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus: hipertensi glomerelo-sklerosis-hipertensi

yang berlangsung terus menerus.

b. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Dengan bertambahnya usia

semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium.

c. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan meningkatakan

resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan hipertensi sistolik.

d. Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel yang

berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan subtansi kimiawi lain yang

kemudian meyebabkan resorbi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses

sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan

tekanan darah.

Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko hipertensi lain meliputi

diabetes ras riwayat keluarga jenis kelamin faktor gaya hidup seperti obesitas asupan garam

yang tinggi alkohol yang berlebihan (Stockslager, 2008).

11

Page 12: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau

tidak dapat dikontrol, antara lain :

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol

1) Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita

terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum

mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam

meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang

tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.

Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada

usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit

hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses

ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai

dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-

55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi

berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. (Anggraini , 2009).

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda.

Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita

hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah

menopause (Marliani, 2007

2. Umur

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang

lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia

lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini

disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat

yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi

banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas

50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause.

Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini

adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama

12

Page 13: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini

dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri.

2) Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu

mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan

kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium

Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar

untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan

riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan

riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah

penderita hipertensi (Marliani, 2007).

b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:

1) Obesitas

Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi penurunan

kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat.

Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia dapat memicu

timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi

(Rohendi, 2008).

Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama

tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali

lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita

hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.

2) Kurang olahraga

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular,

karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan

menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga

menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena

adanya kondisi tertentu.

13

Page 14: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena

bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung

mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras

pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar

pula kekuaan yang mendesak arteri (Rohaendi, 2008).

3) Kebiasaan Merokok

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat

dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya

stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort

prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital,

Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi,

51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-

14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari.

Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian

ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan

merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).

3) Mengkonsumsi garam berlebih

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)

merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya

hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol

(sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih

menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk

menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan

ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut

menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya

hipertensi. (Hans Petter, 2008).

4) Minum alkohol

14

Page 15: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-

organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk

salah satu faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).

5) Minum kopi

Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75 –

200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan

darah 5 -10 mmHg.

6) Stres

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis

peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress

yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal

ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi

dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress

yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Rohaendi, 2003). Menurut

Anggraini (2009) mengatakan stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer

dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini

dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.

6. Penatalaksanaan

a. Pengobatan.

Menurut : Darmojo (2008), Pemakain obat pada lanjut usia perlu dipikirkan

kemungkinan adanya :

1) Gangguan absorsbsi dalam alat pencernaan

2) Interaksi obat

3) Efek samping obat.

4) Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal.

Pengobatan hipertensi menurut : Kowalski (2010) tiga hal evaluasi menyeluruh

terhadap kondisi penderita adalah :

1) Pola hidup dan indentifikasi ada tidaknya faktor resiko kardiovaskuler

15

Page 16: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

2) Penyebab langsung hipertensi sekunder atau primer

3) Organ yang rusak karena hipertensi.

Melaksanakan terapi anti hipertensi perlu penetapan jadwal rutin harian minum

obat, hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan stroke dan serangan jantung.

Mencatat obat-obatan yang diminum dan keefektifan mendiskusikan informasi ini

untuk tindak lanjut (Stoskslager, 2008).

Pengendalian tekanan darah dan efek samping minimal diperlukan terapi obat-

obatan sesuai, disertai perubahan pola hidup. b. Non Farmakologi

Upaya non farmakologi menurut: Darmojo (2006) terdiri atas:

1) Berhenti merokok

2) Penurunan berat badan yang berlebihan

3) Berhenti/mengurangi asupan alkohol

4) Mengurangi asupan garam.

Upaya non farmakologi menurut: stanley (2007) pencegahan primer dari hipertensi

esensial terdiri atas:

1) Mempertahankan berat badan ideal

2) Diet rendah garam

3) Pengurangan stres

4) Latihan aerobik secara teratur

III. KONSEP STRESS

A. Tanda & Gejala Stress Pada Lansia

1. Gangguan efektif riwayat keluarga atau keturunan (faktor genetik).

2. Perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri ( teori agresi menyerang

kedalam).

3. Perpisahan traumatic individu dengan benda atau yang sangat berarti ( teori

kehilangan).

4. Konsep diri yang negatif dan harga diri rendah (teori organisasi kepribadian).

16

Page 17: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

5. Kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi dengan lingkungan (model

perilaku).

6. Perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama masa depresi, termasuk

defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekressi kortosol, dan variasi

periodik dalam irama biologis model biologik. (Stuart dan Sundeen, 1998).

7. Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai macam faktor

penentu, sebagian orang depresi sulit tidur,. Tetapi dilain pihak banyak orang

yang mengalami depresi justru terlalu banyak tidur.

B. Manajemen Stress

1. Definisi

Stres didefinisikan sebagai respon adaptif dipengaruhi oleh karakteristik individual

dan/atau proses psikologis akibat dari tindakan situasi atau kejadian eksternal yang

menyebabkan tuntutan fisik dan/atau psikologis terhadap seseorang ( Hidayat, 2006 ). Stres

adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya

( Hawari, 2011 ). Stres merupakan reaksi yang tidak diharapkan muncul disebabkan oleh

tingginya tuntutan seseorang (Wongso, 2009). Managemen stres adalah koping atau upaya

seseorang mampu menanggulangi stresor psikososial dengan cara hidup yang teratur, serasi,

selaras, dan seimbang antara diri dengan Tuhan. Secara horisontal antara dirinya sesama

orang lain dan alam sekitarnya. Perubahan terkait usia dalam peran sosial dan status

kesehatan mempengaruhi jumlah dan jenis stresor yang dialami lanjut usia. Perubahan ini

secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi cara mengatasi streFaktor – faktor yang

mempengaruhi stres.

2. Faktor yang menimbulkan stres disebut stesor menurut: Hidayat (2006) yaitu:

a. InternalFaktor internal stres bersumber dari diri sendiri.

b. EksternalFaktor eksternal bersumber dari keluarga masyarakat dan lingkungan. Faktor yang

menimbulkan stres yang dihadapi lanjut usia menurut Stocklager (2008) Adalah :

1) Kehilangan dukungan sosial

17

Page 18: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

Individu mencapai lanjut usia jaringan pendukung soasial mulai terpecah ketika

teman meninggal atau pindah. Kekuatan dan kenyamanan yang diberikan

membantu individu menahan mengatasi kehilangan tidak ada.

2) Pensiun

3) Kehilangan pasangan

Salah satu yang terberat dialami individu adalah kematian pasangan.

4) Kematian anak usia dewasa

Anak Usia dewasa merupakan bagian penting dari jaringan dukungan sosial

lanjut usia.

5) Pengasingan keluarga

6) Perubahan citra tubuh

Perubahan fisik yang mempengaruhi gaya hidup dapat memperburuk harga diri

dan seksualitas.

7) Kehilangan keuangan

Lanjut usia sangat rentan terhadap penipuan keuangan.

3. Cara Managemen Stres

Definisi managemen stres adalah suatu pendekatan dengan metode yang bersifat

holistik, psikologik/psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.( Hawari, 2011). Managemen

stres merupakan upaya mengelola stres dengan baik bertujuan mencegah dan mengatasi stres

agar tidak sampai di tahap yang paling berat (Hidayat, 2006). Berbagai cara dapat

digunakan membantu kebutuhan pasien lanjut usia berkaitan dengan kesehatan jiwa dan

rasa emosi. Managemen stres diantaranya adalah terapi dilingkungan pasien dan dukungan

kelompok (Mc. Cann, 2002).

4. Pelaksanaan Managemen Stres

Menurut Hidayat (2006) Manajemen stres yang dapat dilakukan adalah :

a. Mengatur diet dan nutrisi

Diet adalah jumlah makanan yang dibutuhkan oleh tubuh sedangkan nutrisi adalah

subtansi organik yang dibutuhkan untuk fungsi normal dari sistem tubuh,

pertumbuhan dan pemulihan kesehatan didapatkan dari makanan dan cairan yang

18

Page 19: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

selanjutnya diasimilasi oleh tubuh. Jadi mengatur diet dan nutrisi upaya yang

dilakukan untuk mengatur asupan makanan yang dibutuhkan oleh tubuh,

b. Istirahat dan tidur

Tidur adalah obat alamiah yang dapat memulihkan segala kelehan fisik dan mental,

kebutuhan mutlak mahkluk hidup terutama manusia dilakukan 7-8 jam dalam satu

hari. Jadwal tidur disesuaikan dengan masing-masing individu minimal 4 malam

dalam seminggu tidur dalam jangka waktu 7-8 jam. Tidur sehat tidur nyenyak tanpa

gangguan mimpi - mimpi menegangkan dan menyeramkan. Pola tidur akan

membuat orang sehat, sejahtera dan bijaksana.

c. Olah raga teratur

Upaya untuk mempertahankan kesehatan yang optimal dengan olah raga : Persiapan

sebelum melaksanakan olah raga perut tidak dalam keaadan kenyang, sebaiknya

dilaksanakan pada pagi hari dan dapat dilakukan secara kelompok atau individual.

C. Mekanisme koping

1. Pengertian

Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan

masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang

mengancam (Keliat, 1999).

Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan

perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau

eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.

Berdasarkan kedua definisi maka yang dimaksud mekanisme koping adalah cara

yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang

terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.

2. Penggolongan Mekanisme Koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua)

(Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu :

a) Mekanisme koping adiptif

Adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan,

belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain,

19

Page 20: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan

aktivitas konstruktif.

b) Mekanisme koping maladaptif

Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah

pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.

Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan,

menghindar.

Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek, salah satunya adalah aspek

psikososial (Lazarus dan Folkman, 1985; Stuart dan Sundeen, 1995;

Townsend, 1996; Herawati, 1999; Keliat, 1999) yaitu :

a) Reaksi Orientasi Tugas

Berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stress

secara realistis, dapat berupa konstruktif atau destruktif. Misal :

Perilaku menyerang (agresif) biasanya untuk menghilangkan atau mengatasi

rintangan untuk memuaskan kebutuhan.

Perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan sumber-sumber

ancaman baik secara fisik atau psikologis.

Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara melakukan, merubah

tujuan atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.

b) Mekanisme pertahanan ego, yang sering disebut sebagai mekanisme

pertahanan mental. Adapun mekanisme pertahanan ego adalah sebagai

berikut:

Kompensasi

Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan

secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.

Penyangkalan (denial)

Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari

realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan

primitif.

20

Page 21: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

Pemindahan (displacement)

Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang/benda lain

yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya.

Disosiasi

Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran

atau identitasnya.

Identifikasi (identification)

Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi

berupaya dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan

selera orang tersebut.

Intelektualisasi (intelectualization)

Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari

pengalaman yang mengganggu perasaannya.

Introjeksi (Introjection)

Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan

melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok ke dalam

struktur egonya sendiri, merupakan hati nurani.

Isolasi

Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat

bersifat sementara atau berjangka lama.

Proyeksi

Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang

lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat

ditoleransi.

Rasionalisasi

Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima

masyarakat untuk menghalalkan/membenarkan impuls, perasaan, perilaku,

dan motif yang tidak dapat diterima.

Reaksi formasi

21

Page 22: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

Pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari, yang

bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau ingin lakukan.

Regresi

Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas

dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini

Represi

Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau

ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, dari kesadaran seseorang;

merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh

mekanisme lain.

Pemisahan (splitting)

Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya baik

atau semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan

negatif di dalam diri sendiri.

Sublimasi

Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata

masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam

penyalurannya secara normal.

Supresi

Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi

sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan yang

disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadang-kadang

dapat mengarah pada represi yang berikutnya.

Undoing

Tindakan/ perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari

tindakan/ perilaku atau komunikasi sebelumnya; merupakan mekanisme

pertahanan primitif.

D. Pengkajian / Instrument Skala Depresi

Pengkajian ini menggunakan Skala Depresi Geriatrik bentuk singkat dari

Yesavage (1983) yang instrumennya disusun secara khusus digunakan pada lanjut

22

Page 23: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

usia untuk memeriksa depresi. Jawaban pertanyaan sesuai indikasi dinilai 1, nilai 5

atau lebih dapat menandakan depresi.

Skala Depresi Geriatrik Yesavage Bentuk Singkat :

No Pertanyaan Ya Tidak

Pilihlah jawaban yang sesuai sebagaimana yang anda rasakah dalam 1 minggu terakhir

1 Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda saat ini Ya Tidak*

2 Apakah anda membatalkan banyak dari rencana kegiatan/minat anda Ya* Tidak

3 Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong/hampa Ya* Tidak

4 Apakah anda sering merasa kebosanan Ya* Tidak

5 Apakah anda mempunyai suatu harapan/masa depan yang baik setiap

waktu

Ya Tidak*

6 Apakah anda terganggu dengan memikirkan kesulitan anda tanpa

jalan keluar

Ya* Tidak

7 Apakah anda seringkali merasa bersemangat Ya Tidak*

8 Apakah anda mengkhawatirkan sesuatu hal yang buruk akan

menimpa anda

Ya* Tidak

9 Apakah anda merasa seringkali merasa gembira Ya Tidak*

10 Apakah anda seringkali merasa tak terbantukan Ya* Tidak

11 Apakah anda seringkali merasa gelisah dan resah Ya* Tidak

12 Apakah anda lebih menyukai tingggal di rumah daripada keluar

rumah dan melakukan sesuatu hal yang baru

Ya* Tidak

13 Apakah anda seringkali mengkhawatirkan masa depan anda Ya* Tidak

14 Apakah anda merasa kesulitan dengan daya ingat anda Ya* Tidak

15 Apakah anda berpikir/bersyukur masih hidup saat ini Ya Tidak*

16 Apakah anda sering merasa kelabu dan berputus asa Ya* Tidak

23

Page 24: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

17 Apakah anda merasa tidak berguna saat ini Ya* Tidak

18 Apakah anda sering menyesalkan masa lalu anda Ya* Tidak

19 Apakah menurut anda hidup ini penuh tantangan yang

menyenangkan

Ya Tidak*

20 Apakah anda merasa kesulitan untuk mengawali suatu kegiatan Ya* Tidak

21 Apakah anda merasakan penuh daya dan energi Ya Tidak*

22 Apakah menurut anda keadaan yang dihadapi tanpa harapan Ya* Tidak

23 Apakah anda seringkali marah karena alasan sepele Ya* Tidak

24 Apakah menurut anda keadaan orang lain lebih baik dari anda Ya* Tidak

25 Apakah anda sering bagaikan menangis Ya* Tidak

26 Apakah anda sulit berkonsentrasi Ya* Tidak

27 Apakah anda bangun pagi dengan perasaan menyenangkan Ya Tidak*

28 Apakah anda lebih suka menghindari acara / sosialisasi Ya* Tidak

29 Apakah mudah bagi anda dalam mengambil keputusan Ya Tidak*

30 Apakah anda berpikiran jernih sebagaimana biasanya Ya Tidak *

TOTAL SKOR

Keterangan :

Tiap jawaban yang bertanda bintang dihitung 1 point

Skor 15-22 : menunjukkan depresi ringan

Skor <22 : menunjukkan depresi berat

Jakarta,..............................

(...........................................)

IV. GANGGUAN TIDUR

24

Page 25: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

A. Gangguan Pola tidur Secara Umum

Tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang untuk

dapat berfungsi dengan baik. Masyarakat awam belum begitu mengenal gangguan

tidur sehingga jarang mencari pertolongan. Pendapat yang menyatakan bahwa tidak

ada orang yang meninggal karena tidak tidur adalah tidak benar. Beberapa gangguan

tidur dapat mengancam jiwa baik secara langsung (misalnya insomnia yang bersifat

keturunan dan fatal dan apnea tidur obstruktif) atau secara tidak langsung misalnya

kecelakaan akibat gangguan tidur. Di Amerika Serikat, biaya kecelakaan yang

berhubungan dengan gangguan tidur per tahun sekitar seratus juta dolar. Insomnia

merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Setiap tahun diperkirakan

sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17%

mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup

tinggi yaitu sekitar 67 %. Walaupun demikian, hanya satu dari delapan kasus yang

menyatakan bahwa gangguan tidurnya telah didiagnosis oleh dokter.

Irwin Feinberg mengungkapkan bahwa sejak meninggalkan masa remaja,

kebutuhan akan tidur siang menjadi relatif tetap. Luce and Segal mengungkapkan

bahwa faktor usia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap kualitas

tidur. Telah dikatakan bahwa keluhan terhadap kualitas tidur sering dengan

bertumbuhnya usia. Pada kelompok lanjut usia (40 tahun) hanya dijumpai 7% kasus

yang mengeluh masalah tidur (hanya dapat tidur tidak lebih dari 5 jam sehari). Hal

yang sama di jumpai pada 22% kasus pada kelompok usia 70 tahun. Demikian pula,

kelompok lanjut usia lebih banyak mengeluh terbangun lebih awal dari pukul 05.00

pagi. Selain itu, terdapat 30% kelompok usia 70 tahun yang banyak terbagnun

diwaktu malam hari. Anka ini ternyata 7x lenih besar dibandingkan dengan kelompok

usia 20 tahun.

Gangguan tidak saja menunjukan indikasi akan adanya kelainan jiwa yang dini

tetapi merupakan keluhan dari hampir 30% penderita yang berobat ke dokter,

disebabkan oleh :

1. Faktor Ekstrinsik (luar) misal: lingkungan yang kurang tenang.

2. Faktor intrinsik, mial bisa organik dan psikogenik.

- Organik, misal: nyeri, gatal-gatal dan penyakit tertentu yang membuat gelisah.

25

Page 26: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

- Psikogenik, misal: depresi, kecemasan dan iritabilitas.

Lansia dengan depresi, stroke, penyakit jantung, penyakit paru, diabetes,

artritis, atau hipertensi sering melaporkan bahwa kualitas tidurnya buruk dan durasi

tidurnya kurang bila dibandingkan dengan lansia yang sehat. Gangguan tidur dapat

meningkatkan biaya penyakit secara keseluruhan. Gangguan tidur juga dikenal

sebagai penyebab morbiditas yang signifikan. Ada beberapa dampak serius gangguan

tidur pada lansia misalnya mengantuk berlebihan di siang hari, gangguan atensi dan

memori, mood depresi, sering terjatuh, penggunaan hipnotik yang tidak semestinya,

dan penurunan kualitas hidup. Angka kematian, angka sakit jantung dan kanker lebih

tinggi pada seseorang yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per

hari bila dibandingkan dengan seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam per hari.

Berdasarkan dugaan etiologinya, gangguan tidur dibagi menjadi empat

kelompok yaitu, gangguan tidur primer, gangguan tidur akibat gangguan mental lain,

gangguan tidur akibat kondisi medik umum, dan gangguan tidur yang diinduksi oleh

zat. Gangguan tidur-bangun dapat disebabkan oleh perubahan fisiologis misalnya

pada proses penuaan normal. Riwayat tentang masalah tidur, higiene tidur saat ini,

riwayat obat yang digunakan, laporan pasangan, catatan tidur, serta polisomnogram

malam hari perlu dievaluasi pada lansia yang mengeluh gangguan tidur. Keluhan

gangguan tidur yang sering diutarakan oleh lansia yaitu insomnia, gangguan ritme

tidur,dan apnea tidur

B. Klasifikasi Gangguan Tidur

1. Gangguan tidur primer

Gangguan tidur primer adalah gangguan tidur yang bukan disebabkan oleh

gangguan mental lain, kondisi medik umum, atau zat. Gangguan tidur ini

dibagi dua yaitu disomnia dan parasomnia. Disomnia ditandai dengan

gangguan pada jumlah, kualitas, dan waktu tidur. Parasomnia dikaitkan

dengan perilaku tidur atau peristiwa fisiologis yang dikaitkan dengan tidur,

stadium tidur tertentu atau perpindahan tidur-bangun. Disomnia terdiri dari

insomnia primer, hipersomnia primer, narkolepsi, gangguan tidur yang

berhubungan dengan pernafasan, gangguan ritmik sirkadian tidur, dan isomnia

yang tidak dapat diklasifikasikan. Parasomnia terdiri dari gangguan mimpi

buruk, gangguan teror tidur, berjalan saat tidur, dan parasomnia yang tidak

dapat diklasifikasikan. Cermin Dunia Kedokteran No. 157, 2007196)

26

Page 27: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

2. Gangguan tidur terkait gangguan mental lain

Gangguan tidur terkait gangguan mental lain yaitu terdapatnya keluhan

gangguan tidur yang menonjol yang diakibatkan oleh gangguan mental lain

(sering karena gangguan mood) tetapi tidak memenuhi syarat untuk ditegakkan

sebagai gangguan tidur tersendiri. Ada dugaan bahwa mekanisme

patofisiologik yang mendasari gangguan mental juga mempengaruhi terjadinya

gangguan tidur-bangun. Gangguan tidur ini terdiri dari: Insomnia terkait aksis

I atau II dan Hipersomnia terkait aksis I atau II.

3. Gangguan tidur akibat kondisi medik umum

Gangguan akibat kondisi medik umum yaitu adanya keluhan gangguan tidur

yang menonjol yang diakibatkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi

medik umum terhadap siklus tidur-bangun.

4. Gangguan tidur akibat zat

Yaitu adanya keluhan tidur yang menonjol akibat sedang menggunakan atau

menghentikan penggunaan zat (termasuk medikasi). Penilaian sistematik

terhadap seseorang yang mengalami keluhan tidur seperti evaluasi bentuk

gangguan tidur yang spesifik, gangguan mental saat ini, kondisi medik umum,

dan zat atau medikasi yang digunakan, perlu dilakukan.

C. Fisiologi Tidur Normal

Rata-rata dewasa sehat membutuhkan waktu 7½ jam untuk tidur setiap malam.

Walaupun demikian, ada beberapa orang yang membutuhkan tidur lebih atau kurang.

Tidur normal dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya usia. Seseorang yang berusia

muda cenderung tidur lebih banyak bila dibandingkan dengan lansia.

Waktu tidur lansia berkurang berkaitan dengan faktor ketuaan. Fisiologi tidur

dapat dilihat melalui gambaran ekektrofisiologik sel-sel otak selama tidur.

Polisomnografi merupakan alat yang dapat mendeteksi aktivitas otak selama tidur.

Pemeriksaan polisomnografi sering dilakukan saat tidur malam hari. Alat tersebut

dapat mencatat aktivitas EEG, elektrookulografi, dan elektromiografi. Elektromiografi

perifer berguna untuk menilai gerakan abnormal saat tidur. Stadium tidur - diukur

dengan polisomnografi - terdiri dari tidur rapid eye movement (REM) dan tidur non-

rapid eye movement (NREM).

27

Page 28: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

Tidur REM disebut juga tidur D atau bermimpi karena dihubungkan dengan

bermimpi atau tidur paradoks karena EEG aktif selama fase ini. Tidur NREM disebut

juga tidur ortodoks atau tidur gelombang lambat atau tidur S. Kedua stadia ini

bergantian dalam satu siklus yang berlangsung antara 70 120 menit. Secara umum

ada 4-6 siklus REM-REM yang terjadi setiap malam. Periode tidur REM I

berlangsung antara 5-10 menit. Makin larut malam, periode REM makin panjang.

tidur NREM terdiri dari empat stadium yaitu stadium 1,2,3,4.

D. Stadium Tidur Normal Pada Dewasa

Stadium 0 adalah periode dalam keadaan masih bangun tetapi mata menutup.

Fase ini ditandai dengan gelombang voltase rendah, cepat, 8-12 siklus per detik.

Tonus otot meningkat. Aktivitas alfa menurun dengan meningkatnya rasa kantuk.

Pada fase mengantuk terdapat gelombang alfa campuran.

Stadium 1 disebut onset tidur. Tidur dimulai dengan stadium NREM. Stadium

1 NREM adalah perpindahan dari bangun ke tidur. Ia menduduki sekitar 5% dari total

waktu tidur. Pada fase ini terjadi penurunan aktivitas gelombang alfa (gelombang alfa

menurun kurang dari 50%), amplitudo rendah, sinyal campuran, predominan beta dan

teta, tegangan rendah, frekuensi 4-7 siklus per detik. Aktivitas bola mata melambat,

tonus otot menurun, berlangsung sekitar 3-5 menit. Pada stadium ini seseorang mudah

dibangunkan dan bila terbangun merasa seperti setengah tidur.

Stadium 2 ditandai dengan gelombang EEG spesifik yaitu didominasi oleh

aktivitas teta, voltase rendah-sedang, kumparan tidur dan kompleks K. Kumparan

tidur adalah gelombang ritmik pendek dengan frekuensi 12-14 siklus per detik.

Kompleks K yaitu gelombang tajam, negatif, voltase tinggi, diikuti oleh gelombang

lebih lambat, frekuensi 2-3 siklus per menit, aktivitas positif, dengan durasi 500

mdetik. Tonus otot rendah, nadi dan tekanan darah cenderung menurun. Stadium 1

dan 2 dikenal sebagai tidur dangkal. Stadium ini menduduki sekitar 50% total tidur.

Stadium 3 ditandai dengan 20%-50% aktivitas delta, frekuensi 1-2 siklus per

detik, amplitudo tinggi, dan disebut juga tidur delta. Tonus otot meningkat tetapi tidak

ada gerakan bola mata.

Stadium 4 terjadi jika gelombang delta lebih dari 50%. Stadium 3 dan 4 sulit

dibedakan. Stadium 4 lebih lambat dari stadium 3. Rekaman EEG berupa delta.

28

Page 29: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

Stadium 3 dan 4 disebut juga tidur gelombang lambat atau tidur dalam. Stadium ini

menghabiskan sekitar 10%-20% waktu tidur total. Tidur ini terjadi antara sepertiga

awal malam dengan setengah malam. Durasi tidur ini meningkat bila seseorang

mengalami deprivasi tidur. Tidur REM ditandai dengan rekaman EEG yang hampir

sama dengan tidur stadium 1. Pada stadium ini terdapat letupan periodik gerakan bola

mata cepat. Refleks tendon melemah Cermin Dunia Kedokteran No. 157, 2007 197

Gangguan Tidur Lanjut Usia atau hilang. Tekanan darah dan nafas meningkat.

Pada pria terjadi ereksi penis. Pada tidur REM terdapat mimpi-mimpi. Fase ini

menggunakan sekitar 20%-25% waktu tidur. Ratensi REM sekitar 70-100 menit pada

subyek normal tetapi pada penderita depresi, gangguan makan, skizofrenia, gangguan

kepribadian ambang, dan gangguan penggunaan alkohol durasinya lebih pendek.

Sebagian tidur delta (NREM) terjadi pada separuh awal malam dan tidur REM pada

separuh malam menjelang pagi.

Tidur REM dan NREM berbeda dalam hal dimensi psikologik dan fisiologik.

Tidur REM dikaitkan dengan mimpi-mimpi sedangkan tidur NREM dengan pikiran

abstrak. Fungsi otonom bervariasi pada tidur REM tetapi lambat atau menetap pada

tidur NREM. Jadi, tidur dimulai pada stadium 1, masuk ke stadium 2, 3, dan 4.

Kemudian kembali ke stadium 2 dan akhirnya masuk ke periode REM 1, biasanya

berlangsung 70-90 menit setelah onset. Pergantian siklus dari NREM ke siklus REM

biasanya berlangsung 90 menit. Durasi periode REM meningkat menjelang pagi 2.

Kondisi tidur siang hari dapat dinilai dengan multiple sleep latency test

(MSLT). Subyek diminta untuk berbaring di ruangan gelap dan tidak boleh menahan

kantuknya. Tes ini diulang beberapa kali (lima kali pada siang hari). Latensi tidur

yaitu waktu yang dibutuhkan untuk jatuh tidur.Waktu ini diukur untuk masing-masing

tes dan digunakan sebagai indeks fisiologik tidur. Kebalikan dari MSLT yaitu

maintenance of wakefulness test (MWT). Subyek ditempatkan di dalam ruangan yang

tenang, lampu suram, dan diinstruksikan untuk tetap terbangun. Tes ini juga diulang

beberapa kali. Latensi tidur diukur sebagai indeks kemampuan individu untuk

mempertahankan tetap bangun.

E. Beberapa terminologi standar ukuran polisomnografi

29

Page 30: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

1) Kontinuitas tidur yaitu keseimbangan antara tidur dengan bangun selama satu

malam. Kontinuitas tidur dikatakan baik bila tidur lebih banyak daripada bangun

dan dikatakan buruk bila tidur sering terinterupsi atau terbangun. Ukuran

kontinuitas tidur yang spesifik adalah latensi tidur (jumlah waktu yang dibutuhkan

untuk jatuh tidur, biasanya dihitung dalam menit). Terbangun intermiten yaitu

jumlah waktu terbangun setelah onset tidur (dalam menit).

2) Efisiensi tidur yaitu rasio antara waktu sebenarnya yang digunakan untuk tidur

dengan waktu yang dihabiskan di tempat tidur - diukur dalam persentase. Angka

tinggi menunjukkan efisiensi tidur baik.

3) Arsitektur tidur yaitu jumlah dan distribusi stadium tidur. Ukurannya adalah

jumlah absolut tidur REM dan masing-masing tidur NREM, dihitung dalam menit.

Tidur manusia bervariasi sepanjang kehidupannya. Pada anak-anak dan remaja

awal, jumlah tidur gelombang lambat relatif stabil. Kontinuitas dan dalamnya

tidur berkurang setelah dewasa. Pengurangan tersebut ditandai dengan

peningkatan frekuensi bangun, tidur stadium 1, serta penurunan stadium 3 dan 4.

Oleh karena itu, usia harus dipertimbangkan dalam mendiagnosis gangguan tidur.

Siklus sirkadian tidur-bangun dapat mempengaruhi fungsi neuroendokrin

misalnya sekresi kortisol, melatonin, dan hormon pertumbuhan. Pada dewasa

normal, temperatur tubuh juga mengikuti ritme sirkadian; puncaknya pada sore

hari dan paling rendah pada malam hari. Gangguan siklus temperatur dikaitkan

dengan insomnia. Umur, pola tidur premorbid, dan status kesehatan secara umum

mempengaruhi tidur. Apabila dibandingkan dengan tidur subyek dengan usia

muda, tidur lansia kurang dalam, lebih sering terbangun, tidur delta berkurang,

dan tidurnya tidak efektif. Mengantuk di siang hari sering terjadi pada lansia.

Keadaan ini dapat mempengaruhi jadual tidur-bangunnya di malam hari.

Walaupun demikian, beberapa individu memang mempunyai durasi tidur lebih

pendek atau kebutuhan tidurnya lebih sedikit. Individu ini tidak mempunyai

keluhan susah masuk tidur dan tidak ada tanda-tanda khas insomnia seperti sering

terbangun, letih, susah konsentrasi, dan iritabilitas. Fungsi siang harinya tidak

terganggu meskipun ia tidur kurang dari tujuh jam

Gangguan Tidur Lanjut Usia tidurnya. Perubahan yang sangat menonjol

yaitu terjadi pengurangan pada gelombang lambat, terutama stadium 4,

gelombang alfa menurun, dan meningkatnya frekuensi terbangun di malam hari

30

Page 31: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

atau meningkatnya fragmentasi tidur karena seringnya terbangun. Gangguan juga

terjadi pada dalamnya tidur sehingga lansia sangat sensitif terhadap stimulus

lingkungan. Selama tidur malam, seorang dewasa muda normal akan terbangun

sekitar 2-4 kali. Tidak begitu halnya dengan lansia, ia lebih sering terbangun.

Walaupun demikian, rata-rata waktu tidur total lansia hampir sama dengan dewasa

muda. Ritmik sirkadian tidur-bangun lansia juga sering terganggu. Jam biologik

lansia lebih pendek dan fase tidurnya lebih maju. Seringnya terbangun pada

malam hari menyebabkan keletihan, mengantuk, dan mudah jatuh tidur pada siang

hari. Dengan perkataan lain, bertambahnya umur juga dikaitkan dengan

kecenderungan untuk tidur dan bangun lebih awal. Toleransi terhadap fase atau

jadual tidur-bangun menurun, misalnya sangat rentan dengan perpindahan jam

kerja. Adanya gangguan ritmik sirkadian tidur juga berpengaruh terhadap kadar

hormon yaitu terjadi penurunan sekresi hormon pertumbuhan, prolaktin, tiroid,

dan kortisol pada lansia. Hormon-hormon ini dikeluarkan selama tidur dalam.

Sekresi melatonin juga berkurang.

Melatonin berfungsi mengontrol sirkadian tidur. Sekresinya terutama pada

malam hari. Apabila terpajan dengan cahaya terang, sekresi melatonin akan

berkurang.

F. Higiene Tidur Pada Lansia

Gangguan tidur dapat berbentuk buruknya higiene tidur dan gangguan tidur

spesifik. Evaluasi keluhan tidur lansia hendaklah selalu dilakukan. Keluhan tidur

hendaknya jangan diabaikan meskipun mereka sudah tua. Buruknya higiene tidur

dapat disebabkan oleh harapan yang berlebihan terhadap tidur atau jadual tidur.

Akibatnya, lansia sering menghabiskan waktunya di tempat tidur atau sebentar-

sebantar tertidur di siang hari.

G. Checklist Higiene Tidur

1) Tidur bangun

31

Page 32: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

Waktu tidur yang tidak teratur menunjukkan adanya gangguan ritmik

sirkadian tidur. Pemanjangan latensi tidur menunjukkan adanya ketegangan

atau kecemasan sehingga terjadi insomnia. Peningkatan frekuensi dan durasi

terbangun di malam hari dikaitkan dengan nokturia, kejang otot kaki,

pernafasan pendek, dan kecemasan. Terbangun dini hari atau memanjangnya

durasi tidur dapat menunjukkan depresi. Peningkatan frekuensi dan durasi

mengantuk di siang hari menunjukkan tidak adekuatnya tidur di malam hari.

Pasien mesti didorong untuk mengatur dan mengurangi waktunya di tempat

tidur. Selain itu, pasien mesti didorong untuk lebih aktif di siang hari (fisik dan

sosial).

2) Lingkungan

Suara gaduh, cahaya, dan temperatur dapat mengganggu tidur. Lansia

sangat sensitif terhadap stimulus lingkungannya. Penggunaan tutup telinga dan

tutup mata dapat mengurangi pengaruh buruk lingkungan. Temperatur dan alas

tidur yang tidak nyaman juga dapat mengganggu tidur. Kebiasaan-kebiasaan

yang tidak baik di tempat tidur juga harus dihindari misalnya makan,

menonton TV, dan memecahkan masalah-masalah serius. Faktor-faktor ini

mesti dievaluasi ketika berhadapan dengan lansia yang mengalami gangguan

tidur. Lansia mesti dianjurkan untuk menciptakan suasana yang nyaman untuk

tidur.

3) Diet dan Penggunaan obat

Minum kopi, teh, dan soda, serta merokok sebelum tidur dapat

mengganggu tidur. Alkohol dapat mempercepat onset tidur tetapi beberapa

jam kemudian pasien kembali tidak bisa tidur. Obat-obat tidur atau obat-obat

yang diresepkan untuk gangguan kondisi medik dapat kadang-kadang dapat

mengganggu tidur. Pengaruhnya dapat terjadi secara berangsur-angsur setelah

beberapa lama menggunakan obat tersebut. Pasien dianjurkan untuk

mengurangi atau mengubah jam-jam penggunaan obat atau diet yang dapat

mempengaruhi tidur.

4) Hal-hal Umum

32

Page 33: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

Edukasi tentang tidur malam perlu diberikan kepada lansia. Pasien

dianjurkan untuk membuat kontak sosial dan aktivitas fisik secara teratur di

siang hari. Pasien harus pula dibantu untuk kenghilangkan kecemasannya.

Membaca sampai mengantuk merupakan salah satu cara untuk menghilangkan

kecemasan yang mengganggu tidur 1,2

5) Gangguan tidur pada lansia

Gangguan tidur pada lansia dapat bersifat nonpatologik karena faktor

usia dan ada pula gangguan tidur spesifik yang sering ditemukan pada lansia.

Ada beberapa gangguan tidur yang sering ditemukan pada lansia.

– Insomnia

– gangguan ritme tidur

– apnea tidur

Insomnia Primer

Ditandai dengan:

- Keluhan sulit masuk tidur atau mempertahankan tidur atau tetap tidak segar

meskipun sudah tidur. Keadaan ini berlangsung paling sedikit satu bulan

Cermin Dunia Kedokteran No. 157, 2007 199

- Menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinik atau impairment

sosial, okupasional, atau fungsi penting lainnya.

- Gangguan tidur tidak terjadi secara eksklusif selama ada gangguan mental

lainnya.

- Tidak disebabkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi medik umum

atau zat.

Seseorang dengan insomnia primer sering mengeluh sulit masuk tidur dan

terbangun berkali-kali. Bentuk keluhan tidur bervariasi dari waktu ke waktu.

Misalnya, seseorang yang saat ini mengeluh sulit masuk tidur mungkin suatu saat

mengeluh sulit mempertahankan tidur. Meskipun jarang, kadang-kadang

seseorang mengeluh tetap tidak segar meskipun sudah tertidur. Diagnosis

gangguan insomnia dibuat bila penderitaan atau impairmentnya bermakna.

Seorang penderita insomnia sering berpreokupasi dengan tidur. Makin berokupasi

33

Page 34: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

dengan tidur, makin berusaha keras untuk tidur, makin frustrasi dan makin tidak

bisa tidur. Akibatnya terjadi lingkaran setan.

Insomnia Kronik

Disebut juga insomnia psikofisiologik persisten. Insomnia ini dapat

disebabkan oleh kecemasan; selain itu, dapat pula terjadi akibat bebiasaan atau

pembelajaran atau perilaku maladaptif di tempat tidur. Misalnya, pemecahan

masalah serius di tempat tidur, kekhawatiran, atau pikiran negatif terhadap tidur

( sudah berpikir tidak akan bisa tidur). Adanya kecemasan yang berlebihan karena

tidak bisa tidur menyebabkan seseorang berusaha keras untuk tidur tetapi ia

semakin tidak bisa tidur. Ketidakmampuan menghilangkan pikiran-pikiran yang

mengganggu ketika berusaha tidur dapat pula menyebabkan insomnia

psikofisiologik. Selain itu, ketika berusaha untuk tidur terjadi peningkatan

ketegangan motorik dan keluhan somatik lain sehingga juga menyebabkan tidak

bisa tidur. Penderita bisa tertidur ketika tidak ada usaha untuk tidur. Insomnia ini

disebut juga insomnia yang terkondisi. Mispersepsi terhadap tidur dapat pula

terjadi. Diagnosis ditegakkan bila seseorang mengeluh tidak bisa masuk atau

mempertahankan tidur tetapi tidak ada bukti objektif adanya gangguan tidur.

Misalnya, pasien mengeluh susah masuk tidur (lebih dari satu jam), terbangun

lebih lama (lebih dari 30 menit), dan durasi tidur kurang dari lima jam. Tetapi dari

hasil polisomnografi terlihat bahwa onset tidurnya kurang dari 15 menit, efisiensi

tidur 90%, dan waktu tidur totalnya lebih lama. Pasien dengan gangguan seperti

ini dikatakan mengalami mispersepsi terhadap tidur.

Insomnia Idiopatik

Insomnia idiopatik adalah insomnia yang sudah terjadi sejak kehidupan

dini. Kadang-kadang insomnia ini sudah terjadi sejak lahir dan dapat berlanjut

selama hidup. Penyebabnya tidak jelas, ada dugaan disebabkan oleh

ketidakseimbangan neurokimia otak di formasio retikularis batang otak atau

disfungsi forebrain. Lansia yang tinggal sendiri atau adanya rasa ketakutan yang

dieksaserbasi pada malam hari dapat menyebabkan tidak bisa tidur. Insomnia

kronik dapat menyebabkan penurunan mood (risiko depresi dan anxietas),

menurunkan motivasi, atensi, energi, dan konsentrasi, serta menimbulkan rasa

34

Page 35: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

malas. Kualitas hidup berkurang dan menyebabkan lansia tersebut lebih sering

menggunakan fasilitas kesehatan.

Seseorang dengan insomnia primer sering mempunyai riwayat gangguan

tidur sebelumnya. Sering penderita insomnia mengobati sendiri dengan obat

sedatif-hipnotik atau alkohol. Anksiolitik sering digunakan untuk mengatasi

ketegangan dan kecemasan. Kopi dan stimulansia digunakan untuk mengatasi rasa

letih. Pada beberapa kasus, penggunaan ini berlanjut menjadi ketergantungan zat.

Pemeriksaan polisomnografi menunjukkan kontinuitas tidur yang buruk (latensi

tidur buruk, sering terbangun, efisiensi tidur buruk), stadium 1 meningkat, dan

stadium 3 dan 4 menurun. Ketegangan otot meningkat dan jumlah aktivitas alfa

dan beta juga meningkat 2,3

Perjalanan Gangguan Insomnia Primer

Faktor-faktor yang mempresipitasi insomnia berbeda-beda. Onset

insomnia bisa bersifat tiba-tiba. Insomnia biasanya terjadi akibat stresor

psikologik, fisik dan sosial. Insomnia sering berlanjut meskipun kausanya sudah

dapat diatasi. Hal ini disebabkan terjadinya kondisioning negatif atau

kewaspadaan yang meningkat. Misalnya, seorang lansia yang menderita nyeri

dapat menghabiskan waktunya di tempat tidur dan sulit tidur karena nyerinya.

Kondisioning negatif dapat terjadi. Kondisi ini dapat bertahan meskipun nyeri

sudah tidak ada lagi. Insomnia juga dapat berkembang dalam konteks stresor

psikologik akut atau gangguan mental. Perjalanan insomnia dapat bervariasi.

Insomnia harus dibedakan dari gangguan mental yang salah satu gambaran

kliniknya insomnia (skizofrenia, gangguan depresi berat, gangguan cemas

menyeluruh). Insomnia primer tidak ditegakkan jika insomnia terjadi secara

eksklusif selama adanya gangguan mental lain. Diagnosis insomnia primer dibuat

jika gangguan mental lain tidak dapat menerangkan insomnia, atau jika insomnia

dan gangguan mental mempunyai perjalanan yang berbeda. Jika insomnia

merupakan manifestasi gangguan mental dan secara eksklusif terjadi selama

gangguan mental lain, diagnosis yang lebih cocok adalah insomnia terkait

gangguan mental lain. Diagnosis dibuat jika keluhan insomnia sangat menonjol

dan perlu mendapat perhatian klinik tersendiri.

35

Page 36: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

H. KEBUTUHAN ISTIRAHAT PADA LANSIA

1. Istirahat, tidur yang cukup

Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini

bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan

penyakit, karna tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas

tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh

mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar

dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk

kesehatan.

2. Memeriksa kesehatan secara teratur

Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci

keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit

lansia perlu memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena dengan pemeriksaan

berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatanya lebih

mudan dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko menyebabkan penyakit dapat di

cegah. Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-

mudahan dapat mencapai umur yang panjang dan tetap sehat.

3. Mental dan batin tenang dan seimbang

Untuk mencapai hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik saja yang harus

diperhatikan, tetapi juga mental dan bathin. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk

menjaga agar mental dan bathin tenang dan seimbang adalah:

a. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan diri kita

sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi

tenang.

b. Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh

dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau

memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung

dan lain-lain.

36

Page 37: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

c. Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik

secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai

orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga

terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh

untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak

kita dari kelelahan. Tertawa dan senyum murah tidak perlu membayar tapi dapat

menadikan hidup ceria, bahagia, dan sehat.

4. Rekresi

Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka

dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi dan

kemampuan. Rekreasi dapat dilakukan di pantai dekat rumah, taman dekat rumah

atau halaman rumah jika mempunyai halaman yang luas bersama keluarga dan anak

cucu, duduk bersantai di alam terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan otak, pikiran

dan melemaskan otot yang telah lelah karena aktivitas sehari-hari.

5. Hubungan antar sesama yang sehat

Pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena

hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial.

Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat

membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk

menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama

menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.

6. Back to nature (kembali ke alam)

Seperti yang telah terjadi, gaya hidup pada zaman modern ini telah mendorong

orang mengubah gaya hidupnya seperti makan makanan siap saji, makanan

kalengan, sambal botolan, minuman kaleng, buah dan sayur awetan, jarang bergerak

karena segala sesuatu atau pekerjaan dapat lebih mudah dikerjakan dengan adanya

tekhnologi yang modern seperti mencuci dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan

mesin penyedot debu, bepergian dengan kendaran walaupun jaraknya dekat dan bisa

dilakukan dengan jalan kaki. Gaya hidup seperti itu tidak baik untuk tubuh dan

kesehatan karena tubuh kita menjadi manja, karena kurang bergerak, tubuh jadi

37

Page 38: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

rusak karena makanan yang tidak sehat sehingga tubuh menjadi lembek dan rentan

penyakit.

Oleh karena itu salah satu upaya untuk hidup sehat adalah back to nature atau

kembali lebih dekat dengan alam. Kita tidak harus menjauhi tekhnologi tetapi paling

tidak kita harus menghindari bahan makanan kalengan, minuman kalengan,

makanan yang diawetkan, makanan siap saji dan harus lebih banyak mengkonsumsi

sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar dan juga minum air putih.

BAB III

38

Page 39: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

KESIMPULAN

Dengan meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik

structural maupun fungsional. Secara umum, perubahan yang disebabkan oleh penuaan

berlangsung lambat dan dengan awitan yang tidak disadari. Penurunan yang terjadi

berangsur-angsur ini sering terjadi ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas, yang

mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang teroksigenasi. Namun, perubahan yang

menyertai penuaan ini menjadi lebih jelas ketika system ditekan untuk meningkatkan

keluarannya dalam memenuhi peningkatan kebutuhan tubuh. Masalah penyakit yang terjadi

di sistem kardiovaskuler pada lansia :

1. Penyakit Jantung Koroner

2. Serangan Jantung

3. Penyakit jantung hipertensi

4. Penyakit Gagal Jantung

Rata-rata dewasa sehat membutuhkan waktu 7½ jam untuk tidur setiap malam. Tidur

normal dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya usia. Waktu tidur lansia berkurang

berkaitan dengan faktor penuaan. Sebagian besar lansia berisiko tinggi mengalami gangguan

tidur akibat faktor usia. Gangguan tidur menyerang 50% orang yang berusia 65 tahun atau

lebih yang tinggal di rumah dan 66% orang yang tinggal di fasilitas perawatan jangka

panjang. Gangguan tidur mempengaruhi kualitas hidup dan berhubungan dengan angka

mortalitas yang lebih tinggi.

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIA

39

Page 40: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

KASUS 3:

Tn. Bambang usia 70 tahun pensiunan PNS, status duda, tinggal dipanti werda. Anak-

anaknya sudah berkeluarga dan tinggal jauh dari rumahnya. Selama di panti, klien tidak

pernah dikunjungi anak-anaknya. Keadaan fisiknya mengalami tekanan darah tinggi, sering

mengeluh pusing. Kebiasaan makan tidak teratur, tidak pernah melakukan kegiatan olahraga

dan merokok. Keadaan emosi labil, kadang-kadang marah tak tahu penyebabnya dan tidak

mau bergaul dengan teman-temannya.

Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif

1. Klien mengatakan berumur 70 tahun

2. Klien mengeluh pusing

3. Klien mengatakan makan tidak teratur

4. Klien mengatakan tidak pernah

berolahraga

5. Klien mengatakan suka merokok

1. Klien kadang-kadang tampak marah

2. Klien tampak tidak mau bergaul dengan

teman-temannya

Data Tambahan

Data Subjektif Data Objektif

40

Page 41: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

1. Kemungkinan klien mengatakan matanya

berkunang-kunang

2. Kemungkinan klien mengatakan

mengalami pegal-pegal di tengkuk leher

3. Kemungkinan klien mengeluh mengalami

kesulitan untuk tidur

4. Kemungkinan klien mengeluh telinganya

berdengung

5. Kemungkina klien mengatakan suka

terbangun pada malam hari.

6. Kemungkinan klien mengeluh pusing

setelah bangun tidur.

7. Kemungkinan klien mengatakan tidak

nafsu makan

8. Kemungkinan klien mengeluh mual saat

makan

9. Kemungkinan klien sulit untuk

mengunyah makanan

10. Kemungkinan klien mengatakan suka

mengkonsumsi makanan yang asin

11. Kemungkinan klien mengatakan suka

mengkonsumsi kacang-kacangan dan

gorengan

12. Kemungkinan klien mengatakan

mempunyai riwayat jatuh

13. Kemungkinan klien mengeluh sering

nyeri pada lututnya

1. Kemungkinan didapatkan TTV klien :

- TD : 160/90 mmHg

- HR : 110 x/menit

- S : 370 C

- RR : 20 x/menit

2. Kemungkinan klien mempunyai TB :

170 cm, BB : 45 kg

3. Kemungkinan BB klien mengalami

penurunan dari 60 kg menjadi 45 kg

dalam waktu 5 bulan

4. Kemungkinan klien tampak kurus

5. Kemungkinan klien tampak lemah

6. Kemungkinan kulit klien tampak pucat

dan akral dingin

7. Kemungkinan membrane mukosa klien

tampak pucat

8. Kemungkinan tampak gigi klien banyak

yang ompong

9. Kemungkinan klien tampak tidak

menghabiskan makanannya

10. Kemungkinan klien tampak gelisah

11. Kemungkinan kllien tampak konfusi

12. Kemungkinan klien tampak berjalan

menggunakan bantuan tongkat

13. Kemungkian pada penilaian kekuatan

otot klien didapatkan :

2 2 2 2 2 2 2 2

2 2 2 2 2 2 2 2

14. Kemungkinan pasein dirujuk ke RS,

hasil pemeriksaan laboratorium

kemungkinan ditemukan :

a. Darah :

- Hb : 15,4 g /dl ( 13-18 g/dl)

- Ht : 44% (40-50%)

- Leukosit : 6300/ul 41

Page 42: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

Analisa Data

Data Masalah Etiologi

42

Page 43: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

DS :

1. Klien mengeluh pusing

2. Klien mengatakan tidak pernah berolahraga

3. Klien mengatakan suka merokok

4. Kemungkinan klien mengatakan matanya

berkunang-kunang

5. Kemungkinan klien mengatakan mengalami

pegal-pegal di tengkuk leher

6. Kemungkinan klien mengeluh mengalami

kesulitan untuk tidur

7. Kemungkinan klien mengeluh telinganya

berdengung

8. Kemungkina klien mengatakan suka

terbangun pada malam hari.

9. Kemungkinan klien mengeluh pusing setelah

bangun tidur.

10. Kemungkinan klien mengatakan suka

mengkonsumsi makanan yang asin

11. Kemungkinan klien mengatakan suka

mengkonsumsi kacang-kacangan dan

gorengan

12. Kemungkinan klien mengatakan mempunyai

riwayat jatuh

13. Kemungkinan klien mengeluh sering nyeri

pada lututnya

DO :

1. Kemungkinan didapatkan TTV klien :

- TD : 160/110 mmHg

- HR : 110 x/menit

- S : 370 C

- RR : 20 x/menit

2. Kemungkinan klien tampak lemah

3. Kemungkinan kulit klien tampak pucat dan

Resiko Penurunan

curah jantung

Peningkatan

afterload,

vasokontriksi,

hipertrofi/irigitas

(kekakuan)

ventricular,

perubahanan

irama jantung

43

Page 44: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

akral dingin

4. Kemungkinan membrane mukosa klien

tampak pucat

5. Kemungkinan klien tampak gelisah

6. Kemungkinan kllien tampak konfusi

16. Kemungkinan pasein dirujuk ke RS, hasil

pemeriksaan laboratorium kemungkinan

ditemukan :

a. Darah :

- Hb : 15,4 g /dl ( 13-18 g/dl)

- Ht : 44% (40-50%)

- Leukosit : 6300/ul (5000-10000/ul)

b. Uji Fungsi ginjal :

- Ureum : 15 mg/dl (20 – 40 mg/dl)

- Creatinin: 0,91 mg/dl (0,7 – 1,2mg/dl)

- Natrium :142 mEq/L (135-145mEq/L)

c. Asam urat : 7,4 mg/dl (W : 2,4-6 mg/dl ; P

: 3-7 mg/dl)

d. Elektrolit :

- Kalium: 4,3 mEq/L (3,5-5,3 mEq/L)

- Klorida: 105 mEq/L (97-107 mEq/L)

e. Protein total: 6,9 g/dl (6-8,5 g/dl)

f. Lipid profil :

- Kolesterol total : 153 mg/dl ( <200

mg/dl)

- LDL direk : 47 mg/dl (<100 mg/dl)

- Kolesterol HDL direk : 27 mg/dl (≥40

mg/dl)

- Trigliserida : 464 mg/dl (<150 mg/dl)

7. Kemungkinan didapatkan hasil pemeriksaan

diagnostic:

a. EKG klien : Sinus Takikardi

b. Foto thoraks : cardiomegali

c. Echocardiography :

44

Page 45: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

- Dimensi ruang jantung : dalam batas

normal, dengan LV mass index : 61,9

g/m2 , RWT : 0,54 g/m2, (hipertrofi

konsentrik remodeling)

- Ef : 71 %

- Analisa segmental :global

normokinetik

- RV fungsi sistolik :baik

- Katup-katup dalam batas normal

DS :

1. Klien mengeluh pusing

2. Klien mengatakan makan tidak teratur

3. Kemungkinan klien mengatakan matanya

berkunang-kunang

4. Kemungkinan klien mengatakan tidak nafsu

makan

5. Kemungkinan klien mengeluh mual saat

makan

6. Kemungkinan klien sulit untuk mengunyah

makanan

7. Kemungkinan klien mengatakan suka

mengkonsumsi makanan yang asin

DO :

1. Kemungkinan didapatkan TTV klien :

- TD : 160/110 mmHg

- HR : 130 x/menit

- S : 370 C

- RR : 20 x/menit

2. Kemungkinan klien mempunyai TB : 170 cm,

BB : 45 kg

3. Kemungkinan BB klien mengalami penurunan

Perubahan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

Anoreksia,

Intake nutrisi

tidak adekuat,

perubahan factor

psikologis

45

Page 46: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

dari 60 kg menjadi 45 kg dalam waktu 5 bulan

4. Kemungkinan klien tampak kurus

5. Kemungkinan klien tampak lemah

6. Kemungkinan kulit klien tampak pucat dan

akral dingin

7. Kemungkinan membrane mukosa klien

tampak pucat

8. Kemungkinan tampak gigi klien banyak yang

ompong

9. Kemungkinan klien tampak tidak

menghabiskan makanannya

10. Kemungkinan klien tampak gelisah

DS :

1. Klien mengatakan berumur 70 tahun

2. Klien mengeluh pusing

3. Kemungkinan klien mengatakan matanya

berkunang-kunang

4. Kemungkinan klien mengeluh mengalami

kesulitan untuk tidur

5. Kemungkinan klien mengatakan mempunyai

riwayat jatuh

6. Kemungkinan klien mengeluh sering nyeri

pada lututnya

DO:

1. Klien kadang-kadang tampak marah

2. Klien tampak tidak mau bergaul dengan

teman-temannya.

3. Kemungkinan didapatkan TTV klien :

- TD : 160/110 mmHg

- HR : 130 x/menit

- S : 370 C

- RR : 20 x/menit

Resiko Cidera Malnutrisi, usia

perkembangan

(fisiologis,

psikososial),

penurunan

kekuatan

ekstrimitas

46

Page 47: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

4. Kemungkinan klien mempunyai TB : 170 cm,

BB : 45 kg

5. Kemungkinan BB klien mengalami penurunan

dari 60 kg menjadi 45 kg

6. Kemungkinan klien tampak kurus

7. Kemungkinan klien tampak lemah

8. Kemungkinan kulit klien tampak pucat dan

akral dingin

9. Kemungkinan membrane mukosa klien

tampak pucat

10. Kemungkinan tampak gigi klien banyak yang

ompong

11. Kemungkinan klien tampak tidak

menghabiskan makanannya

12. Kemungkinan klien tampak gelisah

13. Kemungkinan kllien tampak konfusi

14. Kemungkinan klien tampak berjalan

menggunakan bantuan tongkat

15. Kemungkian pada penilaian kekuatan otot

klien didapatkan :

2 2 2 2 2 2 2 2

2 2 2 2 2 2 2 2

Diagnosa Keperawatan :

1. Resiko penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi,

hipertrofi/irigitas (kekakuan) ventricular, perubahanan irama jantung

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, intake nutrisi tidak

adekuat, perubahan factor psikologis

3. Resiko Cidera b.d malnutrisi, usia perkembangan (fisiologis, psikososial), penurunan

kekuatan ekstrimitas bawah

Intervensi :

47

Page 48: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

1. Dx. Keperawatan : Resiko penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload,

vasokontriksi, hipertrofi/irigitas (kekakuan) ventricular, perubahanan irama

jantung

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan irama dan

frekuensi jantung stabil

KH :

a. Kecepatan dan irama jantung teratur

b. TTV dalam batas normal

c. Denyut nadi perifer teraba

d. Pengisian kapiler cepat

e. Tidak ada odema

f. Nilai-nilai laboratorium normal

Intervensi :

a. Kaji secara teratur bukti-bukti untuk mengetahui hasil yang diharapkan

b. Seimbangkan istirahat dan aktivitas

c. Dukung klien untuk melakukan AKS sesuai kemampuan (bantu klien sesuai

kebutuhan)

d. Pantau respon terhadap program latihan awal dan lanjutan

e. Berikan oksigen tambahan (jika diperlukan)

f. Kurangi ansietas dengan cara :

1) Gunakan pendekatan dengan tenag dan meyakinkan

2) Berikan informasi ketika klien menunjukkan kesiapannya

3) Hilangkan nyeri secepatnya

4) Gunakan sentuhan dan kontak mata

5) Berikan tindakan-tindakan yang memberikan rasa nyaman

g. Pertahankan sirkulasi volume darah yang adekuat dengan cara :

1) Atur asupan cairan

2) Batasi asupan natrium (jika diperlukan)

3) Tinggikan kaki dan tungkai ketika duduk

4) Gunakan kaus kaki penekan tirah baring

5) Pastikan asupan nutrisi uang memadai

48

Page 49: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

2. Dx. Keperawatan : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia,

intake nutrisi tidak adekuat, perubahan factor psikologis

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan diharapkan

keseimbangan nutrisi terjaga

Kriteria Hasil :

- Klien mengatakan nafsu makan meningkat

- BB klien tidak mengalami penurunan drastic dan cenderung stabil

- Klien terlihat menghabiskan makanan yang disediakan

Intervensi :

a. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan, Integritas

mukosa oral, ketidakmampuan menelan, adanya tonus otot, riwayat mual atau

muntah.

R : Berguna dalam mendefinisikan derajat/luasnya masalah atau pilihan intervensi

yang tepat.

b. Awasi masukan atau pengeluaran dan berat badan secara periodik

R : Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan

c. Selidiki anoreksi mual, muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat

R : Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasikan jika pemecahan

masalah untuk meningkatkan pemasukan nutrisi.

d. Memberikan obat oral care sebelum dan sesudah penatalaksanaan respiratori

R : meningkatkan kenyamanan daerah mulut sehingga akan meningkatkan perasaan

nafsu makan.

e. Pengelolaan Nutrisi (NIC) :

- Anjurkan klien untuk mengguanakan gigi palsu atau perawatan gigi

- Berikan pasien minuman dan camilan bergizi, tinggi protein, tinggi kalori yang

siap dikonsumsi, bila memungkinkan

- Ajarkan pasien bagaimana cara mencatat makanan harian, bila diperlukan.

f. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat

R : meningkatkan intake dan nutrisi klien terutama kadar protein tinggi yang dapat

meningkatkan mekanisme tubuh dalam proses penyembuhan

g. Kolaborasi ke ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.

R : menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat bagi pasien

h. Konsultasikan dengan ahli terapi okupasi

i. Memberikan vitamin sesuai indikasi

49

Page 50: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

R : meningkatkan komposisi tubuh akan kebutuhan vitamin dan nafsu makan klien.

3. Dx. Keperawatan : Resiko Cidera b.d malnutrisi, usia perkembangan (fisiologis,

psikososial), penurunan kekuatan ekstrimitas

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan cidera dapat

berkurang

KH : pasien/keluarga akan :

1. Mempersiapkan lingkungan yang nyaman

2. Menghindari cidera fisik.

Intervensi Prioritas NIC

1. Identifikasi factor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan, misalnya perubahan

status mental, keletihan, pengobatan, dan defisik motorit/sensorik (mis. Berjalan, dan

keseimbangan)

2. Identifikasi lingkungan yang memungkinkan risiko jatuh (lantai licin, karpet yang

sobek, anak tangga berulang)

3. Orientasikan kembali pasien terhadap realitas dan lingkungan saat ini bila dibutuhkan

4. Sediakan alat bantu berjalan (seperti tongkat dan walker)

5. Yakinkan bahwa pasien menggunakan sepatu yang sesuai.

6. Ajarkan pasien/keluarga teknik untuk mencegah luka di rumah

7. Berikan materi pendidikan yang berhubungan dengan strategi dan tindakan untuk

mencegah cedera

DAFTAR PUSTAKA

50

Page 51: Penuaan Sistem Kardio & Hipertensi Lansia

1. Doengoes, Marilyn C, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan

dan pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3 Jakarta: EGC, 1999

2. Price, Sylvia, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 4, Jakarta:

EGC, 1999

3. Smeltzer, Bare, Buku Ajar keperawatan Medical Bedah, Bruner & Suddart, Edisi 8,

Jakarta, EGC, 2001

4. Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta

5. Stanley, Mickey & Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

6. Nugroho, Wahyudi. 2006. Keperawatan Gerontik. Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta

7. NANDA International. Diagnosis Keperawatan. 2011. Jakarta: EGC

8. Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi

NIC Dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: EGC.

51


Top Related