LAPORAN AKHIR
PENINGKATAN PRODUKSI KOMIDITAS
PERKEBUNAN BERKELANJUTAN TANAMAN
SEMUSIM DAN REMPAH
TAHUN 2017
DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DAN REMPAH
DIOREKTORAT JENDERAL PERKEBUNANJakarta, Desember 2017
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim dan Rempah i
DUKUNGAN LAPORAN AKHIR
PENINGKATAN PRODUKSI KOMIDITAS PERKEBUNAN
BERKELANJUTAN TANAMAN SEMUSIM DAN REMPAH
TAHUN 2017
Pengarah : Dr. Ir. Agus Wahyudi, MP
Penanggungjawab : Sapto Priono, SE
Penyusun :
Ketua : Budiman, BBA
Anggota : 1. Kursin, SE
2. Ngatini, SE
3. Maryoto
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim dan Rempah i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa Laporan Akhir Pelaksanaan
Kegiatan Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah telah dapat diselesaikan pada waktunya.
Laporan Kegiatan Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan Tanaman dan
Rempah Tahun 2016, meliputi Ringkasan Laporan Kegiatan Perkebunan Tanaman Tebu, Kapas
Nilam, Tembakau, Lada, Pala dan Cengkeh.
Sistematikan laporan ini dengan salinan Bab I. Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan
dan Ruang Lingkup; Bab II. Perencanaan yaitu Penyusunan Program, Rencana Kegiatan dan
Anggaran; Bab III. Penyusunan Pedoman Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah terdiri
dari ; Pedoman Tanaman Serat, Pedoman Budidaya Tanaman Semusim Lainnya dan Pedoman
Pemanfaatan Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBH-CHT); Bab IV. Koordinasi Pelaksanaan terdiri
dari : Pertemuan Persiapan Pelaksanaan Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah, Fasilitasi
Penyelenggaraan Pertemuan Pergulaan Nasional, Pengawalan Identifikasi Penyiapan Lahan dan
Sarana Produksi Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah, Pengembangan Kawasan Tebu
dan Koordinasi Pemanfaatan DBH-CHT; Bab V. Pelaksanaan Pembinaan dan Bimbingan Teknologi
terdiri dari; Bimbingan Teknis Budidaya Tanaman Tebu dan Pemanis Lainnya, Bimbingan Teknis
Tanaman Serat dan Atsiri, Bimbingan Teknis Tanaman Semusim dan Rempah Lainnya, Bimbingan
Teknis Budidaya Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh, Peningkatan Kapabilutas Teknis Budidaya
Tanaman Semusim dan Pendampingan Pelaksanaan Pengawalan Analisis Rendemen Tebu Petani;
Bab VI. Monitoring dan Evaluasi terdiri dari ; Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan
Budidaya Tanaman Semusim dan Rempah, Pertemuan Monitoring, Evaluasi dan Koordinasi
Pelaksanaan Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah, Monitoring dan Evaluasi Indikasi
Geografis (IG) Tanaman Rempah, Pembinaan, Pengawalan, Pendampingan, Koordinasi dangan
Instansi Terkait; Bab VII. Fasilitasi Pelaksanaan Lomba Petani/Kelompok Usaha Yang Berprestasi
dan Bab VIII. Layanan Perkantoran dan Bab IX Penutup.
Didasari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, karena itu saran untuk penyempurnaan
sangat kami harapkan dan kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan saran
masukan guna penyelesaian laporan ini, kami ucapkan terima kasih. Semoga laporan ini berkenan
bagi kita semua.
Jakarta, Desember 2017
Direktur Tanaman Semusim dan
Rempah,
Dr. Ir. Agus Wahyudi, MS
Nip. 19600121 198503 1 002
Kepala Sub Bagian Tata Usaha,
Sapto Priono, SE
Nip. 19600204 198203 1 002
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim dan Rempah ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
1. Penyusunan Program, Rencana Kegiatan dan Anggaran
Dalam rangka mendukung arah kebijakan Pembangunan Nasional tahun 2015 –
2019 dan Kebijakan Kementerian Pertanian tahun 2015 – 2019, maka Direktorat
Jenderal Perkebunan telah menetapkan arah kebijakan Direktorat Jenderal
Perkebunan tahun 2015 – 2019 sebagai dasar pelaksanaan strategi, program dan
kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015 – 2019.
Untuk melaksanakan program dan kegiatan pembangunan perkebunan
Tahun 2017, Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah mendapat alokasi
dana dari APBN sebesar Rp103.189.450.000,- dan dialokasikan anggaran
tambahan melalui APBNP sebesar Rp161.869.178.000, sehingga total
anggaran yang dapat dipergunakan oleh satker daerah dan pusat
Rp265.058.628.000, dengan realisasi capaian keuangan sebesar
Rp238.789.828.812, (90,10%). Dana untuk satker pusat sebesar
Rp7.425.750.000, dengan realisasi sebesar Rp6176.701.133, atau
(83,18%), dana tersebut untuk melaksanakan kegiatan satker pusat. Dana
yang dialokasikan di satker daerah dipergunakan untuk melaksanakan 4
(empat) Program yaitu 1). Pencapaian Produktifitas Tebu; 2).
Pengembangan Komoditas Ekspor; 3). Pengembangan Komoditas
Pemenuhan Konsumsi Dalam Negeri dan 4). Pengembangan Tanaman
Perkebunan Berkelanjutan. Sedangkan Satker daerah dengan alokasi
anggaran tahun 2017 sebesar Rp. 257.632.878.000 dengan realisasi
sebesar Rp 232.613.127.976 atau (90,29%).
Arah kebijakan pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang ditetapkan
menjadi Arah Kebijakan Umum dan Arah Kebijakan Khusus.
2. Pedoman Tanaman Serat
Kapas (Gossypium hirsutum) dapat menghasilkan serat alam untuk bahan baku
industri tekstil dan produk tekstil (TPT) serta bidang kesehatan dan kecantikan.
Industri TPT ini telah berkembang pesat dan terintegrasi terutama pada industri
intermediate (stapel, filamen, tenun, rajut) dan industri hilirnya (garmen dan
produk tekstil lainnya). Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka
permintaan bahan baku Kapas pun meningkat. Akan tetapi perkembangan industri
TPT ini belum diikuti oleh perkembangan pada industri hulunya yaitu pasokan
bahan baku serat Kapas.
Kebutuhan serat Kapas mencapai 1.5 juta ton Kapas berbiji atau sekitar 1.2 juta ha
pertanaman Kapas pada tingkat produksi 1.250 kg/ha (Ditjenbun 2013). Produksi
serat Kapas dalam negeri hanya dapat mencapai + 0.5% kebutuhan nasional,
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim dan Rempah iii
sebagian besar diperoleh melalui impor. Komoditas kapas hanya didominasi oleh
perkebunan rakyat (PR), sehingga terjadi penurunan produksi dari tahun ketahun.
Penurunan produksi sangat mungkin disebabkan oleh turunnya produktivitas
tanaman, sehingga Impor Kapas mencapai 611.800 ton. Hal ini sangat
mengkhawatirkan karena kebutuhan serat Kapas terus mengalami peningkatan 3%
per tahun. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi impor serat
Kapas, di antaranya melalui penerapan program intensifikasi Kapas rakyat (IKR),
Fasilitasi penyediaan benih Kapas bermutu bekerjasama dengan Balittas, Fasilitasi
Program Akselerasi Pengembangan Kapas dan pengelolaan hama terpadu (PHT)
perkebunan rakyat. Berbagai upaya fasilitasi oleh pemerintah berkaitan dengan
program pengembangan Kapas tersebut di atas belum memberikan hasil yang
menggembirakan. Kontribusi serat Kapas dalam negeri terhadap kebutuhan bahan
baku TPT hanya sekitar 0,5% dari kebutuhan nasional (500 ton per tahun) atau
sekitar 6% dari total Kapasitas ginnery 86.000 ton.
Rendahnya kontribusi serat Kapas nasional tersebut di atas disebabkan oleh
berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan Kapas
di Indonesia antara lain : (1) belum optimalnya penerapan teknologi budidaya
anjuran; (2) keterbatas penyediaan benih Kapas unggul bermutu dengan harga yang
terjangkau; (3) lemahnya permodalan petani; (4) belum optomalnya fungsi
kelembagaan petani yang telah terbentuk; (5) harga kapas berbiji ditingkat petani
kalah bersaing dengan harga komoditas tanaman pangan, sehingga onimo
menanam kapas rendah; dan (6) belum optimalnya dukungan dari semua pihak
yang terkait.
Dengan later belakang kondisi pengembangan Kapas yang saat ini masih belum
menerapkan teknis budi daya yang baik, maka diperlukan pedomann budi daya
Kapas yang mengacu pada Good Agriculture Practice (GAP) sebagai acuan bagi
petugas, pekebun Kapas, dan pelaku usaha tani Kapas. Pedoman ini disusun
dengan memperhatikan perkembangan teknologi dan kebutuhan pelaku usaha tani
Kapas dan sebagai acuan dan panduan bagi petani, petugas lapang dan stakeholders
dalam melaksanakan kegiatan budi daya Kapas yang baik.
3. Pedoman Budidaya Tanaman Semusim Lainnya
Pada tahun 2016, kegiatan penanaman tembakau yang didanai APBN dialokasikan
pada 7 (tujuh) Provinsi wilayah pengembangan tembakau yaitu Provinsi Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Barat, Bali dan Nusa Tenggara
Barat dengan total luas areal 300 ha. Namun dengan adanya penghematan
anggaran Ditjenbun, terjadi perubahan target luasan yang semul 300 Ha menjadi
195 Ha, yang dilaksanakan di 4 Provinsi yaitu di Provinsi Jawa Tengah seluas 50
ha, Sumatera Barat 20 ha, Bali 50 ha dan Nusa Tenggara Barat seluas 75 ha.
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim dan Rempah iv
Sedangkan provinsi yang tidak dilaksanakan (anggarannya dihemat) di 3 (tiga)
Provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat seluas 60 ha, Jawa Timur seluas 25 ha dan
Provinsi Aceh seluas 20 ha.
4. Pedoman Pemanfaatan Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBH-CHT)
Pedoman Pemanfaatan Dana Bagi hasil Cukai (DBH-CHT) digunakan sebagai
acuan dalam peningkatan kualitas bahan baku dalam pemanfaatan DBH-CHT
telah dikonsultasikan ke Balittas Malang dan Dinas Provinsi yang membidangi
Perkebunan pada wilayah pengembangan tembakau serta stakeholder terkait. Dalam
penyusunan draft pedoman memperoleh masukan-masukan dari Direktorat Dana
Perimbangan Kementerian Keuangan, Biro Hukum Kementerian Pertanian,
Asosiasi Petani Tembakau Indonesia, Dinas yang membidangi Perkebunan pada
Provinsi penghasil tembakau seluruh Indonesia, Sekretariat Ditjen Perkebunan
(Subag Hukum dan Humas), Direktorat lingkup Ditjen Perkebunan (Direktorat
Tanaman Semusim dan Rempah).
5. Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Pengembangan Tanaman Semusim dan
Rempah
Dalam upaya mengoptimalkan dan mempercepat realisasi pelaksanaan kegiatan
pengembangan tanaman semusim dan rempah Tahun Anggaran 2016, diperlukan
adanya persepsi yang sama dari seluruh instansi terkait, baik pusat maupun daerah,
sehingga diperlukan adanya Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Pengembangan
Tanaman Semusim dan Rempah Tahun 2016, yang selanjutnya ditindaklanjuti
dengan pengawalan realisasi kegiatan didaerah serta monitoring dan evaluasi.
6. Fasilitasi Penyelenggaraan Pertemuan Pergulaan Nasional
Untu mencapai sasaran swasembada diperlukan instrumen kebijakan yang tepat
dan iklim usaha yang kondusif. Inilah kunci utama langkah yang akan diterapkan
pada tahun-tahun mendatang. Bertitik tolak dari fakta obyektif dan potensi
pengembangan yang dapat dicapai, Kementerian Pertanian akan menyusun Road
Map Peningkatan Produksi Menuju Swasembada Gula Tahun 2016-2045. Sasaran yang
akan dicapai pada kegiatan Fasilitasi Pengawalan Percepatan Peningkatan Produksi
dan Produktivitas Tebu Tersusunnya Rencana Percepatan (Road Map) peningkatan
produksi menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2017 s.d 2045
7. Pengawalan Identifikasi Penyiapan Lahan dan Sarana Produksi
Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah
Dengan diperlukannya data dan informasi antara lain : sentra-sentra produksi
tanaman semusim dan rempah, identifikasi potensi lahan (kesesuaian lahan) dan
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim dan Rempah v
penyiapan lahan (CP/CL) & Sarana Produksi serta intensitas pembinaannya. Untuk
maksud tersebut diperlukan upaya pembinaan lebih intensif, pengawalan
pelaksanaan di lapangan yang lebih teratur, serta pemantauan kondisi lapangan
yang memadai. Kebijakan program pengembangan komoditi tanaman semusim
perkebunan memerlukan sinergi dan kerjasama semua pihak terkait baik
pemerintah, swasta dan para pelaku agribisnis, sehingga pengembangan komoditi
dapat dilakukan sesuai dengan persyaratan baku teknis (agroklimat), kecocokan
lahan, iklim dan cuaca serta dukungan informasi dan teknologi lainnya seperti
anjuran penggunaan sarana produksi.
8. Fasilitasi Pengawalan Percepatan Peningkatan Produksi dan Produktovitas
Tebu
Kegiatan Fasilitasi Pengawalan Percepatan Peningkatan Produksi dan Produktifitas
Tebu merupakan upaya khusus terhadap peningkatan produksi menuju
swasembada gula, dimana dari kegiatan tersebut menghasilkan Buku Road Map
Peningkatan Produksi Menuju Swasembada Gula 2016-2045. Ada beberapa tahapan
yang dilakukan, melalui serangkaian Diskusi dan Uji Publik dengan melibatkan
pemangku kepentingan dibidang pergulaan dalam rangka mendukung
swasembada gula Indonesia diproyeksikan dapat mencapai swasembada, 90%
kebutuhan dalam negeri dapat terpenuhi yang didasarkan atas program
restrukturisasi serta pengembangan kebun dan pabrik, sedangkan untuk proyeksi
konsumsi didasarkan dari konsumsi per kapita. Swasembada gula nasional
diproyeksikan tercapai pada tahun 2025 sebesar 6,19 juta ton, baik untuk kebutuhan
langsung maupun industri sebesar 6,34 juta ton. Untuk mencapai swasembada
tersebut diperlukan tambahan areal seluas 705 ribu ha dan pembangunan pabrik
baru sebanyak 16 PG pada tahun 2023.
Pertumbuhan produktivitas tebu pada PG existing sampai dengan tahun 2025
diasumsikan mengalami peningkatan sekitar 2,5% per tahun terhadap produksi
pada tahun 2015 dan secara nasional juga sama sebesar 2,5%. Begitu juga
pertumbuhan rendemen tebu pada PG existing sampai tahun 2024 diasumsikan
mengalami peningkatan sekitar 2,5% per tahun terhadap produksi pada tahun 2015
dan secara nasional juga sama sebesar 2,5%. Untuk selanjutnya produktivitas
dihitung flat.
9. Bimbingan Teknis Budidaya Tanaman Tebu dan Pemanis Lainnya
Pelaksanaan kegiatan Bimbingan Teknis Budidaya Tanaman Tebu dan Pemanis
Lainnya yang dilaksanakan melalui penyampaian informasi teknis budidaya
tanaman tebu berdasarkan pedoman standard teknis budidaya yang baik dan benar.
Pengawalan pemberian bimbingan teknis ditujukan kepada petugas/tim teknis,
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim dan Rempah vi
TKP, PLPTKP dan petani peserta pengembangan/penanaman tebu, kapas dan
nilam sehingga dapat terwujud peningkatan produksi dan produktivitas tanaman
semusim.
Kegiatan bimbingan teknis budidaya tebu diberikan pada provinsi pengembangan
tebu yang dilaksanakan di Provinsi Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Maluku Utara dan Gorontalo. Sedangkan pengembangan
tebu di Aceh, D.I. Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat dan Nusa Tenggara
Barat, dilaksanakan bersamaan pada waktu kegiatan Monitoring, Evaluasi
Pelaksanaan Kegiatan Tebu dan Pemanis Lainnya serta pada saat melaksanakan
kegiatan PengawalanPercepatan Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tebu.
10. Bimbingan Teknis Tanaman Serat dan Atsiri
Pada T.A 2017 Kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Budidaya Tanaman Serat dan
Atsiri merupakan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang teknis
budidaya tanaman serat dan atsiri yang baik dan benar sesuai dengan situasi dan
kondisi lingkungan yang ada dan sesuai spesifik lokasi masing-masing
wilayah/kawasan pengembangan tanaman serat dan atsiri. Pengetahuan dan
kemampuan petani terhadap teknis budidaya tanaman nilam dan kapas yang benar
dan baik masih kurang, karena selama ini penanaman dilakukan secara tradisional
yang secara teknis sangat sederhana, sehingga diperlukan bimbingan teknis dan
pendampingan secara intensif kepada petani nilam sangat diperlukan agar pada
saat melakukan persemaian benih dan penanaman di lokasi pengembangan sesuai
dengan GAP Kapas dan Nilam. Selain pengetahuan dan kemampuan petani yang
menjadi permasalahan adalah masih terbatasnya benih unggul/bermutu dengan
harga terjangkau sehingga diperlukan sistem perbenihan yang baik. Untuk
memenuhi kebutuhan benih unggul bermutu dalam jumlah dan waktu yang tepat
harus dibangun Sistem Perbenihan Kapas dan nilam yang professional.
Pelatihan SOP Budidaya Nilam/GAP Nilam harus disertai dengan praktek di
lapangan agar petugas dan petani serta penangkar benih nilam dapat memahami
materi pelatihan dengan benar. Peningkatkan produksi dan produktivitas nilam
sangat dipengaruhi oleh kualitas benih, ketepatan waktu tanam dan penerapan
teknis budidaya yang sesuai dengan SOP Budidaya Nilam/GAP Nilam.
11. Bimbingan Teknis Budidaya Tanaman Semusim dan Rempah Lainnya
Dalam pelaksanaan kegiatan bimtek banyak dijumpai permasalahan antara lain
adalah : 1). Belum ada persepsi yang sama dalam memahami aturan dan pedoman
yang berlaku dalam pelaksanaan kegiatan (UU tentang perbenihan, UU nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah) terkait kelompok tani penerima bantuan
harus berbadan hukum dan menyesuaikan pedoman teknis kegiatan dari Ditjen
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim dan Rempah vii
Perkebunan dengan kondisi di lapangan; 2). Tidak tersedianya benih unggul yang
bersertifikat seperti yang terjadi di Provinsi Jawa Barat dan Aceh mengakibatkan
penanaman tembakau yang anggarannya dari APBN tidak dapat dilaksanakan dan
anggarannya akhirnya dihemat; 3). Adanya anomali iklim yang mengakibatkan
terjadinya cuaca ekstrim (hujan terus menerus) seperti yang terjadi di Kabupaten
Temanggung Provinsi Jawa Tengah menyebabkan petani gagal panen (daun
tembakau rusak) yang mengakibatkan besarnya kerugian yang diderita petani; 4).
Masih terdapat benih unggul lokal tembakau di beberapa Provinsi antara lain
Provinsi Jawa Barat, Aceh, Sulawesi Selatan yang belum dilepas oleh Menteri
Pertanian menjadi benih unggul yang dapat disertifikasi untuk dijadikan bahan
tanam dalam pengembangan tembakau dan 5). Belum adanya kemitraan dalam
pemasaran hasil tembakau seperti yang terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan.
Berdasarkan permasalahan yang ditemui maka disarankan antara lain : 1).
Perlunya pengawalan terhadap proses perencanaan kegiatan di daerah; 2). Sebagian
besar kegiatan pengembangan perkebunan tergantung pada musim tanam/iklim.
Dengan adanya perubahan iklim global (cuaca ekstrim) maka perlu antisipasi
sedini mungkin; 3). Sistim penanganan pasca panen harus menajdi perhatian
karena faktor iklim yang tidak menentu, sehingga kualitas tembakau dapat dicapai
sesuai permintaan pabrik rokok; 4). Perlunya membangun kemitraan yang saling
menguntungkan antar petani dan pabrikan (pabrik rokok) untuk keberhasilan
pengembangan tembakau dan 5). Dengan terjadinya penurunan
pengembangan/perluasan areal tembakau, maka diperlukan kegiatan intensifikasi
tembakau untuk dapat meningkatkan produksi tembakau dengan menggunakan
benih unggul yang bersertifikat.
12. Bimbingan Teknis Budidaya Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh
Dengan kondisi di lapangan menunjukan bahwa banyak tanaman lada yang sudah
tua dan rusak, adanya serangan hama penyakit, kurangnya pemeliharaan tanaman
dan belum menggunakan benih unggul. Memperhatikan kondisi serta
permasalahan yang terjadi, maka kebijakan dan strategi dalam pengembangan
tanaman rempah (lada, pala dan cengkeh) diarahkan pada Peningkatan produksi
dan produktivitas tanaman rempah berkelanjutan melalui perbaikan mutu
tanaman, pengendalian OPT dan penyediaan benih unggul bermutu serta sarana
produksi, dengan kegiatan utamanya berupa rehabilitasi, intensifikasi dan
Perluasaan. Untuk itu perlu diadakan bimbingan teknis budidaya kepada petani
lada, pala dan cengkeh dalam peningkatan produksi dan produktivitas tanaman
tersebut.
13. Peningkatan Kapabilitas Teknis Budidaya Tanaman Semusim
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim dan Rempah viii
Peningkatan Kapabilitas petugas teknis merupakan kegiatan yang dilaksanakan
dengan tujuan peningkatan pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability) dan
ketrampilan (skill) petugas teknis sesuai dengan tuntutan pekerjaan yaitu
melaksanakan bimbingan teknis budidaya tebu yang baik kepada petani
pengembangan tebu tahun 2016.
Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
petugas teknis dalam melakukan pembinaan, pengawalan dan memberikan
bimbingan teknis tebu, dengan sasaran kegiatan adalah tersedianya petugas teknis
pusat yang kompeten dan professional.
14. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan Pengembangan Areal
Produktif Tanaman Tebu Tahun 2016
Dalam rangka transparansi penetapan rendemen tebu petani oleh PG agar tidak
menimbulkan konflik dengan petani, maka dilakukan kegiatan Fasilitasi Tim
Pengawas Taksasi dan Rendemen Tebu oleh Tim yang terdiri dari Perguruan
Tinggi, Ditjen. Perkebunan, Dinas Provinsi/ Kabupaten/Kota yang membidangi
perkebunan, APTRI/KPTR, PG dan TKP/PLP-TKP Tebu. Target pelaksanaan
kegiatan Fasilitasi Tim Pengawas Taksasi dan Rendemen Tebu pada tahun 2016
adalah sebanyak 6 Kegiatan yang dialokasikan di 6 Propinsi sentra pengembangan
tebu.
15. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan Budidaya Tanaman Lada,
Pala dan Cengkeh
Kegiatan monitoring dan evaluasi budidaya tanaman lada, pala dan cengkeh
Tahun 2016 terdiri dari beberapa kegiatan yaitu: 1). Pembinaan, Pengendalian,
Pengawalan dan Pendampingan Budidaya Tanaman Lada, 2). Pembinaan,
Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan Budidaya Tanaman Pala, 3).
Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan Budidaya Tanaman
Cengkeh.
Kegiatan monitoring dan evaluasi budidaya tanaman lada dilakukan dengan
metode kunjungan langsung ke daerah, melalui surat/faximili dan komunikasi
melalui telepon di 4 provinsi yaitu provinsi Lampung, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur dan Bangka Belitung. Materi yang disampaikan dalam
pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan budidaya di masing-
masing provinsi berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-
masing provinsi, yaitu sesuai hasil need assessment yang dilakukan oleh provinsi
tersebut.
16. Monitoring dan Evaluasi Geografis (IG) Tanaman Rempah
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim dan Rempah ix
Tujuan kegiatan adalah melakukan sosialisasi, penyamaan persepsi, serta
pemahaman mengenai kegiatan indikasi geografis tanaman lada, pala dan cengkeh,
melakukan pengawalan, koordinasi dan pembinaan kegiatan indikasi geografis
tanaman lada, pala dan cengkeh dan melakukan pengumpulan data dan informasi
mengenai indikasi geografis tanaman lada, pala dan cengkeh.
Sasaran kegiatan adalah terfasilitasinya pelaksaanaan kegiatan indikasi geografis
tanaman lada, pala dan cengkeh dan tersedianya data potensi indikasi geografis
tanaman lada, pala dan cengkeh.
Cakupan kegiatan meliputi rapat persiapan, rapat penyusunan bahan, rapat
pengolahan, penyusunan dan pembahasan laporan, pelaksanaan pembinaan,
pengawalan, sosialisasi, Monev, Konsultasi & Koordinasi Indikasi Geografis
Tanaman Lada, pala dan cengkeh, pengolahan data dan informasi dan penyusunan
laporan. Biaya kegiatan dibebankan pada Satker Direktorat Jenderal Perkebunan
Tahun Anggaran 2016.
17. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan Tanaman Serat dan
Atsiri Tahun 2017.
Pada Tahun 2017 kegiatan pengembangan tanaman kapas yang didanai melalui alokasi
APBN yaitu hanya berupa kegiatan dukungan yang berupa Pemberdayaan Pekebun dan
Penguatan Kelembagaan Tanaman Kapas yang dilaksanakan di 6 Provinsi 14 Kabupaten
dan kegiatan ini sebagian besar terealisasi hanya di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali
yang tidak dapat melaksanakan karena terkena bencana gunung Agung. Dan untuk Provinsi
NTT Kabupaten Timor Tengah Selatan di alokasikan seluas 13 Hektar terkait dengan
Program Pengembangan Industri Tenun Lokal antara Kementerian Pertanian, Kementerian
Perindustrian, dan Pemerintah Daerah Timor Tengah Selatan.
Alokasi pengembangan tanaman kapas yang dialokasikan melalui APBNP Tahun 2017
yaitu di 3 Provinsi 9 Kabupaten dan semua pengembangan kapas dapat terlaksana hingga
100% sesuai dengan target yaitu 2.450 Ha. Wilayah pengembangan ini merupakan wilayah
yang penanamannya di akhir tahun yaitu bulan (November –Desember) sehingga dapat
terlaksana sesuai jadwal penanaman. Benih yang digunakan untuk penanaman kapas
diperoleh dari PT. Sulawesi Cotton Industri (SCI) karena hanya PT SCI yang memiliki benih
cukup untuk pengembangan kapas akhir tahun 2017.
Untuk penanaman nilam Pada Tahun 2017 yang didanai melalui alokasi APBN yaitu hanya
berupa kegiatan dukungan yang berupa Pemberdayaan Pekebun dan Penguatan
kelembagaan Tanaman Nilam yang dilaksanakan di 9 Provinsi 15 Kabupaten dan kegiatan
ini sebagian besar terealisasi hanya di Kabupaten Semarang dan Kabupaten Brebes
Provinsi Jawa Tengah yang tidak dapat melaksanakan karena terkendala akibat perubahan
struktur Organisasi di Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan. Selain itu pula kegiatan
lain yang dianggarkan dalam APBN Tahun 2017 yaitu kegiatan Fasilitasi Temu Pelaku
Usaha Nilam yang dilaksanakan di 10 Provinsi kegiatan ini sebagian besar terealisasi hanya
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim dan Rempah x
di Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Jawa Tengah, dan Provinsi Jawa Timur yang tidak
dapat melaksanakan karena terkendala waktu pelaksanaan yang bersamaan dengan
kegiatan APBNP sehingga Dinas Provinsi yang mebidangi perkebunan fokus dalam
kegiatan pengembangan APBNP tahun 2017. Untuk alokasi di Kabupaten Pandeglang
Provinsi Banten kegiatan ini terlaksana seluas 3 Ha dengan sumber benih berasal dari
Balitro Bogor.
Alokasi penanaman nilam yang dialokasikan melalui APBNP Tahun 2017 yaitu di 7 Provinsi
17 Kabupaten. Dari total luas penanaman 200 Ha hanya terealisasi 165 Ha, hal ini
disebabkan karena di 2 Provinsi yaitu Provinsi Jawa Timur, dan Provinsi Bali tidak dapat
dilaksanakan karena lokasi penanaman nilam terkena bencana gunung agung maka
kegiatan penanaman tidak dapat dilaksanakan dan Provinsi Jawa Timur tidak dapat
melaksanakan karena alokasi benih yang semula berasal dari Kebun Benih Sebar yang
dikembangkan oleh penangkar benih di Kabupaten Pacitan mengalami Bencana Kebanjiran
sehingga untuk penanaman nilam tidak dapat dilaksanakan.
18. Fasilitasi Pelaksanaan Lomba Petani/Kelompok Usaha Yang Berprestasi
Fasilitasi Pelaksanaan Lomba Petani/Kelompok Usaha Yang Berprestasi Tahun
Anggaran 2016 merupakan kegiatan penilaian kinerja petani perkebunan dalam
rangka meningkatkan prestasi dan dinamika kelompok masyarakat yang dapat
menghasilkan dan atau memanfaatkan teknologi tepat guna, serta untuk
mendukung usaha agribisnis perkebunan dalam mewujudkan ketahanan pangan.
Berkaitan dengan kegiatan tersebut, Ditjen Perkebunan telah memberikan
penghargaan kepada petani/kelompok usaha yang berprestasi bidang perkebunan
Tahun 2016.
Tujuan dari kegiatan ini adalah : Menumbuhkan dan mendorong semangat,
kreativitas, dan partisipasi masyarakat untuk mengambil peran lebih besar dalam
upaya mewujudkan ketahanan pangan. Dalam mewujudkan tujuan tersebut,
sasaran yang akan dicapai adalah terlaksananya kegiatan Lomba Petani/Kelompok
Usaha Yang Berprestasi.
Penghargaan kelompok tani yang berprestasi Direktorat Jenderal Perkebunan
diberikan kepada 20 (dua puluh) orang petani /kelompok tani hasil penilaian, yaitu
Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Barat, Sumsel, Lampung, Jabar, DI.
Yogyakarta, Jateng, Jatim, Sulsel dan Gorontalo. Acara pemberian penghargaan
kepada petani perkebunan/kelompok usaha yang berprestasi dilaksanakan di
Hotel Royal Bogor, pada tanggal 1 Desember 2015. Para pemenang menerima
trophy, piagam dan hadiah uang.
ngan adanya pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memacu atau
memotivasi bagi petani/kelompok usaha perkebunan termasuk memperhatikan
kelestarian lingkungan/ramah lingkungan di sekitarnya, sehingga petani mau dan
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim dan Rempah xi
mampu membangun untuk meningkatkan usaha agribisnis perkebunan untuk
mencapai kesejahteraan.
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim dan Rempah xii
DATAR ISI
KATA PENGANTAR
i
RINGKASAN EKSEKUTIF
ii
DAFTAR ISI
x-xi
BAB I PENDAHULUAN YANG TERDIRI DARI LATAR BELAKANG, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
1
BAB II PERENCANAAN A. Penyusunan Program, Rencana Kegiatan dan Anggaran; B. Fasilitasi Kegiatan Pergulaan Nasional, Penyusunan Taksasi
Produksi Gula dan Biaya Pokok Produksi (BPP);
BAB III UPAYA KHUSUS PERCEPATAN PENINGKATAN PRODUKSI MENUJU SWASEMBADA GULA
BAB IV PENYUSUNAN PEDOMAN PENGEMBANGAN TANAMAN SEMUSIM DAN REMPAH
A. Penyusunan Good Agricultural Practies (GAP) Komoditas Lada,
Pala dan Cengkeh; B. Penyusunan Road-map Komoditas Lada dan Pala; C. Penyusunan Draft Road-map Komoditi Nilam; D. Penyusunan Draft Road-map Tembakau;
BAB V PENGAWALAN
A. Pengawalan Bimbingan Teknologi Tanaman Rempah dan
Semusim Lainnya; B. Pengawalan dan Koordinasi Pemanfaatan DBH-CHT; C. Pengawalan Percepatan Industri Gula Berbasis Tebu dan
Pembangunan Masyarakat dan Perusahaan Perkebunan;
BAB VI IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH TANAMAN SERAT DAN ATSIRI
BAB VII PEMBINAAN DAN BIMBINGAN A. Bimbingan Teknis Budidaya Tanaman Serat dan Atsiri; B. Pembinaan dan Bimbingan Penerapan Teknologi dan
Kelembagaan Lada, Pala dan Cengkeh; C. Pembinaan dan Bimbingan Penerapan Teknologi,
Kelembagaan dan Kawasan Lada, Pala dan Cengkeh (P);
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim dan Rempah xiii
BAB VIII KOORDINASI PELAKSANAAN A. Koordinasi Pengambangan Tanaman Semusim dan Rempah; B. Koordinasi Kejayaan Rempah;
BAB IX PENGUATAN KELEMBAGAAN A. Penguatan Kelembagaan Tanaman Semusim dan Rempah; B. Penguatan Kelembagaan Tanaman Serat dan Atsiri;
BAB X MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN TANAMAN SEMUSIM DAN REMPAH
A. Pembinaan, Pengawalan, Monitoring, Evaluasi dan Koordinasi
Instansi Terkait; B. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pengembangan Tanaman
Serat dan Atsiri;
BAB XI ADMINISTRASI KEGIATAN
BAB XII P E N U T U P
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/ PD.310/9/2006, tanggal
22 September 2006 dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3399/Kpts/
PD.310/10/2009 tanggal 19 Oktober 2009, komoditas binaan Direktorat Jenderal
Perkebunan berjumlah 127 jenis tanaman. Strategi pengembangan komoditas
dilakukan melalui upaya-upaya memprioritaskan pengembangan komoditas
unggulan nasional yang meliputi karet, kelapa sawit, kelapa, kakao, kopi, lada,
jambu, mete, teh, cengkeh, jarak pagar, kemiri sunan, tebu, kapas, tembakau, dan
nilam, serta mendorong pemerintah daerah untuk memfasilitasi pengembangan
komoditas spesifik dan potensial diwilayahnya. Dari 16 komoditi yang
diprioritaskan 4 diantaranya merupakan komoditi binaan Direktorat Tanaman
Semusim dan yang menjadi komoditas unggulan dalam pembangunan
perkebunan berkelanjutan diantarannya tebu, kapas, nilam, tembakau, lada, pala
dan cengkleh.
Sesuai restrukturisasi program dan kegiatan, Direktorat Jenderal Perkebunan
diamanahkan untuk melaksanakan satu program pembangunan perkebunan
yaitu Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman
Perkebunan Berkelanjutan yang dijabarkan dalam 9 (sembilan) kegiatan
pembangunan perkebunan dengan 7 (tujuh) fokus kegiatan pembangunan
perkebunan yaitu: (1) Revitalisasi perkebunan; (2) Swasembada gula nasional; (3)
Penyediaan bahan tanaman sumber bahan bakar nabati (bio-energi); (4) Gerakan
peningkatan produksi dan mutu kakao nasional; (5) Pengembangan komoditas
ekspor; (6) Pengembangan komoditas pemenuhan konsumsi dalam negeri dan (7)
Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan.
Dari tujuh fokus kegiatan pembangunan perkebunan tersebut Direktorat
Tanaman Semusim dan Rempah diamanahkan untuk melaksanakan Program
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan Tanaman Semusim
yang mana didalamnya terdapat empat komoditi unggulan sepeti tebu, kapas,
nilam, tanaman rempah (Lada, Pala dan Cengkeh) yang pengelolaan tanamannya
ada yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Negara, Perkebunan Besar maupun
Perkebunan Rakyat. Data statistik menunjukkan bahwa produksi dan
produktivitas yang dicapai masing-masing komoditi sangat beragam berdasarkan
jenis pengelola usaha taninya meskipun secara umum capaian produktivitas
sebagian besar masih dibawah standar yang diharapkan. Untuk itu pembinaan
yang lebih insentif dan terarah terhadap komoditas binaan perlu dilakukan
melalaui upaya-upaya yang diharapkan dapat memberikan pengaruh secara
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 2
nyata dalam peningkatan produksi maupun produktivitas masing-masing
komoditi.
Pengembangan komoditas adalah bagian dari upaya peningkatan devisa negara
melalui komoditas perkebunan termasuk didalamnya komoditas budidaya
tanaman semusim. Untuk meningkatkan peran pengembangan diperlukan
pembinaan dan evaluasi secara utuh terhadap pelaksanaan pengembangan
komoditas di daerah sehingga pelaksanannya sesuai dengan standar baku teknis,
teknologi anjuran dan inovatif serta pelaksanaannya dapat termonitor dengan
baik. Peran evaluasi pemantauan melibatkan kegiatan pelaksanaan pencatatan
hasil dan penerapan teknis budidaya. Evaluasi akan mengamati pelaksanaan
pengembangan komoditas perkebunan didaerah berdasarkan data dan informasi
yang tercatat. Dari kegiatan pemantauan dan evaluasi tersebut diharapkan dapat
diperoleh rekomendasi yang utuh terhadap kegiatan pelaksanaan didaerah,
mengidentifikasi permasalahan dan upaya penyelesaiannya yang dapat
dimanfaatkan untuk penyusunan program dimasa yang akan datang.
Dalam rangka mendukung Program Peningkatan Produksi Komoditas
Perkebunan Berkelanjutan Tanaman Semusim dan Rempah, Direktorat Tanaman
Semusim dan Rempah di Tahun Anggaran 2016 melakukan Pembinaan dan
Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah yang meliputi kegiatan :
1. Dukungan Layanan Perkantoran Lainnya ;
a. Administrasi Kegiatan;
b. Pertemuan Koordinasi dan Sinkronisasi Pengembangan Tanaman Semusim
dan Rempah;
2. Tanaman Tebu dan Pemanis Lain
a. Fasilitasi Penyelenggaraan Pertemuan Pergulaan Nasional b. Fasilitasi Pengawalan Percepatan Peningkatan Produksi dan
Produktovitas Tebu c. Bimbingan Teknis Budidaya Tanaman Tebu dan Pemanis Lainnya d. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan Pengembangan Areal
Produktif Tanaman Tebu Tahun 2016
3. Tanaman Serat dan Atsiri
a. Bimbingan Teknis Tanaman Serat dan Atsiri
4. Tanaman Rempah dan Semusim Lain
a. Bimbingan Teknis Budidaya Tanaman Semusim dan Rempah Lainnya b. Pengawalan Identifikasi Penyiapan Lahan dan Sarana Produksi
Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 3
c. Monitoring dan Evaluasi Geografis (IG) Tanaman Rempah
5. Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh
a. Bimbingan Teknis Budidaya Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh b. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan Budidaya Tanaman Lada,
Pala dan Cengkeh
6. Dukungan Kegiatan Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan
Berkelanjutan Tanaman Semusim dan Rempah meliputi :
a. Peningkatan Kapabilitas Teknis Budidaya Tanaman Semusim b. Pembinaan, Pengawalan, Pendampingan, Koordinasi dengan Instansi
Terkait c. Fasilitasi Pelaksanaan Lomba Petani/Kelompok Usaha Yang Berprestasi
B. Tujuan
Tujuan kegiatan Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah
adalah untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan dilapangan dan
melakukan evaluasi atas pelaksanaannya dan diharapkan dari kegiatan ini akan
diperoleh potret sentra-sentra produksi yang sesuai dengan agroklimat serta
teridentifkasinya permasalahan dan hambatan sehingga dikemudian hari tercipta
kebijakan yang tepat pada sasarannya.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan
Berklanjutan Tanaman Semusim dan Rempah, Direktorat Tanaman Semusim dan
Rempah meliputi :
1. Dukungan Layanan Perkantoran Lainnya;
2. Tanaman Tebu dan Pemanis Lain
3. Tanaman Serat dan Atsiri
4. Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh
5. Tanaman Rempah dan Semusim Lain;
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 4
II. PERENCANAAN
Penyusunan Program, Rencana Kegiatan dan Anggaran
Undang-undang nomor 39 tahun 2014 tentang Perkebunan menyatakan bahwa
perkebuan adalah segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya
manusia, sarana produksi, alat dan mesin, budidaya, panen, pengolahan dan
pemasaran terkait tanaman perkebunan. Amanat tersebut mengharuskan
penyelenggaraan perkebunan ditujukan untuk (1) meningkatkan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat; (2) meningkatkan sumber devisa negara; (3)
menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha; (4) meningkatkan
produksi, produktivitas, kualitas, nilai tambah, daya saing dan pangsa pasar; (5)
meningkatkan dan memenuhi kebutuhan konsumsi serta bahan baku industri
dalam negeri; (6) memberikan perlindungan pada pelaku usaha perkebunan dan
masyarakat; (7) mengelola dan mengembangkan sumber daya perkebunan secara
optimal, bertanggung jawab dan lestari; dan (8) meningkatkan jasa perkebunan.
Dalam rangka mendukung arah kebijakan Pembangunan Nasional tahun 2015 –
2019 dan Kebijakan Kementerian Pertanian tahun 2015 – 2019, maka Direktorat
Jenderal Perkebunan telah menetapkan arah kebijakan Direktorat Jenderal
Perkebunan tahun 2015 – 2019 sebagai dasar pelaksanaan strategi, program dan
kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015 – 2019.
Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah dengan kegiatan Peningkatan
Produksi dan Komoditas Perkebunan Berkelanjutan mendapat anggaran sebesar
Rp.5.459.728.000 yang terdiri dari kegiatan Koordinasi dan Perencanaan
Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah dengan anggaran Rp.914.214.000,
kegiatan Penyusunan Pedoman Pengembangan Rp 269.689.000, koordinasi
pelaksanaan Rp.926.261.000, Pelaksanaan Pembinaan dan Bimbingan Tehnologi
Rp.1.513.084.000, Monitoring dan Evaluasi Rp.1.241.150.000, Fasilitasi Pelaksanaan
Lomba Petani/Kelompok Usaha yang berprestasi Rp.243.700.000, dan Layanan
Perkantoran Rp.351.630.000.
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 5
Arah kebijakan pembangunan perkebunan 5 tahun mendatang ditetapkan
menjadi Arah Kebijakan Umum dan Arah Kebijakan Khusus.
Terkait dengan upaya pemenuhan penyediaan bahan baku tebu dalam rangka
peningkatan produksi gula nasional telah ditetapkan dalam Arah Kebijakan
Khusus. Arah kebijakan ini dimaksudkan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
pangan berbasis tebu (gula) di dalam negeri baik dalam bentuk gula konsumsi
langsung rumah tangga/gula kristal putih (GKP) maupun gula konsumsi yang
diperuntukkan untuk industri gula kristal rafinasi (GKR). Arah kebijakan
pengembangan tebu ditempuh dengan sasaran strategis peningkatan produksi
gula nasional untuk mewujudkan kedaulatan pangan.
Untuk memenuhi pencapaian swasembada gula nasional, maka pada APBN 2016
ini dilakukan kegiatan bongkar ratoon, rawat ratoon serta kegiatan pendukung
lainnya berupa Operasional Tenaga Pendamping (TKP/PL-TKP), Pemberdayaan
Pekebun dan Penguatan Kelembagaan, Bantuan peralatan, Fasilitasi Tim
Pengawas Taksasi dan Rendemen, Pengawalan dan Monev Tanaman Tebu dan
Pengembangan database tebu online yang diberikan di beberapa provinsi wilayah
pengembangan tebu untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan rendemen
gula nasional. Dalam rangka pengawalan kegiiatan tersebut di atas, Direktorat
Tanaman Semusim dan Rempah khususnya Subdit Tanaman Tebu dan Pemanis
Lain melalui kegiatan Fasilitasi Teknis Dukungan Pengembangan Tanaman
Semusim dan Rempah.
Berdasarkan hasil monitoring evaluasi terhadap realisasi fisik dan keuangan pada
Kegiatan Fasilitasi Teknis Dukungan Pengembangan Tanaman Semusim dan
Rempah, yang menjadi tugas dan fungsi Subdit Tanaman Tebu dan Pemanis Lain
setelah penghematan dan blokir sebesar Rp. 1.717.968.000 ,- yang telah
direalisasikan sebesar Rp. 1.709.771.886,- atau 99,52 %, dengan realisasi fisik
mencapai 100%.
Disamping komoditas tebu yang merupakan kegiatan utama dalam peningkatan
produkdi komoditas perkebunan, khususnya tanaman pangan tanaman rempah
juga mempunyai peran yang cukup nyata dalam perekonomian Indonesia, yaitu
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 6
sebagai penghasil devisa ekspor, sumber pendapatan petani, penghasil bahan
baku industri, penciptaan lapangan kerja, mendorong agribisnis dan
pengembangan wilayah.
Dalam kelompok rempah (spices), lada menduduki pringkat pertama sebagai
komoditas ekspor. Meskipun sumbangan komoditas lada terhadap total ekspor
non migas relatif kecil (sekitar 1% tiap tahun), tetapi peran lada sebagai sumber
devisa dan sebagai sumber pendapataan pertanian di sentra produksi cukup
tinggi.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan tanaman rempah adalah: 1)
sebagian besar petani belum menggunakan benih unggul, kondisi tanaman
merupakan tanaman tua/rusak, pengelolaannya secara monokultur, belum
menerapkan kultur teknis yang sesuai anjuran dari Balai Penelitian Perkebunan
dan terbatasnya penerapan teknologi anjuran karena kurangnya penyuluhan dan
pendampingan, 2) Mutu hasil budidaya tanaman rempah sebagian besar dikelola
adalah perkebunan rakyat yang pada umumnya bermutu rendah dan dalam
bentuk produk primer, 3) peran kelembagaan petani/koperasi dan asosiasi di
wilayah budidaya tanaman rempah belum optimal, dan 4) kemampuan petani
dalam mengakses pasar, sumber permodalan dan teknologi masih rendah.
Meskipun terdapat berbagai permasalahan seperti tersebut diatas, namun
pengembangan tanaman rempah masih memiliki prospek yang menggembirakan,
antara lain (a) meningkatnya permintaan pasar sejalan dengan pertumbuhan
penduduk, (b) meningkatnya industri farmasi dan kosmetik sejalan dengan
kecenderungan masyarakat untuk menggunakan produk alami, (c) meningkatnya
permintaan produksi specialty dan organik, (d) berkembangnya industri makanan
dan minuman, (e) ketersediaan lahan potensial untuk pengembangan tanaman
rempah, (f) tersedianya paket teknologi terapan untuk pengembangan tanaman
rempah serta (g) berkembangnya agrowisata berbasis tanaman rempah. Bila hal
ini dikembangkan akan membantu meningkatkan pendapatan petani dan
penambahan lapangan pekerjaan di desa.
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 7
Tanaman serat dan atsiri juga dikembangkan dibeberapa wilayah di Indonesia,
untuk tanaman nilam dikembangkan di 9 Prpvinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I
Yogyakarta, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Barat, Sulawesiu Tenggara, Bali dan
Gorontalo), sedangkan untuk tanaman kapas di 5 Provinsi yaitu Provinsi Jawa
Timur, Sulawesi Selatan, Bali, NTB, dan NTT.
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 8
III. UPAYA KHUSUS PERCEPATAN PENINGKATAN PRODUKSI
MENUJU SWASEMBADA GULA
IV. PENYUSUNAN PEDOMAN PENGEMBANGAN
TANAMAN SEMUSIM DAN REMPAH
A. Penyusunan Good Agricultural Practies (GAP) Komoditas Lada,
Pala dan Cengkeh
.........................................................
B. Penyusunan Road-map Komoditas Lada dan Pala
C. Penyusunan Draft Road-map Komoditi Nilam
................................................
D. Penyusunan Draft Road-map Tembakau
Pada tahun 2017, Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah terdapat
kegiatan penyusunan Draft Roadmap Tembakau Tahun 2017 – 2024.
Adapun tujuan penyusunan Roadmap adalah memberikan arah dan
pedoman pembangunan Pertembakauan Nasional, sedangkan
kegunaannya adalah sebagai salah satu acuan atau pedoman bagi para
pemangku kepentingan dalam rangka pembangunan pertembakauan
nasional untuk meningkatkan produksi dan mutu tembakau dalam
negeri, kesejahteraan petani tembakau serta pendapatan negara.
Dalam penyusunan Draft Roadmap Tembakau melibatkan
Kementerian terkait, stakeholder dan narasumber yaitu dari instansi
Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas), Ir. Djayadi,
M.SC, Ph.D dan Universitas Tribuwana Tunggadewi, Prof. Dr. Ir.
Samsuri Tirtosastro. Data-data primer dan sekunder yang digunakan
dalam penyusunan draft Roadmap Tembakau juga berasal dari
Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), Gabungan Pengusaha
Rokok Indonesia (GAPPRI) dan Badan Pusat Statistik (BPS) dan
stakeholder lain.
Penyusunan dan pembahasan draft Roadmap Tembakau telah
dilakukan sebanyak 4 (empat kali) dengan para narasumber dan
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 9
stakeholder terkait. Salah satu permasalahan pokok dalam
penyusunan Roadmap adalah menghitung kebutuhan tembakau
untuk industri tembakau, disamping itu kita masih mengimpor
tembakau Virginia, Burley dan Oriental. Tembakau Burley dan Oriental
belum banyak dikembangkan di Indonesia. Hal tersebut merupakan
tantangan bagi pemerintah untuk dapat meminimalisir impor
tembakau tersebut. Dalam roadmap ini disajikan proyeksi kebutuhan,
produksi dan luas areal tembakau virgnia, burley dan oriental tahun
2017-2024. Namun, untuk data tembakau Burley dan Oriental masih
sulit didapati. Diharapkan draft roadmap ini dapat dilanjutkan
penyusunannya pada Tahun Anggaran selanjutnya.
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 10
V. P E N G A W A L A N
Pelaksanaan pengembangan perkebunan tanaman semusim dan rempah hingga
saat ini masih belum optimal, baik yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber
daya lahan, penerapan teknologi maupun pengembangan kelembagaan petani.
Hal ini ditandai dengan sulitnya pengembangan areal penanaman, belum
optimalnya produksi, komoditas tanaman semusim dan rempah serta pendapatan
para petaninya.
Dalam upaya mengoptimalkan dan mempercepat realisasi pelaksanaan kegiatan
pengembangan tanaman semusim dan rempah Tahun Anggaran 2017, diperlukan
adanya persepsi yang sama dari seluruh instansi terkait, baik pusat maupun
daerah, sehingga diperlukan adanya Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan
Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah Tahun 2017, yang selanjutnya
ditindaklanjuti dengan pengawalan realisasi kegiatan didaerah serta monitoring
dan evaluasi.
Tujuan Pertemuan Koordinasi Pelaksanaan Pengembangan Tanaman Semusim
dan Rempah Tahun 2017 serta ditindak lanjuti dengan pengawalan realisasi
kegiatan adalah untuk membangun persepsi yang sama dari seluruh stakeholders
yang terkait dengan pengembangan tanaman semusim dan rempah dalam upaya
mempercepat dan mengoptimalkan realisasi pelaksanaan kegiatan
Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah Tahun 2017.
Kegiatan pengawalan dan Koordinasi Pelaksanaan Pengembangan Tanaman
Semusim dan Rempah yang dibebankan pada POK Direktorat Tanaman Semusim
dan Rempah Tahun Anggaran 2017 terdiri dari :
A. Pengawalan Bimbingan Teknologi Tanaman Rempah dan Semusim Lainnya.
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 11
B. Pengawalan dan Koordinasi Pemanfaatan Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau
(DBH-CHT)
Pada tahun 2017, Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah melakukan
kegiatan Pengawalan dan Koordinasi Pemanfaatan Dana Bagi Hasil Cukai
Hasil Tembakau (DBHCHT). Kegiatan ini bertujuan untuk mengawal
pemanfaatan DBHCHT di Provinsi/Kabupaten/Kota agar tepat sasaran.
Pengawalan dan Koordinasi Pemanfaatan DBHCHT dilaksanakan
berdasarkan PMK Nomor 43/PMK.07/2017 tanggal 14 Maret 2017 tentang
Rincian Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau TA 2017. DBHCHT diberikan
kepada 17 provinsi 339 kabupaten.
Tahun Anggaran 2017, hanya 6 Provinsi yang dapat dikunjungi terkait dengan
pemanfaatan DBHCHT yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung,
Jambi dan Sulawesi Selatan. Dari provinsi yang ditinjau, porsi DBHCHT untuk
bidang perkebunan kegiatan Peningkatan Kualitas Bahan Baku hanya berkisar
1,2 – 12 %. Dalam pemanfaatan DBHCHT, daerah sangat memerlukan acuan
berupa pedoman yang sampai saat ini belum ditetapkan. Sebagian besar
DBHCHT dimanfaatkan untuk memberi bantuan kepada petani tembakau
berupa benih, sarana produksi pertanian, peralatan pertanian serta peralatan
panen dan pasca panen.
Pelaksanaan Pertemuan Koordinasi Pemanfaatan DBHCHT yang
dilaksanakan di Bandung, 30 Oktober s.d. 01 November 2017 bertujuan untuk
melakukan koordinasi dengan Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan untuk mengetahui pemanfaatan DBHCHT serta
melakukan pembahasan/masukan terhadap Peraturan Menteri Pertanian
tentang Pedoman Peningkatan Kualitas Bahan Baku Tembakau. Pertemuan
dihadiri wakil dari Dinas Provinsi, Kabupaten dan Bappeda 15 provinsi
penghasil tembakau, dengan narasumber berasal dari berbagai instansi antara
lain Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Biro Administrasi
Provinsi Jawa Timur, Balai Penelitian Tanaman Serat dan Pemanis dan Industri
Hasil Tembakau.
C. Pengawalan Pengawasan Usaha Perkebunan dan Percepatan
Industri Gula Berbasis Tebu
Penyusunan laporan akhir sebagai pertanggung jawaban atas pelaksanaan kegiatan
Pengawalan Pengawasan Usaha Perkebunan dan Percepatan Industri Gula Berbasis
Tebu yang dilaksanakan melalui kunjungan lapangan serta melalui Pertemuan
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 12
Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Usaha Perkebunan yang dilaksanakan di 4
provinsi yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi
Tenggara dan Lampung.
Latar belakang dilaksanakannya kegiatan pengembangan Industri gula berbasis tebu
dikarenakan kemampuan pulau Jawa dalam penyediaan areal untuk pertanaman tebu
saat ini telah terbatas, sehingga penyediaan bahan baku Pabrik Gula hanya
dimungkinkan melalui peningkatan produktivitas tebu. Dalam konteks ini, kebijakan
pemerintah dalam meningkatkan produktivitas dan rendemen tebu petani melalui
program perluasan, bongkar ratoon dan rawat ratoon tebu yang masih terus menerus
selalu ditingkatkan, dengan melibatkan seluruh stakeholders tebu.
Pengawalan Pengawasan Usaha Perkebunan dan Percepatan Industri Gula Berbasis
Tebu merupakan salah satu fasilitasi dari pengembangan kawasan tanaman tebu dan
pemanis lainnya yang memerlukan dukungan data dan informasi yang lengkap, dan
untuk memperolehnya perlu upaya - upaya konsultasi dengan instansi terkait di
daerah, identifikasi dan inventarisasi data serta kunjungan lapangan.
Sejumlah permasalahan menghadang perkembangan industri gula nasional, baik dari
sisi on-farm maupun off farm, antara lain : Kondisi PG yang tidak efisien, tidak
diterapkannya teknik budidaya yang baik dan benar, tidak tersedianya sarana
produksi pada waktu dan jumlah yang tepat, serta belum adanya kebijakan on-farm
dan off-farm yang terintegrasi, tidak adanya realisasi pembangunan kebun tebu yang
menjadi kewajiban industri gula rafinasi dan dukungan terhadap kelembagaan riset
penghasil teknologi yang jauh dari memadai. Permasalahan tersebut saling berkaitan
dan sangat berkontribusi terhadap pencapaian kinerja yang tidak optimal.
Kebijakan industri gula dan industri berbasis tebu nasional dalam jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang hendaknya ditujukan untuk memberikan
perlindungan terhadap semua stakeholders, dengan menjaga stabilitas harga gula di
pasar domestik serta menjaga perbedaan harga domestik dan harga internasional
yang tidak terlalu besar. Tujuan kebijakan ini harus dicapai seiring dengan
peningkatan produksi gula nasional yang efisien dan memiliki daya saing,
berkurangnya impor gula secara signifikan, serta peningkatan pendapatan petani
tebu.
VI. IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH TANAMAN SERAT DAN
ATSIRI
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 13
VII. PEMBINAAN DAN BIMBINGAN TEKNIS TANAMAN
SEMUSIM DAN REMPAH
A. Bimbingan Teknis Tanaman Serat dan Atsiri
Ditinjau dari aspek produksi, hasil produksi perkebunan merupakan bahan
baku industri baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Adopsi
teknologi yang terbarukan (inovasi baru) pada perkebunan rakyat tidak selalu
sejalan dengan perkembangan teknologi itu sendiri, karena selain keterbatasan
dalam mengakses inovasi tersebut, proses adopsinya juga memerlukan waktu
yang relatif lama dan mahal menurut ukuran petani.
Salah satu kegiatan Subdit Tanaman Serat dan Atsiri pada tahun 2017 adalah
Pelaksanaan kegiatan Bimbingan Teknis Kawasan Budidaya Tanaman Serat
dan Atsiri untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang teknis budidaya
tanaman serat dan atsiri yang baik dan benar sesuai dengan situasi dan kondisi
lingkungan yang ada dan sesuai spesifik lokasi masing-masing
wilayah/kawasan pengembangan tanaman serat dan atsiri.
Pengetahuan dan kemampuan petani terhadap teknis budidaya tanaman
nilam dan kapas yang benar dan baik masih kurang, karena selama ini
penanaman dilakukan secara tradisional yang secara teknis sangat sederhana,
sehingga diperlukan bimbingan teknis dan pendampingan secara intensif
kepada petani nilam sangat diperlukan agar pada saat melakukan persemaian
benih dan penanaman di lokasi pengembangan sesuai dengan GAP Kapas dan
Nilam. Selain pengetahuan dan kemampuan petani yang menjadi
permasalahan adalah masih terbatasnya benih unggul/bermutu dengan harga
terjangkau sehingga diperlukan sistem perbenihan yang baik. Untuk
memenuhi kebutuhan benih unggul bermutu dalam jumlah dan waktu yang
tepat harus dibangun Sistem Perbenihan Kapas dan nilam yang professional.
Pelatihan SOP Budidaya Nilam/GAP Nilam harus disertai dengan praktek di
lapangan agar petugas dan petani serta penangkar benih nilam dapat
memahami materi pelatihan dengan benar. Peningkatkan produksi dan
produktivitas nilam sangat dipengaruhi oleh kualitas benih, ketepatan waktu
tanam dan penerapan teknis budidaya yang sesuai dengan SOP Budidaya
Nilam/GAP Nilam.
B. Bimbingan Teknis Budidaya Tanaman Rempah dan Semusim Lainnya
Pada tahun 2017, Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah
melakukan kegiatan Pengawalan Bimbingan Teknis Tanaman Rempah
dan Semusim Lain. Kegiatan ini bertujuan untuk mengawal
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 14
pelaksanaan budidaya dan pemberdayaan petani melalui
penyampaian informasi tentang teknis budidaya tanaman semusim
yang baik dan benar serta pemberdayaan petani sehingga tercapai
peningkatan produksi dan produktivitas tanaman rempah dan
semusim lain sesuai target yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan kegiatan Pengawalan Bimbingan Teknis Tanaman
Rempah dan Semusim Lainnya dilaksanakan dibeberapa provinsi
pengembangan tanaman tembakau yaitu Provinsi Jawa Tengah,
Lampung, Jawa Barat dan Jawa Timur.
Pada Tahun Anggaran 2017 tidak ada kegiatan pengembangan
tanaman tembakau dikarenakan keterbatasan anggaran akan tetapi
terdapat anggaran APBN dalam bentuk bantuan pupuk di Provinsi
Jawa Tengah seluas 25 ha. Serta pemberdayaan kelembagaan petani
diberikan dalam bentuk kegiatan Fasilitasi Pengembangan
Kelembagaan Petani Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) di Provinsi
Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat.
Permasalahan yang banyak terjadi di lapangan yaitu 1) Beberapa
daerah pengembangan tembakau mempunyai varietas spesifik unggul
lokal namun varietas tersebut belum dilepas, hal ini menyebabkan
sulitnya memperoleh benih dari varietas yang sudah dilepas yang
sesuai untuk daerah tertentu/spesifik lokasi, 2) Dari beberapa daerah
yang dikunjungi, tanaman tembakau mengalami serangan hama, hal
ini dikarenakan lahan yang digunakan untuk budidaya tembakau
merupakan lahan bekas tanaman bawang merah yang mengakibatkan
tanah kurang subur, pertumbuhan tanaman kerdil dan daun
menguning, 3) Beberapa petani masih terlambat melakukan
pemangkasan, hal ini menyebabkan penurunan produksi tembakau.
C. Pembinaan dan Bimbingan Penerapan Teknologi dan Kelembagaan Lada,
Pala dan Cengkeh
................................
D. Pembinaan dan Bimbingan Penerapan Teknologi, Kelembagaan dan
Kawasan Lada, Pala dan Cengkeh
.............................
E. Bimbingan Teknis Budidaya Tanaman Lada, Pala dan Cengkeh
Komoditas rempah (lada, pala dan cengkeh) memiliki peranan penting dalam
perekonomian nasional yaitu sebagai sumber pendapatan petani, penyerapan
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 15
tenaga kerja, sumber devisa negara, mendorong agroindustri pengembangan
wilayah, dan pelestarian lingkungan. Indonesia dikenal sebagai salah satu
negara penghasil utama lada dan mempunyai peranan penting dalam
perdagangan lada dunia. Pasokan lada Indonesia berasal dari Bangka Belitung
yaitu lada putih dengan sebutan Muntok White Pepper dan dari Lampung
yaitu lada hitam dengan sebutan Lampung Black Pepper. Namun demikian,
dalam perkembangannya menghadapi permasalahan yang dominan di
lapangan adalah rendahnya produktivitas tanaman lada. Kondisi tersebut
antara lain diakibatkan intensitas serangan hama/penyakit lada, belum
menggunakan benih unggul, kurangnya pemeliharaan lada di tingkat
lapangan, dan lemahnya permodalan yang dimiliki petani. Sementara itu
kondisi di lapangan menunjukan bahwa banyak tanaman lada yang sudah tua
dan rusak, adanya serangan hama penyakit, kurangnya pemeliharaan
tanaman dan belum menggunakan benih unggul.
Memperhatikan kondisi serta permasalahan yang terjadi, maka kebijakan dan
strategi dalam pengembangan tanaman rempah (lada, pala dan cengkeh)
diarahkan pada Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman rempah
berkelanjutan melalui perbaikan mutu tanaman, pengendalian OPT dan
penyediaan benih unggul bermutu serta sarana produksi, dengan kegiatan
utamanya berupa rehabilitasi, intensifikasi dan Perluasaan.
F. Peningkatan Kapabilitas Teknis Budidaya Tanaman Semusim
Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan profesionalisme petugas teknis
maka peningkatan kapabilitas dan kualitas petugas teknis menjadi penting dan
perlu dilakukan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Petugas teknis pada umumnya mempunyai kemampuan manajerial,
kemampuan teknis (ketrampilan) dan kemampuan teknologis (kemampuan
untuk memanfaatkan hasil-hasil penemuan teknologi) sehingga diperlukan
peningkatan atau pengembangan secara berkelanjutan agar mencapai hasil
kerja yang optimal dan konsisten memberikan konstribusi sesuai dengan
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 16
tingkat profesionalisme yang diharapkan serta lebih memiliki perilaku yang
dapat diandalkan.
Peningkatan Kapabilitas petugas teknis merupakan kegiatan yang
dilaksanakan dengan tujuan peningkatan pengetahuan (knowledge),
kemampuan (ability) dan ketrampilan (skill) petugas teknis sesuai dengan
tuntutan pekerjaan yaitu melaksanakan bimbingan teknis budidaya tebu yang
baik kepada petani pengembangan tebu tahun 2016.
Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
petugas teknis dalam melakukan pembinaan, pengawalan dan memberikan
bimbingan teknis tebu, dengan sasaran kegiatan adalah tersedianya petugas
teknis pusat yang kompeten dan professional.
Kegiatan Peningkatan Kapabilitas Teknis Budidaya Tanaman Semusim
dibebankan pada DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Anggaran 2016
(018.05.08.5888.004.062.E) dengan target anggaran sebesar Rp. 376.308.000 ,-
telah direalisasikan sebesar Rp. 375.293.561,- atau 99,73 %, dengan realisasi
fisik mencapai 100%.
G. Pendampingan Pelaksanaan Pengawalan Analisis Rendemen Tebu Petani
Dalam rangka transparansi penetapan rendemen tebu petani oleh PG agar
tidak menimbulkan konflik dengan petani, maka dilakukan kegiatan Fasilitasi
Tim Pengawas Taksasi dan Rendemen Tebu oleh Tim yang terdiri dari
Perguruan Tinggi, Ditjen. Perkebunan, Dinas Provinsi/ Kabupaten/Kota
yang membidangi perkebunan, APTRI/KPTR, PG dan TKP/PLP-TKP Tebu.
Target pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Tim Pengawas Taksasi dan Rendemen
Tebu pada tahun 2016 adalah sebanyak 6 Kegiatan dengan biaya sebesar
Rp.1.584.088,00 yang dialokasikan di 6 Propinsi sentra pengembangan tebu.
Adapun rincian alokasi kegiatan dan anggaran kegiatan Fasilitasi Tim
Pengawas Taksasi dan Rendemen Tebu tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Alokasi Kegiatan Fasilitasi Tim Pengawas Taksasi dan Rendemen Tebu Tahun 2016
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 17
No Propinsi Volume Jumlah (Rp)
1. Jawa Barat 1 Keg 252.150.000
2. Lampung 1 Keg 78.850.000
3. Jawa Timur 1 Keg 1.093.950.000
4. Sumatera Utara 1 Keg 57.850.000
5. Sumatera Selatan 1 Keg 78.850.000
6. DI Yogyakarta 1 Keg 22.438.000
TOTAL 6 Keg 1.584.088.000
Adapun realisasi pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Tim Pengawas Taksasi
dan Rendemen Tebu tahun 2016 adalah berikut :
Tabel 2. Realisasi Kegiatan Fasilitasi Tim Pengawas Taksasi dan
Rendemen Tebu Tahun 2016
No Propinsi Volume Jumlah (Rp) %
1. Jawa Barat 1 Keg 252.130.000 99,9%
2. Lampung 1 Keg 75.250.000 95,4%
3. Jawa Timur 1 Keg 981.469.500 89,7%
4. Sumatera Utara 1 Keg - -
5. Sumatera Selatan 1 Keg - -
6. DI Yogyakarta 1 Keg 22.436.675 99,9%
TOTAL 6 Keg 1.331.286.175 84,04%
Pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Tim Pengawas Taksasi dan Rendemen
Tebu yang dilaksanakan adalah berupa pertemuan koordinasi antara
Dinas Perkebunan Kab/Prov dengan Pabrik Gula, Petani/
Koperasi/KPTR, Tim Pengawas Rendemen yang berasal dari Perguruan
Tinggi serta TKP dan PLP-TKP guna membahas persiapan pelaksanaan
pengawasan taksasi produksi dan rendemen tebu, pelaksanaan taksasi
produksi dilapangan yang dilanjutkan dengan pengambilan contoh
nilai brix tebu/kandungan gula pada saaat panen dan pada saat akan
digiling, penghitungan nilai rendemen akhir dari sampel tebu yang
digiling.
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 18
VIII. MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan Pengembangan Areal
Produktif Tanaman Tebu Tahun 2017
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha tanaman
semusim dan rempah antara lain ditentukan oleh teknis pelaksanaan
budidaya oleh petani yang mencakup kegiatan penyiapan lahan,
penyediaan benih, penggunaan benih, cara pemeliharaan, dan panen
yang baik serta sesuai dengan standar teknis yang telah ada untuk
komoditas tanaman semusim dan rempah. Seluruh rangkaian kegiatan
budidaya tanaman semusim dan rempah sangat dipengaruhi oleh
kondisi agroklimat dan waktu penanganan hasil panen seperti tebu
yang sangat dipengaruhi oleh musim tanam dan jadwal giling tebu oleh
Pabrik Gula.
Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah dalam melaksanakan
pembangunan perkebunan Tahun 2017 dengan program utama yaitu:
“Peningkatan Produksi dan Produktivitas Pengembangan Tanaman
Semusim dan Rempah” pada kegiatan Pengembangan Tebu Tahun
2017 mendapat alokasi dana APBN Rp. 55.357.585.375.
Adapun kegiatan yang dilaksankan oleh Subdit Tanaman Tebu dan
Pemanis Lainnya adalah Kegiatan Pengembangan Areal Produktif Tebu,
dan Fasilitasi Teknis Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah
yang dilakukan di daerah dan pusat melalui dukungan dana APBN
pada tahun 2017. Adapun kegiatan Pengembangan Tebu tahun 2017
yang dialokasikan pada APBNP 2017 sebesar Rp.48.904.156.025,00,-
adalah kegiatan :
1. Rawat Ratoon
Pelaksanaan kegiatan rawat ratoon pada tanaman tebu yang sudah dikepras/ditebang. Dengan bantuan yang diberikan berupa bantuan pupuk majemuk. Pengadaan bantuan pupuk majemuk
dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi Perkebunan di Provinsi secara kontraktual yang mengacu pada Perpres No. 54 tahun 2010 jo. Perpres No. 70 tahun 2012 tentang Tata Cara Pengadaan
Barang/Jasa oleh Pemerintah. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan rawat ratoon ini adalah untuk
mengembalikan kembali ketersediaan hara dalam tanah dengan
tambahan pupuk majemuk dan pupuk oragnik sehingga
pertumbuhan tebu menjadi optimal lagi setelah mengalami
pengeprasan/panen. Alokasi kegiatan dan anggaran rawat ratoon pada
tahun 2017 diberikan kepada 6 Provinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah,
D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan NTB).
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 19
2. Bantuan Alat dan Mesin Pertanian
Bantuan alat dan mesin pertanian pada pengembangan tebu tahun
2017 dengan target pelaksanaan kegiatan pengadaan bantuan
Grabloader sebanyak 41 unit dengan biaya sebesar Rp.
41.026.880.375,- bantuan Traktor Roda 4 sebanyak 3 unit dengan
biaya sebesar Rp. 2.460.000.000,- dilaksanakan di 4 (empat)
Provinsi yaitu Sumetra Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Sulawesi Selatan.
Dalam realisasi pelaksanaannya kegiatan pengadaan Grabloader
dilaksanakan melalui e-puchasing/e-katalog yang diadakan oleh
LKPP Pusat dimana distributor Grabloader yang tersedia di dalam
e-katalog hanya 1 (satu) perusahaan yaitu PT. Bestindo Karya
dengan merek alat adalah BEST. Realisasi penggunaan anggaran
dalam pengadaan Grabloader sejumlah 41 unit dengan total biaya
sebesar Rp. 37,304,628,125.00 (90,93%).
3. Penguatan Kelembagaan Petani Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi pada kegiatan
Penguatan Kelembagaan Petani Tebu, kegiatan yang dilaksanakan
berupa pelatihan teknis budidaya tebu dengan system Regrouping
yang dilaksanakan bekerjasama dengan Puslit Gula Jengkol PTPN
XI di Kediri dan pelatihan operator Alsintan yang dikerjasamakan
dengan PG. Bunga Mayang PTPN VII. Adapun narasumber yang
memberikan materi pelatihan adalah praktisi di bidang budidaya
dan mekanisasi lahan tebu, Dinas Perkebunan Kabupaten dan
Provinsi serta praktisi tebu dari Pabrik Gula.
4. Analisa Tanah Lengkap Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen
padatan, cair dan udara. Ketiga komponen pembentuk tanah tersebut berinteraksi dan selalu berubah mengikuti perubahan di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh radiasi matahari, air
dan udara. Akibatnya tanah tidak pernah berada dalam kondisi seimbang, selalu berubah dalam ruang dan waktu.
Perubahan yang selalu terjadi dalam tanah dapat dinilai keadaanya dengan suatu metode tertentu. Dalam arti mengkuantifikasi sifat-sifat tanah untuk memudahkan karakterisasi dan penilaian sifat-
sifat tanah. Sampai saat ini, metode yang paling sering digunakan untuk mengkuantifikasi sifat-sifat tanah adalah uji tanah, baik
untuk sifat fisik, kimia maupun biologi tanah. Uji tanah adalah cara penentuan status unsur hara di dalam tanah dan sifat fisik tanah secara cepat dan akurat serta dapat diulang
dengan analisis sifat fisik dan kimia tanah. Hasil uji tanah dapat digunakan sebagai dasar rekomendasi pemupukan maupun
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 20
reklamasi lahan secara efisien, rasional dan menguntungkan. Uji tanah untuk menilai kualitas tanah diwakili oleh sebongkah contoh
tanah utuh atau sekantong contoh tanah komposit. Oleh karena itu, pengambilan contoh tanah di lapang merupakan tahapan penting dalam penetapan sifat fisik dan kimia tanah di laboratorium.
Analisis tanah atau pengujian tanah adalah aktivitas menganalisa sampel tanah untuk mengetahui kondisi dan karakteristik tanah,
seperti nutrien, kontaminasi, komposisi, keasaman, dan sebagainya. Analisis tanah menentukan tingkat kecocokan tanah terhadap aktivitas pertanian dan jenis tanaman yang ditanam.
5. Penerapan Varietas Tebu Adaptif
Penerapan vareitas tebu adaptif ini sangat penting dan perlu
dilakukan, karena setiap varietas mempunyai karakteristik genetic
yang berbeda. Masing-masing varietas pada kondisi lingkungan
terbatas, umumnya menunjukkan respon yang berbeda. Dengan
diketahuinya keunggulan dan toleransi masing-masing varietas
pada kondisi lingkungan terbatas, maka penempatan varietas pada
tipologi wiayah tumbuh yang sesuai dapat memberikan kontribusi
hasil potensi rendemen yang terbaik.
Kegiatan penerapan varietas tebu adaptif di wilayah pengembangan
baru/kegiatan lanjutan didampingi oleh Tenaga Ahli dari Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GIPasuruan) atau Balai
Penelitian Tanaman Serat dan Pemanis (Balittas Malang).
Pelaksanaan penerapan vaietas tebu adaptif ini dilakukan dengan
metode uji adaptasi varietas yang menggunakan Rancangan Acak
Kelompok dengan 3 kali ulangan. Jumlah varietas yang digunakan
minimal 8 varietas komersial yang sudah menjadi benih bina atau
benih unggul local. Setiap perlakuan dalam satu ulangan terdiri dari
10-12 juring dengan panjang juring 10 – 20 m dan PKP 110 – 130
cm.
Dalam pelaksanaan uji adaptif ini dilaksanakan mulai dari
penyiapan laha, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan
sampai dengan panen. Selama pelaksanaan uji adaptif ini dilakukan
pengamatan atas pertumbuhan tanaman tebu. Pengamatan
dilakukan dengan menentukan tanaman contoh setiap juring
dengan satuan contoh satu meter panjang juring untuk setiap plot.
6. Mapping Ketersediaan Sumber Air
Kecukupan air dan diberikan pada waktu yang tepat menjadi faktor
kunci dalam budidaya tanaman tebu. Secara total kebutuhan air selama satu musim tanam ± 1.200 mm dapat dipenuhi dari curah
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 21
hujan selama satu tahun mencapai 1.500 – 2.000 mm. Secara genetis tanaman tebu (C4) senatiasa membutuhkan air tetapi tidak
mau tergenang air (an aerob) sehingga secara morfologis membutuhkan waktu yang tepat (masa tanam) dalam petumbuhan yang ideal. Artinya pertumbuhan tanaman tebu akan optimal
apabila musim tanam bulan Mei, Juni dan Juli yang pada kurun waktu tersebut air sangat terbatas.
Mapping penyediaan sumber air untuk pengembangan tebu
merupakan suatu upaya untuk mencari potensi sumber air untuk
tanaman tebu yang dilaksanakan dengan cara melakukan survey
lapangan atas ketersediaan sumber air baik sumber air permukaan
maupun sumber air tanah dangkal dan sumber air tanah dalam.
Mapping penyediaan sumber air ini dilakukan pada wilayah sentra
pengembangan tebu dilahan tegalan sulit pengairan. Metode yang
digunakan adalah berupa survey geolistrik dan overlay peta
hidrologi pada lokasi pengembangan tebu. Hasil dari mapping
penyediaan sumber air ini akan dijadikan sebagai dasar
perencanaan tahun berikutnya dalam kegiatan penyediaan sumber
air untuk pengembangan tebu.
Dari hasil monitoring dan evaluasi kegiatan tersebut terealisasi
anggaran sebagai berikut :
Secara umum permasalahan yang didapi dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2017 adalah sebagai berikut :
Fisik
(Ha)Keuangan (Rp) Fisik
Keuangan
(Rp)
2,250 55,357,585,375 2,150 48,904,156,025 95.56 88.342285
1 5888.05 Rawat ratoon 2,250 7,631,250,000 2,150 5,881,077,600 95.56 77.07
2 Mapping Ketersediaan Air 5 Pkt 2,243,105,000 4 1,464,253,400 65.28
3 Analisa Tanah Lengkap oleh
Lembaga Pendidikan Tinggi
1 Pkt 183,000,000 144,000,000 - 78.69
1 Lampung 1 Pkt 183,000,000 144,000,000 - 78.69 -
4 Bimbingan Teknis Alsintan 1 Pkt 106,750,000 106,750,000 100.00 100.00
1 Lampung 1 Pkt 106,750,000 106,750,000 100.00 100.00
5 Bimbingan teknis petani tebu dan
petugas teknis dalam rangka
pengembangan tebu sistem
regrouping
1 Keg 331,600,000 309,547,200 100.00 93.35
1 Lampung 1 Keg 331,600,000 309,547,200 100.00 93.35
6 Alat dan Mesin Pertanian 41 41,026,880,375 41 37,304,628,125.00 100 90.93
Grab Loader
7 Traktor 100 Hp 3 unit 2,460,000,000 3 2,395,789,000 100 97.39
1 Lampung 3 unit 2,460,000,000 3 2,395,789,000 100 97.39
8 5888.004 Penerapan Varietas Tebu Adapatif di
Wilayah Pengembangan Baru
4 PKT 1,375,000,000 4 1,298,110,700 100 94.41
KetRealisasi Persentase (%)
NO KODE KEGIATAN PROVINSI KABUPATEN VOLUME ANGGARAN (Rp)
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 22
- Keterlambatan proses lelang penyediaan pupuk organik, pupuk majemuk dan bantuan peralatan yang berakibat pada terlambatnya
proses rawat ratoon dan pemupukan,
- Anomali iklim dimana pada awal musim tanam pola I sampai dengan awal pola II curah hujan masih tinggi yang berakibat pada
terlambatnya proses tebang sampai penanaman,
- Petani belum sepenuhnya menerapkan penataan varietas, sehingga masih banyak ditemukan di lapangan varietas dengan tipe
kemasakan awal ditanam di pola tanam I,
- Kurangnya sosialisasi, pengawasan dan pengawalan yang dilaksanakan oleh Tim Teknis Provinsi maupun Kabupaten dalam
pelaksanaan kegiatan, sehingga masih adanya peruban CP/CL dan adanya petani yang mundur dari pelaksanaan kegiatan rawat ratoon
yang berakibat tidak tercapainya target luas areal rawat ratoon.
B. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan Tanaman Serat
dan Atsiri Tahun 2017.
Pada Tahun 2017 kegiatan pengembangan tanaman kapas yang didanai
melalui alokasi APBN yaitu hanya berupa kegiatan dukungan yang berupa
Pemberdayaan Pekebun dan Penguatan Kelembagaan Tanaman Kapas yang
dilaksanakan di 6 Provinsi 14 Kabupaten dan kegiatan ini sebagian besar
terealisasi hanya di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali yang tidak dapat
melaksanakan karena terkena bencana gunung Agung. Dan untuk Provinsi
NTT Kabupaten Timor Tengah Selatan di alokasikan seluas 13 Hektar terkait
dengan Program Pengembangan Industri Tenun Lokal antara Kementerian
Pertanian, Kementerian Perindustrian, dan Pemerintah Daerah Timor Tengah
Selatan.
Alokasi pengembangan tanaman kapas yang dialokasikan melalui APBNP
Tahun 2017 yaitu di 3 Provinsi 9 Kabupaten dan semua pengembangan kapas
dapat terlaksana hingga 100% sesuai dengan target yaitu 2.450 Ha. Wilayah
pengembangan ini merupakan wilayah yang penanamannya di akhir tahun
yaitu bulan (November –Desember) sehingga dapat terlaksana sesuai jadwal
penanaman. Benih yang digunakan untuk penanaman kapas diperoleh dari
PT. Sulawesi Cotton Industri (SCI) karena hanya PT SCI yang memiliki benih
cukup untuk pengembangan kapas akhir tahun 2017.
Untuk penanaman nilam Pada Tahun 2017 yang didanai melalui alokasi APBN
yaitu hanya berupa kegiatan dukungan yang berupa Pemberdayaan Pekebun
dan Penguatan kelembagaan Tanaman Nilam yang dilaksanakan di 9 Provinsi
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 23
15 Kabupaten dan kegiatan ini sebagian besar terealisasi hanya di Kabupaten
Semarang dan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah yang tidak dapat
melaksanakan karena terkendala akibat perubahan struktur Organisasi di
Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan. Selain itu pula kegiatan lain
yang dianggarkan dalam APBN Tahun 2017 yaitu kegiatan Fasilitasi Temu
Pelaku Usaha Nilam yang dilaksanakan di 10 Provinsi kegiatan ini sebagian
besar terealisasi hanya di Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Jawa Tengah, dan
Provinsi Jawa Timur yang tidak dapat melaksanakan karena terkendala waktu
pelaksanaan yang bersamaan dengan kegiatan APBNP sehingga Dinas
Provinsi yang mebidangi perkebunan fokus dalam kegiatan pengembangan
APBNP tahun 2017. Untuk alokasi di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten
kegiatan ini terlaksana seluas 3 Ha dengan sumber benih berasal dari Balitro
Bogor.
Alokasi penanaman nilam yang dialokasikan melalui APBNP Tahun 2017 yaitu
di 7 Provinsi 17 Kabupaten. Dari total luas penanaman 200 Ha hanya terealisasi
165 Ha, hal ini disebabkan karena di 2 Provinsi yaitu Provinsi Jawa Timur, dan
Provinsi Bali tidak dapat dilaksanakan karena lokasi penanaman nilam terkena
bencana gunung agung maka kegiatan penanaman tidak dapat dilaksanakan
dan Provinsi Jawa Timur tidak dapat melaksanakan karena alokasi benih yang
semula berasal dari Kebun Benih Sebar yang dikembangkan oleh penangkar
benih di Kabupaten Pacitan mengalami Bencana Kebanjiran sehingga untuk
penanaman nilam tidak dapat dilaksanakan.
C. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan Budidaya Tanaman Lada, Pala
dan Cengkeh
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan Budidaya Tanaman Lada, Pala
dan Cengkeh Tahun 2016 merupakan kegiatan yang dilaksanakan di provinsi
wilayah pengembangan tanaman lada, pala dan cengkeh. Tujuan dari kegiatan
ini adalah untuk memonitoring kegiatan budidaya yang telah dilaksanakan di
daerah. Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan budidaya sangat
diperlukan, karena dalam proses pembangunan perkebunan, petani
merupakan sumberdaya perkebunan yang berperan sebagai pelaku utama
dalam mengembangkan usahataninya.
Kegiatan monitoring dan evaluasi budidaya tanaman lada, pala dan cengkeh
Tahun 2016 terdiri dari beberapa kegiatan yaitu: 1). Pembinaan, Pengendalian,
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 24
Pengawalan dan Pendampingan Budidaya Tanaman Lada, 2). Pembinaan,
Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan Budidaya Tanaman Pala, 3).
Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan Budidaya
Tanaman Cengkeh.
Kegiatan monitoring dan evaluasi budidaya tanaman lada dilakukan dengan
metode kunjungan langsung ke daerah, melalui surat/faximili dan komunikasi
melalui telepon di 4 provinsi yaitu provinsi Lampung, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur dan Bangka Belitung. Materi yang disampaikan dalam
pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan budidaya di
masing-masing provinsi berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan
dari masing-masing provinsi, yaitu sesuai hasil need assessment yang dilakukan
oleh provinsi tersebut. Diharapkan setelah dilaksanakan pembinaan,
pengendalian, pengawalan dan pendampingan budidaya dapat meningkatkan
kemampuan dan mempunyai dampak terhadap peningkatan produksi serta
produktivitas lada. Kegiatan pembinaan, pengendalian, pengawalan dan
pendampingan lada pada Tahun 2016 mendapatkan alokasi anggaran sebesar
Rp.988.500.000,-, dengan realisasi keuangan sebesar Rp.921.476.756,- atau
93,32%, dengan realisasi fisik sebanyak 13 paket dari target 13 paket, meliputi
kegiatan di 4 provinsi (95,00%).
Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi budidaya tanaman pala
dilaksanakan di 5 provinsi, yang terdiri dari Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat. Dari hasil monitoring dan evaluasi
budidaya tanaman pala dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pembinaan,
pengendalian, pengawalan dan pendampingan budidaya tanaman pala dapat
meningkatkan kemampuan petani dalam mengelola usahataninya. Kegiatan
pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan budidaya
tanaman pala pada Tahun 2016, mendapatkan alokasi anggaran sebesar
Rp.940.548.000,-, realisasi sebesar Rp.684.222.000,- atau 72,75%, dengan
realisasi fisik sebanyak 11 paket dari target 12 paket, meliputi kegiatan di 5
provinsi (85,00%).
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 25
Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi budidaya tanaman cengkeh
telah selesai dilaksanakan di 6 provinsi, yaitu provinsi Jawa Barat, Jawa Timur,
Aceh, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara. Dari hasil
monitoring dan evaluasi budidaya tanaman cengkeh dapat disimpulkan
bahwa dengan adanya pembinaan, pengendalian, pengawalan dan
pendampingan penerapan Good Agricultural Practices (GAP) sesuai baku
teknis budidaya cengkeh yang dilakukan di masing-masing wilayah
pengembangan cengkeh, dapat meningkatkan produksi, produktivitas dan
mutu cengkeh yang dihasilkan. Kegiatan pembinaan, pengendalian,
pengawalan dan pendampingan budidaya cengkeh pada Tahun 2016,
mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp.1.420.786.000,-, realisasi sebesar
Rp.1.065.055.920,- atau 74,96 %, dengan realisasi fisik sebanyak 16 paket dari
target 16 paket, meliputi kegiatan di 6 provinsi (80,00%).
Dari kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan budidaya tanaman lada,
pala dan cengkeh Tahun 2016 yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan: 1).
Kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan budidaya tanaman
lada, pala dan cengkeh merupakan bagian dari kegiatan pengembangan
tanaman rempah berkelanjutan yang menjadi program Direktorat Tanaman
Semusim dan Rempah; 2). Pada pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi
kegiatan budidaya tanaman lada, pala dan cengkeh Tahun 2016 dilakukan
untuk mendapatkan informasi data yang akurat dalam peningkatan kegiatan
budidaya tanaman lada, pala dan cengkeh di daerah; 3). Perlu dilakukan
perhatian khusus pada : a). Kegiatan koordinasi antara Tim Teknis
Provinsi/Kabupaten dan Kelompok Tani, serta Lembaga Ekonomi yang
menaungi petani seperti Koperasi Tani, dan Pengolah Hasil; b). Kemudahan
petani dalam mengakses pembiayaan dari lembaga keuangan seperti bank,
koperasi dan pembiayaan dari lembaga lainnya yang terintegrasi dengan
program pemerintah, seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan tingkat suku
bunga yang tidak memberatkan petani dalam melaksanakan kegiatan
usahataninya; c). Dalam melakukan CP/CL harus sesuai ketentuan yang ada,
maka perlu dilakukan evaluasi yang ketat dalam melakukan identifikasi
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 26
CP/CL pada tahun berikutnya; d). Tim Teknis provinsi/kabupaten/kota harus
lebih ketat dan aktif dalam mengawal kegiatan rehabilitasi, intensifikasi dan
perluasan, terutama pada saat penyaluran benih, pupuk, serta alat pertanian
kecil (APK) kepada kelompok sasaran/penerima manfaat; e). Perlu adanya
pendataan pengembangan rempah untuk komoditas lada, pala dan cengkeh
terkait luas areal, produksi, produktivitas, dan kelembagaan dalam suatu
database yang terintegrasi antara pusat dan daerah, sebagai bahan penyusunan
kebijakan Subdit Lada, Pala dan Cengkeh, serta kebijakan Direktorat Tanaman
Semusim dan Rempah pada tahun yang akan datang, sekaligus sebagai media
informasi bagi stakeholder dalam memperoleh data lada, pala dan cengkeh; 4).
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah sinergitas antara petugas teknis dan
administrasi daerah dan pusat dalam mengawal percepatan pengadaan
barang/jasa untuk diserahkan ke petani dan/atau pemerintah daerah,
sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan budidaya di
lapangan, di damping itu target produksi dan produktivitas dapat tercapai
sesuai tujuan, waktu, program/kegiatan yang telah ditetapkan secara
berkelanjutan; 5). Perubahan nomenklatur dan reorganisasi di Tahun 2016,
baik di pusat, maupun di beberapa daerah (setelah Pemilu Kepala
Daerah/Pilkada) mempengaruhi ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan dan
pengadaan barang/jasa (benih dan sarana produksi/saprodi) untuk
diserahkan ke petani/pemerintah daerah.
Dari penjelasan pelaksanaan kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan
tersebut, disarankan sebagai kebijakan di tahun mendatang, yaitu: 1).
Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan budidaya tanaman lada, pala dan
cengkeh sangat diperlukan karena dalam proses pembangunan perkebunan,
petani merupakan sumberdaya perkebunan yang berperan sebagai pelaku
utama dalam mengembangkan usahataninya; 2). Perlunya monitoring dan
evaluasi budidaya tanaman lada, pala dan cengkeh secara periodik di daerah,
terutama dinas provinsi/kabupaten/kota yang membidangi perkebunan; 3).
Perlunya pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan bagi
kelompok tani/gapoktan tanaman lada, pala dan cengkeh oleh Direktorat
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 27
Tanaman Semusim dan Rempah Cq. Sub Direktorat Tanaman Lada, Pala dan
Cengkeh untuk ketiga komoditas rempah strategis tersebut. Perlunya
pembinaan, pemberdayaan, pelatihan bagi kelompok tani/gapoktan tanaman
lada, pala dan cengkeh terkait teknis budidaya yang baik (Good Agricultural
Practices/GAP), dan penguatan kelembagaan oleh Pemerintah Daerah,
bersinergi dengan Pemerintah Pusat Cq. Subdit Tanaman Lada, Pala dan
Cengkeh Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah. Hal tersebut bertujuan
agar petani, kelompok tani/gapoktan lebih mandiri secara ekonomi, baik
melalui lembaga ekonomi seperti koperasi, koperasi simpan pinjam, maupun
lembaga ekonomi lainnya yang dibentuk petani secara swadaya, misalnya
Lembaga Ekonomi Mandiri (LEM) yang berhasil dijalankan di Provinsi
Sulawesi Tenggara.
D. Monioring dan Evaluasi Geografis (IG) Tanaman Rempah
Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah tahun anggaran 2016 ini terdapat
kegiatan monitoring dan evaluasi Indikasi Geografis (IG) tanaman rempah
(lada, pala dan cengkeh).
Tujuan kegiatan adalah melakukan sosialisasi, penyamaan persepsi, serta
pemahaman mengenai kegiatan indikasi geografis tanaman lada, pala dan
cengkeh, melakukan pengawalan, koordinasi dan pembinaan kegiatan indikasi
geografis tanaman lada, pala dan cengkeh dan melakukan pengumpulan data
dan informasi mengenai indikasi geografis tanaman lada, pala dan cengkeh.
Sasaran kegiatan adalah terfasilitasinya pelaksaanaan kegiatan indikasi
geografis tanaman lada, pala dan cengkeh dan tersedianya data potensi
indikasi geografis tanaman lada, pala dan cengkeh.
Cakupan kegiatan meliputi rapat persiapan, rapat penyusunan bahan, rapat
pengolahan, penyusunan dan pembahasan laporan, pelaksanaan pembinaan,
pengawalan, sosialisasi, Monev, Konsultasi & Koordinasi Indikasi Geografis
Tanaman Lada, pala dan cengkeh, pengolahan data dan informasi dan
penyusunan laporan. Biaya kegiatan dibebankan pada Satker Direktorat
Jenderal Perkebunan Tahun Anggaran 2016.
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 28
Realisasi keuangan dan fisik pelakasanaan kegiatan sebagai berikut :
- Realisasi Keuangan
Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah tahun anggaran 2016 ini
mendapat alokasi anggaran untuk kegiatan monitoring dan evaluasi
indikasi geografis tanaman rempah sebesar Rp.173.350.000, namun
dengan adanya beberapa kali revisi penghematan anggaran (blokir), pada
revisi ke 8 menjadi sebesar Rp. 121.200.000 dan pada revisi ke 9 anggaran
menjadi sebesar Rp. 75.550.000 atau 43,58% dari anggaran awal,
keseluruhan dana yang di blokir sebesar Rp. 97.800.000 atau 56,42% dari
total anggaran awal.
Kegiatan monitoring dan evaluasi indikasi geografis tanaman rempah
terdiri dari :
• Belanja bahan sebesar Rp. 8.550.000 pagu setalah blokir sebesar Rp.
750.000, rincian kegiatan yaitu rapat persiapan, koordinasi, dll sebesar
Rp.2.500.000 (blokir), rapat pengolahan dan penyusunan draft laporan
kegiatan sebesar Rp.2.250.00 (blokir), rapat pembahasan draft dan
finalisasi sebesar Rp. 3.750.000 (blokir) dan penggandaan laporan
sebesar Rp. 750.000.
• Belanja Jasa Profesi sebesar Rp. 11.100.000 dengan rincian honor nara
sumber sebesar Rp.9.000.000 (blokir) dan honor moderator Rp.
2.100.000 (blokir).
• Belanja Perjalanan Biasa, anggaran ini untuk biaya pembinaan,
pengawalan, sosialisasi, monev, konsultasi dan koordinasi indikasi
geografis. Pada awalnya nggaran ini sebesar Rp. 143.000.000, namun
termasuk anggaran yang mendapat blokir, pagu sesudah blokir pada
revisi terakhir menjadi sebesar Rp. 74.800.000.
Realisasi keuangan sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 dari pagu
sesudah blokir sebesar Rp. 75.550.000 adalah sebesar Rp. 71.490.348
(94,63%) atau 58,99% dari pagu awal sedangkan realissai fisik 96%.
Realisasi anggaran tersebut dari anggaran kegiatan belanja perjalanan
dalam rangka pembinaan, pengawalan, sosialisasi, monev, konsultasi dan
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 29
koordinasi indikasi geografis dari total anggaran pagu sesudah blokir
sebesar Rp. 74.800.000 terealisasi sebesar Rp. 70.742.748 (94,58%).
- Realisasi Fisik
• Rapat persiapan, penyusunan bahan, pengolahan, penyusunan dan
pembahasan laporan dilaksanakan secara intern di Ruang Subdit Lada
Pala dan Cengkeh. Anggaran kegiatan tersebut termasuk yang di
blokir. Form hasil penyusunan bahan monev Indikasi Geografis seperti
pada Lampiran.
• Pembinaan, pengawalan, sosialisasi, monev, konsultasi dan koordinasi
indikasi geografis tanaman rempah antara lain dilaksanakan pada
daerah yang telah mendapatkan sertifikat Indikasi Geogarfis, sedang
proses dan daerah potensial indikasi geografis antaralain adalah 1)
monitoring, evaluasi Indikasi Geografis (IG) Munthok White Pepper
Bangka Belitung Di Provinsi Bangka Belitung. 2) monitoring, evaluasi
Indikasi Geografis (IG) Lada Hitam di Provinsi Lampung. 3) Sosialisasi
dan Koordinasi Indikasi Geografis (IG) Lada di Provinsi Kalimantan
Barat. 4) pembinaan, monitoring, evaluasi Indikasi Geografis (IG) Pala
Siau di Provinsi Sulawesi Utara. 5) Pembinaan, monitoring, evaluasi
Indikasi Geografis (IG) Pala Kepulauan Banda di Provinsi Maluku, 6)
Pembinaan, Monitoring, Evaluasi Indikasi Geografis (IG) Kayu Manis
Koerintji di Provinsi Jambi.6) Pembinaan, Monitoring, Evaluasi Indikasi
Geografis (IG) Pala Fak Fak di Provinsi Papua Barat.
Permasalahan yang dijumpai dalam pelaksanaan kegiatan monitoring dan
evaluasi kegiatan indikasi geografis tanaman rempah terdapat beberapa
permasalahan antaralain adanya pagu blokir. Dari hasil monitoring dan
evaluasi ke beberapa daerah dijumpai beberapa permasalahan dalam
pelaksanaan indikasi geografis. Antaralain untuk daerah yang telah
mendapatkan sertifikat indikasi geografis, masih sangat kurang penerapan
proses budidaya, panen, pasca panen dan pemasaran produk yang sesuai
SOP yang telah disusun oleh Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 30
(MPIG) dalam buku persyaratan. Saat ini baru beberapa daerah saja yang
telah merasakan dampak dari sertifikat tersebut. Hal tersebut antaralaen
disebabkan belum berjalannya rangkaian agribisnis produk komoditi
rempah tersebut dan masih kurangnya bimbingan/pembinaan dari intansi
teknis.
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 31
IX. FASILITASI PELAKSANAAN LOMBA PETANI/ KELOMPOK USAHA YANG BERPRESTASI
Keberhasilan pembangunan perkebunan tidak terlepas dari faktor
pelaku/pelaksana program pembangunan perkebunan yang dalam hal ini
utamanya adalah peran masyarakat petani/kelompok tani. Salah satu upaya
untuk mendorong keberhasilan pembangunan perkebunan tersebut, aspek
pemberdayaan petani menjadi salah satu faktor yang penting yang perlu terus
diupayakan. Peningkatan kemampuan petani/masyarakat dapat ditempuh
dengan peningkatan peran serta petani dan kelembagaannya, yaitu degan
memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki untuk mengatasi berbagai masalah
dan tantangan yang dihadapi serta membangun dirinya agar memiliki
kemampuan mengelola usahataninya.
Sejalan dengan hal tersebut dalam rangka.mendorong motivasi para pelaku
usahatani perkebunan, pemerintah memfasilitasi kegiatan lomba dalam
bentuk pemberian penghargaan kepada Petani/ Kelompok Usaha
Perkebunan yang Berprestasi, yang memiliki komitmen tinggi terhadap upaya
peningkatan produksi dan produktivitas perkebunan.
Pelaksanaan Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara dan Lomba
Petani/Kelompok Usaha yang Berprestasi Tahun 2016 lingkup Direktorat
Jenderal Perkebunan dengan kategori : (1) Pelayanan Ketahanan Pangan dan
(2) Pelaku Pembangunan Ketahanan Pangan merupakan salah satu upaya
yang bertujuan menumbuhkan dan mendorong semangat, kreativitas serta
partisipasi masyarakat (petani/kelompok tani) dan memberikan motivasi
kepada aparatur pemerintah untuk memacu daerah mengambil peran lebih
besar dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan
dan ketahanan pangan di daerah dan meningkatkan produktivitas hasil
perkebunan. Dalam mewujudkan tujuan tersebut, sasaran yang akan dicapai
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 32
adalah masyarakat, perorangan, petani/kelompok tani, kelembagaan petani
dan aparatur pemerintah di bidang tanaman perkebunan.
Kegiatan Fasilitasi Pelaksanaan Lomba Petani/Kelompok Usaha yang
Berprestasi yang dibebankan pada POK Direktorat Tanaman Semusim dan
Rempah Tahun Anggaran 2016 (018.05.08.5888.004.065.A) dengan target
anggaran sebesar Rp. 231.200.000,- telah direalisasikan sebesar Rp.
230.349.100,- atau 99,63 %, dengan realisasi fisik mencapai 100%.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, melalui fasilitasi pelaksanaan lomba
petani/kelompok usaha yang berprestasi tahun 2016, dilaksanakan identifikasi
kelembagaan petani diharapkan dapat diperoleh kondisi/potret riil dari
lembaga yang ada untuk digunakan memfasilitasi tumbuh dan
berkembangnya motivasi kelompok tani dan aparatur pelayanan, sehingga
dapat bekerja lebih giat untuk meningkatkan produksi dan produktivitas
tanaman perkebunan. Dengan meningkatnya peran serta pelaku, diharapkan
dapat tercipta suatu lembaga kelompok tani yang dapat mengadopsi inovasi
teknologi pertanian/perkebunan dan mampu melakukan akses ke sumber
teknologi informasi pasar dan permodalan untuk pengembangan usaha
perkebunan.
Pemberian penghargaan petani/kelompok usaha yang berprestasi diberikan
kepada 12 (dua belas) petani/kelompok tani perkebunan yang berprestasi,
mewakili daerahnya masing – masing dan telah diikut sertakan dalam
beberapa kegiatan pemberian penghargaan yaitu : (1). Penghargaan Adhikarya
Pangan Nusantara (APN) di Istana Presiden, tanggal 30 November 2016; (2).
Penghargaan petani di Hari Pangan Sedunia (HPS) di Boyolali, tanggal 28 – 30
Oktober 2016; dan (3). Penghargaan Lomba Petani/Kelompok Usaha
Berprestasi Bidang Perkebunan dilaksanakan di Medan pada tanggal 10
Desember 2016.
Pelaksanaan kegiatan fasilitasi pelaksanaan lomba petani/kelompok usaha
yang berprestasi Tahun 2016 telah terlaksana dengan baik, penghargaan
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 33
diberikan kepada 12 (dua belas) Kelompok Tani/Kelompok Usaha Perkebunan
Berprestasi berasal dari 8 (delapan) Provinsi, yaitu : Provinsi D.I. Yogyakarta,
Prov. Jawa Barat, Prov. Jawa Tengah, Prov. Jambi, Prov. Sumatera Selatan,
Provinsi Sumatera Barat, Prov. Sumatera Utara dan Prov. Gorontalo, yang
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor :
14581/Kpts/KU.060/11/2016 tentang Penetapan Petani Penerima
Penghargaan dan Besarnya Hadiah Penerima Penghargaan Pada Pelaksanaan
Lomba Petani Perkebunan/Kelompok Usaha Yang Berprestasi Tahun 2016,
tanggal 21 November 2016. Pada acara puncak Hari Perkebunan sekaligus
pemberian penghargaan petani perkebunan berprestasi dan peresmian
Musium Perkebunan, dibuka oleh Gubernur Sumatera Utara dan Direktur
Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian; bertempat di Balai PPKS,
Medan, Sumatera Utara, pada tanggal 10 Desember 2016.
Dari penjelasan diatas disimpulkan : (1) Pedoman umum dan standar penilaian
untuk pelaksanaan lomba petani di lapangan telah disosialisasikan lebih dulu
kepada dinas provinsi/kabupaten/kota yang membidangi Perkebunan,
kemudian semua provinsi yang telah dialokasikan dana APBN untuk kegiatan
lomba dapat mengusulkan calon petani penerima penghargaan ke Direktorat
Jenderal Perkebunan dan tidak terjadi keterlambatan informasi dan
pemberkasan adminsitrasi; (2). Pedoman Umum Penghargaan Adhikarya
Pangan Nusantara (APN) yang diterbitkan oleh Badan Ketahanan Pangan
dapat disampaikan lebih awal ke masing-masing Eselon I Kementerian
Pertanian agar dapat ditindaklanjuti dengan pembuatan Petunjuk Teknis
Pelaksanaan (Juknis) oleh masing-masing Eselon I untuk disampaikan ke
daerah, sehingga tidak terjadi keterlambatan informasi; (3) Perencanaan
Kegiatan Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) yang dikoordinir
oleh Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Penghargaan Hari
Pangan Sedunia (HPS) dikoordinir oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pertanian dan Penghargaan Lomba Petani/Kelompok Usaha
Perkebunan yang Berprestasi yang dilaksanakan Ditjen Perkebunan perlu
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 34
adanya koordinasi secara rinci agar tidak terjadi tumpang tindih jadwal
pelaksanaan kegiatan; (4) Agar lebih ditingkatkan jumlah penerima
penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara dan Ketahanan Pangan Eselon I ;
(5) Agar kegiatan lomba ini diperuntukan bagi petani/kelompok tani semua
komoditi perkebunan.
Untuk itu melalui fasilitasi kegiatan lomba yang diawali dengan identifikasi
kelembagaan petani diharapkan dapat diperoleh kondisi/potret riil dari
kelembagaan yang ada untuk digunakan memfasilitasi tumbuh dan
berkembangnya motivasi kelompok tani dan aparatur pelayanan, sehingga
dapat bekerja lebih giat untuk meningkatkan produktivitas dan produk
perkebunan. dengan meningkatnya peran serta pelaku, diharapkan dapat
tercipta suatu kelembagaan kelompok tani yang dapat mengadopsi inovasi
teknologi pertanian/perkebunan yang mampu mengakses sumber-sumber
teknologi informasi pasar serta permodalan untuk pengembangan usaha
perkebunan. Adapun alokasi anggaran untuk kegiatan Pemberian
Penghargaan Petani/Kelompok Tani Berprestasi tahun 2016 adalah sebagai
berikut :
Tabel . Alokasi Anggaran dan Kegiatan Penghargaan Petani/Kelompok Tani
Berprestasi Tahun 2016
No Propinsi Volume Jumlah (Rp.)
1. Jawa Barat 1 Keg 34,050,000
2. Jawa Tengah 1 Keg 37,725,000
3. DI Yogyakarta 1 Keg 36,770,000
4. Aceh 1 Keg 29,900,000
5. Sumatera Utara 1 Keg 38,000,000
6. Sumatera Barat 1 Keg 40,000,000
7. Jambi 1 Keg 36,400,000
8. Sumatera Selatan 1 Keg 40,000,000
9. Lampung 1 Keg 32,000,000
10. Sulawesi Selatan 1 Keg 35,800,000
11. Gorontalo 1 Keg 36,300,000
TOTAL 11 Keg 396,945,000
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 35
Dari seluruh usulan calon penerima penghargaan yang telah diterima
Direktur Jenderal Perkebunan kemudian dilakukan penilaian secara
berjenjang, yaitu dimulai dari penilaian tingkat kabupaten/kota sampai pusat.
Dalam hal ini tim kabupaten/kota melaksanakan penilaian terhadap
petani/kelompok tani yang berprestasi di bidang perkebunan di wilayahnya,
dilanjutkan dengan penetapan hasil tingkat kabupaten/kota oleh kepala
Dinas Kabupaten/kota yang membidangi perkebunan dan diusulkan ke
tingkat provinsi, kemudian dari tingkat provinsi mengusulkan ke Direktorat
Jenderal Perkebunan.
Penghargaan Petani/Kelompok Usaha Yang Berprestasi Bidang Perkebunan
hasil seleksi administrasi, verifikasi dan kunjungan ke lapangan diperoleh 12
(dua belas) petani penerima penghargaan Lomba Petani/Kelompok Usaha
Yang Berprestasi Bidang Perkebunan, berasal dari 8 (delapan) Provinsi, yaitu
: Provinsi D.I. Yogyakarta, Prov. Jawa Barat, Prov. Jawa Tengah, Prov. Jambi,
Prov. Sumatera Selatan, Provinsi Sumatera Barat, Prov. Sumatera Utara dan
Prov. Gorontalo, yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal
Perkebunan Nomor : 14581/Kpts/KU.060/11/2016 tentang Penetapan Petani
Penerima Penghargaan dan Besarnya Hadiah Penerima Penghargaan Pada
Pelaksanaan Lomba Petani Perkebunan/Kelompok Usaha Yang Berprestasi
Tahun 2016, tanggal 21 November 2016.
Penerima Penghargaan Lomba Petani/Kelompok Usaha yang Berprestasi
sebanyak 12 (dua belas) kelompok tani yang masing-masing diwakili oleh
ketua kelompoknya. Petani Pemenang Penghargaan Lomba Petani
Perkebunan/Kelompok Usaha Yang Berprestasi Tahun 2016, seperti tabel
dibawah ini :
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 36
Tabel : Daftar Pemenang Penghargaan Lomba Petani /Kelompok Tani
Berprestasi Tahun 2016
No Nama Petani Kelompok Tani Alamat
1. Sawali Purwo Sukoharjo Kab. Gunung Kidul, Prov. DI
Yogyakarta
2. Karno Maju Jaya Kab. Cirebon, Prov. Jabar
3. Sarwoto Maju Lestari Kab. Semarang, Prov. Jateng
4. Sutrisno Harapan Tani Kab. Langkat, Prov . Sumut
5. Tukiran Sari Tebu Kab. Kerinci, Prov. Jambi
6. Alfadrian Syah Gunung Talang Kab. Solok, Prov. Sumbar
7. Tamin Mahmud Wonggahu Kab. Boalemo, Prov.
Gorontalo
8. Sucipto Mekar Sari Kab. OKU Selatan, Prov.
Sumsel
9. Nurdin Nur Manis Manjaloe Kab. Jeneponto, Prov Sulsel
10. Gito Sudarno Rosan Lestari Kab. Sleman, Prov. DI.
Ygyakarta
11. Darsono Tani Mukti Kab. Subang, Prov. Jabar
12. Akhmad Sobirin Manggar Jaya Kab. Banyumas, Prov. Jateng
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 37
X. LAYANAN PERKANTORAN
Dukungan Layanan Perkantoran Tanaman Semusim dan Rempah tahun
2016 merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh Sub Bagian Tata Usaha
Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah. Tugas pokok dan fungsinya
memberikan pelayanan dalam rangka meningkatkan kinerja Tanaman
Semusim dan Rempah secara optimal dan memfasilitasi sarana kerja dan
kelengkapan administrasi perkantoran, serta memfasilitasi pertanggung
jawaban keuangan dalam Pelaksanaan Program dan Kegiatan Direktorat
Tanaman Semusim dan Rempah.
Jumlah pagu anggaran Sub Kegiatan Layanan Perkantoran Tanaman
Semusim dan Rempah sebesar Rp. 351.630.000,- telah direvisi
(pemblokiran) sebesar Rp. 126.120.000,- sehingga sampai dengan akhir
tahun anggaran menjadi Rp. 225.510.000,-
Administrasi Kegiatan merupakan kegiatan yang menunjang urusan
kepegawaian, rumah tangga, perlengkapan, surat menyurat serta
kearsipan. Alokasi anggaran untuk kegiatan tersebut semula
Rp.331.080.000,- menjadi Rp 219.480.000,- karena adanya pemblokiran
anggaran sebesar Rp 111.600.000,- yang terinci sebagai berikut ; a)
Belanja keperluan perkantoran sebesar Rp. 69.800.000,- b) Belanja
Pengiriman Surat Dinas Pos Pusat sebesar Rp. 4.500.000,- c) Belanja
Bahan sebesar Rp. 32.380.000,- d) Belanja Barang untuk persediaan
barang konsumsi (ATK) sebesar Rp. 28.800.000,- dan e) Belanja
Perjalanan Biasa (Perjalnan Pimpinan) sebesar Rp. 84.000.000,-
Operasional PPK Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah merupakan
kegiatan untuk mempersiapkan program, rencana kegiatan,
mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan persiapan pelaksanaan kegiatan
pengembangan tanaman semusim dan rempah diawal tahun sebelum
dilaksanakannya kegiatan lapangan, melakukan koordinasi evaluasi pelaksanaan
pengembangan tanaman semusim dan rempah menjelang akhir tahun yang
semula beranggaran Rp 20.550.000,- karena adanya pemblokiran sebesar Rp
14.520.000,- menjadi Rp 6.030.000,- dengan kegiatan sebagai berikut : a) Belanja
Bahan Rp. 2.550.000,- b) Belanja Perjalanan Biasa Rp. 3.480.000,-
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 38
Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah T.A. 2016 teralokasi
anggaran sebesar Rp. 5.456.528.000,- terjadi pemblokiran anggaran sebesar Rp.
854.145.000,- sisa setelah pemblokiran sebesar Rp. 4.605.583.000,- telah terealisasi
sebesar Rp. 4.498.692.939,- sehingga sisa anggaran yang tidak terealisir sebesar Rp.
106.890.061,- sehingga realisasi atau serapan anggaran sampai akhir tahun
mencapai 82,40%.
Dengan telah terbitnya Peraturan Pemerintah Nomo 46 Tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil, bahwa Sasaran Kerja Pegawai
disusun berdasarkan rencana kerja tahunan yang memuat tugas jabatan dan target
yang harus dicapai. Dalam rangka mendorong peningkatan kinerja pegawai yang
secara langsung akan berdampak pada penyerapan anggaran maka, Menteri
Pertanian telah menerbitkan Peraturan nomor 60/Permentan/KP.340/12/2016
tanggal 6 Desembner 2016 sebagai acuan untuk pegawai dan pejabat penilai
dalam melakukan penilaian kinerja pegawai.
Terlaksananya kegiatan Sub Kegiatan Layanan Perkantoran telah dilaksanakan
berdasarkan kaidah perkantoran dan telah sesuai dengan prosedur dan tata kerja
sehingga dapat berjalan dengan baik sesuai rencana kerja kegiatan dalam satu
tahun anggaran. Kelengkapan administrasi perkantoran untuk membantu
kelancaran aktivitas dan pertanggungjawaban keuangan telah dilaporkan sesuai
prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Dalam rangka meningkatkan dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi organisasi, Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah perlu dukungan
sumber daya manusia yang berkaulitas.
Jumlah Pegawai Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah sampai dengan bulan
Desember 2016 sebanyak 62 orang. Sub Kegiatan Layanan Perkantoran Tanaman
Semusim dengan anggaran sebesar Rp. 351.630.000,- (tiga ratus lima puluh satu juta
enam ratus tiga puluh ribu rupiah) meliputi kegiatan a) Administrasi Kegiatan, b)
Operasional PPK Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah, masing-masing
kegiatan dapat dirinci sebagai berikut :
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 39
1. Administrasi Kegiatan adalah merupakan kegiatan yang menunjang urusan
kepegawaian, rumah tangga, perlengkapan, surat menyurat serta kearsipan.
Alokasi anggaran untuk :
a. Belanja Keperluan Perkantoran sebesar Rp 75.800.000,-;
b. Belanja Pengiriman Surat Dinas Pos Pusat sebesar Rp 9.000.000,-;
c. Belanja Bahan sebesar Rp 40.080.000,-
d. Belanja Barang untuk persediaan Barang Konsumsi Rp 31.200.000,- dan
e. Belanja Perjalanan Biasa sebesar Rp 175.000.000,-.
2. Operasional PPK Direktorat Tanaman Semusim adalah merupakan kegiatan
untuk mempersiapkan program, rencana kegiatan, mengkoordinasikan dan
mensinkronisasikan persiapan pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman
semusim di awal tahun sebelum dilaksanakannya kegiatan lapangan, serta
melakukan koordinasi evaluasi pelaksanaan pengembangan tanaman
semusim menjelang akhir tahun dengan alokasi anggaran sebesar Rp
20.550.000,- yang terdiri dari :
a. Belanja Bahan sebesar Rp 2.550.000,-;
b. Belanja Perjalanan Biasa sebesar Rp 18.000.000,-.
Terlaksananya kegiatan Sub Kegiatan Layanan Perkantoran dilaksanakan
berdasarkan kaidah perkantoran Kementerian Pertanian dan telah sesuai pula
dengan prosedur dan tata kerja sehingga dapat berjalan dengan baik sesuai
rencana kerja dalam satu tahun anggaran.
Kelengkapan administrasi perkantoran untuk membantu kelancaran aktivitas dan
pertanggungjawaban keuangan telah dilaporkan sesuai prosedur dan ketentuan
yang berlaku.
Dalam rangka meningkatkan dan mengoptimalisasikan pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi organisasi Direktorat Tanaman Semusim perlu didukung sarana dan
prasarana kerja yang lebih baik dan memadai.
Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 40
XI. P E N U T U P
Laporan akhir kegiatan Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah Tahun 2017
sebagai salah satu output kegiatan yang merupakan penjabaran dari kegiatan yang
dilaksanakan oleh masing-masing Sub Direktorat sesuai tugas pokok dan
fungsinya dan didukung oleh anggaran DIPA Direktorat Tanaman Semusim dan
Rempah, Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Angaran 2017.
Laporan ini merupakan kegiatan pengumpulan bahan penyusunan kebijakan baik
sarana maupun prasarana produksi dalam rangka mendukung peningkatan
produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim dan rempah.
Dengan peningkatan sarana dan prasarana baik lahan, pupuk maupun alat dan
mesin pertanian diharapkan mampu menjadi dasar dan pendukung penyusunan
kebijakan dalam pengembangan tanaman semusim dan rempah dapat tercapai,
khususnya untuk produktivitas tebu dapat memenuhi kebutuhan Pabrik Gula
sehingga swasembada gula dapat terpenuhi. Disamping itu juga untuk dapat,
meningkakan produksi nilam, kapas dan tembakau, kebijakan sarana produksi
yang diambil pemerintah mampu di aplikasikan dan dimanfaatkan secara optimal
untuk kebutuhan bangsa dan negara serta kemakmuran masyarakat dalam
pengembangan tanaman semusim dan rempah.
-------------------ooOoo------------------