Download - PENGOLAHAN TEBU

Transcript
Page 1: PENGOLAHAN TEBU

PENGOLAHAN TEBU

PENGOLAHAN TEBU

Oleh; Anto Susanto

Disadur dari; Anonim, Perusahaan Gula Lampung

PENGIRIMAN DAN PENIMBANGAN TEBU

Tebu dari kebun dikirim ke pabrik menggunakan beberapa model angkutan :

trailer (tebu urai), truk bak dan truk loss bak (tebu ikat), melewati jembatan timbang

dengan sistem komputerisasi untuk pengambilan data berat kotor, nomor petak, lokasi,

jenis tebang, nama pelaksana tebang dan jam ditebang (kesegaran). Selanjutnya, truk dan

trailer yang telah dibongkar, meninggalkan pabrik melewati jembatan timbang keluar

untuk pengambilan data berat kendaraan kosong.

flowmeter

Page 2: PENGOLAHAN TEBU

PENGENDALIAN OPERASIONAL PERALATAN PABRIK

Pengendalian peralatan pabrik pada masing-masing stasiun melalui ruang pusat

kendali yang ditempatkan pada posisi paling leluasa bagi operator untuk memonitor

aktivitas dan berhubungan dengan petugas jaga peralatan di lapangan. Pada bagian

tertentu yang tidak memungkinkan bagi operator melihat langsung secara visual,

dilengkapi dengan kamera CCTV dari pusat ruang kendali. Sistem pengendalian

menggunakan programmable logic control (PLC) dipadukan dengan supervisory system

sebagai piranti kendali dan informasi data trending.

PENANGANAN TEBU

Berbagai peralatan bongkar (unloading) tebu dipasang menyesuaikan dengan

model angkutan yang ada, tebu yang diangkut menggunakan trailer dibongkar

menggunakan side unloader yang terpasang pada 2 unit gantry crane, selanjutnya

Hydraulic cane grab pada gantry crane bekerja menumpuk dan mengumpan pada cross

cane carrier.

Wheel loader disamping digunakan untuk membongkar dan menumpuk tebu loss

bak di pelataran juga dipergunakan sebagai sarana pengumpan dan perata pada main cane

carrier. Untuk meningkatkan kapasitas umpan langsung pada main cane carrier , tahun

2001 dipasang 1 unit cane feeder table yang dilengkapi dengan hydraulic cane lifter yang

dapat melayani tebu yang diangkut dengan trailer dan hydraulic truck tippler untuk

melayani truk bak ataupun truk loss bak.

PREPARASI TEBU

Sebelum tebu diperah pada unit gilingan, terlebih dahulu dilakukan preparasi

untuk membuka sel-sel tebu, tebu diumpankan kedalam 1st. main cane carrier dari cross

carrier #1, cross carrier #2 dan Feeder table diangkut menuju unit mesin pemotong

pertama (1st. cane cutter), kemudian dengan 2nd. elevating cane carrier menuju unit

pemotong tebu kedua (2nd. cane cutter), dan selanjutnya menggunakan unit heavy duty

Page 3: PENGOLAHAN TEBU

shredder hammer tebu dihancurkan. Tingkat open cell yang dicapai pada unit preparasi

ini 90.92%.

EKSTRAKSI NIRA

Enam unit gilingan jenis 4-roller disusun secara seri digunakan sebagai unit

ekstraksi nira, masing-masing unit gilingan digerakkan dengan tenaga turbin uap. Tingkat

ekstraksi sukrosa dari unit gilingan ini pada kisaran 95 - 96%. Nira mentah dari gilingan

dipompa menuju stasiun pemurnian setelah terlebih dahulu melewati sebuah magnetic

flow meter untuk memonitor dan merekam laju alirannya dalam satuan m3/jam,

kemudian ampas tebu yang disebut bagasse menuju stasiun pembangkit uap untuk

digunakan sebagai bahan bakar pada ketel uap (Boiler).

BOILER DAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

3 unit boiler dengan kapasitas terpasang masing-masing : No.1 = 120 ton/jam;

No.2 = 80 ton/jam; dan No.3 = 120 ton/jam dengan tekanan kerja masing masing

20kg/cm2G. Energi potensial uap yang dibangkitkan digunakan untuk menggerakkan 3

buah back pressure turbo-alternator yang masing masing mampu membangkitkan tenaga

listrik sebesar 5MW, juga digunakan untuk menggerakkan turbin uap penggerak unit

preparasi (cane cutter dan shredder) dan unit ekstraksi (gilingan). Pada masa tidak giling

(off-season) 1 unit boiler tetap beroperasi dan memanfaatkan bahan bakar (ampas tebu)

kelebihan dari masa giling untuk melayani kebutuhan uap penggerak turbine generator

dalam memenuhi kebutuhan listrik perumahan divisi I s/d divisi VI, perkantoran,

maintenance peralatan di pabrik dan pompa irigasi pertanian.

PEMURNIAN

Pemisahan kotoran dilakukan dalam bejana pengendap single tray SRI clarifier

( yang telah dimodifikasi menjadi perforated clarifier ) yang merupakan rangkaian

tahapan pengaturan suhu, pH, waktu dan penambahan bahan pembantu (susu kapur, gas

belerang dan flokulan). Tingkat kekeruhan (turbidity) nira yang dicapai pada level 70 -

100 derajat NTU. Endapan kotoran dari clarifier dicampur dengan bagacillo kemudian

Page 4: PENGOLAHAN TEBU

ditapis menggunakan 6 buah vacuum filter menghasilkan limbah padat berupa blotong

(filter cake) yang kemudian dikirim kembali ke kebun sebagai pupuk organik.

PENGUAPAN (EVAPORATION)

Proses pengentalan nira jernih dilaksanakan dengan bejana penguap (evaporator).

Guna meminimalisasikan kebutuhan uap, stasiun evaporator dirancang dengan konsep

maximum vapour bleed. Bejana (evaporator) disusun dengan sistem quintuple effect yang

terdiri dari sembilan buah bejana jenis Roberts. Uap dari badan pertama digunakan

sebagai media pemanas badan kedua, pan kristalisasi "A" dan bejana pemanas nira

tersulfitir. Uap dari badan dua digunakan untuk media pemanas pada pan kristalisasi "C".

Evaporator dibersihkan secara periodik setiap dua minggu sekali dengan cara kimiawi

selama 12 jam. Brix nira kental dijada pada level 52-55%.

KRISTALISASI

Kristal gula dibuat dalam Vacuum Pans melalui proses pembesaran kristal hingga

mencapai ukuran yang dikehendaki dengan cara memasukkan nira kental (syrup), gula

leburan, molasses kedalam pans pada kondisi temperatus dan vacuum yang terkendali.

Hasil resultan dari kristalisasi adalah berupa massecuite (campuran kristal gula dengan

molasses). Tingkatan masak (kristalisasi) dilaksanakan dengan sistem ABC. Kristalisasi

untuk "A" dan "B" Massecuite dikerjakan dengan menggunakan batch pan yang

dilengkapi dengan pengaduk, sedangkan untuk "C" massecuite dikerjakan dengan

continous pan. Nira kental, leburan gula "B" dan "C" sebagai bahan masakan "A"

massecuite. Bahan masakan "B" massecuite berasal dari "A" molasses dan nira kental.

Bahan masakan "C" massecuite berasal dari "B" molasses dan bibitnya menggunakan

"A" molasses.

PEMISAHAN KRISTAL GULA DAN MOLASSES

Bila satu siklus proses masak pembesaran kristal telah selesai, massecuite dari

vacuum pans kristalisasi dituangkan kedalam strike receiver sambil melanjutkan

pertumbuhannya. Kristal gula dipisahkan dari molasses menggunakan sebuah basket

Page 5: PENGOLAHAN TEBU

berlubang yang diputar sampai pada kecepatan tertentu sehingga molasses terlepas dari

kristal gula akibat gaya sentrifugal (centrifugals machine). Pemisahan "A" massecuite

menggunakan batch centrifugals menghasilkan kristal gula SHS (produk) dan "A"

moolasses. Pemisahan "B" massecuite menggunakan continuous centrifugals

menghasilkan gula "B" dan "B" molasses, pemisahan "C" massecuite menggunakan

continuous centrifugals menghasilkan gula "C" dan final molasses.

PENANGANAN DAN PENGEMASAN PRODUK

Setelah proses pemisahan kristal gula produk (SHS) dikondisikan melalui sebuah

unit fluidized bed vibrating cooler dengan maksud untuk menurunkan tingkat

kelembaban serta meningkatkan kualitas penyimpanan, kemudian dilakukan pemilahan

ukuran butiran menggunakan vibrating screen. Kristal gula kemudian ditampung dalam

sugar bin untuk selanjutnya dilakukan penimbangan dan pengemasan. Sensor pengirim

sinyal bobot pada timbangan digunakan jenis load cell. Untuk menjamin keakuratan berat

kristal dalam kemasan, mekanisme kerja mesin timbangan dan pengemasan bekerja

secara integral yang dikendalikan secara otomatis. Setiap informasi penyimpangan

terekam dan secara otomatis sistem memberi peringatan.

STANDARISASI KUALITAS DAN KEAMANAN PRODUK

Guna menjamin kualitas, keamanan dan kehalalan produk baik gula maupun final

molasses, telah diterapkan secara konsisten Quality & Management System yang

mengacu pada standarc HACCP (SNI 01-4582-1998) dan GMP STANDARD B2, telah

mendapatkan sertifikasi dari PDV the Netherland (Certifiate No. GMP'B2 0016),

HACCP (Certificate No. PSC 00015) dan sertifikat HALAL dari MUI (Halal

No.:02100005008608).

PENGIRIMAN DAN PENIMBANGAN TEBU

Tebu dari kebun dikirim ke pabrik menggunakan beberapa model angkutan :

trailer (tebu urai), truk bak dan truk loss bak (tebu ikat), melewati jembatan timbang

dengan sistem komputerisasi untuk pengambilan data berat kotor, nomor petak, lokasi,

jenis tebang, nama pelaksana tebang dan jam ditebang (kesegaran). Selanjutnya, truk dan

Page 6: PENGOLAHAN TEBU

trailer yang telah dibongkar, meninggalkan pabrik melewati jembatan timbang keluar

untuk pengambilan data berat kendaraan kosong.

PENGENDALIAN OPERASIONAL PERALATAN PABRIK

Pengendalian peralatan pabrik pada masing-masing stasiun melalui ruang pusat

kendali yang ditempatkan pada posisi paling leluasa bagi operator untuk memonitor

aktivitas dan berhubungan dengan petugas jaga peralatan di lapangan. Pada bagian

tertentu yang tidak memungkinkan bagi operator melihat langsung secara visual,

dilengkapi dengan kamera CCTV dari pusat ruang kendali. Sistem pengendalian

menggunakan programmable logic control (PLC) dipadukan dengan supervisory system

sebagai piranti kendali dan informasi data trending.

Diposkan oleh anto's Blog di 21:05 0 komentar Link ke posting ini Reaksi: 

EVAPORATOR

EVAPORATOR

Oleh; Anto Susanto

Disadur dari; Anonim, Blogger.com

Evaporator adalah alat yang banyak digunakan dalam industri kimia untuk

memekatkan suatu larutan. Pada proses fisik, evaporator memerlukan energi untuk

mengubah cair menjadi uap. Evaporator menggunakan proses penguapan untuk

menurunkan pelarut, evaporator membutuhkan panas dalam pengoperasiannya. salah satu

sumber panas untuk evaporator berasal dari uap air yang terbentuk dari boiler steam atau

buangan uap proses lain.

Perbedaan macam-macam tipe evaporator berdasarkan prinsip cara perpindahan

panas yang diterapkan. Pada umumnya tipe evaporator ada tiga yaitu rising film, falling

film, dan forced circulation evaporator. Falling film evaporator umumnya banyak

digunakan dibanding rising film evaporator.

Page 7: PENGOLAHAN TEBU

Falling film evaporator memiliki waktu tertahan yang pendek, dan menggunakan

gravitasi untuk mengalirkan liquida yang melalui pipa. Pada saat sekarang ini falling film

evaporator sangat meningkat penggunaanya di dalam proses industri kimia untuk

memekatkan fluida terutama fluida yang sensitif panas (misal sari buah dan susu), karena

waktu tertahan pendek, cairan tidak mengalami pemanasan berlebih selama mengalir

melalui evaporator.

Laju perpindahan panas pada falling film evaporator dapat dinaikkan dengan

menurunkan suhu permukaan liquida yaitu dengan cara penghembusan udara panas

sehingga tekanan parsial uap akan turun. Hal ini menggantikan prinsip evaporasi secara

vakum yang memungkinkan penguapan pada suhu rendah.

Perlu diperhatikan dalam penerapan prinsip falling film evaporator adalah

mengatur agar seluruh permukaan evaporator terbasahi secara continue, dan film yang

dihasilkan mempunyai ketebalan yang seragam. Sehingga distributor umpan yang akan

dipakai harus didesain secara tepat. Berbagai cara distribusi umpan, dibuat untuk

menjamin keseragaman tebal film, antara lain memakai distributor tipe overflow weir,

peletakan evaporator harus benar-benar tegak.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mempelajari perpindahan panas dan

massa pada falling film evaporator, Palen, et al, (1994) mengadakan penelitian hubungan

antara perpindahan panas dan perpindahan massa, untuk campuran biner ethylene glicol

dengan propilene glicol, pada tekanan atmosfer. Penelitian ini menggunakan distribusi

film tipe plug melalui celah. Hewit, et al. (1993) memberikan persamaan koefisien

perpindahan panas pada aliran laminar halus, laminar bergelombang dan turbulen.

Lailatul, et al. (2000) mengadakan penelitian tentang pengaruh laju alir, dan konsentrasi

terhadap koefisien perpindahan panas untuk larutan gula. Penelitian ini dilakukan pada

tekanan atmosferik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa koefisien perpindahan

panas tergantung pada laju alir dan konsentrasi larutan. Nugroho dan Priyono (1999)

mengadakan penelitian tentang perpindahan panas pada falling film evaporator pada

sistem larutan Gula-Udara dan hasil yang diperoleh koefisien perpindahan panas

tergantung pada laju alir umpan, konsentrasi larutan dan laju alir udara. Semakin besar

Page 8: PENGOLAHAN TEBU

laju alir larutan semakin besar koefisien perpindahan panas, sebaliknya semakin pekat

konsentrasi larutan yang digunakan semakin rendah harga koefsien perpindahan

panasnya. Laju alir udara berpengaruh menurunkan titik jenuh larutan. Wahyudi dan

Anggoro (2001) mengadakan penelitian tentang permodelan fenomena perpindahan

panas dan massa pada falling film evaporator untuk sistem larutan NaOH-Udara. Dari

peneilitian diperoleh semakin besar laju alir liquid atau udara semakin besar perpindahan

panas, sebaliknya semakin pekat konsentrasi larutan semakin rendah perubahan

temperatur udara dan liquid.

Diposkan oleh anto's Blog di 21:03 0 komentar Link ke posting ini Reaksi: 

Posting Lama Langgan: Entri (Atom)

Lencana Facebook

Profil Buat Lencana Anda

ANTO'S BLOG

"Selamat Datang di Anto's Blog Mari kita Berbagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi"

Poltek Malang

Bersama Direktur Politeknik Ketapang

Anto Wisuda

Page 12: PENGOLAHAN TEBU
Page 15: PENGOLAHAN TEBU

Pengikut

Arsip Blog

►   2009 (41) o ►   Maret (34)

MEMBUAT GULA KELAPA PEMBUTAN SUSU KEDELA IRADIASI DALAM TEKNIK PENGAWETAN PANGAN PEMBUTAN SUSU KEDELA TEKNOLOGI TEPUNG IKAN IRADIASI DALAM TEKNIK PENGAWETAN PANGAN Pengertian dan Fungsi Lemak Bahan Tambahan Makanan MEMBUAT GULA KELAPA IRADIASI DALAM TEKNIK PENGAWETAN PANGAN KEAMANAN PANGAN CARA MENGHINDARI BAHAYA MIKROBIOLOGI DAN

KIMIA KERUSAKAN PANGAN KOMPONEN UTAMA BAHAN PANGAN PENGAWETAN DENGAN SUHU TINGGI PAPAIN PERMASALAHAN IRADIASI PANGAN PENGARUH PEMBEKUAN PEMBEKUAN PENGASAPAN ANTIOKSIDAN PADA LEMAK DAN MINYAK PENYIMPANAN PENGAWETAN DENGAN BAHAN KIMIA

o ►   April (6) PENGETAHUAN BAHAN TAMBAHAN TAMBAHAN

MAKANAN FORMALIN DAN BAHAYANYA Pengetahuan Bahan Pangan Hewani Pengetahuan Bahan Pangan Hewani PENGEMASAN BAHAN PANGAN DAN MAKANAN PENGOLAHAN KOPI

o ►   Juni (1) Anto's Blog: KERUSAKAN PANGAN

▼   2010 (20) o ▼   Januari (20)

Page 16: PENGOLAHAN TEBU

TEKNOLOGI DAN APLIKASI TEPUNG SILASE IKAN (TSI) APLIKASI IRADIASI DALAM TEKNIK PENGAWETAN

PANGAN MANUSIA DAN LEMAK PEMBUTAN SUSU KEDELA TEMPE MEMBUAT GULA KELAPA KELAPA SAWIT PEMANFAATAN LIMBAH NANAS MEMBUAT VCO DENGAN CARA TRADISIONAL Pangan EVAPORASI EVAPORASI PEMBUATAN GULA TEBU EVAPORATOR PENGOLAHAN TEBU PROSESING NIRA TEBU MENJADI GULA PROSES PEMURNIAN NIRA DI PABRIK GULA PROSES SULFITASI DI PABRIK GULA PROSES PRODUKSI BIOETANOL KOMODITI GULA

Mengenai Saya

Anto Susanto, S.STKetapang, Pontianak, Indonesiawah aku orangnya gimana ya???? ya gn deh,,penasaran ya makanya Akses terus Blog aku ya.

Lihat profil lengkapku

SARAN ANDA

Kami sangat mengharapkan saran anda, karena suatu kesempurnaan akan diperoleh jika kita menerima kritik,saran yang tentunya bersifat membangun dan juga kami sangat berterima kasih atas kunjungan dan komentar anda.wasalamualaikum, wr.wb

Page 17: PENGOLAHAN TEBU

Bersama Direktur Politeknik Ketapang

Kunjungan Dinas di Politeknik Negeri Malang


Top Related