perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
MAGNET SISWA KELAS V SD
(PTK ini dilaksanakan di SD Negeri I Petir Kecamatan Kalibagor, Kabupaten
Banyumas Tahun Pelajaran 2010/2011)
Oleh:
SUKMA BUDI APIKAFRI
X7109109
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
“PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MAGNET SISWA
KELAS V SD NEGERI 1 PETIR KECAMATAN KALIBAGOR
KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2010/2011”
Oleh :
Nama : Sukma Budi Apikafri
NIM : X7109109
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Dra. Rukayah, M. Hum
NIP. 19570827 198203 2 002
Pembimbing II
Dra. Yulianti, M. Pd
NIP. 19541116 198203 2 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul :
“Penggunaan Model Pembelajaran Quantum untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir Kecamatan
Kalibagor Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2010/2011”
Oleh :
Nama : Sukma Budi Apikafri
NIM : X7109109
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M. Pd 1. …………..
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M. Pd 2. …………...
Anggota I : Dra. Rukayah, M. Hum 3. …………..
Anggota II : Dra. Yulianti, M.Pd 4. ……………
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP.19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Sukma Budi Apikafri. “PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MAGNET SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PETIR KECAMATAN KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2010/2011”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011 Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran 2010/2011 melalui penggunaan model pembelajaran Quantum, (2) Mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran Quantum dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran 2010/2011.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Petir, Kalibagor, Banyumas yang berjumlah 36 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, dokumentasi, dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatan pemahaman konsep magnet siswa, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran Quantum.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Penggunaan model pembelajaran Quantum dapat meningkatkan pemahaman konsep materi gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata mengalami peningkatan yaitu pada pra siklus, nilai rata-rata pemahaman konsep siswa kelas V sebesar 57,86, siklus I sebesar 72,9, dan pada siklus II naik menjadi 84,98. Sedangkan untuk siswa tuntas belajar (KKM 62) secara persentase, pada pra siklus sebesar 44,44%, pada siklus I sebesar 77,78%, dan pada siklus II semua siswa sudah mencapai ketuntasan yaitu sebesar 100%, (2) Penggunaan model pembelajaran Quantum untuk meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas V yaitu guru harus terampil dalam menerapkan model pembelajaran quantum diantaranya: (a) Tumbuhkan adalah menumbuhkan minat, perhatian, motivasi siswa dengan interaksi dengan lingkungan dan bernyanyi bersama, (b) Alami yaitu dengan kerja kelompok atau individual siswa untuk mengalami sendiri, (c) Namai dengan siswa menamai hasil percobaan yang dilakukan, (d) Demonstrasi adalah memberi kesempatan siswa menerapkan pengetahuan, mengaitkan dan terlatih, (e) Ulangi adalah mengulang pembelajaran untuk memantapkan pembelajaran, (f) rayakan adalah member rasa rampung dan menghargai usaha siswa dengan acungan jempol, tepuk tangan, dan bernyanyi bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT Sukma Budi Apikafri. " USAGE OF STUDY MODEL OF QUANTUM TO INCREASE UNDERSTANDING CLASS STUDENT MAGNET CONCEPT V SDN 1 PETIR DISTRICT OF KALIBAGOR SUB-PROVINCE BANYUMAS ACADEMIC YEAR 2010/2011". Minithesis. Surakarta: Teachership Faculty and Educational Faculty Sebelas Maret University Surakarta. 2011. Purpose of this research is for (1) Increases understanding of class student magnet concept V SDN 1 Petir academic year 2010/2011 through usage of study model Quantum, (2) description usage of study model of Quantum in the effort increasing understanding of class student magnet concept V SDN 1 Petir academic year 2010/2011.
Form of this research is clasroom action research counted 2 cycle. Every cycle consisted of 4 step, that is : planning, execution of action, observation, and reflection. As subject is class student V SDN 1 Petir, Kalibagor, Banyumas which amounts to 36 students. Data collecting technique applied is observation technique, documentation, and test. Data analytical technique applied is analysis model interaktif having three fruit of component that is reduction of data, sajian data, and conclusion withdrawal or verification. Variable becoming target change in research of action of this class is increase understanding of student magnet concept, while action variable applied in this research is usage of study model Quantum.
Based on result of inferential research: (1) Usage of study model of Quantum can increase understanding of class student magnetic force matter concept V SDN 1 Petir academic year 2010/2011. This thing is visible from average value experiences improvement at cycle pre, understanding average value of class student concept V 57,86, cycle I 72,9, and at cycle II rising becomes 84,98. While for complete student learnt (KKM equal to 44,44%, at cycle I equal to 77,78%, and at cycle II of all students has reached is complete that is equal to 100%, (2) Usage study model of Quantum to increase understanding of class student magnet concept V that is teacher must be skillful in applying study model of quantum between it: (a) Grows (Tumbuhkan) is grow enthusiasm, attention, motivation of student with interaction with area and singing together, (b) Natural (Alami) that is with team-work or individual of student to experience x'self, (c) Names (Namai) with student to name attempt result done, (d) Demonstration (Demonstrasikan) is giving opportunity of student applies knowledge, hook;correlates and trains, (e) Repeats (Ulangi) is repeat study to setle study, (f) celebrates (Rayakan) is member finished taste and esteems effort for student with thumbs-up, applause, and singing together.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai dari pekerjaan/ tugas, kerjakanlah yang lain dengan sungguh”.
( Terjemahan: QS. Al Insyirah 6-7 )
“Sesungguhnya Allah SWT tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri’.
( Terjemahan: QS. Ar- Ra’du: 11 )
Berusaha tanpa adanya doa tak berguna, berdoa tanpa adanya usaha sia-sia.
( Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Karya sederhan ini penulis persembahkan kepada:
Ayah Budiyono dan ibu Ritem tercinta yang senantiasa memberi dukungan.
Adik-adikku Trendy Kurnia Budi Hananto dan Putri Funky Setiabudi tersayang
Rekan-rekan S1 PGSD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Skripsi dengan judul Penggunaan Model Pembelajaran Quantum untuk
Meningkatkan Pemahaman Knsep Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir, Kalibagor,
Banyumas ini diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Banyak sekali hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat
bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu
penulis mengucapkan terima kasih dengan tulus kepada :
1. Prof.Dr.HM.Furqon Hidayatullah,M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. KRT. Rusdiana Indianto.M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
5. Dra. Rukayah, M.Hum. selaku Pembimbing I yang telah memberikan
dorongan, semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dra. Yulianti, M. Pd. selaku pembimbing II yang mengarahkan dan
membimbing dengan sabar hingga selesainya skripsi ini.
7. Ibu Sumijati, A. Ma selaku Kepala SD Negeri 1 Petir, Kalibagor
Banyumas yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk
melaksanakan penelitian.
8. Ibu Asriyanti S. Pd selaku guru kelas V yang telah memberikan ijin untuk
dilaksanakan penelitian di kelasnya dan membantu dalam pelaksanaan
peneltian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
9. Bapak/Ibu Guru SD Negeri 1 Petir Kalibagor Banyumas yang banyak
memberikan bantuan, dorongan, dan semangat.
10. Semua pihak yang telah member bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.
Surakarta, Agustus 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………… . ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………. . iii
HALAMAN ABSTRAK……………………………………………………. . iv
HALAMAN MOTTO……………………………………………………….. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………. .. vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. . xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... . xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………. 4
C. Pembatasan Masalah…………………………………………. 4
D. Rumusan Masalah ................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian .................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ..................................................................... 7
1. Hakikat Pemahaman Konsep Magnet ............................... 7
a. Pengertian Konsep.......................................................... 7
b. Pengertian Pemahaman Konsep..................................... 8
c. Hakikat IPA (Sains)
1) Pengertian IPA (Sains).............................................. 8
2) Tujuan Mata Pelajaran IPA...................................... 10
3) Manfaat IPA............................................................. 11
4) Pembelajaran IPA di SD........................................... 11
5) Ruang Lingkup IPA.................................................. 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
6) Materi Magnet........................................................... 14
2. Hakikat Model Pembelajaran Quantum ........................... 17
a. Hakikat Model Pembelajaran..................................... 17
b. Pengertian Model Pembelajaran Quantum................ 18
c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Quantum..................... 19
d. Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum.......... 20
e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Quantum................................................................... 21
B. Hasil Penelitian yang Relevan……………………………...... 22
C. Kerangka Berpikir..................................................................... 24
D. Hipotesis .............................................................................. 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian .................................................................. 26
1. Tempat Penelitian ........................................................... 26
2. Waktu penelitian ............................................................ 26
B. Bentuk dan Strategi Penelitian................................................... 26
1. Bentuk Penelitian................................................................ 26
2. Strategi Penelitian................................................................ 27
C. Subjek Penelitian ................................................................... 28
D. Sumber Data ......................................................................... 28
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ...................................... 28
F. Validitas Data ....................................................................... 29
G. Analisis Data ......................................................................... 30
H. Indikator Kinerja ................................................................... 32
I. Prosedur Penelitian ................................................................ 32
1. Siklus I ............................................................................ 33
2. Siklus II .......................................................................... 35
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian.......................................................................... 38
1. Deskripsi Lokasi Penelitian…………………………….... 38
2. Deskripsi Hasil Penelitian…………………….................. 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
a. Deskripsi Pra Siklus….................................................. 39
b. Deskripsi Hasil Siklus I................................................ 42
c. Deskripsi Hasil Siklus II............................................... 53
B. Pembahasan Hasil Penelitian.................................................... 66
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………… 69
B. Implikasi……………………………………………………… 69
C. Saran………………………………………………………….. 71
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 73
LAMPIRAN…………………………………………………………………. 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rekapitulasi Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas
V SD Negeri 1 Petir Sebelum Tindakan…………………………. 40
Tabel 2. Hasil Tes Awal…………………………………………………... 41
Tabel 3. Rekapitulasi Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas
V SD Negeri 1 Petir Siklus I…………………………………….. 48
Tabel 4. Perkembangan Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V pada
Tes Awal dan Tes Siklus I……………………………………….. 49
Tabel 5. Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V
SD Negeri 1 Petir antara Sebelum dan Setelah Siklus
I………………………………………………………………….. 50
Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas
V SD Negeri 1 Petir Siklus II…………………………………… 62
Tabel 7. Perkembangan Peningkatan Pemahaman Konsep Magnet Siswa
Kelas V pada Tes Awal, Tes Siklus I, dan Tes Siklus
II ………………………............................................................... 63
Tabel 8. Perbandingan Nilai Peningkatan Pemahaman Konsep Magnet
Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir antara Siklus I dan Siklus
II………......................................................................................... 65
Table 9. Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V
SD Negeri 1 Petir antara Pra siklus ( Tes Awal ), Siklus I dan
Siklus II……………………………………………………. 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Garis Medan Magnet antara Dua kutub Senama dan Tidak
Senama…………………………………………………………... 15
Gambar 2. Bentuk-bentuk Magnet………………………………………... 15
Gambar 3. Batang Besi Bisa menjadi Bersifat Magnet dan Dapat Menarik
Isi Klip…………………………………………………………... 16
Gambar 4. Batang Besi Menjadi Bersifat Magnet Setelah Digosok pada
Magnet…………………………………………………………... 16
Gambar 5. Setelah Dialiri Listrik Paku menjadi bersifat Magnet………… 16
Gambar 6. Bagan Kerangka Berpikir……………………………………... 25
Gambar 7. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif……….. 31
Gambar 8. Alur Pelaksanaan dalam Penelitian Tindakan Kelas………….. 32
Gambar 9. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Magnet siswa Kelas V SD
Negeri 1 Petir Sebelum Tindakan……………………………….. 40
Gambar 10. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Magnet siswa Kelas V SD
Negeri 1 Petir Siklus I…………………………………………… 49
Gambar 11. Perbandingan IKetuntasan Pemahaman Konsep Magnet
Siswa antara Pra-Siklus dan Siklus I…………………………..... 51
Gambar 12. Garis medan magnet antara dua kutub magnet senama dan
tidak senama.................................................................................. 55
Gambar 13. Membuat Magnet dengan Didekatkan………………………. 58
Gambar 14. Membuat Magnet dengan Digosok Searah………………….. 58
Gambar 15. Membuat Magnet dengan Dialiri Listrik…………………….. 59
Gambar 16. Grafik Peningkatan Nilai Pemahaman Konsep Magnet siswa
Kelas V SD Negeri 1 Petir Siklus II…………………………...... 63
Gambar 17. Perbandingan Ketuntasan Pemahaman Konsep Magnet
Siswa Kelas V antara Siklus I dan Siklus II…………………….. 65
Gambar 18. Perkembangan Ketuntasan Pemahaman Konsep Magnet
Siswa antara Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II………………….. 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus Kelas V Semester 2.......................................................... 76
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan I........... 80
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan II.......... 92
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan I.......... 104
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan II........ 117
Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan I................................... 129
Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan II.................................. 131
Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan I.................................. 133
Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan II................................ 135
Lampiran 10. Lembar Evaluasi Siklus I Pertemuan I...................................... 137
Lampiran 11. Lembar Evaluasi Siklus I Pertemuan II..................................... 138
Lampiran 12. Lembar Evaluasi Siklus II Pertemuan I..................................... 139
Lampiran 13. Lembar Evaluasi Siklus II Pertemuan II................................... 140
Lampiran 14. Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD
Negeri 1 Petir Sebelum Tindakan (Pra-Siklus)................................... 141
Lampiran 15. Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD
Negeri 1 Petir Siklus I........................................................................ 143
Lampiran 16. Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD
Negeri 1 Petir Siklus II....................................................................... 145
Lampiran 17. Peningkatan Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa
Kelas V SD Negeri 1 Petir.................................................................. 147
Lampiran 18. Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I Pertemuan I............... 149
Lampiran 19. Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I Pertemuan II............. 150
Lampiran 20. Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus II Pertemuan I............. 151
Lampiran 21. Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus II Pertemuan II............ 152
Lampiran 22. Hasil Pengamatan Aktifitas Guru dalam Pembelajaran IPA
Kelas V SDN 1 Petir Siklus I............................................................. 153
Lampiran 23. Hasil Pengamatan Aktifitas Guru dalam Pembelajaran IPA
Kelas V SDN 1 Petir Siklus II........................................................... 155
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Lampiran 24. Deskriptor Penilaian Aktifitas Guru......................................... 157
Lampiran 25. Foto kegiatan Pembelajaran....................................................... 161
Lampiran 26. Jadwal Penelitian....................................................................... 167
Lampiran 27. Surat Ijin Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam kegiatan belajar-mengajar, berlangsung suatu proses
pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang
berkualitas diharapkan kedua proses tersebut hendaknya dikelola dan
dilaksanakan dengan baik dan berarti. Belajar merupakan suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. (Mulyani Sumantri dan Johar Permana 2001:
13). Perubahan tersebut berupa peningkatan kemampuan dalam bentuk
penampilan atau performen dan berupa watak yaitu sikap, minat, dan nilai.
Perubahan tersebut tidak terjadi secara sendiri, melainkan terjadi melalui suatu
proses. Proses tersebut dimulai dengan adanya rangsangan yaitu peserta didik
menangkap rangsangan kemudian mengolahnya sehingga terbentuk suatu
persepsi. Suatu proses pengajaran dikatakan berhasil bila terjadi strukturasi
perubahan tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa pada saat proses
pembelajaran digunakan sebagai salah satu indikasi terselenggaranya proses
pembelajaran dengan baik. Namun, adanya persepsi dapat terganggu karena
terdapat kekurangan atau hambatan dalam alat indera, minat, pengalaman atau
kecerdasan serta perhatian siswa terdapat rangsangan yang diberikan.
Tujuan setiap proses pembelajaran adalah diperolehnya hasil yang
optimal. Hal ini akan dicapai apabila semua terlibat secara aktif baik fisik, mental,
maupun emosional. Suatu tujuan pembelajaran menyatakan suatu hasil yang
diharapkan dari pembelajaran itu sendiri.
Tujuan pembelajaran bidang pendidikan sebagaimana tercantum dalam
SISDIKNAS 2003 yang menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berakhlak,
berkeahlian, berdaya saing, maju, dan sejahtera dalam wadah negara Republik
Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berdasarkan hukum dan
lingkungannya, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja
tinggi serta disiplin (BSNP, 2006: 5).
Tuntutan manusia yang berkualitas hanya dapat dipenuhi oleh dunia
pendidikan. Upaya pemenuhan tersebut merupakan suatu proses yang panjang
yang dimulai sejak anak belajar di SD. Salah satu unsur yang turut menentukan
kualitas Sumber Daya Manusia yaitu penguasaan IPA.
Salah satu mata pelajaran yang ada di SD yang perlu ditingkatkan
kualitasnya adalah IPA, dan SD merupakan tempat pertama siswa mengenal
konsep-konsep dasar IPA. Karena iti, pengetahuan yang diterima siswa hendaknya
menjadi dasar yang dapat dikembangkan di tingkat sekolah yang lebih tiunggi
disamping mempunyai kegiatan praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada pembelajaran IPA sangat berkaitan dengan dunia nyata dalam
kehidupan sehari-hari. Guru dapat membuka betbagai pikiran dari siswa yang
bervariasi sehingga siswa dapat mempelajari konsep-konsep dalam
penggunaannya pada aspek yang terkandung dalam mata pelajaran IPA untuk
memecahkan suatu masalah atau persoalan serta mendorong siswa membuat
hubungan antaa materi IPA dan penerapannya yang berkaitan dalam kehidupan
sehari-hari.
IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan
yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat
berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena IPA
memiliki upaya untuk membengkitkan minat siswa serta kemampuan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat beberapa
program pengajaran, salah satunya adalah pengajaran IPA yang bertujuan
diantaranya adalah mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang
hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
masyarakat serta mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Pembelajaran Sains
diarahkan pada pemberian pengalaman langsung dan siswa diharapkan aktif,
sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
Realitas menunjukkan bahwa berdasarkan informasi yang telah diperoleh
dari SD Negeri 1 Petir, sebagian siswa mengalami kesulitan dalam mata pelajaran
IPA. Hal ini terbukti dari nilai ulangan harian khususnya materi magnet, masih
banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yaitu kurang dari 62. Sebagian
siswa masih belum dapat memahami konsep magnet yang diberikan oleh guru.
Persentase siswa tuntas hanya 47, 22% dari 36 siswa (terlampir pada lampiran 14
halaman 140). Hal ini terjadi karena siswa hanya sebagai objek pendidikan yang
pasif yang hanya mendapatkan penjelasan dan informasi dari guru, tidak bertindak
aktif dan melakukan suatu kegiatan bermakna yang diwujudkan dalam sikap
ilmiah.
Untuk menggali potensi siswa agar selalu kreatif dan berkembang perlu
diterapkan pembelajaran bermakna yang akan membawa siswa pada pengalaman
belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa makin berkesan
apabila proses pembelajaran yang diperoleh merupakan hasil dari pemahaman dan
penemuannya sendiri yaitu proses yang melibatkan siswa sepenuhnya. Untuk itu
sudah menjadi tugas guru dalam mengelola proses belajar-mengajar adalah
memilih model yang sesuai, agar pembelajaran lebih menarik dan bermakna.hal
ini juga disebabkan adanya tuntutan pada dunia pendidikan bahwa proses
pembelajaran tidak lagi hanya sekedar mentransfer pengetahuan dari guru ke
siswa, tetapi guru harus dapat mengubah paradigma tersebut dengan kegiatan
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA khususnyan materi
magnet, guru perlu mencari alternatif strategi pembelajaran agar siswa lebih aktif
dalam proses pembelajaran, salah satu di antaranya adalah dengan menggunakan
model pembelajaran quantum . Peneliti memilih model pembelajaran quantum
karena, model ini disajikan sebagai salah satu model yang dapat dipilih guru agar
pembelajaran dapat berlangsung menyenangkan (enjoyful learning). Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
quantum menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NPL
dengan teori, keyakinan dan metode sehingga akan membuat pembelajaran lebih
bermakna (DePorter & Hernacki, 2007: 16).
Berdasarkan uraian tersebut di atas kiranya perlu diadakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) sebagai peningkatan pemahaman konsep Sains khususnya
materi magnet, maka peneliti mengambil judul “Penggunaan Model Pembelajaran
Quantum untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD
Negeri 1 Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran
2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan bahwa:
1. Siswa kurang tertarik karena guru masih menggunakan model pembelajaran
yang konvensional dalam menyampaikan materi pembelajaran tentang materi
magnet.
2. Pemahaman konsep magnet siswa rendah, dibuktikan dengan nilai ulangan
harian siswa pada materi magnet masih banyak yang mendapat nilai rendah
yaitu kurang dari 62.
3. Model pembelajaran yang digunakan guru belum bisa mengaktifkan siswa
dalam pembelajaran sehingga diperlukan model pembelajaran yang PAIKEM,
misalnya model pembelajaran Quantum.
4. Penggunaan media yang masih sangat terbatas.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dimaksudkan agar permasalahan tidak meluas dari
inti penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini memfokuskan pada
penggunaan Model Pembelajaran Quantum untuk meningkatkan pemahaman
konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten
Banyumas Tahun Pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
D. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah penggunaan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan
pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran
2010/2011?
2. Bagaimana penggunaan model pembelajaran quantum untuk meningkatkan
pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran
2010/2011?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir
tahun pelajaran 2010/2011 melalui penggunaan model pembelajaran
quantum.”
2. Mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran quantum dalam upaya
meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir
tahun pelajaran 2010/2011?
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki dua manfaat diantaranya Manfaat Teoritis dan
Manfaat Praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan dalam khasanah keilmuan serta meningkatan
mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya dan di SD pada khususnya.
b. Mengembangkan kreativitas guru dalam penggunaan model pembelajaran
Quantum pada mata pelajaran IPA tentang gaya magnet.
c. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan kerjasama dalam kelompok belajar.
2) Meningkatkan semangat dan komunikasi ilmiah yang terarah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
3) Dengan digunakannya model pembelajaran Quantum dapat
meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa.
b. Bagi Guru
1) Penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk mengembangkan model
pembelajaran IPA agar siswa memiliki pemahaman konsep magnet
yang lebih baik.
2) Dapat meningkatkan gairah guru untuk menciptakan kondisi belajar
yang menarik dan menyenangkan.
3) Dengan model pembelajaran Quantum dapat meningkatkan
profesionalisme guru melalui upaya penelitian yang dilakukan.
c. Bagi Sekolah
1) Meningkatkan kinerja sekolah dengan optimalnya kinerja guru
2) Mewujudkan pembelajaran efektif di sekolah, khususnya
pembelajaran IPA tentang gaya magnet melalui model pembelajaran
Quantum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hakikat Pemahaman Konsep Magnet
a. Pengertian Konsep
Konsep merupakan sesuatu yang harus dipahami dalam materi
pembelajaran yang kemudian dapat dikembangkan sehingga bermanfaat dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep adalah kategori-
kategori yang mengelompokkan objek, kejadian, dan karakteristik
berdasarkan properti umum (Zack & Tversky, dalam John W. Santrock 2008:
352). Menurut Hahn dan Ramscar (dalam John W. Santrock 2008: 352)
mengemukakan konsep adalah elemen dari kognisi yang membantu
menyederhanakan dan meringkas informasi. Konsep bukan hanya membantu
mengembalikan ingatan, tetapi juga membuat komunikasi menjadi lebih
efisien. Jadi, konsep membantu murid menyederhanakan dan meringkas
informasi, dan meningkatkan efisiensi memori, komunikasi, dan penggunaan
waktu mereka (John W. Santrock 2008: 352). Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007: 588) “Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakan
dari peristiwa konkret.
Walgito (1992) mengemukakan bahwa konsep merupakan konstruksi
simbolik yang menggambarkan ciri-ciri suatu obyek atau kejadian. Konsep
adalah sesuatu yang abstrak yang menunjuk pada kategori atau kelas dari
suatu kejadian atau hubungan. (http://id.answers.yahoo.com diunduh tgl 2
Februari 2011). Moore dalam (Tim Dosen IPS PGSD, 2002:2)
mengungkapkan bahwa konsep merupakan sesuatu yang tersimpan dalam
pikiran yang berupa suatu pemikiran, idea tau gagasan. Menurut Woodruff
(dalam Amin, 1987), mendefinisikan konsep sebagai berikut: (1) suatu
gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, (2) suatu pengertian
tentang suatu objek, (3) produk subjektif yang berasal dari cara seseorang
membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda).
(http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2035426-pengertian-konsep/
diunduh tanggal 2 februari 2011).
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
konsep adalah kategori-kategori yang membantu murid menyederhanakan
dan meringkas informasi sehingga murid akan lebih memahami materi yang
dipelajari.
b. Pengertian Pemahaman Konsep
Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau
memahamkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 811). John W.
Santrock (2008: 351) mengemukakan “pemahaman konseptual adalah aspek
kunci dari pembelajaran”. Salah satu tujuan pengajaran yang penting adalah
membantu murid memahami konsep utama dalam suatu objek, bukan sekadar
mengingat fakta yang terpisah-pisah. Pemahaman konsep akan berkembang
apabila guru dapat membantu murid mengeksplorasi topik secara mendalam
dan memberi mereka contoh yang tepat dan menarik dari suatu konsep.
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman
konsep harus diterapkan guru pada setiap pembelajaran agar siswa lebih
memahami materi secara mendalam dan menarik siswa dalam pembelajaran
sehingga materi akan selalu diingat siswa.
c. Hakikat IPA (Sains)
1) Pengertian IPA (Sains)
Kata “IPA” merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam”
merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris “Natural Science”
secara singkat sering disebut “Science”. Natural artinya alamiah,
berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science
artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science
itu secara harfiah sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. (Srini M. Iskandar, 2001: 2)
Webster’s: New Lollegiate Dictionary (1981) menyatakan “natural science-knowledge concerned with the physical word and its phenomena”, yang artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya. Purnell’s; Concise Dictionary of Science (1983) tercantum definisi “Science the broad field of human knowledge, acquired by systematic observation and axperiment, and explained by means of rules, laws, principles, theories, and hypotheses”, artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dielaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesa-hipotesa. Ada pula yang mendefinisikan IPA adalah apa yang dilakukan oleh para ahli IPA (http://ayahalby.wordpress.com/ diakses 10 Juli 2011). Ucar dan Sanala (2011) berpendapat “Science courses are art- and
science-based courses, including both theoretical and laboratory
practices. Besides the physics, chemistry, and biology courses, other
subjects such as earth science, environmental science, and astronomy
courses are offered too”.
Menurut Suyoso (1998: 23) IPA merupakan “pengetahuan hasil
kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta
diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek,
bermetode, dan berlaku secara universal”. Sedangkan menurut Abdullah
(1998: 18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan
cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi,
dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara
yang lain”
(http://izzatinkamala.wordpress.com/2008/06/19/pengertian-pendidikan-
ipa/ diakses 25 Januari 2011).
Patta Bundu (2006:9) mengemukakan bahwa sains secara harfiah
dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Penggunaan istilah
sains disini tak lain merupakan sains sebagai Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA). Sumaji (1998:31) mendeskripsikan IPA (Sains) sebagai upaya
untuk membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan
dan pemahamannya mengenai alam sekitarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa
pembelajaran IPA merupakan proses belajar mengajar yang menelaah
tentang masalah-masalah yang terdapat di alam sekitarnya. Melalui
pembelajaran IPA, siswa dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap pada dirinya dan mempelajari mengenai alam di sekitarnya.
2) Tujuan Mata Pelajaran IPA
Tujuan mata pelajaran IPA merupakan hasil akhir yang diharapkan
dapat dicapai oleh siswa dalam mata pelajaran IPA. Tujuan mendasar dari
pendidikan sains adalah untuk mengembangkan individu agar melek
terhadap ruang lingkup sains itu sendiri serta mampu menggunakan aspek-
aspek fundamentalnya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
Fokus pembelajaran sains hendaknya ditujukan untuk memupuk
pemahaman, minat, dan penghargaan anak didik terhadap dunia di tempat
mereka hidup (Sumaji,1988 dalam Ali Nugroho, 2005: 27).
Menurut Badarudin (http://ayahalby.wordpress.com/ diakses 10 Juli
2011) Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa :
memahami konsep-konsep IPA, memiliki keterampilan proses,
mempunyai minat mempelajari alam sekitar, bersikap ilmiah, mampu
menerapkan konsep-konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, mencintai alam
sekitar, serta menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2007:43) bahwa tujuan
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar adalah:
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaannya, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat
d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTs.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan tujuan pembelajaran
IPA adalah agar siswa dapat menguasai konsep, memiliki keterampilan
dan kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam
kehidupan sehari-hari.
3) Manfaat IPA
Menurut Srini M. Iskandar (2001: 17), manfaat atau faedah dari IPA
sehingga mata pelajaran IPA dapat dimasukkan dalam kurikulum suatu
sekolah, yaitu:
a) Mata pelajaran IPA berfaedah bagi kehidupan atau pekerjaan anak dikemudian hari.
b) Mata pelajaran IPA merupakan bagian dari kebudayaan bangsa. c) Mata pelajaran IPA melatih anak berfikir kritis. d) Mata pelajaran IPA merupakan bagian kebudayaan bangsa kita.
Makin banyak orang menyadari bahwa dalam kehidupan ini makin banyak dipengaruhi oleh hasil-hasil IPA. Maka dengan sendirinya IPA menjadi bagian dari kebudayaan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat IPA pada
dasarnya adalah untuk membentuk siswa agar menyadari bahwa IPA
sangat berpengaruh dalam kehidupan yang ditemuinya sehari-hari. Selain
itu mata pelajaran IPA juga bermanfaat untuk siswa dalam kehidupan dan
pekerjaan siswa dikemudian hari.
4) Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsure-
unsur manusia, materi, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
mempengaruhi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 1995: 57).
Pembelajaran IPA yang baik menuntut penggunaan metode-metode, media
dan pendekatan pembelajaran yang bervariasi. Oleh karena itu guru harus
bisa menciptakan pembelajaran yang bervariasi. Guru tidak boleh
memaksa menciptakan program belajar bagi individu, tetapi harus
menciptakan program pembelajaran bagi komunitas banyak. Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
IPA akan lebih baik dilaksanakan dengan mengaitkan keadaan real (nyata)
yang terdapat di lingkungan siswa, dengan begitu pembelajaran akan lebih
mudah dipahami siswa serta bermanfaat untuk memecahkan masalah-
masalah yang kontekstual.
Menurut Badarudin (2011) “Pembelajaran pendidikan IPA di SD menuntut proses belajar mengajar yang tidak terlalu akademis dan verbalistik. Selain itu dalam kondisi ketergantungan hidup manusia akan ilmu dan teknologi yang sangat tinggi, maka pembelajaran IPA di SD harus dijadikan sebagai mata pelajaran dasar dan diarahkan untuk menghasilkan warga Negara yang melek IPA (http://ayahalby.wordpress.com/ diakses 10 Juli 20011).
Connor (1990) mengemukakan, pendidikan IPA di SD harus secara
konsisten berorientasi pada (a) pengembangan keterampilan proses, (b)
pengembangan konsep, (c) aplikasi, dan (d) isu social yang berdasar pada
IPA (http://ayahalby.wordpress.com/ diakses 10 Juli 20011).
Ilmu Pengetahua Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam
masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Tetapi dalam
pembelajaran IPA harus disesuaikan dengan siapa yang mempelajarinya.
Struktur kognitif anak-anak usia SD tidak dapat dibandingkan dengan
struktur kognitif ilmuan, padahal anak perlu diberi kesempatan untuk
berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA sebab diharapkan akhirnya
mereka berfikir dan memiliki sikap ilmiah, maka pembelajaran IPA dan
keterampilan proses IPA hendaknya dimodifikasi sesuai dengan tahap
perkembangan kognitif anak.
IPA tidak dapat diajarkan sebagai suatu materi pengetahuan yang
hanya disampaikan dengan metode ceramah, tetapi melalui pembelajaran
siswa aktif. Model pembelajaran Quantum merupakan model pembelajaran
yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA dengan siswa aktif
mengalami dan menamai sendiri suatu pengetahuan, siswa belajar dan
berlatih untuk memiliki dan mengusai konse-konsep dasar IPA secara
tuntas.
Selain penguasaan konsep dan kecakapan proses yang merupakan
keterampilan ilmiah, siswa juga seharusnya memperoleh nilai religius,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
karena pada dasarnya IPA adalah bagaimana mempelajari ciptaan Allah
SWT. Pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran
Quantum mengajak siswa dengan kegiatan yang akan mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA dengan mengalaminya
sendiri melalui kegiatan percobaan.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas nampak bahwa semuanya dalam
rangka menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa senang
sehingga mereka akan terlibat aktif dalam pembelajaran. Untuk menunjang
penerapan tersebut di atas guru dalam mengelola pembelajaran perlu :
a) Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, karena
belajar akan bermakna apabila berhubungan langsung pada
permasalahan lingkungan sekitar siswa.
b) Menggunakan media dan sumber belajar yang bervariasi dan sesuai
dengan tahap perkembangan serta Kreatif menghadirkan alat bantu
pembelajaran.
c) Menyajikan kegiatan yang bervariasi sehingga tidak membuat siswa
jenuh.
5) Ruang Lingkup IPA
Asy’ari (2006:23-24) mengemukakan bahwa ruang lingkup
pembelajaran sains meliputi dua aspek yaitu: kerja ilmiah atau proses sains
dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah yang dimaksud disini
adalah memfasilitasi keberlangsungan proses ilmiah yang meliputi
penyelidikan/ penelitian, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas
dan pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah. Sedangkan lingkup
pemahaman konsep kaitannya dengan materi sains yang disajikan. Materi
yang ada harus lebih jelas pengorganisasiannya, antara materi pokok yang
satu dengan yang lain tidak boleh tumpang tindih. Secara garis besar,
lingkup materi mata pelajaran IPA di SD kelas V semester II mencakup
beberapa pokok bahasan seperti berikut: (1) gaya, (2) pesawat sederhana,
(3) sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya, (4) pembentukan tanah, (5)
susunan bumi, (6) daur air, (7) peristiwa alam beserta dampaknya, (8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dampak kegiatan manusia terhadap permukaan bumi(Choiril Azmiyawati,
2008: dalam buku IPA Salingtemas 5).
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini menekankan pada ruang lingkup
gaya magnet dengan alasan pemahaman konsep magnet siswa masih
rendah. Hal ini dibuktikan dengan nilai tes siswa pada materi gaya magnet
banyak yang mendapat nilai di bawah KKM ( .
6) Materi Magnet
Magnet atau besi berani adalah benda yang mampu menarik benda
lain yang mengandung besi, nikel atau kobalt dan benda magnet lain.
Magnet berasal dari kata Magnesia, yaitu kota tempat pertama kali magnet
ditemukan (Yohanes Surya, 2008: 2). Menurut Yohanes Surya (2008: 3)
“Sifat-sifat magnet, yaitu sebagai berikut: (1) magnet memiliki gaya tarik,
(2) gaya tarik magnet dapat menembus benda, (3) magnet mempunyai dua
kutub, (4) magnet memiliki gaya tolak dan gaya tarik magnet, (5) magnet
mempunyai medan magnet”.
Dalam Yohanes Surya (2008: 5) penggolongan magnet berdasarkan
kekuatannya, yaitu: (a) Ferromagnetik : logam yang dapat ditarik kuat oleh
magnet. Contoh : besi, baja, (b) Paramagnetik : logam yang ditarik lemah
oleh magnet (hampir tidak terasa). Contoh : aluminium, (c) Diamagnetik :
logam yang tidak dapat ditarik sama sekali oleh magnet. Contoh : emas,
perak. Menurut Choiril Azmiyawati, 2008 dalam buku IPA Salingtemas 5
“Benda magnetis adalah benda yang dapat ditarik magnet. Benda
nonmagnetis adalah benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet.
Pengelompokkan magnet berdasarkan asalnya, yaitu:
a) Magnet alam adalah magnet yang ditemukan di alam tanpa proses
pembuatan atau batuan dari alam yang mempunyai sifat magnet.
b) Magnet buatan adalah magnet yang dibuat sengaja oleh manusia.
1. Magnet Mempunyai Dua Kutub
Choiril Azmiyawati, Wigati Hadi Omegawati & Rohana
Kusumawati (2008: 90-92) mengemukakan bahwa pada keadaan bebas,
magnet akan selalu menunjuk ke arah utara dan selatan. Ujung magnet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
yang mengarah ke utara disebut kutub utara, sedangkan ujung magnet
yang mengarah ke selatan disebut kutub selatan. Biasanya kedua ujung
magnet diberi warna yang berbeda untuk membedakan kedua kutub
magnet itu. Saat kutub yang sama dari dua magnet saling didekatkan,
keduanya akan saling menolak. Sebaliknya, jika kutub yang berbeda
dari dua magnet didekatkan, akan terjadi tarik-menarik. Perhatikan
gambar di bawah ini!
Gambar 1. Garis medan magnet antara dua kutub magnet senama dan
tidak senama 2. Magnet Buatan
Magnet buatan merupakan magnet yang sengaja dibuat. Ada
beberapa bentuk magnet buatan, misalnya magnet batang, tabung
(silinder), jarum, huruf U, dan magnet berbentuk ladam (tapal kuda).
Gambar 2. Bentuk-bentuk magnet 1. Magnet batang 4. Magnet U 2. Magnet silinder 5. Magnet ladam 3. Magnet jarum (tapal kuda)
Benda-benda yang terbuat dari besi dan baja dapat dibuat menjadi
magnet dengan cara-cara tertentu.ada 3 cara membuat magnet, yaitu:
a) Cara induksi
Caranya dengan menempelkan benda-benda yang terbuat dari
logam (besi atau baja) dengan magnet. Besi atau baja tersebut akan
menjadi bersifat magnet dan dapat menarik benda lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Gambar 3. Batang besi menjadi bersifat magnet dan dapat menarik isi
klip b) Cara gosokan
Caranya dengan menggosok magnet pada sebatang besi atau baja
secara teratur (satu arah saja).semakin lama waktu penggosokkan,
semakin lama pula sifat kemagnetan bertahan di dalam batang besi
atau baja tersebut.
Gambar 4. Batang besi menjadi bersifat magnet setelah digosokkan pada
magnet c) Dialiri arus listrik
Magnet dapat dibuat dengan cara mengalirkan arus listrik searah ke
dalam suatu penghantar. Caranya dengan melilitkan kabel pada
paku kemudian hubungkan kedua ujung kabel dengan baterai dan
dekatkan ujung paku dengan logam (peniti atau jarum). Magnet
yang ditimbulkan disebut elektromagnet.
Gambar 5. Setelah dialiri listrik paku menjadi bersifat magnet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
3. Cara Menghilangkan Sifat Magnet
Magnet dapat menjadi hilang sifat kemagnetannya jika:
a) Dibanting-banting
b) Dibakar
c) Dipukul-pukul (Yohanes Surya 2008: 19).
Dari uraian materi di atas dapat disimpulkan bahwa materi magnet
kelas V menuntut guru agar cermat dalam proses pembelajaran. Guru
harus benar-benar mengajarkan materi dengan cara siswa mengalami
langsung materi yang diajarkan dan mengkaitkan dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan pembelajaran tersebut pengetahuan akan melekat pada siswa
dan tidak mudah hilang. Selain itu siswa lebih aktif dalam pembelajaran.
2. Hakikat Model Pembelajaran Quantum
a. Hakikat Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, atau prinsip pembelajaran. Model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode,
atau prosedur. Menurut Joyce dan Weil dalam Soli Abimanyu dkk (2008: 4)
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Menurut Sri Sulistyorini (2007: 14) model pembelajaran merupakan
rencana, pola atau pengaturan kegiatan guru dan peserta didik yang
menunjukkan adanya interaksi antara unsur-unsur yang terkait dalam
pembelajaran. Model pembelajaran sebagai suatu rencana atau pola yang
digunakan dalam mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada
pengajar di kelas dalam setting pembelajaran
(http://penddk.inyouge.com/modelpembelajaran diakses 20 Agustus 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
model pembelajaran merupakan kerangka konseptual, rencana, atau
pengaturan kegiatan guru dan peserta didik untuk mencapai tujuan belajar
yang berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran.
b. Pengertian Model Pembelajaran Quantum
Quantum teaching dimulai di SuperCamp, sebuah program percepatan
Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah
perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan
keterampilan akademis dan keterampilan pribadi (DePorter, 2010:32).
DePorter, Reardon, dan Nourie (2010: 34) menyatakan bahwa:
Quantum: Interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Teaching, dengan demikian, adalah penggubahan bermacam-macam interaksiyang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.
Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan
belajar, dan NLP (neurolinguistik) dengan teori, keyakinan, dan metode kami
sendiri (DePorter & Henarcki, 2007:16). Menurut Suyatno (dalam
http://garduguru.blogspot.com/2008/03/beda-quantum-teaching-dan-quantum
.html diakses pada 18 Maret 2011) Quantum Learning merupakan konsep
untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip
sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan.
Quantum model of learning is one used as a guide in planning and executing classroom learning which include the strategy called, in Indonesian language, TANDUR (Tumbuhkan – grow, Alami – experience, Namai – give a name, Demonstrasikan – demonstrate, Ulangi – repeat, and Rayakan – celebrate), context, content, principle, and main paradigm. Quantum learning is a combination of various interactions which are available in the learning moment. This interaction covers all element which effective in enabling students’ success (De Porter, 2000).
Asas utama pembelajaran quantum adalah “Bawalah dunia siswa ke
dunia guru, dan antarkan dunia guru ke dunia siswa” (Made Wena,2009:161).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Hal ini berarti bahwa langkah pertama seorang guru dalam kegiatan PBM
adalah memahami atau memasuki dunia siswa, sebagai bagian kegiatan
pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan dengan apa yang akan diajarkan guru.
Setelah kaitan itu terbentuk, siswa dapat dibawa ke dunia guru, dan memberi
siswa pembelajaran tentang isi pembelajaran.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pembelajaran quantum adalah pembelajaran yang menggunakan unsur belajar
efektif yang dapat merangsang siswa untuk belajar lebih menyenangkan
karena mengalami langsung apa yang sedang dipelajari, konsep untuk
pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah
ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan serta tidak hanya
mengajar materi sehingga pemahaman siswa meningkat.
c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Quantum
Pembelajaran Quantum mempunyai prinsip-prinsip dasar. Menurut
Sugiyanto ( 2009: 80-81 ), prinsip-prinsip dasar ini ada lima macan, yaitu:
1) Ketahuilah bahwa segalanya berbicara Dalam pembelajaran quantum, segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.
2) Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan Semua yang terjadi dalam proses pengubahan energi menjadi cahaya mempunyai tujuan. Tidak ada kejadian yang tidak bertujuan. Baik pembelajar maupun pengajar harus menyadari bahwa kejadian yang dibuatnya selalu bertujuan.
3) Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan Proses pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh makna untuk apa yang mereka pelajari. Dikatakan demikian karena otak manusia berkembang pesat dengan adanya stimulan yang kompleks, yang selanjutnya akan menggerakkan rasa ingin tahu.
4) Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran Pembelajaran atau belajr selalu mengandung risiko besar. Dikatakan demikian karena pembelajaran berarti melangkah keluar dari kenyamanan dan kemapanan di samping berarti membongkar pengetahuan sebelumnya. Pada waktu pambelajar melakukan langkah keluar ini, mereka patut memperoleh pengakuan atas kecakapan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
kepercayaan diri mereka.bahkan sekalipun mereka berbuat kesalahan, perlu diberi pengakuan atas usaha yang mereka lakukan.
5) Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan Segala sesuatu yang layak dipelajari oleh pembelajar sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya. Perayaan atas apa yang telah dipelajari dapat memberikan balikan mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan pembelajar.
Pembelajaran Quantum mengingatkan guru pada pentingnya
memasuki dunia siswa. Guru harus membangun jembatan memasuki dunia
murid. Hal ini akan memudahkan guru membangun jalinan, menyelesaikan
bahan pelajaran lebih cepat, membuat pemahaman konsep lebih melekat, dam
memastikan terjadinya pengalihan pengetahuan. Lingkungan kelas
mempengaruhi kemampuan siswa untuk berfokus dan menyerap informasi.
Pengaturan bangku mendukung pemahaman konsep siswa meningkat. Geser
bangku secara berkelompok agar siswa dapat berfokus pada tugas yang
dihadapi. Pengorkestrasian unsur-unsur dalam lingkungan sangat berpengaruh
pada kemampuan guru untuk mengajar lebih banyak dengan usaha lebih
sedikit.
d. Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum
Pada dasarnya dalam pelaksanaan komponen rancangan pembelajaran
quantum, dikenal dengan singkatan “TANDUR” yang merupakan
kepanjangan dari: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan
Rayakan (DePorter, Reardon & Nourie, 2010:127).
Kerangka perancangan pembelajarn kuantum TANDUR adalah sebagai berikut: 1) Tumbuhkan Sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan mereka. Buatlah siswa tertarik atau penasaran tentang materi yang akan kita ajarkan. 2) Alami
Berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan “kebutuhan untuk mengetahui”.
3) Namai Berikan “data” tepat saat minat memuncak mengenalkan konsep-konsep pokok dari materi pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
4) Demonstrasikan Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi.
5) Ulangi Rekatkan gambaran keseluruhannya. Ini dapat dilakukan melalui pertanyaan post-test, ataupun penugasan, atau membuat rangkuman hasil belajar.
6) Rayakan Ingat, jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan!Perayaan menambahkan belajar dengan asosiasi positif (Sugiyanto 2009: 84).
Kerangka perancangan pembelajaran Quantum di atas menjamin
siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pembelajaran. Kerangka ini
juga memastikan bahwa mereka mengalami pembelajaran, berlatih,
menjadikan isi pembelajaran nyata bagi mereka sendiri dan mencapai sukses.
Dalam pembelajaran Quantum guru dituntut mengajak siswa ke dalam
proses belajar seumur hidup yang dinamis yang tidak terlupakan. Guru
menciptakan suasana prima yang unik bagi siswa, yang membuat siswa
merasa aman tetapi tertantang, dimengerti dan dirayakan. Guru
mendengarkan para siswa membacakan hasil kegiatan diskusi, berbagi, dan
merayakan belajar siswa.
e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Quantum
Model pembelajaran Quantum juga mempunyai beberapa kelebihan
dan kekurangan bila diterapkan dalam pembelajaran. Kelebihan dan
kekurangan mdel pembelajaran Quantum, yaitu sebagai berikut:
1) Kelebihan Model Pembelajaran Quantum a) Pembelajaran quantum menekankan perkembangan akademis
dan keterampilan. Dalam pendekatan pembelajaran quantum, pendidik/ guru mampu menyatu dan membaur pada dunia peserta didik sehingga guru bisa lebih memahami peserta didik dan ini menjadi modal utama yang luar biasa untuk mewujudkan metode yang lebih efektif yaitu metode belajara-mengajar yang lebih menyenangkan.
b) Penyajian materi pelajarannya yang secara alami merupakan proses belajar yang paling baik yaitu terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari sehingga siswa berada pada zona nyaman untuk kemudian sedikit demi sedikit keluar dari zona
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
nyaman untuk melakukan penjelajahanyang sesungguhnya yaitu kegiatan belajaritu sendiri.
c) Pada pembelajaran quantum , objek yang menjadi tujuan utama adalah siswa. Maka dari itu guru mengupayakan berbagai interaksi dan menyingkirkan hambatan belajar dengan cara yang tepat agar siswa dapat belajar secara mudah dan alami.
2) Kekurangan Model Pembelajaran Quantum a) Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru
lebih khusus. b) Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran
yang cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik. c) Adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar, dan menuntut
situasi dan kondisi serta waktu yang lebih baik (http://www.google.co.id/gwt/x?q=Kelebihan+model+quantum+learning&ei=NOPJTZjdCMTrkAWHIKe2AQ&ved=OCA4QFjAE&hl=id&source=m&rd=1&u=http://leliana85.blogspot.com/20011/02/model-pembelajaran-quantum-learning.html).
Dari uraian di atas diketahui bahwa pada setiap pembelajaran pasti ada
kelebihan dan kekurangan yang harus dihadapi oleh guru. Oleh sebab itu,
maka guru harus pintar-pintar mengatasi kekurangan yang dihadapi dan
memanfaatkan dengan sebaik-baiknya kelebihan yang ada. Dalam model
pembelajaran Quantum ini, guru harus mempersiapkan pembelajaran
dengan matang dan menyingkirkan hambatan belajar dengan cara tepat agar
siswa dapat belajar secara nyaman dan alami.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelaah penelitian yang relavan diperlukan untuk mempertajam
penelitian yang dilakukan peneliti. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti relevan
dengan beberapa penelitian, yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Isna Noor Izzati (2009) dalam skripsi
dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model
Pembelajaran Kuantum pada Siswa Kelas IV SD Negeri Banyuputih 04
Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2008/2009 ”
dengan hasil penelitiannya adalah:
a. Hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Banyuputih 04 pada materi
energi bunyi meningkat dengan menerapkan model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
kuantum baik dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan
psikomotoriknya. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kelas terjadi
peningkatan yaitu pada tes awal sebesar 5,50; siklus I 6,47; siklus II
7,33; dan pada siklus III naik menjadi 8,4. Ketuntasan belajar pada tes
awal 43,33%, tes siklus I 80%, tes siklus II 96,67%, dan tes siklus III
semua siswa sudah mencapai ketuntasan yaiti 100%.
b. Cara meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan model
pembelajaran kuantum adalah dengan menggunakan kerangka
TANDUR.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Lika Deri Yofriadi (2010) dalam skripsi
dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Sifat-
sifat Cahaya Melalui Model Pembelajaran Siklus Belajar di Kelas V SD
Negeri 1 Bancar Kecamatan Bancar Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran
2009/2010”. Dengan hasil penelitiannya adalah penerapan model
pembelajaran siklus belajar ini dapat membuat siswa lebih kreatif,
meningkatkan pengembangan konsep, dan dapat meningkatkan
kemampuan kognitif siswa. Terbukti dengan adanya peningkatan hasil
belajar yang meningkat dari ketuntasan sebelum siklus yaitu 16,13%
menjadi 64,52% pada siklus 1 menjadi 90,32% pada siklus 2.
Penelitian di atas memperkuat penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Oleh sebab itu peneliti melakukan penelitian dengan mengacu pada penelitian di
atas. Peneliti mengambil tolak ukur penelitian di atas karena adanya persamaan
mata pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian yang peneliti lakukan yaitu
mata pelajaran IPA. Perbedaannya adalah model pembelajaran yang digunakan.
Pada penelitian di atas menggunakan model siklus belajar. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan model pembelajaran Quantum . Selain itu terdapat
perbedaan variabel terikat, pada penelitian di atas variabel terikatnya adalah hasil
belajar, sedangkan pada penelitian ini variabel terikatnya adalah pemahaman
konsep magnet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan di atas maka dapat disusun
suatu kerangka pemikiran. Pada kondisi awal pembelajaran sebelum menerapkan
model pembelajaran quantum guru masih menggunakan pembelajaran
konvensional sehingga siswa menjadi lebih cepat bosan dan informasi yang
disampaikan sulit diserap oleh siswa serta tidak merangsang kreatifitas dan
partisipasi siswa. Guru lebih menekankan pada terselesainya materi dari pada
pemahaman siswa terhadap materi. Komunikasi pembelajaran hanya satu arah
sehingga kurang adanya timbal balik antara guru dengan siwa untuk aktif dan
kreatif dalam menyerap dan mempertajam gagasan. Siswa masih merasa malu
untuk bertanya kepada guru tentang materi yang belum mereka pahami sehingga
membuat siswa kurang aktif dalam pembelajara, siswa menganggap bahwa IPA
merupakan mata pelajaran yang sulit sehingga mereka enggan mempelajarinya.
Akibat dari permasalahan tersebut dapat mempengaruhi pemahaman konsep
magnet siswa cenderung rendah.
Hal di atas dapat diatasi dengan menerapkan model pembelajaran yang
inovatif. Penerapan model pembelajaran yang inovatif diharapkan dapat lebih
meningkatkan siswa dalam kualitas belajarnya khususnya dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa khususnya materi magnet. Sehingga pengetahuan yang
didapat menjadi lebih bermakna dan siswa dapat mengalami sendiri pengetahuan
tersebut. Dalam hal ini penulis tertarik untuk menerapkan model pembelajaran
quantum. Pembelajaran quantum adalah pembelajaran yang menggunakan unsur
belajar efektif yang dapat merangsang siswa untuk belajar lebih menyenangkan
karena mengalami langsung apa yang sedang dipelajari sehingga diharapkan
pemahaman konsep magnet siswa meningkat. Dalam proses belajar-mengajar
model pembelajaran quantum, guru lebih sedikit memberikan materi pelajaran
kepada siswa. Sebaliknya, siswa belajar dan memperoleh pengalaman lebih
banyak.
Setelah melaksanakan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran
quantum, pemahaman konsep magnet siswa serta proses pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dilaksanakan siswa dapat lebih bermakna. Sehingga pada akhirnya pemahaman
konsep magnet siswa meningkat.
Dari pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam
penelitian ini sebagai berikut :
Gambar 6. Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir seperti yang diungkapkan
di atas, maka dalam penelitian ini akan diajukan rumusan hipotesis tindakan yaitu:
“Dengan penggunaan model pembelajaran Quantum dapat meningkatkan
pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri I Petir Kecamatan Kalibagor
Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2010/ 2011”.
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Guru menggunakan metode konvensional
Penerapan model pembelajaran quantum
Setelah diterapkan model pembelajaran quantum, pemahaman konsep magnet siswa meningkat
Pemahaman konsep magnet siswa rendah
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Petir
Jln. Kalianja No. 1 Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas 53191.
Ditentukkan di tempat ini karena mempertimbangkan kemudahan pihak sekolah
mengadakan kerjasama dengan peneliti. Alasan lain peneliti memilih sekolah
tersebut karena banyak siswa yang belum dapat memahami konsep magnet
dengan baik. Hal ini terjadi karena guru masih menggunakan metode
konvensional sehingga kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran
akibatnya siswa cenderung pasif
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 Tahun Pelajaran
2010/2011 yaitu mulai Februari 2011 sampai dengan Juni 2011. Kegiatan yang
dilakukan peneliti, yaitu pengajuan judul, pengajuan proposal, revisi proposal,
pembuatan instrumen penelitian, pengajuan surat ijin, pelaksanaan siklus I dan
siklus II, analisis data, dan pembuatan proposal (jadwal penelitian terlampir).
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action
research). Kasihani Kasbolah (2001: 8) mendefinisikan “Penelitia Tindakan Kelas
adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dan upaya perbaikan ini dilakukan
dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang
diangkat dari kegiatan tegas sehari-hari di kelas”. Penelitian Tindakan Kelas
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga
pemahaman konsep siswa menjadi meningkat. Penelitian tindakan kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
merupakan penelitian yang reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari
permasalahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar,
kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalahnya dan ditindak lanjuti
dengan tindakan –tindakan terencana dan terukur. Oleh karena itu maka penelitian
tindakan kelas membutuhkan kerjasama antara peneliti, guru, siswa dan staf
sekolah yang lebih baik. dan ditindak lanjuti degan tindakan-tindakan terencana
dan terukur. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas membutuhkan kerjasama
antara peneliti, guru, siswa dan staf sekolah yang lebih baik. Langkah-langkah
pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat tahap yaitu perencanaan (planning),
tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
2. Strategi Penelitian
Strategi yang diambil dalam penelitian ini adalah stategi tindakan kelas
model siklus karena objek penelitian yang diteliti hanya satu sekolah. Adapun
rancangan penelitiannya meliput beberapa tahap sebagai berikuti:
a. Tahap persiapan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
2) Mempersiapkan instrumen penelitian
3) Mempersiapkan dan merancang tindakan sesuai dengan standar kompetensi
4) Mengajukan solusi alternatif
b. Tindakan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah dirancang setiap tindakan perlu diadakan
refleksi.
c. Setiap pengamatan perlu diadakan pengkajian yang lebih mendetail untuk
mengetahui apakah penerapan tindakan pada pembelajaran sudah dapat
mengatasi masalah yang ada.
d. Analisis dan refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil pengamatan
sehingga diperoleh suatu simpulan tentang pelaksanaan tindakan. Dari hasil
penarikan kesimpulan Tahap tersebut, dapat diketahui apakah penelitian telah
mencapai keberhasilan sesuai dengan yang diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1
Petir Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2010/2011.
Jumlah siswa kelas V adalah 36 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 19
siswa perempuan. Tidak ada ABK (anak berkebutuhan khusus) di kelas V.
D. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Petir
Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2010/2011, arsip
nilai, guru, Kepala Sekolah, hasil observasi, dan hasil tes.
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh data dan keterangan
yang benar serta dapat dipercaya dalam penelitian. Untuk mengumpulkan data ini
digunakan teknik yang tepat. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah:
1. Observasi
Observasi ini dilakukan untuk memantau proses dan dampak
pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar
lebih efektif dan efisien ( Amir, 2009: 134). Observasi juga digunakan untuk
mengetahui cara belajar dan model pembelajaran yang digunakan dalam
proses pembelajaran terhadap pengaruh dalam meningkatkan pemahaman
konsep magnet siswa.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah
suatu teknik yang dilakukan dengan mengamati secara teliti dan cermat
terhadap fenomena yang menjadi sasaran pengamatan. Observasi dapat
dibedakan ke dalam dua bentuk yaitu observasi partisipatif (pengamatan
terlibat) dengan observasi non partisipatif. Observasi partisipatif adalah
observasi yang dilakukan selama pembelajaran dan observer (pengamat) ikut
aktif berpartisipasi pada aktivitas dalam bentuk yang sedang diselidiki.
Sedangkan observasi non partisipatif adalah pengamatan yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
secara sepintas pada saat tertentu dalam kegiatan obyeknya dan pengamat
tidak melibatkan diri dalam kegiatan tesebut.
Bentuk observasi dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif
dimana peneliti (pengamat) dalam penelitian ini ikut aktif berpartisipasi
dalam pembelajaran tentang gaya magnet.
2. Dokumentasi
Dokumen yang digunakan berupa foto kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran dan pada saat melakukan diskusi, daftar nilai siswa, daftar hadir
siswa, dan hasil dari kegiatan diskusi (portofolio).
3. Tes
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan sesuatu, keterampilan,
pengetahuan, penguasaan, dan sebagainya (St. Y. Slamet, 2007b: 167).
Peneliti menggunakan teknik tes guna mengukur pemahaman konsep dan
penguasaan materi magnet dengan baik. Dengan demikian peneliti dapat
mengetahui tingkat pencapaian pemahaman konsep siswa.
F. Validitas Data
Validitas data menunjukan sejauhmana alat ukur itu mengukur apa yang
seharusnya diukur. Tinggi rendahnya instrumen menunjukan sejauhmana fakta
yang terkumpul dari gambar tentang variabel yang dimaksud. Trianggulasi
merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multi
perspektif (St. Y. Slamet, 2007: 54). Artinya, untuk menarik simpulan yang
mantap diperlukan tidak hanya satu cara pandang, melainkan bisa
dipertimbangkan beragam fenomena yang muncul, dan selanjutnya dapat ditarik
simpulan yang lebih mantap dan lebih bisa diterima kebenarannya. Dalam
penelitian ini untuk memperoleh validitas data melalui triangulasi:
1. Trianggulasi data ( sumber ) dengan mengumpulkan data sejenis dari sumber
berbeda. Dengan teknik ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
lebih tepat sesuai dengan keadaan siswa. Di dalam penelitian ini sumber data
yang digunakan adalah data nilai semester 1 siswa dan data nilai tes siswa
pada materi magnet..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2. Trianggulasi metode. Jenis trianggulasi metode ini dilakukan dengan
mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik
mengumpulkan data yang berbeda. Yang ditekankan adalah penggunaan
teknik dan metode pengumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih jelas
untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji
kemantapan informasinya. Di dalam penelitian ini menggunakan teknik
observasi, dokumentasi, dan tes.
3. Triangulasi peneliti, yaitu dengan melibatkan peneliti, guru kelas dan kepala
sekolah.
Sebelum memasuki siklus I, peneliti terlebih dahulu melakukan tes
penjajagan atau pretest. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Dalam melaksanakan
tahap pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai peneliti dan pengumpul
data. Data yang telah dikumpulkan selama tindakan berlangsung kemudian
dianalisis. Berdasarkan hasil analisis, peneliti dapat mengetahui tingkat
keberhasilan dan kegagalan yang kemudian dilaksanakan perbaikan. Pelaksanaan
penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus.
G. Analisis Data
Data yang berupa hasil pengamatan atau observasi diklarifikasikan
sebagai data kualitatif. Data ini diinterpretasikan kemudian dihubungkan dengan
data kuantitatif (tes) sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan.
Data dari hasil tes dianalisis secara deskriptif, yakni dengan
membandingkan hasil tes antar siklus. Analisa data yang digunakan adalah model
analisis interaktif, meliputi tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersama-sama
dan terus menerus selama pengumpulan data yaitu reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan.
1. Reduksi data yaitu proses menyeleksi data awal, memfokuskan,
menyederhanakan dan mengabsraksi data kasar yang ada dalam fieldnote
(catatan lapangan). Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
penelitian. Data reduksi adalah sesuatu bentuk analisis yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan
mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dilakukan
2. Penyajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang
memungkinkan penelitian dapat dilakukan. Dengan melihat penyajian data,
maka akan dimengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk
mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan
pengertian tersebut.
3. Penarikan kesimpulan, dalam tahapan ini apabila ditemukan data yang akurat,
maka peneliti tidak segan-segan untuk melakukan penyimpulan ulang, peneliti
dalam hal ini bersifat terbuka.
Reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan sebagai sesuatu
yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data
dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut
“analisis”. Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan pada
gambar 7 sebagai berikut:
Gambar 7. Komponen-komponen analisis data model interaktif (Miles
dan Huberman, 2007: 20)
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Kesimpulan-kesimpulan: Penarikan/Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
H. Indikator Kinerja
Dalam pembelajaran Sains terutama dalam upaya meningkatkan
pemahaman konsep siswa dengan penggunaan model pembelajaran quantum,
diharapkan: “Indikator kerja yang peneliti tetapkan dalam penelitian ini adalah
kriteria keberhasilan siswa dalam penelitian ini yaitu apabila siswa menguasai
materi 80% atau lebih dengan pencapaian nilai melalui tes
diakhir pembelajaran”.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan tindakan kelas ini, peneliti memilih prosedur
penelitian yang meliputi (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi, (4) refleksi.
Proses pelaksanaan tindakan kelas ini selanjutkan dituangkan dalam
bentuk rancangan penelitian yang memiliki cirri khusus yang berupa alur
pelaksanaan tindakan yang dilakukan, yaitu:
Gambar 8. Alur Pelaksanaan dalam Penelitian Tindakan Kelas
SIKLUS II
SIKLUS SELANJUTNYA
PELAKSANAAN
PENGAMATAN PERENCANAAN
REFLEKSI
PELAKSANAAN
REFLEKSI
PENGAMATAN PERENCANAAN
SIKLUS I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan kegiatan antara lain:
1) Meminta ijin kepada Kepala Sekolah dan guru kelas V SD Negeri 1 Petir
untuk melakukan penelitian tindakan kelas.
2) Mengadakan observasi keadaan lingkungan kelas dan sekolah. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui gambaran awal tentang keadaan kegiatan
belajar mengajar.
3) Peneliti melakukan pretest untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan
siswa sehingga diperoleh data awal.
4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
5) Guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan.
6) Melakukan kolaborasi dengan guru kelas.
7) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS).
8) Merancang tes siklus 1 dan kunci jawabannya.
9) Membuat lembar observasi.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dengan perencanaan yang dipersiapkan yaitu
pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Quantum pada mata
pelajaran IPA. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Tumbuhkan
Maknanya menumbukan minat siswa akan materi pelajaran yang akan
dipelajari dengan bernyanyi sehingga siswa betul-betul merasa tertarik
akan materi pengelompokkan magnet dan sifat-sifat magnet.
2) Alami
Dengan kerja kelompok, siswa dibimbing untuk mengalami sendiri
bagaimana mengelompokkan benda magnetis dan benda non magnetis
serta sifat magnet yang dapat menembus benda.
3) Namai
Pada tahap ini siswa secara berkelompok membuat kesimpulan tentang
percobaan yang sudah dilaksanakan. Siswa menuliskan pengertian benda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
magnetis dan benda non magnetis. Kemudian siswa bersama guru
menamai hasil pekerjaan siswa dan kesimpulan yang telah disampaikan
sehingga siswa mendapat pemahaman konsep pengelompokkan benda
magnetis dan non magnetis serta benda yang dapat ditembus oleh magnet.
4) Demonstrasikan
Setelah percobaan dan diskusi kelompok selesai, masing-masing kelompok
maju ke depan membacakan hasil percobaan di depan kelas.
5) Ulangi
Pada tahap ini guru menjelaskan secara ulang tentang pengertian benda
magnetis dan non magnetis dan benda yang dapat ditembus magnet
sehingga siswa lebih memahami materi. Guru memberikan soal latihan
yang dikerjakan secara individual.
6) Rayakan
Setelah siswa berhasil mengerjakan soal latihan maka sebelum ditutup
perlu dirayakan sehingga siswa bersemangat dalam pembelajaran.
c. Observasi
Untuk memperoleh data yang lebih akurat, peneliti melakukan
observasi atau pengamatan yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran
berlangsung serta bertanya jawab dengan siswa guna mengetahui kesulitan
yang dihadapi siswa. Observer pada penelitian ini adalah peneliti dan guru
kelas V. Selama pelaksanaan tindakan baik pertemuan I maupun II pada
siklus I, observasi dilakukan oleh peneliti kepada siswa dalam kegiatan
pembelajaran IPA kelas V dengan model pembelajaran Quantum. Observasi
yang dilakukan oleh guru kelas difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran
yaitu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa
lembar pengamatan/observasi aktivitas siswa, lembar pengamatan/observasi
guru dan dokumentasi yang berupa foto.
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian
pelaksanaan pembelajaran IPA materi gaya magnet dengan menerapkan
model pembelajaran Quantum dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
(RPP) yang telah disusun serta untuk mengetahui seberapa besar
pembelajaran IPA materi gaya magnet yang dilaksanakan dapat
menghasilkan perubahan pada pemahaman konsep siswa tentang gaya
magnet.
d. Tahap Evaluasi-Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama guru kelas V dan kepala sekolah
menganalisis kegiatan pembelajaran Quantum yang dilakukan. Hasil refleksi
ini digunakan sebagai dasar pemikiran untuk tindakan yang akan datang
karena hasil yang diperoleh belum maksimal. Setelah dilaksanakannya siklus
I telah ada peningkatan pemahaman konsep siswa kelas V SD Negeri 1 Petir
yaitu dari 44,44% menjadi 77,78%. Jadi, pemahaman konsep siswa
mengalami kenaikan sebesar 33,34%. Akan tetapi, peningkatan ini masih
belum maksimal, masih ada siswa yang belum mendapatkan nilai di atas
KKM yaitu 8 siswa, sehingga diperlukan adanya tindakan penelitian siklus II.
2. Siklus II
Pada rancangan siklus 2 ini tindakan diambil dari hasil yang telah dicapai
pada siklus 1 sebagai usaha perbaikan. Langkah-langkah yang dilaksanakan
peneliti dalan siklus 2 hampir sama dengan siklus pertama.
a. Tahap Perencanaan
Perencanaan pada siklus yang kedua ini adalah dengan melakukan
indentifikasi masalah dan penempatan alternatif pemecahan masalah. Kegiatan
ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Merencanakan pembelajaran dengan model pembelajaran quantum.
2) Mengembangkan skenario pembelajaran.
3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS).
4) Menyiapkan sumber belajar dan media.
5) Mengembangkan format evaluasi.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran Quantum dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
1) Tumbuhkan
Maknanya menumbukan minat siswa akan materi pelajaran yang akan
dipelajari dengan bernyanyi sehingga siswa betul-betul merasa tertarik
akan materi sifat-sifat magnet dan cara membuat magnet.
2) Alami
Pada tahap ini siswa melakukan kerja kelompok, siswa dibimbing untuk
mengalami sendiri bagaimana jarak mempengaruhi kekuatan magnet dan
cara membuat magnet yaitu dengan induksi, penggosokkan, dan dialiri
listrik.
3) Namai
Pada tahap ini siswa secara berkelompok membuat kesimpulan tentang
percobaan yang sudah dilaksanakan. Siswa menuliskan kekuatan magnet
dipengaruhi oleh jarak dan cara-cara mmbuat magnet. Kemudian siswa
bersama guru menamai hasil pekerjaan siswa dan kesimpulan yang telah
disampaikan sehingga siswa mendapat pemahaman konsep kekuatan gaya
magnet pada berbagai jarak dan mengetaui cara membuat magnet buatan.
4) Demonstrasikan
Setelah percobaan dan diskusi kelompok selesai, masing-masing kelompok
maju ke depan membacakan hasil percobaan di depan kelas.
5) Ulangi
Siswa bersama guru mengulang hasil percobaan tentang cara membuat
magnet. Siswa secara bersama-sama mengulang cara-cara membuat
magnet sehingga siswa lebih memahami materi. Guru memberikan soal
latihan yang dikerjakan secara individual.
6) Rayakan
Setelah siswa berhasil mengerjakan soal latihan maka sebelum ditutup
perlu dirayakan sehingga siswa bersemangat dalam pembelajaran.
c. Tahap Observasi
Untuk memperoleh data yang lebih akurat, peneliti melakukan
observasi atau pengamatan yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Tindakan yang dilakukan dengan mengkaji hasil pada siklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
pertama dan memonitor serta membantu siswa jika menemui kesulitan.
Observer pada penelitian ini adalah peneliti dan guru kelas V. Selama
pelaksanaan tindakan baik pertemuan I maupun II pada siklus I, observasi
dilakukan oleh peneliti kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran IPA kelas
V dengan model pembelajaran Quantum . Observasi yang dilakukan oleh guru
kelas difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan yang
dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang
dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar
pengamatan/observasi aktivitas siswa, lembar pengamatan/observasi guru dan
dokumentasi yang berupa foto.
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian
pelaksanaan pembelajaran IPA materi gaya magnet dengan menerapkan
model pembelajaran Quantum dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang telah disusun serta untuk mengetahui seberapa besar
pembelajaran IPA materi gaya magnet yang dilaksanakan dapat
menghasilkan perubahan pada pemahaman konsep siswa tentang gaya
magnet.
d. Tahap Evaluasi-Refleksi
Peneliti dengan guru kelas V dan kepala sekolah melakukan kembali
evaluasi untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa. Setelah
dilaksanakannya siklus II jumlah siswa yang mengalami peningkatan
pemahaman konsep sudah sesuai yang diharapkan oleh peneliti. Pada
pelaksanaan siklus I, jumlah siswa yang mengalami peningkatan pemahaman
konsep dan nilai tes lebih tinggi atau sudah mencapai kriteria ketuntasan
adalah 28 siswa (77,78% dari jumlah siswa kelas V). Sedangkan pada siklus
II, jumlah siswa yang mengalami peningkatan pemahaman konsep dan nilai
tes lebih tinggi atau sudah mencapai kriteria ketuntasan adalah 36 siswa
(100% dari jumlah siswa kelas V), sehingga penelitian dianggap cukup dan
berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Petir Kecamatan Kalibagor
Kabupaten Banyumas. Sekolah ini berdiri pada tahun 1962 dan berstatus negeri
dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) yaitu 101030210013. SD Negeri 1 Petir
dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang membawahi 6 (enam) guru kelas, 4
(empat) guru mata pelajaran, dan 1 (satu) penjaga sekolah. Kepala SD Negeri 1
Petir saat ini adalah Ibu Sumijati, A. Ma. Pd. SD Negeti 1 Petir mempunyai siswa
berjumlah 207 siswa yang terdiri dari kelas I sebanyak 29 siswa, kelas II sebanyak
32 siswa, kelas II sebanyak 36 siswa, kelas IV sebanyak 39 siswa, kelas V
sebanyak 36 siswa, dan kelas VI sebanyak 35 siswa.
Secara geografis SD Negeri 1 Petir terletak di jalan Kalianja Desa Petir
RT 01 RW II Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas. Sekolah Dasar Negeri
1 Petir berdiri di atas tanah seluas 1863 m2 dengan luas bangunan 243 m2, luas
halaman 280 m2. Bangunan yang ada di SD Negeri 1 Petir diantaranya 1 ruang
guru dan kepala sekolah, 6 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 dapur, dan 1
kamar mandi guru dan siswa. SD Negeri1 Petir juga memiliki halaman yang
cukup luas yang digunakan untuk upacara dan senam kesehatan jasmani. Dalam
pembelajaran yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Petir belum melaksanakan model
pembelajaran Quantum khususnya pada pembelajaran IPA kelas V pada materi
magnet, sehingga nilai siswa masih banyak yang belum mencapai KKM yang
ditentukan sekolah pada awal semester. Untuk mengantisipasi hal tersebut peneliti
mengadakan penelitian di kelas V menggunakan model pembelajan yang dapat
meningkatkan pemahaman konsep siswa yaitu dengan model pembelajaran
Quantum.
Fasilitas yang ada di sekolah ini cukup memadai. Berbagai jenis alat
peraga dan media untuk berbagai mata pelajaran, namun ada beberapa yang tidak
terawat dengan baik dan jarang sekali digunakan. Media tersebut berupa kit IPA
dan Matematika. Kit IPA berupa jenis batuan, magnet,dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
2. Deskripsi Hasil Penelitian
a. Deskripsi Pra-Siklus
Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan
kegiatan observasi. Observasi ini dilakukan kepada guru dan siswa pada saat
proses pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 1 Petir dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi pembelajaran IPA yang dilakukan guru. Jumlah siswa
kelas V adalah 36 siswa yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 19 siswa
perempuan.
Berdasarkan data hasil observasi pada bulan Januari terhadap
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi
magnet di kelas V SD Negeri 1 Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten
Banyumas masih terdapat banyak kekurangan, antara lain siswa kurang aktif
dalam mengikuti pembelajaran, dan guru kurang dapat menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan, siswa kurang cekatan bila diberikan suatu alat
peraga atau suatu benda untuk membuktikan suatu teori IPA yang baru
diajarkan guru.
Peneliti melaksanakan tes awal pada hari Sabtu tanggal 23 April 2011.
Siswa mengerjakan lembar evaluasi yang dibagikan oleh peneliti dengan
pemahaman konsep yang telah dimiliki siswa. Berdasarkan hasil tes sebelum
diadakan siklus, yang mendapat nilai di bawah KKM ( 62) sebanyak 19
siswa dan yang mendapat nilai di atas KKM (>62) sebanyak 17 siswa. Untuk
lebih jelasnya mengenai uraian di atas, dapat dilihat pada tabel 1 sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 1. Rekapitulasi Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir Sebelum Tindakan
Nomor Nilai Frekuensi Prosentase
1 30-37 7 19,44%
2 38-45 1 2,78%
3 46-53 5 13,89%
4 54-61 6 16,67%
5 62-69 14 38,89%
6 70-77 1 2,78%
7 78-85 0 0%
8 86-93 2 5,56%
Jumlah 36 100%
Dari Tabel 1 hasil rekapitulasi nilai tes pemahaman konsep magnet siswa
kelas V SD Negeri 1 Petir sebelum tindakan yang telah diterangkan di atas
dapat disajikan dalam gambar 9 di bawah ini:
0
2
4
6
8
10
12
14
30-37
38-45
46-53
54-61
62-69
70-77
78-85
86-93
30-37
70-77
30-37
38-45
46-53
54-61
62-69
70-77
78-85
86-93
Gambar 9. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir Sebelum Tindakan
FREKUENSI
INTERVAL NILAI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Berdasarkan data nilai di atas dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan
tindakan, siswa kelas V SD Negeri 1 Petir sebanyak 36 siswa hanya 17 siswa
atau 47,22% yang memperoleh nilai di atas KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal). Sebanyak 19 siswa atau 52,78% memperoleh nilai di bawah batas
nilai ketuntasan yaitu 62.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa masih rendahnya pemahaman
konsep magnet siswa. Maka dari itu diperlukan suatu pembaharuan
pembelajaran yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Quantum dalam
pembelajaran. Dengan model Pembelajaran Quantum diharapkan
pemahaman konsep magnet siswa akan mengalami peningkatan. Data awal
nilai pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir pra siklus,
dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 2. Hasil Tes Awal
Keterangan Ujian Awal
Nilai terendah 30
Nilai tertinggi 92
Rata-rata nilai 57,86
Siswa belajar tuntas 47,22%
Analisis hasil nilai pemahaman konsep pra-siklus siswa kelas V
SD Negeri 1 Petir, diperoleh nilai rata-rata pemahaman konsep siswa
dalam pembelajaran IPA khususnya magnet adalah 57,86. Hasil
tersebut masih di bawah rata-rata nilai yang diinginkan yaitu sebesar
62 (KKM). Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada
pemahaman konsep magnet pra-siklus pada materi magnet sebesar
47,22%.
Dari hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep magnet siswa masih rendah. Maka dilakukan tindakan
lanjutan untuk meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas
V SD Negeri 1 Petir khususnya dalam materi magnet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
b. Deskripsi Hasil Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada tanggal 29
April dan 30 April 2011. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus dan tiap
siklus terdiri atas 4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1) Tahap Perencanaan
a) Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti yang
sekaligus sebagai guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) mata pelajaran IPA dengan materi magnet kelas V dengan
menggunakan model pembelajaran Quantum yang disusun 2 kali
pertemuan dan masing-masing pertemuan 2 jam pelajaran. Pertemuan
pertama tentang benda magnetis dan non magnetis, dan pertemuan
kedua tentang benda yang dapat ditembus magnet.
b) Menyusun Lembar Kerja Siswa.
c) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran.
d) Membuat lembar observasi siswa.
e) Setiap kali akan melaksanakan pembelajaran, peneliti menata,
mempersiapkan, dan mengatur ruangan sebaik mungkin sehingga
dapat mempermudah terciptanya suasana model pembelajaran
Quantum dalam pembelajaran IPA.
2) Tahap Pelaksanaan / Tindakan
a) Pertemuan I
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat
pada tahap perencanaan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
Jumat, 29 April 2011 selama 2 jam pelajaran (2x35 menit).
Pada pertemuan pertama ini terdiri dari 3 indikator, yaitu
mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan benda
nonmagnetis, merumuskan hasil diskusi benda magnetis dan benda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
nonmagnetis, dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok mengenai
benda magnetis dan benda nonmagnetis. Kegiatan pembelajaran ini
diawali dengan berdoa bersama dan dilanjutkan dengan mengabsen
siswa satu persatu. Guru melakukan apersepsi untuk membuka ingatan
siswa mengenai hal-hal yang berkaitan denga materi yang akan
dipelajari yaitu tentang gaya magnet. Apersepsi pada pembelajaran IPA
siklus I pertemuan I ini adalah siswa diajak menyanyikan lagu yang
berjudul “Magnet” yang dinyanyikan versi “Layang-layang”. Lagu ini
berisi tentang benda-benda yang bisa ditarik oleh magnet serta bahan
pembuatannya. Setelah siswa sedikit mengetahui/mengingat mengenai
magnet, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai
pada pembelajaran ini.
Siswa memperhatikan cerita guru tentang asal-usul magnet. Siswa
bertanya jawab dengan guru tentang pengertian magnet. Siswa
memperhatikan penjelasan guru tentang penggolongan magnet
berdasarkan asal dan kekuatannya. Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok yang heterogen. Siswa diberi lembar kerja oleh guru. Siswa
mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan
percobaan. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang maksud
pembelajaran dan tugas kelompok. Siswa secara berkelompok
melakukan percobaan tentang benda magnetis dan nonmagnetis. Setiap
kelompok berdiskusi membuat kesimpulan yang ada di lembar kerja.
Setelah percobaan dan diskusi kelompok selesai, masing-masing
kelompok maju ke depan membacakan hasil percobaan di depan kelas.
Guru mengajak siswa untuk memberikan tanggapan pada
kelompok yang maju. Guru memberikan penguatan bagi siswa yang
mempresentasikan yaitu berupa pujian dan memberikan reward
(hadiah) yaitu tepuk tangan bagi kelompok yang paling baik. Kemudian
meminta siswa untuk mengumpulkan laporan hasil percobaan.
Siswa secara bersama-sama mengidentifikasi pengertian benda
magnetis dan benda nonmagnetis. Siswa bersama guru menyimpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
hasil percobaan. Siswa bersama guru mengulang hasil percobaan
tentang pengelompokkan benda-benda magnetis dan benda-benda
nonmagnetis.
Siswa secara bersama-sama mengulang pengertian benda magnetis
dan benda nonmagnetis. Siswa diberi kesempatan menanyakan hal yang
belum jelas tentang materi yang telah dipelajari. Siswa bersama guru
menyimpulkan materi pelajaran. Siswa mencatat hal-hal yang penting.
Siswa mengerjakan tes akhir. Siswa diberi motivasi agar lebih giat
belajar. Siswa bersama guru mengakhiri pembelajaran.
Pada pertemuan pertama ini siswa masih kebingungan untuk
melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran Quantum.
Sehingga dalam melaksanakan pembelajaran siswa kurang
menunjukkan keaktifan dan dalam melakukan percobaan masih
memerlukan bimbingan dan masih timbul banyak pertanyaan dari siswa
mengenai langkah-langkah percobaan dan cara merangkai alat dan
bahan yang harus mereka lakukan.
b) Pertemuan II
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat
pada tahap perencanaan. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari
Sabtu, 30 April 2011 selama 2 jam pelajaran (2x35 menit).
Pada pertemuan kedua ini terdiri dari 3 indikator, yaitu
menyebutkan benda-benda yang dapat ditembus oleh gaya magnet,
menunjukkan kekuatan gaya magnet dalam menembus beberapa benda
melalui percobaan, dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok
mengenai benda-benda yang dapat ditembus oleh gaya magnet.
Kegiatan pembelajaran ini diawali dengan berdoa bersama dan
dilanjutkan dengan mengabsen siswa satu persatu. Guru melakukan
apersepsi untuk membuka ingatan siswa mengenai hal-hal yang
berkaitan denga materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya yaitu mengenai benda magnetis dan benda nonmagnetis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Setelah siswa teringat mengenai pengertian benda magnetis dan non
magnetis serta benda-benda yang termasuk benda magnetis dan
nonmagnetis, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus
dicapai pada pembelajaran ini. Siswa memperhatikan penjelasan guru
tentang kutub-kutub magnet. Guru memberikan pertanyaan pancingan
tentang sifat-sifat magnet. Siswa menyebutkan sifat-sifat magnet. siswa
satu-persatu maju ke depan kelas menuliskan sifat-sifat magnet di
papan tulis. Siswa memperhatikan demonstrasi guru tentang magnet
mempunyai gaya tolak dan gaya tarik magnet. Salah satu siswa
mencoba di depan kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
Siswa diberi lembar kerja oleh guru. Siswa mempersiapkan peralatan
yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan. Siswa memperhatikan
penjelasan guru tentang maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
Siswa memulai melaksanakan percobaan. Siswa secara
berkelompok melakukan percobaan tentang gaya magnet dapat
menembus benda. Setiap siswa dalam kelompok mencoba
mempraktekkan benda yang dapat ditembus magnet, yaitu dengan cara
meletakkan isi klip di atas benda yang akan ditenbus gaya magnet
seperti ketras, plastik, buku, meja dan kain. Kemudian magnet
diletakkan di bawah benda tersebut. Setiap kelompok berdiskusi
membuat kesimpulan yang ada di lembar kerja. Setelah percobaan dan
diskusi kelompok selesai, masing-masing kelompok maju ke depan
membacakan hasil percobaan di depan kelas.
Guru mengajak siswa untuk memberikan tanggapan pada
kelompok yang maju. Guru memberikan penguatan bagi siswa yang
mempresentasikan yaitu berupa pujian dan memberikan reward
(hadiah) yaitu tepuk tangan bagi kelompok yang paling baik. Guru
meminta siswa untuk mengumpulkan laporan hasil percobaan.
Pada akhir pembelajaran, guru bersama-sama siswa menyimpulkan
percobaan yang telah dilakukan dan materi yang telah dipelajari yaitu
mengenai kekuatan gaya magnet dalam menembus benda. Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
memberikan kesempatan siswa untuk bertanya apabila ada hal-hal yang
kurang dimengerti. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
memahami pelajaran yang baru saja dipelajari, guru memberikan tes
formatif yang dikerjakan saat itu juga kemudian dikumpulkan. Setelah
selesai evaluasi, guru dan siswa merefleksi kegiatan pembelajaran dan
mengingatkan siswa untuk giat belajar dan jangan takut untuk mencoba.
Pada pertemuan kedua ini beberapa siswa mengalami peningkatan
dalam hal antusias dan keaktifan dalam proses pembelajaran. Selain itu
siswa juga sedikit mampu untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran
serta mampu melaksanakan percobaan yang ditunjukkan dengan
berkurangnya bimbingan yang diberikan guru dan sedikitnya
pertanyaan dari siswa mengenai langkah-langkah penelitian dan
perangkaian alat dan bahan.
3) Tahap Observasi/Pengamatan
Selama pelaksanaan tindakan baik pertemuan I maupun II pada
siklus I, observasi dilakukan oleh peneliti kepada siswa dalam kegiatan
pembelajaran IPA kelas V dengan model pembelajaran Quantum.
Observasi ini difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan
yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung
yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar
pengamatan/observasi aktivitas siswa, dan dokumentasi yang berupa foto.
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai
kesesuaian pelaksanaan pembelajaran IPA materi gaya magnet dengan
menerapkan model pembelajaran Quantum dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk mengetahui seberapa
besar pembelajaran IPA materi gaya magnet yang dilaksanakan dapat
menghasilkan perubahan pada pemahaman konsep siswa tentang gaya
magnet.
Pada pertemuan I siklus I, siswa sudah masuk semua sehingga
tidak ada yang terlambat. Saat pembelajaran dimulai, siswa menunjukkan
kurangnya kesiapan untuk mengikuti pembelajaran. Susana pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
ini kelihatan menegangkan. Sehingga siswa kurang aktif dalam
pembelajaran. Apabila guru memberikan pertanyaan, siswa takut
menjawab dan kalau menjawab hanya berbisik-bisik. Siswa juga tidak
berani maju apabila diperintah guru menulis di papan tulis. Setelah
pembelajaran berjalan lama siswa mulai terlihat bersemangat mengikuti
pembelajaran. Pada saat guru memancing suatu permasalahan yaitu
tentang gaya magnet yang terjadi dalam sehari-hari siswa aktif dalam
menjawab dan dengan suara yang sedikit lantang. Ketika guru mengajak
siswa membentuk kelompok siswa masih bingung tetapi siswa terlihat
antusias. Dalam berkelompok dan mulai membaca petunjuk percobaan
dengan dibimbing guru, siswa masih merasa bingung dalam melakukan
percobaan. Sehingga beberapa siswa dalam kelompok tersebut sering
bertanya mengenai cara melakukan percobaan. Ketika melakukan
percobaan masih banyak terjadi hal-hal yang mengganggu kegiatan
perobaan seperti bermain sendiri dengan alat dan bahan yang digunakan
dalam percobaan, bercerita sendiri, bahkan pasif tidak melakukan kegiatan
apapun. Hal tersebut mengakibatkan kelompok-kelompok tersebut
kehilangan waktu banyak untuk sesuatu yang tidak bermanfaat dan saat
waktu percobaan habis, kelompok-kelompok tersebut pun belum selesai
dalam bereksperimen.
Pada pertemuan II siklus I tidak jauh berbeda dengan pertemuan I.
tetapi ada sedikit peningkatan yaitu mengenai kesiapan siswa dalam
mengikuti pembelajaran dan aktivitas siswa dalam berkelompok. Beberapa
siswa sudah menunjukkan semangatnya untuk melakukan percobaan dan
juga beberapa siswa lain hanya bermain sendiri, mengobrol, pasif (jarang
melakukan kegiatan). Akan tetapi, secara kelompok siswa sudah sedikit
meningkat dalam melakukan percobaan. Hal tersebut ditunjukkan dengan
sudah berkurangnya pertanyaan siswa tentang cara melakukan percobaan
dan percobaan pun dapat berjalan baik dengan berkurangnya bimbingan
guru terhadap kelompok. Selain itu, juga adanya peningkatan nilai tes
formatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-
rata pemahaman konsep magnet siswa pada siklus I adalah 72,9. Pada
siklus I ini masih ada siswa yang belum memenuhi kriteria minimum yang
telah ditetapkan yaitu sebanyak 8 siswa atau 22,22% dari jumlah siswa
kelas V. Sedangkan siswa yang tuntas atau melebihi KKM sebanyak 28
siswa atau 77,78%.
Pencapaian keberhasilan nilai pemahaman konsep magnet siswa
kelas V berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan dalam tabel 3 di
bawah ini:
Tabel 3. Rekapitulasi Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas
V SD Negeri 1 Petir Siklus I
Nomor Nilai Frekuensi Prosentase
1 37-44 2 5,56%
2 45-52 1 2,78%
3 53-60 5 13,89%
4 61-68 8 22,22%
5 69-76 5 13,89%
6 77-84 8 22,22%
7 85-92 6 16,67%
8 93-100 1 2,78%
Jumlah 36 100%
Dari Tabel 3 hasil rekapitulasi nilai tes pemahaman konsep magnet
siswa kelas V SD Negeri 1 Petir siklus I yang telah diterangkan di atas
dapat disajikan dalam gambar 10 di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
01234
567
8
37-44
45-52
53-60
61-68
69-76
77-84
85-92
93-100
37-44
85-92
37-44
45-52
53-60
61-68
69-76
77-84
85-92
93-100
Gambar 10. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD
Negeri 1 Petir Siklus I
Berdasarkan tabel 3 dan gambar 10, dapat diketahui bahwa pada
siklus I ini siswa yang mendapatkan nilai pemahaman konsep antara 37-44
sebanyak 2 siswa atau 5,56%, yang mendapat nilai antara 45-52 sebanyak
1 siswa atau 2,78%, yang mendapat nilai antara 53-60 sebanyak 5 siswa
atau 13,89%, yang mendapat nilai antara 61-68 sebanyak 8 siswa atau
22,22%, yang mendapat nilai antara 69-76 sebanyak 5 siswa atau 13,89%,
yang mendapat nilai antara 77-84 sebanyak 8 siswa atau 22,22%, yang
mendapat nilai antara 85-92 sebanyak 6 siswa atau 16,67%, dan yang
mendapat nilai antara 93-100 sebanyak 1 siswa atau 2,78%.
Tabel 4. Perkembangan Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V pada
Tes Awal dan Tes Siklus I Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir
Keterangan Tes Awal Siklus I
Nilai terendah 30 40
Nilai tertinggi 92 100
Rata-rata nilai 57,86 72,9
Siswa belajar tuntas 47,22% 77,78%
FREKUENSI
INTERVAL NILAI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Dari hasil analisis data perkembangan pemahaman konsep magnet
siswa pada tes siklus I tabel 4 dapat disimpulkan bahwa persentase nilai tes
siswa yang tuntas naik 33,34% dengan nilai batas tuntas (KKM) 62 ke
atas, siswa yang tuntas belajar di siklus I sebesar 77,78% yang semula
pada tes awal hanya terdapat 47,22% siswa yang mencapai batas tuntas.
Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 30
dan pada siklus I menjadi 40. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari
92 menjadi 100, dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal sebesar 57,86
naik pada tes siklus I menjadi 72,9.
4) Tahap Refleksi
Data-data yang diperoleh dari observasi di atas, dianalisis untuk
mengetahui ada tidaknya peningkatan dari sebelum tindakan (pra siklus)
dan setelah tindakan yaitu siklus I.
Berdasarkan tabel 1 dan 3, dapat dibuat perbandingan nilai
pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir sebelum
diterapkannya model pembelajaran Quantum dan setelah diterapkannya
model pembelajaran Quantum dalam pembelajaran IPA (siklus I). Berikut
dituliskan pada tabel 4 yaitu tabel perbandingan pra siklus dan siklus I
sebagai berikut:
Tabel 5. Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas
V SD Negeri 1 Petir Antara Sebelum dan Setelah Siklus I
No
Uraian
Siswa yang Tuntas Siswa yang Belum
Tuntas
Frekuensi % Frekuensi %
1.
2.
Tes Awal
Siklus I
17
28
47,22
77,78
19
8
52,78
22,22
Berdasarkan tabel 5 di atas, agar lebih jelas tentang meningkatnya
pemahaman konsep siswa dari pra siklus (tes awal) ke siklus I
digambarkan dalam gambar 11 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
0
5
10
15
20
25
30
Tes Awal Siklus I
Tes AwalSiklus I
Gambar 11. Perbandingan Ketuntasan Pemahaman Konsep Magnet Siswa
antara Pra-Siklus dan Siklus I
Berdasarkan tabel 5 dan gambar 11 di atas, dapat dikemukakan
bahwa setelah dilaksanakannya siklus I, pemahaman konsep magnet siswa
mengalami peningkatan walaupun hanya sedikit. Pada kegiatan pra siklus
(tes awal) hanya ada 17 siswa atau 47,22% dari jumlah siswa kelas V yang
memiliki pemahaman konsep magnet yang sudah melebihi kriteria
ketuntasan yang telah ditetapkan. Sedangkan setelah dilaksanakan siklus I,
jumlah siswa yang memiliki pemahaman konsep magnet yang sudah
mencapai kriteria ketuntasan bertambah 11 siswa yaitu menjadi 28 siswa
atau 77,78% dari jumlah siswa kelas V.
Berdasarkan uraian di atas, telah ada peningkatan pemahaman
konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir yaitu dari 47,22% menjadi
77,78%. Jadi, pemahaman konsep magnet siswa mengalami kenaikan
sebesar 30,56%. Akan tetapi, peningkatan ini masih belum maksimal,
masih ada siswa yang belum mendapatkan nilai di atas KKM. Sehingga
diperlukan adanya tindakan penelitian siklus II.
Beberapa tindakan perlu direfleksikan ke dalam tindakan
selanjutnya (siklus II) agar pelaksanaan pembelajaran IPA dengan model
FREKUENSI
PEMAHAMAN KONSEP MAGNET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
pembelajaran Quantum dapat meningkat dalam hal pemahaman konsep
magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir. Beberapa hal tersebut antara lain
berupa:
1) Guru harus lebih mempersiapkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih
baik lagi.
2) Guru harus memeriksa terlabih dahulu kesiapan siswa dalam
mengikuti pembelajaran.
3) Guru harus mempersiapkan media pembelajaran atau alat dan bahan
eksperimen sesuai dengan tujuan pembelajaran, kemampuan siswa,
dan lebih mudah digunakan dalam kegiatan eksperimen.
4) Guru menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan bahasa yang
lebih mudah dipahami siswa dan dengan langkah-langkah yang lebih
sederhana.
5) Guru harus memberi petunjuk yang jelas saat kegiatan percobaan
sehingga tidak menimbulkan banyak pertanyaan dari siswa.
6) Guru harus selalu mengajak siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajaran.
7) Guru selalu menciptakan suasana yang harmonis antar siswa seperti
bekerja sama saat melaksanakan percobaan.
8) Guru lebih memperjelas dalam mendemonstrasikan hasil percobaan
sehingga siswa lebih jelas dalam menerimanya dan mudah dalam
memahaminya.
9) Pengelolaan percobaan harus lebih diperbaiki baik dalam persiapan
maupun pelaksanaan serta penyampaian hasil akhirnya.
10) Untuk mengurangi aktivitas siswa yang negatif dalam kelompok
seperti bermain sendiri, maka setiap kelompok hendaknya dibentuk
lebih kecil jumlahnya dari pada siklus I, yaitu 3-4 siswa tiap
kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
c. Deskripsi Hasil Siklus II
Berdasarkan refleksi tindakan pada siklus I, maka pada siklus II ini akan
diadakan tindakan dengan alokasi waktu yang sama yaitu 2 x 35 menit.
Karena pada siklus I sudah ada peningkatan tetapi kurang maksimal, pada
siklus II ini lebih memaksimalkan dan lebih meningkatkan pemahaman
konsep siswa kelas V SD Negeri 02 Pomah1 Petir. Tindakan siklus II
dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada tanggal 6 Mei dan 7 Mei 2011
dengan kompetensi dasar “Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak,
dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)”.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang terdiri atas siklus-siklus dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan. Adapun
tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Tahap Perencanaan
a) Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA dengan
materi gaya magnet kelas V dengan menggunakan model
pembelajaran Quantum yang disusun 2 kali pertemuan dan masing-
masing pertemuan 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Pertemuan pertama
tentang jarak benda ke magnet dapat mempengaruhi kekuatan gaya
magnet dan pertemuan kedua tentang cara membuat magnet.
b) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi dengan
mengacu pada hasil refleksi pada siklus I. Sehingga dalam
penyusunan akan menjadi lebih baik sesuai yang diharapkan.
c) Membentuk kelompok yang heterogen dan tiap kelompok terdiri dari
4 siswa. Sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran tidak akan banyak
membuang waktu untuk membentuk kelompok.
d) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan
percobaan.
e) Membuat lembar observasi/ pengamatan siswa.
f) Sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti menata,
mempersiapkan, dan mengatur ruangan sebaik mungkin sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
dapat mempermudah terciptanya suasana model pembelajaran
Quantum dalam pembelajaran IPA.
2) Tahap Pelaksanaan / Tindakan
1) Pertemuan I
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat
pada tahap perencanaan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
Jumat, 6 Mei 2011 selama 2 jam pelajaran (2x35 menit).
Pada pertemuan pertama ini terdiri dari 3 indikator, yaitu
mengidentifikasi sifat kutub magnet, melakukan percobaan jarak
magnet dengan benda magnetik mempengaruhi kekuatan gaya
magnet,dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok mengenai jarak
magnet dengan benda magnetik mempengaruhi kekuatan gaya magnet.
Kegiatan pembelajaran ini diawali dengan berdoa bersama dan
dilanjutkan dengan mengabsen siswa satu persatu. Guru melakukan
apersepsi untuk membuka ingatan siswa mengenai hal-hal yang
berkaitan denga materi yang akan dipelajari yaitu tentang gaya magnet.
Apersepsi pada pembelajaran IPA siklus II pertemuan I ini adalah siswa
diajak bernyanyi dengan judul lagu “Gaya Magnet” yang dinyanyikan
versi lagu “Anak Gembala”. Lagu ini berisi tentang sifat gaya magnet
yaitu dapat menarik benda yang terbuat dari logam. Setelah siswa telah
sedikit banyak mengingat mengenai sifat-sifat gaya magnet yang pernah
diajarkan, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai
pada pembelajaran ini. Siswa memperhatikan demonstrasi guru tentang
bentuk-bentuk magnet. Salah satu siswa maju ke depan menunjukkan
bentuk magnet yang ditanyakan guru. Siswa bertanya jawab dengan
guru tentang bentuk-bentuk magnet. Siswa bertanya jawab dengan guru
tentang kegunaan bentuk-bentuk magnet tersebut dalam kehidupan
sehari-hari seperti bentuk batang digunakan pada dinamo sepeda,
bentuk magnet jarum digunakan pada kompas. Siswa dipancing
pertanyaan oleh guru tentang sifat-sifat magnet. Siswa memperhatikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
demonstrasi guru tentang bukti adanya sifat-sifat magnet dengan
peralatan berupa dua buah magnet.
Gambar 12. Garis medan magnet antara dua kutub magnet senama dan tidak senama
Siswa membentuk kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa
dan diberi nama dengan nama bentuk magnet. Pada siklus II pertemuan
pertama ini semua siswa masuk sekolah, sehingga pembelajaran dapat
berjalan sesuai rencana. Setelah siswa selesai membentuk kelompok
dan sudah berada dalam kelompoknya masing-masing, guru
membagikan lembar kegiatan siswa (LKS) yang berisi beberapa hal
yang harus dilakukan siswa dalam melakukan percobaan. Lembar
Kegiatan Siswa (LKS) yang disusun guru untuk pelaksanaan siklus II
ini lebih mudah dan lebih sederhana untuk dilakukan oleh siswa, serta
terdapat sedikit perbedaan pada kegiatan-kegiatan percobaannya. Guru
menjelaskan petunjuk pelaksanaan percobaan dengan lebih jelas dan
meminta tiap kelompok menyiapkan alat dan bahan yang dibawa oleh
tiap kelompok dari rumah.
Siswa memulai melaksanakan percobaan. Siswa melakukan
percobaan tentang jarak benda dengan magnet dapat mempengaruhi
kekuatan gaya magnet. Pada percobaan ini, siswa melakukan percobaan
dengan alt dan bahan berupa penggaris panjang, magnet dan isi klip.
Caranya dengan menaruh magnet pada skala nol kemudian menaruh isi
klip pada skala 0,5, 1, 1,5, 2, 2,5.
Pada percobaan pertemuan pertama siklus II ini, guru membimbing
satu per satu kelompok dan percobaan sampai selesai, tetapi guru juga
mengurangi bimbingan tersebut. Guru terus memberikan semangat
kepada siswa untuk selalu aktif dalam berkelompok. Pada kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
percobaan siklus II pertemuan I ini juga sudah menunjukkan banyak
peningkatan dibuktikan dengan sedikitnya kelompok yang bertanya
mengenai hal-hal yang dilakukan dalam percobaan, sangat sedikitnya
siswa yang bermain sendiri atau pasif. Siswa mendiskusikan hasil
percobaan kelompoknya untuk membuat kesimpulan dari percobaan
yang telah mereka laksanakan. Dengan bimbingan guru, perwakilan tiap
kelompok mempresentasikan dan mendemonstrasikan hasil kerja
kelompoknya di depan kelas. Siswa dan guru beserta siswa lain
memberikan penguatan yang berupa tepuk tangan maupun pujian (ya,
bagus, tingkatkan, dan lain-lain) kepada siswa yang mempresentasikan
hasil percobaan dan diskusi kelompoknya.
Guru mengajak siswa untuk memberikan tanggapan pada
kelompok yang maju. Guru memberikan penguatan bagi siswa yang
mempresentasikan yaitu berupa pujian dan memberikan reward
(hadiah) bagi kelompok yang paling baik. Kemudian meminta siswa
untuk mengumpulkan laporan hasil percobaan.
Pada akhir pembelajaran, guru bersama-sama siswa menyimpulkan
percobaan yang telah dilakukan dan materi yang telah dipelajari yaitu
mengenai sifat-sifat gaya magnet. Guru memberikan kesempatan siswa
untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang dimengerti. Untuk
mengetahui pemahaman konsep siswa dalam memahami pelajaran yang
baru saja dipelajari, guru memberikan tes formatif yang dikerjakan saat
itu juga kemudian dikumpulkan. Setelah selesai evaluasi, guru dan
siswa merefleksi kegiatan pembelajaran dan mengingatkan untuk giat
belajar.
Pada siklus II pertemuan pertama ini, siswa sudah terlihat aktif dan
antusias dalam pembelajaran. Model pembelajaran Quantum sudah
berjalan sesuai yang diharapkan peneliti walaupun masih ada beberapa
hal yang perlu diperbaiki lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
2) Pertemuan II
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat
pada tahap perencanaan. Pertemuan II pada siklus II dilaksanakan pada
hari Sabtu, 7 Mei 2011 selama 2 jam pelajaran (2x35 menit).
Pada pertemuan kedua ini terdiri dari 3 indikator, yaitu
menjelaskan pengertian magnet alam dan buatan, merumuskan
kesimpulan hasil percobaan cara membuat magnet, dan melakukan
percobaan membuat magnet.
Kegiatan pembelajaran ini diawali dengan berdoa bersama dan
dilanjutkan dengan mengabsen siswa satu persatu. Guru melakukan
apersepsi untuk membuka ingatan siswa mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya yaitu mengenai sifat-sifat gaya magnet. Setelah siswa
teringat mengenai sifat-sifat gaya magnet, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai pada pembelajaran ini. Siswa bertanya
jawab dengan guru tentang pengelompokkan magnet berdasarkan
asalnya. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang pengertian
magnet alam dan magnet buatan. Siswa maju ke depan menuliskan
pengertian magnet alam dam magnet buatan di papan tulis. Siswa
bertanya jawab dengan guru tentang cara membuat magnet. Siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok yang heterogen. Pada pertemuam II
ini semua siswa berangkat sehingga dapat dibentuk kelompok dengan 4
siswa tiap kelompok. Sehingga ada 9 kelompok. Siswa diberi lembar
kerja siswa (LKS) oleh guru. Guru menjelaskan petunjuk pelaksanaan
percobaan dengan jelas dan meminta tiap kelompok menyiapkan alat
dan bahan yang digunakan. Siswa memperhatikan penjelasan guru
tentang maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
Siswa secara berkelompok melakukan percobaan cara membuat
magnet. Ada 3 cara membuat magnet yang dilakukan siswa yaitu
dengan didekatkan, digosok searah, dan dialiri listrik (elektromagnetik).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Cara pembuatan magnet dengan didekatkan dapat dilihat pada gambar
13 berikut ini:
Gambar 13. Membuat magnet dengan didekatkan
Gambar di atas menunjukkan bahwa dengan menempelkan benda-
benda yang terbuat dari logam (besi atau baja) dengan magnet, besi atau
baja tersebut akan menjadi bersifat magnet dan dapat menarik benda
lain. Cara pembuatan magnet dengan digosok searah dapat dilihat pada
gambar 14 berikut ini:
Gambar 14. Membuat magnet dengan digosok searah
Pada kegiatan kedua ini siswa membuat magnet dengan digosok,
yaitu menggosok-gosokkan batang besi pada magnet secara searah saja.
Kemudian besi tersebut didekatkan pada isi klip, maka isi klip tersebut
akan menempel pada batang besi. Kegiatan ketiga siswa melakukan
percobaan membuat magnet dengan cara dialiri listrik
(elektromagnetik). Cara pembuatan magnet dengan dialiri listrik dapat
dilihat pada gambar 15 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Gambar 15. Membuat magnet dengan dialiri listrik (elektromagnetik)
Gambar di atas menunjukkan bahwa paku yang dialiri listrik
bersifat magnet yaitu ditunjukkan dengan isi klip yang menempel pada
ujung paku tersebut. Pada percobaan ini, guru membimbing satu per
satu kelompok dan satu per satu percobaan sampai selesai dengan
intensitas yang lebih sedikit sambil menilai aktivitas siswa dalam
berkelompok. Guru juga selalu menciptakan suasana yang harmonis
dan akrab serta mendorong siswa untuk selalu aktif mengikuti kegiatan
kelompoknya. Setiap kelompok berdiskusi membuat kesimpulan yang
ada di lembar kerja. Setelah percobaan dan diskusi kelompok selesai,
masing-masing kelompok maju ke depan membacakan hasil percobaan
di depan kelas. Guru mengajak siswa untuk memberikan tanggapan
pada kelompok yang maju. Guru memberikan penguatan bagi siswa
yang mempresentasikan yaitu berupa pujian dan memberikan reward
(hadiah) yaitu tepuk tangan bagi kelompok yang paling baik. Meminta
siswa untuk mengumpulkan laporan hasil percobaan. Kemudian guru
menjelaskan cara menghilangkan sifat kemagnetan pada batang besi
yang telah bersifat magnet pada percobaan tersebut yaitu dengan cara
dibanting, dipukul, dan dibakar. Tetapi yang didemonstrasikan hanya
dibanting dan dipukul saja. Siswa secara bersama-sama
mengidentifikasi cara-cara membuat magnet. Siswa bersama guru
menyimpulkan hasil percobaan. Siswa bersama guru mengulang hasil
percobaan tentang cara membuat magnet. Siswa secara bersama-sama
mengulang cara-cara membuat magnet.
Pada akhir pembelajaran, siswa diberi kesempatan menanyakan hal
yang belum jelas tentang materi yang telah dipelajari. Siswa bersama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
guru menyimpulkan materi pelajaran. Siswa mencatat hal-hal yang
penting. Untuk mengetahui pemahaman konsep siswa, guru
memberikan tes akhir pada siswa. Siswa diberi motivasi agar lebih giat
belajar. Siswa bersama guru mengakhiri pembelajaran.
Pada pertemuan kedua ini semua siswa mengalami peningkatan.
Peningkatan ini terjadi pada aktivitas siswa selama pembelajaran yaitu
mengenai keaktifan saat mengikuti pembelajaran, berani bertanya dan
menjawab, dan lain-lain. Selain itu, peningkatan juga terjadi pada
pemahaman konsep siswa tentang materi magnet dibuktikan dari hasil
tes yang dikerjakan oleh siswa.
3) Tahap Observasi/Pengamatan
Selama pelaksanaan tindakan baik pertemuan I maupun II pada
siklus II, observasi dilakukan oleh guru yang juga sebagai peneliti kepada
siswa pada pembelajaran IPA kelas V dengan model pembelajaran
Quantum . Observasi ini difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran yaitu
kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa
lembar pengamatan/observasi aktivitas siswa, penilaian kegiatan
percobaan, dan dokumentasi yang berupa foto.
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai
kesesuaian pelaksanaan pembelajaran IPA materi gaya magnet dengan
menerapkan model pembelajaran Quantum dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk mengetahui seberapa
besar pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Quantum materi gaya
magnet yang dilaksanakan dapat menghasilkan perubahan pada
pemahaman konsep siswa pada materi gaya magnet.
Pada pertemuan I siklus II, siswa sudah masuk semua sehingga
tidak ada yang terlambat. Saat pembelajaran dimulai, siswa menunjukkan
kesiapan yang cukup untuk mengikuti pembelajaran. Susana pembelajaran
ini sangat menyenangkan. Sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran,
seperti bertanya apabila kurang jelas mengenai materi yang sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
dipelajari. Apabila guru memberikan pertanyaan, siswa sudah berani
menjawab pertanyaan tersebut dengan mengacungkan jari terlebih dahulu
dan dengan suara yang lantang dan jelas. Siswa juga sudah berani maju
menuliskan jawaban yang ditanyakan oleh guru. Pada saat guru
memancing suatu permasalahan yaitu tentang kegunaan gaya magnet yang
terjadi dalam sehari-hari, siswa aktif dalam menjawab dan dengan suara
yang lantang. Begitu guru mengajak siswa untuk melakukan percobaan
tentang sifat-sifatmagnet dan cara membuat magnet, siswa langsung
berkelompok dan meminta lembar kegiatannya. Setelah berkelompok dan
mulai mempelajari langkah-langkah percobaan, siswa langsung memulai
percobaan karena mereka sudah merasa jelas dengan alat dan bahan yang
dibutuhkan dan cara bekerjanya walaupun ada satu atau dua percobaan dan
kelompok yang masih perlu bimbingan guru. Dalam melakukan kegiatan
percobaan, hampir semua siswa aktif dalam kelompok. Pada saat kegiatan
kelompok siswa masih terdengar ramai karena jumlah siswa yang banyak.
Tetapi siswa dapat menyelesaikan percobaan dengan baik dan tepat waktu.
Pada percobaan di pertemuan I siklus II ini sudah lebih baik dari pada
siklus sebelumnya.
Pada pertemuan II siklus II tidak jauh berbeda dengan pertemuan I
tetapi mengalami perubahan yang cukup berarti. Antara pertemuan I dan II
pada siklus II, mengalami peningkatan pada keseriusan, keaktifan, dan
kesiapan siswa dalam melakukan percobaan, dan hubungan kerja yang
saling bertanggung jawab. Hal tersebut ditunjukkan dengan sudah
berkurangnya pertanyaan siswa tentang langkah-langkah percobaan dan
percobaan dapat berjalan baik dengan berkurangnya bimbingan guru
terhadap kelompok.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-
rata pemahaman konsep materi gaya magnet siswa pada siklus II
pertemuan I adalah 81,87 dan pertemuan II adalah 88,09. Dan nilai rata-
rata pada siklus II adalah sebesar 84,98. Pada siklus II pertemuan pertama
masih ada 1 siswa yang belum memenuhi kriteria minimum, tetati pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
siklus II pertemuan II semua siswa sudah memenuhi kriteria minimum
yang telah ditetapkan. Sehingga persentase yang dicapai sudah 100% dari
jumlah siswa kelas V yaitu 36 siswa yang mendapat nilai sama dengan
atau melebihi KKM yaitu 62.
Pencapaian keberhasilan nilai pemahaman konsep magnet siswa
kelas V SD Negeri 1 Petir pada siklus II berdasarkan pada uraian di atas
dapat dinyatakan dalam tabel 6 di bawah ini:
Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas
V SD Negeri 1 Petir Siklus II
Nomor Nilai Frekuensi Prosentase
1 61-65 1 2,78%
2 66-70 3 8,33%
3 71-75 0 0%
4 76-80 6 16,67%
5 81-85 11 30,56%
6 86-90 6 16,67%
7 91-95 3 8,33%
8 96-100 6 16,67%
Jumlah 36 100%
Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat disajikan dalam bentuk gambar
16 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
0
2
4
6
8
10
12
61-65
66-70
71-75
76-80
81-85
86-90
91-95
96-100
61-65
66-70
71-75
76-80
81-85
86-90
91-95
96-100
Gambar 16. Grafik Peningkatan Nilai Pemahaman Konsep Magnet Siswa
Kelas V SD Negeri 1 Petir Siklus II
Berdasarkan tabel 6 dan gambar 16, dapat diketahui bahwa pada
siklus II ini siswa yang mendapatkan nilai pemahaman konsep antara 61-
65 sebanyak 1 siswa atau 2,78%, yang mendapat nilai antara 66-70
sebanyak 3 siswa atau 8,33%, yang mendapat nilai antara 76-80 sebanyak
6 siswa atau 16,67%, yang mendapat nilai antara 81-85 sebanyak 11 siswa
atau 30,56%, yang mendapat nilai antara 86-90 sebanyak 6 siswa atau
16,67%, yang mendapat nilai antara 91-95 sebanyak 3 siswa atau 8,33%,
dan yang mendapat nilai antara 96-100 sebanyak 6 siswa atau 16,67%.
Tabel 7. Perkembangan Peningkatan Pemahaman Konsep Magnet Siswa pada Tes Awal, Tes Siklus I, dan Tes Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri 1
Petir Keterangan Tes Awal Siklus I Siklus II
Nilai terendah 30 40 62,5
Nilai tertinggi 92 100 100
Rata-rata nilai 57,86 72,9 84,98
Siswa belajar tuntas 47,22% 77,78% 100%
FREKUENSI
INTERVAL NILAI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Dari hasil analisis data perkembangan pemahaman konsep siswa
pada tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II tabel 7 dapat disimpulkan
bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 30, pada siklus I
naik menjadi 40, dan pada siklus II naik lagi menjadi 62,5. Nilai tertinggi
yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 92, dan pada siklus I dan siklus
II naik menjadi 100. Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu
dari tes awal sebesar 57,86, siklus I sebesar 72,9, dan pada siklus II naik
menjadi 84,98. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 62) pada tes
awal 47,22%, tes siklus I 77,78%, setelah dilakukan refleksi terdapat 8
siswa yang tidak tuntas (nilai tes dibawah 62), namun secara keseluruhan
sudah meningkat pemahaman konsepnya bila dilihat dari presentase
ketuntasan siswa, dan pada tes siklus II semua siswa sudah mencapai
ketuntasan.
4) Refleksi
Data-data observasi yang telah diperoleh, kemudian dianalisis
untuk mengetahui perkembangan hasil penelitian. Berdasarkan hasil
observasi yang telah dilakukan selama proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Quantum pada siklus II ini
menunjukkan adanya peningkatan dalam hal pemahaman konsep siswa.
Berdasarkan tabel 4 dan 6 dapat dibuat perbandingan nilai pemahaman
konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir setelah diterapkannya
model pembelajaran Quantum dalam pembelajaran IPA siklus I dan
setelah dilaksanakannya pembelajaran pada siklus II. Berikut dituliskan
pada tabel 7 yaitu tabel perbandingan dari siklus I, dan siklus II sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Tabel 8. Perbandingan Nilai Peningkatan Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir antara Siklus I dan Siklus II
No
Uraian
Siswa yang Tuntas Siswa yang Belum
Tuntas
Frekuensi % Frekuensi %
1.
2.
Siklus I
Siklus II
28
36
77,78
100
8
0
22,22
0
Berdasarkan tabel 8 di atas, pada siklus II mengalami kenaikan
pemahaman konsep siswa yang sangat bagus. Untuk lebih jelas tentang
perkembangan pemahaman konsep siswa dari siklus I dan dilanjutkan ke
siklus II digambarkan dalam gambar 17 sebagai berikut:
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Siklus I Siklus II
Siklus I
Siklus II
Gambar 17. Perbandingan Ketuntasan Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V antara Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan tabel 8 dan gambar 17 di atas, dapat dikemukakan
bahwa setelah dilaksanakannya siklus II jumlah siswa yang mengalami
peningkatan pemahaman konsep sudah sesuai yang diharapkan oleh
peneliti. Pada pelaksanaan siklus I, jumlah siswa yang mengalami
peningkatan pemahaman konsep magnet dan nilai tes lebih tinggi atau
FREKUENSI
PEMAHAMAN KONSEP MAGNET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
sudah mencapai kriteria ketuntasan adalah 28 siswa (77,78% dari jumlah
siswa kelas V). Sedangkan pada siklus II, jumlah siswa yang mengalami
peningkatan pemahaman konsep magnet dan nilai tes lebih tinggi atau
sudah mencapai kriteria ketuntasan adalah 36 siswa (100% dari jumlah
siswa kelas V). Dapat dikatakan peningkatan pemahaman konsep magnet
siswa kelas V dari siklus I ke siklus II sebesar 22,22%.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II dan mencermati hasil
observasi aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, maka
pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Quantum
sudah berhasil bahkan melebihi target pencapaian yang telah ditentukan
sebelumnya pada indikator kinerja keberhasilan sehingga tidak perlu
dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Dari uaraian di atas, dapat dicermati bahwa pembelajaran IPA
dengan menggunakan model pembelajaran Quantum sudah berhasil. Hal
ini menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan pemahaman konsep siswa
kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran 2010/2011, yaitu semua siswa
mendapat nilai di atas KKM (>62).
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan perhitungan
nilai ketuntasan belajar siswa yang dapat menunjukkan peningkatan pemahaman
konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir dalam pembelajaran IPA dengan
menggunakan model pembelajaran Quantum . Peningkatan terlihat dari sebelum
tindakan (pra siklus) dan setelah tindakan yaitu siklus I dan siklus II. Hal tersebut
dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Tabel 9. Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir antara Pra Siklus (Tes Awal), Siklus I dan Siklus II
No
Uraian
Siswa yang Tuntas Siswa yang Belum
Tuntas
Frekuensi % Frekuensi %
1.
2.
3.
Tes Awal
Siklus I
Siklus II
17
28
36
47,22
77,78
100
19
8
0
52,78
22,22
0
Berdasarkan tabel 9 di atas, dapat digambarkan ke dalam bentuk gambar
18 seperti di bawah ini:
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 18. Perkembangan Ketuntasan Pemahaman Konsep Magnet Siswa antara Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan tabel 9 dan gambar 18 di atas, dapat dikemukakan bahwa
pemahaman konsep magnet siswa setiap siklus mengalami peningkatan. Pada pra
siklus, jumlah siswa yang mendapat nilai pemahaman konsep magnet di atas
KKM (>62) hanya 17 siswa atau 47,22% dari jumlah siswa kelas V. Sedangkan
setelah pelaksanaan siklus I, jumlah siswa yang mendapat nilai pemahaman
konsep lebih tinggi atau sudah mencapai kriteria ketuntasan bertambah 11 siswa
FREKUENSI
PEMAHAMAN KONSEP MAGNET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
yaitu menjadi 28 siswa (77,78% dari jumlah siswa kelas V). Sedangkan pada
siklus II, jumlah siswa yang mendapat nilai pemahaman konsep magnet lebih
tinggi atau sudah mencapai kriteria ketuntasan sebanyak 36 siswa atau 100%.
Dapat dikatakan peningkatan pemahaman konsep magnet siswa kelas V dari pra
siklus ke siklus I naik 30,56% dan dari siklus I ke siklus II naik sebesar 22,22%.
Berdasarkan perkembangan nilai pemahaman konsep magnet siswa yang
memperoleh nilai 2 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini
merefleksikan bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan model
pembelajaran Quantum yang dilaksanakan guru dapat dinyatakan berhasil untuk
meningkakan pemahaman konsep siswa kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran
2010/2011.
Dari penelitian yang dilaksanakan selama dua siklus dapat disimpulkan
bahwa adanya peningkatan pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri
1 Petir dengan menggunakan model pembelajaran Quantum. Hal ini tampak jelas
dengan adanya peningkatan-peningkatan nilai yang diperoleh siswa dari hasil
observasi yang dilakukan guru baik secara individual maupun secara kelompok
pada setiap siklus. Pada saat kegiatan kelompok siswa masih terdengar ramai
karena jumlah siswa yang banyak. Tetapi siswa dapat menyelesaikan percobaan
dengan baik dan tepat waktu. Kendala tersebut dapat diatasi dengan cara guru
menghampiri setiap kelompok pada saat melakukan percobaan.
Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat diajukan sebagai suatu
rekomendasi bahwa penggunaan model pembelajaran Quantum dapat
meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir
Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas khususnya dan siswa kelas V
Sekolah Dasar lain pada umumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penggunaan model pembelajaran Quantum
pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran 2010/2011,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran Quantum dapat meningkatkan pemahaman
konsep materi gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran
2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata mengalami peningkatan
yaitu pada pra siklus, nilai rata-rata pemahaman konsep siswa kelas V sebesar
57,86, siklus I sebesar 72,9, dan pada siklus II naik menjadi 84,98. Sedangkan
untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 62) secara persentase, pada pra
siklus sebesar 44,44%, pada siklus I sebesar 77,78%, dan pada siklus II
semua siswa sudah mencapai ketuntasan yaitu sebesar 100%.
2. Penggunaan model pembelajaran Quantum untuk meningkatkan pemahaman
konsep magnet siswa kelas V yaitu guru harus terampil dalam menerapkan
model pembelajaran quantum diantaranya 1) Tumbuhkan adalah
menumbuhkan minat, perhatian, motivasi siswa melalui interaksi dengan
lingkungan dan bernyanyi bersama, 2) Alami yaitu dengan kerja kelompok
atau individual siswa untuk mengalami sendiri, 3) Namai dengan siswa
menamai hasil percobaan yang dilakukan, 4) Demonstrasi adalah memberi
kesempatan siswa menerapkan pengetahuan, mengaitkan dan terlatih,
5) Ulangi adalah mengulang pembelajaran untuk memantapkan pembelajaran,
6) Rayakan adalah memberi rasa rampung dan menghargai usaha siswa
dengan acungan jempol, tepuk tangan, dan bernyanyi bersama.
B. Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil dari penelitian ini, dapat diajukan
implikasi yang berguna dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa yaitu
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Quantum dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa.
Dengan menggunakan model pembelajaran Quantum, siswa dapat
mengalami, menamai, mendemonstrasikan dan menemukan sendiri suatu
konsep sehingga konsep itu dapat terus bertahan dalam ingatan siswa.
Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan dan seperti pada kehidupan
sehari-hari karena siswa terlibat langsung di dalamnya. Selain itu, siswa juga
akan terbiasa dengan kegiatan percobaan apabila dalam kesehariannya
menemukan suatu hal yang perlu dicoba dan diselidiki. Siswa merasa tidak
canggung dan takut untuk melakukan percobaan karena sudah terbiasa. Sikap
percaya diri siswa untuk mengajukan pertanyaan dan pendapat pun sudah
meningkat. Siswa juga sudah memiliki rasa kebersamaan dan tanggung jawab
dalam mengerjakan tugas baik kelompok maupun individu.
Dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan kegiatan untuk
mengalami, menamai, mendemonstrasikan, mencoba dan menemukan sendiri,
pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa dan pada akhirnya pemahaman
konsep siswa kelas V SD Negeri 1 Petir meningkat.
2. Implikasi Praktis
Penelitian ini telah membuktikan bahwa pembelajaran IPA dengan
menggunakan model pembelajaran Quantum dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan efektivitas guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses pembelajaran agar ilmu yang diperoleh siswa
tidak mudah luntur atau hilang dan siswa juga mempunyai kemampuan untuk
mencari dan menemukan sendiri ilmu pengetahuan tersebut. Kemampuan
tersebut dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran,
metode dan media yang tepat bagi siswa dan tujuan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan untuk membantu
dalam menghadapi dan meningkatkan permasalahan yang sejenis. Adapun
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus diatasi
semaksimal mungkin. Oleh karena itu kreativitas dan keaktifan guru sangat
diperlukan dalam meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran
Quantum pada siswa kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran 2010/2011, maka
saran-saran yang diberikan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya
dan meningkatkan kompetensi siswa SD Negeri 1 Petir khususnya sebagai
berikut:
1. Kepada Sekolah
a. Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia pendidikan,
hendaknya sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap diskusi,
seminar, maupun kegiatan ilmiah lainnya. Sehingga dalam
pembelajaran, guru dapat lebih inovatif, kreatif dan efektif dalam
pembelajaran. Misalnya dengan menggunakan model pembelajaran
Quantum.
b. Pihak sekolah hendaknya selalu aktif mengadakan hubungan kerjasama
dengan instansi pendidikan lain maupun masyarakat dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan.
c. Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana semaksimal
mungkin agar proses pembelajaran khususnya pada pembelajaran
dengan model pembelajaran Quantum lebih optimal dan hendaknya
meningkatkan perawatan sarana dan prasarana yang telah dimiliki.
2. Kepada Guru
a. Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran IPA, dimana siswa dapat
mengalami, menamai, mendemonstrasikan, mencoba dan menemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
sendiri suatu pengetahuan sehingga siswa tidak pernah lupa tentang hal
yang dipelajari. Cara yang dilakukan antara lain, memilih model
pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan siswa secara
maksimal, sebagai contoh model pembelajaran Quantum.
b. Guru hendaknya melakukan persiapan yang lebih baik untuk
melaksanakan pembelajaran misalnya dengan menggunakan model
pembelajaran Quantum, terutama dalam penyusunan RPP, Lembar
Kegiatan Siswa (LKS), dan evaluasi.
3. Kepada Siswa
a. Siswa diharapkan selalu aktif dan kreatif dalam mengikuti
pembelajaran, tanya jawab, diskusi tentang materi yang diajarkan.
b. Sebelum materi dibahas, siswa hendaknya mempelajari sendiri materi
tersebut dan berusaha untuk mencari sumber lain agar pengetahuannya
lebih berkembang.
c. Siswa hendaknya dapat menerapkan hasil pembelajaran dalam
kehidupan sehari-hari.